BAB II ANALISIS DATA. Bab ini menganalisis penanda kohesi dan koherensi yang terdapat dalam WP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II ANALISIS DATA. Bab ini menganalisis penanda kohesi dan koherensi yang terdapat dalam WP"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB II ANALISIS DATA Bab ini menganalisis penanda kohesi dan koherensi yang terdapat dalam WP rubrik Sangu Leladi pada majalah Jaya Baya. Penjelasannya sebagai berikut. A. Penanda Kohesi Dalam Bab I telah dikemukakan agar wacana mencapai kepaduan ada dua aspek sarana pendukungnya yaitu kohesi dan koherensi. Dalam penelitian ini ditemukan dua penanda kohesi yaitu gramatikal dan leksikal. Penanda kohesi gramatikal yang ditemukan berupa pengacuan (referensi), penyulihan (subtitution), pelesapan (ellypsis), dan perangkaian (conjuntion), sedangkan kohesi leksikal berupa repetisi (pengulangan), sinonimi, kolokasi, antonimi, hiponimi dan ekuivalensi. Dalam wacana persuasi, penanda-penanda kohesi tersebut diwujudkan dalam satuan lingual yang berbeda-beda. Adapun penanda kohesi yang terdapat dalam wacana persuasi rubrik Sangu Leladi pada majalah Jaya Baya edisi 2014 dapat dilihat dalam wacana-wacana berikut. 1. Penanda Kohesi Gramatikal a. Pengacuan (referensi) Referensi merupakan hubungan unsur yang telah disebutkan sebelumnya dengan unsur yang diacu. Dalam penelitian ini referensi yang ditemukan berupa persona (kata ganti orang), demonstratif (kata ganti penunjuk), dan komparatif (kata ganti perbandingan) 39

2 digilib.uns.ac.id 40 1) Pengacuan persona Pengacuan persona yang ditemukan dalam penelitian berupa kata ganti orang I, II dan III. Berikut ini contoh kepaduan wacana didukung oleh pengacuan persona. (5) Dadi: selagine bangsa tanduran lan kewan bae, kepengin ngundhuh wohe kangprayoga, utawa kepengin oleh turunane kang prayoga: kudu nganggo kawruh, ora cukup awur-awuran, apa maneh tumrap kita manungsa. (JB/III/02/2014) Jadi: selagi bangsa tumbuhan dan hewansaja, berkeinginan memetik buah yang baik, atau berkeinginan mempunyai keturunan yang baik: harus menggunakan pengetahuan, tidak cukup asal-asalan saja, apalagi untuk kita manusia. Data yang dipaparkan di atas terdapat pengacuan persona pertama jamak yaitu kita kita mengacu pada kata manungsa yang disebutkan setelahnya. Berdasarkan anteseden, yang letaknya di sebelah kanan teks dan berada dalam teks yang sama maka termasuk pengacuan persona endofora kataforis. Data kemudian dibagi atas unsur langsungnya menggunakan teknik BUL, sehingga menjadi seperti berikut. (5a) (5b) Dadi: selagine bangsa tanduran lan kewan bae, kepengin ngundhuh wohe kang prayoga, utawa kepengin oleh turunane kang prayoga: Jadi: selagi bangsa tumbuhan dan hewan saja, berkeinginan memetik buah yang baik, atau berkeinginan mempunyai keturunan yang baik: kudu nganggo kawruh, ora cukup awur-awuran, apa maneh tumrap kita manungsa. harus menggunakan pengetahuan, tidak cukup asal-asalan saja, apalagi untuk kita manusia. Data selanjutnya diuji dengan teknik lesap, dan diperoleh hasil sebagai berikut: (5c) kudu nganggo kawruh, ora cukup awur-awuran, apa maneh tumrap Ø manungsa. Harus menggunakan pengetahuan, tidak cukup asal-asalan saja, apalagi untuk Ø manusia. Hasil pengujian menunjukkan penanda persona kita kita' meski dilesapkan kalimat masih berterima. Namun pesan yang disampaikan akan menjadi lebih jelas

3 digilib.uns.ac.id 41 dengan kehadiran kita karena pesan ditujukkan kepada penulis maupun pembaca. Selanjutnya data diuji dengan teknik ganti. (5d) kudu nganggo kawruh, ora cukup awur-awuran, apa maneh tumrap kita awake dhewe manungsa aku lan kowe harus menggunakan pengetahuan, tidak cukup asal-asalan saja, apa lagi untuk kita kita manusia. kita Hasil analisis menunjukkan penggunaan kata kita kita' berkedudukan sebagai penanda kohesi terganti dapat digantikan dengan awake dhewe kita dan aku lan kowe kita' karena berada dalam ragam yang sama yaitu ngoko. (16) Awakmu mesthine serik yen panemumu kang kok anggep bener, dicacad dening liyan. (JB/III/01/2014) Kamu pastinya akan merasa iri jika pendapatmu yang kamu anggap benar, dicacat oleh orang lain. Data (16) terdapat pengacuan persona kedua sebanyak tiga jenis. Pengacuan persona kedua tunggal berupa satuan lingual awakmu kamu, pengacuan persona kedua tunggal lekat kanan yaitu mu pada kata panemumu pendapatmu dan pengacuan persona kedua terikat lekat kiri kok pada kok anggep kamu anggap. Ketiga kata tersebut mengacu pada pembaca (di luar teks) dan letak antesedennya disebutkan setelahnya maka termasuk ke dalam pengacuan persona eksofora kataforis. Data kemudian dibagi atas unsur langsungnya menggunakan teknik bagi unsur langsung (BUL), sehingga menjadi seperti berikut. (16a) Awakmu mesthine serik Kamu pastinya akan merasa iri (16b) panemumu kang kok anggep bener, commit dicacad to user dening liyan. jika pendapatmu yang kamu anggap benar, dicacat oleh orang lain.

4 digilib.uns.ac.id 42 Data selanjutnya diuji dengan teknik lesap, dan diperoleh hasil sebagai berikut: (16c) Ø mesthine serik Ø pastinya akan merasa iri (16d) yen panemuø kang Ø anggep bener, dicacad dening liyan. jika pendapatø yang Ø anggap benar, dicacat oleh orang lain. Hasil pelesapan menunjukkan pengacuan persona awakmu kamu, mu mu dan kok kamu apabila dilesapkan kalimat menjadi tidak berterima karena unsur yang penting dihilangkan. Agar pesan yang disampaikan menjadi jelas maka ketiga pengacuan persona tersebut wajib hadir. Selanjutnya data diuji dengan teknik ganti. awakmu kowe (16e) mesthine serik sampeyan panjenengan kamu kamu pastinya akan merasa iri kamu kamu mu kok * kowe kowe (16f) yen panemu kang anggep bener, dicacad sampeyan sampeyan panjenengan panjenengan dening liyan. kamu kamu kamu kamu Jika pendapat yang anggap benar, dicacat oleh orang lain. kamu kamu kamu kamu Hasil teknik ganti menunjukkan sampeyan kamu dan panjenengan kamu bisa menggantikan ketiga pengacuan persona yang digantikan. Satuan lingual panjenengan kamu yang termasuk ragam krama bisa digunakan untuk menggantikan sebagai penghormatan kepada orang yang commit diajak to bicara. user Akan tetapi satuan lingual kowe

5 digilib.uns.ac.id 43 hanya dapat menggantikan awakmu tidak bisa menggantikan satuan lingual mu pada kata panemumu dan kok pada kata kok anggep karena kalimat menjadi tidak gramatikal. Hal tersebut dapat dilihat pada data (16f). (26) Lan manungsa ora bakal kongang nyipati Pangeran Kang Maha Agung marga saka banget Agunging cahyane lan bisa disumurupi nganggo netra kewala. Supradene sapa kang wis bisa makrifat sarta atine tansah midhep, manteb, ngadhep, madhep marang Panjenengane, sayekti bakal bisa ngrasakake marang sipat keadilan kesucene kang ora ana pepadhane, ing kahanan kang kepriye, ing ngendi lan kapan bae. (JB/V/03/2014) Dan manusia tidak akan sanggup mensifati Tuhan Yang Maha Besar karena dari sangat Besar cahayanya dan bisa dilihat dengan mata saja. Meskipun demikian siapa yang sudah bisa makrifat serta hatinya selalu menghadap, yakin, berhadapan, menghadap kepada Tuhan, sejatinya akan bisa merasakan keadilan yang suci tidak akan tandingannya, dalam keadaan yang apapun, di manapun dan kapanpun. Data WP di atas tampak kohesi karena didukung pengacuan persona ketiga tunggal lekat kanan pada-ne pada kata cahyane cahayanya dan persona tunggal bentuk bebas Panjenengane dia. Panjenengane merupakan pengacuan persona bahasa Jawa dalam tingkat tutur krama. Satuan lingual cahyane dan Panjenengane memiliki referen yang sama dengan satuan lingual Pangeran Kang Maha Agung yang telah disebutkan terlebih dahulu. Berdasarkan anteseden yang terletak di sebelah kiri teks dan masih berada dalam teks yang sama maka WP ini termasuk ke dalam pengacuan persona endofora anaforis. Data kemudian dibagi atas unsur langsungnya menggunakan teknik bagi unsur langsung (BUL), sehingga menjadi seperti berikut. (26a) Lan manungsa ora bakal kongang nyipati Pangeran Kang Maha Agung marga saka banget Agunging cahyane lan bisa disumurupi nganggo netra kewala. Dan manusia tidak akan sanggup mensifati Tuhan Yang Maha Besar karena dari sangat Besar cahayanya dan bisa dilihat dengan mata saja. (26b) Supradene sapa kang wis bisa makrifat sarta atine tansah midhep, manteb, ngadhep, madhep marang Panjenengane, sayekti bakal bisa ngrasakake

6 digilib.uns.ac.id 44 marang sipat keadilan kesucene kang ora ana pepadhane, ing kahanan kang kepriye, ing ngendi lan kapan bae. Meskipun demikian siapa yang sudah bisa makrifat serta hatinya selalu menghadap, yakin, berhadapan, menghadap kepada Tuhan sejatinya akan bisa merasakan keadilan yang suci tidak akan tandingannya, dalam keadaan yang apapun, di manapun dan kapanpun. Data selanjutnya diuji dengan teknik lesap, dan diperoleh hasil sebagai berikut: (26c) Lan manungsa ora bakal kongang nyipati Pangeran Kang Maha Agung marga saka banget Agunging cahyaø lan bisa disumurupi nganggo netra kewala. Dan manusia tidak akan sanggup mensifati Tuhan Yang Maha Besar karena dari sangat Besar cahayaø dan bisa dilihat dengan mata saja. (26d) Supradene sapa kang wis bisa makrifat sarta atine tansah midhep, manteb, ngadhep, madhep marang Ø sayekti bakal bisa ngrasakake marang sipat keadilan kesucene kang ora ana pepadhane, ing kahanan kang kepriye, ing ngendi lan kapan bae. Meskipun demikian siapa yang sudah bisa makrifat serta hatinya selalu menghadap, yakin, berhadapan, menghadap kepada Ø sejatinya akan bisa merasakan keadilan yang suci tidak akan tandingannya, dalam keadaan yang apapun, di manapun dan kapanpun. Hasil pengujian menunjukkan penanda persona -Ne pada cahyane cahayanya dan Panjenengane dia' wajib hadir, karena jika dilesapkan wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Ketidakgramatikalan karena unsur yang dipentingkan dari wacana tersebut dihilangkan. Selanjutnya data diuji dengan teknik ganti. (26e) Lan manungsa ora bakal kongang nyipati Pangeran Kang Maha Agung marga Ne saka banget Agunging cahya lan bisa disumurupi nganggo netra nipun kewala. Dan manusia tidak akan sanggup mensifati Tuhan Yang Maha Agung karena nya dari sangat Agung cahaya dan bisa dilihat dengan mata saja. nya (26f) Supradene sapa kang wis bisa makrifat sarta atine tansah midhep, manteb, Panjenengane ngadhep, madhep marang sayekti bakal bisa ngrasakake Panjenenganipun marang sipat keadilan kesucene kang ora ana pepadhane, ing kahanan kang kepriye, ing ngendi lan kapan bae.

7 digilib.uns.ac.id 45 Meskipun demikian siapa yang sudah bisa makrifat serta hatinya selalu Tuhan menghadap, yakin, berhadapan, menghadap kepada sejatinya akan Tuhan bisa merasakan keadilan yang suci tidak akan tandingannya, dalam keadaan yang apapun, di manapun dan kapanpun. Hasil analisis menunjukkan penggunaan kata Ne pada kata cahyane cahayanya dan Panjenengane Tuhan' yang berkedudukan sebagai penanda kohesi terganti dapat digantikan cahyanipun cahayanya dan Panjenenganipun dia. Dalam pengacuan persona cahyane dan Panjenengane terdapat satuan lingual dalam bahasa Jawa yang ditandai dengan e atau ne. Kedua bentuk ini termasuk tingkat tutur ngoko, dalam penggunaan tingkat tutur krama, bentuk ini dapat diganti dengan ipun, seperti pada contoh pelesapan di atas. Keberterimaan penggantian menggunakan ragam krama karena antesedennya merujuk pada Tuhan. 2) Pengacuan demonstratif Pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk) dibedakan menjadi dua, yaitu pengacuan demonstratif tempat dan pengacuan demonstratif waktu. Adapun contoh data penggunaan penanda kohesi berupa pengacuan demonstratif baik waktu maupun tempat akan diterangkan sebagai berikut. (56) Ora susah adoh-adoh nglulur dosa kang wis klakon. Dosa saiki bae kang wus karuhan (nalika lagi ora kepenak bae). (JB/IV/07/2014) Tidak perlu jauh-jauh melebur dosa yang sudah dilakukan. Dosa sekarang saja yang sudah tentu (ketika sedang tidak nyaman saja). Data (56) terdapat pengacuan demonstratif waktu/temporal kini saiki sekarang, mengacu pada kata dosa yang disebutkan sebelumnya. Berdasarkan anteseden yang terletak di sebelah kiri teks dan masih dalam satu teks maka WP ini termasuk ke dalam pengacuan persona endofora anaforis.

8 digilib.uns.ac.id 46 Data kemudian dibagi atas unsur langsungnya menggunakan teknik BUL,sehingga menjadi seperti berikut. (56a ) Ora susah adoh-adoh nglulur dosa kang wis klakon. Tidak perlu jauh-jauh melebur dosa yang sudah dilakukan (56b) Dosa saiki bae kang wus karuhan (nalika lagi ora kepenak bae) Dosa sekarang saja yang sudah tentu (ketika sedang tidak nyaman saja). Data selanjutnya diuji dengan teknik lesap, dan diperoleh hasil sebagai berikut: (56c) Dosa Ø bae kang wus karuhan (nalika lagi ora kepenak bae) Dosa Ø saja yang sudah tentu (ketika sedang tidak nyaman saja). Hasil analisis menunjukkan adanya pelesapan pesan yang diinformasikan kurang lengkap, seperti yang terlihat pada data (56c). Hal tersebut karena satuan lingual saiki dilesapkan sehingga kalimat menjadi tidak gramatikal. Maka dari itu satuan lingual tersebut wajib hadir. Selanjutnya data diuji dengan teknik ganti. saiki (56d) Dosa * samenika bae kang wus karuhan (nalika lagi ora kepenak bae) * saniki sekarang Dosa sekarang saja yang sudah tentu (ketika sedang tidak nyaman saja). sekarang Data (56d) menunjukkan satuan lingual saiki sekarang yang berkedudukan sebagai penanda kohesi terganti tidak dapat digantikan dengan sapunika sekarang maupun saniki sekarang yang termasuk ragam krama. Kedua kata tersebut meskipun memiliki makna yang sama akan tetapi keduanya berada dalam tingkat tutur yang berbeda dengan unsur yang digantikan, sehingga tidak bisa menggantikan. Data lain penggunaan pengacuan demonstratif tempat akan dipaparkan di bawah ini.

9 digilib.uns.ac.id 47 (43) Supradene kang sinebut utama iku wong kang wis nuduhake pangidepe apadene lelabuhane kanthi mbabarake budi lan kapinterane kanggo melu memayu hayuning bawana utawa rahayune bebrayan agung. Kautaman jembar tebane. Ing kono wis mengkoni kahaning lair lan batin.(jb/ii/04/2014) Meskipun demikian yang disebut utama itu orang yang sudah menunjukkan keinginan atau pengabdian dengan memaparkan budi dan kepandaian untuk ikut berbuat kebaikan menjaga kerukunan sesama atau keselamatan orang banyak. Keutamaan luas sekaliwilayahnya. Di situ sudah menguasai keadaan lahir dan batin. Pada data (43) terdapat dua pengacuan demonstratif tempat agak jauh dari penutur yaitu iku itu dan ing kono di situ. Keduanya termasuk pengacuan endofora kataforis karena yang diacu disebutkan setelahnya. Data kemudian dibagi atas unsur langsungnya menggunakan teknik bagi unsur langsung (BUL), hasilnya seperti berikut. (43a) Supradene kang sinebut utama iku wong kang wis nuduhake pangidepe apadene lelabuhane kanthi mbabarake budi lan kapinterane kanggo melu memayu hayuning bawana utawa rahayune bebrayan agung. Meskipun demikian yang disebut utama itu orang yang sudah menunjukkan keinginan atau pengabdian dengan memaparkan budi dan kepandaian untuk ikut berbuat kebaikan menjaga kerukunan sesama atau keselamatan orang banyak. (43b) Kautaman jembar tebane. Keutamaan luas sekali wilayahnya. (43c) Ing kono wis mengkoni kahaning lair lan batin. Di situ sudah menguasai keadaan lahir dan batin. Data selanjutnya diuji dengan teknik lesap, dan diperoleh hasil sebagai berikut: (43d) Supradene kang sinebut utama Ø wong kang wis nuduhake pangidepe apadene lelabuhane kanthi mbabarake budi lan kapinterane kanggo melu memayu hayuning bawana utawa rahayune bebrayan agung. Meskipun demikian yang disebut utama Ø orang yang sudah menunjukkan keinginan atau pengabdian dengan memaparkan budi dan kepandaian untuk ikut berbuat kebaikan menjaga kerukunan sesama atau keselamatan orang banyak. (43e) Ø wis mengkoni kahaning lair lan batin Ø sudah menguasai keadaan lahir dan batin.

10 digilib.uns.ac.id 48 Dengan dihilangkannya unsur yang mendukung kepaduan wacana seperti yang terlihat pada data (43d) dan (43e) menyebabkan pesan yang disampaikan menjadi tidak jelas. Hal tersebut menunjukkan iku itu dan ing kono di situ wajib hadir, agar wacana menjadi gramatikal dan berterima. Selanjutnya data diuji dengan teknik ganti. iku (43f) Supradene kang sinebut utama * kae wong kang wis nuduhake pangidepe menika apadene lelabuhane kanthi mbabarake budi lan kapinterane kanggo melu memayu hayuning bawana utawa rahayune bebrayan agung. itu Meskipun demikian yang disebut utama itu orang yang sudah menunjukkan itu keinginan atau pengabdian dengan memaparkan budi dan kepandaian untuk berbuat kebaikan menjaga kerukunan sesama atau keselamatan orang banyak. (43g) ing kono wis mengkoni kahaning lair lan batin. * wonten ngriku di situ sudah menguasai keadaan lahir dan batin. di situ Hasil teknik ganti menunjukkan kata iku itu tidak bisa digantikan dengan kae itu karena tidak sesuai dengan konteksnya, tetapi bisa digantikan dengan menika itu meskipun berada dalam tingkat tutur berbeda. Keberterimaan penggantian menggunakan ragam krama karena wacana tetap gramatikal seperti yang tampak pada data (43f). Akan tetapi hal tersebut tidak berlaku untuk penggantian kata ing kono di situ. Satuan lingual tersebut tidak bisa digantikan wonten ngriku di situ yang termasuk ragam krama karena bila dilakukan penggantian wacana menjadi tidak berterima.

11 digilib.uns.ac.id 49 3) Pengacuan komparatif Pengacuan komparatif bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/wujud, sikap, watak, perilaku, dan sebagainya. Berikut merupakan contoh kepaduan wacana yang didukung oleh pengacuan komparatif. (62) Sapa kang ndarbeni kawruh kang jempolan, jembar, lan luhur, kamangka ora dipakartekake lan di-gelarake kanggo melu mangayu-ayu kerta raharjaning urip sesamaning dumadi, iku ora beda karo pasugatan (suguhan) kang nikmat mirasa, lan mumpungati, nanging mung kandheg dadi pameran. (JB/I/04/2014) Siapa yang mempunyai pengetahuan yang jempolan, luas dan tinggi, tetapi tidak digunakan dan dipakai untuk ikut melestarikan kemakmuran hidup sesamanya, itu tidak berbeda dengan hidangan yang nikmat (enak), dan menyenangkan hati tetapi hanya berhenti menjadi pameran. Pada data (62) terdapat pengacuan komparatif ditandai penggunaan kata ora beda tidak berbeda. Satuan lingual tersebut berfungsi membandingkan dua hal yang memiliki kemiripan. Sebelum data (62) dianalisis maka data dibagi atas unsur langsungnya sebagai berikut. (62a) Sapa kang ndarbeni kawruh kang jempolan, jembar, lan luhur, kamangka ora dipakartekake lan di-gelarake kanggo melu mangayu-ayu kerta raharjaning urip sesamaning dumadi, Siapa yang mempunyai pengetahuan yang jempolan, luas dan tinggi, tetapi tidak digunakan dan dipakai untuk ikut melestarikan kemakmuran hidup sesamanya, (62b) iku ora beda karo pasugatan (suguhan) kang nikmat mirasa, lan mumpungati, nanging mung kandheg dadi pameran. itu tidak berbeda dengan hidangan yang nikmat (enak), dan menyenangkan hati tetapi hanya berhenti menjadi pameran. Data selanjutnya diuji dengan teknik lesap, dan diperoleh hasil sebagai berikut: (62c) iku Ø karo pasugatan (suguhan) kang nikmat mirasa, lan mumpungati, nanging mung kandheg dadi pameran. itu Ø dengan hidangan yang nikmat (enak), dan menyenangkan hati tetapi hanya berhenti menjadi pameran.

12 digilib.uns.ac.id 50 Hasil pengujian menunjukkan pengacuan komparatif ora beda tidak berbeda wajib hadir. Satuan lingual tersebut berfungsi sebagai pembanding antara orang yang mempunyai pengetahuan yang luas tetapi tidak dipakai untuk memajukan kesejahteraan bersama yang memiliki kemiripan dengan hidangan yang nikmat tetapi hanya menjadi tontonan saja. Jika satuan lingual tersebut dilesapkan hubungan natara dua hal yang dibandingkan menjadi tidak jelas. Selanjutnya data diuji dengan teknik ganti. (62e) Sapa kang ndarbeni kawruh kang jempolan, jembar, lan luhur, kamangka ora dipakartekake lan di-gelarake kanggo melu mangayu-ayu kerta raharjaning ora beda urip sesamaning dumadi, iku karo pasugatan (suguhan) kang padha nikmat mirasa, lan mumpungati, nanging mung kandheg dadi pameran. Siapa yang mempunyai pengetahuan yang jempolan, luas dan tinggi, tetapi tidak digunakan dan dipakai untuk ikut melestarikan kemakmuran hidup tidak berbeda sesamanya, itu dengan hidangan yang nikmat (enak), dan sama menyenangkan hati tetapi hanya berhenti menjadi pameran. Hasil analisis menunjukkan penggunaan kata ora beda tidak berbeda yang berkedudukan sebagai penanda kohesi terganti dapat digantikan dengan padha sama karena memiliki makna yang sama meskipun kata pertama menggunakan negasi ora tidak. Selain itu keduanya berada dalam ragam bahasa yang sama yaitu ngoko. Dengan demikian keduanya bisa saling menggantikan. (63) Mulane sapa kang kepengin duwe anak utama, panggayuhe tan kena ora kudu nganggo kawruh. Malah ora cukup nganggo kawruh kelahiran. Kayadene kawruhe wong nenandur lan nangkarake, kudu dirangkepi kawruh kebatinan. (JB/III/02/2014) Maka siapa yang ingin mempunyai keturunan yang baik, keinginannya tidak boleh tidak, harus menggunakan pengetahuan. Malah tidak cukup hanya dengan menggunakan pengetahuan kelahiran. Seperti pengetahuannya orang yang menanam dan menetaskan (membudidayakan), harus didukung pengetahuan kebatinan.

13 digilib.uns.ac.id 51 Data (63) berisi nasihat jika ingin memiliki keturunan yang baik untuk mencapainya tidak cukup dengan pengetahuan lahiriah saja tapi didukung batiniah. Hal tersebut juga berlaku untuk orang yang sedang menanam dan membudidaya, juga harus didukung pengetahuan kebatinan. Kemiripan keduanya digabungkan dengan pengacuan komparatif kayadene seperti sehingga wacana tampak kohesif. Sebelum data (63) dianalisis maka data dibagi atas unsur langsungnya sebagai berikut. (63a) Mulane sapa kang kepengin duwe anak utama, panggayuhe tan kena ora kudu nganggo kawruh.. Maka siapa yang ingin mempunyai keturunan yang baik, keinginannya tidak boleh tidak, harus menggunakan pengetahuan. (63b) Malah ora cukup nganggo kawruh kelahiran. Malah tidak cukup hanya dengan menggunakan pengetahuan kelahiran (63c) Kayadene kawruhe wong nenandur lan nangkarake, kudu dirangkepi kawruh kebatinan. Seperti pengetahuannya orang yang menanam dan menetaskan, harus didukung pengetahuan kebatinan. Data selanjutnya diuji dengan teknik lesap, dan diperoleh hasil sebagai berikut: (63d) Ø kawruhe wong nenandur lan nangkarake, kudu dirangkepi kawruh kebatinan. Ø pengetahuannya orang yang menanam dan menetaskan, harus didukung pengetahuan kebatinan. Hasil proses pelesapan menunjukkan kayadene seperti wajib hadir, karena jika pengacuan tersebut dilesapkan seperti yang terlihat pada data (63d) wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Selanjutnya data diuji dengan teknik ganti. kayadene (63e) * kados kawruhe wong nenandur lan nangkarake, kudu dirangkepi * kadosdene kawruh kebatinan.

14 digilib.uns.ac.id 52 seperti seperti pengetahuannya orang yang menanam dan menetaskan, harus seperti didukung pengetahuan kebatinan. Pengujian menggunakan teknik ganti diketahui kaya seperti dapat menggantikan kayadene. Akan tetapi tidak berlaku untuk satuan lingual kados dan kadosdene. Hal itu karena keduanya berada dalam tingkat tutur berbeda dengan unsur yang digantikan, apabila dilakukan penggantian dengan kedua satuan lingual tersebut wacana menjadi tidak berterima. Wacana nampak kohesif jika satuan lingual yang digunakan berada dalam tingkat tutur yang sama. b. Subtitusi Subtitusi adalah penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain untuk menjelaskan struktur tertentu. Subtitusi yang ditemukan dalam WP ini yaitu subtitusi klausal. Dalam pembahasan mengenai subtitusi tidak digunakan teknik ganti karena subtitusi sudah mengenai penggantian satuan lingual yang satu dengan yang lain sehingga unsur pengganti dan terganti telah dicantumkan. Dengan demikian dalam bab subtitusi hanya akan dilakukan BUL dan teknik lesap. Subtitusi klausal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa klausa atau kalimat dengan satuan lingual lainnya yang berupa kata atau frasa. Berikut merupakan contoh data yang didukung oleh subtitusi klausal. (72) Pepenginaning manungsa mono ora ana enteke. Kepengin deduwe luwih saka apa kang wis di-darbeni. Wong kang wis kadhung katrem ing panggodha kaya mangkono iku, atine tansah rongeh, kebak pangangsa-angsa. (JB/II/03/2014) Keinginan manusia itu tidak pernah ada habisnya. Keinginan mempunyai lebih dari yang sudah dimiliki. Orang yang sudah terlanjur betah dalam godaan yang seperti itu, hatinya selalu lincah, penuh ambisi.

15 digilib.uns.ac.id 53 Pada data (72) terdapat kata mangkono itu yang merupakan unsur pengganti dari kepengin deduwe luwih saka apa kang wis di-darbeni keinginan mempunyai lebih dari yang sudah dimiliki. Penggantian tersebut dilakukan agar wacana menjadi lebih padu tanpa pengulangan satuan lingual yang sama. Data kemudian dibagi atas unsur langsungnya menggunakan teknik bagi unsur langsung (BUL). (72a) Pepenginaning manungsa mono ora ana enteke. Kepengin deduwe luwih saka apa kang wis di-darbeni. Keinginan manusia itu tidak pernah ada habisnya. Keinginan mempunyai lebih dari yang sudah dimiliki. (72b) Wong kang wis kadhung katrem ing panggodha kaya mangkono iku, atine tansah rongeh, kebak pangangsa-angsa. Orang yang sudah terlanjur betah di godaan yang seperti itu, hatinya selalu lincah, penuh ambisi. Data selanjutnya diuji dengan teknik lesap, dan diperoleh hasil sebagai berikut: (72c) Pepenginaning manungsa mono ora ana enteke. Ø Keinginan manusia itu tidak pernah ada habisnya. Ø (72d) Wong kang wis kadhung katrem ing panggodha Ø iku, atine tansah rongeh, kebak pangangsa-angsa Orang yang sudah terlanjur betah di godaan yang Ø, hatinya selalu lincah, penuh ambisi. Setelah dilakukan pelesapan mangkono iku sebagai unsur pengganti dari kepengin deduwe luwih saka apa kang wis di-darbeni keinginan mempunyai lebih dari yang sudah dimiliki wajib hadir, jika keduanya dilesapkan wacana menjadi tidak gramatikal. Data tersebut tidak dapat dipahami jika satuan lingual yang dipentingkan dilesapkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keintian dari unsur yang dihilangkan tinggi. (76) Lamun ing rikalane nandhang sangsara, kita bisa nganggep iku mono sawijining ganjaran, ing mengkono nalikane bisa ginanjar kamulyan ing uripe bakal bisa prasaja. (JB/III/07/2014) Kalau saat mengalami kesengsaraan, kita bisa menganggap itu salah satu pahala, yang nantinya bisa dibalas dengan kemuliaan dalam hidup yang pasti akan bahagia di kehidupannya.

16 digilib.uns.ac.id 54 Pada data (76) terdapat kata rikalane nandhang sangsara saat mengalami kesengsaraan yang disubtitusikan dengan satuan lingual iku itu. Data kemudian dibagi atas unsur langsungnya menggunakan teknik bagi unsur langsung (BUL). (76a) Lamun ing rikalane nandhang sangsara, kita bisa nganggep iku mono sawijining ganjaran, Kalau saat mengalami kesengsaraan, kita bisa menganggap itu salah satu pahala, (76b) ing mengkono nalikane bisa ginanjar kamulyan ing uripe bakal bisa prasaja yang nantinya bisa dibalas dengan kemuliaan dalam hidupnya yang pasti akan bahagia. Data selanjutnya diuji dengan teknik lesap, dan diperoleh hasil sebagai berikut: (76c) Lamun ing Ø, kita bisa nganggep Ø mono sawijining ganjaran, Kalau Ø, kita bisa menganggap Ø salah satu pahala, Hasil pengujian menunjukkan penggunaan iku itu yang merupakan unsur pengganti dari rikalane nandhang sangsara saat mengalami kesengsaraan wajib hadir sebagai pendukung kepaduan wacana. Jika keduanya dilesapkan maka wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. c. Elipsis Elipsis adalah penghilangan unsur yang sama agar kalimat menjadi efektif. Dalam penelitian ini konstituen yang dilesapkan ditandai dengan zero Ø. Dalam menganalisis data yang mengandung penanda kohesi elipsis tidak menggunakan BUL, teknik lesap maupun teknik ganti, tetapi langsung membagi data menjadi dua bentuk yaitu bentuk utuh dan bentuk setelah dilakukan pelesapan. Berikut ini contoh data pelesapan. (80) Endeming inuman keras ora sepirowa, tangi turu wis ilang, nanging endeming kawibawan lan kamukten sok anggonjingake engetan.ora bisa mari dening sarana, marine yen wis tumiba ing tiwas, getune kasep: mulane arang begja wong wibawa mukti eling marang kapesan, duwe tepa utawa welas marang

17 digilib.uns.ac.id 55 pepadhaning tumitah kang tumiba kang apes, utawa kemlaratan. (JB/IV/09/2014) Mabuknya minuman keras tidaklah seberapa, bangun tidur sudah hilang, tetapi mabuknya kewibawaan dan kemuliaan terkadang menggoyahkan ingatan. Tidak bisa sembuh oleh alat, sembuhnya jika sudah meninggal, penyesalannya terlambat: makanya jarang beruntung orang yang berwibawa dan mulia ingat akan kesialan, memiliki sikap menghargai atau rasa iba kepada cahaya peringatan yang ada dibalik kesialan, atau kemiskinan. WP data (80) terdiri atas dua kalimat, di dalamnya terdapat pelesapan endeming inuman keras mabuknya minuman keras sebanyak empat kali pada kalimat berikutnya. Pelesapan tersebut terjadi sebelum kata tangi turu bangun tidur, ora bisamari tidak bisa sembuh, marine yen sembuhnya jika, getune kasep penyesalannya terlambat. Pelesapan dimaksudkan agar kalimat menjadi lebih efektif dan tidak menimbulkan kebosanan. Selanjutnya untuk menganalisis, data akan dibagi menjadi dua bentuk yaitu bentuk utuh dan bentuk setelah dilakukan pelesapan (80a) Endeming inuman keras ora sepirowa, Ø tangi turu wis ilang, nanging endeming kawibawan lan kamukten sok anggonjingake engetan. Ø Ora bisa mari dening sarana, Ø marine yen wis tumiba ing tiwas, Ø getune kasep: mulane arang begja wong wibawa mukti eling marang kapesan, duwe tepa utawa welas marang pepadhaning tumitah kang tumiba kang apes, utawa kemlaratan. (JB/IV/09/2014) Mabuknya minuman keras tidaklah seberapa,ø bangun tidur sudah hilang, tetapi mabuknya kewibawaan dan kemuliaan terkadang menggoyahkan ingatan. Ø Tidak bisa sembuh oleh alat, Ø sembuhnya jika sudah meninggal, Ø penyesalannya terlambat: makanya jarang beruntung orang yang berwibawa dan mulia ingat akan kesialan, memiliki sikap menghargai atau rasa iba kepada cahaya peringatan yang ada dibalik kesialan, atau kemiskinan (80b) Endeming inuman keras ora sepirowa, (endeming inuman keras) tangi turu wis ilang, nanging endeming kawibawan lan kamukten sok anggonjingake engetan. (endeming inuman keras) Ora bisa mari dening sarana, (endeming inuman keras) marine yen wis tumiba ing tiwas, (endeming inuman keras) getune kasep: mulane arang begja wong wibawa mukti eling marang kapesan, duwe tepa utawa welas marang pepadhaning tumitah kang tumiba kang apes, utawa kemlaratan. Mabuknya minuman keras tidaklah seberapa,(mabuknya minuman keras) bangun tidur sudah hilang, tetapi mabuknya kewibawaan dan kemuliaan terkadang menggoyahkan ingatan. commit (mabuknya to user minuman keras) Tidak bisa

18 digilib.uns.ac.id 56 sembuh oleh alat, (mabuknya minuman keras) sembuhnya jika sudah meninggal, (mabuknya minuman keras) penyesalannya terlambat: makanya jarang beruntung orang yang berwibawa dan mulia ingat akan kesialan, memiliki sikap menghargai atau rasa iba kepada cahaya peringatan yang ada dibalik kesialan, atau kemiskinan. WP data (80b) keberadaan endeming inuman keras mabuknya minuman keras sebagai subjek yang pada kalimat-kalimat berikutnya tidak tampak, dapat dirunut dari unsur yang telah disebutkan seperti yang nampak pada data (80a). Tampak dari hasil analisis, dengan adanya pelesapan kalimat menjadi lebih padu, kohesif dan efisien. Selain itu dengan tidak adanya pengulangan frasa yang sama tidak menimbulkan kejenuhan. d. Konjungsi Konjungsi merupakan kata yang mengubungkan satuan lingual satu dengan lainnya. Konjungsi yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi konjungsi sebabakibat, pertentangan, kelebihan, perkecualian, konsesif, tujuan, penambahan, pilihan, harapan, urutan, perlawanan, waktu (temporal), syarat, dan cara. Berikut akan dijelaskan mengenai konjungsi yang ada pada wacana persuasi. 1) Konjungsi sebab-akibat Konjungsi sebab-akibat merupakan konjungsi yang menyatakan sebab-akibat. Dalam bahasa Jawa konjungsi sebab-akibat ditandai dengan kata jalaran dikarenakan, mula maka, marga karena, awit karena, karana karena, seperti tampak pada data berikut ini. (83) Mbenerake iku merga rasa ngeman kasurung saka gedhene rasa tresna asih. Nacad adhakane kadereng dening watak drengki. (JB/III/01/2014) Membenarkan itu karena rasa sayang terdorong besarnya perasaan cinta kasih. Mencacat kadang-kadang terdorong sifat iri.

19 digilib.uns.ac.id 57 Pada data di atas hubungan antarklausa ditandai dengan konjungsi sebab-akibat berupa satuan lingual merga karena. Wacana tersebut berisi tentang orang yang membenarkan itu karena terdorong oleh rasa kasih sayang yang besar. Data kemudian dibagi atas unsur langsungnya menggunakan teknik bagi unsur langsung (BUL). (83a) Mbenerake iku merga rasa ngeman kasurung saka gedhene rasa tresna asih. Membenarkan itu karena rasa sayang terdorong besarnya perasaan cinta kasih. (83b) Nacad adhakane kadereng dening watak drengki. Mencacat kadang-kadang terdorong sifat iri. Data selanjutnya diuji dengan teknik lesap, dan diperoleh hasil sebagai berikut: (83c) Mbenerake iku Ø rasa ngeman kasurung saka gedhene rasa tresna asih. Membenarkan itu Ø rasa sayang terdorong besarnya perasaan cinta kasih. Hasil pengujian menunjukkan konjungsi merga karena kehadirannya diperlukan karena ketika dilesapkan wacana menjadi tidak gramatikal. Satuan lingual merga yang berfungsi menghubungkan antarklausa dalam wacana menyatakan hubungan sebab-akibat sehingga ketika dilakukan pelesapan hubungan tersebut menjadi tidak jelas. Selanjutnya data diuji dengan teknik ganti. (83d) Mbenerake iku asih. Membenarkan itu kasih. merga amarga rasa ngeman kasurung saka gedhene rasa tresna * amargi karena karena karena rasa sayang terdorong besarnya perasaan cinta Hasil analisis menunjukkan konjungsi merga karena dapat digantikan dengan amarga karena, karena satuan lingual yang digantikan merupakan bentuk variasi dari kata yang menggantikan. Akan tetapi commit tidak dapat to user digantikan dengan amargi karena

20 digilib.uns.ac.id 58 keduanya dalam tingkat tutur yang berbeda, merga berada dalam ragam ngoko sedangkan amargi termasuk ragam krama. (91) Wangsulan: Menawa wong ngabekti marang Pangeran kena sarana nindakake patrap manut carane dhewe-dhewe, senadyan kowe ora muni, nanging sarana eninging ciptamu bae Pangeran wis ngawuningani apa kang dadi sedyamu, jalaran Pangeran saged midhanget tanpa nganggo talingan. (JB/III/04/2014) Jawaban: Jika orang yang berbakti kepada Tuhan boleh dengan cara melakukan perbuatan yang sesuai dengan aturannya sendiri-sendiri, walaupun kamu tidak berucap, tetapi dengan cara hening pikiranmu saja Tuhan sudah mengetahui apa yang menjadi keinginanmu, karena Tuhan bisa mendengar tanpa menggunakan pendengaran. Pada data (91) WP terdiri dari beberapa klausa yang dihubungkan dengan jalaran karena. Satuan lingual tersebut berfungsi menghubungkan Pangeran wis ngawuningani apa kang dadi sedyamu Tuhan sudah mengetahui apa yang menjadi keinginanmu dengan Pangeran saged midhanget tanpa nganggo talingan Tuhan bisa mendengar tanpa menggunakan pendengaran. Maksud dari wacana ialah jika seseorang ingin mengabdi kepada Allah bisa dengan cara hening meskipun tidak berbicara Tuhan tahu yang kita minta karena bisa mendengar tanpa menggunakan telinga. Data kemudian dibagi atas unsur langsungnya menggunakan teknik BUL. (91a) Wangsulan: Menawa wong ngabekti marang Pangeran kena sarana nindakake patrap manut carane dhewe-dhewe, senadyan kowe ora muni, Jawaban: Jika orang yang berbakti kepada Tuhan boleh dengan cara melakukan perbuatan yang sesuai dengan aturannya sendiri-sendiri, walaupun kamu tidak berucap, (91b) nanging sarana eninging ciptamu bae Pangeran wis ngawuningani apa kang dadi sedyamu, jalaran Pangeran saged midhanget tanpa nganggo talingan. tetapi dengan cara hening pikiranmu saja Tuhan sudah mengetahui apa yang menjadi keinginanmu, karena Tuhan bisa mendengar tanpa menggunakan pendengaran. Data selanjutnya diuji dengan teknik lesap, dan diperoleh hasil sebagai berikut:

21 digilib.uns.ac.id 59 (91c) nanging sarana eninging ciptamu bae Pangeran wis ngawuningani apa kang dadi sedyamu, Ø Pangeran saged midhanget tanpa nganggo talingan. tetapi dengan cara hening pikiranmu saja Tuhan sudah mengetahui apa yang menjadi keinginanmu, Ø Tuhan bisa mendengar tanpa menggunakan pendengaran. Hasil pengujian menunjukkan apabila konjungsi jalaran karena dilesapkan wacana masih berterima. Akan tetapi hubungan antarklausa menjadi tidak jelas. Untuk itu kehadiran satuan lingual yang dilesapkan menjadikan wacana menjadi padu dan kohesif, karena konjungsi tersebut menghubungkan pernyataan yang disampaikan dengan alasan yang menjadi pendukungnya. Selanjutnya data diuji dengan teknik ganti. (91d) nanging sarana eninging ciptamu bae Pangeran wis ngawuningani apa jalaran kang dadi sedyamu, amarga Pangeran saged midhanget tanpa nganggo awit talingan. tetapi dengan cara hening pikiranmu saja Tuhan sudah mengetahui apa yang karena menjadi keinginanmu, karena Tuhan bisa mendengar tanpa menggunakan karena pendengaran. Hasil analisis menunjukkan konjungsi jalaran karena ketika diganti dengan amarga sebab dan awit karena ternyata tetap gramatikal. Hal tersebut menunjukkan bahwa penanda konjungsi sebab-akibat bisa saling menggantikan. (97) Tembung buta-arepan iku satemene bisa ditumrapeke marang dhedhuwurane, wong tuwane, lan sapa bae, karana dinakwa nresnani awak liya, satemah dheweke bisa kesingkur. (JB/II/06/2014) Kata buta arepan (raksasa serakah) itu sesungguhnya bisa ditujukan kepada atasan, orang tua, dan siapa saja, karena dianggap mencintai orang lain, sehingga dirinya bisa tersingkir. Dalam data terdapat konjungsi sebab-akibat karana karena yang berfungsi menghubungkan pernyataan tembung commit buta-arepan to user iku satemene bisa ditumrapeke

22 digilib.uns.ac.id 60 marang dhedhuwurane, wong tuwane, lan sapa bae kata buta arepan itu sesungguhnya bisa ditujukan kepada atasan, orang tua, dan siapa saja, dengan alasan dari pernyataan tersebut yaitu dinakwa nresnani awak liya, satemah dheweke bisa kesingkur dianggap mencintai orang lain, sehingga dirinya bisa tersingkir. Data kemudian dibagi atas unsur langsungnya menggunakan teknik bagi unsur langsung (BUL). (97a) Tembung buta-arepan iku satemene bisa ditumrapeke marang dhedhuwurane, wong tuwane, lan sapa bae, Kata buta arepan (raksasa serakah) itu sesungguhnya bisa ditujukan kepada atasan, orang tua, dan siapa saja, (97b) karana dinakwa nresnani awak liya, satemah dheweke bisa kesingkur karena dianggap mencintai orang lain, sehingga dirinya bisa tersingkir. Data selanjutnya diuji dengan teknik lesap, dan diperoleh hasil sebagai berikut: (97c) Ø dinakwa nresnani awak liya, satemah dheweke bisa kesingkur Ø dianggap mencintai orang lain, sehingga dirinya bisa tersingkir. Hasil pengujian menunjukkan konjungsi karana karena kehadirannya diperlukan, karena ketika dilesapkan wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Hubungan antarklausa juga menjadi tidak jelas. Selanjutnya data diuji dengan teknik ganti. (97d) karana jalaran dinakwa nresnani awak liya, satemah dheweke bisa kesingkur. awit karena karena dianggap mencintai orang lain, sehingga dirinya bisa tersingkir. karena Hasil analisis menunjukkan konjungsi karana karena ketika diganti dengan jalaran karena dan awit karena tetap gramatikal. Maka penanda konjungsi sebab-

23 digilib.uns.ac.id 61 akibat dapat saling menggantikan, karena memiliki makna yang sama dan berada dalam tingkat tutur yang sama yaitu ngoko. 2) Konjungsi pertentangan Konjungsi pertentangan merupakan konjungsi yang menyatakan makna pertentangan. Konjungsi ini ditandai dengan satuan lingual nanging tetapi, mung hanya, dene sedangkan. Berikut merupakan contoh kepaduan wacana yang terdapat konjungsi pertentangan. (117) Becik nulada watake wiji waringin. Wiji kang cilik, kesampar kesandhung ora mbejaji, nanging yen wis thukul bisa dadi wit kang agung mrebawani. (JB/I/04/2014) Lebih baik meniru watak biji beringin. Biji yang kecil, tersampar tersandung tidak bernilai, tetapi jika sudah tumbuh bisa menjadi pohon yang tinggi meneduhkan. Contoh data WP di atas konjungsi pertentangan ditandai pemakaian kata nanging tetapi. Konjungsi nanging berfungsi menjelaskan bahwa walaupun biji beringin yang kecil, tersandung dan tersampar kesana-kemari, tidak ada harganya akan tetapi jika sudah tumbuh bisa menjadi pohon yang besar. Jadi, konjungsi pertentangan yang ada digunakan untuk menyatakan hal yang berkebalikan dari unsur yang telah disebutkan. Data kemudian dibagi atas unsur langsungnya menggunakan teknik BUL. (117a) Becik nulada watake wiji waringin Lebih baik meniru watak biji beringin. (117b) Wiji kang cilik, kesampar kesandhung ora mbejaji, nanging yen wis thukul bisa dadi wit kang agung mrebawani. Biji yang kecil, tersandung tidak bernilai,tetapi jika tumbuh bisa menjadi pohon yang tinggi meneduhkan. Data selanjutnya diuji dengan teknik lesap, dan diperoleh hasil sebagai berikut: (117c) Wiji kang cilik, kesampar kesandhung ora mbejaji, Ø yen wis thukul bisa dadi wit kang agung mrebawani.

24 digilib.uns.ac.id 62 Biji yang kecil, tersandung tidak bernilai,ø jika tumbuh bisa menjadi pohon yang tinggi meneduhkan. Hasil pengujian menunjukkan konjungsi nanging tetapi bila dilesapkan kalimat menjadi tidak gramatikal karena hubungan antaraunsur tidak jelas. Selain itu makna sebelum dengan sesudah dilesapkan memiliki perbedaan. Setelah dilakukan pelesapan makna berubah dari makna yang seharusnya atau makna yang dimaksudkan oleh kalimat di atas. Oleh karena itu kehadiran konjungsi yang dilesapkan wajib dihadirkan agar jelas pesan yang ingin disampaikan. Selanjutnya data diuji dengan teknik ganti. (117d) Wiji kang cilikk, kesampar kesandhung ora mbejaji, thukul bisa dadi wit kang agung mrebawani. tetapi Biji yang kecil, tersandung tidak bernilai, meskipun bisa menjadi pohon yang tinggi meneduhkan. nanging ewasemono yen wis jika tumbuh demikian Hasil analisis menunjukkan konjungsi nanging tetapi ketika diganti dengan ewasemono meski demikian, kalimat tetap gramatikal dan berterima. Hal tersebut dikarenakan keduanya memiliki makna yang mirip sehingga bisa saling menggantikan. (130) Unen-unen: wong ngalah luhur wekasane, iku nyata, ora ana wong keduwung ngone ngalah: ujar sakecap laku setindak, ewadene arang kang gelem anglakoni.(jb/iii/08/2014) Perkataan: orang yang mengalah luhur pada akhirnya, itu nyata, tidak ada yang menderita karena mengalah: sedikit berbicara banyak tindakan, sedangkan jarang yang mau melakukan. Data di atas terdapat penanda kohesi leksikal konjungsi pertentangan berupa satuan lingual ewadene tetapi. Satuan lingual tersebut berfungsi sebagai penghubung antarkalimat. Kalimat yang dihubungkan yaitu Unen-unen: wong ngalah luhur wekasane, iku nyata, ora ana wong commit keduwung to user ngone ngalah: ujar sakecap laku

25 digilib.uns.ac.id 63 setindak, Perkataan: orang yang mengalah luhur pada akhirnya, itu nyata, tidak ada yang menderita karena mengalah: sedikit berbicara banyak tindakan dengan arang kang gelem anglakoni jarang yang mau melakukan. Konjungsi ewadene yang digunakan dalam wacana tersebut memperlihatkan bahwa antarkalimat di dalamnya memiliki hubungan perlawanan. Data kemudian dibagi atas unsur langsungnya menggunakan teknik BUL. (130a) Unen-unen: wong ngalah luhur wekasane, iku nyata, ora ana wong keduwung ngone ngalah: ujar sakecap laku setindak, Perkataan: orang yang mengalah luhur pada akhirnya, itu nyata, tidak ada yang menderita karena mengalah: sedikit berbicara banyak tindakan, (130b) ewadene arang kang gelem anglakoni sedangkan jarang yang mau melakukan. Data selanjutnya diuji dengan teknik lesap, dan diperoleh hasil sebagai berikut: (130c) Ø arang kang gelem anglakoni Ø jarang yang mau melakukan. Hasil pengujian menunjukkan konjungsi ewadene sedangkan apabila dilesapkan kalimat menjadi tidak gramatikal karena hubungan antara kedua kalimat menjadi tidak jelas. Oleh karena itu kehadiraan konjungsi perlawanan menambah kekohesifan wacana. Selanjutnya data diuji dengan teknik ganti. (130d) ewadene arang kang gelem anglakoni. dene sedangkan jarang yang mau melakukan. sedangkan Hasil analisis menunjukkan konjungsi ewadene sedangkan ketika diganti dengan dene sedangkan, kalimat tetap gramatikal dan berterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa keduanya bisa saling menggantikan karena memiliki makna yang

26 digilib.uns.ac.id 64 sama. Satuan lingual yang menggantikan merupakan variasi lain dari satuan lingual yang digantikan. (131) Ora ana barang langeng, mung kabecikan kang ora bisa sirna, sanadyan kang gawe becik wis ana ing jaman kailangan, kabecikan ya ora bisa ilang, isih ditinggal ana ing alam donya. (JB/IV/08/2014) Tidak ada barang abadi, hanya kebaikan yang tidak bisa hilang, walaupun yang berbuat sudah ada di keabadian, kebaikannya tidak bisa hilang, masih tertinggal di dunia. Dalam data terdapat konjungsi perlawanan berupa satuan lingual mung hanya yang digunakan sebagai penghubung ora ana barang langeng tidak ada barang abadi dengan kabecikan kang ora bisa sirna yang berbuat sudah ada di keabadian. Konjungsi tersebut menghubungkan satuan lingual yang saling berlawanan. Artinya pernyataan yang disebutkan setelahnya merupakan keberlawanan dari pernyataan yang telah disebutkan dan atau sebaliknya. WP di atas mengemukakan bahwa tidak ada barang/benda yang abadi, hanya kebaikan yang tidak bisa hilang. Data kemudian dibagi atas unsur langsungnya menggunakan teknik bagi unsur langsung (BUL). (131a) Ora ana barang langeng mung kabecikan kang ora bisa sirna Tidak ada barang abadi hanya kebaikan yang tidak bisa hilang. (131b) sanadyan kang gawe becik wis ana ing jaman kailangan, Walaupun yang berbuat sudah ada di keabadian, kebaikannya tidak bisa hilang, masih tertinggal di dunia. Data selanjutnya diuji dengan teknik lesap, dan diperoleh hasil sebagai berikut: (131c) Ora ana barang langeng Ø kabecikan kang ora bisa sirna, Tidak ada barang abadi, Ø kebaikan yang tidak bisa hilang, Hasil pengujian menggunakan teknik lesap menunjukkan apabila konjungsi perlawanan dilesapkan kalimat menjadi tidak gramatikal. Ketidakgramatikalan terjadi karena hubungan antara kedua kalimat tidak jelas. Dengan demikian kehadiran konjungsi perlawanan wajib ada.

27 digilib.uns.ac.id 65 3) Konjungsi kelebihan Konjungsi kelebihan merupakan konjungsi yang menyatakan sesuatu yang menyangatkan atau mendukung kalimat yang dipaparkan. Konjungsi ini ditandai dengan adanya satuan lingual malah malah. Berikut merupakan contoh kepaduan wacana yang terdapat konjungsi kelebihan. (142) Saben wong (wis) ngerti yen nesu utawa muring-muring iku kalebu pratingkah kang ora apik. Malah ana kang ngarani: panggodhaning setan. Nanging geneya arang kang gelem ngreh pribadine supaya aja nganti saben-saben nesu muring-muring? Kepara malah akeh kang dhemen ngumbar hawa pemuringe? [...] (JB/III/03/2014) Setiap orang (sudah) mengerti jika marah atau murka itu termasuk perilaku yang tidak baik. Malah ada yang mengatakan: godaan setan. Tetapi kenapa jarang yang mau menguasai pribadinya supaya jangan sampai setiap marah murka? Malahan banyak yang suka mengumbar hawa marahnya? Data di atas terdiri dari empat kalimat yang terdapat penanda konjungsi kelebihan berupa satuan lingual malah malah terletak dalam kalimat berbeda. Konjungsi tersebut berfungsi menyangatkan atau mendukung kalimat yang disebutkan sebelumnya. Satuan lingual malah yang pertama digunakan untuk menghubungkan nesu utawa muringmuring iku kalebu pratingkah kang ora apik marah atau murka itu termasuk perilaku yang tidak baik dengan klausa malah ana kang ngarani: panggodhaning setan malah ada yang mengatakan: godaan setan. Wacana menerangkan bahwa marah-marah adalah perbuatan tidak baik, malah ada yang menggangap godaan setan. Penggunaan kedua dipakai untuk menerangkan seharusnya seseorang ketika marah bisa meredam amarah bukan mengumbar kemarahannya. Data kemudian dibagi unsur langsungnya menggunakan teknik BUL, dan diperoleh hasil sebagai berikut. (142a) Saben wong (wis) ngerti yen nesu utawa muring-muring iku kalebu pratingkah kang ora apik. Setiap orang (sudah) mengertijika marah atau murka itu termasuk perilaku yang tidak baik.

28 digilib.uns.ac.id 66 (142b) Malah ana kang ngarani: panggodhaning setan. Malah ada yang mengatakan: godaan setan. (142c) Nanging geneya arang kang gelem ngreh pribadine supaya aja nganti saben-saben nesu muring-muring? Tetapi kenapa jarang yang mau menguasai pribadinya supaya jangan sampai setiap marah murka? (142d) Kepara malah akeh kang dhemen ngumbar hawa pemuringe? Malahan banyak yang suka mengumbar hawa marahnya? Data selanjutnya diuji dengan teknik lesap, dan diperoleh hasil sebagai berikut: (142e) Ø ana kang ngarani: panggodhaning setan. Ø ada yang mengatakan: godaan setan. (142f) Kepara Ø akeh kang dhemen ngumbar hawa pemuringe? Ø banyak yang suka mengumbar hawa marahnya? Hasil proses pelesapan menunjukkan bila malah ataupun malahan dilesapkan tidak terlalu berpengaruh pada kekohesifan kalimat, kalimat tetap gramatikal. Akan tetapi dengan kehadiran satuan lingual tersebut makna dari wacana yang sifatnya menyangatkan bisa tersampaikan dan pernyaataan tersebut mendapat perhatian lebih. 4) Konjungsi perkecualian Konjungsi perkecualian digunakan untuk menyatakan pengecualian ditandai penggunaan kajaba kecuali. Berikut contoh data penggunaan konjungsi perkecualian. (145) [...] Terkadhang mung lagi bisa nuturi bae, yen duwe kareman durung bisa mbuwang, tembunge:...ngemungna awakku dhewe kang nyeret, anak putuku tak supatani ora slamet, yen ngantiya nyeret kaya aku. Prasapa kaya mengkono iku: kajaba angalap menang: ora mandi. (JB/V/08/2014) [...] Terkadang hanya bisa menasihati saja, jika punya keinginan belum bisa membuang, kalimatnya: lihatlah dirimu sendiri yang membuat susah, anak cucuku saya sumpahi tidak selamat, jika sampai membuat susah seperti saya. Anggapan seperti itu: kecuali mengharapkan menang: tidak mempan. Pada data (145) ditemukan penanda konjungsi perkecualian berupa satuan lingual kajaba kecuali. Satuan lingual commit tersebut to menghubungkan user klausa prasapa kaya

29 digilib.uns.ac.id 67 mengkono iku anggapan seperti itu dengan klausa angalap menang: ora mandi mengharapkan menang: tidak mempan. Maksud dari wacana ialah seseorang yang hanya bisa menasihati orang lain tetapi tidak bisa bercermin pada diri sendiri tidak lain kecuali hanya ingin menang sendiri. Data lalu dianalisis menggunakan teknik BUL, dan diperoleh hasil berikut. (145a) [...] Terkadhang mung lagi bisa nuturi bae, yen duwe kareman durung bisa mbuwang, tembunge:...ngemungna awakku dhewe kang nyeret, anak putuku tak supatani ora slamet, yen ngantiya nyeret kaya aku. [...] Terkadang hanya bisa menasihati saja, jika punya keinginan belum bisa membuang, kalimatnya: lihatlah dirimu sendiri yang membuat susah, anak cucuku saya sumpahi tidak selamat, jika sampai membuat susah seperti saya. (145b) Prasapa kaya mengkono iku: kajaba angalap menang: ora mandi. Anggapan seperti itu: kecuali mengharapkan menang: tidak mempan. Data selanjutnya diuji dengan teknik lesap, dan diperoleh hasil sebagai berikut: (145c) Prasapa kaya mengkono iku: Ø angalap menang: ora mandi. Anggapan seperti itu: Ø mengharapkan menang: tidak mempan. Hasil analisis menunjukkan setelah konjungsi kajaba dilesapkan kalimat menjadi tidak berterima. Hal tersebut berakibat pesan yang ingin disampaikan menjadi tidak jelas. Oleh karena itu agar menjadi jelas maka satuan lingual yang dilesapkan hendaknya dihadirkan. Data selanjutnya diuji menggunakan teknik ganti. kajaba (145e) Prasapa kaya mengkono iku angalap menang: ora mandi. * kejawi kecuali Ajaran seperti itu mengharapkan menang: tidak mempan. kecuali Pengujian menggunakan teknik ganti menunjukkan satuan lingual kejawi kecuali yang berperan sebagai pengganti, tidak dapat menggantikan kajaba kecuali. Meskipun keduanya memiliki makna yang sama, tetapi berada dalam tingkat tutur yang berbeda sehingga tidak bisa saling menggantikan. Data (145) menggunakan ragam

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat Oleh: Anis Cahyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa namakuaniscahyani@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian akan dibahas enam hal yaitu jenis penelitian, data dan sumber data, populasi, sampel, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR

REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Winiar Faizah Aruum 2102406672 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA

ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA i ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Nila Haryu Kurniawati NIM : 2102407144 Prodi : Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA Oleh: Anggit Hajar Maha Putra program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa anggitzhajar@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Astuti Kurnia Salmi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa astuti.kurniasalmi@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013

Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013 Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013 Oleh: Nur Widiawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa nurwidiawati93@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat 47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Edi Subroto (1992:7) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian diperlukan adanya suatu penelitian yang relevan sebagai sebuah acuan agar penelitian ini dapat diketahui keasliannya. Tinjauan pustaka berisi

Lebih terperinci

Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn

Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn Oleh: Rina Suryaningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Rinasuryaningsih22@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

NARASI KELISANAN DALAM TRADISI NGLIWETI PARI DESA JURANGJERO REMBANG

NARASI KELISANAN DALAM TRADISI NGLIWETI PARI DESA JURANGJERO REMBANG NARASI KELISANAN DALAM TRADISI NGLIWETI PARI DESA JURANGJERO REMBANG Skripsi Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nama : Arie Ikha Safitri NIM : 2102407060 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PAMERAN BUKU MURAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 TANGGAL 27 NOVEMBER 2014

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PAMERAN BUKU MURAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 TANGGAL 27 NOVEMBER 2014 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PAMERAN BUKU MURAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 TANGGAL 27 NOVEMBER 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam

Lebih terperinci

Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo

Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo Oleh: Feni Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa fenia228@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO Oleh : Ari Rahmawati Soimah pendidikan bahasa dan sastra jawa Mitathegaul@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Jemini Karya Suparto Brata

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Jemini Karya Suparto Brata Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Jemini Karya Suparto Brata Oleh: Wanti Pharny Zulaiha Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa wantipharnyzulaiha@yahoo.co.id Abstrak : Penelitian

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. BAB 2 KLASIFIKASI DATA

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. BAB 2 KLASIFIKASI DATA 14 BAB 2 KLASIFIKASI DATA 2.1 Pengantar Pada penelitian ini penulis membatasi kajiannya seputar bab kemanusiaan dalam teks BBBJ. Data yang tertuang dalam bentuk ungkapan-ungkapan Jawa baik yang berupa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian aspek gramatikal dan aspek leksikal yang terdapat dalam surat kabar harian Solopos tahun 2015 dan 2016 ditemukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GAYA BAHASA DALAM NOVEL SER! SER! PLONG! KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Esty Peniarti NIM : 2102405606 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Lebih terperinci

SKRIPSI. oleh. Nama. : Elok Wahyuni. : Bahasa dan Sastra Jawa NIM. Program. Jurusan FAKULTAS

SKRIPSI. oleh. Nama. : Elok Wahyuni. : Bahasa dan Sastra Jawa NIM. Program. Jurusan FAKULTAS PEROLEHAN BAHASAA JAWA ANAK PLAYGROUP AULIYAA KENDAL USIA 3-4 TAHUN SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama NIM : Elok Wahyuni : 2102407065 Program studi :Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

Analisis Mikrostruktural Roman Asmarani Karya Suparto Brata

Analisis Mikrostruktural Roman Asmarani Karya Suparto Brata Analisis Mikrostruktural Roman Asmarani Karya Suparto Brata Oleh: Desy Anindita Sari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa desyanindita22@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik

BAB II PEMBAHASAN. Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik BAB II PEMBAHASAN Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik itu gramatikal maupun leksikal) dan penanda koherensi dalam wacana Antologi Cerkak Puber Kedua karya Ary Nurdiana. Untuk

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL

KISI-KISI PENULISAN SOAL KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Kelas VII/ Semester 1 Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Jumlah 10 PG, 5 uraian Kurikulum : Kurikulum 2013 NO KOMPETENSI KOMPETENSI KELAS/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana sekarang ini berkembang sangat pesat. Berbagai kajian wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. Wacana berkembang di berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD Oleh: Joni Fajar Arif Prasetyo program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Lebih terperinci

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Wulandari Karya Yunani

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Wulandari Karya Yunani Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Wulandari Karya Yunani Oleh: Rohadi Alfaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rohadialfaris@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Dari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas:

Dari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas: Dari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas: Referensi Eksoforis (Eksofora) Referensi dengan objek acuan di luar teks. Saya belum sarapan pagi ini. Kata saya merupakan referensi eksoforis.

Lebih terperinci

REFERENSI PADA JAGAD JAWA DALAM SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS JURNAL ILMIAH

REFERENSI PADA JAGAD JAWA DALAM SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS JURNAL ILMIAH REFERENSI PADA JAGAD JAWA DALAM SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS JURNAL ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah MUHAMMAD PEBRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009 PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Novel Krikil-Krikil Pasisir karya Tamsir As

Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Novel Krikil-Krikil Pasisir karya Tamsir As Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Novel Krikil-Krikil Pasisir karya Tamsir As Oleh : Widaningsih Dwi Indrawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Widaningsihdi72@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010 PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010 Oleh: Agus Suraningsih program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalimat yang ada pada suatu bahasa bukanlah satuan sintaksis yang tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan yang tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat penting untuk menyampaikan informasi

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL

KISI-KISI PENULISAN SOAL KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Kelas VII/ Semester 1 Alokasi Waktu : 80 menit Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Jumlah 10 PG, 5 uraian Kurikulum : Kurikulum 2013 NO KOMPETENSI KOMPETENSI KELAS/

Lebih terperinci

ASPEK KONJUNGSI DALAM CERITA BERSAMBUNG (CERBUNG) BASKARA MUNCAR PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT

ASPEK KONJUNGSI DALAM CERITA BERSAMBUNG (CERBUNG) BASKARA MUNCAR PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT ASPEK KONJUNGSI DALAM CERITA BERSAMBUNG (CERBUNG) BASKARA MUNCAR PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Anik Tantining NIM : 2102407173 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup dan bekerja sama satu dengan lainya tanpa menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup dan bekerja sama satu dengan lainya tanpa menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana vital dalam berkomunikasi dan berinteraksi antarsesama manusia. Dengan bahasa, kita dapat menyampaikan dan memahami pesan atau maksud

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung. Bertolak pada kenyataan

BAB II KAJIAN TEORI. yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung. Bertolak pada kenyataan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoretik 1. Pengertian Pragmatik Pengkajian terhadap bahasa jika ditinjau dari sudut pandang linguistik terapan tentu tidak dapat dilakukan tanpa memperhitungkan konteks

Lebih terperinci

KAJIAN NILAI PENDIDIKAN MORAL PADA KUMPULAN GEGURITAN MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT TERBITAN TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG

KAJIAN NILAI PENDIDIKAN MORAL PADA KUMPULAN GEGURITAN MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT TERBITAN TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG KAJIAN NILAI PENDIDIKAN MORAL PADA KUMPULAN GEGURITAN MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT TERBITAN TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG Oleh: Ade Irma progran studi pendidikan bahasa dan sastra

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. leksikal maupun gramatikal) dan penanda koherensi wacana novel Sang Pangeran

BAB IV ANALISIS DATA. leksikal maupun gramatikal) dan penanda koherensi wacana novel Sang Pangeran digilib.uns.ac.id BAB IV ANALISIS DATA Berdasarkan dengan rumusan masalah penelitian yang dibahas dalam skripsi ini, maka dalam analisis data dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik leksikal maupun gramatikal)

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA RUBRIK LAYANG SAKA WARGA MAJALAH JAYA BAYA EDISI APRIL-MEI 2009

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA RUBRIK LAYANG SAKA WARGA MAJALAH JAYA BAYA EDISI APRIL-MEI 2009 PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA RUBRIK LAYANG SAKA WARGA MAJALAH JAYA BAYA EDISI APRIL-MEI 2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

Konjungsi dalam Novel Daradasih Karya Sudibjo Z. Hadisutjipto

Konjungsi dalam Novel Daradasih Karya Sudibjo Z. Hadisutjipto Konjungsi dalam Novel Daradasih Karya Sudibjo Z. Hadisutjipto Oleh: Eti Purwasih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Etipurwasih767@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA

BAB II ANALISIS DATA BAB II ANALISIS DATA Pada bab II ini berisi pembahasan analisis data yang akan dipaparkan mengenai penanda kohesi dan koherensi wacana Gempilan Sejarah: Sang Komponis sing Ora Kapatedhan ing Katresnan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Satuan dibawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015 PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015 Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KOHESI DAN KOHERENSI ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO

PENGGUNAAN KOHESI DAN KOHERENSI ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO PENGGUNAAN KOHESI DAN KOHERENSI ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Eko Gunawan NIM

Lebih terperinci

WACANA GLANGGANG REMAJA RUBRIK TEKNO DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT. (Kajian Kohesi dan Koherensi)

WACANA GLANGGANG REMAJA RUBRIK TEKNO DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT. (Kajian Kohesi dan Koherensi) WACANA GLANGGANG REMAJA RUBRIK TEKNO DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT (Kajian Kohesi dan Koherensi) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. A. Landasan Teori. pikiran, ide yang utuh, yang dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar.

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. A. Landasan Teori. pikiran, ide yang utuh, yang dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar. digilib.uns.ac.id 11 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Landasan Teori 1. Pengertian Wacana Wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Manusia menggunakan bahasa sebagai salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Manusia menggunakan bahasa sebagai salah satu sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupannya selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia menggunakan bahasa sebagai salah satu sarana untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

A. RUMAH PANGGANG PE A. OMAH PANGGANG PE

A. RUMAH PANGGANG PE A. OMAH PANGGANG PE A. OMAH PANGGANG PE Cakrik omah panggang pe iki minangka cakrik omah jawa kang prasaja dhewe yen katandhingake karo cakrik-cakrik liyane. Dumadi saka papat utawa enem saka. Saka kang separo rada endhek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Pada bab ini akan dijabarkan pendapat para ahli sehubungan dengan topik penelitian. Mengenai alat-alat kohesi, penulis menggunakan pendapat M.A.K. Halliday dan Ruqaiya

Lebih terperinci

ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO

ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO Oleh : Feni Andriyani pendidikan bahasa dan sastra jawa Vithut_weslep05@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DIKSI DALAM NOVEL CLEMANG-CLEMONG KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nama : Ria Hutaminingtyas NIM : 2102405609 Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. narasi. Di dalam wacana naratif mengandung suatu gagasan atau informasi dari

BAB I PENDAHULUAN. narasi. Di dalam wacana naratif mengandung suatu gagasan atau informasi dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana naratif merupakan suatu wacana yang disampaikan dalam bentuk narasi. Di dalam wacana naratif mengandung suatu gagasan atau informasi dari pengarang atau

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan Ke Alokasi Waktu Kemampuan berbahasa : SMP N 4 Wates : Bahasa Jawa : VIII/ Gasal : 1 (satu) : 2 x 40 menit :

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKSI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKSI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKSI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian kohesi gramatikal dan leksikal yang terdapat dalam surat kabar harian Kompas tahun 2014 ditemukan kohesi gramatikal

Lebih terperinci

Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014

Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014 Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagai Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

KESALAHAN BERBAHASA JAWA PADA PAPAN NAMA PERTOKOAN DI KABUPATEN PEMALANG

KESALAHAN BERBAHASA JAWA PADA PAPAN NAMA PERTOKOAN DI KABUPATEN PEMALANG KESALAHAN BERBAHASA JAWA PADA PAPAN NAMA PERTOKOAN DI KABUPATEN PEMALANG SKRIPSI disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Nopita Ika Rahmawati NIM : 2102406677 Prodi : Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Untuk menjalin hubungan dan kerja sama antar oarang lain, manusia

Lebih terperinci

REFERENSI DALAM WACANA BAHASA INDONESIA

REFERENSI DALAM WACANA BAHASA INDONESIA REFERENSI DALAM WACANA BAHASA INDONESIA Bahasa merupakan alat komunikasi. Artinya, bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi. Dengan menguasai berbagai bahasa, manusia bisa membuka jendela dunia. Di samping

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA digilib.uns.ac.id BAB IV ANALISIS DATA Bab empat berisi analisis data yang akan mendeskripsikan tentang penanda kohesi leksikal dan kohesi gramatikal, koherensi dan karakteristik wacana deskriptif rubrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sarana komunikasi utama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, manusia mengungkapkan gagasan, perasaan, pendapat dan informasi. Bahasa pula

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI

BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Nama : Dewi Larasati NIM : 2102408087 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam linguistik, satuan bahasa yang terlengkap dan utuh disebut dengan wacana. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti

Lebih terperinci

PENANDA REFERENSIAL DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S. DANUSUBROTO

PENANDA REFERENSIAL DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S. DANUSUBROTO PENANDA REFERENSIAL DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S. DANUSUBROTO SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Disusun Oleh Nama : Ima Wulandhari NIM : 2102407136 Program Studi : Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jawa dalam surat kabar harian Solopos (2) pemerolehan data (3) analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jawa dalam surat kabar harian Solopos (2) pemerolehan data (3) analisis data. 19 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini diuraikan secara rinci hasil penelitian dan pembahasannya sebagai jawaban atas rumusan masalah pada bab I. Beberapa hal yang akan

Lebih terperinci

KAJIAN SEMIOTIK DALAM KUMPULAN GEGURITAN PADA MAJALAH DJAKA LODANG EDISI TAHUN 2011

KAJIAN SEMIOTIK DALAM KUMPULAN GEGURITAN PADA MAJALAH DJAKA LODANG EDISI TAHUN 2011 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KUMPULAN GEGURITAN PADA MAJALAH DJAKA LODANG EDISI TAHUN 2011 Oleh : Eni Lismawati Nurmawitantri program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e_nie23@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Harimurti Kridalaksana, 2008: 24). Kelangsungan hidup suatu bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Harimurti Kridalaksana, 2008: 24). Kelangsungan hidup suatu bahasa sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Harimurti Kridalaksana,

Lebih terperinci

KOHESI LAN KOHERENSI ING RUBRIK PANGUDARASA KALAWARTI PANJEBAR SEMANGAT EDISI OKTOBER-DESEMBER 2013

KOHESI LAN KOHERENSI ING RUBRIK PANGUDARASA KALAWARTI PANJEBAR SEMANGAT EDISI OKTOBER-DESEMBER 2013 KOHESI LAN KOHERENSI ING RUBRIK PANGUDARASA KALAWARTI PANJEBAR SEMANGAT EDISI OKTOBER-DESEMBER 2013 Listyan Purwonugroho Jurusan Pendhidhikan Basa Lan Sastra Dhaerah (Jawa), Fakultas Basa lan Seni, Universitas

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT KI SONDONG MAJERUK DAN KI SONDONG MAKERTI DALAM PERSPEKTIF GREIMAS

CERITA RAKYAT KI SONDONG MAJERUK DAN KI SONDONG MAKERTI DALAM PERSPEKTIF GREIMAS CERITA RAKYAT KI SONDONG MAJERUK DAN KI SONDONG MAKERTI DALAM PERSPEKTIF GREIMAS SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Oleh Finna Dwi Estianingrum 2102407038 PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Bahasa juga dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Bab ini pertama menganalisis wacana WB dari segi bahasa yang meliputi peranti kohesi gramatikal dan kohesi leksikal, kedua menelaah nilai-nilai

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA CERPEN LINTAH DALAM BUKU KUMPULAN CERPEN MEREKA BILANG SAYA MONYET KARYA DJENAR MAESA AYU

ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA CERPEN LINTAH DALAM BUKU KUMPULAN CERPEN MEREKA BILANG SAYA MONYET KARYA DJENAR MAESA AYU ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA CERPEN LINTAH DALAM BUKU KUMPULAN CERPEN MEREKA BILANG SAYA MONYET KARYA DJENAR MAESA AYU Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam bermasyarakat hampir tidak akan terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia membutuhkan sarana yang digunakan untuk

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BAHASA JAWA BAB III PANULISAN AKSARA JAWA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BAHASA JAWA BAB III PANULISAN AKSARA JAWA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BAHASA JAWA BAB III PANULISAN AKSARA JAWA OLEH: DRA. SRI SULISTIANI, M.Pd. DRA. SUWARNI, M.Pd. DRS. SUGENG ADIPITOYO, M.Si. DR. SURANA,

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001 GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan produk dari suatu ujaran kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013 ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI Oleh: YULIA RATNA SARI NIM. A 310 050 070 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Oleh: Ary Kristiyani, M. Hum.

Oleh: Ary Kristiyani, M. Hum. Oleh: Ary Kristiyani, M. Hum. Pengutipan adalah penggunaan teori, konsep, ide, dan lain yang sejenis yang berasal dari sumber lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Semua pengutipan harus disertai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai kohesi pada wacana mungkin sudah sering dilakukan dalam penelitian bahasa. Akan tetapi, penelitian mengenai kohesi gramatikal

Lebih terperinci

WACANA ANTOLOGI CERKAK PUBER KEDUA KARYA ARY NURDIANA

WACANA ANTOLOGI CERKAK PUBER KEDUA KARYA ARY NURDIANA WACANA ANTOLOGI CERKAK PUBER KEDUA KARYA ARY NURDIANA (Kajian Kohesi dan Koherensi) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi diperlukan sarana berupa bahasa untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER Kelas : IX Semester : I Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Tahun Pelajaran : 2013-2014 Standar Kompetensi : 1. Mengapresiasi yang Jumlah soal : (uraian) 2. Mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan ekspresi bahasa. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat dikatakan menulis jika tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa, manusia dapat berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

SINESTESIA PADA TUTURAN MAHASISWA PBSJ FBS UNNES SKRIPSI

SINESTESIA PADA TUTURAN MAHASISWA PBSJ FBS UNNES SKRIPSI SINESTESIA PADA TUTURAN MAHASISWA PBSJ FBS UNNES SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Suciati Duwi Sartika NIM : 2102407125 Prodi Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dihasilkan (Ahmadi, 1988: 20). Begitu juga istilah karangan (komposisi) yang

BAB II KAJIAN TEORI. dihasilkan (Ahmadi, 1988: 20). Begitu juga istilah karangan (komposisi) yang BAB II KAJIAN TEORI A. Karangan 1. Pengertian Karangan Pada umumnya, karangan dipandang sebagai suatu perbuatan atau kegiatan komunikatif antara penulis dan pembaca berdasarkan teks yang telah dihasilkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Simbol, makna, ajaran, semiotik, Serat Suluk Kaga Kridha Sopana.

ABSTRAK. Kata Kunci: Simbol, makna, ajaran, semiotik, Serat Suluk Kaga Kridha Sopana. ABSTRAK Mustikawati,Yaroh. Menelusuri Makna Serat Suluk Kaga Kridha Sopana karya Raden Sastra Darsana. Skripsi. Program Studi Sastra Jawa. Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk kepaduan dan keutuhan sebuah wacana adalah pemakian konjungsi dalam sebuah kalimat atau wacana. Penggunaan konjungsi sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaidah yang berlaku pada masing-masing bahasa. Masing-masing kata dalam kalimat

BAB I PENDAHULUAN. kaidah yang berlaku pada masing-masing bahasa. Masing-masing kata dalam kalimat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah kalimat umumnya terdiri dari rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku pada masing-masing bahasa. Masing-masing kata dalam kalimat tersebut

Lebih terperinci

Alenia Kesatuan dan Kepaduan. Sri Hertanti Wulan

Alenia Kesatuan dan Kepaduan. Sri Hertanti Wulan Alenia Kesatuan dan Kepaduan Sri Hertanti Wulan Pengertian Alinea Alinea adalah himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. pembentukan sebuah alinea

Lebih terperinci

Analisis Sosiologi Sastradalam Naskah Layang Sri Juwita karya Mas Sasra Sudirja

Analisis Sosiologi Sastradalam Naskah Layang Sri Juwita karya Mas Sasra Sudirja Analisis Sosiologi Sastradalam Naskah Layang Sri Juwita karya Mas Sasra Sudirja Oleh: Nur Alfatun Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa nur.alfatun2@gmail.com Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan bahasa untuk berkomunikasi. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan bahasa untuk berkomunikasi. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang memerlukan bahasa untuk berkomunikasi. Komunikasi dapat dilakukan melalui media lisan dan media tulis. Dalam hal ini, seseorang dapat memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan

Lebih terperinci