BAB IV PENGUJIAN SISTEM PENDETEKSI GAYA MULTI AXIS DAN ANALISA DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUJIAN SISTEM PENDETEKSI GAYA MULTI AXIS DAN ANALISA DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUJIAN SISTEM PENDETEKSI GAYA MULTI AXIS DAN ANALISA DATA Pengujian sistem pendeteksi gaya multi axis dimaksudkan untuk melihat kinerja dari alat. Pengujian ini juga dimaksudkan untuk mendapatkan data output voltage yang akan digunakan untuk menkonversi output voltage ke gaya. IV. 1. Peralatan Uji Peralatan uji yang digunakan selama percobaan adalah sebagai berikut: 1. Sistem Pendeteksi Gaya, terdiri dari: a. Aktuator Mekanik beserta strain gage; b. Rangkaian jembatan Wheatstone acctive dummy method, beserta switch 5 channel 6 pole; c. Pengkondisi sinyal, yakni DATAFORTH SCM5B38-31 strain gage input moduls narrow bandwith yang terpasang pada DATAFORTH SCMPB5, 8-Position Analog I/O Backpanel, n-multiplexed; d. Kabel penghubung Backpanel dengan DT31 board, yang memiliki ujung connector 26 pin untuk Backpanel dan port EP324 untuk DT31 board; e. Peranti akuisisi data, DT31 board; f. Peranti lunak antarmuka. 2. Peralatan Penunjang, terdiri dari: a. Timbangan elektronik dengan ketelitian 1e-2 g b. Anak timbangan dengan berat masing-masing 1 gram c. Rig untuk menopang Aktuator Mekanik selama pembebanan; d. Pulley 3 buah sebagai pengarah tali pengikat beban dan memvariasi arah pembebanan (arah x positif, x negatif, y positif, y negatif, z positif, dan z negatif relatif terhadap end effector); 118

2 e. Plat pengikat untuk mengikatkan tali pada ujung end effector Aktuator Mekanik; f. Wadah dan tali dengan massa total 92,81 gram; (a) (b) (d) (c) (e) Gambar 4. 1 Rangkaian Alat Uji (a) Rig (b) Rangkaian Jembatan Wheatstone ACTIVE DUMMY dan Switch 5-channels dan 6-poles (c) Pengkondisi Sinyal SCM5B38-31 dalam SCMPB5 (d) DT31 board (e) Mekanik Akrtuator IV.2. Metode Pelaksanaan Uji Pengujian dilakukan dengan dua metode yaitu pengujian dengan kenaikan beban atau penambahan beban yang konstan sedangkan sedangkan metode metode kedua adalah mengurangi beban yang telah diberikan secara konstan. Metode kedua menggambarkan histerisis dari alat pendeteksi gaya. Pembebanan dari tiap axis dilakukan dari kedua arah yaitu dari arah positif dan negatif sehingga setiap metode pengujian akan menghasilkan data axis x positif, axis x negatif, axis y positif, axis y negatif, axis +45 derajat xy positif, axis +45 derajat xy negatif, axis -45 derajat xy positif, axis -45 derajat xy negatif, dan 119

3 axis Z. Pengujian dilakukan pada test bed dari rangka alumunium yang dilengkapi dengan 3 buah pulley sebagai pengantar gaya. Pemberian gaya dilakukan dengan menghubungkan end effector yaitu ujung stick dengan tali yang melalui pulley-pulley. Ujung tali tersebut dihubungkan dengan wadah yang akan diberikan penambahan beban konstan. Untuk mendapatkan arah gaya yang berbeda-beda maka posisi dari alat yang dipasang pada base pengujian diubah-ubah. IV.2.1 Pengujian Penambahan Konstan Pengujian dengan penambahan beban konstan dilakukan dari 9 arah yaitu axis x positif, axis x negatif, axis y positif, axis y negatif, axis +45 derajat xy positif, axis +45 derajat xy negatif, axis -45 derajat xy positif, axis -45 derajat xy negatif, dan axis Z. Pembebanan dilakukan secara bertahap dari beban N sampai dengan kapasitas maksimum alat pendeteksi gaya yaitu 12 N. Dari hasil pengujian maka akan didapatkan nilai tegangan yang akan dikorelasikan terhadap penambahan beban. Korelasi yang didapatkan akan menajdi faktor pengali setiap kenaikan beban. Berikut ini adalah hasil pengujian terhadap alat pendeteksi dari 9 arah yang berbeda. IV Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 1 Tabel 4. 1 Hasil Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 1 1.E+.E+.E E-3 3.4E-3 3.4E E-3 3.4E E E-3 3.9E-3 4.9E E-3 4.9E-3 5.6E E-3 6.4E E E-3 6.8E-3 8.3E E-2 9.8E-3 1.5E E E E E E E E E E E E E E E E-2 12

4 Sumbu 1 Tegangan (Volt) 2.5E-2 2.E-2 1.5E-2 1.E-2 5.E-3 y =.15x +.5 R 2 =.9882.E+ Max Min Rata-rata Linear (Rata-rata) Gambar 4. 2 Grafik Hasil Pengujian Konstan Sumbu 1 IV Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 2 positif Tabel 4. 2 Hasil Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 2 positif E-3 1.7E-2 9.5E E-2 1.8E-2 1.4E E-2 2.E E E-2 2.E-2 1.6E E-2 2.E-2 2.1E E-2 2.E-2 2.2E E-2 2.2E E E-2 2.2E E E-2 4.2E E E-2 4.4E E E-2 4.5E-2 4.6E E-2 4.6E E-2 121

5 Sumbu 2 positif.6 Tegangan (Volt) y =.4x +.2 R 2 =.9591 Linear (rata-rata) Gambar 4. 3 Hasil Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 2 positif IV Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 2 negatif Tabel 4. 3 Hasil Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 2 negatif E-3 5.E-3 5.E E-3 1.E-2 7.5E E-2 1.E E E-2 1.5E-2 1.5E E-2 1.5E E E-2 1.5E E E-2 2.2E E E-2 2.5E-2 3.2E E-2 3.E E E-2 3.4E-2 4.4E E-2 5.3E E E-2 5.8E-2 6.5E-2 122

6 Histerisis sumbu 2 negatif tegangan (Volt) y =.59x -.26 R 2 =.9752 Linear (rata-rata) Gambar 4. 4 Hasil Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 2 negatif IV Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 3 Positif Tabel 4. 4 Hasil Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 3 Positif E-3 4.E-3 3.5E E-3 4.E-3 3.5E E-3 5.E-3 6.5E E-2 9.E-3 1.1E E-2 1.4E-2 1.6E E-2 1.9E E E-2 2.9E E E-2 3.4E-2 3.1E E-2 3.9E E E-2 4.3E E E-2 4.8E-2 4.5E E-2 5.3E E-2 123

7 Sumbu 3 arah positif.6.5 y =.44x -.6 R 2 =.9864 Tegangan (Volt) Linear (rata-rata) Gambar 4. 5 Hasil Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 3 Positif IV Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 3 negatif Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 3 negatif E-3 4.E-3 3.E E-3 4.E-3 4.E E-2 5.E-3 9.5E E-2 9.E E E-2 1.4E-2 1.4E E-2 1.9E E E-2 2.9E-2 2.4E E-2 3.4E E E-2 3.9E E E-2 4.3E E E-2 4.8E-2 3.6E E-2 5.3E-2 5.3E-2 124

8 Sumbu 3 arah negatif Tegangan (Volt) y =.39x -.31 R 2 =.9494 Linear (rata-rata) Gambar 4. 6 Hasil Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 3 negatif Gambar IV.5 : IV Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 4 positif Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 4 Positif E+ 5.E-3 2.5E E-2 1.1E E E-2 1.E-2 1.7E E-2 1.E-2 2.2E E-2 3.4E-2 3.4E E-2 5.9E-2 4.4E E-2 5.9E E E-2 5.9E-2 6.6E E-2 7.8E-2 8.3E E-1 8.8E-2 9.5E E-1 1.3E-1 1.5E E-1 1.8E-1 1.1E-1 125

9 Sumbu 4 arah positif Tegangan (Volt) y =.99x -.11 R 2 =.9782 Linear (rata-rata) Gambar 4. 7 Hasil Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 4 Positif IV Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 4 negatif Tabel 4. 7 Hasil Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 4 negatif E-2 1.5E-2 2.E E-2 2.E-2 4.2E E-2 2.4E E E-2 4.4E E E-2 5.9E-2 7.6E E-2 5.4E E E-1 6.4E E E-1 7.3E-2 9.3E E-1 1.7E-1 1.2E E E E E E E E E-1 1.5E-1 126

10 Sumbu 4 arah negatif Tegangan (Volt) y =.117x +.85 R 2 =.9835 Linear (rata-rata) Gambar 4. 8 Hasil Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 4 negatif IV Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 5 positif Tabel 4. 8 Hasil Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 5 positif E-3 1.5E E E-3 3.9E E E-2 4.9E-3 8.3E E-2 8.3E-3 1.1E E E E E E E E E E E E E E E E E E-2 2.3E E E E E E E-2 127

11 Sumbu 5 arah positif Tegangan (Volt) y =.19x +.27 R 2 =.9482 Linear (rata-rata) Gambar 4. 9 Hasil Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 5 positif IV Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 5 negatif Tabel 4. 9 Hasil Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 5 negatif E-3.E+ 1.95E E-3 9.E-4 4.1E E-3 3.9E E E-3 7.8E E E E-2 1.2E E E E E E E E E E E E E E E E E E-2 1.9E E-2 1.9E-2 2.1E-2 128

12 Sumbu 5 arah negatif Tegangan (Volt) y =.18x +.26 R 2 =.951 Linear (rata-rata) Gambar 4. 1 Hasil Pengujian Penambahan Konstan Sumbu 5 positif IV.2.2 Pengujian Histerisis Pengujian histerisis dilakukan pada ke 9 arah sumbu dengan cara mengurangi beban secara konstan. Pengujian dilakukan pada kondisi yang sama dengan proses pengujian penambahan beban secara konstan dimana alat pendeteksi diberi beban dari N sampai 12 N kemudian secara bertahap beban dikurangi dari 12 N ke 1 N. Berikut ini adalah tabel-tabel serta grafik hasil pengujian histerisis yang dibaca dari bawah keatas dimana pengujian pertama dilakukan dengan mengurangi beban secara konstan dari 12 N hingga 1 N. IV Uji Histerisis Sumbu 1 Tabel 4. 1 Hasil Pengujian Histerisis Sumbu 1 1.E+.E+.E E-3 2.9E-3 2.9E E-3 3.4E E E-3 4.4E-3 4.4E-3 129

13 E-3 7.3E-3 7.8E E-3 1.8E-2 9.8E E E E E E-2 1.2E E E E E E E E E E E E E E E E-2 Histerisis Sumbu 1 2.5E-2 Tegangan (Volt) 2.E-2 1.5E-2 1.E-2 5.E-3 y =.16x +.9 R 2 =.9789.E+ Max Min Rata-rata Linear (Rata-rata) Gambar Hasil Pengujian Histerisis Sumbu 1 IV Uji Histerisis Sumbu 2 positif Tabel Hasil Pengujian Histerisis Sumbu 2 Positif E-3 1.6E-2 9.5E E-2 1.7E-2 1.4E E-2 1.9E E E-2 1.9E-2 1.6E E-2 1.9E-2 2.1E E-2 1.9E-2 2.2E E-2 2.1E E-2 13

14 E-2 2.1E E E-2 4.1E E E-2 4.3E E E-2 4.4E-2 4.6E E-2 4.5E E-2 Histerisis sumbu 2 positif tegangan (Volt) y =.4x +.2 R 2 =.9591 Linear (rata-rata) Gambar Hasil Pengujian Histerisis Sumbu 2 Positif IV Uji Histerisis Sumbu 2 negatif Tabel Hasil Pengujian Histerisis Sumbu 2 Negatif E-2 3.E-3 6.5E E-2 3.E-3 9.5E E-2 8.E-3 1.4E E-2 2.2E-2 2.2E E-2 2.4E E E-2 2.6E E E-2 3.3E E E-2 3.8E E E-2 4.3E-2 5.E E-2 4.6E E E-2 4.6E-2 5.9E E-2 6.6E E-2 131

15 Histerisis sumbu 2 negatif tegangan (Volt) y =.59x -.26 R 2 =.9752 Linear (rata-rata) Gambar Hasil Pengujian Histerisis Sumbu 2 Negatif IV Uji Histerisis Sumbu 3 positif Tabel Hasil Pengujian Histerisis Sumbu 3 Positif E-2 4.E-3 9.E E-2 4.E-3 1.4E E-2 4.E-3 1.9E E-2 1.4E E E-2 1.4E-2 2.4E E-2 9.E-3 2.4E E-2 9.E-3 2.4E E-2 1.9E E E-2 1.9E E E-2 2.9E E E-2 3.4E E E-2 3.4E E-2 132

16 Histerisis sumbu 3 arah positif Tegangan (Volt) y =.3x +.66 R 2 =.9116 Linear (rata-rata) Gambar Hasil Pengujian Histerisis Sumbu 3 Positif IV Uji Histerisis Sumbu 3 negatif Tabel Hasil Pengujian Histerisis Sumbu 3 Negatif E E E E E E E-3 2.5E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-2 4.8E E E E-2 5.3E-2 133

17 Histerisis sumbu 3 arah negatif Tegangan (Volt) y =.41x +.4 R 2 =.9879 Linear (rata-rata) Gambar Hasil Pengujian Histerisis Sumbu 3 Negatif IV Uji Histerisis Sumbu 4 positif Tabel Hasil Pengujian Histerisis Sumbu 4 positif E E E E E E E-3 2.5E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-2 4.8E E E E-2 5.3E-2 134

18 Histerisis sumbu 4 arah positif Tegangan (Volt) y =.87x R 2 =.9558 Linear (rata-rata) Gambar Hasil Pengujian Histerisis Sumbu 4 Positif IV Uji Histerisis Sumbu 4 negatif Tabel Hasil Pengujian Histerisis Sumbu 4 Negatif E-2 3.9E E E-2 4.9E E E-2 5.4E-2 4.4E E-2 9.8E-2 6.6E E-2 9.8E E E-2 9.8E-2 7.1E E-2 9.8E E E-2 9.8E-2 7.6E E-2 1.7E E E-2 1.7E E E-2 1.7E-1 8.8E E E-1 1.1E-1 135

19 Histerisis sumbu 4 arah negatif Tegangan (Volt) y =.71x +.22 R 2 =.891 Linear (rata-rata) Gambar Hasil Pengujian Histerisis Sumbu 4 Negatif IV Uji Histerisis Sumbu 5 positif Tabel Hasil Pengujian Histerisis Sumbu 5 Positif E-3 1.5E E E-3 3.9E-3 4.2E E-3 4.9E E E-3 8.3E E E E-2 9.3E E E E E E-2 1.6E E E-2 1.9E E E E E E E E E E E E-2 1.4E-2 136

20 Histerisis sumbu 5 arah positif.25 Tegangan (Volt) y =.11x +.18 R 2 =.9356 Linear (rata-rata) Gambar Hasil Pengujian Histerisis Sumbu 5 Positif IV Uji Histerisis Sumbu 5 negatif Tabel Hasil Pengujian Histerisis Sumbu 5 Negatif E-3 1.5E E E-3 3.9E-3 4.2E E-3 4.9E E E-3 8.3E E E E-2 9.3E E E E E E-2 1.6E E E-2 1.9E E E E E E E E E E E E-2 1.4E-2 137

21 Histerisis sumbu 5 arah positif Tegangan (Volt) y =.9x -.8 R 2 = Linear (rata-rata) Gambar Hasil Pengujian Histerisis Sumbu 5 Negatif IV. 3 Rangkuman Linierisasi Data, Deviasi Standar, dan Coefficient of Determination Pada rangkuman ini, nilai b diabaikan, dengan tujuan memperoleh offset nulling saat Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis pada kondisi tanpa beban dengan media peranti lunak. Tabel Tabel Linearisasi Data, Deviasi Standar, dan COD Arah Gaya Metode Uji Persamaan Linier Deviasi Standar COD Sumbu 1 Penambahan Konstan y =.15x Histerisis y =.16x Sumbu 2 positif Penambahan Konstan y =.4x Histerisis y =.51x Sumbu 2 negatif Penambahan Konstan y =.4x

22 Histerisis y =.59x Sumbu 3 positif Penambahan Konstan y =.44x Histerisis y =.3x Penambahan Konstan y =.39x Sumbu 3 negatif Histerisis y =.41x Sumbu 4 positif Penambahan Konstan y =.99x Histerisis y =.87x Sumbu 4 negatif Naik Konstan y =.117x Histerisis y =.71x Sumbu 5 positif Penambahan Konstan y =.19x Histerisis y =.11x Sumbu 5 negatif Penambahan Konstan y =.18x Histerisis y =.9x IV.4 Linierisasi Data, Deviasi Standar, dan Coefficient of Determination Untuk memperoleh persamaan garis linier yang merepresentasikan data-data yang diperoleh pada kedua metode uji dengan keakuratan terbaik digunakan metode least square. Persamaan yang digunakan dalam pebangunan persamaan garis linier tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 139

23 Apabila persamaan garis linier dirumuskan sebagai: y = mx + b Dimana: y adalah nilai pada ordinat berdasarkan persamaan linier, dalam Maka: m keluaran x m b Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis didefinisikan sebagai tegangan (volt) ( x x)( y y) ( x x) = 2 adalah nilai pada absis berdasarkan persamaan linier, dalam Sistem Pendeteksi Gaya didefinisikan sebagai beban (N) adalah gradien garis adalah nilai y yang terpotong oleh garis linier Dimana: x adalah nilai beban saat proses uji (N) y x y adalah nilai tegangan keluaran saat proses uji (volt) adalah nilai rata-rata seluruh nilai beban saat proses uji (N) adalah nilai rata-rata seluruh nilai tegangan keluaran saat proses uji (volt) Berdasarkan persamaan diatas, maka: b = y mx Berdasarkan pembahasan offset nulling, Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis dilengkapi dengan fasilitas pengkompensasi nilai offset dengan resistor variable. Pada praktiknya proses penyeimbangan jembatan Wheatstone dengan resistor variable memiliki kesulitan dalam pengaturan besar hambatan penyeimbang untuk ketelitian yang tinggi, sehingga tetap terdapat offset dalam nominal yang kecil. Hal ini dapat diamati dari seluruh data saat pembebanan awal, yakni sebelum penambahan wadah dan tali, tegangan keluaran selalu bernilai bukan dari, volt. Untuk memperoleh offset nulling yang lebih optimal, nilai b yang diperoleh pada persamaan (IV.3) ditetapkan sama dengan nol. Atau dengan kata lain, nilai b diabaikan, sehingga proses kalkulasi dalam peranti lunak hanya melibatkan nilai m sebagai gradien persamaan garis. Persamaan yang diaplikasikan dalam peranti lunak adalah y = mx. 14

24 Nilai deviasi standar menggambarkan besarnya error yang dihasilkan oleh persamaan garis linier terhadap nilai aktual yang diperoleh dari pengujian. Berikut adalah persamaan standar deviasi yang digunakan: m 1 1 S. D. = n ( y M ) is s= i= ( n 1) y 2 M m n s= i= = 1 1 n y y is Dimana: S.D. adalah deviasi standar s i m n y is n y M adalah nomer seri data adalah nomer data di seri ke-s adalah jumlah seri data adalah jumlah data di setiap seri adalah nilai data tegangan keluaran ke-i pada seri ke-s (volt) adalah total jumlah data di seluruh seri adalah rata-rata aritmetik Coefficient of Determination (COD) adalah sebuah parameter yang menggambarkan kelinieran suatu sebaran data-data aktual pembentuk persamaan linier. Apabila COD sama dengan 1, maka sebaran data-data aktual tersebut tepat berada di satu garis lurus, sehingga tidak adalah perbedaan nilai antara nilai yang diperoleh dari persamaan garis dengan nilai aktual. Apabila COD adalah, hal ini menggambarkan persamaan regresi yang dihasilkan tidak dapat membantu sama sekali untuk memprediksi nilai aktual. Berikut adalah persamaan COD yang diaplikasikan dalam Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis: COD ( y y) 2 y y = 2 2 Dimana y adalah nilai aktual tegangan keluaran (volt) y adalah nilai tegangan keluaran prediksi berdasarkan persamaan (volt) Berikut adalah hasil linierisasi, standar deviasi dan COD pada masing-masing data. 141

25 IV.5. Analisa Data Pengujian IV.5.1 Analisa Kesalahan Selama Proses Pengujian IV kesalahan pada proses assembly Seting up tiap-tiap komponen pada sistem pendeteksi gaya multi aksis berpengaruh besar terhadap keakuratan sistem dalam membaca datangnya gaya. Terlihat jelas pada gambar grafik di atas variasi deviasi yang terjadi per tiap aksis. Kecenderungan besarnya deviasi dipengaruhi oleh komponen-komponen yang berinteraksi langsung dengan tempat peletakan strain gage ataupun juga komponen yang mendukung transducer stick saat menerima gaya. Gaya yang terdeteksi oleh komponen stick akan dibawa melalui rambatan panjang stick dalam bentuk bending moment. Tidak semerta-merta gaya langsung terbaca oleh strain gage tanpa adanya ring yang berfungsi sebagai media pengintegrasi gaya pada plat. Peletakkan stick pada ring yang kurang tepat dapat meyebabkan ujung stick tidak menempel tepat ditengah-tengan plate Z. Hal ini menyebabkan gaya yang diterima plate Z bukan merupakan gaya tekan murni melainkan terdapat momen jika diukur pada titik pusat massa plate Z. Hal yang serupa juga terjadi pada plat x maupun y. Beberapa kasus pada pengambilan data memperlihatkan adanya ketidaklurusan/ketidaksimetrisan bidang horizontal ring dengan plate dan juga ring dengan stick, yang disebabkan kurang presisinya proses pengeboran sehingga sudut antara plate-plate satu sumbu tidak tepat 18 derajat. Ketidak co-linearan plateplate antar sumbu 142

26 Ujung stick yang letaknya tidak pada pusat massa plate Z Gambar 4. 2 Analisa kesalahan pada saat proses assembly Pembuatan coakkan pada plate Z yang hanya memiliki ketebalan,3 mm sulit dilakukan dengan menggunakan mesin milling yang tersedia. Proses coakkan pada tengah plate juga menambah konsentrasi tegangan pada plate Z, sehingga pada kenyataannya coakkan tidak dibuat. IV Ayunan Wadah dan Selama pengukuran berlangsung, ayunan yang terjadi pada gantungan wadah dan beban dapat menambah fluktuasi nilai tegangan keluaran yang tampil pada peranti lunak antarmuka. Hal ini karena saat terjadi ayunan, wadah dan beban akan mengalami percepatan dan perlambatan secara berkala yang menimbulkan gaya tambahan, yakni gaya sentripetal yang juga muncul secara berkala sesuai dengan periode ayunan beban. Oleh karena itu, selama pengukuran berlangsung, menjaga wadah dan beban yang digantung agar tetap diam adalah hal yang penting bagi keakuratan pengambilan data. Gambar Pengaruh Ayunan Terhadap Tegangan Tali 143

27 Pada Gambar IV.2 terlihat, apabila beban mengayun dan tepat berada saat posisi vertikal, maka tegangan tali T1 akan menerima gaya sebesar: T1 = m g + 1 mϖ 2 2 Pada kondisi ini mencapai nilai maksimumnya. Sementara itu saat ayunan mengalami amplitudo maksimum dengan sudut simpangan gaya sentripetal, karena pada kondisi ini, tidak terdapat komponen =, dan tegangan tali T2 akan menerima gaya sebesar : T2 = m g cos Θ Fluktuasi nilai T1 dan T2 ini dapat mengganggu pengukuran dan menimbulkan deviasi data yang lebih besar selama pengukuran. IV Posisi Pulley Terhadap End Effector Posisi pulley pada rig harus berada sedemikian rupa sehingga arah tali yang melalui pulley dapat searah dengan arah pemberian gaya yang diinginkan. Dengan posisi yang tepat ini akan diperoleh nilai tegangan tali yang optimal untuk menarik end effector dengan gaya yang sesuai dengan pembebanan pada wadah. Gambar Susunan Pulley pada Rig IV Yang Bervariasi yang diterima oleh alat pendeteksi gaya multi axis selama pengujian memungkinkan adanya variasi yang tinggi pada pembacaan output voltage. Hal ini dapat 144

28 diamati dengan jelas dengan adanya standar deviasi yang cukup tinggi dari data-data hasil pengujian. IV.5.2 Analisa Kelinieran Dengan meninjau nilai coefficient of determination seluruh daerah pendeteksi gaya, dapat terlihat bahwa sifat linier dari sistem adalah baik. Bila diamati proses kerja Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis dalam memperoleh besaran tegangan keluaran akibat adanya suatu gaya, maka dapat disimpulkan terjadi beberapa kali konversi linier dengan suatu nilai proporsionalitas konstan yang mempengaruhi kelinieran konversi. Konversi linier yang pertama adalah hubungan perubahan strain yang terjadi akibat perubahan beban dengan nilai proporsionalitas konstan modulus Young serta kelinieran perubahan hambatan strain gage seiring perubahan strain dengan nilai proporsionalitas konstan Gage Factor. Konversi linier yang terjadi selanjutnya adalah saat perubahan hambatan menjadi tegangan keluaran oleh jembatan Wheatstone, nilai proporsionalitas konversi ini adalah tegangan eksitasi; dan konversi linier yang terakhir adalah saat tegangan keluaran jembatan Wheatstone diperbesar oleh pengkondisi sinyal menjadi tegangan keluaran yang terbaca oleh peranti akuisisi data. Nilai proporsionalitas pada konversi perbesaran ini sudah tentu adalah gain dari fasilitas amplifikasi yang tersedia di peranti pengkondisi sinyal Gaya W Linier Strain l l Perubahan Hambatan R R Tegangan keluaran Linier Linier Linier e Tegangan keluaran E Material Strain Gage Jembatan Wheatstone Pengkondisi Sinyal Modulus Young Gage Factor Tegangan Eksitasi Gain Amplifikasi Gambar Hubungan Linier Dalam Proses Konversi Besaran Dalam Aplikasi Pendeteksi Gaya [25] 145

29 Berdasarkan nilai coefficient of determination (COD) yang didapat, terlihat bahwa nilai tersebut rata-rata hampir mendekati 1. COD yang terendah adalah COD sumbu z positif dan x negatif, masing-masing bernilai,989 dan,99. Dengan hasil ini dapat diprediksi bahwa nilai Modulus Young, Gage Factor, Tegangan Eksitasi, dan gain bernilai relatif konstan selama proses pengukuran berlangsung. Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi kekonstanan parameter-parameter tersebut di atas, salah satunya adalah panas yang timbul pada kabel-kabel berarus listrik yang dapat merubah hambatan dalam kabel-kabel sehingga merubah hambatan resultan rangkaian secara keseluruhan terhadap waktu. Parameter yang relatif mudah terpengaruh oleh heat generation ini adalah gage factor, tegangan eksitasi, dan gain amplifikasi. IV.5.3 Komparasi Nilai Tegangan Keluaran Teoritis dan Tegangan Keluaran Aktual Serta Histerisis Tabel Perbandingan Nilai Aktual vs Nilai Teoritis pada Sumbu 1.25 V(Voltage) F(Newton) nilai teoritis nilai aktual histerisis Linear (nilai aktual ) Linear (nilai teoritis) Linear (histerisis) y =.15x +.5 R 2 =.9882 Gambar grafik perbandingan nilai aktual dengan nilai teoritis pada sumbu 1 Dari gambar dapat dilihat bahwa gradien aktual lebih besar daripada teoritis, hal ini dapat disebabkan karena adanya initial stress yang terjadi pada saat assembly dari plate Z. Initial stress ini muncul pada pemasangan plate yang tidak terlalulurus, sehingga pada saat tanpa beban, pembacaan output voltage sudah terbaca cukup tinggi. 146

30 Tabel Perbandingan Nilai Aktual vs Nilai Teoritis pada Sumbu 2 1.E-1 V(Voltage) 5.E-2.E E-2 nilai teoritis nilai aktual histerisis Linear (nilai aktual ) Linear (nilai teoritis) Linear (histerisis) -1.E-1-1.5E-1 F(Newton) y =.53x -.62 R 2 =.9318 Gambar grafik perbandingan nilai aktual dengan nilai teoritis pada sumbu 2 Dari grafik perbandingan antara data teoritis dan aktual dapat terlihat bahwa gradien data teoritis lebih besar daripada data aktual. Hal ini disebabkan karena pada perhitungan tegangan keluaran teoritis tidak diperhitungkan adanya gaya hambat dari plate-plate yang lain. Komponen plate pada sumbu 2 bekerja secara dependent dengan plate dari sumbu yang lainnya. Selain itu terdapat beberapa gangguan yang mungkin terjadi pada saat konversi gaya yang datang menjadi output voltage. Ketebalan adhesive perekat strain gage yang belum tentu merata merupakan salah satunya. Letak plate-plate satu sumbu yang membentuk sudut tidak 18 derajat, adanya gesekkan pada permukaan ujung stick dapat mengakibatkan adanya penyimpangan dari data teoritis. Gangguan terjadi pada saat dari konversi beban ke strain pada material, gangguan yang diakibatkan pada geometri komponen stick aktual yang tidak sesuai dengan perancangan, atau material penyusun stick yang tidak homogen, atau properties material berbeda antara aktual dengan teoritis. Gangguan lain dapat terjadi saat konversi strain menjadi perubahan hambatan dalam strain gage, gangguan ini antara lain missalignment pemasangan strain gage; perekatan strain gage yang tidak sempurna akibat ketebalan bahan adesif yang tidak rata pada lapisan base strain gage, hambatan dari material insulasi strain gage. 147

31 V(Voltage) Tabel Perbandingan Nilai Aktual vs Nilai Teoritis pada Sumbu 3 1.E-1 5.E-2.E E-2 nilai teoritis nilai aktual Histerisis Linear (nilai aktual ) Linear (nilai teoritis) Linear (Histerisis) -1.E-1-1.5E-1 F(Newton) y =.44x -.5 R 2 =.9864 Gambar grafik perbandingan nilai aktual dengan nilai teoritis pada sumbu 3 Dapat dibandingkan dengan gambar sebelumnya bahwa gradien data teoritis pebih tinggi daripada data aktual, namun terdapat perbedaan mencolok dengan gambar sebelumnya dimana pada gambar sebelumnya semua persamaan garis linier berpotongan pada satu titik. Perbedaan ini dapat disebabkan karena perhitungan teoritis yang tidak memperhitungkan faktor hambatan dari plate-plate yang lainnya. Dari gambar diatas juga dapat diamati bahwa terdapat perbedaan mencolok gradien histerisis dan gradien penambahan beban konstan. Hal ini disebabkan karena adanya pembuatan geometri yang tidak sempurna pada kedua plate. Ketidaksempurnaan terjadi karena potongan lebar dari plate tidak sama. V(Voltage) Tabel Perbandingan Nilai Aktual vs Nilai Teoritis pada Sumbu 4 Positif 1.5E-1 1.E-1 5.E-2.E E-2-1.E-1-1.5E-1-2.E-1 F(Newton) nilai teoritis nilai aktual Histerisis Linear (nilai aktual ) Linear (nilai teoritis) Linear (Histerisis) y =.14x R 2 =.9835 Gambar grafik perbandingan nilai aktual dengan nilai teoritis pada sumbu4 148

32 Perbedaan utama yang sangat mencolok antara grafik sumbu 4 dengan sumbusumbu yang lainnya adalah adanya gradien aktual yang lebih tinggi daripada gradien teoritis. Ketika diteliti lebih lanjut, ternyata terjadi loss pada salah satu fastener antara plate dengan base. Kerusakkan ini menyebabkan adanya konsentrasi tegangan yang berlebihan pada bagian lubang plate sehingga pembacaan output voltage lebih besar daripada teoritis. Tabel Perbandingan Nilai Aktual vs Nilai Teoritis pada Sumbu 5 Positif V(Voltage) 1.E-1 5.E-2.E E-2 nilai teoritis nilai aktual Histerisis Linear (nilai aktual ) Linear (nilai teoritis) Linear (Histerisis) -1.E-1-1.5E-1 F(Newton) y =.17x +.38 R 2 =.9471 Gambar grafik perbandingan nilai aktual dengan nilai teoritis pada sumbu 7 Dari gambar dapat diamati bahwa gradien data teoritis jauh lebih tinggi daripada data aktual, meskipun begitu keterulangan atau histerisis dari sumbu 5 sangat baik karena saling berhimpit. Jika dibandingkan dengan sumbu yang lain, gradien pada sumbu ini adalah yang terendah. Hal ini dapat disebabkan karena persebaran adhesive yang kurang merata. Proses manufaktur yang kurang sempurna dalam pembuatan setengah bola pada stick menyebabkan adanya gesekkan pada plate Z selama pengambilan data pada sumbu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN PENELITIAN LEBIH LANJUT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN PENELITIAN LEBIH LANJUT BAB V KESIMPULAN DAN SARAN PENELITIAN LEBIH LANJUT V. 1. Kesimpulan V. 1. 1. Sistem Kerja Pendeteksi Gaya dengan Strain Gage Gambar V.1 adalah pemetaan konversi besaran yang terjadi dalam pendeteksi gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penduduk dunia yang meningkat sangat cepat, terhitung mulai tahun 2005 sebanyak 8.3 milliar merupakan pangsa pasar yang besar bagi bidang perindustrian [1]. Semakin

Lebih terperinci

BAB III SENSOR, PENGKONDISIAN SINYAL DAN AKUISISI DATA

BAB III SENSOR, PENGKONDISIAN SINYAL DAN AKUISISI DATA BAB III SENSOR, PENGKONDISIAN SINYAL DAN AKUISISI DATA III. Strain Gage III.. Strain, Stress dan Poisson s Ratio Ketika sebuah material menerima gaya tarik (tensile force) P, material akan mengalami tekanan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA 50 BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA Pengukuran dan analisa dilakukan untuk mengetahui apakah rancangan rangkaian yang telah dibuat bekerja sesuai dengan landasan teori yang ada dan sesuai dengan tujuan pembuatan

Lebih terperinci

BAB III SENSOR, PENGKONDISIAN SINYAL DAN AKUISISI DATA

BAB III SENSOR, PENGKONDISIAN SINYAL DAN AKUISISI DATA BAB III SENSOR, PENGKONDISIAN SINYAL DAN AKUISISI DATA III. Strain Gage III.. Strain, Stress dan Poisson s Ratio Ketika sebuah material menerima gaya tarik (tensile force) P, material akan mengalami tekanan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran resistivitas dikhususkan pada bahan yang bebentuk silinder. Rancangan alat ukur ini dibuat untuk mengukur tegangan dan arus

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SENSOR STRAIN GAUGE. Kurriawan Budi Pranata, Wignyo Winarko Universitas Kanjuruhan Malang

KARAKTERISASI SENSOR STRAIN GAUGE. Kurriawan Budi Pranata, Wignyo Winarko Universitas Kanjuruhan Malang KARAKTERISASI SENSOR STRAIN GAUGE Kurriawan Budi Pranata, Wignyo Winarko Universitas Kanjuruhan Malang kurriawan@gmail.com, wignyowinarko@gmail.com ABSTRAK. Karakterisasi sensor strain gauge dengan resistansi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil dan pembahasan dari perangkat yang telah dirancang dan dibuat. Sebelum dibahas mengenai hasil dan pembahasan dilakukan terlebih dahulu pengujian dari

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer)

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer) LVDT (Linear Variable Differensial Transformer) LVDT merupakan sebuah transformator yang memiliki satu kumparan primer dan dua kumparan sekunder. Ketiga buah kumparan tadi, diletakkan simetris pada sebuah

Lebih terperinci

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Tahapan Penelitian Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai Perancangan Sensor Pengujian Kesetabilan Laser Pengujian variasi diameter

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Nama : Timbangan Bayi. 2. Jenis : Timbangan Bayi Digital. 4. Display : LCD Character 16x2. 5. Dimensi : 30cmx20cmx7cm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Nama : Timbangan Bayi. 2. Jenis : Timbangan Bayi Digital. 4. Display : LCD Character 16x2. 5. Dimensi : 30cmx20cmx7cm 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat 1. Nama : Timbangan Bayi 2. Jenis : Timbangan Bayi Digital 3. Berat : 5 Kg 4. Display : LCD Character 16x2 5. Dimensi : 30cmx20cmx7cm 6. Sensor : Loadcell

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS 3.1. Spesifikasi Perancangan Perangkat Keras Secara sederhana, perangkat keras pada tugas akhir ini berhubungan dengan rancang bangun robot tangan. Sumbu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konstruksi Prototipe Manipulator Manipulator telah berhasil dimodifikasi sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan. Dimensi tinggi manipulator 1153 mm dengan lebar maksimum

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER 4.1 TUJUAN PENGUJIAN Tujuan dari pengujian Cigarette Smoke Filter ialah untuk mengetahui seberapa besar kinerja penyaringan yang dihasilkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

KARAKTERISAS I SENSOR STRAIN GAUGE Kurriawan Budi Pranata 1, Wignyo Winarko 2, Solikhan 3

KARAKTERISAS I SENSOR STRAIN GAUGE Kurriawan Budi Pranata 1, Wignyo Winarko 2, Solikhan 3 KARAKTERISAS I SENSOR STRAIN GAUGE Kurriawan Budi Pranata 1, Wignyo Winarko 2, Solikhan 3 1,2,3 Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Kanjuruhan Malang kurriawan@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD

BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD Dalam tugas akhir ini, peneliti melakukan analisa dinamik connecting rod. Geometri connecting rod sepeda motor yang dianalisis berdasarkan

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Oleh : Nama : SOMAWARDI NIM : 23107012 Kelompok : 13 Tanggal Praktikum : November 2007 Nama Asisten (Nim) : Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN PROPELLER DISPLAY

BAB IV PENGUJIAN PROPELLER DISPLAY BAB IV PENGUJIAN PROPELLER DISPLAY 4.1 Hasil Perancangan Setelah melewati tahap perancangan yang meliputi perancangan mekanik, elektrik, dan pemrograman. Maka terbentuklah sebuah propeller display berbasis

Lebih terperinci

Input ADC Output ADC IN

Input ADC Output ADC IN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil yang diperoleh dari pengujian alat-alat meliputi mikrokontroler, LCD, dan yang lainnya untuk melihat komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM. Bab ini menjelaskan tentang pengujian program yang telah direalisasi.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM. Bab ini menjelaskan tentang pengujian program yang telah direalisasi. BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini menjelaskan tentang pengujian program yang telah direalisasi. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah program yang telah direalisasi sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan memaparkan secara jelas tentang pengujian yang telah dilakukan terhadap spindel utama yang ada pada mesin Aciera F5 serta menganalisa hasil dari percobaan

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA TUNGKU BAKAR MENGGUNAKAN KONTROLER PID

SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA TUNGKU BAKAR MENGGUNAKAN KONTROLER PID SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA TUNGKU BAKAR MENGGUNAKAN KONTROLER PID Raditya Wiradhana, Pembimbing 1: M. Aziz Muslim, Pembimbing 2: Purwanto. 1 Abstrak Pada saat ini masih banyak tungku bakar berbahan

Lebih terperinci

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil (massa mobil dan isinya adalah 1000 kg) dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan 72 km/jam adalah... (gesekan diabaikan) A. 1,25 x 10 4 J B. 2,50 x 10 4 J

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

GERAK HARMONIK SEDERHANA

GERAK HARMONIK SEDERHANA GERAK HARMONIK SEDERHANA Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak-balik benda melalui suatu titik kesetimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon selalu konstan. Gerak harmonik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. otomatis masih belum menggunakan filter. Dari hasil penelitian yang dilakukan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. otomatis masih belum menggunakan filter. Dari hasil penelitian yang dilakukan, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Pada penelitian yang dilakukan oleh Imam Suhendra, sistem pengisian air otomatis masih belum menggunakan filter. Dari hasil penelitian yang dilakukan, nilai

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV.1 Deskripsi Perangkat Perangkat yang dirancang dalam tugas akhir ini merupakan sistem instrumentasi pengukuran yang bertujuan untuk merekam data sinyal dari

Lebih terperinci

Prediksi 1 UN SMA IPA Fisika

Prediksi 1 UN SMA IPA Fisika Prediksi UN SMA IPA Fisika Kode Soal Doc. Version : 0-06 halaman 0. Dari hasil pengukuran luas sebuah lempeng baja tipis, diperoleh, panjang = 5,65 cm dan lebar 0,5 cm. Berdasarkan pada angka penting maka

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT. Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya,

BAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT. Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya, 92 BAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya, maka diperlukan analisis kinematika untuk mengetahui seberapa jauh model matematika itu

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERNYATAAN ABSTRAK. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR NOTASI

DAFTAR ISI PERNYATAAN ABSTRAK. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR NOTASI DAFTAR ISI PERNYATAAN ABSTRAK. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR NOTASI BAB I PENDAHULUAN.. 1.1 Latar Belakang.. 1.2 Perumusan Masalah. 1.3 Tujuan Penelitian.. 1.4 Pembatasan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

Gambar 41 Peragaan pengukuran tahanan pemotongan kulit tanaman tua. Cara memegang alat ukur pada saat menggiris kulit pohon karet tanaman muda terlihat pada Gambar 42. Bagian atas maupun bawah ring tidak

Lebih terperinci

ADC (Analog to Digital Converter)

ADC (Analog to Digital Converter) ADC (Analog to Digital Converter) Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal sinyal digital. IC ADC 0804 dianggap dapat memenuhi

Lebih terperinci

Pengukuran dan Alat Ukur. Rudi Susanto

Pengukuran dan Alat Ukur. Rudi Susanto Pengukuran dan Alat Ukur Rudi Susanto Pengertian pengukuran Mengukur berarti mendapatkan sesuatu yang dinyatakan dengan bilangan. Informasi yang bersifat kuantitatif dari sebuah pekerjaan penelitian merupakan

Lebih terperinci

KELOMPOK 4 JEMBATAN DC

KELOMPOK 4 JEMBATAN DC KELOMPOK 4 JEMBATAN DC Latar Belakang Masalah Dalam umumnya Jembatan Wheatstone dipergunakan untuk memperoleh ketelitian dalam melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang nilainya relative kecil

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori atau hukum rangkaian elektronika dan teori komponen komponen yang digunakan sebagai alat bantu atau penunjang pada proses analisa Photodioda. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS 4.1 Pengujian Turbin Angin Turbin angin yang telah dirancang, dibuat, dan dirakit perlu diuji untuk mengetahui kinerja turbin angin tersebut. Pengujian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput BAB II DASAR TEORI 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput Mesin ini merupakan mesin serbaguna untuk perajang hijauan, khususnya digunakan untuk merajang rumput pakan ternak. Pencacahan ini dimaksudkan

Lebih terperinci

HAND OUT FISIKA DASAR I/GELOMBANG/GERAK HARMONIK SEDERHANA

HAND OUT FISIKA DASAR I/GELOMBANG/GERAK HARMONIK SEDERHANA GELOMBAG : Gerak Harmonik Sederhana M. Ishaq Pendahuluan Gerak harmonik adalah sebuah kajian yang penting terutama jika anda bergelut dalam bidang teknik, elektronika, geofisika dan lain-lain. Banyak gejala

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini membahas pengujian dan analisa alat yang telah dirancang dan dibuat. Pengujian alat dimulai dari masing-masing komponen alat sampai dengan pengujian keseluruhan

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. VI, No. 1 (2016), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. VI, No. 1 (2016), Hal ISSN : Rancang Bangun Timbangan Digital Berbasis Sensor Beban 5 Kg Menggunakan Mikrokontroler Atmega328 Edwar Frendi Yandra a, Boni pahlanop Lapanporo a *, Muh. Ishak Jumarang a a Prodi Fisika, FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Wardaya College SAINS - FISIKA. Summer Olympiad Camp Sains SMP

Wardaya College SAINS - FISIKA. Summer Olympiad Camp Sains SMP SAINS - FISIKA Summer Olympiad Camp 2017 - Sains SMP 1. Seorang pelari menempuh jarak d selama waktu T detik, dimana t detik pertama gerakkannya dipercepat beraturan tanpa kecepatan awal, kemudian sisanya

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Ukur Berat Menggunakan Load Cell kapasitas 300 kg

Rancang Bangun Alat Ukur Berat Menggunakan Load Cell kapasitas 300 kg Rancang Bangun Alat Ukur Berat Menggunakan Load Cell kapasitas 300 kg Pelaksana : Bagus Candra Kusuma. ( 6307030013 ) Muhamad Mahdir Syah. ( 6307030030 ) 1.1 Latar Belakang Selama ini penggunaan crane

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN DAN KONDISI PEMBEBANAN TERHADAP KARAKTERISTIK GERAK SISTEM PENGGERAK PRESISI

PENGARUH BEBAN DAN KONDISI PEMBEBANAN TERHADAP KARAKTERISTIK GERAK SISTEM PENGGERAK PRESISI 144 PENGARUH BEBAN DAN KONDISI PEMBEBANAN TERHADAP KARAKTERISTIK GERAK SISTEM PENGGERAK PRESISI Ahmad Su udi Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung ABSTRAK Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Mesin ECM Portable Mesin ECM portable yang digunakan untuk pengujian drilling material stainless steel 304 dan aluminium 00 ditunjukkan pada gambar 4.. T T : 70 mm P : 360

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 2014 di Laboratorium Pemodelan Fisika dan Laboratorium Elektronika Dasar Jurusan

Lebih terperinci

REZAN NURFADLI EDMUND NIM.

REZAN NURFADLI EDMUND NIM. MEKATRONIKA Disusun oleh : REZAN NURFADLI EDMUND NIM. 125060200111075 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Respon berasal

Lebih terperinci

Petunjuk Penggunaan SENSOR TEGANGAN (GSC )

Petunjuk Penggunaan SENSOR TEGANGAN (GSC ) Petunjuk Penggunaan SENSOR TEGANGAN (GSC 410 04) Jl. PUDAK No. 4 Bandung 40113, Jawa Barat-INDONESIA - Phone +62-22-727 2755 (Hunting) Fax. +62-22-720 7252 - E-mail: contact@pudak.com - Website: www.pudak.com

Lebih terperinci

05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK

05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK 05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK 5.1 Pendahuluan Gerak d Arsonval akan memberi respons terhadap nilai rata-rata atau searah (dc) melalui kumparan putar. Jika kumparan tersebut

Lebih terperinci

g ) 102.( 6 10 ) 2 10

g ) 102.( 6 10 ) 2 10 6. Sebuah bola ditembakkan dari tanah ke udara. Pada ketinggian 9, m komponen kecepatan bola dalam arah x adalah 7,6 m/s dan dalam arah y adalah 6, m/s. Jika percepatan gravitasi g = 9,8 m/s, maka ketinggian

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak balik ( AC ) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULATOR CNC MULTIAXIS DENGAN MOTOR STEPPER AC

RANCANG BANGUN SIMULATOR CNC MULTIAXIS DENGAN MOTOR STEPPER AC TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN SIMULATOR CNC MULTIAXIS DENGAN MOTOR STEPPER AC TENANG DWI WIBOWO 2110 030 041 Dosen Pembimbing: Ir. Winarto, DEA Program Studi D3 Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

v adalah kecepatan bola A: v = ωr. Dengan menggunakan I = 2 5 mr2, dan menyelesaikan persamaanpersamaan di atas, kita akan peroleh: ω =

v adalah kecepatan bola A: v = ωr. Dengan menggunakan I = 2 5 mr2, dan menyelesaikan persamaanpersamaan di atas, kita akan peroleh: ω = v adalah kecepatan bola A: v = ωr. ω adalah kecepatan sudut bola A terhadap sumbunya (sebenarnya v dapat juga ditulis sebagai v = d θ dt ( + r), tetapi hubungan ini tidak akan kita gunakan). Hukum kekekalan

Lebih terperinci

1. Tujuan 1. Mempelajari hukum Newton. 2. Menentukan momen inersia katrol pesawat Atwood.

1. Tujuan 1. Mempelajari hukum Newton. 2. Menentukan momen inersia katrol pesawat Atwood. 1. Translasi dan rotasi 1. Tujuan 1. Mempelajari hukum Newton. 2. Menentukan momen inersia katrol pesawat Atwood. 2. Alat dan ahan Kereta dinamika : 1. Kereta dinamika 1 buah 2. eban tambahan @ 200 gram

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung dari september 20 sampai dengan November 20 di laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang dibuat. Gambar 3.1 menunjukkan blok diagram sistem secara keseluruhan. Mekanik Turbin Generator Beban Step

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

BAB IV Pengujian. Gambar 4.1 Skema pengujian perangkat keras

BAB IV Pengujian. Gambar 4.1 Skema pengujian perangkat keras BAB IV Pengujian 4.1 Pendahuluan Untuk mengetahui kinerja perangkat filter anti-gempa yang telah dibuat, dalam tahap akhir penelitian ini dilakukan beberapa pengujian. Pengujian yang dilakukan terdiri

Lebih terperinci

BAB V PROSES KALIBRASI DAN PENGUJIAN TRIBOMETER

BAB V PROSES KALIBRASI DAN PENGUJIAN TRIBOMETER digilib.uns.ac.id BAB V PROSES KALIBRASI DAN PENGUJIAN TRIBOMETER 5.1 Posisi tribometer saat kalibrasi Posisi tribometer saat kalibrasi untuk gaya gesek saja. Kalibrasi dengan menggunakan seutas tali dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

BAB III Perancangan Alat Ukur Prestasi Turbo Jet

BAB III Perancangan Alat Ukur Prestasi Turbo Jet BAB III Perancangan Alat Ukur Prestasi Turbo Jet Seperti telah dijelaskan pada bab 2, mengukur prestasi turbo jet bukanlah hal yang mudah dilakukan. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang valid diperlukan

Lebih terperinci

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital 10 Bab II Sensor 11 2.1. Pendahuluan Sesuai dengan banyaknya jenis pengaturan, maka sensor jenisnya sangat banyak sesuai dengan besaran fisik yang diukurnya

Lebih terperinci

Lely Etika Sari ( ) Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi

Lely Etika Sari ( ) Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI MASSA BANDUL TERHADAP POLA GERAK BANDUL DAN VOLTASE BANGKITAN GENERATOR PADA SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBAN LAUT SISTEM BANDUL KONIS Lely Etika Sari (2107100088)

Lebih terperinci

KALIBRASI SENSOR PADA MESIN UJI PUNTIR SEDERHANA (SENSOR CALIBRATION FOR SIMPLE TORSION TESTER MACHINE)

KALIBRASI SENSOR PADA MESIN UJI PUNTIR SEDERHANA (SENSOR CALIBRATION FOR SIMPLE TORSION TESTER MACHINE) KALIBRASI SENSOR PADA MESIN UJI PUNTIR SEDERHANA (SENSOR CALIBRATION FOR SIMPLE TORSION TESTER MACHINE) Christopher Manorek, Cahyo Budi Nugroho, Wowo Rosbandrio Prodi Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN EKSPERIMENTAL PADA BALOK BAJA WF 150x75x5x7 DENGAN MENGGUNAKAN STRAIN GAUGE

ANALISIS TEGANGAN EKSPERIMENTAL PADA BALOK BAJA WF 150x75x5x7 DENGAN MENGGUNAKAN STRAIN GAUGE Semua bentuk pengukuran regangan umumnya berkaitan dgn pengukuran perubahan panjang dari suatu panjang. Untuk suatu kondisi regangan yang konstan atau linear pengukuran ini tidak akan menghasilbidang REKAYASA

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

Bab III Elastisitas. Sumber : Fisika SMA/MA XI

Bab III Elastisitas. Sumber :  Fisika SMA/MA XI Bab III Elastisitas Sumber : www.lib.ui.ac Baja yang digunakan dalam jembatan mempunyai elastisitas agar tidak patah apabila dilewati kendaraan. Agar tidak melebihi kemampuan elastisitas, harus ada pembatasan

Lebih terperinci

PHYSICS SUMMIT 2 nd 2014

PHYSICS SUMMIT 2 nd 2014 KETENTUAN UMUM 1. Periksa terlebih dahulu bahwa jumlah soal Saudara terdiri dari 8 (tujuh) buah soal 2. Waktu total untuk mengerjakan tes ini adalah 3 jam atau 180 menit 3. Peserta diperbolehkan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

PENGARUH PROFIL POROS PENGGERAK TERHADAP GERAKAN SABUK DALAM SUATU SISTEM BAN BERJALAN. Ishak Nandika G., Adri Maldi S.

PENGARUH PROFIL POROS PENGGERAK TERHADAP GERAKAN SABUK DALAM SUATU SISTEM BAN BERJALAN. Ishak Nandika G., Adri Maldi S. PENGARUH PROFIL POROS PENGGERAK TERHADAP GERAKAN SABUK DALAM SUATU SISTEM BAN BERJALAN Ishak Nandika G., Adri Maldi S. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profil sudut ketirusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mesin Press Mesin press adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong suatu bahan atau material dengan cara penekanan. Proses kerja daripada

Lebih terperinci

Pengukuran Besaran Listrik. Kuliah-2 Sistem Pengukuran

Pengukuran Besaran Listrik. Kuliah-2 Sistem Pengukuran Pengukuran Besaran Listrik Kuliah-2 Sistem Pengukuran Quiz-1 (Pre-test) 1. Buat rangkaian Sistem Instrumentasi elektronik! 2. Jelaskan fungsi dari: Controller Data Processor Recorder Signal Conditioner

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Bab ini akan menjelaskan mengenai perancangan serta realisasi perangkat keras maupun perangkat lunak pada perancangan skripsi ini. Perancangan secara keseluruhan terbagi menjadi

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA 1. Soal Olimpiade Sains bidang studi Fisika terdiri dari dua (2) bagian yaitu : soal isian singkat (24 soal) dan soal pilihan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu pengujian mekanik beton, pengujian benda uji balok beton bertulang, analisis hasil pengujian, perhitungan

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan dan implementasi timbangan digital daging ayam beserta harga berbasis mikrokontroler ini terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA

BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA 1 BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA 01. Usaha yang dilakukan oleh suatu gaya terhadap benda sama dengan nol apabila arah gaya dengan perpindahan benda membentuk sudut sebesar. A. 0 B. 5 C. 60

Lebih terperinci

Bab VII Kesimpulan, Kontribusi Penelitian dan Rekomendasi

Bab VII Kesimpulan, Kontribusi Penelitian dan Rekomendasi Bab VII Kesimpulan, Kontribusi Penelitian dan Rekomendasi VII.1 Kesimpulan Penelitian ini mencakup penyelidikan kondisi bonding antar lapis perkerasan beraspal dengan menggunakan pendekatan teoritis maupun

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan pada tugas akhir ini adalah dengan metode eksperimen murni. Pada penelitian ini dilakukan perancangan alat ukur untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG KABEL ROBOTIK TIPE WORM GEAR

RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG KABEL ROBOTIK TIPE WORM GEAR RANCAN BANUN ALAT PEMOTON KABEL ROBOTIK TIPE WORM EAR Estiko Rijanto Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (Telimek) LIPI Kompleks LIPI edung 0, Jl. Cisitu No.1/154D, Bandung 40135, Tel: 0-50-3055;

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Diameter Kawat dan Susunan Kumparan Terhadap Voltase Bangkitan pada mekanisme Pemanen Energi Getaran

Studi Pengaruh Diameter Kawat dan Susunan Kumparan Terhadap Voltase Bangkitan pada mekanisme Pemanen Energi Getaran SidangTugas Akhir Bidang Studi : Desain Studi Pengaruh Diameter Kawat dan Susunan Kumparan Terhadap Voltase Bangkitan pada mekanisme Pemanen Energi Getaran Disusun oleh : Prisca Permatasari NRP. 2105 100

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK BERBASIS PC MENGGUNAKAN SENSOR GP2D12 MELALUI SERIAL PORT. Dwi Riyadi M

PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK BERBASIS PC MENGGUNAKAN SENSOR GP2D12 MELALUI SERIAL PORT. Dwi Riyadi M PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK BERBASIS PC MENGGUNAKAN SENSOR GP2D12 MELALUI SERIAL PORT Dwi Riyadi M0203025 Jurusan Fisika. Fakultas MIPA. Universitas Sebelas Maret Abstrak Dalam penelitian ini telah dirancang

Lebih terperinci

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik. gaya yang muncul ketika BENDA BERSENTUHAN dengan PERMUKAAN KASAR. ARAH GAYA GESEK selalu BERLAWANAN dengan ARAH GERAK BENDA. gaya gravitasi/gaya berat gaya normal GAYA GESEK Jenis Gaya gaya gesek gaya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran alat, perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat peraga sistem kendali pendulum terbalik. 3.1.

Lebih terperinci