ANALISIS TEMA DALAM SERAT MENAK PANDHAWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS TEMA DALAM SERAT MENAK PANDHAWA"

Transkripsi

1 ANALISIS TEMA DALAM SERAT MENAK PANDHAWA Reza Agung Priambodo, I Made Suparta Program Studi Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, reza.agung90@yahoo.com ABSTRAK Naskah yang menjadi objek penelitian ini adalah Menak Pandhawa. Naskah Menak Pandhawa merupakan sebuah karya sastra dari pesisiran yang bercirikan sebagai naskah menak. Hal yang menarik dari teks Menak Pandhawa adalah isi dari cerita yang menggabungkan dua epos berbeda yaitu menak dan Mahabharata. Menak adalah sebuah cerita epos dengan latar belakang kerajaan Islam sedangkan Mahabharata adalah sebuah epos dengan latar belakang Hindu. Dalam cerita, terjadi usaha pengislaman yang dilakukan oleh kerajaan Kuparman terhadap Astina dan Amarta. Setelah berhasil menaklukkan Astina, Kuparman tidak berhasil dalam menaklukkan Amarta. Namun pada akhir cerita terjadi pernikahan antara putri kerajaan Kuparman dan putra dari Pandawa yang mengakibatkan kedua kerajaan berdamai. Kejadian-kejadian yang ada di dalam naskah, berkemungkinan merupakan sebuah gambaran bagaimana reaksi dari masyarakat di Jawa dengan adanya agama baru yaitu Islam yang masuk ke dalam pulau Jawa. Analisis struktural (alur, tokoh dan penokohan) digunakan untuk mencari tema besar yang terkandung dalam teks Menak Pandhawa. Tema besar dicari untuk mengetahui apa maksud atau tujuan yang ingin disampaikan oleh penulis naskah Menak Pandhawa kepada para pembacanya. Kata Kunci: Menak Pandhawa, Pengislaman, Analisis Struktur, Tema ABSTRACT The object manuscript of this study is Menak Pandhawa. Menak Pandhawa script is a literary work of coastal characterized as a menak script. Menak Pandhawa is interisting because the text content of a story that combines two different epics Menak and Mahabharata. Menak is epic story against the background of the Islamic Kingdom and than the Mahabharata is an epic with a Hindu background. In the story, going on the Islamization efforts undertaken by the kingdom of Astina and Amarta by Kuparman. After successfully conquering Astina, Kuparman not succeed in conquering Amarta. But at the end of the story happens Kuparman royal wedding between the daughter and sons of the Pandawa which resulted in the two kingdoms at peace. Events that exist in the text, is a picture of how likely the reaction of people in Java with a new religion that is Islam goes to the island of Java. Structural analysis (plot, character and characterization) is used to find the major themes contained in the text Menak Pandhawa. Great theme sought to know what the intent or purpose to be conveyed by the writer of Menak Pandhawa to the readers. Keywords: Menak Pandhawa, Islamization, Structural Analysis, Themes

2 PENDAHULUAN Latar Belakang Naskah pesisiran memiliki kekhasan dalam hal isi dan bahasa. Isi cerita bisa saja dikaitkan dengan cerita yang merupakan karangan dari sang penulis, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dialek pesisiran, serta kekhasan dalam hal aksara yang kebanyakan ditulis dengan aksara pegon disamping aksara Jawa. Ciri yang lebih spesifik dari teks pesisiran sebagaimana diungkapkan oleh Karsono (1994), antara lain adalah apabila disusun prosodi macapat, kebanyakan pupuh pertama bertembang asmarandana, teks yang berprosodi macapat kebanyakan diawali dengan mukadimah yang khasbismillahirrahmanirrahim, ingsun amiwiti amuji, anebuting namaning Allah, wontening carita winarni, tumraping delancang kertas, baik manggala maupun kolofon sebagian besar tidak memberi keterangan titimangsa penulisan atau penyalinan dengan lengkap. Salah satu hasil karya sastra pesisiran yang laik untuk diteliti adalah sebuah naskah berjudul Menak Pandhawa. Teks ini berupaya meramu dua kebudayaan yang berasal dari latar belakang religi yang berbeda dalam kisahnya. Dilihat dari judul naskah yaitu Menak Pandhawa, tersirat gambaran bahwa teks tersebut merupakan penggabungan dari dua epos klasik Jawa yaitu Menak dan Mahabarata. Dari segi isi cerita, naskah Menak Pandhawa laik untuk diteliti karena menceritakan tentang bagaimana upaya penaklukkan Kerajaan Astina (Kurawa) yang dilakukan oleh pasukan Kuparman yang dipimpin oleh Wong Agung Jayengrana dan setelah berhasil mengalahkan Astina berlanjut untuk mengalahkan Kerajaan Amarta (Pandhawa). Saat berupaya untuk menaklukkan kedua kerajaan itu disebutkan pula tentang hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Sebagai contoh kata Agama Islam, Nabi Ibrahim, Kalimat Sahadat. Serat Menak Pandhawa menjadi naskah yang perlu diteliti lebih mendalam karena naskah ini berkemungkinan merupakan satu-satunya naskah menak yang menceritakan tentang upaya penaklukkan penguasa Jawa yaitu kerajaan Astina (Kurawa) dan Amarta (Pandhawa) oleh pasukan Kuparman yang dipimpin oleh Wong Agung Jayengrana. Astina dan Amarta yang menguasai Jawa berkemungkinan adalah sebuah simbol kekuasaan dari ajaran Hindu yang telah berkembang di Jawa. Sedangkan Kuparman merupakan simbol dari agama Islam yang mencoba masuk dan diperkenalkan kepada penduduk Jawa.

3 Dalam segi sejarah, Pulau Jawa tidak pernah diduduki oleh Kerajaan Astina dan Amarta karena kedua kerajaan tersebut merupakan bagian dari kisah epos Mahabharata. Namun dari segi sastra, naskah ini berkemungkinan mengandung nilai-nilai moral ataupun pesan tertentu mengingat masa pembuatan naskah ini diperkirakan awal atau pertengahan abad ke-18 yang pada saat itu ajaran Islam masih berusaha untuk diperkenalkan dan diterima oleh masyarakat luas di tanah Jawa menggeser pengaruh kuat ajaran Hindu-Buddha yang lebih dahulu masuk beberapa abad sebelum Islam. Serat Menak yang berkembang di Nusantara menceritakan tentang kepahlawanan yang menggambarkan sosok Amir Hamzah yang dilatarbelakangi kebudayaan Parsi. Amir Hamzah adalah salah satu tokoh kerabat Nabi Muhammad yang turut membantu upaya Nabi dalam menyiarkan agama Islam. Cerita tentang Amir Hamzah tersebut kemudian masuk ke dalam khazanah kesusastraan Melayu yang dikenal dengan Hikayat Amir Hamzah. Liau Yock Fang (1991:269) menyebutkan, Hikayat Amir Hamzah adalah salah satu hikayat yang sangat digemari dan banyak mengandung cerita-cerita pengembaraan dan cerita tentang negara-negara di kawasan Asia. Hikayat Amir Hamzah adalah sebuah hikayat yang populer. Terjemahannya terdapat dalam berbagai bahasa. Mula-mula dalam bahasa Arab, kemudian berlanjut ke beberapa bahasa di India seperti bahasa Hindustani, Benggali, dan terakhir ke dalam bahasa Nusantara (Bugis, Jawa, Bali, Sunda). Versi cerita Amir Hamzah berbahasa Jawa yang terkenal adalah diberi tajuk Menak. Menak adalah karya sastra Jawa yang terkenal pada masanya. Cerita Menak yang terkenal adalah yang disusun oleh Jasadipura. Menurut penelitian dari Van Ronkel yang dikutip oleh Yock Fang (1991:271), cerita Menak atau Serat Menak sebenarnya adalah saduran dari bahasa Melayu, yaitu Hikayat Amir Hamzah. Akan tetapi isinya jauh lebih luas daripada versi Melayu. Hal tersebut diperkirakan karena orang Jawa punya kecenderungan suka mengembangkan dan meluaskan semua cerita yang mereka baca. Hikayat Amir Hamzah menceritakan tentang kelahiran, masa kecil hingga dewasa dari sosok pahlawan yang bernama Amir Hamzah. Selain itu, dikisahkan pula tokoh Islam lainnya yang berhasil menaklukkan negeri lain sekaligus mengislamkan rakyat yang berada dalam negeri yang telah berhasil ditaklukkan. Sebagaimana hal yang telah disebutkan sebelumnya, naskah-naskah pesisiran secara umum berisi teks-teks keagamaan dan kesusastraan Islam (sastra pesisiran) yang berinduk

4 dari Parsi. Akan tetapi, ada pula karya-karya sastra yang merupakan perpaduan antara karya Islam dengan karya-karya yang berasal dari masa Hindu-Buddha. Sebagai contoh adalah Serat Cabolek, Serat Bustam, dan yang terakhir adalah Serat Menak. Zoetmulder (1985:26-27) menyebutkan bahwa tokoh-tokoh dalam epos Mahabarata dan Ramayana masih lebih populer jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh sejarah Islam yang sengaja dihadirkan untuk mengalahkan pengaruh dari tokoh-tokoh epos terkenal tersebut yang telah terlebih dahulu muncul dan melekat dalam imajinasi masyarakat Jawa secara umum. Zoetmulder menambahkan bahwa usaha menghadirkan tokoh sejarah Islam seperti Amir Hamzah sangat terbatas pengaruh dan keberhasilannya pada suatu kelompok masyarakat saja. Kepoluleran ini tampak pada kesenian wayang yang ceritanya bersumber pada epos Mahabarata dan Ramayana. Kedua epos tersebut diketahui merupakan hasil budaya pada masa Hindu yang mengandung nilai religi yang tinggi, dan keberadaannya tidak hilang meskipun agama Islam yang tergolong agama baru pada zaman itu masuk di Nusantara, khususnya di pulau Jawa. Dalam teks Menak Pandhawa, diceritakan bahwa Aliman yang terhanyut di lautan kemudian ditolong oleh nahkoda dari Arab. Setelah itu, ia dibawa untuk menghadap pada penguasa Arab yaitu Jayengrana. Jayengrana meminta Aliman untuk menceritakan bagaimana keadaan di Jawa dan siapa yang menguasainya. Penjelasan dari Aliman membuat Jayengrana geram dan memerintahkan untuk menghimpun pasukan lalu menggempur Astina. Setelah berhasil mengalahkan Astina, semuanya menolak masuk Islam jika Amarta belum takluk. Jayengrana memutuskan untuk menggempur Amarta. Di akhir peperangan, pasukan Kuparman kalah namun kedua kerajaan dapat berdamai karena terjadi pernikahan antara Kuraisin dan Abimanyu. Pesta pernikahan digelar, namun setelah pesta pada akhir teks Amarta diserang oleh Raja Bergosa yang balas dendam kepada Kresna. Dari hasil bacaan atas naskah yang telah dilakukan, naskah Menak Pandhawa ini laik untuk diketengahkan karena hadirnya dua kebudayaan yang berbeda masa, dan terutama tema dan pesan apa yang ingin disampaikan oleh penulis kepada para pembaca. Pertanyaanpertanyaan tematis yang muncul terkait dengan teks ini sebagai contoh, apa yang terjadi jika ada agama baru (Islam) yang coba untuk diperkenalkan pada saat agama Hindu sudah ada, mengapa ketika melawan Kurawa pasukan dari Kuparman yang dipimpin oleh Wong Agung Jayengrana begitu mudah mengalahkan kerajaan Astina, sedangkan ketika melawan Pandhawa pertempuran terjadi sama kuat dan di tengah-tengah peperangan keduanya

5 mengadakan pembicaraan yang berujung pada pernikahan putra-putri mereka sebagai jalan perdamaian di antara keduanya. Permasalahan Berdasarkan pembacaan yang telah dilakukan atas teks Menak Pandhawa, ditentukan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah yang menjadi tema utama cerita dalam teks Menak Pandhawa yang tersirat dalam struktur yang membangun cerita secara keseluruhan? Permasalahan ini diangkat agar teks dapat dibaca dan dimanfaatkan oleh masyarakat secara umum dan penelitian di bidang lain secara khusus serta untuk mengetahui apa tujuan pembuatan naskah Menak Pandhawa. Tujuan Bertolak dari permasalahan penelitian yang telah disebutkan dalam subbab sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Mengetahui tema yang ada dalam struktur cerita teks Menak Pandhawa. Metodologi Penelitian Beberapa bagian isi yang akan diambil adalah bagian peristiwa yang terpenting dari teks Menak Pandhawa dan melalui bagian peristiwa itu akan diperoleh tokoh yang dominan, penokohan dan alur. Dari struktur itu akan bertujuan untuk memperoleh tema besar yang terkandung dalam teks Menak Pandhawa. Analisis tema dalam penelitian ini akan dilakukan melalui pembedahan akan struktur teks Menak Pandhawa sebagai sebuah karya sastra. Struktur yang akan ditelaah meliputi tokoh dan penokohan, serta alur. Analisis struktur atas teks Menak Pandhawa yang dilakukan dalam penelitian ini akan berpedoman pada buku Memahami Cerita Rekaan karya Panuti Sudjiman (1992). Analisis tema dilakukan untuk membuktikan hipotesis awal panulis

6 bahwa naskah Menak Pandhawa merupakan sebuah karya sastra yang digunakan sebagai media negosiasi antara agama Islam dan Hindu. Negosiasi di sini dimaksudkan memperkenalkan agama baru yaitu Islam kepada masyarakat Jawa pada masa itu tanpa menghilangkan pengaruh agama Hindu yang terlebih dahulu masuk ke tanah Jawa. ANALISIS TEMA Dalam analisis ini, unsur instrinsik yang akan dibahas meliputi alur, tokoh dan penokohan. Dari kedua unsur yang akan dibahas tersebut akan bertujuan untuk menemukan tema yang terdapat pada teks Menak Pandhawa. Di dalam analisis stuktural tema bisa diartikan sebagai makna menyeluruh yang ingin dicapai dan pencapaian tersebut membutuhkan keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra. Tema memiliki hubungan yang erat dengan alur dan tokoh penokohan. Menurut Culler sub sistem terpenting dalam sebuah cerita rekaan adalah alur, tema, dan tokoh (Sudjiman, 1992: 11). Analisis Alur Alur adalah pengaturan urutan penampilan peristiwa untuk memenuhi beberapa tuntutan (Sudjiman, 1992: 30). Selanjutnya, dalam bukunya Panuti Sudjiman memaparkan bahwa terdapat struktur umum dalam alur. Struktur umum alur terdiri dari tiga bagian dan setiap bagian-bagian itu memiliki sub bagian. Berikut merupakan struktur umum alur beserta penggolongannya dalam peristiwa-peristiwa penting yang terdapat pada teks Menak Pandhawa: Awal : 1. Paparan (Exposition) 2. Rangsangan (Inciting moment) 3. Gawatan (Rising Action) Tengah : 4. Tikaian (Conflict) 5. Rumitan (Complication) 6. Klimaks Akhir :7. Leraian (Falling Action) 8. Selesaian (Denounment)

7 No. Halaman Daftar peristiwa penting teks Menak Pandhawa Aliman seorang nahkoda Jawa yang tenggelam di laut Arab diselamatkan oleh nahkoda Arab. Setelah itu dibawa menghadap ke Jayengrana dan diminta untuk menceritakan tentang keadaan di nusa Jawa. (awalan) Jayengrana beserta para pasukan berlayar ke tanah Jawa dan mendarat di pesisir Jepara. (rangsangan) Penguasa Jepara melaporkan ke kerajaan Astina bahwa di pesisir terdapat musuh yang datang dari sabrang (Kuparman) dan sang Raja Suyudana bersiap mengumpulkan para pasukan. (gawatan) Kuparman memberikan surat tantangan ke Astina. (gawatan) Proses penaklukan Astina (Kurawa) oleh Kuparman. (tikaian) Penolakan seruan untuk masuk ke dalam agama Islam kepada kerajaan-kerajaan. (rumitan) Peperangan antara Kuparman dan Amarta (Pandawa) serta pembebasan Kurawa. (klimaks dan leraian) Pernikahan antara Kuraisin dan Abimanyu. (selesaian) Raja Bergosa menyerang Pandhawa dan Kuparman. Jika dapat divisualisasikan, alur yang terdapat pada teks Menak Pandhawa adalah sebagai berikut:

8 f. klimaks e. rumitan d. tikaian c. gawatan b. rangsangan a. paparan g. leraian h. selesaian Paparan merupakan sebuah awalan dari cerita, dari paparan grafik pada cerita terus meningkat dan mencapai puncak cerita pada bagian klimaks. Grafik cerita mulai turun pada kondisi leraian hingga pada akhirnya pada tahap selesaian cerita kembali turun. Pergerakan alur yang ditimbulkan telah memunculkan masalah utama dan menunjukkan beberapa tokoh dominan dan tokoh-tokoh tersebut juga berfungsi sebagai pembangun cerita. Masalah utama dari teks Menak Pandhawa adalah pengenalan agama Islam yang dilakukan oleh Jayengrana dan pasukan Kuparman di pulau Jawa. Upaya pengenalan agama Islam yang dilakukan menimbulkan peperangan antara Kuparman melawan Astina dan Amarta. Selanjutnya, peristiwa pernikahan yang ada dalam teks merupakan bentuk dari pemecahan masalah agar peperangan dihentikan. Dari sekian banyak tokoh yang ditampilkan di dalam teks Menak Pandhawa, tokohtokoh dominan yang muncul dari permasalahan, peristiwa-peristiwa penting dan pergerakan alur tersebut adalah Jayengrana, Marmaya, Maktal, Aliman, Kuraisin, Suyudana, Sengkuni, Salya, Bisma, Werkudara, Yudhistira, Danangjaya (Arjuna), Kresna, dan Abimanyu. Semua tokoh yang disebutkan memiliki fungsi dan peran yang berbeda, oleh karena itu tokoh-tokoh tersebut akan dianalis mengenai tungsi dan perannya dalam analisis tokoh dan penokohan. Analisis Tokoh Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa (Sudjiman, 1992: 16). Dalam penokohan, penulis hanya akan meneliti penokohan dari tokoh-tokoh yang berperan penting dan mempunyai intensitas keterlibatan untuk dibicarakan maupun membicarakan peristiwa yang membangun cerita. Selain itu,

9 penokohan yang akan diteliti dimaksudkan untuk mendekatkan dan membantu memperoleh tema yang terdapat pada teks Menak Pandhawa. Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peranan penting. Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama. Tokoh Utama Tokoh utama dalam cerita Menak Pandhawa adalah Jayengrana. Hal ini terlihat dari keterlibatannya dalam peristiwa-peristiwa penting yang ada, Jayengrana selalu muncul dan memiliki kekuatan paling kuat untuk membangun cerita. Dalam episode I Jayengrana yang merupakan penguasa negeri Kuparman mendapat berita jika ada seseorang dari Jawa yang telah diselamatkan oleh nakuda dari Juldah. Jayengrana meminta untuk menceritakan tentang keadaan di Jawa. Dalam episode II Jayengrana memerintahkan kepada para petinggi kerajaan dan pasukan untuk menyerang tanah Jawa dan menaklukkannya. Dalam episode III Jayengrana memerintahkan panglimanya untuk mengirimkan surat kepada Prabu Suyudana penguasa Astina untuk menyerah. Dalam episode IV Jayengrana selalu menjadi andalan Kuparman dalam pertempuran untuk mengalahkan semua panglima kerajaan Astina dan yang terakhir mengalahkan Prabu Suyudana. Dalam episode V Jayengrana yang telah berkuasa di Astina memerintahkan kepada seluruh pasukan Astina beserta para petingginya untuk memeluk agama Islam. Selian itu, Jayengrana juga memerintahkan kepada para panglimanya untuk mengirimkan surat kepada kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa untuk menyerah. Dalam episode VI Jayengrana menjadi andalan dari Kuparman untuk berperang melawan pasukan Amarta dan Pandawa. Setelah perang berakhir, dengan besar hati Jayengrana menerima kekalahannya dan membebaskan para tahanan perang saat melawan Astina. Dalam episode VII Jayengrana yang telah menyerah kepada Amarta menjadi saksi dari pernikahan anaknya Kuraisin dengan Abimanyu.

10 Tokoh Bawahan Tokoh bawahan dalam teks Menak Pandhawa berfungsi sebagai pendukung dan penunjang tokoh utama. Ada beberapa tokoh bawahan yang terdapat pada teks Menak Pandhawa baik dari Kupraman, Astina, dan Amarta. Banyak tokoh yang terdapat pada teks namun penulis hanya memilih beberapa tokoh yang perannya mampu menunjang dan mendukung memunculkan karakter tokoh utama. Beberapa tokoh tersebut adalah: Tokoh Bawahan kerajaan Kuparman: a. Umarmaya Umarmaya di dalam teks berperan sebagai penasehat dari Jayengrana. Hal ini terlihat saat peperangan Jayengrana selalu meminta pendapat Umarmaya mengenai strategi dan apa yang harus dilakukan. Umarmaya adalah orang yang memberikan ide untuk melakukan pengislaman kepada kerjaan yang berhasil ditaklukkan. b. Maktal Merupakan orang yang menceritakan tentang kerajaan yang menandingi Kuparman yaitu Jawa. Karena ceritanya tersebut, Kuparman menyerang ke Jawa, dan memunculkan sisi emosi dari Jayengrana. c. Kuraisin Kuraisin adalah anak perempuan dari Jeyangrana. Dalam teks ini, Kuraisin menjadi tokoh yang memiliki peran penting dalam menentukan akhir dari cerita. Di saat berperang membantu Jeyengrana mengalahkan musuhnya, ia jatuh cinta kepada Abimanyu dan pada akhir cerita keduanya menikah. d. Aliman Aliman merupakan orang yang memulai cerita pada teks ini. Berawal dari dirinya yang tenggelam dan diselamatkan oleh nahkoda dari Arab. Ia bertemu dengan tokoh utama Jayengrana. Melalui ceritanya Jayengrana memutuskan untuk pergi ke Jawa. Ia juga berperan sebagai penulis surat untuk kerajaan-kerajaan di Jawa untuk menyerah kepada Kuparman. Tokoh Bawahan Kerajaan Astina: a. Prabu Suyudana

11 Ia merupakan alasan pertama mengapa Jayengrana dan pasukan Kuparman menyerang Jawa. Kerajaan Astina yang dipimpinnya makmur dan ia memiliki kekuasaan besar di pulau Jawa. Oleh karena itu, Jayengrana beranggapan jika ia berhasil menaklukkannya maka Jawa juga akan tunduk oleh kekuatan Kuparman. b. Sengkuni Sengkuni memiliki peran sebagai penasihat dari Prabu Suyudana. Dan ketika Kuparman berperang melawan Amarta ia diminta sebagai sesepuh untuk menjelaskan kekuatan Amarta kepada Jayengrana. c. Raja Salya Raja Salya merupakan panglima dari Astina yang mampu merepotkan pasukan Kuparman dalam tengah-tengah pertempuran. Jayengrana yang maju ke medan perang melawan Raja Salya sempat terdesak karena kesaktian Candabirawa yang dimiliki oleh Raja Salya. d. Bisma Bisma berperan sebagai orang yang menolak secara halus ajakan Jayengrana kepada Suyudana, Sengkuni, Salya, dan dirinya untuk masuk agama Islam. Ia beralasan jika Amarta sudah takluk barulah ia dan para petinggi Astina mengikuti kemauan dari Jayengrana. Tokoh Bawahan Kerajaan Amarta: a. Werkudara Werkudara yang merupakan kusuma yuda merupakan lawan dari Jayengrana. Werkudara berperan sebagai seseorang yang menyulut kemarahan dari Jayengrana dan imbang saat berperang melawannya. b. Danangjaya Danangjaya dan Jenawi merupakan nama lain dari Arjunayang terdapat pada teks ini yang memiliki peranan penting. Danangjaya adalah orang yang berhasil mengalahkan Jayengrana di akhir pertempuran sehingga peperangan berhasil dihentikan. c. Yudhistira Yudhistira berperan sebagai raja, ia memutuskan untuk berperang melawan Kuparman. Selain itu, Yudhistira adalah orang yang memiliki kebijaksaan dan kemampuan memimpin yang hebat sehingga membuat dirinya disegani di Jawa. Kelebihan inilah yang mengakibatkan kerajaan-kerajaan Jawa tunduk di bawahnya. Semua Pandawa juga menuruti

12 semua perintahnya. Yudhistira dalam teks ini memiliki nama lain yaitu Dermakusuma yang sering sekali muncul dalam teks. d. Kresna Kresna merupakan penasehat untuk kerajaan Amarta. Ia juga mampu meramalkan apa yang akan terjadi. Peran Kresna di dalam teks ini penting karena selain menjadi penasehat ia juga memberikan wejangan di akhir episode. e. Abimanyu Abimanyu memiliki peran yang penting untuk mengakhiri pertempuran antara Kuparman dan Amarta. Ia yang diculik oleh Kuraisin saat berperang memutuskan untuk menikahinya. Dan karena keputusan tersebut peperangan berhasil dihentikan. Dalam teks Abimanyu juga muncul dengan nama Raden Pekik dan Angkawijaya. Tokoh bawahan di atas tidak akan dilakukan pembahasan mengenai karakteristik penokohannya. Meskipun demikian, peran-peran dari tokoh bawahan yang telah dijelaskan mampu untuk membantu dalam pencarian tema. Analisis penokohan hanya dilakukan melalui tokoh utama saja karena pergerakan alur dari awal hingga akhir cerita merupakan upaya pengenalan agama Islam yang dilakukan oleh Jayengrana dan akibat dari upaya tersebut. Tokoh-tokoh bawahan yang ada juga membantu untuk memunculkan karakteristik dari tokoh utama. Oleh karena itu, analisis penokohan hanya dilakukan pada tokoh utama saja. Analisis Penokohan Tokoh Utama Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh (Sudjiman, 1986: 58). Analisis penokohan akan memberikan gambaran tema apa yang ada dalam lakon karena watak dan lakuan tokoh didasarkan pada tema yang ada. Jayengrana yang menjadi tokoh utama memiliki sifat pemberani, besar hati, religius, emosional, berkuasa, dan ambisius. Hal ini dibuktikan pada beberapa kutipan dari teks yang mendukung perwatakan dari Jayengrana. Analisis Tema Menak Pandhawa Untuk memaknai sebuah cerita, setiap orang dimungkinkan untuk melakukan penafsiran secara berbeda. Seperti yang dijelaskan oleh Panuti Sudjiman (1991: 55), pemaknaan terhadap tema bisa multi interpretable (dimaknai ganda). Namun, penafsiran

13 terhadap tema bisa dipertanggungjawabkan dengan ditunjang oleh unsur-unsur dalam karya sastra yang mendukung penafsiran tersebut. Penentuan tentang tema didasari oleh analisis unsur intrinsik yang ada pada teks. Analisis yang telah dilakukan oleh penulis adalah alur, serta tokoh dan penokohan. Selain itu, kejadian penting dalam teks yaitu peperangan dan perkawinan menjadi faktor pendukung untuk memunculkan tema. Melalui analisis alur dan tokoh penokohan serta faktor yang mendukung tersebut, dapat diketahui bahwa tema yang ada pada teks Menak Pandhawa adalah pengenalan agama baru. Tema pengenalan agama baru ditunjukkan dalam perjalanan alur yang telah dianalisis menggambarkan proses pengenalan agama Islam yang dilakukan oleh Jayengrana beserta pasukan Kuparman dan akibat dari upaya tersebut. Tokoh-tokoh yang pembahasannya dilakukan pada analisis tokoh dan penokohan adalah tokoh-tokoh yang berpengaruh dan dominan muncul ketika pengenalan agama Islam dilakukan. Hal tersebut mendukung dan menguatkan tema pengenalan agama baru. Peperangan yang terjadi antara Kuparman, Astina, dan Amarta yang terdapat pada teks adalah akibat dari pengenalan agama baru yang dilakukan oleh Jayengrana beserta pasukan Kuparman. Peperangan ini berpengaruh dalam penentuan tema dan penyelesaian dalam teks Menak Pandhawa. Peperangan Kuparman dan Astina yang menolak untuk masuk agama Islam berakibat Kuparman berperang melawan Amarta karena petinggi Astina yang kalah dalam berperang akan mengikuti perintah jika Amarta telah takluk. Peperangan Kuparman dan Amarta mengakibatkan pertemuan antara Kuraisin dan Abimanyu yang pada akhir cerita melakukan pernikahan. Pernikahan antara Kuraisin dan Abimanyu merupakan penyelesaian dan mengakibatkan perdamaian antara Kuparman dan Amarta. Selain itu, pernikahan tersebut bertujuan untuk menyatukan dan menjalin tali persaudaraan antara Kuparman dan Amarta. Dalam proses pengenalan agama baru ini, penulis sengaja menampilkan beberapa simbol penting dari agama Hindu yang digunakan sebagai bukti bahwa pengenalan agama dilakukan tanpa menghilangkan pengaruh agama yang lama. Hal ini dibuktikan dengan adanya penggunakan kata Hyang untuk penyebutan Tuhan dan menggunakan cerita Mahabharata dalam teks Menak Pandhawa. Hyang merupakan konsep penyebutan Tuhan

14 dalam agama Hindu. Dalam teks ini, kata Hyang juga digunakan oleh pihak Kuparman meskipun Kerajaan Kuparman memeluk agama Islam. Berikut merupakan nama-nama lain dari Tuhan yang terdapat pada teks Menak Pandhawa: Hyang Widi, Hyang Rawi, Hyang Adiluwih, Hyang Wĕning, Hyang Wisesa, Hyang Sukma, Hyang Guru, Hyang Agung, Hyang Winenang, Hyang Dumadi, Hyang Arka, Hyang Ulun, dan Hyang Punggung. KESIMPULAN Setelah melalui analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa teks Menak Pandhawa yang menjadi objek dalam penelitian ini merupakan salah satu teks yang digolongkan sebagai teks produksi skriptorium pesisir pantai utara Jawa bagian tengah. Hal tersebut tampak pada informasi yang tertera di bagian dalam sampul naskah yang menyebutkan tempat percetakan yang berada di Kudus. Selain itu, di dalam teks disebutkan pula secara spesifik kota Jepara. Teks Menak Pandhawa menceritakan tentang upaya penaklukkan dan pengenalan agama Islam yang dilakukan oleh Jayengrana beserta pasukan Kuparman di pulau Jawa yang dikuasai oleh Astina dan Amarta. Dalam upayanya ini, terjadi peperangan dan pada akhirnya dapat berdamai karena adanya pernikahan antara Kuraisin dari Kuparman dan Abimanyu dari Amarta. Menak Pandhawa memasukkan beberapa tokoh utama dari epos Menak. Tokohtokoh Menak yang ada dalam teks Menak Pandhawa adalah tokoh-tokoh sentral dalam cerita Menak seperti Wong Agung Jayengrana, Umarmaya, Umarmadi, Maktal, Lamdahur, dan Kuraisin. Alur cerita yang ditampilkan menyiratkan upaya pengislaman yang dilakukan oleh Kerajaan Kuparman. Berdasarkan ciri-ciri yang muncul berdasarkan unsur tokoh, alur, dan tema, teks Menak Pandhawa berkecenderungan untuk mengadaptasi kisah dalam Serat Menak meskipun bukanlah bagian dari siklus Menak.

15 Keistimewaan teks Menak Pandhawa adalah karena ceritanya merupakan penggabungan antara dua cerita yang berbeda masa dan latar penciptaan yaitu Menak dan Mahabharata. Dari proses analisis yang telah dilakukan, yang menjadi permasalahan utama dalam teks Menak Pandhawa adalah pengenalan agama Islam yang dilakukan oleh Jayengrana beserta Kuparman. Peperangan yang muncul adalah sebuah penolakan yang dilakukan oleh Astina dan Amarta. Pernikahan antara Kuraisin dan Abimanyu di akhir teks merupakan penyelesaian dari teks. Dalam proses pengenalan ini muncul tokoh-tokoh yang dominan dan penting untuk membangun jalannya cerita. Jayengrana dimunculkan sebagai tokoh utama karena perjalanan alur dalam teks ini mengikuti proses pengenalan agama Islam yang dilakukan Jayengrana. Setelah itu, tema yang diperoleh dari analisis alur dan tokoh penokohan adalah pengenalan agama baru. Menak Pandhawa sebagai salah satu karya sastra Jawa dimungkinkan merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk memperkenalkan agama baru yaitu Islam kepada masyarakat Jawa pada zaman itu, yang sebelumnya telah mengenal agama Hindu. Peneliti beranggapan bahwa pernikahan antara Kuraisin dan Abimanyu merupakan simbolisasi dari proses negosiasi yang berhasil dilakukan untuk memperkenalkan agama baru yaitu Islam tanpa menghilangkan agama Hindu yang sudah ada. Keberadaan agama Islam dapat diterima oleh masyarakat pada saat itu yang sebelumnya telah mengenal agama Hindu. Pernikahan sendiri merupakan simbol dari sebuah persatuan. Dari pengenalan Islam yang dilakukan dan agama Hindu yang telah ada, terjadi penggabungan antara keduanya dan menghasilkan sebuah agama baru yang dapat dianut oleh masyarakat pada zaman itu. Agama tersebut telah disesuaikan dan diadaptasi yang berkemungkinan menjadi sebuah agama baru di pulau Jawa yaitu agama Islam Jawa (Agami Jawi) yang berkembang pada abad ke-17. Agama Islam yang masuk pada saat itu dinilai sesuai dengan pemahaman tentang keagamaan yang dimiliki oleh orang-orang Jawa pada zaman itu sehingga memudahkan agama Islam berkembang. Sifat orang Jawa yang senang hati menerima sesuatu yang baru dari luar dan menyaringnya untuk disesuaikan dengan pemahaman yang telah dimiliki, lebih memudahkan agama Islam untuk dipelajari.

16 DAFTAR PUSTAKA Baried, Siti Baroroh, dkk. (1985). Pengantar Ilmu Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Djamaris, Edwar. (2002). Metode Penelitian Filologi. Jakarta: CV Manasco Fang, Liaw Yock. (1991). Sejarah Kasusastraan Melayu Klasik 1 dan 2. Jakarta: Erlangga Jandra, Mifedwil. (2011). Pergumulan Islam dengan Budaya Lokal: Kajian atas Manuskrip Keraton Yogyakarta dalam Jurnal Lektur Keagamaan Vol. 9. No.1 Juni Jakarta: Pusat Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Luxemburg, Jan Van, dkk. (1984). Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia. Pigeaud, Th. G. Th. (1967). Literature of Java Calague Raisonnè of Javanese Manuscrips in The Library of The University of Leiden and Other Public Colections in The Netherlands Volume I Synopsis of Javanese Literature AD. The Hague: Martinus Nyhoff..(1968). Literature of Java Calague Raisonnè of Javanese Manuscrips in The Library of The University of Leiden and Other Public Colections in The Netherlands Volume II Descriptive Lists of Javanese Manuscripts in The Library of The University of Leiden and Other Public Collections in The Netherlands. The Hague: Martinus Nyhoff..(1970). Literature of Java Calague Raisonnè of Javanese Manuscrips in The Library of The University of Leiden and Other Public Colections in The Netherlands Volume III Descriptive Lists of Javanese Manuscripts in The Library of The University of Leiden and Other Public Collections in The Netherlands. The Hague: Martinus Nyhoff. Poerbatjaraka, R.M.Ng. (1952). Kapustakan Djawi. Jakarta: Djambatan Robson, S.O. (1994). Prinsip-prinsip Filologi Indonesia. Jakarta: RUL Saputra, Karsono H. (2005). Naskah-Naskah Pesisiran Koleksi FS UI dalam Percik-Percik Bahasa dan Sastra Jawa. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. (2008). Pengantar Filologi Jawa. Jakarta: Wedatama Widya Sastra

17 Sudjiman, Panuti. (1992). Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya Zoetmulder, P.J. (1985). Kalangwan. Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang, diterjemahkan oleh Dick Hartoko. Jakarta: Djambatan Daftar Kamus: Porwadarminta, W.J.S. (1939). Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters Uitgevers-Maatschappij N.V. Jurnal Online: Istanti, Kun Zachrun. (2006). Warna Lokal Teks Amir Hamzah Dalam Serat Menak. Humaniora.Universitas Gajah Mada. Manuskrip Menak Pandhawa koleksi perpustakaan Universitas Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang tertuang dalam bentuk naskah sejak abad IX 1. Berkaitan dengan tulisan dalam bentuk naskah, Saputra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan salah satu warisan nenek moyang yang masih tersimpan dengan baik di beberapa perpustakaan daerah, seperti Perpustakaan Pura Pakualaman dan Museum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

Daftar Pustaka (1992). Sastra Perang: Sebuah Pembicaraan mengenai Hikayat Perang Sabil. Jakarta: Balai Pustaka.

Daftar Pustaka (1992). Sastra Perang: Sebuah Pembicaraan mengenai Hikayat Perang Sabil. Jakarta: Balai Pustaka. Daftar Pustaka Naskah Syair Bintara Mahmud Setia Raja Blang Pidier Jajahan, NB 108. Perpustakaan Nasioanal Republik Indonesia. Buku Abdullah, Taufik. (1990). Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gajah

Lebih terperinci

NILAI RELIGIUS NOVEL BUTIRAN DEBU KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI RELIGIUS NOVEL BUTIRAN DEBU KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI RELIGIUS NOVEL BUTIRAN DEBU KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA oleh: Istiana Lestari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia istianalestari661@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Muhamad Teologi Pluralis Multikultural: Menghargai Kemajemukan,

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Muhamad Teologi Pluralis Multikultural: Menghargai Kemajemukan, DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhamad. 2003. Teologi Pluralis Multikultural: Menghargai Kemajemukan, Menjalin Kebersamaan. Jakarta: Kompas. Awuy, Tommy F. 2004. Sisi Indah Kehidupan: Pemikiran Seni dan Kritik Teater.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris.

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris. Parwa berarti bagian buku/cerita (Mardiwarsito, 1986:410). Parwa juga dikatakan sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan terhadap novel Sundari karya Oskandar R

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan terhadap novel Sundari karya Oskandar R BAB V PENUTUP 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan terhadap novel Sundari karya Oskandar R yang diterbitkan oleh Rangkah Mas Surabaya pada tahun 1966, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui naskah kuna. Jenis isi dari naskah kuna sangat beragam. Jenis teks tersebut antara lain berisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut dilestarikan. Kita juga perlu mempelajarinya karena di dalamnya terkandung nilainilai luhur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat Jawa merupakan salah satu masyarakat di Indonesia yang memiliki berbagai macam budaya. Salah satu budaya yang terdapat dalam masyarakat Jawa adalah budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Bab 5 Ringkasan Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Jepang. Wanita kelahiran 26 Februari 1961 mengawali karir sebagai penulis komik sejak umur tujuh belas tahun. Setelah mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Putra (1986), dalam penelitian beliau yang berjudul "Aspek Sastra Dalam Babad Dalem Suatu Tinjauan Intertekstualitas", menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya. BAB 2 DATA DAN ANALISIS 2.1. Legenda Hanoman 2.1.1 Perang Wanara dan Raksasa Setelah lakon Hanoman Obong. Hanoman kembali bersama Sri Rama dan Laskmana beserta ribuan pasukan wanara untuk menyerang Alengka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra Indonesia terdiri dari karya sastra lisan dan karya sastra tulis. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa karya sastra lama. Nilai-nilai budaya suatu bangsa yang dalam kurun waktu tertentu sangat dapat

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan. 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan tiga buah naskah yang

BAB IV PENUTUP. ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan. 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan tiga buah naskah yang 373 BAB IV PENUTUP Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, maka akhir penelitian ini dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan

Lebih terperinci

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi pernasakahan di Indonesia bisa dikatakan sangat kurang peminat, dalam hal ini penelitian yang dilakukan terhadap naskah. Sedikitnya penelitian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai salah satu penyimpanan naskah-naskah kuna warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai penyimpanan naskah-naskah

Lebih terperinci

Pokok Bahasan Rincian Pokok Bahasan Waktu

Pokok Bahasan Rincian Pokok Bahasan Waktu 1. Fakultas/ Program Studi 2. Mata Kuliah dan Kode : Fakultas Bahasa dan Seni/ Pendidikan Bahasa Jawa : FILOLOGI JAWA I 3. Jumlah SKS : Teori : 2 SKS Praktik : - SKS 4. Kompetensi : Mahasiswa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan penduduk pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat pesat, hal ini tak luput

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Perancangan 3.1.1 Pendekatan Komunikasi Tujuan dari perancangan desain buku cerita bergambar ini merupakan sebagai media informasi yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di 11 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di Nusantara. Pada masa itu, proses reproduksi naskah dilakukan dengan cara disalin. Naskah-naskah

Lebih terperinci

ANTARA ELING DAN RAGU: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL DEWI KAWI

ANTARA ELING DAN RAGU: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL DEWI KAWI ANTARA ELING DAN RAGU: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL DEWI KAWI I Gede Iwan Astadi Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstract Analysis of the psychology literature

Lebih terperinci

SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK)

SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK) SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK) SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Ika Cahyaningrum A2A 008 057 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra diciptakan pengarang berdasarkan realita (kenyataan) yang ada di dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sastra memang mencerminkan kenyataan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drama adalah salah satu genre karya sastra yang terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi sastra dan pementasan, Sastra berupa teks naskah sedangkan pementasan berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan adalah suatu karya sastra tradisional yang mempunyai sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh atau pupuh pupuh, dan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Naskah SDR yang dijadikan objek penelitian tidak mempunyai nomor

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Naskah SDR yang dijadikan objek penelitian tidak mempunyai nomor BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap naskah SDR, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Naskah SDR yang dijadikan objek penelitian tidak mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Naskah kuno merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang tak ternilai harganya. Di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur yang ingin disampaikan oleh nenek moyang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah suatu hal yang yang tidak bisa lepas dari diri seorang manusia, dalam pribadi setiap manusia pasti memiliki rasa cinta atau rasa ingin tahu terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi yang memiliki unsur estetis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Karya sastra sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Hal itu disebabkan karena budaya merupakan hasil olah rasa dan olah pikir manusia demi menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ungkapannya (Sudjiman, 1990:71). Sastra juga dapat digunakan oleh semua yang

BAB I PENDAHULUAN. ungkapannya (Sudjiman, 1990:71). Sastra juga dapat digunakan oleh semua yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan karya lisan atau berupa tulisan yang memiliki berbagai ciri, keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan dan keindahan dalam isi dan ungkapannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

PESAN MORAL DALAM CERITA RAKYAT RARA JONGGRANG

PESAN MORAL DALAM CERITA RAKYAT RARA JONGGRANG PESAN MORAL DALAM CERITA RAKYAT RARA JONGGRANG Ahmad Dwi Nugroho Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia Ahmaddwinugroho13@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajian, sastra dalam bahasa Inggris literature sehingga popular literature dapat diterjemahkan sebagai sastra populer. Banyak

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung MODUL 2 BAHASA INDONESIA XII MIA 3-6 & XII IIS 1-2 OLEH :

YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung MODUL 2 BAHASA INDONESIA XII MIA 3-6 & XII IIS 1-2 OLEH : YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung 4214714 MODUL 2 BAHASA INDONESIA TEKS CERITA SEJARAH DAN CERPEN SEJARAH XII MIA 3-6 & XII IIS 1-2 OLEH : Dra. M.M. Lies Supriyantini 1 TEKS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya-karya peninggalan masa lampau merupakan peninggalan yang menginformasikan buah pikiran, buah perasaan, dan informasi mengenai berbagai segi kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor keaslian suatu penelitian. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran, atau

Lebih terperinci

BAB IV WAWACAN RAWI MULUD

BAB IV WAWACAN RAWI MULUD BAB IV WAWACAN RAWI MULUD 4.2 Deskripsi Naskah Wawacan Rawi Mulud a. Judul naskah: Wawacan Rawi Mulud b. Pemilik naskah: Abidin Bin Haji Ghopur, kampung Cowal RT 04, RW 05, Desa Sindangmekar, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah naskah Wawacan Pandita Sawang yang beraksara Arab (Pegon) dan berbahasa Sunda, teks di dalamnya berbentuk puisi/wawacan. Naskah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pada hasil temuan penelitian dan analisis data mengenai struktur, pandangan dunia pengarang, struktur sosial pengarang, nilai edukatif, dan

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTURAL DALAM SERAT PARARATON: KEN ANGROK

KAJIAN STRUKTURAL DALAM SERAT PARARATON: KEN ANGROK KAJIAN STRUKTURAL DALAM SERAT PARARATON: KEN ANGROK Oleh : Diana Prastika program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa diana_prastika@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa yang dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk mengungkapkan diri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belum pernah dilakukan kegiatan transliterasi teks atas naskah Wawacan Rawi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belum pernah dilakukan kegiatan transliterasi teks atas naskah Wawacan Rawi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian-penelitian naskah Sunda, baik yang telah dilakukan oleh orang Barat maupun oleh bangsa pribumi, sejauh pengetahuan penulis hingga kini belum pernah dilakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah-naskah Nusantara sangat beraneka ragam, yang isinya mengemukakan tentang kehidupan manusia misalnya, masalah politik, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena sastra berisikan ide para pengarang yang. lebih memaknai arti dari sebuah karya sastra tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena sastra berisikan ide para pengarang yang. lebih memaknai arti dari sebuah karya sastra tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bagian dari kebudayaan yang tidak terbatas pada nilai-nilai subjektif atau semata-mata terfokus pada daya khayal pengarang atau sastrawan saja,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

Lebih terperinci

23/03/2010 Drs. Sumiyadi, M.Hum./Jurdiksatrasia, FPBS,UPI

23/03/2010 Drs. Sumiyadi, M.Hum./Jurdiksatrasia, FPBS,UPI PEMODERNAN CERITA RAKYAT & MASALAH PEMBELAJARANNYA oleh Sumiyadi Karya sastra, yaitu puisi, prosa (cerpen dan novel), dan drama adalah materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

2014 SAJARAH CIJULANG

2014 SAJARAH CIJULANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan yang berupa bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis berupa naskah

Lebih terperinci

Wahyu Aris Aprillianto Universitas Muhammadiyah Purworejo

Wahyu Aris Aprillianto Universitas Muhammadiyah Purworejo KAJIAN FILOLOGI SERAT-SERAT ANGGITAN DALEM KANGJENG GUSTI PANGERAN ADIPATI ARIYA MANGKUNEGARA IV JILID I (WANAGIRI JAMAN KANGJENG GUSTI PANGERAN ADIPATI ARIYA MANGKUNEGARA III) Wahyu Aris Aprillianto Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. 1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Sebagaimana yang dikutip Sudjiman dalam Memahami Cerita Rekaan (1991: 12) menurut Horatius karya sastra memang bersifat dulce et utile (menyenangkan dan bermanfaat).

Lebih terperinci

Analisis Struktur dan Fungsi Novel Hanoman Karya Pitoyo Amrih

Analisis Struktur dan Fungsi Novel Hanoman Karya Pitoyo Amrih Analisis Struktur dan Fungsi Novel Hanoman Karya Pitoyo Amrih Christina Ni Luh Sukerti Ningsih 1*, I Nyoman Weda Kusuma 2, I G.A.A. Mas Triadnyani 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ditemukan dua varian naskah, yaitu naskah Sêrat Driyabrata dengan nomor

BAB V PENUTUP. ditemukan dua varian naskah, yaitu naskah Sêrat Driyabrata dengan nomor BAB V PENUTUP A. Simpulan Hasil penelitian dan pembahasan telah diuraikan dalam bab IV. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Inventarisasi naskah

Lebih terperinci

Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks Zenny Rahmawati, Karsono Hardjosaputra Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks

Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni - Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dilihat dari perkembangan teknologi informasi saat ini, industri game merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dilihat dari perkembangan teknologi informasi saat ini, industri game merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari perkembangan teknologi informasi saat ini, industri game merupakan salah satu yang berkembang pesat dan menarik perhatian masyarakat luas. Tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno adalah benda budaya yang merekam informasi dan pengetahuan masyarakat lampau yang diturunkan secara turun temurun semenjak dulu sampai saat ini. Warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membawakan peran atau akting dapat diartikan menampilkan atau mempertunjukan tingkah laku terutama diatas pentas. Berbuat seolaholah, berpura pura menjadi seseorang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Wayang tidak hanya secara artistik memiliki kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Wayang tidak hanya secara artistik memiliki kualitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia internasional mengakui wayang sebagai produk budaya dan kesenian asli Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Wayang tidak hanya secara artistik memiliki

Lebih terperinci

STRATEGI DAN PERANAN KURIBAYASHI TADAMICHI PADA PERANG IWOJIMA DALAM NOVEL CHIRUZO KANASHIKI KARYA KAKEHASHI KUMIKO (Melalui Pendekatan Mimesis)

STRATEGI DAN PERANAN KURIBAYASHI TADAMICHI PADA PERANG IWOJIMA DALAM NOVEL CHIRUZO KANASHIKI KARYA KAKEHASHI KUMIKO (Melalui Pendekatan Mimesis) STRATEGI DAN PERANAN KURIBAYASHI TADAMICHI PADA PERANG IWOJIMA DALAM NOVEL CHIRUZO KANASHIKI KARYA KAKEHASHI KUMIKO (Melalui Pendekatan Mimesis) PERWITA SARI H1F 050070 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koentjaraningrat mengatakan bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sanksekerta budhayah yang berasal dari bentuk jamak kata budhi yang berarti budi dan akal. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. wayang. Sebuah pemikiran besar yang sejak dahulu memiliki aturan ketat sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. wayang. Sebuah pemikiran besar yang sejak dahulu memiliki aturan ketat sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesusasteraan memiliki ruang lingkup yang begitu luas dalam rangka penciptaannya atas representasi kebudayaan nusantara. Salah satu hasil ekspresi yang muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menurut ragamnya terbagi menjadi tiga, yaitu prosa, puisi, dan drama. Berkaitan dengan prosa fiksi umumnya dibagi menjadi dua, cerita pendek (cerpen) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

2014 GENDERANG BARATAYUDHA VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN

2014 GENDERANG BARATAYUDHA VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jauh sebelum kita mengenal tulisan berupa huruf dan abjad yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari ini, manusia zaman Pra-Sejarah telah mengembangkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK DALAM CERITA CEKAK DONGENGE PAKDHE BAB LENDHUT LAPINDO

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK DALAM CERITA CEKAK DONGENGE PAKDHE BAB LENDHUT LAPINDO UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK DALAM CERITA CEKAK DONGENGE PAKDHE BAB LENDHUT LAPINDO JURNAL HARYO SUNDARU 0906641730 \ FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA SASTRA DAERAH UNTUK SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah merupakan tulisan tangan berupa benda konkret yang dapat dilihat dan dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan tidak bosan-bosannya membaca, menerjemahkan, mengkaji, menghayati, menyalin dan menciptaklan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam bahasa Sanskerta dan menunjukkan ketergantungannya dengan kutipan-kutipan dari karya asli dalam bahasa

Lebih terperinci

CERPEN BEGAL DAN OGOH-OGOH DALAM PUPULAN CERPEN BEGAL: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA

CERPEN BEGAL DAN OGOH-OGOH DALAM PUPULAN CERPEN BEGAL: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA 1 CERPEN BEGAL DAN OGOH-OGOH DALAM PUPULAN CERPEN BEGAL: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA Kade Gita Ksatriani Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra Universitas Udayana Abstract Analysis of the psychology

Lebih terperinci

KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA

KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA Skripsi Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Humaniora Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Fitrianna Arfiyanti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Drama merupakan karya sastra yang dalam penulisan teksnya berisikan dialog-dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Seperti fiksi, drama berpusat pada satu

Lebih terperinci

Berdasarkan etimologinya, dua kata tersebut kemudian membentuk arti senang berbicara atau senang ilmu (Baried, 1996). Arti ini kemudian berkembang

Berdasarkan etimologinya, dua kata tersebut kemudian membentuk arti senang berbicara atau senang ilmu (Baried, 1996). Arti ini kemudian berkembang PENGANTAR FILOLOGI PENGERTIAN FILOLOGI Filologi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani philologia. Philologia berasal dari dua kata, yaitu philos yang berarti teman dan logos yang berarti pembicaraan

Lebih terperinci

Chapter V. Summary. Humanisme merupakan sebuah teori yang mendorong manusia untuk memutuskan segala

Chapter V. Summary. Humanisme merupakan sebuah teori yang mendorong manusia untuk memutuskan segala Chapter V Summary Humanisme merupakan sebuah teori yang mendorong manusia untuk memutuskan segala sesuatu melalui pengalaman hidup ketimbang terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Manusia saat ini sangat

Lebih terperinci