Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks
|
|
- Sucianty Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks Zenny Rahmawati, Karsono Hardjosaputra Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Juli Abstrak Nama : Zenny Rahmawati Program Studi : Sastra Daerah untuk Sastra Jawa Judul : Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks Penelitian ini dilakukan terhadap naskah Raden Sulam yang diperkirakan diciptakan pada tahun 1788 Jawa atau 1866 Masehi di Pedawang, Demak. Naskah berisi cerita petualangan Raden Sulam, putra mahkota Bandaralim yang ingin menuntut ilmu tentang Islam. Pengembaraannya diwarnai dengan kisah percintaan, peperangan, dan pengajaran seseorang masuk Islam. Naskah Raden Sulam dianggap tunggal, tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan nomer panggil KBG 548. Penelitian bertujuan menyajikan edisi teks naskah Raden Sulam supaya dapat dibaca dan dipahami oleh masyarakat umum. Hal pertama yang dilakukan adalah inventarisasi naskah, lalu mendeskripsikan, dan terakhir menyunting dengan edisi standar. Metode kritik teks yang digunakan adalah metode intuitif. Kata Kunci : Islam, naskah pesisiran, naskah Raden Sulam, suntingan teks Raden Sulam Manuscript: Edited Text Abstract Name Study Programe Tittle : Zenny Rahmawati : Javanese Literature : Raden Sulam Manuscript: Edited Text
2 This research was conducted on the Raden Sulam manuscript that predicted created in 1788 (Javanese Calendar) or 1866 AD in Pedawang, Demak. This text contains the adventure stories of Raden Sulam, the prince of Bandaralim, who want to study about Islam. His adventures tinged with romance, war, and teach person to be a moslem. Raden Sulam manuscript is the manuscript that considered to be a unique, saved in Perpusnas (National Library of Republic of Indonesia) on collection number KBG 548. This research was aims to present the Raden Sulam text edition that can be read and understood by common people. The first step of methods is make an inventory of the manuscript, and then described, and finally edited with standard edition. The method of textual critic is intuitive method. Keywords : Islam, coastal manuscript, Raden Sulam coastal manuscript, edited text Pendahuluan Salah satu warisan budaya masyarakat Jawa berwujud naskah. Yang dimaksud dengan naskah adalah tulisan tangan di atas lembaran-lembaran alas tulis setempat, aksara kedaerahan, dan bahasa setempat (Saputra, 2008:2-3). 1 Naskah-naskah warisan budaya yang terdapat di Jawa pada umumnya ditulis dengan aksara Jawa dan menggunakan bahasa Jawa, namun terdapat juga naskah-naskah yang ditulis dengan aksara pegon 2 dan aksara Latin. Aksara pegon umumnya digunakan dalam naskah-naskah yang bernuansa keislaman atau juga naskah-naskah pesisir. Dalam konteks kebudayaan Jawa, terminologi naskah-naskah pesisiran mengandung dua pengertian (Saputra, 2001: 87). Pertama, naskah-naskah pesisiran adalah naskah-naskah yang ditulis di kawasan pantai saja, dan kedua naskah-naskah pesisiran adalah naskah-naskah yang ditulis di luar keraton Surakarta dan Yogyakarta. Tradisi penulisan sastra di wilayah pesisir utara Jawa telah dimulai pada abad XIV sejak masuknya agama Islam ke Pulau Jawa melalui pantai utara. Sifat naskahnya pun sebagian berisi teks Islam atau setidaknya mengandung unsur keislaman. Sekalipun demikian, belum diperoleh gambaran yang jelas mengenai kegiatan cipta sastra pada masa awal Islam di Pulau Jawa (Hutomo, 1974: 1). Sastra Jawa pesisiran memiliki ciri yang khas. Selain bahasa (bahasa Jawa dialek pesisiran), aksara (aksara pegon di samping aksara Jawa), dan isi 1 Lembaran-lembaran alas tulis setempat, seperti rontal daun tal yang lebih dikenal melalui pelafalan metatesisnya: lontar, nipah, daluang (Sunda), dluwang (Jawa), bambu, dan kulit kayu;serta dengan aksara kedaerahan misalnya aksara Jawa, aksara Bali, aksara Sunda, aksara rencong, aksara kaganga, aksara Batak, aksara pegon, aksara Jawi, dan seterusnya-dan bahasa setempat misalnya bahasa Bugis, bahasa Melayu, bahasa Sasak, bahasa Banjar, dan seterusnya. 2 Aksara pegon merupakan adaptasi aksara Arab dengan berbagai penyesuaian bunyi bahasa Jawa, digunakan untuk menulis sastra dan bahasa Jawa, lebih banyak digunakan di pesantren-pesantren dan pantai utara Jawa (Saputra, 2008:24).
3 (meskipun tidak seluruhnya namun menunjukkan nuansa Islam), teks pesisiran kebanyakan diawali dengan pembukaan yang berisi pujian terhadap Allah dan Nabi Muhammad SAW, permintaan maaf penulis kepada pembaca karena merasa dirinya bodoh, dan harapan penulis kepada pembaca bagaimana cara memperlakukan naskah yang sedang dibacanya (Saputra, 2001: 15). Pada perkembangan selanjutnya, Islam masuk ke Jawa dan telah memberikan banyak pengaruh, termasuk pengaruh dalam dunia kesusasteraan Jawa dengan munculnya cerita Menak. 3 Cerita yang telah dikenal di Jawa pada abad XVII ini berkisah tentang pengelanaan tokoh Amir Ambyah (Amir Hamzah) dan menonjolkan perjuangan tokoh utama dalam menundukkan negara-negara yang masih kafir. 4 Menak juga mempengaruhi kemunculan roman-roman Islam, sehingga tidak mengherankan jika ditemukan kemiripan unsur-unsur antara cerita Menak dengan roman-roman Islam (Pigeaud, 1967: ). Pada umumnya roman-roman Islam mengangkat tema pengembaraan yang diwarnai dengan kisah percintaan tokoh utama. 5 Selain itu, tema-tema khas persengketaan antarsaudara juga seringkali muncul (Pigeaud, 1967: 221). Salah satu naskah pesisiran yang memiliki kemiripan tema dengan cerita Menak adalah naskah Raden Sulam. Naskah Raden Sulam dianggap tunggal dan hanya tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas). Hal tersebut dapat diketahui setelah dilakukan penelusuran pada katalog-katalog naskah Jawa sebagai berikut: a. Literature of Java: Catalogue Raisanne of Javanese Manuscript in The Library of The University of Leiden and Other Public Collections in Netherlands, volume I- III, 1967, 1968, 1970; b. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 3 A-B (1997); c. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (1998); 3 Serat Menak merupakan salah satu wiracarita (karya yang mengekspresikan kekaguman atau kehebatan orang atau tokoh tertentu) keislaman yang populer. Pada zaman Hindu di Jawa, wiracarita yang berkembang dan sangat berpengaruh adalah wiracarita kehinduan pula, yaitu Mahābhārata dan Rāmāyana. Tatkala sejarah bergulir dari zaman Hindu ke zaman Islam, wacana wiracarita dalam sastra Jawa ikut bergeser pula, yaitu mulai diperkenalkannya wiracarita keislaman (Edi Sedyawati, dkk, 2001:317). 4 Mengenai hai ini dapat dilihat pada uraian Poerbatjaraka tentang Serat Menak dalam Kapustakan Djawi (1954). 5 Untuk penjelasan mengenai lahir dan berkembangnya kesusasteraan Pesisiran, lihat uraian DR. Th. G. Th. Pigeaud, Literature of Java, vol I, The Hague: Martinus Nijhoff, 1967, hlm. 212.
4 d. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara, Museum Sonobudoyo Yogyakarta (1990); dan e. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara, Kraton Yogyakarta (1994). Naskah Raden Sulam koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) memiliki nomor panggil KBG 548. KBG merupakan singkatan Koninklijk Bataviaasch Genootschap. Naskah-naskah yang memiliki kode tersebut merupakan naskah yang pada awalnya koleksi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen Ikatan Kesenian dan Ilmu Kerajaan di Batavia, yaitu sebuah lembaga kebudayaan yang didirikan di Batavia pada tahun Semua naskah koleksi Perpusnas dengan kode KBG, termasuk naskah Raden Sulam, merupakan naskah Jawa (Behrend, 1998: xviii). Naskah Raden Sulam ditulis dengan aksara pegon. Teks dalam naskah ini berbentuk macapat. Berdasarkan penelusuran referensi, sampai saat ini penulis belum memperoleh data yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian terhadap naskah Raden Sulam. Oleh sebab itu tidak banyak informasi yang diperoleh mengenai naskah Raden Sulam ini. Naskah Raden Sulam berkisah mengenai proses awal perkembangan Islam di Jawa dan perjalanan tokoh Raden Sulam dalam proses pencarian ilmu tentang Islam. Raden Sulam atau Raden Purbaningrat merupakan putra Prabu Purbakusuma dari Bandaralim. Ketika berusia delapan belas tahun, Raden Sulam belum mempunyai keinginan untuk menikah. Ia justru ingin memperdalam pengetahuannya tentang Islam, sehingga ia pergi ke berbagai tempat untuk memenuhi keinginannya tersebut. Dalam proses pencarian ilmu, tokoh Raden Sulam mengalami berbagai peristiwa, seperti peperangan dengan kaum kafir, membimbing seseorang masuk Islam, dan bertapa di gunung. Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa naskah Raden Sulam merupakan naskah pesisir yang dapat menambah khazanah pengetahuan tentang perkembangan Islam pada masa-masa awal di Jawa. Teks Raden Sulam juga perlu diteliti karena teks tersebut memiliki kemiripan tema dengan cerita Menak. Akan tetapi, karena terdapat jarak budaya antara naskah pada zaman dahulu dan pembaca pada saat ini, sebuah naskah baru dapat dipahami apabila isinya sudah disajikan kembali dengan aksara dan bahasa yang berlaku saat ini. Hal tersebut karena naskah-naskah ditulis dengan menggunakan aksara dan bahasa yang berlaku pada zaman dan wilayah budayanya di masa lalu. 1.4 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan prinsip-prinsip filologi, meliputi langkah kerja dan metode kerja filologi. Langkah kerja filologi meliputi inventarisasi naskah, deskripsi naskah,
5 pertanggungjawaban alih aksara, kritik teks, dan suntingan teks. Naskah Raden Sulam dalam penelitian ini dianggap sebagai naskah tunggal, sehingga metode kerja filologi yang digunakan adalah metode intuitif. Menurut Saputra (2008: ), metode intuitif digunakan karena hanya ada satu-satunya naskah yang mengandung teks yang digarap sehingga tidak ada teks pembanding dan tidak ada teks yang dapat dibandingkan, sehingga kritik teks dilakukan berdasar pada intuisi dan pengetahuan tentang teks. Kritik teks dilakukan untuk mempermudah pembaca dalam memahami teks. Pada suntingan teks, perbaikan (emendasi) diletakkan sebagai catatan-catatan kaki. Emendasi meliputi catatan mengenai metrum berupa kelebihan ataupun kekurangan suku kata dalam satu baris atau gatra, catatan perbaikan guru lagu 6 yang sebenarnya, dan catatan perbaikan kelebihan atau kekurangan gatra dalam satu pupuh. 7 Alih aksara menggunakan edisi standar dengan tujuan untuk memudahkan pembacaan terutama bagi kalangan awam. 8 Adapun pengalihaksaraan Arab ke Latin naskah Raden Sulam ini berdasarkan aturan-aturan yang dimuat dalam buku Patokanipoen Basa Djawi Kaserat Aksara Arab (1933) karya Nitisastra, sedangkan pedoman ejaan yang digunakan adalah buku Pedoman Ejaan Bahasa Jawa yang Disempurnakan (2011) yang diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dengan penyesuaian-penyesuaian yang dikaitkan dengan dengan sistem ejaan dalam naskah. Pembahasan Saputra (2008:81-103) menjelaskan bahwa langkah kerja filologi meliputi inventarisasi naskah, deskripsi naskah, perbandingan teks, penentuan teks, pertanggungjawaban alih aksara, kritik teks, dan alih aksara. Pada tahap inventarisasi dan deskripsi naskah dapat diketahui apakah objek penelitian merupakan objek tunggal atau jamak. Objek tunggal tidak memerlukan tahap perbandingan teks dalam naskah, sedangkan objek jamak memerlukan tahap perbandingan teks dalam naskah guna mengetahui 6 Guru lagu adalah aturan rima akhir dalam dalam puisi tradisional, terutama puisi-puisi Jawa baru (Saputra, 2012: 190). 7 Pupuh adalah bagian dari wacana yang berbentuk puisi, dapat disamakan dengan bab untuk wacana prosa (Saputra, 2012: 193). 8 Penjelasan mengenai alih aksara dengan edis standar ini mengacu pada keterangan Robson, bahwa edisi kritis dari suatu naskah lebih banyak membantu pembaca dalam mengatasi kesulitan yang bersifat tekstual atau yang berkenaan dengan interpretasi, dengan demikian pembaca akan terbebas dari kesulitan dalam memahami isi teks (Robson, 1994: 24-25).
6 kekerabatan teks sekorpus 9 dan menentukan teks manakah yang memenuhi syarat untuk diteliti. Berikut penjelasan lengkap mengenai langkah kerja filologi menurut Saputra (2008). Inventarisasi naskah adalah pengumpulan informasi mengenai keberadaan naskah yang mengandung teks sekorpus (Saputra, 2008:81). Pengumpulan informasi dilakukan dengan mencari naskah yang mempunyai judul yang sama atau kemiripan cerita pada perpustakaan atau lembaga-lembaga yang memiliki koleksi naskah. Jika setelah melakukan penelusuran namun hanya ditemukan satu naskah dan tidak ada naskah lain yang memiliki judul serta kemiripan cerita, maka naskah tersebut dianggap naskah tunggal yang dapat langsung dijadikan sebagai bahan penelitian. Seperti yang disebutkan di atas, inventarisasi naskah dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan penelusuran pada beberapa katalog naskah-naskah Jawa. Hasil inventarisasi naskah menunjukkan bahwa naskah Raden Sulam merupakan naskah yang dianggap sebagai naskah tunggal, yang merupakan koleksi Perpusnas dengan nomor panggil KBG 548. Naskah ini telah dimikrofilmkan dengan nomer rol 270. Langkah kerja filologi setelah inventarisasi adalah deskripsi naskah. Deskripsi naskah yaitu penjelasan mengenai fisik naskah-naskah yang menjadi objek penelitian (Saputra, 2008: 82-83). Deskripsi naskah dilakukan pada unsur-unsur naskah seperti alas tulis, umur, tempat penulisan atau penyalinan naskah, dan waktu penulisan atau penyalinan naskah. Deskripsi bahan naskah meliputi sampul, alas tulis, dan jilid. Mengenai perkiraan umur naskah, tempat penulisan, dan waktu penulisan dilihat melalui manggala 10, kolofon 11, dan keteranganketerangan yang ada pada naskah. Sampul naskah terbuat dari karton tebal berwarna coklat berukuran 16,5 cm x 20,5 cm. Setiap sudut luar karton tersebut dilapisi bahan mirip kulit berwarna hitam. Pada sudut kiri atas sampul belakang terdapat kertas berwarna putih berukuran 4 cm x 5 cm. Kertas tersebut memuat nomor panggil naskah yang ditulis dengan tinta warna hitam. Kertas tersebut kemungkinan baru ditempelkan saat naskah menjadi koleksi Perpusnas. Secara umum kondisi sampul naskah masih bagus. 9 Korpus adalah seluruh naskah yang mengandung teks sejenis (Saputra, 2008:50). 10 Istilah ini bermula untuk menamai bagian awal wacana teks-teks Jawa kuna, biasanya berisi penyebutan raja yang menciptakan teks dan penanggalan yang menunjukkan saat penciptaan teks; istilah ini kemudian juga digunakan dalam rangka penelitian teks-teks Jawa baru dan Jawa tengahan (Saputra, 2012:192). 11 Kolofon adalah catatan tambahan di akhir teks yang biasanya memberikan informasi seluk beluk penyalinan, seperti siapa yang menyalin, atas perintah siapa, kapan penyalinan dilakukan, dan tempat penyalinan; walaupun informasi tidak selalu selengkap itu (Saputra, 2008:36).
7 Naskah mempunyai satu lembar kelopak depan dan lima lembar kelopak belakang. Kelopak depan dan empat kelopak belakang benar-benar kosong tanpa tulisan. Pada kelopak terakhir atau halaman paling belakang, terdapat tulisan dengan pensil sebagai berikut. Jawa KBG No: Lajang Raden Sulam (Purbaningrat, Koningin van Demak) Not. Jan Pada tulisan Jawa KBG No:548 di atas, merupakan catatan yang berkaitan dengan nomor koleksi naskah, sedangkan tulisan Lajang Raden Sulam merupakan keterangan judul. Tulisan Purbaningrat, Koningin van Demak menjelaskan bahwa Purbaningrat adalah pejabat dari Demak, dan tulisan Not. Jan adalah catatan mengenai tahun masuk naskah ke dalam koleksi Museum Nasional pada bulan Januari tahun Di dalam naskah ditemukan manggala yang menyebutkan hari, tanggal, bulan, dan nama tahun Jawa. Manggala tersebut sebagai berikut. tětkala wiwit tinulis/ ing malěm isnen punika/ pon wau rangkěpe (-2) / ing sasine sapar punika (+1) / slawe engět tanggale (+1) / taun alip kang lumaku/ anuju karo kapat katiga (+2) // (pupuh I, pada 2) Terjemahan: ketika mulai ditulis/ pada malam Senin 12 / (yaitu) Pon 13 tepatnya/ pada bulan Sapar 14 / tanggal dua puluh lima/ tahun Alip 15 yang tengah berjalan / pada pertengahan (mangsa) kapat 16 (saat) musim kemarau// (bab I, bait 2) 12 Malam Isnen malam Senin dalam konsep kebudayaan Jawa adalah hari Minggu malam. 13 Dalam kebudayaan Jawa terdapat sistem hari yang disebut hari pasaran. Menurut sistem ini, dalam satu minggu terdiri dari lima hari, yakni hari Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon. 14 Sapar adalah salah satu nama bulan dalam sistem penanggalan Jawa. Sistem penanggalan ini digunakan pertama kali oleh Sultan Agung pada tahun 1633 Masehi. Sistem penanggalan ini sebenarnya merupakan adaptasi dari sistem penanggalan Islam. Dalam sistem penanggalan Islam, bulan Sapar disebut Syafar (Mulyono, 1992: 26-28). 15 Alip adalah nama tahun pertama dalam satu sistem windu Jawa (Mulyono, 1992: 27).
8 Berdasarkan keterangan di atas, dapat diperkirakan naskah ini ditulis sekitar tahun 1788 Jawa atau 1866 Masehi. Perkiraan tahun ini diperoleh dari perhitungan kalender Jawa, sistem windu Jawa, sistem kurup, 17 serta sistem pranata mangsa Jawa. Naskah setebal 101 halaman ini menggunakan kertas Eropa sebagai alas tulisnya. Kondisinya saat ini berwarna kecoklatan dan berlubang di beberapa bagian karena dimakan ngengat. Namun lubang tersebut berada di luar teks, sehingga teks masih dapat dibaca secara jelas. Ukuran kertas bagian isi teks sama dengan ukuran sampul. Kertas Eropa tersebut disatukan dengan jilid lem, yang saat ini ada beberapa bagian yang rusak sehingga beberapa lembaran naskah terpisah dari lembaran yang lain. Teks dalam naskah berupa aksara pegon dan ditulis menggunakan tinta warna hitam. Tulisan sangat rapi dan jelas, sehingga mudah untuk dibaca. Pada halaman pertama dan kedua terdapat 9 baris, sedangkan pada halaman ketiga dan keempat terdapat 11 baris. Halaman kelima sampai terakhir terdapat 13 baris teks. Blok teks pada halaman pertama sampai keempat berukuran 11 cm x 11,5 cm. Blok teks pada halaman lain berukuran 13 cm x 17 cm. Di luar blok teks terdapat tulisan angka Romawi menggunakan spidol warna biru yang berfungsi sebagai penanda pergantian metrum. 18 Faksimile 2.1. Angka Romawi Penanda Pergantian Metrum Pada faksimile di atas, di dalam lingkaran merah terdapat tulisan angka Romawi IV, tulisan itu menggunakan spidol warna biru. Tampaknya tulisan itu terlihat lebih baru dibandingkan dengan tinta naskah. Angka Romawi itu kemungkinan ditulis oleh pembaca 16 Kapat merupakan salah satu nama pembagian waktu dalam sistem pranata mangsa Jawa. Pranata mangsa Jawa merupakan sistem pembagian waktu mengolah tanah untuk pertanian dalam satu tahun berdasarkan peredaran matahari. Pada sistem ini, satu tahun bercocok tanam dibagi menjadi dua belas satuan waktu (Mulyono, 1992: 48-53). 17 Kurup adalah sistem koreksi penanggalan Jawa. sistem ini dilakukan dengan menghilangkan satu tahun kabisat setiap periode 120 tahun (Mulyono, 1992: 25-28). 18 Metrum adalah pola atau aturan yang berkaitan dengan pembaitan dalam puisi tradisional, biasanya berupa rima akhir, jumlah suku kata, dan jumlah baris (Saputra, 2012:192).
9 naskah, dengan maksud memudahkan penghitungan jumlah pupuh dalam naskah Raden Sulam. Faksimile 2.2. Penanda Pergantian Pupuh Demikian pula pada faksimile di atas, tuliasan di dalam lingkaran merah merupakan penanda pergantian pupuh yang terdapat dalam naskah Raden Sulam. Penanda tersebut digunakan pada setiap pergantian pupuh. Penanda di atas menunjukkan pergantian ke pupuh pucung. Faksimile 2.3. Penanda Pergantian Pada Garis lingkaran warna merah tersebut menunjukkan penanda pergantian gatra yang terdapat dalam naskah Raden Sulam. Penanda tersebut digunakan pada setiap pergantian gatra dalam setiap pupuh. Teks berbentuk macapat 19, yang secara keseluruhan berjumlah 22 pupuh. Pupuhpupuh tersebut adalah asmaradana (35 pada), pangkur (24 pada), asmaradana (16 pada), sinom (55 pada), dhandhanggula (34 pada), mijil (24 pada), pangkur (34 pada), pucung (18 pada), sinom (25 pada), durma (30 pada), asmaradana (27 pada), kinanthi (23 pada), gambuh (5 pada), dhandhanggula (15 pada), durma (37 pada), sinom (24 pada), mijil (12 pada), megatruh (14 pada), sinom (23 pada), durma (30 pada), pangkur (40 pada), dan 19 Macapat adalah puisi Jawa baru bertembang yang memiliki metrum. Disebut bertembang karena pembacaan macapat dilakukan dengan dilagukan berdasarkan susunan notasi yang sesuai dengan pola metrumnya. Dalam macapat terdapat 15 jenis pola metrum, yakni dhandhanggula, sinom, asmaradana, durma, pangkur, mijil, kinanthi, maskumambang, pucung, jurudemung, wirangrong, gambuh, megatruh, balabak, dan girisa (Saputra, 2012: ).
10 dhandhanggula (19 pada). Secara umum keadaan teks dapat dibaca dengan jelas. Kerusakankerusakan yang ada pada naskah tidak menghalangi pembacaan untuk memahami teks. Pada penelitian ini, asas yang digunakan dalam pengalihaksaraan adalah edisi standar. Edisi standar menurut Baried (1985: 69) adalah menerbitkan naskah dengan membetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakkonsistenan, sedang ejaannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Adapun pengalihaksaraan Arab ke Latin naskah Raden Sulam ini berdasarkan aturan-aturan yang dimuat dalam buku Patokanipoen Basa Djawi Kaserat Aksara Arab (1933) karya Nitisastra, sedangkan pedoman ejaan yang digunakan adalah buku Pedoman Ejaan Bahasa Jawa yang Disempurnakan (2011) yang diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Dalam aksara Arab tidak terdapat sistem kapital, namun dalam pengalihaksaraan, sistem kapital digunakan agar sesuai dengan Pedoman Ejaan Bahasa Jawa yang Disempurnakan (2011), di antaranya huruf awal, nama diri, dan permulaan kalimat. Pada teks naskah Raden Sulam ditemukan beberapa konsonan rangkap yang terdapat dalam satu kata. Untuk mempermudah pembaca, dalam pengalihaksaraannya cukup satu saja yang digunakan. Konsonan rangkap biasanya terjadi pada teks naskah yang beraksara Jawa. Penulisan beberapa konsonan rangkap pada teks naskah ini tidak hanya terjadi dalam satu kali, namun berulang dalam setiap penulisan kata-kata tersebut pada naskah. Dengan demikian, terdapat kemungkinan bahwa penggunaan aksara pegon dalam naskah Raden Sulam dipengaruhi penggunaan aksara Jawa. Berikut perangkapan huruf yang terdapat pada naskah Raden Sulam. sagungngipun alih aksara sagungipun ajrihhira alih aksara ajrihira dagangannireki alih aksara daganganireki lahhiya alih aksara lahiya ngarsanningwang alih aksara ngarsaningwang
11 kareppira alih aksara karepira denwehhaken alih aksara denwehaken bancikkipun alih aksara bancikipun micarangngati alih aksara micarangati galihhipun alih aksara galihipun akallira alih aksara akalira titihannipun alih aksara titihanipun aranningsun alih aksara araningsun karsanningsun alih aksara karsaningsun kakangngira alih aksara kakangira papanneki alih aksara papaneki manahhipun alih aksara manahipun lelayunnipun alih aksara lelayunipun Seperti halnya dalam penulisan teks dengan aksara Jawa, dalam aksara pegon juga dikenal istilah sastra lampah, yakni cara membaca atau berbicara di mana vokal diucapkan mengikuti konsonan akhir dari kata sebelumnya (Padmosoekotjo, 1967: 68). Dalam teks naskah Raden Sulam ditemukan sejumlah gejala sastra lampah, namun hanya disajikan beberapa kasus yang sering muncul. Dalam kasus ini, pengalihaksaraan dilakukan dengan
12 cara menghilangkan konsonan yang mempengaruhi vokal pada awal kata kedua untuk kemudian dikembalikan pada bentuk asalnya. Tabel 1. Contoh Sastra Lampah yang Terdapat pada Naskah Raden Sulam Teks dalam naskah Raden Sulam Aksara Latin Suntingan datannana datan ana wongngurip wong urip tanana tan ana sangngayu sang ayu sangngaji sang aji ingngarga ing arga ingngati ing ati ayunayunan ayun-ayunan Dalam naskah ditemukan beberapa kosakata yang tidak terdapat dalam Baoesastra Djawa karya Poerwadarminta. Beberapa kosakata tersebut kemungkinan merupakan varian dari kosakata yang terdapat dalam Baoesastra Djawa karya Poerwadarminta. Berikut adalah perbandingan kosakata yang terdapat dalam Baoesastra Djawa karya Poerwadarminta dengan kosakata yang digunakan dalam naskah Raden Sulam. Tabel 2. Perbandingan Kosakata Bahasa Jawa Standar dan Variasinya yang Terdapat pada Naskah Raden Sulam Kosakata Bahasa Jawa Standar mada ilangana Kosakata Variasi ngadha langana
13 penget jogan jlerit mungsuh palinggihan palinggihane enget dugan jalemprit mengseh palinggiyan palinggiyane Emendasi atau perbaikan bacaan dilakukan berdasar keadaan korpus teks dan metode kerja yang dipilih (Saputra, 2008: 101). Pada penelitian ini emendasi atau perbaikan bacaan dilakukan secara intuitif karena naskah Raden Sulam merupakan naskah tunggal sehingga tidak ada pembanding dan metode yang digunakan adalah metode intuitif. Emendasi diletakkan sebagai catatan kaki, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan tafsir pembaca dan untuk menjaga keaslian teks. Kesimpulan Naskah Raden Sulam merupakan naskah Jawa pesisiran, dibuktikan dengan adanya ciri dari naskah pesisiran, seperti menggunakan aksara pegon, isi menunjukkan nuansa Islam, dan pada teks naskah diawali dengan pembukaan yang berisi pujian terhadap Allah, permintaan maaf penulis kepada pembaca karena merasa dirinya bodoh, dan harapan penulis kepada pembaca bagaimana cara memperlakukan naskah yang sedang dibacanya. Naskah tersebut merupakan naskah tunggal yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas). Berdasarkan keterangan pada teks awal naskah, dapat diperkirakan naskah Raden Sulam ditulis sekitar tahun 1788 Jawa atau 1866 Masehi. Naskah Raden Sulam merupakan naskah pesisiran yang memiliki unsur keislaman karena dalam naskah tersebut ditemukan beberapa kata serapan dari bahasa Arab. Pemilahan kata serapan dan bukan serapan dilakukan dengan dasar Baoesastra Djawa (1939) yang disusun oleh W. J. S. Poerwadarminta dan kamus bahasa Arab Al-Munawwir (1984). Dalam Naskah Raden Sulam juga ditemukan beberapa variasi penggunaan kosa kata. Variasi kosa kata ini terjadi kemungkinan karena adanya dialek pesisiran. Sesuai dengan metode dan asas alih aksara yang digunakan, kata-kata serapan dari bahasa Arab dan variasi kosa kata tetap dipertahankan seperti dalam naskah. Dalam naskah Raden Sulam juga ditemukan kesalahan penggunaan kata, di mana kesalahan tersebut dikarenakan untuk memenuhi guru lagu ataupun guru wilangan, mengingat naskah tersebut berbentuk macapat. Dari sisi cerita, naskah Raden Sulam
14 menceritakan perkembangan Islam pada masa-masa awal di Jawa yang diwarnai dengan peperangan dan kisah percintaan pada tokoh utama. Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menyajikan teks Raden Sulam yang dapat dibaca oleh masyarakat umum sehingga lebih mudah untuk dipahami. Setelah melakukan prinsip kerja filologi dalam pengalihaksaraan, maka penulis berhasil menyajikan suntingan teks naskah Raden Sulam dengan nomor koleksi KBG 548. Daftar Referensi Buku: Hutomo, Suripan Sardi, dkk Penelitian Bahasa dan Sastra Babad Demak Pesisiran. Jakarta. Dep P dan K. Mulyono, Djoko Melihat Saat Tahu Waktu. Jakarta: Studio Delapan Puluh. Nitisastro Patokanipoen Basa Djawi Kaserat Aksara Arab (Pegon). Surabaya: Peneleh. Saputra, Karsono H Percik-Percik Bahasa dan Sastra Jawa. Jakarta: KMSJ FS UI Pengantar Filologi Jawa. Jakarta: Wedatama Widya Sastra Puisi Jawa. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Poerbatjaraka Kapustakan Djawi. Jakarta: Djambatan. Robson, S.O Prinsip-Prinsip Filologi Indonesia. Jakarta: RUL. Tim Balai Bahasa Yogyakarta Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan. Yogyakarta: Balai Bahasa Yogyakarta. Katalog: Behrend, T. E. dan Titik Pudjiastuti (Ed.) Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara, FSUI. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Behrend, T. E Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara, Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Jakarta: Penerbit Djambatan. Behrend, T. E. (Ed.) Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara, Kraton Yogyakarta. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan École française d Extrême-Orient.
15 Pigeaud, Th. G. Th Literature of Java Catalogue Raisonne of Javanese Manuscripts in The Library of University of Leiden and Other Public Collections in The Netherlands Volume I Synopsis of Javanese Literature AD. The Hague: Martinus Nijhoff Literature of Java Catalogue Raisonne of Javanese Manuscripts in The Library of University of Leiden and Other Public Collections in The Netherlands Volume II Descriptive Lists of Javaese Manuscripts. The Hague: Martinus Nijhoff Literature of Java Catalogue Raisonne of Javanese Manuscripts in The Library of University of Leiden and Other Public Collections in The Netherlands Volume II Illustrations and Facsimiles of Manuscripts, maps, addenda and a general index of names and subjects. The Hague: Martinus Nijhoff. Kamus: Munawwir, A. W Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif. Poerwadarminta Baoesastra Djawa. Batavia. J, B. Wotes Uitgevers. Maatschappij N.V.
BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang tertuang dalam bentuk naskah sejak abad IX 1. Berkaitan dengan tulisan dalam bentuk naskah, Saputra
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat Jawa merupakan salah satu masyarakat di Indonesia yang memiliki berbagai macam budaya. Salah satu budaya yang terdapat dalam masyarakat Jawa adalah budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan yang berupa bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis berupa naskah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah-naskah Nusantara sangat beraneka ragam, yang isinya mengemukakan tentang kehidupan manusia misalnya, masalah politik, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, bahasa,
Lebih terperinciPokok Bahasan Rincian Pokok Bahasan Waktu
1. Fakultas/ Program Studi 2. Mata Kuliah dan Kode : Fakultas Bahasa dan Seni/ Pendidikan Bahasa Jawa : FILOLOGI JAWA I 3. Jumlah SKS : Teori : 2 SKS Praktik : - SKS 4. Kompetensi : Mahasiswa memiliki
Lebih terperinciSERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK)
SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK) SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Ika Cahyaningrum A2A 008 057 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di
11 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di Nusantara. Pada masa itu, proses reproduksi naskah dilakukan dengan cara disalin. Naskah-naskah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Hal itu disebabkan karena budaya merupakan hasil olah rasa dan olah pikir manusia demi menunjang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan salah satu warisan nenek moyang yang masih tersimpan dengan baik di beberapa perpustakaan daerah, seperti Perpustakaan Pura Pakualaman dan Museum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang dimiliki yaitu kebudayaan.koentjaraningrat (1985) menyebutkan bahwa kebudayaan terdiri dari tujuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filologi merupakan suatu pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan (Baroroh-Baried,
Lebih terperinciBAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN
24 BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari beberapa uraian yaitu, (1) objek penelitian, (2) metode, (3) prosedur penelitian, (4) teknik pengumpulan data 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Naskah kuno merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang tak ternilai harganya. Di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur yang ingin disampaikan oleh nenek moyang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah naskah Wawacan Pandita Sawang yang beraksara Arab (Pegon) dan berbahasa Sunda, teks di dalamnya berbentuk puisi/wawacan. Naskah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan penduduk pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat pesat, hal ini tak luput
Lebih terperinciANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI
ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI A. PENDAHULUAN Indonesia mempunyai khasanah sastra klasik yang beraneka ragam, yang terdiri dari sastra-sastra daerah. Sastra klasik adalah sastra dalam bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah merupakan tulisan tangan berupa benda konkret yang dapat dilihat dan dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya masa
Lebih terperinciBAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. (Ratna, 2004:34). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga
BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya (Ratna, 2004:34).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno adalah benda budaya yang merekam informasi dan pengetahuan masyarakat lampau yang diturunkan secara turun temurun semenjak dulu sampai saat ini. Warisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam pemerintahan. Seperti yang terdapat pada kerajaan-kerajaan di Indonesia yang hingga saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kepustakaan yang relevan 1.1.1 Transliterasi Transliterasi merupakan salah satu tahap/langkah dalam penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui naskah kuna. Jenis isi dari naskah kuna sangat beragam. Jenis teks tersebut antara lain berisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai ilmu pengetahuan yang ada pada jaman sekarang dapat dikatakan merupakan buah pikir dari warisan leluhur. Warisan leluhur dapat berupa artefak yang tidak hanya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama
BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Filologi 1. Pengertian Filologi Filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama (Djamaris, 1977: 20). Filologi berasal dari kata Yunani philos yang
Lebih terperinciDAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI.. i ii iii iv ix xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Identifikasi Masalah.. 1.3 Batasan Masalah.
Lebih terperinci2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi pernasakahan di Indonesia bisa dikatakan sangat kurang peminat, dalam hal ini penelitian yang dilakukan terhadap naskah. Sedikitnya penelitian terhadap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sebuah penelitian diperlukan penggunaan metode yang tepat agar hasil penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2010:3). Dalam sebuah penelitian
Lebih terperinciKAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA
KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA Skripsi Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Humaniora Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Fitrianna Arfiyanti
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TEMBANG MACAPAT BERFORMAT VIDEO INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH DI SEKOLAH DASAR
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TEMBANG MACAPAT BERFORMAT VIDEO INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH DI SEKOLAH DASAR Joko Daryanto Universitas Sebelas Maret Abstrak Tembang Macapat merupakan salah
Lebih terperinciKAJIAN FILOLOGI NASKAH PIWULANG PATRAPING AGÊSANG SKRIPSI
KAJIAN FILOLOGI NASKAH PIWULANG PATRAPING AGÊSANG SKRIPSI Diajukan pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. ditemukan dua varian naskah, yaitu naskah Sêrat Driyabrata dengan nomor
BAB V PENUTUP A. Simpulan Hasil penelitian dan pembahasan telah diuraikan dalam bab IV. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Inventarisasi naskah
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN TEKS SERAT JAKA PANGASIH SKRIPSI PESDOWATI
UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN TEKS SERAT JAKA PANGASIH SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora PESDOWATI 070502451 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil inventarisasi naskah didapatkan bahwa naskah
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil inventarisasi naskah didapatkan bahwa naskah Kempalan Dongeng yang memuat teks Kyai Prelambang dengan bertuliskakan aksara Jawa tidak ditemukan di tempat lain selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra diciptakan pengarang berdasarkan realita (kenyataan) yang ada di dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sastra memang mencerminkan kenyataan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Naskah naskah..., Andriyati Rahayu, FIB UI., Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan tentang kebudayaan kita di masa lampau tergali dari peninggalan masa lalu, termasuk di antaranya adalah naskah. Isi naskah-naskah dapat memberikan gambaran
Lebih terperinciBUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S ) DAN BAHAN FILOLOGI NUSANTARA
BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S ) DAN BAHAN FILOLOGI NUSANTARA 1. NAMA MATA KULIAH : FILOLOGI NUSANTARA 2. KODE / SKS : BDN 1224 / 2 SKS 3. PRASARAT : PENGANTAR FILOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang wajib kita mensyukuri rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan yang tidak ternilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada kertas, lontar, kulit kayu atau rotan (Djamaris, 1977:20). Naskah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah merupakan obyek material filologi yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan hasil budaya bangsa pada masa lalu (Baried, 1985:54). Naskah yang dimaksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nusantara memiliki beberapa jenis kesusastraan yang diciptakan, berkembang dan dilestarikan oleh masyarakat pendukungnya. Salah satu kesusastraan yang berkembang
Lebih terperinciDaftar Pustaka (1992). Sastra Perang: Sebuah Pembicaraan mengenai Hikayat Perang Sabil. Jakarta: Balai Pustaka.
Daftar Pustaka Naskah Syair Bintara Mahmud Setia Raja Blang Pidier Jajahan, NB 108. Perpustakaan Nasioanal Republik Indonesia. Buku Abdullah, Taufik. (1990). Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gajah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki beragam suku dan tentu saja bahasa daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki beragam suku dan tentu saja bahasa daerah yang beragam banyaknya. Bahasa daerah yang beragam digunakan sebagai alat komunikasi oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat, sejarah, budi pekerti, piwulang, dll. (Nindya 2010:1). Manfaat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuna mempunyai peran penting dalam peradaban umat manusia, karena naskah kuna berisi berbagai macam tulisan tentang: adat istiadat, cerita rakyat, sejarah, budi
Lebih terperinci: SUNTINGAN TEKS BESERTA KAJIAN PRAGMATIK
NASKAH BIDAYATUSALIK : SUNTINGAN TEKS BESERTA KAJIAN PRAGMATIK Santi Rahayu Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Santirahayu5610@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciKAJIAN FILOLOGI DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM SERAT AMBEK SANGA SKRIPSI
KAJIAN FILOLOGI DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM SERAT AMBEK SANGA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut dilestarikan. Kita juga perlu mempelajarinya karena di dalamnya terkandung nilainilai luhur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan suatu bangsa pada masa sekarang ini merupakan suatu rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin memahami lebih dalam mengenai
Lebih terperinciBAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
29 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala jalan atau cara dalam rangka ilmu tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Tanpa metode ilmiah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa, dan sastra (Baried, 1983: 4). Cipta sastra yang termuat dalam naskah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Naskah-naskah yang terdapat di Nusantara memiliki isi yang sangat kaya. Kekayaan itu dapat ditunjukkan oleh aneka ragam aspek kehidupan yang dikemukakan, misalnya masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra Indonesia terdiri dari karya sastra lisan dan karya sastra tulis. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang
Lebih terperinciKawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN
Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C0199012 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan. 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan tiga buah naskah yang
373 BAB IV PENUTUP Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, maka akhir penelitian ini dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan 1. Sêrat Srutjar merupakan naskah jamak. Ditemukan
Lebih terperinciBAB III OBJEK, METODE, DAN TEKNIK PENELITIAN
BAB III OBJEK, METODE, DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah naskah Sunda berjudul Sajarah Cijulang (SC). Naskah SC merupakan naskah yang berada di kalangan masyarakat.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. belum pernah dilakukan kegiatan transliterasi teks atas naskah Wawacan Rawi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian-penelitian naskah Sunda, baik yang telah dilakukan oleh orang Barat maupun oleh bangsa pribumi, sejauh pengetahuan penulis hingga kini belum pernah dilakukan kegiatan
Lebih terperinciSTANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SMP/SMPLB/MTs PROVINSI JAWA TENGAH
STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SMP/SMPLB/MTs PROVINSI JAWA TENGAH A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak
Lebih terperinciNilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang
Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang Oleh: Sugeng Triwibowo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Miftah1919@gmail.com Abstrak:
Lebih terperinciKAJIAN FILOLOGI DAN ISI KITAB PIRASATING SUJALMA MIWAH KATURANGGANING WANITA
KAJIAN FILOLOGI DAN ISI KITAB PIRASATING SUJALMA MIWAH KATURANGGANING WANITA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karakter sebagian pemuda-pemudi saat ini sehubungan dengan pendidikan karakter atau kodratnya sebagai makhluk sosial, dapat dikatakan sangat memprihatinkan.
Lebih terperinciWahyu Aris Aprillianto Universitas Muhammadiyah Purworejo
KAJIAN FILOLOGI SERAT-SERAT ANGGITAN DALEM KANGJENG GUSTI PANGERAN ADIPATI ARIYA MANGKUNEGARA IV JILID I (WANAGIRI JAMAN KANGJENG GUSTI PANGERAN ADIPATI ARIYA MANGKUNEGARA III) Wahyu Aris Aprillianto Universitas
Lebih terperinci2014 SAJARAH CIJULANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teks dibagi menjadi tiga yaitu teks lisan, teks tulisan tangan dan teks cetakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mempelajari naskah tidak hanya melihat naskah dari segi fisik namun juga harus dilihat dari segi isi naskah yang disebut teks. Menurut sifat penurunannya, teks dibagi
Lebih terperinciPEMAKNAAN PUISI DONGA BALIK Oleh Turita Indah Setyani NIM: Tugas Pengkajian Puisi Jawa Pengajar: Karsono H. Saputra, M.Hum.
PEMAKNAAN PUISI DONGA BALIK Oleh Turita Indah Setyani NIM: 0806481210 Tugas Pengkajian Puisi Jawa Pengajar: Karsono H. Saputra, M.Hum. Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada karya sastra berbentuk puisi yang dikenal sebagai těmbang macapat atau disebut juga těmbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepulauan Nusantara yang terletak di kawasan Asia Tenggara sejak kurun waktu yang cukup lama memiliki peradaban dan kebudayaan tinggi yang
Lebih terperinciSEJARAH KOLEKSI NASKAH MERAPI-MERBABU DI PERPUSTAKAAN NASIONAL RI
SEJARAH KOLEKSI NASKAH MERAPI-MERBABU DI PERPUSTAKAAN NASIONAL RI Oleh: Agung Kriswanto Bidang Layanan Koleksi Khusus Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Pendahuluan Kelompok koleksi naskah Merapi-Merbabu
Lebih terperinciTeks, Tekstologi, dan Kritik Teks
Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni - Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai warisan kebudayaan para leluhur antara lain terdapat di dalam berbagai cerita lisan, benda-benda,
Lebih terperinci2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah merupakan hasil medium tulis yang digunakan pada sastra klasik. Isi naskah tersebut dapat meliputi semua aspek kehidupan budaya bangsa yang bersangkutan
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI SERAT CARETA SAMA UN: SUNTINGAN TEKS DISERTAI ANALISIS RESEPSI. Oleh MUHAMMAD HASAN NIM
SKRIPSI SERAT CARETA SAMA UN: SUNTINGAN TEKS DISERTAI ANALISIS RESEPSI Oleh MUHAMMAD HASAN NIM 121111077 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016 SKRIPSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak masyarakat yang berburu naskah-naskah kuna
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang banyak masyarakat yang berburu naskah-naskah kuna untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan pada masa itu. Naskah yang dijumpai saat ini, antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koentjaraningrat mengatakan bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sanksekerta budhayah yang berasal dari bentuk jamak kata budhi yang berarti budi dan akal. Kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan adalah suatu karya sastra tradisional yang mempunyai sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh atau pupuh pupuh, dan
Lebih terperinciPlease purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata budaya terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Hasil penelitian dan pembahasan naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dan
BAB V PENUTUP A. Simpulan Hasil penelitian dan pembahasan naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dan teks Widjåjåkoesoemå telah diuraikan dalam bab IV. Berdasarkan uraian dari bab IV tersebut, dapat diambil simpulan
Lebih terperinciPATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan.
PATHISARI Skripsi punika asil saking panaliten filologi tumrap Sěrat Pangracutan ingkang kasimpěn ing Perpustakaan Pura Pakualaman Ngayogyakarta mawi kode koleksi 0125/PP/73. Skripsi punika awujud suntingan
Lebih terperinciKAJIAN STRUKTURAL DALAM SERAT PARARATON: KEN ANGROK
KAJIAN STRUKTURAL DALAM SERAT PARARATON: KEN ANGROK Oleh : Diana Prastika program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa diana_prastika@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dibaca dalam peningglan-peninggalan yang berupa tulisan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah merupakan sebuah bentuk karya tulis yang berupa bahan kertas atau buku tercipta dalam kurun waktu tertentu dapat terjadi penggerak tentang keadaan dan situasi
Lebih terperinciKAJIAN FILOLOGI DAN ANALISIS KEYAKINAN ISLAM KEJAWÈN DALAM SERAT BEGANDRING MAYANGRETNA SKRIPSI
KAJIAN FILOLOGI DAN ANALISIS KEYAKINAN ISLAM KEJAWÈN DALAM SERAT BEGANDRING MAYANGRETNA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciTINJAUAN FILOLOGI DAN AJARAN MORAL DALAM SÊRAT DRIYABRATA
TINJAUAN FILOLOGI DAN AJARAN MORAL DALAM SÊRAT DRIYABRATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciABSTRAK ANALISIS WACANA KRITIS KIDUNG RUMĚKSA ING WĚNGI
ABSTRAK ANALISIS WACANA KRITIS KIDUNG RUMĚKSA ING WĚNGI Penelitian ini mengkaji teks kidung Ruměksa ing Wěngi yang sarat dengan ajaran kehidupan salah satunya ajaran tentang praktek keagamaan yaitu agama
Lebih terperinciMENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI???
MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI??? Peninggalan suatu kebudayaan yang berupa puing bangunan besar, semarak tapi belum cukup. Gambaran pikiran dan perasaan tersebut dapat dipahami lewat dokumen tertulis
Lebih terperinciSILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH
SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Keterangan Kelas 1 1. Mendengarkan Mampu mendengarkan dan memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris. Parwa berarti bagian buku/cerita (Mardiwarsito, 1986:410). Parwa juga dikatakan sebagai bagian dari
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Filologi Filologi secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani philologia yang berasal dari dua kata yaitu philos yang berarti cinta dan logos yang berarti kata. Sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah-naskah lama dapat memberi sumbangan besar untuk studi tentang suatu bangsa atau kelompok sosial budaya. Naskah-naskah tersebut merupakan dokumen yang mengandung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Konservasi naskah..., Yeni Budi Rachman, FIB UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konservasi (conservation) bermakna pengawetan atau perlindungan. Feather (1991, p. 2) mendefinisikan konservasi sebagai upaya pencegahan atau perbaikan materi atau
Lebih terperinciNaskah Panji Koleksi Perpustakaan Nasional
Naskah Panji Koleksi Perpustakaan Nasional 1. Yang dimaksud cerita Panji adalah cerita dengan tokoh utama (lakilaki) Panji (Inu Kertapati) berikut variannya (misalnya Kudawaningpati, Raden Putra, Raden
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Filologi. kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik
digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Filologi Filologi adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang bertujuan memahami kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Naskah SDR yang dijadikan objek penelitian tidak mempunyai nomor
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap naskah SDR, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Naskah SDR yang dijadikan objek penelitian tidak mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak warisan hasil budaya dalam bentuk naskah atau manuskrip (Marsono, 2010), yang bahkan sampai saat ini belum dapat dihitung jumlahnya. Manuskrip
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud, baik dalam ilmu pengetahuan maupun bidang lainnya (Poerwadarminta, 1976:649). Bisa
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diketahui kesimpulannya. Kesimpulan tersebut adalah
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang bentuk, nilai, dan fungsi parikan pada lirik lagu karya Genk Kobra yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat
Lebih terperinciANALISIS TEMA DALAM SERAT MENAK PANDHAWA
ANALISIS TEMA DALAM SERAT MENAK PANDHAWA Reza Agung Priambodo, I Made Suparta Program Studi Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424. Email: reza.agung90@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciWawacan Samun, Salah Satu Cerita dalam Kesenian Gaok di daerah Majalengka: Edisi Teks dan Terjemahan
Wawacan Samun, Salah Satu Cerita dalam Kesenian Gaok di daerah Majalengka: Edisi Teks dan Terjemahan Irna Kayati Dewi Abstrak Skripsi ini berjudul Wawacan Samun, Salah Satu Cerita dalam Kesenian Gaok Dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih hidup dan berkembang cukup baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan para pengarang
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI NASKAH
BAB II DESKRIPSI NASKAH A. Museum Mpu Tantular Sebagai Lokasi Penyimpanan Manuskrip Pada bab II ini dikemukakan tentang penjelasan secara detail mengenai manuskrip yang menjadi bahan kajian skripsi, diungkap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan luhur Jawa. Bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahasa Jawa memiliki peran yang sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri dari berbagai suku, bahasa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama, dan adat istiadat. Berbagai suku bangsa tersebut mewarisi kebudayaan yang telah
Lebih terperinciKESASTRAAN MELAYU KLASIK oleh Halimah FPBS UPI Bandung
KESASTRAAN MELAYU KLASIK oleh Halimah FPBS UPI Bandung Nama Melayu pertama kali dipakai sebagai nama kerajaan tua di daerah Jambi di tepi sungai Batang hari. Peninggalan paling tua dari bahasa Melayu adalah
Lebih terperinci