BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan tempat penyelenggaraan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan tempat penyelenggaraan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi, dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat (Pemerintah, 2009 a ). Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan sedang memasuki lingkungan yang kompetitif dan terus berubah. Rumah sakit harus mengadopsi suatu strategi yang dapat memberi keuntungan kompetitif berkelanjutan sehingga dapat hidup dan tumbuh subur dalam persaingan pasar secara global. Rumah sakit harus mampu meningkatkan efisiensi, melakukan penghematan biaya di seluruh rantai biaya kegiatan rumah sakit, dan secara terus-menerus mampu meningkatkan pelayanan yang membedakannya dalam pasar sehingga dapat meningkatkan kesempatan rumah sakit menjadi pemimpin dalam suatu segmen pasar tertentu (Siregar dan Amalia, 2004). Pada awalnya, pelayanan rumah sakit merupakan bentuk upaya pelayanan kesehatan yang bersifat sosial, namun sebagai dampak globalisasi, deregulasi dan restrukturisasi, serta semakin berkembangnya rumah sakit swasta dan rumah sakit pemerintah, maka pelayanan rumah sakit menjadi bersifat sosio-ekonomi. Sebagai penyedia pelayanan yang bersifat sosio-ekonomi, rumah sakit disamping mementingkan pelayanan dalam segi sosial juga memperhatikan kelangsungan hidupnya (Aditama, 2010).

2 Balanced Scorecard merupakan alat untuk mengukur kinerja yang mencakup empat perspektif yaitu perspektif keuangan; perspektif pelanggan; perspektif proses bisnis internal; perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced Scorecard dimanfaatkan untuk menyeimbangkan usaha dan perhatian eksekutif pada kinerja keuangan dan nonkeuangan (Mulyadi, 2009). Penggunaan Balanced Scorecard memberikan manfaat bagi perusahaan, antara lain: meningkatkan komunikasi antarindividu dalam perusahaan, memfokuskan manajemen pada proses organisasi secara keseluruhan, membawa setiap unit dalam organisasi ke arah yang sama yaitu melayani masyarakat, memotivasi karyawan, meningkatkan sistem penghargaan, dan meningkatkan kepuasan karyawan (Imelda, 2004). Dewasa ini, Balanced Scorecard tidak hanya digunakan oleh organisasi bisnis akan tetapi juga oleh organisasi publik. Balanced scorecard dapat membantu organisasi publik dalam mengontrol keuangan dan mengukur kinerja organisasi. Organisasi publik adalah organisasi yang didirikan dengan tujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini menyebabkan organisasi publik diukur keberhasilannya melalui efektivitas dan efisiensi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Organisasi publik harus menetapkan indikator dan target pengukuran kinerja yang berorientasi kepada masyarakat (Ittner dan Larcker, 1998 dalam Imelda, 2004). Rumah sakit sebagai organisasi publik yang memiliki tujuan utama memberikan pelayanan kepada masyarakat dapat mengimplementasikan perspektif Balanced Scorecard hasil dari pengukuran kinerja pada tahap penyusunan strategi dengan tetap menyesuaikan kebutuhan rumah sakit tersebut (Dally, 2010). Perencanaan strategik adalah proses penerjemahan visi, misi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar dan strategi ke dalam company scorecard. Peta strategi merupakan salah satu komponen utama dalam company scorecard yang menggambarkan proses

3 perubahan aset tidak berwujud/intangible assets menjadi aset berwujud/tangible assets melalui hubungan sebab akibat antara sasaran strategik pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan sasaran strategik pada perspektif proses bisnis internal, perspektif pelanggan, dan perspektif keuangan (Mulyadi, 2009). Peta strategi sebagai bagian dari sistem perencanaan strategik memberikan kekhususan yang diperlukan untuk menterjemahkan pernyataan umum tentang arah dan strategi ke dalam sasaran khusus yang lebih bermakna bagi seluruh karyawan dan kemudian lebih lanjut diwujudkan dalam bentuk rencana aksi (Kaplan dan Norton, 2004). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Depati Hamzah Kota Pangkalpinang merupakan Rumah Sakit Kelas C yang pada saat ini sudah berbentuk Badan Layanan Umum (BLU) (RSUDDH, 2013). Pola Pengelolaan Keuangan BLU adalah suatu pola yang memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip efisiensi, produktivitas dan penerapan praktek bisnis yang sehat. Proses penyelenggaraan organisasi dalam bentuk BLU didasarkan pada kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan (Armen dan Azwar, 2013). Dengan sistem tersebut, RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang diharapkan dapat mengelola keuangan dengan sebaikbaiknya sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kota Pangkalpinang yang memiliki pelayanan instalasi farmasi rumah sakit berupa depo farmasi rawat inap, depo farmasi rawat jalan, depo farmasi instalasi gawat darurat dan gudang farmasi (Murdiana, 2014). Instalasi farmasi sebagai salah satu sumber penerimaan rumah sakit perlu mendapatkan perhatian dalam hal pengelolaan sehingga dapat meningkatkan kontribusi bagi penerimaan rumah sakit dengan tetap mengutamakan pelayanan kepada pasien. Pengelolaan yang dilakukan

4 dapat diawali dengan melakukan pengukuran kinerja instalasi farmasi untuk kemudian hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan bahan dalam penyusunan strategi organisasi. Murdiana (2014) menyatakan Instalasi Farmasi RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang belum pernah melakukan pengukuran kinerja secara menyeluruh pada aspek keuangan dan nonkeuangan sehingga pencapaian kinerja yang telah dilakukan tidak dapat diketahui. Organisasi yang tidak mengukur kinerjanya tidak dapat mengelola pelaksanaan kinerja untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan (Wibowo, 2013). Dikarenakan pengukuran kinerja Instalasi Farmasi RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang belum pernah dilakukan sebelumnya, pengukuran kinerja secara menyeluruh pada aspek keuangan dan nonkeuangan untuk pertama kalinya diharapkan dapat digunakan sebagai dasar penetapan sasaran, ukuran, dan target kinerja organisasi selanjutnya. Sejak awal tahun 2014 seiring dijalankannya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Instalasi Farmasi RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang mengalami peningkatan jumlah pelanggan dibandingkan tahun sebelumnya. Rata-rata jumlah pelanggan Instalasi Farmasi RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang pada tahun 2013 sebanyak pelanggan per bulan. Pada bulan Januari - Juni tahun 2014, rata-rata jumlah pelanggan mengalami peningkatan menjadi pelanggan per bulan dengan proporsi pelanggan dari pasien program JKN sebesar 66,10%, pasien Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) sebesar 11,22%, dan pelanggan dengan biaya sendiri (pasien umum) sebesar 22,68% (Murdiana, 2014). Peningkatan jumlah pelanggan yang berasal dari pasien program JKN kemungkinan masih akan terjadi dikarenakan berdasarkan Pemerintah (2013), seluruh pemberi kerja pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), usaha besar, usaha menengah, dan usaha kecil diwajibkan mendaftarkan karyawannya sebagai peserta program JKN paling lambat pada tanggal

5 1 Januari Sementara itu, pemberi kerja pada usaha mikro diwajibkan mendaftarkan karyawannya sebagai peserta program JKN paling lambat pada tanggal 1 Januari Hal tersebut memberikan peluang bagi Instalasi Farmasi RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang agar dapat meningkatkan jumlah pelanggan. Upaya peningkatan jumlah pelanggan membutuhkan strategi dalam hal peningkatan kualitas pelayanan mengingat terdapatnya pesaing yaitu beberapa rumah sakit swasta di Kota Pangkalpinang yang pada tahun 2015 akan melayani pasien program JKN. Peningkatan jumlah pelanggan Instalasi Farmasi RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang juga diiringi dengan peningkatan penerimaan Instalasi Farmasi RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang. Murdiana (2014) menyatakan rata-rata penerimaan Instalasi Farmasi RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang tahun 2013 sebesar Rp ,00 per bulan. Penerimaan Instalasi Farmasi RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang meningkat pada bulan Januari - Juni tahun 2014 menjadi sebesar Rp ,00 per bulan. Pada semester pertama tahun 2014 tersebut, proporsi penerimaan dari pasien program JKN sebesar 63,82%, pasien program Jamkesda sebesar 20,50%, dan pasien umum sebesar 15,68%. Peningkatan penerimaan instalasi farmasi tersebut merupakan hal yang baik dan perlu ditingkatkan melalui strategi pengelolaan yang baik dalam segala bentuk kegiatan kefarmasian yang dilakukan sehingga diharapkan dapat berkontribusi secara maksimal dalam penerimaan rumah sakit. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian tentang pengukuran kinerja dan penyusunan peta strategi Instalasi Farmasi RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang menggunakan Balanced Scorecard.

6 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kinerja Instalasi Farmasi RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang ditinjau melalui empat perspektif Balanced Scorecard yaitu perspektif keuangan; perspektif pelanggan; perspektif proses bisnis internal; perspektif pembelajaran dan pertumbuhan? 2. Bagaimana peta strategi Instalasi Farmasi RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang berdasarkan hasil pengukuran kinerja menggunakan Balanced Scorecard? C. Keaslian Penelitian Penelitian tentang Pengukuran Kinerja dan Penyusunan Peta Strategi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkalpinang Menggunakan Balanced Scorecard belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang sejenis dengan penelitian tersebut pernah dilakukan oleh Suryanegara (2009) dengan judul Pemetaan Strategi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto dengan Pendekatan Balanced Scorecard dan Anggraini (2011) dengan judul Analisis Kinerja dalam Rangka Penyusunan Peta Strategi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Agoesdjam Ketapang dengan Pendekatan Balanced Scorecard. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan dengan kedua penelitian tersebut disajikan pada Tabel 1.

7 Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Suryanegara (2009), Anggraini (2011) dan Penelitian yang Dilakukan Hal yang membedakan Tempat penelitian Indikator yang diukur pada perspektif Keuangan Indikator yang diukur pada perspektif Pelanggan Indikator yang diukur pada perspektif Proses Bisnis Internal Indikator yang diukur pada perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan 1. Pertumbuhan Pendapatan 1. Tingkat Penjualan 1. Pertumbuhan Penerimaan Instalasi Farmasi 2. Gross Profit Margin (GPM) 2. Pertumbuhan Pendapatan 2. Persentase Penerimaan Instalasi Farmasi terhadap Penerimaan Rumah Sakit 3. Inventory Turn Over Ratio (ITOR) 3. Inventory Turn Over Ratio (ITOR) 3. Inventory Turn Over Ratio (ITOR) 1. Keterjaringan Pasien 1. Keterjaringan Pasien 1. Keterjaringan Pelanggan 2. Kepuasan Pasien 2. Kepuasan Pasien 2. Kepuasan Pelanggan 3. Pertumbuhan Pelanggan 3. Pertumbuhan Jumlah Pelanggan 1. Ketersediaan Obat 1. Ketersediaan Obat 1. Ketersediaan Obat 2. Dispensing Time 2. Dispensing Time 2. Realisasi Pengadaan Perbekalan Farmasi 3. Pelabelan Obat yang Benar 3. Pelabelan Obat yang Benar 3. Waktu Tunggu Pelayanan Obat 4. Informasi Obat 4. Informasi Obat 4. Kelengkapan Pelabelan Obat 5. Tingkat Antrian Suryanaegara (2009) Anggraini (2011) Penelitian yang dilakukan Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto 1. Kepuasan Karyawan Instalasi Farmasi RSUD Dr.Agoesdjam Ketapang Modal Manusia : Modal Manusia : 2. Persentase Pelatihan Karyawan 1. Knowledge 1. Kecukupan Jumlah Apoteker 3. Produktivitas Karyawan 2. Talenta 2. Persentase Pelatihan Karyawan 3. Employee Skill 3. Produktivitas Karyawan 4. Semangat Kerja Karyawan 4. Retensi Karyawan 5. Produktivitas Karyawan 5. Kepuasan Karyawan Modal Informasi : Modal Informasi : 1. Sistem Informasi Manajemen 1. Kapabilitas Sistem Informasi Manajemen Modal Organisasi : Modal Organisasi : 1. Budaya Organisasi 1. Budaya Organisasi 2 Kepemimpinan 2. Iklim Organisasi. 3. Teamwork 3. Kepemimpinan 4. Alignment 4. Kerja Tim Instalasi Farmasi RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang 5. Keselarasan

8 D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kinerja Instalasi Farmasi RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang ditinjau melalui empat perspektif Balanced Scorecard yaitu perspektif keuangan; perspektif pelanggan; perspektif proses bisnis internal; perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. 2. Menentukan peta strategi Instalasi Farmasi RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang berdasarkan hasil penilaian kinerja menggunakan Balanced Scorecard. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pihak RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang a. Sebagai masukan dalam mengembangkan dan mengevaluasi sistem pelayanan instalasi farmasi yang berkualitas dan berorientasi pada pelanggan. b. Sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen rumah sakit untuk menggunakan Balanced Scorecard dalam pengukuran kinerja dan sebagai bahan penyusunan peta strategi. 2. Bagi Peneliti a. Dapat memperluas wawasan pengetahuan dan pengalaman. b. Dapat memberikan informasi bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lebih lanjut.