PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK BERITA SISWA KELAS VIII SMPN 1 TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN ABSTRACT

Transkripsi

1 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK BERITA SISWA KELAS VIII SMPN 1 TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN Rini Engla Sari 1, Indriani Nisja 2, Diyan Permata Yanda 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat rinienglasari91@gmail.com ABSTRACT This research is motivated by the lack of students 'preferences on Indonesian language lessons, especially the lesson in listening to the news, students' understanding of listening to the news is still low due to the students not concentrating in listening and while the learning process takes place the teacher only reads the news text only. This study aims to describe the effect of the use of audio visual media on the ability to listen to the news of students of class VIII SMPN 1 Tarusan Pesisir Selatan Regency. This research uses experimental method. Based on the result of research, it is concluded the following three points. First, the ability to listen to news (elemental news) students of class VIII SMPN 1 Tarusan Pesisir Selatan Regency before using the audio visual media as a whole including in qualification More than Enough (Ldc) with average count equal to 68,73. Second, the ability to listen to news (elemental news) students of class VIII SMPN 1 Tarusan Pesisir Selatan Regency after using the audio visual media as a whole is included in the perfect qualification with an average count of Third, there is a significant influence on the use of audio visual media to the ability to listen to students' news. This is evidenced by the results of research indicating that the value of tcount (9.0)> ttabel (1.71). Keywords: Influence, Audio-Visual Media, Listening, and News. PENDAHULUAN Menyimak adalah kemampuan yang bersifat reseptif atau kemampuan menerima dan memahami isi atau pesan yang disampaikan oleh orang lain baik secara lisan maupun menggunakan alat atau media. Kemampuan menyimak berfungsi sebagai pondasi dalam kemampuan berbicara karena kemampuan menyimak seseorang akan menentukan kualitas berbahasa yang lainnya seperti berbicara, membaca dan menulis. Kemampuan

2 menyimak harus dilatih sejak dini dan di sekolah-sekolah tentunya, tidak terkecuali di Sekolah Menengah Pertama. Dalam proses belajarmengajar porsi terbesar siswa atau murid adalah menyimak, perintah, penjelasan, bahkan pertanyaan dari guru. Latihan menyimak sangat penting dilakukan agar hasil yang disimak siswa menjadi lebih baik. Oleh karena itu, kemampuan menyimak tidak boleh diabaikan karena kemampuan menyimak merupakan kemampuan pertama yang melandasi tumbuh kembangnya kemampuan berbicara bahkan dengan adanya latihan menyimak siswa dapat melatih, membina dan mengembangkan kemampuan bahasa lainnya sehingga mereka terampil dalam memahami, menghayati, dan menginterpretasikan pesan yang diterima. Menurut Tarigan (2008:31), menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambanglambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komuniksi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Salah satu jenis pembelajaran menyimak yang dituntut dalam mata pelajaran bahasa Indonesia adalah kemampuan menyimak berita. Pembelajaran menulis naskah drama dipandang perlu dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP/MTs. Pada kurikulum 2006 (KTSP) untuk siswa SMP kelas VIII semester II terdapat Standar Kompetensi ke- 9 memahami isi berita dari radio/televisi, kemudian dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar 9.1 menemukan pokok berita (apa, siapa, kapan, mengapa, dan bagaimana) yang didengar atau ditonton melalui media radio / televisi. Berdasarkan hasil wawancara secara formal dengan guru Bahasa Indonesia di SMPN 1 Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan yaitu ditemui beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pembelelajaran menyimak berita. Diantaranya, siswa masih kurang menyukai pelajaran bahasa Indonesia khususnya

3 pelajaran menyimak berita. Hal ini terlihat dari ketidakseriusan siswa pada saat belajar, selain itu pemahaman siswa terhadap menyimak berita masih rendah. Hal ini disebabkan karena siswa tidak berkonsentrasi dalam menyimak, dan pada saat proses pembelajaran berlangsung guru hanya membacakan teks berita saja. pentingnya kreatifitas seorang pendidik untuk menghidupkan suasana belajar yang nyaman, penuh konsentrasi dan tentunya tidak membosankan khususnya dalam pembelajaran menyimak berita. Proses belajar mengajar tidak akan membosankan jika seorang guru memanfaatkan sebuah media. Salah satu media tersebut adalah media audio visual. Menurut Arsyad (1996:30), media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini memiliki kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media audio (mendengar) dan media visual (melihat). Media audio visual sangat cocok diterapkan pada proses pembelajaran salah satunya pada materi menyimak sebuah berita karena media audio visual ini menggabungkan dua unsur sekaligus yaitu unsur suara dan unsur gambar. Media audio visual ini juga dapat meningkatkan motivasi atau kegairahan belajar siswa. Dengan media audio visual maka materi pembelajaran akan tersampaikan secara jelas. Selain itu, dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran akan dapat membuat siswa lebih fokus dalam belajar. Penelitian ini bertujuan sebagai berikut ini. Pertama, mendeskripsikan kemampuan menyimak berita siswa kelas VIII SMPN 1 Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan sebelum menggunakan media audio visual. Kedua, mendeskripsikan kemampuan menyimak berita siswa kelas VIII SMPN 1 Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan setelah menggunakan media audio visual. Ketiga, mendeskripsikan pengaruh media audio visual terhadap Kemampuan Menyimak Siswa SMP N 1 Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.

4 Menurut Sumadiria (2005:64-65) berita adalah laporan tentang fakta atau ide dan termassa, yang dapat menarik perhatian pembaca, karena sesuatu yang luar biasa, penting, mencakup sisi human interest seperti humor, emosi da ketegangan. Ermanto(2001:6) mengatakan bahwa berita menurut sisi jurnalistik dan media massa adalah suatu peristiwa, kejadian atau aspek kehidupan manusia yang dirasakan baru oleh wartawan maupun masyarakat pembaca, dianggap penting dan mempunyai daya tarik serta mengundang keingintahuan pembaca atau masyarakat untuk membacanya. Menurut Semi, (dalam Ermanto, 2001:5) berita adalah cerita atau laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang faktual. Ermanto (2005:73) menyatakan bahwa berita adalah peristiwa yang dilaporkan wartawan dalam bentuk tulisan yang dimuat di media massa. Berita mengemukakan cerita dari suatu peristiwa. Suatu data dan fakta atau segala informasi tentang peristiwa yang dikumpulkan oleh wartawan dan dilaporkannya melalui media massa, itulah yang menjadi berita Siregar (dalam Chaer, 2010:11) mengatakan bahwa berita adalah kejadian yang diulang dengan kata-kata, sering juga ditambah dengan gambar, atau hanya berupa gambar-gambar saja. Dalam sebuah berita terdapat unsur berita yaitu 5W+ 1H. Menurut Assegaf (dalam Ermanto, 2001:32), syarat-syarat sebuah berita adalah: what (apa), who (siapa), where (dimana), when (kapan), why (mengapa) dan how (bagaimana). Selanjutnya, Abdullah (dalam Ermanto, 2001:32) menyatakan bahwa sebuah berita haruslah memenuhi persyaratan apa (what), siapa (who), dimana (where), kapan (when), mengapa (why), dan bagaimana (how). METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Penelitian kuantitatif karena dalam pengumpulan data berupa angka. Menurut Sugiyono (2012:7), penelitian kuantitatif

5 adalah penelitian ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu kongkrit/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis. Data berupa angka-angka, dimulai dari pengumpulan data, kemudian penafsiran data, dan terakhir ditampilkan hasilnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2012: 72), penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Tergolong metode eksperimen karena penelitian ini bertujuan untuk mengontrol atau mengendalikan setiap gejala yang terjadi. Penelitian ini menggunakan bentuk eksperimen yang Pre- Experimental Design. Menurut Sugiyono (2012:74), dikatakan preexperimental design, karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu One Group Pretest- Posttest Design. Menurut Sugiyono (2012:74), dalam rancangan One Group Pretest-Posttest Design pada mulanya dilakukan pretest tanpa diberikan perlakuan, kemudian diberi perlakuan dengan baik dengan media audio visual. Setelah itu dilakukan posttest. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan yang terdaftar pada tahun 2016/2017 sebanyak 159 orang yang tersebar dalam 6 lokal. Cara atau teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proportional Random Sampling. Proportional Random Sampling adalah penarikan sampel secara acak berdasarkan proporsi jumlah siswa perkelas, Arikunto (2006:134). Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 26 siswa. Penelitian ini terdiri dari atas dua variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media audio visual sedangkan variabel terikat adalah kemampuan menyimak berita siswa kelas VIII SMP N 1 Tarusan. Dari variabel tersebut akan diperoleh data berupa skor kemampuan menyimak berita siswa kelas VIII SMPN 1 Tarusan

6 sebelum dan sesudah menggunakan media audio visual. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan memberi tes kepada sampel penelitian. Langkah kerja dalam pengumpulan data sebagai berikut. Pertemuan pertama, guru menjelaskan materi yang akan disampaikan, kemudian siswa mengerjakan tes awal (pretest) menyimak berita yang dibacakan guru, siswa menyilang salah satu jawaban yang dianggap benar pada lembar jawaban yang sudah diberikan. Pertemuan kedua, Siswa diberi perlakuan menyimak berita dengan menggunakan media audio visual setelah selesai menyimak berita, siswa menyilang salah satu jawaban yang dianggap benar pada lembar jawaban yang telah diberikan. Pertemuan ketiga, siswa mengerjakan tes menyimak berita yang dibacakan oleh guru, siswa menyilang salah satu jawaban yang dianggap benar pada lembar jawaban yang sudah diberikan. Penganalisisan data ini dilakukan berdasarkan langkah sebagai berikut. Pertama, membaca hasil siswa dalam menyimak berita ketika pretest dan posttest dilaksanakan. Penilaian dilakukan dengan mencatat skor yang diperoleh siswa. Jika jawaban siswa benar diberi skor satu dan jika salah diberi skor nol. Ketiga, menafsirkan kemampuan menyimak berita berdasarkan nilai rata-rata hitung. Keempat, mengelompokkan kemampuan menyimak berita siswa pretest dan posttest dengan menggunakan skala 10. Kelima, menentukan nilai rata-rata hitung menyimak berita siswa kelas VIII SMP N 1 Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan media audio visual dan tanpa media audio visual. Keenam, membuat histogram kemampuan menyimak berita siswa kelas VIII SMPN 1 Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Ketujuh, melakukan uji normalitas dan homogenitas data merujuk pada Sudjana (2005: ). Kedelapan, melakukan pengujian hipotesis menggunakan rumus uji-t merujuk pada Arikunto (2010:125).

7 Kesembian, melakukan pembahasan. Kesepuluh, membuat simpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakasanakan di SMPN 1 Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Penelitian ini dilakukan tanggal 9 Mei 2017 s/d 13 Mei Hasil penelitian dan pembahasan dapat dilihat sebagai berikut ini. Kemampuan Menyimak Berita (Unsur Berita) Siswa Kelas VIII SMPN 1 Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Sebelum Menggunakan Media Audio Visual Berdasarkan analisis data yang diperoleh rata-rata hitung kemampuan menyimak berita (unsur berita) sebelum menggunakan media audio visual sebesar Dari ratarata hitung tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan menentukan unsur berita sebelum tergolong rendah, pada rentangan 66-75% dengan kualifikasi lebih dari cukup. Data secara lengkapnya tentang kemampuan siswa dalam menyimak berita (unsur berita) secara keseluruhan sebelum adalah berikut ini. Pertama, siswa yang mendapatkan nilai 55 berjumlah 2 orang (8%). Kedua, siswa yang mendapatkan nilai 58 berjumlah 3 orang (12%). Ketiga, siswa yang mndapatkan nilai 61 berjumlah 1 orang (4%). Keempat, siswa yang mendapatkan nilai 64 berjumlah 1 orang (4%). Kelima, siswa yang mendapatkan nilai 67 berjumlah 8 orang (31%). Keenam, siswa yang mendapatkan nilai 70 berjumlah 3 orang (11%). Ketujuh, siswa yang mendapatkan nilai 73 berjumlah 1 orang (4%). Kedelapan, siswa yang mendapatkan nilai 76 berjumlah 4 orang (14%). Kesembilan, siswa yang mendapatkan nilai 79 berjumlah 1 orang (4%). Kesepuluh, siswa yang mendapatkan nilai 88 berjumlah 2 orang (8%). Kemampuan menyimak berita masing-masing indikator adalah sebagai berikut ini. Pertama, untuk unsur what. Rata-rata hitung kemampuan menentukan unsur berita what sebelum menggunakan media audio

8 visual adalah Rata-rata hitung tersebut berada pada rentangan 66-75% dengan kualifikasi lebih dari cukup (LdC). Kemampuan menentukan unsur berita what sebelum menggunakan media audio visual untuk unsur what, dapat dikelompokan menjadi 5 yaitu sempurna, baik, hampir cukup, kurang sekali dan lebih dari cukup Kedua, untuk unsur who. Rata-rata hitung kemampuan menentukan unsur berita who sebelum menggunakan media audio visual adalah Berdasarkan konvensi skala 10, rata-rata hitung tersebut berada pada rentangan 66-75% dengan kualifikasi lebih dari cukup. Siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi sempurna berjumlah 4 orang (15%). Kemampuan menentukan unsur berita who sebelum menggunakan media audio visual dapat dikelompokan menjadi 4 yaitu buruk, cukup, baik dan sempurna. Ketiga, untuk unsur where. Rata-rata hitung kemampuan menentukan unsur berita where sebelum menggunakan media audio visual adalah Berdasarkan konvensi skala 10, rata-rata hitung tersebut berada pada rentangan 66-75% dengan kualifikasi lebih dari cukup. Kemampuan menentukan unsur berita where sebelum untuk unsur where, dapat dikelompokan menjadi 5 yaitu kurang, cukup, lebih dari cukup, baik dan baik sekali. Keempat, untuk unsur when. Rata-rata hitung kemampuan menentukan unsur berita when sebelum menggunakan media audio visual pada unsur when adalah Berdasarkan konvensi skala 10, ratarata hitung tersebut berada pada rentangan 56-65% dengan kualifikasi cukup. Kemampuan menentukan unsur berita when sebelum untuk unsur when, dapat dikelompokan menjadi 4 yaitu buruk, hampir cukup, lebih dari cukup dan sempurna. Kelima, untuk unsur why. Ratarata hitung kemampuan menentukan unsur berita why sebelum adalah Berdasarkan konvensi skala 10, rata-rata hitung tersebut

9 berada pada rentangan 66-75% dengan kualifikasi lebih dari cukup. Kemampuan menentukan unsur berita why sebelum menggunakan media audio visual untuk unsur why, dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu kurang sekali, lebih dari cukup dan sempurna. Keenam, untuk unsur how. Ratarata hitung kemampuan menentukan unsur berita how sebelum adalah Berdasarkan konvensi skala 10, rata-rata hitung tersebut berada pada rentangan 56-65% dengan kualifikasi cukup. Kemampuan menentukan unsur berita how sebelum menggunakan media audio visual untuk unsur how, dapat dikelompokan menjadi 6 yaitu buruk, kurang sekali, hampir cukup, lebih dari cukup, baik dan sempurna. Kemampuan Menyimak Berita (Unsur Berita) Siswa Kelas VIII SMPN 1 Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Sesudah Menggunakan Media Audio Visual Berdasarkan analisis data yang diperoleh rata-rata hitung kemampuan menyimak berita (unsur berita) sesudah menggunakan media audio visual sebesar Dari ratarata hitung tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan menentukan unsur berita sesudah tergolong sangat tinggi, pada rentangan % dengan kualifikasi sempurna. Data secara lengkapnya tentang kemampuan siswa dalam menyimak berita (unsur berita) secara keseluruhan sesudah adalah berikut ini. Pertama, siswa yang mendapatkan nilai 91 berjumlah 2 orang (8%). Kedua, siswa yang mendapatkan nilai 94 berjumlah 4 orang (15%) Ketiga, siswa yang mndapatkan nilai 97 berjumlah 10 orang (38%). Keempat, siswa yang mendapatkan nilai 100 berjumlah 10 orang (38%). Pertama, untuk unsur what. Ratarata hitung kemampuan menentukan unsur berita what/apa sesudah pada unsur what adalah Berdasarkan konvensi skala 10, ratarata hitung tersebut berada pada

10 rentangan 86-95% dengan kualifikasi baik sekali. Kedua, untuk unsur who. Ratarata hitung kemampuan menentukan unsur berita who/siapa sesudah pada unsur who adalah 100. Berdasarkan konvensi skala 10, ratarata hitung tersebut berada pada rentangan % dengan kualifikasi sempurna.. Ketiga, untuk unsur where. Rata-rata hitung kemampuan menentukan unsur berita where/dimana sesudah menggunakan media audio visual pada unsur where adalah Berdasarkan konvensi skala 10, rata-rata hitung tersebut berada pada rentangan % dengan kualifikasi sempurna. Siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi sempurna berjumlah 22 orang (85%). Keempat, untuk unsur when. Rata-rata hitung kemampuan menentukan unsur berita when/kapan sesudah menggunakan media audio visual pada unsur when adalah 99. Berdasarkan konvensi skala 10, ratarata hitung tersebut berada pada rentangan % dengan kualifikasi sempurna. Kemampuan menentukan unsur berita when/kapan sesudah menggunakan media audio visual untuk unsur when, dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu lebih dari cukup dan sempurna. Kelima, untuk unsur why. Ratarata hitung kemampuan menentukan unsur berita why/kenapa sesudah pada adalah Berdasarkan konvensi skala 10, rata-rata hitung tersebut berada pada rentangan 86-95% dengan kualifikasi baik sekali. Kemampuan menentukan unsur berita why/kenapa sesudah untuk unsur why/kenapa, dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu lebih dari cukup dan sempurna. Keenam, untuk unsur how. Ratarata hitung kemampuan menentukan unsur berita how/bagaimana sesudah pada unsur how adalah Berdasarkan konvensi skala 10, ratarata hitung tersebut berada pada rentangan % dengan kualifikasi sempurna. Kemampuan menentukan unsur berita how/bagaimana sesudah

11 untuk unsur how, dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu baik dan sempurna. Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Kemampua Menyimak Berita Siswa Kelas VIII SMPN 1 Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan menyimak berita siswa kelas VIII SMPN 1 Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan kelompok pretest berada pada kualifikasi Lebih dari Cukup (LdC) dengan perolehan rata-rata 68,73 sedangkan kemampuan menyimak berita siswa kelas VIII SMPN 1 Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan kelompok posttest berada pada kualifikasi S (S) dengan perolehan rata-rata 97,23. Hal ini berarti bahwa kemampuan menyimak berita siswa kelas VIII SMPN 1 Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan sebelum menggunakan media audio visual lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan menyimak berita siswa kelas VIII SMPN 1 Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan sesudah menggunakan media audio visual. Jadi, penggunaan media audio visual berhasil diterapkan untuk pembelajaran kemampuan menyimak berita siswa kelas VIII SMPN 1 Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Berdasarkan hasil uji-t, disimpulkan bahwa hipotesis alternatif (H 1 ) diterima pada taraf signifikan 95% dengan dk = n 1 karena t hitung > t tabel (9,0 > 1,71). Jadi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual terhadap kemampuan menyimak berita kelas VIII SMPN 1 Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan membantu siswa lebih fokus dalam proses pembelajaran khususnya dalam menyimak berita. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, di dapatkan tiga hal. Pertama, kemampuan menyimak berita sebelum berkualifikasi lebih dari cukup (LdC)

12 dengan rata-rata 68,73 berada pada rentangan (66-75%). Kedua, kemampuan menyimak berita sesudah menggunakan media audio visual berkualifikasi sempurna (S) dengan rata-rata (97,32) berada pada rentangan (96-100%). Ketiga, terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan dalam menyimak berita (unsur berita) sebelum dan sesudah. Berdasarkan pembahasan yang diperoleh dari hasil analisis data, terlihat jelas perbandingan hasil belajar secara signifikan antara kemampuan menyimak berita sebelum dan sesudah menggunakan media audio visual siswa kelas VIII SMPN 1 Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsemi Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad, Azhar Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada Chaer, Abdul Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP. Jakarta. Ermanto Wawasan Jurnalistik Praktis. Yogyakarta: Cinta Pena Ermanto Berita dan Fotografi. Padang: FBBS UNP Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sudjana Metode Statistik. Bandung: Persito. Tarigan, Henry Guntur Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Arikunto, Suharsemi Prosedur Penelitian Suatu