ANALISIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL TERJEMAHAN SANG PENGEJAR LAYANG-LAYANG (THE KITE RUNNER) KARYA KHALED HOSSEINI (KAJIAN STILISTIKA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL TERJEMAHAN SANG PENGEJAR LAYANG-LAYANG (THE KITE RUNNER) KARYA KHALED HOSSEINI (KAJIAN STILISTIKA)"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id ANALISIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL TERJEMAHAN SANG PENGEJAR LAYANG-LAYANG (THE KITE RUNNER) KARYA KHALED HOSSEINI (KAJIAN STILISTIKA) SKRIPSI Disusun Oleh : Dian Maya Setia Ekawati K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI 2012 i

2 digilib.uns.ac.id PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Dian Maya Setia Ekawati NIM : K Jurusan/Program Studi : PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ANALISIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL TERJEMAHAN SANG PENGEJAR LAYANG-LAYANG (THE KITE RUNNER) KARYA KHALED HOSSEINI (KAJIAN STILISTIKA) ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya. Surakarta, Juli 2012 Yang membuat pernyataan Dian Maya Setia Ekawati ii

3 digilib.uns.ac.id ANALISIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL TERJEMAHAN SANG PENGEJAR LAYANG-LAYANG (THE KITE RUNNER) KARYA KHALED HOSSEINI (KAJIAN STILISTIKA) Oleh: DIAN MAYA SETIA EKAWATI K Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2011 iii

4 digilib.uns.ac.id iv

5 digilib.uns.ac.id PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Hari : Senin Tanggal : 16 Juli 2012 Tim Penguji Skripsi Nama Terang Tanda Tangan Ketua : Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum Sekretaris : Dra. Suharyanti, M.Hum Anggota I : Dra. Sumarwati, M.Pd Anggota II : Atikah Anindyarini, S.S, M.Hum Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret a.n. Dekan, Pembantu Dekan I Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M. Si NIP v

6 digilib.uns.ac.id ABSTRAK Dian Maya Setia Ekawati. ANALISIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL TERJEMAHAN SANG PENGEJAR LAYANG-LAYANG (THE KITE RUNNER) KARYA KHALED HOSSEINI (KAJIAN STILISTIKA) Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) gaya bahasa yang dominan digunakan oleh Khaled Hosseini dalam novel terjemahan Sang Pengejar Layang-layang (The Kite Runner) (2) persepsi pembaca terhadap pemakaian gaya bahasa tersebut. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode content analysis. Sumber data adalah novel terjemahan Sang Pengejar Layang-layang (The Kite Runner) cetakan ke-1 dan informan. Teknik pengumpulan data menggunakan purposive sampling. Validitas yang digunakan adalah triangulasi teori dan triangulasi sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif (interactive of analysis) yang meliputi tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri atas beberapa tahap yaitu pengumpulan data, penyeleksian data, menganalisis data yang telah diseleksi, dan membuat laporan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: dalam novel terjemahan Sang Pengejar Layang-layang (The Kite Runner) digunakan beberapa gaya bahasa yang dominan. Gaya bahasa tersebut terbagi atas : gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang digunakan yaitu: (a) antitesis dan (b) repetisi yang meliputi anafora, anadiplosis, simploke, epizeukis, epistrofa, tautotes, epanelepsis, dan mesodiplosis. Gaya bahasa berdasarkan penyampaian makna terdiri atas bahasa retoris dan bahasa kiasan. Bahasa retoris antara lain: (a) hiperbola, (b) asindeton, dan (c) polisindeton sedangkan bahasa kiasan antara lain: (a) personifikasi, (b) simile, (c) metafora, (d) metonimia, (e) sarkasme. Persepsi pembaca terkait dengan pemanfaatan gaya bahasa repetisi, hiperbola, personifikasi, simile, dan metafora sebagai gaya yang dominan dalam novel terjemahan Sang Pengejar Layang-layang (The Kite Runner) adalah setiap gaya bahasa memiliki makna dan fungsi berbeda dalam mendukung keberhasilan suatu karya. Manfaat gaya bahasa tersebut beragam antara lain mampu menciptakan efek estetis dalam sebuah kalimat, memberikan efek penegasan pada bagian cerita yang dianggap penting, memberikan kekhasan atau mengikuti trend tertentu pada sebuah tulisan, memberikan penguatan pada isi cerita, mengkonkretkan hal-hal yang bersifat abstrak, memperjelas maksud, menciptakan citraan yang nyata dengan melebihlebihkan cerita, serta membantu daya imajinasi pembaca Kata kunci: gaya bahasa, persepsi pembaca, stilistika vi

7 digilib.uns.ac.id MOTTO Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga (Hadist Riwayat Muslim) Dunia ini selalu maju, Siapa yang berpacu dialah yang di depan Dan siapa yang berhenti meskipun selangkah akan tergilas (Muhammad Iqbal) vii

8 digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Teriring syukurku pada-mu, kupersembahkan karya ini untuk : Ibu dan Bapak Doamu yang senantiasa mengalir tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan dan kasih sayang tidak terbatas kau curahkan demi putrimu. Tiada kasih sayang yang seindah dan seabadi kasih sayangmu. Adik-adiku Muhammad Arif Setiawan dan Akhmad Fathoni Terima kasih untuk kedua adikku yang senantiasa mendoakanku, mendorong setiap langkahku dengan semangat dan perhatian kalian Mas Firman Aziz Engkau oase dalam jiwaku, terima kasih untuk motivasi, kesabaran, pengorbanan, segala perhatian dan semangat yang telah kau berikan. Kau selalu ada di sampingku saat kutegar berdiri maupun saat kurapuh. Sahabatku, Intan, Tari, Ita, Yenik, Nunun, Lisdiana, Nailu, Yayah, Endah Terima kasih atas semangat, perjuangan, kerjasama, serta kebersamaan kita selama ini, kalian adalah sahabat-sahabat terindah dalam hidupku. Rekan-rekan seperjuangan di Bastind 2008 Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini kawan, kalian telah memberikan pengalaman yang luar biasa dan tak terlupakan. viii

9 digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ANALISIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL TERJEMAHAN SANG PENGEJAR LAYANG-LAYANG (THE KITE RUNNER) KARYA KHALED HOSSEINI (KAJIAN STILISTIKA). Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi ini. 2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum, Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin penulisan skripsi ini. 3. Dr. Kundharu Saddhono, M. Hum, Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi ini. 4. Dra. Sumarwati, M. Pd selaku Pembimbing I, yang dengan sabar dan perhatian memberikan bimbingan, arahan serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 5. Atikah Anindyarini, S.S, M.Hum selaku Pembimbing II yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Dra. Suharyanti, M.Hum selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan, masukan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini ix

10 digilib.uns.ac.id 7. Drs. Yant Mujiyanto, M.Pd yang telah berkenan meluangkan waktu dan bantuan guna wawancara dalam penelitian ini. 8. Kepala SMA Negeri 5 Surakarta yang telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian. 9. Mulat Ngesti Sawiji Sri H, S.Pd selaku Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA Negeri 5 Surakarta, yang telah meluangkan waktu guna wawancara dalam penelitian. 10. Raharja, S.Pd selaku Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA Negeri 5 Surakarta, yang telah berkenan meluangkan waktu guna wawancara dalam penelitian. 11. Para siswa SMA Negeri 5 Surakarta yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini. 12. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Surakarta, Juli 2012 Penulis, x

11 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PENGAJUAN... iii HALAMAN PERSETUJUAN... iv HALAMAN PENGESAHAN... v HALAMAN ABSTRAK... vi HALAMAN MOTTO... vii HALAMAN PERSEMBAHAN... viii KATA ix PENGANTAR... DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Hakikat Gaya Bahasa... 6 a. Pengertian Gaya Bahasa... 6 b. Jenis-jenis Gaya Bahasa Hakikat Novel a. Pengertian Novel b. Ciri-ciri Novel c. Jenis-jenis Novel Hakikat Analisis commit Stilistika... to user xi

12 digilib.uns.ac.id xii B. Penelitian yang Relevan C. Kerangka Pemikiran BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bentuk dan Strategi Penelitian C. Sumber Data Penelitian D. Teknik Sampling E. Teknik Pengumpulan Data F. Validitas Data G. Teknik Analisis Data H. Prosedur Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Gaya Bahasa yang Dominan Berdasarkan Struktur Kalimat a. Antitesis b. Repetisi Berdasarkan Ketidaklangsungan Makna a. Hiperbola b. Asindeton c. Polisindeton d. Personifikasi e. Simile f. Metafora g. Metonimia h. Sarkasme B. Persepsi Pembaca BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA 132

13 digilib.uns.ac.id xiii... LAMPIRAN

14 digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1 Skema Kerangka Pemikiran Skema Triangulasi Metode Skema Prosedur Penelitian Kualitatif Diagram Perbandingan Persentase Gaya Bahasa xiv

15 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Gambar Halaman 1 Tabel Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian Tabel Diskripsi Gaya Bahasa yang Dominan xv

16 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Cover Novel Sinopsis Novel Biografi Khaled Hosseini Wawancara Sastrawan Wawancara Guru I Wawancara Guru II Wawancara Siswa I Wawancara Siswa II Wawancara Pembaca Umum I Wawancara Pembaca Umum II Foto wawancara xvi

17 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan wahana komunikasi kreatif dan imajinatif. Melalui karya sastra pengarang dapat menuangkan segala hal yang berhubungan dengan aktivitas pribadi, pandangan hidup, serta kebudayaan lingkungannya. Sastra sebagai karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya sekadar cerita khayal atau angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari proses kreativitas pengarang dalam menggali dan menuangkan ide yang ada dalam pikirannya. Kehidupan individu maupun sosial pengarang suatu karya sastra cukup berpengaruh terhadap karya sastra yang dihasilkannya. Pemahaman karya sastra tidak bisa mengesampingkan apa yang menjadi dasar bagi pengarang untuk melakukan proses kreativitas tersebut, hingga mampu menciptakan suatu karya sastra. Hal ini sejalan dengan pendapat Sangidu yang memandang sastra sebagai suatu gejala sosial (2004 : 41). Sementara itu Darmono (2003) berpendapat karya Sastra tidak dapat dipahami secara selengkap-lengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungannya atau kebudayaan atau peradaban yang telah menghasilkannya (hlm. 4) Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra memegang peranan penting dalam memberikan pandangan untuk menyikapi hidup secara artistik imajinatif. Hal ini disebabkan persoalan yang dibicarakan dalam novel adalah persoalan tentang manusia dan kemanusiaan. Sebagai salah satu karya fiksi, novel dibangun melalui keterpaduan berbagai unsur pembangun prosa fiksi. Waluyo (2011) menyatakan, Unsur-unsur pembangun cerita fiksi meliputi tema cerita, plot atau kerangka cerita, penokohan dan perwatakan, setting atau tempat kejadian cerita atau disebut juga latar, sudut pandang pengarang atau point of view, latar belakang atau background, dialog atau percakapan, gaya bahasa atau gaya bercerita, waktu cerita, waktu pencerita, dan amanat (hlm. 6). Dengan demikian unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang commit dan to dibuat user mirip dengan dunia yang nyata 1

18 digilib.uns.ac.id 2 lengkap dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya, sehingga tampak seperti sungguh-sungguh terjadi. Unsur-unsur inilah yang secara langsung membangun sebuah cerita. Keterpaduan berbagai unsur intrinsik dan ektrinsik akan menjadikan sebuah novel terlihat hidup. Lebih lanjut, untuk menghasilkan novel yang bagus juga diperlukan pengolahan bahasa. Bahasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah karya sastra. Hal tersebut relevan dengan pendapat Nurgiyantoro (2005) bahwa bahasa dalam seni sastra ini dapat disamakan dengan cat warna. Keduanya merupakan unsur bahan, alat, dan sarana yang mengandung nilai lebih untuk dijadikan sebuah karya. Sebagai salah satu unsur terpenting tersebut, maka bahasa berperan sebagai sarana pengungkapan dan penyampaian pesan dalam sastra. (hlm. 272). Dengan demikian bahasa merupakan media untuk menyampaikan gagasan atau pikiran pengarang yang dapat dituangkan melalui sebuah karya novel. Keindahan dalam novel dibangun oleh pengarang melalui seni kata. Seni kata atau seni bahasa berupa kata-kata yang indah terwujud dari ekspresi jiwa. Sebuah novel akan menarik apabila informasi yang diungkapkan disajikan dengan bahasa yang mengandung nilai estetik. Gaya bahasa dan penulisan merupakan salah satu unsur yang menarik dalam sebuah bacaan. Setiap pengarang mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam menuangkan setiap ide tulisannya. Setiap tulisan yang dihasilkan nantinya mempunyai gaya penulisan yang dipengaruhi oleh penulisnya, sehingga dapat dikatakan bahwa, watak seorang penulis sangat mempengaruhi sebuah karya yang ditulisnya. Hal ini selaras dengan pendapat Pratikno (1984) bahwa sifat, tabiat atau watak seseorang itu berbeda-beda. Dengan gaya bahasa itulah pembaca dapat dengan mudah menangkap siapa pengarang sebenarnya. (hlm. 50) Selama ini kajian mengenai gaya bahasa pada novel terjemahan jarang ditemukan. Padahal novel terjemahan tak kalah hebatnya, bahkan tidak sedikit novel-novel luar tersebut mampu mengilhami pengarang Indonesia. Munculnya novel terjemahan Sang Pengejar Layang-layang (The Kite Runner) karya Khaled Hosseini memberi warna tersendiri dalam dunia kepengarangan.

19 digilib.uns.ac.id 3 Novel terjemahan ini merupakan karya sastra yang berlatar belakang potret kehidupan rakyat Afganistan yang secara nyata diolah oleh pengarang menjadi sebuah karya yang bernilai baik dari segi sosial, budaya, spiritual, kasih sayang, persahabatan, hingga kemanusiaan turut mewarnai alur cerita novel ini. Masalah perbedaan ras dan kelas sosial yang terjadi di negeri Afganistan menjadi sorotan tajam pengarang. Kehidupan sosial yang terjadi dalam masyarakat Afganistan antara ras pastun sebagai ras terhormat sekaligus sebagai kalangan majikan yang memiliki kehidupan mewah dinilai berbanding terbalik dengan keberadaan ras hazara yang dipandang sebagai ras terendah di Afganistan. Bahkan dalam kehidupan sosial masyarakatpun ras hazara cukup menempati posisi pelayan bagi ras pastun. Tidak hanya itu, konflik yang terjadi antara pasukan Komunis Rusia dengan kaum Taliban turut diangkat dalam novel ini. Kepiawaian pengarang dalam mengungkapkan gambaran kehidupan masyarakat Afganistan beserta situasi konflik yang tengah berkecambuk di negara tersebut menjadi salah satu alasan novel ini layak meraih predikat Novel Best Seller. Tidak hanya itu, novel ini merupakan novel Afghan pertama yang ditulis dalam bahasa Inggris pada tahun 2003 dan sukses meraih berbagai penghargaan di seluruh dunia serta menjadi buku terlaris sepanjang Novel ini telah diterjemahkan ke dalam 42 bahasa di dunia. Bahkan novel ini sempat menduduki peringkat New York Time Bestseller dan berhasil terjual lebih dari 8 juta kopi di seluruh dunia serta telah diangkat ke layar lebar. Berkat karya cemerlangnya tersebut, Khaled Hosseini dianugerahi Humanitarian Award 2006 oleh UNHCR. Kekuatan novel ini selain karena materi cerita yang berbobot penuh nilai edukasi, perjuangan, persahabatan, pengkianatan serta isu kemanusiaan juga karena penggunaan kata-kata asing dan bahasa figuratif yang menawan dalam menggambarkan budaya, sosial, serta kehidupan spiritual masyarakat Afganistan. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti berminat untuk menganalisis novel terjemahan Sang Pengejar Layang-layang (The Kite Runner) karya Khaled Hosseini dengan tinjauan stilistika. Dalam analisis novel ini peneliti membatasi masalah pada segi gaya bahasa yang dominan, pemaknaan, serta persepsi pembaca terhadap gaya bahasa tersebut

20 digilib.uns.ac.id 4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diketahui rumusan masalah yang muncul sebagai berikut : 1. Gaya bahasa apa yang dominan digunakan dalam novel terjemahan Sang Pengejar Layang-layang (The Kite Runner) karya Khaled Hosseini? 2. Bagaimana persepsi pembaca terhadap pemakaian gaya bahasa tersebut? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan gaya bahasa yang dominan digunakan dalam novel terjemahan Sang Pengejar Layang-layang (The Kite Runner) karya Khaled Hosseini 2. Mendiskripsikan persepsi pembaca terhadap pemakaian gaya bahasa yang dominan dalam novel Sang Pengejar Layang-layang (The Kite Runner) karya Khaled Hosseini D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoretis : a. Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan terutama di bidang kesusastraan mengenai gaya bahasa dalam novel. b. Sebagai bahan referensi rujukan bagi peneliti lain dalam upaya melakukan penelitian telaah sastra lebih lanjut. 2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain.

21 digilib.uns.ac.id 5 a. Bagi Pembaca Hasil penelitian ini menambah pengetahuan tentang stilistika dan keanekaragaman gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam sebuah novel b. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini memberikan pengalaman dan pengetahuan lebih mendalam bagi peneliti untuk memahami suatu makna dalam karya sastra. Selain itu, melalui penelitian ini dapat memotivasi peneliti untuk semakin aktif menyumbangkan hasil karya ilmiah bagi dunia sastra dan pendidikan. c. Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa untuk mengapresiasi karya sastra utamanya mengenai pemakaian gaya bahasa (stilistika) dan pemaknaan gaya bahasa yang terdapat dalam karya sastra novel. d. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan guru tentang stilistika khususnya dalam mengkaji penggunaan gaya bahasa

22 digilib.uns.ac.id 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Gaya Bahasa a. Pengertian Gaya Bahasa Mengenai Gaya bahasa, Keraf (2009) berpendapat, Gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) (hlm. 113). Gaya bahasa juga dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang menyimpang dari pemakaian biasa. Penyimpangan tersebut bertujuan untuk menciptakan sebuah keindahan. Keindahan ini banyak muncul dalam karya sastra, karena karya sastra memang syarat dengan unsur estetik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Endraswara bahwa segala unsur estetik ini menimbulkan manipulasi bahasa, plastik bahasa dan kado bahasa sehingga mampu membungkus rapi gagasan penulis. (2003: 71). Gaya bahasa menjadi salah satu unsur yang menarik dari sebuah tulisan yang dihasilkan oleh seorang penulis. Penulis dalam menuangkan ide tulisannya akan menggunakan beragam bahasa kiasan atau sebuah pengungkapan tidak langsung. Kiasan ini digunakan penulis untuk mengembangkan daya imajinatif pembaca. Walaupun demikian pemakaian gaya dalam sastra akan selalu dikaitkan dengan konteks yang melatarbelakangi pemilihan dan pemakaian bahasa. Semua gaya bahasa itu berkaitan langsung dengan latar sosial dan kehidupan di mana bahasa itu digunakan. Gaya bahasa dalam sebuah penulisan karya sastra mencerminkan sifat dan kepribadian penulis. Hal inilah yang akan menjadi ciri tersendiri dari seorang penulis. Gaya bahasa juga sebagai sumber dan daya yang tak kalah pentingnya dalam sebuah tulisan. Oleh karena itu, para ahli memiliki batasan tersendiri mengenai gaya bahasa. Gaya atau commit gaya to bahasa user dikenal dalam retorika dengan 6

23 digilib.uns.ac.id 7 istilah style. Gaya atau style menjadi bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa, atau klausa tertentu untuk menghadapi hirarki kebahasaan, pilihan kata secara individual, frasa, klausa, kalimat, bahkan mencakup sebuah wacana secara keseluruhan. Hal ini relevan dengan pendapat Keraf yang mengatakan gaya bahasa sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa. (2009: 113). Sudjiman (1990) berpendapat bahwa yang disebut gaya adalah cara menyampaikan pikiran dan perasaan dengan kata-kata dalam bentuk tulisan maupun lisan (hlm.33). Sementara itu Widyamartaya (1991) mengatakan bahwa pembicaraan tentang gaya bahasa bukanlah soal menggaya, melainkan daya guna bahasa. Gaya bahasa merupakan kesanggupan menyampaikan pengalaman batin dengan hasil sebesar-besarnya (hlm. 53) Menanggapi hal tersebut Aminuddin (2009) berpendapat, Gaya bahasa merupakan cara dan alat pengarang untuk mewujudkan gagasannya sedangkan ekspresi merupakan proses atau kegiatan perwujudan gagasan itu sendiri (hlm.77). Itulah sebabnya gaya bahasa disebutkan sebagai cara, teknik, dan bentuk pengekrpesian suatu gagasan. Jika gaya bahasa merupakan cara dan alat, maka ekspresi merupakan kegiatan penyampaian, makna gagasan yang merupakan isi atau sumber dari keseluruhannya. Dengan demikian ada hubungan saling mempengaruhi antara gaya bahasa dengan gagasan yang disampaikan pengarang. Ekspresi pengarang yang berwujud gaya bahasa dalam karyanya bergantung pada gagasan atau ide yang ingin disampaikan, suasana hati pengarang, serta makna karya sastra itu sendiri. Sehingga keanekaragaman gaya bahasa itu akan berpengaruh terhadap penggambaran makna ataupun suasana penuturnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap pengarang mempunyai gaya bahasa yang berbeda-beda, meskipun mereka berangkat dari gagasan yang sama, akan tetapi bentuk penyampaian dalam gaya bahasa senantiasa berbeda. Implikasi gaya bahasa terhadap makna suatu karya sastra adalah gaya bahasa mampu menghadirkan berbagai commit to macam user nuansa makna, baik denotatif

24 digilib.uns.ac.id 8 maupun konotatif. Selain itu, gaya bahasa juga mampu menampilkan berbagai macam suasana penuturan misalnya suasana suka, duka, lara, sunyi, bahkan mampu membawa pembaca untuk menikmati suasana kontemplatif, religius, misterius, ambisius, dan sebagainya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan teknik yang digunakan seorang penulis dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan baik berbentuk lisan maupun tulisan dengan menggunakan bahasa yang khas sehingga dapat memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. b. Jenis-jenis Gaya Bahasa Tarigan (mengutip pendapat Perrin, 1990) membedakan gaya bahasa menjadi tiga. Gaya bahasa tersebut yaitu: (1) perbandingan yang meliputi metafora, kesamaan, dan analogi; (2) hubungan yang meliputi metonomia dan sinekdoke; (3) pernyataan yang meliputi hiperbola, litotes, dan ironi (Tarigan, 1995: 141). Sementara itu Moeliono (1989) membedakan gaya bahasa menjadi tiga. Gaya bahasa tersebut antara lain: (1) perbandingan yang meliputi perumpamaan metafora, dan penginsanan; (2) pertentangan yang meliputi hiperbola, litotes, dan ironi; (3) pertautan yang meliputi metonomia, sinekdoke, kilatan, dan eufemisme (hlm. 175). Mengenai jenis-jenis gaya bahasa Ade Nurdin, Yani Maryani, dan Mumu (2002) mereka berpendapat, Gaya bahasa dibagi menjadi lima golongan, yaitu: (1) gaya bahasa penegasan, yang meliputi repetisi, paralelisme; (2) gaya bahasa perbandingan, yang meliputi hiperbola, metonomia, personifikasi, perumpamaan, metafora, sinekdoke, alusio, simile, asosiasi, eufemisme, pars pro toto, epitet, eponym, dan hipalase; (3) gaya bahasa pertentangan mencakup paradoks, antithesis, litotes, oksimoron, hysteron, prosteron, dan okupasi; (4) gaya bahasa sidiran meliputi ironi, sinisme, innuendo, melosis, sarkasme, satire, dan antifarsis; (5) gaya bahasa perulangan meliputi aliterasi, antanaklasis, anaphora, anadiplosis, asonansi, simploke, nisodiplosis, epanalipsis, dan epuzeukis (hlm ). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa dapat dibedakan

25 digilib.uns.ac.id 9 menjadi lima kelompok, yaitu: (1) gaya bahasa perbandingan, (2) gaya bahasa perulangan, (3) gaya bahasa sindiran, (4) gaya bahasa pertentangan, (5) gaya bahasa penegasan. Berbeda dengan pendapat para ahli sebelumnya, Keraf (2009) membagi gaya bahasa menjadi dua klasifikasi yakni berdasarkan struktur kalimat dan berdasarkan ketidaklangsungan makna. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat meliputi: (1) klimaks, (2) antiklimaks, (3) paralelisme, (4) antitesis, dan (5) repetisi (epizeukiz, tautotes, anafora, episfora, simploke, mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis). Selanjutnya berdasarkan langsung tidaknya makna, dibedakan menjadi dua kelompok yakni gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris meliputi: (1) aliterasi, (2) asonansi, (3) anasfor (peterisiso), (4) apostrof, (5) asindenton, (6) polisidenton, (7) kiasmus, (8) elipsis, (9) eufemisme, (10) litotes, (11) histeron, (12) prosteron, (13) pleonasme, (14) tautologi, (15) perifrasis, (16) prolepsis (antisipasi), (17) erotesis (pertanyaan retoris), (18) silepsis, (19) zeugma, (20) koreksio (epanortosis), (21) hiperbola, (22) paradoks, dan (23) oksimoron. Sementara itu gaya bahasa kiasan meliputi: (1) persamaan atau simile, (2) metafora, (3) alegori, (4) parable, (5) fable, (6) personifikasi (prosopopoeia), (7) alusio, (8) eponim, (9) epitet, (10) sinekdoke, (11) metonimia, (12) antonomasia, (13) hipalase, (14) ironi, (15) sinisme, (16) sarkasme, (17) satire, (18) innuendo, dan (19) antifrasis. (hlm ). Adapun penjelasan masing-masing gaya bahasa di atas sebagai berikut: 1) Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat Mengenai gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, Keraf berpendapat, Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Yang dimaksud struktur kalimat adalah bagaimana sebuah kalimat menjadi tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut (2009: 124). Kalimat tersebut dibagi menjadi tiga kelompok yakni kalimat yang bersifat periodik, kalimat yang bersifat kendur, dan kalimat berimbang. Kalimat yang bersifat periodik, bila bagian yang terpenting atau gagasan yang mendapat penekanan ditempatkan pada akhir kalimat. Adapun commit kalimat to yang user bersifat kendur yakni bila bagian

26 digilib.uns.ac.id 10 kalimat yang mendapat penekanan ditempatkan pada awal kalimat, sedangkan kalimat berimbang adalah kalimat yang mengandung dua bagian kalimat atau lebih yang kedudukannya sama tinggi atau sederajat. Berikut jenis-jenis gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat : a) Klimaks Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Keraf (2009) berpendapat, Gaya bahasa klimaks mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya. (hlm. 124). Dengan demikian dapat dijelaskan klimaks adalah pemaparan pikiran atau hal berturut-turut dari sederhana dan kurang penting meningkat kepada hal atau gagasan yang penting atau kompleks. Contoh : Generasi muda dapat menyediakan, mencurahkan, mengorbankan seluruh jiwa raganya kepada bangsa. b) Antiklimaks Keraf (2009) berpendapat bahwa anti klimaks adalah gaya bahasa yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. (hlm. 124). Hal tersebut relevan dengan pendapat Hadi (2008) yang mengatakan bahwa anti klimaks juga dapat diartikan sebagai gaya bahasa kebalikan dari klimaks. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa antiklimaks adalah gaya bahasa yang susunan ungkapannya disusun makin lama makin menurun. (hlm.2) Contoh: Bukan hanya Kepala Sekolah dan Guru yang mengumpulkan dana untuk korban kerusuhan, para murid ikut menyumbang semampu mereka. c) Paralelisme Keraf berpendapat, Gaya bahasa paralelisme semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama commit (2009: to 126). user Jadi dapat dijelaskan bahwa

27 digilib.uns.ac.id 11 pararelisme adalah salah satu gaya bahasa yang berusaha mengulang kata atau yang menduduki fungsi gramatikal yang sama untuk mencapai suatu kesejajaran. Contoh: Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas. d) Antitesis Keraf (2009) berpendapat bahwa antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan. (hlm. 126). Sejalan dengan pendapat tersebut Hadi (2008) juga berpendapat bahwa antitesis dapat diartikan dengan gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang berlawanan. (hlm. 7). Jadi dapat disimpulkan bahwa antitesis adalah gaya bahasa yang kata-katanya merupakan dua hal yang bertentangan. Contoh: Suka duka kita akan selalu bersama. e) Repetisi Keraf berpendapat bahwa repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang nyata (2009: 127). Hal tersebut senada dengan pendapat Hadi (2008) yang mengatakan repetisi sebagai sebuah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali yang biasanya dipergunakan dalam pidato. (hlm. 2). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa repetisi adalah gaya bahasa yang mengulang kata-kata sebagai suatu penegasan terhadap maksudnya. Contoh: Kita junjung dia sebagai pemimpin, kita junjung dia sebagai pelindung. Repetisi seperti halnya dengan paralelisme dan antitesis, lahir dari kalimat berimbang. Karena nilainya dalam oratori dianggap tinggi, maka para orator menciptakan bermacam-macam repetisi yang pada prinsipnya didasarkan pada pengulangan commit kata-kata to user dalam baris, klausa, atau kalimat.

28 digilib.uns.ac.id 12 Berikut beberapa gaya bahasa yang termasuk dalam klasifikasi gaya bahasa repetisi: (a) Epizeuksis Keraf (2009) berpendapat bahwa yang dinamakan epizeukis adalah repetisi yang bersifat langsung, artinya kata-kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut. (hlm. 127). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa epizeukis adalah pengulangan kata yang bersifat langsung secara berturut-turut untuk menegaskan maksud. Contoh: Mari kita berjuang, berjuang, dan terus berjuang untuk negara ini (b) Tautotes Keraf (2009) berpendapat bahwa tautotes merupakan sebuah acuan kata yang berulang-ulang dalam sebuah konstruksi. (hlm. 127). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tautotes merupakan pengulangan kata yang sifatnya saling bertautan untuk memberikan penegasan maksud.. Contoh : Kau menuding aku, aku menuding kau, kau dan aku berseteru (c) Anafora Keraf (2009) berpendapat bahwa anafora adalah repetisi yang berwujud pengulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya. (hlm. 127). Contoh: Kita tidak boleh lengah, Kita tidak boleh kalah. Kita harus tetap semangat. (d) Epistrofa Keraf (2009) berpendapat bahwa epistrofa adalah pengulangan kata atau frase pada akhir baris atau kalimat berturut-turut. (hlm. 128) Contoh: Bumi yang kaudiami, laut yang kaulayari adalah puisi Udara yang kauhirupi, commit air yang to kaiteguki user adalah puisi

29 digilib.uns.ac.id 13 Kebun yang kautanami, bukit yang kaugunduli adalah puisi Gubuk yang kauratapi, gedung yang kautinggali adalah puisi. (e) Simploke Keraf berpendapat bahwa simploke merupakan repetisi pada awal dan akhir beberapa baris dan kalimat berturut-turut. (2009: 128) Contoh : Kamu bilang hidup ini brengsek. Aku bilang biarin Kamu bilang hidup ini nggak punya arti. Aku bilang biarin (f) Mesodiplosis Keraf (2009) berpendapat bahwa mesodiplosis adalah repetisi di tengah-tengah baris atau beberapa kalimat berurutan. (hlm. 128). Contoh: Pegawai kecil jangan mencuri kertas karbon Babu-babu jangan mencuri tulang-tulang ayam goreng Para pembesar jangan mencuri bensin Gadis-gadis jangan mencuri perawannya sendiri.. (g) Epanelepsis Keraf (2009) berpendapat, Epanalepsis adalah pengulangan yang berwujud kata terakhir dari baris, klausa, atau kalimat mengulang kata pertama (hlm. 128). Hal tersebut senada dengan pendapat Ade Nurdin, Yani Maryani, Mumu (2002) menjelaskan bahwa epanalipsis adalah gaya bahasa repetisi kata terakhir pada akhir kalimat atau klausa (hlm. 30). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa epanalipsis adalah pengulangan kata pertama untuk ditempatkan pada akhir baris dari suatu kalimat. Contoh: kita gunakan akal dan perasaan kita. (h) Anadiplosis Keraf (2009) berpendapat bahwa anadiplosis adalah kata atau frasa terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa pertama dari klausa atau commit kalimat to user berikutnya (hlm. 128). Hal tersebut

30 digilib.uns.ac.id 14 relevan dengan pendapat Ade Nurdin, Yani Maryani, dan Mumu (2002) mengatakan anadiplosis adalah gaya bahasa yang selalu mengulang kata terakhir atau frase terakhir dalam suatu kalimat atau frase pertama dari klausa dalam kalimat berikutnya. (hlm. 28) Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anadiplosis adalah gaya bahasa yang mengulang kata pertama dari suatu kalimat menjadi kata terakhir. Contoh: dalam hati ada rasa, dalam rasa ada cinta, dalam cinta, ada apa. 2) Gaya Bahasa Berdasarkan Ketidaklangsungan Makna Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna diukur dari langsung tidaknya makna. Hal ini berarti apakah acuan yang digunakan masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan. Jika acuan yang digunakan itu masih mempertahankan makna dasar, maka bahasa itu masih bersifat polos. Namun bila sudah ada perubahan makna, atau sudah ada penyimpangan jauh dari makna denotatifnya maka gaya bahasa tersebut dianggap sudah memiliki gaya berdasarkan ketidaklangsungan makna ini. Gaya bahasa ini biasanya disebut trope atau figure of speech, yang terbagi menjadi dua kelompok yakni gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Berikut penjelasan mengenai gaya bahasa tersebut: a) Gaya Bahasa Retoris Keraf berpendapat bahwa gaya bahasa retoris semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu. (2009: 129). Penyimpangan ini bisa dalam bentuk ejaan, pembentukan kata, konstruksi pada kalimat, klausa, dan frase, serta dalam bentuk aplikasi sebuah istilah untuk memperoleh kejelasan, penekanan, atau sesuatu efek yang lain. Adapun gaya bahasa yang termasuk kelompok gaya bahasa retoris antara lain:

31 digilib.uns.ac.id 15 (1) Aliterasi Mengenai gaya bahasa aliterasi Keraf (2009) berpendapat bahwa aliterasi semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, meskipun terkadang ditemukan dalam prosa untuk memperindah serta memberikan efek penekanan (hlm. 130) Contoh : Takut titik lalu tumpah Keras-keras kerak kena air lembut juga (2) Asonansi Keraf berpendapat bahwa asonansi semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, meskipun terkadang ditemukan dalam prosa untuk memperindah serta memberikan efek penekanan (2009: 130) Contoh : Ini luka penuh luka siapa punya Kura-kura dalam perahu pura-pura tidak tahu (3) Anastrof Keraf (2009) berpendapat bahwa anastrof atau inversi semacam gaya bahasa retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. (hlm. 130) Contoh : Pergilah ia meninggalkan kami, keheran kami melihat perangainya. Bersorak-sorak orang di tepi jalan memukul beragam bunyi-bunyian melalui gerbang dihiasi bunga (4) Apofasis atau Preterisio Mengenai apofasis atau preterisio Keraf (2009) berpendapat gaya tersebut merupakan sebuah gaya dimana pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal. Berpura-pura membiarkan sesuatu berlalu, namun sebenarnya ia menekankan hal itu, berpura-

32 digilib.uns.ac.id 16 pura melindungi atau menyembunyikan sesuatu, tetapi sebenarnya memamerkannya. (hlm. 130) Contoh : Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa Saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara. (5) Apostrof Keraf (2009) berpendapat bahwa gaya bahasa apostrof merupakan bentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir (hlm. 131). Cara ini biasanya digunakan oleh orator klasik yang mengarahkan pembicaraannya langsung kepada sesutu yang tidak hadir, kepada barang atau obyek khayalan atau sesuatu yang abstrak. Contoh : Hai kamu dewa-dewa yang berada di surga, datanglah dan bebaskanlah kami dari belenggu penindasan ini. (6) Asindeton Keraf berpendapat bahwa asindeton adalah gaya bahasa yang berupa acuan, yang bersifat padat, mapat, dan beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan dengan koma (2009: 131). Contoh : Dan kesesakan, kepedihan, kesakitan, seribu derita, detik-detik penghabisan, orang melepaskan nyawa (7) Polisindeton Keraf (2009) mengatakan bahwa polisindeton merupakan kebalikan dari asindeton. Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan dengan kata sambung (hlm. 131). Contoh: Dan ke manakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pada gelap dan dingin yang bakal merontokkan bulubulunya.

33 digilib.uns.ac.id 17 (8) Kiasmus Keraf (2009) mengatakan bahwa kiasmus semacam gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik frasa atau klausa yang sifatnya berimbang dan dipertentangkan satu sama lain. Namun susunan frasa atau klausanya itu terbalik jika dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya (hlm. 132). Contoh : Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan usaha itu. (9) Elipsis Keraf (2009) mengatakan bahwa elipsis merupakan suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca (hlm. 132). Contoh : Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apaapa, badanmu sehat, tetapi psikis... (10) Eufemismus Keraf (2009) berpendapat bahwa eufemisme adalah acuan berupa ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan acuanacuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan atau menyugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan (hlm. 132). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa eufemisme adalah gaya bahasa yang berusaha menggunakan ungkapan-ungkapan lain dengan maksud memperhalus. Contoh: Kaum tuna wisma makin bertambah saja di kotaku. (11) Litotes Keraf (2009) berpendapat, Litotes merupakan gaya bahasa yang menyatakan sesuatu commit dengan to user tujuan merendahkan diri (hlm.

34 digilib.uns.ac.id ). Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan yang sebenarnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bagas yang menyatakan bahwa bahwa litotes dapat diartikan sebagai ungkapan berupa mengecilkan fakta dengan tujuan merendahkan diri (2007: 1). Dapat disimpulkan bahwa litotes adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan dikurangi (dikecilkan) dari makna yang sebenarnya. Contoh: Mampirlah ke gubug saya (rumah) (12) Histeron Proteron Mengenai gaya bahasa histeron prosteron Keraf berpendapat, Gaya bahasa histeron prosteron merupakan gaya bahasa yang menyatakan makna kebalikan dari sesuatu yang logis atau dari kenyataan yang ada (2009: 133). Jadi dapat dikatakan bahwa histeron prosteron adalah gaya bahasa yang menyatakan makna kebalikannya yang dianggap bertentangan dengan kenyataan yang ada. Contoh: Jalan kalian sangat lambat seperti kuda jantan. (13) Pleonasme Keraf (2009) berpendapat bahwa pleonasme adalah semacam acuan yang mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu gagasan atau pikiran. Apabila kata yang berlebihan tersebut dihilangkan maka tidak mengubah makna atau arti. (hlm. 133). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa pleonasme menggunakan dua kata yang sama arti sekaligus, tetapi sebenarnya tidak perlu, baik untuk penegas arti maupun hanya sebagai gaya. Contoh: Saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri. (14) Perifrasis Mengenai gaya bahasa perifrasis, Keraf berpendapat Gaya bahasa perifrasis mirip dengan pleonasme yakni menggunakan kata lebih banyak dari yang commit diperlukan, to user perbedaannya terletak pada, kata-

35 digilib.uns.ac.id 19 kata yang berlebihan itu sebenarnya dapat diganti dengan satu kata saja (hlm. 134). Contoh : Ia telah berisitirahat dengan damai Kalimat yang dicetak miring tersebut dapat diganti dengan satu kata yakni meninggal (15) Prolepsis atau Antisipasi Keraf (2009) mengatakan bahwa prolepsis atau antisipasi merupakan gaya bahasa di mana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi. (hlm. 134) Contoh : Kedua orang itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu (16) Eoretis atau Pertanyaan Retoris Mengenai gaya bahasa eoretis atau pertanyaan retoris, Keraf mengatakan bahwa gaya bahasa itu semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam, penekanan yang wajar, dan tidak menghendaki adanya suatu jawaban. (2009: 134) Contoh : Rayatkah yang harus menanggung akibat semua korupsi dan manipulasi di negara ini? (17) Silepsis dan Zeugma Mengenai gaya bahasa silepsis dan zeugma, Keraf (2009) berpendapat, Kedua gaya bahasa tersebut mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya yang mempunyai hubungan dengan kata pertama. (hlm. 135). Misalnya dalam silepsis, konstruksi yang dipergunakan itu secara gramatikal benar, tetapi commit secara to semantik user tidak benar.

36 digilib.uns.ac.id 20 Contoh : Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya. Konstruksi yang lengkap adalah kehilangan topi dan kehilangan semangat, yang satu bermakna denotasional yang lain bermakna kiasan. Misalnya dalam zeugma kata yang dipakai untuk membawahi kedua kata berikutnya sebenarnya hanya cocok untuk salah satu kata tersebut (baik secara logis maupun secara gramatikal) Contoh : Dengan membelalakkan mata dan telinganya, ia mengusir orang itu (18) Koreksio atau Epanortosis Keraf (2009) berpendapat bahwa gaya bahasa koreksio atau epanortosis adalah suatu gaya yang berwujud mula-mula menegaskan sesuatu tetapi kemudian memperbaikinya. (hlm. 135) Contoh : Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah, bukan, sudah lima kali. (19) Hiperbola Keraf (2009) berpendapat bahwa hiperbola yaitu semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan suatu hal. (hlm. 135). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Maulana (2008) yang mengatakan bahwa hiperbola semacam sepatah kata yang diganti dengan kata lain yang memberikan pengertian lebih hebat dari pada kenyataan. (hlm.2) Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebihan dari kenyataan. Contoh: Hatiku hancur mengenang dikau, berkeping-keping jadinya. (20) Paradoks Keraf (2009) mengemukakan bahwa paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang ada dengan fakta-

37 digilib.uns.ac.id 21 fakta yang ada (hlm. 136). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa paradoks adalah gaya bahasa yang kata-katanya mengandung pertentangan dengan fakta yang ada. Contoh: Musuh sering merupakan kawan yang akrab. (21) Oksimoron Keraf (2009) berpendapat bahwa oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan. (hlm. 136). Gaya bahasa tersebut mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama. Sifatnya lebih padat dan tajam dari paradoks. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa oksimoron adalah gaya bahasa yang menyatakan dua hal yang bagian-bagiannya saling bertentangan. Contoh: Keramah-tamahan yang bengis Itu sudah menjadi rahasia umum. b) Gaya Bahasa Kiasan Gaya bahasa kiasan juga termasuk bagian dari gaya bahasa yang didasarkan pada ketidaklangsungan makna. Hal ini berarti gaya bahasa ini mengalami penyimpangan khususnya dalam bidang makna. Keraf (2009) berpendapat bahwa gaya bahasa kiasan ini pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan. (hlm. 136). Adapun gaya bahasa yang termasuk kelompok gaya bahasa retoris antara lain: (1) Simile atau perumpamaan Mengenai gaya bahasa simile atau perumpamaan, Keraf berpendapat, Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit atau langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain (2009: 138). Hal tersebut relevan dengan pendapat Pradopo (2010) bahwa perumpamaan atau simile dapat diartikan sebagai suatu bahasa kiasan yang commit menyamakan to user satu hal dengan hal lain

38 digilib.uns.ac.id 22 menggunakan kata pembanding misalnya: seperti, bagai, sebagai, bak, semisal, seumpama, laksana, sepantun, se, dan kata-kata pembanding yang lain. (hlm. 62) Contoh: Setiap hari tanpamu laksana buku tanpa halaman. (2) Metafora Keraf berpendapat bahwa metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal yang secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat (2009: 139). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Maulana (2008) yang mengatakan bahwa metafora merupakan majas yang memperbandingkan suatu benda dengan benda lain. Kedua benda yang diperbandingkan itu mempunyai sifat yang sama. (hlm.1) Metafora mempunyai kemiripan dengan simile. Pada prosesnya metafora merupakan simile yang disederhanakan bentuknya sehingga tidak lagi menggunakan kata-kata tugas tertentu untuk pengungkapannya. Hal ini senada dengan pernyataan Margriet Ruurts (2010) yang menyatakan: Simile and metaphor. What is the difference? In a simile you compare something (a feeling, an object) to something else by using the word like or as. For example, The rolling thunder sounded like the roar of a lion. Metaphor is a figure of speech in which you also compare but don t actually mention the original concept: The tree s arms reached for the sky. (hlm. 1). Simile dan metapora. Apa yang membedakan keduanya? Dalam sebuah simile kamu membandingkan sesuatu (sebuah perasaan atau sebuah benda) dengan sesuatu yang lain melalui penggunaan kata seperti atau bagai. Sebagai contoh, Gulungan itu bergemuruh seperti suara auman singa. Metafora merupakan gaya bahasa yang membandingkan sesuatu tetapi tidak langsung menyebutkan pengertian atau konsep yang sebenarnya. Sebagai contoh, Cabang pohon menyentuh langit, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan secara implisit yang tersusun singkat, padat, dan rapi. Contoh: Gelombang kenangan commit membanting to user diri

39 digilib.uns.ac.id 23 (3) Alegori Keraf (2009) berpendapat bahwa alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh. (hlm. 140). Gaya bahasa ini juga mengandung ajaran moral. Alegori biasanya berbentuk suatu cerita singkat yang mengandung kiasan. Makna kiasan ini harus ditarik dari bawah permukaan ceritanya. Contoh: Hati-hatilah kamu dalam mendayung bahtera rumah tangga, mengarungi lautan kehidupan yang penuh dengan badai dan gelombang. Apabila suami istri, antara nahkoda dan jurumudinya itu seia sekata dalam melayarkan bahteranya, niscaya ia akan sampai ke pulau tujuan. (4) Personifikasi Keraf (2009) berpendapat bahwa personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. (hlm. 140). Hal senada juga dikatakan Maulana bahwa personifikasi juga dapat diartikan sebagai majas yang menerapakan sifat-sifat manusia terhadap benda mati (2008: 1). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa personifikasi adalah gaya bahasa yang memperamalkan benda-benda mati seolah-olah hidup atau mempunyai sifat kemanusiaan. Contoh: Pohon melambai-lambai diterpa angin. (5) Alusio Keraf (2009) berpendapat bahwa alusi adalah acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antar orang, tempat, atau peristiwa. (hlm. 141). Dari pendapat di tersebut dapat disimpulkan bahwa alusi adalah gaya bahasa yang menunjuk sesuatu secara tidak langsung kesamaan antara orang, commit peristiwa to user atau tempat.

40 digilib.uns.ac.id 24 Contoh: Bandung adalah Paris Jawa Kartini kecil itu turut memperjuangkan persamaan haknya. (6) Eponim Keraf (2009) menjelaskan bahwa eponim adalah suatu gaya bahasa di mana seseorang yang namanya begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat. (hlm. 141). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa eponim adalah pemakaian nama seseorang yang dihubungkan berdasarkan sifat yang sudah melekat padanya. Contoh: Kecantikannya bagai Cleopatra. (7) Epitet Keraf (2009) berpendapat bahwa epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal. (hlm. 141). Keterangan itu adalah suatu frasa deskriptif yang menjelaskan atau menggantikan nama seseorang atau suatu barang. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan epitet adalah gaya bahasa berwujud seseorang atau suatu benda tertentu sehingga namanya dipakai untuk menyatakan sifat itu. Contoh: Raja siang sudah muncul, dia belum bangun juga (matahari). (8) Sinekdoke Keraf (2009) berpendapat bahwa sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari suatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte). (hlm. 142) Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pradopo (mengutip pendapat Altenbernd, 1970) mengatakan sinekdoke sebagai bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting dari suatu benda atau hal untuk benda atau hal itu commit sendiri to (Pradopo, user 2010: 78). Dari pendapat di

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Chaer,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilakan penelitian data dan

Lebih terperinci

KAJIAN STILISTIKA DALAM KUMPULAN CERPEN KARYA TERE LIYE SKRIPSI. Oleh: MEKAR SARI DYAH AYU P.W K

KAJIAN STILISTIKA DALAM KUMPULAN CERPEN KARYA TERE LIYE SKRIPSI. Oleh: MEKAR SARI DYAH AYU P.W K KAJIAN STILISTIKA DALAM KUMPULAN CERPEN KARYA TERE LIYE SKRIPSI Oleh: MEKAR SARI DYAH AYU P.W K1209041 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2013 i ii KAJIAN STILISTIKA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena data pada penelitian ini merupakan fenomena sosial. Penelitian

Lebih terperinci

N NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA

N NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA N NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE: Tinjauan Struktural, Nilai Pendidikan, dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sekolah Menengah Atas di Surakarta SKRIPSI Oleh: Yanuri Natalia Sunata K1209075

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengetahui dan mengerti maksud sebuah tulisan merupakan tujuan utama dalam membaca karya sastra. Karya sastra dibuat oleh pengarang karena adanya maksud atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan 1 I. PENDAHULUAN Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan mengenai latar belakang penelitian mengenai gaya bahasa dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S. Rendra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lokalitas dalam bahasa menunjukan identitas budaya yang dipakai dalam konteks sebuah komunitas bahasa dalam hal ini masyakat Minangkabau. Lokalitas dalam konteks

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain (KBBI, 2003: 588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain (KBBI, 2003: 588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada di luar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan oleh : EMA WIDIYAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa dan sastra dikatakan seperti dua sisi mata uang, keduanya tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif sering disebut penelitian naturalistik

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA FIGURATIF DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN SERTA RELEVANSINYA

PENGGUNAAN BAHASA FIGURATIF DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN SERTA RELEVANSINYA PENGGUNAAN BAHASA FIGURATIF DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN SERTA RELEVANSINYA TERHADAP MATERI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP SKRIPSI Oleh : Annisa

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO Jurnal Publikasi Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG

KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI: KAJIAN STILISTIKA, NILAI PENDIDIKAN, DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN CERPEN DI KELAS XI SMA SKRIPSI Oleh: FEBRYANA SAPTA ASTITI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang sangat signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya bahasa, manusia tidak dapat mengungkapkan perasaan, menyampaikan keinginan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Setelah terkumpul landasan teoretis dan kerangka berpikir pada bab sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah metode. Metode digunakan untuk menyederhanakan

Lebih terperinci

Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat

Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat Jawa dan perpaduan antara Jawa dan Prancis. Perpaduan budaya tersebut berdampak memperkaya bahasa yang digunakan

Lebih terperinci

MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA)

MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA) gaya bahasa (majas) - 1 - MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA) 1. Klimaks Adalah semacam gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang dituntut semakin lama semakin meningkat. Contoh : Kesengsaraan membuahkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer. Pertama,

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer. Pertama, 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer Karya Pramoedya Ananta Toer sudah pernah dikaji oleh beberapa mahasiswa. Berikut ini kajian yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015) 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan memberikan pemaparan mengenai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk

Lebih terperinci

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota masyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan pesan dari dalam diri manusia yang berupa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa dan sastra dikatakan seperti dua sisi mata uang, keduanya tidak biasa dipisahkan

Lebih terperinci

KARYA AYU UTAMI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA,

KARYA AYU UTAMI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA, NOVEL LARUNG KARYA AYU UTAMI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA, NILAI PENDIDIKAN, DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Oleh : NEZARA IMASTUTI NIM K1210036 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Laelyana Hardini K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA April 2014

Laelyana Hardini K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA April 2014 KAJIAN STILISTIKA ANTOLOGI PUISI BAJU BULAN KARYA JOKO PINURBO SKRIPSI Oleh : Laelyana Hardini K1210033 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA April 2014 commit to user

Lebih terperinci

PEMANFAATAN GAYA BAHASA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE. SKRIPSI Oleh :

PEMANFAATAN GAYA BAHASA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE. SKRIPSI Oleh : 1 PEMANFAATAN GAYA BAHASA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE SKRIPSI Oleh : VINA ESTI SURYANI X1206062 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VII WAHANA PENGETAHUAN

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VII WAHANA PENGETAHUAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VII WAHANA PENGETAHUAN SKRIPSI Oleh: RIO DEVILITO K1210048 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)

NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI Oleh: UMI LAELY LUTFIANA K1209069 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

NOVEL LALITA KARYA AYU UTAMI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN

NOVEL LALITA KARYA AYU UTAMI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL LALITA KARYA AYU UTAMI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN SKRIPSI Oleh: INTAN SARASWATI K1209035 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2013 NOVEL

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Lirik Lagu Sebagai Genre Sastra Lirik mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono

Lebih terperinci

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN 2.1 Gaya Bahasa 2.1.1 Pengertian Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam bertutur atau menulis, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Mei Arisman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK) KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN MASALAH SOSIAL DALAM NOVEL SEKAR KARYA MARIA A. SARDJONO DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA SKRIPSI.

KAJIAN MASALAH SOSIAL DALAM NOVEL SEKAR KARYA MARIA A. SARDJONO DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA SKRIPSI. KAJIAN MASALAH SOSIAL DALAM NOVEL SEKAR KARYA MARIA A. SARDJONO DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA SKRIPSI Oleh: MERPHATY SUKMA WARDHANI K1205026 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

NOVEL GENI JORA DAN MATARAISA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY (KAJIAN KESETARAAN GENDER DAN NILAI PENDIDIKAN)

NOVEL GENI JORA DAN MATARAISA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY (KAJIAN KESETARAAN GENDER DAN NILAI PENDIDIKAN) NOVEL GENI JORA DAN MATARAISA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY (KAJIAN KESETARAAN GENDER DAN NILAI PENDIDIKAN) SKRIPSI Oleh: ZURNI MASRUROTIN K1209078 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di kalangan masyarakat sampai saat ini. Puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena kemajuan masyarakat

Lebih terperinci

CITRA WANITA JAWA DALAM NOVEL MIMI LAN MINTUNA KARYA REMY SYLADO (KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS)

CITRA WANITA JAWA DALAM NOVEL MIMI LAN MINTUNA KARYA REMY SYLADO (KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS) CITRA WANITA JAWA DALAM NOVEL MIMI LAN MINTUNA KARYA REMY SYLADO (KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS) SKRIPSI Oleh : Fitri Rahmawaty K1209030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangsari memiliki beberapa upacara adat Jawa, salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangsari memiliki beberapa upacara adat Jawa, salah satu di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Karangsari memiliki beberapa upacara adat Jawa, salah satu di antaranya yaitu upacara perkawinan adat Jawa. Perkawinan adat Jawa memiliki berbagai bentuk upacara

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DALAM SELOKO TUNJUK AJAR TEGUR SAPO UPACARA ADAT PERNIKAHAN DI KELURAHAN SENGETI KECAMATAN SEKERNAN KABUPATEN,UARO JAMBI SKRIPSI OLEH

GAYA BAHASA DALAM SELOKO TUNJUK AJAR TEGUR SAPO UPACARA ADAT PERNIKAHAN DI KELURAHAN SENGETI KECAMATAN SEKERNAN KABUPATEN,UARO JAMBI SKRIPSI OLEH GAYA BAHASA DALAM SELOKO TUNJUK AJAR TEGUR SAPO UPACARA ADAT PERNIKAHAN DI KELURAHAN SENGETI KECAMATAN SEKERNAN KABUPATEN,UARO JAMBI SKRIPSI OLEH AGUSTIRANDA HERU SAPUTRA NIM RRA1B109028 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya puisi pasti tidak akan terlepas dari peran sebuah bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. karya puisi pasti tidak akan terlepas dari peran sebuah bahasa. Bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam potensi dan kreativitas dalam berimajinasi. Dalam menuangkan kemampuannya, manusia memiliki cara yang bervariasi dan beragam jenisnnya.

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DALAM CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI

GAYA BAHASA DALAM CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI 1 GAYA BAHASA DALAM CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI Akmaliatus Saida 1 Wahyudi Siswanto 2 Heri Suwignyo 2 E-mail: misscute_71p@yahoo.com Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang 65145 ABSTRACT

Lebih terperinci

BABII LANDASAN TEORI. secara indah (Keraf, 2002: 112). Secara singkat (Tarigan, 2009:4) mengemukakan bahwa

BABII LANDASAN TEORI. secara indah (Keraf, 2002: 112). Secara singkat (Tarigan, 2009:4) mengemukakan bahwa BABII LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Bahasa Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengam istilah style. Kata style diturunkan dari bahasa latin stylus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Pada

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK GAGASAN PADA HARIAN SOLOPOS DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMA

ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK GAGASAN PADA HARIAN SOLOPOS DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMA ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK GAGASAN PADA HARIAN SOLOPOS DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMA SKRIPSI Oleh: YANUAR BAGAS ARWANSYAH K1210059 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERANTI KOHESI DAN KOHERENSI PADA TULISAN NARASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS PERANTI KOHESI DAN KOHERENSI PADA TULISAN NARASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS PERANTI KOHESI DAN KOHERENSI PADA TULISAN NARASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : TITIK MINDARTI K1209067 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

ANALISIS STILISTIKA DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG KARYA AKMAL NASERY BASRAL

ANALISIS STILISTIKA DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG KARYA AKMAL NASERY BASRAL ANALISIS STILISTIKA DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG KARYA AKMAL NASERY BASRAL SKRIPSI Oleh: RATIH MUSTIKA DEWI K1208037 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS DALAM KARANGAN CERPEN SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS DEIKSIS DALAM KARANGAN CERPEN SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS DEIKSIS DALAM KARANGAN CERPEN SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: Erdi Sunarwan K1209024 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

ANALISIS TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

ANALISIS TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER ANALISIS TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI AJAR APRESIASI SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) SKRIPSI

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA IKLAN ELEKTRONIK PRODUK KOSMETIK. Fadlun Al fitri

ANALISIS GAYA BAHASA IKLAN ELEKTRONIK PRODUK KOSMETIK. Fadlun Al fitri Telangkai Bahasa dan Sastra, April 2014, 108-116 Copyright 2014, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266 Tahun ke-8, No 1 ANALISIS GAYA BAHASA IKLAN ELEKTRONIK PRODUK KOSMETIK Fadlun Al fitri

Lebih terperinci

TEMA DAN GAYA BAHASA KARYA HAJI ABDUL MALIK

TEMA DAN GAYA BAHASA KARYA HAJI ABDUL MALIK TEMA DAN GAYA BAHASA MENJEMPUT TUAH MENJUNJUNG MARWAH KARYA HAJI ABDUL MALIK ARTIKEL E-JOURNAL Oleh Fatih Muftih NIM 090388201097 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTER TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG

ANALISIS KARAKTER TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG ANALISIS KARAKTER TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG KARYA TERE LIYE SERTA KESESUAIANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Tinjauan Pustaka 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR A. Tinjauan Pustaka Hasil penelitian sebelumnya yang relevan dan dapat dijadikan acuan serta masukan untuk penelitian ini sebagai berikut.

Lebih terperinci

KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM LAPORAN OBSERVASI PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN PADA MAHASISWA MATEMATIKA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM LAPORAN OBSERVASI PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN PADA MAHASISWA MATEMATIKA UNIVERSITAS SEBELAS MARET KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM LAPORAN OBSERVASI PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN PADA MAHASISWA MATEMATIKA UNIVERSITAS SEBELAS MARET Skripsi Oleh: YEYEN ZAKIAH NUR ROSIDAH NIM K1210061 FAKULTAS

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL 9 dari NADIRA KARYA LEILA S. CHUDORI

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL 9 dari NADIRA KARYA LEILA S. CHUDORI KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL 9 dari NADIRA KARYA LEILA S. CHUDORI SKRIPSI Oleh: LINA SUPRAPTO K1209039 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM ACARA PAS MANTAB DI TRANS 7 ( KAJIAN PRAGMATIK )

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM ACARA PAS MANTAB DI TRANS 7 ( KAJIAN PRAGMATIK ) PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM ACARA PAS MANTAB DI TRANS 7 ( KAJIAN PRAGMATIK ) SKRIPSI Oleh: AIDA MESSAYU ALFIA K1209004 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AFMAD FUADI (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN)

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AFMAD FUADI (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN) ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AFMAD FUADI (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN) SKRIPSI Disusun Oleh: K1210058 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Ulin Niswah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adi_Jaddati@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR P ISSN 2614-624X E ISSN 2614-6231 DOI: http://dx.doi.org/10.22460/p.v1i2p%25p.193 ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR Risma Despryanti 1, Riska Desyana 2, Amalia Siddiqa Rahayu 3, Yeni

Lebih terperinci

KUMPULAN CERPEN LEONTIN DEWANGGA KARYA MARTIN ALEIDA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN)

KUMPULAN CERPEN LEONTIN DEWANGGA KARYA MARTIN ALEIDA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN) KUMPULAN CERPEN LEONTIN DEWANGGA KARYA MARTIN ALEIDA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN) SKRIPSI Oleh : CAHYANI MUKTI PAMUJI K1210016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan Sastra sering kali dihubungkan sebagai suatu kata atau kalimat yang mengandung berbagai makna atau banyak makna yang sangat sulit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. fiksi yaitu cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan karya naratif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. fiksi yaitu cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan karya naratif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karya Sastra Fiksi dan Nonfiksi Karya sastra terbagi menjadi dua yaitu, karya sastra fiksi dan karya sastra nonfiksi. Karya sastra fiksi yaitu cerita rekaan atau cerita khayalan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang bersifat estetik. Hasil ciptaan itu menjadi sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang bersifat estetik. Hasil ciptaan itu menjadi sebuah karya sastra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa. Pada hakikatnya karya sastra merupakan karya seni yang bersifat kreatif. Artinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau penyucian jiwa pada pembacanya, yaitu setiap orang yang intens membaca

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau penyucian jiwa pada pembacanya, yaitu setiap orang yang intens membaca 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aristoteles menyatakan bahwa karya sastra itu bisa memberikan katarsis atau penyucian jiwa pada pembacanya, yaitu setiap orang yang intens membaca karya sastra

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Diksi dan Gaya Bahasa Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye. Oleh: ROSA MAULIDYA

ARTIKEL PENELITIAN. Diksi dan Gaya Bahasa Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye. Oleh: ROSA MAULIDYA ARTIKEL PENELITIAN Diksi dan Gaya Bahasa Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye Oleh: ROSA MAULIDYA 0910013111201 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian dengan menggunakan kajian stilistika yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian dengan menggunakan kajian stilistika yaitu: 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang gaya bahasa telah dilakukan oleh beberapa peneliti lain dengan objek penelitian yang berbeda. Berikut ini merupakan beberapa contoh penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide, gagasan, ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut akan senantiasa

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA

KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA SKRIPSI Oleh: SYARIFUDIN K1209066 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli

Lebih terperinci

KONFLIK BATIN TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL 2 KARYA DONNY DHIRGANTORO

KONFLIK BATIN TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL 2 KARYA DONNY DHIRGANTORO KONFLIK BATIN TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL 2 KARYA DONNY DHIRGANTORO SKRIPSI Oleh: NOVA AYU WULANDARI K1209049 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK NEGERI 6 SURAKARTA (STUDI KASUS) SKRIPSI. Oleh: Agus Yuliyanto K

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK NEGERI 6 SURAKARTA (STUDI KASUS) SKRIPSI. Oleh: Agus Yuliyanto K IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK NEGERI 6 SURAKARTA (STUDI KASUS) SKRIPSI Oleh: Agus Yuliyanto K1210003 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL E-JOURNAL

ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL E-JOURNAL ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk mememenuhi sebagian persyaratan memeperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.

Lebih terperinci

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL RUMAH TANPA JENDELA KARYA ASMA NADIA SKRIPSI. Oleh: SATRIYO JATI WASKITHO K

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL RUMAH TANPA JENDELA KARYA ASMA NADIA SKRIPSI. Oleh: SATRIYO JATI WASKITHO K KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL RUMAH TANPA JENDELA KARYA ASMA NADIA SKRIPSI Oleh: SATRIYO JATI WASKITHO K1209063 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI SUATU CERITA DARI NEGERI ANGIN KARYA AGUS R SARJONO SKRIPSI. Slamet Ari Wibowo NIM

DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI SUATU CERITA DARI NEGERI ANGIN KARYA AGUS R SARJONO SKRIPSI. Slamet Ari Wibowo NIM DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI SUATU CERITA DARI NEGERI ANGIN KARYA AGUS R SARJONO SKRIPSI Slamet Ari Wibowo NIM 070210402089 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan. Ada beberapa buku yang dipakai dalam memahami dan mendukung penelitian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KURIKULUM 2013 (Studi Kasus di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KURIKULUM 2013 (Studi Kasus di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta) IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KURIKULUM 2013 (Studi Kasus di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta) SKRIPSI Oleh: INDRI KUSUMA WARDANI K1210030 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sastra. Pemakaian bahasa dalam karya sastra mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sastra. Pemakaian bahasa dalam karya sastra mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya dan kegiatan seni yang berhubungan dengan ekspresi dan penciptaan. Media utama dalam karya sastra adalah bahasa, sehingga tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU TEMBANG KENANGAN CIPTAAN KOES PLUS

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU TEMBANG KENANGAN CIPTAAN KOES PLUS ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU TEMBANG KENANGAN CIPTAAN KOES PLUS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA

KRITIK SOSIAL DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA KRITIK SOSIAL DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Oleh: USWAH ELMA ADISIANNISA K1209070 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan BAB II LANDASAN TEORI Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan Alternatif Penerapannya dalam Pembelajaran Gaya Bahasa Puisi di SMA Kelas X Semester I berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA, NILAI BUDAYA, DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL CANTING KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO

SKRIPSI ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA, NILAI BUDAYA, DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL CANTING KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO SKRIPSI ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA, NILAI BUDAYA, DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL CANTING KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO Oleh: YUANISAK KHOIRU LUKISARI K1208053 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA, NILAI KARAKTER, DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA, NILAI KARAKTER, DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NOVEL CANTING KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA, NILAI KARAKTER, DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Oleh: M. TRI ATMOJO K1211035 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMK

GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMK GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMK SKRIPSI Oleh: Dian Mutiara Sari K1212019 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI, GAYA BAHASA, DAN GRAMATIKA PADA LIRIK LAGU-LAGU OPICK SKRIPSI. Oleh Dewi Hajar Khusnul Khuluq NIM

ANALISIS DIKSI, GAYA BAHASA, DAN GRAMATIKA PADA LIRIK LAGU-LAGU OPICK SKRIPSI. Oleh Dewi Hajar Khusnul Khuluq NIM ANALISIS DIKSI, GAYA BAHASA, DAN GRAMATIKA PADA LIRIK LAGU-LAGU OPICK SKRIPSI Oleh Dewi Hajar Khusnul Khuluq NIM 060110201022 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNVERSITAS JEMBER 2012 ANALISIS DIKSI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

KAJIAN SOSIOPRAGMATIK: PEMAKAIAN BAHASA PADA RAPAT

KAJIAN SOSIOPRAGMATIK: PEMAKAIAN BAHASA PADA RAPAT KAJIAN SOSIOPRAGMATIK: PEMAKAIAN BAHASA PADA RAPAT KELURAHAN BOJONGSARI DI KABUPATEN PURBALINGGA DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP SKRIPSI Oleh: ARY WULANDARI K1210010 FAKULTAS

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PADA IKLAN WEB PT. L OREAL INDONESIA (Studi Kasus PT. L Oreal Indonesia)

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PADA IKLAN WEB PT. L OREAL INDONESIA (Studi Kasus PT. L Oreal Indonesia) PENGGUNAAN GAYA BAHASA PADA IKLAN WEB PT. L OREAL INDONESIA (Studi Kasus PT. L Oreal Indonesia) Taat Kuspriyono Manajemen Informatika AMIK BSI Jakarta Jl. Rs Fatmawati No 24 Pondok Labu, Jakarta 12450

Lebih terperinci

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI 0 KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA MATAMU KARYA SYAIFUL IRBA TANPAKA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

INTISARI A. LATAR BELAKANG

INTISARI A. LATAR BELAKANG ANALISIS GAYA BAHASA PADA IKLAN SUSU ANAK MAJALAH AYAHBUNDA (EDISI JUNI 2010 MEI 2011) OLEH: BAHTIAR EFENDI NIM :A2A006010 Email: bahtiareffendi_19@yahoo.co.id INTISARI Iklan adalah salah satu bentuk komunikasi.

Lebih terperinci

Gaya Bahasa dalam Karangan Bahasa Jawa Siswa Kelas VI SDN 2 Carat Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012

Gaya Bahasa dalam Karangan Bahasa Jawa Siswa Kelas VI SDN 2 Carat Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012 1 Gaya Bahasa dalam Karangan Bahasa Jawa Siswa Kelas VI SDN 2 Carat Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012 Tisa Rahayu Vitiana 1 Sumadi 2 Dwi Sulistyorini 2 Universitas Negeri Malang,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN GAYA BAHASA PADA PUISI KARYA SISWA SMA DI YOGYAKARTA SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN GAYA BAHASA PADA PUISI KARYA SISWA SMA DI YOGYAKARTA SKRIPSI ANALISIS PENGGUNAAN GAYA BAHASA PADA PUISI KARYA SISWA SMA DI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU ADA BAND PADA ALBUM ROMANTIC RHAPSODY SKRIPSI. Oleh : Diansyah Rifky Sabila NIM

DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU ADA BAND PADA ALBUM ROMANTIC RHAPSODY SKRIPSI. Oleh : Diansyah Rifky Sabila NIM DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU ADA BAND PADA ALBUM ROMANTIC RHAPSODY SKRIPSI Oleh : Diansyah Rifky Sabila NIM 090210402042 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA DALAM TEKS BERITA TULISAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA DALAM TEKS BERITA TULISAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA DALAM TEKS BERITA TULISAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh: NURUL HIDAYAH FITRIYANI K1211048 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

KONTRIBUSI MINAT BACA PUISI DAN PENGUASAAN GAYA BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI

KONTRIBUSI MINAT BACA PUISI DAN PENGUASAAN GAYA BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI KONTRIBUSI MINAT BACA PUISI DAN PENGUASAAN GAYA BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI Asri Wahyuni Sari, Diyan Permata Yanda Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI 0 ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci