BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan Alternatif Penerapannya dalam Pembelajaran Gaya Bahasa Puisi di SMA Kelas X Semester I berkaitan dengan landasan teori. Pada landasan teori ini dijelaskan tentang diksi, gaya bahasa, jenis-jenis gaya bahasa, sastra sebagai sarana pendidikan, dan pembelajaran gaya bahasa puisi di SMA kelas X semester I. A. Diksi Perbedaan pengarang, zaman, latar belakang sosial budaya, pendidikan dan agama, memberi warna terhadap pemilihan kata. Penyair dari Jawa dengan Bahasa Jawa biasanya kurang merasa puas menggunakan istilah Bahasa Indonesia untuk kata-kata khas Jawa yang kurang tepat dengan Bahasa Indonesia. Menurut Keraf (2006: 21) adanya kenyataan seperti di atas, menjelaskan bahwa setiap orang tertuntut untuk menguasai banyak gagasan dan luas kosakata agar apa yang diungkapkan dalam kegiatan komunikasi bisa efektif dan dapat dipahami atau diterima oleh orang lain. Hal ini berarti semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya. Penyair hendak mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan setepat-tepatnya seperti apa yang dirasakan oleh batinnya. Selain itu, dalam mengekspresikannya digunakan pemilihan kata yang tepat, hal itu disebut dengan diksi. Barfield (dalam Pradopo, 1997: 54) mengemukakan bahwa bila kata-kata dipilih dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinya menimbulkan atau dimaksudkan 8

2 untuk menimbulkan imaginasi estetik, maka hasilnya itu disebut diksi puitis. Jadi, diksi itu untuk mendapatkan kepuitisan, untuk mendapatkan nilai estetik. Keraf (2006: 24) menurunkan tiga pengertian mengenai diksi yakni sebagai berikut: Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipilih untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata-kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata atau kosakata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh bahasa. Pemilihan kata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih dan digunakan oleh pengarang. Mengingat bahwa karya fiksi (sastra) adalah dunia dalam kata, komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata. Pemilihan kata-kata tentunya melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki (Nurgiyantoro, 1998: 290). Masalah pemilihan kata menurut Champan (dalam Nurgiyantoro 1998: 290) dapat melalui pertimbangan-pertimbangan formal tertentu. Pertama, pertimbangan fonologis, misalnya kepentingan alitrasi, irama, dan efek bunyi tertentu. Kedua pertimbangan dari segi metode, bentuk, dan makna yang dipergunakan sebagai sarana mengkonsentrasikan gagasan. Dalam hal ini, faktor personal pengarang untuk memilih kata-kata yang paling menarik

3 perhatiannya berperan penting. Pengarang dapat saja memilih kata atau ungkapan tertentu sebagai siasat untuk mencapai efek yang diinginkan. Persoalan diksi dan pilihan kata bukanlah persoalan yang sederhana. Ketepatan pemilihan kata atau diksi untuk mengungkapkan suatu gagasan diharapkan fungsi yang diperoleh akan sesuai tujuan yang ingin dicapai. Keraf (2002:23) mengungkapkan bahwa istilah diksi digunakan untuk menyatakan kata-kata yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, yang meliputi persoalan, fraseologi, gaya bahasa dan ungkapan. Dengan demikian, persoalan diksi sebenarnya jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu, karena tidak sekedar untuk memilih kata-kata mana yang dipilih untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi menyangkut masalah frase, gaya bahasa dan ungkapan. Beberapa penjelasan tentang pengertian diksi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa diksi adalah kata, kelompok kata, ungkapan, dan gaya yang diseleksi setepat-tepatnya sebagai sarana komunikasi penyalur gagasan, ide, opini ataupun perasaan serta pengalaman sehingga menimbulkan imajinasi estetik sesuai dengan situasi dan nilai rasa pendengar. Akan tetapi, memilih kata-kata yang mampu mengemban fungsi tersebut tidaklah mudah. Dalam memilih kata, pengarang harus benar-benar teliti dan cermat sehingga kata-kata yang dipilih tidak menimbulkan salah tafsir antar pembaca dan pendengar. B. Gaya Bahasa Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka

4 style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah. Karena perkembangan itu, gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu. Sebab itu, persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan: pilihan kata secara individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan. Akhirnya style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa (Keraf, 2006: ). Pradopo (1997: 263) mengemukakan bahwa gaya bahasa merupakan sarana sastra yang turut menyumbangkan nilai kepuitisan atau estetika karya sastra, bahkan seringkali nilai seni suatu karya sastra ditentukan oleh gaya bahasanya. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan cara penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan fungsi tertentu. Dalam karya sastra yang efektif tentu ada fungsi estetik yang menyebabkan karya yang bersangkutan bernilai seni. Nilai seni dalam karya sastra disebabkan oleh adanya gaya bahasa dan fungsi lain yang menyebabkan karya sastra menjadi indah seperti adanya gaya bercerita atau pun penyusunan alurnya. Slametmuljana (dalam Pradopo, 1997: 93) mengemukakan bahwa gaya bahasa ialah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Hal ini seperti dikemukakan juga oleh Dick Hartoko dan Rahmanto (dalam Pradopo, 1997: 264) bahwa gaya bahasa adalah cara yang khas dipakai seseorang untuk mengungkapkan diri (gaya pribadi).

5 Begitu juga dikemukakan Abrams (dalam Pradopo, 1997: 266) bahwa gaya bahasa suatu karya sastra itu dapat dianalisis dalam hal diksi atau pilihan katanya, pola-pola ritmanya, komponen bunyi, ciri-ciri formal lain, dan tujuan-tujuan serta sarana retorisnya. Dari uraian di atas, tampak bermacam-macam definisi mengenai pengertian gaya bahasa. Pada umumnya definisi tersebut menunjukkan persamaan, yaitu gaya bahasa itu cara bertutur untuk mendapatkan efek estetik dan efek kepuitisan. Gaya bahasa itu menghidupkan kalimat dan memberi gerak pada kalimat untuk menimbulkan reaksi tanggapan pikiran kepada pembaca. Dalam mempergunakan bahasa untuk melantunkan gagasannya, penyair tentu saja memiliki pertimbangan di dalam mendayagunakan gaya bahasa. Dengan demikian, penyair mestinya mempunyai tujuan tertentu dalam hal itu. Ia mempergunakan gaya bahasa tertentu, bisa jadi merupakan suatu upaya guna menguatkan maksud yang disampaikannya. Kemampuan dalam mengolah dan mendayagunakan gaya bahasa menentukan berhasil tidaknya suatu karya sastra. Dick Hartoko dan Rahmanto (dalam Pradopo, 1997: 266) berpendapat bahwa ada beberapa pandangan mengenai gaya bahasa sebagai suatu gejala dalam sastra yaitu sebagai berikut: 1. gaya hanya suatu perhiasan tambahan (pandangan dualistis). 2. gaya merupakan bagian integral dari sebuah karya yang merupakan manunggalnya isi dan bentuk (pandangan monistis). 3. secara linguistik gaya dapat dilacak sebagai suatu penyimpangan terhadap suatu bentuk penggunaan bahasa tertentu dan justru karena penyimpangan itu perhatian pembaca dibangkitkan (dualistis).

6 4. gaya sebagai variasi, tanpa adanya suatu norma tertentu. Variasi dapat terjadi dalam bentuk maupun isi (monistis) atau hanya dalam ungkapan saja (dualistis). C. Jenis-jenis Gaya Bahasa Gaya bahasa sebagai media komunikasi secara khusus, yaitu penggunaan bahasa secara bergaya dengan tujuan untuk ekspresivitas pengucapan menarik perhatian dan dipergunakan dalam percakapan sehari-hari atau dalam penulisan sebuah karya seni ekspresi termasuk lirik lagu. Gaya bahasa dalam lirik lagu cenderung ditentukan oleh pilihan kata dan jenis gaya bahasanya. Mengingat banyaknya jenis gaya bahasa yang ada, berikut ini adalah penjelasan dari beberapa jenis gaya bahasa yang digunakan peneliti dalam menganalisis gaya bahasa pada lirik lagu dalam album musik Lethologica. Tarigan (2009: 6) berpendapat bahwa gaya bahasa dikelompokkan atas empat kategori, yaitu gaya bahasa perbandingan, perulangan, pertautan, dan pertentangan. 1. Gaya Bahasa Perbandingan Pradopo (1990: 62) berpendapat bahwa gaya bahasa perbandingan adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan yang lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding, antara lain: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, se-, dan kata-kata pembanding yang lain. Adapun gaya bahasa perbandingan yang dipakai untuk menganalisis album musik Lethologica ini meliputi: personifikasi, metafora, simile, pleonasme, dan koreksio. a. Personifikasi atau Prosopopoeia

7 Personifikasi atau prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolaholah memiliki sifat kemanusiaan. Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu corak khusus dari metafora, yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara seperti manusia (Keraf 2006: 140). Tarigan (2009: 17) mengemukakan bahwa personifikasi atau penginsanan adalah jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insani kepada benda yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. Dari dua pendapat di atas, peneliti dapat mengemukakan bahwa personifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat manusia kepada benda yang akan digambarkan untuk memperjelas maksud. b. Metafora Metafora adalah menyamakan sesuatu hal dengan sesuatu hal lain tanpa menggunakan kata pembanding. Metafora itu melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain (Baribin, 1990: 49). Keraf (2006: 139) menambahkan bahwa metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung tetapi dalam bentuk yang lebih singkat. Metafora sebagai perbandingan langsung tidak mempergunakan kata seperti, bak, bagaikan, laksana dan sebagainya, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua. Peneliti menyimpulka bahwa gaya bahasa metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan benda satu dengan benda lain, karena adanya persamaan sifat keduanya agar lebih berkesan.

8 c. Perumpamaan Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya (Keraf, 2006: 138). Tarigan (2009: 9) berpendapat bahwa perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan sengaja kita anggap sama. Itulah sebabnya maka sering pula kata perumpamaan disamakan saja dengan persamaan. d. Pleonasme Pleonasme adalah acuan yang mempergunakan kata-kata yang lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan sama pikiran atau gagasan. Suatu acuan disebut pleonasme bila kata yang berlebihan itu dihilangkan, artinya tetap utuh (Keraf, 2006: 133). Tarigan (2009: 28) berpendapat bahwa pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu (seperti menurut sepanjang adat; saling tolong-menolong). Peneliti menyimpulkan bahwa gaya bahasa pleonasme adalah gaya bahasa yang menggunakan keterangan yang tidak perlu, karena keterangan itu sudah terkandung dalam kata yang diterangkannya. e. Koreksio atau Epanortosis

9 Koreksio atau epanortosis adalah suatu gaya yang dalam pernyataannya mulamula ingin menegaskan sesuatu. Namun, kemudian memeriksa dan memperbaiki yang mana yang salah (Keraf, 2006: 135). 2. Gaya Bahasa Perulangan Gaya bahasa perulangan adalah gaya bahasa yang mengulang kata demi kata entah itu diulang pada bagian depan, tengah, atau akhir, sebuah kalimat. Gaya bahasa perulangan ini meliputi: aliterasi, asonansi, simploke, dan repetisi. a. Aliterasi dan Asonansi Menurut Brooks (dalam Sayuti, 1985: 49) bahwa kombinasi vokal konsonan dalam puisi berfungsi melancarkan ucapan, mempermudah pengertian serta bertujuan untuk mempercepat irama. Hal inilah yang menyebabkan penyair dengan sengaja mempermudah aspek bunyi aliterasi dan asonansi dalam puisi karena memang menimbulkan efek keindahan tertentu. Keraf (2006: 130) menyebutkan aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Sedangkan asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya digunakan dalam puisi untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar keindahan. b. Simploke Simploke adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan awal dan akhir beberapa baris atau kalimat secara berturut-turut (Keraf, 2006: 128). c. Repetisi

10 Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Keraf, 2006: 127). 3. Gaya Bahasa Pertautan Asindeton Asindeton adalah suatu gaya yang berupa acuan padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk tersebut biasanya dipisahkan saja oleh tanda koma, seperti vini, vidi, vici, adalah ucapan Julius Caesar yang berarti saya datang, saya lihat, saya menang (Keraf, 2006: 131). 4. Gaya Bahasa Pertentangan a. Hiperbola Hiperbola adalah gaya bahasa yang cara penuturannya bertujuan menekankan maksud dengan sengaja melebih-lebihkan (Nurgiyantoro, 2002: 300). Keraf (2006: 135) berpendapat bahwa hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Begitu juga dikemukakan Tarigan (2009: 55) bahwa hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi

11 untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya. Gaya bahasa ini melibatkan kata-kata, frase, atau kalimat. Dari ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebihan dari kenyataan. b. Pun atau Paronomasia Pun atau paronomasia adalah kiasan atau permainan kata dengan mempergunakan kemiripan bunyi, tetapi terdapat perbedaan besar dalam maknanya (Keraf, 2006: 145). D. Sastra sebagai Sarana Pendidikan Apabila karya-karya sastra dianggap tidak berguna, tidak bermanfaat lagi untuk menafsirkan dan memahami masalah-masalah dunia nyata, maka tentu saja pengajaran sastra tidak akan ada gunanya lagi untuk diadakan. Namun, jika dapat ditunjukkan bahwa sastra itu mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pengajaran sastra harus kita pandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki tempat yang selayaknya. Jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat (Pradopo, 1997: 15). Pengajaran sastra termasuk salah satu aspek pengajaran bahasa, di samping tata bahasa dan kemampuan bahasa. Ditinjau dari berbagai segi, pada dasarnya pengajaran sastra memiliki karakteristik yang tersendiri, artinya ia memang tidak selalu harus dikaitkan dengan

12 pengajaran bahasa. Pengajaran sastra selalu berkenaan dengan masalah kepekaan terhadap nilai keindahan dan nilai kehidupan. Rahmanto (1997: 16-25) berpendapat bahwa pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. l. Membantu keterampilan berbahasa Mengikutsertakan pengajaran sastra dalam kurikulum berarti akan membantu siswa berlatih keterampilan membaca dengan membacakan puisi. Dalam pengajaran sastra, siswa dapat melatih keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya yang dibacakan oleh guru, teman atau lewat pita rekaman. Siswa dapat melatih keterampilan wicara dengan ikut berperan dalam suatu drama. Dan karena sastra menarik, siswa dapat mendiskusikan dan kemudian menuliskan hasil diskusinya sebagai latihan keterampilan menulis. 2. Meningkatkan pengetahuan budaya Dapat merangsang siswa untuk memahami fakta-fakta dalam karya sastra, lamakelamaan siswa itu akan sampai pada realisasi bahwa fakta-fakta itu sendiri tidak lebih penting dibandingkan dengan keterkaitannya satu sama lain sehingga dapat saling menopang dan memperjelas apa yang ingin disampaikan lewat karya sastra itu. Sastra dapat merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan. Dengan demikian, mereka diharapkan sampai pada pemahaman masalah yang

13 sebenarnya baik dengan cara membaca suatu karya sastra maupun dengan cara membaca penelitian. Tugas pengajaran yang utama adalah memperkenalkan anak didiknya dengan sederet kemajuan yang dicapai manusia seluruh dunia, tanpa merusak kebanggaan atas kebudayaan yang mereka miliki sendiri. 3. Mengembangkan cipta dan rasa Dalam melaksanakan pengajaran tidak boleh berhenti pada penguraian pengertian keterampilan ataupun pengetahuan. Setiap guru hendaknya selalu menyadari bahwa setiap siswa adalah seorang individu dengan kepribadiannya yang khas, kemampuan, masalah dan kadar perkembangannya masing-masing yang khusus. Oleh karena itu penting sekali kiranya memandang pengajaran sebagai proses pengembangan individu secara keseluruhan. Dalam hal pengajaran sastra, kecakapan yang perlu dikembangkan adalah kecakapan yang bersifat indra; bersifat penalaran; bersifat afektif dan bersifat sosial; serta dapat ditambahkan lagi yang bersifat religius. 4. Menunjang pembentukan watak Dalam nilai pengajaran sastra ada dua tuntutan yang dapat diungkapkan sehubungan dengan watak ini. Pertama, pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Seseorang yang telah banyak mendalami berbagai karya sastra biasanya mempunyai perasaan yang lebih peka untuk menunjuk hal mana yang bernilai dan mana yang tak bernilai. Tuntutan kedua sehubungan dengan pembinaan watak ini adalah bahwa pengajaran sastra hendaknya dapat memberikan bantuan dalam usaha

14 mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa yang antara lain meliputi: ketekunan, kepandaian, pengimajian, dan penciptaan. Menurut Moody (dalam Sayuti, 1985: ) dalam bentuknya yang paling sederhana, pengajaran sastra membekali para siswa dengan keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan mendengarkan diperoleh pada saat siswa mendengarkan pembacaan puisi atau berdeklamasi. Sebaliknya keterampilan berbicara diperoleh terutama pada saat siswa memperoleh giliran membaca puisi atau berdeklamasi. Keterampilan membaca berkaitan dengan kelancaran bacaan, ketepatan penempatan jeda, dan keserasian intonasi dengan isi kalimat. Keterampilan ini sangat penting, karena salah penempatan jeda dalam baris puisi akan menimbulkan salah tafsir atau makna yang berbeda. Selain itu pengajaran sastra juga banyak membantu menambah kosakata para siswa. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karya sastra bersifat menyenangkan dan berguna atau dengan kata lain karya sastra bermanfaat, yaitu: a. membantu keterampilan berbahasa yang meliputi: keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menambah kosakata; b. meningkatkan pengetahuan budaya; c. mengembangkan cipta dan rasa; d. menunjang pembentukan watak. Keberhasilan karya sastra adalah bila karya itu memberikan pengaruh positif dan pengetahuan kepada pembacanya. E. Pembelajaran Gaya Bahasa Puisi di SMA Kelas X Semester I Dalam KTSP terdapat Standar Kompetensi yaitu memahami puisi yang disampaikan secara langsung/ tidak langsung, dan Kompetensi Dasar yaitu mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman.

15 Menurut Baribin (1990: 41-57) mengemukakan unsur pembentuk puisi antara lain: 1. Bunyi, termasuk juga rima, irama. Dalam puisi bunyi bersifat estetik, merupakan unsur puisi untuk mendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif. Bunyi di samping menjadi hiasan dalam puisi, juga mempunyai tugas yang lebih penting lagi, yaitu untuk memperdalam ucapan, menimbulkan rasa, menimbulkan bayangan angan yang jelas, menimbulkan suasana yang khusus. Bunyi yang sama, yang berulang-ulang ditemukan dalam sajak disebut rima (sajak). Menurut tempatnya dalam puisi, rima dibedakan: (a) Rima awal Contoh: Beta bermenung Karena bingung Beta berlutut Hendak bersujud (b) Rima tengah Contoh: Aku pengapa padiku ini Jika dilurut, pecah batangnya Aku pengapa hatiku ini Jika diturut datangnya (c) Rima akhir Contoh: Aku lalai di hari pagi, Beta lengah di masa muda, Kini hidup meracun hati Miskin ilmu, miskin harta Persamaan bunyi (rima) itu ada yang secara keseluruhan sama, dan ada sempurnanya persamaan bunyi itu, rima dapat dibedakan: (a) Rima sempurna

16 Contoh: Demikian rasa Datang semasa (b) Rima tidak sempurna Contoh: Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama Mu Di samping itu terdapat pula persamaan bunyi pada konsonannya saja, persamaan bunyi itu disebut aliterasi. Sedang persamaan bunyi pada vokalnya saja disebut asonansi. Contoh aliterasi: Kaulah Kandil kemerlap Contoh asonansi: Segala cintaku hilang terbang Bunyi yang berulang, pergantian yang teratur, dan variasi-variasi bunyi menimbulkan suatu gerak yang hidup, seprti gercik air yang mengalir turun tak putusputus; gerak yang teratur itu disebut irama. Irama dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: (a) metrum, dan (b) ritme. Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan oleh jumlah suku kata yang sudah tetap dan tekanan yang tetap, sehingga alun suara yang menaik dan menurun itu tetap saja. Ritme adalah irama yang disebabkan oleh pertentangan atau pergantian bunyi tinggi-rendah secara teratur. Ritme merupakan unsur yang fundamental dalam puisi. Ritme ini sangat disadari oleh penyair, misalnya dengan mempertentangkan bunyi, membuat perulangan, menyingkat kata, memilih kata yang cocok bunyinya, dan sebagainya.

17 Dalam puisi timbulnya irama itu karena perulangan berturut-turut dan bervariasi, misalnya rima akhir, asonansi dan aliterasi. Begitu juga adanya paralelisme-paralelisme, ulangan-ulangan kata, ulangan-ulangan bait. Dengan adanya irama, selain puisi terdengar merdu, mudah dibaca, juga hal ini menyebabkan aliran perasaan atau pun pikiran tak terputus dan terkonsentrasi sehingga menimbulkan bayangan (imaji-imaji) yang jelas dan hidup. 2. Kata, meliputi makna, diksi, pigura bahasa, dan citraan. Y. Elema dalam dalil seni sastra mengatakan bahwa puisi mempunyai nilai seni, bila pengalaman jiwa yang menjadi dasarnya dapat dijelmakan ke dalam kata (Slametmuljana dalam Baribin, 1990: 46). Kata bagi penyair adalah alat untuk menjelmakan pengalamannya. Penyair selalu berurusan dengan kata dan harus dapat memilih kata yang tepat. Pemilihan kata itu disebut diksi. Jadi diksi itu untuk mendapatkan kepuitisan dan mendapatkan nilai estetik. Kata memiliki dua aspek arti, yakni (a) denotasi, dan (b) konotasi. Arti denotatif ialah arti yang tersurat, arti yang ditemukan dalam kamus. Arti denaotatif akan menunjuk pada satu benda atau satu hal. Misal: kembang: bunga. Arti konotatif adalah arti yang tersirat, arti yang ditambahkan atau disarankan apada arti yang tersurat itu. Misal: kembang desa: gadis. Untuk mendapatkan kepuitikan, penyair memilih kata dan mengolah dengan berbagai cara. Salah satu cara untuk mendapatkan kepuitikan itu ialah menggunakan pigura bahasa (figurative language). Pigura bahasa ini menyebabkan sajak menjadi

18 menarik perhatian, menimbulkan ketegaran, hidup, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan. Pigura bahasa itu bermacam-macam, tetapi memiliki suatu sifat yang umum, yakni mempertalikan sesuatu dengan cara menghubungkannya dengan sesuatu yang lain (Altenbarnd dalam Baribin, 1990: 48). Pigura bahasa dapat dibedakan menjadi: simile, metafora, simile epik, alegori, personifikasi, metonimia, dan sinekdok. Untuk mencapai kepuitikan, penyair menggunakan berbagai cara. Di samping pigura bahasa seperti di atas, juga digunakan gaya bahasa. Gaya bahasa ialah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis (penyair) yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Gaya bahasa Pujangga Baru sesuai dengan konsepsi estetikanya yang menghendaki keseimbangan yang simetris dan juga aliran romantik yang penuh curahan perasaan, maka yang dominan digunakan ialah tautologi, pleonasme paralelisme, enumerasi, retorik repetisi. Tentu saja gaya bahasa yang lain juga digunakan, tetapi tidak dominan, tidak banyak atau sering. Pada angkatan 45, sesuai dengan realisme dan ekspresionisme yang dianutnya, banyak menggunakan gaya bahasa yang bertujuan intensitas dan ekspresivitas, di antaranya hiperbola, litotes, teutologi, dan enaumerasi. Sedangkan sajak-sajak yang berisi pemikiran atau filsafat banyak mempergunakan gaya bahasa paradoks dan kiasmus. Dalam puisi, penyair selalu mencari kata dan menemukan bahasa untuk menggambarkan angan-angan (pikiran) dengan setepat-tepatnya. Bahasa yang

19 melukiskan gambar-gambar pikiran dan penggambaran angan-angan atau pikiran itu disebut citraan (imagery). Gambar pikiran itu disebut citra atau imaji (image). Gambaran-gambaran angan itu bermacam-macam, dihasilkan oleh indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pencacapan, penciuman. Bahkan yang dihasilkan oleh indera penglihatan dan gerakan. Citraan yang dihasilkan oleh indera penglihatan disebut citra penglihatan (visual imagery), yang ditimbulkan oleh pendengaran disebut citra pendengaran (auditory imagery), dan sebagainya. Citraan merupakan salah satu alat kepuitikan yang terutama. Dengan citraan, karya sastra (puisi) mencapai sifat-sifat konkret, khusus, mengharukan, dan sugestif. Sarana puitik yang lain, yang tak dapat diabaikan dalam puisi ialah simbol (lambang) simbol adalah sesuatu yang mengandung arti lebih daripada apa yang terdapat dalam fakta.

BAB II LANDASAN TEORI. Lirik itu mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan

BAB II LANDASAN TEORI. Lirik itu mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan BAB II LANDASAN TEORI A. Lirik Lagu Sebagai Genre Sastra Lirik itu mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, (2) adalah susunan sebuah nyanyian (Moeliono

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Lirik Lagu Sebagai Genre Sastra Lirik mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan oleh : EMA WIDIYAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Untuk mengetahui penelitian tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penggunaan bahasa dalam sastra bukan sekedar paham, tetapi yang penting adalah keberdayaan kata untuk meninggalkan kesan kepada pembaca atau pendengarnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015) 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan memberikan pemaparan mengenai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 289 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian sebagaimana perumusan masalah yang telah diajukan di bagian pendahuluan, maka peneliti menyimpulkan berikut ini. 1. Aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Chaer,

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai latar belakang, masalah, tujuan, manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian. 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh 5 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh Media Pembelajaran Film Dokumenter terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI

Lebih terperinci

Kajian Stilistika dalam Karya Sastra

Kajian Stilistika dalam Karya Sastra Kajian Stilistika dalam Karya Sastra Gaya diartikan sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapainya. Dalam kreasi penulisan sastra, efek tersebut terkait dengan upaya pemerkayaan makna, baik penggambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi antarindividu yang satu dengan yang lain maupun antar kelompok yang satu dengan yang lain. Interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di kalangan masyarakat sampai saat ini. Puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena kemajuan masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lagu merupakan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi dan hubungan temporal biasanya diiringi dengan alat musik untuk menghasilkan gubahan musik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Menurut Felicia (2001), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa, karena siswa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purwokerto ada dua yaitu skripsi Muput

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya Kla Project yang dipopulerkan pada tahun 2010 dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gaya bahasa menimbulkan efek keindahan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Efek keindahan gaya bahasa berkaitan dengan selera pribadi pengarang dan kepekaannya

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra. Bahasa sudah menjadi sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang mengandung konsep atau gagasan tertentu. Dalam kegiatan komunikasi, katakata dijalin satukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilakan penelitian data dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

PEMAKAIAN GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU IWAN FALS DALAM ALBUM SARJANA MUDA. FKIP Universitas Bung Hatta.

PEMAKAIAN GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU IWAN FALS DALAM ALBUM SARJANA MUDA. FKIP Universitas Bung Hatta. PEMAKAIAN GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU IWAN FALS DALAM ALBUM SARJANA MUDA Febriadi Herliyandri Pratama 1), M. Atar Semi 2), dan Elvina A Saibi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. PUISI bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh: diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lirik lagu termasuk salah satu genre sastra berupa puisi. Lirik lagu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Lirik lagu termasuk salah satu genre sastra berupa puisi. Lirik lagu merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lirik lagu termasuk salah satu genre sastra berupa puisi. Lirik lagu merupakan puisi yang terikat dengan alunan musik, irama, dan nada. Apabila lirik lagu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menjadi salah satu kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI 0 ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya adalah manusia, manusia sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah satu kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, batasan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN INSTAGRAM @PuisiLangit SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari, Veronica Melinda Nurhidayati Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Setelah terkumpul landasan teoretis dan kerangka berpikir pada bab sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah metode. Metode digunakan untuk menyederhanakan

Lebih terperinci

Analysis of Song Lyric and Its Application in Language Style and Poetry Learning in Primary School

Analysis of Song Lyric and Its Application in Language Style and Poetry Learning in Primary School p-issn: 2477-3859 e-issn: 2477-3581 JURNAL INOVASI PENDIDIKAN DASAR The Journal of Innovation in Elementary Education http://jipd.uhamka.ac.id/index.php/jipd Volume 1 Number 1 November 2015 9-14 Analisis

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Ulin Niswah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adi_Jaddati@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengetahui dan mengerti maksud sebuah tulisan merupakan tujuan utama dalam membaca karya sastra. Karya sastra dibuat oleh pengarang karena adanya maksud atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah 8 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakekat Menulis Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan.

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERMAINAN BAHASA (LANGUAGE GAMES) Tutin Mulyati NIM : 08210086 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yaitu tentang hakikat menulis puisi, hakikat puisi, hakikat metode pembelajaran. Selain itu,

BAB II KAJIAN TEORI. yaitu tentang hakikat menulis puisi, hakikat puisi, hakikat metode pembelajaran. Selain itu, BAB II KAJIAN TEORI Dalam kajian teori di bawah ini diuraikan beberapa hal sebagai landasan penelitian, yaitu tentang hakikat menulis puisi, hakikat puisi, hakikat metode pembelajaran. Selain itu, dijelaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan 1 I. PENDAHULUAN Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan mengenai latar belakang penelitian mengenai gaya bahasa dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S. Rendra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari bahasa. Sebab bahasa merupakan alat bantu bagi manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Segala aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan. Ada beberapa buku yang dipakai dalam memahami dan mendukung penelitian

Lebih terperinci

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012 Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012 Untuk memahami Penulisan Kreatif, sebelumnya cobalah pahami perihal manajemen bahasa berikut ini Manajemen bahasa adalah SENI dan ILMU

Lebih terperinci

P U I S I PENGERTIAN PUISI Pengertian Puisi Menurut Para Ahli

P U I S I PENGERTIAN PUISI Pengertian Puisi Menurut Para Ahli P U I S I A. PENGERTIAN PUISI Pengertian Puisi Menurut Para Ahli Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984) Pengertian Puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, matra serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini mengajar bahwa bahasa sebagai alat komunikasi. Komunikasi ada hubungan antara individu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian 112 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian Kedaulatan

Lebih terperinci

2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING)

2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING) BAB III Metodologi Penelitian A. Metodologi Penelitian Dalam penelitian diperlukan suatu metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian bisa dipertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V Oleh: Aida Azizah Universitas Islam Sultan Agung Semarang ABSTRAK Peserta didik Sekolah Dasar/Madrasah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang sangat signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya bahasa, manusia tidak dapat mengungkapkan perasaan, menyampaikan keinginan,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni, sebagai karya seni yang mengandung unsur estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa, nilai pendidikan serta relevansi gaya bahasa dan nilai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa, nilai pendidikan serta relevansi gaya bahasa dan nilai BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa, nilai pendidikan serta relevansi gaya bahasa dan nilai pendidikan dalam Serat Wedhatama pupuh Pangkur sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Pada dasarnya setiap individu mempunyai pengalaman tentang suatu peristiwa. Pengalaman itu dapat berupa: kesenangan, kesedihan, keharuan, ketragiasan, dan sebagainya.

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X F SMA NEGERI 1 SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA FOTO KEINDAHAN ALAM SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X F SMA NEGERI 1 SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA FOTO KEINDAHAN ALAM SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X F SMA NEGERI 1 SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA FOTO KEINDAHAN ALAM SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

Mukhlis Imam Bashori, Muakibatul Hasanah, dan Endah Tri Priyatni Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5

Mukhlis Imam Bashori, Muakibatul Hasanah, dan Endah Tri Priyatni   Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 KEMAMPUAN MENULIS PUISI BERDASARKAN PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS XI PROGRAM STUDI BAHASA MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 MALANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Mukhlis Imam Bashori, Muakibatul Hasanah, dan Endah

Lebih terperinci

MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT

MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT E-JURNAL ILMIAH ASMARIDA NPM. 09080206 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang bersifat estetik. Hasil ciptaan itu menjadi sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang bersifat estetik. Hasil ciptaan itu menjadi sebuah karya sastra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa. Pada hakikatnya karya sastra merupakan karya seni yang bersifat kreatif. Artinya

Lebih terperinci

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN 2.1 Gaya Bahasa 2.1.1 Pengertian Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam bertutur atau menulis, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Apresiasi Puisi 1. Definisi Belajar Pengertian belajar menurut Dimyati dkk (2002 : 5), menyebutkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya bahasa adalah gaya bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi pada dasarnya tidak dapat ditafsirkan secara terpisah, karena dalam bahasa mempunyai satuan-satuan seperti morfem, kata,

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR P ISSN 2614-624X E ISSN 2614-6231 DOI: http://dx.doi.org/10.22460/p.v1i2p%25p.193 ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR Risma Despryanti 1, Riska Desyana 2, Amalia Siddiqa Rahayu 3, Yeni

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir dari perasaan penyair dan diungkapkan secara berbeda-beda oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS. menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu

BAB 2 LANDASAN TEORETIS. menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1. Puisi Pengertian puisi Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berbahasa memudahkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain, dalam bermasyarakat. Dasar yang sangat penting bagi seseorang untuk berkomunikasi adalah bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. adalah kecakapan yang terdiri dari 3 jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan

BAB II KAJIAN TEORITIS. adalah kecakapan yang terdiri dari 3 jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakekat Kemampuan Menjelaskan Isi Puisi 2.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah suatu proses perbuatan atau cara meningkatkan usaha dengan didasari kesanggupan kekuatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra non-imajinatif terdiri

BAB I PENDAHULUAN. sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra non-imajinatif terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Sastra atau jenis sastra dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis terhadap sebuah lirik lagu yang bertujuan untuk memahami kajian

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis terhadap sebuah lirik lagu yang bertujuan untuk memahami kajian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis terhadap sebuah lirik lagu yang bertujuan untuk memahami kajian stilistika yang dikaji semakin berkembang dengan berbagai pertimbangannya. Pada dasarnya

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO Jurnal Publikasi Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan

Bab 2. Landasan Teori. Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan Bab 2 Landasan Teori Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian kali ini. Teori tersebut mencangkup teori semantik dan teori pengkajian puisi. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari sebuah kesusastraan, terlepas dari apakah kegiatan bersastra dilakukan didasari ataupun tanpa didasari kesadaran untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah banyak dilakukan salah satunya, penelitian pengajaran sastra dapat peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Werren, 1993:14). Oleh karena itu Nurgiyantoro (2007:2), mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Werren, 1993:14). Oleh karena itu Nurgiyantoro (2007:2), mengatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinatif bermediumkan bahasa yang fungsi estetikanya dominan. Bahasa sastra sangat komunikatif, mengandung banyak arti tambahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik, di antaranya disebabkan oleh kurangnya minat dan motivasi siswa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. baik, di antaranya disebabkan oleh kurangnya minat dan motivasi siswa. Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menulis di sekolah saat ini masih belum terlaksana dengan baik, di antaranya disebabkan oleh kurangnya minat dan motivasi siswa. Salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. meneliti tentang lirik lagu Umi karya Hayashi Ryuuha dan Omocha No

BAB II LANDASAN TEORI. meneliti tentang lirik lagu Umi karya Hayashi Ryuuha dan Omocha No BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya Berdasarkan penelitian terdahulu, belum ada seorang pun yang meneliti tentang lirik lagu Umi karya Hayashi Ryuuha dan Omocha No Chachacha karya Nosaka Akiyuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan manusia dalam masyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi baik secara verbal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dikaitkan dengan bahasa sastra (Chapman dalam Nurgiyantoro, 2010: 279).

BAB II LANDASAN TEORI. dikaitkan dengan bahasa sastra (Chapman dalam Nurgiyantoro, 2010: 279). 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistika Stilistika (stylistics) menyaran pada pengertian studi tentang stile, kajian terhadap wujud performansi kebahasaan, khususnya yang terdapat di dalam karya sastra.

Lebih terperinci

ANALISIS TUTURAN METAFORIS DALAM LIRIK LAGU-LAGU LETTO

ANALISIS TUTURAN METAFORIS DALAM LIRIK LAGU-LAGU LETTO ANALISIS TUTURAN METAFORIS DALAM LIRIK LAGU-LAGU LETTO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Oleh : TYAS PUJI PRAMESTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa dan sastra dikatakan seperti dua sisi mata uang, keduanya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia, yaitu berbahasa. Menurut Tarigan (1986:3), menulis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Indonesia, yakni tidak memiliki aturan yang baku. Menurut Dresden (dalam

BAB II KAJIAN TEORI. Indonesia, yakni tidak memiliki aturan yang baku. Menurut Dresden (dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Puisi Puisi dalam sastra Jawa mencakup beberapa jenis, salah satunya adalah geguritan. Geguritan memiliki ciri yang sama dengan puisi dalam bahasa Indonesia, yakni tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, manusia dapat menyampaikan ide, gagasan, dan pikirannya terhadap orang lain. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, manusia dapat menyampaikan ide, gagasan, dan pikirannya terhadap orang lain. Seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sangat penting bagi kehidupan manusia sebagai sarana komunikasi. Melalui bahasa, manusia dapat menyampaikan ide, gagasan, dan pikirannya terhadap orang lain.

Lebih terperinci