BAB VI PENUTUP. disimpulkan sebagai upaya revitalisasi nilai-nilai dolanan. Maka seluruh upaya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI PENUTUP. disimpulkan sebagai upaya revitalisasi nilai-nilai dolanan. Maka seluruh upaya"

Transkripsi

1 BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Pengembangan komunitas di kampung dolanan dusun Pandes dapat disimpulkan sebagai upaya revitalisasi nilai-nilai dolanan. Maka seluruh upaya pengembangan komunitas di dusun Pandes sesungguhnya tercakup di dalam kegiatan yang seluruhnya ditujukan untuk mendukung upaya revitalisasi nilai dolanan. Berdasarkan temuan hasil penelitian di Bab V dapat disimpulkan bahwa upaya revitalisasi nilai dolanan di dusun Pandes sebagian besar terlaksana melalui kegiatan pendampingan dan secara mandiri juga mengandalkan sumberdaya lokal meskipun tidak menutup kemungkinan adanya bantuan dan kerjasama dari luar. Maka pengembangan komunitas di kampung dolanan masuk dalam kategori technical assistence dan self help. Berikut ialah beberapa upaya pengembangan komunitas di dusun Pandes. Pertama, sosialisasi nilai dolanan di tahap-tahap awal pengembangan komunitas di dusun Pandes. Sosialisasi ini pada awalnya ditujukan untuk mengatasi masalah trauma pasca bencana dengan menggunakan medium dolanan tradisional sebagai sarana pendampingan terapi trauma anak-anak pasca bencana di dusun Pandes. Melalui kegiatan pendampingan yang diprakarsai oleh lembaga swadaya masyarakat Gerbang Desa inilah dolanan tradisional perlahan mulai dikenal kembali 121

2 oleh anak-anak di dusun Pandes. Bahkan lebih dari itu, dolanan tradisional kembali dihargai dan diakui signifikansi dan relevansi perannya kala itu. Momentum pasca bencana kala itu juga secara langsung telah menunjukkan relevansi dolanan tradisional sebagai media pendampingan khususnya sebagai medium terapi trauma pasca gempa. Dengan demikian terlihat bahwa pengembangan komunitas di dusun Pandes pada awalnya bermula dari upaya untuk menemukan kembali relevansi dan signifikansi dolanan di tengah momentum kegiatan pendampingan pasca gempa. Melalui momentum itulah dolanan kembali dihargai dan dirasakan keberadaan serta manfaatnya. Dengan demikian, semangat serta minat untuk mempelajari dan mengenal lebih jauh nilai-nilai dolanan akan tumbuh dengan sendirinya atau dengan kata lain tumbuh secara organik. Selain itu, momentum sosialisasi pengembangan komunitas juga telah membukakan jalan menuju upaya internalisasi dan pelembagaan nilai dolanan di waktu mendatang. Terbukanya jalan itu berarti juga mengisyaratkan adanya peningkatan kesadaran dan penghargaan dari masyarakat akan keberadaan dolanan dan perannya ditengah kehidupan kolektif mereka khususnya bagi anak-anak. Kedua, upaya revitalisasi nilai dolanan dengan menggali dan mengajarkan nilai-nilai wirogo, wiromo dan wiroso. Nilai-nilai dolanan tersebut diajarkan melalui lembaga pendidikan Paud Among Siwi. Pendirian Paud Among Siwi adalah bagian 122

3 dari upaya jangka panjang revitalisasi nilai dolanan anak di dusun Pandes. Upaya jangka panjang untuk menginternalisasi nilai-nilai dolanan kepada anak-anak di dusun Pandes sejak usia dini. Revitalisasi nilai dolanan melalui Paud Among Siwi yang diinisiasi oleh kampung dolanan juga merupakan wujud pelayanan sosial (public services) kepada masyarakat dusun Pandes melalui strategi pengembangan komunitas. Pelayanan sosial khususnya di bidang pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai dolanan melalui kurikulum khusus. Melalui Paud Among Siwi inilah upaya internalisasi nilai dolanan dimungkinkan dapat terlaksana secara rutin, terencana dan berdasarkan ukuran progresi perkembangan yang lebih jelas (terkontrol). Selain itu, melalui kegiatan rutin belajar-mengajar di Paud Among Siwi, diharapkan akan tercipta ruang yang kondusif dan ramah bagi anak-anak untuk mengenal dan mempelajari nilai-nilai dolanan sejak usia dini. Ketiga, revitalisasi nilai dolanan melalui upaya penyempurnaan dan re-desain bahan produksi dolanan. Upaya ini terwujud di dusun Pandes dengan mengadakan workshop pelatihan dan pendampingan produksi dolanan. Upaya penyempurnaan dalam kegiatan workshop pendampingan ini bertujuan, khususnya agar dolanan tradisional bisa tampil lebih menarik dan aman bagi anak-anak dari segi bahan produksinya. Dengan demikian diharapkan akan mampu meningkatkan minat dan ketertarikan anak-anak terhadap produk dolanan. Sehingga upaya pendampingan selanjutnya untuk mengajarkan dan menggali nilai-nilai yang terkandung di dalam 123

4 dolanan akan lebih mudah dan menarik untuk diajarkan kepada anak-anak di zaman modern saat ini. Selain itu, upaya penyempurnaan dan re-desain dolanan di dusun Pandes juga terwujud dalam kegiatan wisata di kampung dolanan. Kegiatan wisata di kampung dolanan memprakarsai upaya untuk meningkatkan penghargaan terhadap eksistensi dolanan melalui kegiatan wisata kampung dolanan. Upaya tersebut juga bisa dimaknai sebagai re-positioning produk dolanan maupun para pengrajin dolanan. Repositioning yang mengandung arti bahwasanya produk dolanan tidak hanya akan dijual sebagai produk an-sich namun bisa juga dijual nilai pengetahuannya (knowledge) melalui kegiatan wisata kampung dolanan. Kegiatan untuk menjual pengetahuan inilah yang dimaksud dengan upaya untuk mendesain ulang (re-desain) mengenai bagaimana mengkomunikasikan dan mengajarkan nilai dolanan melalui kegiatan yang lebih menyenangkan bagi anak-anak, yaitu melalui kegiatan wisata di kampung dolanan. Upaya re-positioning juga kemungkinan akan mampu mengangkat kembali nilai pengetahuan yang terkandung di dalam dolanan tradisional. Melalui upaya repositioning dolanan sebagai nilai pengetahuan (knowledge) inilah maka secara perlahan diharapkan akan diikuti pula adanya kesadaran untuk menginventarisir atau mendata ulang produk serta nilai-nilai dolanan. Melalui kegiatan inventarisasi itulah, produk dan nilai dolanan bisa terdokumentasikan dengan baik sehingga akan bisa terkumpul dan lebih lama dan mudah dipelajari. Reinventarisasi nilai dolanan di 124

5 dusun Pandes terwujud dalam bentuk perpustakaan kampung dolanan serta galeri pameran dolanan yang bisa dipergunakan sebagai fasilitas dan bahan referensi untuk menggali kembali nilai-nilai dolanan. Semua upaya pendampingan di atas pada dasarnya ditujukan untuk mendukung kegiatan revitalisasi nilai dolanan di dusun Pandes. Meski demikian, pengembangan komunitas di kampung dolanan yang tercakup dalam upaya revitalisasi nilai dolanan tersebut ternyata masih mengalami kendala dari segi kelembagaan. Kendala itu menyangkut minimnya dukungan dari lembaga dan perangkat dusun. Minimnya dukungan dari perangkat dusun inilah yang mengakibatkan ketidakpastian regenerasi agen pengembangan komunitas di dusun Pandes karena masih mengandalkan tenaga sukarela (voluntir) dengan masa kerja yang tidak menentu. Selain masih adanya kendala tersebut, sesungguhnya pengembangan komunitas di kampung dolanan juga masih mempunyai banyak potensi yang perlu dijaga dan dikembangkan secara terus menerus. Diantaranya ialah besarnya sumberdaya manusia usia muda yang masih bisa dikembangkan untuk regenerasi pengajin dolanan serta potensi kampung dolanan di dusun Pandes yang pernah terpilih sebagai rumah dan sentra pelestari dolanan anak yang telah diakui sebagai salah satu warisan luhur budaya nusantara oleh pemerintah Indonesia. 125

6 VI.2 Saran Pengembangan komunitas di kampung dolanan dusun Pandes yang mengadopsi model technical assistence dan self help memiliki kendala dalam hal keberlanjutan kerja-kerja pendampingan yang masih mengandalkan sentralitas peran agen pengembangan komunitas. Kendala itu meliputi antara lain masalah terbatasnya sumberdaya manusia yang aktif sebagai sukarelawan dalam kegiatan-kegiatan pengembangan komunitas. Masalah berikutnya ialah mengenai minimnya dukungan dari lembaga dan perangkat dusun Pandes (lihat bagian Bab V.3). Tentu saja kedua persoalan tersebut akan menghambat upaya revitalisasi nilai dolanan di dusun Pandes. Guna mengatasi persoalan terbatasnya sumberdaya internal tersebut perlu adanya inisiasi dari agen pengembangan komunitas di dusun Pandes yang masih bertahan untuk kembali melanjutkan kerjasama dengan pihak dari luar (pemerintah maupun swasta) seperti yang pernah terjalin pada tahun 2013 melalui festival kampung dolanan dalam program Rumah Budaya Nusantara (RBN). Apabila nantinya minimal setiap tahun terselenggara program festival kampung dolanan, maka akan dimungkinkan sekali muncul momentum serta ruang-ruang musyawarah untuk rembug dan duduk bersama masyarakat merencanakan regenerasi agen kepengurusan pengembangan komunitas di setiap tahunnya. Sehingga dengan demikian persoalan agen kepengurusan dan rencana-rencana strategis dalam pengembangan komunitas dusun Pandes setidaknya bisa dibicarakan secara bersamasama minimal dalam waktu satu tahun sekali. 126

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman hayatinya. Sejak zaman dahulu, manusia khususnya masyarakat Indonesia sangat mengandalkan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS. A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan. Dari pengamatan menyimpulkan bahwa terlaksananya

BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS. A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan. Dari pengamatan menyimpulkan bahwa terlaksananya BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan Menuju efektifitas kelompok usaha bersama berbasis Usaha Kecil Menengah (UKM) memang tidak mudah namun juga

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di Kabupaten Bintan Tahun 1980-2007 diketahui bahwa kesenian Mak Yong merupakan seni pertunjukan

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci menjabarkan secara rinci situasi dan kondisi poktan sebagai

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible)

KEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible) KEBUDAYAAN Budaya Benda (Tangible) Warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau

Lebih terperinci

BAB VI Kesimpulan dan Saran. Desa Wisata Kalibuntung lebih memilih produk wisata yang berdasarkan

BAB VI Kesimpulan dan Saran. Desa Wisata Kalibuntung lebih memilih produk wisata yang berdasarkan BAB VI Kesimpulan dan Saran VI.1 Kesimpulan Desa Wisata Kalibuntung lebih memilih produk wisata yang berdasarkan dengan wahana outbound dibandingkan dengan mengembangan secara lanjut sebagai kawasan sentra

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014 LKPJ WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2014 4.1.17 URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 4.1.17.1 UMUM Keberadaan seni dan budaya memerlukan pelestarian agar tidak punah, dalam hal ini Pemerintah Kota Semarang melakukan fasilitasi

Lebih terperinci

Lima Tahun Kedua ( ) Lokasi. Setiap Sentra Cluster UMKM. Setiap Sentra UMKM. Per Kecamatan yang

Lima Tahun Kedua ( ) Lokasi. Setiap Sentra Cluster UMKM. Setiap Sentra UMKM. Per Kecamatan yang 1 2 inovasi dengan cirri khas masingmasing produk agar dikenal masyarakat luas pemasaran distribusi wilayah pasar dengan lebih hasil ke masyarakat lebih luas. Membuat patung berupa ikon produk percluster,

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. didasari oleh kebutuhan masyarakat Manding untuk hidup layak. Adanya

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. didasari oleh kebutuhan masyarakat Manding untuk hidup layak. Adanya BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dari penelitian mengenai Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Manding maka dapat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KOMUNITAS ADAT

PENGELOLAAN KOMUNITAS ADAT PENGELOLAAN KOMUNITAS ADAT A. Pendahuluan Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk yang masyarakatnya terdiri dari beraneka ragam suku bangsa dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Keragaman

Lebih terperinci

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH: HENDRA YUDHO PRAKOSO L2D 004 318 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia kaya ragam budaya, adat istiadat, suku bangsa, bahasa, agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun an Korea Selatan mempunyai visi untuk menguasai pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun an Korea Selatan mempunyai visi untuk menguasai pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korea Selatan adalah negara maju di Asia yang sukses dibidang industri. Pada tahun 1964-1970an Korea Selatan mempunyai visi untuk menguasai pasar dunia, hingga akhirnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan hasil penellitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul Tenun Songket Palembang 1980-2000 (Kajian Sosial Budaya Tentang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut.

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut. a. Strategi penguatan kelembagaan dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. atas kehilangan-kehilangan yang mereka alami, mulai dari anggota keluarga,

BAB V PENUTUP. atas kehilangan-kehilangan yang mereka alami, mulai dari anggota keluarga, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Erupsi Gunung Merapi pada 26 Oktober dan 5 November 2010 telah membuat dampak kerusakan diberbagai sektor. Dari segi fisik, bencana tersebut telah menyebabkan kerusakan lingkungan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ditengah kemajuan zaman, dimana teknologi menguasai hampir seluruh aktivitas, masalah kebudayaan menjadi salah satu fokus yang dikerjakan oleh pemerintah. Kebudayaan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 122 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Program Mengangkat Ekonomi Kerakyatan Melalui Koperasi Rukun Tetangga (RT) dalam Rangka Ketahanan Desa di Kabupaten Wonogiri, yang bertujuan untuk mempercepat

Lebih terperinci

JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN

JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. batatamba. instrumen yang masih sederhana terdiri dari tiga jenis instrumen

BAB V KESIMPULAN. batatamba. instrumen yang masih sederhana terdiri dari tiga jenis instrumen 120 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Bentuk penyajian tradisi awalnya perorangan berfungsi untuk batatamba banyanyian, dalam perkembangannya tradisi terdiri dari formasi instrumen masih sederhana terdiri

Lebih terperinci

-2- lain dari luar Indonesia dalam proses dinamika perubahan dunia. Dalam konteks tersebut, bangsa Indonesia menghadapi berbagai masalah, tantangan, d

-2- lain dari luar Indonesia dalam proses dinamika perubahan dunia. Dalam konteks tersebut, bangsa Indonesia menghadapi berbagai masalah, tantangan, d TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I DIKBUD. Kebudayaan. Pemajuan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 104) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui BAB I PENDAHULUAN 1.1.Deskripsi Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui tentang : Desain : Kerangka bentuk atau rancangan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2015-2019 Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah Direktur Jenderal Kebudayaan Hotel Mercure Ancol Jakarta, 16 April

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Setelah dilakukan pemaparan hasil analisis pada bab lima, maka ada beberapa hal penting terkait transformasi permukiman kumuh kreatif di Kota Bandung. Pemaparan akan dilakukan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2015

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2015 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG JAGA WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa budaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada BAB V akan dikemukakan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada BAB V akan dikemukakan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian. 132 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Pada BAB V akan dikemukakan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian. Kesimpulan ini berdasarkan hasil pengolahan wawancara dan observasi yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1.Perencanaan Kinerja Kota Padang menempati posisi strategis terutama di bidang kepariwisataan. Kekayaaan akan sumber daya alam dan sumber daya lainnya telah memberikan daya

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 115 8.1 Kesimpulan Dari hasil kajian tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) (suatu kajian penguatan kapasitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik Melayu Indonesia lahir pada tahun 50an. Musik Melayu Indonesia sendiri adalah musik tradisional yang khas di daerah Pantai Timur Sumatera dan Semenanjung

Lebih terperinci

BAB V AKSI BERSAMA MASYARAKAT. kampung demak Jaya dan diikuti oleh ketua RT yakni Erik Setiawan (45 tahun) berkumpul di

BAB V AKSI BERSAMA MASYARAKAT. kampung demak Jaya dan diikuti oleh ketua RT yakni Erik Setiawan (45 tahun) berkumpul di BAB V AKSI BERSAMA MASYARAKAT A. Membentuk Komunitas Pemuda di Kampung Demak Jaya Adanya perkumpulan-perkumpulan sebelumnya yang dilakukan oleh masyarakat dan membangun kesepakatan untuk membangun sebuah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Indentifikasi faktor internal dan eksternal sangat dibutuhkan dalam pembuatan strategi. Identifikasi faktor internal

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 350 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN VII.1. Kesimpulan Dalam bab ini digambarkan kesimpulan tentang temuan penelitian, hasil analisis penelitian, dan fenomena yang relevan untuk diungkap sebagai bagian penting

Lebih terperinci

PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Tommy Purba dan Abdullah Umar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015

Lebih terperinci

Komunitas IBRA : Profil singkat. Profil Komunitas IBRA : Latar Belakang Kegiatan

Komunitas IBRA : Profil singkat. Profil Komunitas IBRA : Latar Belakang Kegiatan SHARING SESSION Komunitas IBRA: dari Komunitas Peduli Sungai hingga Kelurahan Tanggap Inflasi Kota Mataram, Tahun 2017 Knowledge Management Forum KMF 2017 Latar Belakang Kegiatan Salah satu Isu utama pembangunan

Lebih terperinci

MENGELOLA DESA SECARA PARTISIPATIF REFLEKSI STUDI BANDING DESA MUARA WAHAU KE WILAYAH DIY. Oleh: Sri Purwani Konsultan

MENGELOLA DESA SECARA PARTISIPATIF REFLEKSI STUDI BANDING DESA MUARA WAHAU KE WILAYAH DIY. Oleh: Sri Purwani Konsultan MENGELOLA DESA SECARA PARTISIPATIF REFLEKSI STUDI BANDING DESA MUARA WAHAU KE WILAYAH DIY (Desa Banjaroya Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, Desa Panggungharjo Kecamatan Sewon dan Desa Sumbermulya

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu warisan budaya Indonesia yang berasal dari daerah Kalimantan Barat adalah tenun ikat Dayak. Tenun ikat Dayak merupakan salah satu kerajinan tradisional yang

Lebih terperinci

KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA

KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA Ascosenda Ika Rizqi Dosen, Universitas Merdeka Pasuruan, Jl. H. Juanda 68, Kota Pasuruan Abstrak Desa merupakan

Lebih terperinci

Rencana Strategis Organisasi Penelitian Studi Internasional Malang (OPSIM)

Rencana Strategis Organisasi Penelitian Studi Internasional Malang (OPSIM) Rencana Strategis Organisasi Penelitian Studi Internasional Malang (OPSIM) Shafira Rizki Aulia 145120400111048 A. ORIENTASI ORGANISASI 1. Identifikasi organisasi a. Citra diri: OPSIM adalah sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pariwisata. Desa wisata biasanya dikembangkan pada kawasan

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pariwisata. Desa wisata biasanya dikembangkan pada kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa wisata merupakan salah satu objek wisata yang sedang berkembang pada sektor pariwisata. Desa wisata biasanya dikembangkan pada kawasan pedesaan yang didalamnya

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DIREKTORAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN TRADISI

KEBIJAKAN DIREKTORAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN TRADISI KEBIJAKAN DIREKTORAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN TRADISI Dra. Sri Hartini, MM Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PECINAN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN WISATA WARISAN BUDAYA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT (LOCAL COMUNITIES) TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN PECINAN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN WISATA WARISAN BUDAYA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT (LOCAL COMUNITIES) TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN PECINAN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN WISATA WARISAN BUDAYA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT (LOCAL COMUNITIES) TUGAS AKHIR Oleh: RIYANTO L2D000451 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa BAB IV PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Potret Pengelolaan Pariwisata di Obyek Wisata Jembatan Akar, Studi Terhadap Pelaku Obyek Wisata Jembatan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya,

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya, 599 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Makna kearifan

Lebih terperinci

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP-Desa) DESA CABAK TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN BUPATI LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang menggantungkan

Lebih terperinci

BEKASI (6/8/2016)

BEKASI (6/8/2016) 2016/08/06 21:05 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan UPAYA SITI CHODIJAH, PENYULUH PERIKANAN BANTU KABUPATEN BEKASI BERDAYAKAN NELAYAN MUARAGEMBONG BEKASI (6/8/2016) www.pusluh.kkp.go.id Kegiatan upaya pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan Kota Tua merupakan salah satu kawasan potensial di Kota Padang. Kawasan ini memiliki posisi yang strategis, nilai sejarah yang vital, budaya yang beragam, corak

Lebih terperinci

GALERI BATIK DI SURAKARTA

GALERI BATIK DI SURAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GALERI BATIK DI SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : Hastuti Asril L2B 099

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia sudah semakin modern, globalisasi sangat berpengaruh dalam pergaulan anak bangsa pada masa kini. Saat ini teknologi sudah semakin canggih, segalanya dapat diakses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada jenjang. Sekolah Dasar, telah menjadi komitmen pemerintah yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada jenjang. Sekolah Dasar, telah menjadi komitmen pemerintah yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada jenjang Sekolah Dasar, telah menjadi komitmen pemerintah yang harus diwujudkan secara nyata. Salah satu langkah yang ditempuh

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGEMBANGAN KERAJINAN KARAWO DAN UPIYA KARANJI

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGEMBANGAN KERAJINAN KARAWO DAN UPIYA KARANJI GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGEMBANGAN KERAJINAN KARAWO DAN UPIYA KARANJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Peneliti akan menjelaskan

Lebih terperinci

IKATAN MAHASISWA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH INDONESIA (IMADIKLUS INDONESIA)

IKATAN MAHASISWA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH INDONESIA (IMADIKLUS INDONESIA) PENDAHULUAN Aksara merupakan sistem penulisan suatu bahasa dengan menggunakan tanda-tanda simbol, bukan hanya sebagai huruf atau rangkaian abjad. Aksara merupakan suatu sarana yang menghantar cakrawala

Lebih terperinci

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik.

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perkembangan batik nusantara pun ditandai

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M)

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) I b M MANAJEMEN DESA WISATA JIPANGAN (Mono Tahun) Oleh: Yohana Ari Ratnaningtyas, S.E., M.Si. NIDN 00 050273 04 Agnes WidyasmoroS.Sn., M.A.. NIDN 00

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Implementasi kebijakan program keluarga berencana dalam penggunaan alat

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Implementasi kebijakan program keluarga berencana dalam penggunaan alat 100 VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Implementasi kebijakan program keluarga berencana dalam penggunaan alat kontrasepsi Pasca Persalinan di kota Bandar Lampung. Secara umum pelaksanaan program

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KAMPUNG WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hukum adat telah ada di Indonesia jauh sebelum hukum nasional dibentuk. Aturan dan hukum yang dilaksanakan oleh masyarakat adat, baik itu di bidang pertanahan

Lebih terperinci

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik Seni batik merupakan salah satu kebudayaan lokal yang telah mengakar di seluruh kalangan masyarakat Indonesia. Bila awalnya kerajinan batik hanya berkembang

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengkaji hubungan modal sosial dan unsur tumbuh kembang partisipasi terhadap partisipasi KSM dalam PKH, maka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kampanye, khususnya kampanye pemasaran sosial (social marketing campaign)

BAB I PENDAHULUAN. kampanye, khususnya kampanye pemasaran sosial (social marketing campaign) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan tingkat kemajuan peradaban, semakin banyak pula isu atau fenomena yang berkembang di masyarakat. Isu atau fenomena ini umumnya tidak cukup mengandalkan

Lebih terperinci

8.12.(2) Proyek Percontohan Kawasan Budaya Kotagede: Konservasi Seni pertunjukan Kampung dan Lingkungannya di Yogyakarta.

8.12.(2) Proyek Percontohan Kawasan Budaya Kotagede: Konservasi Seni pertunjukan Kampung dan Lingkungannya di Yogyakarta. 8.12.(2) Proyek Percontohan Kawasan Budaya Kotagede: Konservasi Seni pertunjukan Kampung dan Lingkungannya di Yogyakarta Yogyakarta Tipe kegiatan: Konservasi kawasan warisan budaya kota Inisiatip dalam

Lebih terperinci

Gambar I.1 Jumlah Petani Indonesia tahun 2013 (Sumber : BPS, 2013)

Gambar I.1 Jumlah Petani Indonesia tahun 2013 (Sumber : BPS, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya yang tersebar di seluruh kawasan di Indonesia. 1 Indonesia juga terkenal dengan tanahnya yang subur sehingga

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.158, 2015 KEMENDESA-PDT-TRANS. Kewenangan. Hak Asal-Usul. Lokal. Berskala Desa. Pedoman. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia, secara berkelanjutan melakukan pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada Proses peralihan kepemilikan lahan kosong terjadi sejak akhir 2004 dan selesai pada tahun 2005, dan sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kotagede adalah kawasan yang terletak sekitar 10 kilometer tenggara dari Kota Yogyakarta adalah sentra kerajinan perak yang pernah mengalami masa kejayaannya pada era

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Akan tetapi pada implementasi PLIK di Indonesia, pemerintah (Kominfo)

BAB IV PENUTUP. Akan tetapi pada implementasi PLIK di Indonesia, pemerintah (Kominfo) BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan standar ketetapan USO (Universal Service Obligation) tentang Kewajiban pelayanan Universal terdapat sub bagian yang meliputi pembangunan, pengembangan, pemberdayaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini bertempat di Kampung Sinar. Lebih tepatnya bertempat di hutan sekitar kampung pada saat pewarisan pengetahuan berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. sebelumnya, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. sebelumnya, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut : BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1. Kesimpulan Bertitik tolak pada permasalahan dan hasil analisis yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut : Pertama, partisipasi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dalam menjawab beberapa permasalahan masyarakat dikampung berkenaan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dalam menjawab beberapa permasalahan masyarakat dikampung berkenaan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Gerakan sedekah sampah sebagai civil society yang tumbuh berdasarkan inisiatif masyarakat dan sebagai pelopor pengelolaan sampah berbasis komunitas dalam menjawab

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

PENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) PENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka Malang; budiyanto_hery@yahoo.com Abstract Program

Lebih terperinci

RUANG KOMUNAL BERBASIS INDUSTRI EDUKATIF DI KAMPUNG DOLANAN, DUSUN PANDES, SEWON, BANTUL DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

RUANG KOMUNAL BERBASIS INDUSTRI EDUKATIF DI KAMPUNG DOLANAN, DUSUN PANDES, SEWON, BANTUL DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUANG KOMUNAL BERBASIS INDUSTRI EDUKATIF DI KAMPUNG DOLANAN, DUSUN PANDES, SEWON, BANTUL DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA TUGAS AKHIR SARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi cukup bisa didapat melalui gadget yang notabene semua masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. informasi cukup bisa didapat melalui gadget yang notabene semua masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya kemajuan teknologi pada saat ini, segala informasi cukup bisa didapat melalui gadget yang notabene semua masyarakat memilikinya. Masyarakat kini

Lebih terperinci

MENUJU POLA PENGUASAAN TANAH YANG MERATA DAN ADIL

MENUJU POLA PENGUASAAN TANAH YANG MERATA DAN ADIL MENUJU POLA PENGUASAAN TANAH YANG MERATA DAN ADIL Sepanjang era Orde Baru praksis pembangunan kehutanan senantiasa bertolak dari pola pikir bahwa penguasaan sumberdaya hutan merupakan state property saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009

newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009 newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009 Mengapa Kebudayaan? Tujuan, Komponen Utama Bagaimana cara kerjanya?, Tentang PNPM Mandiri Perdesaan, Kegiatan Kegiatan Mendatang Kegiatan Budaya Meramaikan Pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keanekaragaman kekayaan alam, kesenian, dan budaya yang masih dipelihara dan dilestarikan oleh masyarakatnya.

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM KARYA CIPTA BATIK SOLO SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL TRADISIONAL DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM KARYA CIPTA BATIK SOLO SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL TRADISIONAL DI INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM KARYA CIPTA BATIK SOLO SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL TRADISIONAL DI INDONESIA SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS 53 EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat baik perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat dalam

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENATAAN DESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENATAAN DESA BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENATAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa pemerintahan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG - 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 186 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN SOSIAL TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Lokasi yang direkomendasikan Peruntukan lahan Zoning plan Rencana tapak Zona skematik Arsitektur bangunan Tata pamer Program ruang MUSEUM BATIK

Lokasi yang direkomendasikan Peruntukan lahan Zoning plan Rencana tapak Zona skematik Arsitektur bangunan Tata pamer Program ruang MUSEUM BATIK Mei 2012 Sudut pandang tentang batik Konsep pemikiran Museum Batik Indonesia Lokasi pilihan Orientasi bangunan sebagai titik tolak harmonisasi kawasan Situasi tapak Zoning plan Block plan dan konsep bangunan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang

Lebih terperinci