Analisis Asosiasi Merek Kredit Tanpa Agunan Mandiri (KTAM) Sebagai Produk Unggulan Bank Mandiri Banjarmasin

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Asosiasi Merek Kredit Tanpa Agunan Mandiri (KTAM) Sebagai Produk Unggulan Bank Mandiri Banjarmasin"

Transkripsi

1 Analisis Asosiasi Merek Kredit Tanpa Agunan Mandiri (KTAM) Sebagai Produk Unggulan Bank Mandiri Banjarmasin Laila Refiana & Bulhadi Universitas Lambung Mangkurat ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa asosiasi merek menurut pandangan debitur Kredit Tanpa Agunan Mandiri (KTAM) pada Bank Mandiri di Banjarmasin, apakah atribut dari asosiasi merek menurut pandangan debitur KTAM Bank Mandiri di Banjarmasin tersebut dapat mendukung perluasan merek KTAM dan strategi penentuan posisi apakah yang cocok untuk mendukung perluasan merek bagi KTAM tersebut. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Metode Cochran Q Test digunakan untuk analisis data asosiasi merek. Hasil penelitian adalah atribut kecepatan proses memiliki nilai tertinggi, disamping itu juga didukung oleh asosiasi merek positif lainnya seperti bunga yang bersaing, petugas penjualan yang ramah, persyaratan dokumen yang sederhana dan persetujuan limit kredit. Kata Kunci: Asosiasi merek, perluasan merek, penentuan posisi. PENDAHULUAN Deregulasi perbankan 27 Oktober 1988 merupakan kebijakan penghapusan barrier to entry di industry perbankan. Dengan deregulasi tersebut pemerintah memandang perlu untuk menciptakan iklim persaingan perbankan melalui mekanisme pasar. Meningkatnya persaingan dan cepatnya deregulasi perbankan telah mengarahkan bisnis jasa perbankan mencari cara yang menguntungkan untuk mendiferensiasikan diri mereka terhadap para pesaing. Salah satu persaingan yang terjadi adalah pada produk Kredit Tanpa Agunan (KTA) berupa pemberian dana pinjaman kepada konsumen tanpa jaminan. Produk ini ditawarkan oleh beberapa bank dengan berbagai mereknya, antara lain KTA Panin, KTA BNI, dan lain-lain. Banyaknya merek yang mirip untuk produk di pasar perbankan seperti ini bisa membingungkan konsumen. Untuk mendukung penjualan Kredit Tanpa Agunan Mandiri (KTAM), Bank Mandiri telah menyiapkan processing system yang diberi nama Loan Origination System (LOS), dimana dengan sistem ini aplikasi permohonan diproses secara Scoring Online System 1

2 (SOS) yang bisa memperpendek jalur keputusan kredit, sehingga proses lebih cepat. Disamping itu, juga dibentuk Strategic Business Unit dengan nama Consumer Loans Business Centre (CLBC) Banjarmasin berfokus kepada penyaluran kredit konsumtif, termasuk KTAM. Bank Mandiri melakukan promosi untuk menginformasikan KTAM dengan jalan memasang iklan yang sama secara nasional, baik melalui media cetak nasional ataupun lokal. Tetapi, kemungkinan efek iklan tersebut pada tiap daerah berbeda-beda karena adanya perbedaan unsur demografi dan budaya. Sehingga tujuan dari pemasangan iklan untuk mempengaruhi mind set calon konsumen agar tertarik mengajukan KTAM ke Bank Mandiri masih belum mengenai sasaran. Penyaluran KTAM di Banjarmasin (Rp. 11,5 Milyar) masih rendah apabila dibandingkan dengan total jumlah kredit konsumtif yang disalurkan oleh bank lain kepada masyarakat Banjarmasin untuk posisi April 2007 adalah sebesar Rp Milyar (Data BI 2007 : 33). Berdasarkan wawancara kepada 30 debitur yang mendapatkan KTAM, maka hampir semua pemohon tersebut menyebutkan mengetahui informasi KTAM dari petugas sales Bank Mandiri, disamping juga sebagian kecil karena ajakan teman sekerja. Dengan kondisi seperti ini, peneliti menduga bahwa pengetahuan konsumen mengenai KTAM masih rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya informasi dari Bank Mandiri mengenai KTAM dan konsumen sendiri bingung membedakan produk - produk kredit dipasar perbankan yang relatif cukup banyak macamnya dengan merek yang bervariasi. KTAM sebagai merek Bank Mandiri menarik untuk diteliti, karena merek yang memiliki ekuitas merek yang baik adalah merek yang sudah dikenal oleh konsumen. Sehingga tanpa program jemput bola melalui petugas sales, seharusnya para konsumen sudah mendatangi Bank Mandiri dan mengajukan permohonan KTAM. Oleh karena itu, peneliti menganalisa asosiasi merek KTAM yang memiliki 9 atribut keunggulan kompetitif terdiri dari: 1. Nama produk mudah diingat 2. Persyaratan dokumen sederhana 3. Pengisian aplikasi mudah 4. Nama produk mudah dikenali 2

3 5. Limit yang diinginkan sesuai permintaan. 6. Petugas penjualannya ramah 7. Proses kredit cepat 8. Bunga yang bersaing 9. Informasi mengenai produk cukup jelas TINJAUAN PUSTAKA Menurut Aaker (1996: 160) yang dikutip oleh Rangkuty (2004 : 43), pengertian asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk brand image dalam benak konsumen. Sebuah merek adalah seperangkat asosiasi yang terangkai dalam berbagai bentuk yang bermakna. Asosiasi dapat mewakili berbagai pandangan yang dapat mencerminkan realita objektif. Suatu merek yang memiliki ekuitas yang baik akan mempunyai posisi yang paling menonjol dalam persaingan karena didukung oleh asosiasi merek yang kuat. Agar posisi merek kuat, maka merek harus dikenal dulu, tempatkan merek dalam benak konsumen. Dalam tahapan ini merek harus bersaing dulu untuk masuk kedalam memori konsumen, sedangkan kapasitas otak konsumen terbatas. Akibatnya tidak semua merek bisa tertampung. Namun secara alamiah otak konsumen akan menggerakkan panca indra untuk menyeleksi merek yang perlu untuk diperhatikan. Pada langkah awal, keberadaan merek dalam pikiran terbatas pada pengenalan merek. Pengenalan merek menjadi landasan terbentuknya asosiasi merek. Proses asosiasi adalah suatu bentuk pengorganisasian stimulus untuk membentuk suatu pandangan oleh debitur terhadap KTAM. Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi perusahaan dan para pelanggan karena ia dapat membantu proses penyusunan informasi untuk membedakan merek yang satu dari merek yang lain. Menurut Rangkuty (2004 : 44) terdapat 5 keuntungan asosiasi merek yaitu: 1. Membantu proses penyusunan informasi. Asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu merek dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang dapat dengan mudah dikenal oleh pelanggan. 3

4 2. Dapat memberikan landasan yang sangat penting untuk pembedaan dengan merek yang lain. 3. Sebagai alasan untuk membeli, karena dengan asosiasi merek sangat membantu konsumen untuk mengambil keputusan membeli atau tidak. 4. Menciptakan sikap atau perasaan positif yang bersangkutan, yang pada akhirnya akan berdampak positif terhadap produk yang bersangkutan. 5. Landasan untuk perluasan merek, yaitu dengan cara menciptakan rasa kesesuaian antara suatu merek dengan sebuah produk baru. Sedangkan pengukuran asosiasi merek KTAM dilakukan dengan skala tanggapan ya atau tidak (lihat Quester & Farrely 1988) terhadap 9 atribut KTAM. Metode ini memiliki kelebihan yaitu bisa menghindari kelemahan pendekatan multi atribut, serta dapat mereduksi faktor/atribut yang diukur (Simamora 2008). METODE PENELITIAN Untuk mengetahui asosiasi merek menurut pandangan konsumen di Banjarmasin terhadap KTAM, maka peneliti menggunakan metode survei. Unit Analisis adalah individu yang telah menjadi debitur KTAM dengan karakteristik adalah sebagai berikut: 1. Debitur KTAM pada Bank Mandiri Banjarmasin 2. Berdomisili di Banjarmasin 3. Terdiri 112 responden sebagai sampel (20% dari populasi sebanyak 558 orang) 4. Penarikan sampel secara Stratified Random Sampling, dengan pembagian strata berdasarkan limit kredit. 5. Responden dengan limit kredit dibawah Rp. 20 juta adalah sebanyak 54 adalah jumlah sampel terbesar apabila dibandingkan jumlah sampel untuk strata yang lainnya. Distribusi sampel yang ditentukan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Distribusi debitur (sampel) KTA Bank Mandiri Banjarmasin Berdasarkan limit kredit yang diberikan Per 30 April 2008 NO. 1 Limit Kredit Rp. 1 juta - Rp. 20 juta Jumlah Populasi Proporsional Sampel Jumlah (orang) 272 (272/558) x

5 2 Rp. 21 juta - Rp. 40 juta 187 (187/558) x Rp. 41 juta - Rp. 60 juta 57 (57/558) x Rp. 61 juta Rp. 80 juta 17 (17/558) x Rp. 80 Juta keatas 25 (25/558) x Total Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan analisis asosiasi merek dengan 2 bagian: 1. Melakukan analisis asosiasi merek secara keseluruhan dari strata 1 sampai dengan strata Melakukan analisis asosiasi merek secara parsial untuk strata 1 saja kemudian dilanjutkan dengan gabungan strata 2 sampai dengan strata 5. Untuk teknis penelitian dengan menggunakan metode Cochran Q test adalah sebagaimana tercantum dalam Gambar 1: Gambar 1 Skema teknis analisis data menggunakan metode Cochran Q Test 1. Melakukan Tabulasi Data 2. Mengolah Data dengan menggunakan metode Cochran Q Test Tanpa membedakan limit kredit a. Menghitung nilai Q dan dibandingkan dengan X tabel b. Melanjutkanperhitungan sampai didapat nilai Q < X tabel 2. Mengolah Data dengan menggunakan metode Cochran Q Test dengan membedakan limit kredit yaitu untuk yang dibawah Rp. 20 juta dan yang diatas Rp. 20 juta a. Menghitung nilai Q dan dibandingkan dengan X tabel untuk masing-masing kategori. b. Melanjutkanperhitungan sampai didapat nilai Q < X tabel HASIL ANALISIS Analisis data tanpa membedakan limit kredit 5

6 Hasil tabulasi data dan perhitungan dengan menggunakan Metode Cochran Q Test adalah sebagai berikut: Tabel 2 Hasil perhitungan dengan Cochran Q Test tanpa membedakan limit kredit Variabel yang diuji Nilai Q Nilai X Tabel Perbandingan Keterangan 9 Variabel 357,01 15,50 Q > X Semua variabel dilakukan perhitungan. 8 Variabel 293,69 14,07 Q > X 7 Variabel 218, Q > X Var 01 : Nama produk mudah di ingat tidak Var 09 : Kejelasan informasi produk, tidak 6 Variabel 179,42 11,07 Q > X Var 03 : Aplikasi mudah di isi, tidak 5. Variabel 9,51 9,49 Q > X 4. Variabel 6,33 7,82 Q < X Var 04 : Nama produk mudah dikenali, tidak Var 05 : Persetujuan limit kredit tidak dihitung lagi Dengan melakukan perhitungan sesuai metode Cochran Q Test, pada saat nilai Q adalah lebih kecil dari pada X tabel maka pada saat itulah perhitungan dihentikan. Sesuai hasil perhitungan terdapat 4 variabel yang merupakan asosiasi kunci dari produk KTAM seperti pada Tabel 3. Tabel 3 Daftar asosiasi merek KTAM tanpa membedakan limit Kredit Variabel Nilai Cj Var 07 : Proses kredit yang cepat 111 Var 06 : Petugas penjualan yang ramah 109 Var 08 : Bunga yang bersaing 109 Var 02 : Persyaratan dokumen yang sederhana 105 6

7 Dari asosiasi tersebut apabila dikaitkan dengan sumber pemenuhannya adalah sebagai berikut: a. Proses kredit yang cepat diperoleh dari penggunaan system LOS (Loan Origination System) yang cukup baik ditunjang oleh operator (pegawai pemroses) yang memiliki kemampuan yang memadai. b. Petugas penjualan yang ramah diperoleh dari pembinaan oleh Bank Mandiri dari Unit Consumer Loan Sales yang berhasil menarik simpati dari calon konsumen dalam hal pelayanan, penjelasan ataupun komunikasi verbal yang baik dengan konsumen. c. Bunga yang bersaing diperoleh dari Financial Policy dari Bank Mandiri, dimana Bank Mandiri mendapatkan dana murah dari masyarakat kemudian ditambah dengan komponen biaya operasional dan margin yang diinginkan dan ditambah dengan perhitungan resiko maka didapatlah Cost Of Fund, dimana semakin banyak dana murah dari masyarakat yang diterima terutama berupa tabungan, maka semakin rendah Cost of Fund nya maka semakin rendah bunganya dan Pricing Policy berupa suku bunga bisa lebih bersaing dengan bunga dari bank pesaing. d. Persyaratan dokumen yang sederhana diperoleh dari serangkaian pembahasan dan uji kelayakan serta resiko berupa resiko legal atas dokumen minimal yang disyaratkan namun masih aman secara legal. Dengan demikian asosiasi kunci ini akan dijadikan dasar untuk strategi penentuan posisi yang mendukung pengembangan merek KTAM yang telah dilakukan. Namun sebelum asosiasi ini dijadikan pedoman kerja kegiatan pemasaran, maka sebaiknya Bank Mandiri perlu melakukan evaluasi atas 4 sumber pemenuhan asosiasi merek yang tercipta dalam benak konsumen ini, karena apabila asosiasi merek ini dijadikan fokus kegiatan pemasaran, maka konsumen akan menagih janji atas apa yang telah dikomunikasikan mengenai 4 atribut ini, sehingga Bank Mandiri harus memenuhi harapan konsumen ini. Analisis data berdasarkan limit kredit dibawah Rp. 20 juta dan diatas Rp. 20 juta Untuk lebih dalam mengetahui asosiasi merek ini berikut peneliti akan sampaikan hasil uji asosiasi merek berdasarkan limit kredit, yaitu sebagai berikut: Asosiasi merek berdasarkan limit kredit dibawah Rp. 20 juta 7

8 Tabel 4 Hasil perhitungan dengan Cochran Q Test untuk limit kredit dibawah Rp. 20 juta Variabel yang diuji Nilai Q Nilai X Tabel Perbandingan Keterangan 9 Variabel 166,29 15,50 Q > X Semua variabel dilakukan perhitungan. 8 Variabel 133,09 14,06 Q > X Var 01 : Nama produk mudah di ingat tidak 7 Variabel 78,90 12,59 Q > X Var 09 : Kejelasan informasi produk, tidak 6 Variabel 62,15 11,07 Q > X Var 03 : Aplikasi mudah di isi, tidak 5. Variabel 5,73 9,48 Q < X Var 04 : Nama produk mudah dikenali, tidak Sesuai hasil perhitungan diatas, perhitungan dihentikan pada saat nilai Q < X dan terlihat terdapat 5 variabel yang merupakan asosiasi kunci dari produk KTAM, 4 atribut diantaranya adalah sama dengan 4 atribut hasil perhitungan sebelumnya (tanpa membedakan limit kredit), yaitu : a. Proses kredit yang cepat b. Petugas penjualan yang ramah c. Bunga yang bersaing d. Persyaratan dokumen yang sederhana Untuk lebih jelasnya berikut peneliti sampaikan 5 asosiasi merek KTAM untuk limit kredit dibawah Rp. 20 juta, yaitu: Tabel 5 Daftar asosiasi merek KTAM untuk limit kredit dibawah Rp. 20 juta Variabel Nilai Cj Var 07 : Proses kredit yang cepat 53 Var 06 : Petugas penjualan yang ramah 52 Var 08 : Bunga yang bersaing 51 Var 05 : Persetujuan limit kredit 49 8

9 Var 02 : Persyaratan dokumen yang sederhana 48 Dari 5 asosiasi kunci tersebut sumber pemenuhan 4 atribut sudah peneliti sampaikan sebelumnya, sedangkan 1 atribut tambahan adalah sebagai berikut: Persetujuan limit kredit diperoleh dari serangkaian proses dari input data dan verifikasi serta investigasi, sehingga permohonan konsumen tersebut diputus dengan limit kredit tertentu dengan jumlah relatif hampir sama dengan pada saat awal pengajuan permohonan. Terjadinya perbedaan asosiasi merek oleh responden dengan limit kredit dibawah Rp. 20 juta dan asosiasi merek oleh responden tanpa membedakan limit kredit adalah karena atribut persetujuan limit kredit sebagai tambahan asosiasi merek oleh responden dengan limit kredit dibawah Rp. 20 juta memiliki perbedaan nilai Cj (48) yang relatif kecil dengan nilai Cj dari atribut Persyaratan dokumen yang sederhana (49) dibanding dengan nilai Cj dari atribut Nama produk mudah dikenali (30). Asosiasi merek berdasarkan limit kredit diatas Rp. 20 juta Tabel 6 Hasil perhitungan dengan Cochran Q Test untuk limit kredit diatas Rp. 20 juta Variabel yang diuji Nilai Q Nilai X Tabel Perbandingan Keterangan 9 Variabel 196,80 15,50 Q > X Semua variabel dilakukan perhitungan. 8 Variabel 167,75 14,06 Q > X 7 Variabel 145,13 12,59 Q > X Var 01 : Nama produk mudah di ingat tidak Var 09 : Kejelasan informasi produk, tidak 6 Variabel 126,79 11,07 Q > X Var 03 : Aplikasi mudah di isi, tidak 5. Variabel 8,57 9,48 Q < X Var 04 : Nama produk mudah dikenali, tidak Sesuai hasil perhitungan diatas, dimana perhitungan dihentikan pada saat nilai Q < X terdapat 5 variabel yang merupakan asosiasi kunci dari produk KTAM, 4 atribut diantaranya adalah sama dengan 4 atribut hasil perhitungan tanpa membedakan limit kredit, yaitu: 9

10 a. Proses kredit yang cepat. b. Petugas penjualan yang ramah. c. Bunga yang bersaing. d. Persyaratan dokumen yang sederhana. Untuk lebih jelasnya berikut peneliti sampaikan 5 asosiasi merek KTAM untuk limit kredit diatas Rp. 20 juta, yaitu: Tabel 7 Daftar asosiasi merek KTAM untuk limit kredit diatas Rp. 20 juta Variabel Nilai Cj Var 07 : Proses kredit yang cepat 58 Var 08 : Bunga yang bersaing 58 Var 06 : Petugas penjualan yang ramah 57 Var 02 : Persyaratan dokumen yang sederhana 57 Var 05 : Persetujuan limit kredit 55 Dari 5 asosiasi kunci tersebut sumber pemenuhan 4 atribut sudah peneliti sampaikan sebelumnya, sedangkan 1 atribut tambahan adalah sebagai berikut: Persetujuan limit kredit diperoleh dari serangkaian proses dari input data dan verifikasi serta investigasi, sehingga permohonan konsumen tersebut diputus dengan limit kredit tertentu dengan jumlah relatif hampir sama dengan pada saat awal pengajuan permohonan. Terjadinya perbedaan asosiasi merek oleh responden dengan limit kredit diatas Rp. 20 juta dan asosiasi merek oleh responden tanpa membedakan limit kredit adalah karena atribut persetujuan limit kredit sebagai tambahan asosiasi merek oleh responden dengan limit kredit dibawah Rp. 20 juta memiliki perbedaan nilai Cj (55) yang relatif kecil dengan nilai Cj dari atribut Persyaratan dokumen yang sederhana (57) dibanding dengan nilai Cj dari atribut nama produk mudah dikenali (29). Dari atribut kecepatan proses yang memiliki nilai Cj tertinggi dengan 4 atribut lainnya yang juga memiliki nilai Cj yang tinggi, yaitu : bunga yang bersaing, petugas penjualan yang ramah, persyaratan dokumen yang sederhana dan persetujuan limit kredit, dapat 10

11 dilihat bahwa asosiasi ini mendukung strategi perluasan merek yang telah dilakukan, karena dari data yang peneliti dapat, posisi tingkat penjualan produk dari perluasan merek KTAM untuk posisi akhir bulan juni 2008 telah meningkat sebesar 168% apabila dibandingkan dengan posisi akhir maret KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Asosiasi merek menurut pandangan debitur KTAM Asosiasi merek yang memiliki nilai Cj tertinggi adalah kecepatan proses baik dianalisa tanpa membedakan limit kredit ataupun dipisahkan menjadi 2 kategori, yaitu limit dibawah Rp. 20 juta dan limit diatas Rp. 20 juta. 2. Atribut kecepatan proses termasuk atribut bunga yang bersaing, petugas penjualan yang ramah, persyaratan dokumen yang sederhana dan persetujuan limit kredit adalah asosiasi merek yang dapat mendukung strategi perluasan merek KTAM, Hal ini bisa terlihat dari posisi penjualan produk dari perluasan merek KTAM untuk posisi akhir bulan Juni 2008 telah meningkat sebesar 168% apabila dibandingkan untuk posisi akhir Maret a. Strategi penentuan posisi yang diambil adalah penentuan posisi berdasarkan atribut, yaitu pada atribut kecepatan proses. Untuk membuktikan atribut ini kepada konsumen Bank Mandiri memerlukan dukungan yang baik dari aplikasi sistem, petugas pemroses dan petugas penjualan yang harus selalu dalam kondisi terjaga. b. Strategi penentuan posisi untuk atribut kecepatan proses yang akan dijadikan pedoman kerja pemasaran adalah kecepatan proses yang memiliki jangka waktu tertentu yaitu 2 hari cair. c. Atribut kecepatan proses ini menjadi pedoman kerja yang akan dikomunikasikan kepada calon konsumen melalui iklan, presentasi ataupun kegiatan marketing. Saran a. Bank Mandiri perlu mengendalikan pendukung kecepatan proses, yaitu : sistem, petugas pemroses dan petugas penjualan. Dan apabila dapat diyakini ini terkendali, maka 11

12 timbul suatu peluang untuk penetrasi pasar untuk menjual kecepatan proses sebagai strategi penentuan posisi yang dikomunikasikan kepada calon konsumen pada setiap kegiatan pemasaran, karena untuk Bank pesaing yang berani menjual kecepatan proses tidak banyak, salah satunya adalah ABN Amro Bank. b. Keberhasilan strategi penentuan posisi untuk atribut kecepatan proses ini dapat dilihat secara langsung dengan adanya peningkatan penjualan KTAM, sehingga pergerakan angka penjualan KTAM ini dimonitor secara harian. c. Indikator lain untuk melihat keberhasilan strategi penentuan posisi seperti kesadaran konsumen, pengetahuan konsumen, tingkat kesukaan konsumen kecenderungan konsumen, keyakinan dan jaminan yang ada pada merek KTA Mandiri serta tindakan konsumen dalam membeli dan memakai merek KTA Mandiri, dapat diketahui dengan melakukan penelitian lebih lanjut dengan penekanan pada ekuitas merek KTAM. d. Sebelum menentukan atribut yang akan dijadikan bahan untuk asosiasi merek sebaiknya dilakukan penelitian pendahuluan mengenai kepentingan atribut bagi konsumen. Hal ini untuk memperkecil kemungkinan terjadinya penggunaan metode Cochran Q test tidak menghasilkan nilai Q < X tabel. DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia Banjarmasin, 2007, Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Bank Indonesia Quester, P. Farrelly, F 1998, Brand association and memory decay effects of sponsorship: the case of the Australian Formula One Grand Prix, Journal of Product and Brand Management 7(6) Rangkuty, Freddy, 2004, Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Simamora, B, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama 12

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan yang dimiliki oleh wanita dapat diketahui potensial pasar yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan yang dimiliki oleh wanita dapat diketahui potensial pasar yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita adalah gender yang jarang terangkat keberadaannya, namun dengan segala kelebihan yang dimiliki oleh wanita dapat diketahui potensial pasar yang cukup menjanjikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pasar yang semakin kompetitif, preferensi dan loyalitas pelanggan adalah kunci kesuksesan suatu produk. Beragam motivasi untuk membeli memainkan peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mulai berlomba-lomba menarik perhatian konsumen dengan berusaha

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mulai berlomba-lomba menarik perhatian konsumen dengan berusaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan di Indonesia di dalam dunia bisnis semakin ketat. Setiap perusahaan mulai berlomba-lomba menarik perhatian konsumen dengan berusaha mengelola produknya

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM.

ANDRI HELMI M, SE., MM. ANDRI HELMI M, SE., MM. Bagi dunia perbankan sistem informasi pemasaran dan riset pemasaran sangat besar peranannya dalam mencapai tujuan pemasaran bank. Dengan adanya sistem informasi yang baik akan memudahkan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. konsumen untuk mendapatkan kebutuhan dan keinginan dari masing-masing

LANDASAN TEORI. konsumen untuk mendapatkan kebutuhan dan keinginan dari masing-masing 14 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan yang berhubungan erat dengan pertumbuhan ekonomi bangsa, karena pada kegiatan tersebut terjadi proses antara produsen dan konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di

BAB I PENDAHULUAN. peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengaruh pasar global yang melanda dunia menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi pengaruh pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis. Dengan dasar hal inilah maka dapat dikatakan bahwa kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis. Dengan dasar hal inilah maka dapat dikatakan bahwa kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis saat ini disebabkan oleh perubahan pola pikir konsumen yang dinamis. Dengan dasar hal inilah maka dapat dikatakan bahwa kegiatan pemasaran sangat

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. SARLAN SIANTURI, Analisis Ekuitas Merek Kopi Bubuk di Kota Bogor. Di bawah bimbingan ANNY RATNAWATI dan MD. DJAMALUDIN.

RINGKASAN EKSEKUTIF. SARLAN SIANTURI, Analisis Ekuitas Merek Kopi Bubuk di Kota Bogor. Di bawah bimbingan ANNY RATNAWATI dan MD. DJAMALUDIN. RINGKASAN EKSEKUTIF SARLAN SIANTURI, 2004. Analisis Ekuitas Merek Kopi Bubuk di Kota Bogor. Di bawah bimbingan ANNY RATNAWATI dan MD. DJAMALUDIN. Membangun ekuitas merek dalam pemasaran produk atau jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merek dan segala sesuatu yang diwakilinya merupakan aset yang paling penting,

BAB I PENDAHULUAN. Merek dan segala sesuatu yang diwakilinya merupakan aset yang paling penting, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Merek dan segala sesuatu yang diwakilinya merupakan aset yang paling penting, karena hal ini merupakan dasar keuntungan kompetitif dan sumber penghasilan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek

BAB I PENDAHULUAN. meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situasi pasar saat ini semakin kompetitif dengan persaingan yang semakin meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek (brand)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (lack of fund) menjadi pilar penting untuk meningkatkan partisipasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. (lack of fund) menjadi pilar penting untuk meningkatkan partisipasi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mekanisme kerja bank yang menjadi jembatan antara masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund) dengan masyarakat yang membutuhkan dana (lack of fund) menjadi pilar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keputusan Pembelian Sebuah tindakan yang dilakukan konsumen untuk membeli suatu produk merupakan keputusan pembelian. Setiap produsen pasti menjalankan berbagai

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1. No. 10, Februari 2017 PENGARUH BRAND EQUITY TERHADAP LOYALITAS NASABAH TABUNGAN BISNIS PADA PT BANK PANIN, Tbk. CABANG UTAMA PONTIANAK

Bisma, Vol 1. No. 10, Februari 2017 PENGARUH BRAND EQUITY TERHADAP LOYALITAS NASABAH TABUNGAN BISNIS PADA PT BANK PANIN, Tbk. CABANG UTAMA PONTIANAK PENGARUH BRAND EQUITY TERHADAP LOYALITAS NASABAH TABUNGAN BISNIS PADA PT BANK PANIN, Tbk. CABANG UTAMA PONTIANAK Stevanni Christin Email: stevanni.christine@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Saat ini persaingan yang dihadapi perusahaan-perusahaan baik perusahaan industri maupun non industri sangat tinggi. Jenis sabun sudah banyak beredar di pasaran, seiring dengan meningkatnya perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kajian akan diarahkan pada gambaran profil perusahaan, serta posisinya di antara bank-bank lain yang bergerak dibidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang canggih. Banyak konsumen yang belum sempat mencoba seri terbaru

BAB I PENDAHULUAN. yang canggih. Banyak konsumen yang belum sempat mencoba seri terbaru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam industri telepon seluler saat ini sangat ketat. Produsen telepon seluler saling berlomba menciptakan seri dan model terbaru dengan fiturfitur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menggerakan roda perekonomian (Undang-Undang No.7 tahun 1992 pasal 1).

I. PENDAHULUAN. menggerakan roda perekonomian (Undang-Undang No.7 tahun 1992 pasal 1). I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perbankan adalah lembaga intermediasi yang berfungsi sebagai pengumpul dana masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat dalam rangka menggerakan roda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen Pemasaran, mendefinisikan Pemasaran adalah suatu proses. mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen Pemasaran, mendefinisikan Pemasaran adalah suatu proses. mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pemasaran Menurut Philip Kotler dan K.L.Keller (2007:12) dalam bukunya Manajemen Pemasaran, mendefinisikan Pemasaran adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus yang menganalisis tanggapan konsumen

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh 11 II. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 79 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan desain penelitian deskriptif, di mana tujuan penelitian adalah untuk menguraikan sifat

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. menjadi sasaran dan penyesuaian kegiatan perusahaan sedemikian rupa sehingga

II. LANDASAN TEORI. menjadi sasaran dan penyesuaian kegiatan perusahaan sedemikian rupa sehingga 15 II. LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Pemasaran Menurut Philip Kotler (2006) Pemasaran adalah suatu proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama memasuki abad 21 ini, menuntut setiap perusahaan untuk selalu inovatif dalam mengembangkan usahanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (surplus of fund) dengan masyarakat yang membutuhkan dana (lack of

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (surplus of fund) dengan masyarakat yang membutuhkan dana (lack of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mekanisme kerja bank yang menjadi jembatan antara masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund) dengan masyarakat yang membutuhkan dana (lack of fund) menjadi pilar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan persaingan bisnis dan meningkatnya era perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan persaingan bisnis dan meningkatnya era perkembangan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan persaingan bisnis dan meningkatnya era perkembangan teknologi yang begitu cepat, dewasa ini pemasaran memiliki peranan penting terhadap kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen maka produsen perlu memahami perilaku

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen maka produsen perlu memahami perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Semakin beragamnya keinginan dan kebutuhan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERANAN ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN MENJADI PELANGGAN PADA PT. ASKES (PERSERO) KANTOR REGIONAL V JAWA BARAT

KUESIONER PENELITIAN PERANAN ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN MENJADI PELANGGAN PADA PT. ASKES (PERSERO) KANTOR REGIONAL V JAWA BARAT KUESIONER PENELITIAN PERANAN ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN MENJADI PELANGGAN PADA PT. ASKES (PERSERO) KANTOR REGIONAL V JAWA BARAT Responden yang terhormat, Dalam rangka penyusunan skripsi mengenai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai fungsi sistem pengolahan data elektronik dalam menunjang efektivitas pemebrian kredit small business, penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini makin banyak bank yang menyediakan layanan internet banking.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini makin banyak bank yang menyediakan layanan internet banking. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini makin banyak bank yang menyediakan layanan internet banking. Di Indonesia bank-bank yang sudah menawarkan layanan internet banking antara lain Bank

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia tidak lepas dari peran bank sebagai penggerak perekonomian negara. Peran bank sebagai lembaga yang menghimpun dan penyalur dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap niat pembelian Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). a. Mohammad Reza Jalilvand, Neda Samiei, Seyed Hessamaldin Mahdavinia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap niat pembelian Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). a. Mohammad Reza Jalilvand, Neda Samiei, Seyed Hessamaldin Mahdavinia 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti yang terdahulu sudah banyak dilakukan terkait masalah kesadaran merek, asosiasi merek, dan persepsi kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini banyak menyajikan peluang bisnis sekaligus tantangan bisnis bagi perusahaan-perusahaan. Dengan banyaknya tantangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK. i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...ix DAFTAR LAMPIRAN... x

DAFTAR ISI. ABSTRAK. i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...ix DAFTAR LAMPIRAN... x DAFTAR ISI ABSTRAK. i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian...... 1 1.2. Identifikasi Masalah....

Lebih terperinci

KUALITAS KOMUNIKASI TELEMARKETER YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI NASABAH

KUALITAS KOMUNIKASI TELEMARKETER YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI NASABAH KUALITAS KOMUNIKASI TELEMARKETER YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI NASABAH (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Kualitas Komunikasi Telemarketer yang Mempengaruhi Persepsi Nasabah PT.Bank Permata,Tbk Cabang

Lebih terperinci

Brand adalah identitas tambahan dari suatu produk yang tak hanya. membedakannya dari produk pesaing, namun merupakan janji produsen atau

Brand adalah identitas tambahan dari suatu produk yang tak hanya. membedakannya dari produk pesaing, namun merupakan janji produsen atau CHAPTER 12 BRANDING A. Definisi Merek (Brand) Brand adalah identitas tambahan dari suatu produk yang tak hanya membedakannya dari produk pesaing, namun merupakan janji produsen atau kontrak kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia teknologi komunikasi saat ini sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia teknologi komunikasi saat ini sangat pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia teknologi komunikasi saat ini sangat pesat, hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang teknologi komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serius bagi pemerintah, adanya tuntutan masyarakat untuk dapat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. serius bagi pemerintah, adanya tuntutan masyarakat untuk dapat memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, kebutuhan akan rumah menjadi perhatian yang cukup serius bagi pemerintah, adanya tuntutan masyarakat untuk dapat memiliki rumah yang sesuai dengan

Lebih terperinci

Ryandhi Widjaya ABSTRAK

Ryandhi Widjaya ABSTRAK ANALISIS BRAND EQUITY DARI WHOLE MARKET DAN KEPUASAN KONSUMEN DARI MEMBER CELEBRITY FITNESS CABANG MALL PURI INDAH (STUDI KASUS JAKARTA BARAT) Ryandhi Widjaya 0800735305 ABSTRAK Sebuah merek seringkali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Didalam melakukan penelitian diperlukan suatu landasan teori yang akan digunakan untuk mendukung teori yang diajukan. Pembahasan yang dilakukan pada penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KUESIONER AUDIT INTERNAL. Berikan tanda cek ( ) pada kotak yang tersedia sesuai dengan kondisi internal yang dimiliki oleh

LAMPIRAN I KUESIONER AUDIT INTERNAL. Berikan tanda cek ( ) pada kotak yang tersedia sesuai dengan kondisi internal yang dimiliki oleh LAMPIRAN I KUESIONER AUDIT INTERNAL Petunjuk : Berikan tanda cek ( ) pada kotak yang tersedia sesuai dengan kondisi internal yang dimiliki oleh perusahaan. No Daftar Pertanyaan Audit Internal Ya Tidak

Lebih terperinci

ANALISIS ASOSIASI MEREK, PERSEPSI KUALITAS DAN LOYALITAS PELANGGAN MEREK KORAN KOMPAS PADA PT KOMPAS MEDIA NUSANTARA

ANALISIS ASOSIASI MEREK, PERSEPSI KUALITAS DAN LOYALITAS PELANGGAN MEREK KORAN KOMPAS PADA PT KOMPAS MEDIA NUSANTARA ANALISIS ASOSIASI MEREK, PERSEPSI KUALITAS DAN LOYALITAS PELANGGAN MEREK KORAN KOMPAS PADA PT KOMPAS MEDIA NUSANTARA Indri Wiyanti 0600645711 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Asosiasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitihan Terdahulu Penelitian terdahulu yang melandasi atau menjadi pedoman dalam penelitian tentang Pengaruh Kesadaran merek, Asosiasi merek, Loyalitas merek dan Citra merek

Lebih terperinci

STRATEGIC BRAND COMMUNICATION

STRATEGIC BRAND COMMUNICATION Modul ke: STRATEGIC BRAND COMMUNICATION BRAND EQUITY MEASUREMENT Fakultas ILMU KOMUNIKASI Cherry Kartika, SIP, M.Ikom. Program Studi Advertising & Marketing Communication www.mercubuana.ac.id WHAT IS BRAND

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat membuat perusahaan harus berkompetisi

I. PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat membuat perusahaan harus berkompetisi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis yang semakin ketat membuat perusahaan harus berkompetisi pada berbagai hal antara lain merek, harga, dan juga pelayanan dari suatu produk. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesuksesan sebuah bank dimana salah satu cara bank untuk mendistribusikan dan

BAB I PENDAHULUAN. kesuksesan sebuah bank dimana salah satu cara bank untuk mendistribusikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merek telah menjadi elemen krusial yang berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah bank dimana salah satu cara bank untuk mendistribusikan dan memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. perusahaan harus memiliki nilai keunikan tersendiri dimata konsumennya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. perusahaan harus memiliki nilai keunikan tersendiri dimata konsumennya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke 21 ini, dapat dirasakan kompetitif dan berdampak pada seluruh pelaku bisnis yang ada. Pelaku bisnis yang bisa berkompetisi dengan optimal atau maksimal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi menjanjikan peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan-perusahaan Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas pasar bagi produk-produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan informasi seperti saat ini, perkembangan dunia usaha telah membawa para pelaku bisnis kedalam persaingan yang sangat ketat. Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin tingginya populasi penduduk maka semakin tinggi pula kebutuhan manusia, salah satunya dalam segi kebutuhan tempat tinggal. Pada masa ini dalam keadaan

Lebih terperinci

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 1, Edisi Februari 2012 (ISSN : )

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 1, Edisi Februari 2012 (ISSN : ) MEMBANGUN BRAND IMAGE PRODUK MELALUI PROMOSI EVENT SPONSORSHIP DAN PUBLISITAS Th. Susetyarsi Dosen PNS DPK STIE Semarang Abstraksi Perusahaan dalam kegiatannya tidak bisa lepas dengan merk produk yang

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Teknologi Informasi dalam Membentuk Atribut Brand Equity Suatu Produk Kristiana Asih Damayanti Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL SURVEI KREDIT KONSUMSI A. Karakteristik Bank

HASIL SURVEI KREDIT KONSUMSI A. Karakteristik Bank BOKS 2 HASIL SURVEI KREDIT KONSUMSI DAN PERTANIAN DI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2007 Pada tahun 2007, Kantor Bank Indonesia Bengkulu melakukan dua survei yaitu Survei Kredit Konsumsi dan Survei Survei Kredit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar dan mempertahankan konsumen yang sudah ada. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi ini turut memicu

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar dan mempertahankan konsumen yang sudah ada. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi ini turut memicu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi saat ini membuat persaingan dalam dunia bisnis menjadi semakin sengit. Para pelaku bisnis dituntut untuk melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Juni 2013 sampai dengan bulan Agustus Berdasarkan jenis masalah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Juni 2013 sampai dengan bulan Agustus Berdasarkan jenis masalah yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kudus. Penelitian ini dimulai dari bulan Juni 2013 sampai dengan bulan Agustus 2013. Berdasarkan jenis masalah

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. perusahaan. Dalam perekonomian global yang memungkinkan pergerakan barang dan jasa

Bab I. Pendahuluan. perusahaan. Dalam perekonomian global yang memungkinkan pergerakan barang dan jasa Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia usaha merupakan suatu kondisi yang harus dihadapi oleh perusahaan. Dalam perekonomian global yang memungkinkan pergerakan barang dan jasa secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagaimana diketahui bahwa merek merupakan pembeda antar satu produk dengan produk

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagaimana diketahui bahwa merek merupakan pembeda antar satu produk dengan produk 11 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Merek (Brand) Sebagaimana diketahui bahwa merek merupakan pembeda antar satu produk dengan produk lainnya. Kita menyimpan memori

Lebih terperinci

Bab V Kesimpulan Dan Saran 112 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam penelitian ini telah dianalisis proses pelaksanaan brand equity

Bab V Kesimpulan Dan Saran 112 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam penelitian ini telah dianalisis proses pelaksanaan brand equity Bab V Kesimpulan Dan Saran 112 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam penelitian ini telah dianalisis proses pelaksanaan brand equity dalam pengambilan keputusan pembelian konsumen. Pada bab terakhir ini, akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu sistem ekonomi yang kompetitif dan marketing modern, untuk bertahan dan mengembangkan produknya perusahaan harus melakukan suatu inovasi dan strategi pemasaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Komunikasi yang baik bukanlah sekedar

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Komunikasi yang baik bukanlah sekedar 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkomunikasi merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat lepas dari kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Komunikasi yang baik bukanlah sekedar gagasan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dan perekonomian masyarakat dewasa ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern sesuai

Lebih terperinci

BAB7 SIMPULAN DAN SARAN

BAB7 SIMPULAN DAN SARAN BAB7 SIMPULAN DAN SARAN BAB7 SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Adapun simpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut: 1. Berdasarkan anal isis regresi, persamaan model

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Marketing 2.1.1 Pengertian Marketing Kita dapat membedakan antara definisi pemasaran secara sosial dan secara manajerial. Definisi sosial menunjukan peran yang dimainkan oleh

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran

BAB V. Kesimpulan dan Saran BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dikumpulkan baik data sekunder yang berasal dari dalam perusahaan ataupun data primer yang telah dikumpulkan melalui penyebaran kuisioner

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka kesimpulan dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) BJB yaitu Kredit

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka kesimpulan dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) BJB yaitu Kredit BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) BJB yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN

BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN 119 BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dalam bab IV terdapat beberapa kesimpulan, antara lain: A. Brand Equity untuk merek PAC: Brand Awareness: secara

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perilaku Konsumen Menurut Engel et al. (1994), perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang terlibat langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL 5.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Sebagian besar responden penelitian memiliki persepsi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Salah satu contohnya adalah perubahan teknologi. Komunikasi, informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. kita. Salah satu contohnya adalah perubahan teknologi. Komunikasi, informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Seiring dengan kemajuan zaman telah terjadi banyak perubahan di sekeliling kita. Salah satu contohnya adalah perubahan teknologi. Komunikasi, informasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk yang semakin tinggi, konsumen yang semakin smart, dan munculnya. kelangsungan hidup dalam dunia bisnis (Kotler, 2003:135).

BAB I PENDAHULUAN. produk yang semakin tinggi, konsumen yang semakin smart, dan munculnya. kelangsungan hidup dalam dunia bisnis (Kotler, 2003:135). BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dihadapkan pada lingkungan bisnis yang terus berfluktuasi. Siklus hidup produk yang semakin pendek, tuntutan standard kualitas dan desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus terpuruk dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. terus terpuruk dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 ini, dapat dirasakan dengan jelas bahwa persaingan bisnis kian kompetitif dan berdampak pada seluruh pelaku bisnis yang ada. Pelaku bisnis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 129 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Rendahnya pencapaian market share perbankan syariah pada layanan Giro ib wadiah menduduki posisi paling bawah sebagai sebuah output pemasaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang. Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan bisnis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang. Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan bisnis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan bisnis yang semakin ketat. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan untuk beragam keperluan, baik produktif (investasi dan modal

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan untuk beragam keperluan, baik produktif (investasi dan modal BAB IV PEMBAHASAN A. Prosedur Pembiayan BSM Oto di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar Perbankan syariah menjalankan fungsi yang sama dengan perbankan konvensional, yaitu sebagai lembaga intermediasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Desain Penelitian. cabang Mall Ciputra. cabang Mall Ciputra. cabang Mall Ciputra. cabang Mall Ciputra

BAB 3 METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Desain Penelitian. cabang Mall Ciputra. cabang Mall Ciputra. cabang Mall Ciputra. cabang Mall Ciputra BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Disain Penelitian Penelitian Jenis Unit Analisis Time Horizon Penelitian T-1 Deskriptif Individu Konsumen i crave T-2 Deskriptif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. produk para penjual dan membedakannya dari produk pesaing.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. produk para penjual dan membedakannya dari produk pesaing. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Landasan Teori A. Definisi Merek Menurut Durianto, dkk (2001:1) Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LANDASAN TEORI 2.1.1. CITRA MEREK 2.1.1.1. Pengertian Menurut Norman A. Hart dan John Staplenton dalam kamus Marketing (1995 : 23,24,104), definisi dari Citra (Image) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran kini tak lagi sekedar sarana promosi. Didalamnya mencakup upaya

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran kini tak lagi sekedar sarana promosi. Didalamnya mencakup upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Merek bukanlah sekedar nama atau simbol. Tetapi lebih kepada aset perusahaan yang bersifat intangible. Merek adalah nama, istilah, simbol atau kombinasi

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Universitas Kristen Maranatha

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Universitas Kristen Maranatha Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian penting dari sebuah perusahaan, karena dengan adanya pemasaran perusahaan dapat memperkenalkan produk mereka kepada masyarakat

Lebih terperinci

(Survei terhadap nasabah Bank Rakyat Indonesia) DRAFT SKRIPSI. Untuk memenuhi salah satu syarat penyusunan skripsi guna

(Survei terhadap nasabah Bank Rakyat Indonesia) DRAFT SKRIPSI. Untuk memenuhi salah satu syarat penyusunan skripsi guna PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASANDAN DAMPAKNYA TERHADAP LOYALITAS NASABAH KREDIT MODAL USAHA PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (persero)tbk KCP SUCI BANDUNG (Survei terhadap nasabah Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia teknologi yang kian hari kian berkembang, menciptakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia teknologi yang kian hari kian berkembang, menciptakan berbagai BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia teknologi yang kian hari kian berkembang, menciptakan berbagai macam fungsi yang memudahkan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber data : Statistik Perbankan Bank Indonesia (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber data : Statistik Perbankan Bank Indonesia (2008) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama empat tahun terakhir ini, bisnis perbankan mengalami perkembangan yang cukup menarik. Perkembangan ini dapat tercermin dari adanya peningkatan dana pihak ketiga

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESADARAN, ASOSIASI, PERSEPSI KUALITAS DAN LOYALITAS MEREK GUHDO SPRING BED PADA PT. TANDITAMA MANDIRI

ANALISIS TINGKAT KESADARAN, ASOSIASI, PERSEPSI KUALITAS DAN LOYALITAS MEREK GUHDO SPRING BED PADA PT. TANDITAMA MANDIRI ANALISIS TINGKAT KESADARAN, ASOSIASI, PERSEPSI KUALITAS DAN LOYALITAS MEREK GUHDO SPRING BED PADA PT. TANDITAMA MANDIRI SARI OCTAVIA 0600652465 ABSTRAK Dalam memutuskan untuk melakukan pembelian, seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini khususnya di Indonesia, padatnya penduduk diiringi semakin kompleknya kebutuhan mengubah pola hidup khususnya dalam mengatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Brand Brand menurut Kotler (2002:63) adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi pasar, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi pasar, pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi pasar, pembangunan ekonomi suatu negara biasanya ditentukan oleh kesuksesan dan keberhasilan perusahaan dan industri

Lebih terperinci

Harry Christian Barus

Harry Christian Barus PENGARUH EKUITAS MEREK ( BRAND EQUITY ) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE BLACKBERRY (Studi pada Mahasiswa Program S1 Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Harry Christian

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian brand equity pada pasta

SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian brand equity pada pasta BAB V SIMPULAN DAN SARAN 86 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian brand equity pada pasta gigi Pepsodent dan pasta gigi Close-Up di kota Bandung berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN EKUITAS MEREK OJEK BERBASIS ONLINE GO-JEK DAN GRABBIKE DI KOTA BEKASI

ANALISIS PERBANDINGAN EKUITAS MEREK OJEK BERBASIS ONLINE GO-JEK DAN GRABBIKE DI KOTA BEKASI ANALISIS PERBANDINGAN EKUITAS MEREK OJEK BERBASIS ONLINE GO-JEK DAN GRABBIKE DI KOTA BEKASI Disusun Oleh: Nama : Indra Dirgantara Npm : 13212690 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr. Ir. Budiman, MS. Latar

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan pemilihan masalah untuk dipecahkan 3.1.1 Latar belakang masalah Sejak diberlakukan open sky policy, persaingan di bisnis penerbangan semakin tinggi terbukti masuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di negara manapun di dunia ini termasuk di Indonesia apabila perekonomian bangsa dikelola secara jujur, adil dan profesional, maka pertumbuhan ekonomi akan

Lebih terperinci

BAB I. diwakili oleh merek. Merek merupakan nama, istilah tanda, simbol desain,

BAB I. diwakili oleh merek. Merek merupakan nama, istilah tanda, simbol desain, BAB I 1.1 Latar Belakang Salah satu aset tak berwujud dalam suatu perusahaan adalah ekuitas yang diwakili oleh merek. Merek merupakan nama, istilah tanda, simbol desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. A. Simpulan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. A. Simpulan BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekuitas merek yang diuraikan dalam dimensi kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, dan loyalitas

Lebih terperinci

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Brand awareness (kesadaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi. digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi. digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Merek dan Perspektif Merek 1. Definisi Merek Menurut UU No.15 Tahun 2001 merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia adalah pasar bagi seluruh pelaku bisnis. Dunia yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia adalah pasar bagi seluruh pelaku bisnis. Dunia yang tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia adalah pasar bagi seluruh pelaku bisnis. Dunia yang tengah dihadapkan pada era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Objek Penelitian Penelitian berlokasi di lingkungan Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin, Makassar dan obyek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini sudah menjadi trend bagi berbagai kalangan untuk makan pada Cafe &

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini sudah menjadi trend bagi berbagai kalangan untuk makan pada Cafe & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Belakangan ini sudah menjadi trend bagi berbagai kalangan untuk makan pada Cafe & Resto. Ini terlihat jelas dari kian merebaknya usaha Café & Resto khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman membuat kompetisi dalam dunia pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman membuat kompetisi dalam dunia pemasaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman membuat kompetisi dalam dunia pemasaran semakin kompetitif, perubahan lingkungan yang pesat semakin mendukung kompetisi yang sedang terjadi saat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Analyzing Current Performance Brand Awareness Brand Association Perception Gap & Performance Formulation Brand Revitalization Strategy Delivery Brand

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Terciptanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan akan berhasil memperoleh konsumen dalam jumlah yang banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Terciptanya kepuasan konsumen dapat memberikan

Lebih terperinci