BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Definisi sistem produksi adalah suatu aktivitas untuk mengolah atau mengatur sumber daya (resources) yang ada dalam proses produksi barang atau jasa dengan tujuan dapat memperbaiki tingkat efektivitas dan efisiensi dari proses produksi. Lebih jelas lagi dijelaskan bahwa sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat berupa material, mesin, modal, tenaga kerja dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan beserta hasil sampingannya seperti limbah, informasi dan lain sebagainya. Sistem produksi memiliki komponen atau elemen struktural dan fungsional yang berperan penting dalam menunjang keberlanjutan operasional sistem produksi itu. Elemen struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari material, mesin dan peralatan, tenaga kerja, energi, modal, informasi, tanah dan lain-lain. Sedangkan elemen fungsional terdiri dari pengawasan, perencanaan, pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan yang berkaitan erat dengan manajemen dan organisasi. Sistem produksi selalu berada dalam lingkungan, sehingga aspek-aspek lingkungan seperti perkembangan teknologi, sosial dan ekonomi, serta kebijakan pemerintah akan sangat mempengaruhi keberadaan sistem produksi. 6

2 7 Gambar 2.1 Input Output Sistem Produksi Elemen-elemen utama dalam sistem produksi adalah input, proses, output, serta adanya suatu mekanisme umpan balik untuk pengendalian sistem produksi itu agar mampu meningkatkan perbaikan secara terus menerus (continous improvement). Terdapat beberapa sistem produksi yang berkembang pada saat ini, salah satu diantaranya adalah sistem produksi tepat waktu (just in time). Konsep dasar dari just in time adalah memproduksi barang yang diperlukan, pada waktu yang dibutuhkan, dalam jumlah yang sesuai kebutuhan pelanggan pada setiap tahap proses dalam sistem produksi, dengan cara paling ekonomis atau paling efisien Jenis Proses Produksi Sistem produksi menurut proses menghasilkan output dibedakan menjadi: 1. Proses Produksi Berkelanjutan (continues process) Proses ini memproduksi secara terus menerus jenis produk yang sama dalam jumlah yang besar. Sekali set-up produksi digunakan dalam jangka panjang, tapi tidak memerlukan waktu set-up yang lama. Menggunakan mesin special purpose. Tidak diperlukan operator dengan skill tinggi dan hanya perlu

3 8 dalam jumlah yang sedikit karena mesin cenderung otomatis. Tapi perlu perawatan khusus oleh ahli yang berpengalaman. Disini persediaan bahan mentah rendah, pemindahan bahan biasanya menggunakan tenaga mesin seperti ban berjalan (conveyor). Konsekuensinya bila salah satu mesin atau alat rusak maka seluruh proses terhenti. Contoh pabrik susu instant. 2. Proses Produksi Terputus (intermittent process/discrete system) Memproduksi berbagai jenis spesifikasi barang sesuai pesanan konsumen dalam volume rendah. Pergantian jenis barang yang diproduksi membutuhkan kegiatan set-up yang berbeda, memerlukan total waktu set-up yang lebih lama. Pada proses ini digunakan mesin general purpose. Perlu operator dengan skill tinggi dalam jumlah besar. Butuh pengawasan yang lebih dibanding proses kontinyu. Persediaan bahan mentah tinggi. Pemindahan bahan biasanya menggunakan tenaga manusia seperti kereta dorong atau forklift, serta perlu ruang gerak dan ruang tempat bahan dalam proses yang besar. Contoh bengkel. 3. Proses Produksi Repetitif Merupakan kombinasi proses kontinyu dan proses terputus. Contoh: Restoran burger. Sedangkan menurut tujuan operasinya sistem produksi dibagi sebagai berikut : Engineering To Order (ETO) Bila pemesan minta produsen membuat produk dari proses perancangan. Dimana perusahaan melakukan rekayasa mulai penyiapan fasilitas sampai pembuatan untuk pemenuhan pesanan. Produk yang dipesan biasanya satu unit dan spesifikasinya sangat berbeda antar pesanan. Assembly To Order (ATO) Cirinya produsen sudah membuat desain standar, modul opsional standar dan produsen merakit suatu kombinasi tertentu dari modul yang telah ada sesuai pesanan konsumen atau agen. Ada modul standar yang siap dirakit untuk berbagai tipe produk. Contoh: Pabrik motor, pabrik mobil menyediakan pilihan transmisi manual atau otomatis, AC, warna atau model.

4 9 Make To Order (MTO) Produsen menyelesaikan item akhirnya jika dan hanya jika menerima pesanan konsumen untuk item tersebut. MTO mempunyai rentang spesifikasi pemesanan yang luas. Siklus produksi dimulai dari pemesanan oleh konsumen, pembuatan desain, memesan material yang tidak ada, pengerjaan, pesanan diantar ke konsumen, dan siklus diakhiri dengan pembayaran oleh konsumen. Kunci pengukuran kinerja MTO adalah waktu yang dihabiskan untuk merancang dan membuat produk, atau dengan persentase penyelesaian pesanan tepat waktu. Proses MTO dapat menyediakan tingkat variasi produk yang lebih tinggi dan lebih fleksibel. Contoh proses MTO adalah Cafetaria dan Restoran Cepat Saji. Make To Stock (MTS) Produsen membuat item yang diselesaikan dan ditempatkan sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen diterima. Item akhir akan dikirim dari sistem persediaan setelah pesanan konsumen diterima. Jadi produk sudah dibuat oleh produsen. Disini tugas utama manajemen meramalkan, mengelola persediaan, dan merencanakan kapasitas Persediaan Persediaan (inventory) didefinisikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu. Manajemen persediaan mengharuskan adanya pengelolaan persediaan barang untuk merencanakan dan mengendalikan persediaan pada tingkat yang optimum. Sangat penting untuk menentukan kualitas persediaan yang wajar dan sesuai dengan order pelanggan. Persediaan adalah sumber daya menganggur (idle resource) yang menunggu proses lebih lanjut (Arman Hakim Nasution dan Yudha Prasetyawan, 2008). Dilihat dari jenisnya, ada 4 macam persediaan secara umum, yaitu:

5 10 1. Bahan Baku (Raw Materials) Adalah barang barang yang dibeli dari pemasok dan akan diolah menjadi produk jadi yang dihasilkan oleh perusahaan. 2. Bahan Setengah Jadi (Work In Process) Adalah bahan baku yang sudah diolah atau dirakit menjadi satu komponen namun masih membutuhkan proses lanjutan agar menjadi produk jadi. 3. Barang Jadi (Finished Goods) Adalah barang jadi yang telah selesai diproses yang siap disimpan di gudang ataupun didistribusikan ke konsumen. 4. Bahan Bahan Pembantu (Supplies) Adalah barang barang yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan produksi, namun tidak akan menjadi bagian pada produk akhir yang dihasilkan perusahaan. Timbulnya persediaan dalam suatu sistem, baik itu sistem manufaktur maupun non manufaktur adalah akibat dari kondisi kondisi sebagai berikut: a) Mekanisme pemenuhan atas permintaan (transaction motive). Permintaan akan suatu barang tidak akan dapat dipenuhi dengan segera bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya waktu proses produksi, oleh sebab itu perlu dirasa adanya persedaiaan. b) Adanya keinginan untuk meredam ketidakpastian (precautionary motive). Ketidakpastian yang dimaksud adalah adanya variasi permintaan dan ketidakpastian dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang tidak selalu sama antar produk yang digunakan, waktu ancangancang (lead time) yang cenderung tidak pasti yang mana dapat diredam dengan jenis persediaan yang disebut persediaan pengaman (safety stock). c) Keinginan melakukan spekulasi (speculative motive) yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga barang yang terjadi Masalah Umum Persediaan Ada dua masalah umum yang dihadapi suatu sistem di dalam mengelola persediaannya yaitu sebagai berikut:

6 11 1. Masalah Kuantitatif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan penentuan kebijakan persediaan, antara lain: Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan. Kapan pemesanan harus dilakukan. Berapa jumlah persediaan pengamannya. Metode pengendalian persediaan yang paling tepat. 2. Masalah Kualitatif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan system pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran pengeluaran system persediaan yang akan menjamin kelancaran pengeluaran system persediaan seperti: Jenis barang apa yang dimiliki. Dimana barang tersebut berada. Berapa jumlah barang yang sedang dipesan. Siapa saja yang menjadi pemasok (supplier) masing-masing item Biaya Persediaan Secara umum biaya sistem persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul akibat adanya persediaan. Biaya sistem persediaan terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya simpan dan biaya kekurangan persediaan yang diuraikan sebagai berikut: 1. Biaya Pembelian (purchasing cost) Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli suatu barang yang besarnya bergantung pada jumlah dan harga barang tiap unit. Biaya pembelian menjadi faktor penting ketika harga barang yang dibeli tergantung pada ukuran pembelian. Keadaan ini diistilahkan sebagai quantity discount atau price break dimana harga satuan akan turun jika jumlah barang yang dibeli meningkat.

7 12 2. Biaya Pemesanan (ordering cost) Adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok (supplier), administrasi pemesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan seterusnya. Biaya ini diasumsikan konstan untuk setiap kali pesan. 3. Biaya Penyimpanan (holding cost). Adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang. Biaya ini meliputi: Biaya modal, penumpukan barang berarti penumpukan modal, dimana modal perusahaan mempunyai ongkos (expense) yang biasa diukur dengan suku bunga bank. Biaya gudang, barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudangnya merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri makan gudang merupakan biaya depresiasi. Biaya kerusakan dan penyusutan, barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya berkurang atau pun jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan presentasenya. Biaya kadaluwarsa (absolence), barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan model seperti barangbarang elektronik. Biaya kadaluwarsa biasanya diukur dengan besar penurunan nilai jual dari barang tersebut. Biaya asuransi, barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran, bencana alam dan musibah lainnya. Biaya asuransi tergantung jenis barang yang diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.

8 13 Biaya administrasi dan pemindahan, biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasi persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan barang dari, ke dan di dalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan biaya peralatan handling. Biaya kekurangan persediaan, adalah ongkos yang timbul akibat kehabisan persediaan pada saat ada permintaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian karena kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan atau kehilangan konsumen pelanggan karena kecewa sehingga beralih ke tempat lain. Biaya kekurangan dapat diukur dari kuantitas yang tidak dapat dipenuhi, waktu pemenuhan, dan biaya pengadaan darurat Administrasi Persediaan Administrasi persediaan menjadi bagian yang sangat penting dalam manajemen persediaan. Tugas-tugas yang termasuk dalam administrasi persediaan, antara lain: 1. Membukukan keluar masuknya barang di setiap gudang dan membukukan nilai stok yang ada serta nilai barang yang sudah terjual (cost of goods sold) selama periode tertentu. 2. Memelihara keakuratan persediaan dengan melakukan stock opname atau cycle counting. 3. Memelihara data-data pemasok serta harga tiap item yang perlu dibeli. 4. Secara periodik membuat laporan ringkasan keluar masuknya barang untuk dijadikan masukan dalam pengambilan keputusan. Walaupun data-data persediaan disimpan di komputer, bukti-bukti pemasukan dan pengeluaran ke gudang harus disimpan. Administrasi keluar masuknya barang juga menentukan bagaimana perusahaan menetukan harga jual suatu item dan menghitung cost of goods sold. Ada beberapa metode yang lumrah digunakan untuk melakukan administrasi keluar masuknya barang

9 14 dikaitkan dengan perubahan harga jual suatu produk. Metode-metode ini antara lain: Metode FIFO (first in first out) suatu metode dimana perubahan nilai barang didasarkan pada asumsi bahwa barang yang masuk lebih awal harus keluar lebih dulu. Metode LIFO (last in first out) adalah kebalikan dari FIFO, dimana barang yang masuk terakhir diasumsikan keluar paling awal. Metode rata-rata adalah suatu metode penyesuaian harga jual barang yang didasarkan atas rata-rata harga masuk. Menjaga Akurasi Catatan Persediaan Ada dua cara yang bisa digunakan untuk menjaga akurasi catatan persediaan, yaitu: 1. Periodic counting yakni metode penyesuaian catatan dengan kondisi fisik persediaan secara periodik. Dengan melakukan penghitungan fisik semua barang yang ada, mencocokkan dengan catatan dan melakukan perubahan apabila tidak sesuai. 2. Cycle count method dilakukan secara terus menerus (bukan periodik seperti halnya periodic counting). Cara ini bisa lebih efektif dan lebih murah dibandingkan dengan yang dilakukan secara periodik Peramalan Definisi Peramalan Peramalan adalah suatu proses untuk memperkirakan suatu peristiwa yang akan datang berdasarkan data yang lampau. Data-data yang dikumpulkan dihubungkan secara sistematis dalam suatu metode yang ditetapkan untuk mendapatkan nilai perkiraan (exception value) pada periode yang akan datang. Kapan saja kebijakan dibuat mengenai masa yang akan datang, maka setidak-tidaknya peramalan termasuk mendasari kebijakan tersebut. Hal ini dapat ditetapkan dan dipastikan bahwa peramalan yang direncanakan lebih berharga dan lebih teliti daripada peramalan berdasarkan intuisi atau tanpa

10 15 adanya peramalan (Biegel, E. John, Pengendalian Produksi Suatu Pendekatan Kuantitatif, Akademika Pressindo, Jakarta, 1992). Peramalan merupakan usaha melihat ke depan menentukan arah dan tindakan yang terlebih dahulu menatap lingkungan luar, menilai kekuatan dan kelemahan baik masa lalu maupun sekarang, mengkaji kesempatan dan hambatan, sebagai dasar penentuan tujuan, strategi, kebijakan dan taktik dalam pemasaran, produksi dan keuangan. Kegiatan peramalan permintaan tidaklah dapat diartikan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk mengukur permintaan di masa yang akan datang secara pasti, melainkan sekedar usaha untuk mengurangi kemungkinan hasil yang berlawanan antara yang terjadi di masa datang dengan hasil peramalan. Peramalan mungkin tidak selalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil, karena perubahan permintaaanya relatif kecil. Tetapi peramalan akan sangat dibutuhkan bila kondisi pasar bersifat kompleks dan dinamis Fungsi dan Tujuan Peramalan Bila ramalan telah dibuat (dan hal ini menjadi suatu kesimpulan yang terdahulu akan menjadi kenyataan), suatu mandat dan tujuan harus dapat diperoleh dan dipersiapkan, sehingga dapat mempengaruhi sifat ramalan, dalam hal ini terdapat 3 tujuan peramalan, yaitu: a. Menentukan seberapa besar persediaan yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan. b. Menentukan perencanaan jangka menengah produk yang ada untuk diproduksi dengan fasilitas yang ada. c. Menentukan penjadwalan jangka pendek dari produk yang ada untuk diproduksi dengan peralatan yang ada Metode Peramalan Dalam sistem peramalan, penggunaan berbagai metode peramalan akan memberikan nilai ramalan yang berbeda dan derajat dari galat peramalan (forecast error) yang berbeda pula. Salah satu seni dalam melakukan peramalan

11 16 adalah memilih model peramalan terbaik yang mampu mengidentifikasi dan menanggapi pola aktivitas historis data. Pada dasarnya semua metode peramalan memiliki ide yang sama, yaitu menggunakan data-data masa lalu untuk memperkirakan atau memproyeksikan data di masa yang akan datang. Dalam hubungannya dengan horison waktu, peramalan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu: a. Peramalan Jangka Pendek, umumnya 1 sampai 5 mingggu. Peramalan ini digunakan untuk mengambil keputusan dalam hal perlu tidaknya lembur, penjadwalan kerja dan keputusan kontrol jangka pendek lainnya. b. Peramalan Jangka Menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan. Peramalan ini biasanya digunakan untuk menentukan aliran kas, perencanan produksi, dan penentuan anggaran. c. Peramalan Jangka Panjang, umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini digunakan untuk perencanan produk dan perencanaan sumber daya. Berdasarkan sifatnya, peramalan diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu: peramalan yang bersifat Subyektif dan peramalan yang bersifat Obyektif. Perbedaan antara peramalan subyektif dengan obyektif hanya didasarkan pada cara mendapatkan nilai-nilai ramalan. A. Peramalan Subyektif Peramalan subyektif atau kadang ada juga yang menyebutnya sebagai metode peramalan kualitatif lebih menekankan pada keputusan hasil diskusi, pendapat pribadi seseorang, dan intuisi yang kelihatanya kurang ilmiah tetapi dapat memberikan hasil yang baik. Peramalan ini diwakili oleh Metode Delphi, Metode Penelitian Pasar dan Analogi Sejarah. 1. Metode Delphi Metode ini merupakan cara sistematis untuk mendapatkan keputusan bersama dari suatu kelompok yang terdiri dari para ahli dan berasal dari disiplin yang berbeda. Kelompok ini tidak bertemu secara bersama dalam suatu forum untuk berdiskusi. Tetapi mereka diminta

12 17 pendapatnya secara terpisah dan tidak boleh saling berunding. Hal ini dilakukan untuk menghindari pendapat yang bias karena pengaruh kelompok, pendapat yang berbeda secara signifikan dari ahli yang lain dalam kelompok tersebut akan ditanyakan lagi kepada yang bersangkutan, sehingga diperoleh angka estimasi interval tertentu yang dapat diterima. Kunci keberhasilan metode Delphi pada dasarnya tergantung pada kompetensi dan kepakaran para anggota panel serta variasi pengalamannya. Tiap anggota kelompok perlu memiliki kemampuan menjalin sintesa atas berbagai pendapat dan ramalan yang bervariasi. Metode Delphi ini dipakai dalam peramalan teknologi yang sudah digunakan pada pengoperasian jangka panjang. Selain itu, metode ini juga bermanfaat dalam pengembangan produk baru, pengembangan kapasitas produksi, penerobosan ke segmen pasar baru dan strategi keputusan bisnis lainnya. 2. Metode Penelitian Pasar (market research) Metode ini mengumpulkan dan menganalisa fakta secara otomatis pada bidang yang berhubungan dengan pemasaran. Salah satu teknik utama dalam penelitian pasar ini adalah survei konsumen. Survei konsumen akan memberikan informasi mengenai selera yang diharapkan konsumen, dimana informasi tersebut diperoleh dari sampel dengan kuisoner. Penelitian pasar sering digunakan dalam merencanakan produk baru, sistem periklanan, dan promosi yang tepat. Hasil dari penelitian pasar ini kadang-kadang juga dipakai sebagai dasar peramalan permintaan produk baru. 3. Analogi Sejarah Metode ini digunakan untuk meramal dalam periode waktu jangka pendek dan panjang. Metode ini mencoba menganalisa dengan membuat formulasi model barang yang akan diramalkan. Hasil yang diperoleh mempunyai tingkat ketelitian yang cukup baik namun biaya yang dikeluarkan cukup tinggi.

13 18 B. Peramalan Obyektif Peramalan Obyektif atau ada juga yang menyebutnya Metode Peramalan Kuantitatif merupakan prosedur peramalan yang mengikuti aturan-aturan matematis dan statistik dalam menunjukkan hubungan antara permintaan dengan satu atau lebih variabel yang mempengaruhinya. Peramalan objektif mengasumsikan bahwa tingkat keeratan dan macam dari hubungan antara variabel-variabel bebas dengan permintaan yang terjadi pada masa lalu akan berulang pada masa yang akan datang. Peramalan objektif diwakili oleh dua metode yaitu, Intrinsik dan Ekstrinsik. 1. Metode Intrinsik Metode ini membuat peramalan hanya berdasarkan pada proyeksi permintaan historis tanpa mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin mempengaruhi besarnya permintaan. Metode ini hanya cocok untuk peramalan jangka pendek pada kegiatan produksi, dimana dalam rangka pengendalian produksi dan pengendalian persediaan bahan baku sering kali perusahaan harus melibatkan banyak item yang berbeda. Hal ini tentu membosankan, sehingga memerlukan metodemetode peramalan yang mudah dan murah. Metode intrinsik akan diwakili oleh analisis deret waktu (Time Series). 2. Metode Ekstrinsik Metode ini mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin dapat mempengaruhi besarnya permintaan di masa mendatang dalam model peramalannya. Metode ini lebih cocok untuk peramalan jangka panjang karena dapat menunjukkan hubungan sebab akibat yang jelas dalam hasil peramalannya, sehingga disebut metode kausal dan dapat memprediksi titik-titik perubahan. Kelemahan dari metode ini adalah dalam hal mahalnya biaya aplikasinya dan frekuensi perbaikan hasil peramalan yang rendah karena sulitnya menyediakan informasi perubahan faktor-faktor eksternal yang terukur. Metode ekstrinsik banyak dipakai untuk peramalan pada tingkat agregat. Metode ini akan diwakili oleh metode regresi.

14 Analisis Deret Waktu (Time Series) Metode time series adalah metode peramalan secara kuantitatif dengan menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Secara umum, permintaan pada masa yang akan datang dipengaruhi oleh waktu. Untuk membuat suatu peramalan diperlukan data historis (masa lalu) permintaan. Data inilah yang akan dianalisis dengan menggunakan parameter waktu sebagai dasar analisis. Analisa Deret Waktu didasarkan pada asumsi bahwa deret waktu tersebut terdiri dari komponen-komponen Kecenderungan / Trend (T), Siklus / Cycle (C), Pola Musiman / Season (S), Variasi Acak / Random (R) yang akan menunjukkan suatu pola tertentu. Komponen-komponen tersebut kemudian dipakai sebagai dasar dalam membuat persamaan matematis. Analisa Deret Waktu ini sangat tepat dipakai untuk meramalkan permintaan yang pola permintaan di masa lalunya cukup konsisten dalam periode waktu yang lama, sehingga diharapkan pola tersebut masih akan tetap berlanjut. Kecenderungan / Trend (T) Trend merupakan sifat dari permintaan di masa lalu terhadap waktu terjadinya, apakah permintaan tersebut cenderung naik, turun atau konstan. Gambar 2.2. Ilustrasi grafik Kecenderungan / Trend (T)

15 20 Siklus / Cycle (C) Permintaan suatu produk dapat memiliki siklus yang berulang secara periodik, biasanya lebih dari 1 tahun, sehingga pola ini tidak perlu dimasukkan dalam peramalan jangka pendek. Pola ini berguna untuk peramalan jangka menengah dan jangka panjang. Gambar 2.3. Ilustrasi grafik Siklus / Cycle (C) Pola Musiman / Season (S) Fluktuasi permintaan suatu produk dapat naik turun di sekitar garis trend dan biasanya berulang setiap tahun. Pola ini biasanya disebabkan oleh faktor cuaca, musim libur panjang, dan hari raya keagamaan yang akan berulang secara periodik setiap tahunnya. Gambar 2.4. Ilustrasi grafik Pola Musiman / Season (S)

16 21 Variasi Acak / Random (R) Permintaan suatu produk dapat mengikuti pola bervariasi secara acak karena faktor-faktor adanya bencana alam, bangkrutnya perusahaan pesaing, promosi khusus dan kejadian-kejadian lainnya yang tidak mempunyai pola tertentu. Variasi acak ini diperlukan dalam rangka menentukan persediaan pengaman untuk mengantisipasi kekurangan persedian bila terjadi lonjakan permintaan. Gambar 2.5. Ilustrasi grafik Variasi Acak / Random (R) Metode peramalan yang bisa digunakan dalam analisa deret waktu (time series) ini adalah: 1) Metode Linier (Least Square) Dikatakan metode least square karena persamaan yang diperoleh mengakibatkan jumlah kesalahan peramalan kuadrat terkecil jika dibandingkan dengan persamaan metode lain. Secara matematis dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: Y(t) = a + b t Dimana: Y(t) a b t = nilai peramalan = bilangan konstan = slope atau koefisien = periode atau waktu

17 22 2) Moving Average / Rata Rata Bergerak (MA) Disebut rata-rata bergerak karena begitu setiap data aktual permintaan baru deret waktu tersedia, maka data waktu aktual permintaan yang paling terdahulu akan dikeluarkan dari perhitungan, kemudian nilai suatu rata-rata baru akan dihitung. Moving average diperoleh dengan merata-rata permintaan berdasarkan beberapa data masa lalu yang terbaru. Tujuan dari penggunaan teknis ini adalah mengurangi atau menghilangkan variasi acak permintaan dalam hubungannya dengan waktu. Tujuan ini dicapai dengan merata-rata beberapa nilai data secara bersama-sama dan menggunakan nilai rata-rata tersebut sebagai ramalan permintaan untuk periode yang akan datang. Secara matematis MA akan dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut : F t = ( ) Dimana: F t = Peramalan permintaan pada periode t A t = Permintaan aktual pada periode t n = Banyaknya data permintaaan yang diikutkan dalam perhitungan Penentuan berapa nilai n yang tepat adalah hal yang penting dalam metode ini. Bila permintaan cenderung stabil selama jangka waktu yang panjang, maka sebaiknya dipakai nilai n yang besar. Semakin besar nilai n, maka semakin halus perubahan nilai MA dari periode ke periode. Namun bila permintaan berubah secara signifikan dari waktu ke waktu, maka ramalan harus cukup agresif dalam mengantisipasi perubahan tersebut, sehingga nilai n yang kecil akan lebih cocok dipakai. 3) Single Exponential Smoothing (SES) Model matematis SES dapat dinyatakan sebagai berikut: F t+1 = α. A t + (1-α). F t

18 23 Dimana: Jika t = 1, maka F t+1 = A t α = konstanta (0,1 s /d 0,9) Yang perlu diperhatikan ialah pengaruh konstanta α, semakin kecil konstanta α yang digunakan maka smoothing yang dilakukan semakin besar (semakin halus), sebaliknya semakin besar konstanta α smoothing yang dilakukan semakin kecil. 4) Double Exponential Smoothing (DES) Model matematis DES dapat dinyatakan sebagai berikut: F t+m = A t + B t. m Dimana : A t = 2.S t S t B t = α / (1 - α).(s t - S t ) S t = α. A t + (1 - α) S t-1 S t = α. S t + (1 - α) S t-1 Untuk t = 1, S t-1 = A t Analisa Kesalahan Peramalan Pada umumnya setiap metode peramalan hanya merupakan alat yang digunakan untuk meramalkan keadaan yang akan datang dan memiliki penyimpangan dari keadaan aslinya. Oleh karena itu perlu adanya uji akurasi peramalan untuk melihat tingkat perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan yang sebenarnya. Berikut ini 5 (lima) cara menganalisa kesalahan peramalan dengan menggunakan beberapa ukuran statistik, yaitu: 1. Rata-rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviasi = MAD) MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau

19 24 lebih kecil dibandingkan kenyataannya. Secara matematis MAD dirumuskan sebagai berikut: MAD = y y' t n t 2. Rata-rata Kuadrat Kesalahan (Mean Square Error = MSE) MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara matematis MSE dirumuskan sebagai berikut: MSE = ( y y' ) n 2 3. Rata-rata Kesalahan Peramalan (Mean Forecast Error = MFE). MFE sangat efektif untuk mengetahui apakah hasil peramalan selama periode tertentu terlalu tinggi atau rendah. Bila hasil peramalan tidak bias, maka nilai MFE akan mendekati nol. MFE dihitung dengan menjumlahkan semua kesalahan peramalan selama periode peramalan dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara matematis MFE dirumuskan sebagai berikut: MFE = ( Α t F t ) n 4. Rata-rata Persentase Kesalahan Absolute (Mean Absolute Percentage Error = MAPE) MAPE merupakan ukuran kesalahan relatif. MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan aktual selama periode tertentu yang akan memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Secara matematis MAPE dirumuskan sebagai berikut: 100 Α MAPE = n Α t F t t

20 25 5. Standart Error of Estimate (SEE) SEE = ( y y ) ( n f ) ' Pemeriksaan dan Pengendalian Peramalan Setelah membuat ramalan, langkah selanjutnya adalah memeriksa bahwa hasil peramalan tersebut benar-benar mencerminkan data masa lalu dan sistem sebab akibat yang mendasari permintaan produk. Sepanjang aktualitas peramalan tersebut dapat dipercaya, hasil peramalan akan terus digunakan. Jika selama proses pemeriksaan / verifikasi ditemukan keraguan validitas metode peramalan yang digunakan, harus dicari metode lain yang lebih cocok. Validitas tersebut harus ditentukan dengan uji statistika yang sesuai. Bentuk termudah dari cara pengendali peramalan adalah peta kendali statistik yaitu peta kendali bergerak (Moving Range chart / MR chart). MR Chart dirancang untuk membandingkan nilai yang diramalkan dengan nilai permintaan aktual dari suatu permintaan pada periode yang sama. MR = ( F Α ) ( F Α ) t t t 1 t 1 Rata-rata rentang bergerak: MR MR = n 1 Garis tengah peta MR adalah pada titik nol. Batas-batas kontrol adalah : Batas kontrol atas : UCL = + 2, 66MR Batas kontrol bawah : LCL = 2,66MR Perubahan atau perbedaan yang digambarkan pada peta MR adalah : d = t F t Α t

21 26 Jika semua titik-titik yang diplot masuk ke dalam batas-batas kendali, maka persamaan tersebut benar. Jika ditemukan satu titik yang berada di luar batas kendali pada saat peramalan diverifikasi, maka harus ditentukan apakah data tersebut harus diabaikan atau membuat peramalan baru. Pengujian suatu kondisi tak terkendali adalah suatu titik di luar batasbatas kendali. Untuk maksud pengujian tersebut, peta MR dibagi ke dalam 6 daerah dengan lebar yang sama. 2 3 ± Daerah A = ± ( 2,66MR) = 1, 77MR 1 3 ± Daerah B = ± ( 2,66MR) = 0, 89MR Daerah C terdiri dari bagian di atas dan di bawah garis tengah. Pengujian untuk suatu kondisi tak terkendali adalah : 1. Dari 3 titik yang berurutan, 2 titik atau lebih terdapat pada salah satu daerah A. 2. Dari 5 titik yang berurutan, 4 titik atau lebih terdapat pada salah satu daerah B. 3. Terdapat 8 titik yang berurutan pada salah satu sisi dari garis tengah

22 27 Daerah A Daerah B Daerah C UCL + 0 Garis pusat - LCL Daerah A Daerah B Daerah C Gambar 2.6. Batas-batas Peta Moving Range Karakteristik dan Sifat Hasil Peramalan Menurut (Arman Hakim Nasution, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, 2003) Peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting antara lain akurasi, biaya dan kemudahan. Penjelasan dari kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut: 1) Akurasi Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasaan dan kekonsistensian peramalan tersebut. Hasil peramalan dikatakan bias bila peramalan tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan kenyataan. Hasil peramalan dikatakan konsisten bila besarnya kesalahan peramalan relatif kecil. Peramalan yang terlalu rendah akan mengakibatkan kekurangan persediaan, sehingga permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi dengan segera, akibatnya adalah perusahaan akan

23 28 kehilangan pelanggan dan kehilangan keuntungan penjualan. Peramalan terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya penumpukan persediaan. Keakuratan dari hasil peramalan berperan penting dalam menyeimbangkan persediaan yang ideal (meminimasi persediaan dan memaksimalkan tingkat pelayanan). 2) Biaya Biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan suatu peramalan tergantung dari jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan dan metode peramalan yang dipakai. Ketiga faktor pemicu tersebut mempengaruhi beberapa banyak data yang dibutuhkan, bagaimana penyimpanan datanya (manual / komputerisasi), dan siapa tenaga ahli yang diperbantukan. Pemilihan metode peramalan harus disesuaikan dengan data yang tersedia dan tingkat akurasi yang ingin di dapat, misalnya item-item yang penting akan diramalkan dengan metode yang canggih dan mahal, sedangkan item-item yang kurang penting bisa diramalkan dengan metode yang sederhana dan murah. 3) Kemudahan Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat, dan mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Adalah percuma memakai metode yang canggih, tetapi tidak dapat diaplikasikan pada sistem perusahaan karena keterbatasan dana, sumber daya manusia maupun peralatan teknologi. Selanjutnya masih didalam buku yang sama, dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil suatu peramalan, maka ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu : Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya bisa mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak dapat menghilangkan ketidakpastian tersebut.

24 29 Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang berapa ukuran kesalahan, artinya karena peramalan pasti mengandung kesalahan, maka adalah penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar kesalahan yang mungkin terjadi. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka panjang. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih konstan, sedangkan semakin panjang periode peramalan, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Metode Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) Salah satu kesulitan yang dialami manajemen tradisional perencanaan sumber daya material adalah menentukan tingkat persediaan optimal untuk komponen-komponen yang sifatnya bergantung (dependent) dan banyak jenisnya. Saat ini orang sudah familiar dengan metode baru yang sangat cocok untuk membuat perencanaan sumber daya material dengan data yang dependent. Metode perencanaan sumber daya material ini dikenal dengan istilah Material Requirement Planning (MRP). Metode perencanaan kebutuhan material adalah prosedur logis, aturan keputusan dan teknik pencatatan terkomputerisasi yang dirancang untuk menterjemahkan jadwal induk produksi (master production schedule) menjadi kebutuhan bersih (net requirement) material untuk semua item komponen produk. MRP dikembangkan sebagai metode perencanaan dan pengendalian persediaan untuk item-item dependant demand, dimana permintaaan cenderung discontinuous dan lumphy (tidak halus / tidak rata).

25 30 Gambar 2.7. Struktur MRP Input MRP 1. Jadwal Induk Produksi / Master Production Schedule (JIP / MPS) Jadwal Induk Produksi (JIP) didasarkan pada peramalan atas permintaan dari setiap produk akhir yang akan dibuat. Hasil peramalan (perencanaan jangka panjang) dipakai untuk membuat rencana produksi (perencanaan jangka sedang) yang pada akhirnya dipakai untuk membuat JIP yang berisi rencana secara mendetail mengenai 'jumlah produksi yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir beserta 'periode waktunya untuk suatu jangka perencanaan dengan memperhatikan kapasitas yang tersedia (pekerja, mesin dan bahan).

26 31 Tabel 2.1. Ilustrasi Jadwal Induk Produksi Produk Periode A B C D Struktur Produk / Bill Of Material (BOM) Struktur Produk berisi informasi tentang hubungan antara komponen-komponen dalam suatu proses perakitan. Informasi ini dibutuhkan dalam menentukan kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih suatu komponen. Selain itu, struktur produk juga berisi informasi tentang jumlah kebutuhan komponen pada setiap tahap perakitan dan jumlah produk akhir yang harus dibuat. Gambar 2.8. Ilustrasi Struktur Produk 3. Status Persediaan (Inventory Status) Status Persediaan menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan. Setiap item persediaan harus diidentifikasikan secara jelas jumlahnya karena transaksi-transaksi yang terjadi, seperti penerimaan, pengeluaran, produk cacat dan data-data tentang lead time, teknik ukuran lot yang dipakai, persediaan pengamanan dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam perencanaan.

27 Output MRP Output MRP merupakan tindakan pengendalian persediaan dan penjadwalan produk. Secara umum output berfungsi memberikan catatan tentang pesanan penjadwalan yang harus dilakukan / direncanakan baik dari pabrik sendiri maupun dari pemasok, memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang, memberikan indikasi untuk membatalkan pesanan, dan memberikan indikasi untuk keadaan persediaan. Terdapat tiga macam output MRP, yaitu Primary (orders) Report, Action Report / Exception Report dan Pegging Report Proses Perhitungan MRP Netting Adalah proses perhitungan kebutuhan bersih untuk setiap periode selama horizon perencanaan. Kebutuhan Bersih (NR) dihitung sebagai nilai dari Kebutuhan Kotor (GR) minus Jadwal Penerimaan (SR) minus Persediaan Ditangan (OH). Kebutuhan Bersih dianggap nol bila NR lebih kecil dari atau sama dengan nol. Tabel 2.2. Contoh Proses Netting Periode Total Kebutuhan Kotor Jadwal Penerimaan Persediaan di Tangan Kebutuhan Bersih Lotting Adalah proses penentuan besarnya pemesanan yang akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bersih. Langkah ini bertujuan menentukan besarnya pesanan individu yang optimal berdasarkan hasil dari perhitungan kebutuhan bersih.

28 33 Tabel 2.3. Contoh Proses Lotting Periode Total Kebutuhan Bersih Ukuran Lot Offsetting Adalah suatu proses penentuan saat atau periode dilakukanya pemesanan sehingga kebutuhan bersih dapat dipenuhi. Langkah ini bertujuan agar kebutuhan komponen dapat tersedia tepat pada saat dibutuhkan dengan memperhitungkan lead time pengadaan komponen tersebut. Berikut adalah contoh offsetting dengan lead time 1 periode. Tabel 2.4. Contoh Proses Offsetting Periode Total Ukuran Lot Rencana Pemesanan Explosion / Exploding Adalah proses perhitungan dari ketiga langkah sebelumnya, yang dilakukan untuk komponen yang berada pada level bawahnya. Langkah ini merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat item (komponen) pada level yang lebih rendah dari struktur produk yang tersedia.

29 34 Tabel 2.5. Contoh Proses Explosion Level 0 Periode Total Kebutuhan Bersih 7 12 Kuantitas Pemesanan Rencana Pemesanan Level 1 Periode Total Kebutuhan Kotor 7 12 Kuantitas Pemesanan Rencana Pemesanan Teknik-teknik Penentuan Ukuran Lot Beberapa teknik penerapan ukuran lot yang banyak dikenal adalah sebagai berikut: Fixed Order Quantity (FOQ) Economic Order Quantity (EOQ) Lot For Lot (LFL) Period Order Quantity (POQ) Fixed Period Requirement (FPR) Least Unit Cost (LUC) Least Total Cost (LTC) Part Period Balancing (PPB) Algoritma Wagner Within Dari metode-metode diatas, FOQ dan EOQ berorientasi pada permintaan, sedangkan lainnya disebut teknik-teknik ukuran lot yang diskrit, sebab teknikteknik tersebut menghasilkan sejumlah pesanan yang sama dengan kebutuhan bersih dalam jumlah yang tepat pada periode perencanaaan yang berhubungan. Ukuran-ukuran lot yang bersifat diskrit tidak menghasilkan sisa persediaan. Jumlah persediaan yang disimpan tidak akan cukup untuk memenuhi

30 35 kebutuhan periode yang akan datang secara cepat. Pemilihan teknik-teknik tersebut didasarkan pada biaya penyimpanan. Teknik ukuran lot dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu statis dan dinamis. Dikatakan statis bila jumlah pesanan yang dihitung hanya 1 kali sesuai dengan jadwal perencanaan. Dikatakan dinamis bila jumlah pesanan yang dihitung berulang mengikuti situasi. Berikut dijelaskan 4 teknik penentuan ukuran lot yang akan dipakai pada penelitian ini: 1) Fixed Order Quantity (FOQ) Jumlah pesanan tetap (FOQ) pada dasarnya adalah metode lot sizing yang dalam penentuan besarnya ukuran lot lebih kepada intuisi atau melalui faktor-faktor empirik, bisa juga menggunakan pengalaman pembuatnya misalnya saja menggunakan jumlah kebutuhan bersih tertinggi. FOQ ini sangat efektif untuk jenis barang yang biaya pemesanannya tinggi, dengan memenuhi kebutuhan bersih periode ke periode. Besarnya jumlah mencerminkan pertimbangan faktor faktor luar yang tidak akan dihitung dengan teknik alogaritma. Beberapa keterbatasan kapasitas atau proses yang harus dipertimbangakan antara lain batas waktu pemakaian (expired date), pengemasan, penyimpanan dan lain sebagainya. Salah satu ciri FOQ adalah jumlah lotnya selalu tetap, tetapi periode pemesananya selalu berubah. Berikut ini adalah contoh tabel perhitungan menggunakan metode lot sizing Fixed Order Quantity. Cirinya dapat dilihat dari jumlah pesanan yang tetap dari periode awal sampai akhir.

31 36 Tabel 2.6. Contoh Perhitungan MRP Metode FOQ Lead Time 1 periode Lot Size METODE FOQ Quantity On Hand 4536 Safety Stock 0 Jumlah PERIODE 12' Gross Requirements Schedule Receipts Projected On hand Net Requirements Plan Order Release Plan Order Receipt ) Economic Order Quantity (EOQ) EOQ dapat digunakan sebagai sebuah teknik penentuan lot size. Tetapi EOQ lebih disukai ketika terdapat demand yang independent yang relatif tetap, bukan di saat demand itu diketahui. EOQ adalah sebuah teknik statistik yang menggunakan rata-rata (seperti demand rata-rata untuk satu tahun) sedangkan prosedur MRP mengasumsikan demand (dependent) diketahui yang digambarkan dalam sebuah Master Production Schedule. Para manajer produksi harus mengambil keuntungan tersedianya informasi demand bila diketahui, daripada mengasumsikan bahwa demand adalah tetap. Perumusan yang dipakai dalam teknik ini adalah sebagai berikut: EOQ =.. Dimana: D = rata rata kebutuhan dalam satu periode k = biaya pemesanan h = biaya simpan Besaran EOQ didapat dari dua formulasi biaya simpan dan biaya pesan. Prinsip dasarnya adalah bahwa biaya simpan berbanding lurus dengan jumlah barang. Sedangkan biaya pesan berbanding terbalik terhadap jumlah barang.

32 37 Sehingga pada satu titik tertentu didapatkan pertemuan dua garis persamaan biaya simpan dan biaya pesan. Dimana di titik tersebut akan terlihat bahwa nilai total cost ada pada titik terendah. Berikut adalah grafik yang memperlihatkan terjadinya titik EOQ tersebut. Gambar 2.9. Grafik EOQ Biaya simpan dinotasikan dengan atau dari grafik dinotasikan, sedang biaya pesan adalah atau pada grafik dinotasikan. Titik EOQ, pada grafik dinotasikan sebagai Q* terjadi ketika dua garis ini bersinggungan atau dengan kata lain biaya simpan = biaya pesan, sehingga persamaanya menjadi: = sehingga Q 2. h = 2. D.k maka Q=. Pembuktian bahwa Total Inventory Cost (Tc) ada pada titik EOQ atau titik biaya paling minimum adalah bahwa: Total Cost = Biaya Simpan + Biaya Pesan Tc = + jika persamaan ini dideferensialkan terhadap Q maka:

33 38 Tc =. karena nilai Tc adalah 0, menjadi 0 =. Sehingga =., jika kita sederhanakan menjadi,: Q 2.h = 2.D.k sehingga Q= 2... Sebenarnya ada beberapa syarat dalam penerapan EOQ sebagai sebuah metode pemesanan material. Syarat tersebut meliputi: Kebutuhan diketahui dengan pasti dan konstan. Saat pemesanan tidak terjadi kehabisan barang. Harga barang per unit adalah konstan. Permintaan konsumen dan biayanya sampai barang dikirim diketahui dengan pasti dan konstan. Tabel 2.7. Contoh Perhitungan MRP Metode EOQ Lead Time 1prd Lot Size - METODE EOQ Quantity On Hand 4536 Safety Stock 0 JUMLAH PERIODE 12' Gross Requirements Schedule Receipts Projected On hand Net Requirements Plan Order Release Plan Order Receipt ) Lot For Lot (LFL) Teknik penentuan lot-size yang dikenal sebagai lot-for-lot memproduksi secara tepat berapa yang diperlukan. Keputusan ini konsisten dengan sasaran sistem MRP, yaitu memenuhi kebutuhan dependent demand. Sistem MRP ini menghasilkan unit hanya jika dibutuhkan, dengan tidak ada inventory pengaman dan tidak ada antisipasi order lebih lanjut. Bila order yang sering terjadi ekonomis dan teknik inventory just-in-time diterapkan, maka lot-for-lot menjadi sangat efisien. Bagaimanapun, bila biaya setup

34 39 cukup besar atau manajemen tidak mampu untuk menerapkan JIT, maka Lot- For-Lot menjadi mahal. Tabel 2.8. Contoh Perhitungan MRP Metode LFL Lead Time 1 prd Quantity On Hand 4536 METODE LOT FOR LOT PERIODE Lot Size - Safety Stock 0 12' JUMLAH Gross Requirements Schedule Receipts Projected On hand Net Requirements Plan Order Release Plan Order Receipt ) Fixed Period Requirement (FPR) Penerapan teknik FPR didasarkan pada periode waktu tertentu. Besarnya jumlah pesanan didasarkan pada jumlah kebutuhan bersih pada beberapa periode mendatang. Dalam teknik ini, selang waktu antara satu pemesanan dengan pesanan lainya adalah tetap, sedang ukuran lot pemesanan disesuaikan dengan kebutuhan bersihnya. Penentuan interval waktu pemesanan dilakukan sembarang atau intuitif. Jika saat pemesanaan jatuh pada kebutuhan bersihnya nol, maka pemesanan dilaksanakan pada periode berikutnya. Tabel 2.9. Contoh Perhitungan MRP Metode FPR Lead Time 1 Lot Size - METODE FPR Quantity On Hand 4536 Safety Stock 0 JUMLAH PERIODE 12' Gross Requirements Schedule Receipts Projected On hand Net Requirements Plan Order Release Plan Order Receipt

35 40 Berdasar jurnal yang menjadi referensi yaitu (Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) Dengan Menggunakan Teknik Lot Sizing Pada Bahan Baku Brispack J Varnish, Sonny Koeswara dan Resa Taruna Suhada, 2010) didapat bahwa metode MRP memang tepat dipakai untuk merencanakan kebutuhan material. Metode MRP membantu memberikan jumlah persediaan bahan baku yang sesuai dengan hasil dari peramalan permintaan. Penentuaan ukuran lot membuat perusahaan bisa memilih metode MRP yang memberikan biaya persediaan yang optimal.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Proses produksi adalah cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah nilai guna suatu barang dengan sumber daya yang ada. Untuk melaksanakan fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Peramalan Peramalan adalah suatu proses dalam menggunakan data historis yang telah dimiliki untuk diproyeksikan ke dalam suatu model peramalan. Dengan model peramalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan BAB V ANALISA HASIL Bab ini berisikan mengenai analisa hasil dari pengolahan data dalam perhitungan MRP Dolly pada satu tahun yang akan datang yang telah dibahas pada bab sebelumnya. 5.1 Analisa Peramalan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang

BAB V ANALISA HASIL. Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang BAB V ANALISA HASIL Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang dikumpulkan untuk pembuatan perencanaan kebutuhan material (MRP). Kemudian dalam bab ini berisikan analisa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1. Persediaan Persediaan merupakan salah satu pos modal dalam perusahaan yang melibatkan investasi yang besar. Kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pengertian mengenai Production Planning and Inventory control (PPIC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 rata-rata permintaan semakin

BAB V ANALISA HASIL. Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 rata-rata permintaan semakin BAB V ANALISA HASIL Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP). Kemudian dalam bab ini berisikan analisa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 1 3.1 PERSEDIAAN BAB III TINJAUAN PUSTAKA Maryani, dkk (2012) yang dikutip oleh Yudhistira (2015), menyatakan bahwa persediaan barang merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Persediaan

Lebih terperinci

kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi

kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi BABTI KAJIAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Persediaaan adalah sumber daya menganggur (idle resource) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28, Komplek Balapan, Yogyakarta PART 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan CV. Kurnia Teknik adalah sebuah CV spesialis moulding dan juga menerima jasa CNC, EDM, INJECT, dan DIGIT. CV. Kurnia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Produksi 2.1.1 Pengertian Manajemen Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi MRP didasarkan pada permintaan dependen.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP.

BAB V ANALISA HASIL. dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP. BAB V ANALISA HASIL Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data data yang dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP. Kemudian dalam bab ini berisikan analisa berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk merencanakan pembuatan/pembelian komponen/bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan MPS. MRP ini merupakan hal

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN. Oleh : Arinda Yudhit Bandripta

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN. Oleh : Arinda Yudhit Bandripta TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN Oleh : Arinda Yudhit Bandripta 3107.100.551 Dosen Pembimbing : Ir. Retno Indryani, Ms LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan CV. Mitra Abadi Teknik merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perancangan dan manufaktur untuk peralatan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG Siti Rohana Nasution 1, Temotius Agung Lukito 2 1,2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila 1) nasutionana@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Distribusi Distribusi merupakan suatu proses kegiatan aliran atau penyaluran barang dari produsen sampai ke tangan konsumen. Distribusi memerlukan perencanaan, dan pengendalian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku. BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian yang dilakukan. Referensi yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Matrikstama Andalan Mitra, sebuah perusahaan perdagangan, yang beralamatkan di Jl. Daan Mogot KM.12 No.9 Jakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produksi Menurut (Herjanto, 1999): Secara umum, kegiatan produksi atau operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan atau pembuatan barang,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Hasil pengumpulan data yang didapat dari departemen PPIC (Production Planning and Inventory Control) PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2011 sampai Mei 2011 di PT. Pindo Deli Pulp and Paper di bagian Paper machine 12. Lokasi Industri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Forecasting is the art and science of predicting the events of the future. Forecasting require historical data retrieval and project into the future with some

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat di jalan Daan Mogot KM 11

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat di jalan Daan Mogot KM 11 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu perusahaan telekomunikasi di Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk memecahkan masalah yang diuraikan pada sub bab 1.2 diperlukan beberapa terori pendukung yang relevan. 2.1 Inventory Control Pengawasan persediaan digunakan untuk mengatur tersedianya

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. yang digunakan untuk meramalkan keadaan yang akan datang memiliki. penyimpangan atau kesalahan dari keadaan aslinya.

BAB V ANALISA HASIL. yang digunakan untuk meramalkan keadaan yang akan datang memiliki. penyimpangan atau kesalahan dari keadaan aslinya. BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Peramalan Permintaan Pada umumnya setiap metode peramalan hanya merupakan sebuah alat yang digunakan untuk meramalkan keadaan yang akan datang memiliki penyimpangan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Persediaan (Inventory) Persediaan adalah sumber daya menganggur (idle resources) yang menunggu proses selanjutnya, yang dimaksud dengan proses yang lebih lanjut tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah: 10 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian Persediaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam perusahaan setiap manajer operasional dituntut untuk dapat mengelola dan mengadakan persediaan agar terciptanya efektifitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Agar dapat melaksanakan fungsi-fungsi produksi dengan baik, maka diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk Sistem Produksi. Sistem Produksi merupakan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi,

BAB II LANDASAN TEORI. dalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi, Landasan Teori 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Produksi Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) ABC Amber Text Converter Trial version, http://www.processtext.com/abctxt.html MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1 Landasan Teori Perencanaan kebutuhan material (material requirements planning) merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori untuk item-item

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEMPE \MENGGUNAKAN MATERIAL REQUIREMENT PLANNING

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEMPE \MENGGUNAKAN MATERIAL REQUIREMENT PLANNING ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEMPE \MENGGUNAKAN MATERIAL REQUIREMENT PLANNING Kusumawati, Aulia Jurusan Teknik Industri Universitas Serang Raya Jl Jalan Raya Serang, Cilegon KM. 5 Taman

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) Peramalan merupakan upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan digunakan untuk melihat atau memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 engertian engendalian ersediaan ersediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan merupakan usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk melihat dan mengkaji situasi dan kondisi di masa mendatang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam melaksanakan aktivitas produksi suatu barang, setiap perusahaan, baik perusahaan jasa atau pun perusahaan perdagangan serta perusahaan manufaktur pasti mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat)

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat) 102 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Peramalan Metode peramalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah proyeksi trend yang terdiri dari linier trend model, quadratic trend model, exponential growth curve trend

Lebih terperinci

Perhitungan Waktu Siklus Perhitungan Waktu Normal Perhitungan Waktu Baku Tingkat Efisiensi...

Perhitungan Waktu Siklus Perhitungan Waktu Normal Perhitungan Waktu Baku Tingkat Efisiensi... ABSTRAK Perusahaan Biskuit X merupakan perusahaan swasta yang berdiri pada tahun 1995 dan memproduksi biskuit marie yang dipasarkan ke beberapa kota di Pulau Jawa. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen. BAB III Metode Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pt. Anugraha Wening Caranadwaya, diperusahaan Manufacturing yang bergerak di bidang Garment (pakaian, celana, rompi,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan dari dokumen perusahaan. Data yang di perlukan meliputi data penjualan produk Jamur Shiitake,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Menurut Mahadevan (2010 : 3) manajemen operasi adalah kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi, apakah mereka berada di industri manufaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia industri menyebabkan terjadinya persaingan yang cukup ketat antar perusahaan. Kualitas merupakan faktor dasar konsumen terhadap

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ Fakultas FEB Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Proses dalam MRP Bill of material (BOM)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Pengertian manajemen menurut Robbins dan Coulter (2010;23) adalah pengkoordinasikan dan pengawasan dari aktivitas pekerjaan orang lain sehingga pekerjaan mereka

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data : - data penjualan - data kebutuhan bahan baku - data IM F - data biaya pesan - data biaya simpan Pengolahan Data : - Peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Persediaan Merujuk pada penjelasan Herjanto (1999), persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Haming (2011:24) Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG I Made Aryantha dan Nita Anggraeni Program Studi Teknik Industri, Universitas Komputer Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEOI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak CV Belief Shoes merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur sepatu. Sepatu yang diproduksi terdiri dari 2 jenis, yaitu sepatu sandal dan sepatu pantofel. Dalam penelitian ini penulis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sejarah manajemen menurut William (2008:44) sebagai bidang studi manajemen mungkin berusia 125 tahun, tetapi ide-ide dan praktek manajemen benarbenar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Peramalan Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa banyak kebutuhan dimasa mendatang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang ada pada perusahaan ini. Pembahasan pada bagian ini dimulai dari landasan

BAB II LANDASAN TEORI. yang ada pada perusahaan ini. Pembahasan pada bagian ini dimulai dari landasan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini digunakan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada pada perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Secara umum produksi diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output). Dalam pengartian yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan 2.1.1 Uji Kenormalan Liliefors Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan dan biasanya digunakan untuk mengetahui pola distribusi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Persediaan Persediaan adalah Sejumlah bahan bahan parts yang disediakan dan bahan bahan dalam proses yang terdapat di perusahaan untuk proses produksi serta persediaan barang

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis . Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 13 Pokok Bahasan Dosen : Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero Rizky Saraswati 1), dan I Wayan Suletra 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Dari hasil pengumpulan data yang didapat dari divisi produksi PT. Indotek Jaya, maka data tersebut diperlukan untuk membuat rancangan MRP (Material

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA II.1 Peramalan...7

TINJAUAN PUSTAKA II.1 Peramalan...7 DAFTAR ISI Halaman Lembar Judul...i Lembar Pengesahan...ii Lembar Pernyataan...iii Kata Pengantar...iv Daftar Isi...vi Daftar Tabel...x Daftar Gambar...xii Daftar Persamaan...xiii Daftar Lampiran...xv

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram untuk pemecahan masalah yang terdapat pada PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) dapat dilihat dalam diagram 3.1 di bawah ini. Mulai Identifikasi Masalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Manajemen Permintaan Pada dasarnya manajemen permintaan (demand management) didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Untuk melakukan pemecahan masalah yang berkaitan dengan perencanaan bahan baku di PT. Mitra Manis Sentosa, maka dibawah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Yang Dihasilkan PT. Harapan Widyatama Pertiwi adalah perusahaan yang memproduksi pipa berdasarkan pesanan (make to order), tetapi ada pula beberapa produk yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan Persediaan merupakan timbunan bahan baku, komponen, produk setengah jadi, atau produk akhir yang secara sengaja disimpan sebagai cadangan untuk menghadapi kelangkaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci