PENGKATEGORIAN KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN METODE ELIMINATION ET CHOIX TRADUISANT LA REALITE TRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGKATEGORIAN KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN METODE ELIMINATION ET CHOIX TRADUISANT LA REALITE TRI"

Transkripsi

1 PENGKATEGORIAN KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN METODE ELIMINATION ET CHOIX TRADUISANT LA REALITE TRI oleh TATIK HARIYANTI M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2012to user i

2 ABSTRAK Tatik Hariyanti, PENGKATEGORIAN KESEHATAN BANK PER- KREDITAN RAKYAT DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN METODE ELI- MINATION ET CHOIX TRADUISANT LA REALITE TRI. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret. Kegiatan usaha BPR bertujuan untuk melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat di daerah pedesaan. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BPR dipengaruhi oleh tingkat kesehatan BPR. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui tingkat kesehatan BPR. Salah satu metode yang dapat digunakan mengkategorikan tingkat kesehatan BPR adalah elimination et choix traduisant la realite tri (ELECTRE TRI ). ELECTRE TRI merupakan metode pengambilan keputusan multikriteria yang berdasarkan pada konsep outranking. Metode ELEC- TRE TRI menggunakan perbandingan berpasangan antara alternatif dengan batas kategori menurut setiap kriteria yang bersesuaian. Penelitian ini bertujuan mengkaji ulang metode ELECTRE TRI dan menerapkan metode ELECTRE TRI dalam pengkategorian kesehatan BPR di Jawa Tengah. Pengkategorian kesehatan BPR di Jawa Tengah menggunakan metode ELECTRE TRI dipengaruhi oleh banyaknya kriteria, perbandingan tingkat kepentingan antar kriteria dan perbandingan alternatif dengan batas kategori. Kata kunci: BPR, pengkategorian, ELECTRE TRI, outranking. iii

3 ABSTRACT Tatik Hariyanti, CATEGORIZATION OF BANK PERKREDITAN RAKYAT SOUNDNESS IN CENTRAL JAVA USING ELIMINATION ET CHO- IX TRADUISANT LA REALITE TRI METHOD. Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret University. Business activities of BPR aim to serve small enterprises and society at rural territory. Level confidence of people towards BPR is influenced by the soundness of BPR. Therefore, it is important to know the BPR soundness. One of the methods that can be used to categorization BPR soundness is elimination et choix traduisant la realite tri (ELECTRE TRI). ELECTRE TRI is a multi criteria decision making method based on outranking concept. ELECTRE TRI method use comparisons of pairs of alternatives with category boundaries according to each appropriate criterion. This research purposes to review ELECTRE TRI method and apply ELECTRE TRI method on categorization of BPR soundness in Central Java. The categorization of BPR soundness in Central Java using ELECTRE TRI method is influenced by the number of criterion, comparison of the importance level of among criterion and comparison of among alternative with category boundaries. Key words: BPR, categorization, ELECTRE TRI, outranking. iv

4 MOTO Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil (Mario Teguh) v

5 PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan untuk Kedua orang tuaku yang selalu mendoakanku dan menyayangiku, Kakakku Tutog Haryanto dan adikku Titik Hariyani yang selalu memotivasiku, Mas Anton Yulis yang selalu mendukung setiap langkahku. vi

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan lindungan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun atas bimbingan dan bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada 1. Ibu Sri Kuntari, M.Si sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 2. Bapak Drs. Santoso B. W., M.Si sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 3. Ruby, Rika, dan Hokki yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini. 4. Semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, Juli 2012 Penulis vii

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i PENGESAHAN ii ABSTRAK iii ABSTRACT iv MOTO v PERSEMBAHAN vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI ix DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL xii I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Manfaat II LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Kesehatan Bank Multi Criteria Decision Making Matriks Perbandingan Berpasangan Tingkat Konsistensi Elimination Et Choix commit Traduisant to user La Realite Tri Kerangka Pemikiran viii

8 III METODE PENELITIAN 15 IV PEMBAHASAN Representasi Masalah Matriks Perbandingan Berpasangan dan Bobot Kriteria Tingkat Konsistensi Elimination Et Choix Traduisant La Realite Tri V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA 37 LAMPIRAN 38 ix

9 DAFTAR TABEL 2.1 Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio KPMM Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio KAP Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio PPAP Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio Manajemen Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio ROA Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio BOPO Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio CR Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio LDR Skala perbandingan berpasangan Saaty Konsistensi random rata-rata (RI) Perbandingan berpasangan antar kriteria dan bobot kriteria Batas kategori tiap kriteria Nilai ambang tiap kriteria Indeks partial concordance c j (a i, b h ) Indeks partial concordance c j (b h, a i ) Indeks discordance d j (a i, b h ) Indeks discordance d j (b h, a i ) Indeks credibility σ(a i, b h ) dan σ(b h, a i ) x

10 DAFTAR GAMBAR 2.1 Permasalahan dalam MCDM Hubungan antara alternatif dan batas kategori xi

11 DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL Y : matriks perbandingan berpasangan λ maks : nilai eigen terbesar k j : bobot kriteria ke-j CI : indeks konsistensi CR : rasio konsistensi RI : indeks random A : himpunan alternatif a i : alternatif ke-i G : himpunan kriteria g j : kriteria ke-j F : himpunan indeks kriteria C : himpunan kategori C h : kategori ke-h B : himpunan batas kategori b h : batas kategori ke-h q j (b h ) : nilai ambang indifference batas ke-h pada kriteria k-j p j (b h ) : nilai ambang preference batas ke-h pada kriteria k-j v j (b h ) : nilai ambang veto batas ke-h pada kriteria k-j : preference P : strict preference Q : weak preference I : indifference S : outranking xii

12 Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan mempunyai peranan dan fungsi yang penting dalam lingkungan dunia yang global ini. Bank merupakan lembaga keuangan yang dapat mempengaruhi perekonomian dan berfungsi utama sebagai penghimpun dana dari masyarakat serta penyalur dana kepada masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap bank akan terwujud apabila bank termasuk dalam kategori bank sehat. Bank sehat adalah bank yang mampu meningkatkan kinerjanya secara optimal. Dengan demikian bank dituntut menjaga kesehatannya dalam rangka meningkatkan kinerjanya untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap bank. Kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk melaksanakan kegiatan operasi perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajiban dengan baik melalui cara-cara yang sesuai peraturan yang berlaku. Tingkat kesehatan bank harus dipertahankan oleh setiap bank, hal ini disebabkan karena baik buruknya tingkat kesehatan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan pihak-pihak yang berhubungan dengan bank seperti pemerintah, Bank Indonesia (BI), para investor, dan masyarakat umum pengguna jasa keuangan. Indikator tingkat kesehatan bank dapat dilihat dalam laporan keuangan bank yang dipublikasikan di website BI yang meliputi informasi tentang neraca, laba-rugi, komitmen dan kontijensi serta informasi lain. Salah satu bank yang mempublikasikan laporan keuangannya adalah bank perkreditan rakyat (BPR). BPR merupakan bank yang lebih banyak bergerak di bidang pemberian kredit. Kegiatan usaha BPR bertujuan untuk melayani usahausaha kecil dan masyarakat di daerah pedesaan. BPR di Jawa Tengah memiliki 1

13 nasabah terbanyak di Indonesia pada bulan Maret Menurut surat keputusan direksi BI Nomor 30/12/KEP/DIR tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan BPR [2], terdapat empat kategori bank yaitu : tidak sehat, kurang sehat, cukup sehat, dan sehat. Setiap BPR dapat dikategorikan bank sehat yang didasarkan pada laporan keuangan jika rasio kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) 8%, rasio kualitas aktiva produktif (KAP) 10, 35%, rasio return on asset (ROA) 1, 215%, rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) 93, 52%, cash ratio (CR) 4, 05%, dan loan to deposit ratio (LDR) 94, 5%. Batas-batas tersebut merupakan batas antara kategori bank sehat dengan kategori bank cukup sehat yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pada peraturan tersebut juga tercantum beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar BPR masuk ke dalam salah satu kategori. Pengelompokan BPR ke kategori yang didasarkan pada batas-batas dan kriteria yang telah ditetapkan dalam peraturan dikatakan sebagai pengkategorian. Sehingga untuk mengkategorikan BPR perlu dilakukan proses pengambilan keputusan dengan banyak kriteria untuk masalah pengkategorian. Multi criteria decision making (MCDM ) adalah metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dengan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Salah satu metode MCDM untuk masalah pengkategorian adalah metode elimination et choix traduisant la realite tri (ELECTRE TRI ). Sebagaimana yang ditulis oleh Figueira et al. [8], untuk masalah pengkategorian disarankan menggunakan metode ELECTRE TRI. Metode ELECTRE TRI dirancang untuk menempatkan sekumpulan alternatif ke kategori. Pada skripsi ini, penulis ingin mengkaji ulang metode ELECTRE TRI dan selanjutnya menerapkannya pada pengkategorian kesehatan BPR di Jawa Tengah. Pengkategorian kesehatan BPR ini dilakukan dengan cara menempatkan BPR pada kategori-kategori yang telah didefinisikan berdasarkan kriteria-kriteria dan batas-batas kategori yang ditetapkan pemerintah. 2

14 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah pada skripsi ini adalah 1. bagaimana tahap-tahap pada metode ELECTRE TRI, 2. bagaimana penerapan metode ELECTRE TRI pada pengkategorian kesehatan BPR di Jawa Tengah. 1.3 Tujuan Tujuan dari skripsi ini adalah 1. dapat menjelaskan tahap-tahap pada metode ELECTRE TRI, 2. menerapkan metode ELECTRE TRI pada pengkategorian kesehatan BPR di Jawa Tengah. 1.4 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari skripsi ini adalah dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang proses pengambilan keputusan dengan metode ELEC- TRE TRI dan penerapannya pada pengkategorian kesehatan BPR di Jawa Tengah. 3

15 Bab II LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran. Tinjauan pustaka berisi penelitian-penelitan yang dilaksanakan dan digunakan sebagai dasar dilaksanakannya penelitian ini, serta teori-teori penunjang berisi definisi-definisi yang digunakan dalam pembahasan. Sedangkan kerangka pemikiran berisi alur pemikiran dalam penulisan skripsi ini. 2.1 Tinjauan Pustaka Benayoun et al. menulis sebuah buku yang memperkenalkan tentang ELECTRE pada tahun Figuera et al. [8] membahasnya kembali serta menjelaskan bermacam-macam model ELECTRE, pada penjelasannya terdapat ELECTRE I, II, III, IV dan TRI. Pada penelitian Mousseau et al. [9] dijelaskan bahwa ELECTRE TRI digunakan untuk pengambilan keputusan pada masalah pengkategorian. Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian ini dilaksanakan untuk mengkaji ulang metode ELECTRE TRI dan menerapkannya pada proses pengkategorian kesehatan BPR di Jawa Tengah. Untuk itu perlu menguraikan beberapa hal yang mendasari penelitian ini. Adapun beberapa hal tersebut memuat kesehatan bank, MCDM, matriks perbandingan berpasangan, tingkat konsistensi serta ELECTRE TRI Kesehatan Bank Menurut surat keputusan direksi BI nomor 30/12/KEP/DIR tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan BPR [2], CAMEL (capital, asset, management, earning, liquidity) adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan BPR. Berikut ini merupakan perincian setiap rasio yang dinilai dalam 4

16 CAMEL. 1. Capital (pemodalan) Kecukupan modal merupakan faktor penting bagi bank. Perhitungan rasio capital atau pemodalan dimaksudkan untuk mengukur kemampuan bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Salah satu indikator dari pemodalan adalah rasio KPMM. KPMM yaitu kewajiban pemenuhan modal minimum berdasarkan jumlah modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko. Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio KPMM ditunjukkan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio KPMM Predikat Hasil penilaian Tidak Sehat KPMM < 6, 5% Kurang Sehat 6, 5% KPMM < 7, 5% Cukup Sehat 7, 5% KPMM < 8, 0% Sehat KPMM 8, 0% 2. Asset Asset adalah sumber daya yang dikuasai BPR sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan diharapkan menjadi sumber manfaat ekonomi di masa depan. Asset terbagi atas dua perhitungan rasio, yaitu (a) Rasio KAP Rasio KAP digunakan untuk mengukur tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan. Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio KAP ditunjukkan pada Tabel 2.2. (b) Rasio PPAP (penyisihan penghapusan aktiva produktif) Rasio PPAP digunakan untuk menunjukkan kemampuan bank dalam menjaga kolektabilitas atau pinjaman yang disalurkan oleh bank. Predikat tingkat kesehatancommit bank berdasarkan to user rasio PPAP ditunjukkan pada Tabel

17 Tabel 2.2. Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio KAP Predikat Hasil penilaian Tidak Sehat KAP > 14, 85% Kurang Sehat 12, 60% < KAP 14, 85% Cukup Sehat 10, 35% < KAP 12, 60% Sehat 0% KAP 10, 35% Tabel 2.3. Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio PPAP Predikat Hasil penilaian Tidak Sehat PPAP < 51% Kurang Sehat 51% PPAP < 66% Cukup Sehat 66% PPAP < 81% Sehat PPAP 81% 3. Management Aspek ini diartikan sebagai kemampuan manajemen perbankan dalam mengendalikan operasinya ke dalam maupun keluar. Pengendalian operasi yang baik memiliki sistem dan prosedur yang jelas didukung dengan sumber daya manusia yang handal, kepemimpinan manajemen profesional serta ketersediaan teknologi informasi. Penilaian didasarkan kepada manajemen umum yang meliputi strategi/sasaran, struktur, sistem dan kepemimpinan. Kemudian juga dilakukan penilaian kepada manajemen risiko yang meliputi risiko likuiditas, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum serta risiko pemilik dan pengurus. Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio manajemen ditunjukkan pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio Manajemen Predikat Hasil penilaian Tidak Sehat Manajemen < 51% Kurang Sehat 51% < Manajemen 66% Cukup Sehat 66% < Manajemen 81% Sehat 81% commit < Manajemen to user 100% 6

18 4. Earning (rentabilitas) Pengukuran tingkat kesehatan bank juga dapat dilihat melalui laba yang dihasilkan. Analisis rentabilitas dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi dan kemampuan rentabilitas bank dalam mendukung kegiatan operasional dan pemodalan dalam rangka menciptakan laba. Rentabilitas terbagi atas dua perhitungan rasio, yaitu (a) Rasio ROA Rasio ROA digunakan untuk mengukur tingkat laba/rugi investasi yang telah dilakukan oleh bank dengan menggunakan seluruh dana yang dimiliki. Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio ROA ditunjukkan pada Tabel 2.5. Tabel 2.5. Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio ROA Predikat Hasil penilaian Tidak Sehat ROA < 0, 765% Kurang Sehat 0, 765% ROA < 0, 999% Cukup Sehat 0, 999% ROA < 1, 215% Sehat ROA 1, 215% (b) Rasio BOPO Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Rasio BOPO adalah perbandingan biaya operasional terhadap pendapatan operasional dalam periode yang sama. Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio BOPO ditunjukkan pada Tabel 2.6. Tabel 2.6. Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio BOPO Predikat Hasil penilaian Tidak Sehat BOPO > 95, 92% Kurang Sehat 94, 72% BOPO < 95, 92% Cukup Sehat 93, commit 52% to BOPO user < 94, 72% Sehat BOPO 93, 52% 7

19 5. Liquidity (likuiditas) Analisis likuiditas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank mampu membayar utang-utangnya dan membayar kembali kepada nasabah serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukannya tanpa penangguhan. Likuiditas terbagi atas dua perhitungan rasio, yaitu (a) CR Rasio kas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditarik dengan menggunakan alat likuid yang dimiliki. Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan CR ditunjukkan pada Tabel 2.7. Tabel 2.7. Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio CR Predikat Hasil penilaian Tidak Sehat CR < 2, 55% Kurang Sehat 2, 55% CR < 3, 30% Cukup Sehat 3, 30% CR < 4, 05% Sehat CR 4, 05% (b) LDR Analisis LDR digunakan untuk menunjukkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan LDR ditunjukkan pada Tabel 2.8. Tabel 2.8. Predikat tingkat kesehatan bank berdasarkan rasio LDR Predikat Hasil penilaian Tidak Sehat LDR > 102, 25% Kurang Sehat 98, 50% LDR < 102, 25% Cukup Sehat 94, 75% LDR < 98, 50% Sehat commit LDR to user 94, 75% 8

20 Dalam skripsi ini tidak semua kriteria digunakan karena kurang lengkapnya data yang dipublikasikan oleh BI. Kriteria yang digunakan adalah kriteria KPMM, KAP, ROA, BOPO, CR, dan LDR Multi Criteria Decision Making Sebuah pengambilan keputusan selalu dihadapkan pada beberapa alternatif yang dapat dipilih dengan kriteria-kriteria yang bersesuaian sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk memilih. MCDM adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Langkah pertama dan yang paling penting untuk mempelajari pengambilan keputusan dengan banyak kriteria adalah identifikasi masalah. Menurut Roy yang dikutip oleh Dias dan Mousseau [6] diusulkan empat jenis masalah dalam MCDM sebagai berikut. 1. Masalah perankingan Tujuan dari analisis ini adalah untuk meranking alternatif-alternatif dari yang terbaik hingga yang terburuk. 2. Masalah pemilihan Tujuan dari analisis ini adalah untuk memilih salah satu atau beberapa alternatif dengan jumlah terbatas dari suatu himpunan alternatif. 3. Masalah deskripsi Tujuan dari analisis ini adalah untuk menggambarkan situasi keputusan dalam bahasa resmi untuk mengatakan tentang alternatif, kriteria, dan penilaian. 4. Masalah pemilahan Tujuan dari analisis ini adalah untuk memilah-milah (mengkategorikan) alternatif-alternatif ke dalamcommit kelompok to user homogen yang telah ditetapkan. Empat jenis masalah dalam MCDM [3] disajikan pada Gambar (2.1). Adapun 9

21 Gambar 2.1. Permasalahan dalam MCDM beberapa ciri-ciri umum yang selalu ada dalam MCDM adalah 1. Alternatif Alternatif adalah obyek-obyek yang berbeda dan memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih oleh pengambil keputusan. 2. Atribut Atribut sering juga disebut karakteristik, komponen atau kriteria keputusan. 3. Bobot kriteria Bobot keputusan menunjukkan kepentingan relatif dari setiap kriteria. 4. Matriks keputusan Suatu matriks keputusan X yang berukuran (m n), berisi elemen-elemen x ij, dengan i mewakili alternatif commit danto j user mewakili kriteria. 5. Pertentangan antar kriteria 10

22 Pada beberapa kriteria biasanya terjadi pertentangan kepentingan antara satu kriteria dengan kriteria yang lainnya Matriks Perbandingan Berpasangan Penentuan bobot untuk tiap kriteria ini dilakukan dengan penyusunan matriks perbandingan berpasangan. Matriks perbandingan berpasangan Y berukuran n n. Y = (y jl ) dengan j, l = 1, 2,..., n y 11 y 12 y 1n y Y = 21 y 22 y 2n y n1 y n2 y nn Seperti yang diungkapkan oleh Saaty [12], nilai elemen matriks perbandingan berpasangan Y sebagai berikut. 1. Jika y jl = α maka y lj = 1/α, α 0, α adalah skala nilai antara 1 sampai 9, 2. y jj = 1 untuk semua j. Nilai y jl ditentukan dengan menggunakan skala perbandingan berpasangan Saaty, dengan nilai α merupakan skala nilai seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.9. Dengan demikian, bentuk matriks perbandingan berpasangan Y menjadi 1 y 12 y 1n 1 Y = y 12 1 y 2n y 1n y 2n 1 Jika telah didapat hasil penilaian berpasangan, selanjutnya ditentukan bobot tiap kriteria. Penentuan bobot untuk tiap kriteria dihitung dengan cara merata-rata baris dari matriks berpasangan yang telah dinormalisasi. 11

23 Tabel 2.9. Skala perbandingan berpasangan Saaty Skala Definisi Keterangan nilai 1 Sama pentingnya Kedua elemen memberikan kontribusi yang (equal importance) sama pada sifat itu 2 Lemah atau sedikit Nilai antara (equal importance) dan (weak or slight) (moderate importance) 3 Elemen yang satu sedikit Pengalaman dan pertimbangan sedikit penting (moderate) memilih satu elemen atas yang lainnya importance 4 Sedikit lebih penting Nilai antara (moderate importance) dan (moderate plus) (strong importance) 5 Kuat pentingnya Pengalaman dan pertimbangan lebih memilih (strong importance) satu elemen atas yang lainnya 6 Lebih kuat Nilai antara (strong importance) dan (strong plus) (very strong) 7 Sangat kuat pentingnya Satu elemen sangat penting (dominan) dari (very strong) yang lain 8 Sangat, sangat kuat Nilai antara (very strong) dan (extreme (very, very strong) importance) 9 Mutlak pentingnya Bukti menunjukkan bahwa satu elemen memiliki (extreme importance) tingkat penegasan tertingggi Tingkat Konsistensi Perubahan kecil pada y jl menyebabkan matriks perbandingan berpasangan menjadi tidak konsisten. Hal ini disebabkan oleh ketidakkonsistenan pandangan seseorang dalam memberikan penilaian. Tingkat konsistensi dilakukan untuk menguji kekonsistenan matriks perbandingan berpasangan antar kriteria. Menurut Afshari et al. [1], perhitungan tingkat konsistensi dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Menghitung matriks jumlah terbobot commit to dengan user cara mengalikan matriks perbandingan berpasangan Y dengan matriks bobot kriteria. 12

24 2. Membagi semua elemen matriks jumlah terbobot dengan masing-masing elemen matriks bobot kriteria. 3. Menghitung rata-rata hasil pada langkah ke-2 untuk menentukan λ max. λ max adalah nilai eigen terbesar dari matriks perbandingan berpasangan. 4. Menentukan indeks konsistensi CI = λ max n n 1 (2.1) dengan n adalah banyaknya kriteria yang dibandingkan, 2 n Menghitung rasio konsistensi CR = CI RI. (2.2) Nilai RI disajikan pada Tabel Nilai RI menyatakan rata-rata konsistensi dari matriks perbandingan berpasangan yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National Laboratory dan kemudian dilanjutkan oleh Wharton School. Tabel Konsistensi random rata-rata (RI) Ukuran matriks RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 Menurut Saaty [12], matriks perbandingan berpasangan konsisten jika 1. CR kurang dari 0,05 untuk n = 3, 2. CR kurang dari 0,08 untuk n = 4, 3. CR kurang dari 0,1 untuk n 5. Jika matriks perbandingan berpasangan commit tidak to user konsisten, maka penilaian harus ditinjau dan diperbaiki. 13

25 2.1.5 Elimination Et Choix Traduisant La Realite Tri Metode ELECTRE adalah salah satu pengembangan dari konsep outranking. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Benayoun et al. pada tahun 1966 [4]. Hubungan outranking dinyatakan dengan menggambarkan hubungan antara 2 alternatif yaitu alternatif a 1 dan alternatif a 2 dengan membentuk hubungan biner, a 1 Sa 2 yang berarti alternatif 1 setidaknya sama baiknya dengan alternatif 2 atau alternatif 1 tidak lebih buruk dari alternatif 2. Metode ELECTRE TRI merupakan pengembangan dari ELECTRE yang khusus digunakan pada masalah pengkategorian. Mousseau et al. [10] menyebutkan bahwa dua langkah utama dalam metode ELECTRE TRI adalah membangun hubungan outranking yaitu membandingkan alternatif dengan batas kategori, dan penggunaan hubungan outranking yang telah dibangun untuk menempatkan setiap alternatif ke kategori. 2.2 Kerangka Pemikiran Penggunaan ELECTRE TRI mampu menyelesaikan masalah pengkategorian. Pengkategorian dilakukan agar alternatif ditempatkan pada kategori-kategori dari yang terburuk hingga terbaik. Alternatif - alternatif yang berada dalam kategori terakhir merupakan alternatif yang terbaik. Dalam kasus analisis pengkategorian kesehatan BPR di Jawa Tengah, terlebih dahulu diidentifikasi tujuan dan target masalah. Hal yang mendasar yaitu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan BPR. Faktorfaktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi kriteria. Kemudian menyusun matriks perbandingan berpasangan dengan menggunakan skala perbandingan berpasangan, sehingga dapat diperoleh bobot relatif kriteria. Untuk mengecek kekonsistenan matriks, perlu dilakukan perhitungan derajat konsistensi. Hal selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan metode ELECTRE TRI. 14

26 Bab III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur yaitu dengan cara mempelajari materi dari berbagai referensi baik buku, artikel ilmiah, karya-karya ilmiah, maupun jurnal-jurnal yang sesuai dengan tujuan penelitian. Metode ELECTRE TRI diterapkan untuk mengkategori kesehatan BPR. Pengambilan data dilakukan melalui website BI yaitu yang mempublikasikan laporan keuangan dari berbagai BPR di Jawa Tengah. Data yang diambil adalah data keuangan BPR di Jawa Tengah bulan Maret 2012 yang dipublikasikan secara teratur dan lengkap oleh BI. Terdapat 248 BPR yang mempublikasikan laporan keuangan pada bulan Maret Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut. 1. Mempelajari proses pengkategorian kesehatan BPR menurut surat keputusan direksi BI yang berlaku. 2. Menetapkan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengkategorian tingkat kesehatan BPR. Faktor-faktor dalam penelitian ini adalah faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan BPR, yaitu rasio KPMM, rasio KAP, rasio ROA, rasio BOPO, CR dan LDR. 3. Menyusun matriks perbandingan berpasangan antar kriteria. 4. Menghitung bobot kriteria. 5. Menguji tingkat konsistensi matriks perbandingan berpasangan antar kriteria. Jika matriks perbandingan commit berpasangan to user tidak konsisten maka perlu dilakukan perbaikan, lalu diuji kembali. Jika matriks perbandingan berpasa- 15

27 ngan konsisten maka dapat dilanjutkan dengan pengkategorian menggunakan metode ELECTRE TRI. 6. Menyusun matriks keputusan. 7. Menghitung nilai ambang indifference, preference, dan veto. 8. Menentukan indeks partial concordance. 9. Menentukan indeks comprehensive concordance. 10. Menentukan indeks discordance. 11. Menentukan indeks credibility. 12. Menentukan hubungan antara alternatif dan batas. 13. Menempatkan alternatif ke dalam kategori. 14. Menentukan kategori dari seluruh BPR di Jawa Tengah bulan Maret Tahap analisis data tersebut dibantu dengan menggunakan software ELECTRE TRI 2.0a. Software tersebut diperoleh dari Universitas Paris Dauphine. 16

28 Bab IV PEMBAHASAN Proses pengkategorian kesehatan BPR di Jawa Tengah didasarkan pada faktor-faktor yang telah ditetapkan oleh BI. Pada penelitian ini, dibahas proses pengkategorian kesehatan BPR di Jawa Tengah dengan menggunakan metode ELECTRE TRI. Bab ini berisi hasil studi dan pembahasan yang terdiri dari empat bagian. Bagian pertama berisi representasi masalah. Bagian kedua menjelaskan matriks perbandingan berpasangan antar kriteria dan bobot kriteria. Bagian ketiga menjelaskan tingkat konsistensi dari matriks perbandingan berpasangan. Sedangkan bagian keempat menjelaskan metode ELECTRE TRI yang diterapkan pada pengkategorian kesehatan BPR di Jawa Tengah. 4.1 Representasi Masalah Dalam penelitian ini, anggota himpunan alternatif A = {a i i = 1, 2, m} adalah 248 BPR di Jawa Tengah bulan Maret Menurut surat keputusan direksi BI terdapat 4 kategori BPR yaitu tidak sehat, kurang sehat, cukup sehat, dan sehat. Keempat kategori tersebut merupakan anggota himpunan kategori C dengan jumlah anggota sebanyak p + 1. Suatu BPR akan masuk ke dalam salah satu kategori tersebut jika BPR tersebut dapat memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Anggota himpunan kriteria G = {g j j = 1, 2, n} yang dapat diolah berdasarkan laporan keuangan dari hasil publikasi BI adalah KPMM (g 1 ) untuk mengetahui pemodalan, KAP (g 2 ) untuk mengukur kualitas aktiva produktif, ROA (g 3 ) untuk mengukur tingkat laba/rugi, BOPO (g 4 ) untuk mengetahui kemampuan dalam kegiatan operasional, CR (g 5 ) untuk mengukur kemampuan membayar simpanan nasabah, dan LDR (g 6 ) untuk menunjukkan kemampuan membayar penarikan dana deposito. 17

29 4.2 Matriks Perbandingan Berpasangan dan Bobot Kriteria Bobot tiap kriteria ditentukan dengan menyusun perbandingan berpasangan antar kriteria yang digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan dari tiap kriteria. Nilai perbandingan berpasangan antar kriteria disusun berdasarkan surat keputusan direksi BI [2] dan mengikuti aturan skala perbandingan Saaty [12]. Penyusunan perbandingan berpasangan antar kriteria ditunjukkan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Perbandingan berpasangan antar kriteria dan bobot kriteria Kriteria g 1 g 2 g 3 g 4 g 5 g 6 Bobot Kriteria (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) g ,431 g 2 0, ,305 g 3 0, , ,066 g 4 0, , ,066 g 5 0, , ,066 g 6 0, , ,066 Total 2, , ,000 Pada Tabel 4.1, perbandingan antara kriteria KPMM (g 1 ) dengan kriteria KAP (g 2 ) bernilai 2, yang berarti KPMM sedikit penting dari KAP. Hal ini dikarenakan kesehatan suatu bank lebih difokuskan pada modal daripada kualitas aktiva produktif. Sedangkan perbandingan antara kriteria KAP (g 2 ) dengan kriteria KPMM (g 1 ) bernilai kebalikannya yaitu 0,5. Perbandingan antara kriteria KPMM (g 1 ) dengan kriteria ROA (g 3 ), kriteria BOPO (g 4 ), kriteria CR (g 5 ) dan kriteria LDR (g 6 ) bernilai 6, yang berarti KPMM lebih kuat penting dari ROA, BOPO, CR, dan LDR. Sehingga ROA, BOPO, CR dan LDR memiliki kontribusi yang sama, itu ditunjukkan pada Tabel 4.1 perbandingan antara keempat kriteria tersebut bernilai 1. Penentuan bobot kriteria (k j ) dilakukan setelah matriks perbandingan ber- 18

30 pasangan antar kriteria disusun. Bobot untuk tiap kriteria diperoleh dengan cara menghitung rata-rata baris dari matriks berpasangan yang dinormalisasi. Perhitungan bobot kriteria KPMM (g 1 ) adalah 1 k 1 = ( 2, , ) = 0, 431 Perhitungan bobot pada kriteria lainnya dapat dilakukan dengan cara yang sama, sehingga diperoleh bobot untuk kriteria seperti yang terdapat pada Tabel 4.1 kolom 8. Pada Tabel 4.1 kolom 8, kriteria KPMM memiliki bobot yang tertinggi berarti kriteria KPMM sangat diutamakan daripada kriteria lainnya. 4.3 Tingkat Konsistensi Sebelum melakukan analisis lebih lanjut, perlu diperhatikan kembali kekonsistenan matriks perbandingan berpasangan. Untuk menguji apakah matriks perbandingan berpasangan konsisten, dilakukan perhitungan berdasarkan Afshari et al. [1] dengan langkah berikut. 1. Menghitung matriks jumlah terbobot dengan cara mengalikan matrik perbandingan berpasangan dengan matriks bobot kriteria , 431 2, 625 0, , 305 1, , , , 066 0, 3968 =. 0, , , 066 0, , , , 066 0, , , , 066 0, Membagi semua elemen matriks jumlah terbobot dengan masing-masing 19

31 bobot kriteria, sehingga dihasilkan 6, , , , , , Menentukan λ max dengan cara menghitung rata-rata hasil langkah ke-2, yaitu λ max = 6, , , , , , = 6, Menentukan indeks konsistensi (CI) dengan menggunakan persamaan (2.1), yaitu CI = 6, = 0, Menghitung rasio konsistensi (CR) dengan menggunakan persamaan (2.2), yaitu CR = 0, , 24 = 0, Oleh karena nilai rasio konsistensi (CR) < 0, 1 sehingga matriks perbandingan berpasangan antar kriteria konsisten. Sehingga bobot kriteria dapat digunakan untuk melakukan pengkategorian kesehatan BPR di Jawa Tengah menggunakan metode ELECTRE TRI. 4.4 Elimination Et Choix Traduisant La Realite Tri Setelah diperoleh matriks perbandingan berpasangan antar kriteria yang konsisten, dilakukan proses pengkategorian menggunakan metode ELECTRE TRI 20

32 yang mengacu pada penelitian-penelitian Figueira, Mousseau, dan Roy. Tahap awal yang perlu dilakukan pada proses kasus MCDM adalah menyusun suatu matriks keputusan X. Matriks keputusan X disusun berdasarkan nilai dari setiap alternatif berdasarkan suatu kriteria. X = (g j (a i )) untuk i = 1, 2,, m dan j = 1, 2,, n dengan m adalah jumlah alternatif, n adalah jumlah kriteria dan g j (a i ) adalah nilai alternatif ke-i dengan kriteria ke-j. Matriks keputusan disajikan pada Lampiran 1. Pada pengambilan keputusan metode ELECTRE TRI diformulasikan dengan menggunakan himpunan alternatif A = {a i i = 1, 2,, m} yang pada penelitian ini adalah 248 BPR di Jawa Tengah. Suatu kriteria yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan BPR dikelompokkan menjadi satu himpunan G = {g j j = 1, 2,, n} dengan indeks dari kriteria F = {1, 2,, n}. Pada penelitian ini terdapat himpunan kategori C = {C 1, C 2,, C p+1 } yaitu kelompok homogen yang digunakan untuk menempatkan alternatif-alternatif. Masing-masing kategori harus dibatasi oleh batas bawah dan batas atas kategori. Penempatan alternatif ke kategori merupakan hasil perbandingan alternatif dengan batas bawah dan batas atas kategori yang telah ditetapkan. Nilai b h merupakan batas atas dari kategori C h dan batas bawah dari kategori C h+1, dengan himpunan batas kategori B = {b h h = 1, 2,, p}. Nilai batas-batas dari kategori diperoleh berdasarkan surat keputusan direksi BI [2]. Dengan asumsi yang harus dipenuhi untuk p = 3 berlaku b 1 < b 2 < b 3 maka nilai asli dari tiap-tiap kriteria dan batas kategori harus ditransformasi agar memenuhi asumsi. Pada kriteria KPMM (g 1 ), ROA (g 3 ), dan CR (g 5 ) telah memenuhi asumsi, sedangkan kriteria KAP (g 2 ), BOPO (g 4 ), dan LDR (g 6 ) harus ditransformasi dengan cara kebalikan nilai alternatif tiap kriteria yaitu 1 (g j (a i )) dan kebalikan nilai batas 1 kategori yaitu (g j (b h. Nilai batas kategori tiap kriteria disajikan pada Tabel 4.2. )) Sebagaimana ditulis oleh Figueira et al. [7], hubungan yang akan terbentuk ketika membandingkan alternatif ke-i dengan batas ke-h untuk menempatkan 21

33 Tabel 4.2. Batas kategori tiap kriteria g 1 g 2 g 3 g 4 g 5 g 6 b 1 6,5 0, ,769 0, ,55 0,00978 b 2 7,5 0, ,999 0, ,3 0,01015 b 3 8 0, ,215 0, ,05 0,01055 sejumlah alternatif ke kategori antara lain. 1. Hubungan indifference. Hubungan indifference (I) pada a i Ib h memiliki arti alternatif ke-i sama baiknya dengan batas ke-h. 2. Hubungan preference. Hubungan preference ( ) pada a i b h memiliki arti alternatif ke-i lebih baik daripada batas ke-h. Hubungan preference terdiri dari dua, yaitu (a) Hubungan strict preference Hubungan strict preference (P ) pada a i P b h memiliki arti alternatif ke-i lebih baik dengan kuat daripada batas ke-h. (b) Hubungan weak preference. Hubungan weak preference (Q) pada a i Qb h memiliki arti alternatif kei lebih baik dengan lemah daripada batas ke-h. Hubungan ini merupakan ungkapan keragu-raguan antara indifference (I) dengan strict preference (P ). 3. Hubungan incomparability. Hubungan incomparability (R) pada a i Rb h memiliki arti alternatif ke-i dan batas ke-h tidak bisa dibandingkan. 4. Hubungan outranking. Hubungan outranking (S) pada a i Sb h memiliki arti bahwa alternatif kei setidak-tidaknya sama baiknya dengan batas ke-h atau alternatif ke-i tidak lebih buruk daripada batas ke-h. Hubungan outranking merupakan 22

34 gabungan dari hubungan indifference, weak preference, dan strict preference (S = I Q P ). Sebagaimana ditulis oleh Condor et al. [5], nilai ambang yang digunakan dalam metode ELECTRE TRI adalah 1. Nilai ambang indifference (q j (b h )). Nilai ini menunjukkan selisih terbesar dari g j (a i ) g j (b h ) yang mempertahankan pernyataan alternatif ke-i sama dengan batas ke-h pada kriteria ke-j. Nilai ambang ini membatasi antara hubungan indifference dengan hubungan weak preference. 2. Nilai ambang preference (p j (b h )). Nilai ini menunjukkan selisih terkecil dari g j (a i ) g j (b h ) yang mempertahankan pernyataan alternatif ke-i lebih baik daripada batas ke-h pada kriteria ke-j. Nilai ambang ini membatasi antara hubungan weak preference dengan hubungan strict preference. 3. Nilai ambang veto (v j (b h )). Nilai ini menunjukkan selisih terkecil dari g j (b h ) g j (a i ) yang bertentangan dengan pernyataan a i Sb h. Nilai ambang ini merupakan batas atas hubungan strict preference. Ketiga nilai ambang tersebut berlaku 0 q j (b h ) < p j (b h ) < v j (b h ) sehingga prosedur penentuan nilai ambang yang digunakan adalah 1. Pada tiap kriteria hitung nilai mutlak selisih tiap alternatif dengan batas kategori. 2. Hasil selisih diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar, kemudian dibagi menjadi 3 dengan lebar yang sama. Nilai q j (b h ), p j (b h ), dan v j (b h ) diperoleh dari nilai median pada tiap kelas yang telah dibentuk, dengan syarat q j (b h ) < p j (b h ) < v j (b h commit ). to user Nilai ambang yang disajikan pada Tabel

35 Tabel 4.3. Nilai ambang tiap kriteria g 1 g 2 g 3 g 4 g 5 g 6 q j (b 1 ) 7,055 0,0286 0,59 0, ,965 0,00119 p j (b 1 ) 15,445 0, ,471 0, ,955 0,00236 v j (b 1 ) 29,51 0, ,231 0, ,035 0,00438 q j (b 2 ) 6,055 0, ,481 0, ,215 0,00085 p j (b 2 ) 14,45 0, ,301 0, ,205 0,00199 v j (b 2 ) 28,51 0, ,001 0, ,285 0,00401 q j (b 3 ) 5,555 0, ,47 0, ,465 0,00051 p j (b 3 ) 13,945 0, ,17 0, ,455 0,00159 v j (b 3 ) 28,01 0, ,86 0, ,535 0,00361 Menurut Roy yang dikutip oleh Figueira et al., untuk setiap pasangan (a i, b h ) dengan g j (a i ) g j (b h ) untuk a i A dan b h B berlaku. a i Ib h g j (a i ) g j (b h ) + q j (b h ) a i Qb h g j (b h ) + q j (b h ) < g j (a i ) g j (b h ) + p(b h ) a i P b h g j (a i ) > g j (b h ) + p(b h ) Hubungan yang terbentuk antara alternatif dan batas kategori menurut ketiga persamaan tersebut disajikan pada Gambar (4.1). Gambar 4.1. Hubungan antara alternatif dan batas kategori Dua tahap dalam metode ELECTRE TRI adalah membangun hubungan outranking yaitu membandingkan alternatif dengan batas kategori dan penggunaan hubungan outranking untuk menempatkan setiap alternatif ke kategori. Sebagaimana ditulis oleh Mousseau and Slowinski [9] dan Rocha and Dias [11], tahap pertama dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 24

36 1. Menghitung indeks partial concordance c j (a i, b h ) dan c j (b h, a i ). (a) Indeks partial concordance c j (a i, b h ) menunjukkan tingkat kesetujuan untuk memberlakukan pernyataan a i Sb h yaitu alternatif ke-i setidaktidaknya sama baiknya dengan batas ke-h pada kriteria ke-j. Indeks partial concordance diperoleh dengan mengukur seberapa besar argumen yang mendukung berlakunya a i Sb h. Pada Gambar (4.1), untuk g j (a i ) g j (b h ) p j (b h ) hubungan yang terbentuk adalah b h P a i sehingga tidak terdapat argumen yang mendukung berlakunya a i Sb h, yang mengakibatkan indeks partial concordance bernilai 0. Untuk q j (b h ) < g j (b h ) g j (a i ) p j (b h ) disebut daerah keragu-raguan maka dimungkinkan ada argumen yang mendukung berlakunya a i Sb h. Indeks partial concordance bernilai 0 sampai dengan 1. Semakin besar indeks partial concordance berarti semakin setuju untuk memberlakukan pernyataan a i Sb h sehingga indeks partial concordance bernilai [g j(a i ) g j (b h )+p j (b h )] p j (b h ) q j (b h ). Untuk g j (a i ) > g j (b h ) q j (b h ) hubungan yang terbentuk adalah (b h Ia i ) (a i Ib h ) (a i Qb h ) (a i P b h ) = a i Sb h sehingga besarnya argumen memberlakukan a i Sb h bernilai 1. Secara matematis dituliskan sebagai berikut. 0, untuk g j (a i ) g j (b h ) p j (b h ); [g c j (a i, b h ) = j (a i ) g j (b h )+p j (b h )] p j (b h ) q j (b h, untuk q ) j (b h ) < g j (b h ) g j (a i ) p j (b h ); 1, untuk g j (a i ) > g j (b h ) q j (b h ). Sebagai contoh, diambil alternatif ke-16 dengan perhitungan indeks partial concordance disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Indeks partial concordance c j (a i, b h ) g 1 g 2 g 3 g 4 g 5 g 6 c j (a 16, b 1 ) 1 1 0, c j (a 16, b 2 ) 1 0, , c j (a 16, b 3 ) 1 0, Pada Tabel 4.4, nilai c 1 (a 16, b 1 ) = 1 memiliki interpretasi tingkat ke- 25

37 setujuan berlakunya pernyataan bank ke-16 setidak-tidaknya sama baiknya dengan batas pertama pada kriteria KPMM sebesar 1. Interpretasi yang sama untuk indeks partial concordance yang lainnya. (b) Indeks partial concordance c j (b h, a i ) menunjukkan tingkat kesetujuan untuk memberlakukan pernyataan b h Sa i yaitu alternatif ke-i maksimal sama baiknya dengan batas ke-h pada kriteria ke-j. Indeks partial concordance diperoleh dengan mengukur seberapa besar argumen yang mendukung berlakunya b h Sa i. Pada Gambar (4.1), untuk g j (a i ) g j (b h ) + p j (b h ) hubungan yang terbentuk adalah a i P b h sehingga tidak terdapat argumen yang mendukung berlakunya b h Sa i, yang mengakibatkan indeks partial concordance bernilai 0. Untuk q j (b h ) < g j (a i ) g j (b h ) p j (b h ) disebut daerah keragu-raguan maka dimungkinkan ada argumen yang mendukung berlakunya b h Sa i. Indeks partial concordance bernilai 0 sampai dengan 1. Semakin besar indeks partial concordance berarti semakin setuju untuk memberlakukan pernyataan b h Sa i sehingga indeks partial concordance bernilai [g j(b h ) g j (a i )+p j (b h )] p j (b h ) q j (b h ). Untuk g j (a i ) < g j (b h ) + q j (b h ) hubungan yang terbentuk adalah (a i Ib h ) (b h Ia i ) (b h Qa i ) (b h P a i ) = b h Sa i sehingga besarnya argumen memberlakukan b h Sa i bernilai 1. Secara matematis dituliskan sebagai berikut. 0, untuk g j (a i ) g j (b h ) + p j (b h ); [g c j (b h, a i ) = j (b h ) g j (a i )+p j (b h )] p j (b h ) q j (b h, untuk q ) j (b h ) < g j (a i ) g j (b h ) p j (b h ); 1, untuk g j (a i ) < g j (b h ) + q j (b h ). Sebagai contoh, diambil alternatif ke-16 dengan perhitungan indeks partial concordance disajikan pada Tabel 4.5. Pada Tabel 4.5, nilai c 1 (b 1, a 16 ) = 1 memiliki interpretasi tingkat kesetujuan berlakunya pernyataan bank ke-16 maksimal sama baiknya dengan batas pertama pada kriteria KPMM sebesar 1. Interpretasi yang sama untuk indekscommit partialto concordance user yang lainnya. 2. Menghitung indeks comprehensive concordance c(a i, b h ) dan c(b h, a i ). 26

38 Tabel 4.5. Indeks partial concordance c j (b h, a i ) g 1 g 2 g 3 g 4 g 5 g 6 c j (b 1, a 16 ) , c j (b 2, a 16 ) , c j (b 3, a 16 ) , (a) Indeks comprehensive concordance c(a i, b h ) menunjukkan tingkat kesetujuan untuk memberlakukan pernyataan alternatif ke-i setidak-tidaknya sama baiknya dengan batas ke-h pada seluruh kriteria. Indeks comprehensive concordance ditentukan dengan menjumlahkan hasil kali bobot kriteria dengan indeks partial concordance tiap kriteria. Secara matematis dituliskan sebagai berikut. c(a i, b h ) = Σ j F k j c j (a i, b h ) Sebagai contoh, diambil alternatif ke-16 dengan perhitungan indeks partial concordance pada Tabel 4.4. c(a 16, b 1 ) =(0, 431 1) + (0, 305 1) + (0, 066 0, ) + (0, 066 0) + (0, 066 1) + (0, 066 1) =0, Nilai c(a 16, b 1 ) = 0, memiliki interpretasi tingkat kesetujuan berlakunya pernyataan bank ke-16 setidak-tidaknya sama baiknya dengan batas pertama pada seluruh kriteria sebesar 0, Interpretasi yang sama untuk indeks comprehensive concordance yang lainnya. (b) Indeks comprehensive concordance c(b h, a i ) menunjukkan tingkat kesetujuan untuk memberlakukan pernyataan alternatif ke-i maksimal sama baiknya dengan batas ke-h pada seluruh kriteria. Indeks comprehensive concordance ditentukan dengan menjumlahkan hasil kali bobot kriteria dengan indeks partial concordance tiap kriteria. Secara matematis dituliskan sebagai commit berikut. to user c(b h, a i ) = Σ j F k j c j (b h, a i ) 27

39 Sebagai contoh, diambil alternatif ke-16 dengan perhitungan indeks partial concordance pada Tabel 4.5. c(b 1, a 16 ) =(0, 431 1) + (0, 305 1) + (0, 066 1) + (0, 066 1) + (0, 066 0, ) + (0, 066 1) =0, Nilai c(b 1, a 16 ) = 0, memiliki interpretasi tingkat kesetujuan berlakunya pernyataan bank ke-16 maksimal sama baiknya dengan batas pertama pada seluruh kriteria sebesar 0, Interpretasi yang sama untuk indeks comprehensive concordance yang lainnya. 3. Menghitung indeks discordance d j (a i, b h ) dan d j (b h, a i ). (a) Indeks discordance d j (a i, b h ) menunjukkan tingkat ketidaksetujuan untuk memberlakukan peryatakan alternatif ke-i setidak-tidaknya sama baiknya dengan batas ke-h pada kriteria ke-j. Indeks discordance diperoleh dengan mengukur seberapa besar argumen sangat kuat yang menolak memberlakukan a i Sb h. Penolakan terjadi jika batas ke-h lebih baik dengan kuat daripada alternatif ke-i. Pada Gambar (4.1), untuk g j (a i ) > g j (b h ) p j (b h ) hubungan yang terbentuk adalah (b h Qa i ) (b h Ia i ) (a i Ib h ) (a i Qb h ) (a i P b h ) yang memberlakukan a i Sb h maka tidak ada argumen yang menolak berlakunya a i Sb h, yang mengakibatkan indeks discordance bernilai 0. Untuk p j (b h ) < g j (b h ) g j (a i ) v j (b h ) hubungan yang terbentuk adalah (b h P a i ) maka dimungkinkan ada argumen yang menolak berlakunya a i Sb h. Indeks discordance bernilai 0 sampai dengan 1. Semakin besar indeks discordance berarti semakin tidak setuju untuk memberlakukan pernyataan a i Sb h sehingga indeks discordance bernilai [g j(b h ) g j (a i ) p j (b h )] v j (b h ) p j (b h. Untuk g ) j (a i ) g j (b h ) v j (b h ) merupakan daerah b h P a i sangat kuat, sehingga besarnya argumen menolak berlakunya a i Sb h bernilai 1. Secara matematis dicommit to user 28

40 tuliskan sebagai berikut. 0, untuk g j (a i ) > g j (b h ) p j (b h ); [g d j (a i, b h ) = j (b h ) g j (a i ) p j (b h )] v j (b h ) p j (b h, untuk p ) j (b h ) < g j (b h ) g j (a i ) v j (b h ); 1, untuk g j (a i ) g j (b h ) v j (b h ). Sebagai contoh, diambil alternatif ke-16 dengan perhitungan indeks discordance disajikan pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Indeks discordance d j (a i, b h ) g 1 g 2 g 3 g 4 g 5 g 6 d j (a 16, b 1 ) , d j (a 16, b 2 ) , d j (a 16, b 3 ) 0 0 0, , Pada Tabel 4.6, nilai d 1 (a 16, b 1 ) = 0 memiliki interpretasi tingkat kesetujuan berlakunya pernyataan bank ke-16 setidak-tidaknya sama baiknya dengan batas pertama pada kriteria KPMM sebesar 0. Interpretasi yang sama untuk indeks discordance yang lainnya. (b) Indeks discordance d j (b h, a i ) menunjukkan tingkat ketidaksetujuan untuk memberlakukan peryatakan alternatif ke-i maksimal sama baiknya dengan batas ke-h pada kriteria ke-j. Indeks discordance diperoleh dengan mengukur seberapa besar argumen sangat kuat yang menolak memberlakukan b h Sa i. Penolakan terjadi jika alternatif ke-i lebih baik dengan kuat daripada batas ke-h. Pada Gambar (4.1), untuk g j (a i ) g j (b h ) + p j (b h ) hubungan yang terbentuk adalah (a i Qb h ) (a i Ib h ) (b h Ia i ) (b h Qa i ) (b h P a i ) yang memberlakukan b h Sa i maka tidak ada argumen yang menolak berlakunya b h Sa i, yang mengakibatkan indeks discordance bernilai 0. Untuk p j (b h ) < g j (a i ) g j (b h ) v j (b h ) hubungan yang terbentuk adalah (a i P b h ) maka dimungkinkan ada argumen yang menolak berlakunya b h Sa i. Indeks discordance bernilai 0 sampai dengan 1. Semakin besar indeks discordance berarti semakin tidak setuju untuk memberlakukan pernyataan b h Sa i sehingga indeks discor- 29

41 dance bernilai [g j(a i ) g j (b h ) p j (b h )] v j (b h ) p j (b h. Untuk g ) j (a i ) > g j (b h )+v j (b h ) merupakan daerah a i P b h sangat kuat, sehingga besarnya argumen menolak berlakunya b h Sa i bernilai 1. Secara matematis dituliskan sebagai berikut. 0, untuk g j (a i ) g j (b h ) + p j (b h ); [g d j (b h, a i ) = j (a i ) g j (b h ) p j (b h )] v j (b h ) p j (b h, untuk p ) j (b h ) < g j (a i ) g j (b h ) v j (b h ); 1, untuk g j (a i ) > g j (b h ) + v j (b h ). Sebagai contoh, diambil alternatif ke-16 dengan perhitungan indeks discordance disajikan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Indeks discordance d j (b h, a i ) g 1 g 2 g 3 g 4 g 5 g 6 d j (b 1, a 16 ) d j (b 2, a 16 ) d j (b 3, a 16 ) Pada Tabel 4.7, nilai d 1 (b 1, a 16 ) = 0 memiliki interpretasi tingkat ketidaksetujuan berlakunya pernyataan bank ke-16 maksimal sama baiknya dengan batas pertama pada kriteria KPMM sebesar 0. Interpretasi yang sama untuk indeks discordance yang lainnya. 4. Menghitung indeks credibility σ(a i, b h ) dan σ(b h, a i ). (a) Indeks σ(a i, b h ) menunjukkan tingkat kepercayaan memberlakukan pernyataan alternatif ke-i setidak-tidaknya sama baiknya dengan batas ke-h. Ketika d j (a i, b h ) c(a i, b h ) maka tingkat ketidaksetujuan lebih kecil dibanding tingkat kesetujuan sehingga indeks credibility diperoleh dengan mengukur tingkat kesetujuan. Ketika d j (a i, b h ) > c(a i, b h ) maka terdapat ketidaksetujuan pada kriteria tertentu yang lebih besar dari tingkat kesetujuan. Secara matematis dituliskan sebagai berikut. c(a i, b h ), untuk d j (a i, b h ) c(a i, b h ); σ(a i, b h ) = c(a i, b h ) j F 1 d j (a i,b h ), untuk d 1 c(a i,b h ) j(a i, b h ) > c(a i, b h ). 30

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskreptif pada perusahaan, yaitu dengan cara menganalisis data-data

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskreptif pada perusahaan, yaitu dengan cara menganalisis data-data 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan metode deskreptif pada perusahaan, yaitu dengan cara menganalisis data-data

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT NARIBI PERKASA (PERIODE )

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT NARIBI PERKASA (PERIODE ) ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT NARIBI PERKASA (PERIODE 2011-2012) SEMINAR PENULISAN ILMIAH Diajukan guna melengkapi syarat- syarat untuk mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PD BPR BKK KANTOR CABANG TIRTOMOYO TAHUN NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PD BPR BKK KANTOR CABANG TIRTOMOYO TAHUN NASKAH PUBLIKASI ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PD BPR BKK KANTOR CABANG TIRTOMOYO TAHUN 2010 2012 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

sampai dengan 30 September 2012 adalah sebagai berikut :

sampai dengan 30 September 2012 adalah sebagai berikut : Berikut ini adalah analisis CAMEL terhadap Laporan Keuangan PT Bank Mandiri periode 2011-2012 yang digunakan untuk menganalisis kesehatan bank tersebut. 1. Capital (Permodalan) Rasio permodalan diukur

Lebih terperinci

PEMERINGKATAN PENERIMA BEASISWA BANTUAN BELAJAR MAHASISWA DI FAKULTAS MIPA UNS MENGGUNAKAN FUZZY SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

PEMERINGKATAN PENERIMA BEASISWA BANTUAN BELAJAR MAHASISWA DI FAKULTAS MIPA UNS MENGGUNAKAN FUZZY SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING PEMERINGKATAN PENERIMA BEASISWA BANTUAN BELAJAR MAHASISWA DI FAKULTAS MIPA UNS MENGGUNAKAN FUZZY SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING Oleh NUR INDAH NIM. M0109055 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kajian Teori 1. Definisi Bank Kata bank berasal dari bahasa latin yaitu Banca yang berarti meja, meja yang dimaksud adalah meja yang biasa digunakan

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha i Abstrak Masalah- masalah yang ada dalam industri perbankan dapat memberikan dampak negatif terhadap perekonomian negara. Dampak yang ditimbulkan lebih besar daripada dampak dan kebangkrutan perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI LAUT SEJAHTERA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TEGAL SARI KOTA TEGAL

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI LAUT SEJAHTERA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TEGAL SARI KOTA TEGAL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI LAUT SEJAHTERA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TEGAL SARI KOTA TEGAL Suci Wulandari, Sunandar, Hetika DIII Akuntansi Politeknik Harapan Bersama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Batasan Masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan dan dipublikasikan. Data sekunder yaitu laporan keuangan publikasi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. BPR ARTHA HUDA ABADI KABUPATEN PATI

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. BPR ARTHA HUDA ABADI KABUPATEN PATI ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. BPR ARTHA HUDA ABADI KABUPATEN PATI Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pada penelitian ini lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, data yang

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BPR BKK KARANGMALANG CABANG KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BPR BKK KARANGMALANG CABANG KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013 ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BPR BKK KARANGMALANG CABANG KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG JOMBANG BERDASARKAN METODE CAMEL

BAB IV ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG JOMBANG BERDASARKAN METODE CAMEL BAB IV ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG JOMBANG BERDASARKAN METODE CAMEL Penilaian kesehatan baik kuantitatif dan kualitatif atas aspek aspek diantaranya Capital, Asset, Management,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan atau kondisi keuangan bank dan non keuangan bank merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan atau kondisi keuangan bank dan non keuangan bank merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan atau kondisi keuangan bank dan non keuangan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan.

BAB III METODE PENELITIAN. data tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan. 52 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu dari berbagai literatur, catatan, artikel, penelitian terdahulu dari dokumen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu mengembangkan dan memajukan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu mengembangkan dan memajukan perekonomian di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan sasaran pembangunan ekonomi, dimana perbankan diharapkan mampu mengembangkan dan memajukan perekonomian di Indonesia. Hal tersebut menandakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pada penelitian ini lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini data

Lebih terperinci

Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi

Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode 2009-2014 Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi Pendahuluan Bank memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat,

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PD. BPR BANK KLATEN

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PD. BPR BANK KLATEN ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PD. BPR BANK KLATEN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : ELY YULIASTUTI NIM. B 100 110 028 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor yang diharapkan berperan aktif dalam menunjang kegiatan pembangunan regional atau nasional. Peran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Ahli Madya Program Diploma III Keuangan Perbankan. Oleh: EKO PRIYONUGROHO

TUGAS AKHIR. Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Ahli Madya Program Diploma III Keuangan Perbankan. Oleh: EKO PRIYONUGROHO ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN RASIO LIKUIDITAS DAN RENTABILITAS UNTUK MENGETAHUI TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BPR NGUTER SURAKARTA PERIODE 2010-2014 TUGAS AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT BPR MASARAN MITRA ANDA KABUPATEN SRAGEN. Oleh: JUNI TRISNOWATI (Dosen FE-UNSA)

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT BPR MASARAN MITRA ANDA KABUPATEN SRAGEN. Oleh: JUNI TRISNOWATI (Dosen FE-UNSA) ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT BPR MASARAN MITRA ANDA KABUPATEN SRAGEN Oleh: JUNI TRISNOWATI (Dosen FE-UNSA) ABSTRACT Financial performance of a bank, or often referred

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. antara kedua atau lebih objek yang diteliti. keuangannya dimulai dari tahun

BAB III METODE PENELITIAN. antara kedua atau lebih objek yang diteliti. keuangannya dimulai dari tahun BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat komparatif (perbandingan) yaitu bersifat menguraikan sifat-sifat dan keadaan sebenarnya dari dua atau lebih objek penelitian,

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN 2008-2011 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

SIMULASI PEMILIHAN SUPPLIER SIMPLISIA TERBAIK DI PT. AIR MANCUR MENGGUNAKAN METODE ADDITIVE RATIO ASSESSMENT

SIMULASI PEMILIHAN SUPPLIER SIMPLISIA TERBAIK DI PT. AIR MANCUR MENGGUNAKAN METODE ADDITIVE RATIO ASSESSMENT SIMULASI PEMILIHAN SUPPLIER SIMPLISIA TERBAIK DI PT. AIR MANCUR MENGGUNAKAN METODE ADDITIVE RATIO ASSESSMENT oleh TITIK MURDATIK M0107061 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Bank 1. Pengertian Bank Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan perekonomian,

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PT. BPR NARPADA NUSA TAHUN 2016

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PT. BPR NARPADA NUSA TAHUN 2016 ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PT. BPR NARPADA NUSA TAHUN 2016 ABSTRAK I NYOMAN KARYAWAN Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Mataram. e-mail : karyawan i nyoman@ yahoo.co.id

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PD. BPR BKK KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PD. BPR BKK KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PD. BPR BKK KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN ( Tahun 2010 2012 ) Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Capital (Modal) permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal terhadap Aset Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Sehingga dengan rumus yang ada maka CAR (Capital

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK. bank, maupun OJK selaku pemilik otoritas dalam mengawasi bank. 1

BAB II TEORI PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK. bank, maupun OJK selaku pemilik otoritas dalam mengawasi bank. 1 BAB II TEORI PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK A. Tingkat Kesehatan Bank Kesehatan merupakan hal penting dalam setiap kehidupan. Hal ini pun juga berlaku bagi lembaga keuangan. Kesehatan suatu lembaga keuangan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT BANK MANDIRI SYARIAH (PERIODE )

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT BANK MANDIRI SYARIAH (PERIODE ) ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT BANK MANDIRI SYARIAH (PERIODE 2006-2010) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR DANA PNBP FAKULTAS ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA TBK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

LAPORAN AKHIR DANA PNBP FAKULTAS ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA TBK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA LAPORAN AKHIR DANA PNBP FAKULTAS ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA TBK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh SAHMIN NOHOLO, SE., MM 001706670 SITI PRATIWI HUSAIN SE.,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sampel Penelitian Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan bank konvensional yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Definisi operasional dalam acuan penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Definisi operasional dalam acuan penelitian ini adalah : BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Definisi operasional dalam acuan penelitian ini adalah : 1. Tingkat Kesehatan Bank Kesehatan bank adalah dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja suatu perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan laporan keuangan. Laporan keuangan bank yang terdiri dari neraca memberikan informasi mengenai posisi keuangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi dimensi membawa dampak kehancuran usaha perbankan di Indonesia. Hal ini meninggalkan kredit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Dalam penilaian permodalan yaitu dengan Capital Adequacy Ratio

BAB 5 PENUTUP. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Dalam penilaian permodalan yaitu dengan Capital Adequacy Ratio BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Dalam penilaian permodalan yaitu dengan Capital

Lebih terperinci

diteliti yaitu Bank BNI Syariah. Selanjutnya akan dibahas mengenai Sumber Data yaitu

diteliti yaitu Bank BNI Syariah. Selanjutnya akan dibahas mengenai Sumber Data yaitu BAB HI METODE PENELITIAN Pendahuluan Bab ini merupakan bab yang berisi mengenai Metode Penelitian yang digunakan untuk melakukan analisis di bab selanjutnya. Bab ini berisi tentang obyek yang akan diteliti

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Keuangan Bank Untuk Mengetahui tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus PT.BNI (Persero), Tbk.

Analisis Kinerja Keuangan Bank Untuk Mengetahui tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus PT.BNI (Persero), Tbk. Analisis Kinerja Keuangan Bank Untuk Mengetahui tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus PT.BNI (Persero), Tbk. Dian Risnawati 20208369 Pembimbing : 1. Hary W. Achmad Romadhon, Dr. 2. Caecilia Widi Pratiwi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Pengertian Metode Penelitian Metode merupakan suatu cara yang dapat digunakan peneliti dan dapat dilaksanakan dengan cara terencana, sistematis dan dapat mencapai tujuann.menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bank merupakan lembaga keuangan yang keberadaannya sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bank merupakan lembaga keuangan yang keberadaannya sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang keberadaannya sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun makro. Lembaga keuangan pada dasarnya adalah lembaga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (kreditur) dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (kreditur) dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan mempunyai peranan dan fungsi penting dalam perekonomian suatu negara yaitu untuk menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (kreditur) dan menyalurkannya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode CAMEL 1. Capital (Permodalan) Resiko yang digunakan dalam perhitungan permodalan adalah Capital Adequecy Ratio (CAR)

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA BANK MUAMALAT INDONESIA, BANK SYARIAH MANDIRI, DAN BNI SYARIAH

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA BANK MUAMALAT INDONESIA, BANK SYARIAH MANDIRI, DAN BNI SYARIAH ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA BANK MUAMALAT INDONESIA, BANK SYARIAH MANDIRI, DAN BNI SYARIAH ARTIKEL PUBLIK ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BPR BALI HARTA SANTOSA DAN BPR MERTHA SEDANA

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BPR BALI HARTA SANTOSA DAN BPR MERTHA SEDANA ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.3 (2013): 622-639 ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BPR BALI HARTA SANTOSA DAN BPR MERTHA SEDANA I Gusti Bagus Ngurah Panji Putra Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan dampak yang luas terhadap sendi- sendi perekonomin dunia

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan dampak yang luas terhadap sendi- sendi perekonomin dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia mengakibatkan menurunnya nilai tukar rupiah yang sangat tajam terhadap dolar Amerika Serikat. Dari tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, karena perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANALISIS KINERJA BANK PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk DENGAN METODE CAMEL ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan menggunakan pendekatan CAMELS pada data penelitian yang digunakan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan menggunakan pendekatan CAMELS pada data penelitian yang digunakan BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis kinerja keuangan BPR Konvensional di Jawa dan Sumatera dengan menggunakan pendekatan CAMELS pada data penelitian yang digunakan antara tahun 2007

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu dari berbagai literatur,

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu dari berbagai literatur, III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu dari berbagai literatur, catatan, artikel, penelitian terdahulu dari dokumen, internet

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN METODE CAMEL PADA PD. BPR JEPARA ARTHA KABUPATEN JEPARA PERIODE

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN METODE CAMEL PADA PD. BPR JEPARA ARTHA KABUPATEN JEPARA PERIODE ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN METODE CAMEL PADA PD. BPR JEPARA ARTHA KABUPATEN JEPARA PERIODE 2009-2011 Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strara Satu(

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Ahli Madya Program Diploma III Keuangan Perbankan. Oleh: EKO PRIYONUGROHO

TUGAS AKHIR. Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Ahli Madya Program Diploma III Keuangan Perbankan. Oleh: EKO PRIYONUGROHO ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN RASIO LIKUIDITAS DAN RENTABILITAS UNTUK MENGETAHUI TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BPR NGUTER SURAKARTA PERIODE 2010-2014 TUGAS AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Kinerja Perbankan Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam variabel atau indikator, antara lain melalui laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN KESEHATAN BANK PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk CABANG SOLO. Skripsi

ANALISIS PENILAIAN KESEHATAN BANK PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk CABANG SOLO. Skripsi ANALISIS PENILAIAN KESEHATAN BANK PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk CABANG SOLO Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA BANK SYARIAH (X) DAN BANK KONVENSIONAL (Z) TAHUN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA BANK SYARIAH (X) DAN BANK KONVENSIONAL (Z) TAHUN ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA BANK SYARIAH (X) DAN BANK KONVENSIONAL (Z) TAHUN 2009 2013 Agus Muqorobin 1, Sujadi 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Ilwin Husain 1, Zulkifli Bokiu 2, Mahdalena 3 Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Bank, Kinerja Keuangan Bank, CAMEL. vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: Bank, Kinerja Keuangan Bank, CAMEL. vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Bank Bukopin melalui aspek penilaian CAMEL (Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity)dan menganalis tingkat kinerja keuangan pada bank

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE ( ) MUHAMAD IHSAN

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE ( ) MUHAMAD IHSAN ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE (2009-2011) MUHAMAD IHSAN 26209595 Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Institusi Perbankan Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, pengertian bank diatur dalam Pasal 1 ayat 2. Bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga keuangan khususnya perbankan. Perbankan berperan penting sebagai lembaga intermediasi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan perusahaan yang dinamis yang mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Usaha bank bukan saja sebagai penyimpan dan pemberi kredit, tetapi juga pencipta

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE TUGAS AKHIR

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE TUGAS AKHIR ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE 2013-2015 TUGAS AKHIR Oleh: Novia One 20133030004 PROGRAM STUDI AKUNTANSI TERAPAN PROGRAM VOKASI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perlakuan Akuntansi Perlakuan akuntansi adalah standar yang melandasi pencatatan suatu transaksi yang meliputi pengakuan, pengukuran atau penilaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

BAB III METODE PENELITIAN. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Variabel merupakan atribut yang memiliki variasi antara satu objek dengan objek lain. Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN METODE CAMEL UNTUK MENILAI TINGKAT KESEHATAN PT BPR AGUNG SEJAHTERA PERIODE TAHUN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN METODE CAMEL UNTUK MENILAI TINGKAT KESEHATAN PT BPR AGUNG SEJAHTERA PERIODE TAHUN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN METODE CAMEL UNTUK MENILAI TINGKAT KESEHATAN PT BPR AGUNG SEJAHTERA PERIODE TAHUN 2013-2015 Ratna Mustika 1), Ari Pranaditya 2), Hartono 3) 1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT PT. SUKADYARINDANG TAHUN 2001 SAMPAI DENGAN 2005

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT PT. SUKADYARINDANG TAHUN 2001 SAMPAI DENGAN 2005 ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT PT. SUKADYARINDANG TAHUN 2001 SAMPAI DENGAN 2005 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan

Lebih terperinci

ANALISIS CAMEL UNTUK MENGUKUR TINGKAT KELAYAKAN. PADA BANK RAKYAT INDONESIA, Tbk TUGAS AKHIR

ANALISIS CAMEL UNTUK MENGUKUR TINGKAT KELAYAKAN. PADA BANK RAKYAT INDONESIA, Tbk TUGAS AKHIR ANALISIS CAMEL UNTUK MENGUKUR TINGKAT KELAYAKAN PADA BANK RAKYAT INDONESIA, Tbk TUGAS AKHIR Oleh Wingsati Dwi Priarianto 20123030001 PROGRAM STUDI AKUNTANSI TERAPAN PROGRAM VOKASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiata usahanya. Banyak

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiata usahanya. Banyak BAB II LANDASAN TEORI A. Bank 1. Pengertian Bank Perbankan adalah sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiata usahanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentukbentuk lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan institusi yang berpengaruh signifikan dalam menentukan kelancaran aktivitas perekonomian dan keberhasilan pembangunan sehingga wajar menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH PERIODE TUGAS AKHIR

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH PERIODE TUGAS AKHIR ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH PERIODE 2012-2016 TUGAS AKHIR Oleh: Abell Riefqi Putra Al Majid 20143030026 PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan program pembangunan. Meningkatkan kualitas hidup antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umunya perusahaan menganggap bahwa profitabilitas lebih penting daripada perolehan laba, karena laba yang besar bukan berarti bahwa perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaannya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaannya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menurut analisis data termasuk penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menganalisis data berbentuk angka. Sedangkan menurut kegunaannya

Lebih terperinci

ABSTRACT. Current Assets (NCM to CA), Loan to Deposit Ratio (LDR).

ABSTRACT. Current Assets (NCM to CA), Loan to Deposit Ratio (LDR). ABSTRACT This study aimed to determine the performance level and what things are affecting the performance of the company. The object of research conducted at PT. Bank Mandiri, Tbk period 2006-2009. The

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian tentang Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 2.1.1 Pengertian Perbankan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 13 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kesehatan dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa kondisi bank dapat terjaga, sehingga hasil dari penilaian kesehatan bank dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PD BPR BKK WONOGIRI KOTA CABANG JATIROTO

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PD BPR BKK WONOGIRI KOTA CABANG JATIROTO ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PD BPR BKK WONOGIRI KOTA CABANG JATIROTO SKRIPSI Dimaksudkan Untuk Memenuhi Tugas dan Persyaratan Guna Menyelesaikan Studi Program Strata I Jurusan Manajemen Disusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial intermediary atau lembaga perantara antara pihak yang kelebihan dana (surplus) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut baik perusahaan dagang, jasa, maupun manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut baik perusahaan dagang, jasa, maupun manufaktur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan perusahaan pada umumnya

Lebih terperinci

PENGENALAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CAMEL

PENGENALAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CAMEL KOMPUTER LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN PENGENALAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CAMEL Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 10 dan 11 EMAIL: rowland dot pasaribu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang terus berkelanjutan. Pada akhir tahun 1997, suku bunga untuk jangka waktu bulanan di Bank

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Kesehatan Bank Menggunakan Metode CAMEL di PT. Bank Central Asia, Tbk ABSTRAK

Analisis Tingkat Kesehatan Bank Menggunakan Metode CAMEL di PT. Bank Central Asia, Tbk ABSTRAK Analisis Tingkat Kesehatan Bank Menggunakan Metode CAMEL di PT. Bank Central Asia, Tbk ABSTRAK PT. Bank Central Asia, Tbk merupakan salah satu bank swasta yang ada di Indonesia yang memainkan peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998, bank merupakan sebuah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN METODE CAMEL PADA PERUSAHAAN DAERAH BADAN PERKREDITAN RAKYAT BADAN KREDIT KECAMATAN (PD

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN METODE CAMEL PADA PERUSAHAAN DAERAH BADAN PERKREDITAN RAKYAT BADAN KREDIT KECAMATAN (PD ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN METODE CAMEL PADA PERUSAHAAN DAERAH BADAN PERKREDITAN RAKYAT BADAN KREDIT KECAMATAN (PD. BPR BKK) BOYOLALI KOTA (periode 2006-2008) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penggerak roda perekonomian suatu negara, fungsi bank sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penggerak roda perekonomian suatu negara, fungsi bank sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia perbankan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Aktivitas yang dijalankan masyarakat selalu berhubungan dengan masyarakat untuk melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMELS PADA PD. BPR BANK PASAR KABUPATEN KUDUS

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMELS PADA PD. BPR BANK PASAR KABUPATEN KUDUS ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMELS PADA PD. BPR BANK PASAR KABUPATEN KUDUS Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata satu (S1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal didefinisikan sebagai tempat terjadinya transaksi jual beli berbagai instrumen atau sekuritas jangka panjang (Gunawan, 2012). Kehadiran pasar modal ini merupakan

Lebih terperinci