METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE PENELITIAN Desain Penelitian"

Transkripsi

1 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Ex post facto. Ex post facto berarti setelah kejadian (Gay, 1976 dalam Sevilla, 1993:124). Peneliti menyelidiki permasalahan dengan mempelajari atau meninjau peubah-peubah. Peubah terikat dan persoalan utama peneliti dalam penelitian ini segera dapat diamati selanjutnya menemukan penyebab yang menimbulkan akibat tersebut. Kerlinger (1990:604) mendefinisikan Ex post facto adalah telaah empirik sistematis di mana ilmuan tidak dapat mengontrol secara langsung peubah bebasnya karena manifestasinya telah muncul, atau karena sifat hakekat peubah itu menutup kemungkinan manipulasi. Inferensi relasi antar peubah dibuat, tanpa intervensi langsung, berdasarkan variasi yang muncul seiring dalam peubah bebas dan peubah terikatnya. Gay (Sevilla, 1993:124) menyatakan bahwa dalam metode penelitian ini, peneliti berusaha untuk menentukan sebab, atau alasan adanya perbedaan dalam tingkah laku atau status kelompok individu. Dalam artian, peneliti mengamati bahwa kelompok-kelompok yang berbeda pada beberapa peubah dan kemudian diidentifikasi faktor utama penyebab perbedaan tersebut. Setelah tahapan tersebut di atas dilalui, selanjutnya penelitian ini dilanjutkan dengan model Structural Equation Model (SEM) yaitu suatu model yang juga disebut A Covariance Structure Model yang digunakan untuk menguji model-model empiris untuk menjelaskan varian dan korelasi antara suatu set peubah-peubah yang diobservasi (observe) dalam suatu sistem kausal (sebab akibat) dari faktor-faktor yang tidak diobservasi (unobserve). Dengan demikian pengukuran model menspesifikasikan seberapa jauh peubah-peubah yang diobservasi berhubungan dengan suatu set faktor-faktor yang dihipotesiskan. Untuk mengetahui pengaruh peubah bebas pada peubah terikat, dan menguji hipotesis penelitian dibuat kerangka hipotetik (Gambar 15). Kerangka hipotetik kemudian dioperasionalisasikan untuk merumuskan model persamaan pengukuran dan model persamaan struktural sesuai dengan kaidah SEM. Model persamaan dan kerangka hipotetik penelitian adalah sebagai berikut: 83

2 84 Model pengadopsian SRI oleh anggota subak: 4 = γ * 1 X 1 + γ * 2 X 2 + γ * 3 X 3 + γ * γ * 5 2 +γ * 6 Ketergangan: X 1 = Karakteristik anggota subak. X2 = Kompetensi fasilitator/penyuluh. X3 = Kompetensi pengurus subak. 1 = Persepsi anggota subak tentang SRI. 2 = Sikap anggota subak terhadap SRI. 3 = Kemandirian anggota subak menerapkan SRI. 4 = Pengadopsian SRI oleh anggota subak Model pengadopsian SRI: 4 = β 3 + ζ2 Populasi dan Sampel Populasi Populasi penelitian ini adalah anggota subak sawah (kelompok tani tradisional di Bali yang berfungsi sebagai pengelola air irigasi) dan menerapkan System of Rice Intensification (SRI) seperti terlihat pada Tabel 2. Sampel Penentuan Responden yang merupakan sampel dari populasi dilakukan dengan cluster sampling. Dengan demikian, unit wilayah administratif pemerintah, yaitu kabupaten sebagai cluster. Cluster sampling digunakan peneliti menyeleksi individu-individu secara terpisah. Pengambilan sampel dengan kelompok, bukan secara individu, diseleksi secara acak. Pengambilan sampel semacam ini dikaitkan sebagai pengambilan sampel wilayah, sebab dalam pelaksanaannya seringkali didasarkan atas letak geografis. Subyek-subyek yang diteliti secara alami berkelompok atau kluster. Penarikan sample menggunakan rumus Slovin, yaitu: N n = 1+Ne² Di mana: n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan, N = 288, e = 0, n = = = = = x (0,05) (288 x 0,0025) 1 + 1,7725 2,7725 3

3 85 No Kabupaten Subak Tabel 2. Sebaran data populasi dan sampel penelitian Jumlah anggota subak yang telah menerapkan SRI Jumlah responden (1) Buleleng Padang Keling Bergiding (2) Badung Buangga 8 3 Payangan 19 7 (3) Tabanan Timpag 8 3 (4) Gianyar Rapuan Kaja (5) Bangli Mungsing Sampalan Baler Margi Tohpati 8 3 (6) Klungkung Dawan 6 2 Telaga Lebah (7) Karangasem Mascatu 14 5 Jumlah populasi dan responden penelitian Sumber: Dinas pertanian provinsi Bali, 2011 Ukuran populasi anggota subak yang menerapkan SRI masih sedikit. Adapaun pertimbangan menggunakan sampel penelitian adalah: (1) ketepatan dan kepercayaan bahwa sampel yang diambil telah dapat mengukur parameter yang di duga dalam penelitian ini, (2) tingkat keragaman dalam populasi untuk peubah yang diukur dapat diwakili oleh sampel yang diambil, (3) data yang diambil dapat dianalisis dengan Structural Equation Model (SEM, dan (4) waktu, biaya dan sumberdaya yang dimiliki peneliti, karena sampel yang besar adalah lebih mahal, memakan waktu lebih banyak, dan membutuhkan sumberdaya yang lebih besar. Data Data dan Instrumentasi Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Peubah laten eksogen terdiri atas: peubah karakteristik individu anggota subak, kompetensi fasilitator/penyuluh dan kompetensi pengurus subak. Peubah laten endogen terdiri atas: peubah persepsi anggota subak tentang SRI, sikap anggota subak terhadap SRI, kemandirian anggota subak menerapkan SRI, dan pengadopsian SRI di kalangan anggota subak. Indikator yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penciri dari peubah-peubah laten baik eksogen

4 86 maupun endogen. Tabel 3 menunjukkan kerangka hipotetik penelitian yang terdiri atas peubah laten eksogen dan laten endogen. Tabel 3. Peubah dan indikator peubah penelitian No Peubah Indikator Notasi Laten Eksogen (1) Karakteristik (1) Umur X1.1 Anggota subak (2) Pendidikan formal X1.2 (3) Luas lahan usahatani X1.3 (4) Pengalaman X1.4 (5) Jumlah tanggungan keluarga X1.5 (6) Motivasi berusaha X1.6 (7) Tingkat subsistensi X1.7 (8) Modal usahatani X1.8 (9) Partisipasi dalam subak X1.9 (2) Kompetensi (1) Kemampuan mengemukakan pendapat X2.1 fasilitator/penyuluh (2) Kejelasan bahasa yang digunakan X2.2 (3) Daya adaptasi X2.3 (4) Kesistematisan dalam menyampaikan materi X2.4 (5) Dukungan semangat pada masyarakat X2.5 (6) Pemahaman kebutuhan masyarakat X2.6 (7) Alat bantu penyuluhan yang digunakan X2.7 (8) Berpenampilan menarik X 2.8 (9) Ketepatan dan efisiensi waktu X2.9 (10) Penguasaan Materi SRI X2.10 (11) Pengalaman melaksanakan penyuluhan X2.11 (3) Kompetensi (1) Menyebarluaskan informasi X3.1 pengurus subak (2) Menganjurkan menerapkan SRI X3.2 (3) Mempengaruhi anggota subak X3.3 (4) Memberikan contoh X3.4 (5) Melibatkan anggota dalam pengambilan X3.5 keputusan (6) Memberikan semangat X3.6 (7) Mencarikan jalan pemecahan masalah X3.7 (8) Memiliki pengetahuan dan wawasan tentang X3.8 SRI (9) Sifat jujur dan terbuka X3.9 (10) Membuka diri dari segala macam kritikan X3.10 Laten Endogen (1) Persepsi anggota subak tentang SRI (1) Lebih baik dari metode konvensional (2) Memberikan banyak keuntungan (3) Tidak bertentangan dengan aturan subak (awig-awig) (4) Tidak memiliki tingkat kesulitan untuk diterapkan (5) Tidak bertentangan dengan norma (6) Tidak bertentangan dengan tata nilai

5 87 Tabel 3. Peubah dan indikator peubah penelitian (lanjutan) No Peubah Indikator Notasi (7) Tidak bertentangan dengan adat istiadat 1.7 (8) Sesuai dengan kebiasaan setempat 1.8 (9) Tidak terlalu rumit 1.9 (10) Mudah dicoba 1.10 (11) Hasilnya dapat diamati dan dirasakan secara (2) 3) (4) Sikap anggota subak tentang SRI Kemandirian anggota subak Pengadopsian paket teknologi SRI oleh anggota Subak Karakteristik Anggota dan Pengurus Subak (X 1 ) Petani memiliki karakteristik yang beragam baik yang dibawa sejak lahir maupun karena bentukan lingkungan melalui proses belajar sepanjang hayat yang dilakukannya. Karakteristik tersebut dapat berupa karakter demografis petani, karakter sosial petani serta karakteristik kondisi ekonomi petani itu sendiri. Karakter-karakter tersebutlah yang membedakan tipe perilaku petani pada situasi tertentu untuk menerima atau menolak inovasi SRI. langsung (1) Sri hemat/irit air (2) Ramah lingkungan (3) Menggunakan lebih sedikit benih (hemat benih) (4) Masa tanam lebih cepat (5) Menggunakan bibit muda (6) Jumlah anakan lebih banyak (7) Kualitas batang dan daun lebih baik (8) Tahan terhadap hama dan penyakit (9) Bulir padi lebih bernas (10) Rasa nasi lebih enak (11) Produktivitas tinggi (1) Mengakses informasi melalui media massa (2) Kerjasama dengan penyuluh (3) Kerjasama dengan pedagang (4) Penyediaan modal usaha (5) Menyiapkan lahan (6) Akses pada kredit usahatani (7) Menanggung risiko (8) Pengambilan keputusan (9) Belajar mandiri (1) Persiapan dan pengolahan lahan (2) Pemilihan benih (3) Persemaian (4) Penanaman (5) Penyiangan (6) Manajemen air (7) Pemupukan (8) Pengendalian hama dan penyakit (9) Panen

6 88 Karakteristik anggota dan pengurus subak merupakan kondisi yang menggambarkan ciri atau profil seseorang atau sekelompok orang yang membedakannya dengan individu atau kelompok lain. Sumberdaya manusia (SDM) petani yang berkualitas lebih cepat dalam menerima inovasi SRI. Sejumlah karakteristik yang diamati dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Pengukuran peubah karakteristik anggota dan pengurus subak (X 1 ) No Indikator Parameter Kriteria (1) Umur (1) Jumlah tahun sejak lahir hingga menjadi responden. - Semakin banyak jumlah tahun berarti semakin bertambah wawasan dan pengalaman. (2) Tingkat pendidikan (1) Jumlah tahun mengikuti - Semakin tinggi tingkat pndidikan semakin baik. (3) Luas lahan Usahatani (4) Pengalaman usahatani (5) Jumlah tanggungan keluarga (6) Motivasi berusaha (7) Tingkat subsistensi (8) Modal dan akses pada kredit usahatani (9) Partisipasi dalam subak pendidikan formal. (1) Luas lahan yang dikuasai untuk diusahakan yang dinyatakan dalam satuan luas. (1) Jumlah tahun sejak menjadi petani sampai dilakukan interview. (2) Jumlah anggota keluarga dalam satu dapur. (1) Intrinsik (2) Ekstrinsi (1) Tekanan kebutuhan (2) Patron-klien (1) Besarnya (2) Kemudahan (3) Tepat waktu (1) Perencanaan (2) Pelaksanaan (3) Menikmati hasil - Semakin luas semakin baik. - Semakin tinggi semakin berpengalaman. - Semakin sedikit semakin baik meningkatkan kesejahteraan petani. - Dorongan yang berasal dari dalam diri individu. - Dorongan yang berasal dari luar individu. - Semakin banyak kebutuhan tingkat subsistensi semakin buruk. - Semakin tergantung pada majikan maka tingkat subsistensi semakin buruk. - Sesuai dengan kebutuhan. - Tidak melalui prosedur yang berbelit-belit. - Tersedia ketika dibutuhkan. - Semakin tinggi semakin baik partisipasinya.

7 89 Kompetensi Penyuluh/Fasilitator (X 2 ) Kompetensi fasilitator adalah kemampuan yang dimiliki seseorang fasilitator untuk mengubah perilaku masyarakat menuju kondisi yang lebih bermutu, sekaligus mencapai tujuan program intervensi. Peubah ini diukur berdasarkan kemampuan berkomunikasi, kemampuan memotivasi, dan kemampuan melakukan transfer belajar. Transfer belajar berarti kemampuan seseorang untuk menggunakan hasil-hasil belajar yang telah didapatnya di dalam situasi yang baru yang sama dengan situasi sebelumnya atau yang lebih kompleks seperti ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Kompetensi fasilitator (X 2 ) Indikator Parameter Kriteria (1) Kemampuan mengemukakan pendapat. (2) Kejelasan bahasa yang digunakan. (3) Daya adaptasi. (4) Kesistematisan dalam menyampaikan materi. (5) Dukungan semangat pada masyarakat. (6) Pemahaman kebutuhan masyarakat. (7) Alat bantu penyuluhan yang digunakan. (8) Berpenampilan menarik. (9) Ketepatan dan efisiensi waktu. (10) Penguasaan Materi SRI (11) Pengalaman melaksanakan penyuluhan. No (1) Kemampuan transfer teknologi, memotivasi dan Penguasaan SRI berikut: (1) ST = Sangat Tinggi (4) R = Rendah (5) SR = Sangat Rendah Tingkat kompetensi fasilitator/penyuluh SRI diukur dengan rumus sebagai n(st) + n(t) + n(s) + n(r) + n(sr) Tingkat kompetensi fasilitator = Jumlah item pernyataan Keterangan: n = jumlah responden ST = Sangat Tinggi T = Tinggi S = Sedang R = Rendah SR = Sangat rendah. Hasil analisis terhadap tingkatan persepsi anggota subak tentang SRI dapat dilihat pada Lampiran 4.

8 90 Kompetensi Pengurus Subak (X 3 ) Kompetensi merupakan aktivitas di dalam diri seseorang dan juga aktivitas di luar diri seseorang dalam melakukan respon terhadap rangsangan. Kemampuan (ability) merupakan suatu tenaga (daya kekuatan) yang dimiliki seseorang untuk melakukan perbuatan atau tindakan. Kemampuan merupakan kecakapan atau potensi yang dimiliki oleh seseorang yang dibawa sejak lahir atau hasil pelatihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakan. Kemampuan merupakan perpaduan antara pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill). Pengurus subak adalah orang yang menjadi pemimpin dalam kelompoknya, dengan demikian Kompetensi yang mesti dikuasai oleh pengurus subak adalah Kompetensi yang berkaitan dengan peran pemimpin terutama pemimpin informal. Kepemimpinan berbeda dengan kekuasaan. Kepemimpinan kekuatannya pada pengaruh yang memungkinkan orang lain mengikuti secara sukarela, sedangkan kekuasaan adalah kekuatan pada adanya kewenangan (otoritas) yang memaksa orang lain untuk melakukan perintahnya. Meskipun demikian, keduanya merupakan kekuatan memengaruhi orang lain, bisa kuat, kurang kuat, lemah atau tidak ada sama sekali. Sumber kekuatannya adalah pada: (1) kewenangan atau jabatan; (2) pengetahuan; dan (3) kepribadian. Adapun peubah dan indikator Kompetensi pengurus subak dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kompetensi pengurus subak (X 3 ) No Indikator Parameter Kriteria (1) Kemampuan (1) Menyebarluaskan informasi. (1) ST = Sangat tinggi transfer (2) Menganjurkan menerapkan SRI. teknologi, (3) Mempengaruhi anggota subak. memotivasi (4) Memberikan contoh. (4) R = Rendah dan (5) Melibatkan anggota dalam (5) SR = Sangat Penguasaan pengambilan keputusan. Rendah SRI (6) Memberikan semangat. - (7) Mencarikan jalan pemecahan masalah. (8) Memiliki pengetahuan dan wawasan tentang SRI. (9) Sifat jujur dan terbuka. (10) Membuka diri dari segala macam kritikan.

9 91 Tingkat kompetensi pengurus subak diukur dengan rumus sebagai berikut: n(st) + n(t) + n(s) + n(r) + n(sr) Tingkat kompetensi pengurus subak = Jumlah item pernyataan Keterangan: n = Jumlah responden ST = Sangat tinggi T = Tinggi S = Sedang R = Rendah SR = Sangat rendah. Hasil analisis terhadap tingkatan persepsi anggota subak tentang SRI dapat dilihat pada Lampiran 5. Persepsi anggota subak tentang SRI ( 1 ) Persepsi anggota subak adalah pengertian anggota subak terhadap paketpaket teknologi SRI. Persepsi diukur dengan menggunakan skala Likert dengan perhitungan sebagai berikut: (1) Skor 5 diberikan jika responden merespons sangat setuju pernyataan yang diberikan; (2) Skor 4 diberikan jika responden merespons setuju pernyataan yang diberikan; (3) Skor 3 diberikan jika responden merespons ragu-ragu pernyataan yang diberikan; (4) Skor 2 diberikan jika responden merespons tidak setuju terhadap pernyataan yang diberikan; dan (5) Skor 1 diberikan jika responden merespons sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan seperti ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7. Persepsi anggota subak tentang SRI ( 1 ) No Indikator Parameter Kriteria (1) Persepsi anggota (1) Lebih baik dari metode (1) ST = Sangat Tinggi subak tentang konvensional. SRI (2) Memberikan banyak keuntungan. (4) R = Rendah (3) Tidak bertentangan dengan (5) SR = Sangat Rendah aturan subak (awig-awig). (4) Tidak memiliki tingkat kesulitan untuk diterapkan. (5) Tidak bertentangan dengan norma. (6) Tidak bertentangan dengan tata nilai. (7) Tidak bertentangan dengan adat istiadat. (8) Sesuai dengan kebiasaan setempat. (9) Tidak terlalu rumit. (10) Mudah dicoba. (11) Hasilnya dapat dilihat.langsung

10 92 berikut: Tingkat persepsi anggota subak tentang SRI diukur dengan rumus sebagai n(st) + n(t) + n(s) + n(r) + n(sr) Tingkat persepsi = Jumlah item pernyataan Keterangan: n = Jumlah responden ST = Sangat tinggi T = Tinggi S = Sedang R = Rendah SR = Sangat rendah. Hasil analisis terhadap tingkatan persepsi anggota subak tentang SRI dapat dilihat pada Lampiran 6. Sikap anggota subak terhadap SRI ( 2 ) Sikap anggota subak adalah tingkat persetujuan anggota subak terhadap paket-paket teknologi SRI (Tabel 8). Tabel 8. Sikap anggota subak tentang SRI ( 2 ) No Indikator Parameter Kriteria (1) Sikap (1) SRI irit air. (1) ST = Sangat Tinggi anggota (2) Ramah lingkungan. subak tentang (3) Menggunakan lebih (4) R = Rendah SRI sedikit benih. (5) SR = Sangat Rendah (4) Masa tanam lebih cepat. (5) Menggunakan bibit lebih muda. (6) Jumlah anakan lebih banyak. (7) Kualitas batang dan daun lebih baik. (8) Tahan terhadap hama dan penyakit. (9) Bulir padi lebih bernas. (10) Rasa nasi lebih enak. Peubah ini diukur dengan skala Likert dengan perhitungan sebagai berikut: (1) Skor 5 diberikan jika responden merespons sangat setuju pernyataan yang diberikan; (2) Skor 4 diberikan jika responden merespons setuju pernyataan yang diberikan; (3) Skor 3 diberikan jika responden merespons ragu-ragu pernyataan yang diberikan; (4) Skor 2 diberikan jika responden merespons tidak setuju terhadap pernyataan yang diberikan; dan (5) Skor 1 diberikan jika responden

11 93 merespons sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan. Tingkat sikap anggota subak terhadap SRI diukur dengan rumus sebagai berikut: n(st) + n(t) + n(s) + n(r) + n(sr) Tingkat sikap anggota subak terhadap SRI = Jumlah item pernyataan Keterangan: n = Jumlah responden ST = Sangat tinggi T = Tinggi S = Sedang R = Rendah SR = Sangat rendah. Hasil analisis persepsi anggota subak tentang SRI dapat dilihat pada Lampiran 7. Kemandirian Anggota Subak ( 3 ) Kemandirian (self-reliance) adalah suatu suasana atau kondisi yang telah mencapai kondisi itu tidak lagi tergantung pada bantuan atau kedermawanan pihak ketiga untuk mengamankan kepentingan individu atau kelompok seperti terlihat pada Tabel 9. Tabel 9. Kemandirian Anggota Subak ( 3 ) Indikator Parameter Kriteria (1) Semakin sering dan banyak mengakses informasi melalui media massa. No (1) Mengakses informasi (2) Kerjasama dengan penyuluh (3) Kerjasama dengan pedagang (4) Penyediaan modal usahatani (5) Menyiapkan lahan usaha (6) Akses pada kredit usahatani (7) Menanggung risiko (8) Pengambilan keputusan (9) Belajar Mandiri (1) Semakin sering berinteraksi dengan penyuluh. (1) Semakin sering berinteraksi dengan pedang. (1) modal sendiri. (2) sewa (3) hutang (1) milik sendiri. (2) sewa (3) bagi hasil. (1) Mudah (2) Murah (3) Tepat waktu. (1) Keberanian menanggung risiko. (1) Cepat (2) Tepat (1) Belajar dari pengalaman. (1) ST = Sangat tinggi (4) R = Rendah (5) SR = Sangat rendah

12 94 Kemandirian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemandirian dalam berusahatani di antaranya kemandirian dalam mengakses informasi, mendapatkan modal usahatani, mendapatkan saprodi, dan pengambilan keputusan. Tingkat kemandirian anggota subak menerapkan SRI diukur dengan rumus sebagai berikut: n(st) + n(t) + n(s) + n(r) + n(sr) Tingkat kemandirian = Jumlah item pernyataan Keterangan: n = Jumlah responden ST = Sangat tinggi T = Tinggi S = Sedang R = Rendah SR = Sangat rendah. Hasil analisis terhadap tingkatan persepsi anggota subak tentang SRI dapat dilihat pada Lampiran 8. Pengadopsian paket-paket teknologi SRI oleh anggota Subak ( 4 ) Derajat pengadopsian metode SRI adalah kecepatan relatif metode SRI diterapkan oleh anggota dan pengurus subak seperti terlihat pada Tabel 10. Tabel 10. Pengadopsian SRI ( 4 ) Indikator Parameter Kriteria (1) Bertujuan mendapatkan media tumbuh yang baik. (2) Dioleh seperti tanam padi metode biasa. (3) Dibajak sedalam cm. (4) Dibuat parit keliling dan melintang petak sawah untuk membuat kelebihan air. (5) Letak dan jumlah parit pembuaangan disesuaikan dengan bentuk dan ukuran petak serta dimensi saluran irigasi. No (1) Persiapan dan pengolahan lahan (2) Pemilihan benih (1) Pentingnya melakukan pemilihan benih yang bermutu baik. (2) Menggunakan larutan garam dan telur. (1) ST = Sangat tinggi (4) R = Redah (5) SR = Sangat rendah (1) ST = Sangat tinggi (4) R = Redah (1) SR = Sangat rendah

13 95 Tabel 10. Pengadopsian SRI (lanjutan) No Indikator Parameter Kriteria (3) Benih yang bermutu tenggelam, direndam dan dibilas. (3) Persemaian (1) Tidak harus dilakukan di lahan sawah. (2) Disemai pada baki-baki plastik/besek/nampan. (3) Varietas sesuai kebiasaan setempat. (4) Baki persemaian dilapisi daun pisang atau plastik. (5) Media tumbuh benih adalah tanah yang subur dicampur kompos dengan perbandingan 1:1. (6) Tinggi tanah pembibitan pada baki plastik adalah 4 cm. (7) Benih ditaburkan kedalam tempat persemaian dan dilapisi tanah tipis. (8) Benih disiram setiap hari untuk menjaga kelembaban media tumbuh. (9) Baki-baki plastik pembenihan disimpan pada meja atau rak-rak kayu yang terjangkau oleh sinar matahari. (4) Penanaman (1) Pencabutan bibit dari persemaian dilakukan dengan hati-hati agar akar tanaman tidak terpotong. (2) Pola penanaman bibit metode SRI berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 25 x 25 cm atau 30 x 30 cm. (3) Garis-garis bujur sangkar dibuat dengan caplak. (4) Bibit ditanam pada umur 4 hingga 12 hari. (5) Bibit ditanam tunggal. (6) Posisi perakaran dibentuk seperti huruf L. (7) Penanaman dilakukan serentak. (1) ST = Sangat tinggi (4) R = Redah (1) SR = Sangat rendah (1) ST = Sangat tinggi (4) R = Redah (1) SR = Sangat rendah

14 96 Tabel 10. Pengadopsian SRI (lanjutan) No Indikator Parameter Kriteria (5) Pemupukan (1) Mengikuti anjuran dinas pertanian dalam menentukan takaran pupuk anorganik atau pupuk kimia. (2) Pemupukan pertama dilakukan pada umur 7-15 hari setelah tanam. (3) Pemupukan kedua dilakukan pada umur hari setelah tanam. (4) Menggunakan pupuk organik untuk memperbaiki struktur tanah. (5) Menggunakan mikro organisme lokal (Mol) dalam pembuatan kompos. (6) Penyiangan (1) Penyiangan dilakukan dengan menggunakan landak atau rotary weeder untuk membasmi gulma dan menjaga aerasi tanah. (2) Penyiangan dilakukan sebanyak tiga kali atau lebih. (7) Pengairan (1) Pemberian air dilakukan dengan jalan terputusputus. (2) Pada periode tertentu petak sawah dibiarkan kering sampah pecah rambut. (3) Menjelang panen sawah dikeringkan. (8) Pengendalian hama dan penyakit (1) Pengendalikan hama dan penyakit dilakukan secara terpadu. (2) Belalang, walang sangit dan keong dibuatkan alat perangkap. (3) Keong mas diatasi dengan jalan menjaga sawah tidak tergenang. (4) Wereng dikendalikan dengan menabur abu gosok. (1) ST = Sangat tinggi (4) R = Redah (1) SR = Sangat rendah (1) ST = Sangat tinggi (4) R = Redah (5) SR = Sangat rendah (1) ST = Sangat tinggi (4) R = Redah (5) SR = Sangat rendah (1) ST = Sangat tinggi (4) R = Redah (5) SR = Sangat rendah

15 97 Tabel 10. Pengadopsian SRI (lanjutan) No Indikator Parameter Kriteria (9) Panen (1) Panen dilakukan setelah (6) ST = Sangat tinggi tanaman tua dengan (7) T = Tinggi ditandai menguningnya (8) S = Sedang bulir padi secara merata. (9) R = Redah (2) Panen SRI lebih awal (10) SR = Sangat rendah dibandingkan dengan metode konvensional. (3) Jerami diolah menjadi kompos. (4) Arang sekam diolah menjadi kompos. sebagai berikut: Tingkat pengadopsian terhadap paket-paket teknologi SRI diukur dengan rumus n(st) + n(t) + n(s) + n(r) + n(sr) Tingkat pengadopsian = Jumlah item pernyataan Keterangan: n = jumlah responden ST = Sangat tinggi T = Tinggi S = Sedang R = Rendah SR = Sangat rendah. Hasil analisis terhadap tingkatan pengadopsian paket-paket teknologi SRI dapat dilihat pada Lampiran 9. Instrumen Penelitian Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan peubahpeubah yang akan dikaji dalam penelitian ini. Uji Kesahihan (Validity Test) Pada penelitian ini, daftar pertanyaan disusun dengan cara: (1) mempertimbangkan teori-teori dan kenyataan yang telah diungkapkan pada berbagai pustaka empiris, (2) menyesuaikan isi pertanyaan dengan kondisi responden, dan (3) memperhatikan masukan para pakar. Korelasi product moment digunakan untuk menentukan tingkat validitas butir-butir pertanyaan dalam kuesioner (Arikunto, 1998:10). Alat ukur dinyatakan valid (sahih) apabila alat ukur tersebut dapat mengukur yang sebenarnya ingin diukur. Cara

16 98 menetapkan validitas (kesahihan) alat ukur penelitian ini adalah validitas isi, yaitu isi alat ukur tersebut dapat mewakili semua aspek yang dianggap sebagai kerangka konsep, (Kerlinger, 1990:729). Keabsahan kuesioner dapat diperoleh jika pertanyaan pada kuesioner tersebut mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam kuesioner yang disusun sebenarnya terdapat tiga bagian penting yaitu konsep, konstrak, kemudian menjabarkan menjadi faktor-faktor, lalu faktorfaktor tersebut dijabarkan dalam butir-butir pertanyaan. Instrumen penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan penilaian juri di luar komisi pembimbing resmi, untuk mendapatkan keabsahan isi. Adapun pakar yang terlibat dalam penelitian ini adalah pakar SRI dari Lab Mikrobiologi Tanah Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, dan pakar SRI dari Departemen Agronomi dan Holtikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hasilnya, ketiga pakar telah sepakat bahwa butir-butir pernyataan yang dibuat telah mewakili seluruh paket teknologi yang ada pada inovasi SRI. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas instrumentasi merupakan suatu konsep yang dapat mengetahui sejauh mana suatu alat pengukuran (instrumen penelitian) dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun & Effendi, 2003:142). Korelasi Crombach alpha digunakan untuk menentukan tingkat reliabilitas butir-butir pertanyaan dalam kuesioner (Arikunto, 1998:10). Alat ukur dinyatakan valid (sahih) apabila alat ukur tersebut dapat mengukur yang sebenarnya ingin diukur. Dengan bantuan software SPSS 17.0, telah dicapai nilai koefisien instrumen penelitian sebesar 0,724 yang menyatakan bahwa instrumen yang dibuat reliable, selain itu pula telah didapatkan setiap butir pernyataan telah menunjukkan nilai > 0,3 yang berarti bahwa pernyataan-pernyataan yang disusun dapat diandalkan. Pengumpulan Data Data primer yang diambil adalah dengan bantuan instrumen/ kuesioner serta ditambah dengan wawancara mendalam. Pengumpulan data menyesuaikan kebiasaan waktu responden sehingga, memudahkan sekaligus menghindari bias

17 99 karena keterpaksaan responden. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tujuh kabupaten yaitu: Kabupaten Badung, Buleleng, Karangasem, Klungkung, Bangli, Gianyar dan Tabanan. Data sekunder dengan melakukan studi terhadap dokumen/laporan yang dikeluarkan oleh pihak dinas terkait. Disamping itu digunakan studi literatur dan penelitian terdahulu untuk menunjang kebutuhan data atau informasi yang relevan dengan tujuan penelitian, serta laporan yang dikeluarkan Biro Pusat Statistik. Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan berbagai macam uji. Data yang terkumpul kemudian diberi skor sesuai dengan tingkatan masalahnya. Pengujian kualitas peubah-peubah penelitian yang meliputi uji kenormalan, uji kehomogenan, uji realibilitas dan uji validitas. Matrik yang digunakan dalam analisis data adalah correlation matrix karena ada dua jenis skala data yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu data ratio dan data interval. Analisis yang digunakan adalah Structural Equation Model (SEM) dengan program Lisrel Versi 8.3. SEM juga dapat diartikan sebagai Path Analisis yang merupakan suatu teknik Ordinary Least Square yang digunakan untuk mengetahui model-model kausal. Prosedur SEM memberikan kesempatan peneliti untuk mengevaluasi parameter-parameter struktural secara statistik dari berbagai indikator dan konstrak laten dan keseluruhan fit dari suatu model. Tabel 11 menunjukkan pengujian model pengadopsian SRI di kalangan anggota subak. Model fit dengan data apabila p> 0,05; RMSEA < 0,08 dan atau CFI > 0,90. Ada empat hipotesis penelitian yang diuji dalam penelitian ini. Uji statistik yang digunakan adalah dengan memperhatikan nilai t. Hipotesis diterima jika nilai t-hitung > 1,96. Model empiris untuk uji Structural Equation Model (SEM) diturunkan dari model kerangka berpikir penelitian dan berdasarkan peubah-peubah penelitian sehingga komposisi antar peubah dapat terlihat dengan jelas seperti ditunjukkan pada Gambar 16.

18 100 Tabel 11. Pengujian model pengadopsian SRI di kalangan anggota subak Model Hipotesis Statistik Uji Kriteria Uji Overall Ho: Matriks korelasi data sampel tidak Model fit dengan model Fit berbeda dengan matriks korelasi populasi data, p> 0,05; yang diestimasi. RMSEA < 0,08 H1: Matriks korelasi data sampel berbeda dan atau nyata dengan matriks korelasi populasi yang diestimasi. CF > 0.90 Persepsi Ho : γ1> 0 ; Karakteristik, Kompetensi Nilai t H 1` diterima, fasilitator, Kompetensi pengurus tidak nilai t-hitung berpengaruh secara nyata terhadap persepsi > 1,96 SRI anggota subak. H1 : γ1> 0 ; Karakteristik, Kompetensi fasilitator, Kompetensi pengurus berpengaruh secara nyata terhadap persepsi SRI anggota subak. Sikap H0 : γ2> 0 ; Karakteristik, Kompetensi Nilai t H 1` diterima, fasilitator, Kompetensi pengurus, dan nilai t-hitung persepsi anggota subak tentang SRI tidak > 1,96 berpengaruh secara nyata terhadap sikap anggota subak terhadap SRI. H1 : γ2> 0 ; Karakteristik, Kompetensi fasilitator, Kompetensi pengurus, dan persepsi anggota subak tentang SRI berpengaruh secara nyata terhadap sikap anggota subak terhadap SRI. Kemandirian H0 : γ3> 0 ; Karakteristik, Kompetensi fasilitator, Kompetensi pengurus, persepsi anggota subak tentang SRI, dan sikap Nilai t H 1` diterima, nilai t-hitung > 1,96 anggota subak terhadap SRI tidak berpengaruh secara nyata terhadap kemandirian anggota subak menerapkan SRI. H1 : γ3> 0 ; Karakteristik, Kompetensi fasil tator, Kompetensi pengurus, persepsi anggota subak tentang SRI, dan sikap anggota subak terhadap SRI berpengaruh secara nyata terhadap kemandirian anggota subak menerapkan SRI. Model pengadopsian Ho : γ4> 0 ; Karakteristik, Kompetensi fasilitator, Kompetensi pengurus, persepsi anggota subak tentang SRI, sikap anggota Nilai t H 1` diterima, nilai t-hitung > 1,96 SRI subak terhadap SRI dan kemandirian anggota subak menerapkan SRI tidak berpengaruh secara nyata terhadap pengadopsian SRI. H1 : γ4> 0 ; Karakteristik, Kompetensi fasilitator, Kompetensi pengurus, persepsi anggota subak tentang SRI, sikap anggota subak terhadap SRI dan kemandirian anggota subak menerapkan SRI berpengaruh secara nyata terhadap pengadopsian SRI.

19 X 1.1 X 1.2 X 1.3 X 1..4 X 1.5 X 1.6 X 1.7 X 1.8 X 1.9 X 2.1 X 2.2 X 2.3 X 2.4 X 2.5 X 2.6 X 2.7 X 2.8 X 2.9 X 2.10 X 2.11 X 3.1 X 3.2 X 3.3 X 3.4 X 3.5 X 3.6 X 3.7 X 3.8 X 3.9 X 1 X 2 X X Gambar 16. Model empiris untuk uji Structural Equation Model (SEM)

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali L A M P I R A N Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali 151 152 Lampiran 2. Hasil uji CFA peubah penelitian Chi Square = 112.49, df=98 P-value=0.15028, RMSEA=0.038, CFI=0.932 153 Lampiran 3. Data deskriptif

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. = λ 14 X 2 + δ. X2.6 = λ 15 X 2 + δ 15

METODE PENELITIAN. = λ 14 X 2 + δ. X2.6 = λ 15 X 2 + δ 15 68 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah ex post facto, yaitu bentuk penelitian yang menilai peristiwa yang telah terjadi atau penilaian kondisi faktual di lapangan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sampel Penentuan jumlah sampel PKB dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla et al., 1993: 161) sebagai berikut:

METODE PENELITIAN. Sampel Penentuan jumlah sampel PKB dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla et al., 1993: 161) sebagai berikut: 76 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi Penelitian ini dilaksanakan di tiga kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat yakni Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kota Depok yang perilaku ber- KBnya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Ex post facto, yang berarti

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Ex post facto, yang berarti BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Ex post facto, yang berarti setelah kejadian. Peneliti menyelidiki permasalahan dengan mempelajari peubahpeubah.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Konferensi Bali dan berbagai organisasi dunia, baik lembaga swadaya masyarakat maupun lembaga pemerintah, sudah mengakui dampak perubahan iklim terhadap berbagai sektor, khususnya

Lebih terperinci

bahasa Perancis dinamakan Le Syst me de Riziculture Intensive disingkat RSI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification

bahasa Perancis dinamakan Le Syst me de Riziculture Intensive disingkat RSI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification Pendahuluan System of Rice Intensification (SRI) merupakan sistem budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien berbasis pada pengelolaan tanaman, biologi tanah, tata air dan pemupukan secara terpadu

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk 35 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang selanjutnya akan dianalisis dan di uji sesuai dengan

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi Penelitian Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi Penelitian Rancangan Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2008 di Desa Jono Oge dan Desa Tondo Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel 31 METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Lokasi penelitian di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lokasi ini dipilih secara purposif (sengaja). Adapun pertimbangan memilih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survey yang bersifat deskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan yang terjadi dari peubah-peubah yang diteliti

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian berbentuk survei deskriptif korelasional, yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antar gejala (peubah) serta menganalisis hubungan antara peubah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2016. Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian berada di Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 33 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif dan korelasional. Pemilihan pendekatan kuantitatif digunakan untuk lebih memahami fakta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) desain penelitian survei adalah penelitian

Lebih terperinci

Motivasi. Persepsi. Sikap Keyakinan perilaku Evaluasi konsekuensi. Norma subjektif Keyakinan normatif Motivasi mematuhi

Motivasi. Persepsi. Sikap Keyakinan perilaku Evaluasi konsekuensi. Norma subjektif Keyakinan normatif Motivasi mematuhi 19 KERANGKA PEMIKIRAN Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan bahwa niat merupakan satu faktor internal (individual) yang memengaruhi perilaku konsumen. Niat merupakan bentuk pikiran yang nyata dari rencana

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification) BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification) PRINSIP S R I Oleh : Isnawan BP3K Nglegok Tanaman padi diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya Semua unsur potensi

Lebih terperinci

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) (Studi Kasus Pada Kelompoktani Angsana Mekar Desa Cibahayu Kecamatan Kadipaten Kabupaten ) Oleh: Laras Waras Sungkawa

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983), II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Landasan Teori 1. Penerapan Inovasi pertanian Inovasi merupakan istilah yang sering digunakan di berbagai bidang, seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai suatu penelitian deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Kecamatan Sukawati merupakan salah satu dari tujuh kecamatan yang ada

BAB V HASIL PENELITIAN. Kecamatan Sukawati merupakan salah satu dari tujuh kecamatan yang ada BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 5.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Sukawati merupakan salah satu dari tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Gianyar,adapun batas-batas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 33 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survey yang bersifat explanatory research yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi dengan menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Indratmo Soekarno Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, email: indratmo@lapi.itb.ac.id, Tlp

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian 41 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei. Terdapat dua peubah yaitu peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Peubah bebas (independen) yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45-46

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel 38 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai Agustus 2009 pada dua basis pemeliharaan yang berbeda yakni: basis lahan sawah dan lahan persawahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 447 n= = 106 orang (0,085)². N n = N

METODE PENELITIAN. 447 n= = 106 orang (0,085)². N n = N METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi Populasi penelitian adalah seluruh penyuluh pertanian yang berada di Kabupaten Luwu, Luwu Timur, Luwu Utara dan Kota Palopo, Sulawesi Selatan, para ketua

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian 37 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian Survei deskriptif korelasional yaitu melihat pada suatu kelompok dengan aspek yang diteliti adalah hubungan antara peubah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif (quantitative research) dengan desain survei deskriptif korelasional. Penelitian

Lebih terperinci

MENGENAL BEBERAPA SISTEM PERSEMAIAN PADI SAWAH!!!

MENGENAL BEBERAPA SISTEM PERSEMAIAN PADI SAWAH!!! MENGENAL BEBERAPA SISTEM PERSEMAIAN PADI SAWAH!!! Persemaian padi sangat penting sekali sebelum kita melakukan penanaman. Untuk memperoleh hasil yang baik pertama tama kita menentukan jenis varietas Padi

Lebih terperinci

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI Sebagaimana telah dikemukakan di depan, fokus studi difusi ini adalah pada inovasi budidaya SRI yang diintroduksikan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 25 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Pasirmulya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor, karena desa ini merupakan binaan Yayasan Damandiri yang paling aktif dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah ex post facto atau sering disebut sebagai penelitian causal-comparatif. Desain penelitian ex post facto digunakan untuk menjajagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif yaitu penelitian untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua kelompok terdapat perbedaan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, dimulai dari bulan April sampai

3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, dimulai dari bulan April sampai 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, dimulai dari bulan April sampai dengan akhir Agustus 2006. Lokasi penelitian di Desa Pabean Kecamatan Tambak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dikategorikan sebagai explanatory research yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi. dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

METODE PENELITIAN. Populasi. dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. METODE PENELITIAN Populasi Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi penyuluh yang ada di Kota

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Metode penelitian adalah suatu cara yang harus di tempuh dalam suatu penelitian untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 31 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survai deskriptif dan korelasionel yang terkait dengan Program Ketahanan Pangan di Kecamatan Gandus. Menurut Singarimbun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang dengan metode survei deskriptif-korelasional. Menurut Kerlinger dan Lee (2000), penelitian survei mengkaji populasi (universe) yang besar dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 29 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif korelasional. Menurut Rakhmat (2007) metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting karena hal ini menentukan berhasil atau tidaknya hasil penelitian. Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 41 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain dalam bentuk metode survei yang bersifat explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan peubah-peubah yang diamati,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah explanatory (penjelasan) dengan analisis korelasional untuk menjelaskan hubungan antar variabel. Fokus penelitian diarahkan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. itu sendiri. Karakter-karakter tersebut yang membedakan tipe perilaku petani pada

BAB VI PEMBAHASAN. itu sendiri. Karakter-karakter tersebut yang membedakan tipe perilaku petani pada BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Petani Petani memiliki karakteristik yang beragam, karakteristik tersebut dapat berupa karakter demografis, karakter sosial serta karakter kondisi ekonomi petani itu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dari industri jasa Lembaga Bahasa Inggris yang ada di Bogor, setiap penyelenggara kursus bahasa Inggris tentunya akan menciptakan suatu nama / simbol

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Lopez (2010). Rancangan penelitian ini menggunakan metode hypothesis testing,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Lopez (2010). Rancangan penelitian ini menggunakan metode hypothesis testing, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Camison dan Lopez (2010). Rancangan penelitian ini menggunakan metode hypothesis testing,

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 40 METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) mengatakan, desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 015 sampai 8 September 015 yang berlokasi di Desa Kuo, Kecamatan Pangale, Kabupaten Mamuju,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 24 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan PT XYZ mempunyai visi dan misi yang digunakan untuk pedoman dalam menjalankan mekanisme kerja. Perusahaan PT XYZ mempunyai bagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat ataupun wilayah yang akan diteliti. Peneliti melakukan penelitian di SMPN 3 Bandung,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah pelanggan yang mengkonsumsi Luwak White Koffie dari kalangan masyarakat luas.

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Peran pemimpin pendidikan menjadi sangat urgen untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan. Pemimpin pendidikan dalam sebuah institusi pendidikan

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian merupakan salah satu aspek penting dalam suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian merupakan salah satu aspek penting dalam suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan penelitian. Pendekatan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian, Subjek Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 6 Bandung, yang beralamat di Jalan Pasirkaliki No.

Lebih terperinci

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi 4 tahap penggunaan Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super Tugama) 1. Persiapan Benih 2. Pengolahan tanah atau lahan tanaman 3. Pemupukan 4.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas III. TATA CARA PENELTIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian telah dilaksanakan pada Bulan Juli 2016 November

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi 41 METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif yaitu penelitian yang lebih kepada keakuratan deskripsi setiap variabel dalan keakuratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. SUBJEK PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Laboratorium UPI Bandung di Jl. Senjaya Guru kampus Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 5 No. 1, Mei PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa.l) DI KECAMATAN JUNTINYUAT KABUPATEN INDRAMAYU

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Padi Organik dan Padi Konvensional Ada dua pemahaman tentang pertanian organik, yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam artisan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Pusat Traing Perbankan (PTP) Yogyakarta dengan alamat Perum Candi Gebang Permai Blok T. No. 1,3,4,5 Wedomartani Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan pangan utama yang dikonsumsi oleh hampir setengah penduduk dunia. Kebutuhan pangan akan semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk, namun

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 64 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode sensus, menurut Arikunto (1996:115) populasi adalah keseluruhan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rumusan Masalah dan Hipotesis 3.1.1 Rumusan Masalah Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka penelitian ini akan mengangkat rumusan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Restoran Pia Apple Pie yang berlokasi di jalan Pangrango 10 Bogor. Penentuan lokasi penelitian ini dengan pertimbangan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Paradigma Laju Adopsi Inovasi

Lampiran 1. Gambar Paradigma Laju Adopsi Inovasi Lampiran 1. Gambar Paradigma Laju Adopsi Inovasi Variabel-variabel Pengaruh Variabel Terpengaruh I. KARAKTERISTIK INOVASI Keuntungan Relatif Kompatibilitas Kompleksitas Kemungkinan Dicoba kemungkinan Diamati

Lebih terperinci

BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK

BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK System of Rice Intensification Prepared by : Utju Suiatna Beberapa Contoh Pesawahan SRI Pembibitan Penyiapan Tegalan Penyemaian Untuk bibit 1 ha diperlukan sekitar 5 kg benih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nazir (2013) metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka pemikiran teoritis Kebudayaan yang semakin maju membuat gaya hidup manusia semakin berkembang. Kesadaran manusia akan pentingnya kesehatan mulai terlihat disamping

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Visi PT Indofood CBP Sukses Makmur Cabang Makassar yang juga merupakan Visi PT Indofood Sukses Makmur Tbk adalah Perusahaan Total Food Solutions. Diperlukan

Lebih terperinci

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 45 V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 5.1 Karakteristik Petani Responden Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif (ekplanasi),

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif (ekplanasi), 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif (ekplanasi), yaitu penelitian yang bermaksud untuk menggambarkan fenomena tentang apa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian adalah suatu bentuk populasi yang berada dalam letak geografis tertentu dengan karakteristik yang sesuai dengan penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Padi Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia (Marlina,2012), Batang pada tanaman padi beruas-ruas yang di dalamnya berongga (kosong), biasanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Juni 2013 sampai dengan bulan Agustus Berdasarkan jenis masalah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Juni 2013 sampai dengan bulan Agustus Berdasarkan jenis masalah yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kudus. Penelitian ini dimulai dari bulan Juni 2013 sampai dengan bulan Agustus 2013. Berdasarkan jenis masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alasan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alasan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alasan memilih Kabupaten Ngawi, Jawa Timur karena untuk memudahkan penulis melakukan penelitian

Lebih terperinci

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan angka, mulai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan alokasi waktu

Lebih terperinci