BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kalimat Tunggal Bahasa jawa Siswa SLTP 2 Maos Cilacap (suatu Tinjauan Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kalimat Tunggal Bahasa jawa Siswa SLTP 2 Maos Cilacap (suatu Tinjauan Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis)."

Transkripsi

1 24 BAB II LANDASAN TEORI E. Penelitian yang Relevan 1. Kalimat Tunggal Bahasa jawa Siswa SLTP 2 Maos Cilacap (suatu Tinjauan Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis). Dari judul diketahui bahwa perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang peneliti lakukan ada pada data dan sumber data penelitian. Data peneliti di atas adalah dialog-dialog siswa dalam linkungan sekolah, baik dalam proses pembelajaran, istirahat dan sebagainya, sedangakan data penelitian yang dilakukan peneliti adalah kalimat verba yang ada pada karangan deskripsi siswa. Letak perbedaan yang kedua ada pada tempat dan sasaran penelitian di atas adalah di SLTPN 2 Maos Cilacap, sedangkan tempat dan sasaran penelitian yang dilakukan peneliti adalah di SMP Negeri 1 Ajibarang. Letak perbedaan ketiga pada penelitian di ataas menganalisis fungsi, kategori dan peran sintaksis. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan peneliti yaitu unsur fungsional dan juga peran semantis. 2. Pola Struktur Peran Sintaksis Kalimat Nominal Dalam Bahasa Indonesia. Dari judul diketahui bahwa perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang peneliti lakukan ada pada data dan sumber data penelitian. Data peneliti di atas adalah kalimat nominal. Sedangkan data penelitian yang dilakukan peneliti adalah kalimat verba pada karangan deskripsi siswa. Letak perbedaan yang kedua ada pada sasaran penelitian di atas adalah bacaan anak-anak dan buku pelajaran SMP. Sedangkan sasaran penelitian yang dilakukan peneliti yaitu karangan deskripsi siswa SMP. 7

2 25 F. Semantik Istilah Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics, dari bahasa Yunani sema (nomina) 'tanda' atau dari semaino verba 'menandai', 'berarti'. Istilah tersebut digunakan para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari makna. Semantik merupakan bagian dari tiga bagian tataran bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa, (morfologi-sintaksis) dan semantik (Djajasudarma 2009:1). Sementara Aminuddin (1988:15) menyatakan bahwa semantik yang semula berasal dari bahasa Yunani mengandung ciri makna to signifity atau memaknai. Sebagai istilah teknis semantik mengandung pengertian 'studi tentang makna'. Sedangkan Chaer (1990:2) menyatakan : kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa : fonologi, gramatika, dan semantik. Jadi pengertian semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya, atau cabang linguistik yang mempelajari makna atau arti. Semantik juga merupakan salah satu bagian tataran analisis bahasa, tataran yang lain adalah fonologi, tata bahasa. Makna gramatikal adalah makna yang muncul karena hubungan antara satuan kebahasaan yang satu dengan satuan kebahasaan yang lain dalam satuan kebahasaan yang lebih besar. Afiks i, misalnya, mempunyai makna gramatikal tempat bila melekat pada bentuk dasar

3 26 sejenis duduk dan mempunyai makna gramatikal berkali-kali bila melekat pada bentuk dasar sejenis pukul. Menurut Chaer (1990:64) Makna Gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi. Proses afiksasi awalan ter- pada kata angkat dalam kalimat Batu seberat itu terangkat juga oleh adik melahirkan makna `dapat` dan dalam kalimat ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke atas melahirkan makna gramatikal `tidak sengaja`. Proses Reduplikasi kata buku yang bermakna sebuah buku menjadi bukubuku memunculkan banyak buku. Jadi makna `banyak buku` merupakan makna gramatikal. Dalam bahasa Inggris untuk menyatakan jamak`, digunakan penambahan morfem (s) atau bentuk khusus. Misalnya pada book (satu buku) menjadi books (banyak buku). Perbedaan makna pada bentuk-bentuk gramatikal yang sama lazim juga terjadi dalam berbagai bahasa. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, bentuk-bentuk kesedihan, ketakutan, kegembiraan dan kesenangan memiliki makna gramatikal yang sama, yaitu hal yang disebut kata dasarnya. Tetapi, kata kemaluan yang bentuk gramatikalnya sama dengan deretan kata di atas, memiliki makna yang lain, yaitu bermakna alat kelamin manusia. Contoh lain, kata menyedihkan, menakutkan, dan mengalahkan memiliki makna gramatikal yang sama yaitu membuat jadi yang disebut kata dasarnya. Tetapi, kata memenangkan dan menggalakkan yang dibentuk dari kelas kata dan imbuhan yang sama dengan ketiga kata di atas, tidak memiliki makna seperti ketiga kata tersebut. Sebab bukan bermakna membuat jadi menang membuat jadi galak melainkan bermakna memperoleh kemenangan dan menggiatkan.

4 27 G. Kalimat 1. Pengertian Kalimat Parera (2004:262) berpendapat : Ada pelbagai definisi tentang kalimat. Telah terhimpun lebih dari 122 definisi tentang kalimat. Apapun definisi tentang kalimat, kami berpendapat bahwa definisi dan analisis kalimat merupakan urusan linguistik. Sebagaimana telah kami katakan ditempat lain, kalimat merupakan satu satuan bahasa (terbesar) yang terdiri dari runtutan kata-kata yang diterima oleh pemakai bahasa tertentu sebagai kata bahasa. Biasanya batas kalimat ditandai dengan kesenyapan final. Dalam ejaan kesenyapan final itu ditandakan dengan tanda titik (.). Sementara Menurut Alwi, dkk. (2003:311) kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan. Kesenyapan ini mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!), tanda pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda baca lain sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru melambangkan kesenyapan. Perubahan runtunan kata membedakan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Kalimat ialah kesatuan bentuk ketatabahsaan yang menyampaikan buah pikiran, perasaan atau hasrat. Kalimat itu merupakan bagian terkecil dalam susunan karangan. Jadi karangan tersusun dari beberapa buah kalimat. Kalimat-kalimat dalam karangan berhubungan dengan satu dengan yang lain. Meskipun setiap kalimat mengandung

5 28 maksud (makna) sendiri, tetapi semuanya bekerja sama sebagai pendukung buah pikiran yang besar yang di utarakan dalam karangan itu Poerwadarminta (1981:23). Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang mencoba menyusun dan menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain. 2. Fungsi Sintaktis Unsur-unsur Kalimat a. Fungsi Predikat Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek di sebelah kiri dan jika ada konstituen objek, pelengkap, dan atau keterangan wajib di sebelah kanan. Predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal ata frasa adjektival. Pada kalimat yang berpola SP, predikat dapat pula berupa frasa nominal, frasa numeral, atau frasa preposional, disamping frasa verbal dan frasa adjektival. Contoh mengenai predikat frasa verbal. (1) Dia sedang makan (P=FV). Pada kalimat tersebut, frasa sedang makan merupakan frase verba yang menduduki fungsi predikat. Kata Dia menduduki fungsi subjek. Pada fungsi predikat telah dikemukakan bahwa frasa proposional dapat berfungsi sebagai predikat kalimat. Contoh kalimat: (2) Ibu ke pasar. (3) Ayah di kamar. (4) Pak Ali dari Bandung. (5) Gelang ini untuk Rita. Dari segi struktur, tidak ada keraguan bahwa frasa preposisioanal ke pasar, di kamar, dari Bandung, dan untuk Rita menduduki posisi predikat kalimat. Tafsiran itu tentu hanya mungkin jika konsitituen pada contoh tersebut yakni Ibu, Ayah, Pak Ali, dan Gelang ini, diperlakukan sebagai subjek kalimat. Kenyataanya bahwa di samping kalimat terdapat juga kalimat yang berbeda, yang maknanya relatif sama telah menyebabkan sebagian

6 29 ahli ilmu bahasa menafsirkan bahwa yang berupa frasa preposisional pada contoh lain, bukan sebagai predikat kalimat. Bandingkan contoh kalimat (2, 3, 4, 5) di atas dengan contoh kalimat (6, 7, 8, 9) berikut ini. (6) Ibu pergi ke pasar. (7) Ayah ada di kamar. (8) Pak Ali berasal dari Bandung. (9) Gelang ini gelang untuk Rita. Pada kalimat (6, 7, 8, 9) di atas, frasa preposisional ke pasar, di kamar dan dari Bandung berfungsi sebagai keterangan, sedangkan untuk Rita berfungsi sebagai pewatas nomina gelang. Sejalan dengan itu, predikat kalimat di atas adalah pergi, ada, berasal dan gelang (untuk Rita). Tafsiran yang memperlakukan kalimat (2, 3, 4, 5) berasal dari kalimat yang lebih lengkap seperti (6, 7, 8, 9) bertolak dari anggapan bahwa verba pergi, ada dan berasal serta nomina gelang mengalami pelesapan (Alwi, 2003: 326 ). 1) Unsur pengisi P menyatakan makna `perbuatan`, misal dalam kalimat: (10) Rene sedang belajar. Frase sedang belajar yang menduduki fungsi P menyatakan makna `perbuatan`, yaitu sedang dilakukan oleh `pelakunya` yang dalam kalimat (10) di atas terdapat pada S, yaitu kata Rene. Kata yang menyatakan makna `perbuatan` dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan sedang mengapa bagi perbuatan yang aktif dan pertanyaan diapakan bagi perbuatan yang pasif. Misalnya petanyaan Rene sedang mengapa? Jawabannya ialah sedang belajar, sedang menulis surat, sedang membaca novel, sedang menjahit, sedang menyapu, dan sebagainya. Sedangkan pertanyaan anjing itu diapakan? Mengharapkan jawaban dipukuli, diikat lehernya, disuntik, dikejar anak-anak dan sebagainya.

7 30 2) Unsur pengisi P menyatakan makna `keadaan`, misal dalam kalimat: (11) Rambutnya hitam dan lebat. (12) Rumah itu sangat bersih. (13) Lukanya membesar. (14) Orang itu sangat sayang kepada binatang. Kata-kata hitam, lebat, bersih, membesar, dan sayang semuanya tidak dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan sedang mengapa dan diapakan, melainkan digunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana, rambutnya bagaiman?, rumah itu bagaiman?, lukanya bagaimana, dan orang itu bagaimana?. 3) Unsur pengisi P yang menyatakan makna `keberadaan`, adalah dalam kalimat: (15) Para tamu ada di ruang depan. Kata ada pada kaimat (15) yang menjadi unsur pengisi fungsi P tidak menyatakan makna `perbuatan` dan `keadaan` karena tidak menjawab pertanyaan sedang mengapa, diapakan, dan bagaimana. Melainkan menyatakan makna keberadaan. Hal itu menjawab pertanyaan dimana para tamu? Jawabannya: para tamu ada di ruang depan. 4) Unsur pengisi P yang menyatakan makna `pengenal`, adalah dalam kalimat: (16) Orang itu pegawai kedutaan. Kata pegawai yang menjadi unsur pengisi P menyatakan makna `pengenal` dari kata kedutaan karena memberikan penjelasan atau pengenalan sebagai orang yang bekerja pada bidangnya. b. Fungsi Subjek Subjek merupakan fungsi sintaksis terpenting yang kedua setelah predikat. Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Seperti contoh berikut: (17) Harimau binatang liar. (18) Anak itu belum makan. (19) Yang tidak

8 31 ikut upacara akan ditindak. Pada kalimat (17) subjek berupa kata benda (nomina) yaitu kata Harimau. Pada kalimat (18) subjek berupa frasa nominal, yaitu Anak itu. Pada kalimat (19) subjek berupa klausa, yaitu Yang tidak ikut upacara. Subjek sering juga berupa frasa verbal, perhatikan contoh berikut: (20) Membangun gedung bertingkat mahal sekali. (21) Berjalan kaki menyehatkan badan. Dilihat dari pola umum kalimat bahasa Indonesia, jelas bentuk membangun gedung bertingkat serta berjalan kaki menduduki fungsi subjek dan bentuk mahal sekali serta menyehatkan badan menduduki fungsi predikat. Pada umumnya, subjek terletak di sebelah kiri predikat. Jika unsur subjek lebih panjang dibandingkan dengan unsur predikat, subjek sering juga diletakkan diakhir kalimat seperti contoh berikut: (22) Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak. (23) Tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian. Fungsi subjek kedua kalimat di atas, adalah Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian. Hanya saja kalimat (22) letak subjeknya tetap berada di kiri predikat, sebaliknya kalimat (23) subjeknya berada di sebelah kanan predikat, karena subjek kalimat tersebut lebih panjang daripada predikatnya. Subjek pada kalimat imperatif adalah orang kedua atau orang pertama jamak dan biasanya tidak dimunculkan, contohnya. (24) Tolong (kamu) bersihkan meja ini. Pada kalimat (24) subjek berupa orang kedua. Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu dipasifkan seperti tampak pada contoh berikut. (25) Anak itu [S] menghabiskan kue saya. (kalimat aktif transitif). (26) Kue saya dihabiskan (oleh) anak itu [Pel] (kalimat pasif) Alwi (2003:327). Sedangkan menurut Ramlan (2005:101) unsur pengisi S memiliki 10 makna, yaitu:

9 32 1) Unsur pengisi S menyatakan makna `pelaku`. Cntoh dalam kalimat: (27) Rene sedang belajar. Frase Rene sedang belajar yang mengisi fungsi P menyatakan makna `perbuatan`. Perbuatan belajar dalam kalimat di atas dilakukan oleh Rene yang mengisi fungsi S. Demikianlah, klausa kalimat (27) di atas terdiri dari kata Rene yang menyatakan makna `pelaku`, diikuti frase sedang belajar yang menyatakan makna `perbuatan`. Yang dimaksud dengan makna `pelaku` ialah yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh pengisi fungsi P sebagai jawaban dari pertanyaan siapa yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh pengisi fungsi P. 2) Unsur pengisi S menyatakan makna `alat`. Contoh dalam kalimat : (28) Truk-truk itu mengangkut beras. Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu truk-truk itu, bukan menyatakan makna `pelaku`, melainkan menyatakan makna alat, yaitu alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan karena kita tidak mungkin mengajukan pertanyaan siapa yang mengangkut beras, atau beras diangkut oleh siapa, melainkan pertanyaan beras diangkut dengan apa. 3) Unsur pengisi S menyatakan makna `sebab`. Contoh kalimat: (29) Banjir besar itu menghancurkan kota. Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu banjir besar itu, bukan menyatakan makna `pelaku`, dan juga bukan menyatakan `alat` melainkan menyatakan `sebab` yaitu sebab yang menyebabkan hancurnya kota karena kalimat itu berparafrase dengan kalimat. (30) Kota hancur karena banjir besar itu. Kata karena menandai makna `sebab`. Makna `sebab` sangat dekat dengan makna `alat`, bahkan mungkin dalam satu kalimat unsur pengisi fungsi S dapat dijelaskan sebagai mempunyai makna `sebab` dan makna `alat`. Misalnya kalimat: (31) Perapian itu memanaskan kamar. Dari bentuk

10 33 parafrasenya, yaitu: (32) Kamar itu panas karena perapian. (33) Orang memanaskan kamar itu dengan perapian. Jelaslah bahwa unsur pengisi fungsi S kalimat (31) mungkin menyatakan makna `sebab` dan mungkin juga menyatakan makna `alat`. 4) Unsur fungsi S menyatakan makna `penderita`. Contoh dalam kalimat. (34) Tubuh anakku diletakannya denganhati-hati di peron. Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu tubuh anakku, menyatakan makna `penderita`, yaitu yang menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada P, sebagai jawaban pertanyaan apa itu atau siapa yang menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada P. 5) Unsur pengisi S menyatakan makna `hasil`. Contoh dalam kalimat: (35) Rumahrumah murah banyak didirikan pemerintah. Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu rumah-rumah mrah, bukannya menyatakan makna `penderita`, melainkan makna `hasil`, yaitu hasil dari suatu perbuatan Rumahrumah murah dalam kalimat (35) itu tidak menderita akibat perbuatan yang menyatakan pada P, melainkan merupakan hasil dari perbuatan yang dinyatakan pada P, yaitu perbuatan `mendirikan`, berbeda dengan rumah-rumah murah dalam kalimat. (36) Rumah-rumah murah dijual oleh pemerintah. Yang menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada P, yaitu perbuatan `menjual`. 6) Unsur pengisi S menyatakan makna `tempat`. Contoh dalam kalimat: (37) Pantai Parangtritis banyak dikunjungi para turis. Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu pantai Parangtritis, menyatakan makna `tempat`

11 34 mengingat kalimat itu berparafrase dengan kalimat. (38) Para turis banyak berkunjung ke pantai Parangtritis. Kata depan ke menandai makna tempat. 7) Unsur pengisi S mentakan makna `penerima`. Contoh dalam kalimat: (39) Anak itu dibelikan sepeda baru oleh ayahnya. Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu anak itu, menyatakan makna `penerima`, yaitu yang menerima peruntukan, kegunaan, atau faedah dari perbuatan yang dinyatakan pada P, yaitu perbuatan `membeli`. Makna ini akan menjadi lebih jelas apabila diambil kalimat yang berparafrase dengan kalimat (39) di atas, yaitu: (40) Seorang ayah membeli sepeda baru untuk anaknya. (41) Seorang ayah membeli sepeda baru bagi anaknya. Kata depan untuk dan bagi dipakai untuk menandai makna `yang menerima peruntukan, kegunaan atau faedah`. 8) Unsur pengisi S menyatakan makna `pengalam`. Pada unsur pengisi P yang menyatakan makna `keadaan` telah dikembangkan bahwa dalam kalimat. (42) Rambutnya hitam dan lebat. (43) Rumah itu sangat bersih. (44) Lukanya membesar. (45) Orang itu sangat sayang kepada binatang. Kata atau frase hitam dan lebat, sangat bersih, membesar, dan sangat saying yang mengisi fungsi P menyatakan makna `keadaan`, yaitu keadaan, baik keadaan jasmaniah maupun rohaniah, yang dialami oleh unsur pengisi fungsi S, yaitu rambutnya, rumah itu, lukanya, dan orang itu. 9) Unsur pengisi S menyatakan makna `dikenal`. Pada unsur pengisi P yang menyatakan makna `pengenal` telah dikemukakan bahwa dalam kalimat: (46) Orang itu pegawai kedutaan. (47) Gedung itu gedung sekolah. Unsur pengisi P yang terdiri dari golongan N, yaitu pegawai kedutaan dan gedung sekolah,

12 35 menyatakan makna `pengenal`, yakni suatu tanda pengenal ata identitas, dalam hal ini bagi apa yang tersebut pada S. Demikianlah, maka unsur pengisi S dalam kalimat-kalimat di atas yaitu orang itu dan gedung itu menyatakan makna `dikenal`, ialah yang dikenal melalui tanda pengenal yang tersebut pada P. 10) Unsur pengisi S menyatakan makna `terjumlah`. Contoh dalam kalimat: (48) Kaki meja itu empat. (49) Rumah petani itu dua buah. (50) Anak orang itu lima. Unsur pengisi P yang terdiri dari kata atau frase golongan Bil, yaitu empat (48), dan dua buah (49), dan lima (50), menyatakan makna `jumlah` atau banyaknya apayang tersebut pada S. Demikianlah maka unsur pengisi S dalam kalimatkalimat itu menyatakan makna `terjumlah`, maksudnya yang jumlahnya dinyatakan pada P. unsur pengisi S itu ialah kaki meja itu (48), rumah petani itu (49) dan anak orang itu (50). c. Fungsi Objek Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu langsung di belakang predikatnya. Dengan demikian, objek dapat dikenali dengan memperhatikan: jenis predikat yang dilengkapinya dan ciri khas objek itu sendiri. Jenis predikatnya berupa verba transitif, verba trasitif biasanya ditandai oleh kehadiran afiks tertentu. Sufiks kan dan i serta perfiks meng- umumnya merupakan pembentuk verba transitif. Contoh : Morten menundukkan Icuk. Pada contoh tersebut Icuk merupakan objek yang dapat dikenal dengan mudah oleh kehadiran verba transitif bersufiks kan: menundukkan.

13 36 Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Jika objek tergolong nomina, frasa nominal tak bernyawa, atau persona ketiga tunggal, nomina objek itu dapat diganti dengan pronomina nya dan jika pronomina aku atau kamu (tunggal), bentuk ku dan mu dapat digunakan. Sebagai contoh berikut: (51) A. Adi mengunjungi Pak Rustam. (51) B. Adi mengunjunginya. (52) A. Dia menemui aku. (52) B. Dia menemuiku. Selain satuan berupa nomina dan frasa nominal, konstituen objek dapat pula berupa klausa seperti berikut: (53) Pemerintah mengumumkan bahwa harga BBM akan naik. Objek pada kalimat transitif akan menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan seperti tampak pada contoh berikut: (54) Pembantu membersihkan ruangan saya. (55) Ruangan saya dibersihkan oleh pembantu. Potensi ketersulihan unsur objek dengan nya dan pengendapannya menjadi subjek kalimat pasif itu merupakan cirri utama yang mebedakan objek dari pelengkap yang berupa nomina atau frasa nominal. 1) Unsur pengisi O menyatakan makna `penderita`. Contoh dalam kalimat. (56) Ia menebang pohon. Unsur pengisi S, yaitu kata ia, menyatakan makna `pelaku`, unsur pengisi P. kata menebang, menyatakan makna `perbuatan`, dan unsur pengisi O kata pohon, menyatakan makna `penderita`, yakni menderita atau dikenai akibat perbuatan menjawab pertanyaan siapa atau apa yang menderita atau dikenai akibat perbuatan. 2) Unsur pengisi O menyatakan makna `penerima`. Contoh dalam kalimat. (57) Ahmad membelikan anaknya buku baru. Unsur pengisi O yang terdiri dari golongan N, yaitu anaknya, bukannya menytakan makna `penderita`, melainkan

14 37 menyatakan makna `penerima`, yakni yang menerima peruntukan, kegunaandan faedah perbuatan yang dinyatakan oleh P. makna tersebut akan menjadi jelas bila kita perhatikan bentuk parafrasenya, yaitu: (58) Ahmad membeli buku baru unutk anaknya. (59) Ahmad membeli buku baru bagi anaknya. Kata untuk, demikian juga kata bagi menandai makna penerima peruntukan, kegunaan dan faedah. 3) Unsur pengisi O menyatakan m`tempat`. Contoh dalam kalimat. (60) Banyak turis mengunjungi candi Borobudur. Frase candi Borobudur yang menduduki fungsi O tidak menyatakan makna `penderita` dan juga tidak menyatakan makna `penerima`, melainkan dari bentuk parafrasenya jelaslah menyatakan makna `tempat`. Bentuk parafrasenya ialah. (61) Banyak turis berkunjung ke candi Borobudur. Kata depan ke menandai makna `tempat`. 4) Unsur pengisi O menyatakan makna `alat`. Contoh dalam kalimat. (62) Polisi menembakkan pistolnya kea rah penjahat. Unsur pengisi O yang terdiri dari golongan N, yaitu pistolnya, menyatakan makna `alat`, yakni alat yang digunakan untuk melakukan suatu perbuatan yang dinyatakan pada P mengingat bahwa kalimat itu berparafrase dengan kalimat. (63) Polisi menembak penjahat dengan pistolnya. Kata depan dengan menandai makna `alat`. 5) Unsur pengisi O menyatakan makna `hasil`. Contoh dalam kalimat. (64) Pemerintah banyak membangun pusat-pusat industri. Frase pusat-pusat industri yang menduduki fungsi O menyatakan makna `hasil`, yaitu hasil perbuatan yang dinyatakan pada P. (Ramlan, 2005:108)

15 38 d. Fungsi Pelengkap Dari pengamatan terhadap makna yang dinyatakan oleh unsur pengisi PEL, diperoleh makna-makna sebagai berikut: 1) Unsur pengisi PEL menyatakan makna `penderita`. Seperti halnya unsur pengisi fungsi S dan O, unsur pengisi fungsi PEL ada juga yang menyatakan makna `penderita`. Misalnya. (65) Banyak mahasiswa belajar bahasa Jerman. Dalam kalimat di atas, unsur yang menduduki fungsi PEL ialah frase bahasajerman. Dalam hubungannya dengan kata belajar yang mengisi fungsi P, frase itu menyatakan makna `penderita`. Demikian pula kata surat dan pisang dalam kata: (66) Ahmad jarang berkirim surat kepada orangtuanya. (67) Setiap hari perempuan itu berjualan pisang. 2) Unsur pengisi PEL menyatakan makna `alat`. Selain menyatakan makna `pnderita`, unsur fungsi PEL ada juga yang menyatakan makna alat, yaitu alat yang digunakan. Misalnya kalimat di bawah ini: (68) Ia bersenjatakan bambu runcing. Dalam kalimat itu frase bambu runcing yang mengisi fungsi PEL, menyatakan makna `alat` mengingat kalimat itu berparafrase dengan kalimat (69) Ia menggunakan bambu runcing sebagai senjata (Ramlan, 2005:113). Pendapat lain mengenai unsur pengisi pelengkap menurut Alwi, (2003:329). Orang sering mencampuradukkan pengertian objek dan pelengkap. Hal itu dapat dimengrti karena antara kedua konsep itu memang terdapat kemiripan. Baik objek maupun pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni dibelakang verba. Contoh : (70) Dia mendagangkan barangbarang elektronik di Glodok. (71) Dia berdagang barang-barang elektronik di Glodok. Pada kedua contoh di atas tampak bahwa barang-barang elektronik adalah

16 39 frasa nominal dan berada di belakang verba mendagangkan dan berdagang. Akan tetapi, pada kalimat pertama frasa nominal itu digolongkan objek, pada kalimat kedua, digolongkan sebagai pelengkap atau komplemen. Perbedaan objek dan pelengkap dapat dilihat pada tabel berikut. Objek 1. Berwujud frasa nominal atau klausa 2. Berada lansung di belakang predikat 3. Menjadi subjek akibat pemasifsan kalimat 4. Dapat diganti dengan pronomina -nya Pelengkap 1. Berwujud frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa proposional, atau klausa 2. Berada langsung di belakang predikat jika tak ada objek dan di belakang objek kalau unsur ini hadir 3. Tak dapat menjadi subjek akibat pemasifan kalimat 4. Tidak dapat diganti dengan nya kecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dari dan akan e. Fungsi Keterangan Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, di awal dan bahkan di tengah kalimat. Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasuka. Konstituen keterangan berupa frasa nominal, frasa proposional, atau frasa adverbial. Perhatikan contoh berikut: (72.a) Dia memotong rambutnya. (72.b) Dia memotong rambutnya di kamar. (72.c) Dia memotong rambutnya dengan gunting. (72.d) Dia memotong rambutnya kemarin. Unsur di kamar, dengan gunting, dan kemarin pada contoh (1) merupakan keterangan yang sifatnya manasuka. Selain diisi oleh satuan yang berupa kata atau frasa, fungsi keterangan dapat pula diisi oleh klausa seperti pada contoh berikut: (72.e) Dia memotong rambtnya sebelum dia mendapat

17 40 peringatan dari sekolah. (72.f) Dia memotong rambutnya segera setelah dia diterima kerja di bank. Makna keterangan ditentukan oleh perpaduan makna unsur-unsurnya. Dengan demikian, keterangan di kamar (72.b) mengandung makna tempat, dengan gunting (72.c) mengandung makna alat, kemarin (72.d) menyatakan makna waktu, dan sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah (72.e) serta segera setelah dia diterima kerja di bank (72.f) juga menyatakan makna waktu. Berdasarkan maknanya seperti tersebut di atas, terdapat berbagai macam-macam keterangan. (Alwi, 2003:330) Sedangkan menurut Ramlan, (2005:114). Dari pengamatan terhadap makna yang dinyatakan oleh unsur pengisi fungsi KET, diperoleh makna-makna sebagai berikut: 1) Unsur pengsi fungsi KET menyatakan makna `tempat`. Contoh dalam kalimat. (73) Rene berbicara dengan tetangga di kebun sebelah. Frase di kebun sebelah yang mengisi fungsi KET menyatakan makna `tempat`, yaitu tempat terjadinya atau berlakunya peristiwa atau perbuatan yang dinyatakan pada P, tempat yang dituju atau arah, tempat asal atau yang ditinggalkan, sebagai jawaban pertanyaan di mana, ke mana, dan dari mana. Makna ini dengan mudah dapat diketahui dengan adanya kata depan di, pada, dari, ke, di dalam, dari dalam, ke dalam, dan sebagainya. 2) Unsur fungsi KET menyatakan makna `waktu`. Unsur fungsi KET yang menyatakan makna `waktu` bukan saja menjawab pertanyaan bilamanatetapi juga menjawab pertanyaan sejak bilamana, hingga bilamana dan berapa lama. Contoh dalam kalimat. (74) Bapak Kepala Daerah pergi ke Jakarta kemarin. Terdapat dua

18 41 buah KET, yaitu ke Jakarta sebagai KET 1 dan kemarin sebagai KET 2. Unsur pengisi KET 1 menyatakan makna `tempat`, sedangkan unsur pengisi KET 2 menyatakan makna `waktu`, menjawab pertanyaan bilamana. 3) Unsur pengisi KET menyatakan makna `cara`. Contoh dalam kalimat. (75) Pencuri itu lari dengan cepat. Frase dengan cepat yang menduduki fungsi KET menyatakan makna `cara` menjawab pertanyaan bagaimana pencuri itu lari. 4) Unsur pengisi KET menyatakan `penerima`. Contoh dalam kalimat. (76) Ia berkirim surat kepada Ahmad. Frase kepada Ahmad yang menduduki fungsi KET menyatakan makna `penerima`, yaitu yang menerima peruntukan, kegunaan, dan faedah. Menjwab pertanyaan untuk siapa dan kepada siapa. 5) Unsur pengisi KET menyatakan makna `peserta`. Contoh dalam kalimat. (77) Di kebun itu Ahmad berjalan-jalan dengan temannya. Terdapat dua KET. Unsur pengisi KET 1, yaitu di kebun itu menyatakan makna `tempat`, sedangkan unsur pengisi KET 2, yaitu dengan temannya menyatakan makna `peserta`, yaitu yang ikut serta melakukan perbuatan yang dinyatakan pada P, menjawab pertanyaan dengan atau bersama dengan siapa. 6) Unsur pengisi KET menyatakan makna `alat`. Contoh dalam kalimat. (78) Orang itu memotong rumput dengan mesin pemotong rumput. Frase dengan mesin pemotong rumput yang menduduki fungsi KET menyatakan makna `alat`, yaitu alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan yang dinyatakan pada P, menjawab pertanyaan dengan apa atau dengan memekai atau menggunakan apa. Makna ini dengan jelas ditandai dengan adanya kata depan dengan.

19 42 7) Unsur pengisi KET menyatakan makna `sebab`. Contoh dalam kalimat. (79) Orang itu tidak dapat berjalan lagi karena suatu kecelakaan. Frase kerena suatu kecelakaan yang menduduki fungsi KET menyatakan makna `sebab`, yaitu yang menyebabkan terjadinya peristiwa timbulnya suatu keadaan atau dilakukannya suatu perbuatan yang dinyatakan pada P, sebagai jawaban pertanyaan mengapa ata kenapa. Dengan jelas makna ini ditandai oleh kata-kata karena atau sebab. 8) Unsur pengisi KET menyatakan makna `pelaku`. Contoh dalam kalimat. (80) Oleh penerbit yang sama telah diterbitkan pula karangan Mulyokusumo. Unsur pengisi KET, yaitu Oleh penerbit yang sama, menyatakan makna `pelaku` yakni yang melakukan perbuatan yang tersebut pada P sebagai jawaban pertanyaan oleh siapa. Dengan jelas makna ini ditandai oleh kata depan oleh. 9) Unsur pengisi KET menyatakan makna `keseringan`. Contoh dalam kalimat. (81) Ahmad telah menyerukan kata awas beberapa kali. Fungsi KET yang terdiri dari frase golongan N, yaitu beberapa kali, menyatakan makna `keseringan`, yakni keseringan tindakan atau peristiwa yang dinyatakan oleh P sebagai jawaban atas pertanyaan beberapa kali. 10) Unsur pengisi KET menyatakan makna `perbandingan`. Contoh dalam kalimat. (82) Ahmad sangat pandai seperti kakaknya. Fungsi KET yang terdiri dari FD, yaitu seperti kakaknya, menyatakan makna `perbandingan`. Makna ini dengan mudah dapat ditentukan oleh adanya kata depan yang menandai makna `perbandingan`, yakni kata-kata seperti, sebagai, laksana, dan sebagainya.

20 43 11) Unsur pengisi KET menyatakan makna `perkecualian`. Contoh dalam kalimat. (83) Anak-anak tidak boleh masuk kecuali saya. Fungsi KET yang terdiri dari FD kecuali saya menyatakan makna `perkecualian`, maksudnya apa yang dinyatakan oleh KET merupakan perkecualian dari apa yang dinyatakan pada inti klausa. Makna ini ditandai oleh adanya kata depan kecuali. 3. Peran Semantis Unsur kalimat Menurut Alwi, dkk (2003:334), pada dasarnya tiap kalimat memerikan suatu peristiwa atau keadaan yang melibatkan satu peserta, atau lebih, dengan peran semantis yang berbeda-beda. Peserta itu dinyatakan dengan nomina atau frasa nominal. a. Pelaku Pelaku adalah peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat. Peserta umumnya manusia atau binatang. Akan tetapi, benda yang potensial juga dapat berfungsi sebagai pelaku. Peran pelaku itu merupakan peran semantis utama subjek pada kalimat aktif dan pelengkap pada kalimat pasif. Perhatikan contoh berikut: (1) Anak itu sedang membaca koran. (2) Kucing saya selalu tidur di kursi. (3) Mobil itu membelok ke kiri lalu menghilang. (4) Buku saya dipinjam Tina. Kalimat di tersebut berisi contoh peran pelaku dari unsur fungsional kalimat. Kalimat (1), (2), (3) peran pelaku terdapat pada unsur subjek, yaitu Anak itu, Kucing saya, Mobil itu. Pada kalimat (4) peran pelaku terdapat pada unsur pelengkap, yaitu Tina. b. Sasaran Sasaran adalah peserta yang dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat, yang berkategori verba. Peran sasaran itu merupakan peran utama unsur

21 44 objek, unsur pelengkap, atau unsur subjek pada kalimat pasif seperti terlihat pada contoh berikut. (1) Dia mengirim uang kepada ibunya. (2) Ibu mengambilkan ayah air minum. (3) Kami mendengarkan pidatopresiden. (4) Saya ditertawakan mereka. Kalimat tersebut merupakan contoh peran semantis unsur fungsional berupa sasaran. Kalimat no 1 yang menyatakan sasaran terdapat pada kata uang yang berfungsi sebagai objek. Kemudian pada kalimat no 2 dan 3 yang menyatakan sasaran terdapat pada kata air minum dan pidato Presiden. Kata Saya yang terdapat pada kalimat no 4 juga menyatakan sasaran dalam berfungsi sebagai subjek. c. Pengalam Pengalam adalah peserta yang mengalami keadaan atau peristiwa yang dinyatakan predikat. Peran pengalam merupakan peran unsur subjek yang predikatnya adjektiva atau verba taktransitif yang lebih menyatakan keadaan seperti pada contoh berikut. (1) Adik saya sakit hari ini. (2) Mereka kehujanan di jalan. (3) Saya melihat gunung itu meletus. Kalimat tersebut unsur subjek yaitu Adik saya, Mereka, Saya, berperan sebagai pengalam. d. Peruntung Peruntung adalah peserta yang beruntung atau yang memperoleh manfaat dari keadaan, peristiwa atau perbuatan yang dinyatakan oleh predikat. Partisipan peruntung biasanya berfungsi sebagai objek, atau pelengkap, atau sebagai objek verba jenis menerima atau mempunyai. Perhatikan contoh berikut: (1) Ayah memberi uang kepada saya.(2) Ibu membelikan Tuti kalung. (3) Dia menerima hadiah sebesar sejuta

22 45 rupiah. Kalimat di atas unsur pelengkap saya, objek Tuti, subjek Dia berperan sebagai peruntung. e. Atribut Peran semantis `atribut`, biasanya terdapat pada unsur predikat yang berkategori nomina. Pada kalimat: (1) Orang itu guru saya. (2) Wanita itu ibunya. Guru saya dan ibunya merupakan atribut bagi unsur Orang itu yang terdapat pada kalimat (1) dan Wanita itu yang terdapat pada kalimat (2). Dari keterangan tersebut telah jelas atribut sebagai pengenal. f. Peran Semantis Keterangan Di samping kelima peran tersebut, ada peran semantis lain yang terdapat pada fungsi keterangan, seperti keterangan waktu, keterangan tempat, keterangan alat, dan keterangan sumber. Peran semantis itu pada dasarnya sesuai dengan sifat kodrati dari nomina yang ada pada keterangan tersebut. (1) Peran semantis waktu: Mereka pindah tahun1998. Kami mengharapkan meraka datangpukul sepuluh. (2) Peran semantis tempat: Kami tinggal di Jakarta. Keluarga kami baru saja pulang dari Puncak. (3) Peran semanatis alat: Mereka membuka pintu itu dengan kunci palsu. Dia tidak dapat membaca tanpa kaca mata. (4) Peran semantis sumber Kursi itu terbuat dari ban mobil. Tuhan menciptakan manusia dari tanah. H. Karangan Deskripsi 4. Pengertian Karangan Deskripsi

23 46 Deskripsi adalahtulisan yang tujuannya memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada sentivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar. Mereka bagaikan ikut melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut (Semi, 2003:41). Deskripsi bertujuan menyampaikan sesuatu hal dalam urutan atau rangka ruang dengan maksud untuk menghadirkan di depan mata angan-angan pembaca mengenai segala sesuatu yang dilihat, didengar, dicecap, diraba, atau dicium oleh pengarang (Widyamartaya, 1992:9-10). Jadi, deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya. 5. Ciri-Ciri Karangan Deskripsi Menurut Semi (2003:41), deskripsi ini merupakan ekposisis juga, sehingga ciri umum yang dimiliki oleh ekposisi pada dasarnya dimiliki pula oleh deskripsi. Lebih lanjut, Semi (2003:41) mengatakan bahwa ciri-ciri deskripsi yang sekaligus sebagai pembeda dengan ekposisi adalah sebagai berikut: a. Deskripsi lebih berupaya memperlihatkan detail atau perincian tentang objek. b. Deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca. c. Deskripsi disampaikan dengan gaya yang nikmat dengan pilihan kata yang menggugah, sedangkan ekposisi gayanya lebih lugas. d. Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar dilihat, dan dirasakan sehingga objeknya pada umumnya berupa benda, alam, warna, dan manusia.

24 47 e. Organisasi penyampaiannya lebih banyak menggunakan susunan ruang (spartial order). Di antara ciri-ciri tersebut yang tidak dimiliki oleh ekposisi adalah gaya yang indah dan memikat sehingga memancing sensitivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar. Ada pula deskripsi yang disampaikan dengan bahasa yang lugas dan juga tidak memancing sensitivitas pembaca, tapi menekankan pada perincian atau detail dengan mengajukan pembuktian atau banyak contoh (misal: deskripsi tentang keadaan ruang praktik atau deskripsi tentang keadaan daerah yang dilanda tsunami). Oleh sebab itu, karangan deskripsi dibagi atas dua, yaitu deskripsi ekpositoris (deskripsi teknis) dan deskripsi artistik (disebut juga deskripsi literer, impresionistik, atau sugestif) (Semi, 2003:43). Lebih lanjut, Semi (2003:43) mengatakan bahwa Karangan yang bertujuan menjelaskan sesuatu dengan perincian yang jelas sebagaimana adanya tanpa manekankan unsur impresif atau sugestif kepada pembaca, dinamakan deskripsi ekpositorik. Selain itu juga menggunakan bahasabahasa yang formal dan lugas. Sebaliknya, deskripsi artistik adalah deskripsi yang mengarah kepada pangalaman pembaca. Pembaca bagaikan berkenalan langsung dengan objek yang disampaikan dengan jalan menciptakan sugesti dan impresi melalui keterampilan penyampaian dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang menggugah perasaan. 6. Kriteria Karangan Deskripsi Sebuah karangan deskripsi yang baik dan sempurna harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Judul harus sesuai dengan isi

25 48 Dalam sebuah karangan judul adalah inti sentral yang mewakili keseluruhan isi karangan, jadi antara judul dan isi harus logis (Nurgiyantoro, 2010:180). b. Penciptaan Kesan Pembaca Karangan deskripsi yang dihasilkan harus mampu menimbulkan kesan terhadap pembaca, yakni merekaseolah-olah dapat merasakan dan berada di dalamnya (Finoza, 2004:198). c. Uraian Fakta dalam Kalimat Keseluruhan uraian kalimat dalam karangan deskripsi berupa fakta yang bersifat memaparkan objek yang dideskripsikan (Marwoto, 1985:168). d. Pengembangan Kalimat menjadi Paragraf Setiap paragraf dalam sebuah karangan harus mempunyai kalimat utama yang disertai dengan kalimat penjelas yang sesuai (Akhadiah, 2004:25) e. Koherensi Dalam suatu karangan keterpaduan antar kalimat satu paragraf harus disusun dengan baik dan sistematis agar terjadi keterkaitan ke paragraf selanjutnya (Nurgiyanto, 2010:180). f. Kaliamat Efektif Kalimat yang jelas dan benar akan dengan mudah dipahami oleh orang lain secara tepat. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara (Akhadiah, 2004:116). g. Kosakata

26 49 Kualitas keterampilan berbahasa seseorang bergantung pada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata kita miliki, semakin besar pula kemungkinan kita terampil berbahsa. Dalam karangan deskripsi kosakata yang digunakan harus sesuai agar menghasilkan karangan deskripsi yang baik (Tarigan, 2011:2). h. Mekanik Dalam menulis karangan, seorang penulis harus menguasai tata tulis yaitu menguasai ejaan dan aturan penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI. Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua

BAB II LANDASAN TEORI. Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian yang berjudul Pola Hubungan Peran Semantik dalam Kalimat Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua penelitian yang

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifakasikan diri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Conth: Saya makan nasi. Definisi ini tidak universal karena ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan 18 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk belajar berbahasa. Kaitannya dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian pola kalimat yang sudah pernah dilakukan adalah analisis pola kalimat berpredikat verba dalam bahasa Indonesia pada buku mata pelajaran

Lebih terperinci

I. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam

I. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam I. KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam bahasa untuk menyampaikan maksud serta kesan tertentu dalam keadan yang sesuai. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

Oleh Ratna Novita Punggeti

Oleh Ratna Novita Punggeti KALIMAT DLM BI Oleh Ratna Novita Punggeti STRUKTUR KALIMAT 1. SUBJEK Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku/masalah. Menjawab pertanyaan: siapa, apa. Biasanya berupa kata benda/frasa (kongkret/abstrak)

Lebih terperinci

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final.

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. 1. KALIMAT 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. Perbedaan kalimat dan klausa Klausa : gabungan kata yang

Lebih terperinci

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu 1. Frasa Nominal a. Pengertian frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata benda atau nomina. contoh : mahasiswa baru sepeda ini anak itu gedung sekolah b. Struktur Frasa Nomina Secara kategorial

Lebih terperinci

FUNGSI PELAKU DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA

FUNGSI PELAKU DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA FUNGSI PELAKU DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA Suher M. Saidi Universitas Muhammadiyah Surabaya, Suher_msaidi@yahoo.com ABSTRACT Function actors in Indonesian passive sentences often escape discussion

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia. Sumpah ini membuktikan bahwa berbangsa satu, bertanah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau yang sudah ada dengan menyebutkan dan membahas seperlunya hasil penelitian

Lebih terperinci

Perhatikan kalimat di bawah ini!

Perhatikan kalimat di bawah ini! KLAUSA Perhatikan kalimat di bawah ini! 1) Kamu harus menjadi orang pintar, harus tetap bersemangat, rajin belajar supaya disayang keluarga. 2) Akan belajar. (Jawaban atas pertanyaan Kamu akan apa?) 3)

Lebih terperinci

RINGKASAN PENELITIAN

RINGKASAN PENELITIAN RINGKASAN PENELITIAN KONSTRUKSI KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN CIAMIS OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Penelitian yang berjudul Konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media cetak selalu identik dengan tulisan dan gambar-gambar yang dicetak pada lembaran

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan bahasa dalam bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di lingkungan formal. Bahasa

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA HUMANIORA Suhandano VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 70-76 KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA Suhandano* 1. Pengantar ahasa terdiri dari dua unsur utama, yaitu bentuk dan arti. Kedua unsur

Lebih terperinci

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT?

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT? KALIMAT? Kalimat merupakan bentuk bahasa atau wacana yang digunakan sebagai sarana untuk menuangkan dan menyusun gagasan secara terbuka agar dapat dikomunikasikan kepada orang lain (Mustakim, 1994). Kalimat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG Nama Mata Kuliah Kode/SKS Waktu SOAL TUGAS TUTORIAL II : Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD : PGSD 4405/3 (tiga) : 60 menit/pada pertemuan ke-5 PILIHLAH SALAH

Lebih terperinci

3. Menambah referensi dalam penelitian lainnya yang sejenis.

3. Menambah referensi dalam penelitian lainnya yang sejenis. 1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan kategori verba yang terdapat pada kolom Singkat Ekonomi harian Analisa edisi Maret 2013. 2. Mendeskripsikan

Lebih terperinci

VERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA

VERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA VERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA Tri Mastoyo Jati Kesuma Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Objek (O) termasuk ke dalam valensi verba transitif. Oleh karena itu, O

Lebih terperinci

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd KOMPOSISI BERUNSUR ANGGOTA TUBUH DALAM NOVEL-NOVEL KARYA ANDREA HIRATA Sarah Sahidah Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan hubungan maknamakna gramatikal leksem anggota tubuh yang

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini. Dalam masyarakat moderen, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian dari kehidupan

Lebih terperinci

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi) Lecture: Kapita Selekta Linguistik Date/Month/Year: 25 April 2016 Semester: 104 (6) / Third Year Method: Ceramah Credits: 2 SKS Lecturer: Prof. Dr. Dendy Sugono, PU Clues: Notes: Kapita Selekta Linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Ragam bahasa menurut sarananya dibatasi atas ragam lisan dan tulisan. Karena bahasa

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI

KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI Abstrak KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI Trismanto 1) Staf Pengajar Fakultas Bahasa dan Budaya Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Jalan Pemuda No. 70 Semarang 50132 Email : trismanto_tris@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup komponenkomponen kemampuan berbahasa Indonesia yang meliputi aspek berbicara, menyimak, menulis, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang berjudul Bentuk Fungsi Makna Afiks men- dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar disusun oleh Rois Sunanto NIM 9811650054 (2001)

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

Latihan untuk Modul 1, 2, dan 3

Latihan untuk Modul 1, 2, dan 3 Latihan untuk Modul 1, 2, dan 3 1. Penulisan tanda baca yang tidak benar terdapat dalam kalimat... (A) Banyak karyawan yang di-phk karena melakukan aksi unjuk rasa. (B) Pak Anwar, guru adik, akan pergi

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca dalam Tabloid Mingguan Bintang Nova dan Nyata Edisi September-Oktober 2000,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat

Lebih terperinci

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK MODUL 4 Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 4 memuat materi kalimat efektif. Kalimat efektif adalah materi lanjutan dari modul sebelumnya, yaitu tata kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. jawabkan, karena itulah disertakan data-data yang kuat yang ada hubungannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. jawabkan, karena itulah disertakan data-data yang kuat yang ada hubungannya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dan jurnal. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan yang mudah dipertanggung

Lebih terperinci

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h BAHAN AJAR SINTAKSIS BAHASA INDONESIA (FRASA) 4 SKS Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang didiami oleh berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri

Lebih terperinci

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA oleh I Gede Tunas Adiyasa, NIM 0812011039 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): Nama : Hengki Firmansyah Nim : 1402408324 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

Kata kunci: perilaku objek, kalimat, bahasa Indonesia. Abstract

Kata kunci: perilaku objek, kalimat, bahasa Indonesia. Abstract PERILAKU OBJEK KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA Mas Sukardi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Vetaran Bangun Nusantara Jl. S. Humardani Jombor Sukoharjo/ Mahasiswa S3 Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

KALIMAT INVERSI DALAM BAHASA INDONESIA

KALIMAT INVERSI DALAM BAHASA INDONESIA KALIMAT INVERSI DALAM BAHASA INDONESIA Dhika Puspitasari 1) 1) Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Madiun Email: 1) dhikapuspitasari@yahoo.com. Abstrak Penelitian ini mengungkapkan pola-pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ucapan, pikiran perasaan seseorang yang teratur serta yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut Kridalaksana (dalam Abdul Chaer,

Lebih terperinci

Tugas Bahasa Indonesia

Tugas Bahasa Indonesia 2013 Tugas Bahasa Indonesia Pentingnya EYD dan Pemakaian Kalimat Efektif Ratna Fitrianingsih 18111837 3KA34 Kata Pengantar Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-nya,

Lebih terperinci

Mendeskripsikan denah/tempat

Mendeskripsikan denah/tempat Mendeskripsikan denah/tempat Denah adalah gambar yang menunjukkan letak kota, jalan dan sebagainya. Denah adalah bagian kecil dari sebuah peta, sehingga denah mempunyai fungsi yang sama dengan peta. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI Fitri Rahmawati Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang KALIMAT Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang lengkap. Secara struktural: bentuk satuan gramatis

Lebih terperinci

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat Matakuliah Tahun : 2010 : Bahasa Indonesia dalam Psikologi Kalimat Pertemuan 04 Tujuan 1. Menjelaskan pengertian dan ciri-ciri kalimat. 2. Menggunakan kata dan frasa sebagai pembentuk kalimat, 3. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia, karena dalam kehidupannya manusia tidak terpisahkan dari pemakaian bahasa. Dengan bahasa, manusia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia Analisis Fungsi Mana dalam Bahasa Sri Puji Astuti Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro sripujiastuti0116@gmail.com Abstract The characteristic of interrogative sentence, one of them is the presence

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Wolio yang selanjutnya disingkat BW adalah salah satu bahasa daerah yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa Kerajaan Kesultanan

Lebih terperinci