Implementasi QRCode pada Resep Dokter

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Implementasi QRCode pada Resep Dokter"

Transkripsi

1 Implementasi QRCode pada Resep Dokter Nur Ani 1, Rolies Deby 2, Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana 1 Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana 2 nur.ani@mercubuana.ac.id 1, rolies106@gmail.com 2 Abstrak-- Dalam era ini informasi menjadi hal yang sangat penting lebih dari sekedar menyampaikan informasi kepada orang lain, namun lebih cenderung kepada bagaimana penyampaian informasi dengan lebih aman dan efektif dari segala sisi. Resep dokter adalah salah satu contoh informasi yang harus disampaikan dengan aman dan sedikit kesalahan. Untuk mencapai hal tersebut dapat dijawab dengan menggunakan kode dua dimensi. Kode dua dimensi yang dapat memenuhi kebutuhan ini adalah kode dua dimensi dengan tipe QR Code (Quick Response Code). Penulisan ini akan menjelaskan bagaimana cara encode resep dokter konvensional dan mengubahnya menjadi symbol QR Code sebagai resep obat digital, batasannya adalah bagaimana cara membuat symbol QR Code dan membaca symbol QR Code dengan encoder dan decoder untuk QR Code, dan semua hal itu akan menjadi aplikasi berbasis web untuk resep obat digital. Kata Kunci : Resep Obat Digital, Kode Dua Dimensi, Quick Response Code I. PENDAHULUAN Sebagai salah satu bentuk informasi, resep obat merupakan permintaan tertulis dokter kepada apoteker untuk menyiapkan obat tertentu.. Sering kali resep ditulis dengan tulisan yang lebih jelas untuk menghindari salahnya pemberian obat di apotek namun ini juga berarti pasien dapat melihat informasi yang terdapat diresep tersebut. Salah satu alasan kenapa banyak resep ditulis dengan tulisan yang lebih jelas adalah karena kini produk obat sudah semakin beragam. Kesamaan nama produk nyaris tak terhindarkan. Resiko bahaya timbul jika obat yang namanya serupa disalah artikan karena tidak jelasnya tulisan dalam resep. Dengan perkembangan teknologi saat ini maka bukanlah hal yang mustahil untuk merubah bentuk resep ke dalam bentuk digital sehingga kesalahan dalam pembacaan informasi resep dapat diminimalisir, dan lebih ringkas dalam menampilkan informasi resep. Salah satu cara meringkas dan mengefisienkan informasi ini adalah dengan cara merubah informasi kedalam bentuk barcode, namun tidak semua bentuk barcode dapat menyimpan informasi dalam kapasitas yang besar terutama barcode satu dimensi atau kode batang, oleh karena itu penulis menggunakan barcode dua dimensi. Penulis memilih barcode dua dimensi dengan type QR Code (Quick Response Code). Tujuan dari penelitian ini adalah melihat proses pengubahan bentuk resep dokter konvensional kedalam bentuk QR Code dan mengubah kembali bentuk QR Code kedalam bentuk resep konvensional. Mempermudah apotek dalam pengarsipan dan pencarian resep jika diperlukan. Adapun pembahasan dalam penulisan ini hanya meliputi bagaimana cara menuliskan resep ke dalam bentuk digital dan apa saja yang diperlukan untuk membaca hasil dari resep digital tersebut. Bentuk media resep dokter yang dihasilkan berupa bentuk digital, yaitu berupa gambar digital. Gambar digital dapat dikirim ke media penyimpanan sementara seperti flashdisk, memory stick, dikirimkan ke telepon genggam dengan media Bluetooth, atau dikirim dengan menggunakan media surat elektronik. Aplikasi ini merupakan pengembangan dari library decode/encode yang didapat dari situs dan Algoritma yang digunakan adalah algoritma berdasarkan file dokumen ISO QR Code symbology specification dimana algoritma yang dipilih menggunakan hanya satu jenis yaitu alphanumerik. Aplikasi berbasis web dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP. Operating system yang dijadikan sebagai web server adalah Linux Ubuntu atau turunannya. II. METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan pengimplementasian ini penulis menerapkan metode Rekayasa Perangkat Lunak SDLC (System Development Life Cycle), ada pun tahapan tahapannya adalah sebagai berikut: Analisis, menganalisa kebutuhan program yang akan dibuat. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang didapat dengan cara mempelajari prosedure dalam teknik pembuatan QR Code. Desain. Memperoleh spesifikasi rancangan program untuk menulis dan membaca resep secara digital. Pemrograman. Membuat aplikasi untuk menulis dan membaca resep obat secara digital. Pengujian. Mengevaluasi kemampuan program yang telah dibuat. Implementasi. Mengimplementasikan aplikasi resep obat digital yang telah dibuat. 27

2 III. ANALISIS DAN PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan pada pendahuluan, penulis mencoba menerapkan untuk mengubah data resep yang akan diberikan ke pasien kedalam bentuk symbol, dalam hal ini penulis menggunakan QR Code atau kode 2 dimensi, sehingga apoteker dapat mengetahui dengan tepat obat yang tertulis dalam copy resep dengan tingkat kesalahan yang relative sangat kecil. Resep dapat diartikan atau dibaca dengan menggunakan decoder QR Code, hal ini juga menghindari pasien melihat resep secara langsung tanpa menggunakan decoder dari QR Code itu sendiri sehingga sedapat mungkin pasien tidak mengulangi penggunaan obat yang sama. B. Analisa Transformasi Data Berdasarkan file dokumen ISO QR Code symbology specification yang menjelaskan tahapan tahapan dari penyusunan dan struktur QR Code penulis mencoba menjabarkan setiap tahapan yang ada di BAB 2 dengan menggunakan sampel data sebagai contoh untuk dirubah kedalam bentuk QR Code, dalam hal ini penulis hanya menggunakan mode alphanumerik saja. Dalam tipe data alphanumerik terdapat 45 karakter berbeda yang dikenali oleh QR Code yaitu diantaranya : a. 10 karakter digit angka yaitu angka 0 sampai dengan 9 dengan nilai byte data dimulai dari 30 HEX hingga 39 HEX. b. 26 karakter huruf alphabet yaitu huruf A-Z dengan nilai byte dimulai dari 41 HEX sampai dengan 5A HEX. c. 9 karakter tanda baca yaitu, $, %, *, +, -,., /, dan : dengan nilai byte 20 HEX, 24 HEX, 25 HEX, 2A HEX, 2B HEX, 2D HEX, 2E HEX, 2F HEX, dan 3A HEX. Tabel 1. Tabel Konversi untuk karakter alphanumerik Encoding Pada mode alpha numerik ini standarnya setiap dua karakter dipresentasikan dengan panjang 11 bit. Misalkan data yang akan diproses adalah ABC123 maka data akan dipresentasikan AB, C1, dan 23 dengan panjang masing masing 11 bit. Tapi jika jumlah karakter yang akan diproses jumlahnya ganjil, maka 1 karakter akhir akan dipresentasikan dengan panjang 6 bit. Sebagai contoh penulis akan mengubah data ABCDE123 menjadi sebuah simbol QR Code dengan versi 1-H. a. Pertama data akan dipisah pisahkan menjadi kelompok yang beranggotakan 2 karakter. Hasil : (A, B) (C, D) (E, 1) (2, 3) b. Setiap karakter data yang ada pada tiap kelompok dikonversi kedalam nilai yang tercantum di tabel 1. Hasil : (10, 11) (12, 13) (14, 1) (2, 3) c. Selanjutnya setiap kelompok yang mempresentasikan nilai dari setiap karakter akan diubah menjadi angka binari dengan panjang 11 bit per kelompok. Setiap kelompok akan diubah terlebih dahulu kedalam bentuk desimal dengan rumus Dec = (A x 45) + B, lalu hasilnya akan dikonversi kedalam bentuk binari. (10, 11)=> (10 x 45) + 1 (12, 13) => (12 x 45) + 13 => => => 461 => 553 => => (14, 1) => (14 x 45) + 1 => => 631 => (2, 3) => (2 x 45) + 3 => => 93 => diurutkan menjadi d. Konversi indikator jumlah data kedalam bentuk bilangan binari dengan panjang 9 bit untuk versi 1- H. Hasil : 8 = Digabung menjadi e. Tambahkan indikator mode alphanumerik yaitu Hasil : f. Tambahkan indikator terminator data sepanjang 4 bit pada akhir urutan binari. Apabila panjang data sudah memenuhi jumlah data maksimal yang dapat ditampung oleh versi QR Code maka terminator tidak dibutuhkan. Hasil : g. Ubah data kedalam kelompok kelompok bit data yang memiliki panjang 8 bit, jika kelompok data terakhir jumlahnya kurang dari 8 bit maka ditambahkan dengan angka nol pada bagian belakang hingga memiliki panjang 8 bit. Hasil :

3 h. Kelompok kelompok yang terdiri dari 8 bit disebut dengan kode kata. Jika jumlah kode kata kurang dari kapasitas yang dapat ditampung dalam versi tersebut maka sebagai alternatif akan ditambahkan " " dan " " hingga memenuhi kapasitas. Untuk versi 1-H memiliki kapasitas 9 seperti yang ada di table 2.2. Karena kode data yang ada saat ini memiliki panjang 8 kode kata maka akan ditambahkan dengan " ". Hasil : i. Data yang sudah memenuhi kapasitas tersebut diubah kembali kedalam bentuk desimal dan diubah per kode kata. Hasil : => => => => => => => => => 41 j. Dalam tahapan ini barisan kode data akan ditambahkan dan diproses dengan error correction code. Pada tabel 2.3 tertulis bahwa untuk versi 1-H memiliki jumlah Block RS (Reed Solomon) 1. Fungsi g(x) yang ada di tabel 2.7 dan sesuai dengan versi 1-H yaitu : g(x) = x 17 +α 43 x 16 +α 139 x 15 +α 206 x 14 +α 78 x 13 +α 43 x 12 +α 239 x 11 +α 123 x 10 +α 206 x 9 +α 214 x 8 +α 147 x 7 + α 24 x 6 +α 99 x 5 +α 150 x 4 + α 39 x 3 + α 243 x 2 +α 163 x+α 136 fungsi g(x) diatas adalah bentuk dasar dari elemen GF(2 8 ), fitur dari GF(2 8 ) diantaranya adalah : - Mendukung fungsi aritmatik dengan 4 operasi - α 255 adalah sama dengan 1 - bilangan eksponensial α dapat dikonversi kedalam bentuk integer menggunakan table konversi eksponensial α yang ada di lampiran. Setelah diproses dengan menggunakan algoritma reed solomon maka akan menghasilkan urutan kode kata sebagai berikut : k. Hasil kode kata yang merupakan bilangan integer dirubah kembali menjadi bilangan binary dengan panjang 8 bit. Hasil : 32 => => => => => => => => => => => => => => => => => => => => => => => => => => l. Kode data yang sudah berbentuk binari kemudian akan dimasukan kedalam simbol QR Code dalam bentuk module module yang terdiri dari 2 warna yaitu terang dan gelap. Sesuai dengan file dokumen ISO QR Code symbology specification bahwa ukuran simbol QR Code yang digunakan adalah simbol yang berukuran 21 modul x 21 modul seperti yang terlihat pada gambar 1. Gambar 1 Ukuran simbol yang digunakan pada versi 1-H QR Code versi 1 memiliki 26 blok module dan pada setiap blok memiliki 8 modul yang mewakili panjang bit data pada setiap kode kata. Setiap simbol memiliki kordinat yang dapat digambarkan dengan (x, y) dimana x adalah kolom dan y adalah baris, untuk QR Code versi 1 sendiri memiliki kordinat dari (0, 0) yaitu di posisi pojok kanan bawah sampai (20, 20) yaitu di pojok kiri atas. Adapun untuk memasukan data kedalam simbol QR Code harus mengikuti aturan dan standar yang sudah dibuat, diantaranya adalah : - Data mulai dimasukan dari kordinat (0, 0) atau dari blok module kanan bawah. - Untuk pengisian pada setiap blok ada dua arah yaitu dengan arah pengisian ke bawah dan ke atas. - Jika pertama yaitu blok paling kanan bawah sudah penuh maka dilanjutkan ke blok diatasnya, jika sudah mencapai blok terakhir dalam 1 kolom maka pindah ke kolom sebelah kiri tapi dengan arah 29

4 berbeda yaitu dari atas ke bawah seperti yang digambarkan pada gambar 3. (a) (c) (b) Gambar 2 Cara pengisian data ke dalam blok data,(a) Pengisian normal dengan arah ke atas, (b) Pengisian normal dengan arah ke bawah, (c) Pengisian data jika blok bertindihan dengan pola struktur QR Code. Gambar 3. Arah urutan pengisian blok data pada versi 2-M. Hasil gambar simbol QR Code setelah dimasukan barisan kode kata yang sebelumnya sudah diubah kedalam bentuk binari terlihat pada gambar 4. Indikator mask pattern Kondisi 000 (i+j) mod 2 = i mod 2 = j mod 3 = (i+j) mod 3 = ((i div 2) + (j div 3)) mod 2 = (ij) mod 2 + (ij) mod 3 = ((ij) mod 2 +(ij) mod 3) mod 2 = ((ij)mod 3 + (i+j) mod 2) mod 2 = 0 Rumus atau formula dari mask pattern itu sendiri diterapkan untuk setiap kordinat yang ada pada symbol QR Code. Contoh cara penggunaan mask pattern jika menggunakan mask pattern dengan indikator 000 : - Pada kordinat (20, 20) : (20+20) mod 2 = 0 - Pada kordinat (19, 20) : (19+20) mod 2 = 1 Bit asli akan diproses dengan XOR dengan data bit yang didapatkan sesuai dengan kordinatnya. Pada prakteknya tidak terlalu penting untuk memilih mask pattern yang tepat, karena menurut beberapa sumber dalam hal ini didapat dari bahwa terdapat beberapa perbedaan hasil dari Japan Industrial Standar atau JIS X0510(1999) appendix 8 dengan JIS X0510(2004) appendix G pada sample data yang sama. Pada sample data kali ini penulis akan menggunakan mask pattern 011. Gambar 4. Hasil sementara QR Code yang sudah dimasukan data.( diakses pada tanggal ) m. Jika salah satu warna lebih dominan atau jika motif pada simbol menyerupai motif struktur QR Code seperti finder pattern dan lain lain maka akan membuat pembacaan QR Code menjadi kabur atau salah pengartian kode itu sendiri. Untuk menghindari hal tersebut maka pada simbol QR Code akan dimasukan struktur mask pattern untuk menghindari terjadinya hal hal yang disebutkan sebelumnya. Area yang akan diberikan mask pattern adalah kode kata yang ada di simbol tidak termasuk didalamnya finder pattern, timming pattern, dan lain lain. Tabel 2. Daftar Mask Pattern Gambar 5 Pattern mask pada symbol versi 1 n. Format informasi yang ada pada simbol QR Code adalah format yang berisi data data informasi mengenai QR Code itu sendiri. Dalam format informasi itu sendiri terdapat keterangan error correction level yang digunakan dan indikator mask pattern sepanjang 15 bit. 2 bit pertama adalah error correction level yang ada pada tabel 3. 30

5 Tabel 3. Daftar indikator error correction level error correction level Indicator L 01 M 00 Q 11 H 10 Karena versi QR Code yang digunakan pada sample data adalah versi 1-H maka indikator yang digunakan adalah bit berikutnya adalah indikator mask pattern yang dipilih pada bagian sebelumnya yaitu 011. Hasil : o. Untuk 10 bit sisanya adalah bit bit untuk error correction level dari 5 bit sebelumnya. Setelah memproses dengan algoritma error correction level maka akan menghasilkan dan jika digabung dengan 5 data sebelumnya maka akan menjadi p. Untuk mencegah agar format informasi tidak memunculkan angka 0 semua maka format informasi yang sudah ada diproses XOR dengan maka format informasi menjadi q. Cara untuk meletakan format informasi kedalam simbol QR Code juga tidak sembarangan karena ada aturan dan urutan yang harus dilalui seperti yang terlihat pada gambar 6. Gambar 7. Ilustrasi format informasi yang sudah dimasukan kedalam simbol QR Code Gambar 8 Hasil akhir dari QR Code untuk ABCDE123 ( diakses pada tanggal ) Decoding Proses decoding dari bentuk simbol QR Code kembali kedalam bentuk kalimat atau data asli hanyalah sebuah pembalikan dari proses proses decoding yang sudah dibahas sebelumnya. Adapun langkah langkah dari decoding itu sendiri dapat diuraikan secara ringkas sebagai berikut : a. Alat pembaca atau scanner melakukan pencitraan gambar simbol yang akan didecode kembali menjadi data asli. Pada saat pembacaan yang akan dicari pertama kali adalah finder pattern atau pola pencari yang berada di posisi kanan atas, kiri atas, dan kiri bawah. b. Mendeteksi perputaran simbol dan kemiringan simbol dengan berpatokan kepada finder pattern. c. Mendeteksi pajang modul dengan mengukur jarak antara finder pattern dengan rumus X = (W UL + W UR ) / 14. d. Memperkirakan versi dari simbol dengan rumus V = [(D/X) 10] / 4. Jika hasilnya adalah kurang dari 6 atau sama dengan 6 maka hasil ini dipakai sebagai data versi yang valid. Gambar 6. Ilustrasi urutan dari pengisian format informasi ( diakses pada tanggal ) Urutan yang terlihat pada gambar adalah urutan yang menghitung mundur jadi bukan angka 0 yang menjadi awal memasukan format informasi tapi format informasi dimasukan dimulai dari posisi 14. Hasil dari format informasi yang dimasukan kedalam simbol QR Code dapat dilihat pada gambar 7. r. Hasil akhir dari simbol QR Code adalah simbol yang sudah diberikan format informasi dan kode kata yang sudah diproses dengan mask pattern dapat dilihat pada gambar 8. Gambar 9 ilustrasi pengukuran simbol e. Jika versi yang dihasilkan lebih dari 6 maka akan dilakukan pembacaan sebagai berikut : - Membagi lebar dari W UR yang berada di pojok kanan atas dengan angka 7 untuk mengkalkulasi ukuran modul. - Mendeteksi garis bantuan antara finder patter A ke finder pattern B dan finder pattern A ke finder patter C. 31

6 - Membaca informasi format yang tersimpan disamping pada simbol. Gambar 10 ilustrasi penghubungan antar finder pattern dan letak format informasi. f. Setelah mendapatkan format informasi dan sudah diartikan isinya maka lakukan fungsi XOR dengan rumus data masking yang sesuai dengan indikator mask pattern yang ada di format informasi. g. Setelah data masking dihilangkan maka data dirangkai kembali menjadi bit bit dengan cara membalik urutan saat memasukan data pada proses encoding. h. Lakukan pendeteksian error correction pada data. i. Kembalikan rangkaian data kedalam bentuk awal dari aliran data tersebut dengan menyusun kembali kedalam rangkaian blok blok data dengan panjang yang sesuai dengan indikator indikator yang ada pada informasi format. j. Mengembaikan data aslinya dengan melakukan kebalikan proses dari perubahan data menjadi bit. C. Analisa Perangkat Lunak Dalam pembuatan encoder untuk resep obat digital ini penulis menggunakan script yang tersedia pada yang merupakan salah satu situs pengembangan QR Code, script ini ditulis dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP yang berbasis web sehingga dapat digunakan pada setiap komputer yang terhubung pada jaringan tidak hanya pada sebuah komputer saja, sedangkan untuk decode menggunakan decoder dengan bahasa pemrograman JAVA yang dijalankan dengan menggunakan PHP. Saat penulis membuat media encoder dan decoder dari QR Code ini menggunakan PHP 5 yang dijalankan dengan sistem operasi Linux Ubuntu atau Turunan dari Debian lainnya. Perangkat lunak yang penulis gunakan untuk implementasi aplikasi resep obat digital ini adalah perangkat lunak open source yang bisa didapatkan pada situs resmi dari masing masing situs pengembangnya. Adapun perangkat lunak yang penulis gunakan diantaranya adalah : a. Linux Mint yang merupakan turunan dari Ubuntu sebagai sistem operasi. b. Web server Apache V2.2. c. Interpreter PHP V5.2. d. Java Runtime Environtment untuk Linux. e. Mozilla Firefox untuk menampilkan interface. IV. KESIMPULAN Berdasarkan implementasi dan analisis dari hasil pengujian yang telah dilakukan, kesimpulan yang dihasilkan adalah : 1. Symbol kode 2 dimensi atau QR Code dapat menampung data lebih besar namun tidak memerlukan banyak tempat karena ukurannya yang lebih simple. 2. Penggunaan symbol QR Code dapat lebih efektif dalam memecahkan masalah tulisan dokter yang sulit dibaca sehingga apoteker dapat mengurangi bahkan menghilangkan kesalahan dalam pengartian isi dari copy resep. 3. Pada aplikasi encoding akan menghasilkan symbol QR Code yang sudah diberikan flag berupa string DPQR yang menjadikannya hanya bisa dibaca oleh aplikasi decoding yang dibuat oleh penulis. 4. Aplikasi decoding yang dibangun oleh penulis hanya dapat membaca symbol QR Code yang memiliki flag DPQR. V. DAFTAR PUSTAKA Joint Technical Committee ISO/IEC JTC ISO/IEC CD Information Technology Automatic Identification and data capture techniques QR Code 2005 barcode symbology specification. Diakses pada 10 September Artikel non-personal, 17 Oktober 2009, QR Code, Wikipedia The Free Encyclopedia, diakses 10 Artikel non-personal, 5 Oktober 2009, System Development Life Cycle, Wikipedia The Free Encyclopedia, nt _Life_Cycle, diakses 10 Artikel non-personal, 7 Oktober 2009, Ubuntu, Wikipedia bahasa Indonesia, diakses 10 Artikel non-personal, 6 Oktober 2009, Unified Modeling Language, Wikipedia The Free Encyclopedia, anguage, diakses 10 Artikel non-personal, 22 September 2009, PHP, Wikipedia bahasa Indonesia, diakses 10 Yanbe Yusuke, QR Code, diakses 11 32

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Analisa bertujuan untuk mengkaji situasi dan memutuskan dengan tepat tentang masalah yang akan dipecahkan. Dalam tahap analisa langkah pertama yang harus dilakukan

Lebih terperinci

REALISASI APLIKASI PEMINDAI DAN PEMBANGKIT QUICK RESPONSE CODE (QR CODE) PADA SMARTPHONE ANDROID ABSTRAK

REALISASI APLIKASI PEMINDAI DAN PEMBANGKIT QUICK RESPONSE CODE (QR CODE) PADA SMARTPHONE ANDROID ABSTRAK REALISASI APLIKASI PEMINDAI DAN PEMBANGKIT QUICK RESPONSE CODE (QR CODE) PADA SMARTPHONE ANDROID Bobby Adhitya Nugraha 0822053 Email: bobbyadhitya@rocketmail.com Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI QR CODE PADA SISTEM ONLINE RESERVASI TIKET PESAWAT RIKY SAPTARIA BUDIMAN SAMBAS

IMPLEMENTASI QR CODE PADA SISTEM ONLINE RESERVASI TIKET PESAWAT RIKY SAPTARIA BUDIMAN SAMBAS IMPLEMENTASI QR CODE PADA SISTEM ONLINE RESERVASI TIKET PESAWAT RIKY SAPTARIA BUDIMAN SAMBAS 41507110043 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2013 IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI III.1. Sistem Informasi Sistem presensi menggunakan QRCode dan ijin berbasis web dan mobile merupakan sistem informasi yang digunakan untuk menyelesaika masalah presensi dan ijin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama satu hingga dua dasawarsa belakang ini, terdapat suatu perkembangan yang signifikan dalam penggunaan kode dua dimensi. Misalnya Pdf147, Datamatrix, Maxicode,

Lebih terperinci

Sistem Pengamanan Keaslian Ijasah Menggunakan QR-Code dan Algoritma Base64

Sistem Pengamanan Keaslian Ijasah Menggunakan QR-Code dan Algoritma Base64 JUSI Vol. 1, No. 2 ISSN 2087-8737 September 2011 Sistem Pengamanan Keaslian Ijasah Menggunakan QR-Code dan Algoritma Base64 * Program Studi Sistem Informasi, Universitas Ahmad Dahlan Jalan Prof. Dr. Soepomo,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Kondisi pengolahan data yang telah dijabarkan sebelumnya pada bab 1 (satu) memiliki keterkaitan terhadap permasalahan yang teridentifikasi. Yaitu permasalahan terkait desain

Lebih terperinci

BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN

BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN TEKNIK DIGITAL/HAL. 8 BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN ARITMATIKA BINER Operasi aritmatika terhadap bilangan binari yang dilakukan oleh komputer di ALU terdiri dari 2 operasi yaitu operasi penambahan dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis memaparkan teori-teori ilmiah yang didapat dari metode pencarian fakta yang digunakan untuk mendukung penulisan skripsi ini dan sebagai dasar pengembangan sistem

Lebih terperinci

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PERSYARATAN PRODUK BAB I PERSYARATAN PRODUK I.1 Pendahuluan Barcode adalah suatu representasi data ke dalam suatu citra (image) yang dapat dibaca oleh mesin, citra ini memiliki data-data tertentu mengenai suatu produk. Barcode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era komputerisasi ini sudah banyak dikembangkan aplikasi perangkat lunak maupun perangkat keras untuk menghasilkan citra dalam bentuk data. Sebut saja kamera digital,

Lebih terperinci

KEAMANAN LOGIN WEB MENGGUNAKAN METODE 3DES BERBASIS TEKNOLOGI QUICK RESPONSE CODE

KEAMANAN LOGIN WEB MENGGUNAKAN METODE 3DES BERBASIS TEKNOLOGI QUICK RESPONSE CODE Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 9 No. 2 Juni 2014 18 KEAMANAN LOGIN WEB MENGGUNAKAN METODE 3DES BERBASIS TEKNOLOGI QUICK RESPONSE CODE 1) Heru Adya Gunawan, 2) Zainal Arifin & 3) Indah Fitri Astuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan internet membuat informasi menjadi semakin cepat disebarkan dan lebih mudah didapatkan. Namun kadangkala internet memiliki kelemahan yaitu dari sisi keamanan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi komputer pada zaman sekarang berkembang dengan sangat cepat. Untuk mengimbangi perkembangan teknologi tersebut perlu dilakukan berbagai macam inovasi agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Quick Response Code atau yang lebih dikenal dengan istilah QR Code merupakan gambar dua dimensi yang memiliki kemampuan untuk menyimpan data. Tujuan dari teknologi

Lebih terperinci

APLIKASI QRSCANNER DAN QR CODE GENERATOR

APLIKASI QRSCANNER DAN QR CODE GENERATOR APLIKASI QRSCANNER DAN QR CODE GENERATOR TUGAS AKHIR Oleh : Hendri Agustian 3310901006 Novianto Rachmadi 3310901021 Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan matakuliah Tugas Akhir PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI QR CODE GENERATOR DAN QR CODE READER MENGGUNAKAN METODE STROKE HISTOGRAM

PERANCANGAN APLIKASI QR CODE GENERATOR DAN QR CODE READER MENGGUNAKAN METODE STROKE HISTOGRAM PERANCANGAN APLIKASI QR CODE GENERATOR DAN QR CODE READER MENGGUNAKAN METODE STROKE HISTOGRAM Tetti Sipahutar (1011502) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jln. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

PENGANTAR KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI 1A

PENGANTAR KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI 1A PENGANTAR KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI 1A REPRESENTASI DATA ALUR PEMROSESAN DATA SISTEM BILANGAN TEORI BILANGAN KOVERSI BILANGAN OPERASI ARITMATIKA Representasi Data Data adalah sesuatu yang belum

Lebih terperinci

ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS

ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS Efriawan Safa (12110754) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisimangaraja No. 338 Simpang Limun www.inti-budidarma.com

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGGUNAAN SIMULATOR PENYANDIAN DAN PENGAWASANDIAN SISTEM KOMUNIKASI BERBASIS PERANGKAT LUNAK VISUAL C#

PEDOMAN PENGGUNAAN SIMULATOR PENYANDIAN DAN PENGAWASANDIAN SISTEM KOMUNIKASI BERBASIS PERANGKAT LUNAK VISUAL C# PEDOMAN PENGGUNAAN SIMULATOR PENYANDIAN DAN PENGAWASANDIAN SISTEM KOMUNIKASI BERBASIS PERANGKAT LUNAK VISUAL C# Simulator penyandian dan pengawasandian ini dirancang untuk meyimulasikan 10 jenis penyandian

Lebih terperinci

Kode Sumber dan Kode Kanal

Kode Sumber dan Kode Kanal Kode Sumber dan Kode Kanal Sulistyaningsih, 05912-SIE Jurusan Teknik Elektro Teknologi Informasi FT UGM, Yogyakarta 8.2 Kode Awalan Untuk sebuah kode sumber menjadi praktis digunakan, kode harus dapat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Bab ini menjelaskan mengenai analisis sistem dan perancangan yang akan digunakan dalam pengembangan aplikasi integrasi antara Kriptografi menggunakan algoritma RSA dan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM BILANGAN DAN KODE-KODE

BAB IV SISTEM BILANGAN DAN KODE-KODE BAB IV SISTEM BILANGAN DAN KODE-KODE 4.. Konsep dasar sistem bilangan Sistem bilangan (number system) adalah suatu cara untuk mewakili besaran dari suatu item phisik. Sistem bilangan yang banyak dipergunakan

Lebih terperinci

Brigida Arie Minartiningtyas, M.Kom

Brigida Arie Minartiningtyas, M.Kom Brigida Arie Minartiningtyas, M.Kom Struktur Data Struktur dan Data Struktur suatu susunan, bentuk, pola atau bangunan Data suatu fakta, segala sesuatu yang dapat dikodekan atau disimbolkan dengan kode-kode

Lebih terperinci

SMART LOGIN PADASITUSWEB MENGGUNAKANQR-CODE. Masdito Bachtiar Pembimbing 1 : Ary Mazharuddin S., S.Kom., M.Comp.Sc

SMART LOGIN PADASITUSWEB MENGGUNAKANQR-CODE. Masdito Bachtiar Pembimbing 1 : Ary Mazharuddin S., S.Kom., M.Comp.Sc SMART LOGIN PADASITUSWEB MENGGUNAKANQR-CODE Masdito Bachtiar 5107100052 Pembimbing 1 : Ary Mazharuddin S., S.Kom., M.Comp.Sc. 19810620 200501 1 003 PENDAHULUAN INTERNET SEBAGAI KEBUTUHAN HIDUP Social Networks

Lebih terperinci

DCH1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer

DCH1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer DCH1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer Tim Dosen KPKK Kelompok Keahlian Representasi Data 1 9/2/2016 Pendahuluan (Resume) Apa yang dimaksud dengan representasi data? Mengapa komputer menganut sistem

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 13 Kompresi Citra. Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 13 Kompresi Citra. Indah Susilawati, S.T., M.Eng. TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Kuliah 13 Kompresi Citra Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Informatika/Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2015 KULIAH

Lebih terperinci

PENGANTAR KOMPUTER & SOFTWARE I REPRESENTASI DATA

PENGANTAR KOMPUTER & SOFTWARE I REPRESENTASI DATA PENGANTAR KOMPUTER & SOFTWARE I REPRESENTASI DATA Tim Pengajar KU1102 - Institut Teknologi Sumatera Data Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM. telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM. telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisis Masalah Pada bab tiga ini akan dilakukan analisis terhadap landasan teori yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Analisis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 7. Menuliskan kode karakter dimulai dari level paling atas sampai level paling bawah.

BAB II DASAR TEORI. 7. Menuliskan kode karakter dimulai dari level paling atas sampai level paling bawah. 4 BAB II DASAR TEORI 2.1. Huffman Code Algoritma Huffman menggunakan prinsip penyandian yang mirip dengan kode Morse, yaitu tiap karakter (simbol) disandikan dengan rangkaian bit. Karakter yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia perdagangan, kode yang banyak dipakai adalah barcode (kode batang). Hampir semua barang yang dijual di toko grosir, department store sudah menggunakan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1. Pengertian Manajemen Menurut James A.F. Stoner (2006) Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Plat nomor kendaraan bermotor merupakan ciri atau tanda pengenal suatu kendaraan yang diberikan oleh kepolisian. Setiap plat nomor kendaraan memiliki kombinasi

Lebih terperinci

APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI MENGGUNAKAN ALGORITMA CAESAR CIPHER DALAM BENTUK QR CODE BERBASIS ANDROID AHMAD SOLEH PROGRAM STUDI INFORMATIKA

APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI MENGGUNAKAN ALGORITMA CAESAR CIPHER DALAM BENTUK QR CODE BERBASIS ANDROID AHMAD SOLEH PROGRAM STUDI INFORMATIKA APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI MENGGUNAKAN ALGORITMA CAESAR CIPHER DALAM BENTUK QR CODE BERBASIS ANDROID AHMAD SOLEH 41513010002 PROGRAM STUDI INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MERCU BUANA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. produk itu baik atau rusak ataupun untuk penentuan apakah suatu lot dapat diterima

BAB II LANDASAN TEORI. produk itu baik atau rusak ataupun untuk penentuan apakah suatu lot dapat diterima BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Inspeksi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan hasil studi lapangan (wawancara) Inspeksi adalah suatu kegiatan penilaian terhadap suatu produk, apakah produk itu baik

Lebih terperinci

MAKALAH. Mata Kuliah. Arsitektur dan Organisasi Komputer

MAKALAH. Mata Kuliah. Arsitektur dan Organisasi Komputer MAKALAH Mata Kuliah Arsitektur dan Organisasi Komputer Kelompok 1 1. M. Dwi setiyo (14670015) 2. Bima Setya N. (14670018) 3. Yan Ari Firmansyah (14670021) 4. Lia Ayu K. (14670024) Program Studi Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu faktor penunjang perkembangan zaman. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka segala sesuatu dapat dilakukan

Lebih terperinci

TIPE DATA, VARIABLE, dan OPERATOR DELPHI

TIPE DATA, VARIABLE, dan OPERATOR DELPHI TIPE DATA, VARIABLE, dan OPERATOR DELPHI A. TIPE DATA Delphi merupakan bahasa pemrograman tingkat tinggi yang mendukung perancangan terstruktur dan berorientasi Object. Bahasa pemrograman ini berdasarkan

Lebih terperinci

TI [2 SKS] OTOMASI INDUSTRI MINGGU KE-4 LOGIKA OTOMASI. disusun oleh: Mokh. Suef Yudha Prasetyawan Maria Anityasari. Jurusan Teknik Industri 1

TI [2 SKS] OTOMASI INDUSTRI MINGGU KE-4 LOGIKA OTOMASI. disusun oleh: Mokh. Suef Yudha Prasetyawan Maria Anityasari. Jurusan Teknik Industri 1 TI091209 [2 SKS] OTOMASI INDUSTRI MINGGU KE-4 LOGIKA OTOMASI disusun oleh: Mokh. Suef Yudha Prasetyawan Maria Anityasari Jurusan Teknik Industri 1 OUTLINE PERTEMUAN INI Bilangan biner dan bilangan heksadesimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data spasial berikut atribut-atributnya, seperti memodifikasi bentuk, warna,

BAB I PENDAHULUAN. data spasial berikut atribut-atributnya, seperti memodifikasi bentuk, warna, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teknologi SIG (Sistem Informasi Geografis) merupakan suatu teknologi mengenai geografis yang memiliki kemampuan dalam memvisualisasikan peta, data spasial berikut

Lebih terperinci

Quis. 2. Sistem bilangan yang menggunakan basis 8 adalah: A. Biner D. Hexadesimal B. Oktal E. Sexagesimal C. Desimal

Quis. 2. Sistem bilangan yang menggunakan basis 8 adalah: A. Biner D. Hexadesimal B. Oktal E. Sexagesimal C. Desimal Pertemuan 7 QUIS 1. Bagian yang terkait erat dengan unit-unit operasional dan interkoneksi antar komponen penyusun sistem komputer dalam merealisasikan aspek arsitekturalnya, merupakan pengertian dari:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu maksud tertentu adalah bagian dari suatu sistem, yang mana sistem

BAB II LANDASAN TEORI. suatu maksud tertentu adalah bagian dari suatu sistem, yang mana sistem BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Bagian-bagian yang memiliki keterkaitan pengoperasian dalam mencapai suatu maksud tertentu adalah bagian dari suatu sistem, yang mana sistem informasi dapat dibuat

Lebih terperinci

PENGANTAR KOMPUTER & SOFTWARE I REPRESENTASI DATA

PENGANTAR KOMPUTER & SOFTWARE I REPRESENTASI DATA PENGANTAR KOMPUTER & SOFTWARE I REPRESENTASI DATA Tim Pengajar KU1102 - Institut Teknologi Sumatera Data Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 ini merupakan desain penelitian yang akan digunakan. Exponential Smoothing

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 ini merupakan desain penelitian yang akan digunakan. Exponential Smoothing 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Gambar 3.1 ini merupakan desain penelitian yang akan digunakan. Rumusan Masalah Pengumpulan Data Curah (Skotlandia Bagian Barat) Studi Literatur : Peramalan,

Lebih terperinci

Algoritma dan Pemrograman

Algoritma dan Pemrograman Algoritma dan Pemrograman bagian 2 2009 Modul ini menjelaskan tentang bahasa C dan apa saja yang dibutuhkan bila kita akan menulis suatu program dengan bahasa C. Editor yang dipakai adalah Turbo C++ 4.5.

Lebih terperinci

Pemrograman Web Enterprise

Pemrograman Web Enterprise MODUL PERKULIAHAN Pemrograman Web Enterprise Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komputer Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB II SISTEM BILANGAN DAN KODE BILANGAN

BAB II SISTEM BILANGAN DAN KODE BILANGAN BAB II SISTEM BILANGAN DAN KODE BILANGAN 2.1 Pendahuluan Komputer dan sistem digital lainnya mempunyai fungsi utama mengolah informasi. Sehingga diperlukan metode-metode dan sistem-sistem untuk merepresentasikan

Lebih terperinci

MATA KULIAH : LOGIKA DAN ALGORITMA KONSEP DASAR ALGORITMA

MATA KULIAH : LOGIKA DAN ALGORITMA KONSEP DASAR ALGORITMA MATA KULIAH : LOGIKA DAN ALGORITMA PERTEMUAN 3 KONSEP DASAR ALGORITMA CREATED BY: AYU ANGGRIANI H 092904010 PTIK A 2009 1 PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, penggunaan internet sudah menjamur di masyarakat. Internet

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, penggunaan internet sudah menjamur di masyarakat. Internet 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini, penggunaan internet sudah menjamur di masyarakat. Internet sudah menjadi kebutuhan sekunder bahkan sampai primer. Hal ini diikuti dari sistem yang awalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia IT (Information Technology) dengan hadirnya mesin pencarian (Search Engine) di dalam sistem komputer yang merupakan salah satu fasilitas internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan teknologi informasi dewasa ini telah berpengaruh pada hampir semua aspek kehidupan manusia, tak terkecuali dalam hal berkomunikasi. Dengan

Lebih terperinci

PHP (Pengenalan Pemrograman ServerSide)

PHP (Pengenalan Pemrograman ServerSide) PHP (Pengenalan Pemrograman ServerSide) Pengenalan PHP PHP (Hypertext Preprocessor), merupakan bahasa pemrograman web bersifat serverside, artinya bahasa berbentuk script yang disimpan dan dijalankan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu faktor penunjang perkembangan zaman. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka segala sesuatu dapat dilakukan

Lebih terperinci

Pengertian Data datum

Pengertian Data datum Data dan Informasi Pengertian Data Data berasal dari kata datum yang berarti fakta atau bahan-bahan keterangan. Menurut Gordon B. Davis data sebagai bahan mentah dari informasi, yang dirumuskan sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Sitem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai tujuan. keluaran. Berikut gambaran umum sebuah sistem.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Sitem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai tujuan. keluaran. Berikut gambaran umum sebuah sistem. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Konsep Dasar Sistem Sitem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu (Hartono, 1999). Model umum sebuah sistem terdiri

Lebih terperinci

VARIABEL, OPERATOR DAN EKSPRESI

VARIABEL, OPERATOR DAN EKSPRESI 3 VARIABEL, OPERATOR DAN EKSPRESI 3.1. Variabel Variabel adalah suatu tempat untuk menampung suatu nilai pada memory komputer. Untuk lebih mudah diakses, variabel diberi nama. Nama inilah yang akan menjadi

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR : MATERI POKOK : Sistem Bilangan URAIAN MATERI 1. Representasi Data

KOMPETENSI DASAR : MATERI POKOK : Sistem Bilangan URAIAN MATERI 1. Representasi Data KOMPETENSI DASAR : 3.1. Memahami sistem bilangan Desimal, Biner, Oktal, Heksadesimal) 4.1. Menggunakan sistem bilangan (Desimal, Biner, Oktal, Heksadesimal) dalam memecahkan masalah konversi MATERI POKOK

Lebih terperinci

IV. RANCANG BANGUN SISTEM. Perangkat lunak bantu yang dibuat adalah perangkat lunak yang digunakan untuk

IV. RANCANG BANGUN SISTEM. Perangkat lunak bantu yang dibuat adalah perangkat lunak yang digunakan untuk IV. RANCANG BANGUN SISTEM 4.1 Analisis dan Spesifikasi Sistem Perangkat lunak bantu yang dibuat adalah perangkat lunak yang digunakan untuk menyisipkan label digital, mengekstraksi label digital, dan dapat

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI WEB LOG

BAB III IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI WEB LOG BAB III IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI WEB LOG Pengembangan website telah menjadi tuntutan pemiliknya seiring dengan dinamika dan kemajuan teknologi internet. Website yang tidak mempunyai informasi dan tampilan

Lebih terperinci

4. BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

4. BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4. BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Sebelum program di implementasikan, maka program harus bebas dari kesalahan. Kesalahan program yang mungkin terjadi antara lain karena kesalahan penulisan (coding),

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI FARMASI HOSPITAL INFORMATION SYSTEM DI SILOAM HOSPITALS

PERANCANGAN APLIKASI FARMASI HOSPITAL INFORMATION SYSTEM DI SILOAM HOSPITALS PERANCANGAN APLIKASI FARMASI HOSPITAL INFORMATION SYSTEM DI SILOAM HOSPITALS William Saputra 1, Hery 2, Kusno Prasetya 3, Andree E. Widjaja 4 Jurusan, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Pelita Harapan

Lebih terperinci

BAB 2 STANDARD H.264/MPEG-4 DAN ALGORITMA CABAC

BAB 2 STANDARD H.264/MPEG-4 DAN ALGORITMA CABAC BAB 2 STANDARD H.264/MPEG-4 DAN ALGORITMA CABAC Pada bab ini akan dibahas tentang standard H.264/MPEG-4 secara singkat. Selain itu, bab ini akan membahas pula tentang pemakaian algoritma CABAC pada standard

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Masalah Kebutuhan manusia akan perangkat informasi dan komunikasi seakan menjadi kebutuhan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan. Dengan banyaknya aplikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada masa sekarang ini begitu pesat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada masa sekarang ini begitu pesat sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pada masa sekarang ini begitu pesat sehingga memungkinkan kita untuk menghubungkan komputer melalui jaringan. Jaringan komputer cukup berkembang

Lebih terperinci

Anny Yuniarti

Anny Yuniarti Membangun Aplikasi Kamus Bahasa Arab Online Sederhana Anny Yuniarti anny@its-sby.edu Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 1.1 Analisa Masalah Masalah yang ingin diselesaikan pada Tahap Akhir ini antara lain adalah menerapkan algoritma Message Digest 5 (MD5) agar bisa digunakan untuk enkripsi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 29 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram sistem absensi ini dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini. Gambar 3.1. Diagram Blok Sistem Fungsi fungsi dari blok diatas adalah sebagai

Lebih terperinci

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Linear Block Code

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Linear Block Code TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Linear Block Code S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom Oleh: Linda Meylani Agus D. Prasetyo Tujuan Pembelajaran Memahami fungsi dan parameter

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. : Multi sistem operasi, bisa Windows, Linux, Mac OS, maupun Solaris

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. : Multi sistem operasi, bisa Windows, Linux, Mac OS, maupun Solaris BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 XAMPP XAMPP merupakan singkatan dari : X A M P P : Multi sistem operasi, bisa Windows, Linux, Mac OS, maupun Solaris : Apache HTTP Server : MySQL Database Server : PHP Scripting

Lebih terperinci

PEMBUATAN DECODER ISO-8583 PADA DATABASE ENGINE MYSQL BONDAN SUMBODO SUSILO

PEMBUATAN DECODER ISO-8583 PADA DATABASE ENGINE MYSQL BONDAN SUMBODO SUSILO PEMBUATAN DECODER ISO-8583 PADA DATABASE ENGINE MYSQL BONDAN SUMBODO SUSILO 41508110003 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2013 PEMBUATAN DECODER ISO-8583

Lebih terperinci

MATERI 2 SISTEM BILANGAN DAN REPRESENTASI DATA

MATERI 2 SISTEM BILANGAN DAN REPRESENTASI DATA MATERI SISTEM BILANGAN DAN REPRESENTASI DATA Salah satu unit dalam Central Processing Unit (CPU) sebuah sistem komputer sederhana adalah unit ALU (Arithmetic and Logic Unit). Ada empat operasi dasar yang

Lebih terperinci

DCH1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer

DCH1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer DCH1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer Tim Dosen KPKK Kelompok Keahlian Representasi Data 1 8/30/2016 Pendahuluan (Resume) Apa yang dimaksud dengan representasi data? Mengapa komputer menganut sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.4 Latar Belakang. Dalam kondisi administrasi Dinas Komunikasi dan Informatika sekarang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.4 Latar Belakang. Dalam kondisi administrasi Dinas Komunikasi dan Informatika sekarang sangat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Dalam kondisi administrasi Dinas Komunikasi dan Informatika sekarang sangat kurang maksimal dalam pencarian data seorang pegawai. Sulitnya mencari data pegawai dikarenakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Konsep Dasar Membangun Aplikasi Berbasis Web

BAB II LANDASAN TEORI Konsep Dasar Membangun Aplikasi Berbasis Web BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Membangun Aplikasi Berbasis Web Aplikasi berbasis web adalah aplikasi yang dijalankan melalui browser dan diakses melalui jaringan komputer. Aplikasi berbasis web

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PHP 5 ENCODER

RANCANG BANGUN PHP 5 ENCODER RANCANG BANGUN PHP 5 ENCODER Ali Latiful Aprianto¹, Idris Winarno, SST M.Kom² ¹Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika, ²Dosen Jurusan Teknik Informatika Jurusan Teknik Informatika Politeknik Elektronika

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Pesan terkadang mengandung sebuah informasi yang sangat penting yang harus dijaga kerahasiaannya. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keselamatan pasien di dalam Undang-Undang Rumah Sakit tahun 2009 tentang asas dan tujuan pada pasal dua menyatakan bahwa rumah sakit diselenggarakan berasaskan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya Rizky (2010) dalam penelitiannya telah membuat aplikasi berbasis Java Mobile yang memanfaatkan QR Code dan QR Code Scanner untuk akses informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB III. ANALISIS MASALAH

BAB III. ANALISIS MASALAH BAB III. ANALISIS MASALAH Pada bab ini, akan dijelaskan analisis permasalahan dan solusi untuk mengatasi masalah dalam tugas akhir ini. Solusi yang dipaparkan bisa berupa adaptasi algoritma pada implementasi

Lebih terperinci

SE (QR) CODE. Universitas Sumatera Utara

SE (QR) CODE. Universitas Sumatera Utara ANALISISS DAN PERANCANGAN KODE MATRIKS DUA DIMENSI QUICK RESPONS SE (QR) CODE SKRIPSI ARIADI 071401044 PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTE ER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahirnya teknologi informasi komputer dan fasilitas pendukungnya seperti layanan internet saat ini membuat perkembangan yang sangat luas. Segala informasi-informasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Masalah dalam sisitem ini adalah bagaimana agar sistem ini dapat membantu pengguna sistem untuk melakukan pengamanan data (data security). Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu keinginan setiap pengguna dalam mengakses internet adalah untuk mempermudah dan mempercepat dalam mendapatkan informasi dalam bentuk teknologi jaringan internet.

Lebih terperinci

Algoritma dan Struktur Data

Algoritma dan Struktur Data Algoritma dan Struktur Data Algoritma Pemrograman Bekti Wulandari, M.Pd Kelas B TE 2014 Program Program: sederetan perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh komputer untuk menyelesaikan masalah. 3 level

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan dan kerahasiaan data merupakan hal yang sangat penting terhadap suatu data organisasi maupun pribadi supaya informasi tidak jatuh kepada pihak yang tidak diinginkan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN Kapal tanpa awak adalah kapal yang dapat bergerak dengan sendiri secara autonomous tanpa perlu instruksi dari manusia secara langsung (Roboboat, 2013). Kapal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan merupakan faktor penting di dalam penunjang transformasi antara sumber ilmu (koleksi) dengan pencari ilmu (pengunjung). Perpustakaan juga sering disebut

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT. Informasi Apotek Farmasi Dirumah Sakit Umum Ajibarang dengan peralihan

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT. Informasi Apotek Farmasi Dirumah Sakit Umum Ajibarang dengan peralihan BAB III TUJUAN DAN MANFAAT A. TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah merancang bangun aplikasi Sistem Informasi Apotek Farmasi Dirumah Sakit Umum Ajibarang dengan peralihan dari aplikasi lama ke aplikasi

Lebih terperinci

Implementasi Enkripsi File dengan Memanfaatkan Secret Sharing Scheme

Implementasi Enkripsi File dengan Memanfaatkan Secret Sharing Scheme Implementasi Enkripsi File dengan Memanfaatkan Secret Sharing Scheme Muhammad Aodyra Khaidir (13513063) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Insitut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Penelitian bertujuan untuk merancang sebuah sistem yang dapat melakukan Perancangan Aplikasi Keamanan Data Dengan Metode End Of File (EOF) dan Algoritma

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Pengertian sistem menurut Jogianto (2005 : 2) mengemukakan

BAB III LANDASAN TEORI. Pengertian sistem menurut Jogianto (2005 : 2) mengemukakan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Sistem Informasi Pengertian sistem menurut Jogianto (2005 : 2) mengemukakan bahwa sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pokok bahasan pada bab ini akan dibagi menjadi 3 tahap perancangan. Tahap perancangan pertama membahas tentang analisis. Tahap perancangan kedua membahas tentang

Lebih terperinci

Deteksi dan Koreksi Error

Deteksi dan Koreksi Error Bab 10 Deteksi dan Koreksi Error Bab ini membahas mengenai cara-cara untuk melakukan deteksi dan koreksi error. Data dapat rusak selama transmisi. Jadi untuk komunikasi yang reliabel, error harus dideteksi

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN, OPERASI ARITMATIKA DAN PENGKODEAN

SISTEM BILANGAN, OPERASI ARITMATIKA DAN PENGKODEAN SISTEM BILANGAN, OPERASI ARITMATIKA DAN PENGKODEAN REPRESENTASI DATA Data : bilangan biner atau informasi berkode biner lain yang dioperasikan untuk mencapai beberapa hasil penghitungan penghitungan aritmatik,

Lebih terperinci

SISTEM PENGKODEAN. IR. SIHAR PARLINGGOMAN PANJAITAN, MT Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara

SISTEM PENGKODEAN. IR. SIHAR PARLINGGOMAN PANJAITAN, MT Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara SISTEM PENGKODEAN IR. SIHAR PARLINGGOMAN PANJAITAN, MT Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara KODE HAMMING.. Konsep Dasar Sistem Pengkodean Kesalahan (error) merupakan masalah

Lebih terperinci

DATA KOMPUTASI & SISTEM BILANGAN

DATA KOMPUTASI & SISTEM BILANGAN DATA KOMPUTASI & SISTEM BILANGAN Data Komputasi: TIPE DATA Basis sistem komputer adalah BINER. Mesin komputer hanya mengenal kondisi BINER yang hanya terdiri 0 (NOL) atau 1 (SATU). Data Integer Data untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA PENCARIAN SEQUENTIAL SEARCH

PENERAPAN ALGORITMA PENCARIAN SEQUENTIAL SEARCH PENERAPAN ALGORITMA PENCARIAN SEQUENTIAL SEARCH PADA KAMUS ANGGREK BERBASIS ANDROID Nurul Pesari, Tjut Awaliyah Z, Aries Maesya Email: pesari.nurul@gmail.com Program Studi Ilmu Komputer Fakultas MIPA-UNPAK

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DATA

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DATA LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DATA Nama : Sarifudin Kelas / NIM : IK-1B / 3.34.11.1.22 Pengampu : Sukamto, S.Kom;M.T Jobs ke : 02 Pokok Bahasan : Operator Bahasa Java PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN

Lebih terperinci

PENGENALAN BINARY INDEXED TREE DAN APLIKASINYA

PENGENALAN BINARY INDEXED TREE DAN APLIKASINYA PENGENALAN BINARY INDEXED TREE DAN APLIKASINYA Listiarso Wastuargo-13508103 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung hallucinogenplus@yahoo.co.id ABSTRAK Makalah ini membahas tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Allah swt di dalam Al Qur annya pada Surah At-Tin Ayat 4, yaitu: bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. At-Tin:4).

BAB I PENDAHULUAN. oleh Allah swt di dalam Al Qur annya pada Surah At-Tin Ayat 4, yaitu: bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. At-Tin:4). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkaitan dengan pencitraan maka manusia adalah citra terbaik yang telah diciptakan oleh Allah swt. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Allah swt di dalam Al Qur annya

Lebih terperinci