PEDOMAN PENGGUNAAN SIMULATOR PENYANDIAN DAN PENGAWASANDIAN SISTEM KOMUNIKASI BERBASIS PERANGKAT LUNAK VISUAL C#

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN PENGGUNAAN SIMULATOR PENYANDIAN DAN PENGAWASANDIAN SISTEM KOMUNIKASI BERBASIS PERANGKAT LUNAK VISUAL C#"

Transkripsi

1 PEDOMAN PENGGUNAAN SIMULATOR PENYANDIAN DAN PENGAWASANDIAN SISTEM KOMUNIKASI BERBASIS PERANGKAT LUNAK VISUAL C# Simulator penyandian dan pengawasandian ini dirancang untuk meyimulasikan 10 jenis penyandian dan pengawasandian yaitu sebagai berikut Huffman Code, Arithmetic Code,Parity Check Code, Longitudinal Redudancy Code,Cyclic Redundacy Check Code, Checksum Code, Bose Chaudhuri Hocqueqhem Code, Hamming Code, Reed Salomon Code, dan Convolution Code. 1. Tampilan Umum Sistem Simulator modulasi digital ini dirancang menggunakan perangkat lunak Visual C# Tampilan simulator ini dibuat dengan menggunakan GUI (Graphical User Interface), supaya sistem yang dirancang terlihat lebih menarik dan mudah untuk dioperasikan. Simulator penyandian dan pengawasandian ini memberikan pilihan kepada pengguna untuk memilih jenis penyandian dan pengawasandian yang ingin disimulasikan. 2. Panduan Penggunaan Sistem Simulator penyandian dan pengawasandian menggunakan perangkat lunak Visual C# akan menampilkan hasil proses penyandian dan pengawasandian. Tampilan simulator penyandian dan pengawasandian dimulai dari menu utama dan 10 jenis penyandian yang terpisah tiap GUI-nya. 1

2 Gambar 2.1. Tampilan Utama Penyandian dan Pengawasandian. 2.1.Simulator Penyandian dan Pengawasandian Huffman Code Dasar Teori Huffman termasuk ke dalam kelas algoritma yang menggunakan metode statik. Metode statik adalah metode yang selalu menggunakan peta kode yang sama. Metode ini memiliki dua tahapan: tahap pertama untuk menghitung probabilitas kemunculan tiap simbol dan menentukan peta kodenya, dan tahap kedua untuk mengubah masukan menjadi kumpulan kode yang akan ditransmisikan. Prosedur pembentukan kode Huffman adalah sebagai berikut. 1. Mengurutkan simbol-simbol sumber mulai dari yang memiliki probabilitas terbesar hingga terkecil. 2. Menjumlahkan probabilitas dua simbol pada urutan terbawah (yaitu, dua simbol dengan probabilitas terkecil), dan kemudian mengurutkan kembali nilai-nilai yang dihasilkan. prosedur ini diulangi hingga hanya terdapat dua probabilitas yang dijumlahkan sampai Selanjutnya dilakukan penyandian, probabilitas yang terkecil pertama diberi kode '1' dan probabilitas terkecil kedua diberi kode '0'. 4. Menuliskan kode karakter dimulai dari level paling atas sampai level paling bawah 2

3 Rerata Informasi atau Entropi Sistem-sistem komunikasi umumnya mentransmisikan serangkaian karakter yang berasal dari sumber informasi. Oleh sebab itu, lebih penting untuk mengetahui rerata jumlah informasi yang dihasilkan oleh sebuah sumber informasi, daripada jumlah informasi yang dikandung oleh sebuah karakter tunggal. Entropi dinyatakan oleh Persamaan (2.1). ( ) ( ) ( ) (2.1) dengan: n = jumlah karakter; P(x i ) =probabilitas setiap kode; dan H(X) =entropi. Panjang Rata-Rata dan Efisiensi Kode Panjang sebuah kode biner adalah banyaknya digit biner (bit) di dalam kode tersebut. Panjang kode rata-rata L untuk tiap karakter sumber ditentukan sebagai berikut: ( ) (2.2) dengan: L =panjang kode rata-rata; n = jumlah karakter; P(x i ) =probabilitas setiap kode; dan ni =jumlah bit tiap kode Huffman. Peubah L menunjukan jumlah bit rata-rata yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah karakter sumber dalam penyandian sumber. Selanjutnya, parameter efisiensi kode dirumuskan sebagai: ( ) dengan: =efisiensi kode; L =panjang kode rata-rata; dan H(X) =entropi. 3 (2.3)

4 Gambar 2.2. Tampilan Simulator Penyandian Huffman Code. Petunjuk Penggunaan 1. Memasukkan kata bermakna untuk penyandian dan pengawasandian (tidak boleh lebih dari 10 karakter yang berbeda ) dan memasukkan jumlah bit error ( tidak boleh melebihi jumlah karakter masukan yang berbeda). Misalnya kata masukan adalah NAMA, jumlah bit error: Menekan tombol ENCODER untuk melakukan proses penyandian, selanjutnya akan diperoleh hasil seperti pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 merupakan hasil probabilitas tiap karakter. 4

5 Gambar 2.3. Tampilan Simulator Penyandian Huffman Code. 3. Menekan tombol untuk melakukan proses penyandian, ENCODER selanjutnya akan diperoleh hasil seperti pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 merupakan gambar proses pembentukan pohon Huffman. Gambar 2.4. Tampilan Simulator Penyandian Huffman Code. 4. Menekan tombol ENCODER terus menerus sampai total probabilitas tiap karakter paling atas bernilai 1, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5. Gambar 2.5 merupakan hasil pohon Huffman. Anda dapat membaca keterangan dalam setiap proses penyandian. 5

6 Gambar 2.5. Tampilan Simulator Penyandian Huffman Code. 5. Menekan tombol DECODER untuk melakukan proses pengawasandian, akan diperoleh hasil seperti Gambar 2.6. Gambar 2.6 merupakan hasil pengawasandian Huffman Code yang menunjukkan hasil panjang rata-rata, efisiensi, dan nilai entropi Huffman Code. Gambar 2.6. Tampilan Simulator Pengawasandian Huffman Code. 6

7 6. Menekan tombol KEMBALI KE MENU UTAMA untuk kembali ke menu utama Simulator Penyandian dan Pengawasandian Arithmetic Code. Dasar Teori Pada umumnya, algoritma kompresi data melakukan penggantian satu atau lebih karakter masukan dengan kode tertentu. Berbeda dengan cara tersebut, Arithmetic Coding menggantikan satu deretan karakter masukan dengan sebuah bilangan floating point. Keluaran arithmetic coding ini adalah satu angka yang lebih kecil dari 1 dan lebih besar atau sama dengan 0. Angka ini secara unik dapat diawasandikan sehingga menghasilkan deretan karakter yang dipakai untuk menghasilkan angka tersebut. Untuk menghasilkan angka keluaran tersebut, tiap karakter yang akan disandikan diberi satu set nilai probabilitas. Prosedur pembentukan Arithmetic Code: Langkah pertama: Mencari probabilitas tiap karakter. Langkah kedua: Setelah probabilitas tiap karakter diketahui. Tiap karakter akan diberikan rentang tertentu yang nilainya berkisar di antara 0 dan 1, sesuai dengan probabilitas yang ada. Dalam hal ini, penentuan rentang harus urut dari karakter masukan. Langkah ketiga: Membuat diagram Arithmetic. Langkah keempat: menyesuaikan urutan masukan. Langkah kelima: Mencari hasil penyandian dan pengawasandian. 7

8 Gambar 2.7. Tampilan Simulator Penyandian Arithmetic Code. Petunjuk Penggunaan 1. Memasukkan kata bermakna untuk penyandian dan pengawasandian (tidak boleh lebih dari 10 karakter yang berbeda ) dan memasukkan jumlah bit error ( tidak boleh melebihi jumlah karakter masukan yang berbeda). Misalnya kata masukan adalah NAMA, jumlah bit error: Menekan tombol ENCODER untuk melakukan proses penyandian, kemudian akan diperoleh hasil seperti tampilan pada Gambar 2.8. Gambar 2.8 merupakan hasil interval probabilitas tiap karakter. 3. Menekan tombol ENCODER PROBABILITAS terus menerus sampai interval probabilitas 1 seperti pada Gambar

9 Gambar 2.8. Tampilan Simulator Penyandian Arithmetic Code. Gambar 2.9. Tampilan Simulator Penyandian Arithmetic Code. 4. Menekan tombol ENCODER ARITHMETIC untuk melakukan proses penyandian, akan diperoleh tampilan pada Gambar Gambar 2.10 merupakan gambar proses pembentukan diagram Arithmetic. 9

10 Gambar Tampilan Simulator Penyandian Arithmetic Code. 5. Menekan tombol ENCODER terus menerus sampai semua karakter terbentuk, seperti tampilan pada Gambar Gambar 2.11 merupakan hasil diagram Arithmetic.Anda dapat membaca keterangan dalam setiap proses penyandian. Gambar Tampilan Simulator Penyandian Arithmetic Code. 10

11 6. Menekan tombol DECODER untuk melakukan proses pengawasandian, akan diperoleh hasil seperti Gambar Gambar 2.12 merupakan gambar hasil tabel Encoder. Gambar Tampilan Simulator Penyandian Arithmetic Code. 7. Menekan tombol DECODER untuk melanjutkan proses pengawasandian, akan diperoleh hasil seperti Gambar Gambar 2.13 merupakan hasil perhitungan untuk pengawasandian Arithmetic. Gambar Tampilan Simulator Pengawasandian Arithmetic Code. 11

12 8. Menekan tombol DECODER terus menerus sampai semua karakter tersandikan akan diperoleh hasil seperti Gambar Gambar 2.14 merupakan hasil perhitungan untuk pengawasandian Arithmetic. Anda dapat membaca keterangan dalam setiap pengawasandian. Gambar Tampilan Simulator Pengawasandian Arithmetic Code. 9. Menekan tombol KEMBALI KE MENU UTAMA untuk kembali ke menu utama. 2.3 Simulator Penyandian dan Pengawasandian Parity Check Code Dasar Teori Parity Check Code adalah penyandian menggunakan penambahan satu atau lebih bit untuk membuat total jumlah 1 bit menjadi genap (parity genap) atau gasal (parity gasal). Jika jumlah bit gasal (termasuk bit parity) berubah pada waktu pengiriman, maka bit parity menjadi tidak benar dan mengindikasikan adanya kesalahan pada waktu pengiriman. Oleh karena itu, bit parity merupakan kode pendeteksi kesalahan (error detecting code), dan bukan merupakan kode pengoreksi kesalahan (error correcting code) karena tidak ada cara untuk menentukan bit mana yang keliru. Data harus 12

13 diabaikan seluruhnya dan mengulangi lagi transmisi dari awal. Pada media transmisi yang terganggu, transmisi yang berhasil akan membutuhkan banyak waktu atau tidak berhasil sama sekali. Bit ekstra disebut parity redundant bit. Gambar Tampilan Simulator Penyandian Parity Check Code. Petunjuk Penggunaan 1. Memilih jenis Parity Check nya, (pilih Parity Genap atau Parity Gasal). 2. Memasukkan kata bermakna untuk penyandian dan pengawasandian (tidak ada ketentuan) dan memasukkan jumlah bit error ( tidak boleh melebihi 4 x jumlah karakter masukan ). Misalnya kata masukan adalah NAMA, parity genap dan bit error Menekan tombol ENCODER untuk melakukan proses penyandian, akan diperoleh hasil seperti pada Gambar Gambar 2.16 merupakan kata masukan diubah menjadi biner. 4. Menekan tombol ENCODER terus menerus untuk melanjutkan proses penyandian sampai mendapatkan hasil penyandian seperti pada Gambar Anda dapat membaca keterangan dalam setiap proses penyandian. 13

14 Gambar Tampilan Simulator Penyandian Parity Check Code. Gambar Tampilan Simulator Penyandian Parity Check Code. 5. Menekan tombol DECODER untuk melakukan proses pengawasandian, maka akan diperoleh hasil seperti pada Gambar Gambar 2.18 adalah gambar data yang dikirim. 14

15 Gambar Tampilan Simulator Penyandian Parity Check Code. 6. Menekan tombol DECODER terus menerus untuk melanjutkan proses pengawasandian sampai didapatkan hasil pengawasandian seperti pada Gambar Anda dapat membaca keterangan dalam setiap pengawasandian. Gambar Tampilan Simulator Pengawasandian Parity Check Code. 7. Menekan tombol KEMBALI KE MENU UTAMA untuk kembali ke tampilan utama. 15

16 2.4 Simulator Penyandian dan Pengawasandian Longitudinal Redundancy Check Dasar Teori Longitudinal Redundancy Check (LRC) merupakan pengembangan Parity Check Code yang mempunyai kemampuan deteksi error yang lebih efisien. Pada data Longitudinal Redundancy Check (LRC) dibagi menjadi sejumlah blok. Bit-bit paritas yang diletakan pada setiap karakter berfungsi sebagai LRC. Pada teknik ini, satu blok bit diatur dalam bentuk baris dan kolom. LRC menggunakan paritas genap untuk tiap kolomnya Jika dibandingkan Parity Check Code, LRC bisa mendeteksi junlah kesalahan tidak hanya gasal saja tetapi bisa genap. Tetapi pada LRC memiliki kelemahan juga yaitu jika jumlah kesalahannya 2 dan pada bit ke n dan n+8, maka tidak terdeteksi error. Karena LRCnya terdeteksi sama. Gambar Tampilan Simulator Penyandian Longitudinal Redundancy Check. Petunjuk Penggunaan 1. Memasukkan Kata bermakna: NAMA, dan Jumlah bit error : 1. 16

17 2. Menekan tombol ENCODER untuk melakukan proses penyandian,maka akan diperoleh seperti pada Gambar Gambar 2.21 merupakan kata masukan diubah menjadi biner. 3. Menekan tombol ENCODER terus menerus sampai mendapatkan hasil LRCnya seperti tampilan Gambar Anda dapat membaca keterangan dalam setiap proses penyandian. Gambar Tampilan Simulator Penyandian Longitudinal Redundancy Check. Gambar Tampilan Simulator Penyandian Longitudinal Redundancy Check. 17

18 4. Menekan tombol DECODER untuk melakukan proses pengawasandian. Kemudian diperoleh tampilan seperti pada Gambar Gambar 2.23 merupakan gambar data yang dikirim. 5. Menekan tombol DECODER terus menerus untuk melanjutkan proses pengawasandian sampai mendapatkan hasil pengawasandian seperti hasil Gambar Anda dapat membaca keterangan dalam setiap proses penyandian. Gambar Tampilan Simulator Pengawasandian Longitudinal Redundancy Check. Gambar Tampilan Simulator Pengawasandian Longitudinal Redundancy Check. 18

19 6. Menekan tombol KEMBALI KE MENU UTAMA untuk kembali ke menu utama 2.5 Simulator Penyandian dan Pengawasandian Cyclic Redundancy Code Dasar Teori Cyclic Redundancy Check (CRC) adalah teknik untuk mendeteksi kesalahan dalam data digital, tetapi tidak dapat mengoreksi ketika kesalahan terdeteksi. Hal ini digunakan terutama dalam transmisi data. Penerima memeriksa bit pengecek CRC yang sama dengan yang dikirim, untuk mendeteksi terjadinya kesalahan. CRC mempunyai kelebihan dibandingkan dengan parity check code dan LRC,yaitu hasil koreksinya lebih akurat dan juga mempunyai bit redundant yang sedikit jika dibandingkan LRC (jika bit pembaginya kurang dari 8 bit). Gambar Simulator Penyandian Cyclic Redundancy Code. Petunjuk Penggunaan 1. Memasukkan kata bermakna A. Jumlah bit error 1. Dan pembaginya 101. Karena proses penyandian dan pengawasandiannya cukup panjang maka masukkan kata bermakna disini contohnya 1 huruf saja. 2. Menekan tombol ENCODER untuk melakukan proses penyandian, kemudian diperoleh hasil seperti tampilan pada Gambar Gambar 2.26 merupakan 19

20 gambar data yang dikirim yang ditambahi 0 sebanyak 2 bit. Karena pembaginya 3 bit maka bit tambahannya jadi 2 bit. (bit tambahan= bit pembagi -1). 3. Menekan tombol ENCODER terus menerus sampai mendapatkan hasil sisa CRC nya seperti pada Gambar Anda dapat membaca keterangan dalam setiap proses penyandian. Gambar Simulator Penyandian Cyclic Redundancy Code. Gambar Simulator Penyandian Cyclic Redundancy Code. 20

21 4. Menekan tombol DECODER untuk melakukan proses pengawasandian. Sisa CRC ini digunakan untuk proses pengawasandian untuk mengecek error. Kemudian diperoleh hasil seperti pada Gambar Menekan tombol DECODER terus menerus untuk melanjutkan proses pengawasandian sampai mendapatkan hasil CRCnya dan hasil pengecekan error seperti pada Gambar Gambar Simulator Pengawasandian Cyclic Redundancy Code. Gambar Simulator Pengawasandian Cyclic Redundancy Code. 6. Tekan KEMBALI KE MENU UTAMA untuk kembali ke tampilan utama. 21

22 2.6 Simulator Penyandian dan Pengawasandian Checksum Code Dasar Teori Checksum Code adalah penyandian yang sering dipakai dalam komunikasi data untuk mendeteksi error dengan cara menembahkan bit. Metode pendeteksian error yang digunakan oleh protokol-protokol dengan lapisan lebih tinggi disebut checksum. Checksum didasarkan pada konsep redundancy bit. Pengirim menggunakan generator checksum dan penerima menggunakan pengecek checksum. Generator checksum membagi kembali data menjadi segmen-segmen yang sama pada bit n, segmen-segmen ini ditambahkan bersama-sama. Segmen yang ditambahkan disebut checksum field yang ditambahkan pada akhir data asli sebagai bit redudancy. Pengirim mengirim data ditambah checksum. Checksum Code, jika dibandingkan dengan parity check code, LRC, dan CRC, mempunyai kelebihan yaitu cara pendeteksiannya lebih sederhana dibandingkan CRC, dan hasil pendeteksiannya a juga lebih akurat dibandingkan parity check code dan LRC. Gambar Simulator Penyandian Checksum Code. Petunjuk Penggunaan 22

23 1. Memasukkan kata bermakna NAMA. Jumlah bit error Menekan tombol ENCODER untuk melakukan proses penyandian, kemudian akan diperoleh hasil seperti tampilan pada Gambar Gambar 2.31 merupakan gambar kata masukan diubah menjadi biner. 3. Menekan tombol ENCODER terus menerus untuk melanjutkan proses penyandian sampai mendapatkan hasil penyandian dan pengecekan jika data yang dikirim dan data yang diterima sama seperti tampilan Gambar Gambar Simulator Penyandian Checksum Code. Gambar Simulator Penyandian Checksum Code. 23

24 4. Menekan tombol DECODER untuk melakukan proses pengawasandian, maka akan diperoleh tampilan pada Gambar Gambar 2.33 merupakan gambar urutan bit yang mengalami error. 5. Menekan tombol DECODER terus menerus sampai mendapatkan hasil pengawasandian dan pengecekan data yang dikirim dan diterima seperti hasil pada Gambar Gambar Simulator Pengawasandian Checksum Code. Gambar Simulator Pengawasandian Checksum Code. 6. Menekan tombol KEMBALI KE MENU UTAMA untuk kembali ke menu utama. 24

25 2.7 Simulator Penyandian dan Pengawasandian Hamming Code Dasar Teori Metode hamming code bekerja dengan menyisipkan beberapa check bit ke data. Jumlah check bit yang disisipkan tergantung pada panjang data. Rumus untuk menghitung jumlah check bit yang akan disisipkan ke dalam data adalah: data 2n bit, c = (n+1) bit, dengan c adalah jumlah check bit yang disisipkan. Tabel 2.1. Hubungan antara Data dan Bit Redudancy Angka data bit Angka bit Jumlah angka bit 2 r m+r+1 (m) redundancy (r) (m+r) m1 m2 m3 r 8 m4 m5 m6 r 4 m7 r 2 r 1 Bit redudancy Gambar Posisi Bit Redudancy pada Kode Hamming Pada kode Hamming, setiap bit r adalah parity bit untuk satu kombinasi data bit : o r 1 adalah parity bit untuk satu kombinasi data bit, yaitu: 25

26 r 1 : bit 1, 3, 5, 7, 9, 11 o r 2 adalah parity bit untuk satu kombinasi data bit, yaitu: r 2 : bit 2, 3, 6, 7, 10, 11 o r 4 adalah parity bit untuk satu kombinasi data bit, yaitu: r 4 : bit 4, 5, 6, 7 o r 8 adalah parity bit untuk satu kombinasi data bit, yaitu: r 8 : bit 8, 9, 10, 11 Gambar Simulator Menu Penyandian dan Pengawasandian Hamming Code. Petunjuk Penggunaan 1. Simulator penyandian dan pengawasandian Hamming Code dibagi 2 bagian yaitu Hamming Code dalam 1 baris dan Hamming Code per karakter seperti tampilan Gambar Menekan tombol Hamming Code dalam 1 baris akan diperoleh hasil seperti tampilan Gambar

27 Gambar Simulator Penyandian Hamming Code dalam 1 Baris. 3. Memasukkan kata bermakna NA dan Jumlah bit error Menekan ENCODER untuk melakukan proses penyandian, kemudian diperoleh hasil seperti tampilan seperti pada Gambar Gambar Simulator Penyandian Hamming Code dalam 1 Baris. 5. Menekan tombol ENCODER terus menerus sampai kode Hamming terbentuk seperti tampilan pada Gambar

28 Gambar Simulator Penyandian Hamming Code dalam 1 Baris. 6. Menekan tombol DECODER untuk melakukan proses pengawasandian, kemudian akan diperoleh hasil seperti tampilan pada Gambar Decoder ini untuk mencari error pada bit keberapa dan memperbaikinya. Gambar Simulator Pengawasandian Hamming Code dalam 1 Baris. 7. Menekan tombol terus menerus untuk melanjutkan proses DECODER pengawasandian sampai menemukan error seperti pada gambar Anda dapat membaca keterangan dalam setiap proses pengawasandian. 28

29 Gambar Simulator Pengawasandian Hamming Code dalam 1 Baris. 8. Menekan KEMBALI untuk kembali ke tampilan utama. 9. Menekan tombol Hamming Code dalam 1 karakter untuk penggunaan Hamming Code per karakter. 10. Memasukan kata bermakna,misalnya NAMA dan masukkan jumlah bit error misalnya 1 seperti pada Gambar Tapi dalam simulator ini hanya memproses 3 karakter terdepan saja karena faktor tempat. Jadi hanya memproses karakter N, A,dan M saja. Gambar Simulator Penyandian Hamming Code dalam per karakter. 29

30 11. Menekan tombol ENCODER untuk melakukan proses penyandian, maka akan diperoleh tampilan seperti pada Gambar Gambar 2.43 merupakan karakter pertama yang diubah menjadi biner. Gambar Simulator Penyandian Hamming Code per Karakter. 12. Menekan tombol ENCODER terus menerus sampai kode Hamming terbentuk seperti pada Gambar Gambar 2.44 merupakan gambar hasil encoder karakter pertama (N). 30

31 Gambar Simulator Penyandian Hamming Code per Karakter. 13. Menekan tombol DECODER untuk melakukan proses pengawasandian akan tampil seperti Gambar Gambar 2.45 merupakan gambar data yang diterima. Gambar Simulator Pengawasandian Hamming Code per Karakter. 14. Menekan tombol DECODER terus menerus sampai menemukan error pada bit seperti pada Gambar Gambar Simulator Pengawasandian Hamming Code dalam per karakter. 15. Jika ingin melakukan pengkodean pada karakter ke-2 maka silakan menekan tombol Pengkodean karakter ke 2 jika tidak, maka bisa menekan tombol adadadad KEMBALI ke tampilan utama. Jika menekan Pengkodean karakter ke 2 31

32 prosesnya sama seperti pengkodean karakter 1 tapi yang diproses adalah karakter A. 2.8 Simulator Penyandian dan Pengawasandian BCH Code Dasar Teori Bose, Chaudhuri, and Hocquenghem (BCH) code merupakan sebuah metode error correction yang dibangun pada bidang finite (terbatas). Kode ini merupakan pengembangan dari Hamming code untuk multiple error correction. Kode BCH merupakan Cyclic codes dengan beberapa karakter tersusun dari m-bit yang berurutan, dengan m adalah bilangan bulat positif yang lebih besar dari 2. Pada binary BCH code terdapat beberapa parameter sebagai berikut: Panjang blok : n = 2 m - 1 Panjang bit informasi : k Jumlah bit error maksimal : t Checkbit :c=m*t Jumlah digit parity-check : n k m*t Jarak minimal : dm n 2t

33 Gambar Simulator Penyandian dan Pengawasandian BCH Code. Petunjuk Penggunaan 1. Memasukkan kata bermakna A. Jumlah bit error Menekan tombol ENCODER akan diperoleh hasil seperti tampilan Gambar Gambar Simulator Penyandian BCH Code. 3. Menekan DECODER untuk melakukan proses pengawasandian, kemudian diperoleh hasil seperti tampilan seperti pada Gambar Gambar Simulator Pengawasandian BCH Code dalam 1 Baris. 33

34 4. Menekan tombol LANJUT untuk menunjukan contoh yang lebih sederhana terbentuk seperti tampilan pada Gambar Gambar Simulator Penyandian Hamming Code dalam 1 Baris. 5. Menekan tombol LANJUT untuk melihat proses pengawasandian untuk contoh yang sederhana, kemudian akan diperoleh hasil seperti tampilan pada Gambar Gambar Simulator Pengawasandian BCH Code. 7. Menekan tombol KEMBALI KE MENU UTAMA untuk kembali ke menu utama. 2.9 Simulator Penyandian dan Pengawasandian Convolution Code Dasar Teori 34

35 Kode-kode konvolusional sangat praktis. Beberapa metode yang berbeda bahkan dapat digunakan untuk menjabarkan proses penyandian konvolusional, diantaranya diagram koneksi, polinom koneksi, diagram keadaan (state diagram). Diagram pohon (tree diagram), dan diagram teralis (trellis diagram). Pada simulator ini memperlihatkan sebuah penyandi konvolusional (2,1,2) sederhana denga n =2,k=1,dan m=2. Petunjuk Penggunaan Gambar Penyandian dan Pengawasandian Convolution Code. 1. Memasukkan kata bermakna A. Jumlah bit error Menekan tombol ENCODER akan diperoleh hasil seperti tampilan Gambar

36 Gambar Simulator Penyandian Convolution Code. 3. Menekan ENCODER terus menerus untuk melakukan proses penyandian, kemudian diperoleh hasil seperti tampilan seperti pada Gambar Gambar Simulator Penyandian Convolution Code. 4. Menekan tombol DECODER untuk melanjutkan ke proses pengawasandian terbentuk seperti tampilan pada Gambar

37 Gambar Simulator Pengawasandian Convolution Code. 8. Menekan tombol KEMBALI KE MENU UTAMA untuk kembali ke menu utama Simulator Penyandian dan Pengawasandian Reed Salomon Code Dasar Teori Sebuah kode Reed Solomon ditulis dalam bentuk RS(n,k) dengan n adalah panjang blok atau panjang kode yang terdiri dari susunan beberapa karakter, sedangkan k adalah panjang informasi atau jumlah karakter data yang akan dikodekan. Panjang block code ini dinyatakan oleh n = 2 m- 1 dengan m adalah jumlah bit per karakter sedangkan jumlah karakter parity yang harus ditambahkan untuk mengoreksi sejumlah error sebanyak n-k = 2t dengan t adalah jumlah karakter error yang mampu dikoreksi. Petunjuk Penggunaan 1. Dalam simulator Reed Salomon Code menggunakan contoh sederhana. 2. Menekan tombol ENCODER untuk melakukan proses penyandian akan diperoleh hasil seperti tampilan Gambar

38 Gambar Simulator Penyandian Reed Salomon Code. 3. Menekan DECODER terus menerus untuk melakukan proses pengawasandian, kemudian diperoleh hasil seperti tampilan seperti pada Gambar Gambar Simulator Pengawasandian Reed Salomon Code. 4. Menekan tombol KEMBALI KE MENU UTAMA untuk kembali ke menu utama. 38

BAB II DASAR TEORI. 7. Menuliskan kode karakter dimulai dari level paling atas sampai level paling bawah.

BAB II DASAR TEORI. 7. Menuliskan kode karakter dimulai dari level paling atas sampai level paling bawah. 4 BAB II DASAR TEORI 2.1. Huffman Code Algoritma Huffman menggunakan prinsip penyandian yang mirip dengan kode Morse, yaitu tiap karakter (simbol) disandikan dengan rangkaian bit. Karakter yang sering

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS 55 BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1. Hasil Pengujian dan Analisisnya 4.1.2. Huffman Code 56 (c) Gambar 4.1.. Probabilitas tiap Karakter;. Diagram Pohon Huffman Code; (c).penghitungan Huffman Code

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Tampilan simulator penyandian dan pengawasandian terdiri dari menu utama dan 10 jenis penyandian yang terpisah tiap GUI-nya.

BAB III PERANCANGAN. Tampilan simulator penyandian dan pengawasandian terdiri dari menu utama dan 10 jenis penyandian yang terpisah tiap GUI-nya. 34 BAB III PERANCANGAN 3.1. Perancangan Tampilan simulator ini dibuat dengan menggunakan GUI (Graphical User Interface), supaya sistem yang dirancang terlihat lebih menarik dan mudah untuk dioperasikan.

Lebih terperinci

Deteksi dan Koreksi Error

Deteksi dan Koreksi Error Bab 10 Deteksi dan Koreksi Error Bab ini membahas mengenai cara-cara untuk melakukan deteksi dan koreksi error. Data dapat rusak selama transmisi. Jadi untuk komunikasi yang reliabel, error harus dideteksi

Lebih terperinci

Kode Sumber dan Kode Kanal

Kode Sumber dan Kode Kanal Kode Sumber dan Kode Kanal Sulistyaningsih, 05912-SIE Jurusan Teknik Elektro Teknologi Informasi FT UGM, Yogyakarta 8.2 Kode Awalan Untuk sebuah kode sumber menjadi praktis digunakan, kode harus dapat

Lebih terperinci

KOREKSI KESALAHAN. Jumlah bit informasi = 2 k -k-1, dimana k adalah jumlah bit ceknya. a. KODE HAMMING

KOREKSI KESALAHAN. Jumlah bit informasi = 2 k -k-1, dimana k adalah jumlah bit ceknya. a. KODE HAMMING KOREKSI KESALAHAN a. KODE HAMMING Kode Hamming merupakan kode non-trivial untuk koreksi kesalahan yang pertama kali diperkenalkan. Kode ini dan variasinya telah lama digunakan untuk control kesalahan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, sehingga penggunaan komputer sebagai media komunikasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, sehingga penggunaan komputer sebagai media komunikasi bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan di bidang telekomunikasi menunjukkan grafik yang sangat pesat, sehingga penggunaan komputer sebagai media komunikasi bagi perusahaan untuk

Lebih terperinci

RANGKUMAN TEKNIK KOMUNIKASI DATA DIGITAL

RANGKUMAN TEKNIK KOMUNIKASI DATA DIGITAL RANGKUMAN TEKNIK KOMUNIKASI DATA DIGITAL DISUSUN OLEH : AHMAD DHANIZAR JUHARI (C5525) SEKOLAH TINGGI MANAGEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK PALANGKARAYA TAHUN 22 TEKNIK KOMUNIKASI DATA DIGITAL Salah

Lebih terperinci

ERROR DETECTION. Parity Check (Vertical Redudancy Check) Longitudinal Redudancy Check Cyclic Redudancy Check Checksum. Budhi Irawan, S.Si, M.

ERROR DETECTION. Parity Check (Vertical Redudancy Check) Longitudinal Redudancy Check Cyclic Redudancy Check Checksum. Budhi Irawan, S.Si, M. ERROR DETECTION Parity Check (Vertical Redudancy Check) Longitudinal Redudancy Check Cyclic Redudancy Check Checksum Budhi Irawan, S.Si, M.T Transmisi Data Pengiriman sebuah informasi akan berjalan lancar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modulation. Channel. Demodulation. Gambar 1.1. Diagram Kotak Sistem Komunikasi Digital [1].

BAB I PENDAHULUAN. Modulation. Channel. Demodulation. Gambar 1.1. Diagram Kotak Sistem Komunikasi Digital [1]. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Meneliti dan menganalisis Turbo Convolutional Coding dan Turbo Block Coding dalam hal (BER) Bit Error Rate sebagai fungsi Eb/No. 1.2. Latar Belakang Dalam sistem komunikasi

Lebih terperinci

PENYANDIAN SUMBER DAN PENYANDIAN KANAL. Risanuri Hidayat

PENYANDIAN SUMBER DAN PENYANDIAN KANAL. Risanuri Hidayat PENYANDIAN SUMBER DAN PENYANDIAN KANAL Risanuri Hidayat Penyandian sumber Penyandian yang dilakukan oleh sumber informasi. Isyarat dikirim/diterima kadang-kadang/sering dikirimkan dengan sumber daya yang

Lebih terperinci

Deteksi & Koreksi Kesalahan

Deteksi & Koreksi Kesalahan Deteksi & Koreksi Kesalahan Pendahuluan Tujuan dalam komunikasi : data benar dan utuh Masalah : Bit dapat terjadi kerusakan Penyebab : Korupnya data ketika ditransmisikan Thermal Noise Crosstalk (hub elektikal

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI DETEKSI BIT CHECK IN ERROR PADA TRANSMISI DATA TEXT DENGAN SINGLE ERROR CORRECTION MENGGUNAKAN ALGORITMA HAMMING CODE

PERANCANGAN APLIKASI DETEKSI BIT CHECK IN ERROR PADA TRANSMISI DATA TEXT DENGAN SINGLE ERROR CORRECTION MENGGUNAKAN ALGORITMA HAMMING CODE PERANCANGAN APLIKASI DETEKSI BIT CHECK IN ERROR PADA TRANSMISI DATA TEXT DENGAN SINGLE ERROR CORRECTION MENGGUNAKAN ALGORITMA HAMMING CODE Dedi Pariaman Deri (1011857) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

SIMULASI PENGIRIMAN DAN PENERIMAAN INFORMASI MENGGUNAKAN KODE BCH

SIMULASI PENGIRIMAN DAN PENERIMAAN INFORMASI MENGGUNAKAN KODE BCH SIMULASI PENGIRIMAN DAN PENERIMAAN INFORMASI MENGGUNAKAN KODE BCH Tamara Maharani, Aries Pratiarso, Arifin Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Surabaya

Lebih terperinci

Deteksi dan Koreksi Error

Deteksi dan Koreksi Error BAB 10 Deteksi dan Koreksi Error Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca memperoleh wawasan tentang: beberapa jenis kesalahan (error); teknik deteksi error; teknik memperbaiki error. 2 Deteksi dan

Lebih terperinci

Serial Communication II

Serial Communication II Serial Communication II Yunifa Miftachul Arif S.ST., M.T Asynchronous Sederhana dan murah tetapi memerlukan tambahan 2 sampai 3 bit per karakter untuk synchronisasi. Persentase tambahan dapat dikurangi

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 13 Kompresi Citra. Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 13 Kompresi Citra. Indah Susilawati, S.T., M.Eng. TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Kuliah 13 Kompresi Citra Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Informatika/Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2015 KULIAH

Lebih terperinci

DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB V DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN

DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB V DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB V DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN IF Pengertian Kesalahan Ketika melakukan pentransmisian data seringkali kita menjumpai data yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digital sebagai alat yang penting dalam teknologi saat ini menuntut adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN. digital sebagai alat yang penting dalam teknologi saat ini menuntut adanya sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya penggunaan komunikasi digital dan munculnya komputer digital sebagai alat yang penting dalam teknologi saat ini menuntut adanya sistem komunikasi yang dapat

Lebih terperinci

Perancangan Dan Simulasi Punctured Convolutional Encoder Dan Viterbi Decoder Dengan Code Rate 2/3 Menggunakan Raspberry Pi

Perancangan Dan Simulasi Punctured Convolutional Encoder Dan Viterbi Decoder Dengan Code Rate 2/3 Menggunakan Raspberry Pi Perancangan Dan Simulasi Punctured Convolutional Encoder Dan Viterbi Decoder Dengan Code Rate 2/3 Menggunakan Raspberry Pi Marjan Maulataufik 1, Hertog Nugroho 2 1,2 Politeknik Negeri Bandung Jalan Gegerkalong

Lebih terperinci

Encoding dan Decoding Kode BCH (Bose Chaudhuri Hocquenghem) Untuk Transmisi Data

Encoding dan Decoding Kode BCH (Bose Chaudhuri Hocquenghem) Untuk Transmisi Data SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Encoding dan Decoding Kode BCH (Bose Chaudhuri Hocquenghem) Untuk Transmisi Data A-3 Luthfiana Arista 1, Atmini Dhoruri 2, Dwi Lestari 3 1,

Lebih terperinci

BAB II PENGKODEAN. yang digunakan untuk melakukan hubungan komunikasi. Pada sistem komunikasi analog, sinyal

BAB II PENGKODEAN. yang digunakan untuk melakukan hubungan komunikasi. Pada sistem komunikasi analog, sinyal BAB II PENGKODEAN 2.1 Sistem Komunikasi Digital Dalam sistem telekomunikasi digital tedapat dua jenis sistem telekomunikasi, yaitu sistem komunikasi analog dan sistem komunikasi digital. Perbedaan keduanya

Lebih terperinci

Sandi Blok. Risanuri Hidayat Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi FT UGM

Sandi Blok. Risanuri Hidayat Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi FT UGM Sandi Blok Risanuri Hidayat Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi FT UGM Sandi Blok disebut juga sebagai sandi (n, k) sandi. Sebuah blok k bit informasi disandikan menjadi blok n bit. Tetapi sebelum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS Simulasi ini bertujuan untuk meneliti Turbo Coding dalam hal Bit Error Rate (). Pada bagian ini akan ditunjukkan pengaruh jumlah shift register, interleaver, jumlah iterasi

Lebih terperinci

DESAIN ENCODER-DECODER BERBASIS ANGKA SEMBILAN UNTUK TRANSMISI INFORMASI DIGITAL

DESAIN ENCODER-DECODER BERBASIS ANGKA SEMBILAN UNTUK TRANSMISI INFORMASI DIGITAL Desain Encoder-Decoder Berbasis Angka Sembilan Untuk Transmisi Informasi Digital 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43

Lebih terperinci

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Linear Block Code

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Linear Block Code TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Linear Block Code S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom Oleh: Linda Meylani Agus D. Prasetyo Tujuan Pembelajaran Memahami fungsi dan parameter

Lebih terperinci

Implementasi Encoder dan decoder Hamming pada TMS320C6416T

Implementasi Encoder dan decoder Hamming pada TMS320C6416T Implementasi Encoder dan decoder Hamming pada TMS320C6416T oleh : ANGGY KUSUMA DEWI WISMAL (2211105016) Pembimbing 1 Dr. Ir. Suwadi, MT Pembimbing 2 Titiek Suryani, MT Latar Belakang Pada pengiriman data,

Lebih terperinci

SIMULASI LOW DENSITY PARITY CHECK (LDPC) DENGAN STANDAR DVB-T2. Yusuf Kurniawan 1 Idham Hafizh 2. Abstrak

SIMULASI LOW DENSITY PARITY CHECK (LDPC) DENGAN STANDAR DVB-T2. Yusuf Kurniawan 1 Idham Hafizh 2. Abstrak SIMULASI LOW DENSITY PARITY CHECK (LDPC) DENGAN STANDAR DVB-T2 Yusuf Kurniawan 1 Idham Hafizh 2 1,2 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Intitut Teknologi Bandung 2 id.fizz@s.itb.ac.id Abstrak Artikel

Lebih terperinci

DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN

DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN 1. DETEKSI KESALAHAN Pengiriman informasi yang menggunakan sinyal digital atau analog selalu mengalami perubahan yang dialami oleh informasi tersebut. Perubahan tersebut bias

Lebih terperinci

Teknik Komunikasi Data Digital

Teknik Komunikasi Data Digital Komdat4.doc-1 Teknik Komunikasi Data Digital Sinkronisasi : Adalah satu kunci kerja dari komunikasi data. Transmiter mengirimkan pesan 1 bit pada satu saat melalui medium ke receiver. Receiver harus menandai

Lebih terperinci

Data Communication. Week 13 Data Link Layer (Error Correction) 13Susmini I. Lestariningati, M.T

Data Communication. Week 13 Data Link Layer (Error Correction) 13Susmini I. Lestariningati, M.T Week 13 Data Link Layer (Error Correction) 13Susmini I. Lestariningati, M.T Error Correction Error correction may generally be realized in two different ways: Forward error correction (FEC): The sender

Lebih terperinci

SIMULASI KODE HAMMING, KODE BCH, DAN KODE REED-SOLOMON UNTUK OPTIMALISASI FORWARD ERROR CORRECTION

SIMULASI KODE HAMMING, KODE BCH, DAN KODE REED-SOLOMON UNTUK OPTIMALISASI FORWARD ERROR CORRECTION SIMULASI KODE HAMMING, KODE BCH, DAN KODE REED-SOLOMON UNTUK OPTIMALISASI FORWARD ERROR CORRECTION SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi Informatika

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA KODE REED-SOLOMON

PERBANDINGAN KINERJA KODE REED-SOLOMON PERBANDINGAN KINERJA KODE REED-SOLOMON DENGAN KODE BOSE- CHAUDHURI-HOCQUENGHEM MENGGUNAKAN MODULASI DIGITAL FSK, DPSK, DAN QAM PADA KANAL AWGN, RAYLEIGH, DAN RICIAN oleh Liang Arta Saelau NIM : 612011023

Lebih terperinci

Makalah Teori Persandian

Makalah Teori Persandian Makalah Teori Persandian Dosen Pengampu : Dr. Agus Maman Abadi Oleh : Septiana Nurohmah (08305141002) Ayu Luhur Yusdiana Y (08305141028) Muhammad Alex Sandra (08305141036) David Arianto (08305141037) Beni

Lebih terperinci

BAB 3 MEKANISME PENGKODEAAN CONCATENATED VITERBI/REED-SOLOMON DAN TURBO

BAB 3 MEKANISME PENGKODEAAN CONCATENATED VITERBI/REED-SOLOMON DAN TURBO BAB 3 MEKANISME PENGKODEAAN CONCATENATED VITERBI/REED-SOLOMON DAN TURBO Untuk proteksi terhadap kesalahan dalam transmisi, pada sinyal digital ditambahkan bit bit redundant untuk mendeteksi kesalahan.

Lebih terperinci

SISTEM PENGKODEAN. IR. SIHAR PARLINGGOMAN PANJAITAN, MT Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara

SISTEM PENGKODEAN. IR. SIHAR PARLINGGOMAN PANJAITAN, MT Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara SISTEM PENGKODEAN IR. SIHAR PARLINGGOMAN PANJAITAN, MT Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara KODE HAMMING.. Konsep Dasar Sistem Pengkodean Kesalahan (error) merupakan masalah

Lebih terperinci

Deteksi dan Koreksi Error

Deteksi dan Koreksi Error BAB 10 Deteksi dan Koreksi Error Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca memperoleh wawasan tentang: beberapa jenis kesalahan (error); teknik deteksi error; teknik memperbaiki error. 2 Deteksi dan

Lebih terperinci

Block Coding KOMUNIKASI DATA OLEH : PUTU RUSDI ARIAWAN ( )

Block Coding KOMUNIKASI DATA OLEH : PUTU RUSDI ARIAWAN ( ) Block Coding KOMUNIKASI DATA OLEH : (0804405050) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010 Block Coding Block coding adalah salah satu kode yang mempunyai sifat forward error

Lebih terperinci

BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN

BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN TEKNIK DIGITAL/HAL. 8 BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN ARITMATIKA BINER Operasi aritmatika terhadap bilangan binari yang dilakukan oleh komputer di ALU terdiri dari 2 operasi yaitu operasi penambahan dan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIT ERROR RATE KODE REED-SOLOMON DENGAN KODE BOSE-CHAUDHURI-HOCQUENGHEM MENGGUNAKAN MODULASI 32-FSK

PERBANDINGAN BIT ERROR RATE KODE REED-SOLOMON DENGAN KODE BOSE-CHAUDHURI-HOCQUENGHEM MENGGUNAKAN MODULASI 32-FSK PERBANDINGAN BIT ERROR RATE KODE REED-SOLOMON DENGAN KODE BOSE-CHAUDHURI-HOCQUENGHEM MENGGUNAKAN MODULASI 3-FSK Eva Yovita Dwi Utami*, Liang Arta Saelau dan Andreas A. Febrianto Program Studi Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Teori Pengkodean (Coding Theory) adalah ilmu tentang sifat-sifat kode

BAB III PEMBAHASAN. Teori Pengkodean (Coding Theory) adalah ilmu tentang sifat-sifat kode BAB III PEMBAHASAN A. Kode Reed Solomon 1. Pengantar Kode Reed Solomon Teori Pengkodean (Coding Theory) adalah ilmu tentang sifat-sifat kode dan aplikasinya. Kode digunakan untuk kompresi data, kriptografi,

Lebih terperinci

Sifat Dan Karakteristik Kode Reed Solomon Beserta Aplikasinya Pada Steganography

Sifat Dan Karakteristik Kode Reed Solomon Beserta Aplikasinya Pada Steganography SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Sifat Dan Karakteristik Kode Reed Solomon Beserta Aplikasinya Pada Steganography A-4 Nurma Widiastuti, Dwi Lestari, Atmini Dhoruri Fakultas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SIMULASI PENGKODEAN HAMMING UNTUK MENGHITUNG BIT ERROR RATE

TUGAS AKHIR SIMULASI PENGKODEAN HAMMING UNTUK MENGHITUNG BIT ERROR RATE TUGAS AKHIR SIMULASI PENGKODEAN HAMMING UNTUK MENGHITUNG BIT ERROR RATE Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro Oleh :

Lebih terperinci

Desain dan Simulasi Encoder-Decoder Berbasis Angka Sembilan Untuk Transmisi Informasi Digital

Desain dan Simulasi Encoder-Decoder Berbasis Angka Sembilan Untuk Transmisi Informasi Digital Yuhanda, Desain Encoder-Decoder Berbasis Angka Sembilan Untuk Transmisi Informasi Digital 163 Desain dan Simulasi Encoder-Decoder Berbasis Angka Sembilan Untuk Transmisi Informasi Digital Bobby Yuhanda

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK DETEKSI BIT ERROR DENGAN IMPLEMENTASI LONGITUDINAL REDUNDANCY CHECK (LRC) PADA TRANSMISI DATA

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK DETEKSI BIT ERROR DENGAN IMPLEMENTASI LONGITUDINAL REDUNDANCY CHECK (LRC) PADA TRANSMISI DATA PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK DETEKSI BIT ERROR DENGAN IMPLEMENTASI LONGITUDINAL REDUNDANCY CHECK (LRC) PADA TRANSMISI DATA Rivalri Kristianto Hondro Dosen Tetap STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

Algoritma Perhitungan Langsung pada Cyclic Redundancy Code 32

Algoritma Perhitungan Langsung pada Cyclic Redundancy Code 32 Algoritma Perhitungan Langsung pada Cyclic Redundancy Code 32 1 Swelandiah Endah Pratiwi dan 2 Anna Kurniawati Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Gunadarma swelandiah@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

[TTG4J3] KODING DAN KOMPRESI. Oleh : Ledya Novamizanti Astri Novianty. Prodi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom

[TTG4J3] KODING DAN KOMPRESI. Oleh : Ledya Novamizanti Astri Novianty. Prodi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom [TTG4J3] KODING DAN KOMPRESI Oleh : Ledya Novamizanti Astri Novianty Prodi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom Jika jumlah simbol pada source nya kecil, dan probabilitas

Lebih terperinci

METODE HAMMING PENDAHULUAN. By Galih Pranowo ing

METODE HAMMING PENDAHULUAN. By Galih Pranowo  ing METODE HAMMING By Galih Pranowo Emailing ga_pra_27@yahoo.co.id PENDAHULUAN Dalam era kemajuan teknologi komunikasi digital, maka persoalan yang utama adalah bagaimana menyandikan isyarat analog menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kompresi 2.1.1 Sejarah kompresi Kompresi data merupakan cabang ilmu komputer yang bersumber dari Teori Informasi. Teori Informasi sendiri adalah salah satu cabang Matematika yang

Lebih terperinci

BAB II TEKNIK PENDETEKSIAN KESALAHAN

BAB II TEKNIK PENDETEKSIAN KESALAHAN BAB II TEKNIK PENDETEKSIAN KESALAHAN Pendetaksian dan pembetulan kesalahan sering digunakan pada komunikasi data untuk mengatasi adanya korupsi dan atau informasi yang hilang dari isyarat data yang datang

Lebih terperinci

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP JURNAL TEKNIK ITS Vol., No. 1, (215) ISSN: 2337539 (231-9271 Print) A Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP Desrina Elvia,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG MAKALAH Disusun oleh : M. Dwi setiyo 14670015 INFORMATIKA 3A Program Studi Informatika Fakultas Teknik UNIVERSITAS PGRI SEMARANG Oktober, 2015 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

INTEGRITAS DATA. Objektif: Mengetahui maksud ralat dalam komunikasi data Memahami teknik mengenal error dan membetulkan error

INTEGRITAS DATA. Objektif: Mengetahui maksud ralat dalam komunikasi data Memahami teknik mengenal error dan membetulkan error INTEGRITAS DATA Objektif: Mengetahui maksud ralat dalam komunikasi data Memahami teknik mengenal error dan membetulkan error Pendahuluan Metoda Pengujian Ralat Parity Checking Vertical Redundancy Check

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR SIMULASI PENYANDIAN KONVOLUSIONAL

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR SIMULASI PENYANDIAN KONVOLUSIONAL MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR SIMULASI PENYANDIAN KONVOLUSIONAL Dwi Sulistyanto 1, Imam Santoso 2, Sukiswo 2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto, Tembalang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan teknologi komputer memberikan banyak manfaat bagi manusia di berbagai aspek kehidupan, salah satu manfaatnya yaitu untuk menyimpan data, baik data berupa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Sebagai acuan penulisan penelitian ini diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam sub bab ini akan diberikan beberapa landasan teori berupa pengertian,

Lebih terperinci

8.0 Penyandian Sumber dan Penyandian Kanal

8.0 Penyandian Sumber dan Penyandian Kanal MEI 2010 8.0 Penyandian Sumber dan Penyandian Kanal Karakteristik umum sinyal yang dibangkitkan oleh sumber fisik adalah sinyal tsb mengandung sejumlah informasi yang secara signifikan berlebihan. Transmisi

Lebih terperinci

DETEKSI DAN KOREKSI MULTI BIT ERROR DENGAN PARTITION HAMMING CODE

DETEKSI DAN KOREKSI MULTI BIT ERROR DENGAN PARTITION HAMMING CODE DETEKSI DAN KOREKSI MULTI BIT ERROR DENGAN PARTITION HAMMING CODE Fajar Muhajir 1, Syahril Efendi 2 & Sutarman 3 1,2,3 Program Studi Pasca Sarjana, Teknik Informatika, Universitas Sumatera Utara Jl. Universitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT

LAMPIRAN PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT LAMPIRAN PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT Simulator modulasi digital menggunakan perangkat lunak Matlab ini akan menampilkan hasil proses modulasi dan demodulasi, mulai dari isyarat masukan, isyarat pembawa, isyarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone,

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone, BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Sekarang ini teknologi untuk berkomunikasi sangatlah mudah. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone, internet, dan berbagai macam peralatan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE HUFFMAN DALAM PEMAMPATAN CITRA DIGITAL

PENERAPAN METODE HUFFMAN DALAM PEMAMPATAN CITRA DIGITAL PENERPN MEODE HUFFMN DLM PEMMPN CIR DIGIL Edy Victor Haryanto Universitas Potensi Utama, Jl. K.L. os Sudarso Km. 6,5 No. 3 j Mulia Medan edy@potensi-utama.ac.id, edyvictor@gmail.com abstrak Citra adalah

Lebih terperinci

KONSTRUKSI KODE BCH SEBAGAI KODE SIKLIK Indrawati, Loeky Haryanto, Amir Kamal Amir.

KONSTRUKSI KODE BCH SEBAGAI KODE SIKLIK Indrawati, Loeky Haryanto, Amir Kamal Amir. KONSTRUKSI KODE BCH SEBAGAI KODE SIKLIK Indrawati, Loeky Haryanto, Amir Kamal Amir. Abstrak Diberikan suatu polinom primitif f(x) F q [x] berderajat m, lapangan F q [x]/(f(x)) isomorf dengan ruang vektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang pesat telah menjadi peran yang sangat penting untuk pertukaran informasi yang cepat. Kecepatan pengiriman informasi dalam bentuk

Lebih terperinci

SANDI PROTEKSI GALAT YANG TIDAK SAMA SECARA SERIAL BERDASARKAN MODULASI TRELLIS TERSANDI DENGAN KONSTELASI SINYAL ASK

SANDI PROTEKSI GALAT YANG TIDAK SAMA SECARA SERIAL BERDASARKAN MODULASI TRELLIS TERSANDI DENGAN KONSTELASI SINYAL ASK Sandi Proteksi Galat yang Tidak Sama secara Serial Berdasarkan Modulasi Trellis Tersandi dengan Konstelasi Sinyal ASK (Eva Yovita Dwi Utami) SANDI PROTEKSI GALAT YANG TIDAK SAMA SECARA SERIAL BERDASARKAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Turbo Coding

BAB II DASAR TEORI 2.1. Turbo Coding BAB II DASAR TEORI 2.1. Turbo Coding Turbo Coding merupakan salah satu channel coding yang memiliki kinerja yang baik dalam mengoreksi galat pada sistem komunikasi. Turbo coding terbagi menjadi dua bagian

Lebih terperinci

[TTG4J3] KODING DAN KOMPRESI. Oleh : Ledya Novamizanti Astri Novianty. Prodi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom

[TTG4J3] KODING DAN KOMPRESI. Oleh : Ledya Novamizanti Astri Novianty. Prodi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom [TTG4J3] KODING DAN KOMPRESI Oleh : Ledya Novamizanti Astri Novianty Prodi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom Optimal code pertama yang dikembangkan oleh David Huffman

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) A-192

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) A-192 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-192 Implementasi Dan Evaluasi Kinerja Encoder-Decoder Reed Solomon Pada M-Ary Quadrature Amplitude Modulation (M-Qam) Mengunakan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN Kapal tanpa awak adalah kapal yang dapat bergerak dengan sendiri secara autonomous tanpa perlu instruksi dari manusia secara langsung (Roboboat, 2013). Kapal ini

Lebih terperinci

Evaluasi Kompleksitas Pendekodean MAP pada Kode BCH Berdasarkan Trellis Terbagi

Evaluasi Kompleksitas Pendekodean MAP pada Kode BCH Berdasarkan Trellis Terbagi 58 JNTETI, Vol 6, No 1, Februari 2017 Evaluasi Kompleksitas Pendekodean pada Kode BCH Berdasarkan Trellis Terbagi Emir Husni 1, Dimas Pamungkas 2 Abstract Soft decoding of block codes can be done by representing

Lebih terperinci

BROADCAST PADA KANAL WIRELESS DENGAN NETWORK CODING Trisian Hendra Putra

BROADCAST PADA KANAL WIRELESS DENGAN NETWORK CODING Trisian Hendra Putra BROADCAST PADA KANAL WIRELESS DENGAN NETWORK CODING Trisian Hendra Putra 2205100046 Email : trisian_87@yahoo.co.id Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi

Lebih terperinci

C. ALAT DAN BAHAN 1. XOR_2 2. LOGICTOGGLE 3. LOGICPROBE (BIG)

C. ALAT DAN BAHAN 1. XOR_2 2. LOGICTOGGLE 3. LOGICPROBE (BIG) No. LST/PTI/PTI264/08 Revisi: 00 Tgl: September 2014 Page 1 of 5 A. TUJUAN Setelah mengikuti perkuliahan praktik, diharapkan mahasiswa memiliki kedisiplinan, tanggung jawab dan kepercayaan diri untuk mampu:

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA CODED OFDM MENGGUNAKAN KODE CONVOLUTIONAL PADA KANAL AWGN DAN RAYLEIGH FADING

ANALISIS UNJUK KERJA CODED OFDM MENGGUNAKAN KODE CONVOLUTIONAL PADA KANAL AWGN DAN RAYLEIGH FADING ANALISIS UNJUK KERJA CODED OFDM MENGGUNAKAN KODE CONVOLUTIONAL PADA KANAL AWGN DAN RAYLEIGH FADING F. L. H. Utomo, 1 N.M.A.E.D. Wirastuti, 2 IG.A.K.D.D. Hartawan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

SIMULASI KODE HAMMING, KODE BCH, DAN KODE REED-SOLOMON UNTUK OPTIMALISASI FORWARD ERROR CORRECTION

SIMULASI KODE HAMMING, KODE BCH, DAN KODE REED-SOLOMON UNTUK OPTIMALISASI FORWARD ERROR CORRECTION SIMULASI KODE HAMMING, KODE BCH, DAN KODE REED-SOLOMON UNTUK OPTIMALISASI FORWARD ERROR CORRECTION Makalah Program Studi Informatika Fakultas Komunikasi dan Informatika Disusun oleh: Eko Fuji Setiawan

Lebih terperinci

Aplikasi Penggambar Pohon Biner Huffman Untuk Data Teks

Aplikasi Penggambar Pohon Biner Huffman Untuk Data Teks Aplikasi Penggambar Pohon Biner Huffman Untuk Data Teks Fandi Susanto STMIK MDP Palembang fandi@stmik-mdp.net Abstrak: Di dalam dunia komputer, semua informasi, baik berupa tulisan, gambar ataupun suara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempermudah aktivitas sehari-hari. Penggunaan komunikasi dan media komputer

BAB 1 PENDAHULUAN. mempermudah aktivitas sehari-hari. Penggunaan komunikasi dan media komputer BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem teknologi, informasi dan komunikasi dari waktu ke waktu berkembang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai sistem teknologi, informasi

Lebih terperinci

Implementasi Encoder dan Decoder BCH Menggunakan DSK TMS320C6416T

Implementasi Encoder dan Decoder BCH Menggunakan DSK TMS320C6416T JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Implementasi Encoder dan Decoder BCH Menggunakan DSK TMS320C6416T Mohammad Sutarto, Dr. Ir. Suwadi, MT 1), Ir. Titiek Suryani, MT. 2) Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu : Nopember 2009 - Maret 2010 Tempat : Laboratorium Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung. B. Metode Penelitian Metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Waktu penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemungkinan terjadinya pengiriman ulang file gambar akibat error, yaitu karena : noise,

BAB I PENDAHULUAN. Kemungkinan terjadinya pengiriman ulang file gambar akibat error, yaitu karena : noise, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aplikasi adalah salah satu layanan yang disediakan Internet/ intranet dengan tujuan sebagai kegiatan percakapan interaktif antar sesama pengguna komputer yang terhubung

Lebih terperinci

KODE LEXICOGRAPHIC UNTUK MEMBANGUN KODE HAMMING (7, 4, 3) DAN PERLUASAN KODE GOLAY BINER (24, 12, 8)

KODE LEXICOGRAPHIC UNTUK MEMBANGUN KODE HAMMING (7, 4, 3) DAN PERLUASAN KODE GOLAY BINER (24, 12, 8) KODE LEXICOGRAPHIC UNTUK MEMBANGUN KODE HAMMING (7, 4, 3) DAN PERLUASAN KODE GOLAY BINER (24, 12, 8) SKRIPSI Oleh : AURORA NUR AINI J2A 005 009 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

VISUALISASI KINERJA PENGKODEAN MENGGUNAKAN ALGORITMA VITERBI

VISUALISASI KINERJA PENGKODEAN MENGGUNAKAN ALGORITMA VITERBI VISUALISASI KINERJA PENGKODEAN MENGGUNAKAN ALGORITMA VITERBI Aslam mahyadi 1, Arifin,MT 1 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi Kampus ITS, Surabaya 60111 e-mail : meaninglife@yahoo.com

Lebih terperinci

Implementasi Encoder dan Decoder BCH Menggunakan DSK TMS320C6416T

Implementasi Encoder dan Decoder BCH Menggunakan DSK TMS320C6416T JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-29 Implementasi Encoder dan Decoder BCH Menggunakan DSK TMS320C6416T Mohammad Sutarto, Dr. Ir. Suwadi, MT 1), Ir. Titiek Suryani,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Pemancar dan Penerima Sistem MC-CDMA [1].

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Pemancar dan Penerima Sistem MC-CDMA [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Multicarrier Code Divison Multiple Access (MC-CDMA) MC-CDMA merupakan teknik meletakkan isyarat yang akan dikirimkan dengan menggunakan beberapa frekuensi pembawa (subpembawa).

Lebih terperinci

SIMULASI DETEKSI BIT ERROR MENGGUNAKAN METODE HAMMING CODE BERBASIS WEB

SIMULASI DETEKSI BIT ERROR MENGGUNAKAN METODE HAMMING CODE BERBASIS WEB Jurnal Dinamika Informatika Volume 5, Nomor 2, September 2016 ISSN 1978-1660 SIMULASI DETEKSI BIT ERROR MENGGUNAKAN METODE HAMMING CODE BERBASIS WEB Rizqa Gardha Mahendra 1, Marti Widya Sari 2, Meilany

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori pendeteksian error dan pengoreksi sandi adalah cabang dari teknik mesin dan matematika yang berhubungan dengan transmisi dan storage yang dapat dipercaya. Dalam

Lebih terperinci

STUDI ALGORITMA ADLER, CRC, FLETCHER DAN IMPLEMENTASI PADA MAC

STUDI ALGORITMA ADLER, CRC, FLETCHER DAN IMPLEMENTASI PADA MAC STUDI ALGORITMA ADLER, CRC, FLETCHER DAN IMPLEMENTASI PADA MAC Andi Setiawan NIM : 13506080 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail : if16080@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

FLOW CONTROL & ERROR CONTROL. Fungsi SUBLAYER LLC pada datalink

FLOW CONTROL & ERROR CONTROL. Fungsi SUBLAYER LLC pada datalink FLOW CONTROL & ERROR CONTROL Fungsi SUBLAYER LLC pada datalink bertanggung jawab terhadap kontrol data link, termasuk flow control dan error control FLOW CONTROL Model Kendali Aliran Aliran data masuk

Lebih terperinci

Table of Contents. Table of Contents 1

Table of Contents. Table of Contents 1 Table of Contents Table of Contents 1 1 Pendahuluan 2 1.1 Koreksi dan deteksi pola kesalahan....................... 5 1.2 Laju Informasi.................................. 6 1.3 Efek dari penambahan paritas..........................

Lebih terperinci

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Convolutional Coding

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Convolutional Coding TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Convolutional Coding S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom Oleh: Linda Meylani Agus D. Prasetyo Tujuan Pembelajaran Memahami proses encoding dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI ERROR CORRECTION DENGAN PENGGABUNGAN TEKNIK REED-SOLOMON CODE (5,5) DAN BCH CODE (5,5) MENGGUNAKAN DSK TMS320C673 BERBASIS SIMULINK SKRIPSI KHOTMAN HILMY FAJRIAN 00503086

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Himpunan merupakan suatu kumpulan obyek-obyek yang didefinisikan. himpunan bilangan prima kurang dari 12 yaitu A = {2,3,5,7,11}.

BAB II KAJIAN TEORI. Himpunan merupakan suatu kumpulan obyek-obyek yang didefinisikan. himpunan bilangan prima kurang dari 12 yaitu A = {2,3,5,7,11}. BAB II KAJIAN TEORI A. Lapangan Berhingga Himpunan merupakan suatu kumpulan obyek-obyek yang didefinisikan dengan jelas pada suatu batasan-batasan tertentu. Contoh himpunan hewan berkaki empat H4 ={sapi,

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI 2.1. Algoritma Huffman Algortima Huffman adalah algoritma yang dikembangkan oleh David A. Huffman pada jurnal yang ditulisnya sebagai prasyarat kelulusannya di MIT. Konsep dasar dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kompresi Data Kompresi data adalah proses mengkodekan informasi menggunakan bit atau information-bearing unit yang lain yang lebih rendah daripada representasi data yang tidak

Lebih terperinci

Penggunaan Logika Even Parity pada Beberapa Error Correction Code Terutama pada Hamming Code

Penggunaan Logika Even Parity pada Beberapa Error Correction Code Terutama pada Hamming Code Penggunaan Logika Even Parity pada Beberapa Error Correction Code Terutama pada Hamming Code Kevin Tirtawinata NIM 13507097 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institute

Lebih terperinci

Perbandingan rate kode konvolusi dan aplikasinya pada cdma

Perbandingan rate kode konvolusi dan aplikasinya pada cdma Perbandingan rate kode konvolusi dan aplikasinya pada cdma Nanang Kurniawan 1, Yoedy Moegiharto 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi 2 Politeknik Elektronika

Lebih terperinci

Jaringan Komputer (IF8505) Data link layer. Materi. Prinsip dasar Peran data link layer Framing Error handling Flow control Contoh: HDLC, PPP

Jaringan Komputer (IF8505) Data link layer. Materi. Prinsip dasar Peran data link layer Framing Error handling Flow control Contoh: HDLC, PPP Jaringan Komputer (IF8505) Data link layer Materi Prinsip dasar Peran data link layer Framing Error handling Flow control Contoh: HDLC, PPP 2 Materi Prinsip dasar Peran data link layer Framing Error handling

Lebih terperinci

JURNAL IT STMIK HANDAYANI

JURNAL IT STMIK HANDAYANI VOLUME 5, DESEMBER 04 Sitti Zuhriyah Sistem Komputer, STMIK Handayani Makassar zuhriyahsompa@yahoo.com Abstrak Di dalam dunia komputer, semua informasi, baik berupa tulisan, gambar ataupun suara semuanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis memaparkan teori-teori ilmiah yang didapat dari metode pencarian fakta yang digunakan untuk mendukung penulisan skripsi ini dan sebagai dasar pengembangan sistem

Lebih terperinci

ENCODING DAN TRANSMISI. Budhi Irawan, S.Si, M.T

ENCODING DAN TRANSMISI. Budhi Irawan, S.Si, M.T ENCODING DAN TRANSMISI Budhi Irawan, S.Si, M.T ENCODING Encoding atau penyandian atau pengodean adalah teknik yang digunakan untuk mengubah sebuah karakter pada informasi digital kedalam bentuk biner sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kompresi Data Kompresi adalah mengecilkan/ memampatkan ukuran. Kompresi Data adalah teknik untuk mengecilkan data sehingga dapat diperoleh file dengan ukuran yang lebih kecil

Lebih terperinci