BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Pengolahan Data Harian Divisi operasional di JNE Logistics and Distribution bertanggung jawab untuk memastikan bahwa komoditas dari vendor-vendor yang memakai jasa JNE Logistics and Distribution dapat sampai ke tangan konsumen yang memesan komoditas-komoditas tersebut. Pengamatan dilakukan selama satu bulan di JNE Logistics and Distribution, yaitu dari tanggal 29 April 2013 sampai 31 Mei 2013 (atau terdata sebagai 27 hari operasional yang terdiri dari 24 hari kerja dan 3 hari Sabtu). Vendor yang teramati menggunakan jasa operasional dari JNE Logistics and Distribution antara lain adalah PT Global Digital Niaga, PT Erafone Artha Retailindo, PT Jaya Makmur, PT Rajawali Pembaharuan, Global Teleshop, Tru Online, dan Plasa.com. Dari segi sumber daya manusia, tenaga yang berinteraksi langsung dengan konsumen akhir adalah kurir maupun supir. Pada periode pengamatan, sejumlah 16 kurir dan 2 supir tercatat mengantarkan komoditas dari vendor kepada konsumen akhir, dengan banyak staf yang bertugas per hari berkisar antara 5 sampai 15 orang (lihat Tabel 4.1). Namun, untuk hari kerja (Senin sampai Jumat), jumlah kurir minimum yang bertugas adalah delapan orang. Mekanisme pengaturan kurir di Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution adalah sebagai berikut: o Ada tiga kurir khusus yang mempunyai wilayah pelayanan masing-masing, dimana prioritas utama mereka adalah untuk mengantar paket ke titik-titik lokasi konsumen pada wilayah pelayanan masing-masing. Tiga kurir khusus ini tidak perlu melapor ke depot setelah menyelesaikan tugas pengantaran. Tipe VRP yang selama ini diterapkan oleh tiga kurir khusus ini adalah Open Vehicle Routing Problem (OVRP). o Kurir lainnya tidak mempunyai wilayah pelayanan yang spesifik sehingga titik-titik lokasi konsumen yang dilewati bisa lebih longgar (tidak terbatas pada satu wilayah tertentu dari waktu ke waktu). Kurir-kurir ini wajib melapor ke depot setelah menyelesaikan tugas pengantaran, sehingga mereka menerapkan VRP umum. Bila data pengiriman paket dianalisis menurut hari (dengan memperhitungkan hari Sabtu), maka banyak paket maksimum adalah 186 paket dan banyak paket minimum adalah 22 paket. Tanpa memperhitungkan hari Sabtu, maka banyak paket maksimum adalah 186 paket dan banyak paket minimum adalah 49 paket (lihat Tabel 4.1 dan Gambar 4.1). Dari Gambar 4.1, dapat terlihat bahwa tidak ada pola hari dimana banyak paket harian untuk hari Senin sampai Jumat menunjukkan peningkatan atau penurunan. Namun, jelas terlihat bahwa terjadi penurunan banyak paket pada hari Sabtu, dan hal ini sangat logis mengingat JNE Logistics and Distribution hanya beroperasi selama setengah hari pada hari Sabtu. 16

2 17 Tabel 4.1 Rekapitulasi Harian pada Periode Pengamatan Tanggal nstaf npaket Berat nstop nlokasi Rata-rata Lokasi/staf Rata-rata npaket/lokasi Rata-rata npaket/staf Total Jarak Mon, 4/ Tue, 4/ Wed, 5/ Thu, 5/ Fri, 5/ Sat, 5/ Mon, 5/ ** * Tue, 5/ * 243* 159* 150* * Wed, 5/ * Fri, 5/ * Sat, 5/ Mon, 5/ ** Tue, 5/ ** 86** Wed, 5/ Thu, 5/ Fri, 5/ Sat, 5/ Mon, 5/ Tue, 5/ Wed, 5/ Thu, 5/ Fri, 5/ Mon, 5/ Tue, 5/ Wed, 5/ Thu, 5/ Fri, 5/ Total 1 bulan Max Min Keterangan: - nstaf adalah banyak kurir dan supir yang bekerja pada tanggal yang tertera. - npaket adalah banyaknya paket yang dipindahkan pada tanggal yang tertera. - Berat adalah berat total dari paket-paket yang dipindahkan pada tanggal yang tertera. - nstop adalah banyak konsumen yang dikunjungi pada tanggal yang tertera. - nlokasi adalah banyak alamat yang berbeda yang dikunjungi pada tanggal yang tertera (beberapa konsumen dapat beralamat pada gedung yang sama). *menandakan nilai tertinggi untuk data pengamatan **menandakan nilai tertinggi kedua untuk data pengamatan Gambar 4.1 Grafik Banyak Paket Harian terhadap Waktu Sumber: Pengolahan Data JNE Logistics and Distribution pada periode 29 April sampai 31 Mei 2013

3 18 Bila data pengiriman paket ditinjau menurut pemberdayaan kurir, diperoleh jumlah maksimum paket yang dapat dibawa oleh seorang kurir dalam satu hari adalah 59 paket, dengan total berat 59 kilogram (angka ini akan dipakai sebagai batasan kapasitas dalam sub-bahasan pengujian penentuan rute). Namun, juga pernah terjadi satu orang kurir hanya mengantarkan satu paket seberat satu kilogram dalam satu hari kerja. Setelah dilakukan wawancara dengan kepala divisi operasional, ternyata hal ini sengaja dilakukan agar semua kurir yang bertugas pada hari tersebut tidak menganggur (lihat Lampiran 5). Selain itu, ternyata mayoritas kurir (80,95% atau 17 dari 21 kejadian) yang hanya mengantarkan satu paket dalam satu hari merupakan kurir yang mendapatkan jadwal dispatch di shift kedua (siang hari). Berdasarkan hasil wawancara, hal ini terjadi karena sebagian besar paket sudah ditugaskan pada kurir di shift pertama, namun hal ini menyebabkan kurang optimalnya pemberdayaan kurir (lihat Lampiran 5). Kemungkinan adanya indikasi bahwa pemberdayaan kurir (di Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution) masih kurang optimal juga bisa didukung melalui data yang ditampilkan pada Tabel 4.1, dimana ternyata kurir dengan jumlah lebih sedikit mampu mengantarkan paket dalam jumlah yang lebih banyak. Misalnya, pada tanggal 18 Mei (Sabtu), dibutuhkan 8 kurir untuk mengangkut 22 paket (maksimum 5 paket dan minimum 1 paket untuk 1 kurir), sementara pada tanggal 4 Mei (Sabtu), hanya 5 kurir dibutuhkan untuk mengangkut 28 paket (maksimum 13 paket dan minimum 1 paket untuk 1 kurir). Hal ini mungkin disebabkan karena belum adanya sistem dispatching yang baku atau mungkin disebabkan oleh faktor lain yang tidak teramati, seperti faktor kondisi kesehatan tenaga kerja atau faktor cuaca. Dari data yang terlihat pada Tabel 4.1, tidak terlihat adanya pola tertentu dalam penentuan banyak kurir harian yang bertugas. Penentuan banyak staf harian yang bertugas tidak bergantung pada banyak paket yang harus dikirimkan pada hari tersebut, berat total dari paket-paket tersebut, banyak alamat yang perlu dikunjungi pada hari tersebut, rata-rata banyak alamat untuk setiap staf, rata-rata banyak paket untuk setiap lokasi, rata-rata banyak paket yang ditugaskan kepada tiap-tiap staf, maupun jarak total rute harian. Hasil wawancara dengan Kepala Divisi Operasional JNE Logistics dan Distribution mengindikasikan bahwa sistem pembagian tugas kurir belum baku dan belum dilakukan dengan cukup optimal (lihat Lampiran 5). 4.2 Analisis Pembagian Tugas Kurir di Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution Proses pengumpulan/penumpukan paket yang akan didistribusikan oleh Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution dilakukan satu hari sebelum pengiriman dilakukan. Paket yang sampai ke lokasi penyimpanan pada hari tertentu tidak akan dikirimkan pada hari yang sama, meskipun paket tersebut sampai pada pagi hari sebelum proses dispatch di Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution dilakukan. Karena alasan ini pula, penentuan rute bersifat statis, karena semua paket yang harus dikirimkan telah diinformasikan kepada Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution sebelum pembagian tugas untuk kurir dan penentuan rute dilakukan (Pillac, dkk., 2010). Mekanisme pembagian tugas kurir yang diterapkan di Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution dapat dilihat pada diagram alir berikut:

4 19 Gambar 4.2 Diagram Alir Pembagian Tugas Kurir Mekanisme pembagian tugas ini memperbolehkan kurir untuk mempertimbangkan paket mana saja yang sanggup dibawa berdasarkan tingkat pengenalan alamat dan perkiraan waktu dan jarak perjalanan oleh kurir itu sendiri (berdasarkan pengalaman lapangan dari masing-masing kurir). Melalui mekanisme pembagian tugas yang demikian, Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution ingin memastikan bahwa setiap kurir mengenal lokasi alamat konsumen yang tertera pada paket yang telah mereka pilih sendiri. Hal ini merupakan faktor keahlian dan pengetahuan (skill and knowledge), yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan (Ripley, 2002). Bila para kurir mengetahui apa yang harus mereka lakukan dalam menyelesaikan tugas mereka, maka mereka diharapkan dapat mengantarkan paket kepada konsumen dalam waktu yang relatif singkat (sesuai dengan nilai tambah yang diunggulkan oleh moda transportasi jasa kurir). 4.3 Analisis Cluster yang Ditetapkan oleh JNE Logistics and Distribution Dari hasil wawancara dengan kepala dan staf di Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution (lihat Lampiran 5), didapatkan informasi bahwa ada pembagian wilayah Jakarta menjadi tiga wilayah, dimana ada tiga kurir khusus yang akan ditugaskan untuk melayani tiap-tiap wilayah tersebut (lihat Gambar 4.3). Menurut Kepala Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution, wilayah tersebut dibagi dengan mempertimbangkan: o Alamat rumah masing-masing kurir khusus, karena tiga kurir khusus ini tidak perlu kembali ke depot setelah selesai mengantarkan paket mereka. o Topografi jalan di Jakarta, misalnya adanya sungai, kali, jalan kereta api, maupun jalan tol yang memisahkan dua wilayah. o Pengalaman lapangan dari staf Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution.

5 20 Pada periode pengamatan, informasi yang dikumpulkan adalah data yang terlampir dalam nota serah terima untuk setiap paket. Adapun informasiinformasi yang terkumpul adalah sebagai berikut: o Daftar kurir yang bertugas pada setiap hari operasional (hari Senin sampai Sabtu). o Alamat titik-titik lokasi konsumen yang dilayani oleh tiap-tiap kurir yang bertugas. o Jumlah dan berat paket yang dibawa oleh tiap-tiap kurir. o Jam berangkat tiap-tiap kurir dan jam sampainya kurir di titik-titik lokasi konsumen. Gambar 4.3 Pembagian Tiga Wilayah oleh Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution Sumber: (dengan modifikasi) Langkah pertama pengolahan data adalah menganalisis rute yang sebenarnya dilewati oleh tiap-tiap kurir dalam mengirimkan paket-paket kepada konsumen. Pada tahap ini, alamat dari tiap konsumen ditransformasikan menjadi titik-titik lokasi konsumen di Peta Jakarta. Rute yang sebenarnya dilalui oleh kurir dalam pengiriman didapatkan melalui jam serah terima paket yang tercatat pada nota serah terima untuk paket tersebut. Adapun panjang rute yang dilalui tiap kurir pada hari tersebut diasumsikan sama dengan panjang rute yang disarankan oleh Google Maps karena tidak adanya akses untuk mengetahui jarak tempuh yang sebenarnya dilalui oleh kurir ketika berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Sementara jarak Euclidean yang dipakai dalam perhitungan dapat dihitung dengan menggunakan formula jarak. Dalam analisis penentuan rute, jarak yang akan digunakan adalah jarak Euclidean, dengan alasan sebagai berikut: - Pencarian jarak melalui Google Maps membutuhkan waktu untuk meng-input data dan menunggu respons dari jaringan internet. Hal ini dapat menimbulkan kerumitan prosedur bagi kurir, dan selain itu prosedur ini sangat bergantung pada jaringan listrik dan internet.

6 21 - Penggunaan jarak Google Maps mungkin akan memberikan keluaran jarak dua titik yang bersifat asimetris, yang bertentangan dengan asumsi yang digunakan. Gambar 4.4 Rute Aktual yang dilalui Kurir JNE Logistics and Distribution dalam Mengantarkan Paket kepada Konsumen Akhir Sumber: (dengan modifikasi) Pemilihan jarak Euclidean ini sebenarnya memiliki kelemahan, yaitu adanya kemungkinan penyimpangan dari permasalahan yang sesungguhnya terjadi di lapangan. Berdasarkan hasil pengolahan data perbandingan jarak Google Maps dan jarak Euclidean, diketahui bahwa nilai perbandingan kedua variabel tersebut mengikuti distribusi Erlang dengan rata-rata sampel sebesar 1,11 (menggunakan Input Analyzer of ARENA, lihat Lampiran 6). Pengujian nilai penyimpangan antara data jarak Google Maps dengan jarak Euclidean yang dikonversikan menunjukkan bahwa hanya 36,52% data yang menunjukkan persentase penyimpangan di bawah 10%. Meskipun demikian, bantuan visual berupa peta diharapkan dapat menjadi pertimbangan ketika para kurir akan menentukan rute pengiriman. Pada Gambar 4.3, dapat dilihat pembagian tugas untuk delapan kurir yang bertugas pada tanggal 8 Mei 2013 dengan rute yang dilewati oleh masingmasing kurir tersebut dalam mengirimkan komoditas kepada konsumen akhir. Tampak masih adanya perjalanan yang kurang optimal (seperti yang terlihat pada rute kurir 3-a, dimana ada rute bolak-balik atau loop saling berpotongan) dan pembagian tugas yang kurang merata (minimal 3 paket/kurir sampai maksimal 23 paket/kurir). Pada sub-bab berikutnya akan diusulkan penentuan

7 22 cluster alternatif yang dapat dipertimbangkan untuk diimplementasikan pada Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution dan akan dianalisis tingkat perbandingan kinerja antara kedua cluster. 4.4 Penentuan Pembagian Wilayah Operasional (Cluster) Alternatif Gambar 4.5 Grafik Banyak Paket per Kecamatan dalam 1 Bulan

8 23 Gambar 4.6 Grafik Frekuensi Kunjungan Terbanyak dalam 1 Bulan Studi kasus ini ditujukan untuk mengoptimalkan kinerja dari Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution. Dengan menerapkan pembagian wilayah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3, ternyata ada kemungkinan kurang optimalnya pemberdayaan staf pengirim paket. Karena itu, akan diadakan analisis untuk mencoba menemukan cara paling tepat untuk menentukan bagaimana pengiriman paket harus dilakukan.

9 24 Pilihan solusi yang mungkin adalah: o Pembagian wilayah layanan dan dilanjutkan dengan penentuan rute kurir. o Penentuan rute kurir, dan setelah rute ditentukan, dapat dilihat pola wilayah layanan yang mungkin akan terbentuk. Bila ternyata ada pola tertentu dari titik-titik lokasi konsumen yang dikunjungi, maka mungkin pembagian wilayah Jakarta menjadi beberapa cluster dapat bermanfaat dalam penentuan rute pendistribusian paket. Adapun keputusan yang harus ditetapkan bila akan dilakukan pembagian wilayah adalah sebagai berikut: o Banyak cluster yang akan dibentuk dari pembagian wilayah Jakarta (N). o Pembagian wilayah Jakarta untuk tiap-tiap N cluster tersebut. Analisis untuk menentukan ada atau tidaknya pola distribusi tertentu dari titik demand dilakukan dengan Input Analyzer of ARENA. Keluaran dari hasil uji kecocokan distribusi menunjukkan bahwa titik lokasi konsumen mengikuti pola distribusi Beta untuk 15 dari 27 hari pengiriman (atau sebesar 55,55%, lihat Lampiran 7). Hasil ini diperkuat dengan penghitungan data demand per kecamatan selama periode pengamatan, yaitu ada tiga kecamatan yang cukup menonjol dengan karakteristik (lihat Gambar 4.5, Gambar 4.6, dan Lampiran 8): - Tiga kecamatan ini berkontribusi pada tingkat demand yang cukup tinggi. Tiga dari total 42 kecamatan atau 7,14% dari 42 kecamatan di Jakarta berkontribusi pada 19,45% dari total demand bulanan. - Tiga kecamatan ini sering menjadi wilayah dengan titik demand tertinggi harian (25,9% sampai 29,6% dari total hari pengamatan). - Hampir setiap hari (25-26 dari 27 hari) selalu ada demand yang beralamat di tiga kecamatan tersebut. Gambar 4.7 Tiga Kecamatan sebagai Basis Cluster Sumber: (dengan modifikasi)

10 25 Tiga kecamatan tersebut adalah Grogol Petamburan, Kelapa Gading, dan Kebayoran Baru. Ada perbandingan yang cukup signifikan antara tiga kecamatan yang disebutkan di atas dengan kecamatan lain di Jakarta (lihat Lampiran 8), maka N=3 dipilih sebagai landasan penetapan pembagian cluster. Pembagian wilayah Jakarta dilakukan dengan metode Sweep untuk seluruh lokasi konsumen di Jakarta selama periode pengamatan. Metode Sweep (untuk koordinat polar, lihat Lampiran 9) akan dilakukan dengan membagi wilayah Jakarta menjadi tiga cluster dengan kriteria berikut ini: o Tiap cluster akan melayani titik lokasi konsumen dengan jumlah yang seimbang. Karena ada lokasi konsumen yang berbeda selama periode pengamatan, maka setiap cluster akan melayani lokasi. o Karena ada tiga kecamatan yang tingkat permintaannya lebih tinggi dan cenderung lebih sering dikunjungi, maka tiga cluster yang terbentuk harus mencakup tiga kecamatan tersebut (lihat Gambar 4.7). Dengan titik depot (Gedung JNE Logistics and Distribution) sebagai pusat koordinat polar, terpilih delapan pembagian cluster yang berbeda. Delapan cluster ini terbentuk dengan membagi rata titik demand gabungan. Karena itu, tiap-tiap cluster ini akan diuji untuk menentukan masih seimbang atau tidaknya cluster tersebut secara harian (lihat Lampiran 10 dan Lampiran 11). Hasil pengujian menunjukkan bahwa tiga cluster yang cukup konsisten dalam membagi titik demand di Jakarta secara merata adalah cluster dengan koordinat polar berikut ini (lihat Gambar 4.8): Cluster A dengan koordinat polar: 300º - 49,29º Cluster B dengan koordinat polar: 238º - 299,99º Cluster C dengan koordinat polar: 49,3º - 237,99º Gambar 4.8 Tiga Cluster Terpilih Keterangan: - Cluster A : Kelapa Gading - Cluster B : Kebayoran Baru - Cluster C : Grogol Petamburan Sumber: (dengan modifikasi)

11 26 Cluster yang diperoleh dengan metode Sweep ini dibatasi oleh garis lurus yang bersifat kaku, namun pada kondisi nyata, cluster biasanya dibatasi oleh komponen geografis. Karena itu, cluster yang diperoleh dengan metode Sweep ini akan disesuaikan dengan jalan yang paling dekat dengan batas garis lurus antar cluster. Pembagian cluster yang telah mempertimbangkan kondisi geografis dapat dilihat pada Gambar 4.9. Gambar 4.9 Pembagian Wilayah Cluster dengan Mempertimbangkan Jalan Sumber: (dengan modifikasi) Untuk menguji apakah penggunaan cluster ini dapat meningkatkan kinerja Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution, akan dilakukan pembandingan antara total jarak tempuh semua kurir pada hari tertentu untuk cluster lama (yang ditetapkan oleh Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution) dan cluster alternatif. Pengujian akan dilakukan dengan menggunakan hasil cluster dari metode Sweep karena ternyata jumlah demand per cluster antara hasil pembagian wilayah sebelum dan sesudah memperhitungkan komponen geografis tidak jauh berbeda. 4.5 Penentuan Rute Untuk menguji apakah ada perbaikan kinerja Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution, akan dilakukan penentuan rute untuk tiap-tiap cluster baru untuk menentukan total jarak dan banyak kurir yang dibutuhkan pada harihari tertentu. Adapun tipe penentuan rute yang diterapkan untuk menganalisis cluster baru adalah tipe VRP umum atau Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) dimana diasumsikan tidak ada kurir yang pulang setelah selesai mengantarkan paket kepada konsumen. Batasan kapasitas yang dipilih dalam permodelan VRP ini mencakup kapasitas berat, jarak total yang dapat ditempuh oleh tiap kurir, dan banyaknya konsumen berbeda yang dapat dilayani. Nilai-

12 27 nilai batasan ini diperoleh dari nilai maksimum untuk masing-masing indikator yang teramati selama periode pengamatan (lihat Lampiran 12): o Indikator 1: Jarak. Jarak total Euclidean yang dapat ditempuh tiap kurir adalah 139,23 unit jarak peta per hari. o Indikator 2: Berat Muatan. Berat total muatan yang dapat dibawa tiap kurir adalah 59 kilogram per hari. o Indikator 3: Banyak Lokasi. Maksimal banyaknya lokasi konsumen yang berbeda yang dapat dikunjungi oleh tiap kurir adalah 31 lokasi per hari. Pengujian penentuan rute dilakukan dengan metode Nearest Neighbor dan metode Clarke & Wright Saving. Kedua metode ini memberikan nilai yang sama untuk keluaran banyak kurir minimum (antara 3 sampai 7 kurir) yang diperlukan pada hari-hari tertentu yang diuji. Adapun perbandingan total jarak Euclidean pada penentuan rute harian dirangkum dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2 Perbandingan Total Jarak Euclidean Harian antara Metode Nearest Neighbor (NN) dan Metode Clarke & Wright Saving 4/29 4/30 5/1 5/2 5/3 5/4 5/6 5/7 5/8 5/10 5/11 5/27 5/28 5/29 5/30 5/31 NN Saving Delta %Delta 18% 12% 16% 12% 17% 6% 16% 27% 11% 17% 1% 22% 15% 10% 14% 11% Keterangan: Delta adalah selisih antara Total Jarak kedua metode. Warna merah mengindikasikan bahwa total jarak dengan metode Saving lebih kecil dibandingkan dengan metode NN. Warna hitam mengindikasikan sebaliknya. Analisis kelebihan dan kelemahan untuk masing-masing metode dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini: Tabel 4.3 Perbandingan Dua Metode dalam Penentuan Rute di Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution Indikator Metode Nearest Neighbor Metode Clarke & Wright Saving Waktu proses Perhitungan secara manual lebih Perhitungan secara manual memakan manual Kemudahan aplikasi Keluaran: jumlah kurir Keluaran: jarak total Euclidean cepat Mudah diaplikasikan oleh orang lapangan, dan penggunaan bantuan visual berupa peta dapat membantu waktu dan membutuhkan ketelitian Membutuhkan program atau software untuk memproses keluaran dalam waktu relatif singkat Jumlah kurir harian yang diperoleh melalui perhitungan dengan dua metode adalah sama. Mayoritas (83,33%) jarak total Jarak total Euclidean dengan metode Euclidean dengan metode Nearest ini biasanya lebih kecil dari metode Neighbor lebih besar dibandingkan Nearest Neighbor. dengan perhitungan dengan metode Clarke & Wright Saving. Hasil yang didapat dari perbandingan total jarak Euclidean antara rute yang didapatkan melalui metode Nearest Neighbor dan metode Clarke & Wright Saving antara lain: - Pengujian dilakukan pada 16 sampel data harian, dan masing-masing akan dibagi menjadi tiga cluster, sehingga ada total jarak Euclidean pada 48 cluster harian yang akan diperbandingkan antara kedua metode (lihat Lampiran 13). Dari 48 data tersebut, 41 data total jarak cluster harian (83,33%) menunjukkan total jarak yang lebih kecil dengan metode Clarke & Wright Saving.

13 28 - Selisih total jarak antara kedua metode berkisar antara 1,28% sampai 27,3% terhadap jarak total dengan metode Nearest Neighbor (lihat Tabel 4.2). - Besar rata-rata penghematan total jarak harian dengan menggunakan metode Clarke & Wright Saving (dibandingkan dengan metode Nearest Neighbor) adalah sebesar 36,33 unit cm peta per hari atau sekitar 40 km per hari. Angka 40 km per hari ini didapatkan dari hasil kali antara total jarak Euclidean (36,33 unit cm peta per hari) dengan nilai rata-rata perbandingan jarak Google Maps dan jarak Euclidean peta, yaitu 1,1 km / 1 cm unit peta (lihat Lampiran 6). Namun, metode penentuan rute yang disarankan adalah metode Nearest Neighbor, dengan alasan sebagai berikut: o Metode Nearest Neighbor merupakan metode penentuan rute yang cukup sederhana, sehingga mudah diterapkan oleh kurir JNE Logistics and Distribution yang merupakan orang lapangan. o Meskipun ada penghematan pada total jarak harian Euclidean (36,33 unit cm peta per hari atau sekitar 40 km per hari), waktu proses untuk mendapatkan rute dengan metode Clarke & Wright Saving ternyata membutuhkan waktu yang lebih lama dengan proses penghitungan yang lebih rumit dan sulit divisualisasikan. Perbandingan antara contoh penentuan rute dengan metode Nearest Neighbor dengan metode Clarke & Wright Saving dapat dilihat pada Gambar 4.10 dan Gambar Gambar 4.10 Penentuan Rute Tiap-tiap Cluster dengan Metode Nearest Neighbor Sumber: (dengan modifikasi)

14 29 Bila dianalisis lebih lanjut, penghematan jarak tempuh sebesar 40 kilometer per hari akan berpengaruh pada tingkat pengeluaran untuk konsumsi bahan bakar minyak (BBM) oleh kurir. Namun melalui wawancara dengan Kepala dan Staf Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution (lihat Lampiran 5), ternyata anggaran untuk transaksi BBM sehubungan dengan aktivitas kurir dalam mengantarkan paket sudah termasuk dalam gaji pokok tiaptiap kurir. Jadi, penghematan jarak tempuh ini sebenarnya tidak akan berpengaruh pada biaya yang dikeluarkan oleh JNE Logistics and Distribution untuk mengantarkan paket, melainkan berpengaruh pada pengeluaran kurir itu sendiri. Dengan kebijakan demikian, sebenarnya ada mekanisme yang diterapkan oleh JNE Logistics and Distribution untuk memberikan inisiatif pada kurir untuk mencoba menentukan rute dengan jarak atau waktu terpendek. Karena metode yang disarankan adalah metode Nearest Neighbor, maka evaluasi lebih lanjut dilakukan dengan membandingkan total jarak Euclidean harian yang didapat dari metode Nearest Neighbor dengan total jarak Euclidean Google Maps pada hari-hari tertentu (Tabel 4.4). Hasil perhitungan pada Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa 81,25% dari sampel yang diuji menunjukkan adanya penghematan total jarak harian jika penentuan rute dilakukan dengan metode Nearest Neighbor. Ternyata penentuan rute dengan menggunakan metode Nearest Neighbor dapat memberikan penyusutan jarak sampai sebesar 31% atau sekitar 100 cm jarak peta (atau setara dengan sekitar 110 km, lihat Lampiran 12). Selain itu, banyak kurir yang diperlukan untuk mengantarkan paket juga akan dibandingkan (Tabel 4.5). Bila penentuan rute dilakukan dengan fungsi objektif meminimalkan kurir, maka pada 87,5% sampel yang diuji, jumlah kurir yang sebenarnya bertugas di Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution adalah dua kali lipat atau lebihnya dari jumlah minimum kurir yang seharusnya dibutuhkan jika penentuan rute dilakukan dengan metode Nearest Neighbor. Tabel 4.4 Perbandingan Total Jarak Euclidean Harian antara Metode Nearest Neighbor (NN) dan Total Jarak Euclidean Aktual 4/29 4/30 5/1 5/2 5/3 5/4 5/6 5/7 5/8 5/10 5/11 5/27 5/28 5/29 5/30 5/31 NN Aktual delta %delta 15% 31% 16% 20% 29% 27% 13% 9% 38% 6% 16% 30% 30% 15% 23% 48% Keterangan: Delta adalah selisih antara Total Jarak Euclidean metode Nearest Neighbor (NN) dengan Aktual. Warna merah mengindikasikan bahwa total jarak Euclidean dengan Google Maps ternyata lebih kecil dibandingkan dengan metode NN. Warna hitam mengindikasikan sebaliknya. Tabel 4.5 Perbandingan Banyak Kurir Harian antara Metode Nearest Neighbor (NN) dan Kondisi Aktual pada Periode Pengamatan 4/29 4/30 5/1 5/2 5/3 5/4 5/6 5/7 5/8 5/10 5/11 5/27 5/28 5/29 5/30 5/31 NN Aktual

15 30 Gambar 4.11 Penentuan Rute Tiap-tiap Cluster dengan Metode Clarke & Wright Saving Sumber: (dengan modifikasi) Perlu dicatat bahwa jumlah kurir minimum yang disarankan sebagai hasil perhitungan dengan metode Nearest Neighbor dilandaskan pada kondisi pemberdayaan maksimum dari kurir yang bersangkutan (misalnya kurir diharapkan terus bekerja sampai 8 jam kerjanya habis). Jika demikian, akan ada potensi terjadinya keterlambatan pengiriman paket bagi konsumen dengan giliran akhir dari rute yang ditentukan oleh kurir. Sebaliknya, penugasan lebih banyak kurir mungkin dapat menambah jumlah konsumen yang dilayani dengan cepat sehingga dapat memberikan pelayanan yang memuaskan kepada lebih banyak konsumen. Jadi, perlu dipertimbangkan adanya trade-off antara usaha meminimalkan jumlah kurir dengan usaha memaksimalkan kepuasan pelanggan. Perlu juga dipertimbangkan bahwa alamat-alamat konsumen yang dilayani oleh JNE Logistics and Distribution selama periode pengamatan cukup didominasi oleh gedung atau perkantoran (977 gedung dari alamat atau sekitar 57%). Umumnya, pada gedung dan perkantoran di wilayah Jakarta, diberlakukan jam operasional tertentu, sehingga bila sudah saatnya jam tutup, maka pengiriman tidak dapat dilakukan ke alamat tersebut (umumnya jam operasional gedung adalah sampai pukul 17.00).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan manufaktur dan service, selain fokus pada bisnis utamanya, juga harus memperhatikan masalah logistik. Biasanya, perusahaan ini akan bekerja sama dengan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi penelitian berperan untuk membantu agar masalah dapat diselesaikan secara lebih terarah dan sistematis. Dalam metodologi penelitian, akan diuraikan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBAGIAN WILAYAH PENGIRIMAN DAN PEMBERDAYAAN KURIR PADA DIVISI OPERASIONAL JNE LOGISTICS AND DISTRIBUTION

ANALISIS PEMBAGIAN WILAYAH PENGIRIMAN DAN PEMBERDAYAAN KURIR PADA DIVISI OPERASIONAL JNE LOGISTICS AND DISTRIBUTION ANALISIS PEMBAGIAN WILAYAH PENGIRIMAN DAN PEMBERDAYAAN KURIR PADA DIVISI OPERASIONAL JNE LOGISTICS AND DISTRIBUTION Ani Jl. Layur Barat no. 38, Cilacap 0818 0480 4999, anichan09@gmail.com Sherly Green

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi Pendahuluan Studi pendahuluan dilaksanakan untuk memperoleh masukan mengenai objek yang akan diteliti. Pada penelitian perlu adanya rangkaian langkah-langkah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Peranan jaringan distribusi dan transportasi sangatlah vital dalam proses bisnis dunia industri. Jaringan distribusi dan transportasi ini memungkinkan produk berpindah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aplikasinya di berbagai area telah meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. aplikasinya di berbagai area telah meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian mengenai transportasi dan aplikasinya di berbagai area telah meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya kegiatan atau aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kegiatan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendistribusian suatu barang merupakan persoalan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari baik oleh pemerintah maupun oleh produsen. Dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi adalah salah satu bagian dari sistem logistik yang sangat penting. Transportasi itu sendiri digunakan untuk mengangkut penumpang maupun barang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management Supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab II dalam penelitian ini terdiri atas vehicle routing problem, teori lintasan dan sirkuit, metode saving matriks, matriks jarak, matriks penghematan, dan penentuan urutan konsumen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada proses bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada proses bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada proses bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu perusahaan karena penurunan biaya transportasi dapat

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DATA. Kapasitas Kendaraan. Gambar 5.1. Influence Diagram

BAB 5 ANALISIS DATA. Kapasitas Kendaraan. Gambar 5.1. Influence Diagram BAB 5 ANALISIS DATA Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pembuatan Influence Diagram, pembuatan model matematis, pembuatan rute pengiriman, pembuatan lembar kerja elektronik, penentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicle Routing Problem (VRP) merupakan salah satu permasalahan yang terdapat pada bidang Riset Operasional. Dalam kehidupan nyata, VRP memainkan peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan usaha bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu perusahaan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi merupakan proses penyaluran produk dari produsen sampai ke tangan masyarakat atau konsumen. Kemudahan konsumen dalam menjangkau produk yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Tirta Makmur Perkasa adalah perusahaan di bawah naungan Indofood yang bertugas mendistribusikan produk air mineral dalam kemasan dengan merk dagang CLUB di Kota

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Transportasi merupakan bagian dari distribusi. Ong dan Suprayogi (2011) menyebutkan biaya transportasi adalah salah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan produk dari pihak supplier ke pihak konsumen dalan suatu supply chain (Chopra, 2010, p86). Distribusi terjadi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville,

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville, BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pengembangan perangkat lunak dalam penelitian ini dilakukan dengan mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville, yang terbagi atas 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang LPG merupakan bahan bakar berupa gas yang dicairkan (Liquified Petroleum Gasses) dan merupakan produk minyak bumi yang ramah lingkungan dan banyak digunakan oleh rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga ke luar pulau Jawa. Outlet-outlet inilah yang menjadi channel distribusi

BAB I PENDAHULUAN. hingga ke luar pulau Jawa. Outlet-outlet inilah yang menjadi channel distribusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Indoberka Investama merupakan perusahaan nasional yang bergerak di bidang kontruksi, pabrikasi, dan distributor rangka atap. Bentuk badan usaha dari PT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan menentukan rute distribusi secara optimal dapat membantu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan menentukan rute distribusi secara optimal dapat membantu perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perusahaan yang bergerak di bidang industri harus dapat mengefektifkan penggunaan jalur distribusi dalam menghemat pengeluaran biaya transportasi. Dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menerapkan kombinasi algoritma NN dan metode heuristik untuk membuat program bagi kasus Sequential 2L-CVRP dengan memberikan usulan rute dan peletakan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan proses produksi untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan proses produksi untuk menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sebuah perusahaan melakukan proses produksi untuk menghasilkan produk yang siap jual. Setelah menghasilkan produk yang siap jual, maka proses selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 pendahuluan ini berisikan tentang apa-apa saja yang menjadi latar belakang permasalahan yang terjadi pada distribusi pengiriman produk pada distributor PT Coca Cola, posisi penelitian,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Pada bab ini akan diuraikan mengenai proses pengumpulan dan pengolahan data hingga terbentuk rute distribusi usulan serta perancangan alat bantu hitung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi suatu produk mempunyai peran yang penting dalam suatu mata rantai produksi. Hal yang paling relevan dalam pendistribusian suatu produk adalah transportasi

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Permasalahan pendistribusian barang oleh depot ke konsumen merupakan

BAB 1. PENDAHULUAN. Permasalahan pendistribusian barang oleh depot ke konsumen merupakan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan pendistribusian barang oleh depot ke konsumen merupakan komponen penting dalam sistem pelayanan depot suatu perusahaan, proses tersebut dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Transportasi Menurut Nasution (2004), Transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Proses pengangkutan merupakan gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan operasional pendistribusian suatu produk dilakukan menyusun jadual dan menentukan rute. Penentuan rute merupakan keputusan pemilihan jalur terbaik sebagai upaya

Lebih terperinci

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV.

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SARI JAYA MANDIRI SKRIPSI Oleh : DEDI INDRA GUNAWAN 0632010087 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

SKRIPSI PENENTUAN RUTE TERPENDEK DENGAN METODE TABU SEARCH (STUDI KASUS)

SKRIPSI PENENTUAN RUTE TERPENDEK DENGAN METODE TABU SEARCH (STUDI KASUS) SKRIPSI PENENTUAN RUTE TERPENDEK DENGAN METODE TABU SEARCH (STUDI KASUS) OLEH: HENDRA BUCIKA GLEN KADAM 5303013039 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan manufaktur semakin ketat. Hal ini mendorong perusahaan untuk mencari strategi yang tepat agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dinas lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta adalah dinas

BAB I PENDAHULUAN. Dinas lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta adalah dinas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinas lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta adalah dinas pemerintahan yang bergerak di bidang lingkungan hidup daerah yang meliputi kegiatan dalam melakukan pengawasan,

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah transportasi merupakan aspek penting dalam kehidupan seharihari. Transportasi juga merupakan komponen yang sangat penting dalam manajemen logistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input) dari kegiatan produksi, perdagangan, pertanian, dan

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input) dari kegiatan produksi, perdagangan, pertanian, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia industri, transportasi merupakan salah satu aktivitas utama dalam sistem logistik dan memiliki peranan yang penting dalam perusahaan. Transportasi

Lebih terperinci

MINIMASI BIAYA DALAM PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK MINUMAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX

MINIMASI BIAYA DALAM PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK MINUMAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX MINIMASI BIAYA DALAM PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK MINUMAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX Supriyadi 1, Kholil Mawardi 2, Ahmad Nalhadi 3 Departemen Teknik Industri Universitas Serang Raya supriyadimti@gmail.com,

Lebih terperinci

Penentuan Rute untuk Pendistribusian BBM Menggunakan Algoritma Nearest neighbour (Studi Kasus di PT X)

Penentuan Rute untuk Pendistribusian BBM Menggunakan Algoritma Nearest neighbour (Studi Kasus di PT X) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol. 01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2014 Penentuan Rute untuk Pendistribusian BBM Menggunakan Algoritma Nearest neighbour

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK PADA PT. POS INDONESIA MEDAN

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK PADA PT. POS INDONESIA MEDAN PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK PADA PT. POS INDONESIA MEDAN T U G A S S A R J A N A Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Grafik Jenis Pelanggan PT. Jasatama Polamedia

Gambar 1.1. Grafik Jenis Pelanggan PT. Jasatama Polamedia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia perekonomian, bisnis, dan politik di Indonesia, menuntut masyarakat untuk terus mendapatkan dan mengupdate berita dan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah, salah satu program dari

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah, salah satu program dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kesejahteraan dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat berpendapatan rendah merupakan program nasional dari Pemerintah Pusat hingga Pemerintah

Lebih terperinci

PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN SAVING MATRIKS, SEQUENTIAL INSERTION, DAN NEAREST NEIGHBOUR DI VICTORIA RO

PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN SAVING MATRIKS, SEQUENTIAL INSERTION, DAN NEAREST NEIGHBOUR DI VICTORIA RO Penyelesaian Capacitated Vehicle (Marchalia Sari A) 1 PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN SAVING MATRIKS, SEQUENTIAL INSERTION, DAN NEAREST NEIGHBOUR DI VICTORIA RO SOLVING CAPACITATED

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Distribusi merupakan suatu alur dari arus yang dilalui barang-barang dari produsen kepada perantara sampai akhirnya sampai kepada konsumen sebagai pemakai (Suryanto,

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN RISET

BAB III KEGIATAN RISET BAB III KEGIATAN RISET 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu di PT. Tirta Makmur Perkasa, Jalan Telaga Sari RT. 36 No. 4B Martadinata, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. 3.2 Waktu Penelitian Waktu

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW

PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW INFOMATEK Volume 19 Nomor 1 Juni 2017 PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW Tjutju T. Dimyati Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pasundan Abstrak: Penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem transportasi memegang peran penting dalam masalah pendistribusian, karena harus menjamin mobilitas produk di antara berbagai sistem dengan efisiensi tinggi

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SURYA MEDIA PERDANA SURABAYA SKRIPSI Oleh : TRI PRASETYO NUGROHO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 3.1.1 Obyek Penelitian Obyek penelitian ini dilakukan di PT. Karunia Alam Segar pada tahapan ini di lakukan observasi data dari perusahaan di mana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos.

BAB I PENDAHULUAN. Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos. Berdiri sejak 15 Desember 1999, menjadi suplemen Jawa Pos. Perkembangan Radar Malang sangat pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena penurunan biaya transportasi dapat meningkatkan keuntungan. mengoptimalkan penggunaan kapasitas serta jumlah kendaraan.

BAB I PENDAHULUAN. karena penurunan biaya transportasi dapat meningkatkan keuntungan. mengoptimalkan penggunaan kapasitas serta jumlah kendaraan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu perusahaan karena penurunan biaya transportasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masalah pengiriman barang, sebuah rute diperlukan untuk menentukan tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui darat, air,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem logistik yang bertanggungjawab akan perpindahan material antar fasilitas. Distribusi berperan dalam membawa

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN KERTAS KARTON MODEL STUDI KASUS: PT. PAPERTECH INDONESIA UNIT II MAGELANG

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN KERTAS KARTON MODEL STUDI KASUS: PT. PAPERTECH INDONESIA UNIT II MAGELANG PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN KERTAS KARTON MODEL STUDI KASUS: PT. PAPERTECH INDONESIA UNIT II MAGELANG Hafidh Munawir, Agus Narima Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl.

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR (Studi Kasus Pada PT. Graha Gas Niaga Klaten)

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR (Studi Kasus Pada PT. Graha Gas Niaga Klaten) PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR (Studi Kasus Pada PT. Graha Gas Niaga Klaten) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada

Lebih terperinci

PENJADWALAN PERJALANAN ALAT TRANSPORTASI UNTUK PENDISTRIBUSIAN DAN LOADING BARANG DI WILAYAH RUTE SUMATERA UTARA PADA PT.BINA TAMA SENTRA FAJAR MEDAN

PENJADWALAN PERJALANAN ALAT TRANSPORTASI UNTUK PENDISTRIBUSIAN DAN LOADING BARANG DI WILAYAH RUTE SUMATERA UTARA PADA PT.BINA TAMA SENTRA FAJAR MEDAN PENJADWALAN PERJALANAN ALAT TRANSPORTASI UNTUK PENDISTRIBUSIAN DAN LOADING BARANG DI WILAYAH RUTE SUMATERA UTARA PADA PT.BINA TAMA SENTRA FAJAR MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, proses distribusi menjadi salah satu aspek penting dalam sebuah badan usaha. Distribusi dapat diartikan sebagai bagian penghubung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah pabrik atau distributor tentunya memiliki konsumen-konsumen yang harus dipenuhi kebutuhannya. Dalam pemenuhan kebutuhan dari masing-masing konsumen

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK...

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GRAFIK... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. 6. Sisi eg dipilih sebagai sisi yang memiliki bobot terkecil (lihat Gambar 18).

III PEMBAHASAN. 6. Sisi eg dipilih sebagai sisi yang memiliki bobot terkecil (lihat Gambar 18). a d b f 8 e 8 Gambar Sisi be hasil dari algoritme Prim tahap ke-.. Sisi ec dipilih sebagai sisi yang memiliki bobot terkecil (lihat Gambar ). a d b f 8 e 8 Gambar Sisi ec hasil dari algoritme Prim tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koordinasi antar jaringan distribusi dalam mengintegrasikan sistem logistik, merupakan kunci keberhasilan dari suatu sistem rantai pasok sebuah perusahaan.

Lebih terperinci

MEMECAHKAN PERMASALAHAN VEHICHLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOW MELALUI METODE INSERTION HEURISTIC (STUDI KASUS : PT X WILAYAH BANDUNG)

MEMECAHKAN PERMASALAHAN VEHICHLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOW MELALUI METODE INSERTION HEURISTIC (STUDI KASUS : PT X WILAYAH BANDUNG) Seminar Nasional IENACO 213 ISSN: 23374349 MEMECAHKAN PERMASALAHAN VEHICHLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOW MELALUI METODE INSERTION HEURISTIC (STUDI KASUS : PT X WILAYAH BANDUNG) Putri Mety Zalynda Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori graf 2.1.1 Defenisi graf Graf G adalah pasangan {,} dengan adalah himpunan terhingga yang tidak kosong dari objek-objek yang disebut titik (vertex) dan adalah himpunan pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulis mengambil studi kasus pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Penulis mengambil studi kasus pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penulis mengambil studi kasus pada sebuah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi minuman berisotonik yang terletak di daerah Bojonegoro. Perusahaan tersebut

Lebih terperinci

2.2.1 Definisi VRP Model Matematis VRP Model Matematis Berbasis Travelling Salesman Problem

2.2.1 Definisi VRP Model Matematis VRP Model Matematis Berbasis Travelling Salesman Problem ABSTRAK Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) merupakan salah satu distributor dan produsen produk olahan susu sapi di Bandung. Pada bulan September 2015, KPSBU melayani 65 pelanggan produk olahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam sistem distribusi pupuk terdapat beberapa masalah yang mucul. Masalah sistem distribusi pupuk antara lain berupa masalah pengadaan pupuk, penentuan stock, proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang proses distribusi yang efektif dan efisien menjadi salah satu faktor yang posisinya mulai sejajar dengan indikator-indikator yang lain dalam

Lebih terperinci

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL PADA PT

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL PADA PT PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL PADA PT. SURYA AGUNG KARYA UTAMA UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA DENGAN METODE CLARKE AND WRIGHT SAVING HEURISTIC TUGAS AKHIR Oleh Dicky Handes 1100033536 Kishi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. rancangan atau desain sistem yang telah dibuat. Sistem Informasi Penentuan Rute

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. rancangan atau desain sistem yang telah dibuat. Sistem Informasi Penentuan Rute BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sistem Tahap ini merupakan pembuatan perangkat lunak yang disesuaikan dengan rancangan atau desain sistem yang telah dibuat. Sistem Informasi Penentuan

Lebih terperinci

Pembentukan Rute Distribusi Menggunakan Algoritma Clarke & Wright Savings dan Algoritma Sequential Insertion *

Pembentukan Rute Distribusi Menggunakan Algoritma Clarke & Wright Savings dan Algoritma Sequential Insertion * Reka Integra ISSN: 2338-508 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 204 Pembentukan Distribusi Menggunakan Algoritma Clarke & Wright Savings dan Algoritma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Saat ini, supply chain management (SCM) telah menjadi salah satu alat perbaikan bisnis yang paling kuat. Setiap organisasi harus melakukan transformasi baik dari segi

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR Dian Kurniawati Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta dian_kurniawati83@yahoo.com Agus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari hampir semua aktivitas industri adalah menekan biaya produksi dan biaya operasional seminimal mungkin guna mendapatkan keuntungan semaksimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta mempermudah penyampaian produk dari produsen ke konsumen. Distribusi

BAB I PENDAHULUAN. serta mempermudah penyampaian produk dari produsen ke konsumen. Distribusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendistribusian adalah kegiatan penyaluran yang berusaha memperlancar serta mempermudah penyampaian produk dari produsen ke konsumen. Distribusi yang efektif akan

Lebih terperinci

PANDUAN APLIKASI TSP-VRP

PANDUAN APLIKASI TSP-VRP PANDUAN APLIKASI TSP-VRP oleh Dra. Sapti Wahyuningsih, M.Si Darmawan Satyananda, S.T, M.T JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2016 0 Pengantar Aplikasi ini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi adalah kegiatan manusia yang sangat penting dalam menunjang dan mewujudkan interaksi sosial serta ekonomi dari suatu wilayah kajian. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah produsen seringkali bekerja sama dengan retailer-retailer guna memasarkan produk-produknya. Kerja sama ini dilakukan guna memperluas cakupan wilayah pemasarannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap keberhasilan penjualan produk. Salah satu faktor kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap keberhasilan penjualan produk. Salah satu faktor kepuasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Distribusi adalah kegiatan yang selalu menjadi bagian dalam menjalankan sebuah usaha. Distribusi merupakan suatu proses pengiriman barang dari suatu depot ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Semakin tingginya perkembangan industri membuat persaingan setiap pelaku industri semakin ketat dan meningkat tajam. Setiap pelaku industri harus mempunyai strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di wilayah rawan bencana. Dalam dekade terakhir sudah cukup banyak bencana yang melanda negeri ini. Gempa bumi, gunung meletus,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan BAB III PEMBAHASAN Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan Algoritma Genetika dan Metode Nearest Neighbour pada pendistribusian roti di CV. Jogja Transport. 3.1 Model Matetematika

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI MODUL II DYNAMIC PROGRAMMING

LAPORAN RESMI MODUL II DYNAMIC PROGRAMMING LABORATORIUM STATISTIK DAN OPTIMASI INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR LAPORAN RESMI MODUL II DYNAMIC PROGRAMMING I.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dijelaskan hal-hal yang mendasari penelitian ini. Hal-hal tersebut meliputi latar belakang dan rumusan masalah dari penelitian. Bab ini juga akan membahas tujuan, manfaat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih efektif dan efisien karena akan melewati rute yang minimal jaraknya,

BAB I PENDAHULUAN. lebih efektif dan efisien karena akan melewati rute yang minimal jaraknya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Distribusi merupakan proses penyaluran produk dari produsen sampai ke tangan masyarakat atau konsumen. Kemudahan konsumen dalam mendapatkan produk yang diinginkan menjadi

Lebih terperinci

Optimasi Rute Angkutan Publik dengan Menggunakan Metode Algoritma Clark-Wright

Optimasi Rute Angkutan Publik dengan Menggunakan Metode Algoritma Clark-Wright Optimasi Rute Angkutan Publik dengan Menggunakan Metode Algoritma Clark-Wright Ary Arvianto *1), Sriyanto 2), Lo Hendrawan Wijaya 3) 1,2,3) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN an berkembang algoritma genetika (genetic algorithm) ketika I. Rochenberg dalam bukunya yang berjudul Evolution Strategies

BAB I PENDAHULUAN an berkembang algoritma genetika (genetic algorithm) ketika I. Rochenberg dalam bukunya yang berjudul Evolution Strategies BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teori graf sangat pesat dari tahun ke tahun, pada tahun 1960-an berkembang algoritma genetika (genetic algorithm) ketika I. Rochenberg dalam bukunya yang

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS Annisa Kesy Garside, Xamelia Sulistyani, Dana Marsetiya Utama Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang apakah produk tersebut akan kompetitif di pasar nantinya. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. menunjang apakah produk tersebut akan kompetitif di pasar nantinya. Mengingat V-13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik merupakan hal yang akan menunjang apakah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Konsep Supply Chain Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen adalah kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara

BAB I PENDAHULUAN. konsumen adalah kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hal yang berpengaruh dalam meningkatkan pelayanan terhadap konsumen adalah kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan Dunia kita membutuhkan konsumsi energi yang semakin meningkat untuk sumber daya ekonomi kita. Sumber dominan energi dunia berasal dari pasokan

Lebih terperinci

Penentuan Rute Kendaraan Distribusi Produk Roti Menggunakan Metode Nearest Neighbor dan Metode Sequential Insertion *

Penentuan Rute Kendaraan Distribusi Produk Roti Menggunakan Metode Nearest Neighbor dan Metode Sequential Insertion * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2014 Penentuan Kendaraan Distribusi Produk Roti Menggunakan Metode Nearest Neighbor

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SURYA MEDIA PERDANA SURABAYA SKRIPSI Oleh : TRI PRASETYO NUGROHO

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI UNTUK MINIMASI BIAYA DISTRIBUSI TEH WALINI READY TO DRINK DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO) *

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI UNTUK MINIMASI BIAYA DISTRIBUSI TEH WALINI READY TO DRINK DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO) * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI UNTUK MINIMASI BIAYA DISTRIBUSI TEH WALINI READY

Lebih terperinci

MANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI

MANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI MANAJEMEN TRANPRTASI DAN DISTRIBUSI PENDAHULUAN Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat menentukan apakah produk

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Contoh Ilustrasi Kasus CVRP 13

Gambar 1.1 Contoh Ilustrasi Kasus CVRP 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vehicle Routing Problem (VRP) merupakan konsep umum yang digunakan untuk semua permasalahan yang melibatkan perancangan rute optimal untuk armada kendaraan yang melayani

Lebih terperinci

Usulan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Algoritma Ant Colony Systems di PT. Limas Raga Inti

Usulan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Algoritma Ant Colony Systems di PT. Limas Raga Inti Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2012 ISBN No. 978-979-96964-3-9 Usulan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Algoritma Ant Colony Systems di PT. Limas Raga Inti Fifi Herni Mustofa 1), Hari Adianto

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan di dalam penelitian ini yaitu dengan metode deskriptif eksploratif. Penelitian deskriptif eksploratif adalah

Lebih terperinci

Manajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N

Manajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N Manajemen Transportasi dan Distribusi Diadopsi dari Pujawan N Pendahuluan Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat

Lebih terperinci