ANALISIS PEMBAGIAN WILAYAH PENGIRIMAN DAN PEMBERDAYAAN KURIR PADA DIVISI OPERASIONAL JNE LOGISTICS AND DISTRIBUTION

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PEMBAGIAN WILAYAH PENGIRIMAN DAN PEMBERDAYAAN KURIR PADA DIVISI OPERASIONAL JNE LOGISTICS AND DISTRIBUTION"

Transkripsi

1 ANALISIS PEMBAGIAN WILAYAH PENGIRIMAN DAN PEMBERDAYAAN KURIR PADA DIVISI OPERASIONAL JNE LOGISTICS AND DISTRIBUTION Ani Jl. Layur Barat no. 38, Cilacap , Sherly Green Garden Blok B11/No. 31, Jakarta Barat Jakarta , Stephanie Jl. Katalia Utama No. 29, Lippo Cikarang - Bekasi , xusuni13@gmail.com K. Gita Ayu, MSIE. KGAyu@binus.edu ABSTRAK Perusahaan 3PL dapat menyediakan jasa pergudangan dan distribusi kepada perusahaan lain. JNE merupakan salah satu perusahaan 3PL yang beroperasi di Indonesia, dan JNE Logistics and Distribution merupakan bagian dari JNE yang menawarkan jasa pengelolaan inventaris bagi vendornya. Penelitian dilakukan di Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution yang akan bertanggung jawab atas pengiriman komoditas vendor kepada konsumen akhir yang beralamat di Jakarta. Sejak tahun 2008, divisi operasional menetapkan pembagian Jakarta menjadi tiga wilayah pengiriman untuk tiga kurir khusus di divisi tersebut. Pada observasi yang dilakukan pada tanggal 29 April sampai 31 Mei 2013, 16 kurir tercatat bertugas mengirimkan komoditas di area Jakarta. Analisis dilakukan untuk menemukan pembagian wilayah alternatif yang diharapkan dapat lebih mengoptimalkan kinerja kurir di divisi operasional. Solusi yang ditawarkan adalah pembagian tiga wilayah baru yang mencakup tiga kecamatan Jakarta dengan tingkat demand dan frekuensi kunjungan yang cukup tinggi. Penerapan pembagian wilayah alternatif ini, dipadukan dengan penentuan rute dengan metode heuristis Nearest Neighbor, memberikan output berupa penurunan jumlah maksimum kurir harian sebesar 59,88%. Kata kunci: pembagian wilayah, penentuan rute, metode heuristis Nearest Neighbor PENDAHULUAN Perusahaan yang fokusnya dititikberatkan pada kompetensi intinya biasanya akan menggunakan jasajasa logistik yang ditawarkan oleh perusahaan third party logistics (perusahaan 3PL), misalnya jasa pergudangan dan jasa distribusi (Ghiani, dkk., 2004 dan Zhou & Xie, 2010). JNE Logistics and Distribution merupakan salah satu dari perusahaan-perusahaan 3PL yang beroperasi di Jakarta. Vendor yang menggunakan jasa JNE Logistics and Distribution biasanya akan menyewa gudang JNE untuk menyimpan komoditasnya dan mempercayakan pengiriman komoditas kepada konsumen akhir kepada pihak JNE. Khusus untuk konsumen yang beralamat di Jakarta, pengiriman komoditas vendor yang sudah dikemas ke dalam bentuk paket akan dipercayakan kepada divisi operasional di JNE Logistics and Distribution. Selama periode pengamatan, yaitu dari tanggal 29 April sampai 31 Mei 2013, tercatat ada 16 kurir yang bertugas melakukan pengiriman paket, namun tidak semuanya di-dispatch pada hari yang sama. Jumlah maksimal kurir yang di-dispatch pada satu hari tertentu adalah 15 kurir. Divisi operasional mengklasifikasikan kurir menjadi kurir khusus (yang beranggotakan tiga orang) dan kurir umum. Untuk tiga orang kurir khusus ini, Kepala Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution telah menetapkan wilayah pengiriman (cluster) yang akan mereka layani. Selain itu, tiga orang kurir

2 khusus ini tidak perlu kembali ke depot setelah selesai mengirimkan paket yang ditugaskan kepada mereka. Sebaliknya, 13 kurir umum lainnya tidak memiliki cluster spesifik yang ditugaskan kepada mereka dan mereka harus kembali ke depot setelah selesai dengan pengiriman mereka. Pembagian wilayah untuk tiga orang kurir khusus telah diterapkan sejak tahun 2008, dan pembagian tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan alamat rumah dari masing-masing kurir khusus. Dengan demikian, tiap wilayah yang dilayani oleh kurir khusus tersebut pasti mencakup alamat rumah kurir tersebut. Tentu saja, pertimbangan lain juga turut dipertimbangkan dalam pembagian cluster, antara lain: bentuk jalan raya maupun jalur kereta api, komponen geografis berupa kali atau sungai, dan pengalaman lapangan dari staf di divisi operasional. Namun, pembagian cluster dengan mempertimbangkan alamat rumah kurir akan menimbulkan pertanyaan ini: Apa yang akan terjadi bila ada pergantian personel untuk kurir khusus? Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja kurir divisi operasional dengan mengikuti pedoman pembagian cluster yang dilakukan JNE, serta mencoba menemukan pembagian cluster yang lebih baik, yang tidak rentan terhadap pergantian personel. Dengan menggunakan pembagian cluster alternatif ini, banyak kurir harian yang dibutuhkan untuk mengirimkan paket dapat ditentukan. METODE PENELITIAN Langkah-langkah yang dilakukan ketika melakukan penelitian dijabarkan menjadi studi pendahuluan, identifikasi masalah, pengumpulan data, studi pustaka, yang akan dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data sebelum akhirnya dilakukan penarikan kesimpulan. Studi pendahuluan dilakukan dengan melakukan observasi lapangan pada beberapa divisi di JNE Logistics and Distribution dan wawancara dengan kepala bagian maupun manajer tiap-tiap divisi. Potensi masalah ditemukan di divisi operasional dimana pembagian wilayah pengiriman yang dilakukan masih dirasakan kurang tepat. Mengingat masalah nyata di lapangan memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi, maka lingkup masalah dibatasi dengan asumsi-asumsi sebagai berikut: penelitian hanya difokuskan pada proses pengiriman (delivery) pada divisi operasional oleh kurir yang mengendarai sepeda motor, dimana kurir tersebut cukup mengenal wilayah Jakarta sehingga pengiriman dilakukan dengan melalui jalan raya tanpa ada kesalahan alamat atau kejadian antar ulang. Adapun penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data historis pada periode pengamatan (29 April sampai 31 Mei 2013), sehingga pengolahan data dan perhitungan yang dilakukan akan bersifat statis dan deterministik, dengan perhitungan jarak dilakukan dengan asumsi Euclidean dan bersifat simetris. Studi pustaka dilakukan untuk mencari teori-teori maupun metode-metode yang dapat dijadikan referensi dalam mengolah data dan melakukan perhitungan. Adapun metode penentuan rute yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekomposisi yang digunakan untuk memecah masalah menjadi beberapa cluster dengan metode Sweeping sebelum akhirnya dilakukan penentuan rute dengan metode heuristis Nearest Neighbor. Data yang dikumpulkan berasal dari packing list yang berisi paket mana saja yang dibawa oleh kurir yang namanya tertera di packing list tersebut, berikut informasi singkat mengenai paket yang dibawa. Dari packing list tersebut, dapat diketahui kurir mana saja yang bekerja pada hari tertentu dan pada jam berapa kurir tersebut menerima packing list tersebut. Data juga dikumpulkan dari nota serah terima paket yang dibawa oleh setiap kurir dalam pengiriman dan ditandatangani oleh konsumen maupun perwakilan konsumen yang telah menerima paket. Dari nota serah terima individual ini, dapat diketahui nama dan alamat lengkap konsumen, banyak dan berat paket yang dikirimkan ke konsumen tersebut, dan waktu terjadinya serah terima paket. Data alamat konsumen kemudian akan diolah dengan bantuan Google Maps untuk diterjemahkan menjadi titik koordinat lokasi konsumen pada Peta Jakarta, sedangkan data waktu serah terima paket akan diterjemahkan menjadi urutan rute aktual yang dilalui kurir ketika mengantarkan paket. Data-data berupa koordinat titik lokasi konsumen tersebut kemudian akan diplot untuk menentukan konsentrasi titik demand di seluruh Jakarta untuk menentukan usulan cluster alternatif. Titik-titik konsumen dalam tiap-tiap cluster alternatif tersebut kemudian akan disimulasikan untuk dilayani dengan mengikuti rute yang disarankan dengan menggunakan metode penentuan rute heuristis Nearest Neighbor. Pada tahap selanjutnya, akan dilakukan evaluasi penggunaan cluster dan rute alternatif dengan membandingkan hasil perhitungan ini dengan data aktual hasil pengumpulan data dan dengan hasil perhitungan bila penentuan rute dilakukan dengan metode heuristis Clarke & Wright Savings.

3 HASIL DAN BAHASAN Observasi dilakukan pada proses pengiriman komoditas vendor yang menggunakan jasa JNE Logistics and Distribution selama periode 29 April sampai 31 Mei Dari pengolahan data yang dilakukan, potensi masalah yang ditemukan berasal dari penggunaan tiga cluster yang dipakai oleh divisi operasional. Apabila cluster ini dapat digunakan dalam jangka waktu panjang (tanpa ada pergantian personel), ternyata tetap ditemukan adanya ketidakseimbangan demand antara satu cluster dengan cluster lainnya, dimana ditemukan adanya gap sebesar 141 demand antara cluster dengan demand tertinggi dan cluster dengan demand terrendah atau sekitar 8,23% dari total demand pada periode pengamatan (lihat Gambar 1 dan Tabel 1). Gambar 1 Pembagian Wilayah untuk Tiga Kurir Khusus Sumber: (dengan modifikasi) Tabel 1 Total Permintaan Setiap Cluster pada Periode 29 April 2013 hingga 31 Mei 2013 Cluster Total Permintaan A 614 B 620 C 479 Untuk menemukan cluster alternatif, dilakukan analisis pada data demand kumulatif (yang berjumlah lokasi alamat konsumen) dengan mengelompokkan titik-titik demand menurut kecamatan Jakarta. Tiga kecamatan yang cukup dominan ditinjau dari konsentrasi titik demand kumulatif dan frekuensi kunjungan harian terbanyak adalah kecamatan Grogol Petamburan, Kelapa Gading, dan Kebayoran Baru. Karena perbedaan antara tiga kecamatan ini dan kecamatan Jakarta lainnya cukup signifikan, maka wilayah pengiriman JNE di Jakarta juga dibagi menjadi tiga cluster dengan metode Sweep, dengan syarat: (1) masing-masing cluster harus mencakup salah satu dari tiga kecamatan terpilih dan (2) demand kumulatif pada ketiga cluster yang terbentuk harus seimbang dan keseimbangan ini diusahakan konsisten bila diaplikasikan ke dalam data demand harian. Metode Sweep dilakukan dengan menetapkan depot JNE sebagai pusat koordinat dan menggambarkan sumbu X dan sumbu Y koordinat maya pada peta Jakarta. Pembagian wilayah alternatif dengan metode Sweep menawarkan pemakaian cluster seperti pada Gambar 2, sedangkan keterangan Gambar 2 dapat dilihat pada Tabel 2.

4 Gambar 2 Pembagian Wilayah Alternatif Berdasarkan Tiga Kecamatan Terpilih Sumber: (dengan modifikasi) Tabel 1 Tabel Range Sudut untuk Cluster Alternatif Cluster Range Sudut Batas Kecamatan Range Sudut Cluster Grogol Petamburan 140º 221,7º 300º - 49,29º Kelapa Gading 350º 25,9º 49,3º - 237,99º Kebayoran Baru 247º 272º 238º - 299,99º Potensi masalah lainnya yang teramati selama periode pengamatan adalah kurang sistematisnya cara kurir dalam menentukan urutan konsumen yang dikunjungi ketika mengirimkan paket. Ternyata, keputusan penentuan rute oleh kurir di divisi operasional diserahkan sepenuhnya kepada penilaian subjektif dan pengalaman lapangan dari kurir tersebut. Sebagai akibatnya, rute aktual yang dilalui kurir menjadi kurang efisien, misalnya terjadi rute bolak balik maupun terjadinya loop yang saling berpotongan (visualisasi rute aktual pada hari sampel tanggal 8 Mei 2013 dapat dilihat pada Gambar 3). Sebagai akibatnya, ada kemungkinan kurir tidak dapat mengoptimalkan kapasitasnya ketika mengantarkan paket, sehingga diperlukan kurir dalam jumlah yang lebih banyak dari yang seharusnya dibutuhkan. Karena itu, diperlukan sistem atau metode dalam penentuan rute, dan metode yang dipilih dalam perhitungan ini adalah metode heuristis Nearest Neighbor. Metode ini dimulai dengan memilih satu titik i yang letaknya paling dekat dengan titik depot; kemudian dari titik i, perjalanan akan dilanjutkan menuju titik j yang terletak paling dekat dengan titik i, dan demikian seterusnya titik yang akan dipilih adalah titik yang paling dekat dengan posisi titik pada saat tertentu. Penugasan titik demand akan berhenti ketika membentur batasan kapasitas atau ketika semua titik demand dalam satu cluster sudah ditugaskan. Evaluasi penentuan rute dengan cluster alternatif dilakukan dengan mensimulasikan pengiriman paket pada 16 hari sampel dari data 27 hari observasi. JNE, selayaknya perusahaan penyedia jasa kurir lainnya, juga menargetkan pengoptimalan pemberdayaan kurir maupun kendaraan yang dipakai, di samping memberikan pelayanan yang memuaskan konsumennya. Adapun tingkat pemberdayaan kurir dapat dilihat dari indikator berupa total jarak yang dapat ditempuh kurir, banyak paket yang dapat dibawa kurir, maupun banyak konsumen yang dapat dikunjungi kurir. Dikarenakan adanya batasan berupa waktu, yaitu delapan jam kerja untuk kurir, maka dalam penentuan rute, didefinisikan batasan berupa total panjang jarak dan banyak maksimal konsumen yang dapat dikunjungi dalam satu hari. Selain itu, karena pengiriman dilakukan dengan motor, batasan dalam penentuan rute juga mencakup kapasitas kendaraan. Angka-angka untuk tiga indikator batasan di atas dapat dilihat pada Tabel 3, dimana batasan ini didapatkan dari nilai maksimum setiap indikator dalam data pengamatan pada periode 29 April sampai 31 Mei Tabel 3 Nilai Batasan Masing-Masing Indikator dalam Penentuan Rute

5 Indikator Berat Total Paket Harian per Kurir Jarak Total Harian per Kurir Banyak Lokasi Konsumen Harian per Kurir Nilai Batasan 59 kilogram 139,23 unit cm peta 31 lokasi Gambar 3 Rute Awal yang Dipilih Kurir pada Pengiriman Paket Tanggal 8 Mei 2013 Sumber: (dengan modifikasi) Rute kurir yang didapatkan melalui simulasi dengan metode heuristis Nearest Neighbor memberikan penghematan jarak yang cukup signifikan dibandingkan dengan rute aktual yang dilalui kurir, dengan rangkuman sebagai berikut: (1) 81,25% dari total jarak harian pada 16 hari sampel menunjukkan penghematan dengan penggunaan cluster alternatif dan metode Nearest Neighbor dalam penentuan rute dan (2) rata-rata penghematan total jarak harian bila penentuan rute pada cluster alternatif dilakukan dengan metode Nearest Neighbor adalah 77,6 cm unit peta. Visualisasi penentuan rute pada cluster alternatif dengan menggunakan metode Nearest Neighbor untuk data demand tanggal 8 Mei diberikan dalam Gambar 4, sedangkan ringkasan penghematan jarak total harian ditunjukkan pada Tabel 4. Simulasi penentuan rute pada cluster alternatif dengan meggunakan metode Nearest Neighbor juga menunjukan penggunaan kurir harian yang lebih minimal, yaitu antara 3 sampai 7 kurir. Sedangkan kurir harian yang bertugas di divisi operasional selama periode pengamatan berkisar antara 5 sampai 15 orang. Perbandingan banyak kurir harian dengan perhitungan Nearest Neighbor dan banyak kurir harian aktual pada periode pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5. Dari perbandingan kedua data ini, dapat dilihat bahwa rute yang dilalui kurir lebih efisien (lihat Gambar 4) dan pemberdayaan kurir lebih maksimal, yaitu untuk demand yang sama, kurir harian yang dibutuhkan lebih sedikit.

6 Gambar 4 Rute Nearest Neighbor pada Cluster Alternatif berdasarkan Data Demand 8 Mei 2013 Sumber: (dengan modifikasi) Tabel 4 Perbandingan Total Jarak Harian antara Penentuan Rute Nearest Neighbor pada Cluster Alternatif dengan Rute Aktual pada Cluster JNE 4/29 4/30 5/1 5/2 5/3 5/4 5/6 5/7 5/8 5/10 5/11 5/27 5/28 5/29 5/30 5/31 NN Aktual delta %delta 15% 31% 16% 20% 29% 27% 13% 9% 34% 6% 16% 30% 30% 15% 23% 48% Keterangan: Delta adalah selisih antara total jarak Euclidean metode Nearest Neighbor (NN) dengan Aktual. Warna merah mengindikasikan bahwa total jarak Euclidean dengan Google Maps ternyata lebih kecil dibandingkan dengan metode NN. Warna hitam mengindikasikan sebaliknya. Tabel 5 Perbandingan Banyak Kurir Harian antara Metode Nearest Neighbor (NN) dan Kondisi Aktual pada Periode Pengamatan 4/29 4/30 5/1 5/2 5/3 5/4 5/6 5/7 5/8 5/10 5/11 5/27 5/28 5/29 5/30 5/31 NN Aktual Metode heuristis Nearest Neighbor dipilih untuk digunakan dalam perhitungan karena tidak rumit, mudah dimengerti, dan mudah diaplikasikan. Perhitungan penentuan rute dengan metode lain yang lebih rumit mungkin dapat memberikan penghematan jarak yang lebih besar, namun metode Nearest Neighbor dipilih dengan mempertimbangkan kurir divisi operasional yang merupakan orang lapangan. Selain itu, perhitungan dengan metode Nearest Neighbor tidak harus menggunakan teknologi, namun dapat diperkirakan dengan logika bila divisualisasikan ke dalam peta, dimana visualisasi akan membantu penilaian mengenai jauh atau dekatnya satu titik lokasi dengan titik lainnya. Untuk evaluasi lebih lanjut, akan dilakukan perhitungan dengan metode heuristis lainnya, yaitu metode Clarke & Wright Savings. Perhitungan dengan menggunakan metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama serta sukar divisualisasikan dengan bantuan peta sekalipun, sehingga diperlukan bantuan komputer maupun teknologi lain. Logika di balik metode ini adalah bahwa penggabungan dua rute yang menghasilkan penghematan terbesar akan mendapat prioritas dalam penentuan urutan rute. Dengan metode ini, didapatkan bahwa total jarak harian yang disimulasikan menawarkan penghematan yang lebih besar dibandingkan dengan total jarak harian dari metode Nearest Neighbor (selengkapnya dapat mengacu pada Tabel 6). Namun, banyak kurir harian ideal yang dibutuhkan adalah sama dengan banyak kurir yang disarankan dengan perhitungan Nearest Neighbor. Bila biaya

7 operasional hanya ditinjau dari gaji kurir yang bertugas, maka penggunaan kedua metode dalam penentuan rute akan memakan biaya dalam jumlah yang sama. Untuk hal ini, perusahaan dapat mempertimbangkan trade-off antara penghematan jarak dan penghematan waktu perhitungan dalam memilih metode penentuan rute yang sebaiknya digunakan. Tabel 6 Perbandingan Total Jarak Harian antara Metode Nearest Neighbor (NN) dan Metode Clarke & Wright Savings 4/29 4/30 5/1 5/2 5/3 5/4 5/6 5/7 5/8 5/10 5/11 5/27 5/28 5/29 5/30 5/31 NN Saving Delta %Delta 18% 12% 16% 12% 17% 6% 16% 27% 16% 17% 1% 22% 15% 10% 14% 11% Keterangan: Delta adalah selisih antara total jarak kedua metode. Warna merah mengindikasikan bahwa total jarak dengan metode Saving lebih kecil dibandingkan dengan metode NN. Warna hitam mengindikasikan sebaliknya. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah berupa cluster alternatif dan metode penentuan rute yang dapat diaplikasikan dalam proses pengiriman paket di Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution. Selain itu, hasil simulasi sampel demand harian selama periode 29 April sampai 31 Mei 2013 juga menghasilkan output berupa banyak kurir harian yang dibutuhkan di divisi tersebut dalam mengirimkan paket. Pembagian wilayah oleh JNE dan pembagian wilayah alternatif sama-sama membagi wilayah Jakarta menjadi tiga wilayah operasional bagi kurir khusus di divisi operasional, namun pertimbangan yang digunakan dalam merancang pembagian wilayah alternatif adalah berdasarkan konsentrasi demand dan frekuensi demand di kecamatan-kecamatan Jakarta. Tiga cluster alternatif yang dihasilkan dengan metode Sweep masing-masing mencakup kecamatan Grogol Petamburan, Kelapa Gading, dan Kebayoran Baru. Adapun bentuk final dari cluster alternatif disesuaikan dengan bentuk jalan raya yang posisinya paling dekat dengan batas cluster yang dihasilkan oleh metode Sweep (lihat Gambar 5). Jumlah kurir harian yang dibutuhkan dengan memaksimalkan pemberdayaan kurir maupun kendaraan berkisar antara 3 sampai 7 orang, dan menunjukkan penurunan jumlah kurir harian sampai sebesar 59,88% dari banyak maksimal kurir harian yang bertugas di JNE selama periode pengamatan. Dengan tingkat demand yang sama, penurunan jumlah kurir akan meningkatkan kinerja kurir, yang ditunjukkan dengan peningkatan rata-rata banyak lokasi yang dapat dikunjungi kurir per hari sebesar 168,18%. Adapun banyak kurir harian ini didapatkan dari perhitungan penentuan rute dengan metode heuristis Nearest Neighbor. Pembagian wilayah alternatif ini dapat diaplikasikan pada Divisi Operasional JNE Logistics and Distribution untuk dilakukan evaluasi apakah memang penerapan cluster alternatif ini dapat meningkatkan kinerja kurir. Selain itu, jika penggunaan metode Clarke & Wright Savings dalam penentuan rute kurir dinilai layak untuk diterapkan karena mampu menghasilkan penghematan jarak yang lebih besar dibandingkan dengan metode Nearest Neighbor, maka penelitian selanjutnya dapat mengembangkan software untuk mempermudah kurir JNE dalam menentukan rute dengan metode Clarke & Wright Savings.

8 Gambar 5 Pembagian Wilayah Pengiriman Alternatif dengan Mempertimbangkan Bentuk Jalan Sumber: (dengan modifikasi) Adanya sistematika dalam penentuan rute (yang sebelumnya dilakukan berdasarkan penilaian subjektif dan pengalaman lapangan) menyebabkan jumlah kurir harian yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit. Karena itu, JNE mungkin dapat menerapkan prinsip sharing resources antara divisi operasional dengan divisi lain untuk meminimalkan kemungkinan kurir yang menganggur (idle). Selain itu, dari sisi strategis, memaksimalkan pemberdayaan kurir selama jam kerja mereka mungkin akan mengakibatkan waktu tunggu yang lebih lama bagi konsumen yang berada pada urutan akhir dari rute yang dilalui kurir. Karena itu, dapat dilakukan penelitian dan evaluasi lebih lanjut dari efek minimalisasi jumlah kurir terhadap tingkat kepuasan konsumen.

9 REFERENSI Bowersox, D. J., Closs, D. J., & Cooper, M.B. (2002). Supply Chain Logistics Management. The McGraw-Hill Companies, Inc. Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2013). Informasi Statistik. Edisi: dikutip pada Juli 10, 2013, dari Chopra, S., & Meindl, P. (2010). Supply Chain Management: Strategy, Planning, and Operation. New Jersey: Pearson Education, Inc. Cao, B., & Glover, F. (2010). Creating Balanced and Connected Clusters to Improve Service Delivery Routes in Logistics Planning. Systems Engineering Society of China & Springer-Verlag Berlin Heidelberg. dikutip pada April 29, 2013, dari J Syst Sci Syst Eng. DOI: /a x Carić1, T., Galić, A., Gold, H., & Reinholz, A. (2008). A Modelling and Optimization Framework for Real-World Vehicle Routing Problems. Oleh T. Caric & H. Gold (Ed.), Vehicle Routing Problem. Croatia: In-Tech Printed. Cordeau, J. F., Gendreau, 1. M., Laporte, G., Potvin, J. Y., & Semet, F. (2002). A guide to Vehicle Routing Heuristics. Journal of the Operational Research Society, (53). Ezzatneshan, A. (2010). A Algorithm for the Vehicle Problem. International Journal of Advanced Robotic Systems, 7(2), Ghiani, G., Laporte, G., and Musmanno, R. (2004). Introduction to Logistics Systems Planning and Control. New York: Wiley. Israel, D. G. (2013). Determining Sample Size. Dikutip dari basis data University of Florida Jakarta Tourism Map. (n.d.). Dikutip Mei 8, 2013, dari Matai, R., Singh, S. P., Mittal, M. L. (2010). Traveling Salesman Problem, Theory and Applications. ISBN: Pillac, V., Gueret, C., & Medaglia, A. (2010). Dynamic Vehicle Routing Problems: State of The Art and Prospects. Technical Report, 10(4), hal Ripley, D. (2002). Improving Employee Performance: Moving Beyond Traditonal HRM Responses. Dikutip pada Mei 15, 2013, dari Taylor III, B. W., & Russell, R. S. (2009). Operations Management Along the Supply Chain. John Wiley & Sons, Inc. (Asia) Pte Ltd. Tan, P.N., Steinbach, M., & Kumar, V. (2006). Introdustion to Data Mining. Pearson. Zhou, X., and Xie, X. (2010). A Study on the Organization Structure of Third-party Logistics Enterprise Servicing for Manufacturing Enterprise. International Journal of Business and Management, 5(1), RIWAYAT PENULIS Makalah ini dibuat oleh tiga penulis. Penulis pertama adalah Ani, lahir di kota Bengkalis pada tanggal 22 Maret 1991, yang merupakan mahasiswa Universitas Bina Nusantara jurusan Teknik Industri angkatan Penulis kedua, Sherly, lahir di kota Jakarta pada tanggal 28 Oktober 1988, merupakan mahasiswa Universitas Bina Nusantara jurusan Teknik Industri angkatan Terakhir, penulis ketiga adalah Stephanie, lahir di kota Medan pada tanggal 13 April Penulis merupakan mahasiswa Universitas Bina Nusantara jurusan Teknik Industri angkatan Penulis dibimbing oleh Ketut Gita Ayu, MSIE., yang menyelesaikan studi S1 dan S2 jurusan Teknik Industri di Georgia Institute of Technology, Atlanta. Pembimbing juga merupakan anggota dari IIE dan SEM

10

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Pengolahan Data Harian Divisi operasional di JNE Logistics and Distribution bertanggung jawab untuk memastikan bahwa komoditas dari vendor-vendor yang memakai jasa JNE Logistics

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi penelitian berperan untuk membantu agar masalah dapat diselesaikan secara lebih terarah dan sistematis. Dalam metodologi penelitian, akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan manufaktur dan service, selain fokus pada bisnis utamanya, juga harus memperhatikan masalah logistik. Biasanya, perusahaan ini akan bekerja sama dengan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management Supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

PERENCANAAN OPERASIONAL DISTRIBUSI SURAT KABAR DARI PERCETAKAN KE SEJUMLAH AGEN DI KOTA SURABAYA ABSTRAK

PERENCANAAN OPERASIONAL DISTRIBUSI SURAT KABAR DARI PERCETAKAN KE SEJUMLAH AGEN DI KOTA SURABAYA ABSTRAK PERENCANAAN OPERASIONAL DISTRIBUSI SURAT KABAR DARI PERCETAKAN KE SEJUMLAH AGEN DI KOTA SURABAYA Erma Budhi Kurnia Susanti 1),Ahmad Rusdianyah 2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi

Lebih terperinci

MEMECAHKAN PERMASALAHAN VEHICHLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOW MELALUI METODE INSERTION HEURISTIC (STUDI KASUS : PT X WILAYAH BANDUNG)

MEMECAHKAN PERMASALAHAN VEHICHLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOW MELALUI METODE INSERTION HEURISTIC (STUDI KASUS : PT X WILAYAH BANDUNG) Seminar Nasional IENACO 213 ISSN: 23374349 MEMECAHKAN PERMASALAHAN VEHICHLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOW MELALUI METODE INSERTION HEURISTIC (STUDI KASUS : PT X WILAYAH BANDUNG) Putri Mety Zalynda Dosen

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS Annisa Kesy Garside, Xamelia Sulistyani, Dana Marsetiya Utama Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang,

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW

PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW INFOMATEK Volume 19 Nomor 1 Juni 2017 PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW Tjutju T. Dimyati Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pasundan Abstrak: Penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi adalah salah satu bagian dari sistem logistik yang sangat penting. Transportasi itu sendiri digunakan untuk mengangkut penumpang maupun barang

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN KERTAS KARTON MODEL STUDI KASUS: PT. PAPERTECH INDONESIA UNIT II MAGELANG

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN KERTAS KARTON MODEL STUDI KASUS: PT. PAPERTECH INDONESIA UNIT II MAGELANG PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN KERTAS KARTON MODEL STUDI KASUS: PT. PAPERTECH INDONESIA UNIT II MAGELANG Hafidh Munawir, Agus Narima Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Peranan jaringan distribusi dan transportasi sangatlah vital dalam proses bisnis dunia industri. Jaringan distribusi dan transportasi ini memungkinkan produk berpindah

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR (Studi Kasus Pada PT. Graha Gas Niaga Klaten)

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR (Studi Kasus Pada PT. Graha Gas Niaga Klaten) PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR (Studi Kasus Pada PT. Graha Gas Niaga Klaten) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masalah pengiriman barang, sebuah rute diperlukan untuk menentukan tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui darat, air,

Lebih terperinci

Penentuan Rute Distribusi Air Mineral Menggunakan Metode Clarke-Wright Algorithm dan Sequential Insertion *

Penentuan Rute Distribusi Air Mineral Menggunakan Metode Clarke-Wright Algorithm dan Sequential Insertion * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Teknik Industri Itenas.2 Vol.1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2013 Penentuan Rute Distribusi Air Mineral Menggunakan Metode Clarke-Wright Algorithm dan Sequential

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendistribusian suatu barang merupakan persoalan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari baik oleh pemerintah maupun oleh produsen. Dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

Pembentukan Rute Distribusi Menggunakan Algoritma Clarke & Wright Savings dan Algoritma Sequential Insertion *

Pembentukan Rute Distribusi Menggunakan Algoritma Clarke & Wright Savings dan Algoritma Sequential Insertion * Reka Integra ISSN: 2338-508 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 204 Pembentukan Distribusi Menggunakan Algoritma Clarke & Wright Savings dan Algoritma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam sistem distribusi pupuk terdapat beberapa masalah yang mucul. Masalah sistem distribusi pupuk antara lain berupa masalah pengadaan pupuk, penentuan stock, proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicle Routing Problem (VRP) merupakan salah satu permasalahan yang terdapat pada bidang Riset Operasional. Dalam kehidupan nyata, VRP memainkan peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aplikasinya di berbagai area telah meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. aplikasinya di berbagai area telah meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian mengenai transportasi dan aplikasinya di berbagai area telah meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya studi

Lebih terperinci

PADA DISTRIBUTOR BAHAN MAKANAN VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS AT FOOD INGREDIENTS DISTRIBUTOR

PADA DISTRIBUTOR BAHAN MAKANAN VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS AT FOOD INGREDIENTS DISTRIBUTOR VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS PADA DISTRIBUTOR BAHAN MAKANAN VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS AT FOOD INGREDIENTS DISTRIBUTOR Herry Christian Palit, *), Sherly ) ) Industrial Engineering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena penurunan biaya transportasi dapat meningkatkan keuntungan. mengoptimalkan penggunaan kapasitas serta jumlah kendaraan.

BAB I PENDAHULUAN. karena penurunan biaya transportasi dapat meningkatkan keuntungan. mengoptimalkan penggunaan kapasitas serta jumlah kendaraan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu perusahaan karena penurunan biaya transportasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menerapkan kombinasi algoritma NN dan metode heuristik untuk membuat program bagi kasus Sequential 2L-CVRP dengan memberikan usulan rute dan peletakan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi Pendahuluan Studi pendahuluan dilaksanakan untuk memperoleh masukan mengenai objek yang akan diteliti. Pada penelitian perlu adanya rangkaian langkah-langkah yang

Lebih terperinci

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL PADA PT

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL PADA PT PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL PADA PT. SURYA AGUNG KARYA UTAMA UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA DENGAN METODE CLARKE AND WRIGHT SAVING HEURISTIC TUGAS AKHIR Oleh Dicky Handes 1100033536 Kishi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA HEURISTIK UNTUK PENYELESAIAN PERMASALAHAN SWAP-BODY VEHICLE ROUTING PROBLEM

PERANCANGAN ALGORITMA HEURISTIK UNTUK PENYELESAIAN PERMASALAHAN SWAP-BODY VEHICLE ROUTING PROBLEM PERANCANGAN ALGORITMA HEURISTIK UNTUK PENYELESAIAN PERMASALAHAN SWAP-BODY VEHICLE ROUTING PROBLEM Pembimbing: Dr. Eng. Ir. Ahmad Rusdiansyah, M.Eng, CSCP Disusun Oleh: Jurusan Teknik Industri Andre T.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab II dalam penelitian ini terdiri atas vehicle routing problem, teori lintasan dan sirkuit, metode saving matriks, matriks jarak, matriks penghematan, dan penentuan urutan konsumen.

Lebih terperinci

Sistem Logistik Karet Rakyat Berbasis GIS Dengan Algoritma Rute Terpendek

Sistem Logistik Karet Rakyat Berbasis GIS Dengan Algoritma Rute Terpendek Sistem Logistik Karet Rakyat Berbasis GIS Dengan Algoritma Rute Terpendek Alexander Prasetio 1, Muhammad Izman Herdiansyah 2, Megawaty 3 Mahasiswa Universitas Bina Darma 1, Dosen Universitas Bina Darma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di bidang industri yang pesat dan maju dapat terlihat pada jumlah produk dalam setiap produksi dari sebuah perusahaan atau pabrik. Produk yang telah di

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK PADA PT. POS INDONESIA MEDAN

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK PADA PT. POS INDONESIA MEDAN PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK PADA PT. POS INDONESIA MEDAN T U G A S S A R J A N A Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah pabrik atau distributor tentunya memiliki konsumen-konsumen yang harus dipenuhi kebutuhannya. Dalam pemenuhan kebutuhan dari masing-masing konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta mempermudah penyampaian produk dari produsen ke konsumen. Distribusi

BAB I PENDAHULUAN. serta mempermudah penyampaian produk dari produsen ke konsumen. Distribusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendistribusian adalah kegiatan penyaluran yang berusaha memperlancar serta mempermudah penyampaian produk dari produsen ke konsumen. Distribusi yang efektif akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya kegiatan atau aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kegiatan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Saat ini, supply chain management (SCM) telah menjadi salah satu alat perbaikan bisnis yang paling kuat. Setiap organisasi harus melakukan transformasi baik dari segi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Setelah penulis melakukan penelitian di Putra Mandiri dan membahas hasil penelitian pada bab 4, maka penulis dapat mengambil kesimpulan yang merupakan jawaban

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Konsep Supply Chain Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Pada bab ini akan diuraikan mengenai proses pengumpulan dan pengolahan data hingga terbentuk rute distribusi usulan serta perancangan alat bantu hitung yang

Lebih terperinci

Algoritma Penentuan Rute Kendaraan Dengan Memperhatikan Kemacetan Muhammad Nashir Ardiansyah (hal 88 92)

Algoritma Penentuan Rute Kendaraan Dengan Memperhatikan Kemacetan Muhammad Nashir Ardiansyah (hal 88 92) ALGORITMA PENENTUAN RUTE KENDARAAN DENGAN MEMPERHATIKAN KEMACETAN Muhammad Nashir Ardiansyah Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University nashir.ardiansyah@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan produk dari pihak supplier ke pihak konsumen dalan suatu supply chain (Chopra, 2010, p86). Distribusi terjadi

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Industri, Universitas Tarumanagara

Program Studi Teknik Industri, Universitas Tarumanagara USULAN PERBAIKAN RUTE PENDISTRIBUSIAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS BULLWHIP EFFECT, METODE NEAREST INSERT DAN NEAREST NEIGHBOR (STUDI KASUS DI PT. YNP) Iphov Kumala Sriwana 1, Ahmad 2 dan Audi Frisbert

Lebih terperinci

Optimasi Rute Angkutan Publik dengan Menggunakan Metode Algoritma Clark-Wright

Optimasi Rute Angkutan Publik dengan Menggunakan Metode Algoritma Clark-Wright Optimasi Rute Angkutan Publik dengan Menggunakan Metode Algoritma Clark-Wright Ary Arvianto *1), Sriyanto 2), Lo Hendrawan Wijaya 3) 1,2,3) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di dalam dunia logistik, pendistribusian barang sudah menjadi bagian penting dan sangat diperhatikan. Distribusi merupakan langkah untuk memindahkan dan memasarkan

Lebih terperinci

MINIMASI BIAYA DALAM PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK MINUMAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX

MINIMASI BIAYA DALAM PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK MINUMAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX MINIMASI BIAYA DALAM PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK MINUMAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX Supriyadi 1, Kholil Mawardi 2, Ahmad Nalhadi 3 Departemen Teknik Industri Universitas Serang Raya supriyadimti@gmail.com,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MULTIPLE DEPOT VEHICLE ROUTING PROBLEM (MDVRP) MENGGUNAKAN METODE INSERTION HEURISTIC

PENYELESAIAN MULTIPLE DEPOT VEHICLE ROUTING PROBLEM (MDVRP) MENGGUNAKAN METODE INSERTION HEURISTIC PENYELESAIAN MULTIPLE DEPOT VEHICLE ROUTING PROBLEM (MDVRP) MENGGUNAKAN METODE INSERTION HEURISTIC Dima Prihatinie, Susy Kuspambudi Andaini, Darmawan Satyananda JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

APLIKASI SOFTWARE CUBE IQ DALAM AKTIVITAS LOADING (STUDI KASUS: PT X)

APLIKASI SOFTWARE CUBE IQ DALAM AKTIVITAS LOADING (STUDI KASUS: PT X) APLIKASI SOFTWARE CUBE IQ DALAM AKTIVITAS LOADING (STUDI KASUS: PT X) Rienna Oktarina Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Widyatama Jl. Cikutra 204 Bandung 40125 E-mail: rienna.oktarina@widyatama.ac.id

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 58

DAFTAR PUSTAKA. 58 58 DAFTAR PUSTAKA Batubara, S., Maulidya, R. dan Kusumaningrum, I., (2013). Perbaikan Sistim Distribusi dan Transportasi dengan Menggunakan Distribution Requiremenmt Planning (DRP) dan Alogaritma Djikstra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan usaha bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu perusahaan karena

Lebih terperinci

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT. CAHAYA SEJAHTERA SENTOSA BLITAR SKRIPSI Oleh : MONICA WINA NURANI 0532010228

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori graf 2.1.1 Defenisi graf Graf G adalah pasangan {,} dengan adalah himpunan terhingga yang tidak kosong dari objek-objek yang disebut titik (vertex) dan adalah himpunan pasangan

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI UNTUK MINIMASI BIAYA DISTRIBUSI TEH WALINI READY TO DRINK DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO) *

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI UNTUK MINIMASI BIAYA DISTRIBUSI TEH WALINI READY TO DRINK DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO) * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI UNTUK MINIMASI BIAYA DISTRIBUSI TEH WALINI READY

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SURYA MEDIA PERDANA SURABAYA SKRIPSI Oleh : TRI PRASETYO NUGROHO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Suzuki Indomobil Sales (PT. SIS) adalah Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) sepeda motor merek Suzuki di Indonesia. PT. SIS selaku ATPM hanya melakukan proses produksi

Lebih terperinci

Optimasi Rute Distribusi Bantuan Logistik Bencana Erupsi Gunung Merapi Menggunakan Algoritma Sweep

Optimasi Rute Distribusi Bantuan Logistik Bencana Erupsi Gunung Merapi Menggunakan Algoritma Sweep Petunjuk Sitasi; Sulistyo, S. R., & Zulfikar, M. (2017). Optimasi Rute Distribusi Bantuan Logistik Bencana Erupsi Gunung Merapi Menggunakan Algoritma Sweep. Prosiding STI dan SATELIT 2017 (pp. H24-29).

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR Dian Kurniawati Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta dian_kurniawati83@yahoo.com Agus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 pendahuluan ini berisikan tentang apa-apa saja yang menjadi latar belakang permasalahan yang terjadi pada distribusi pengiriman produk pada distributor PT Coca Cola, posisi penelitian,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Transportasi merupakan bagian dari distribusi. Ong dan Suprayogi (2011) menyebutkan biaya transportasi adalah salah

Lebih terperinci

Penentuan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Metode (1-0) Insertion Intra Route (Studi Kasus di PT X) *

Penentuan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Metode (1-0) Insertion Intra Route (Studi Kasus di PT X) * Reka Integra ISSN: 2338-508 Jurusan Teknik Industri Itenas No.0 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 205 Penentuan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Metode (-0) Insertion Intra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem distribusi/trasportasi adalah salah satu hal yang penting bagi perusahaan, karena berkaitan dengan pelayana kepada konsumen. Dalam sistem distribusi/trasportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koordinasi antar jaringan distribusi dalam mengintegrasikan sistem logistik, merupakan kunci keberhasilan dari suatu sistem rantai pasok sebuah perusahaan.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN DUA ESELON DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN DUA ESELON DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS) PENGENDALIAN PERSEDIAAN DUA ESELON DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS) Santoso 1*, David Try Liputra 2, Yoanes Elias 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang pengendalian kualitas untuk mengurangi produk gagal kaca pada perusahaan Sabang Kaca, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Tirta Makmur Perkasa adalah perusahaan di bawah naungan Indofood yang bertugas mendistribusikan produk air mineral dalam kemasan dengan merk dagang CLUB di Kota

Lebih terperinci

PENYELESAIAN VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS DENGAN PENDEKATAN GOAL PROGRAMMING Atmini Dhoruri, Eminugroho R.

PENYELESAIAN VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS DENGAN PENDEKATAN GOAL PROGRAMMING Atmini Dhoruri, Eminugroho R. PENYELESAIAN VEHICLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOWS DENGAN PENDEKATAN GOAL PROGRAMMING Atmini Dhoruri, Eminugroho R., Dwi Lestari Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah membentuk model vehicle routing

Lebih terperinci

MODEL GRAVITY DAN ALGORITMA SAVINGS DALAM PENENTUAN LOKASI DAN JARINGAN DISTRIBUSI (Studi Kasus: UMKM Melia Cakes Cianjur)

MODEL GRAVITY DAN ALGORITMA SAVINGS DALAM PENENTUAN LOKASI DAN JARINGAN DISTRIBUSI (Studi Kasus: UMKM Melia Cakes Cianjur) MODEL GRAVITY DAN ALGORITMA SAVINGS DALAM PENENTUAN LOKASI DAN JARINGAN DISTRIBUSI (Studi Kasus: UMKM Melia Cakes Cianjur) Adrian Firdaus Hendy Suryana Program Studi Teknik Industri, Universitas Suryakancana

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti terhadap aktivitas pengelolaan persediaan barang jadi di PT TAS berikut kesimpulan yang peneliti buat: 5.

Lebih terperinci

SAVING MATRIX UNTUK MENENTUKAN RUTE DISTRIBUSI

SAVING MATRIX UNTUK MENENTUKAN RUTE DISTRIBUSI Jurnal Ilmiah Teknik Industri (2014), Vol. 2 No. 1, 14 17 SAVING MATRIX UNTUK MENENTUKAN RUTE DISTRIBUSI Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Malang e-mail: masudin@umm.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN SAVING MATRIKS, SEQUENTIAL INSERTION, DAN NEAREST NEIGHBOUR DI VICTORIA RO

PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN SAVING MATRIKS, SEQUENTIAL INSERTION, DAN NEAREST NEIGHBOUR DI VICTORIA RO Penyelesaian Capacitated Vehicle (Marchalia Sari A) 1 PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN SAVING MATRIKS, SEQUENTIAL INSERTION, DAN NEAREST NEIGHBOUR DI VICTORIA RO SOLVING CAPACITATED

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP)

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) Rezki Susan Ardyati dan Dida D. Damayanti Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Penulis mengusulkan 3 tahap algoritma Constructive Heuristic. Algoritma diujicobakan pada kasus nyata Bulan Juli 2013 menggunakan bantuan Microsoft Excel untuk

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI TRIPLEK/PLYWOOD KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI TRIPLEK/PLYWOOD KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI TRIPLEK/PLYWOOD KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. ARIA DUTA PANEL SURABAYA SKRIPSI Oleh : STEFANUS FREDDY KRISTIANTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi merupakan proses penyaluran produk dari produsen sampai ke tangan masyarakat atau konsumen. Kemudahan konsumen dalam menjangkau produk yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada Gudang Badjoe M26, maka dapat ditarik kesimpulan berikut ini : a. Prosedur pada siklus pembelian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan rute terpendek merupakan suatu jaringan pengarahan rute perjalanan di mana seseorang pengarah jalan ingin menentukan rute terpendek antara dua kota berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem logistik yang bertanggungjawab akan perpindahan material antar fasilitas. Distribusi berperan dalam membawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, maka pelaku bisnis perlu menerapkan suatu strategi yang tepat agar dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, maka pelaku bisnis perlu menerapkan suatu strategi yang tepat agar dapat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dewasa ini perkembangan dunia bisnis sangat pesat, hal ini ditandai dengan adanya tingkat persaingan yang semakin meningkat. Mengingat hal ini, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Distribusi merupakan suatu alur dari arus yang dilalui barang-barang dari produsen kepada perantara sampai akhirnya sampai kepada konsumen sebagai pemakai (Suryanto,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah yang sudah ditetapkan di Bab 1, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Diperoleh karakteristik kebutuhan dan keinginan konsumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencarian rute terpendek merupakan masalah dalam kehidupan sehari-hari, berbagai kalangan menemui masalah yang sama dalam pencarian rute terpendek (shortest path) dengan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RUTE DISTRIBUSI JUS DALAM KEMASAN MENGGUNAKAN CLARK AND WRIGHT SAVING HEURISTIC

PENYUSUNAN RUTE DISTRIBUSI JUS DALAM KEMASAN MENGGUNAKAN CLARK AND WRIGHT SAVING HEURISTIC PENYUSUNAN RUTE DISTRIBUSI JUS DALAM KEMASAN MENGGUNAKAN CLARK AND WRIGHT SAVING HEURISTIC Anton Indra Gunawan PT. Astra Honda Motor (AHM), Jakarta antonbedes13@yahoo.com ABSTRACT Presently, the distribution

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN SISTEM TRANSPORTASI DAN PENYEDIAAN KOMPONEN LOKAL DENGAN METODE SAVING MATRIX UNTUK WILAYAH CIKARANG DI PT.

ANALISIS PERENCANAAN SISTEM TRANSPORTASI DAN PENYEDIAAN KOMPONEN LOKAL DENGAN METODE SAVING MATRIX UNTUK WILAYAH CIKARANG DI PT. ANALISIS PERENCANAAN SISTEM TRANSPORTASI DAN PENYEDIAAN KOMPONEN LOKAL DENGAN METODE SAVING MATRIX UNTUK WILAYAH CIKARANG DI PT. XYZ Umi Marfuah 1*, Anggi Oktaviani 1, Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pengiriman barang, pemilihan jalur yang tepat sangat penting dalam meminimalkan biaya dan waktu pengiriman barang. Penggunaan teknologi dapat membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos.

BAB I PENDAHULUAN. Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radar Malang merupakan salah satu grup Radar terbesar di Jawa Pos. Berdiri sejak 15 Desember 1999, menjadi suplemen Jawa Pos. Perkembangan Radar Malang sangat pesat

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENDISTRIBUSIAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION RESOURCE PLANNING DAN SAVINGS MATRIX PADA PT.

PERENCANAAN PENDISTRIBUSIAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION RESOURCE PLANNING DAN SAVINGS MATRIX PADA PT. PERENCANAAN PENDISTRIBUSIAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION RESOURCE PLANNING DAN SAVINGS MATRIX PADA PT. TIRTA SIBAYAKINDO TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 4 ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 43 BAB 4 ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang di peroleh dari perusahaan berasal dari departemen logistic dan purchasing. Adapun data-data yang di kumpulkan adalah data permintaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI PENJADWALAN PENGIRIMAN BARANG PADA PERUSAHAAN DISTRIBUSI ROKOK PT. X DENGAN METODE STEPPING STONE

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI PENJADWALAN PENGIRIMAN BARANG PADA PERUSAHAAN DISTRIBUSI ROKOK PT. X DENGAN METODE STEPPING STONE PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI PENJADWALAN PENGIRIMAN BARANG PADA PERUSAHAAN DISTRIBUSI ROKOK PT. X DENGAN METODE STEPPING STONE Yulia 1, Andreas Handojo 2, Mira Karina Soesetio 3 1,2 Dosen tetap Fakultas

Lebih terperinci

PENENTUAN POLA DISTRIBUSI OPTIMAL MENGGUNAKAN METODE SAVING MATRIX

PENENTUAN POLA DISTRIBUSI OPTIMAL MENGGUNAKAN METODE SAVING MATRIX PENENTUAN POLA DISTRIBUSI OPTIMAL MENGGUNAKAN METODE SAVING MATRIX UNTUK MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS PEMESANAN (STUDI KASUS DI PT. INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR TBK NOODLE DIVISION SEMARANG) Evelyn 1, Aries

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di wilayah rawan bencana. Dalam dekade terakhir sudah cukup banyak bencana yang melanda negeri ini. Gempa bumi, gunung meletus,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Permasalahan yang terjadi di CARLogistik termasuk kategori kompleks. Berdasarkan hasil analisis dan observasi data yang peneliti lakukan, diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: OPTIMASI BIAYA TRANSPORTASI PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SUSU SAPI PERAH DENGAN MODEL SIMULASI

Seminar Nasional IENACO ISSN: OPTIMASI BIAYA TRANSPORTASI PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SUSU SAPI PERAH DENGAN MODEL SIMULASI Seminar Nasional IENACO - ISSN: - OPTIMASI BIAYA TRANSPORTASI PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SUSU SAPI PERAH DENGAN MODEL SIMULASI Ida Nursanti *, Supriyanto Pusat Studi Logistik dan Optimisasi Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari hampir semua aktivitas industri adalah menekan biaya produksi dan biaya operasional seminimal mungkin guna mendapatkan keuntungan semaksimal

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Grafik Jenis Pelanggan PT. Jasatama Polamedia

Gambar 1.1. Grafik Jenis Pelanggan PT. Jasatama Polamedia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia perekonomian, bisnis, dan politik di Indonesia, menuntut masyarakat untuk terus mendapatkan dan mengupdate berita dan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada proses bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada proses bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada proses bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu perusahaan karena penurunan biaya transportasi dapat

Lebih terperinci

Optimasi Distribusi Koran Menggunakan Metode Saving Matriks (Studi Kasus : PT. Riau Pos Intermedia)

Optimasi Distribusi Koran Menggunakan Metode Saving Matriks (Studi Kasus : PT. Riau Pos Intermedia) Optimasi Distribusi Koran Menggunakan Metode Saving Matriks (Studi Kasus : PT. Riau Pos Intermedia) Sri Basriati 1, Rio Sunarya 2 1,2 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suska Riau Jln.

Lebih terperinci

Manajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N

Manajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N Manajemen Transportasi dan Distribusi Diadopsi dari Pujawan N Pendahuluan Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat

Lebih terperinci

Usulan Penentuan Strategi Pendistribusian yang Optimal (Studi Kasus : PT. X)

Usulan Penentuan Strategi Pendistribusian yang Optimal (Studi Kasus : PT. X) Jurnal Metris, 15 (2014): 111 118 Jurnal Metris ISSN: 1411 -- 3287 Usulan Penentuan Strategi Pendistribusian yang Optimal (Studi Kasus : PT. X) Trifenaus Prabu Hidayat, Anastasia Kristinawati Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input) dari kegiatan produksi, perdagangan, pertanian, dan

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input) dari kegiatan produksi, perdagangan, pertanian, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia industri, transportasi merupakan salah satu aktivitas utama dalam sistem logistik dan memiliki peranan yang penting dalam perusahaan. Transportasi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, diolah, dan dianalisa, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yakni sebagai berikut : 1. Dari hasil penyebaran kuesioner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan manufaktur semakin ketat. Hal ini mendorong perusahaan untuk mencari strategi yang tepat agar dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Distribusi Distribusi (distribution) termasuk terminologi dalam ilmu ekonomi dan dalam kalangan perindustrian. Menurut Frank H. Woodward (2002) dijelaskan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville,

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville, BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pengembangan perangkat lunak dalam penelitian ini dilakukan dengan mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville, yang terbagi atas 4

Lebih terperinci