STUDI PENGELOLAAN GULMA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SEKUNYIR ESTATE, PT. INDOTRUBA TENGAH, MINAMAS PLANTATION, KALIMANTAN TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PENGELOLAAN GULMA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SEKUNYIR ESTATE, PT. INDOTRUBA TENGAH, MINAMAS PLANTATION, KALIMANTAN TENGAH"

Transkripsi

1 STUDI PENGELOLAAN GULMA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SEKUNYIR ESTATE, PT. INDOTRUBA TENGAH, MINAMAS PLANTATION, KALIMANTAN TENGAH HUSNI MUBAROK A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN HUSNI MUBAROK. Studi Pengelolaan Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate, PT. Indotruba Tengah, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah. (Dibimbing oleh ADIWIRMAN dan DWI GUNTORO). Perkebunan kelapa sawit memiliki karakteristik lingkungan yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya seperti iklim, fisiografik, dan biotik. Perbedaan karakteristik lingkungan tersebut akan menyebabkan jenis gulma yang tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit akan berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Untuk mengetahui jenis gulma yang tumbuh dominan pada suatu perkebunan kelapa sawit harus dilakukan analisis vegetasi. Data hasil analisis vegetasi dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengelolaan gulma di perkebunan kelapa sawit. Pengelolaan gulma meliputi penentuan jenis pengendalian gulma, penentuan jumlah tenaga kerja, dan penentuan jenis herbisida yang akan digunakan. Kegiatan magang bertujuan untuk melakukan studi pengelolaan gulma di perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate, PT. Indotruba Tengah, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah, meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial pada perkebunan kelapa sawit, mengidentifikasi permasalahan dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit khususnya dalam pengelolaan gulma. Metode yang dilakukan dalam kegiatan magang untuk mendapatkan data primer dan sekunder adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan bekerja aktif di lapangan sesuai jenjang jabatan, wawancara, serta melakukan pengambilan sampel gulma dan pengamatan gulma Asystasia intrusa. Metode tidak langsung dilakukan dengan studi arsip kebun dari laporan harian dan RKT (rencana kerja tahunan). Pengendalian gulma di Sekunyir Estate dilakukan secara kimia dan mekanis. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan pada piringan, gawangan, pasar rintis, TPH, dan alang-alang. Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan dengan manual dan menggunakan mesin pemotong rumput. Pengendalian gulma manual dilakukan pada gawangan, dan mesin pemotong rumput digunakan pada TPH.

3 ii Pengendalian gulma secara kimia pada piringan dan TPH menunjukkan bahwa realisasi pemakaian herbisida Audit lebih rendah 15 % dari target, sedangkan pemakaian herbisida Starane lebih tinggi 47.7 % dari target. Realisasi pemakaian tenaga kerja lebih rendah 10 % dari target. Realisasi pemakaian biaya pengendalian gulma secara kimia pada gawangan dan pasar rintis lebih rendah 33.3 % untuk tenaga kerja dan 28.9 % untuk herbisida Starane dari target yang ditetapkan. Realisasi pemakaian tenaga kerja pengendalian gulma gawangan secara manual lebih tinggi 89 % dari target. Realisasi pemakaian tenaga kerja pada pengendalian gulma TPH dengan mesin pemotong rumput lebih tinggi 5 % dari target. Realisasi pemakaian bensin dan oli lebih rendah 33.7 % dan % dari target yang telah ditetapkan. Perbedaan tahun tanam kelapa sawit menyebabkan perbedaan dominansi gulma yang tumbuh dominan karena berbedanya tingkat naungan. Gulma yang tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit yang baru ditanami merupakan jenis gulma berdaun lebar, sedangkan pada perkebunan kelapa sawit yang telah lama ditanami merupakan jenis gulma rumput. Jenis gulma yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate adalah Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, Borreria alata, Centotheca lappacea, Cyrtococcum acrescens, Axonopus compressus, Phyllanthus niruri, Emilia sonchifolia, dan Digitaria adscendens. Jenis gulma yang tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit yang baru ditanami adalah Asystasia intrusa dengan nilai Summed Dominance Ratio (SDR) tertinggi % pada tahun tanam Jenis gulma yang tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit yang telah lama ditanami adalah Centotheca lappacea dengan nilai SDR tertinggi % pada tahun tanam Pengamatan terhadap gulma Asystasia intrusa yang dikendalikan dengan penyemprotan herbisida campuran Audit konsentrasi 0.8 % dan Starane konsentrasi 0.2 % menunjukan gulma tersebut mati setelah 1 MSA (minggu setelah aplikasi). Biji gulma Asystasia intrusa tumbuh kembali setelah 4 MSA. Pengamatan pada 6 MSA menunjukkan pertumbuhan kembali Asystasia intrusa diikuti oleh pertumbuhan gulma Cleome rutidosperma.

4 ABSTRACT HUSNI MUBAROK. Study of Weeds Management at Oil Palm (Elaeisguineensis Jacq.) Sekunyir Estate, PT. Indotruba Tengah, Minamans Plantation, Central Kalimantan. (Taught by Adiwirman and Dwi Guntoro) Study of weeds management at oil palm Sekunyir Estate done to study management aspect and technical aspect. Management is done with restrain weeds according to chemistry and mechanical. Weeds control according to chemistry uses herbicide Audit and Starane done in palm circle and result collecting place, inter row and harvesting path, and Imperata cylindrica. Weeds control mechanically done with manual and weeds cutting machine. Weeds control according to chemistry in palm circle and result collecting place where does herbicide use Audit smaller 5 % from estimation, herbicide Starane bigger 47.7 % from estimation, and labour smaller 10 % from estimation. Weeds control in inter row and harvesting path according to where does herbicide use Starane smaller 33.3 % from estimation, and labour smaller 28.9 % from estimation. Labour use in weeds control with manual bigger 89 % from estimation. Weeds control with weeds cutting machine where does bigger labour use 5% from estimation, smaller oil use 33.3 % from estimation and smaller petrol use 33.7 % from estimation. Weeds that grow dominant in the year plant oil palm is Centotheca lappacea with value Summed Dominance Ratio (SDR) highest % in the year plant While weeds that grow dominant in the year plant 2005 and 2007 is Asystasia intrusa with value SDR highest % in the year plant Labour cost use in weeds control in inter row and palm circle according to lower chemistry 89.4 % than according to manual. Key words : weeds management, oil palm, herbicide.

5 STUDI PENGELOLAAN GULMA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SEKUNYIR ESTATE, PT. INDOTRUBA TENGAH, MINAMAS PLANTATION, KALIMANTAN TENGAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor HUSNI MUBAROK A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

6 Judul : STUDI PENGELOLAAN GULMA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SEKUNYIR ESTATE, PT. INDOTRUBA TENGAH, MINAMAS PLANTATION, KALIMANTAN TENGAH Nama : HUSNI MUBAROK NIM : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Adiwirman, MS Dwi Guntoro, SP. MSi NIP NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP Tanggal Lulus :

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Ciamis pada tanggal 16 April 1987 dari pasangan Bapak Yusup dan Ibu Uning. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis diantaranya pada tahun 1994 menempuh pendidikan di SDN Sukajadi Kabupaten Ciamis dan lulus tahun Pada tahun 2000 penulis menempuh pendidikan di SMPN 10 Bandung dan lulus tahun Pada tahun 2003 penulis menempuh pendidikan di SMAN 4 Bandung dan lulus tahun Penulis pada tahun 2006 masuk IPB melalui jalur Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada program S-1 Mayor-Minor. Pada tahun 2007 penulis masuk Departemen Agronomi dan Hortikultura.

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini, dan secara khusus kepada: 1. Dr. Ir. Adiwirman, MS dan Dwi Guntoro, SP. MSi selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam proses magang sampai penyusunan skripsi. 2. Dr. Ir. Ade Wahjar, MS selaku urusan magang, yang telah mengusahakan untuk mencari tempat kegiatan magang. 3. Dr. Ir. Harijadi, MS selaku dosen supervisi, yang telah berkenan untuk melakukan supervisi ke tempat kegiatan magang penulis. 4. Ibu Evita dan Bapak Farid yang telah berkenan menerima penulis untuk dapat magang di Minamas Plantation. 5. Bapak Andi Risman selaku Estate Manager Sekunyir Estate yang telah menerima penulis dengan baik selama kegiatan magang dilaksanakan. Bapak Untung Joko Nugroho, Bapak Musa, Bapak Winetou Budi Satria, Bapak Lukman, Bapak Aron S. Saragih, Bapak Iwan Kurniawan, Bapak Simpson Parapat, serta seluruh mandor dan karyawan yang telah banyak membantu selama penulis melaksanakan kegiatan magang. 6. Orang tua yang selalu memberikan semangat, serta Anne syifaurrahmah, Dery kurniansyah, Wahyu Junaedi, Andri Indrayasa, Novrian Raharja yang telah membantu memberikan masukan-masukannya. Bogor, Desember 2010 Penulis

9 ix DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Pengelolaan Gulma... 3 Teknik Pengendalian Gulma... 5 Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit... 7 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data Analisis Data dan Informasi KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Administratif Topografi, Tanah, dan Iklim Luas Areal dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Sarana dan Prasarana Kebun Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Kegiatan Magang secara Umum Pelaksanaan Kegiatan Magang secara Khusus PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi vii viii

10 viii DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Sebaran Pengambilan Sampel Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate Rata-rata Produksi Tandan Buah Segar di Sekunyir Estate Rata-rata Kualitas Pengolahan Tandan Buah Segar di Sekunyir Estate Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate Kriteria Buah Berdasarkan Brondolan Dosis dan Rotasi Pemupukan Pupuk Anorganik untuk Tanaman Menghasilkan di Sekunyir Estate Realisasi Pengendalian Gulma secara Kimia pada Piringan dan TPH Realisasi Pengendalian Gulma secara Kimia pada Gawangan dan Pasar Rintis Realisasi Pengendalian Gulma secara Manual pada Gawangan Realisasi Pengendalian Gulma pada TPH dengan Mesin Pemotong Rumput Gulma yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate Pengamatan Kematian Asystasia intrusa Rekapitulasi Sistem Pengelolaan Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate... 52

11 viii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Peta Blok Pengambilan Sampel Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate Struktur Organisasi Pengendalian Gulma di Sekunyir Estate Alat Pelindung Diri (APD) Rekapitulasi Target dan Realisasi Pemakaian Herbisida pada Pengendalian Gulma secara Kimia di Sekunyir Estate Rekapitulasi Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma secara Kimia di Sekunyir Estate Rekapitulasi Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma secara Mekanis di Sekunyir Estate Rekapitulasi Pemakaian Bensin dan Oli pada Pengendalian Gulma dengan Mesin Pemotong Rumput pada TPH Perbandingan Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma di Gawangan secara Manual dan Mekanis Gulma Berdaun Lebar yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate Gulma Rumput yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate Sebaran Gulma Dominan di Sekunyir Estate Kematian dan Pertumbuhan Kembali Asystasia intrusa... 50

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Summed Dominance Ratio (SDR) Gulma Dominan di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate Summed Dominance Ratio (SDR) Gulma Lainnya di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Jurnal Kegiatan Magang sebagai Buruh Harian Lepas (BHL) Struktur Organisasi Tingkat Kebun Sekunyir Estate Struktur Organisasi Divisi I Sekunyir Estate Struktur Organisasi Divisi II Sekunyir Estate Struktur Organisasi Divisi III Sekunyir Estate Total Karyawan di Sekunyir Estate Basis dan Premi Pemupukan di Sekunyir Estate Basis dan Premi Panen di Sekunyir Estate Curah Hujan Rata-rata 12 Tahun Terakhir di Sekunyir Estate... 73

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan tanaman monokotil yang batangnya lurus, tidak bercabang, dan tidak memiliki kambium. Tanaman ini berumah satu atau monoecious, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon. Bunga dapat menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri. Tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun. Sedangkan bagian generatif yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan adalah bunga dan buah (Lubis, 2008). Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan nasional. Perkebunan kelapa sawit memiliki karakteristik lingkungan yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Perbedaan karakteristik lingkungan tersebut menyebabkan jenis gulma yang tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Menurut Ashton (1991) karakteristik lingkungan yang mempengaruhi suatu gulma tumbuh dominan pada suatu tempat adalah iklim, pisiografik, dan biotik. Faktor iklim seperti cahaya, temperatur, air, angin, atmosfer. Faktor pisiografik seperti edapik (ph, kesuburan, tekstur tanah, struktur tanah, dan bahan organik), dan topografi. Faktor biotik seperti tanaman (kompetisi, penyakit, dan zat alelopati), dan hewan (serangga, parasit, dan mikroorganisme). Untuk mengetahui jenis gulma yang tumbuh dominan pada suatu perkebunan kelapa sawit harus dilakukan analisis vegetasi. Data hasil analisis vegetasi dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengelolaan gulma di perkebunan kelapa sawit. Pengelolaan gulma meliputi penentuan jenis pengendalian gulma, penentuan jumlah tenaga kerja, dan penentuan jenis herbisida yang akan digunakan. Pengendalian gulma dengan herbisida yang tidak terencana dan terarah akan menimbulkan kerugian waktu dan biaya. Hal ini terjadi karena dengan mengabaikan komposisi gulma yang tumbuh, pergeseran jenis gulma dominan

14 2 karena perbedaan respon terhadap herbisida dapat mempengaruhi kebijaksanaan dan strategi yang telah ditetapkan (Mangoensoekarjo et al., 2005). Pengelolaan gulma sangat penting dilakukan karena kehadiran gulma pada suatu perkebunan kelapa sawit akan menyebabkan persaingan dalam menggunakan unsur hara dan faktor tumbuh antara tanaman budidaya dan gulma. Beberapa jenis gulma mengeluarkan alelopati yang akan menghambat pertumbuhan tanaman. Hal-hal demikian dapat menyebabkan kehilangan hasil dalam jumlah yang cukup besar, yang meliputi kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Pengelolaan gulma yang baik akan memperlancar pekerjaan pemanenan, pemupukan, pengawasan, dan pengendalian hama / penyakit. Menurut Moenandir (1988) gulma yang tumbuh pada perkebunan kelapa sawit akan menurunkan hasil panen sekitar %. Menurut Lubis (2008) Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit dibagi ke dalam pengendalian pada tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM). Pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit TBM dilakukan agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit berjalan dengan baik. Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit TM dilakukan agar kualitas dan kuantitas hasil panen tetap baik. Tujuan Tujuan dari kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mempelajari dan memahami aspek teknis dan manajerial pada perkebunan kelapa sawit. 2. Studi pengelolaan gulma di perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Sekunyir Estate, PT. Indotruba Tengah, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah.

15 TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Gulma Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh tidak tepat tempat dan waktunya. Gulma tumbuh di sekitar tanaman budidaya dan berasosiasi dengannya secara khas. Gulma tumbuh pada tempat yang kaya unsur hara sampai yang kurang unsur hara. Gulma pada umumnya mudah dalam melakukan regenerasi sehingga unggul dalam persaingan memperoleh ruang tumbuh, cahaya, air, unsur hara, dan CO 2 dengan tanaman budidaya (Pahan, 2008). Analisis vegetasi gulma diperlukan untuk memperoleh gambaran umum dan sifat biologi gulma, sehingga pengelolaan gulma akan lebih terarah. Secara umum gulma digolongkan menjadi gulma berdaun lebar, gulma berdaun sempit, gulma pakis dan gulma teki. Gulma yang tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit yang baru ditanami merupakan gulma semusim, sedangkan yang telah lama ditanami merupakan gulma tahunan (Tobing et al., 1999). Menurut Aldrich (1984) pengelolaan gulma merupakan suatu tindakan pencegahan terhadap gulma, pengendalian jumlah gulma, dengan cara yang sudah ditetapkan. Pengelolaan gulma dilakukan untuk mengurangi biji yang tersimpan dalam tanah, mencegah kerusakan dari gulma terhadap tanaman budidaya, dan meminimalisir persaingan antara gulma dan tanaman budidaya. Pengelolaan gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman budidaya dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman budidaya harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman budidaya. Pengelolaan gulma yang dilakukan harus tepat agar tidak meningkatkan daya saing gulma (Pahan, 2008). Tingkatan dalam melakukan pengelolaan gulma adalah pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan. Pencegahan dilakukan dengan cara mencegah pertumbuhan gulma baru pada suatu tempat serta membatasi pertumbuhan gulma di kebun. Pengendalian dilakukan dengan cara mengurangi populasi gulma pada tingkat yang tidak mengganggu pada tanaman. Sedangkan pemberantasan dilakukan dengan memberantas gulma secara keseluruhan pada suatu areal.

16 4 Pemberantasan mencakup siklus hidup tanaman dan bagian reproduktif tanaman yang terdiri dari biji dan bagian vegetatif. Kegiatan pengelolaan gulma dilakukan melalui tindakan secara mekanis, kultur teknis, biologi, dan kimia (Ashton et al., 1991). Pengelolaan gulma yang baik harus menerapkan sistem pengendalian gulma terpadu. Hal tersebut dilakukan dengan memanfaatkan semua teknik pengendalian gulma yang sesuai agar populasi gulma berada pada ambang yang tidak mengakibatkan kerusakan ekonomi (Pahan, 2008). Pengendalian gulma harus seefektif mungkin agar tidak banyak mengurangi pendapatan dengan cara memanfaatkan proses ekologi di lingkungan tersebut. Prinsip umum manajemen gulma adalah melakukan manipulasi terhadap temperatur tanah, kelembaban, nutrisi, dan mengontrol sisa bahan kimia di tanah (Liebman et al., 2001). Metode yang digunakan dalam pengendalian gulma harus lebih dari satu metode. Suatu metode dapat menekan spesies tertentu, akan tetapi dapat menguntungkan spesies lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Spesies gulma yang dikendalikan dapat digantikan oleh spesies gulma lainnya. Hal tersebut dapat mengakibatkan masalah baru dalam pengendalian gulma (Pahan, 2008). Menurut Lubis (2008) pengelolaan gulma pada perkebunan kelapa sawit dilakukan pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM). Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit dilakukan secara mekanis dan kimia. Menurut Sastroutomo (1990) gulma yang tumbuh pada perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan kuantitas dan kualitas hasil panen serta menjadi inang bagi hama dan penyakit tanaman. Menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984) biaya pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit mencapai 50 % - 70 % dari total pemeliharaan selama TBM dan 20 % - 30 % selama TM. Menurut Purba (2009) biaya pengendalian TM lebih kecil karena kanopi tanaman dewasa yang semakin berdekatan antara satu dengan yang lain sehingga akan mengurangi intensitas cahaya yang mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan gulma menjadi terhambat. Pengendalian gulma harus memperhatikan teknik pelaksanaannya di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis), dan

17 5 kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan. Pengendalian gulma harus dilakukan dengan memperhatikan ambang ekonomi. Selama kerugian yang ditimbulkan oleh kehadiran gulma tersebut masih lebih kecil dari biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendaliannya maka pengendalian tidak perlu dilakukan (Pahan, 2008). Teknik Pengendalian Gulma Pengendalian Gulma secara Mekanis Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan dengan cara memotong atau membongkar gulma. Jenis pengendalian gulma secara mekanis diantaranya dilakukan dengan manual dan menggunakan mesin pemotong rumput (Liebman et al., 2001). Menurut Lubis (2008) pengendalian gulma secara manual dilakukan pada pasar rintis, gawangan dan piringan dengan rotasi yang sama. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara membabat dan menggaruk. Akan tetapi pada tanah yang mudah terkena erosi dilakukan dengan cara pembabatan saja. Pengendalian gulma secara manual dapat menimbulkan cekungan, merusak akar tanaman, memerlukan biaya yang mahal, dan tidak efektif dilakukan pada musim hujan. Kombinasi antara pengendalian manual kemudian diikuti oleh pengandalian secara kimia merupakan cara terbaik. Pengendalian gulma secara manual dilakukan untuk mengendalikan jenis gulma berkayu. Gulma berkayu yang dikendalikan secara manual diantaranya adalah Melastoma malabathricum, Ficus sp, Lantana camara, dan anakan sawit. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara memotong dan membongkar gulma agar tidak tumbuh kembali (Armi, 2006). Menurut Kusnanto (1991) pengendalian gulma secara manual menunjukkan waktu yang paling cepat dalam mencapai persentase daya berantas dan pertumbuhan kembalinya, yang kemudian diikuti oleh perlakuan herbisida kontak dan yang terakhir perlakuan herbisida sistemik. Perlakuan secara manual terhadap berat kering gulma rerumputan ternyata memberikan hasil berat kering yang lebih tinggi daripada pengendalian secara kimia.

18 6 Pengendalian Gulma secara Kimia Pengendalian gulma secara kimia merupakan langkah terakhir yang dilakukan untuk mengendalikan gulma. Pengendalian gulma secara kimia harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak membahayakan bagi manusia dan lingkungan. Pengendalian gulma secara kimia harus ditekankan agar bahan tersebut tepat sasaran dan tidak menimbulkan pencemaran bahan kimia (Mangoensoekarjo et al., 2005). Kelapa sawit TM cenderung menghasilkan persentase pertumbuhan kembali yang lebih lambat dibanding TBM meskipun dosis herbisida yang digunakan umumnya lebih rendah. Aplikasi herbisida campuran menghasilkan daya penekanan yang lebih lama dibandingkan aplikasi tunggal. Hal ini karena mampu mengendalikan lebih banyak jenis gulma baik untuk gulma golongan berdaun sempit maupun gulma golongan berdaun lebar. Pada kelapa sawit TBM biaya pengendalian gulma selama satu tahun menunjukan pengendalian menggunakan herbisida kontak lebih rendah 13 % - 21 % jika dibandingkan pengendalian manual. Herbisida sistemik lebih rendah 33 % - 42 % dibanding menggunakan pengendalian manual (Kusnanto, 1991). Pengendalian gulma secara kimia memerlukan tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan secara manual. Pengendalian gulma secara kimia dapat memperkecil kerusakan struktur tanah, tidak mengganggu sistem perakaran tanaman utama, serta waktu yang diperlukan lebih singkat. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pengendalian gulma secara kimia adalah jenis bahan aktif yang digunakan, dosis, keadaan cuaca, stadia gulma, serta pelaksanaan pengendalian di lapangan. Pengendalian gulma secara kimia seringkali berakibat suksesi atau perubahan jenis gulma yang tumbuh dominan (Syamsuddin et al., 1999). Komponen yang diperhitungkan dalam pengendalian gulma secara kimia pada perkebunan kelapa sawit TM dan TBM selama periode tertentu diantaranya adalah biaya bahan (herbisida dan air), tenaga kerja, biaya penyusutan alat, dan frekuensi pengendalian. Kebutuhan herbisida dan air pada kelapa sawit TBM lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelapa sawit TM (Kusnanto, 1991).

19 7 Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit Pengendalian Gulma pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Pengendalian gulma pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dilakukan untuk mengurangi kompetisi unsur hara antara kelapa sawit dengan gulma (Pahan, 2008). Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit TBM dilakukan pada areal gawangan dan piringan. Pembukaan piringan dilakukan setelah tanaman kacangan menutup lahan tanaman kelapa sawit. Jari-jari piringan bergantung pada umur tanaman, umumnya berkisar antara m. Pemeliharaan harus dilakukan dengan hati-hati, baik secara manual maupun kimia (Syamsuddin et al., 1999). Pengendalian gulma pada piringan secara manual dilakukan dengan cara penggarukan. Penggarukan dilakukan untuk mengendalikan gulma dan memperbesar radius piringan berdasarkan perkembangan tajuk tanaman. Penggarukan dilakukan dengan garuk bertangkai panjang, ke arah dalam dan luar piringan agar tidak terjadi cekungan di piringan, dan dijaga agar pelepah daun tidak terpotong pada waktu penggarukan (Lubis, 2008). Peralatan yang digunakan antara lain cangkul, garuk, dan parang babat. Rotasi dilakukan satu kali dalam satu bulan, dengan keperluan tenaga kerja 1-2 HK/ha untuk setiap kali rotasi. Jumlah keperluan tenaga kerja dipengaruhi oleh jari-jari piringan serta kerapatan tanaman (Syamsuddin et al., 1999). Menurut Syamsuddin et al. (1999) pengendalian gulma secara kimia pada piringan menggunakan herbisida purna tumbuh. Penyemprotan harus dilakukan dengan hati-hati dan terarah pada piringan dan pasar rintis. Jika titik tumbuh kelapa sawit terkena semprotan herbisida, maka pertumbuhan tanaman selanjutnya akan abnormal atau melengkung. Sedangkan menurut Lubis (2008) pengendalian gulma secara kimia pada piringan dilakukan menggunakan herbisida pra tumbuh. Pemakaian herbisida jenis ini harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat menimbulkan abnormalitas pada pertumbuhan tanaman dan pembungaan seperti partenokarpi, hermaprodit, mantled dan androgynous. Pengendalian gulma secara manual pada gawangan dilakukan pada waktu membangun tanaman kacangan penutup tanah, maka penggarukan dimulai pada

20 8 saat penanaman kacangan. Rotasi pada 6 bulan pertama setelah penanaman dapat dilakukan 2 minggu sekali, pada periode 3 bulan pertama memerlukan tenaga kerja HK/ha, dan 3 bulan berikutnya memerlukan 4-6 HK/ha untuk setiap rotasi. Rotasi berikutnya dapat dilakukan sebulan sekali dengan pemakaian tenaga kerja 3-4 HK/ha setiap rotasinya (Syamsuddin et al., 1999). Pengendalian gulma pada gawangan secara manual dilakukan dengan cara mencabuti dan menggulung gulma yang tumbuh menjalar, gulma berkayu harus dipotong dan didongkel agar tidak tumbuh kembali (Lubis, 2008). Pengendalian gulma pada gawangan secara kimia menggunakan herbisida pra tumbuh yang diaplikasikan bersamaan pada waktu membangun tanaman kacangan penutup tanah. Rotasi pada periode tiga bulan pertama yang dianjurkan adalah sekali dalam dua minggu, selanjutnya rotasi dapat dilakukan sebulan sekali tergantung pada perkembangan tanaman kacangan penutup tanah. Herbisida pra tumbuh yang dianjurkan adalah herbisida dengan bahan aktif Ametryne, Diuron, Atrazine dan Asulan. Penyemprotan dilakukan 1-2 hari sebelum atau setelah penananaman kacangan (Syamsuddin et al., 1999). Pengendalian Gulma pada Tanaman Menghasilkan (TM) Pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit TM dilakukan untuk menjaga kualitas dan kuantitas panen. Pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit TM dilakukan pada areal piringan, gawangan, pasar rintis, dan TPH. Teknik pengendalian gulma yang dilakukan adalah pengendalian gulma secara mekanis dan kimia (Pahan, 2008). Rotasi pengendalian gulma secara manual dilaksanakan secara bersamaan pada piringan, pasar rintis, TPH dan gawangan. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan membabat dan mendongkel. Tanah yang mudah terkena erosi sebaiknya dilakukan dengan cara dibabat saja. Pengendalian gulma secara manual dapat menimbulkan cekungan, merusak akar, dan biayanya mahal (Lubis, 2008). Pengendalian gulma secara kimia pada tanaman kelapa sawit TM dapat menggunakan herbisida pra tumbuh dan purna tumbuh. Herbisida purna tumbuh yang dapat digunakan berbahan aktif Fluroksyfyr, Glifosat, Dicamba, Dalapon,

21 9 dan Dicamba. Herbisida pra tumbuh yang dapat digunakan berbahan aktif Alpachlor, Prometryne, Amertryne, dan Triazine (Lubis, 2008). Bahan aktif herbisida yang tepat digunakan untuk pemberantasan gulma di sekitar piringan dan pasar rintis adalah Paraquat dan Glifosat, dengan rotasi 2-3 kali setiap bulan untuk Paraquat dan 4-5 kali untuk Glifosat. Bahan aktif herbisida yang tepat digunakan untuk pengendalian gulma pada gawangan adalah 2,4 - D dimetil amin dan Glifosat (Syamsuddin, et al., 1999). Gulma yang tumbuh pada perkebunan kelapa sawit TM tidak semuanya untuk diberantas. Jenis gulma tahunan sperti rumput lunak, berakar dangkal, dan tidak tumbuh tinggi di gawangan, tanaman tersebut masih dapat ditoleransi untuk tidak dikendalikan. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah tanah gundul sehingga mengurangi terjadinya erosi (Pahan, 2008).

22 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Pelaksanaan magang dilaksanakan pada tanggal 15 Februari sampai dengan 15 Juni 2010 di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack.) Sekunyir Estatet, PT. Indotruba Tengah, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang yang dilakukan terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan khusus. Metode pelaksanaan kegiatan utama yang dilakukan selama magang terdiri dari metode langsung dan metode tidak langsung yang menyangkut aspek teknis dan aspek manajerial. Metode langsung yang dilakukan adalah praktik kerja langsung di lapangan, dan wawancara dengan asisten dan mandor. Metode tidak langsung dilakukan dengan mempelajari RKT (rencana kerja tahunan) dan laporan kerja harian. Kegiatan magang pada bulan pertama adalah mengumpulkan data sekunder kebun dan menjadi pendamping mandor. Pengumpulan data sekunder kebun dilakukan di kantor besar Sekunyir Estate. Kegiatan selama menjadi pendamping mandor adalah mengawasi pekerjaan karyawan di lapangan serta membuat laporan kerja harian. Kegiatan selama menjadi pendamping mandor terdapat pada Lampiran 3. Kegiatan magang pada bulan kedua adalah menjadi pendamping asisten dan melakukan pembuatan herbarium, administrasi Kantor BSS, serta pengambilan sampel gulma secara khusus. Kegiatan yang dilaksanakan selama menjadi pendamping asisten adalah melakukan pengecekan pekerjaan karyawan, serta melakukan administrasi di Kantor Divisi. Kegiatan selama menjadi pendamping asisten terdapat pada Lampiran 4. Kegiatan magang pada bulan ketiga dan keempat adalah menjadi Buruh Harian Lepas (BHL). Penulis juga melakukan observasi ke pabrik dan melakukan

23 11 ekstraksi buah di laboratorium pabrik. Kegiatan penulis selama menjadi BHL terdapat pada Lampiran 5. Kegiatan khusus magang adalah melakukan studi pengelolaan gulma, menganalisis vegetasi gulma, serta melakukan pengamatan terhadap gulma Asystasia intrusa. Kegiatan studi pengelolaan gulma dilakukan dengan melakukan kerja di lapangan, wawancara, dan menganalisis RKT (rencana kerja tahunan) serta laporan kerja harian. Analisis vegetasi gulma dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel gulma secara acak pada blok berdasarkan tahun tanam kelapa sawit. Pengamatan Asystasia intrusa dilakukan dengan mengamati kematian dan pertumbuhan kembali setelah penyemprotan. Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengambilan sampel gulma dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) berdasarkan tahun tanam. Sampel gulma diambil secara acak pada blok berdasarkan tahun tanam kelapa sawit. Pengambilan sampel gulma menggunakan kuadran ukuran 1m x 1m. Jumlah sampel yang diambil adalah 780 buah. Data sebaran pengambilan sampel gulma ditampilkan pada Tabel 1. Peta blok pengambilan sampel gulma ditampilkan pada Gambar 1. Tahun Tanam Tabel 1. Blok Sebaran Pengambilan Sampel Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate Luas Lahan (ha) 5 % Luas Lahan (ha) Jumlah Sampel (buah) Jumlah Sampel Blok (buah) Rata-rata Sampel/Blok (buah) B C D E F D E A A Sisipan Sisipan

24 12 A B Blok C D E F Nomor Blok Gambar 1. Peta Blok Pengambilan Sampel Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate Keterangan : : Tahun Tanam 1992, : Tahun Tanam 1993, : Tahun Tanam 1994, : Tahun Tanam 1995, : Tahun Tanam 2005, : Tahun Tanam 2007 : Areal pengambilan sampel Analisis Data dan Informasi Analisis yang dilakukan untuk mengolah data gulma yang terdapat pada perkebunan kelapa sawit tersebut adalah dengan cara analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap kematian dan pertumbuhan kembali gulma Asystasia intrusa. Analisis kuantitatif yang dilakukan adalah dengan menggunakan matematika sederhana seperti rata-rata dan persentase. Analisis tersebut digunakan untuk menghitung perbandingan target dan realisasi pengendalian gulma secara kimia dan mekanis. Perhitungan yang digunakan untuk menganalisis vegetasi gulma yang tumbuh dominan menggunakan summed dominance ratio (SDR). Nilai SDR menunjukan dominansi suatu gulma yang tumbuh di perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate. Jika nilai SDR suatu gulma tinggi, maka dominansi gulma tersebut tinggi.

25 13 Begitupun sebaliknya, jika nilai SDR suatu gulma rendah, maka dominansinya rendah. Kerapatan Mutlak (KM) = Jumlah individu spesies gulma tertentu dalam petak contoh Kerapatan Nisbi (KN) = KM spesies tertentu x 100% Jumlah KM semua spesies Berat Kering Mutlak (BKM) = Berat kering total spesies tertentu dalam petak contoh Berat Kering Nisbi (BKN) = BKM spesies tertentu x 100% Total BKM semua spesies Frekuaensi Mutlak (FM) = Jumlah petak contoh yang berisi spesies tertentu Frekuensi Nisbi (FN) = FM spesies tertentu x 100% Total FM semua spesies Nilai Penting Summed Dominance Ratio (SDR) = KN + BKN + FN = KN + BKN + FN 3

26 KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Administratif Perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate secara administratif berlokasi di Desa Amin Jaya, Kecamatan Pangkalan Banteng, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan tengah. Secara geografis lokasi perkebunan terletak pada LS LS dan BT BT. Batas-batas perkebunan tersebut bagian selatan berbatasan dengan PT. Wana Sawit, bagian utara berbatasan dengan PT. BJAP dan PT. Indotruba Timur, bagian barat berbatasan dengan areal transmigran SP1, dan bagian timur berbatasan dengan PT. Tapian Nadegan (Sinar Mas Group). Lokasi Sekunyir Estate dapat dicapai dengan waktu sekitar 2 jam dari Kota Pangkalanbun menggunakan kendaraan roda empat. Lokasi perkebunan sangat strategis karena berdekatan dengan akses jalan raya dan dekat dengan pemukiman transmigran. Akses yang dekat ke jalan raya membuat Sekunyir Estate mudah untuk diakses. Akses yang mudah tersebut dapat mempermudah operasional kebun. Pada pemukiman transmigran terdapat pasar sehingga memudahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup karyawan. Topografi, Tanah, dan Iklim Topografi areal Sekunyir Estate berada pada ketinggian kurang dari 200 m dpl (diatas permukaan laut) dengan kemiringan yang merupakan daerah tergenang sampai bergelombang. Kelas lahan sekunyir Estate sekitar ha (78 %) merupakan kelas S2 (sesuai) dan sisanya (22 %) merupakan kelas S3 (kurang sesuai). Tanahnya sebagian besar berada pada landform fluvio-marin dengan bahan induk alluvium yang merupakan hamparan areal dengan tekstur tanah berpasir, dan sebagian kecil berada pada landform tektonik dengan bahan induk sedimen yang memiliki tekstur tanah berliat. Sekunyir Estate memiliki tiga jenis ordo tanah yaitu Ordo Ultisol ha (75 %), Ordo Spodosol 742 ha (22 %), dan sisanya Ordo Inceptisol. Sekunyir Estate memiliki ph tanah yang tergolong sesuai, akan tetapi kandungan

27 15 unsur hara Mg dan Ca tergolong rendah sampai sangat rendah, sehingga diperlukan pemupukan dolomit. Iklim di Sekunyir Estate memiliki iklim sangat basah, dimana curah hujannya sangat tinggi untuk setiap tahunnya. Curah hujan merata sepanjang tahun, sehingga persediaan air untuk tanaman kelapa sawit mencukupi. Curah hujan yang terjadi selama 5 tahun terakhir berkisar mm/tahun. Ratarata curah hujan tahunan di Sekunyir Estate adalah mm/tahun. Pola curah hujan di Sekunyir Estate bervariasi serta memiliki distribusi curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun. Data curah hujan di Sekunyir Estate ditampilkan pada Lampiran 13. Berdasarkan konsep Oldeman bulan basah (curah hujan > 200 mm) dan bulan kering (curah hujan <100 mm) menunjukan bahwa curah hujan di kebun Sekunyir Estate termasuk ke dalam zona agroklimat A1 sampai B3. Sekunyir Estate memiliki rata-rata bulan kering selama satu bulan pada bulan Agustus, akan tetapi pada tahun-tahun tertentu bulan keringnya terjadi selama empat bulan. Sedangkan rata-rata bulan basah terjadi selama 8 bulan yang terjadi pada bulan Oktober sampai bulan Mei. Suhu di perkebunan tersebut antara C, dengan penyinaran matahari lebih dari 5 jam/hari. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate merupakan bagian dari PT. Indotruba Tengah. PT. Indotruba Tengah memiliki dua buah kebun yang terdiri dari Sekunyir Estate dan Seruyan Estate. Luas keseluruhan PT. Indotruba Tengah adalah ha, dimana telah memiliki sertifikat Hak Guna Usaha, dan 28 ha masih dalam proses untuk mendapatkan sertifikat HGU. Luas lahan tersebut digunakan sebagai areal tanam sekitar ha (85.41 %), dan ha (14.49 %) digunakan untuk sarana penunjang kebun. Luas dari Sekunyir Estate adalah ha, dan Seruyan Estate adalah ha.

28 16 Keadaan Tanaman dan Produksi Kelapa sawit yang ditanam pertama kali di Sekunyir Estate pada tahun 1992 sampai tahun Kemudian pada tahun 2005 dan 2007 dilakukan penanaman kelapa sawit sisipan. Umur tanaman di perkebunan Sekunyir Estate sebagian besar berkisar antara tahun, dan peremajaan (replanting) baru dilakukan pada umur tahun. PT. Indotruba Tengah merupakan kebun pertama di Kalimantan Tengah sehingga menjadi contoh bagi kebun lainnya di daerah ini. Jenis benih yang ditanam berasal dari Pusat Penelitian Marihat (PPM) dan PT. Socfin Indonesia. Varietas yang ditanam adalah jenis persilangan dari Dura dan Pisifera. Persilangan antara Dura dan Pisifera akan menghasilkan Tenera. Ketebalan cangkang Tenera adalah mm, dengan ketebalan pericarp 3-10 mm. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga jumlah tanaman dalam 1 ha adalah 136 tanaman. Produksi rata-rata tandan buah segar (TBS) di Sekunyir Estate selama tujuh tahun terakhir adalah 22.8 ton/ha/tahun. Pada waktu empat tahun yang akan datang diproyeksikan produksi TBS perkebunan Sekunyir Estate sekitar ton/ha/tahun. Rata-rata produksi TBS Sekunyir Estate dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Produksi Tandan Buah Segar di Sekunyir Estate Tahun Rata-rata TBS (ton/ha/tahun) Sumber : Kantor Besar Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate Sekunyir Estate selama tujuh tahun terakhir memiliki rata-rata mutu pengolahan TBS yang terdiri dari OER (oil extraction ratio), KER (kernel extraction ratio), dan FFA (free fat acid). Rata-rata mutu TBS untuk OER menghasilkan %, KER 4.62 % dan FFA 3.23 %. Data tersebut menunjukan bahwa kualitas pengolahan TBS yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.

29 17 Kualitas yang baik diakibatkan proses dari kebun sampai pabrik berjalan dengan baik. Rata-rata pengolahan TBS yang dihasilkan Sekunyir Estate ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Kualitas Pengolahan Tandan Buah Segar di Sekunyir Estate Tahun OER KER FFA... % Sumber : Kantor Besar Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate Keterangan : OER : Oil Extraction Ratio KER : Kernel Extraction Ratio FFA : Free Fat Acid Sebagian besar tanaman kelapa sawit di Sekunyir Estate ditanam pada tahun Kemudian pada tahun 1993, 1994, dan 1995 dilakukan penanaman lanjutan untuk meningkatkan produksi. Pada tahun 2005 dan 2007 dilakukan penanaman sisipin dengan memanfaatkan lahan yang masih kosong. Areal perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate Tahun Tanam Blok Luas Lahan (ha) B C D E F D E A A Sisipan Sisipan 3.80 Sumber : Kantor Besar Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate

30 18 Sarana dan Prasarana Kebun Sarana dan prasana yang terdapat di kebun akan menjadi faktor pendukung operasional kegiatan kebun. Sarana dan prasarana tersebut terdiri dari rumah, bangunan umum, jalan, jembatan, sungai/parit, dan waduk. Fasilitas rumah terdiri dari rumah staff, mess, dan karyawan. Perumahan staff dan mess terletak di emplasment. Perumahan karyawan terletak di sekitar masing-masing kantor divisi. Perumahan karyawan Divisi I dan Divisi II berdekatan, karena kantornya berdekatan. Sedangkan perumahan karyawan Divisi III terpisah dari Divisi yang lainnya, karena kantornya berbeda tempatnya. Rumah karyawan terbuat dari kayu bersifat semi permanen. Sedangkan rumah untuk staff dan mess bersifat permanen. Kantor operasional terdiri dari kantor besar dan kantor divisi. Sarana olah raga terdiri dari lapangan golf, sepak bola, tenis, bulu tangkis, bola voli, dan tenis meja. Sarana pendidikan terdiri dari gedung TK, SD, dan SMP. Sarana ibadah terdiri dari bangunan mesjid yang berada di setiap divisi dan gereja yang terletak di Divisi III. Listrik di perumahan staff menyala selama 24 jam, sedangkan di perumahan karyawan menyala selama 7 jam. Di Sekunyir Estate terdapat waduk yang berfungsi sebagai sumber air bagi tanaman. Selain itu waduk dijadikan sebagai sarana memancing karyawan. Sarana yang masih kurang adalah air bersih bagi karyawan. Karena karyawan hanya memanfaatkan sumur yang mereka buat di sekitar rumah yang kualitas airnya keruh. Sehingga disarankan untuk membuat sarana air bersih bagi karyawan agar kesehatannya terjaga. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Pimpinan tertinggi di Sekunyir Estate adalah manajer kebun yang bertugas mengkoordinir dan membuat kebijakan dari seluruh kegiatan kebun. Manajer kebun dalam melaksanakan kegiatannya dibantu oleh satu orang senior asisten, dua orang asisten divisi, dan satu orang KTU. Senior asisten selain bertugas sebagai kepala divisi, juga bertugas mengkoordinir security, poliklinik, dan traksi. Asisten divisi bertugas untuk mengkoordinir seluruh kegiatan divisi yang dipegangnya. KTU bertugas untuk mengkoordinir administrasi seluruh kegiatan

31 19 kebun. Selain itu KTU juga bertugas untuk mengkoordinir gudang, kantor besar, dan sekolah. Struktur organisasi Sekunyir Estate ditampilkan pada Lampiran 6. Sekunyir Estate memiliki tiga divisi yang masing-masing divisi dipimpin oleh seorang asisten. Seorang asisten membawahi kerani divisi, mandor satu, mandor panen, kerani panen, mandor perawatan, dan mandor transport. Untuk mandor pupuk berada di bawah tanggung jawab asisten divisi I, mandor semprot berada dibawah tanggung jawab asisten divisi II, dan mandor pengendalian gulma manual berada di bawah tanggung jawab divisi III. Pemberian tanggung jawab secara khusus kepada asisten tersebut dilakukan agar pengendalian gulma secara kimia, pemupukan, dan pengendalian gulma secara manual mudah dalam pengkoordiniran dan pengawasan. Struktur organisasi tingkat divisi disajikan pada Lampiran 7, Lampiran 8, dan Lampiran 9. Seorang mandor satu bertanggung jawab untuk mengkoordinir seluruh mandor yang ada di divisinya. Setiap mandor memiliki tanggung jawab dalam mengkoordinasikan dan mengawasi pekerjaan karyawannya. Pada umumnya karyawan memiliki pekerjaan yang tetap setiap harinya. Akan tetapi jika terjadi kendala pekerjaan, maka karyawan dapat ditugaskan untuk melakukan pekerjaan jenis yang lainnya. Kerani divisi bertugas untuk melakukan administrasi di kantor divisi. Setiap harinya kerani divisi melakukan pencatatan jumlah buah yang di panen, pemupukan, penyemprotan, pemakaian tenaga kerja, dan administrasi lainnya. Karyawan di Sekunyir Estate terdiri dari Syarat Kerja Umum (SKU) dan tenaga Buruh Harian Lepas (BHL). Karyawan SKU terdiri dari SKU bulanan dan SKU harian. Karyawan BHL merupakan tenaga kerja yang sistem pembayarannya setiap hari kerja. Jadi pembayarannya dilihat dari jumlah kehadiran dalam kerja. Karyawan SKU merupakan tenaga kerja selain mendapat gaji juga mendapatkan beras bulanan dan berbagai tunjangan. Karyawan SKU bulanan merupakan tenaga kerja yang sistem pembayarannya setiap bulan. Sedangkan karyawan SKU harian merupakan tenaga kerja yang pembayarannya berdasarkan kehadiran kerja. Semua karyawan SKU mendapatkan tunjangan kesehatan, asuransi, dan uang pensiun. Jumlah karyawan di Sekunyir Estate ditampilkan pada Lampiran 10.

32 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Kegiatan Magang secara Umum Kegiatan magang secara umum dilaksanakan dengan mempelajari dan mengikuti kegiatan teknis dan manajerial di kebun. Pelaksanaan teknis lapangan dan manajemen kebun dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan Best Development Practices (BDP) yang ada di kebun tersebut. Best Development Practices merupakan kegiatan kerja terbaik yang diterapkan oleh kebun Sekunyir Estate. Best Development Practices (BDP) terdiri dari kegiatan pemanenan, pemupukan, konservasi tanah dan air, dan perawatan. Pemanenan Sistem pemanenan yang digunakan di Sekunyir Estate adalah Block Harvesting System (BHS). Block harvesting system merupakan sistem pemanenan yang terkonsentrasi pada suatu seksi panen berdasarkan interval yang telah ditentukan, dengan dimulai dan diakhiri pada blok yang sama. Tujuan panen adalah memotong semua buah matang dengan mutu panen sesuai standar untuk memaksimalkan perolehan minyak dan meminimalkan biaya panen. Jumlah seksi panen di Sekunyir Estate adalah 6 seksi panen. Sedangkan jumlah pusingan panen adalah 7-9 pusingan. Kegiatan potong buah yang dilakukan di Sekunyir Estate menggunakan sistem Division Of Labour (DOL) - 2. Sistem DOL - 2 merupakan sistem panen dimana dalam satu kelompok pemanen terdiri dari 2 orang, yaitu pemotong buah (cuter), dan pembrondol (picker). Taksasi Produksi. Taksasi produksi dilakukan dengan cara mengambil 15 % sampel tanaman sawit yang akan dipanen secara acak untuk mengetahui kerapatan buah. Kerapatan buah dihitung dengan cara membandingkan jumlah buah dengan jumlah pokok sampel yang diambil kemudian dikalikan dengan luas lahan di blok tersebut. Setelah kerapatan buah diketahui, maka tentukan jumlah output yang diharapan dan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan. Taksasi produksi sangat penting dilakukan agar pemakaian tenaga kerja efektif dengan hasil panen yang didapatkan.

33 21 Potong Buah. Pemanen memeriksa buah sebelum dipanen dan memastikan bahwa buah tersebut sudah matang. Buah matang yang akan dipanen memiliki kriteria lebih dari 10 brondolan setiap janjang yang jatuh dan penampakan visual berwarna merah tua. Kriteria buah di Sekunyir Estate ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Kriteria Buah Berdasarkan Brondolan Jenis Buah Kriteria Buah mentah (unripe) 0-4 brondol lepas Kurang matang (under ripe) 5-9 brondol lepas Buah matang (ripe) > 10 brondol lepas Terlalu matang (over ripe) > 25% brondol lepas Janjang kosong (empty bunch) Brondol semua lepas Buah sakit Buah tidak normal Sumber : Standard Operating Procedure Block Harvesting System Minamas Plantation Prestasi kerja penulis dalam kegiatan pemanenan pada tanaman tahun tanam 1992 adalah 10 janjang, sedangkan basisnya adalah 63 janjang. Rendahnya pemanenan tersebut karena tingginya tanaman dan masalah keselematan. Penulis melakukan dua kali panen pada tanaman sisipan, hasil panennya adalah 25 dan 30 janjang sedangkan basisnya adalah 130 janjang. Data basis dan premi panen di Sekunyir Estate ditampilkan pada Lampiran 12. Kutip Brondolan. Pembrondol mulai masuk hancak setelah buah dikeluarkan oleh pemanen. Hal tersebut dilakukan agar tidak ada lagi brondolan yang jatuh dari buah. Sehingga tidak terjadi looses akibat brondolan tidak terkutip. Pembrondol mengutip brondolan yang tersangkut di pokok panen, piringan, dan gawangan secara hand picking. Brondolan dikumpulkan ke dalam ember, kemudian dimasukan ke dalam karung yang berada di atas angkong. Brondolan yang sudah ditakar dengan ember ukuran 6 kg diletakan di TPH dengan alas karung goni. Penulis melakukan kutip brondolan sebanyak dua kali, hasilnya 180 kg dan 250 kg, sedangkan basisnya 200 kg. Transport Buah. Buah dari TPH diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS) Sekunyir Estate oleh tenaga pemuat. Jumlah pemuat yang menaikan buah dan brondolan adalah 3 orang dan satu orang sopir. Pemuat mendahulukan

34 22 memasukan brondolan ke dalam truk kemudian buahnya. Buah dipindahkan ke truk dengan menggunakan tonjok. Pemuat tidak boleh meninggalkan janjang di TPH untuk menghindari selisih jumlah janjang yang tertera di bin card. Pemuat juga mengutip brondolan yang tercecer di TPH sampai bersih. Penyusunan buah di truk maksimal 3 sap dari tinggi bak agar buah tersebut dapat diterima oleh PKS. Mandor transport membuat surat pengangkutan buah (SPB) berdasarkan bin card. Penulis melakukan transport buah sebanyak 8 rit, sedangkan basisnya 12 rit. Sistem Alas Brondolan. Pemuat mengumpulkan alas brondolan sampai TPH dimana TBS terakhir dimuat. Alas brondolan diturunkan kembali di TPH awal dimana TBS berikutnya akan diangkut. Pemuat menurunkan alas brondolan di tempat penyimpanan pada rit terakhir. Kerani panen menghitung dan menyusun alas brondolan setelah pengangkutan TBS selesai. Alas brondolan yang telah disusun rapi disimpan ke lemari penyimpanan untuk digunakan keesokan harinya. Mantri Buah. Mantri buah bertugas untuk melakukan pengecekan hancak panen dan mutu buah yang telah dipanen di TPH. Dalam proses kerjanya mantri buah mengambil beberapa sampel pokok yang telah dipanen. Cara pengambilan sampel yang dilakukan oleh mantri buah adalah berjalan 1/2 rintis sampai pasar tengah, kemudian bergeser 4 rintis menuju ke rintis berikutnya. Penulis melakukan pengecekan hancak panen bersama mantri buah di Blok B001. Quality Assurance (QA). Departemen QA bertugas untuk mengontrol dan mengawasi kualitas dan kuantitas buah di kebun dan pabrik. Anggota tim QA mengambil sampel pokok sawit di kebun dan mengambil sampel TBS dan brondolan di pabrik. Jumlah sampel yang diambil oleh tim QA di lapangan adalah 15 % jumlah pokok setiap blok yang telah dipanen. Pengambilan sampel tersebut dilakukan secara zigzag. Dimana setelah pengambilan 10 pokok dalam satu baris pindah ke baris lain. Tujuan dari pengambilan sampel di lapangan adalah untuk mengetahui buah tinggal dan brondolan yang tidak terkutip. Buah dan brondolan yang tertinggal akan dilaporkan ke kantor pusat minamas

35 23 Jumlah sampel yang diambil di pabrik adalah 15 % dari total TBS yang dipanen. Dalam satu kali pengambilan sampel adalah 100 janjang TBS dan brondolan yang jatuh bersama TBS yang kemudian dikelompokan menjadi 10 kelompok. Tujuan dari pengambilan sampel TBS dan brondolan adalah untuk mengetahui mutu buah. Penulis membantu melakukan grading buah di pabrik sebanyak 8 truk. Pemupukan Kegiatan pemupukan di Sekunyir Estate terdiri dari pemupukan anorganik dan organik. Pemupukan anorganik dilakukan dengan mengaplikasikan pupuk urea, MOP, kieserite, dolomit, HGFB, dan rock phospat. Sedangkan pemupukan organik terdiri dari aplikasi janjang kosong, efluent, dan solid. Pupuk Anorganik. Pemupukan pupuk anorganik di Sekunyir Estate menggunakan Block Manuring System (BMS). BMS merupakan suatu proses pemupukan yang dilakukan secara simultan, dilakukan dari blok ke blok, dan dari pokok ke pokok dengan pembagian tugas tenaga kerja yang jelas (until, ecer, langsir, dan tabur). Pengaturan dan administrasi pemupukan di Sekunyir Estate dilakukan secara terpusat oleh Divisi I. Data basis dan premi pemupukan ditampilkan pada Lampiran 11. Dalam kegiatan pemupukan terdiri dari tim kecil yang dinamakan Kelompok Kecil Pemupukan (KKP). Satu KKP terdiri dari 5 orang, dimana 3 orang bertugas sebagai penabur dan 2 orang yang melangsir pupuk. Dalam pemupukan terdapat pembagian kerja yang terdiri dari tenaga until, tenaga ecer, dan tenaga tabur. Tenaga Until. Tenaga until bertugas untuk menguntil pupuk menjadi bagian yang kecil ke karung lain sesuai dengan dosis pupuk. Berat bersih rata-rata 1 karung pupuk urea, kiesrit, MOP, dan dolomit adalah 50 kg. Tempat proses penguntilan dilakukan di gudang pupuk. Tempat penguntilan pupuk menggunakan alas dari terpal agar pupuk tidak tercecer. Pupuk yang sudah ada di tempat penguntilan dibuka karungnya kemudian dihancurkan dengan alat podem yang terbuat dari kayu. Pupuk dimasukan ke dalam karung until dengan takaran yang

36 24 telah dibuat sesuai dosis pupuk. Penulis melakukan penguntilan pupuk MOP sebanyak dua kali dengan hasil 805 kg dan 800 kg, sedangkan basisnya adalah kg. Tenaga Ecer. Tenaga ecer bertugas untuk membawa pupuk dari tempat penguntilan/gudang pupuk ke lapangan. Pengecer meletakan pupuk di TPP primer yang merupakan TPH bagi pemanen. Jumlah untilan di TPP primer disesuaikan dengan dosis yang digunakan. Jalur yang digunakan untuk mengecer pupuk adalah jalur jalan collection road. Pengeceran pupuk dilakukan pada waktu pagi hari, agar pupuk siap dilangsir dan ditabur ketika tim tabur tiba di kebun. Penulis membantu melakukan pengeceran pupuk HGFB sebelum penulis melakukan penaburan pupuk HGFB sebanyak kg, sedangkan basisnya kg. Tenaga Tabur. Tim penabur terdiri dari dua bagian, yaitu penabur dan pelangsir. Tim langsir bertugas untuk melangsirkan pupuk dari TPP primer ke TPP sekunder menggunakan angkong. Tim langsir dalam setengah rintis menyebar 3 until pupuk, diletakan di tanaman pertama sebanyak 1 until pupuk, dan 2 pupuk lainnya di tanaman nomor 12. Tim tabur mengambil untilan pupuk di tanaman pertama yang akan ditabur sampai tanaman 11. Kemudian untilan pupuk pada tanaman 12 ditabur sampai tanaman 17 di pasar tengah. Dari pasar tengah penabur memutar ke baris kedua dalam satu rintis sampai tanaman 13. Untilan pupuk dari tanaman 12 ditabur sampai baris pertama. Tim tabur menaburkan pupuk ke rumpukan pelepah di piringan. Penaburan pupuk dilakukan di atas pelepah karena pada pelepah tersebut terdapat akar aktif yang mampu untuk menyerap pupuk. Penaburan pupuk dilakukan menggunakan takaran dengan volume kg. Penulis melakukan pelangsiran pupuk HGFB sebanyak kg sedangkan basisnya adalah kg. Penulis juga melakukan pemupukan pupuk HGFB sebanyak dua kali dengan hasil 5 ha dan 5.5 ha, sedangkan basisnya adalah 8 ha. Penulis juga melakukan pengawasan pemupukan rock phospat. Dosis dan rotasi pemupukan yang digunakan di Sekunyir Estate berbeda berdasarkan kandungan unsur hara dalam tanah dan kebutuhan tanaman akan unsur hara tersebut. Dosis dan rotasi pemupukan anorganik di Sekunyir Estate ditampilkan pada Tabel 6.

37 25 Tabel 6. Dosis dan Rotasi Pemupukan Pupuk Anorganik untuk Tanaman Menghasilkan Aplikasi Jenis Pupuk Urea Rock Phospat MOP/KCL Kieserite Dolomit HGFB kg/pohon Total Sumber : Buku Target Pemupukan 2009/2010 Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate Pupuk Organik. Pupuk organik yang diaplikasikan berasal dari sisa pengolahan kelapa sawit di pabrik yang diaplikasikan ke lapangan. Aplikasi pupuk organik di Sekunyir Estate terdiri dari aplikasi janjang kosong, efluent, dan solid. Aplikasi Janjang Kosong. Aplikasi janjang kosong di lapangan dapat menambah bahan organik bagi tanah. Hal tersebut akan meningkatkan penyerapan air oleh tanah, memperbaiki struktur tanah, dan memacu pertumbuhan akar. Rotasi dari aplikasi janjang kosong dilakukan sebanyak 1 kali dalam 1 tahun. Dosis dari aplikasi janjang kosong adalah 25 ton/ha/tahun. Dosis janjang kosong yang diaplikasikan adalah 180 kg/titik pada setiap tanaman, jika menggunkan angkong rata-rata sebanyak 2 angkong. Janjang kosong yang akan diaplikasikan di lapangan diletakkan dekat collection road oleh mobil yang mengangkut janjang kosong ke kebun. Penulis membantu aplikasi janjang kosong di Blok A005 selama 7 jam, aplikasi janjang kosong menggunakan sistem borong. Basis dari aplikasi janjang kosong adalah 30 titik. Aplikasi Solid. Solid di pabrik kelapa sawit berasal dari sludge yang dihasilkan dari stasiun pemurnian yang telah diolah oleh mesin decanter. Solid berfungsi untuk menambah bahan organik dalam tanah. Rotasi yang dilakukan dalam aplikasi solid adalah sebanyak 1 kali dalam 1 tahun. Solid diaplikasikan di lapangan dengan dosis satu titik adalah 200 kg/pohon/tahun atau sekitar 2 angkong. Sedangkan dosis setiap hektar dari aplikasi solid adalah 25 ton/ha/tahun. Solid yang diaplikasikan berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah, dan

38 26 mengembalikan unsur hara. Prestasi kerja penulis adalah 9 titik, sedangkan basis dalam aplikasi solid adalah sebanyak 10 titik. Efluent. Efluent merupakan limbah cair dari pengolahan kelapa sawit di pabrik yang berasal dari sludge. Efluent di pabrik berasal dari air condensat rebusan dan dari mesin decanter yang berbentuk heavy phase. Efluent dari kolam pengolahan limbah dialirkan ke kebun menggunakan pipa. Pipa induk berukuran 6 inci, pipa yang masuk ke blok 4 inci, dan pipa ke flat bad 2 inci. Di dalam blok yang diaplikasikan efluent terdapat flat bad yang berukuran panjang 3.2 m, lebar 2.4 m, dan kedalaman 0.5 m. Dalam 1 ha terdapat flat bad, dimana satu flat bad berkapasitas 3 ton. Efluent diaplikasikan di lapangan dengan dosis 750 ton/ha/rotasi. Jumlah rotasi dari aplikasi efluent di lapangan adalah 4 kali dalam 1 tahun. Tidak semua blok diaplikasi dengan efluent, akan tetapi hanya beberapa blok percobaan. Blokblok yang diaplikasi dengan efluent adalah blok E5, E6, E7, D5, D9, D10. Penulis melakukan pengaturan aliran efluent ke flat bad dan membersihkan sampah di flat bad. Leaf Sample Unit (LSU). Pengambilan sampel daun dilakukan untuk menentukan dosis rekomendasi pupuk. Data hasil analisis rekomendasi daun akan digunakan untuk penentuan anggaran pengadaan pupuk tahun yang akan datang. Peralatan yang digunakan untuk pengambilan sampel daun adalah kantong plastik dan keresek, peralatan cat, parang, gunting, egrek, buku catatan, dan meteran. Cara pengambilan sampel adalah dengan sistem 18 x 13 jika luas lahannya lebih dari 60 ha, dan sistem 12 x 13 jika luas lahannya kurang dari 60 ha. Daun contoh diambil dari pelepah nomor 17 yang berada di bawah pelepah nomor 9. Dalam menentukan pelepah nomor 17 terlebih dahulu menentukan daun nomor 1 kemudian daun nomor 9. Cara pengambilan pelepah nomor 17 adalah dengan cara dipotong di bawah pangkal lidi menggunakan egrek. Data yang diambil adalah tinggi tanaman, panjang pelepah, tebal pelepah, lebar pelepah, dan pengambilan 6 buah daun. Anakan daun yang diambil adalah 3 buah dari kiri dan 3 buah dari kanan. Helai anakan daun yang diambil adalah anakan daun yang

39 27 berhadapan. Penulis melakukan pengambilan sampel daun sebanyak dua kali di Blok A008 dan Blok B001 dengan luas lahan 87 ha dan ha. Perawatan Kegiatan perawatan dilakukan untuk menajaga kualitas dan kuantitas hasil panen. Kegiatan perawatan terdiri dari kegiatan garuk piringan dan manajemen kanopi. Garuk Piringan. Garuk piringan merupakan kegiatan membersihkan piringan dari sampah yang ada di piringan. Sampah yang ada di piringan berupa pangkal pelepah, bunga jantan, dan daun pelepah. Pangkal pelepah yang menempel pada batang akan lepas karena telah melapuk. Hal tersebut diakibatkan oleh usia tanaman kelapa sawit yang sebagian besar berusia diatas 15 tahun. Bahkan untuk tanaman yang telah berusia 18 tahun ada beberapa tanaman yang pangkal pelepahnya telah terlepas semua. Penulis melakukan garuk piringan sebanyak dua kali dengan hasil 1.5 ha dan 0.5 ha, sedangkan basisnya adalah 2 ha. Manajemen Kanopi. Manajemen kanopi dilakukan agar tanaman dapat berproduksi optimal dan buah dapat dievakuasi, dimana jumlah pelepah disesuaikan dengan umur tanaman. Untuk tahun tanam jumlah pelepah yang dipertahankan adalah pelepah, menggunakan songgo 1-2. Untuk tahun tanam jumlah pelepah yang dipertahankan adalah 56-64, menggunakan songgo 2-3. Akan tetapi untuk tahun tanam 2005 dan 2007 jumlah pelepah yang dipertahankan 64 pelepah, menggunakan songgo 3. Program kegiatan penunasan pelepah ada 2 macam kegiatan yaitu tunas progresif dan tunas reguler. Tunas progresif dilakukan 3 kali dalam satu tahun, dimana pembayaran tunas progresif dilakukan 3 kali. Tunas progresif dilakukan sendiri oleh pemanen, ketika kegiatan panen dilaksanakan atau di luar jam kerja. Sedangkan kegiatan tunas reguler dilakukan 9 bulan sekali dalam satu tahun. Penulis mengikuti kegiatan tunas progresif selama 7 jam ketika kegiatan panen dilaksanakan.

40 28 Konservasi Tanah dan Air Perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate sebagian besar jenis tanahnya merupakan tanah mineral/pasir sehingga mudah mengalami erosi. Oleh karena itu maka harus dilakukan konservasi tanah dan air. Kegiatan konservasi tanah dan air dilakukan untuk menjaga kualitas dan kuantitas tanah dan air. Konservasi tanah dilakukan agar tanah tidak mudah terkikis akibat erosi. Jika tanah mengalami erosi, maka unsur hara yang terkandung dalam tanah akan ikut terkikis juga. Rumpuk Pelepah. Sistem perumpukan pelepah yang dilakukan di Sekunyir Estate adalah u-shaped front stacking. Perumpukan pelepah pada areal datar-bergelombang disusun secara horizontal dan vertikal sepanjang gawangan mati membentuk susunan u-shape. Sedangkan pada areal bergelombangberbukit penyusunan tegak lurus membentuk susunan u-shape memotong arah lereng. Dengan tujuan untuk menurunkan tingkat aliran air permukaan dan kehilangan pupuk ketika hujan. Jarak antara rumpukan pelepah dengan pokok tanaman adalah 2 m. Jarak rumpukan tersebut sebagai penanda jari-jari piringan pada pokok tanaman. Penulis melakukan kegiatan rumpuk pelepah sebanyak 3 kali dengan hasil 0.5 ha, 0.5 ha, dan 0.75 ha, sedangkan basisnya adalah 1 ha. Perawatan Jalan. Jalan di perkebunan kelapa sawit merupakan sarana terpenting yang harus terjaga. Jalan merupakan sarana transportasi untuk mengangkut buah dari kebun ke pabrik. Jalan yang rusak akan mengakibatkan terlambatnya pengiriman buah ke pabrik. Pengiriman buah yang terlambat ke pabrik akan mengakibatkan menurunnya kualitas dari buah. Sehingga akan mempengaruhi kualitas CPO yang dihasilkan. Perawatan jalan yang dilakukan terdiri dari penambalan jalan dan pembuangan air dari jalan. Penulis melakukan perawatan jalan dengan cara membuat aliran air dari jalan yang tergenang ke parit. Dalam pekerjaan ini hari kerjanya berdasarkan jam kerja. Pengembangan Nephrolepis biserata. Nephrolepis biserata ditanam untuk menjaga kelembaban tanah, sehingga akan meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam tanah. Penanaman Nephrolepis biserata di Sekunyir Estate ditekankan untuk memperkuat struktur tanah sehingga dapat

41 29 mengurangi terjadinya erosi karena sebagian besar tanahnya bertekstur pasir. Nephrolepis biserata sebagian besar ditanam di samping collection road dan main road. Silt Pit. Silt pit berfungsi untuk tempat cadangan air dan mengurangi aliran permukaan ketika terjadi hujan, sehingga bahan organik dan pupuk yang diaplikasikan akan masuk ke dalam silt pit dan tidak terbuang dari kebun. Silt pit dibuat di samping tanaman pada areal yang memiliki kemiringan lebih dari 15 %. Silt pit memiliki ukuran panjang 4 m, lebar 1 m, dan kedalaman 0.6 m. Road Side Pit. Road side pit berfungsi sebagai tempat cadangan air bagi kebun yang mengalirkan air dari parit ke kebun. Road side pit dibuat di samping parit dekat jalan. Fungsi lain dari road side pit dapat mengurangi meluapnya air dari parit ke jalan ketika terjadi hujan, sehingga dapat mengurangi kerusakan jalan akibat tergenang air. Road side pit memiliki ukuran panjang 5 m, lebar 1 m, dan kedalaman 1 m. Teras Konservasi. Teras konservasi dibuat pada daerah tanah miring yang mudah terkena erosi. Teras konservasi dibuat dengan cara menyusun karung yang berisi tanah mengelilingi piringan. Teras konservasi berfungsi agar infiltrasi air berlangsung baik, mencegah pokok tumbang, dan mempermudah proses panen. Teras konservasi juga dibuat di daerah rendahan untuk menghindari tanaman stres air, membantu perkembangan akar, dan mencegah pokok doyong. Water Gate. Water gate merupakan bendungan yang dibangun di parit yang berfungsi untuk menjaga ketersediaan air. Bendungan water gate dibuat dari kayu yang dibangun di parit. Water gate berfungsi agar persediaan air dalam blok terjaga, persediaan air untuk operasional kebun, dan persediaan air bagi karyawan. Dengan adanya water gate maka persediaan air di kebun pada musim kemarau dapat terjaga. Water gate juga dapat mencegah stres air dari tanaman terutama pada musim kemarau. Kegiatan Tunas Pasar. Tunas pasar merupakan kegiatan memotong setengah dari panjang pelepah yang menghalangi masuknya sinar matahari ke

42 30 jalan. Tunas pasar bertujuan agar sinar matahari dapat masuk ke jalan. Sinar matahari yang menyinari jalan akan menguapkan air sehingga membuat jalan menjadi keras dan kuat. Kegiatan tunas pasar bertujuan untuk meminimalisir dari kerusakan jalan. Sehingga biaya untuk perawatan jalan dapat diminimalisir. Kegiatan tunas pasar dilakukan dengan rotasi 2 kali dalam satu tahun. Penulis membantu melakukan tunas pasar dengan membuang pelepah yang telah ditunas ke rumpukan pelepah di piringan. Areal Buffer Zone. Areal buffer zone merupakan areal dekat aliran air utama yang tidak terkena aplikasi bahan kimia. Areal buffer zone di Sekunyir Estate adalah 1 pokok atau 10 m dari aliran air utama. Pada areal tersebut tidak dilakukan pemupukan dan penyemprotan. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Aliran air utama di Sekunyir Estate adalah Sungai Buaya. Penulis bersama asisten melakukan observasi daerah bufer zone untuk mengetahui pertumbuhan anak kayu yang ditanam di areal buffer zone. Pelaksanaan Kegiatan Magang secara Khusus Pelaksanaan Teknis dan Manajemen Kegiatan magang dilakukan dengan mengikuti dan mempelajari pelaksanaan teknis dan manajemen kebun secara umum dan pengelolaan gulma secara khusus. Studi pelaksanaan teknis pengelolaan gulma dilakukan untuk mempelajari berbagai macam teknik pengendalian gulma. Sedangkan studi manajemen pengelolaan gulma dilakukan untuk mempelajari pengorganisasian, perencanaan dan penggunaan rencana biaya dalam pengelolaan gulma. Organisasi Pengendalian Gulma Pengorganisasian pengendalian gulma diatur oleh manajer kebun selaku penanggung jawab. Manajer kebun memberikan tugas pengendalian gulma secara kimia kepada asisten divisi dua, pengendalian gulma secara manual kepada asisten divisi tiga, dan pengendalian gulma dengan mesin pemotong rumput kepada asisten divisi satu. Asisten penanggung jawab tersebut dinamakan asisten suplier yang harus bertanggung jawab untuk melakukan pengendalian gulma di seluruh

43 31 kebun. Asisten yang menerima pekerjaan pengendalian gulma dari asisten lain dinamakan asisten pemakai. Asisten suplier mengkoordinasikan pekerjaannya dengan asisten pemakai dan KTU (kepala tata usaha). Asisten suplier memberikan tugas kepada mandor satu dan mandor pelaksana untuk melakukan pengendalian gulma. Mandor pelaksana terdiri dari mandor semprot, mandor pengendalian gulma manual, dan mandor pengendalian gulma dengan mesin pemotong rumput. Mandor pelaksana melakukan pengaturan penggunaan target tenaga kerja karyawan, bahan dan peralatan yang akan digunakan. Mandor pelaksana memberikan laporan pekerjaannya kepada kerani masing-masing divisi. Kerani divisi akan mencatat laporan mandor pelaksana tersebut pada buku laporan harian. Buku laporan harian tersebut akan diberikan pada asisten suplier dan manajer kebun untuk dilakukan kontrol. Struktur organisasi penyemprotan di Sekunyir Estate ditampilkan pada Gambar 2. Manajer Kebun Asisten Pemakai Asisten Suplier KTU Mandor I Kerani Divisi Mandor Pelaksana Karyawan Gambar 2. Struktur Organisasi Pengendalian Gulma di Sekunyir Estate Vegetasi dan Jenis Gulma Sekunyir Estate memiliki kemiringan lereng , yang merupakan daerah tergenang sampai bergelombang. Tahun tanam kelapa sawit , 2005, dan 2007, mengakibatkan penutupan kanopi yang berbeda. Perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan jenis gulma yang tumbuh dominan pada setiap tempatnya.

44 32 Jenis gulma yang tumbuh dominan pada daerah rendahan adalah Scleria sumatrensis, Stenochlaena palustris, Cyperus iria, Ludwigia hyssopifolia, Commelina diffusa, dan Ottochloa nodosa. Sedangkan gulma yang tumbuh dominan pada daerah bukan rendahan adalah Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, Borreria alata, Centotheca lappacea, Cyrtococcum acrescens, dan Axonopus compressus. Teknik Pengendalian Gulma Pengendalian gulma di Sekunyir Estate dilakukan secara kimia dan mekanis. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida. Herbisida yang digunakan untuk pengendalian gulma secara kimia adalah herbisida Audit dan Starane. Herbisida Audit 486 AS berbahan aktif isopropilamina glifosat 486 g/l setara dengan glifosat 360 g/l. Herbisida Audit merupakan herbisida sistemik purna tumbuh yang berbentuk larutan dalam air. Sedangkan herbisida Starane 200 EC berbahan aktif fluroksifir 200 ml/l. Herbisida Starane merupakan jenis herbisida purna tumbuh yang sistemik dan selektif berbentuk suspensi yang dapat diemulsikan dalam air. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan pada daerah piringan, TPH, gawangan, pasar rintis, dan alang-alang. Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan dengan manual dan menggunakan mesin pemotong rumput. Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan pada daerah gawangan dan TPH. Pengendalian gulma pada gawangan dilakukan secara manual, sedangkan pada TPH menggunakan mesin pemotong rumput. Pengendalian Gulma secara Kimia Pelaksanaan Penyemprotan. Sistem penyemprotan yang dilakukan di Sekunyir Estate adalah Block Spraying System (BSS). Block spraying system merupakan sistem penyemprotan yang dilakukan dari satu blok ke blok lain secara berurutan dan kontinyu sesuai dengan rotasi yang telah ditentukan. Penyemprotan dilakukan dari pokok pertama dekat collection road, kemudian bergerak untuk

45 33 melakukan penyemprotan seluruh pokok dalam satu gawangan secara zigzag dari satu pokok ke pokok lainnya sampai tembus ke collection road berikutnya. Sekunyir Estate memiliki tim semprot yang terdiri dari mandor semprot, sopir mobil, dan tenaga semprot. Tim semprot tersebut mengendalikan gulma secara berurutan dari satu blok ke blok yang lain. Tim semprot sebelum dan sesudah kegiatan penyemprotan melakukan koordinasi dan administrasi di kantor BSS. Mandor semprot melakukan absensi, apel pagi, dan pengecakan terhadap alat semprot dan Alat Pelindung Diri (APD) yang akan digunakan di kantor BSS. Tenaga semprot mengganti pakaian dengan APD ketika akan berangkat kerja. Alat pelindung diri digunakan agar tenaga semprot aman ketika melakukan kegiatan penyemprotan. Jenis APD yang digunakan oleh tenaga semprot adalah pakaian seragam, aphron, sarung tangan, caping, masker, dan sepatu boot. Setelah semua tenaga semprot memakai APD kemudian mengambil knapsack sprayer di gudang penyimpanan. Alat pelindung diri yang digunakan tenaga semprot ditampilkan pada Gambar 3. a b c d e f Gambar 3. Alat Pelindung Diri (APD) Keterangan : a. Pakaian seragam, b. Aphron, c. Masker, d. Sarung tangan, e. Sepatu boot f. Caping c f

46 34 Knapsack sprayer dinaikan ke mobil, kemudian semua tim semprot naik ke mobil untuk mengisi herbisida di gudang penyimpanan. Mandor semprot mengambil herbisida dan melakukan kalibrasi herbisida yang akan dilarutkan dengan air 2000 l dalam tangki mobil. Herbisida akan terlarut dengan air dalam tangki karena tergoyang oleh mobil yang berjalan. Mandor semprot melakukan pengaturan dan pembagian kerja terhadap tenaga semprot ketika tiba di blok yang akan disemprot. Tenaga semprot melakukan pengisian larutan herbisida ke knapsack sprayer melalui pipa dari tangki. Setiap tenaga semprot masuk ke gawangan yang telah dibagi oleh mandor. Mobil tangki semprot akan bergerak mengikuti pergerakan tenaga semprot. Tim semprot pulang ke kantor BSS setelah jam kerja selesai dilaksanakan. Tenaga semprot akan membersihkan knapsack sprayer dan APD, serta mandi di kantor BSS. Tenaga semprot melakukan pencucian knpasack sprayer di bak khusus yang memiliki tempat penetralisir herbisida. Target dan Realisasi Pengendalian Gulma pada Piringan dan TPH secara Kimia. Program pengendalian gulma pada piringan dan TPH secara kimia dilakukan secara bersamaan. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir biaya dari pengendalian gulma. Rotasi dari pengendalian gulma pada piringan dan TPH adalah 3 kali dalam 1 tahun. Jari-jari piringan yang harus bersih dari gulma adalah 2 m dari tanaman sawit. Sedangkan ukuran TPH yang harus bersih dari gulma adalah 7 x 4 m 2. Pengendalian gulma pada piringan dan TPH sangat penting dilakukan untuk mengurangi kehilangan unsur hara dan kehilanagan hasil panen dari buah dan brondolan. Piringan yang bersih dari gulma akan memudahkan pemanen untuk mengetahui kematangan dari buah dengan cara melihat brondolan yang jatuh dan mempermudah pengutipan brondolan. Herbisida yang digunakan untuk pengendalian gulma pada piringan dan TPH adalah hersbisida campuran Audit dan Starane. Pencampuran herbisida dilakukan pada drum jerigen, kemudian dimasukan ke dalam tangki mobil yang berisi 2000 l air. Rata-rata herbisida yang digunakan dalam satu kali aplikasi penyemprotan adalah 16 l Audit dan 4 l Starane. Konsentrasi yang digunakan dari herbisida tersebut adalah 0.8 % Audit dan 0.2 % Starane. Knapsack sprayer yang

47 35 digunakan untuk penyemprotan adalah jenis Inter dengan kapasitas 16 l. Nozel yang digunakan untuk penyemprotan adalah full cone jenis VLV (very low volume) volume semprot 20 l/ha, lebar semprot 1 m. Target 2009/2010 pengendalian gulma secara kimia pada piringan dan TPH untuk tenaga kerja adalah 0.20 HK/ha, herbisida Audit 0.20 l/ha, dan herbisida Starane l/ha. Sedangkan realisasi rata-rata penggunaan tenaga kerja adalah 0.18 HK/ha, herbisida Audit 0.17 l/ha, dan herbisida Starane l/ha, seperti yang ditampilkan pada Tabel 7. No Tabel 7. Realisasi Pengendalian Gulma secara Kimia pada Piringan dan TPH Blok Luas Total (ha) Luas Realisasi (ha) Tenaga Kerja (HK) HK/ha Herbisida (l/ha) Audit Starane 1 B B B002-B B B001-B B001-C C001-C B C C001-C002-C C002-C003-C C004-C C004-C005-C C005-C006-C D002-D003-D E001-E E001-E E003-D D005-D006-E E E007-E E008-E F F003-F D008-D D006-D D001-D Rata-rata Sumber : Kantor Divisi II Sekuyir Estate (2010)

48 36 Pemakaian herbisida campuran disebabkan berbedanya jenis gulma yang tumbuh pada daerah piringan. Pemakaian herbisida Audit digunakan untuk mengendalikan jenis gulma Cyrtococcum acrescens, Centotheca lappacea, dan Axonopus compressus. Sedangkan penggunaan herbisida Starane digunakan untuk mengendalikan jenis gulma Ageratum conyzoides, Borreria alata, dan Asystasia intrusa. Penulis melakukan penyemprotan pada piringan sebanyak 5 kali dengan hasil 3.5 ha, 2.5 ha, 3 ha, 4 ha, dan 4 ha, sedangkan basisnya adalah 5 ha. Target dan Realisasi Pengendalian Gulma pada Gawangan dan Pasar Rintis secara Kimia. Pengendalian gulma pada gawangan dan pasar rintis dilakukan dengan rotasi 1 kali dalam setahun. Pengendalian gulma pada gawangan dan pasar rintis berfungsi untuk mengurangi kehilangan unsur hara dan mempermudah dari proses kegiatan pekerjaan di kebun. Sasaran dari pengendalian gulma pada gawangan dan pasar rintis adalah gulma berdaun lebar. Gulma berdaun lebar yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate adalah Ageratum conyzoides, Boreria allata, Asystasia intrusa, Emilia sonchifolia, dan Phyllanthus niruri. Sehingga penyemprotan yang dilakukan adalah spot weeding. Gulma berdaun lebar lebih boros terhadap unsur hara, sehingga jika dibiarkan tumbuh dapat mengakibatkan kehilangan unsur hara. Gulma berdaun lebar jumlahnya semakin sedikit, seiring dengan semakin bertambahnya usia tanaman kelapa sawit. Herbisida yang digunakan untuk pengendalian gulma pada gawangan dan pasar rintis adalah herbisida Starane. Dalam 1 kali aplikasi rata-rata herbisida Starane yang digunakan adalah 4 l yang dicampur dengan 2000 l air dalam tangki. Konsentrasi herbisida Starane dalam air yang digunakan adalah 0.2 %. Knapsack sprayer yang digunakan adalah jenis Inter dengan kapasitas 16 l. Nozel yang digunakan adalah jenis full cone jenis VLV (very low volume), volume semprot 20 l/ha, lebar semprot 1 m. Penulis melakukan penyemprotan pada gawangan sebanyak 1 kali dengan hasil 2.5 ha, sedangkan basisnya adalah 3.3 ha. Target 2009/2010 pengendalian gulma secara kimia pada gawangan dan pasar rintis untuk tenaga kerja adalah 0.3 HK/ha dan herbisida Starane l/ha. Sedangkan realisasi rata-rata penggunaan tenaga kerja adalah 0.2 HK/ha dan herbisida Starane l/ha seperti yang ditampilkan pada Tabel 8.

49 37 No Tabel 8. Realisasi Pengendalian Gulma secara Kimia pada Gawangan dan Pasar Rintis Blok Luas Total (ha) Luas Realisasi (ha) Tenaga Kerja (HK) HK/ha Total Starane (l/blok) Starane (l/ha) 1 D D D D D B B002-B B003-B B003-B004-B B004-B005-B B005-B B B007-B B B006-B C C006-C C E004-E E006-E007-E Rata-rata Sumber : Kantor Divisi II Sekunyir Estate (2010) Pengendalian Alang-alang (Imperata cylindrica). Alang-alang merupakan salah satu jenis gulma yang susah dikendalikan. Alang-alang dapat tumbuh kembali melalui akar di dalam tanah. Ketika ada beberapa alang-alang yang tumbuh, perusahaan akan langsung mengendalikannya. Alang-alang jika dibiarkan tumbuh maka jumlahnya akan semakin banyak. Sehingga biaya yang dikeluarkan akan semakin tinggi. Pengendalian alang-alang dilakukan dengan rotasi 1.3 kali setiap tahun. Herbisida yang digunakan adalah herbisida Audit yang berbahan aktif glifosat. Selama kegiatan magang dilaksanakan tidak ada kegiatan pengendalian alangalang secara khusus. Hal tersebut karena untuk tahun tanam pertumbuhan alang-alang sudah jarang. Pertumbuhan alang-alang hanya pada bagian yang masih cukup cahaya masuk ke kebun.

50 38 Ketika kegiatan magang dilaksanakan, penulis melakukan pengendalian alang-alang dalam pekerjaan pengendalian piringan dan TPH secara kimia. Cara yang digunakan untuk melakukan pengendalian alang-alang adalah dengan cara melakukan penyemprotan terhadap alang-alang dari jarak dekat. Penyemprotan dilakukan pada seluruh bagian alang-alang. Penyemprotan terhadap alang-alang dilakukan sampai semua bagian dari alang-alang tersebut basah. Target 2009/2010 pengendalian alang-alang untuk tenaga kerja 0.17 HK/ha dan herbisida Audit 0.04 l/ha. Pengendalian Gulma secara Mekanis Pelaksanaan Pengendalian Gulma secara Mekanis. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan menggunakan parang dan cados. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja BHL yang merupakan penduduk di sekitar kebun. Tenaga kerja BHL dijemput dan diantar pulang oleh mobil perusahaan. Sebelum bekerja mandor dan ketua rombongan BHL melakukan pembagian kerja terhadap pekerja. Kemudian masing-masing tenaga BHL masuk ke gawangan yang telah dibagi. Pengendalian gulma dengan mesin pemotong rumput hanya dilakukan oleh satu orang pekerja. Tenaga kerja yang digunakan merupakan yang biasa melakukan pemotongan rumput di kebun. Tenaga kerja tersebut berpindah dari satu TPH ke TPH yang lainnya dengan menggunakan sepeda motor. Pengendalian gulma dengan menggunakan mesin pemotong rumput hanya dilakukan di Divisi I. Hal tersebut dilakukan karena masih dalam tahap percobaan untuk mengetahui pengaruh terhadap kotoran yang terbawa ke pabrik. Target dan Realisasi Pengendalian Gulma secara Manual pada Gawangan. Program pengendalian gulma pada gawangan secara manual sekaligus melakukan pengendalian gulma secara manual pada piringan, TPH, dan pasar rintis. Rotasi dari pengendalian gulma pada gawangan adalah 1 kali dalam 1 tahun. Pengendalian gulma pada gawangan dilakukan untuk mengendalikan jenis gulma berkayu.

51 39 Pengendalian gulma pada gawangan dilakukan untuk megurangi kehilangan unsur hara dan memperlancar pekerjaan kebun. Gulma yang tumbuh pada daerah gawangan akan mengganggu pergerakan dari tenaga kerja. Kegiatan kebun yang akan sangat terganggu dengan banyaknya gulma berkayu adalah kegiatan panen. Karena pergerakan tenaga panen membawa egrek dan angkong. Jenis gulma yang dominan dikendaliakan secara manual di Sekunyir Estate adalah Ficus sp, Anakan sawit, Clibadium surinamense, Melastoma malabathricum, Chromolaena odorata, dan Lantana camara. Ficus sp merupakan jenis gulma berkayu yang tumbuh lebih dominan dibandingkan dengan jenis gulma berkayu lainnya di Sekunyir Estate. Jenis gulma ini tumbuh dominan pada daerah yang terbuka dan dekat aliran air. Alat yang digunakan untuk mengendalikan gulma tersebut adalah cados dan parang. Parang digunakan untuk memotong gulma dan cados untuk membongkar akar gulma. Standard operational procedur (SOP) dalam pengendalian gulma dengan manual adalah gulma harus dipotong, kemudian akarnya dibongkar. Untuk jenis gulma anakan sawit setelah dicabuti harus dikumpulkan kemudian diikat pada kayu yang ditancapkan di tanah agar tidak tumbuh kembali. Gulma yang tumbuh dekat jalan dapat dilempar ke collection road agar gulma tidak tumbuh kembali di kebun. Prakteknya masih ada tenaga kerja yang tidak melaksanakan hal tersebut. Sehingga gulma dapat tumbuh kembali di kebun, karena gulma dibuang di kebun. Tenaga kerja yang digunakan untuk melakukan pengendalian gulma adalah tenaga kerja BHL yang sebagian besar perempuan. Tenaga BHL yang digunakan adalah penduduk yang berasal dari sekitar kebun. Kualitas pekerjaan tenaga kerja BHL berbeda dengan karyawan kebun. Ada beberapa tenaga BHL yang susah diatur sehingga akan mengakibatkan hasil kerja kurang optimal. Selain itu penekanan dan pengawasan kerja yang masih kurang akan membuat hasil kerja kurang maksimal. Seharusnya penekanan terhadap tenaga kerja dalam pengendalian gulma secara manual pada gawangan harus lebih ditingkatkan lagi. Penulis melakukan pengendalian gulma gawangan manual sebanyak 1 kali dengan prestasi kerja 0.5 ha, sedangkan basisnya adalah 1 ha.

52 40 Target 2009/2010 pengendalian gulma manual pada gawangan untuk penggunaan tenaga kerja 1 HK/ha. Sedangkan realisasi rata-ratanya adalah 1.89 HK/ha seperti ditampilkan pada Tabel 9. Tabel 9. Realisasi Pengendalian Gulma secara Manual pada Gawangan No Blok Luas Total (ha) Luas Realisasi (ha) Tenaga Kerja (HK) HK/Ha 1 B B B E A A A A A A B B B F E E E E E E Rata-rata 1.89 Sumber : Kantor Divisi III Sekunyir Estate (2010) Target dan Realisasi Pengendalian Gulma pada TPH dengan Mesin Pemotong Rumput. Pengendalian gulma pada TPH dengan mesin pemotong rumput bertujuan agar kotoran yang menempel pada buah yang dikumpulkan di TPH dapat dikurangi. Sehingga kotoran yang terangkut ke pabrik jumlahnya dapat diturunkan. Kotoran yang menempel pada buah di TPH berupa pasir, tanah, dan kerikil. Kotoran yang terangkut ke pabrik akan mempengaruhi kualitas CPO yang dihasilkan. Pertumbuhan rumput pada tempat pengumpulan hasil kurang merata. Hal tersebut diakibatkan oleh penutupan kanopi tanaman kelapa sawit, sehingga pencahayaan kurang.

53 41 Rotasi dari pengendalian gulma pada TPH dengan mesin pemotong rumput adalah 6 kali dalam 1 tahun. Mesin pemotong rumput menggunakan oli dan bensin dengan perbandingan 0.2:20. Penggunaan mesin pemotong rumput untuk mengendalikan gulma pada TPH hanya dilakukan di Divisi I. Hal tersebut dilakukan karena masih dalam tahap percobaan. Target 2009/2010 pengendalian gulma pada TPH dengan mesin pemotong rumput untuk penggunaan tenaga kerja adalah 0.03 HK/ha, bensin l/ha, oli l/ha. Sedangkan realisasi rata-rata penggunaan tenaga kerja adalah HK/ha, bensin l/ha, dan oli l/ha seperti ditampilkan pada Tabel 10. Tabel 10. Realisasi Pengendalian Gulma pada TPH dengan Mesin Pemotong Rumput No Blok HK Output Luas Bensin HK/ha TPH (ha) (l) Bensin (l/ha) Oli (l) Oli (l/ha) 1 B C B C C D D Rata-rata Sumber : Kantor Divisi I Sekunyir Estate (2010) Rekapitulasi Target dan Realisasi Pengendalian Gulma di Sekunyir Estate Pengendalian Gulma secara Kimia. Pada program piringan dan TPH realisasi pemakaian herbisida Audit lebih rendah 15 % dari target yang ditetapkan, dimana targetnya 0.20 l/ha sedangkan realisasinya 0.17 l/ha. Realisasi pemakaian herbisida Starane lebih tinggi 47.7 % dari target yang ditetapkan, dimana targetnya l/ha sedangkan realisasinya l/ha. Realisasi pemakaian tenaga kerjanya lebih rendah 10 % dari target yang ditetapkan, targetnya 0.20 HK/ha sedangkan realisasinya 0.18 HK/ha. Realisasi pemakaian herbisida Starane pada program gawangan dan pasar rintis lebih rendah 28.9 % dari target yang ditetapkan, dimana targetnya l/ha sedangkan realisasinya l/ha. Realisasi pemakaian tenaga kerjanya lebih rendah 33.3 % dari target yang ditetapkan, dimana targetnya 0.3 HK/ha sedangkan realisasinya 0.2 HK/ha. Selama kegiatan magang dilaksanakan tidak ada program

54 42 pengendalian alang-alang secara khusus. Rekapitulasi target dan realisasi pemakaian herbisida pada pengendalian gulma secara kimia ditampilkan pada Gambar 4. Rekapitulasi target dan realisasi pemakaian tenaga kerja pada pengendalian gulma secara kimia ditampilkan pada Gambar 5. Pengendalian Gulma seacara Mekanis. Realisasi pemakaian tenaga kerja pada pengendalian gulma secara manual di gawangan lebih tinggi 89 % dari target yang ditetapkan, dimana targetnya 1 HK/ha sedangkan realisasinya 1.89 HK/ha. Realisasi pemakaian tenaga kerja pada pengendalian gulma di TPH dengan mesin pemotong rumput lebih tinggi 5 % dari target yang ditetapkan, dimana targetnya HK/ha sedangkan realisasinya HK/ha. Realisasi pemakaian oli dan bensin pada pengendalian gulma di TPH dengan mesin pemotong rumput lebih rendah 33.3 % untuk oli dan 30.7 % untuk bensin dari target yang ditetapkan, dimana target pemakaian oli l/ha dan bensin l/ha sedangkan realisasi pemakaian oli l/ha dan oli l/ha. Rekapitulasi target dan realisasi pemakaian tenaga kerja pada pengendalian gulma secara mekanis ditampilkan pada Gambar 6. Target dan realisasi pemakaian oli dan bensin pada pengendalian gulma dengan mesin pemotong rumput ditampilkan pada Gambar 7. Perbandingan Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma di Gawangan secara Manual dan Kimia. Pemakaian herbisida pada pengendalian gulma di gawangan mampu menghemat pemakain tenaga kerja. Hal tersebut dapat dilihat dengan membandingkan realisasi pemakaian tenaga kerja pada program pengendalian gulma dengan manual pada gawangan dan program pengendalian gulma secara kimia pada gawangan. Realisasi pemakaian tenaga kerja pada program pengendalian gulma manual 1.89 HK/ha, sedangkan realisasi pemakaian tenaga kerja pada program pengendalian gawangan secara kimia 0.2 HK/ha. Penggunaan herbisida pada pengendalian gulma di gawangan mampu menghemat 89.4 % dari pemakaian tenaga kerja. Perbandingan pemakaian tenaga kerja pada pengendalian gulma di gawangan secara manual dan kimia ditampilkan pada Gambar 8.

55 43 l/ha Audit Starane Starane Audit Target Realisasi Piringan dan TPH Gawangan dan pasar Rintis Alang-alang Selisih (%) Gambar 4. Rekapitulasi Target dan Realisasi Pemakaian Herbisida pada Pengendalian Gulma secara Kimia di Sekunyir Estate HK Target Piringan dan TPH Gawangan dan pasar rintis Alang-alang Realisasi Selisih (%) Gambar 5. Rekapitulasi Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma secara Kimia di Sekunyir Estate

56 44 HK/ha Target Realisasi 1.00 Manual Mesin pemotong rumput Selisih (%) 89 5 Gambar 6. Rekapitulasi Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma secara Mekanis di Sekunyir Estate l/ha Target Realisasi Oli Bensin Selisih (%) Gambar 7. Rekapitulasi Pemakaian Bensin dan Oli pada Pengendalian Gulma dengan Mesin Pemotong Rumput pada TPH

57 45 HK/ha Manual 0.20 Kimia Selisih (%) 89.4 Gambar 8. Perbandingan Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma di Gawangan secara Manual dan Kimia Analisis Vegetasi Gulma yang Tumbuh Dominan. Komposisi jenis gulma yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate berbeda berdasarkan tahun tanamnya. Perbedaan komposisi gulma yang tumbuh dominan terjadi antara gulma rumput dan gulma berdaun lebar. Perbedaan tersebut disebabkan perubahan penutupan kanopi pelepah kelapa sawit, sehingga intensitas cahaya yang masuk berbeda. Gulma semusim tumbuh dominan pada kebun kelapa sawit yang baru ditanam, sedangkan gulma tahunan tumbuh dominan pada kebun kelapa sawit yang telah lama ditanam. Gulma yang tumbuh dominan pada areal yang kanopinya tertutup merupakan gulma rumput. Gulma rumput yang tumbuh dominan adalah Centotheca lappacea dengan nilai Summed Dominance Ratio (SDR) tertinggi % pada tahun tanam Sedangkan gulma yang tumbuh dominan pada areal yang kanopinya terbuka merupakan gulma berdaun lebar. Gulma berdaun lebar yang tumbuh dominan adalah Asystasia intrusa dengan nilai SDR tertinggi % pada tahun tanam Data SDR gulma yang tumbuh dominan di

58 46 Sekunyir Estate ditampilkan pada Tabel 11. Data analisis vegetasi gulma secara keseluruhan ditampilkan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Tabel 11. Gulma yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate Tahun Tanam No Spesies %... 1 Asystasia intrusa 6.55*) 6.93*) 8.70*) 9.39*) 14.83*) 16.36*) 2 Ageratum conyzoides 5.53*) 5.70*) 8.06*) 7.75*) 10.17*) 10.66*) 3 Centotheca lappacea 12.06*) 11.59*) 11.27*) 10.31*) Borreria alata 5.39*) 5.58*) 5.26*) *) 9.09*) 5 Axonopus compressus 10.61*) 8.09*) 8.81*) 8.42*) Cyrtococcum acrescens 8.98*) 8.19*) 9.97*) 8.04*) Lygodium sp Phyllanthus niruri *) 9 Emilia sonchifolia *) 10 Pasapalum commersonii Digitaria adscendens *) 5.26*) Keterangan: *) Tergolong Gulma Dominan pada Tahun Tanam Tersebut Gulma yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate digolongkan menjadi gulma berdaun lebar dan gulma rumput. Gulma berdaun lebar tumbuh dominan pada areal yang terbuka yang merupakan areal yang baru ditanami. Gulma rumput tumbuh dominan pada areal yang ternaungi yang merupakan areal yang telah lama ditanami. Gulma berdaun lebar yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate adalah Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, Boreria allata, Emilia sonchifolia, dan Phyllanthus niruri. Gulma berdaun lebar tumbuh dominan pada tahun tanam kelapa sawit 2005 dan Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, dan Boreria allata tergolong gulma dominan pada tahun tanam kelapa sawit , sedangkan Phyllanthus niruri dan Emilia sonchifolia hanya tumbuh dominan pada tahun tanam kelapa sawit 2005 dan Gulma berdaun lebar yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate ditampilkan pada Gambar 9. Gulma rumput yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate adalah Centotheca lappacea, Axonopus compressus, Cyrtococcum acrescens, dan Digitaria adscendens. Gulma rumput tumbuh dominan pada tahun tanam kelapa sawit Centotheca lappacea, Axonopus compressus, dan Cyrtococcum acrescens tumbuh dominan pada tahun tanam kelapa sawit , sedangkan Digitaria adscendens tumbuh dominan pada tahun tanam kelapa sawit

59 dan Gulma rumput yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate ditampilkan pada Gambar SDR (%) Tahun Tanam Kelapa Sawit Asystasia intrusa Ageratum conyzoides Borreria alata Emilia sonchifolia Phyllanthus niruri Gambar 9. Gulma Berdaun Lebar yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate SDR (%) 6 4 Centotheca lappacea Axonopus compressus Cyrtococcum acrescens Digitaria adscendens Tahun Tanam Kelapa Sawit Gambar 10. Gulma Rumput yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate

60 48 Centotheca lappacea merupakan gulma yang tumbuh dominan pada tahun tanam Asystasia intrusa dan Centotheca lappacea tumbuh dominan pada tahun tanam Asystasia intrusa tumbuh dominan pada tahun tanam 2005 dan Centotheca lappacea memiliki nilai SDR semakin besar dengan semakin bertambahnya usia tanaman kelapa sawit, sehingga dominansinya bertambah seiring dengan semakin ternaunginya kebun. Asystasia intrusa memiliki nilai SDR semakin besar dengan semakin mudanya usia tanaman kelapa sawit, sehingga dominansinya bertambah seiring dengan semakin mudanya usia tanaman kelapa sawit. Sebaran gulma yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate ditampilkan pada Gambar 11. A D D D D D C C C C C C C Blok B C D E F A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A B B B B E A A A F A A A B A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A Nomor Blok Gambar 11. Sebaran Gulma Dominan di Sekunyir Estate Keterangan : A : Tahun Tanam 1992, B : Tahun Tanam 1993, C : Tahun Tanam 1994, D : Tahun Tanam 1995, E : Tahun Tanam 2005, F : Tahun Tanam 2007 Gulma Asystasia intrusa Centotheca lappacea Warna SDR (%)

61 49 Pengamatan Asystasia intrusa (BI.) Asystasia intrusa sering dinamakan dengan rumput johor barat, rumput israel, dan rumput syaitan. Asystasia intrusa diintroduksi ke Malaysia sejak tahun 1876 sampai dengan tahun 1950-an. Pada awalnya Asystasia intrusa dianggap rumput yang tidak berbahaya. Asystasia intrusa menjadi masalah yang serius di areal perkebunan kelapa sawit di Malaysia dan Sumatra sejak tahun 1970-an. Asystasia intrusa dapat dijumpai sampai dengan ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Asystasia intrusa merupakan gulma yang berbatang lunak, tingginya dapat mencapai 1.5 m. Letak daun berpasangan, berbentuk lonjong, dan ujungnya runcing. Ukuran daun bervariasi mulai dari 65 x 26 mm 2 sampai 152 x 76 mm 2. Tangkai daun berbentuk bulat dengan panjang sekitar 50 mm. Malai bunga tumbuh pada pucuk batang, tidak bercabang, dengan panjang mm. Bunganya berukuran kecil berwarna putih dengan pola kebiruan. Asystasia intrusa dapat dikendalikan secara manual dengan cara didongkel dan dilanjutkan dengan pembakaran gulma. Penulis mengamati kematian dan pertumbuhan kembali Asystasia intrusa pada piringan setelah penyemprotan dengan herbisida campuran Audit dan Starane. Pengamatan dilakukan pada dua rintis piringan berbeda yang kanopinya terbuka. Konsentrasi masing-masing herbisida adalah 0.8 % Audit dan 0.2 % Starane. Knapsack sprayer yang digunakan untuk kegiatan penyemprotan adalah jenis Inter dengan volume 16 l. Nozel yang digunakan adalah full cone jenis VLV (very low volume) dengan volume semprot 20 l/ha, lebar semprot 1 m. Asystasia intrusa mati setelah 7 hari dari kegiatan penyemprotan. Asystasia intrusa tumbuh dominan kembali setelah 4 MSA (minggu setelah aplikasi) penyemprotan. Pada pengamatan 6 MSA (minggu setelah aplikasi) gulma Cleome rutidosperma tumbuh dominan bersama Asystasia intrusa. Tumbuhnya gulma Cleome rutidosperma diakibatkan oleh keadaan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan biji Cleome rutidosperma yang dorman di dalam tanah. Pengamatan kematian dan pertumbuhan kembali Asystasia intrusa ditampilkan pada Gambar 12 dan Tabel 12.

62 50 Hari 1 Hari 4 Hari 7 Hari 2 Hari 5 4 MSA Hari 3 Hari 6 6 MSA Gambar 12. Kematian dan Pertumbuhan Kembali Asystasia intrusa 50

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 7 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan selama tiga bulan dari 13 Februari hingga 13 Mei 2012 bertempat di Tambusai Estate, Kec. Tambusai Utara, Kab. Rokan Hulu, Riau. Tambusai

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah 18 KONDISI UMUM KEBUN Letak Geografis Kebun PT. Ladangrumpun Suburabadi merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha yaitu : Angsana Estate (ASE), Gunung Sari Estate (GSE), dan Angsana Factory (ASF).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN OLEH EKY PERDANA A24052775

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate (GSE) PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berada di wilayah Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. SOCFIN INDONESIA, KEBUN TANAH GAMBUS, LIMA PULUH, BATU BARA, SUMATERA UTARA Oleh : GUNTUR SYAHPUTRA PURBA A 34104049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELKSNN KEGITN MGNG Pelaksanaan Kegiatan Magang secara Umum Kegiatan magang secara umum dilaksanakan dengan mempelajari dan mengikuti kegiatan teknis dan manajerial di kebun. Pelaksanaan teknis lapangan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN oleh HULMAN IRVAN A24052646

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Jenis gulma yang tumbuh di suatu tempat berbeda-beda, tergantung faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Menurut Sastroutomo (1990), komunitas tumbuhan memperlihatkan adanya

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Letak Geografis Kebun Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Letak Geografis Kebun Keadaan Iklim dan Tanah 12 KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Angsana Estate (ASE) merupakan salah satu kebun yang dikelola oleh unit usaha PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI) dibawah naungan PT Minamas Plantation (sebelumnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari permintaan pasar internasionalyang terus meningkat dari tahun ke tahun. Nanas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Sub sektor perkebunan mempunyai peranan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Penanaman dilakukan dengan menanam di Kebun Raya Bogor,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro (BGA) berawal dari pengusahaan perkebunan kelapa sawit berskala kecil di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah yang dimulai pada tahun 1998

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI 1 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI Oleh NUR AYSAH NIM. 080500129 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen 45 PEMBAHASAN Kegiatan panen merupakan salah satu kegiatan budidaya kelapa sawit yang paling penting. Cara panen yang tepat sangat mempengaruhi kuantitas produksi dan waktu yang tepat mempengaruhi kualitas

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate Tanggal Uraian Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar...(Satuan/HK)... 11 Februari 2012 Orientasi

Lebih terperinci

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja (satuan/hk) Standar Pekerja Penulis Status sebagai Mahasiswa 14 Feb 2008 Orientasi lapang Seluruh

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG KEMASAN ESTATE, PT. BERSAMA SEJAHTERA

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Persiapan Panen Sistem Panen

PEMBAHASAN Persiapan Panen Sistem Panen PEMBAHASAN Persiapan Panen Secara sistematis sebelum melangkah pada tahap pelaksanaan, proses perencanaan harus dilakukan secara detil. Kegiatan mencakup penetapan seksi panen, penetapan luas hanca kerja

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP 38 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP (CLP GROUP) dengan nama P.T. SUBUR ARUM MAKMUR kebun Senamanenek I (PT.

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGELOLAAN KELAPA SAWIT ((Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, PEMATANG KULIM, BAKRIE

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Program Studi Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis Jacq.)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Manajemen Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT. Suryabumi Tunggal Perkasa Intan Estate Kalimantan Selatan.

KATA PENGANTAR Manajemen Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT. Suryabumi Tunggal Perkasa Intan Estate Kalimantan Selatan. KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul Manajemen Panen

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 5 November 2009 PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT i LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT Disusun oleh : DEDE SARFAWI HARAHAP NBP. 0801111021 Telah

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen 53 PEMBAHASAN Kriteria Panen Kriteria panen atau minimum ripenes standart (MRS) secara umum untuk tandan buah yang dapat dipanen di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-34 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT.PN III (PT. Perkebunan Nusantara III) Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PT. PN III yang memiliki 8 wilayah kerja yang dibagi berdasarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian dilaksanakan di lahan tanaman tebu PT. PG. Rajawali II Unit PG. Subang yang terletak di blok Cidangdeur, desa Pasirbungur, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten

Lebih terperinci

Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim

Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim Tanam 2009/2010 No Uraian Kegiatan Norma 1 Persiapan Lahan pembersihan lahan 25 Hk pembukaan jaringan drainase 10 Hk 2 Menanam Menanam

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Aplikasi jenis pengendalian dilakukan di Kebun Adolina meliputi pengendalian secara kimia (chemist) dan secara manual. Pengendalian gulma tersebut

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Kelapa Sawit Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanaman dan pemeliharaan tanaman, panen juga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Taksonomi tanaman

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 12 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kebun Padang Halaban dipimpin oleh senior estate manager (SEM) yang merupakan pemegang puncak keputusan atas pengelolaan kebun secara efektif dan profesional

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Harvest Management on oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) at East Kota Waringin, Central Kalimantan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MUSTIKA PT SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh CINDY CHAIRUNISA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas Angiospermae, subkelas Monocotyledonae, ordo Palmales, famili Palmae, genus Elaeis,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit tergantung dari tingkat kesesuaian lahan, keunggulan bahan tanam, dan tindakan kultur teknis. Unsur kesesuaian

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar 23 Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Tanggal Uraian Kegiataan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi 01/03/2014 Penunasan 10 pokok 54 pokok 76 pokok L022 02/03/2014 Libur hari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Biji kedelai digunakan sebagai

Lebih terperinci

Produktivitas Optimal PENDAHULUAN 13/07/2017 PT PADASA ENAM UTAMA. Bahan Tanaman. Manajemen Kebun. Oleh: Lambok Siahaan.

Produktivitas Optimal PENDAHULUAN 13/07/2017 PT PADASA ENAM UTAMA. Bahan Tanaman. Manajemen Kebun. Oleh: Lambok Siahaan. IMPLEMENTASI BEST MANAGEMENT PRACTICES (BMP) MELALUI PEMELIHARAAN KESEHATAN TANAH SEBAGAI BAGIAN DARI PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN Oleh: Lambok Siahaan PT PADASA ENAM UTAMA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Kastrasi, adalah kegiatan membuang

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A34104040 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN 54 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS SUMATERA BARAT. PT. Bakrie Pasaman Plantations ini bernaung dibawah PT. Bakrie

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil minyak masak, bahan industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunan kelapa

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah Bul. Agrohorti 4(1) : 37-45 (2016) Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah Harvesting Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Hatantiring

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Produktivitas Produktivitas mengandung pengertian perbandingan hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (input). Menurut Dewan Produktivitas Nasional

Lebih terperinci

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : BAYU SUGARA NIM. 110500079 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

PERGESERAN DOMINANSI SPESIES GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SETELAH APLIKASI HERBISIDA SISTEMIK

PERGESERAN DOMINANSI SPESIES GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SETELAH APLIKASI HERBISIDA SISTEMIK PERGESERAN DOMINANSI SPESIES GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SETELAH APLIKASI HERBISIDA SISTEMIK Araz Meilin 1 ABSTRACT This research aims at identification of 1) weeds domination in palm oil plantation

Lebih terperinci