BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Project Selection Tahap awal yang biasa dilakukan dalam mendefinisikian masalah dalam sebuah proyek peningkatan kualitas ialah mengidentifikasi kebutuhan pelanggan. Setidaktidaknya, anggota tim siap untuk menghubungi para pelanggan yang terkena masalah tersebut dan menanyakan sudut pandang mereka dimana hal tersebut tidak terdapat pada customer requirements serta definisi defect menurut pelanggan. Alat yang digunakan dapat berupa kuesioner dan RSW (Requirement Statement Worksheet) pemetaan komentar pelanggan dalam bentuk penjelasan singkat yang disertai dengan requirements untuk menjawab kebutuhan pelanggan tersebut. Penulis tidak menjalankan tahapan diatas dalam mendefinisikan masalah yang terjadi di divisi FSBP. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan faktor keterbatasan waktu yang diperoleh di Bogasari. Dengan demikian penulis melakukan wawancara dengan beberapa karyawan FSBP dalam menggali informasi tentang masalah yang berhubungan dengan kualitas akhir produk tepung yang berpeluang terjadi di divisi tersebut. Dari hasil wawancara, didapat masalah kualitas yang mungkin terjadi ialah: 1. Kadar zat kandungan tepung yang tidak sesuai standar 2. Berat produk tepung dalam kemasan yang tidak sesuai standar 3. Gagal jahit dalam penjahitan kemasan tepung berupa karung

2 88 Untuk menentukan proyek yang akan dianalisa, maka penulis menggunakan tools Project Selection Table sebagai berikut: Tabel 4.1 Tabel Project Selection Dalam membuat tabel diatas, penulis terlebih dahulu menentukan proporsi (Variable Weightings) dari masing-masing project descriptions. Proporsi deskripsi impact ditentukan berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan yang kemudian diintepretasikan oleh penulis. Proporsi deskripsi effort ditentukan demikian karena proyek tersebut hanya akan ditindaklanjuti sebatas analisa dengan metode Six Sigma tanpa melakukan implementasi hasil analisa itu sendiri. Penglibatan banyak karyawan sebagai sumber informasi, serta modal yang dikeluarkan untuk menjalankan observasi terhadap proyek yang ada menjadi dasar penentuan proporsi deskripsi effort. Sedangkan untuk deskripsi risk, proporsi yang sama besar diberikan untuk resiko teknis serta manajemen.

3 89 Selanjutnya penulis melakukan pembobotan setiap alternatif proyek terhadap deskripsi yang ada. Dengan rentang bobot dimulai dari 1 (terkecil) hingga 5 (terbesar). Sehingga didapatkan hasil total pembobotan variabel yang ditransformasikan kedalam grafik sebagai berikut: 3 Project Selection Graph 2.5 Impact Effort dengan: Gambar 4.1 Grafik Project Selection Sedangkan ukuran lingkaran melambangkan besarnya resiko dari proyek yang ingin dijalankan. Semakin besar lingkaran semakin besar pula resiko yang harus ditanggung dalam menjalankan proyek tersebut dan berlaku sebaliknya. Berdasarkan grafik diatas maka penulis memilih proyek Karung Terjahit Sempurna sebagai bahan analisa kualitas dengan Six Sigma karena memiliki impact yang

4 90 cukup besar dengan effort serta risk yang paling kecil. Atau dengan kata lain proyek tersebut paling feasible dikerjakan dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada Fase Define DMAIC Project Charter Setelah melakukan seleksi proyek, penulis masuk ke tahap awal metode Six sigma yaitu Fase Define. Pada tahap ini, penulis melakukan tahap perumusan proyek yang lebih jelas sebagai acuan sekaligus arahan dalam mengerjakan proyek kedepannya. Tools yang digunakan ialah Project Charter sebagai berikut:

5 91 Tabel 4.2 Tabel DMAIC Project Charter Berdasarkan business case, penulis menuliskan pernyataan masalah berupa gagal jahit yang menghambat pencapaian target produksi tepung dari suatu jenis brand serta mengurangi efektivitas proses produksi. Dari pernyataan masalah ini, maka tujuan yang ingin dicapai ialah berkurangnya proporsi gagal jahit dengan acuan angka rata-rata proporsi gagal jahit sendiri. Pencapaian tujuan ini didukung oleh pengambilan data sekunder karena tidak memungkinkan untuk mengambil data secara langsung selama waktu produksi 24 jam dalam 1 hari. Selain itu juga didukung oleh informasi serta data tambahan melalui wawancara karyawan dan observasi dilapangan.

6 92 Proyek yang penulis jalankan selama periode bulan Juli ini berada dalam pengawasan Stakeholder yaitu Bapak Amir Jamaludin selaku Manajer Divisi FSBP Bogasari. Penulis menetapkan pelaksanaan tahapan proyek mulai dari fase define hingga fase analyze, dimaksudkan agar memungkinkan penulis mendapatkan data-data pendukung hasil analisa sekilas selama di Bogasari. Sedang fase improve dilaksanakan sebatas pemberian saran berdasarkan hasil analisa data dan informasi yang diperoleh Idenfikasi dan Dokumentasi Proses Untuk dapat mengetahui dan memahami lebih jelas mengenai proses serta pihak maupun material yang terlibat dalam proses produksi di FSBP maka penulis membuat diagram SIPOC sebagai berikut:

7 93 Gambar 4.2 SIPOC Diagram

8 Sedangkan untuk memahami sequence (alur) proses produksi yang terjadi, penulis menggambarkan High Level Process Map sebagai berikut: Dengan keterangan : Gambar 4.3 High Level Process Map Proses Produksi Divisi FSBP TC Chain Conveyor, BE Bucket Elevator dan SC Screw Conveyor. 94

9 Fase Measure Menentukan Objek Pengukuran Sebelum melakukan pengukuran, penulis terlebih dahulu menentukan objek yang akan diukur serta kriteria standar pengukuran terhadap objek tersebut. Ketentuan standar jahitan yang ditetapkan oleh divisi FSBP ialah: Kemasan terjahit sempurna (tertutup rapat) Jahitan tidak melompat-lompat Benang jahitan menganyam sempurna Jahitan tidak miring/mendekati mulut karung Kriteria standar jahitan diatas menjadi dasar penulis dalam melakukan pengukuran. Namun karena adanya persamaan makna dari ketiga kriteria teratas, penulis mencoba untuk merangkum empat kriteria standar menjadi 2 kriteria besar. Sehingga didapat CTQ sebagai berikut: Jahitan Dalam Keadaan Baik Jahitan Sesuai Standar Kemasan t erjahit sempurna (tertutup rapat) Jahitan tidak miring/ mendekati mulut karung Gambar 4.4 CTQ Tree Untuk membantu menjaga korelasi antara apa yang hendak dikerjakan dan data apa yang dapat mendukung keberlangsungannya, penulis menyusun MAT

10 96 (Measurement Assessment Tree). Dengan demikian didapat konsep pengukuran (apa yang diukur, parameter, serta metrik pengukuran) yang jelas. Gambar 4.5 Measurement Assessment Tree (MAT) Keterangan : Membuat Definisi Operasional Pembuatan definisi operasional dimaksudkan untuk mencegah munculnya banyak persepsi yang membingungkan dalam melakukan pengukuran. Agar definisi

11 97 operasional menjadi jelas, dapat dimengerti dan konsisten, penulis membuat Operational Definition Worksheet. Dalam pelaksanaannya, penulis tidak dapat melakukan pengambilan data secara langsung. Hal ini disebabkan keterbatasan informasi serta tenaga penulis untuk mengamati proses penjahitan karung yang berlangsung nonstop selama 24 jam dalam 1 hari. Dengan demikian data yang penulis dapatkan berupa data sekunder. Pada kenyataannya, pengertian defect tidak sesuai dengan CTQ yang telah dibuat sebelumnya. Berdasarkan definisi teknis karyawan FSBP dan kenyataan dilapangan, defect terjadi jika karung yang sudah terisi tepung tidak terjahit sempurna, sehingga dapat menyebabkan karung pecah jika dihempaskan saat ditumpuk diatas pallet. Sedangkan kriteria lainnya yaitu Jahitan miring/mendekati mulut karung, tidak berlaku lagi sebagai definisi defect. Sesuai dengan keadaan tersebut, Operational Definition Worksheet yang dibuat penulis ialah sebagai berikut: Tabel 4.3 Tabel Operational Definition Worksheet

12 Pengumpulan Data Pengukuran Data yang terkumpul merupakan population statistics bukan process statistics karena data bukan berupa sample tapi merupakan keseluruhan data dalam rentang waktu tertentu. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data gagal jahit selama bulan Juni Setelah mendapatkan data, penulis melakukan rekapitulasi data sesuai MAT pada Data Collection Form. Tabel 4.4 Tabel Contoh Data Collection Form Keterangan : Kolom Nomor berisi nomor urut baris, mempermudah membaca data pada baris tertentu. Kolom No. Mesin Carrousel berisi nomor carrousel dari semua group yang ada.

13 99 Kolom FF Brand x berisi merek (brand) tepung yang sedang dikemas. Karena dalam satu shift pada satu carrousel paling banyak terjadi pergantian brand sebanyak tiga kali, maka kolom tersebut disediakan sebanyak tiga kolom. Kolom Output Pengemasan berisi jumlah produk tepung dalam satuan karung dengan informasi kategori : Industri e-kupon : dipasarkan ke industri-industri sesuai pesanan. : dipasarkan ke pengecer-pengecer (distributor) dengan konsumen akhir masyarakat umum. Khusus : dipasarkan ke luar negeri (impor). Kolom Lain-lain berisi keterangan faktor pengurang (dalam satuan karung) jumlah output kotor menjadi output bersih yang terdiri dari : Gagal jahit : produk defect karena jahitan tidak sesuai standar. Sample ayak : sejumlah tepung yang diambil untuk diuji keberadaan benda- benda asing yang berukuran lebih besar. Bilas : sejumlah tepung yang diambil sebagai tindakan pengurasan tepung sebelumnya yang masih tertinggal pada alat-alat transportasi tepung. Hal ini dilakukan jika terjadi pergantian brand tepung pada carrousel yang sama agar tidak mengganggu produksi tepung berikutnya (perubahan kadar penyusun tepung). Biasanya pembilasan dilakukan sebanyak 10 karung untuk satu kali bilas. Kolom Total Bags per Brand berisi total output bersih dari masing-masing brand dalam satu group carrousel setelah output kotor dikurangi dengan jumlah gagal jahit, sample ayak dan bilas.

14 100 Kelompok baris berwarna biru dan putih yang membedakan group carrousel untuk mempermudah dalam membaca data yang ada. Baris kuning yang terletak paling bawah merupakan data rekapitulsi berupa total keseluruhan dari gagal jahit, sample ayak dan bilas serta output bersih dari tiaptiap shift Membuat Baseline Defect Measures dan Mengukur Sigma Hal pertama yang harus dilakukan untuk menentukan kapabilitas proses ialah memahami istilah-istilah dalam teknis pengambilan serta penganalisaan data. Langkahlangkah yang penulis tempuh ialah : Menentukan proses, unit serta customer requirements terhadap unit tersebut Proses Unit penjahitan karung pengemasan tepung 25 kg produk tepung kemasan karung Requirements kemasan karung terjahit sempurna Mendefinisikan defect dan defect opportunity Defect (gagal jahit) karung tidak terjahit sempurna / gagal jahit (pecah saat ditumpuk di pallet) Defect Opportunity peluang (berupa kriteria) unit dikategorikan defect, berjumlah 1 (berdasarkan definisi defect diatas) Menghitung DPMO (Defect Per Million Opportunities) Menghitung jumlah keseluruhan data yang terkumpul unit karung Menghitung jumlah keseluruhan data gagal jahit 2781 unit karung

15 101 Menghitung total peluang (opportunity) gagal jahit peluang ( x 1) Menghitung DPMO dengan rumus: maka : Angka DPMO sebesar 544,8529 memiliki arti bahwa dalam 1 juta kali penjahitan karung, peluang terjadinya defect ialah sebanyak 544,8529 ( 545) kejadian. Mengkonversi nilai DPMO kedalam Sigma Level Yaitu melalui interpolasi nilai DPMO dengan bantuan Sigma Conversion Table, diperoleh persamaan sebagai berikut: Proses penjahitan karung divisi FSBP Bogasari telah mencapai 4,659 Sigma Level.

16 102 Tabel 4.5 Tabel Sigma Calculation Worksheet 4.4. Fase Analyze Fase Analyze merupakan sebuah langkah untuk mencari serta mendefinisikan gejala yang terjadi dan menginvestigasi penyebab permasalahan. Dalam pelaksanaannya, begitu banyak cara yang digunakan untuk menganalisa informasi proses yang diperoleh melalui pengumpulan data yang telah dilakukan sebelumnya. Namun secara garis besar tools tersebut dikategorikan menjadi :

17 103 Analisa Data Menggunakan data untuk mencari pola, trends, atau perbedaan-perbedaan lain yang dapat mendukung atau menolak hipotesa penyebab terjadinya defect. Analisa Proses Pengamatan lebih rinci terhadap proses yang menyediakan customer requirements dalam mengidentifikasi hal-hal yang tidak memberikan nilai tambah kepada konsumen. Sedangkan tahapan yang ditempuh terbagi kedalam tiga fase yaitu : Eksplorasi Membuat hipotesa Verifikasi atau eliminasi root causes

18 Analisa Data Eksplorasi Data hasil pengukuran dari tahap measure ditampilkan dalam bentuk Control Chart (p chart) sebagai berikut: Proportion Control Chart Gagal Jahit bulan Juni 2007 divisi FSBP UCL= _ P= LCL= Sample Tests performed with unequal sample sizes Gambar 4.6 Control Chart Gagal Jahit Bulan Juni 2007 divisi FSBP Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa rata-rata proporsi gagal jahit yang terjadi selama bulan Juni 2007 ialah sebesar atau sama dengan %. Dan data proporsi gagal jahit yang berada diluar UCL (out of control) ada sebanyak 5, terjadi pada tanggal 14, 19, 20, 21 dan 22 Juni Namun ada juga data yang berada dibawah LCL yaitu pada tanggal 6, 8, 10, 24 da 29 Juni Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gagal jahit yang terjadi pada proses pengemasan di divisi FSBP masih belum terkontrol dengan baik.

19 Membuat Hipotesa Untuk analisa data, berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa karyawan pengemasan karung divisi FSBP, penulis membuat hipotesa data gagal jahit yaitu : Shift Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan yang dihasilkan ketiga shift terhadap proporsi gagal jahit H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan yang dihasilkan ketiga shift terhadap proporsi gagal jahit Jenis Tepung (kadar protein) Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan yang dihasilkan ketiga jenis tepung terhadap proporsi gagal jahit H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan yang dihasilkan ketiga jenis tepung terhadap proporsi gagal jahit Hipotesa adanya perbedaan proporsi gagal jahit karena perbedaan shift disusun dengan asumsi bahwa ada kecenderungan rasa ngantuk yang lebih dominan dialami oleh karyawan yang bekerja pada shift malam serta dugaan bahwa karyawan yang bekerja diluar jam kehadiran pimpinan (manager dan asistennya) akan cenderung bekerja lebih longgar. Sedangkan untuk hipotesa perbedaan proporsi gagal jahit karena perbedaan jenis tepung (berdasarkan perbedaan kadar protein) disusun dengan asumsi akan lebih sulit untuk melakukan penjahitan karung yang berisi tepung yang membubung, yaitu pada

20 106 jenis tepung yang memiliki kadar protein rendah, karena ruang kosong yang terdapat pada mulut karung hanya tersisa sedikit. Begitupula sebaliknya, karung lebih mudah dijahit jika tepung tidak membubung. Dengan demikian pengujian dilakukan pada 3 kelompok tepung yaitu Low (LM, PYG, KB, KE dan BSC), Medium (SB dan SH) dan High (CK dan CKE) Verifikasi Root Causes Untuk menguji hipotesa diatas, data jumlah defect (gagal jahit) yang diperoleh pada data collection form dalam tahap measure diubah kedalam bentuk proporsi (bentuk continuous) yaitu perbandingan jumlah gagal jahit dengan output bersih dari tiap-tiap brand selama bulan Juni pada masing-masing shift sebagai berikut: Tabel 4.6 Tabel Proporsi Gagal Jahit Shift A Bulan Juni 2007

21 Tabel 4.7 Tabel Proporsi Gagal Jahit Shift B Bulan Juni

22 108 Tabel 4.8 Tabel Proporsi Gagal Jahit Shift C Bulan Juni 2007 Data tersebut kemudian disusun lagi kedalam bentuk proporsi gagal jahit dari masing-masing jenis tepung. Sehingga kolom LM, PYG, KB, KE, dan BSC akan diwakili oleh kolom Low yang berisi perbandingan total defect dengan total output bersih dari kelima brand tersebut tiap-tiap harinya. Begitu juga untuk jenis tepung Medium dan High. Sehingga didapat data proporsi baru sebagai berikut:

23 109 Tabel 4.9 Tabel Proporsi Gagal Jahit Tiap Jenis Tepung Bulan Juni 2007 Pengujian hipotesa diatas dilakukan dengan metode Two-Way ANOVA menggunakan data random. Maka penulis melakukan randomisasi dalam penentuan data yang akan diolah. Data random yang diperoleh ialah sebagai berikut:

24 110 Tabel 4.10 Tabel Hasil Randomisasi Proporsi Gagal Jahit Input data diatas dalam MINTAB 14 memiliki format seperti tampilan berikut: Tabel 4.11 Tabel Format Input Data Proporsi Gagal Jahit pada MINITAB 14

25 111 Sebelum diolah secara statistik, data terlebih dahulu diuji normalitasnya. Berikut hasil pengujiannya:

26 112 Gambar 4.7 Grafik Normality Test Proporsi Gagal Jahit Dari gambar diatas, dapat terlihat bahwa data tidak terdistribusi secara normal yang dibuktikan dengan p-value < Untuk menghindari hasil yang bias maka data tersebut ditransformasi dengan menggunakan Johnson Transformation dengan hasil sebagai berikut: Gambar 4.8

27 113 Berdasarkan transformation function equals, MINITAB 14 memberikan data hasil transformasi sebagai berikut : Tabel 4.12 Tabel Data Hasil Transformasi Data hasil transformasi ini kemudian diolah dengan metode Two-Way ANOVA dan diperoleh hasil perhitungan: Two-way ANOVA: Transformed Data versus Jenis Tepung, Shift. Source DF SS MS F P Jenis Tepung Shift Interaction Error Total S = R-Sq = 11.87% R-Sq(adj) = 3.16% Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan :

28 114 Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan : Jenis Tepung tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap proporsi gagal jahit ditunjukkan oleh p-value (0.336) > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan proporsi gagal jahit akibat perbedaan jenis tepung menerima Ho Shift tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap proporsi gagal jahit ditunjukkan oleh p-value (0.079) > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan proporsi gagal jahit akibat perbedaan shift menerima Ho Interaksi Jenis Tepung dan Shift tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap proporsi gagal jahit ditunjukkan oleh p-value (0.490) > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan proporsi gagal jahit akibat interaksi Jenis Tepung dan Shift. Main Effects Plot (data means) for Transformed Data Main Effects Plot (data means) for Transformed Data Mean of Transformed Data Mean of Transformed Data High Low Jenis Tepung Medium -0.8 Shift A ( ) Shift B ( ) Shift Shift C ( ) (a) (b) Gambar 4.9 Main Effect Plot Data Transformasi Gagal Jahit Main effect plot memperkuat p-value hasil perhitungan ANOVA. Main effect plot terhadap jenis tepung (gambar 5.9 (a)) memiliki kemiringan garis yang tidak begitu

29 115 besar, sehingga dapat dikatakan bahwa jenis tepung tidak mempengaruhi proporsi gagal jahit. Sedangkan main effect plot terhadap shift (gambar 5.9 (b)) memperlihatkan kemiringan garis yang lebih besar dari main effect plot terhadap jenis tepung namun masih dapat dikatakan tidak begitu mempengaruhi proporsi gagal jahit karena terbukti secara numerik bahwa p-value > Transformed Data Individual Value Plot of Transformed Data vs Jenis Tepung, Shift Shift Jenis Tepung -3 Shift A ( ) Shift B ( ) Shift C ( ) Shift A ( ) High Shift B ( ) Shift C ( ) Shift A ( ) Low Shift B ( ) Shift C ( ) Medium Gambar 4.10 Individual Plot Data Transformasi Gagal Jahit

30 116 Transformed Data Boxplot of Transformed Data by Jenis Tepung, Shift Shift Jenis Tepung Shift A ( ) Shift B ( ) Shift C ( ) Shift A ( ) High Shift B ( ) Shift C ( ) Shift A ( ) Low Shift B ( ) Shift C ( ) Medium Gambar 4.11 Box Plot Data Transformasi Gagal Jahit Individual value plot memperlihatkan persebaran tiap-tiap data proporsi gagal jahit yang ada. Yang kemudian diperjelas oleh boxplot atau dikenal dengan nama boxand-whisker plots dengan menampilkan upper limit, lower limit, kuartil 1, kuartil 2, kuartil 3 serta data yang tergolong kedalam outliers (pada gambar ditunjukkan oleh bentuk bintang) dari masing-masing faktor jenis tepung dan shift.

31 117 Residual Plots for Transformed Data Normal Probability Plot of the Residuals Residuals Versus the Fitted Values Percent Residual Residual Fitted Value 0.6 Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data 20 2 Frequency Residual 1 2 Residual Observation Order Gambar 4.12 Residual Plots Data Transformasi Gagal Jahit Hasil yang ditampilkan oleh residual plots berupa: Normal ProbabilityPlot persebaran residual linear dan terpusat pada nilai 0 Histogram of the Residuals berbentuk bell-shaped symmetry yang memperlihatkan bahwa residual terdistribusi normal (mendukung normal probability plot). Residuals Versus the Fitted Values residual tersebar acak (randomly scattered) atau disebut juga constant variance. Residuals Versus the Order of the Data secara random residual fluktuatif yang berarti tidak ada korelasi diantara error (independent error) Analisa Proses Eksplorasi

32 118 Untuk memahami alur proses pengemasan tepung dengan kemasan karung lebih detail maka penulis membuat flowchart sebagai berikut:

33 119 Gambar 4.13 Flowchart Pengemasan Tepung Membuat Hipotesa Dari flowchart diatas, penulis mencoba untuk merunut setiap faktor yang memberi pengaruh terhadap tahapan kegiatan tersebut. Faktor-faktor ini diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung dilapangan serta melalui wawancara dengan para operator. Dengan mengkategorikan faktor kedalam 5M+E (Man, Machine, Method, Material, Money dan Environment), penulis mencoba untuk menyusunnya kedalam sebuah diagram sebab-akibat, seperti yang terlihat dibawah ini: Sistem respirasi yang kurang baik Debu tepung mengganggu operator Ada karyawan kerja 2 shift dalam sehari Ada kebijakan untuk lembur (kerja 2 shift) Environment Method Rasa kantuk Ngobrol dengan karyawan lain Perasaan bosan Kurang konsentrasi Mempekerjakan karyawan honorer Kurang operator Man Umur mesin melebihi life time-nya Mesin macet Kurang pelumasan Machine Keletihan operator Kerja untuk 2 shift dalam sehari Ada kebijakan lembur Operator kurang terjaga Gagal Jahit Tidak ada maintenance berkala Jarum & gunting mesin tumpul Gambar 4.14

34 120 Fishbone Diagram Gagal Jahit Verifikasi Root Causes Dari fishbone diagram diatas, penulis menemukan akar masalah yang menyebabkan gagal jahit, antara lain: Man: Kerja selama 2 shift dalam satu hari Tidak jarang terjadi dimana operator kurang terjaga saat menjalankan tugasnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisik operator yang letih karena bekerja untuk 2 shift (lembur) dalam satu hari yang merupakan kebijakan perusahaan. Rasa ngantuk Operator terkadang kurang konsentrasi karena saat bekerja pikirannya terbagi dengan ngobrol bersama karyawan lain. Hal ini dilakukan karena operator ingin menghilangkan rasa bosan yang disebabkan karena rasa kantuk yang menyerang. Machine: Kurang pelumasan Rata-rata pelumasan mesin jahit yang ada di FSBP dilakukan melalui penyemprotan manual secara teratur. Pelumasan yang kurang pasti keteraturannya menyebabkan mesin tidak berjalan dengan sempurna (terkadang mesin macet). Umur mesin melebihi life time-nya Setiap mesin memiliki life time (umur layak pakai) yang menunjukkan lama waktu penggunaan ideal mesin. Jika sudah melewati umurnya, mesin bekerja kurang efisien ditandai dengan

35 121 mesin suka macet. Hal tersebut terjadi pada beberapa mesin jahit yang umurnya mencapai 5-6 tahun (melebihi life time mesin jahit). Jarum dan gunting tumpul Untuk menjahit dengan sempurna maka jarum harus dalam keadaan runcing. Dan untuk mencegah agar benang tidak terkait antar karung yang satu dengan yang lain, maka gunting juga dipastikan harus tajam. Keduanya memiliki kapasitas pemakaian sehingga untuk penggunaan yang lebih efisien, harus dilakukan penggantian (maintenance) secara berkala. Method: Ada kebijakan untuk lembur (kerja 2 shift dalam sehari) Bogasari tidak membatasi waktu kerja operator sehingga karyawan pengemasan diperkenankan untuk bekerja lembur (2 shift). Kurang operator Jika permintaan pasar terhadap tepung kemasan karung sedang besar, Bogasari memilih untuk mempekerjakan karyawan honorer untuk mengoperasikan mesin jahit pada flour silo lainnya agar target produksi tepung dapat tercapai. Environment: Sistem respirasi yang kurang baik Debu tepung yang membubung diudara saat operator bekerja cukup mengganggu penglihatan karena menyebabkan mata operator kemasukan debu. Debu tersebut terus beredar di ruang pengemasan karena respirasi yang kurang baik.

36 Fase Improve Mengumpulkan Gagasan Solusi Kreatif Menganggapi akar permasalahan yang telah dirunut pada fase analyze, penulis mencoba untuk mengumpulkan gagasan solusi dengan berfikir secara praktis mengemukakan segala jenis solusi yang mungkin tanpa membatasi hasil pemikiran yang ada. Setelah seluruh gagasan terkumpul, penulis melakukan pematangan ide dengan menyusun gagasan-gagasan berdasarkan faktor-faktor penyebab terjadinya gagal jahit dalam sebuah Interrelationship Diagram sebagai berikut: Gambar 4.15 Interrelationship Diagram Usulan Improvement Masalah Gagal Jahit

37 Menganalisa dan Memilih Solusi Solusi-solusi yang telah dikemukakan diatas ditelaah lebih lanjut dengan melakukan brainstorming akan seberapa besar usaha yang dikeluarkan untuk mengimpelemtasikan usulan-usulan tersebut berikut perkiraan hasil atau dampak yang diberikannya. Evaluasi solusi ini terlihat dari Impact/Effort Matrix berikut: 5 Impact Merekrut operator tetap dengan jumlah cukup (bukan hororer yang kurang terlatih) Penggantian parts (gunting Mengganti mesin yang berumur diluar & jarum) secara berkala life-time Membuat kebijakan operator kerja 1 shift Meminyaki mesin dengan semprot manual secara teratur Perusahaan memberi jatah kopi kesetiap karyawan Saat istirahat (rolling kerja) cuci muka ke kamar mandi Sistem respirasi udara baik Effort Gambar 4.16 Impact/Effort Matrix Solusi Masalah Gagal Jahit

38 124 Analisa usulan solusi perbaikan diatas disusun sedemikian rupa sesuai dengan pertimbangan yang dilakukan penulis berdasarkan informasi yang mungkin cukup terbatas. Berikut penjabarannya: Merekrut operator tetap dengan jumlah cukup Usulan ini menjawab masalah akan seringnya Departemen FSBP kekurangan operator jahit karung terutama jika ada pesanan dengan kapasitas lebih besar dari biasanya oleh pelanggan. Selama ini hal tersebut disikapi dengan merekrut karyawan honorer dari Jakarta Land yang merupakan petugas kebersihan, bukan karyawan Bogasari. Meskipun tergolong tidak jarang merangkap sebagai operator jahit karung, karyawan honorer tersebut dapat dikatakan tidak memiliki kemampuan yang sama dengan para karyawan tetap penulis ketahui dari hasil wawancara dengan beberapa karyawan sudah bekerja belasan bahkan hingga 30 tahun. Selain mempekerjakan karyawan honorer, kebijakan lain yang biasa dijalankan ialah membuka jam lembur (kerja 2 shift berturutan dalam sehari) bagi karyawan jahit karung tetap. Sekalipun sudah sangat terampil, operator tetap memiliki kapasitas bekerja yaitu 8 jam dalam sehari sesuai dengan UU Ketenagakerjaan. Dampak yang dapat ditimbulkan jika bekerja melebihi jam kerja ialah operator bekerja dalam keadaan letih dan jenuh sehingga menyebabkan bekerja tidak dalam keadaan siaga. Sehingga tidak kecil kemungkinan operator melakukan kesalahan dalam bekerja. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tawaran kepada beberapa karyawan Jakarta Land yang tergolong sering menjadi karyawan honorer atau mempekerjakan karyawan baru dengan menyiapkan pelatihan

39 125 berupa teori dan praktek dalam pemupukan keterampilan bekerja. Melalui perekrutan karyawan jahit karung tetap dengan jumlah yang disesuikan terhadap kapasitas produksi pabrik, operator dapat bekerja dengan optimal untuk memenuhi permintaan pelanggan. Mengganti mesin jahit yang berumur diluar life time-nya Setiap mesin memiliki umur operasi ideal. Jika sudah melewati life time nya, mesin masih dapat bekerja namun tidak efisien atau bahkan tidak dapat dioperasikan lagi. Beberapa mesin jahit sudah beroperasi melewati life time-nya. Hal tersebut menyebabkan mesin terkadang macet (berhenti beroperasi tiba-tiba) yang dapat mengakibatkan terjadinya lompatan jahitan sehingga karung tidak terjahit sempurna. Penulis menyadari bahwa usulan tersebut membutuhkan effort yang sangat besar yaitu berupa biaya pembelian beberapa mesin jahit baru. Namun untuk mengeliminasi faktor pengaruh mesin, salah satu usaha yang dapat dilakukan ialah mengganti mesin jahit yang sudah tua dengan mesin yang baru. Penggantian parts (gunting dan jarum) secara berkala Tidak adanya maintenance yang reguler menyebabkan mesin jahit tidak berfungsi optimal. Begitu pula dengan parts berupa gunting dan jarum yang jika sudah tumpul dapat memberikan peluang terjadinya gagal jahit. Jarum yang tumpul membuat karung tidak terjahit sempurna atau terjadi lompatan jahitan sedangkan gunting yang tidak tajam membuat benang jahitan karung yang satu dengan karung yang lain tidak terputus sehingga saat dikirimkan ke FPS, benang

40 126 saling menarik dengan demikian ada kecenderungan jahitan pada salah satu karung terlepas dan menyebabkan mulut karung kembali terbuka. Berikut harga parts pendukung mesin jahit: Jarum jahit : Rp ,00 Gunting : Rp ,00 Jika ditelaah maka biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk penggantian parts tidak sebanding dengan kerugian yang diterima jika terjadi broken bags di FPS disebabkan jahitan yang tidak sempurna karena jarum dan gunting yang tumpul yang mengakibatkan tepung berkualitas mengalami penurunan nilai karena tercecer di lantai. Karena keterbatasan informasi, penulis belum berhasil melakukan pengujian kapasitas standar penggunaan jarum serta gunting yang ideal yaitu dalam satuan karung terjahit sempurna atau durasi waktu penggunaanya. Bagaimanapun juga pernggantian jarum serta gunting secara berkala dapat mencegah terjadinya gagal jahit. Membuat kebijakan operator kerja 1 shift Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, operator sebaiknya bekerja sesuai standar jam kerja (8 jam sehari). Untuk menjamin berlangsungnya ketentuan tersebut, Bogasari sebaiknya mengeluarkan kebijakan agar setiap operator hanya bekerja 1 shift. Hal ini juga didukung dengan usulan perekrutan karyawan tetap yang disesuaikan dengan kapasitas produksi. Selain dampak tersebut, Bogasari juga turut membantu negara dalam upaya pemerataan kesempatan kerja.

41 127 Meminyaki mesin dengan semprot manual secara teratur Beberapa mesin jahit tidak memiliki sistem pelumasan otomatis. Oleh karena itu operator harus melakukan pelumasan dengan menyemprot minyak secara manual agar tidak terjadi kemacetan mesin. Penyemprotan ini sebaiknya dilakukan secara teratur supaya mesin tidak aus. Frekuensi penyemprotan sebaiknya ditetapkan terlebih dahulu dengan memperhitungkan konsumsi pelumas oleh mesin sehingga ada standar waktu pelaksanaanya. Perusahaan memberi jatah kopi ke setiap karyawan Adanya sistem kerja rolling shift sedikit banyak memberi dampak kurang teraturnya operator menjalankan aktifitasnya sehari-hari. Tidak jarang pula terjadi bentrok dari beberapa rutinitas yang biasa dilakukan operator. Begitupula dengan kegiatan istirahat (tidur) yang terkadang tidak lagi menjadi prioritas. Keadaan ini juga didukung oleh kenyataan tahapan pekerjaan pengemasan karung yang monoton menyebabkan operator tidak dapat terhindar dari rasa kantuk. Salah satu upaya yang dapat dilakukan Bogasari menanggapi keadaan diatas ialah dengan menyediakan kopi bagi masing-masing operatornya. Dengan demikian, jika sewaktu-waktu dibutuhkan, operator dapat mengkonsumsi kopi sehingga diharapkan dapat bekerja dengan terjaga. Usulan tersebut perlu dipertimbangkan karena akan memakan biaya dalam penyediaan kopi bagi seluruh karyawan.

42 128 Saat istirahat (rolling kerja) cuci muka kekamar mandi Selain minum kopi kegiatan lain yang dapat dilakukan operator untuk mencegah rasa kantuk ialah me-refresh tubuh dengan mencuci muka saat fase istirahat dalam tahapan rolling kerja. Pelaksanaanya dapat didukung dengan pengawasan dari foreman yang sedang bertugas dengan menegur operator untuk sejenak kekamar mandi guna mencuci muka. Usulan ini tidak membutuhkan effort yang besar, hanya berupa kesadaran operator serta kesigapan foreman untuk tetap mengingatkan operator yang mengantuk untuk segera mencuci muka. Memperbaiki sistem respirasi udara Lingkungan yang dipenuhi debu tepung membuat operator sedikit bermasalah dengan penglihatan. Meskipun sudah terbiasa, operator sesekali terganggu dengan debu yang masuk ke mata. Hal ini tidak akan terjadi jika Departemen FSBP memiliki sistem respirasi yang baik. Perbaikan tersebut dilakukan dengan sedikit merombak bangunan FSBP sehingga akan lebih banyak terdapat celah-celah udara yang dapat membantu berlangsungnya pertukaran antara udara yang ada didalam dan luar ruangan.

43 Usulan Perancangan Sistem Informasi Analisis Sistem Berjalan FSBP (Flour Silo Bulk and Packing) merupakan salah satu divisi di Bogasari yang tak kalah penting. Setelah melalui berbagai macam proses pengolahan pada akhirnya tepung akan sampai ke divisi ini. Selain sebagai tempat penampungan tepung, FSBP juga berfungsi sebagai tempat pengemasan hingga menjadi produk jadi yang siap untuk dipasarkan. Tetapi pada divisi ini belum memiliki sistem informasi yang didukung oleh software canggih dan teknologi yang dapat memudahkan perusahaan dalam mengambil keputusan dengan baik dan cepat (update). Laporan perusahaan selama ini didukung oleh software Microsoft Excel dimana staff di bagian FSBP (Flour Silo Bulk and Packing) meng-input data rencana mingguan (Weekly Plan Data) yang direncanakan dan dicatat dengan menggunakan check sheet kedalam sheet Microsoft Excel, dimana data harian yang sebenarnya (Daily Actual Data) didapat setelah operator melakukan produksi packing. Laporan akan dikirim oleh kepala managemen sistem kepada manager FSBP departemen packing setelah beberapa hari produksi. Proses seperti ini membuat ketidakakuratan data yang akan merugikan perusahaan. Setelah dilakukan riset pada sistem yang ada, maka penulis menemukan beberapa kelemahan, kelemahan tersebut antara lain : 1. Data kurang akurat karena apabila terjadi update data, maka data yang berkaitan satu dengan yang lainnya tidak dapat langsung dirubah seluruhnya. 2. Laporan disimpan dengan sistem filling sehingga terjadi keterbatasan tempat penyimpanan dan menyebabkan keamanan dari data perusahaan kurang terjaga.

44 Kurangnya penggunaan sistem yang berbasis IT sehingga dalam membuat laporan tidak efektif, sehingga pihak top management (manager FSBP) lambat mengambil keputusan dari hasil laporan yang dibuat dan mengakibatkan kerugian pada perusahaan dalam yaitu lambat dalam menentukan strategi. Gambar 4.17 Proses Sistem PT. ISM Bogasari divisi FSBP System Definition Sistem informasi quality control yang akan dirancang ini dapat membantu departemen FSBP (Flour Silo Bulk and Packing) untuk mengambil keputusan dan berfungsi juga sebagai pembanding dari rencana yang diinginkan berupa data mingguan (Weekly Plan Data) dengan data harian yang sebenarnya

45 131 (Daily Actual Data) dalam bentuk Performance Ratio Data Report. Sistem informasi yang akan dirancang ini juga dapat menampilkan informasi berupa performance ratio data report dalam periode mingguan yang diinginkan dengan berdasarkan ID weekly plan data sehingga dapat membantu dan mempermudah dalam mencari dan membaca informasi yang diperlukan. Selain itu juga sistem informasi ini dapat menyimpan dan membuat laporan sehingga dapat meningkatkan kinerja pengambilan keputusan divisi FSBP dalam meningkatkan kualitas mutu perusahaan FACTOR Analysis Tabel 4.13 Tabel FACTOR Analysis Functionality Application Condition Technology Object Responsibility = Mendukung proses produksi packing dalam meningkatkan kualitas produk perusahaan. = Input weekly plan data, daily actual data, performance ratio data report, pengecekan data mingguan, pencetakan laporan. = Sistem Informasi Quality Control harus dapat digunakan oleh semua actor sehingga dapat mendukung kegiatan perusahaan. = Aplikasi software menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual Studio 2005 (VB.Net) dan SQL sebagai database. = Manager FSBP, kepala managemen sistem, staff FSBP, produk packing, laporan produksi packing. = Sistem dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh departemen FSBP.

46 Problem Domain Analysis Class Diagram Sebelum membuat Class Diagram, terlebih dahulu menentukan Class dan Event dari System Definition yang telah dibuat. Tabel 4.14 Tabel Class dan Event candidate Class Candidate Event Candidate Sistem informasi Departemen FSBP Produk Packing Perusahaan Laporan Pengguna Operator Staff FSBP Data rencana mingguan Data harian sebenarnya Data performance ratio User managemen Kepala managemen sistem Laporan Data Dirancang Membantu Melakukan Menyimpan Membuat Mengakses Menampilkan Mencari Membaca Mencatat Melaporkan Mengubah Menginput Menghapus Melakukan Mengisi Melihat Menganalisa

47 133 Tabel 4.15 Tabel Event table Class Event Staff FSBP Kepala managemen sistem Data Rencana Mingguan Data Harian Sebenarnya Data Performance Ratio Produk Packing Diinput * * Diubah * * * * Disimpan * * Dihitung * * * Dihapus * * Dianalisa * Dicetak * * Keterangan : Berulang (*) Sekali (+) Setelah Event Table dibuat, maka Class Diagram dapat dirancang sesuai dengan Event Table diatas.

48 134 Gambar 4.18 Class Diagram

49 Statechart Diagram State Chart Diagram merupakan sebuah diagram yang menggambarkan daur hidup dari suatu class dimulai dari kondisi awal munculnya class itu sampai kondisi akhir berakhirnya daur hidup class. State Produk Packing Gambar 4.19 State Chart Produk Packing Event Trace: diinput dihapus Behavioral Pattern: diinput + dihapus State Data Rencana Mingguan Gambar 4.20 State Chart Data Rencana Mingguan Event Trace : diinput dihitung disimpan dihapus Behavioral Pattern : diinput + (dihitung)* + disimpan + dihapus

50 136 State Data Harian Sebenarnya Gambar 4.21 State Chart Data Harian Sebenarnya Event Trace : diinput dihitung disimpan dihapus Behavioral Pattern : diinput + (dihitung)* + disimpan + dihapus State Data Performance Ratio Gambar 4.22 State Chart Data Performance Ratio Event Trace : diinput dihitung dicetak disimpan dihapus Behavioral Pattern : diinput + (dihitung dicetak)* + disimpan + dihapus

51 137 State Kepala Managemen Sistem / dianalisa / dihapus / dicetak / direkrut / dipecat Aktif / disimpan / diinput Gambar 4.23 State Chart Kepala Managemen Sistem Event Trace : direkrut diinput dianalisa dihapus disimpan dicetak dipecat Behavioral Pattern : direkrut + (diinput dianalisa dihapus disimpan dicetak)* + dipecat State Staff FSBP Gambar 4.24 State Chart Staff FSBP Event Trace : direkrut diinput diubah dihapus disimpan dicetak dipecat

52 138 Behavioral Pattern : direkrut + (diinput diubah dihapus disimpan dicetak)* + dipecat 4.8. Application Domain Analysis Usecase Diagram Use case berfungsi untuk menggambarkan interaksi antara sistem yang dibuat dengan penggunanya. Sebelum membuat use case, membuat actor table terlebih dahulu. Actor table ini menggambarkan hubungan antara use case dengan actor yang menggunakannya. Tabel 4.16 Tabel Actor Table Actor Use Case Kepala Managemen Sistem Staff FSBP Manager FSBP Mengelola data rencana mingguan v Mengelola data harian sebenarnya v View data rencana mingguan v v v View data harian sebenarnya v v v Pencetakan laporan Mencari periode data mingguan berdasarkan ID v v v

53 139 Gambar 4.25 Use Case Diagram

54 Actor Specification Manajer FSBP Tabel 4.17 Tabel Actor Specification untuk Manajer FSBP Goal : Sebagai supervisor quality control yang dapat melihat data baik data rencana mingguan maupun data harian sebenarnya. Dan juga dapat mencari periode data mingguan berdasarkan ID untuk pertimbangan dalam mengambil keputusan Characteristic : Hanya terdapat 1 orang manajer FSBP yang membawahi departemen FSBP. Examples : Setelah menerima laporan dari kepala managemen sistem, manajer dapat mengambil keputusan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas mutu dari hasil produksi. Tabel 4.18 Tabel Actor Specification untuk Kepala managemen Sistem Kepala Managemen Sistem Goal : Merupakan orang yang dapat mencari periode data mingguan berdasarkan ID untuk mencetak laporan yang akan dilaporkannya ke manager FSBP. Characteristic : Kepala managemen sistem terdiri atas 1 orang. Kepala managemen sistem membawahi Staft FSBP. Examples : Mencari data yang diinginkan pada data performance ratio dan mencetaknya untuk dilaporkan ke manager FSBP.

55 141 Tabel 4.19 Tabel Actor Specification untuk Staft FSBP Staff FSBP Goal : Merupakan orang yang bertanggung jawab untuk mengelola data baik data rencana mingguan maupun data harian sebenarnya. Characteristic : Staff FSBP terdiri atas 3 orang yang terbagi menjadi 3 shift. Setiap Staff shift bertanggung jawab terhadap pengolahan data yang dibuatnya. Examples : Mengolah data baik data rencana mingguan maupun data harian sebenarnya pada masing masing shift.

56 Function List Function List digunakan untuk mendaftarkan semua fungsi yang dapat dijalankan oleh sistem informasi ini yang menjadikan sebuah model sistem berguna bagi Actor, dalam sistem ini akan diberikan beberapa fungsi yang penting, diantaranya : Tabel 4.20 Tabel Function List Functions Complexity Type Query data produksi packing Simple Read Simpan data rencana mingguan Simple Update Simpan data harian sebenarnya Simple Update Edit data rencana mingguan Simple Update Edit data harian sebenarnya Simple Update Hitung data rencana mingguan Medium Compute Hitung data harian sebenarnya Medium Compute Cari periode data mingguan berdasarkan ID Cetak laporan data performance ratio Medium Simple Read Read

57 Sequence Diagram Sequence Diagram merupakan sebuah diagram yang menggambarkan interaksi yang terjadi antara pengguna, objek, serta User Interface yang ada dalam sistem Informasi didalamnya terdapat bagaimana urutan pemanggilan prosedur, Event, Message yang dikirimkan antara entitas satu dengan lainnya. Sequence diagram ini akan menjelaskan apa yang dilakukan pengguna secara detail saat berinteraksi dengan sistem pada setiap use case yang ada. Berikut adalah Sequence Diagram yang ada dalam sistem ini :

58 144 Sequence Diagram mengelola data rencana mingguan Gambar 4.26 Sequence Diagram Mengelola Data Rencana Mingguan

59 145 Sequence Diagram mengelola data harian sebenarnya Gambar 4.27 Sequence Diagram Mengelola Data Harian Sebenarnya

60 146 Sequence Diagram view data rencana mingguan Gambar 4.28 Sequence Diagram View Data Rencana Mingguan

61 147 Sequence Diagram view data harian sebenarnya Gambar 4.29 Sequence Diagram View Data Harian Sebenarnya

62 148 Sequence Diagram pencetakan laporan Gambar 4.30 Sequence Diagram Pencetakan Laporan

63 149 Sequence Diagram pencarian periode data mingguan berdasarkan ID Gambar 4.31 Sequence Diagram Pencarian Periode Data Mingguan Berdasarkan ID

64 User Interface User Interface adalah sebah tampilan yang memungkinkan pengguna berinteraksi dengan sistem dan untuk mengakses semua fungsi fungsi serta model sistem, baik untuk kebutuhan meng-input data, membaca data, mencetak laporan, dan juga mengubah data di dalam sistem. Tampilan ini digunakan oleh Departemen FSBP yang merupakan Departemen Packing. Sistem Informasi Quality Control ini dirancang dengan menggunakan program Microsoft Visual Studio 2005 (VB.Net) dan dijalankan dalam jaringan LAN (Local Area Network) Navigation Diagram Untuk Staff FSBP Gambar 4.32 Navigation Diagram untuk Staff FSBP

65 151 Untuk Kepala Manajemen Sistem Gambar 4.33 Navigation Diagram untuk Kepala Managemen Sistem

66 152 Untuk Manajer FSBP Gambar 4.34 Navigation Diagram untuk Manajer FSBP Tampilan Layar Interface Login Gambar 4.35 Interface Login

67 153 Pada window ini para user harus mengisi user name dan password sebelum memasuki sistem ini. Pada window login ini secara garis besar user dibagi menjadi 3 golongan yaitu Manager FSBP, Kepala Managemen Sistem dan Staff FSBP. Untuk setiap golongan ada pembatasan sistem yang tidak bisa diakses oleh golongan lain. Untuk perubahan user name dan password termasuk golongan terdapat pada sistem window user managemen. Interface Menu Utama Gambar 4.36 Interface Menu Utama Pada window menu utama ini user dapat mengakses ke sistem window lain tergantung golongannya yaitu seperti weekly plan data, daily actual data, data performance ratio, user managemen, file dan help.

68 154 Interface Weekly Plan Data Entry Gambar 4.37 Interface Weekly Plan Data Entry (date) Pada window ini terdapat fungsi untuk memasukan data rencana per minggunya. Untuk memasukan data pertama user harus memasukan date terlebih dahulu.

69 155 Gambar 4.38 Interface Weekly Plan Data Entry (work shift) Untuk Work Shift disini ada 3 pilihan shift yaitu A( ), B( ) dan C( ).

70 156 Gambar 4.39 Interface Weekly Plan Data Entry (produk type) Untuk Produk Type disini hanya dibagi 2 yaitu food flour dan by-product. Tetapi apabila user memilih antara food flour dan by-product maka package type-nya akan berbeda pula seperti gambar 4.40 dan 4.41.

71 157 Gambar 4.40 Interface Weekly Plan Data Entry (package type food flour) Gambar 4.41 Interface Weekly Plan Data Entry (package type by-product)

72 158 Untuk package type terbagi menjadi 3 bagian pada masing masing product type-nya. Untuk package type food flour terbagi menjadi : Reguler Bags, Jumbo Bags dan in Bulk. Sedangkan untuk package type by-product terbagi menjadi : Reguler Bags, Non-Regular Bags dan in Bulk. Gambar 4.42 Interface Weekly Plan Data Entry (brand food flour)

73 159 Gambar 4.43 Interface Weekly Plan Data Entry (brand by-product) Untuk brand disini dibagi menjadi beberapa brand sesuai dengan product type-nya. Untuk brand food flour pada gambar 4.42 terbagi menjadi : Cakra Kembar Emas Cakra Kembar Segitiga Biru Segitiga Hijau Kunci Biru Lencana Merah Payung BSC Kuda Laut E2 Kunci Emas

74 160 Untuk brand by-product pada gambar 4.43 terbagi menjadi : Industrial Flour Anggrek Industrial Flour Arwana Pollard Angsa Bran Kepala Kuda 1st/2nd Break Fine/Coarse Pollard Fine Bran Coarse Bran Semolina Pollard Transfer Gambar 4.44 Interface Weekly Plan Data Entry (size regular bags)

75 161 Gambar 4.45 Interface Weekly Plan Data Entry (size jumbo bags) Gambar 4.46 Interface Weekly Plan Data Entry (size in bulk)

76 162 Gambar 4.47 Interface Weekly Plan Data Entry (size non-regular bags) Untuk size ini ditentukan berdasarkan product type dan package typenya. Untuk product type food flour terbagi menjadi : Reguler bags terdapat 2 size seperti yaitu : 25 kg dan 50 kg. Jumbo bags terdapat 2 size juga seperti yaitu : 175 kg dan 200 kg. Sedangkan in bulk ini harus didisi berdasarkan MT (metrik/ton). Untuk product type by-product terbagi menjadi : Reguler bags terdapat 2 size seperti yaitu : 25 kg dan 50 kg. Non-Regular bags terdapat 2 size juga seperti yaitu : 15kg, 25 kg, 40kg dan 50 kg. Sedangkan in bulk ini harus didisi berdasarkan MT (metrik/ton).

77 163 Gambar 4.48 Interface Weekly Plan Data Entry (quantity) Untuk bagian quantity ini user harus mengisi dengan berapa pack yang diinginkan. Setelah semua entry pada weekly plan data sudah diisi dengan benar maka user dapat memasukan ke database dengan mengklik Add Button tetapi apabila masih ada yang salah maka user dapat mengklik Clear Button untuk mengulang kembali atau Cancel Button untuk kembali ke window sebelumnya.

78 164 Gambar 4.49 Interface Weekly Plan Data Entry (view) Pada window ini user dapat melihat keseluruhan dari database yang sudah dientry. User dapat melihat dengan melakukan klik first button, last button, next button dan prev button. Untuk mengelola dan mengedit user dapat melakukannya dengan mengklik edit button untuk mengedit database yang sudah ada, delete button untuk menghapus data dan newbutton untuk membuat jenis data baru. Sedangkan exit button untuk kembali ke window menu utama.

79 165 Interface Daily Actual Data Entry Gambar 4.50 Interface Daily Actual Data Entry (new) Pada tampilan window Daily Actual Data Entry (new) ini berfungsi sebagai entry data yang akan dimasukan pada setiap harinya pada saat proses produksi packing. Di window daily actual data entry ini terdapat product details sama seperti pada window Weekly Plan Data ditambah dengan utilization details dan reprocess yang akan dibandingkan pada rencana target data mingguannya di dalam Data Performance Ratio apakah sudah mencapai target yang diinginkan atau belum.

80 166 Untuk membatalkan entry data, user dapat mengklik clear button sedangkan untuk membatalkan user dapat mengklik cancel button yng kemudian akan kembali ke window view actual data entry. Gambar 4.51 Interface Daily Actual Data Entry (view) Pada tampilan window Daily Actual Data Entry (view) user dapat melihat tampilan dari database yang sudah dibuat sebelumnya. Disini juga user dapat mengetahui power consumption, manpower, operation hour, packer utilization, bag usage, working days, torn FSP, torn textile, gagal jahit FP maupun delivery FSP yang dikerjakan dan digunakan setiap harinya.

81 167 Fungsi lain dari window ini adalah sebagai alat untuk memanagemen maupun mengedit data harian seperti terlihat pada gambar 4.52 dibawah ini; Gambar 4.52 Interface Daily Actual Data Entry (edit)

82 168 Interface Data Performance Ratio Report Gambar 4.53 Interface Data Performance Ratio Report Pada tampilan window Data Performance Ratio Report ini berfungsi sebagai report atau pembanding apakah kegiatan produksi packing sudah mencapai target yang diingikan atau belum. Disini dapat dilihat hasil atau total keseluruhan maupun data periode mingguan yang diinginkan dari kegiatan produksi sehari harinya. Selain itu juga di window ini terdapat fungsi print report yang berguna untuk laporan kepada manager FSBP. Untuk melihat dan membandingkan performance yang ada pertama-tama user harus memilih weekly plan entry ID atau periode mingguannya. Setelah

83 169 memilih ID langkah berikutnya yaitu hanya tinggal mengklik submit button dan data performance yang diinginkan segera ditampilkan. Data yang ditampilkan disini berupa total dari Achievement Performance, Output Performance, Manpower Output Performance, Energy Performance, Reprocess Performance dan Bags Usege Performance. Dengan semua data ini user (manager FSBP) dapat menganalisa dan mengambil keputusan dengan lebih baik dan cepat (update). Interface User Management Gambar 4.54 Interface User Management Pada tampilan window User Management ini berfungsi sebagai managemen ID dari user yang akan menggunakan sistem ini. Disini terdapat beberpa fungsi; yang pertama yaitu fungsi untuk membuat ID baru, yang kedua

84 170 yaitu fungsi untuk mengedit ID yang sudah ada. Dan fungsi yang ketiga yaitu fungsi untuk menghapus ID yang sudah ada. Dalam pembentukan ID ini user dapat menentukan user name dan password yang akan dipakai dalam sistem ini. Dan juga dalam pembentukan ID baru user harus memilih tingkat golongan itu sendiri yaitu : Manager FSBP, Kepala Managemen Sistem dan Staff FSBP. Karena dalam golongan ini akan menentukan batasan area yang akan dimasuki. Interface About Gambar 4.55 Interface About Pada tampilan window About ini hanya sebagai informasi untuk memberitahu versi dari sistem dan pembuat sitem ini. Sistem ini adalah sistem versi pertama yang dibuat oleh Mohammad Iqbal dan dikasih nama sebagai Bogasari Performance Management System. Dan ada kemungkinan untuk perkembangan versi baru apabila perusahaan membutuhkan.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan 3.1.1. Studi Lapangan Pada tahap awal ini yang dilakukan adalah pengamatan langsung terhadap perusahaan dan juga untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

5.4. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. dinamakan dengan Unified Modeling Language (UML). UML merupakan bahasa

5.4. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. dinamakan dengan Unified Modeling Language (UML). UML merupakan bahasa 162 5.4. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Analisis dan perancangan sistem informasi berikut menggunakan alat bantu yang dinamakan dengan Unified Modeling Language (UML). UML merupakan bahasa permodelan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ada beberapa hal-hal besar dalam hidup yang dapat disebut sebagai milestone,

KATA PENGANTAR. Ada beberapa hal-hal besar dalam hidup yang dapat disebut sebagai milestone, KATA PENGANTAR Ada beberapa hal-hal besar dalam hidup yang dapat disebut sebagai milestone, pencapaian seseorang yang sangat berpengaruh bagi hidupnya. Bagi penulis skripsi ini adalah pencapaian yang sangat

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN. Persediaan yang baru ditampilkan pada gambar 4.1.

BAB 4 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN. Persediaan yang baru ditampilkan pada gambar 4.1. 74 BAB 4 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN 4.1. Analysis 4.1.1. Rich Picture Rich Picture yang menggambarkan proses Sistem Informasi Manejemen Persediaan yang baru ditampilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan langkah-langkah sistematis yang berperan penting sebagai pedoman dalam menyelesaikan dan memberikan solusi dari masalah yang timbul

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 52 BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk membantu menyelesaikan masalah dengan mudah. Oleh karena itu

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan baik dibutuhkan suatu metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis yang harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah model yang menggambarkan sistem dan terdapat langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Diharapkan

Lebih terperinci

BAB 4. PT. Siaga Ratindotama

BAB 4. PT. Siaga Ratindotama BAB 4 Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Pembelian bahan baku PT. Siaga Ratindotama 4.1 Analysis Document 4.1.1 The Task 4.1.1.1 Purpose Pengembangan sistem informasi akuntansi pembelian bahan baku

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 SKRIPSI PROGRAM GANDA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Angga Adhytiawan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Struktur Organisasi Departemen FSBP FSBP FLOUR SILO AND BULK FLOUR PACKING & BY PRODUCT PACKING

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Struktur Organisasi Departemen FSBP FSBP FLOUR SILO AND BULK FLOUR PACKING & BY PRODUCT PACKING Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Saat ini dunia telah memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Hal tersebut menyebabkan persaingan bisnis yang semakin ketat di bidang

Lebih terperinci

4.4 Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Analisa dan Pembahasan Sistem Berjalan (Sebelum Preventive

4.4 Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Analisa dan Pembahasan Sistem Berjalan (Sebelum Preventive 326 4.4 Analisa dan Perancangan Sistem Informasi 4.4.1 Analisa dan Pembahasan Sistem Berjalan (Sebelum Preventive Maintenance) PT. Gajah Tunggal khususnya di dalam departemen maintenance memiliki sistem

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Pengendalian Kualitas Pada

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda SISTEM INFORMASI - TEKNIK INDUSTRI Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda SISTEM INFORMASI - TEKNIK INDUSTRI Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda SISTEM INFORMASI - TEKNIK INDUSTRI Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN KUALITAS

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah memberikan garis-garis besar tahapan penelitian secara keseluruhan yang disusun secara sistematis sehingga pada pelaksanaannya, penelitian

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkahlangkah dalam melakukan penelitian di PT. Dankos Laboratorioes

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi pemecahan masalah adalah serangkaian urutan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk digunakan sebagai pedoman

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM BAB 4 PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analysis Document 4.1.1 The Task 4.1.1.1 Purpose Pengembangan sistem informasi akuntansi pembelian dan utang usaha untuk PT. Fajar Surya Utama dilakukan dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control. ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin signifikan, membuat banyak bermunculan industri-industri baru yang sejenis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian. Dengan metodologi penelitian, dapat dijelaskan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian

Lebih terperinci

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Kegiatan magang yang dilakukan di PT Kemang Food Industries dimaksudkan untuk mengevaluasi bobot bersih dan membandingkan kesesuaian antara data bobot bersih yang didapat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec, BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define Aktivitas proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Semarang Plant Central java ini dianalisis menggunakan diagram SIPOC (Supplier-Input-Proccess-Output- Customer).

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3. FASE PENDEFINISIAN 3.. Sekilas tentang Perusahaan PT Batman Kencana merupakan perusahaan manufaktur nasional yang bergerak di bidang produksi balon dan permen. Jenis produk

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pendekatan Six Sigma yang digunakan dalam peningkatan produktivitas terdiri dari 5 (lima) fase yang disebut DMAIC (Define, Measure, Analize, Improve

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan. Diagram alir dibawah ini menunjukkan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 SKRIPSI PROGRAM GANDA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Tedy Chandra 0600657693

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sistem Sesuai dengan siklus hidup pengembangan sistem, tahap selanjutnya merupakan tahap implementasi yang merupakan lanjutan dari analisa dan perancangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kebutuhan sistem, implementasi dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kebutuhan sistem, implementasi dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kebutuhan sistem, implementasi dan evaluasi simulasi pelayanan retoran cepat saji dengan menggunakan metode next event time advance.

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT, PIUTANG DAN PENERIMAAN KAS PADA PT PANCA KEMAS KRIDA MANUNGGAL

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT, PIUTANG DAN PENERIMAAN KAS PADA PT PANCA KEMAS KRIDA MANUNGGAL 108 BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT, PIUTANG DAN PENERIMAAN KAS PADA PT PANCA KEMAS KRIDA MANUNGGAL 4.1 Analysis Document 4.1.1 The Task Perancangan sistem informasi akuntansi

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk membantu menyelesaikan masalah dengan mudah. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 82 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Perumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Model dalam perumusan masalah dan pengambilan keputusan yang digunakan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berikut merupakan diagram alir tahapan penelitian untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Super Shop and Drive: Gambar 3.1 Metodologi Penelitian 83 1 Aktivitas

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 03 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pengumpulan Data Pada tahap pengumpulan data ini, akan disampaikan informasi-informasi mengenai situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan selama kegiatan proses pengemasan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DMAIC UNTUK UKURAN PANJANG PRODUK BUSHING DI PT.INDOKARLO PERKASA

PENERAPAN METODE DMAIC UNTUK UKURAN PANJANG PRODUK BUSHING DI PT.INDOKARLO PERKASA PENERAPAN METODE DMAIC DALAM PENINGKATAN ACCEPTANCE RATE UNTUK UKURAN PANJANG PRODUK BUSHING DI PT.INDOKARLO PERKASA TUGAS AKHIR Oleh FERDIAN HARTOYO 1100001641 YUDHA YUDHISTIRA 1100001843 ANDRY CHANDRA

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Penelitian Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian di PT. Mulia Knitting Factory Ltd. Mulai Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. proses yang harus dilakukan agar sistem dapat berjalan dengan baik. Proses dan cara

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. proses yang harus dilakukan agar sistem dapat berjalan dengan baik. Proses dan cara BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sistem Proses pengimplementasian sistem informasi pemasaran ini, diperlukan beberapa proses yang harus dilakukan agar sistem dapat berjalan dengan baik.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut merupakan diagram alir yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian di PT. Putra Jaya Gemilang.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil Penelitian Hasil dari pengolahan data pada metode DMAIC dalam tahap penentuan (Define) dan tahap pengukuran (Measure) adalah terungkapnya faktor-faktor yang menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. dimaksudkan untuk menitik beratkan kepada fungsi sistem yang berjalan dengan

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. dimaksudkan untuk menitik beratkan kepada fungsi sistem yang berjalan dengan BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem yang Sedang Berjalan Kegiatan analisis sistem yang berjalan dilakukan dengan analisis yang berorientasi pada objek-objek yang diperlukan oleh

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan National Garment merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan barang fashion seperti kaos,kemeja,celana,jaket

Lebih terperinci

1. Persiapkan master yang akan diinstal, dan persiapkan Daemon Tools Lite untuk men-mount Image kan file iso yang kalian punya.

1. Persiapkan master yang akan diinstal, dan persiapkan Daemon Tools Lite untuk men-mount Image kan file iso yang kalian punya. Prosedur Menjalan Program - Langkah pertama : install terlebih dahulu software vb.net 1. Persiapkan master yang akan diinstal, dan persiapkan Daemon Tools Lite untuk men-mount Image kan file iso yang kalian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Perumusan masalah dan Pengambilan Keputusan Model perumusan masalah dan pengambilan keputusan yanag digunakan dalam skripsi ini dimulai dengan melakukan observasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ABSTRAK

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ABSTRAK UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Sistem Informasi Teknik Industri Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2005/2006 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI BONDING TEST UNTUK MEMBANTU

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif (descriptif research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Tahapan Penelitian 3.1.1 Identifikasi Dan Perumusan Masalah Langkah ini merupakan langkah awal untuk melakukan penelitian dengan melakukan observasi ke unit

Lebih terperinci

BAB 4 RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN. Pengembangan sistem informasi akuntansi pembelian dan persediaan bahan baku

BAB 4 RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN. Pengembangan sistem informasi akuntansi pembelian dan persediaan bahan baku BAB 4 RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN 4.1 Analysis Document 4.1.1 The Task 4.1.1.1 Purpose Pengembangan sistem informasi akuntansi pembelian dan persediaan bahan baku pada PD. Tritunggal Adhi Pratama dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Yang Berjalan Sebelum merancang suatu sistem, ada baiknya terlebih dahulu menganalisis sistem yang sedang berjalan di Distro yang akan dibangun tersebut.

Lebih terperinci

MODUL I PRAKTIKUM KPPL MS PROJECT

MODUL I PRAKTIKUM KPPL MS PROJECT MODUL I PRAKTIKUM KPPL MS PROJECT CACA E. SUPRIANA, S.Si (caca_emile@yahoo.co.id) 1 1. Pendahuluan Salah satu kakas (tools) untuk membantu penjadwalan proyek adalah Microsoft Project, fasilitas yang disediakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PIUTANG

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM

BAB III ANALISIS SISTEM BAB III ANALISIS SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil analisis dari permasalahanpermasalahan yang menjadi latar belakang masalah seperti yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, namun

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian menggambarkan proses atau tahap tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian sangat berperan penting untuk menyelesaikan masalah secara sistematis dan memberikan solusi yang baik dan sesuai. Studi Pendahuluan Studi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah dimana setiap pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan terstruktur. Tahapan penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. sequential (waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan, yaitu: analisis,

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. sequential (waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan, yaitu: analisis, BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Perancangan program aplikasi dalam skripsi ini menggunakan aturan linear sequential (waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan, yaitu: analisis, perancangan,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PENGIRIMAN BARANG. Mutiara Afie Ardhini

SISTEM INFORMASI PENGIRIMAN BARANG. Mutiara Afie Ardhini SISTEM INFORMASI PENGIRIMAN BARANG Mutiara Afie Ardhini - 21070114120053 LAPORAN TUGAS BESAR SISTEM INFORMASI PENGIRIMAN BARANG Tugas ini disusun untuk memenuhi Tugas Besar Mata Kuliah Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN LAYAR ANTAR MUKA

BAB IV PERANCANGAN LAYAR ANTAR MUKA BAB IV PERANCANGAN LAYAR ANTAR MUKA Pada bab ini akan dijelaskan tentang rancangan layar sistem yang akan dibangun. Berikut ini adalah rancangan layar dari form form yang ada pada sistem ini. 4.1 Rancangan

Lebih terperinci

Gambar 4.34 Cluster Jadwal Produksi. jadwal produksi oleh Kepala Pabrik. Seperti yang sudah dijelaskan dalam system

Gambar 4.34 Cluster Jadwal Produksi. jadwal produksi oleh Kepala Pabrik. Seperti yang sudah dijelaskan dalam system 274 Gambar 4.34 Cluster Jadwal Produksi Cluster jadwal produksi berisi class-class yang berhubungan dengan pembuatan jadwal produksi oleh Kepala Pabrik. Seperti yang sudah dijelaskan dalam system definition,

Lebih terperinci

Bab 4. Rancangan sistem

Bab 4. Rancangan sistem Bab 4 Rancangan sistem 4.1 Rancangan yang diusulkan Bagian gudang akan mengirimkan Surat Permintaan Barang melalui form pesan barang apabila barang tersebut telah mencapai batas minimum (warning stock)

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM BAB 4 PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Prosedur yang Sedang Berjalan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil analisis terhadap prosedur penggajian yang dilakukan perusahaan masih belum terintegrasi.

Lebih terperinci

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bagian ketiga dari laporan skripsi ini menggambarkan langkah-langkah yang akan dijalankan dalam penelitian ini. Metodologi penelitian dibuat agar proses pengerjaan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam penelitian ini, alat yang di gunakan adalah sebagai berikut: 1. Perangkat Keras (Hardware) a) Personal Computer (PC)/Laptop 32/64 bit architecture

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Tahap implementasi sistem merupakan tahap yang bertujuan untuk merubah hasil analisis dan perancangan ke dalam bahasa pemrograman yang dimengerti oleh

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah yang digunakan untuk penelitian penurunan hasil Fabric Width Utilization adalah dengan menggunakan metode Penyelesaian Masalah Six Sigma,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 88 A B Analisis Sistem Berjalan Membuat Rich Picture dari sistem yang sedang berjalan Perancangan database

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 36 BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA Langkah berikutnya adalah mengolah data-data yang telah dikumpulkan untuk dihitung jumlah dominan cacat cetakan yang terjadi, kapabilitas proses dari unit pengolahan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. sistem aplikasi basis data pada CV. Lumbung Rejeki yaitu : Monitor : SVGA 17. : Optical Mouse.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. sistem aplikasi basis data pada CV. Lumbung Rejeki yaitu : Monitor : SVGA 17. : Optical Mouse. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi perangkat keras yang direkomendasikan untuk menerapkan sistem aplikasi basis data pada CV. Lumbung Rejeki

Lebih terperinci

Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma

Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma Sri Widiyawati, Sebtian Assyahlafi Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. mempersiapkan kebutuhan system (baik hardware maupun software), persiapan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. mempersiapkan kebutuhan system (baik hardware maupun software), persiapan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Di dalam tahap implementasi ini terdapat 3 sub tahap, yaitu mempersiapkan kebutuhan system (baik hardware maupun software), persiapan instalasi aplikasi,

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 68 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses untuk menjadi informasi yang berguna. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci