PEMBERIAN DZIKIR KHAFI UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBERIAN DZIKIR KHAFI UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN"

Transkripsi

1 PEMBERIAN DZIKIR KHAFI UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. S DENGAN PRA OPERASI HERNIA DI RUANG ANGGREK RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN WONOGIRI DI SUSUN OLEH : SRI WULANDARI P PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

2 PEMBERIAN DZIKIR KHAFI UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. S DENGAN PRA OPERASI HERNIA DI RUANG ANGGREK RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN WONOGIRI Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Progam Diploma III Keperawatan DI SUSUN OLEH : SRI WULANDARI P PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 i

3 ii 2

4 iii 3

5 iv 4

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan Judul Pemberian Dzikir Khafi Untuk Menurunkan Tingakt Kecemasan Pada Asuhan Keperawatan Tn. S Dengan Pre Operasi Hernia Di Ruang Angrek RSUD. Dr. Soediran Mangun Sumarmo Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapati bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan pengembangan setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1. Ns. Atiek Murhayati, M.Kep, selaku Ketua Prodi Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ns. Meri Oktariani, M.Kep, selaku Sekretaris Prodi Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu distikes Kusuma Husada Surakarta, dan selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, dan perasaan nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi demi sempurnanya karya tulis ilmiah ini. 3. Ns. Fakhrudin Nasrul Sani, M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, dan perasaan nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi demi sempurnanya karya tulis ilmiah ini. 4. Ns. Joko Kismanto, S.Kep selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, dan perasaan nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi demi sempurnanya karya tulis ilmiah ini. 5. Semua dosen Prodi Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasan serta ilmu yang bermanfaat. v

7 2 Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan Karya Tulis Ilmiah ini, oleh karena itu penulis sangat mengarapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulia Ilmiah ini. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawtan dan kesehatan. Amin Surakarta, Mei 2015 Penulis vi

8 3 DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penulis... 4 C. Manfaat Penulis... 5 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori Hernia Kecemasan Dzikir B. Kerangka Teori C. Kerangka Konsep BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET A. Subyek Aplikasi Riset B. Tempat dan Waktu C. Media dan Alat yang Digunakan D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset E. Alat Untuk Evaluasi dari Aplikasi Riset vii

9 4 BAB IV LAPORAN KASUS A. IdentitasPasien B. Pengkajian C. Perumusan Masalah Keperawatan D. Perencanaan Keperawatan E. Implementasi Keperawatan F. Evaluasi Keperawatan BAB VPEMBAHASAN A. Pengkajian B. Diagnose Keperawatan C. Perencanaan Keperawatan D. Implementasi Keperawatan E. Evaluasi BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP viii

10 5 DAFTAR TABEL halaman 1. Tabel 2.1 Kuesioner HARS Tabel 3.1 Kuesioner HARS ix

11 6 DAFTAR GAMBAR halaman 1. Gambar 2.1 Rentang Respon Kecemasan Gambar 2.2 Kerangka Teori Gambar 2.3 Kerangka Konsep Gambar 4.1 Genogram x

12 DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1Jurnal Utama 2. Lampiran 2Pendelegasian 3. Lampiran 3Log Book Surat 4. Lampiran 4 Lembar Konsul 5. Lampiran 5Lampiran Daftar Riwayat Hidup 6. Lampiran6Asuhan Keperawatan 7. Lampiran 7Skor HRS-A pasien xi

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat mempunyai kontak paling lama dalam menangani persoalan pasien dan peran perawat dalam upaya penyembuhan pasien menjadi sangat penting. Seorang perawat dituntut bisa mengetahui kondisi dan kebutuhan pasien, salah satunya dalam perawatan pasien saat pre operasi. Perawatan pre operasi dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir saat pasien dikirim ke meja operasi. Perawatan pre operasi yang efektif dapat mengurangi resiko post operasi, salah satu prioritas keperawatan pada periode ini adalah mengurangi kecemasan pasien (Smeltzer & Bare, 2002). Kecemasan dapat terjadi pada semua pasien yang akan menjalani operasi. Kecemasan juga dapat terjadi pada pasien yang akan menjalani operasi hernia. Hernia adalah penonjolan diskus atau sebagian dari viskus melaluicelah yang abnormal pada selubungnya (Grace & Borley, 2007). Salah satu layanan yang ada di Rumah Sakit adalah layanan pengobatan melalui operasi. Tujuan dari operasi hernia ini adalah untuk hernia, mengeksisi kantungnya, dan memperbaiki defek dinding abdomen yang ada (Cook, 1995). Salah satu efek pembedahan hernia berupa nyeri dan infeksi pada bekas luka operasi. Komplikasi dari salah satu jenis pembedahan hernia skrotalis yaitu hematoma dan infeksi luka pada skrotum menjadi konsekuensi post operasi hernia terhadap fungsi seksual pasien hernia skrotalis (Grace & Borley, 2007). 1

14 2 Berdasarkan data yang terdapat dibagian Rekam Medis RSUD Kudus, pada tahun 2010 terdapat 221 pasien yang menjalani operasi hernia. Sedangkan untuk tahun 2011 terdapat 219 pasien yang menjalani operasi hernia. Berdasarkan catatan keperawatan ruang bedah Cempaka I dan Cempaka III RSUD Kudus, penderita yang akan dilakukan tindakan pembedahan pada kasus diatas, 10% dilakukan penundaan karena peningkatan kecemasan. Data rekam medik RSUD Dr. Soediran Mangun Wonogiri, pada tahun 2014 dan 2015 didapatkan total 252 pasien yang mengalami Hernia. Kemungkinan seperti ini muncul karena kecemasan yang dapat menimbulkan peningkatan tekanan darah, sehingga apabila tetap dilakukan operasi akandapat mengakibatkan penyulit terutama dalam menghentikan perdarahan dan bahkan setelah operasi pun akan mengganggu proses dari penyembuhan (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Kecemasan dapat ditimbulkan dari peristiwa sehari-hari yang dapat dialami manusia dan dapat juga dialami oleh siapapun (Fausiah, 2005).Cemas merupakan suatu keadaan emosi tanpa suatu objek yang spesifik dan pengalaman subjektif dari individu serta dan tidak dapat diobservasi dan dilihat secara langsung. Cemas berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya suatu objek sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu sedangkan kecemasan diartikan sebagai suatu kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab atau objek yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Sebagai contoh kekhawatiran menghadapi operasi

15 3 atau pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi kecacatan), kekhawatiran terhadap anestesi atau pembiusan (misalnya takut terjadi kegagalan anestesi atau meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Suliswati, 2005) Perawat sebagai tenaga kesehatan di rumah sakit memiliki peran yang sangat penting dalam membantu pasien mengatasi kecemasannya sehingga perlu adanya pelayanan keperawatan yang berkualitas termasuk didalamnya. Salah satu metode untuk menurunkan kecemasan adalah menggukan dzikir khafi. Menurut Saleh (2010) dzikir khafi merupakan dzikir dengan mengkonsentrasikan diri pada suatu makna (di dalam hati) yang tidak tersusun dari rangkaian huruf dan suara. Hasil penelitian Hannan (2014), menyatakan bahwa dzikir khafi efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan pada lansia. Doa kesembuhan adalah pernyataan sikap ketika berbicara kepada Tuhan dengan bersuara ataupun mengucapkannya dalam hati meminta kesembuhan. Ketika berdoa akan menimbulkan rasa percaya diri, rasa optimisme (harapan kesembuhan), mendatangkan ketenangan, damai, dan merasakan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa sehingga mengakibatkan rangsangan ke hipotalamus untuk menurunkan produksi CRF (Corticotropin Releasing Factor). CRF ini selanjutnya akan merangsang kelenjar pituitary anterior untuk menurunkan produksi ACTH (Adreno Cortico Tropin Hormon). Hormon ini yang akan merangsang kortek adrenal untuk menurunkan sekresi kortisol. Kortisol ini yang akan menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi tingkat kecemasan (Rosalind, 2001)

16 4 Berdasarkan pengkajian diatas, maka penulis tertatik untuk melakukan aplikasi jurnal dalam asuhan keperawatan yang tertuang dalam karya Tulis Ilmiah dengan judul Pemberian Dzikir Khafi Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Pada Asuhan Keperawatan Tn. S Dengan Pre Operasi Hernia di Ruang Anggrek RSUD Dr. Soediran Mangun Wonogiri. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Melaporkan pemberian terapi dzikir khafi untuk menurunkan tingkat kecemasan pre operasi pada Tn. S dengan hernia di ruang anggrek RSUD Dr. Soediran mangun wanogiri. 2. Tujuan Khusus a) Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. S dengan hernia inguinalis lateralis b) Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan hernia inguinalis lateralis c) Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn. S dengan hernia inguinalis lateralis d) Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. S dengan hernia inguinalis lateralis e) Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. S dengan hernia inguinalis lateralis

17 5 f) Penulis mampu menganalisa hasil terapi dzikir khafi untuk menurunkan tingkat kecemasan pre operasi pada Tn. S dengan hernia di ruang anggrek RSUD Dr. Soediran Mangun Wonogiri. C. Manfaat Penulisan 1. Bagi penulis Karya tulis ini dapat menambah wacana keilmuan terutama di bidang keperawatan dalam kaitannya terapi dzikir khafi untuk menurunkan tingkat kecemasan pre operasi hernia. 2. Bagi pembaca Menambah pengetahuan wawasan dan referensi bagi para pembaca tentang terapi dzikir khafi untuk menurunkan tingkat kecemasan pre operasi hernia. 3. Bagi perawat Karya tulis ini dapat menambah wacana keilmuan terutama di bidang keperawatan dalam kaitannya pasien pre operasi hernia guna menurunkan tingkat kecemasan. 4. Bagi peneliti selanjutnya Hasil karya tulis ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian dan pengembangan lebih lanjut mengenai terapi dzikir khafi untuk menurunkan tingkat kecemasan pre operasi hernia.

18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Hernia a. Definisi Hernia Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan material abnormal (Tambayong, 2000). Jong (2004), berpendapat hernia iguinalis lateralis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan. b. Etiologi Hal yang mengakibatkan hernia menurut Dermawan (2010) adalah : 1) Kelemahan abdomen lemahnya dinding abdomen bisa disebabkan karena cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir dan usia dapat mempengaruhi kelemahan dinding abdomen (semakin bertambah usia dinding abdomen semakin melemah). 2) Peningkatan tekanan intra abdomen mengangkat benda berat, batuk kronis kehamilan, kegemukan dan gerak badan yang berlebihan. 6

19 7 3) Bawaan sejak lahir pada usia kehamilan 8 bulan terjadi penurunan testis melalui kanalis inguinal menarik peritoneus dan disebut plekus vaginalis, peritoneal hernia karena kanalis inguinal akan tetap menutup pada usia 2 bulan. 4) Kebiasaan mengangkat benda yang berat (heavy lifting). 5) Kegemukan (marked obesity). 6) Batuk 7) Terlalu mengedan saat buang air kecil atau besar. 8) Ada cairan dirongga perut (asites). 9) Peritoneal dialysis 10) Ventriculoperitoneal shunt 11) PPOK (penyakit paru obstruktif kronik) 12) Riwayat keluarga yang menderita hernia. c. Klasifikasi Hernia Menurut Stead (2003), Secara umum hernia diklasifikasikan menjadi: 1) Hernia eksterna yaitu jenis hernia dimana kantong hernia menonjol secara keseluruhan (komplit) melewati dinding abdomen seperti hernia inguinal (direk dan indirek), hernia umbilicus, hernia femoral dan hernia epigastrika. 2) Hernia intraparietal yaitu kantong hernia berada didalam dinding abdomen.

20 8 3) Hernia interna adalah hernia yang kantongnya berada didalam rongga abdomen seperti hernia diafragma baik yang kongenital maupun yang didapat. 4) Hernia reponibel (reducible hernia), yaitu apabila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. 5) Hernia ireponibel (inkarserata), yaitu apabila kantong hernia tidak dapat kembali ke abdomen. Ini biasanya disebabkan oleh perlengkatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta, merupakan jenis hernia ireponibel yang sudah mengalami obstruksi tetapi belum ada gangguan vaskularisasi. 6) Hernia strangulasi adalah hernia yang sudah mengalami gangguan vaskularisasi. d. Manifestasi Klinis 1) Pasien merasa tidak enak di tempat penonjolan 2) Ada penonjolan di salah satu lokasi abdomen misalnya inguinal, femoralis dan lain-lain. Benjolan timbul saat mengedan BAB, mengangkat beban berat ataupun saat aktivitas berat dan hilang pada waktu istirahat baring. 3) Kadang-kadang perut kembung.

21 9 4) Apabila terjadi perlengketan pada kantung hernia dan isi hernia maka tidak dapat dimasukkan lagi (ireponibel). e. Patofisiologi Hernia Menurut Oswari, (2000). Pada umumnya hernia terjadi akibat dari kekuatan integritas otot dinding abdomen dan terjadi peningkatan tekanan intra abdomen. Kerusakan atau kelemahan otot-otot dinding abdomen, karena kelemahan college atau pelebaran tempat dari lubang ligament inguinal, kelemahan ini biasa terjadi karena proses penuaan. Peningkatan intra abdomen dapat menyebabkan dinding abdomen menjadi lemah. Oleh karena itu dapat mengakibatkan penurunan isi abdomen ke dalam rongga tubuh seperti halnya pada skrotum. Penurunan isi abdomen tersebut disebabkan oleh banyak hal diantaranya yaitu pekerjaan berat, batuk yang menaun. Hal tersebut akan mempermudah masuknya masa abdomen kedalam rongga tubuh, sehingga menjadi hernia atau penonjolan suatu organ tubuh sehingga tidak terjepit akan menimbulkan rasa sakit di daerah terdapatnya benjolan tersebut yang juga menimbulkan rasa mual dan apabila batuk, mengejan hernia akan bertambah besar. f. Komplikasi Beberapa komplikasi yang dapat timbul, menurut Carpenito (2001) sebagai berikut : 1) Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.

22 10 Keadaan ini disebut hernia inguinalis ireponibel. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponibel adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibel daripada usus halus. 2) Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskular (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulasi. Pada keadaan strangulasi akan timbul gejala illeus, yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah. Komplikasi lain : a) Perlekatan/ hernia akreta b) Hernia irreponibel c) Jepitan vaskularisasi terganggu iskhemi gangrene nekrosis d) Infeksi e) Obstipasi obstruksi / konstipasi f) Hernia inkarserata illeus g) Hematoma skrotalis h) Hidrokel

23 11 g. Penatalaksanaan Menurut Romi (2006), penanganan bisa dengan pengobatan konservatif maupun tindakan definitif berupa operasi. 1) Tindakan konservatif antara lain: a) Tindakan konservatif terbatas pada tindakan melalui reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Jika reposisi tidak berhasil, dalam waktu 6 jam harus dilakukan operasi segera. b) Pada anak-anak dengan hernia indirect irreponibel diberi terapi konservatif dengan: (1) Obat penenang (valium) (2) Posisi trandelenburg (3) Kompres es 2) Tindakan Operatif: Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi, hernioplasti serta herniografi. a) Herniotomi: pembebasan kantung hernia sampai pada lehernya, kantung dibuka dan isi hernia dibebaskan b) Hernioplasti: memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. c) Herniografi: membuat plasty di abdomen sehingga LMR (Locus Minorus Resisten) menjadi kuat.

24 12 3) Penanganan pasca operasi: a) Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya hematoma. b) Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang. c) Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis serta mengejan. d) Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat. e) Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat menaikkan tekanan intra abdomen. Setelah dilakukannya tindakan pembedahan maka dilakukan perawatan luka dan penderita makan dengan diit tinggi kalori dan protein. h. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hernia adalah : 1) Laboratorium darah: hematology rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah. 2) Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi. 3) Foto rontagen dengan barium (Dermawan, 2010) i. Asuhan Keperawatan 1) Fokus pengkajian yang harus ditanyakan : a) Tanda dan gejala yang dirasakan oleh pasien.

25 13 b) Apakah pasien mengalami nyeri pada daerah perut bagian bawah? c) Kapan nyeri timbul? d) Apakah pernah ada riwayat sakit seperti ini sebelumnya? e) Apakah pernah melakukan pembedahan sebelumnya? f) Faktor pekerjaan seperti apa yang sering dilakukan misalkan bekerja terlalu berat, sering mengedan. 2) Pemeriksaan fisik dan tanda yang diketahui selam pemeriksaan fisik : a) Nyeri tekan abdomen b) Adanya luka insisi c) Perubahan warna d) Tugor kulit dan tidak adanya gangguan. e) Lamanya waktu dimana gejala saat ini hilang dan metode yang digunakan oleh pasien untuk mengatasi gejal, serta efeknya juga diidentifikasi (Bare & Smeltzer, 2002). j. Menurut Doenges (1999), data pengkajian yang diperoleh : 1) Aktivitas Gejala: Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk yang terlalu lama. Tanda: Atrosi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam benjolan.

26 14 2) Eliminasi Gejala: Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi. 3) Intergritas Ego Gejala: Ketakutan akan timbulnya paralitik, ansietas masalah pekerja financial keluarga. Tanda: cemas, depresi, menghindar dari keluarga. 4) Neurosensori Gejala: kesemutan, ketakutan, kelemahan. Tanda: kelemahan otot, nyeri tekan atau spasme otot paravertebalis 5) Nyeri Gejala: nyeri seperti tertusuk pisau Tanda: perubahan cara berjalan. Berjalan dengan terpincan-pincang k. Diagnosa Keperawatan 1) Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan. Intervensi: a) Kaji dan catat nyeri b) Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan mengangkat benda yang berat. c) Ajarkan bagaimana bila menggunakan dekker (bila diprogramkan).

27 15 d) Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum atau kompres es yang sering diprogramkan untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri. e) Berikan analgesik sesuai program. 2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder post operasi Intervensi: a) Kaji karakteristik nyeri b) Ajarkan pasien teknik relaksasi panas dalam c) Atur posisi yang nyaman d) Monitor tanda tanda vital e) Kolaburasi dokter untuk pemberian analgetik 3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik Intervensi a) Bantu pasien dalam melakukan ROM aktif dan pasif b) Bantu dalam hal pemenuhan kebutuhan pasien c) Kaji tingkat kemampuan pasien d) Anjurkan pasien untuk beraktifitas 4) Ansietas ketidaktahuan tentang prognosa pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. Intervensi a) Kaji tingkat ansietas. b) Berikan penentraman hati dan kenyamanan.

28 16 c) Beri penjelasan yang jelas pada pasien tentang perkembangan penyakitnya. d) Libatkan keluarga dalam perbaikan rasa nyaman pasien. e) Bina hubungan saling percaya. f) Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya. 2. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara personal. Kecemasan adalah respon emosional dan merupakan penilaian intelektual terhadap suatu bahaya (Stuart, 2007). Definisi lain menjelaskan kecemasan merupakan respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati, 2005). Stuart & Laraia (2005) mengartikan kecemasan sebagai kekhawatiran yang tidak jelas menyebar dialam pikiran dan terkait

29 17 dengan perasaan ketidakpastian dan ketidakberdayaan, tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus kecemasan. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecemasan Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Pencetus ansietas menurut Asmadi (2008), dapat dikelompokan ke dalam dua kategori yaitu : 1) Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidak mampuan fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya. 2) Ancaman terdapat sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status atau peran diri, dan hubungan interpersonal. c. Tingkat Kecemasan Menurut Peplau (2005), mengidentifikasi ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu : 1) Tingkat kecemasan ringan, dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.pada tingkat ini, biasanya menimbulkan beberapa respon seperti:

30 18 a) Respon fisiologi: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar. b) Respon kognitif: lapang persepsi melebar, mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menjelaskan masalah secara efektif. c) Respon prilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi. 2) Tingkat kecemasan sedang, individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. Pada tingkat ini, biasanya menimbulkan beberapa respon seperti: a) Respon fisiologi: sering nafas pendek, nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik, mulut kering, anorexia, diare atau konstipasi, gelisah. b) Respon kognitif: lapang persepsi menyempit, rangsan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian. c) Respon prilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak (meremas tangan), bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, perasaan tidak aman. 3) Tingkat kecemasan berat Kecemasan pada tingkat berat lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik)

31 19 dan tidak dapat berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh prilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah atau arahan untuk terfokus pada area lain. Pada tingkat ini, menunjukkan respon seperti: a) Respon fisiologi: nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan. b) Respon kognitif: lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah. c) Respon perilaku dan emosi: perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat, blocking. 4) Panik Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian. Tahap panikini, akan menunjukkan beberapa respon seperti: a) Respon fisiologi: nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah. b) Respon kognitif: lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berfikir logis.

32 20 c) Respon perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking, kehilangan kendali atau kontrol diri, persepsi kacau. Gambar 2.1. Rentang Respon Kecemasan Respon Adaptif Respon Maladaptif Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik d. ManifestasiKlinis Kecemasan Manifestasi respon kecemasan dapat mempengaruhi kondisi tubuh seseorang, respon kecemasan menurut Suliswati (2005) antara lain: 1) Respon fisiologis terhadap kecemasan Secara fisiologis respon tubuh terhadap kecemasan adalah dengan mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis). Sistem saraf simpatis akan mengaktivasi proses tubuh, sedangkan sistem saraf parasimpatis akan meminimalkan respon tubuh. Reaksi tubuh terhadap kecemasan adalah fight atau flight. Flight merupakan reaksi isotonik tubuh untuk melarikan diri, dimana terjadi peningkatan sekresi adrenalin kedalam sirkulasi darah yang akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah sistolik, sedangkan fight merupakan reaksi agresif

33 21 untuk menyerang yang akan menyebabkan sekresi noradrenalin, rennin angiotensin sehingga tekanan darah meningkat baik sistolik maupun diastolic. Korteks otak menerima rangsang akan dikirim melalui saraf simpatis ke kelenjar adrenal yang akan melepaskan adrenalin atau epinefrin sehingga efeknya antara lain napas menjadi lebih dalam dan nadi meningkat. Darah akan tercurah terutama ke jantung, susunan saraf pusat dan otot. Dengan peningkatan glikogenolisis maka gula darah akan meningkat. 2) Respon Psikologis terhadap Kecemasan Kecemasan dapat mempengaruhi aspek interpersonal maupun personal. Kecemasan tinggi akan mempengaruhi koordinasi dan gerak refleks. Kesulitan mendengarkan akan mengganggu hubungan dengan orang lain. Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan menurunkan keterlibatan dengan orang lain. 3) Respon kognitif Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir maupun isi pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunnya lapang persepsi, dan bingung. 4) Respon afektif

34 22 Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan. e. Penatalaksanaan kecemasan 1) Penatalaksanaan farmakologi pengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepine, obat ini digunakan untuk jangka pendek, dan tidak dianjurkan untuk jangka panjang karena pengobatan ini menyebabkan toleransi dan ketergantungan. Obat anti kecemasan nonbenzodiazepine, seperti buspiron (Buspar) dan berbagai antidepresan juga digunakan (Isaacs, 2005). 2) Penatalaksanaan non farmakologi a) Distraksi Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endorfin yang bisa menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak (Potter & Perry, 2005). Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan memberikan dukungan spiritual (membacakan doa sesuai agama dan keyakinannya), sehingga dapat menurunkan hormon-hormon stressor, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan

35 23 perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik. b) Relaksasi Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi, meditasi, relaksasi imajinasi dan visualisasi serta relaksasi progresif (Isaacs, 2005). f. Alat Ukur Kecemasan Menurut Hawari (2013) untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang dapat menggunakan alat ukur (instrument) yang dikenalkan dengan nama Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang lebih spesifik, 14 diantaranya meliputi :

36 24 Tabel: 2.2 Kuesioner HARS No Gejala kecemasan 1 Perasaan kecemasan a. Cemas b. Firasat buruk c. Takut akan pikiran sendiri d. Mudah tersinggung 2 Ketegangan a. Merasa tegang b. Lesu c. Tidak bisa istirahat tenang d. Mudah terkejut e. Mudah menangis f. Gemetar g. Gelisah 3 Ketakutan a. Pada gelap b. Pada orang lain c. Ditinggal sendiri 4 Gangguan tidur a. Sukar tidur b. Terbangun malam hari c. Tidur tidak nyenyak d. Bangun dengan lesu e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk) 5 Gaguan kecerdasan a. Sukar kosentrasi b. Daya ingat menurun c. Daya ingat buruk 6 Perasaan depresi (murung) a. Hilangya minat b. Sedih c. Bangun dini hari d. Perasaan berubah-ubah 7 Gejala somatik/fisik (otot) a. Sakit dan nyeri di otot b. Kaku c. Kedutan otot d. Gigi gemerutuk e. Suara tidak stabil 8 Gejala somatik/fisik (sensorik) a. Tinitus (telinga berdenging) b. Penglihatan kabur c. Muka merahatau pucat d. Merasa lemas Nilai Angka (Skor)

37 25 No Gejala Kecemasan Gejala kardiovaskular (jantung dan 9 pembuluh darah) a. Takikardia (denyut antung cepat) b. Berdebar-debar c. Nyeri di dada d. Denyut nadi mengeras e. Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan 10 Gejala respiratory (pernafasan) a. Rasa tertekan atau sempit dada b. Rasa tercekik c. Sering menarik nafas d. Nafas pendek /sesak 11 Gejala gastrointestinal a. Sulit menelan b. Perut melilit c. Gangguan pencernaan d. Nyeri sebelum atau sesudah makan e. Rasa penuh dan kembung f. Buang air besar lembek atau konstipasi 12 Gejala urogenital (perkemihan) a. Sering buang air seni b. Tidak dapat menahan air seni 13 Gejala autonomy a. Mulut kering b. Muka merah c. Mudah berkeringat d. Kepala terasa berat 14 Tingkah laku a. Gelisah b. Tidak tenang c. Jari gemetar d. Keut kening e. Muka tegang f. Otot tegang/mengeras NILAI ANGKA (SKOR) Masing masing nilai angka (score) dari 14 kelompok gejala dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu : Total nilai (score) = 1. Kurang dari 14 : tidak ada kecemasan : kecemasan ringan

38 : kecemasan sedang : kecemasan berat : kecemasan panik 3. Dzikir a. Pengertian Dzikir adalah mengingat Allah dengan segala sifat-sifatnya, pengertian dzikir tidak terbatas pada bacaan dzikir itu sendiri (dalam arti sempit), melainkan meliputi segala bacaan, shalat, ataupun perilaku kebaikan lainnya sebagaimana yang diperintahkan dalam agama (Hawari, 2008). b. Manfaat Dzikir Di antara fadhilah dzikir seperti yang dinukilkan oleh Ibnu Qoyyim dalam kitab Al Wabil Ash-Shayyib Minal Kalimatil Thayyib, ia menjelaskan: 1) Mampu mengusir setan yang merongrong kalbu manusia 2) Mendapatkan ridha dari Yang Maha Rahmat 3) Melenyapkan kecemasan dan kegelisahan kalbu 4) Menghidupkan mahabbah dengan ruhul Islam 5) Mewariskan inabah kembali kepada Allah 6) Kesibukan lisan karena dzikir yang bersambungan, maka ia terhindar dari kesibukan yang membawa dosa 7) Melenyapkan rasa cemas dalam hati karena persoalan dunia yang tidak terpecahkan

39 27 c. Langkah-Langkah Melakukan Relaksasi Dzikir Langkah-langkah relaksasi dzikir ini merupakan modifikasi dari teknik relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan dari Benson (2000), yaitu: 1) Memilih kata atau frase yang sesuai dengan keyakinan kata tertentu digunakan sebagai fokus atau pengantar meditasi, dan kata sebaiknya memiliki arti khusus terutama frase yang dapat menimbulkan munculnya kondisitransen-densi, diharapkan dengan kata tertentu tersebut dapat meningkatkan respon relaksasi pasien dengan memberikan kesempatan untuk memilih faktor keyakinan tertentu yang dapat memberikan pengaruh, contoh: dengan istighfar atau menyebut menyebut dengan takbir. Pemilihan frase sebaiknya cukup singkat agar dapat diucapkan dalam hati ketika menghembuskan nafas secara normal, metode yang akan digunakan adalah frase yaa Allah karena frase ini singkat dan langsung menuju kepada objek transendensi. 2) Atur posisi tubuh yang nyaman sebelum memulai relaksasi carilah posisi duduk yang nyaman sehingga posisi tidak mengganggu pikiran. Posisi dapat dilakukan misalnya dengan bersila atau duduk di sofa. Lingkungan diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu proses relaksasi misalnya suhu, kebisingan, pakaian yang terlalu ketat dan bau-bauanyang tidak enak.

40 28 3) Memejamkan mata pejamkan mata secara perlahan dan pejamkan secara wajar. Karena pemaksaan untuk memejamkan akan membuat otot-otot mata tidak rileks. 4) Lemaskan otot-otot mulailah melemaskan otot dari kaki, kemudian betis, paha, dan perut seterusnya hingga kepala. Caranya dengan merasakan otot yang akan di rilekskan kemudian otot tersebut di perintahkan untuk rileks misalnya akan melemaskan otot kaki; dengan memerintahkan pada kaki lemas..lemas.. sambil merasakan dan membiarkan otot-otot kaki untuk lemas. 5) Perhatikan napas dan mulailah menggunakan kata fokus yang berakar dari keyakinan. Bernapaslah perlahan-lahan dan wajar, tanpa memaksakan iramanya tahap ini mulailah mengulang-ulang dalam hati kata atau frase yang dipilih sambil mengambil dan mengeluarkan napas. 6) Pertahankan sikap pasif selain pengulangan kata atau frase, sikap pasif adalah aspek penting untuk membangkitkan respon relaksasi. Saat mulai duduk dan mengulang-ulang frase berbagai macampikiran akan bermunculan yang akan mengalihkan perhatian frase yang diulang-ulang. Teknik untuk menghindari gangguan ini adalah dengan tidak memperdulikan dan tidak memaksa menghilangkan gangguan tersebut. Selain itu bila muncul rasa nyeri akibat duduk terlalu lama bersikap pasif saja

41 29 tidak perlu dilawan, ketika rasa nyeri itu muncul katakan pada diri sendiri baiklah dan kembali mengulang frase atau kata yang digunakan. B. Kerangka Teori Batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi mengangkat tekanan berat, kehamilan atau kegemukan asites, mengejan Usia Proses degerasi otot muskulus Peningkatan tekanan intra abdomen Kelemahan otot Kelemahan otot transversalis dasar kanalis inguinalis Isi abdomen yang merupakan isi hernia masuk melalui analis inguinalis ke dalam dexstra Hernia Herniorafi Tindakan operatif Herniotomi Tindakan kooperatif - Reposisi - Makanan Informasi kurang Diskontinuitas Jaringan Ketidak adekuatan metode koping Kruang pengetahuan Nyeri Gambar 2.2 Kerangka Teori Sumber: Syamsuhidayat (2000) Cemas Tindakan relaksasi dzikir khafi

42 30 C. Kerangka Konsep Variabel Independen Cemas Variabel Dependen Relaksasi Dzikir Khafi Gambar 2.3 Kerangka Konsep

43 BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET A. Subyek aplikasi riset Subyek dari aplikasi riset adalah pemberian dzikir khafi untuk menurunkan tingkat kecemasan pre operasi pada Tn. S dengan hernia inguinalis lateralis. B. Tempat dan waktu Aplikasi riset ini dilakukan di RSUD Dr. Soediran mangun wonogiri diruang anggrek pada tanggal 9-21 Maret C. Media dan alat yang digunakan Tempat tidur. D. Prosedur Tindakan berdasarkan aplikasi riset Langkah-langkah relaksasi dzikir ini merupakan modifikasi dari teknik relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan dari Benson (2000), yaitu: a. Memilih kata atau frase yang sesuai dengan keyakinan kata tertentu digunakan sebagai fokus atau pengantar meditasi, dan kata sebaiknya memiliki arti khusus terutama frase yang dapat menimbulkan munculnya kondisitransen-densi, diharapkan dengan kata tertentu tersebut dapat meningkatkan respon relaksasi pasien dengan memberikan kesempatan untuk memilih faktor keyakinan tertentu yang dapat memberikan pengaruh, contoh: dengan istighfar atau menyebut menyebut dengan takbir. Pemilihan frase sebaiknya cukup singkat agar dapat diucapkan dalam hati ketika menghembuskan nafas secara normal, metode yang akan 31

44 b. digunakan adalah frase yaa Allah karena frase ini singkat dan langsung menuju kepada objek transendensi (ketuhanan). c. Atur posisi tubuh yang nyaman sebelum memulai relaksasi carilah posisi duduk yang nyaman sehingga posisi tidak mengganggu pikiran. Posisi dapat dilakukan misalnya dengan bersila atau duduk di sofa. Lingkungan diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu proses relaksasi misalnya suhu, kebisingan, pakaian yang terlalu ketat dan bau-bauan yang tidak enak. d. Memejamkan mata pejamkan mata secara perlahan dan pejamkan secara wajar. Karena pemaksaan untuk memejamkan akan membuat otot-otot mata tidak rileks. e. Lemaskan otot-otot mulailah melemaskan otot dari kaki, kemudian betis, paha, dan perut seterusnya hingga kepala. Caranya dengan merasakan otot yang akan dirilekskan kemudian otot tersebut diperintahkan untuk rileks misalnyaakan melemaskan otot kaki; dengan memerintahkan pada kaki lemas..lemas.. sambil merasakan dan membiarkan otot-otot kaki untuk lemas. f. Perhatikan napas dan mulailah menggunakan kata fokus yangberakar dari keyakinan. Bernapaslah perlahan-lahan dan wajar, tanpa memaksakan iramanya tahap ini mulailah mengulang-ulang dalam hati kata atau frase yang dipilih sambil mengambil dan mengeluarkan napas. g. Pertahankan sikap pasif selain pengulangan kata atau frase, sikap pasif adalah aspek penting untuk membangkitkan respon relaksasi. Saat mulai

45 33 duduk dan mengulang-ulang frase berbagai macam pikiran akan bermunculan yang akan mengalihkan perhatian frase yang diulang-ulang. Teknik untuk menghindari gangguan ini adalah dengan tidak memperdulikan dan tidak memaksa menghilangkan gangguan tersebut. Selain itu bila muncul rasan yeri akibat duduk terlalu lama bersikap pasif saja tidak perlu dilawan, ketika rasa nyeri itu muncul katakan pada diri sendiri baiklah dan kembali mengulang frase atau kata yang digunakan. E. Alat ukur evaluasi dari aplikasi tindakan berdasarkan riset Tabel: 3.1 Kuesioner HARS No Gejala kecemasan 1 Perasaan kecemasan a. Cemas b. Firasat buruk c. Takut akan pikiran sendiri d. Mudah tersinggung 2 Ketegangan a. Merasa tegang b. Lesu c. Tidak bisa istirahat tenang d. Mudah terkejut e. Mudah menangis f. Gemetar g. Gelisah 3 Ketakutan a. Pada gelap b. Pada orang lain c. Ditinggal sendiri 4 Gangguan tidur a. Sukar tidur b. Terbangun malam hari c. Tidur tidak nyenyak d. Bangun dengan lesu e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk) 5 Gaguan kecerdasan a. Sukar kosentrasi b. Daya ingat menurun c. Daya ingat buruk Nilai Angka (Skor)

46 34 No Gejala Kecemasan 6 Perasaan depresi (murung) a. Hilangya minat b. Sedih c. Bangun dini hari d. Perasaan berubah-ubah 7 Gejala somatik/fisik (otot) a. Sakit dan nyeri di otot b. Kaku c. Kedutan otot d. Gigi gemerutuk e. Suara tidak stabil 8 Gejala somatik/fisik (sensorik) a. Tinitus (telinga berdenging) b. Penglihatan kabur c. Muka merahatau pucat d. Merasa lemas Nilai Angka skor Gejala kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) a. Takikardia (denyut antung cepat) b. Berdebar-debar c. Nyeri di dada d. Denyut nadi mengeras e. Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan 10 Gejala respiratory (pernafasan) a. Rasa tertekan atau sempit dada b. Rasa tercekik c. Sering menarik nafas d. Nafas pendek /sesak 11 Gejala gastrointestinal a. Sulit menelan b. Perut melilit c. Gangguan pencernaan d. Nyeri sebelum atau sesudah makan e. Rasa penuh dan kembung f. Buang air besar lembek atau konstipasi

47 35 No Gejala Kecemasan Nilai Angka Skor Gejala urogenital (perkemihan) a. Sering buang air seni b. Tidak dapat menahan air seni 13 Gejala autonomy a. Mulut kering b. Muka merah c. Mudah berkeringat d. Kepala terasa berat 14 Tingkah laku a. Gelisah b. Tidak tenang c. Jari gemetar d. Keut kening e. Muka tegang f. Otot tegang/mengeras Masing masing nilai angka (score) dari 14 kelompok gejala dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu : Total nilai (score) = 1. Kurang dari 14 : tidak ada kecemasan : kecemasan ringan : kecemasan sedang : kecemasan berat : kecemasan panik

48 36 BAB IV LAPORAN KASUS Bab ini menjelaskan tentang asuhan keperawatan kecemasan pada Tn. S dengan hernia inguinalis lateralis yang dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2015 sampai 11 Maret Asuhan keperawatan yang terdiri dari identitas klien, pengkajian, perumusan masalah keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. A. Identitas Pasien Hasil pengkajian data diantara lain, nama pasien Tn. S, usia 68 tahun, agama islam, pendidikan terakhir sarjana pendidikan guru (SPG), pekerjaan sebagai pensiunan, alamat di Belik Promantoro, dirawat di RSUD Wonogiri dengan diagnosa medis Tn. S hernia iguinalis lateralis dexstra. Identitas penanggung jawabnya adalah, Tn. G berusia 36 tahun, pendidikan terakhir sarjana pendidikan agama islam, pekerjaan wiraswasta, alamat di Belik Promantoro, hubungan dengan pasien adalah anak. B. Pengkajian Keluhan utama pasien saat dikaji, pasien mengeluh Nyeri. Riwayat penyakit sekarang pasien masuk pada tanggal 9 maret 2015 pukul WIB pasien mengeluh nyeri pada lipatan paha kana nada benjolan. Benjolan ini sudah terjadi 3 tahun yang lalu, dari IGD tangan kanan pasien terpasang infuse RL 20 tpm dan injeksi cetorolac 30 mg dan ranitidine 50 mg. Hasil 36

49 37 pengkajian tanggal 10 maret 2015 diperoleh : tekanan darah 151/85 mmhg, nadi 88 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,8 oc. Riwayat penyakit dahulu, istri pasien mengatakan Tn. S 6 tahun yang lalu pernah mengalami penyakit syaraf, pasien tidak pernah mengalami kecelakaan maupun operasi. Pasien tidak mempunyai alergi terhadap makanan maupun obat-obatan. Pengkajian riwayat kesehatan kelurga Tn.S 68 tahun Keterangan : : laki - laki : perempuan / : meninggal : keturunan : hubungan : tinggal satu rumah : pasien Gamabar 4.1 genogram

50 38 Riwayat kesehatan keluarga, istri pasien mengatakan bahwa di dalam keluarganya maupun keluarga pasien tidak ada penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, jantung, dan hipertensi. Riwayat kesehahatan lingkungan, istri pasien mengatakan lingkungan rumahnya bersih, terdapat ventilasi, ada tempat pembuangan sampah, jauh dari sungai atau pabrik. Hasil pengkajian menurut pola gordon, pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien mengatakan bahwa sehat itu penting dan berharga, menurut pasien sakit merukan sesuatu yang tidak nyaman, apabils ada anggota keluarganya yang sakit segera diperiksakan ke puskesmas atau dokter. Pola nutrisi dan metabolisme sebelum sakit pasien makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk, teh atau air putih, pasien tidak memiliki keluhan dan makan satu porsi habis dengan menu nasi, lauk pauk dan sayur, pasien tidak alergi dengan jenis makanan apapun. Minumnya setiap pagi teh manis 1 gelas dam 6-7 gelas air putih, selama sakit pasien mengatakan, tidak mengalami gangguan makanan, bisa menghabiskan 1 porsi dengan menu rumah sakit, nasi, sayur dan buah. Minum 7-8 gelas air putih. Pola eliminasi BAB, baik sebelum sakit maupun selama sakit pasien tidak memiliki keluhan.pasien BAB 1x sehari dengan konsistensi lunak, bau khas, dan warna kuning kecoklatan. Pada pola eliminasi BAK, sebelum sakit pasien mengatakan BAK 4-6x sehari ± 1500cc sekali BAK dengan warna kuning jernih, bau amoniak, dan tidak ada keluhan. Selama sakit mampu BAK

51 x sehari ± 2500 cc sekali BAK dengan keluhan kuning jernih, bau obat, dan tidak ada keluhan. Pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri (skor 0). Selama sakit untuk makan atau minum, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah, ambulasi atau ROM, pasien memerlukan bantuan orang orang lain (skor 2) Pola istirahat tidur, sebelum sakit pasien mengatakan dapat tidur dengan nyeyak dan baik malam maupun siang hari, tidur malam ±7-8 jam dan siang hari ± 2 jam. Selama sakit pasien mengatakan tidur malam selama ± 5-6 jam tidak nyenyak dan sering terbangun karena merasakan nyeri dilipatan pahanya dan memikirkan operasi yang akan segera dilakukan. Pola kognitif perseptual sebelum sakit pasien mampu berbicara dengan normal, pendengaran dan penglihatan baik, pasien juga mampu berjalan dengan normal. Selama sakit pasien mengalami gangguan pada lipatan paha kaki kanannya, pasien mengatakan nyeri karena ada benjolan, nyeri seperti kram skala nyeri 4, nyeri terasa di lipatan paha kanan, nyeri muncul saat kaki bergerak. Pasien mengatakan cemas dalam menghadapi operasi, berdasarkanhasil pemeriksaan HRS-A diperoleh skore 28 termasuk dalam kategori kecemasan berat. Pola persepsi konsep diri, gambaran diri pasien menerima dengan keadaan sakit saat ini, ideal diri pasien ingin segera sembuh dan pulang ke rumah agar bisa melakukan aktivitas kembali, harga diri pasien tidak merasa rendah diri dengan penyakitnya, peran diri pasien seorang kepala rumah

52 40 tangga dan saat ini tidak mampu bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sedangkan identitas diri pasien berjenis kelamin laki dengan usia 68 tahun. Pola hubungan peran, pasien mengetakan sebelum sakit maupun selama sakit hubungan dengan keluarga, saudara, tetangga-tetangganya baik dan tidak ada masalah. Pola seksual reproduksi, pasien berusia 68 tahun sudah menikah dan mempunyai 3 anak. Pola mekanisme koping, pasien mengatakan untuk menghilangkan kepenatannya dengan beristirahat dan berkumpul bersama keluarga atau tetangga, apabila ada masalah selalu dibirakan dengan keluarga, jika ada anggota keluarganya yang sakit selalu diperiksakan kepuskesmas atau dokter. Pola nilai dan kenyakinan, pasien beragama islam menjalankan sholat 5 waktu, tetapi selama sakit klien hanya bisa sholat diatas tempat tidur dan menerima penyakitnya sebagai ujian dari Allah SWT. Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien lemas dengan kesadaran composmetis, tekanan darah 151/85 mmhg, nadi 88 x/menit teraba kuat dan irama cepat, respirasi 20 x/menit irama teratur, da suhu 36,8 oc. Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih. Rambut kuat, hitam, sedikit beruban, dan tidak ketombe. Hasil pemeriksaan mata, didapatkan data mata simetris kanan kiri, fungsi penglihatan baik, konjungtiva tidak anemis, dan sclera tidak ikterik. Hasil periksaan hidung, bersih, tidak ada polip, dan tidak terdapat secret. Mulut simetris, bersih, dan mukosa bibir lembab. Gigi sejajar dan bersih. Telingga simetris, tidak ada serumen, dan tidak mengalami

53 41 gangguan pendengaran. Hasil pemeriksaan leher tidak tedapat pembesaran tyroid. Pemeriksaan fisik paru, didapatkan hail inspeksi: bentuk dada simetris, palpasi: vocal fremitus kanan dan kiri sama, perkusi: sonor, auskultasi: suara vesikuler dan irama teratur. Pemeriksaan fisik jantung, didapatkan hasil inspeksi: icturs cordis tidak tampak, palpasi: ictus cordis teraba kuat di SIC V, perkusi: pekak, auskultasi: bunyi jantung I dan II sama, tidak ada suara tambahan, irama regular. Hasil pemeriksaan abdomen didapatkan inspeksi: perut simetris dan tidak ada jejas, auskeltasi: bising usus 20 x/menit, perkusi: redup di kuadran I dan tympai di kuadran 2,3,4, palpasi: terdapat nyeri tekan pada perut kanan bawah. Pemeriksaan genetalia, didapatkan hasil genetalia bersih dan tidak ada jejas.begitu juga pada rektum. Pemeriksaan ekstremitas bagian atas didapatkan hasil kekuatan otot tanga kanan dan kiri 5 (bergerak bebas), tangan kiri mampu bergerak bebas tetapi tangan kanan gerakan terbatas karena terpasang infuse RL 20 tpm, perubahan akral hangat, tidak ada oedema, dan capilary refill <2 detik. Pemeriksaan ekstremitas bagian bawah diperoleh hasil kekuatan otot kaki kiri 5 (bergerak bebas), kaki kanan kekuatan otot 3 (bergerak terbatas), perabaan akral hangat, capilary refill <2 detik Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 10 maret 2015 diperoleh hasil: GDS 96 mg/dl (nilai normal ), SGOT 35 u/l (nilai normal 0-25), SGPT 23 u/l (nilai normal 0-29), ureum 28 mg/dl (nilai normal 10-50),

54 42 keratin 1,21 mg/dl (nilai normal 0,5-1,3), hemoglobin 14,0 g/dl (nilai normal 13,5-17,5), gol darah O. Selama dirawat di Anggrek, pasien mendapatkan therapy infuse RL 20 tpm untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi, asering 20 tpm untuk pengobatan asidosis yang berhubungan dehidrasi dan kehilangan ion alkali dari tubuh, dan injeksi ranitidine 50 mg/12 jam untuk pengobatan tukak lambung dan duodenum akut, hipersekresi paska bedah, ketorolac 30 mg/8 jam untuk pengolahan nyeri kronis atau akut sedang dalam jangka panjang. C. Perumusan Diagnosa Keperawatan Berdasarkan data pengkajian dan observasi di atas, penulis melakukan analisa data dan merumuskan diagnosa keperawatan. Data subyektif pasien dikaji tentang karakteristik nyeri ditemukan P (provocate) adalah nyeri pada benjolan lipatan paha kanan, Q (quality) rasa seperti kram, R (regio) adalah pada lipatan paha kanan, S (skala) nyeri dirasakan sedang yaitu 4, T (time) dirasakan saat kaki bergerak. Data obyektif yang didapatkan data pada lipatan paha kanan ada benjolan, pasien tampak lemah dan tekanan darah 151/85 mmhg, nadi 88 x/menit. Data subyektif : pasien mengatakan sulit tidur dan tidur tidak nyeyak sering terbangun, sedangkan data obyektif yang diperoleh berdasarkan HARS diperoleh score 28 atau kecemasan berat, pasien tampak cemas dan tekanan darah 151/85 mmhg, nadi 88x/menit, suhu 36,8 o C. Data diatas tidak ada dipengkajian saya tambahan untuk memperkuat data.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN: 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) Silakan anda memberi tanda di kolom isi sesuai

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka. LAMPIRAN Kata Pengantar Melalui kuesioner ini, kami dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Derajat kecemasan pada siswa kelas XI SMA Santa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Nomor Responden : Nama Responden : Tanggal Pemeriksaan : Skor : 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = sedang 3 = berat

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Responden

Lembar Persetujuan Responden Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden Saya yang bernama Sri Lestari Mei Donna Siregar/ 1102334 adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara kongenital yang memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat mempunyai kontak paling lama dalam menangani persoalan pasien dan peran perawat dalam upaya penyembuhan pasien menjadi sangat penting. Seorang perawat dituntut

Lebih terperinci

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) 61 Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Nomor Responden : Nama Responden : Tanggal Pemeriksaan : Skor : 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = sedang 3 =

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. dapat dilewati (Sabiston, 1997: 228). Sedangkan pengertian hernia

BAB I KONSEP DASAR. dapat dilewati (Sabiston, 1997: 228). Sedangkan pengertian hernia 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Kata hernia pada hakekatnya berarti penonjolan suatu peritoneum, suata organ atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita dalam parietas muskuloaponeurotik

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN :

LAMPIRAN KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN : 11 LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN : 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety ( HRS-A) Silahkan Anda memberikan tanda di kolom isii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Terapeutik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Nomor Responden : Nama Responden : Tanggal Pemeriksaan : Skor : 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = sedang 3 = berat

Lebih terperinci

LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Lampiran 4 LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Kecemasan Klien Pre Operasi Dengan Gangguan Pola Tidur Di Ruang Kenanga RS. PELNI Jakarta Tahun 2010 Peneliti

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan a. HARS Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim :

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim : Lampiran I PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim : 462010066 Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Judul Penelitian : Pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap Kecemasan Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa Peneliti

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN Saya yang benama Eva Sartika Simbolon sedang menjalani Program Pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan. Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA Pengkajian dilakukan pada hari selasa tanggal 10 Juni 2014 pukul 14.00 WIB.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Defenisi Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN (Hernia Irreponibilis) Oleh:M. Syaiful Islam, S. Kep.

LAPORAN PENDAHULUAN (Hernia Irreponibilis) Oleh:M. Syaiful Islam, S. Kep. LAPORAN PENDAHULUAN (Hernia Irreponibilis) Oleh:M. Syaiful Islam, S. Kep. A. TINJAUAN TEORI 1. Pengertian Hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui lubang kongenital atau

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post Sectio Caesaria dengan indikasi Preeklamsia di Ruang Baitu Nisa RS Sultan Agung pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB I PENDAHULUAN. xiv xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan walaupun minor/mayor merupakan pengalaman yang sulit dan bisa menimbulkan kecemasan bagi hampir semua pasien dan keluarganya. Kecemasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Terapeutik 1. Pengertian Komunikasi Terapeutik Menurut Purwanto (2009), komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya

Lebih terperinci

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari 1. Definisi Kecemasan mengandung arti sesuatu yang tidak jelas dan berhubungan dengna perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya (stuart & sundeeen,1995). Kecemasan

Lebih terperinci

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN. akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN. akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Informasi Penelitian LEMBAR INFORMASI PENELITIAN Assalammu laikum Wr Wb Saya, Sitti Nursanti dari Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan Data Pengolahan data dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dan mutlak untuk dilakukan. Data yang terkumpul dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan merupakan bagian yang terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Jika seseorang sedang tidak dalam kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan merupakan bagian yang terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Jika seseorang sedang tidak dalam kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hernia adalah protrusi abnormal organ, jaringan, atau bagian organ melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001). Hernia adalah sebuah tonjolan atau

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KUESIONER PENELITIAN

UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN - LAMPIRAN SURAT DARI KAMPUS.. Lampiran 2 UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG

Lebih terperinci

BAB II RESUME KEPERAWATAN WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat:

BAB II RESUME KEPERAWATAN WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat: 11 BAB II RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 22 Januari 20007 jam 07.30 WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat: 1. Biodata. a. Identitas

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada, Yth, Calon Responden di Tempat. Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Nurul Maulidah NIM : 20120320079 Adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Tindakan operasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kecemasan Kecemasan merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan BAB III TINJAUAN KASUS Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan keperawatan pada Ny. F dengan diagnosa medis post sectio caesaria indikasi ketuban pecah dini di ruang Bougenville

Lebih terperinci

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut: A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian pada Ny. S dilakukan pada tanggal 11 Mei 2007 sedangkan pasien masuk RSU Dr. Kariadi tanggal 8 Mei 2007 1. Biodata Biodata pasien Ny. S, 25 tahun, jenis

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.K DENGAN POST OPERASI HERNIOTOMI DI RUANG ANGGREK RS PANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.K DENGAN POST OPERASI HERNIOTOMI DI RUANG ANGGREK RS PANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.K DENGAN POST OPERASI HERNIOTOMI DI RUANG ANGGREK RS PANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI s Disusun Oleh: LILIK RATRIANTO J 200 120 020 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Tanggal dilakukan pengkajian 14 Juni 2005 pada jam WIB.

BAB III TINJAUAN KASUS. Tanggal dilakukan pengkajian 14 Juni 2005 pada jam WIB. BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Tanggal dilakukan pengkajian 14 Juni 2005 pada jam 10.30 WIB. 1. Biodata a. Identitas Pasien Nama Klien Ny. S, umur 35 tahun, jenis kelamin perempuan, alamat Kalisegoro

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Judul : Tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Peneliti : Dedi Nim : 101121098 Alamat : Fakultas Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kazdin (2000) dalam American Psychological Association mengatakan kecemasan merupakan emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post BAB V PENUTUP Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post ovarektomi dextra atas indikasi kista ovarium yang merupakan hasil pengamatan langsung pada klien yang dirawat di ruang Bougenvile

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PNC. kelami

PENGKAJIAN PNC. kelami PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS I. PENGKAJIAN PASIEN ANSIETAS 1. DEFINISI Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu

Lebih terperinci

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

LEMBAR PENGANTAR RESPONDEN

LEMBAR PENGANTAR RESPONDEN KUESIONER LEMBAR PENGANTAR RESPONDEN Kepada: Yth. Bapak/Ibu/Saudara responden Dengan hormat, yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Setiyoningsih NIM : A11000647 Alamat : Ambalkumolo, 01/03, Buluspesantren,

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI Ibrahim N. Bolla ABSTRAK Tindakan pembedahan adalah suatu tindakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. BIODATA 1. Identitas Pasien. Nama Umur Jenis kelamin Suku/Bangsa Agama : An. F : 3 tahun : Perempuan : Jawa / Indonesia : Islam Status pernikahan : - Pekerjaan : - Alamat : Kedung

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April 2010 A. PENGKAJIAN 1. Identitas Pasien a. Biodata Pasien Nama : An. A Tanggal lahir : 21 Agustus 2009 Umur Jenis kelamin Suku Bangsa Agama

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Program DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Pengkajian dilakukan pada hari/ tanggal Selasa, 23 Juli 2012 pukul: 10.00 WIB dan Tempat : Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. Pengkaji

Lebih terperinci

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A. Asuhan Keperawatan kasus I. PENGKAJIAN Nama/Inisial : Tn. S Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 28 tahun Status perkawinan : Belum menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : - Alamat :Jl. Dusun I

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Dengan hormat, Sehubungan dengan penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI/Skripsi) salah satu tugas pada :

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Dengan hormat, Sehubungan dengan penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI/Skripsi) salah satu tugas pada : Lampiran I PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : RSJ. Direktur Soeharto Heerdjan Di Jakarta Dengan hormat, Sehubungan dengan penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI/Skripsi) salah satu tugas pada : Instusi

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN No.Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) I Hari pertama Senin/17 Juni 09.00-10.30 1. Mengkaji kemampuan secara fungsional

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada tanggal 9 April 2012 jam 08.00 WIB dengan hasil sebagai berikut : 1. Identitas Pasien Pasien bernama Ny. S, berumur 33 tahun, berjenis kelamin

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. 16 Februari dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

BAB III TINJAUAN KASUS. 16 Februari dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post SC di Ruang Fatimah RS Roemani dari tanggal 14 sampai dengan 16 Februari 2008. dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KASUS

BAB III ANALISA KASUS BAB III ANALISA KASUS 3.1 Pengkajian Umum No. Rekam Medis : 10659991 Ruang/Kamar : Flamboyan 3 Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2011 Diagnosa Medis : Febris Typhoid a. Identitas Pasien Nama : Nn. Sarifah Jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedah mulut merupakan salah satu bidang dalam ilmu kedokteran gigi. Dalam bidang kedokteran gigi gejala kecemasan sering ditemukan pada pasien tindakan pencabutan gigi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

SUMMARY ABSTRAK. Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Keluarga, Stroke

SUMMARY ABSTRAK. Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Keluarga, Stroke SUMMARY ABSTRAK Prily Apriliany S. Husain, 84140901. Gambaran Tingkat dalam Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei saboe Kota Gorontalo. Skripsi, Jurusan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL A. Pengertian Terapi murottal adalah rekaman suara Al-Qur an yang dilagukan oleh seorang qori (pembaca Al-Qur an), lantunan Al-Qur an secara fisik mengandung

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. keperawatan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. keperawatan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Dalam pembahasan ini penulis akan membahas tentang kasus yang diambil dengan judul Penerapan teknik relaksasi genggam jari pada asuhan keperawatan kecemasan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk mengurangi sesak nafas pada pasien asma di ruang IGD Rumah Sakit Roemani Semarang tanggal

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Bab ini penulis akan menerangkan proses keperawatan yang telah dilakukan

BAB III TINJAUAN KASUS. Bab ini penulis akan menerangkan proses keperawatan yang telah dilakukan BAB III TINJAUAN KASUS Bab ini penulis akan menerangkan proses keperawatan yang telah dilakukan pada klien Ny. H dengan nefrolithiasis selama 3 hari di R. Kutilang RSDK Semarang antara lain: A. PENGKAJIAN

Lebih terperinci

KONSEP TEORI. 1. Pengertian

KONSEP TEORI. 1. Pengertian KONSEP TEORI 1. Pengertian Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahterahaan lanjut

Lebih terperinci

BAB III RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

BAB III RESUME ASUHAN KEPERAWATAN BAB III RESUME ASUHAN KEPERAWATAN Pada bab ini penulis melakukan pengkajian pada tanggal 14 Mei 2007 jam 09.00 WIB dan memperoleh data 3 dari catatan keperawatan dan catatan medis, serta wawancara dengan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 17-20 Mei 2011, pukul 14.30 WIB, di ruang mawar RSUD Tugurejo Semarang. 1. Biodata a. Identitas pasien Pasien bernama Ny.

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. P DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANG KANTHIL RSUD KARANGANYAR

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. P DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANG KANTHIL RSUD KARANGANYAR STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. P DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANG KANTHIL RSUD KARANGANYAR DI SUSUN OLEH : DENI SETIOWATI NIM. P.09011 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

Informed Consent. kecemasan dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung.

Informed Consent. kecemasan dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung. Lampiran 1 Informed Consent Saya yang bernama Hanum Maftukha Ahda adalah mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Saat ini, saya sedang melakukan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post partum spontan di Ruang Baitu Nisa RS Sultan Agung Semarang pada tanggal 14 sampai dengan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU Lampiran FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA Identitas Pasien Nama : Tn.D Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 67 Tahun Status Perkawinan

Lebih terperinci

diafragma lembut melalui dinding abdomen yang lemah disekitar 4) Omfalokel : Protrusi visera intra abdominal kedasa korda umbilical

diafragma lembut melalui dinding abdomen yang lemah disekitar 4) Omfalokel : Protrusi visera intra abdominal kedasa korda umbilical II. Konsep Dasar Hernia A. Definisi Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan isi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS Tanggal pengkajian, 11 Maret 2010, jam 16.00. A. Biodata Pada saat dilakukan pengkajian pada Ny. R dari tanggal 11 Maret 2010 di ruang Fatimah, didapatkan data yaitu : umur 21 tahun,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post SC di Ruang Fatimah RS Roemani dari tanggal 14 sampai dengan 16 mei. dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 30 Maret 2011 dengan hasil. Jenis kelamin : Perempuan

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 30 Maret 2011 dengan hasil. Jenis kelamin : Perempuan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 30 Maret 2011 dengan hasil sebagai berikut : 1. Identitas klien Nama : Ny. S Umur : 49 Tahun Jenis kelamin : Perempuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam Bab ini akan dipaparkan metode atau cara untuk mendapatkan data penelitian. Metode penelitian terdiri dari tipe penelitian, variabel penelitian, definisi operasional

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG

BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan tempat pelayanan kesehatan secara bio,psiko,sosial dan spiritual dengan tetap harus memperhatikan pasien dengan kebutuhan khusus dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. A Jenis Kelamin : Laki - laki Umur : 50 tahun Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR

LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR Diajukan guna melengkapi tugas Komuda Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi cemas Cemas atau ansietas antara lain adalah reaksi emosional yang ditimbulkan oleh penyebab yang tidak pasti atau spesifik yang dapat menimbulkan perasaan

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal 17-07-2012 jam 10.00 WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG 1. Identitas Pasien Nama Nn. S, umur 25 tahun,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA OLEH : MEYRIA SINTANI NIM : 2012.C.04a.0314 YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia lima puluhan, lima puluh persen individu mengalami berbagai tipe

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr. KARIADI SEMARANG Disusun oleh : Hadi Winarso 1.1.20360 POLITEKNIK KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini penulis akan melaporkan asuhan keperawatan pada klien Ny. S. dengan mioma uteri di ruang B-3 Gynekologi RSP Kariadi Semarang. Adapun data yang di peroleh dari wawancara,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak merniliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : POST OP HERNIA INGUINALIS DI BANGSAL ANGGREK RSUD WONOGIRI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : POST OP HERNIA INGUINALIS DI BANGSAL ANGGREK RSUD WONOGIRI 1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : POST OP HERNIA INGUINALIS DI BANGSAL ANGGREK RSUD WONOGIRI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7-9 Agustus 2014 di Ruang Prabu Kresna

Lebih terperinci