Perbandingan Kinerja Routing Multi Copy Dan Routing First Contact Dengan Stationary Relay Node Pada Delay Tolerant Network (DTN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perbandingan Kinerja Routing Multi Copy Dan Routing First Contact Dengan Stationary Relay Node Pada Delay Tolerant Network (DTN)"

Transkripsi

1 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X Vol. 2, No. 7, Juli 218, hlm Perbandingan Kinerja Routing Multi Copy Dan Routing Dengan Stationary Relay Node Pada Delay Tolerant Network (DTN) Poltak G. Hutajulu 1, Widhi Yahya 2, Eko Sakti Pramukantoro 3 Program Studi Teknik Informatika, 1 hutajulupoltak@gmail.com, 2 widhiyahya@ub.ac.id, 3 ekosakti@ub.ac.id Abstrak Internet menjadi salah satu media penyaji dan pertukaran informasi yang paling banyak digunakan. Pertukaran informasi tersebut dapat diakses jika menggunakan konektivitas yang memadai. Beberapa tempat masih memiliki konektivitas yang rendah dan tidak memiliki konektivitas seperti daerah pendakian gunung Semeru, sehingga pertukaran informasi akan sulit diakses dikarenakan delay dan tingkat loss yang tinggi. Masalah tersebut diatasi dengan Delay Tolerant Network (DTN). DTN adalah sebuah konsep jaringan yang toleran terhadap delay dan koneksi yang terputus pada suatu jaringan. Pada penelitian ini menggunakan proses simulasi jaringan DTN pada The ONE simulator untuk membandingkan kinerja protokol routing DTN dengan penambahan Stationary Relay Node. Jenis routing yang digunakan adalah routing,,, ProPHET, dan Spray and Wait dengan skenario jalur pendakian Semeru. Hasil pengujian penelitian ini menunjukkan delivery probability tertinggi didapatkan sebesar,5388 dengan jumlah 2 node dan 15 Stationary Relay Node oleh routing Spray and Wait. Overhead ratio tertinggi yang didapatkan sebesar 6,7484 dengan jumlah 5 node dan 2 stationary relay node oleh routing Spray and. Routing sebelum dan sesudah penambahan Stationary Relay Node memiliki tingkat average latency yang lebih tinggi. Average latency terendah yang didapatkan sebesar 7491,971 dengan jumlah 2 node dan 15 Stationary Relay Node oleh routing. Kata kunci: Delay Tolerant Network, Stationary Relay Node,,,, ProPHET, Spray and Wait, delivery probability, overhead ratio, average latency. Abstract Internet has become the most widely used as media presentations and information exchange. The information exchange can be accessed by using adequate connectivity. Some places still have low connectivity and some place do not have connectivity like Semeru mountain climbing areas, because of that the exchange of information will be difficult to access due to high delay and loss rate. The problem can be solved with Delay Tolerant Network (DTN). DTN is a network concept that is tolerant of delay and disconnected connections on a network. In this study using DTN network simulation process on The ONE simulator to compare the performance of DTN routing protocol with the addition of Stationary Relay Node. Routing types used are routing,,, ProPHET, and Spray and Wait with Semeru climbing scenarios. The results of this research show that the highest delivery probability is,5388 with 2 node and 15 Stationary Relay Node by Spray and Wait routing. The highest overhead ratio is with 5 nodes and 2 stationary relay nodes by Spray and routing. Routing before and after the addition of Stationary Relay Node has a higher average latency rate. The lowest average latency is 7491,971 with 2 nodes and 15 Stationary Relay Nodes by routing. Keywords: Delay Tolerant Network, Stationary Relay Node,,,, ProPHET, Spray and Wait, delivery probability, overhead ratio, average latency. informasi yang paling banyak digunakan. 1. PENDAHULUAN Pertukaran informasi tersebut berjalan dalam Saat ini pertukaran informasi merupakan hal jaringan komputer global atau internet. yang utama dalam era modern. Internet menjadi Pertukaran informasi tersebut dapat diakses jika salah satu media penyaji dan pertukaran menggunakan konektivitas yang memadai. Saat ini masih ada beberapa tempat yang memiliki Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya 2513

2 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2514 konektivitas yang rendah dan ada juga yang tidak memiliki konektivitas sehingga pertukaran informasi akan sulit diakses dikarenakan delay yang panjang dan tingkat loss yang tinggi. Kini masalah tersebut dapat diatasi dengan arsitektur dan protokol jaringan yang dinamakan Delay Tolerant Network (DTN). Delay Tolerant Network (DTN) adalah teknologi dengan konsep jaringan yang memiliki komunikasi dan mampu dibentuk dengan jaringan yang terputus-putus dikarenakan node yang selalu bergerak (Muis, dkk, 213). Dalam perkembangannya, algoritma routing semakin dikembangkan untuk mendapatkan kinerja yang lebih baik. Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang melakukan penelitian peningkatan performasi pada algoritma routing. Penelitian pertama ialah penelitian yang dilakukan oleh Yovita dan Restu (216). Pada penelitian tersebut dilakukan peningkatan performasi routing dengan penambahan Stationary Relay Node. Stationary Relay Node bertindak sebagai node relay yang memiliki kemampuan untuk meneruskan pengiriman paket ke node yang lain. Stationary Relay Node akan meningkatkan jaminan sebuah node akan bertemu dengan node lainnya sebagai relay atau media transfer berikutnya menuju ke tujuan. Pada penelitian routing dengan Stationary Relay Node meningkatkan delivery probability, nilai overhead ratio dan average latency. Penelitian kedua ialah penelitian yang dilakukan oleh Soares V.N.G.J., Farahmand F., dan Rodrigues J.J.P.C.(29), yang berjudul Improving Vehicular Delay Tolerant Network Performance with Relay Node. Pada penelitian tersebut didapatkan juga hasil dengan penambahan relay node akan meningkatkan performansi. Penelitian kali ini akan dilakukan perbandingan kinerja routing Multi Copy dan routing dengan Stationary Relay Node pada Delay Tolerant Network. Penelitian akan disimulasikan pada peta jalur pendakian Semeru. Alasan mengunakan peta simulasi di jalur pendakian Semeru adalah yang pertama karena jalur pendakian Semeru merupakan jalur pendakian yang masih memiliki konektivitas yang rendah,yang kedua seringnya para pendaki tersesat karena tidak bisa berkomunikasi dengan yang lainnya, dan yang ketiga karena jalur pendakian Semeru memiliki jalur sehingga memenuhi syarat penggunaan stationary relay node. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan kinerja routing Multi Copy dan dengan penambahan Stationary Relay Node pada peta jalu pendakian gunung Semeru. Untuk kedua routing akan dianalisis nilai delivery probality, overhead ratio, dan average latency sebelum dan sesudah penambahan Stationary Relay Node. Hasil yang didapatkan pada Multi Copy akan dibandikan dengan hasil yang didapatkan pada First Contact. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan jenis routing yang lebih optimal kinerjanya. Untuk melakukan pengujian akan digunakan The ONE Simulator sebagai media pengujian. 2. LANDASAN KEPUSTAKAAN 2.1. Delay Tolerant Network (DTN) Delay Tolerant Network adalah sebuah konsep jaringan jarak jauh yang memiliki waktu tunda yang lama dengan koneksi yang selalu berubah-ubah Prokol utama yang digunakan pada DTN adalah lapisan bundle. Bundle merupakan sebuah unit dasar yang berupa variable dan signal untuk melintasi jaringan DTN (Siswanti, 213). Lapisan bundle berfungsi untuk menyimpan dan meneruskan sebagian atau semua bundle diantara node. Lapisan bundle melewati semua jaringan yang ada pada region, berbeda dengan lapisan internet. Gambar 1 akan menunjukkan perbedaan letak antara lapisan internet dengan lapisan DTN. Gambar 1. Lapisan Internet dan lapisan DTN Sumber: Siswanti (213) Metode yang digunakan dalam mentransmisikan paket node ke node disebut metode store and forward. Pada DTN sistem pengiriman dari node ke node dengan meneruskan pesan sampai ketujuan setelah melewati rute pada jaringan local (Warthman, 23, dalam jurnal Siswanti, 213). Gambar 2 menunjukkan metode store and forward.

3 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2515 Gambar 2. Metode Store and forward Sumber: Siswanti 213 Setiap node yang ada pada DTN akan memiliki penyimpanan, penyimpanan tersebut dinamakan store. Setiap paket data yang akan dikirimkan terlebih dahulu akan disimpan pada store. Ketika node dengan node saling bertemu maka data tersebut akan diforward Routing Multi Copy Routing Routing adalah routing yang bersifat flooding-based forwarding, setiap node akan terus menerus mengirimkan pesan ke node yang baru ditemukan yang belum memiliki salinan pesan hingga TTL berakhir. Semua pesan akan tersebar keseluruh jaringan hingga sampai ke node tujuan. Routing dapat memastikan database tetap terdistribusi dan tetap disinkronkan (Widhiyanto, 216). Routing dapat melakukan penyebaran salinan cepat ke dalam jaringan sehingga dapat menghasilkan waktu pengiriman yang optimal namun jaringan akan kebanjiran salinan pesan dan menyebabkan kemacetan jaringan (Widhiyanto, 216). penghapusan buffer pada ruang yang rendah. Pada terdapat adaptive threshold yang berperan untuk memprioritaskan paket yang baru dan meningkatkan kinerja jalur berdasarkan routing. menunjukkan performanya baik dilingkungan bervariasi dengan DTN. Protokol menggunakan beberapa mekanisme untuk meningkatkan delivery rate dan lower latency dari paket yang dikirimkan. Protokol juga menggunakan beberapa mekanisme untuk menentukan urutan paket yang akan ditransmisikan dan dihapus. Protokol memiliki daftar paket yang harus dikirimkan yang diurutkan berdasrkan cost pada setiap tujuan. Cost yang dimaksud adalah perkiraan kemungkinan pengiriman pesan ke node. memprioritaskan pengiriman paket yang baru dan melakukan pencegahan menerima paket yang sama dua kali Routing Spray and Wait Spray and Wait memiliki dua tahap metode, yaitu tahap Spray dan Wait. Pada tahap Spray node sumber akan meneruskan salinan pesan ke node yang pertama. Selanjutnya, masuk ke tahap Wait untuk melakukan konfirmasi pengiriman. Pada tahap Wait semua node akan menunggu untuk bertemu secara langsung dengan node tujuan.(wahanani, dkk, 215). Strategi replikasi pesan pada routing Spray and Wait sama dengan penyebaran pesan yang terjadi dirouting. Gambar 4 bagian (a) menunjukkan fase Spray yaitu pesan yang dihasilkan oleh sumber salinan pesan L akan didistribusikan ke L relay yang berbeda. Jika pesan yang didistribusikan belum sampai ketujuan maka pesan akan direlay lagi ketetangga terdekat sampai masuk ke fase wait. Gambar 4 bagian (b) menunjukkan fase wait, parameter L dipilih tergantung kepadatan jaringan dan waktu rata-rata yang diinginkan. Pada fase wait pesan akan langsung direlay ketujuan pengiriman (Alaoui, dkk, 215). Gambar 3. Skema Cara Kerja Routing Sumber: Widhiyanto (216) Routing merupakan protokol routing yang efektif untuk penyebaran DTN secara nyata. menyatukan penjadwalan paket untuk ditransmisikan ke node lain dan berperan dalam Gambar 4. Skema kerja Routing Spray And Wait

4 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Routing ProPHET Protokol routing ProPHET (Probabilistic Routing Protokol using History of Encounters and Transitivity) merupakan protokol yang dapat memprediksi probabilitas node akan bertemu kembali. Protokol ini probabilistiknya berdasarkan metrik probabilitas bertemu dengan node dan transitivity-nya. Untuk transitivity, node akan berubah menjadi relay untuk menyampaikan pesan untuk node lain (Oria, dkk, 23, dalam skripsi Putra, 216). Routing ProPHET merupakan evolusi dari routing yang memperkenalkan konsep prediktabilitas pengiriman. Asumsi dasar ProPHET adalah mobilitas node tidak sepenuhnya secara acak, namun memiliki sejumlah sifat deterministic mengulangi pola penyampaian pesan misalnya dalam ProPHET kemungkinan node telah bertemu dan mengunjungi beberapa lokasi dalam beberapa waktu. Perbedaan mendasar rotuing ProPHET dengan routing adalah strategi penyampaiannya. Ketika dua node bertemu, ProPHET mengizinkan pengalihan pesan ke node yang lain jika prediktabilitas pengiriman tujuan pesan lebih tinggi pada node yang lainnya (Mehta dan Shah, 216) Routing Routing first contact merupakan algoritma routing yang sederhana, sehingga algoritma ini tidak dilengkapi dengan komputasi yang tinggi. Routing first contact dapat memberikan delivery probability yang tinggi (Mangrulkar, 212, dalam jurnal Yovita dan Restu, 216). Routing termasuk kedalam mekanisme routing Single Copy, satu node hanya mengirim paket ke yang lain didekatnya. Strategi pengiriman pesan pada routing First Contact, satu node akan mengirimkan pesan ke node yang lain yang terhubung dengannya secara acak. Jika tidak ada node bisa mengakses, node akan menyimpan data dan meneruskannya sampai muncul koneksi. Namun, node ini tidak akan langsung mendrop pesan yang ditransfer, tetapi akan mendrop data paling awal saat penyimpanan penuh (Wang, dkk.) Stationary Relay Node Stationary Relay Node bertindak sebagai node relay yang memiliki kemampuan untuk meneruskan pengiriman paket ke node lainnya. Stationary Relay Node akan meningkatkan jaminan bawa sebuah node akan bertemu dengan node lainnya sebagai relay atau media transfer berikutnya menuju tujuan (Yovita & Restu, 216). Stationary Relay Node adalah perangkat stationer yang berada pada tempat yang ditentukan dengan kemampuan store-andforward. Penggunaan relay node harus menciptakan jumlah yang lebih banyak kesempatan konektivitas dan meningkatkan kinerja (Soares, dkk, 29). 3. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam melakukan penilitian, dengan beberapa tahapan yang digambarkan pada gambar 5 diagram alir penilitian Gambar 5. Diagram Alir Penelitian 3.1. Studi Literatur Studi literatur merupakan penjelasan tentang beberapa paper yang terkait dengan penilitian ini, teori pendukung yang diperoleh dari jurnal, makalah ilmiah, dan beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan penulisan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Studi literatur yang ada pada penilitian ini yaitu mengenai protokol routing delay tolerant network (DTN) Multi copy,, Stationary Relay Node dan alat simulasi ONE Simulator Rancangan Skenario Pengujian Pada tahap ini menjelaskan gambaran umum tentang bagaimana rancangan skenario pengujian yang akan dibangun. Peta yang

5 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2517 digunakan adalah peta jalur pendakian Semeru dengan skenario pergerakan node mengikuti jalur pada peta. Stationary Relay Node akan diletakkan statis secara acak sesuai dengan skenario jumlah stationary relay node. Node akan bergerak mengikuti jalur pada peta Pengujian Dari rancangan skenario yang telah dibuat, maka pengujian dalam penelitian ini akan menggunakan The Opportunistic Network Environtment(ONE) simulator untuk mendapatkan hasil dan data yang akan dianalisis dalam pengambilan kesimpulan pada akhir penelitian 3.4. Pengumpulan dan Pengambilan Data Data yang diambil dan dikumpulkan dilakukan saat pengujian telah selesai dilakukan sehingga mendapatkan data dari hasil pengujian yang telah dilakukan pada simulator. Kemudian hasil dari pengujian pada simulator akan di masukkan kedalam table data yang akan diubah menjadi data statistic sehingga dapat dilakukan analisis data Analisis Bagian analisis menjelaskan tentang perbandingan dari model routing yang telah diuji sehingga didapatkan hasil protokol routing yang terbaik dari perbandingan kinerja dalam pengiriman data Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, akan dapat dilakukan penarikan kesimpulan terhadap kinerja setiap masing masing protokol routing Multi Copy dan First Contact dengan penambahan Stationary Relay Node. 4. PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN 4.1. Parameter Simulasi Pada penelitian ini menggunakan paramater yang bersifat tetap. Paramater ini akan digunakan dengan nilai yang sama untuk setiap simulasi yang berbeda. Berikut adalah parameter parameter tersebut: Parameter Lokasi Penelitian Panjang Rute Tabel 1. Paramater Simulasi Skenario Jalur pendakian Semeru 17,5 KM Protokol Routing Jumlah Node Kecepatan Node Ukuran Buffer Ukuran Buffer stationary relay node Ukuran Paket Kecepatan pengiriman data Waktu Simulasi Cakupan area node Model Mobilitas 4.2.Skenario Simulasi Multi copy dan First Contact 5, 1, dan 2 node,83-1,38 m/s 5 MB 1 GB 5 kb 1 MB 25 kbps 54 detik 1 m Shortest Path Map based Movement, Stationary Movement Pengujian pada penelitian ini akan dilakukan dengan beberapa parameter umum sesuai dengan parameter tetap pada Tabel 1. Berikut ini adalah tambahan kondisi pengujian berdasarkan skenario yang dibuat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Skenario Simulasi No. Skenario Penjelasan 1 Skenario 1 Simulasi tanpa Stationary Relay Node 2 Skenario 2 Simulasi dengan Stationary Relay Node dengan jumlah Stationary Relay Node 5 3 Skenario 3 Simulasi dengan Stationary Relay Node dengan jumlah Stationary Relay Node 1 4 Skenario 4 Simulasi dengan Stationary Relay Node dengan jumlah Stationary Relay Node HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Delivery Probability Delivery probability adalah rasio jumlah total pesan yang dikirim ke tempat tujuan dengan jumlah total pesan yang dibuat disumber node. Delivery Probability = D G D merupakan total pesan yang sampai ketujuan dan G merupakan total pesan yang dibuat (Mehto, A., dan Chawla, M., 213).

6 DELIVERY PROBABILITY DELIVERY PROBABILITY DELIVERY PROBABLITY Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2518,4,3,2,1 Gambar 6. Delivery Probability dengan 5 node,5,4,3,2,1, DELIVERY PROBABILITY Gambar 7. Delivery Probability dengan 1 node,6,4,2 D ELIV ERY P R O B ABILIT Y D E L I V E R Y P R O B A B I L I T Y Gambar 8. Delivery Probability dengan 2 node Berikut adalah penjelasan dari grafik berdasarkan jumlah Stationary Relay Node terhadap jenis jenis routing dengan parameter delivery probability : 1. Routing Dari grafik gambar 6, 7, dan 8 menunjukkan terjadi kenaikan delivery probability dengan menggunakan Stationary Relay Node dibandingkan tanpa menggunakan Stationary Relay Node. Hal ini disebabkan Stationary Relay Node memberi jaminan untuk setiap node saling bertemu. Delivery probability tertinggi untuk routing sebesar,1678 dengan jumlah 2 node dan 15 Stationary Relay Node. 2. Routing Dari grafik gambar 6, 7, dan 8 untuk routing menunjukkan terjadi kenaikan delivery probability dengan menggunakan Stationary Relay Node. Jumlah pesan yang tersampaikan dengan routing lebih banyak dibandingkan dengan routing epidemic. Hal tersebut bisa terjadi karena pada routing setiap pesan akan menukar pesan secara bolak balik dan hanya menerima pesan jika pesan tersebut belum melewatinya sebelumnya. Delivery probability tertinggi untuk routing First Contact sebesar,2257 dengan jumlah 2 node dan 15 Stationary Relay Node. 3. Routing Dari grafik gambar 6, 7, dan 8 untuk routing menunjukkan terjadi kenaikan delivery probability dengan menggunakan Stationary Relay Node. Routing dalam mengirim pesan mengurutkan pesan berdasarkan nilai costnya. Delivery probability tertinggi untuk routing sebesar,1224 dengan jumlah 2 node dan 15 Stationary Relay Node 4. Routing ProPHET Dari grafik gambar 6, 7, dan 8 untuk routing ProPHET menunjukkan terjadi kenaikan delivery probability dengan menggunakan Stationary Relay Node. Delivery probabality tertinggi sebesar,116 dengan jumlah 1 node dan 15 Stationary Relay Node. Pada saat jumlah Stationary Relay Node 5, 1, dan 15 dengan 2 node akan mengalami penurunan delivery probability serta penurunan jumlah pesan yang sampai ketujuan. yang terbatas. 5. Routing Spray and Wait Dari grafik gambar 6, 7, dan 8 untuk routing Spray and Wait menunjukkan terjadi kenaikan delivery probability dengan menggunakan Stationary Relay Node. Jumlah pesan yang terkirim lebih banyak dibandingkan dengan routing, routing, routing, dan

7 OVERHEAD RATIO OVERHEAD RATIO OVERHEAD RATIO Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2519 routing ProPHET.. Delivery probability tertinggi untuk routing Spray and Wait sebesar,5388 dengan jumlah 2 node dan 15 Stationary Relay Node Overhead Ratio Overhead ratio merupakan perbandingan antara jumlah seluruh salinan pesan dengan jumlah pesan yang dibuat. Jika nilai overhead ratio bernilai rendah dapat dipastikan protokol routing sangat baik dalam pengiriman pesan karena tidak terlalu membebani jaringan. Overhead Ratio = R D D D merupakan jumlah pesan yang yang diteruskan oleh node relay, dan R adalah jumlah pesan yang dikirimkan ke tempat tujuan (Mehto, A., dan Chawla, M., 213) Gambar 9. Overhead Ratio dengan 5 node O V ERH EAD RATIO O V ERH EAD RATIO Gambar 1. Overhead Ratio dengan 1 node 6, 4, 2,, O V ERH EAD RATIO Gambar 11. Overhead Ratio dengan 2 node Berikut adalah penjelasan dari grafik berdasarkan jumlah Stationary Relay Node terhadap jenis jenis routing dengan parameter overhead ratio : 1. Routing Grafik gambar 9, 1, dan 11 menunjukkan terjadi kenaikan overhead ratio pada routing dengan menggunakan Stationary Relay Node dibandingkan tanpa menggunakan Stationary Relay Node. Pada routing dengan tambahan relay node akan membebani jaringan yang disebabkan oleh banyak salinan pesan pada setiap node dan juga pada Stationary Relay Node.. Overhead ratio tertinggi untuk routing sebesar 457,5277 dengan jumlah 2 node dan 15 Stationary Relay Node. 2. Routing Grafik gambar 9, 1, dan 11 menunjukkan terjadi kenaikan overhead ratio pada routing dengan menggunakan Stationary Relay Node dibandingkan tanpa terjadi karena jumlah node yang ada lebih banyak sehingga salinan pesan yang sampai akan semakin banyak ketujuan Overhead ratio tertinggi untuk routing sebesar 136,2518 dengan jumlah 2 node dan 15 Stationary Relay Node. 3. Routing Grafik gambar 9, 1, dan 11 menunjukkan terjadi kenaikan overhead ratio pada routing dengan menggunakan Stationary Relay Node dibandingkan tanpa menggunakan Stationary Relay Node.

8 AVERAGE LATENCY AVERAGE LATENCY Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 252 Kenaikan overhead ratio yang terjadi dikarenakan sifat pengiriman data pada routing lebih memprioritaskan pengiriman pesan yang baru untuk dikirimkan terlebih dahulu dan mencegah pesan yang sama dua kalu sehingga tidak terlalu banyak pesan yang terrelay. Overhead ratio tertinggi untuk routing sebesar 31,971 dengan jumlah 2 node dan 15 Stationary Relay Node. 4. Routing ProPHET Grafik gambar 9, 1, dan 11 menunjukkan terjadi kenaikan overhead ratio pada routing ProPHET dengan menggunakan Stationary Relay Node dibandingkan tanpa terjadi karena pada routing ProPHET banyaknya relay yang terjadi sehingga pesan yang dibawa cendurung cepat menua sehingga banyak pesan yang dihapus. Overhead ratio tertinggi untuk routing ProPHET sebesar 484,3593 dengan jumlah 2 node dan 15 Stationary Relay Node. 5. Routing Spray and Wait Grafik gambar 9, 1, dan 11 menunjukkan terjadi kenaikan overhead ratio pada Spray and Wait dengan menggunakan Stationary Relay Node dibandingkan tanpa terjadi karena routing Spray and Wait lebih efektif dalam pengiriman pesan sampai ketujuan sehingga overhead ratio yang terjadi bersifat konstan dan tidak terlalu besar peningkatannya meskipun tanpa dan dengan Stationary Relay Node. Overhead ratio tertinggi untuk routing Spray and Wait sebesar 7,685 dengan jumlah 2 node dan 15 Stationary Relay Node Average Latency Yang dimaksud dengan Average Latency adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh semua pesan untuk disampaikan dari sumber ke tujuan (Mehto, A., dan Chawla, M., 213). AV ERAGE L ATENCY Gambar 12. Average Latency dengan 5 node AV ERAGE L ATENCY Gambar 13. Average Latency dengan 1 node

9 AVERAGE LATENCY Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer AV ERAGE L ATENCY AVERAGE LATENCY Gambar 14. Average Latency dengan 2 node Berikut adalah penjelasan dari grafik berdasarkan jumlah Stationary Relay Node terhadap jenis jenis routing dengan parameter average latency : 1. Routing Grafik gambar 12, 13, dan 14 menunjukkan terjadi kenaikan average latency pada routing dengan menggunakan Stationary Relay Node dibandingkan tanpa disebabkan Stationary Relay Node dengan jumlah yang banyak menyebabkan waktu yang lama untuk saling betukar pesan dan semakin banyak terjadi relay. Average latency tertinggi untuk routing sebesar 7176,786 dengan jumlah 2 node dan 1 Stationary Relay Node. 2. Routing Grafik gambar 12, 13, dan 14 menunjukkan terjadi kenaikan average latency pada routing dengan menggunakan Stationary Relay Node dibandingkan tanpa terjadi karena banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk saling bertukar pesan hingga sampai ketujuan dan terjadi banyak relay. Average Latency tertinggi untuk routing sebesar 5688,6398 dengan jumlah 2 node dan 5 Stationary Relay Node. 3. Routing Grafik gambar 12, 13, dan 14 menunjukkan terjadi kenaikan average latency pada routing dengan menggunakan Stationary Relay Node dibandingkan tanpa menggunakan Stationary Relay Node. Kenaikan average letency yang terjadi tidak signifikan dikarenakan pada routing dilengkapi mekanisme lower latency sehingga latency yang didapat dominan tidak terlalu besar. Average latency tertinggi untuk routing sebesar 7491,971 dengan jumlah 2 node dan 15 Stationary Relay Node. 4. Routing ProPHET Grafik gambar 12, 13, dan 14 menunjukkan terjadi kenaikan average latency pada routing ProPHET dengan menggunakan Stationary Relay Node dibandingkan tanpa terjadi karena pada routing ProPHET dapat memprediksi node akan bertemu kembali. Average latency tertinggi untuk routing ProPHET sebesar 6364,6477 dengan jumlah 2 node dan 1 Stationary Relay Node. 5. Routing Spray and Wait Grafik gambar 12, 13, dan 14 menunjukkan terjadi kenaikan average latency pada Spray and Wait dengan menggunakan Stationary Relay Node dibandingkan tanpa disebabkan Stationary Relay Node dengan jumlah yang banyak menyebabkan waktu yang lama untuk saling betukar pesan dan semakin banyak terjadi relay. Average latency tertinggi untuk routing Spray and Wait sebesar 6119,377 dengan jumlah 2 node dan 1 Stationary Relay Node. 6. KESIMPULAN 1. Delivery probability yang dihasilkan oleh protokol routing Spray and Wait tertinggi dari pada routing yang lain. Setelah penambahan stationary relay node dengan jumlah Stationary Relay Node 5, 1, dan 15 mengalami kenaikan delivery probability

10 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2522 sehingga jumlah pesan yang terkirim sampai ke node tujuan terkirim lebih banyak daripada protokol routing, First Contact,, dan ProPHET. Delivery probability tertinggi yang didapatkan sebesar,5388 dengan jumlah 2 node dan 15 Stationary Relay Node oleh routing Spray and Wait. 2. Spray and Wait mendapatkan hasil overhead ratio yang sangat tinggi sehingga lebih efektif dalam penyampaian pesan ke ketujuan serta tidak membutuhkan penyimpanan yang lebih banyak dan tidak membebani jaringan dibandingkan menggunakan protokol routing,,, dan ProPHET. Overhead ratio tertinggi yang didapatkan sebesar 6,7484 dengan jumlah 5 node dan 2 Stationary Relay Node oleh routing Spray and Wait 3. Routing sebelum dan sesudah penambahan Stationary Relay Node memiliki tingkat average latency yang lebih tinggi dibanding dengan routing,routing, routing PROPHET dan routing Spray and Wait. Semakin banyak node yang bergerak dan semakin banyak stationary relay node akan menambah average latency. Average latency terendah yang didapatkan sebesar 7491,971 dengan jumkah 2 node dan 15 Stationary Relay Node oleh routing. 7. DAFTAR PUSTAKA Alaoui, E.A.A., Agoujil, S., Hajar, M., Qaraai, Y., 215. The Performance od DTN Routing Protocols: A Comparative Study. WSEAS TRANSACTIONS on COMMUNICATIONS. Vol. 14, E-ISSN: Mehta, N., Shah, M., 216. Human Mobility Based Spray and Wait: Efficient Routing Protocol for Pocket Switched Networks. Internasional Journal of Future Generation Communication and Networking. Vol.9, No. 1, pp Mehto, A., Chawla, M., 213. Comparing Delay Tolerant Network Routing Protocols for Optimizing L-Copies in Spray and WaitRouting for Minimum Delay. Conferense on Advances in Communication and Control Systems 213 (CAC2S 213). Muis, A., Niswar, M., Ilham, A.A., 213. Optimisasi kinerja manajemen buffer pada jaringan Delay Tolerant Network (DTN) untuk jenis routing Multycopy. Program Pascasarjana UNHAS. Putra, P.A., 216. Analisis energi protokol ProPHET di jaringan Oportunistik. S1. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Siswanti, S.D., 213. Pengembangan sistem aplikasi pengiriman data daerah terpencil berbasis Delay Tolerant Network. Vol. 8, No. 2. Wahanani, H.E., Suartana, I.M., Adityawati, D., 215. Analisa kinerja protokol routing Delay Tolerant Network (DTN) untuk transportasi publik. UPN Vetaran Jawa Timur. Wang, H., Liu, X., Hu, X., Liu, Q. The Mobile Scenario Influence on DTN Routing. School of Software Beihang University Beijing 1191, China. School of Telecommunications Engineering with Management Beijing University of Posts and Telecommunications Beijing, China. Widhiyanto, A., 216. Analisis unjuk kerja protokol routing RAPID di Jaringan Oportunistik. S1. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Yovita, L.V., Restu, J.N., 216. Analisis performansi algoritma routing First Contact dengan Stationary Relay Node pada Delay Tolerant Network. Vol. 4, No. 2:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini komunikasi menggunakan perangkat cerdas seperti smartphone, tablet, dan laptop telah menjadi sebuah kebutuhan pokok bagi semua orang. Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

Perbandingan Performansi Protokol Routing Epidemic dan Maxprop Berdasarkan Mobilitas Node pada Delay Tolerant Network

Perbandingan Performansi Protokol Routing Epidemic dan Maxprop Berdasarkan Mobilitas Node pada Delay Tolerant Network Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 8, Agustus 2018, hlm. 2682-2691 http://j-ptiik.ub.ac.id Perbandingan Performansi Protokol Routing Epidemic dan Maxprop

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem komunikasi memiliki dampak yang besar terhadap efisiensi dan kemudahan pengguna pada sistem transportasi, diantaranya memeberikan informasi seperti kondisi cuaca,

Lebih terperinci

Perbandingan Kinerja Pengiriman Data Skema Routing Single-Copy dan Multi-Copy pada Jaringan Delay Tolerant Network (DTN)

Perbandingan Kinerja Pengiriman Data Skema Routing Single-Copy dan Multi-Copy pada Jaringan Delay Tolerant Network (DTN) Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 8, Agustus 2018, hlm. 2672-2681 http://j-ptiik.ub.ac.id Perbandingan Kinerja Pengiriman Data Skema Routing Single-Copy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mendapatkan layanan yang maksimal, maka suatu jaringan TCP/IP harus memiliki end-to-end path antara pengirim dan penerima pesan, round-trip time antar node yang

Lebih terperinci

Analisis Performansi Algoritma Routing First Contact dengan Stationary Relay Node pada Delay Tolerant Network

Analisis Performansi Algoritma Routing First Contact dengan Stationary Relay Node pada Delay Tolerant Network Jurnal ELKOMIKA Vol. 4 No. 2 Halaman 123-133 ISSN (p): 2338-8323 Juli - Desember 2016 ISSN (e): 2459-9638 Analisis Performansi Algoritma Routing First Contact dengan Stationary Relay Node pada Delay Tolerant

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Delay-Tolerant Network Delay-Tolerant Network (DTN) adalah sebuah jaringan regional yang meng-overlay jaringan regional lainnya, termasuk jaringan internet. DTN mendukung interoperabilitas

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Protokol Routing pada Arsitektur Delay Tolerant Network Terhadap Beberapa Pola Pergerakan

Analisis Kinerja Protokol Routing pada Arsitektur Delay Tolerant Network Terhadap Beberapa Pola Pergerakan Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 8, Agustus 2018, hlm. 2518-2526 http://j-ptiik.ub.ac.id Analisis Kinerja Routing pada Arsitektur Delay Tolerant Network

Lebih terperinci

Analisis Performansi ProPHETv2 Routing Berbasis Vehicular Delay-Tolerant Network pada Daerah Rural

Analisis Performansi ProPHETv2 Routing Berbasis Vehicular Delay-Tolerant Network pada Daerah Rural Analisis Performansi v2 Routing Berbasis Vehicular Delay-Tolerant Network pada Daerah Rural Gumilar Hadi Prabowo 1, Rendy Munadi 2, Leanna Vidya Yovita 3 S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro,

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI MODIFIKASI BINARY SPRAY AND WAIT MENGGUNAKAN PROPHET PADA DTN

ANALISIS PERFORMANSI MODIFIKASI BINARY SPRAY AND WAIT MENGGUNAKAN PROPHET PADA DTN Vol: 6, No. 3, November 217 ISSN: 232-2949 ANALISIS PERFORMANSI MODIFIKASI BINARY SPRAY AND WAIT MENGGUNAKAN PROPHET PADA DTN Bima Adhiguna *, Tody Ariefianto Wibowo, Leanna Vidya Yovita Program Studi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Deskripsi Umum Sistem Pada penelitian ini, akan dilakukan pengembangan algoritma routing Spray and Wait pada Delay-Tolerant Network (DTN) dengan menambahkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI ROUTER MAXPROP PADA VEHICULAR AD HOC NETWORK BERBASIS DELAY TOLERANT NETWORK

ANALISIS PERFORMANSI ROUTER MAXPROP PADA VEHICULAR AD HOC NETWORK BERBASIS DELAY TOLERANT NETWORK ANALISIS PERFORMANSI ROUTER MAXPROP PADA VEHICULAR AD HOC NETWORK BERBASIS DELAY TOLERANT NETWORK PERFORMANCE ANALYSIS OF MAXPROP ROUTER ON VEHICULAR AD HOC NETWORK BASED DELAY TOLERANT NETWORK Yasir Ahmad

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Metode Routing Spray and Wait dengan Prophet untuk Daerah Terpencil

Analisis Perbandingan Metode Routing Spray and Wait dengan Prophet untuk Daerah Terpencil Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 4, April 2018, hlm. 1709-1717 http://j-ptiik.ub.ac.id Analisis Perbandingan Metode Routing Spray and Wait dengan

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL SPRAY AND FOCUS DI JARINGAN OPPORTUNUSTIC

ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL SPRAY AND FOCUS DI JARINGAN OPPORTUNUSTIC ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL SPRAY AND FOCUS DI JARINGAN OPPORTUNUSTIC SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika DISUSUN OLEH

Lebih terperinci

BAB 1 PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan internet berbasis TCP/IP saat ini mendukung komunikasi end-to-end dengan fixed path antar peers yang tersedia [8], koneksi yang selalu tersedia dan maksimum

Lebih terperinci

Analisis Pengiriman Data Di Daerah Terpencil Menggunakan Dua Node Bergerak Berbasis Delay Tolerant Network (DTN) Dengan Algoritme Flooding

Analisis Pengiriman Data Di Daerah Terpencil Menggunakan Dua Node Bergerak Berbasis Delay Tolerant Network (DTN) Dengan Algoritme Flooding Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 9, September 2018, hlm. 2882-2891 http://j-ptiik.ub.ac.id Analisis Pengiriman Data Di Daerah Terpencil Menggunakan

Lebih terperinci

OPTIMISASI KINERJA MANAJEMEN BUFFER PADA JARINGAN DELAY TOLERANT NETWORK (DTN) UNTUK JENIS ROUTING MULTI COPY

OPTIMISASI KINERJA MANAJEMEN BUFFER PADA JARINGAN DELAY TOLERANT NETWORK (DTN) UNTUK JENIS ROUTING MULTI COPY OPTIMISASI KINERJA MANAJEMEN BUFFER PADA JARINGAN DELAY TOLERANT NETWORK (DTN) UNTUK JENIS ROUTING MULTI COPY OPTIMIZATION PERFORMANCE BUFFER MANAGEMENT IN DELAY TOLERANT NETWORKS USING NETWORK ROUTING

Lebih terperinci

Evaluasi dan Optimisasi Model Routing pada Delay Tolerant Network (DTN) untuk Pengiriman Data ke Desa Terpencil

Evaluasi dan Optimisasi Model Routing pada Delay Tolerant Network (DTN) untuk Pengiriman Data ke Desa Terpencil Evaluasi dan Optimisasi Model Routing pada Delay Tolerant Network (DTN) untuk Pengiriman Data ke Desa Terpencil A. A. Ilham 1, M. Niswar 1, Agussalim 2 1 Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI ROUTER MAXPROP PADA VEHICULAR AD HOC NETWORK BERBASIS DELAY TOLERANT NETWORK

ANALISIS PERFORMANSI ROUTER MAXPROP PADA VEHICULAR AD HOC NETWORK BERBASIS DELAY TOLERANT NETWORK ANALISIS PERFORMANSI ROUTER MAXPROP PADA VEHICULAR AD HOC NETWORK BERBASIS DELAY TOLERANT NETWORK PERFORMANCE ANALYSIS OF MAXPROP ROUTER ON VEHICULAR AD HOC NETWORK BASED DELAY TOLERANT NETWORK TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

Perancangan dan Analisis Redistribution Routing Protocol OSPF dan EIGRP

Perancangan dan Analisis Redistribution Routing Protocol OSPF dan EIGRP Jurnal ELKOMIKA Teknik Elektro Itenas No.2 Vol. 2 Institut Teknologi Nasional Bandung Juli - Desember 2014 Perancangan dan Analisis Redistribution Routing Protocol OSPF dan EIGRP DWI ARYANTA, BAYU AGUNG

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SIMULASI. Pada saat menjalankan simulasi ini ada beberapa parameter yang ada dalam

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SIMULASI. Pada saat menjalankan simulasi ini ada beberapa parameter yang ada dalam BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SIMULASI 4.1 Implementasi Simulasi Pada saat menjalankan simulasi ini ada beberapa parameter yang ada dalam program yang harus diperhatikan, antara lain : 1. sizemobile

Lebih terperinci

ANALISIS ENERGI PROTOKOL PROPHET DI JARINGAN OPORTUNISTIK SKRIPSI

ANALISIS ENERGI PROTOKOL PROPHET DI JARINGAN OPORTUNISTIK SKRIPSI ANALISIS ENERGI PROTOKOL PROPHET DI JARINGAN OPORTUNISTIK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Oleh: Parta Adi Putra 125314111

Lebih terperinci

AS IR O R U O TI U N TI G P AD

AS IR O R U O TI U N TI G P AD Tesis OPTIMASI ROUTING PADA JARING DATA MULTI JALUR MENGGUNAKAN METODE ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO) Nama : Agus Kurniwanto NIM : 2209206803 PROGRAM STUDI MAGISTER BIDANG KEAHLIAN TELEMATIKA JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran perkembangan teknologi dimulai dari teknologi bersifat tetap dan sekarang mulai bergeser menuju teknologi bersifat mobile. Untuk teknologi mobile tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicular Ad hoc Network (VANET) termasuk dalam jaringan komunikasi nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan dasar VANET adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi nirkabel terus berkembang lebih maju, dan peluang penggunaanya semakin menyebar secara luas. Dengan mudahnya kita bisa menemukan tempat

Lebih terperinci

KINERJA PENGIRIMAN DATA PADA DTN MENGGUNAKAN ROUTING JENIS MULTICOPY DATA TRANSMISSION PERFOMANCE ON DTN BY MEANS OF MULTICOPY ROUTING

KINERJA PENGIRIMAN DATA PADA DTN MENGGUNAKAN ROUTING JENIS MULTICOPY DATA TRANSMISSION PERFOMANCE ON DTN BY MEANS OF MULTICOPY ROUTING KINERJA PENGIRIMAN DATA PADA DTN MENGGUNAKAN ROUTING JENIS MULTICOPY DATA TRANSMISSION PERFOMANCE ON DTN BY MEANS OF MULTICOPY ROUTING Titin Wahyuni 1, Muhammad Tola 2, Muh.Niswar 2 1 Jurusan Teknik Informatika,Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan yang dilakukan merupakan hasil dari percobaan terhadap parameter-parameter yang telah ditentukan. Setelah itu dilakukan analisis untuk mendapat perbandingan unjuk

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA PROTOKOL ROUTING PADA DELAY TOLERANT NETWORK

EVALUASI KINERJA PROTOKOL ROUTING PADA DELAY TOLERANT NETWORK PRO S ID IN G 2 1 2 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK EVALUASI KINERJA PROTOKOL ROUTING PADA DELAY TOLERANT NETWORK Muhammad Niswar 1), Mukarramah 2), Agussalim, 1,2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN ROUTING PROTOCOL EPIDEMIC DAN PROPHET DI OPPORTUNISTIC NETWORKS SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN ROUTING PROTOCOL EPIDEMIC DAN PROPHET DI OPPORTUNISTIC NETWORKS SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN ROUTING PROTOCOL EPIDEMIC DAN PROPHET DI OPPORTUNISTIC NETWORKS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Disusun

Lebih terperinci

Efisien Epidemic: Pemilihan Jarak Terjauh dan Arah Pergerakan Kendaraan untuk Pendistribusian Pesan Darurat Pada Vehicular Delay Tolerant Network

Efisien Epidemic: Pemilihan Jarak Terjauh dan Arah Pergerakan Kendaraan untuk Pendistribusian Pesan Darurat Pada Vehicular Delay Tolerant Network KINETIK, Vol.1, No.2, Agustus 2016, Hal. 69-78 ISSN : 2503-2259, E-ISSN : 2503-2267 69 Efisien Epidemic: Pemilihan Jarak Terjauh dan Arah Pergerakan Kendaraan untuk Pendistribusian Pesan Darurat Pada Vehicular

Lebih terperinci

ANALISIS KONSUMSI ENERGI PROTOKOL EPIDEMIC DAN SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC

ANALISIS KONSUMSI ENERGI PROTOKOL EPIDEMIC DAN SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC ANALISIS KONSUMSI ENERGI PROTOKOL EPIDEMIC DAN SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH

ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH Bayu Nugroho, Noor Akhmad Setiawan, dan Silmi Fauziati Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang VANET (Vehicular Ad Hoc Network) adalah bagian dari MANET (Mobile Ad Hoc Network) dimana setiap node yang berada pada cakupan suatu jaringan bisa bergerak dengan bebas

Lebih terperinci

Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2)

Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2) A652 Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2) Bima Bahteradi Putra dan Radityo Anggoro Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI TFMCC PADA JARINGAN BROADBAND WIRELINE

ANALISIS PERFORMANSI TFMCC PADA JARINGAN BROADBAND WIRELINE ANALISIS PERFORMANSI TFMCC PADA JARINGAN BROADBAND WIRELINE Aditya Pratomo Sarwoko / 0622008 surel: adityapratomosarwoko@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI 3.1 Analisis Sistem Analisis adalah penguraian dari suatu pembahasan, dalam hal ini pembahasan mengenai analisis perbandingan teknik antrian data First

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING MAXPROP DI JARINGAN OPORTUNISTIK SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING MAXPROP DI JARINGAN OPORTUNISTIK SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING MAXPROP DI JARINGAN OPORTUNISTIK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika DISUSUN

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOKOL SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC

ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOKOL SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC Artikel ini telah dipresentasikan dalam Innovative and Creative Information Technology Conference Analisis kinerja routing protokol (Maria Irmgrad Ratu & (ICITech) dengan tema E-Transaction and Power Play

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA ROUTING PROTOKOL SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC. SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

ANALISIS UNJUK KERJA ROUTING PROTOKOL SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC. SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar ANALISIS UNJUK KERJA ROUTING PROTOKOL SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari tahun ke tahun, telah banyak penelitian yang dilakukan untuk menyediakan layanan multicast, dimulai dari IP multicast sampai dengan application layer multicast

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicular Ad-hoc Network (VANET) merupakan perkembangan dari Mobile Adhoc Network (MANET). Perbedaan utama antara kedua sistem tersebut dimana VANET adalah jaringan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL ROUTING PADA DELAY TOLERANT NETWORK (DTN) UNTUK PENGIRIMAN DATA KE DESA TERPENCIL

PENGEMBANGAN MODEL ROUTING PADA DELAY TOLERANT NETWORK (DTN) UNTUK PENGIRIMAN DATA KE DESA TERPENCIL PENGEMBANGAN MODEL ROUTING PADA DELAY TOLERANT NETWORK (DTN) UNTUK PENGIRIMAN DATA KE DESA TERPENCIL DEVELOPMENT OF ROUTING MODEL IN DELAY TOLERANT NETWORK (DTN) FOR SHIPPING FILE WITH SIZE 25MB 1MB Agussalim

Lebih terperinci

Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network

Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network Aletheia Anggelia Tonoro 1, Hartanto Kusuma Wardana 2, Saptadi Nugroho 3 Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer

Lebih terperinci

Badiyanto, S.Kom., M.Kom. Refrensi : William Stallings Data and Computer Communications

Badiyanto, S.Kom., M.Kom. Refrensi : William Stallings Data and Computer Communications KOMIKASI DATA Dosen: Badiyanto, S.Kom., M.Kom. Refrensi : William Stallings Data and Computer Communications BAB 1 Pendahuluan 1. Model Komunikasi 2. Komunikasi Data 3. Jaringan Komunikasi Data 4. Protokol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, orang-orang ingin berkomunikasi data/informasi satu sama lain dimana saja dan kapan saja. Tentu saja hal ini tidak dapat dipenuhi oleh teknologi jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah congestion sering ditemukan dalam proses jalur data pada internet, yang pada umumnya diartikan sebagai proses terjadinya perlambatan atau kemacetan. Perlambatan

Lebih terperinci

ACTIVE QUEUE MANAGEMENT UNTUK TCP CONGESTION CONTROL

ACTIVE QUEUE MANAGEMENT UNTUK TCP CONGESTION CONTROL TUGAS AKHIR RE 1599 ACTIVE QUEUE MANAGEMENT UNTUK TCP CONGESTION CONTROL HERI WAHYU PURNOMO NRP 2203100515 Dosen Pembimbing Eko Setijadi, ST., MT. Ir. Suwadi, MT. JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Oleh : DICKY RACHMAD PAMBUDI Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Achmad Affandi, DEA LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi berkembang dengan pesatnya, kebutuhan masyarakat akan komunikasi dan mengakses informasi pun semakin mudah. Perangkat mobile

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN ULUAN

1 BAB I PENDAHULUAN ULUAN ULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia untuk melakukan komunikasi semakin besar dari waktu ke waktu. Saat ini, komunikasi bergerak menjadi kebutuhan komunikasi yang sudah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi khususnya pada teknologi jaringan saat ini sangatlah pesat terutama dari sisi jangkauan, kemudahan akses dan penggunaaannya. Penggunaan jaringan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1-1. Hybrid Ad Hoc Wireless Topology

1 BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1-1. Hybrid Ad Hoc Wireless Topology 1.1 Latar belakang masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Jaringan hybrid wireless ad hoc adalah gabungan antara jaringan infrastruktur dengan MANET yang memungkinkan adanya node yang bergerak bebas/mobile yang dapat

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Protokol Routing Ad Hoc On-Demand Multipath Distance Vector (AOMDV) Pada Mobile Ad Hoc Network. Tugas Akhir

Analisis Kinerja Protokol Routing Ad Hoc On-Demand Multipath Distance Vector (AOMDV) Pada Mobile Ad Hoc Network. Tugas Akhir Analisis Kinerja Protokol Routing Ad Hoc On-Demand Multipath Distance Vector (AOMDV) Pada Mobile Ad Hoc Network Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Strata 1 Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan BAB 3 ANALISIS 3.1 Pendahuluan Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan menggunakan teknologi Mobile Ad Hoc Network. Simulasi akan dilakukan berdasarkan beberapa skenario

Lebih terperinci

Jaringan Telekomunikasi dan Informasi FEG2E3

Jaringan Telekomunikasi dan Informasi FEG2E3 Jaringan Telekomunikasi dan Informasi FEG2E3 2/16/2015 Faculty of Electrical and Communication Institut Teknologi Telkom Bandung 2012 Permasalahan yang timbul jika jaringan memiliki banyak perangkat: Boros

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BAKRIE JAKARTA

PROGRAM STUDI INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BAKRIE JAKARTA SIMULASI DAN EVALUASI PROTOKOL ROUTING AODV,AOMDV, DAN OLSR PADA VEHICULAR AD HOC NETWORK (VANET) MENGGUNAKAN NS2 DAN SUMO DI SEKITAR JALAN HR RASUNA SAID JAKARTA TUGAS AKHIR Syahrul Hidayat NIM: 1102001027

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis

BAB 4 PEMBAHASAN. penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada bab ini ditampilkan hasil dari simulasi yang telah dilakukan pada tahap penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis tersebut

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya teknologi wireless bluetooth diciptakan untuk menyelesaikan permasalahan yang sederhana, yakni untuk menggantikan peranan kabel pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan sensor nirkabel (JSN) adalah sebuah teknologi interdisipliner yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro. Secara umum

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET Vina Rifiani 1, M. Zen Samsono Hadi 2, Haryadi Amran Darwito 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan sensor nirkabel (JSN) sangat penting sejak kebanyakan aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk area yang tidak

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING CONTENT-BASED SOCIAL AWARE PADA JARINGAN OPPORTUNISTIC

ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING CONTENT-BASED SOCIAL AWARE PADA JARINGAN OPPORTUNISTIC ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING CONTENT-BASED SOCIAL AWARE PADA JARINGAN OPPORTUNISTIC SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: DSR, Manet, OLSR, OPNET, Routing. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: DSR, Manet, OLSR, OPNET, Routing. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK MANET (Mobile Ad Hoc Network) merupakan jaringan nirkabel yang terdiri dari beberapa mobile node yang saling menghubungkan antar mobile node. Jaringan MANET merupakan jaringan yang bergerak atau

Lebih terperinci

Evaluasi Unjuk Kerja Routing Link-State Pada Jaringan Packet Switched Menggunakan NS-2 (Network Simulator 2)

Evaluasi Unjuk Kerja Routing Link-State Pada Jaringan Packet Switched Menggunakan NS-2 (Network Simulator 2) Evaluasi Unjuk Kerja Routing Link-State Pada Jaringan Packet Switched Menggunakan NS-2 (Network Simulator 2) Sukiswo Abstract. Routing is processing to find route from source to destination in communication

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah kecelakaan pada kendaaraan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya [1]. Bahkan banyak orang terluka dan korban mati terjadi di jalan raya diakibatkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Conference merupakan pertemuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam jarak jauh atau lokasi yang berbeda. Confrerence menggunakan telekomunikasi audio dan

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI ROUTING PROTOKOL GPSR, GyTAR, DAN B-MFR PADA VANET UNTUK INTER VEHICLE COMMUNICATION

ANALISIS PERFORMANSI ROUTING PROTOKOL GPSR, GyTAR, DAN B-MFR PADA VANET UNTUK INTER VEHICLE COMMUNICATION ANALISIS PERFORMANSI ROUTING PROTOKOL GPSR, GyTAR, DAN B-MFR PADA VANET UNTUK INTER VEHICLE COMMUNICATION PERFORMANCE ANALYSIS OF GPSR, GyTAR, AND B-MFR ROUTING PROTOCOL IN VANET FOR INTER VEHICLE COMMUNICATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1. Latar Belakang Wireless sensor network (WSN) memiliki peranan yang amat penting dalam berbagai bidang kehidupan.wsn merupakan infrastruktur suatu jaringan yang terdiri dari sekumpulan node sensor

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI LAYANAN VOICE OVER IP PADA JARINGAN MPLS MENGGUNAKAN PROTOKOL UDP,SCTP,DAN TFRC

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI LAYANAN VOICE OVER IP PADA JARINGAN MPLS MENGGUNAKAN PROTOKOL UDP,SCTP,DAN TFRC ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1485 ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI LAYANAN VOICE OVER IP PADA JARINGAN MPLS MENGGUNAKAN PROTOKOL UDP,SCTP,DAN TFRC PERFORMANCE

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh RSVP Untuk Layanan VoIP Berbasis SIP

Analisis Pengaruh RSVP Untuk Layanan VoIP Berbasis SIP Analisis Pengaruh Untuk Layanan VoIP Berbasis SIP Alfin Hikmaturokhman 1, Sri Maya Sari Nainggolan 1,, Eko Fajar Cahyadi 1 Program Studi S1 Teknik telekomunikasi 1 Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom

Lebih terperinci

ROUTING. Budhi Irawan, S.Si, M.T

ROUTING. Budhi Irawan, S.Si, M.T ROUTING Budhi Irawan, S.Si, M.T PENDAHULUAN Routing adalah mekanisme yang dilaksanakan pada perangkat router dijaringan (yang bekerja pada lapis 3 network) untuk mencari dan menentukan jalur yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Semakin berkembangnya era teknologi telekomunikasi, kecepatan dan quality of service (QoS) menjadi faktor yang penting. Suatu masalah mungkin saja menyebabkan kesalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini teknologi komunikasi data yang lebih dikenal sebagai packet switching semakin berkembang dari tahun ke tahun. Voice over Internet Protokol (VoIP)

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS VIDEO CONFERENCE PADA MOBILE AD-HOC NETWORK (MANET) MENGGUNAKAN PROTOKOL MAODV LEMBAR JUDUL SKRIPSI

ANALISIS KUALITAS VIDEO CONFERENCE PADA MOBILE AD-HOC NETWORK (MANET) MENGGUNAKAN PROTOKOL MAODV LEMBAR JUDUL SKRIPSI ANALISIS KUALITAS VIDEO CONFERENCE PADA MOBILE AD-HOC NETWORK (MANET) MENGGUNAKAN PROTOKOL MAODV LEMBAR JUDUL SKRIPSI A.A. MADE AGUNG ISTRI ISWARI NIM. 1108605047 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam QoS terdapat salah satu mekanisme yang dapat menjamin kualitas layanan dalam jaringan yang disebut dengan Differentiated Service. DiffServ tidak memperhatikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu cara berpikir yang dimulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data baik dari buku-buku panduan maupun studi lapangan, melakukan

Lebih terperinci

Analisa Performansi Protokol Routing DTN Maxprop dan Spray and Wait Pada Vehicular Ad Hoc Network (VANET) : Bandung High Way

Analisa Performansi Protokol Routing DTN Maxprop dan Spray and Wait Pada Vehicular Ad Hoc Network (VANET) : Bandung High Way Analisa Performansi Protokol Routing DTN Maxprop dan Spray and Wait Pada Vehicular Ad Hoc Network (VANET) : Bandung High Way Sofia Nafila Putri 1, *, Leanna Vidya Yovita 1, Doan Perdana 1 1 Prodi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ethernet merupakan sebuah protokol pada layer Data-link yang banyak digunakan. Ethernet pada awalnya dikembangkan pada tahun 1970, oleh para peneliti di Xerox Palo

Lebih terperinci

ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 141

ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 141 ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 141 ANALYTICAL STUDY OF QoS (Quality of Service) IN THE IMPLEMENTATION OF VOICE COMMUNICATION APPLICATION VoIP (Voice over Internet Protocol) ON THE INTRANET

Lebih terperinci

Bab 10. Packet Switching

Bab 10. Packet Switching 1/total Outline Prinsip Dasar Packet Switching Packet Switching - Datagram Packet Switching Virtual Circuit Operasi Internal dan Eksternal Konsep Routing Strategi Routing Klasiikasi Routing X25 Physical

Lebih terperinci

SIMULASI KINERJA MEKANISME KEAMANAN WATCHDOG ROUTING PROTOCOL AODV TERHADAP SERANGAN BLACK HOLE PADA MANET SKRIPSI. Oleh :

SIMULASI KINERJA MEKANISME KEAMANAN WATCHDOG ROUTING PROTOCOL AODV TERHADAP SERANGAN BLACK HOLE PADA MANET SKRIPSI. Oleh : SIMULASI KINERJA MEKANISME KEAMANAN WATCHDOG ROUTING PROTOCOL AODV TERHADAP SERANGAN BLACK HOLE PADA MANET SKRIPSI Oleh : WINDY PUSPITASARI 1034010027 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

OSPF (Open Shortest Path First) ini merupakan protocol link-state. Teknologi. link-state dikembangkan dalam ARPAnet untuk menghasilkan protokol yang

OSPF (Open Shortest Path First) ini merupakan protocol link-state. Teknologi. link-state dikembangkan dalam ARPAnet untuk menghasilkan protokol yang OSPF (Open Shortest Path First) 1. Pengertian OSPF (Open Shortest Path First) OSPF (Open Shortest Path First) ini merupakan protocol link-state. Teknologi link-state dikembangkan dalam ARPAnet untuk menghasilkan

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING RAPID DI JARINGAN OPORTUNISTIK SKRIPSI

ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING RAPID DI JARINGAN OPORTUNISTIK SKRIPSI ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING RAPID DI JARINGAN OPORTUNISTIK SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA KOMPUTER PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA OLEH: ALEXANDER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan Local Area Network (LAN). LAN telah menjadi suatu teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. jaringan Local Area Network (LAN). LAN telah menjadi suatu teknologi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jaringan telekomunikasi yang sedang berkembang adalah jaringan Local Area Network (LAN). LAN telah menjadi suatu teknologi yang sangat banyak digunakan baik

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : GRE, HTTP, IMS, IPsec, L2TP, OPNET Modeler 14.5, Video Call, VoIP, VPN.

ABSTRAK. Kata Kunci : GRE, HTTP, IMS, IPsec, L2TP, OPNET Modeler 14.5, Video Call, VoIP, VPN. ABSTRAK VPN merupakan sebuah teknologi yang hadir sebagai solusi dari tuntutuan user yang menginginkan proses pengiriman data yang lebih aman dan sudah banyak dipakai oleh Service Provider pada jaringan

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Protokol Routing OSPF dan EIGRP Untuk Aplikasi VoIP Pada Topologi Jaringan Mesh

Analisis Kinerja Protokol Routing OSPF dan EIGRP Untuk Aplikasi VoIP Pada Topologi Jaringan Mesh Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 9, Juni 2017, hlm. 960-970 http://j-ptiik.ub.ac.id Analisis Kinerja Protokol Routing OSPF dan EIGRP Untuk Aplikasi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB 5. IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Dalam implementasi sistem jaringan ini akan menerapkan semua yang telah direncanakan dan didesain pada tahap sebelumnya yaitu tahap design dan simulasi. Untuk perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wireless Local Area Network (WLAN) mesh network yang merupakan bagian dari Wireless Mesh Network (WMN) adalah suatu perkembang teknologi jaringan yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin majunya teknologi telekomunikasi, routing protocol

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin majunya teknologi telekomunikasi, routing protocol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin majunya teknologi telekomunikasi, routing protocol mengambil peranan penting dalam komunikasi modern dalam mengirim data dari komputer pengirim ke komputer

Lebih terperinci

Optimasi Cross Layer Untuk Protokol Dynamic Source Routing Pada Komunikasi Antar Kendaraan Berbasis Vehicular Ad-Hoc Networks (VANETs)

Optimasi Cross Layer Untuk Protokol Dynamic Source Routing Pada Komunikasi Antar Kendaraan Berbasis Vehicular Ad-Hoc Networks (VANETs) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (217) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) A-464 Optimasi Cross Layer Untuk Protokol Dynamic Source Routing Pada Komunikasi Antar Kendaraan Berbasis Vehicular Ad-Hoc Networks

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM

BAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM BAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM Pada bab ini membahas mengenai hasil dan kinerja sistem yang telah dirancang sebelumnya yaitu meliputi delay, jitter, packet loss, Throughput dari masing masing

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi saat ini tengah mengalami perkembangan pesat. Berbagai inovasi baru teknologi telah muncul dan mengalami perubahan secara signifikan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penggunaan internet semakin meningkat dari tahun ke tahun. Internet digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penggunaan internet semakin meningkat dari tahun ke tahun. Internet digunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan internet semakin meningkat dari tahun ke tahun. Internet digunakan sebagai sumber informasi maupun media untuk pengiriman dan penerimaan data, baik oleh

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Abstrak

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana   Abstrak ANALISIS PENGARUH SOFT HANDOVER PADA MOBILE STATION TERHADAP KUALITAS LAYANAN VOIP DI JARINGAN UMTS Putu Fadly Nugraha Putu Fadly Nugraha1, IGAK Diafari Djuni H2, Pande Ketut Sudiarta3 1,2,3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA ROUND ROBIN DAN BEST CQI PADA PENJADWALAN DOWNLINK LTE

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA ROUND ROBIN DAN BEST CQI PADA PENJADWALAN DOWNLINK LTE Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2013 ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA ROUND ROBIN DAN BEST CQI PADA PENJADWALAN DOWNLINK LTE Dimas Pandu Koesumawardhana¹, Maman Abdurrohman.², Arif Sasongko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi oleh pengirim (transmitter) dan penerima (receiver) agar komunikasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi oleh pengirim (transmitter) dan penerima (receiver) agar komunikasi dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemanfaatan layanan multimedia saat ini telah digunakan secara meluas dalam berbagai tujuan. Karena perkembangannya yang pesat, maka diperlukan suatu aturan

Lebih terperinci

Studi Perbandingan Kinerja Model Transmisi TwoRayGround dan Nakagami pada OLSR di Lingkungan MANET Menggunakan NS-2

Studi Perbandingan Kinerja Model Transmisi TwoRayGround dan Nakagami pada OLSR di Lingkungan MANET Menggunakan NS-2 A566 Studi Perbandingan Kinerja Model Transmisi TwoRayGround dan Nakagami pada OLSR di Lingkungan MANET Menggunakan NS-2 Dhiya an Sabila Ramadhani, Radityo Anggoro Jurusan Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Jaringan VANET dengan Model Propagasi Free Space dan Two Ray Ground Pada Routing AODV TUGAS AKHIR

Analisis Kinerja Jaringan VANET dengan Model Propagasi Free Space dan Two Ray Ground Pada Routing AODV TUGAS AKHIR Analisis Kinerja Jaringan VANET dengan Model Propagasi Free Space dan Two Ray Ground Pada Routing AODV TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Strata I Teknik Informatika

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI. ANALISIS PERBANDINGAN JARINGAN OSPF PADA IPv4 DAN IPv6 MENGGUNAKAN GNS3

LAPORAN SKRIPSI. ANALISIS PERBANDINGAN JARINGAN OSPF PADA IPv4 DAN IPv6 MENGGUNAKAN GNS3 LAPORAN SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN JARINGAN OSPF PADA IPv4 DAN IPv6 MENGGUNAKAN GNS3 (COMPARATIVE ANALYSIS OF OSPF NETWORK ON IPv4 AND IPv6 USING GNS3) Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci