ANALISIS ENERGI PROTOKOL PROPHET DI JARINGAN OPORTUNISTIK SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS ENERGI PROTOKOL PROPHET DI JARINGAN OPORTUNISTIK SKRIPSI"

Transkripsi

1 ANALISIS ENERGI PROTOKOL PROPHET DI JARINGAN OPORTUNISTIK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Oleh: Parta Adi Putra PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016

2 ANALISIS ENERGI PROTOKOL PROPHET DI JARINGAN OPORTUNISTIK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Oleh: Parta Adi Putra PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i

3 ENERGY ANALYSIS ON PROPHET PROTOCOL IN OPPORTUNISTIC NETWORK A THESIS Presented as Partial Fulfillment of Requirements To Obtain Sarjana Komputer Degree In Informatics Engineering Department By: Parta Adi Putra INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF INFORMATICS ENGINEERING FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2016 ii

4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6 MOTTO He gives strength to the weary and increases the power of the weak. Isaiah 40:29 v

7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9 ABSTRAK Jaringan Oportunistik merupakan kondisi jaringan yang berbeda dengan jaringan infrastruktur pada umumnya. Jaringan memiliki karakter media transmisi nirkabel (wireless), node yang bergerak (mobile), resource atau energy yang terbatas, dan konektivitas yang berubah-ubah atau tidak dapat diperkirakan. Tantangan dalam jaringan ini adalah bagaimana strategi yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari asal (source) ke tujuan (destination) dengan mempertimbangkan karakter jaringan. Pada penelitian ini penulis akan menguji kinerja Protokol PROPHET ditinjau dari sisi energi. Parameter yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain overhead ratio, delivery ratio, latency, serta energy consumption. Untuk mengevaluasi kinerja menggunakan Simulator ONE (Opportunistic Network Environment). Sebuah node memiliki probabilitas bertemu dengan node lain yang tinggi akan dipercaya untuk menjadi relay pesan (hub-node). Hub-node dengan beban kerja lebih tinggi akan berdampak pada energi baterai yang dimilikinya, terlebih Protokol PROPHET tidak memiliki control message yang ketat dalam melakukan pengiriman pesan. Ketika energi (baterai) yang dimiliki hub node habis, maka akan berdampak pada delivery performance. Untuk itu, diperlukan strategi untuk melakukan control message dengan menambahkan algoritma menjadi Protokol PROPHET EA (Energy Aware). Dari hasil penelitian diketahui bahwa Protokol PROPHET EA mampu mengungguli delivery performance pada Protokol PROPHET karena dapat melakukan control message dan menjaga energi baterai yang dimiliki sehingga lebih menjamin sampainya pesan ke tujuan. Kata Kunci: Jaringan Oportunistik, PROPHET, PROPHET EA, The ONE Simulator, overhead ratio, delivery ratio, latency, energy consumption. viii

10 ABSTRACT Opportunistic Network is network condition which differ from infrastructure network. This network has characteristics such as wireless transmission media, mobile node, limited resource, and intermittent connectivity. The challenge in Opportunistic Network is determining best strategy to send messages from source to destination in regard of those characteristics. This experiment analyze PROPHET routing protocol performance especially in terms of the energy. The parameter used are overhead ratio, delivery ratio, latency, and energy consumption. We use The ONE Simulator to evaluate PROPHET's performance. If a node has high probability to meet other nodes will become a relay to deliver messages (hub-node). Hub-node with higher workload will affect to its energy resource, moreover PROPHET has no strict control message when sending messages. Delivery performance will affected when hub-node's energy drained. Therefore, new strategy needed to control message and to hold up rate of battery reduction. Keywords : Opportunistic Network, PROPHET, PROPHET EA, The ONE Simulator, overhead ratio, delivery ratio, latency, energy consumption. ix

11 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Analisis Energi Protokol PROPHET di Jaringan Oportunistik. Tugas akhir ini merupakan salah satu mata kuliah wajib dan sebagai syarat akademik untuk memperoleh gelar sarjana komputer program studi Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis baik selama penelitian maupun saat mengerjakan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa melimpahkan berkat hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma. 3. Ibu Dr. Anastasia Rita Widiarti, M.Kom. selaku Ketua Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Bapak Eko Hari selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan, kritik dan saran yang telah diberikan kepada penulis. 5. Bapak Bambang Soelistijanto, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing tugas akhir, atas kesabarannya dalam membimbing penulis, meluangkan waktunya, memberi dukungan, motivasi, serta saran yang sangat membantu penulis. 6. Bapak Henricus Agung Hernawan, S.T., M.Kom. dan Bapak Iwan Binanto, S.Si., M.Cs. selaku dosen penguji skripsi. 7. Seluruh staf dosen Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan bekal ilmu, arahan dan pengalaman selama penulis menempuh studi. 8. Seluruh staf Sekretariat Jurusan Teknik Informatika atas segala informasi dan pelayanan yang diberikan. x

12 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv MOTTO... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Batasan Masalah Metodologi Penelitian Sistematika Penulisan... 5 BAB II LANDASAN TEORI Jaringan Nirkabel (Wireless) Mobile Ad Hoc Network (MANET) Jaringan Oportunistik Protokol Routing PROPHET Protokol Routing PROPHET Energy Aware (PROPHET EA) Pergerakan Random Waypoint Pergerakan Manusia Simulator ONE BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN xii

14 3.1. Parameter Simulasi Skenario Simulasi Parameter Kinerja Topologi Jaringan BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pergerakan Random Waypoint Penambahan Jumlah Node Penambahan Kecepatan Node Pergerakan Manusia Pergerakan Manusia dengan Penambahan TTL Pesan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

15 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Parameter utama simulasi Tabel 3.2 Parameter utama energi baterai Tabel 3.3 Skenario penambahan jumlah node pada Pergerakan Random Waypoint Tabel 3.4 Skenario penambahan kecepatan node pada Pergerakan Random Waypoint Tabel 3.5 Skenario Pergerakan Manusia Tabel 3.6 Skenario Pergerakan Manusia dengan penambahan TTL pesan Tabel 4.1 Hasil perbandingan penambahan jumlah node pada pergerakan Random Waypoint Tabel 4.2 Hasil perbandingan penambahan kecepatan node pada pergerakan Random Waypoint Tabel 4.3 Hasil perbandingan pada pergerakan manusia Tabel 4.4 Hasil perbandingan penambahan TTL pesan pada pergerakan manusia xiv

16 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Jaringan Nirkabel berbasis infrastruktur Gambar 2.2 Jaringan MANET... 8 Gambar 2.3 Jaringan Oportunistik Gambar 2.4 Arsitektur Jaringan Oportunistik Gambar 2.5 Ilustrasi dari history of node encounter dan transitivity pada Protokol PROPHET Gambar 2.6 Ilustrasi pergerakan Random Waypoint Gambar 2.6 Snapshoot Simulator ONE Gambar 3.1 Snapshoot model Jaringan Oportunistik Gambar 4.1 Grafik pengaruh penambahan jumlah node terhadap overhead ratio pada pergerakan Random Waypoint Gambar 4.2 Grafik pengaruh penambahan jumlah node terhadap latency pada pergerakan Random Waypoint Gambar 4.3 Grafik pengaruh penambahan jumlah node terhadap delivery ratio pada pergerakan Random Waypoint Gambar 4.4 Grafik pengaruh penambahan jumlah node terhadap jumlah node yang mati pada pergerakan Random Waypoint Gambar 4.5 Grafik pengaruh penambahan kecepatan node terhadap delivery ratio pada pergerakan Random Waypoint Gambar 4.6 Grafik pengaruh penambahan jumlah node terhadap overhead ratio pada pergerakan Random Waypoint Gambar 4.7 Grafik pengaruh penambahan jumlah node terhadap latency pada pergerakan Random Waypoint Gambar 4.8 Grafik pengaruh penambahan kecepatan node terhadap jumlah node yang mati pada pergerakan Random Waypoint Gambar 4.9 Grafik laju pengurangan energi hub-node pada Protokol PROPHET dan PROPHET EA dalam pergerakan manusia Gambar 4.10 Grafik laju pengurangan energi non hub-node pada Protokol PROPHET dan PROPHET EA dalam pergerakan manusia xv

17 Gambar 4.11 Grafik node yang mati pada pergerakan manusia untuk Protokol PROPHET dan PROPHET EA Gambar 4.12 Grafik perbandingan overhead ratio pada pergerakan manusia Gambar 4.13 Grafik perbandingan delivery ratio pada pergerakan manusia Gambar 4.14 Grafik perbandingan latency pada pergerakan manusia Gambar 4.15 Grafik pengaruh penambahan TTL pesan terhadap delivery ratio pada pergerakan manusia Gambar 4.16 Grafik pengaruh penambahan TTL pesan terhadap overhead ratio pada pergerakan manusia Gambar 4.17 Grafik pengaruh penambahan TTL pesan terhadap latency pada pergerakan manusia Gambar 4.18 Grafik pengaruh penambahan TTL pesan terhadap jumlah node yang mati pada pergerakan manusia xvi

18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi jaringan komputer yang dimanfaatkan ketika dalam kondisi normal adalah jaringan bersifat tetap (fixed) menggunakan infrastruktur sebagai pendukung. Infrastruktur adalah jaringan yang menggunakan perangkat tetap (access point, router) dan bisa dikategorikan dalam kabel (wire) atau nirkabel (wireless). Media transmisi kabel merupakan teknologi yang pertama ditemukan untuk menyampaikan data antar perangkat. Sedangkan untuk media transmisi nirkabel merupakan terobosan yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik sebagai media untuk mengirim data melalui udara [6]. Realitas dari penggunaan jaringan yang menggunakan media transmisi nirkabel adalah bahwa kebiasaan pengguna tidak lagi seperti ketika menggunakan perangkat dalam jaringan kabel. Pengguna akan berpindah tempat (mobile) dan jaringan nirkabel mampu mengatasinya selama perangkat masih berada dalam jangkauan. Sejauh ini, infrastruktur jaringan baik kabel atau nirkabel, masih dibutuhkan dalam kondisi normal. Tantangan yang selanjutnya muncul adalah bagaimana jika infrastruktur tidak lagi tersedia dan komunikasi harus tetap berjalan? Tentunya dalam hal ini mobilitas pengguna masih diperhitungkan. Jika masih menggunakan kabel tentunya hal tersebut tidak lagi menjadi masalah, lalu bagaimana jika media transmisi berbasis nirkabel dan perangkat yang mobile mengikuti penggunanya? Untuk mengatasi permasalahan yang ada, terdapat inovasi berupa jaringan ad hoc dimana infrastruktur jaringan sudah tidak lagi dibutuhkan dan menggunakan media transmisi nirkabel dalam proses komunikasi. Tantangan selanjutnya adalah mobilitas pengguna dan perangkatnya (node) yang harus diatasi. Pada kondisi ini disebut dengan Mobile Ad Hoc Network (MANET) [11]. Strategi yang digunakan dalam MANET adalah melibatkan setiap node 1

19 agar mampu berperan sebagai pengirim pesan, router (relay), maupun penerima pesan. Jaringan MANET dapat terpenuhi jika antar node masih terhubung atau koneksi tiap node terjamin tanpa adanya gangguan. Akan tetapi kondisi sebenarnya adalah bahwa setiap node terkadang terlepas/keluar dari jangkauan transmisi node lain sehingga terjadi link failure [1]. Permasalahan ini memerlukan strategi untuk menyempurnakan MANET. Kini berkembang jaringan yang disebut dengan Opportunistic Network (Jaringan Oportunistik). Hal yang membedakan dengan MANET adalah jaringan ini mentolerir adanya jeda waktu sampainya data ke penerima/tujuan. Kunci keberhasilan arsitektur Jaringan Oportunistik terletak pada protokol routing yang akan melakukan forwarding message atau penyampaian pesan dengan berbagai macam metode atau strategi pendekatan [5]. Metode yang selalu digunakan adalah pada setiap node, ketia ia menerima pesan maka pesan tersebut disimpan dan dibawa sampai menemukan node lain untuk diberikan copy-nya. Protokol routing PROPHET (Probabilistic ROuting Protocol using History of Encounters and Transitivity) merupakan protokol probabilistik berdasar metrik probabilitas bertemu dengan node yang ditemui serta transitivity-nya [2]. Ketika sebuah node memiliki probabilitas bertemu dengan node lain tinggi maka ia akan dipercaya untuk menjadi relay atau menyampaikan pesan ke tujuan dan selanjutnya pesan dititipkan ke node tersebut. Node yang populer karena dipercaya untuk menyampaikan pesan oleh node lain disebut juga dengan nama hub-node. Tentu saja hub-node akan memiliki beban kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan node lainnya. Beban kerja dari hub-node akan berdampak pada resource yang dimiliki karena menangani banyak pesan dari berbagai node. Dalam tugas akhir ini, penulis akan melakukan unjuk kerja protokol routing PROPHET dan terhadap kaitan antar parameter kinerja (delivery ratio, overhead ratio, latency, dan energy consumption) pada pergerakan manusia dan Random Waypoint. 2

20 1.2. Rumusan Masalah Berdasar pada latar belakang masalah, rumusan masalah yang didapat adalah bagaimana akibat atau dampak dari konsumsi energi node populer (hubnode) dalam protokol routing PROPHET terhadap parameter kinerja prngiriman (delivery performance) Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam tugas akhir ini adalah untuk mengetahui serta menganalisis kelebihan maupun kekurangan protokol routing PROPHET dan protokol routing PROPHET EA yang memperhitungkan energi berdasar pada konsep protokol routing PROPHET Batasan Masalah Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tugas akhir ini, batasan masalah meliputi : 1. Protokol routing yang digunakan adalah protokol PROPHET dan protokol PROPHET Energy Aware (PROPHET EA). 2. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Simulator ONE. 3. Unjuk kerja atau metrik yang digunakan adalah delivery ratio, overhead ratio, latency, dan energy consumption Metodologi Penelitian Metodologi dan langkah-langkah dalam mengerjakan tugas akhir ini antara lain : 1. Studi literatur Mempelajari teori-teori pendukung dari referensi yang dikumpulkan meliputi : a. Teori Jaringan Oportunistik dan model pergerakan. b. Teori protokol routing PROPHET. c. Teori parameter kinerja (delivery ratio, overhead ratio, latency, dan energi). d. Teori Simulator ONE dan dokumentasinya. e. Tahap-tahap membangun simulasi. 3

21 2. Perancangan Tahapan ini merupakan rancangan skenario yang digunakan dalam melakukan penelitian yang terdiri dari : a. Menggunakan pergerakan Random Waypoint dan pergerakan manusia encounter trace (Haggle 4 Cambridge Imotes). b. Jumlah node dan kecepatan node bervariasi pada pergerakan Random Waypoint. c. Inisialisasi nilai energi yang tetap untuk setiap node pada kedua pergerakan. d. Sumber (source) dan tujuan (destination) pesan masing-masing hanya satu dan telah ditentukan. 3. Pembangunan simulasi dan pengumpulan data Simulasi pengujian pada tugas akhir ini menggunakan Simulator ONE dan membangkitkan report untuk mengumpulkan data sesuai dengan parameter kinerja. 4. Analisis data simulasi Dari data yang telah dikumpulkan setelah proses simulasi, untuk selanjutnya data diproses dan diamati untuk kemudian dianalisis berdasarkan parameter kinerja. 5. Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan terhadap data yang telah dianalisis mengacu pada parameter kinerja yang telah ditentukan. 4

22 1.6. Sistematika Penulisan Berikut adalah sistematika penulisan tugas akhir yang dibagi dalam beberapa bab dengan susunan : BAB I PENDAHULUAN Bab ini memberikan penjelasan secara umum tentang latar belakang penulisan tugas akhir, rumusan masalah, batasan, dan sistematika penulisan tugas akhir. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang penjelasan teori sebagai acuan atau landasan yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian sesuai dengan permasalahan. BAB III PERENCANAAN SIMULASI JARINGAN Bab ini memuat deskripsi secara teknis mengenai perencanaan dari simulasi yang akan dikerjakan dalam tugas akhir. BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini berisi pelaksanaan simulasi dan analisis data hasil simulasi. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari analisis data simulasi berdasar pada parameter kinerja. 5

23 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Nirkabel (Wireless) Pada awal mula komputer ditemukan, dari segi dimensi atau ukuran, komputer memiliki ukuran yang sangat besar dan terus berkembang hingga kini. Dari sebuah komputer yang dahulu hanya dipergunakan sebagai mesin hitung mulai berevolusi untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Kini yang dinamakan komputer mampu masuk ke dalam saku dengan berbagai fiturnya. Tentunya segala perkembangan komputer didasari oleh kebutuhan akan penggunanya seperti berkomunikasi. Setiap komunikasi yang dilakukan oleh perangkat komputer, membutuhkan infrastruktur pendukung. Infrastruktur yang dibutuhkan untuk perangkat komputer bersifat fix berupa media transmisi. Media transmisi dapat berupa kabel (wired) atau nirkabel (wireless). Media transmisi yang menggunakan kabel dapat merupakan teknologi pendahulu yang kini mulai tergantikan oleh teknologi wireless. Berbeda dengan kabel, pada teknologi wireless menggunakan udara sebagai media transmisi gelombang elektromagnetik [6]. Menurut Jochen Schiller dalam bukunya yang berjudul Mobile Communication [6], sebuah perangkat dapat disebut sebagai perangkat komunikasi apabila memenuhi kategori sebagai berikut : a. Fixed dan wired : perangkat ini dapat digambarkan seperti komputer desktop di kantor. Menggunakan jaringan yang bersifat fix untuk alasan menunjang kinerja. b. Mobile dan wired : pada kategori ini perangkat yang dimaksudkan adalah laptop, laptop memungkinkan untuk dapat berpindah tempat secara fleksibel namun masih juga dapat menggunakan media jaringan kabel seperti komputer desktop. c. Fixed dan wireless : model yang ketiga ini merupakan sebuah terobosan untuk menunjang komunikasi dalam kondisi yang tidak memungkinkan 6

24 menggunakan media kabel. Contoh dari penerapan model ini ialah seperti sebuah institusi yang terletak di tempat berbeda dan harus tetap dapat terhubung. d. Mobile dan wireless : ini merupakan kasus yang sangat menantang, tidak ada kabel yang membatasi mobilitas pengguna dan perangkat yang tetap dapat berkomunikasi meskipun berada dalam area jaringan wireless berbeda. Dapat dicontohkan dalam kasus ini adalah GSM [6]. Dari keempat kategori perangkat komunikasi di atas, juga dipertimbangkan dari user behaviour (kebiasaan pengguna). GSM memfasilitasi pengguna yang menggunakan perangkat mobile dan aktivitas pengguna yang turut berpindah tempat tanpa adanya pemutusan komunikasi. Tentunya permasalahan ini masih dalam lingkup jaringan ber-infrastruktur. Dalam kondisi dengan tidak adanya infrastruktur, tantangan yang muncul adalah bagaimana perangkat komunikasi dapat saling berkomunikasi tanpa adanya infrastruktur seperti yang disebutkan sebelumnya. Gambar 2.1 Jaringan Nirkabel berbasis infrastruktur. Penerapan jaringan nirkabel tanpa infrastruktur untuk menunjang komunikasi ketika infrastruktur yang ada rusak oleh bencana ataupun kondisi daruat seperti peperangan. Aplikasi dari jaringan nirkabel tersebut antara lain adalah jaringan ad hoc atau biasa disebut dengan MANET (Mobile Ad-hoc Network) dan jaringan oportunistik (Opportunistic Network). 7

25 2.2. Mobile Ad Hoc Network (MANET) MANET adalah jaringan yang tidak menggunakan infrastruktur dan setiap node dalam jaringan selalu bergerak. Pada MANET, setiap node secara langsung dapat berkomunikasi dengan node lain apabila masuk ke dalam jangkauan komunikasi mereka. Sebuah node dapat menghapus atau meneruskan (forward) paket (bertindak sebagai relay). Dengan demikian, paket melewati jaringan ad hoc dengan cara diteruskan dari satu node ke node lainnya sampai ke tujuannya. Dikarenakan node-node yang ada bergerak maka ini akan menantang, karena topologi jaringan berubah secara terus menerus. Bagaimana menemukan tujuan, mencari jalur ke tujuan, dan memastikan komunikasi tetap berlangsung ketika topologi berubah secara terus-menerus adalah tantangan utama dalam MANET [10]. Gambar 2.2 Jaringan MANET a. Protokol routing proactive (proaktif). Setiap protokol routing proaktif harus selalu menjaga menjaga keakurasian informasi pada tabel routing dengan mengevaluasi secara periodik dari semua rute dalam jaringan. Protokol routing menjaga jalur ke host tujuan dan rutenya dengan mendistribusikan tabel routing secara periodik di jaringan. Jedi ketika paket harus segera di-forward, jalur sudah diketahui dan segera digunakan. Akan tetapi dibutuhkan overhead yang tinggi untuk menjaga tabel routing di MANET ini [4]. 8

26 Kelemahan yang dimiliki protokol routing proaktif adalah : 1. Menggunakan data untuk menjaga informasi routing. 2. Reaksi atau respon yang lambat ketika jaringan berubah dan kegagalan dari individual nodes. b. Protokol routing reactive (reaktif). Berbeda dengan protokol routing proaktif, protokol routing reaktif tidak menjaga rute akan tetapi tabel routing dibuat ketika dibutuhkan saja. Protokol routing reaktif mencari rute yang dibutuhkan dengan melakukan flooding ke jaringan menggunakan paket Route Request [4]. Protokol reaktif ini memiliki beberapa keuntungan antara lain : 1. Tidak membutuhkan overhead yang besar untuk menjaga tabel routing seperti pada protokol routing proaktif. 2. Reaksi atau respon yang cepat untuk perubahan jaringan dan kegagalan node. c. Protokol routing hybrid. Tipe dari protokol routing ini adalah menggabungkan beberapa kelebihan dari protokol routing proktif dan reaktif. Pada awalnya routing dibangun dari beberapa rute secara proaktif dan kemudian melayani permintaan dari node tambahan melalui flooding reaktif. Kelemahan dari algoritma ini antara lain : 1. Keuntungan/kelebihan berdasar pada node yang aktif. 2. Reaksi terhadap permintaan traffic tergantung pada laju dari traffic volume [4] Jaringan Oportunistik Kondisi yang dialami pada MANET adalah hal yang melatar belakangi Jaringan Oportunistik, akan tetapi terdapat kondisi dimana setiap node tidak terhubung secara terus menerus dengan node lain dan atas hal ini tantangan pada jaringan MANET berkembang menjadi Jaringan Oportunistik. Dengan karakter Jaringan Opportunistik yang setiap node tidak selalu terhubung maka model 9

27 jaringan ini toleran terhadap delay sehingga pada perkembangan ilmunya jaringan ini juga disebut sebagai Delay Tolerant Network (DTN). Gambar 2.3 Jaringan Oportunistik Arsitektur jaringan pada Jaringan Opportunistik berbeda dengan arsitektur jaringan yang lainnya. Pada jaringan lain dapat memastikan bahwa pesan dapat sampai ke tujuan karena koneksi dari source ke destination terjamin. Jaringan Oportunistik memiliki sifat yang berbeda dimana jalur antara source ke destination tidak tersedia karena jangkauan dan bergeraknya tiap node serta koneksi jaringan yang bersifat intermitten (kadang terputus dan terhubung kembali). Jaringan Oportunistik memperkenalkan layer baru untuk menangani kondisi jaringan yang disebut dengan bundle layer. Bundle layer mengimplementasikan mekanisme store-and-forward dimana setiap node dapat store (menyimpan) dan carry (membawa) pesan dalam buffer-nya (memori) serta dapat meneruskan pesan tersebut ke node lain yang terkoneksi [8]. Berikut adalah arsitektur yang dipakai dalam Jaringan Opportunistik atau DTN. 10

28 Gambar 2.4 Arsitektur Jaringan Oportunistik. Metode-metode penanganan pesan dalam Jaringan Opportunistik yaitu : a. Message-ferry-based Dalam metode ini, sistem biasanya menggunakan node lain sebagai pembawa pesan untuk disampaikan ke tujuan. Cara ini bertujuan untuk meningkatkan delivery performance dengan melakukan tahap store (menyimpan) dan kemudian carry (membawa) pesan sampai dengan bertemu ke tujuan dan mengirimkannya. b. Opportunity-based Skema ini setiap node mem-forward pesan secara acak (random) dari hop ke hop sampai ke akhir tujuannya tetapi tidak menggaransi pesan dapat tersampaikan. Pada umumnya pesan akan ditukarkan hanya ketika dua node bertemu pada lokasi yang sama dan copy message yang sama membanjiri jaringan untuk meningkatkan jumlah pesan terkirim. c. Prediction-based Pada skema prediction-based ini, protokol routing menentukan relay (perantara) dengan mengestimasi node yang dapat dipercaya menyampaikan pesan ke tujuan Protokol Routing PROPHET Pada Jaringan Oportunistik pergerakan yang populer adalah random, akan tetapi pada faktanya pergerakan tidaklah random tetapi bergerak dengan pola pergerakan yang dapat diprediksi seperti ketika sebuah node mengunjungi 11

29 suatu lokasi maka dapat diprediksi bahwa node tersebut nantinya akan berada di lokasi itu lagi. Hal itulah yang mendasari gagasan untuk menciptakan sebuah protokol yang dapat memprediksi probabilitas bertemu node akan bertemu kembali, yaitu Protokol Routing PROPHET (Probabilistic ROuting Protocol using History of Encounters and Transitivity). Protokol ini merupakan protokol probabilistik yang berdasarkan pada metrik probabilitas bertemu dengan node lain serta transitivity-nya. Sedangkan untuk transitivity adalah kondisi dimana sebuah node dapat menjadi relay atau node perantara untuk menyampaikan pesan dari node lain [2]. Untuk menghitung probabilitas bertemunya dengan node lain maka diperlukan parameter yang didefinisikan sebagai delivery predictability. a. Penghitungan delivery predictability Penghitungan delivery predictability memiliki tiga bagian. Hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan update terhadap metric ketika node bertemu, sehingga apabila node sering bertemu maka memiliki delivery predictability yang tinggi. Rumus penghitungan ditunjukkan pada Rumus Eq. 2.1 di mana Pinit [0,1]. P(a,b) = P(a,b) old + (1 - P(a,b) old ) Pinit... Eq. 2.1 Jika node yang pernah bertemu dan tidak bertemu kembali satu sama lain maka mereka tidak lagi menjadi node yang baik untuk meneruskan pesan, dengan demikian nilai delivery predictability harus berkurang (age, menua). Rumus aging (pengurangan) ditunjukkan pada Rumus Eq. 2.2 di mana [0,1] merupakan aging constant dan k adalah jumlah unit waktu yang telah berjalan sejak terakhir kali metrik itu berkurang. P(a,b) = P(a,b) old k... Eq. 2.2 Delivery predictability juga memiliki ciri transitive. Apabila node A sering bertemu dengan node B, dan node B sering bertemu dengan node C maka kemungkinan node C akan menjadi node yang baik untuk menyampaikan pesan ke node A. Rumus Eq. 2.3 menunjukkan bagaimana efek dari transitivity terhadap delivery predictability dimana β [0,1] 12

30 merupakan scaling constant yang menentukan seberapa besar dampak transitivity yang akan terjadi terhadap delivery predictability. P(a,c) = P(a,c) old + (1 - P(a,c) old ) P(a,b) P(b,c) β... Eq. 2.3 Gambar 2.5 Ilustrasi dari metrik transitivity pada Protokol PROPHET. Transitivity pada Protokol PROPHET, seperti yang digambarka pada Gambar 2.5, mengukur kedekatan node a terhadap node c secara langsung maupun melalui node b. b. Strategi pengiriman pesan Strategi pengiriman pesan yang digunakan dalam protokol PROPHET adalah ketika dua node bertemu maka pesan dikirimkan ke node lain jika delivery predictability dari tujuan pesan lebih tinggi dari node yang lain [2] Protokol Routing PROPHET Energy Aware (PROPHET EA) Protokol PROPHET EA merupakan pengembangan dari Protokol PROPHET dengan penambahan pada strategi pengiriman. Jika pada Protokol PROPHET akan memilih node dengan probabilitas bertemu yang tinggi untuk diberikan pesan, maka Protokol PROPHET EA memiliki kesamaan memperhitungkan probabilitas bertemu node. Perbedaan yang dimiliki Protokol PROPHET EA dibandingkan Protokol PROPHET adalah bahwa Protokol PROPHET EA memperhitungkan laju pengurangan energi baterai dari node yang terpilih. Laju pengurangan baterai pada node ditentukan menggunakan teknik perhitungan statistik EWMA (Exponentially Weighted Moving Average) dengan rumus perhitungan sebagai berikut : 13

31 EWMA t = λy t + (1 λ)ewma t 1 untuk t = 1, 2,..., n... Eq. 2.4 Dimana EWMA0 merupakan rata-rata rekaman data terdahulu dan Yt waktu observasi pada saat waktu t. Sedangkan n adalah jumlah observasi yang dipantau termasuk EWMA0. Untuk λ diinisialisasikan dengan nilai rentang antara 0 sampai dengan 1 (0 < λ 1). Implementasi dari Rumus Eq. 2.4 terhadap laju pengurangan energi adalah sebagai berikut : power(t) = a power(t+ t) = b diff_power(t+ t) = b a diff_power(t) = t t=0 diff_power (t+ t) t decreasing_power_rate = diff_power(t+ t) + (1 ) diff_power(t)...eq. 2.5 dimana 0 < 1 dengan inisialisasi nilai = 0,4, t = waktu observasi, dan t = interval waktu observasi. Algoritma PROPHET EA (Nj) delivery_preds 0 while N i is in contact with node N j do send summary_vector(n j) send decreasing_power_rate(n j) receive summary_vector(n i) update delivery_preds(n i) Eq. 2.1 and Eq. 2.2 update transitive_preds(n i) Eq. 2.3 receive decreasing_power_rate(n i) calculate decreasing_power_rate(n j) Eq. 2.5 while m buffer(n j) do if delivery_preds(n i) delivery_preds(n j) if decreasing_power_rate (N j) decreasing_power_rate (N i) then forward(m,n i) end if end if end while end while 14

32 Strategi pengiriman dengan metode jika node penerima, dengan probabilitas bertemu tinggi yang terpilih, memiliki laju pengurangan energi lebih besar dari dirinya (node pengirim) maka pengiriman akan dibatalkan. Apabila node pengirim menemukan node lain dengan probabilitas bertemu lebih tinggi dan laju pengurangan energi baterai lebih kecil untuk selanjutnya pesan akan dikirim ke node tersebut Pergerakan Random Waypoint Konektivitas pada Jaringan Oportunistik tergantung pada pergerakan yang digunakan. Model pergerakan random berjalan pada area yang fixed. Setiap node (yang menggunakan model pergerakan Random Waypoint) akan memilih tujuan secara acak, kemudian bergerak lurus pada kecepatan yang telah ditentukan. Setelah sampai pada tujuan, node akan berhenti selama waktu yang ditentukan (pause time) [9, 10]. Gambar 2.6 Ilustrasi pergerakan Random Waypoint Pergerakan Manusia Model pergerakan random merupakan model pergerakan yang ideal dan umumnya digunakan untuk mengevaluasi kinerja protokol routing. Tapi, pergerakan yang sebenarnya adalah bahwa setiap node (manusia yang membawa perangkat) tidak bergerak secara random (acak) melainkan node akan mengikuti pergerakan manusia yang menuju titik tertentu (point of interest) [2]. Simulator ONE memungkinkan untuk menggunakan pergerakan 15

33 eksternal dari set data, dalam hal ini set data yang digunakan adalah Haggle4- Cam-Imote [7]. Spesifikasi dari Haggle4-Cam-Imote yaitu data set pertemuan/kontak node dari sebuah konferensi yang diselenggarakan di Cambridge dengan sebuah alat bernama imotes dan menggunakan interface bluetooth. Lama waktu simulasi yang dibutuhkan untuk menjalankan sampai akhir sesuai dengan set data adalah 11 hari waktu simulasi. Banyaknya node dari set data ini adalah 36 node [7]. Pada pergerakan manusia, nilai probabilitas bertemu dengan node lain berbeda-beda. Terdapat beberapa node dengan probabilitas bertemu node lain yang tinggi, node ini dinamakan dengan hub-node dimana node-node dapat menitipkan pesan untuk disampaikan ke tujuan Simulator ONE Simulator ONE (Opportunistic Network Environment) secara spesifik adalah simulator untuk mengevaluasi routing pada Jaringan Oportunistik atau DTN. Fungsi utama dari Simulator ONE adalah pemodelan dari node movement, inter-node contacts, routing, dan message handling. Hasil dan analisis yang didapat dilakukan melalui visualization, reports, dan postprocessing tools. Simulator dibangun dalam bahasa pemrograman Java, simulator ini juga mampu melakukan import terhadap eksternal mobility meskipun di dalamnya sudah tersedia seperti ketika akan mengunakan pergerakan real human trace [3]. 16

34 Gambar 2.7 Snapshoot Simulator ONE. 17

35 BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN 3.1. Parameter Simulasi Pada penelitian yang dilaksanakan, telah ditentukan parameterparameter dari simulasi yang bersifat tetap dan dipakai dengan nilai sama pada simulasi berbeda. Parameter-parameter tersebut adalah : Tabel 3.1 Parameter utama simulasi. Parameter Waktu simulasi Ukuran buffer Jangkauan transmisi radio Ukuran Pesan Node mobility (pergerakan node) Nilai detik (11 hari) 64 MB 10 m 500 kb 1 MB Random Waypoint; Pergerakan manusia (Haggle4-Cam-Imote) Selain parameter utama simulasi, Tabel 3.2 merupakan parameter inisialisasi energi baterai yang dipakai untuk tiap node-nya. Tabel 3.2 Parameter utama energi baterai. Parameter Energi Nilai (unit) Initial Energy Scan Energy 0,05 Transmit Energy 2 Scan Response Energy 0,05 Energi dalam setiap node akan berkurang setiap melakukan operasi scanning, scan response, transmit, dan receive sesuai dengan nilai yang telah diterapkan. Nilai pengurangan dihitung dengan mengalikan nilai energi terhadap lama waktu setiap melakukan operasi. 18

36 3.2. Skenario Simulasi Dalam pelaksanaan penelitian, skenario awal menggunakan model pergerakan Random Waypoint dengan penambahan jumlah node dan kecepatan node untuk mengevaluasi protokol PROPHET maupun PROPHET EA. Tabel 3.3 Skenario penambahan jumlah node pada Pergerakan Random Waypoint. Protokol Routing Jumlah Node Area Simulasi (m) R.A.1 PROPHET 25; 50; 75; R.A.2 PROPHET EA 25; 50; 75; Tabel 3.4 Skenario penambahan kecepatan node pada Pergerakan Random Waypoint. Protokol Routing Kecepatan Jumlah Area Node (m/s) Node Simulasi (m) R.B.1 PROPHET ; ; ; R.B.2 PROPHET EA ; ; ; Setelah skenario awal yang menggunakan pergerakan random, maka untuk selanjutnya model pergerakan yang digunakan adalah pergerakan real atau pergerakan manusia untuk kedua protokol. 19

37 Tabel 3.5 Skenario Pergerakan Manusia. Protokol Routing Model Pergerakan H.A.1 PROPHET Haggle 4 Cambridge Imotes H.A.2 PROPHET EA Haggle 4 Cambridge Imotes Tabel 3.6 Skenario Pergerakan Manusia dengan penambahan TTL pesan. H.B.1 H.B.2 Protokol Routing PROPHET PROPHET EA TTL Pesan (menit) 2; 5; 30; 60; 180; 360; ; 5; 30; 60; 180; 360; 1440 Model Pergerakan Haggle 4 Cambridge Imotes Haggle 4 Cambridge Imotes 20

38 3.3. Parameter Kinerja Terdapat empat parameter kinerja yang digunakan untuk mengevaluasi protokol PROPHET dan PROPHET EA dalam penelitian antara lain [3]: a. Delivery ratio Parameter untuk mengetahui seberapa banyak jumlah message yang dibuat (generate) oleh tiap node. Parameter ini hasil yang didapat akan sama-sama berpengaruh terhadap kedua parameter lainnya. Aktivitas pembuatan message baru serta forwarding message tentunya menggunakan resource dari node. b. Overhead ratio Delivery Ratio = Total Delivered Messages Total Generated Messages Merupakan parameter untuk mengetahui banyaknya copy pesan yang sampai ke tujuan dari pesan yang dibuat/dibangkitkan (generate). Parameter ini akan berpengaruh terhadap overhead ratio karena dilihat dari perilaku protokol routing yang berbeda. Apabila terlalu banyak copy message yang berada dalam jaringan maka hal itu mengakibatkan penggunaan resource tiap node juga meningkat. Overhead Ratio = c. Average Latency Number of Relayed Messages Number of Delivered Messages Number of Delivered Messages Parameter Average Latency digunakan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan pesan dari source (asal) untuk sampai ke destination (tujuan). Average Latency = d. Energy Consumption Sum of Latency of Delivered Messages Total Generated New Messages Energy consumption (konsumsi energi) node diamati untuk mengetahui seberapa efektifkah penggunaan energi pada protokol PROPHET maupun PROPHET EA. Pada parameter ini data yang ditampilkan meliputi jumlah node yang mati (number of dead nodes) dan sisa energi (remaining energy) dari hub node pada protokol PROPHET. 21

39 3.4. Topologi Jaringan Jaringan Oportunistik memiliki ciri node yang bergerak dan jaringan yang tidak dapat dipastikan keberadaannya. Oleh karena itu topologi dari model jaringan ini tidak dapat digambarkan secara spesifik tau pasti seperti pada jaringan menggunakan infrastruktur. Pada pergerakan Random Waypoint, node-node yang ada tersebar serta berjalan ke arah yang random (acak). Sedangkan untuk model pergerakan yang sesungguhnya, node tersebar secara random dan berjalan menuju tempattempat yang telah ditentukan. Berikut merupakan snapshoot atau gambaran dari jaringan pada pergerakan Random Waypoint dan pergerakan sesungguhnya (real movement). Gambar 3.1 Snapshoot model Jaringan Oportunistik. 22

40 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Untuk mengetahui dan mengevaluasi unjuk kerja Protokol PROPHET dan PROPHET EA maka dilaksanakan simulasi menurut perancangan simulasi yang dijelaskan pada Bab III. Data hasil simulasi diperoleh dari report yang dibangkitkan Pergerakan Random Waypoint Penambahan Jumlah Node Tabel 4.1 Hasil perbandingan penambahan jumlah node pada pergerakan Random Waypoint. Jumlah Node Delivery ratio PROPHET Overhead ratio Latency PROPHET EA Delivery Overhead Latency ratio ratio 25 0,73 20, ,83 0, , , , , ,062 0, , , , ,61 0, , , , ,605 0, , ,36 Pola pergerakan random mengasumsikan bahwa semua node memiliki probabilitas yang sama dalam pengiriman pesan. Dengan nilai probabilitas bertemu yang sama, maka beban tiap node tidak jauh berbeda dengan node lain. Pertambahan node dalam jaringan akan berdampak pada jumlah copy pesan yang dimiliki oleh masing-masing node. 23

41 Overhead ratio Latency (detik) PROPHET PROPHET EA Jumlah Node Gambar 4.1 Grafik pengaruh penambahan jumlah node terhadap overhead ratio pada pergerakan Random Waypoint PROPHET PROPHET EA Jumlah Node Gambar 4.2 Grafik pengaruh penambahan jumlah node terhadap latency pada pergerakan Random Waypoint. Protokol PROPHET yang tidak mempertimbangkan laju pengurangan energi pada node penerima, akan sangat leluasa untuk mengirim pesan ke node yang ditemuinya berbeda dengan Protokol PROPHET EA yang dibatasi dalam melakukan pengiriman. Nilai overhead ratio yang mampu dikontrol oleh Protokol PROPHET EA (lihat Gambar 4.1) berdampak pada waktu sampai pesan (latency) ke tujuan. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa Protokol PROPHET EA memiliki nilai latency yang lebih tinggi dalam menyampaikan pesan ke tujuan dikarenakan keterbatasannya dalam melakukan forwarding pesan. 24

42 Delivery ratio Number of Dead Nodes 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 PROPHET PROPHET EA Jumlah Node Gambar 4.3 Grafik pengaruh penambahan jumlah node terhadap delivery ratio pada pergerakan Random Waypoint. Keberhasilan pesan untuk sampai ke tujuan cenderung lebih unggul untuk Protokol PROPHET, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3, hanya saja konsumsi energi pada Protokol PROPHET lebih banyak berkurang dikarenakan dalam melakukan pengiriman pesan tidak mempertimbangkan laju pengurangan energi pada node penerima. Gambar 4.4 menunjukkan Protokol PROPHET yang memiliki node mati lebih banyak dibandingkan dengan Protokol PROPHET EA dikarenakan beban setiap node tidak diperhitungkan berdasar laju pengurangan energinya. Dengan bertambahnya node, maka jumlah node yang kehabisan energi dengan cepat juga meningkat karena interaksi tiap node akan semakin sering Node PROPHET PROPHET EA Waktu (hari) 25

43 Number of Dead Nodes Number of Dead Nodes Number of Dead Nodes Node PROPHET PROPHET EA Waktu (hari) Node PROPHET PROPHET EA Waktu (hari) Node PROPHET PROPHET EA Waktu (hari) Gambar 4.4 Grafik pengaruh penambahan jumlah node terhadap jumlah node yang mati pada pergerakan Random Waypoint. 26

44 Delivery ratio Penambahan Kecepatan Node Tabel 4.2 Hasil perbandingan penambahan kecepatan node pada pergerakan Random Waypoint. Kecepatan PROPHET PROPHET EA Node Delivery Overhead Delivery Overhead Latency (m/s) ratio ratio ratio ratio Latency , , ,5 0, , , , , ,41 0, , , , , ,22 0, , , , , ,37 0, , ,2 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 PROPHET PROPHET EA Kecepatan Node (m/s) Gambar 4.5 Grafik pengaruh penambahan kecepatan node terhadap delivery ratio pada pergerakan Random Waypoint. Dengan bertambahnya kecepatan pada tiap node, maka setiap pesan tidak terlampau lama disimpan dan akan segera dikirimkan ke node lain yang ditemuinya. Semakin cepat pergerakan maka semakin cepat pula sebuah node bertemu dengan node lain. Gambar 4.5 menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pesan sampai ke tujuan pada kedua protokol semakin tinggi. 27

45 Overhead ratio Latency (detik) PROPHET PROPHET EA Kecepatan Node (m/s) Gambar 4.6 Grafik pengaruh penambahan jumlah node terhadap overhead ratio pada pergerakan Random Waypoint. Nilai delivery ratio pada Protokol PROPHET cenderung lebih tinggi atau unggul, hal tersebut terjadi karena jumlah copy pesan dalam jaringan pada Protokol PROPHET EA terbatas (lihat Gambar 4.6). Rendahnya overhead ratio yang dikarenakan jumlah copy pesan terbatas, tentunya hanya sebagian kecil node yang memiliki pesan yang sama. Akibat dari rendahnya jumlah copy pesan dalam jaringan maka semakin lama pesan untuk sampai pada tujuan (Gambar 4.7) PROPHET EA PROPHET Kecepatan Node (m/s) Gambar 4.7 Grafik pengaruh penambahan jumlah node terhadap latency pada pergerakan Random Waypoint. Semakin cepat node akan bertemu dengan node lain, maka node tersebut akan semakin sering melakukan operasi scanning, scan response, transmit, 28

46 Number of Dead Nodes Number of Dead Nodes dan receive. Dari setiap operasi-operasi yang dilakukan oleh setiap node akan mengurangi energi baterai untuk masing-masing operasi [11]. Protokol PROPHET lebih banyak mengkonsumsi energi dikarenakan tidak mempertimbangkan laju pengurangan energi serta memberi beban untuk node dengan sisa energi bervariasi. Tentunya dengan mekanisme yang dimiliki Protokol PROPHET EA akan memperpanjang waktu hidup node dengan konsekuensi delivery ratio lebih rendah dan latency yang lebih tinggi. Gambar 4.8 menunjukkan perbandingan banyaknya node yang mati antara kedua protokol. Bertambahnya kecepatan node diikuti dengan bertambahnya bnode yang mati. Dengan bertambahnya kecepatan, maka jumlah node dalam berinteraksi dengan node lain akan bertambah PROPHET m/s PROPHET EA Waktu (hari) PROPHET m/s PROPHET EA Waktu (hari) 29

47 Number of Dead Nodes Number of Dead Nodes Number of Dead Nodes PROPHET m/s PROPHET EA Waktu (hari) PROPHET m/s PROPHET EA Waktu (hari) PROPHET PROPHET EA m/s Waktu (hari) Gambar 4.8 Grafik pengaruh penambahan kecepatan node terhadap jumlah node yang mati pada pergerakan Random Waypoint. 30

48 Remaining Energy (units) 4.2. Pergerakan Manusia Tabel 4.3 Hasil perbandingan pada pergerakan manusia. Protokol Routing Delivery Overhead ratio ratio Latency PROPHET 0, , ,5 PROPHET EA 0, , ,41 Dalam pergerakan ini menggunakan data set Haggle4-Cam-Imote dengan waktu simulasi 11 hari dan jumlah node sebanyak 36 node [7]. Pergerakan ini terdapat beberapa node yang memiliki popularitas tinggi terhadap node lain atau biasa disebut sebagai hub-node. Hub-node melakukan penyampaian pesan yang lebih banyak dikarenakan terdapat banyak node yang menitipkan pesan. Dikarenakan hub-node melakukan aktivitas pengiriman pesan yang lebih banyak, maka akan berdampak pada energi yang dimilikinya. Seperti pada Gambar 4.9 dan Gambar 4.10, energi pada hub-node akan lebih cepat berkurang dibandingkan dengan node lain. Pada node yang tidak bertindak sebagai hub-node, laju pengurangan energi tidak signifikan dan pada Protokol PROPHET EA node tersebut mendapatkan beban yang lebih Hub Node at PROPHET Hub Node at PROPHET EA Waktu (hari) Gambar 4.9 Grafik laju pengurangan energi hub-node pada Protokol PROPHET dan PROPHET EA dalam pergerakan manusia. 31

49 Remaining Energy (units) Number of Dead Nodes Node at PROPHET Node at PROPHET EA Waktu (hari) Gambar 4.10 Grafik laju pengurangan energi non hub-node pada Protokol PROPHET dan PROPHET EA dalam pergerakan manusia PROPHET PROPHET EA Waktu (hari) Gambar 4.11 Grafik node yang mati pada pergerakan manusia untuk Protokol PROPHET dan PROPHET EA. Gambar 4.11 merupakan peningkatan jumlah node yang mati pada kedua protokol. Pada Protokol PROPHET memiliki jumlah lebih besar dikarenakan node melibatkan hub-node secara terus menerus dan tidak melakukan pencarian terhadap node lain yang memiliki probabilitas bertemu dan laju pengurangan energi yang lebih kecil. Banyak node pada protokol 32

50 Overhead ratio Delivery ratio PROPHET yang lebih dahulu mati dikarenakan beban node yang kurang merata dan secara terus menerus melibatkan hub-node. Untuk mengatasi permasalahan hub-node pada protokol PROPHET, Protokol PROPHET EA lebih mempertimbangkan laju pengurangan energi dari node lain yang akan menerima pesan. Dengan mengetahui informasi laju pengurangan energi, maka semakin banyak node yang dilibatkan untuk menghindari cepatnya laju pengurangan energi pada hub-node. Overhead ratio dapat berkurang karena mekanisme pengiriman yang berubah (lihat Gambar 4.12) ,17972 PROPHET 29,93012 PROPHET EA Gambar 4.12 Grafik perbandingan overhead ratio pada pergerakan manusia. 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0,2546 PROPHET 0,36472 PROPHET EA Gambar 4.13 Grafik perbandingan delivery ratio pada pergerakan manusia. Pada Gambar 4.13 menunjukkan tingkat keberhasilan pesan sampai ke tujuan memiliki nilai rasio yang tidak jauh berbeda. Tingginya latency pada 33

51 Latency (detik) Protokol PROPHET dikarenakan beberapa hub-node kehabisan energi lebih awal dan tidak mampu mengirim pesan. Akibat dari matinya hub-node, copy pesan yang seharusnya dapat disampaikan tidak terlaksana karena tidak cukup energi ,07856 PROPHET 37539,74736 PROPHET EA Gambar 4.14 Grafik perbandingan latency pada pergerakan manusia Pergerakan Manusia dengan Penambahan TTL Pesan Tabel 4.4 Hasil perbandingan penambahan TTL pesan pada pergerakan manusia. PROPHET PROPHET EA TTL Delivery Overhead Delivery Overhead (menit) Latency Latency ratio ratio ratio ratio 2 0, ,4 34,544 0, , , ,875 86,825 0, ,6 30 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,137 21, , , , ,5263 0, , ,0949 Keberhasilan dari pesan untuk dapat sampai ke tujuan turut ditentukan oleh TTL (Time To Live) dari pesan tersebut. Gambar 4.15 menunjukkan bahwa penambahan TTL pada pesan meningkatkan nilai rasio atau kemungkinan pesan sampai ke tujuan. Semakin lama TTL yang dimiliki oleh pesan maka semakin tinggi kemungkinan pesan dapat 34

52 Delivery ratio Overhead ratio mencapai tujuan, hal tersebut dapat terjadi karena kemungkinan pesan didrop karena TTL kecil kecuali pesan di-drop karena buffer yang tidak mencukupi. 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 PROPHET PROPHET EA TTL (menit) Gambar 4.15 Grafik pengaruh penambahan TTL pesan terhadap delivery ratio pada pergerakan manusia. Nilai dari overhead ratio pada kedua protokol sama-sama turun disebabkan oleh jumlah copy pesan yag terbatas (lihat Gambar 4.16). Setiap pesan yang memiliki TTL lebih lama, maka node tidak akan lagi mengirim pesan yang sama karena node penerima masih memiliki pesan tersebut PROPHET PROPHET EA TTL (menit) Gambar 4.16 Grafik pengaruh penambahan TTL pesan terhadap overhead ratio pada pergerakan manusia. Dengan terbatasnya jumlah copy pesan dalam jaringan mengindikasikan bahwa pesan yang beredar bersifat unik dan belum tentu semua node 35

53 Latency (detik) memilikinya. Ketika pesan yang bersifat unik tersebut telah habis masa hidupnya, maka jumlah copy pesan berkurang terlebih jika pesan tersebut berada pada hub-node sehingga semakin lama node tujuan menerima pesan dari node selain hub-node seperti digambarkan pada Gambar PROPHET PROPHET EA TTL (menit) Gambar 4.17 Grafik pengaruh penambahan TTL pesan terhadap latency pada pergerakan manusia. Faktor energi sama pentingnya sebagai penentu keberhasilan dari ketiga metrik pesan. Semakin banyak node yang mati maka semakin banyak pula pesan yang tidak berhasil sampai ke tujuan. Apabila semakin banyak pesan yang dikirim ke node lain maka setiap node akan mengurangi energinya untuk beroperasi. Gambar 4.18 menerangkan bahwa setiap bertambahnya TTL pesan, jumlah node yang mati atau kehabisan energi semakin meningkat. Banyaknya node yang mati pada TTL pesan tertinggi tentu disebabkan oleh banyaknya operasi transmit terhadap pesan yang masih memiliki masa hidup. Berbeda jika pesan memiliki masa hidup yang singkat, pesan akan banyak di-drop sebelum dikirimkan ke node lain seiring berjalannya operasi-operasi yang mengakibatkan energi terkuras. 36

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini komunikasi menggunakan perangkat cerdas seperti smartphone, tablet, dan laptop telah menjadi sebuah kebutuhan pokok bagi semua orang. Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

Analisis Performansi ProPHETv2 Routing Berbasis Vehicular Delay-Tolerant Network pada Daerah Rural

Analisis Performansi ProPHETv2 Routing Berbasis Vehicular Delay-Tolerant Network pada Daerah Rural Analisis Performansi v2 Routing Berbasis Vehicular Delay-Tolerant Network pada Daerah Rural Gumilar Hadi Prabowo 1, Rendy Munadi 2, Leanna Vidya Yovita 3 S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi nirkabel terus berkembang lebih maju, dan peluang penggunaanya semakin menyebar secara luas. Dengan mudahnya kita bisa menemukan tempat

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN ROUTING PROTOCOL EPIDEMIC DAN PROPHET DI OPPORTUNISTIC NETWORKS SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN ROUTING PROTOCOL EPIDEMIC DAN PROPHET DI OPPORTUNISTIC NETWORKS SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN ROUTING PROTOCOL EPIDEMIC DAN PROPHET DI OPPORTUNISTIC NETWORKS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Disusun

Lebih terperinci

ANALISIS KONSUMSI ENERGI PROTOKOL EPIDEMIC DAN SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC

ANALISIS KONSUMSI ENERGI PROTOKOL EPIDEMIC DAN SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC ANALISIS KONSUMSI ENERGI PROTOKOL EPIDEMIC DAN SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mendapatkan layanan yang maksimal, maka suatu jaringan TCP/IP harus memiliki end-to-end path antara pengirim dan penerima pesan, round-trip time antar node yang

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL SPRAY AND FOCUS DI JARINGAN OPPORTUNUSTIC

ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL SPRAY AND FOCUS DI JARINGAN OPPORTUNUSTIC ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL SPRAY AND FOCUS DI JARINGAN OPPORTUNUSTIC SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika DISUSUN OLEH

Lebih terperinci

Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2)

Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2) A652 Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2) Bima Bahteradi Putra dan Radityo Anggoro Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA PROPHET BERBASIS PENGGUNAAN BUFFER DI JARINGAN OPORTUNISTIK SKRIPSI

ANALISIS UNJUK KERJA PROPHET BERBASIS PENGGUNAAN BUFFER DI JARINGAN OPORTUNISTIK SKRIPSI ANALISIS UNJUK KERJA PROPHET BERBASIS PENGGUNAAN BUFFER DI JARINGAN OPORTUNISTIK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem komunikasi memiliki dampak yang besar terhadap efisiensi dan kemudahan pengguna pada sistem transportasi, diantaranya memeberikan informasi seperti kondisi cuaca,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Delay-Tolerant Network Delay-Tolerant Network (DTN) adalah sebuah jaringan regional yang meng-overlay jaringan regional lainnya, termasuk jaringan internet. DTN mendukung interoperabilitas

Lebih terperinci

Perbandingan Performansi Protokol Routing Epidemic dan Maxprop Berdasarkan Mobilitas Node pada Delay Tolerant Network

Perbandingan Performansi Protokol Routing Epidemic dan Maxprop Berdasarkan Mobilitas Node pada Delay Tolerant Network Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 8, Agustus 2018, hlm. 2682-2691 http://j-ptiik.ub.ac.id Perbandingan Performansi Protokol Routing Epidemic dan Maxprop

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran perkembangan teknologi dimulai dari teknologi bersifat tetap dan sekarang mulai bergeser menuju teknologi bersifat mobile. Untuk teknologi mobile tidak terlepas

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH

ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH Bayu Nugroho, Noor Akhmad Setiawan, dan Silmi Fauziati Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Oleh : DICKY RACHMAD PAMBUDI Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Achmad Affandi, DEA LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC SONY CANDRA D. NRP 5104 100 008 Dosen Pembimbing Ir. Muchammad Husni, M.Kom. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA Fakultas Teknologi Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicular Ad hoc Network (VANET) termasuk dalam jaringan komunikasi nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan dasar VANET adalah untuk

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING MAXPROP DI JARINGAN OPORTUNISTIK SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING MAXPROP DI JARINGAN OPORTUNISTIK SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING MAXPROP DI JARINGAN OPORTUNISTIK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika DISUSUN

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA ROUTING PROTOKOL SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC. SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

ANALISIS UNJUK KERJA ROUTING PROTOKOL SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC. SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar ANALISIS UNJUK KERJA ROUTING PROTOKOL SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi berkembang dengan pesatnya, kebutuhan masyarakat akan komunikasi dan mengakses informasi pun semakin mudah. Perangkat mobile

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING CONTENT-BASED SOCIAL AWARE PADA JARINGAN OPPORTUNISTIC

ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING CONTENT-BASED SOCIAL AWARE PADA JARINGAN OPPORTUNISTIC ANALISIS UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING CONTENT-BASED SOCIAL AWARE PADA JARINGAN OPPORTUNISTIC SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi khususnya pada teknologi jaringan saat ini sangatlah pesat terutama dari sisi jangkauan, kemudahan akses dan penggunaaannya. Penggunaan jaringan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1-1. Hybrid Ad Hoc Wireless Topology

1 BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1-1. Hybrid Ad Hoc Wireless Topology 1.1 Latar belakang masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Jaringan hybrid wireless ad hoc adalah gabungan antara jaringan infrastruktur dengan MANET yang memungkinkan adanya node yang bergerak bebas/mobile yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur komunikasi data nirkabel diperlukan agar perangkat bergerak nirkabel (wireless mobile device) dapat berkomunikasi satu dengan yang lain. Pada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wibling et al. (2004) menyatakan bahwa Mobile Ad Hoc Network (MANET) adalah jaringan komputer bersifat spontan, yang berkomunikasi melalui suatu media nirkabel. Setiap

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MODE GATEWAY PROTOKOL ROUTING AODV-UU PADA JARINGAN AD HOC HIBRIDA FUAD ZULFIAN

ANALISA KINERJA MODE GATEWAY PROTOKOL ROUTING AODV-UU PADA JARINGAN AD HOC HIBRIDA FUAD ZULFIAN ANALISA KINERJA MODE GATEWAY PROTOKOL ROUTING AODV-UU PADA JARINGAN AD HOC HIBRIDA FUAD ZULFIAN 41508110211 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan sensor nirkabel (JSN) sangat penting sejak kebanyakan aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk area yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang VANET (Vehicular Ad Hoc Network) adalah bagian dari MANET (Mobile Ad Hoc Network) dimana setiap node yang berada pada cakupan suatu jaringan bisa bergerak dengan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicular Ad-hoc Network (VANET) merupakan perkembangan dari Mobile Adhoc Network (MANET). Perbedaan utama antara kedua sistem tersebut dimana VANET adalah jaringan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan BAB 3 ANALISIS 3.1 Pendahuluan Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan menggunakan teknologi Mobile Ad Hoc Network. Simulasi akan dilakukan berdasarkan beberapa skenario

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN ULUAN

1 BAB I PENDAHULUAN ULUAN ULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia untuk melakukan komunikasi semakin besar dari waktu ke waktu. Saat ini, komunikasi bergerak menjadi kebutuhan komunikasi yang sudah tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi sangatlah cepat demi memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia. Perkembangan di bidang teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI MODIFIKASI BINARY SPRAY AND WAIT MENGGUNAKAN PROPHET PADA DTN

ANALISIS PERFORMANSI MODIFIKASI BINARY SPRAY AND WAIT MENGGUNAKAN PROPHET PADA DTN Vol: 6, No. 3, November 217 ISSN: 232-2949 ANALISIS PERFORMANSI MODIFIKASI BINARY SPRAY AND WAIT MENGGUNAKAN PROPHET PADA DTN Bima Adhiguna *, Tody Ariefianto Wibowo, Leanna Vidya Yovita Program Studi

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Protokol Routing Social Aware Berbasis Konten Pada Opportunistic Network

Analisis Kinerja Protokol Routing Social Aware Berbasis Konten Pada Opportunistic Network Artikel ini telah dipresentasikan dalam Innovative and Creative Information Technology Conference (ICITech) dengan Jurnal tema Teknologi E-Transaction Informasi-Aiti and Power Play Vol.14 yang no diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi komputer membantu semua aspek kehidupan manusia. Contoh nyata dari kemajuan teknologi komputer adalah perkembangan teknologi nirkabel (wireless)

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS VIDEO CONFERENCE PADA MOBILE AD-HOC NETWORK (MANET) MENGGUNAKAN PROTOKOL MAODV LEMBAR JUDUL SKRIPSI

ANALISIS KUALITAS VIDEO CONFERENCE PADA MOBILE AD-HOC NETWORK (MANET) MENGGUNAKAN PROTOKOL MAODV LEMBAR JUDUL SKRIPSI ANALISIS KUALITAS VIDEO CONFERENCE PADA MOBILE AD-HOC NETWORK (MANET) MENGGUNAKAN PROTOKOL MAODV LEMBAR JUDUL SKRIPSI A.A. MADE AGUNG ISTRI ISWARI NIM. 1108605047 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN

Lebih terperinci

Perbandingan Kinerja Routing Multi Copy Dan Routing First Contact Dengan Stationary Relay Node Pada Delay Tolerant Network (DTN)

Perbandingan Kinerja Routing Multi Copy Dan Routing First Contact Dengan Stationary Relay Node Pada Delay Tolerant Network (DTN) Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 7, Juli 218, hlm. 2513-2522 http://j-ptiik.ub.ac.id Perbandingan Kinerja Routing Multi Copy Dan Routing Dengan Stationary

Lebih terperinci

Gambar 1. Hop multi komunikasi antara sumber dan tujuan

Gambar 1. Hop multi komunikasi antara sumber dan tujuan Routing pada Jaringan Wireless Ad Hoc menggunakan teknik Soft Computing dan evaluasi kinerja menggunakan simulator Hypernet Tulisan ini menyajikan sebuah protokol untuk routing dalam jaringan ad hoc yang

Lebih terperinci

Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network

Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network Aletheia Anggelia Tonoro 1, Hartanto Kusuma Wardana 2, Saptadi Nugroho 3 Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 1 DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang analisis dan perancangan sistem. Pembahasan yang dianalisis terbagi menjadi 2 yaitu analisis masalah dan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, orang-orang ingin berkomunikasi data/informasi satu sama lain dimana saja dan kapan saja. Tentu saja hal ini tidak dapat dipenuhi oleh teknologi jaringan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA POLA-POLA TRAFIK PADA BEBERAPA PROTOKOL ROUTING DALAM JARINGAN MANET

ANALISIS KINERJA POLA-POLA TRAFIK PADA BEBERAPA PROTOKOL ROUTING DALAM JARINGAN MANET ANALISIS KINERJA POLA-POLA TRAFIK PADA BEBERAPA PROTOKOL ROUTING DALAM JARINGAN MANET Didik Imawan Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Januari 29

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Deskripsi Umum Sistem Pada penelitian ini, akan dilakukan pengembangan algoritma routing Spray and Wait pada Delay-Tolerant Network (DTN) dengan menambahkan

Lebih terperinci

Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed

Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed Eri Sugiantoro Laboratory for Telecommunication Networks Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya 60111 Tel

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Protokol Routing pada Arsitektur Delay Tolerant Network Terhadap Beberapa Pola Pergerakan

Analisis Kinerja Protokol Routing pada Arsitektur Delay Tolerant Network Terhadap Beberapa Pola Pergerakan Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 8, Agustus 2018, hlm. 2518-2526 http://j-ptiik.ub.ac.id Analisis Kinerja Routing pada Arsitektur Delay Tolerant Network

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan komputer saat ini semakin banyak digunakan oleh orang, terlebih kebutuhan akan akses jaringan nirkabel. Mobile Ad Hoc Network (MANET) adalah salah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: DSR, Manet, OLSR, OPNET, Routing. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: DSR, Manet, OLSR, OPNET, Routing. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK MANET (Mobile Ad Hoc Network) merupakan jaringan nirkabel yang terdiri dari beberapa mobile node yang saling menghubungkan antar mobile node. Jaringan MANET merupakan jaringan yang bergerak atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan krusial seperti transaksi perbankan, perdagangan dll.

BAB I PENDAHULUAN. keputusan krusial seperti transaksi perbankan, perdagangan dll. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Abad informasi menuntut manusia saling terhubung untuk mendapatkan segala bentuk informasi demi kebutuhan hidup dan upaya itu membutuhkan sumber daya dan teknologi

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BAKRIE JAKARTA

PROGRAM STUDI INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BAKRIE JAKARTA SIMULASI DAN EVALUASI PROTOKOL ROUTING AODV,AOMDV, DAN OLSR PADA VEHICULAR AD HOC NETWORK (VANET) MENGGUNAKAN NS2 DAN SUMO DI SEKITAR JALAN HR RASUNA SAID JAKARTA TUGAS AKHIR Syahrul Hidayat NIM: 1102001027

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan tanpa kabel (wireless) sebenarnya hampir sama dengan jaringan LAN, akan tetapi setiap node pada WLAN (Wireless Local Area Network) menggunakan wireless

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES

ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES Kamal Syarif 2208100642 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA Ir. Djoko Suprajitno R, MT Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOKOL SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC

ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOKOL SPRAY AND WAIT DI JARINGAN OPPORTUNISTIC Artikel ini telah dipresentasikan dalam Innovative and Creative Information Technology Conference Analisis kinerja routing protokol (Maria Irmgrad Ratu & (ICITech) dengan tema E-Transaction and Power Play

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Conference merupakan pertemuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam jarak jauh atau lokasi yang berbeda. Confrerence menggunakan telekomunikasi audio dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah kecelakaan pada kendaaraan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya [1]. Bahkan banyak orang terluka dan korban mati terjadi di jalan raya diakibatkan oleh

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) PADA WIRELESS AD HOC NETWORK

ANALISA PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) PADA WIRELESS AD HOC NETWORK ANALISA PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) PADA WIRELESS AD HOC NETWORK Didik Purwanto 1, Dr.Rendy Munadi, Ir, MT. 2, Yudha Purwanto,S.T. 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini teknologi komunikasi data yang lebih dikenal sebagai packet switching semakin berkembang dari tahun ke tahun. Voice over Internet Protokol (VoIP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan sensor nirkabel (JSN) adalah sebuah teknologi interdisipliner yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro. Secara umum

Lebih terperinci

OPTIMASI PENENTUAN ZONA PADA PROTOKOL ROUTING HOPNET DENGAN TEKNIK MIN-SEARCHING

OPTIMASI PENENTUAN ZONA PADA PROTOKOL ROUTING HOPNET DENGAN TEKNIK MIN-SEARCHING OPTIMASI PENENTUAN ZONA PADA PROTOKOL ROUTING HOPNET DENGAN TEKNIK MIN-SEARCHING Pembimbing : Prof. Ir. Supeno Djanali, M.Sc, Ph.D Co-Pembimbing : Ir. Muchammad Husni, M.Kom Oleh: Surateno, NRP. 5108 201

Lebih terperinci

Studi Perbandingan Kinerja Model Transmisi TwoRayGround dan Nakagami pada OLSR di Lingkungan MANET Menggunakan NS-2

Studi Perbandingan Kinerja Model Transmisi TwoRayGround dan Nakagami pada OLSR di Lingkungan MANET Menggunakan NS-2 A566 Studi Perbandingan Kinerja Model Transmisi TwoRayGround dan Nakagami pada OLSR di Lingkungan MANET Menggunakan NS-2 Dhiya an Sabila Ramadhani, Radityo Anggoro Jurusan Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data di Badan Pusat Statistik (BPS) [1] yang bersumber dari Kantor Kepolisian Republik Indonesia, jumlah kendaraan bermotor di indonesia terus mengalami

Lebih terperinci

Analisis Performansi Algoritma Routing First Contact dengan Stationary Relay Node pada Delay Tolerant Network

Analisis Performansi Algoritma Routing First Contact dengan Stationary Relay Node pada Delay Tolerant Network Jurnal ELKOMIKA Vol. 4 No. 2 Halaman 123-133 ISSN (p): 2338-8323 Juli - Desember 2016 ISSN (e): 2459-9638 Analisis Performansi Algoritma Routing First Contact dengan Stationary Relay Node pada Delay Tolerant

Lebih terperinci

PENGARUH DENSITAS WIRELESS MOBILE NODE DAN JUMLAH WIRELESS MOBILE NODE SUMBER TERHADAP PATH DISCOVERY TIME PADA PROTOKOL ROUTING AODV

PENGARUH DENSITAS WIRELESS MOBILE NODE DAN JUMLAH WIRELESS MOBILE NODE SUMBER TERHADAP PATH DISCOVERY TIME PADA PROTOKOL ROUTING AODV PENGARUH DENSITAS WIRELESS MOBILE NODE DAN JUMLAH WIRELESS MOBILE NODE SUMBER TERHADAP PATH DISCOVERY TIME PADA PROTOKOL ROUTING AODV Sunario Megawan STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD HOC

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD HOC ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD HOC Sony Candra Dirganto, Ir. Muchammad Husni, M.Kom # Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi

Lebih terperinci

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami A396 Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami Hasbi As Shiddi Qi, Radityo Anggoro, Muchammad Husni Departemen Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (217) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) A-49 Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami Hasbi As Shiddi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan permintaan pasar untuk dapat berkomunikasi dan bertukar data dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan permintaan pasar untuk dapat berkomunikasi dan bertukar data dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi telekomunikasi tanpa kabel berkembang pesat seiring dengan permintaan pasar untuk dapat berkomunikasi dan bertukar data dengan mudah dan cepat. Teknologi

Lebih terperinci

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Dicky Rachmad P, Achmad Affandi Laboratorium Jaringan Telekomunikasi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan internet berbasis TCP/IP saat ini mendukung komunikasi end-to-end dengan fixed path antar peers yang tersedia [8], koneksi yang selalu tersedia dan maksimum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobile Ad Hoc Network (MANET) adalah sekumpulan wireless mobile yang terhubung satu sama lain secara dinamis tanpa membutuhkan infrastruktur jaringan yang tetap (Corson

Lebih terperinci

APLIKASI MASALAH 0/1 KNAPSACK MENGGUNAKAN ALGORITMA GREEDY

APLIKASI MASALAH 0/1 KNAPSACK MENGGUNAKAN ALGORITMA GREEDY PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI APLIKASI MASALAH 0/1 KNAPSACK MENGGUNAKAN ALGORITMA GREEDY Skripsi Diajukan untuk Menempuh Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Protokol Routing Ad Hoc On-Demand Multipath Distance Vector (AOMDV) Pada Mobile Ad Hoc Network. Tugas Akhir

Analisis Kinerja Protokol Routing Ad Hoc On-Demand Multipath Distance Vector (AOMDV) Pada Mobile Ad Hoc Network. Tugas Akhir Analisis Kinerja Protokol Routing Ad Hoc On-Demand Multipath Distance Vector (AOMDV) Pada Mobile Ad Hoc Network Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Strata 1 Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab pertama ini penulis menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah dari penelitian, tujuan dan manfaat dari penelitian, metodologi yang dipakai dalam melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI PROTOKOL ROUTING AODV DAN DSDV PADA WIRELESS SENSOR NETWORK

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI PROTOKOL ROUTING AODV DAN DSDV PADA WIRELESS SENSOR NETWORK ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI PROTOKOL ROUTING DAN PADA WIRELESS SENSOR NETWORK COMPARATIVE ANALYSIS OF AND ROUTING PROTOCOLS PERFORMANCE ON WIRELESS SENSOR NETWORK Justisia Satiti 1, Indrarini Dyah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... iii. PRAKATA... iv. ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN... vi. ABSTRACT... ix. INTISARI... x. DAFTAR ISI... xi. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... iii. PRAKATA... iv. ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN... vi. ABSTRACT... ix. INTISARI... x. DAFTAR ISI... xi. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI PERNYATAAN... iii PRAKATA... iv ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN... vi ABSTRACT... ix INTISARI... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1. Latar Belakang Wireless sensor network (WSN) memiliki peranan yang amat penting dalam berbagai bidang kehidupan.wsn merupakan infrastruktur suatu jaringan yang terdiri dari sekumpulan node sensor

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya teknologi wireless bluetooth diciptakan untuk menyelesaikan permasalahan yang sederhana, yakni untuk menggantikan peranan kabel pada

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Metode Routing Spray and Wait dengan Prophet untuk Daerah Terpencil

Analisis Perbandingan Metode Routing Spray and Wait dengan Prophet untuk Daerah Terpencil Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 4, April 2018, hlm. 1709-1717 http://j-ptiik.ub.ac.id Analisis Perbandingan Metode Routing Spray and Wait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi oleh pengirim (transmitter) dan penerima (receiver) agar komunikasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi oleh pengirim (transmitter) dan penerima (receiver) agar komunikasi dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemanfaatan layanan multimedia saat ini telah digunakan secara meluas dalam berbagai tujuan. Karena perkembangannya yang pesat, maka diperlukan suatu aturan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI 3.1 Analisis Sistem Analisis adalah penguraian dari suatu pembahasan, dalam hal ini pembahasan mengenai analisis perbandingan teknik antrian data First

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS SIMULASI

BAB IV HASIL DAN ANALISIS SIMULASI BAB IV HASIL DAN ANALISIS SIMULASI 4.1 Skenario Simulasi Skenario simulasi yang digunakan untuk menganalisa kinerja dari protokol routing AODV, AODV+ dan AODV-UU pada sebuah jaringan ad hoc. Pada bagian

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROTOKOL DESTINATION-SEQUENCED DISTANCE-VECTOR (DSDV) PADA JARINGAN WIRELESS AD HOC

ANALISIS KINERJA PROTOKOL DESTINATION-SEQUENCED DISTANCE-VECTOR (DSDV) PADA JARINGAN WIRELESS AD HOC ANALISIS KINERJA PROTOKOL DESTINATION-SEQUENCED DISTANCE-VECTOR (DSDV) PADA JARINGAN WIRELESS AD HOC Oleh: MOHAMAD FATCHUR ROCHMAN G64102047 DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis

BAB 4 PEMBAHASAN. penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada bab ini ditampilkan hasil dari simulasi yang telah dilakukan pada tahap penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wireless Local Area Network (WLAN) mesh network yang merupakan bagian dari Wireless Mesh Network (WMN) adalah suatu perkembang teknologi jaringan yang terdiri

Lebih terperinci

Bab 3 Parameter Simulasi

Bab 3 Parameter Simulasi Bab 3 Parameter Simulasi 3.1 Parameter Simulasi Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini memakai varian jaringan wireless mesh yaitu client mesh. Dalam hal ini akan digunakan client mesh dengan jumlah

Lebih terperinci

Rudi Kurniawan I. PENDAHULUAN

Rudi Kurniawan I. PENDAHULUAN Analisis Transfer Rate Penambahan Node pada Infrastruktur Mobile Adhoc Network (MANET) untuk File Server (Transfer Rate Analysis of Node Adding to Mobile Adhoc Network (MANET) Infrastructure for File Server)

Lebih terperinci

ACTIVE QUEUE MANAGEMENT UNTUK TCP CONGESTION CONTROL

ACTIVE QUEUE MANAGEMENT UNTUK TCP CONGESTION CONTROL TUGAS AKHIR RE 1599 ACTIVE QUEUE MANAGEMENT UNTUK TCP CONGESTION CONTROL HERI WAHYU PURNOMO NRP 2203100515 Dosen Pembimbing Eko Setijadi, ST., MT. Ir. Suwadi, MT. JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Gambar 3.1. Model Jaringan Kabel (Wired)

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Gambar 3.1. Model Jaringan Kabel (Wired) BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 ANALISA PERANCANGAN MODE GATEWAY Mode Gateway pada penelitian ini terdiri dari satu buah gateway yang terhubung dengan satu buah host dan satu buah router dengan media

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Protokol Ad Hoc On-Demand Distance Vector (AODV) dan Fisheye State Routing (FSR) pada Mobile Ad Hoc Network

Analisis Kinerja Protokol Ad Hoc On-Demand Distance Vector (AODV) dan Fisheye State Routing (FSR) pada Mobile Ad Hoc Network Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 7, Juli 2018, hlm. 2626-2636 http://j-ptiik.ub.ac.id Analisis Kinerja Protokol Ad Hoc On-Demand Distance Vector ()

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan internet, muncul tuntutan dari para pengguna jasa telekomunikasi agar mereka dapat memperoleh akses data dengan cepat dimana pun mereka berada.

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. topologi yang akan dibuat berdasarkan skematik gambar 3.1 berikut:

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. topologi yang akan dibuat berdasarkan skematik gambar 3.1 berikut: BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. TOPOLOGI SISTEM JARINGAN Dalam penelitian ini dilakukan pengembangan dan implementasi teknologi MIPv4 dengan diperhatikannya faktor kualitas layanan dan kehandalan. Adapun

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Routing Protocol AODV OLSR dan TORA Terhadap Stabilitas Jaringan Pada Mobile Ad hoc Network (MANET) Berbasis IPv6

Analisis Kinerja Routing Protocol AODV OLSR dan TORA Terhadap Stabilitas Jaringan Pada Mobile Ad hoc Network (MANET) Berbasis IPv6 Analisis Kinerja Routing Protocol AODV OLSR dan TORA Terhadap Stabilitas Jaringan Pada Mobile Ad hoc Network (MANET) Berbasis IPv6 Shinta Widyaningrum, Muhammad Salman Departemen Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

SIMULASI KINERJA MEKANISME KEAMANAN WATCHDOG ROUTING PROTOCOL AODV TERHADAP SERANGAN BLACK HOLE PADA MANET SKRIPSI. Oleh :

SIMULASI KINERJA MEKANISME KEAMANAN WATCHDOG ROUTING PROTOCOL AODV TERHADAP SERANGAN BLACK HOLE PADA MANET SKRIPSI. Oleh : SIMULASI KINERJA MEKANISME KEAMANAN WATCHDOG ROUTING PROTOCOL AODV TERHADAP SERANGAN BLACK HOLE PADA MANET SKRIPSI Oleh : WINDY PUSPITASARI 1034010027 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI

BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI 5.1 Implementasi Simulasi Kinerja jaringan Adhoc sebagian besar dipengaruhi oleh letak geografis wilayah, banyaknya faktor yang mempengaruhi membuat pengiriman data

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 PERANCANGAN DAN ANALISA UNJUK KERJA JARINGAN BERBASISKAN MOBILE IPV4 Alex 0700726464 Shendy Jayadi

Lebih terperinci

Modul 8 TCP/IP Suite Error dan Control Messages

Modul 8 TCP/IP Suite Error dan Control Messages Modul 8 TCP/IP Suite Error dan Control Messages Pendahuluan Tidak ada mekanisme untuk menjamin bahwa data yang dikirim melalui jaringan berhasil. Data mungkin gagal mencapai tujuan dengan berbagai macam

Lebih terperinci

PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) DENGAN SUMBER TRAFIK CBR, PARETO DAN EXPONENTIAL

PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) DENGAN SUMBER TRAFIK CBR, PARETO DAN EXPONENTIAL PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) DENGAN SUMBER TRAFIK, PARETO DAN EXPONENTIAL Faza Ahmad F 1) Sony Sumaryo, Ir, MT 2) Yudha Purwanto,Ir. MT 3) Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer transport yang digunakan untuk meminta kualitas layanan QoS tinggi transportasi data, untuk sebuah

Lebih terperinci

Optimasi Cross Layer Untuk Protokol Dynamic Source Routing Pada Komunikasi Antar Kendaraan Berbasis Vehicular Ad-Hoc Networks (VANETs)

Optimasi Cross Layer Untuk Protokol Dynamic Source Routing Pada Komunikasi Antar Kendaraan Berbasis Vehicular Ad-Hoc Networks (VANETs) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (217) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) A-464 Optimasi Cross Layer Untuk Protokol Dynamic Source Routing Pada Komunikasi Antar Kendaraan Berbasis Vehicular Ad-Hoc Networks

Lebih terperinci

5. QoS (Quality of Service)

5. QoS (Quality of Service) PENGENDALIAN MUTU TELEKOMUNIKASI 5. QoS (Quality of Service) Latar Belakang QoS Karakteristik Jaringan IP Alokasi Sumber Daya Definisi QoS QoS adalah suatu pengukuran tentang seberapa baik jaringan dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS DAN PERANCANGAN INFRASTRUKTUR JARINGAN NIRKABEL SEBAGAI MEDIA AKSES INTERNET PADA PT.

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS DAN PERANCANGAN INFRASTRUKTUR JARINGAN NIRKABEL SEBAGAI MEDIA AKSES INTERNET PADA PT. UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 ANALISIS DAN PERANCANGAN INFRASTRUKTUR JARINGAN NIRKABEL SEBAGAI MEDIA AKSES INTERNET PADA

Lebih terperinci