KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2014 Sekretaris Jenderal Selaku Ketua Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi Kementerian PU AGOES WIDJANARKO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2014 Sekretaris Jenderal Selaku Ketua Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi Kementerian PU AGOES WIDJANARKO"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Puji syukur Kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Laporan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Pekerjaan Umum (RBPU) Tahun , merupakan pelaporan yang menginformasikan tentang pencapaian masing-masing Kelompok Kerja (Pokja). Laporan ini memuat target pelaksanaan RBPU Tahun dan pencapaian program, baik program mikro yang mencakup 9 (Sembilan) program, Program Quick wins, dan prioritas Program RBPU. Di dalam target maupun pencapaian program tersebut berbasiskan Pokja RBPU yang meliputi Pokja Manajemen Perubahan, Penataan Peraturan Perundang-undangan, Penguatan dan Penataan Organisasi dan Penataan Tatalaksana, Penataan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur, Penguatan Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas, Peningkatan Pelayanan Publik, serta Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Meskipun di dalam laporan ini masih terdapat beberapa kekurangan, namun diharapkan laporan ini dapat memberikan manfaat untuk pelaksanaan RBPU yang telah disepakati dan menjadi komitmen bersama seluruh pejabat dan staf yang ada di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Sebagai penutup, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung terselesaikannya penyusunan laporan ini. Jakarta, Maret 2014 Sekretaris Jenderal Selaku Ketua Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi Kementerian PU AGOES WIDJANARKO i

2 ii

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR TABEL... vii EKSEKUTIF SUMMARY... viii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A Latar Belakang... 1 B Tujuan dan Sasaran Tujuan Sasaran... 6 C Ruang Lingkup... 6 BAB II. ROADMAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM... 9 A Kondisi Tahun Komitmen Pimpinan dan Peran Kementerian Pekerjaan Umum Kondisi Pelayanan Kementerian Pekerjaan Umum Kondisi Upaya Pemberantasan KKN Kondisi Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi B Kondisi Yang Diharapkan Tahun Peningkatan Kualitas Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum Pengembangan Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi Kondisi Yang Diharapkan Pada Upaya Pencegahan dan Pemberantasan KKN Pencapaian Area Perubahan Pada Tahun C Penetapan Kegiatan/Sasaran Prioritas D Kriteria Keberhasilan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian PU Tahun BAB III. PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM A Pelaksanaan 9 Program Mikro RBPU Program Manajemen Perubahan Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan Program Penataan dan Penguatan Organisasi Program Penataan Tata Laksana Program Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur iii

4 6. Program Penguatan Pengawasan Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Program Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan B Anggaran Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian C Pelaksanaan Quick Win Preservasi Penutupan Jalan Jalur Pantura Selama 10 Hari (Update Terakhir 20 Maret 2014) 2. Peningkatan Pelayanan Uji Laboratorium, Sertifikasi Dan Advice Teknis (PULSA) (Update Terakhir 20 Maret 2014) Operasionalisasi WBK pada PBJ Di Pantura (Cikampek Semarang) Untuk Paket Jasa Konstruksi >25 Milyar... D Pelaksanaan PMPRB PU E 1. Pihak Yang Melakukan Penilaian (Mandiri) Basis Penilaian Menggunakan Kriteria Terdapatnya Instrumen Survei Struktur Kerja PMPRB PU Pelaksanaan Penilaian (Proses Pelaksanaan Penilaian) Pelaksanaan Survei Pencapaian 3 Sasaran Reformasi Birokrasi (Pemberantasa Korupsi, Pelayanan Publik, Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja) Pelayanan Publik Kementerian Pekerjaan Umum Upaya Pemberantasan KKN Penguatan Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja BAB IV. PEMBELANJARAN DALAM PENINGKATAN KINERJA KEMENTERIAN PU A Keberhasilan Peningkatan Kinerja Manajemen Perubahan Laporan Akuntabilitas Kinerja Laporan Keuangan Peningkatan Pelayanan Publik B Manajemen Kementerian Pekerjaan Umum C D 1. Pengembangan E-Procurement Perencanaan Penganggaran Sistem Manajemen Kinerja Sistem Manajemen Mutu Audit Organisasi... Pengelolaan Sumber Daya Manusia Latar Belakang Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dinamika Lingkungan Strategik iv

5 E Penghargaan Penghargaan Tahun Penghargaan Tahun Penghargaan Tahun Penghargaan Tahun Penghargaan Tahun F Pembelajaran Lebih Lanjut Kendala Hambatan Faktor Pendukung BAB V PENUTUP A Kesimpulan B Rekomendasi C Rencana Tindak Lanjut Terkait Pelaksanaan 9 Program Mikro RB Terkait Pelaksanaan Agenda Prioritas Terkait Pelaksanaan PMPRB PU LAMPIRAN Tim Penyusun v

6 vi

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 1 Pola Pikir Pencapaian Visi Reformasi Birokrasi... 2 Gambar 1. 2 Struktur Reformasi birokrasi Kementerian PU Gambar 2.1 Kerangka Evaluasi Kinerja Organisasi Gambar 2.2. Profil Kinerja Kementerian Gambar 3. 1 Keterkaitan Antara Program RB dan Subkriteria PMPRB Gambar 3. 2 Struktur organisasi PMPRB Kementerian Pekerjaan Umum Gambar 3. 3 Alur proses PMPRB Kementerian PU Gambar 3. 4 Keterkaitan Pokja Lain dalam Upaya Penyusunan Standar Pelayanan Gambar 3. 5 Struktur Agenda Prioritas Gambar 4. 1 Arah Manajemen Perubahan Gambar 4. 2 Grafik Kesiapan Unit Kerja dalam Melaksanakan Reformasi Birokrat Gambar 4. 3 Progres Keuangan Kementerian PU Tahun Gambar 4. 4 Skema Konsultasi Regional Gambar 4. 5 Mekanisme Perencanaan dan Penganggaran Gambar 4. 6 Siklus Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Gambar 4. 7 Jumlah PNS Kementerian PU, April Gambar 4. 8 Visi Pengembangan SDM Kementerian PU Gambar 4. 9 Misi Pengembangan SDM Kementerian PU Gambar Tujuan Pengembangan SDM Kementerian PU Gambar Orientasi TURBINBANGWAS Kementerian PU Gambar Milestone Master Plan Pengelolaan SDM Kementerian PU, Tahun Gambar Sasaran dan Indikator Master Plan Pengelolaan SDM Kementerian PU vii

8 viii

9 DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Evaluasi Kinerja Kementerian PU Tabel 2.2 Sasaran dan Indikator Keberhasilan Reformasi Birokrasi Tabel 2.3 Sasaran dan Indikator Keberhasilan Reformasi Birokrasi Tabel 2.4 Hasil yang diharapkan atas pelaksanaan Reformasi Birokrasi Tabel 3.1 Tujuan Reformasi Birokrasi Menuju Area Perubahan Tabel 3.2 Keterkaitan Grand Design dan Road map Reformasi Birokrasi Tabel 3.3 Detail aktifitas yang harus dilakukan oleh pokja monev akhir 2011 dan awal Tabel 3.4 Matriks penilaian pelaksanaan RB Kementerian/Lembaga Tabel 3.5 Analisis monitoring dan evaluasi Tabel 3. 6 Estimasi Kebutuhan Dana RB Kementerian PU Tabel 3.7 Exercise Kebutuhan Tunjungan Kinerja Kementerian PU Tabel 3.8 Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan uji laboratorium pusair Tabel 3.9 Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan uji laboratorium pusjatan Tabel 3.10 Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan uji laboratorium puskim Tabel 3.11 Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan sertifikasi Pusjatan Tabel 3.12 Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan sertifikasi Puskim Tabel 3.13 Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan advis teknis Pusair Tabel 3.14 Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan advis teknis Pusjatan Tabel 3.15 Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan advis teknis Puskim Tabel 3.16 Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan advis teknis Pussosekling Tabel 3.17 Lokasi Pelaksanaan Quick Wins Operasionalisasi WBK Tabel 3.18 Hasil Panel Tabel 3.19 Hasil Panel Tabel 3.20 Hasil survei responden Tabel 4. 1 Strategi Perubahan Tabel 4. 2 Kategori Penilaian Akuntabilitas Kinerja Tabel 4. 3 Perkembangan Penilaian Laporan Akuntabilitas Kinerja ix

10 Tabel 4. 4 Rincian Alih Status/Hibah BMN Tahun Tabel 4. 5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Evaluasi Pencapaian Kelompok Kerja Dalam Mendukung Road Map RBPU Berdasarkan Penialian Pokja Monitoring Evaluasi Tahun Nilai Kesiapan Pelaksanaan Sembilan Program Mikro Reformasi Birokrasi Kementerian PU... Hasil Peer Review Kesiapan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian PU... Perbandingan Nilai Antar Hasil Observasi I dan II Kementerian PU... Hasil dan Tindak Lanjut Pencapaian Target Kelompok Kerja dalam Road map Reformasi Birokrasi Kementerian PU Tahun Tabel 4.10 Progres Keuangan Kementerian PU Tahun Tabel 4.11 Pengembangan E-Procurement dari waktu ke waktu Tabel 4.12 Tampilan Jumlah Paket Per-tahun Dalam E-procurement Tabel 4.13 Tampilan Jumlah Pengguna Sistem E-procurement Per-tahun Tabel 4.14 Tampilan Jumlah Penyedia Jasa dalam E-Procurement Tabel 4.15 Jumlah PNS Kementerian PU Berdasarkan Tingkat Pendidikan, April Tabel 4.16 Jumlah PNS Kementerian PU Berdasarkan Unit Kerja, April

11 EKSEKUTIF SUMMARY Mengacu pada hasil pencapaian pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian Pekerjaan Umum tahun , maka beberapa catatan penting perlu untuk dikemukakan sebagai bagian dari gambaran progress pelaksanaan reformasi birokrasi sekaligus akan digunakan sebagai baseline menuju fase road map reformasi birokrasi tahap kedua tahun Beberapa catatan penting progress pelaksanaan reformasi birokrasi , yang dapat dijadikan overview simpulan antara lain: a. b. Ketercapaian 9 Program Mikro Reformasi Birokrasi Melihat komposisi pencapaian output pelaksanaan 9 program mikro reformasi birokrasi, dapat disimpulkan bahwa Kementerian PU telah berupaya maksimal melaksanakan program reformasi birokrasi sejalan dengan road mapnya. Hal ini terlihat pada hasil evaluasi tahunan yang dilaksanakan oleh Pokja Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan yang secara tabulasi menampilkan rata-rata pencapaian kegiatan dalam program reformasi birokrasi selama kurun waktu yang dinilai dari pemenuhan dokumen pelaksanaan berada pada kisaran nilai Sedangkan pencapaian kualitas dokumen pelaksanaan, berdasarkan penilaian Kementerian PAN-RB pada awal tahun 2012 dengan melakukan Desk Asessment memberikan nilai 64 untuk kesiapan pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian PU, atau setara dengan fase CHECK dalam siklus PDCA. Catatan dari pelaksanaan keseluruhan program mikro reformasi birokrasi tersebut menunjukkan hanya beberapa program yang memiliki kendala pencapaian sesuai dengan road map yang telah ditetapkan. Beberapa dari kendala pencapaian tersebut merupakan implikasi dari kebijakan nasional yang berada di luar kendali kementerian untuk mengubahnya, seperti kebijakan moratorium pengadaan pegawai yang mempengaruhi ketercapaian road map program MSDM aparatur. Atau keterlambatan pencapaian output karena kendala teknis Internal seperti keterlambatan penyusunan kelembagaan pelaksana terkait pencapaian target tertentu seperti asessmen individu berdasarkan kompetensi yang memerlukan kelembagaan pelaksanaan asessmen. Sedangkan untuk program dan kegiatan lain relatif terlaksana dengan baik. Penanganan Atas 3 Agenda Prioritas Dalam rangka memberikan arahan bagi pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian PU, maka ditetapkan 3 agenda prioritas untuk mencapai sasaran reformasi birokrasi, yaitu Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, Penguatan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi, dan Pencapaian Kondisi Birokrasi Yang Bersih Dan Bebas Dari KKN. Agenda prioritas tersebut merupakan arahan utama dalam melaksanakan reformasi birokrasi yang harus telah mengkonsolidasi rencana aksi pada beberapa kegiatan terkait untuk mengoptimalkan pencapaiannya. xi

12 Diawali dengan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik sebagai agenda prioritas pertama, target penerapan standar pelayanan menjadi kendala tersendiri apabila mengikuti ketentuan Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 36 Tahun 2012 tentang Standar Pelayanan yang merupakan penjabaran dari UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Permasalahan muncul ketika esensi besar dari penggunaan 14 komponen standar pelayanan yang diamanatkan oleh Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 36 Tahun 2012 tersebut, lebih bernuansa pelayanan langsung. Sementara itu, output utama dari pembangunan infrastruktur ke-pu-an lebih memungkinkan untuk digolongkan ke dalam jenis pelayanan tidak langsung, terkait penyediaan barang publik. Tentu saja menjadi kurang relevan untuk dirumuskan dan dievaluasi menggunakan Pedoman Penilaian Unit Pelayanan Publik sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 38 Tahun Melihat kondisi tersebut, Kementerian PU menetapkan 13 jenis pelayanan langsung (terkait pelayanan jasa dan informasi) untuk dapat dirumuskan dan dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian agenda prioritas pertama ini. Penyusunan dan penerapan standar pelayanan untuk 13 jenis pelayanan langsung ini, menjadi model bagi pelaksanaan pelayanan publik di Kementerian PU yang dalam implementasinya bersinergi dengan keberadaan program/kegiatan lainnya seperti: (i) Program Penataan Tatalaksana dalam kegiatan penyusunan SOP nya; (ii) Program Penataan Peraturan Perundangan terkait kebutuhan penyusunan perundangan (regulasi) sebagai tindak lanjut keberadaan UU 25 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 36 Tahun 2012; (iii) Program Penguatan Organisasi terkait kegiatan penguatan unit kerja pelayanan publik; dan (iv) Program Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur terkait penyusunan standar kompetensi bagi petugas penyelenggara pelayanan publik. Demikian halnya dengan pelaksanaan quick wins sebagai bentuk short-term goal terkait penyelenggaraan pelayanan publik, memiliki keterkaitan dengan beberapa program dan kegiatan reformasi birokrasi lainnya. Agenda prioritas kedua, Penguatan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi, yang dimanifestasikan dalam kegiatan penerapan sistem manajemen kinerja organisasi dan individu, dioperasionalisasi melalui peningkatan kualitas SAKIP yang masih bernilai B+ (score 73,8) yang terkendala menuju nilai A karena belum terintegrasinya manajemen kinerja individu di dalamnya. Untuk mendukung hal tersebut, telah ditetapkan Permen PU Nomor 15/PRT/M/2013 tentang Pedoman Pemberian Tunjangan Kinerja dimana di dalamnya diatur mengenai bagaimana pengendalian prestasi kerja pegawai yang terdiri dari Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan Perilaku Kerja. Terkait penyusunan dan penerapan SKP tersebut, mulai tahun 2013 telah dilakukan uji coba penerapan SKP yang dikuatkan melalui Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian PU Nomor KP Sj/384 tanggal 5 Desember Secara efektif, SKP ini akan diimplementasikan mulai tahun 2014, dimana nilai kinerjanya akan digunakan sebagai dasar pemberian tunjangan kinerja pegawai tahun Sementara itu, terkait pelaksanaan agenda prioritas ketiga yaitu Pencapaian Kondisi Birokrasi Yang Bersih dan Bebas dari KKN, kementerian PU telah melakukan beberapa upaya seperti: (i) penerapan SPIP yang ditetapkan melalui Instruksi Menteri Nomor 02 Tahun 2011; (ii) Operasionalisasi Wilayah Bebas Korupsi (WBK) pada pengadaan barang dan jasa secara bertahap, xii

13 mulai dari Pantura, Pulau Jawa dan kemudian seluruh Indonesia; dan (iii) keikutsertaan dalam program Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) yang bekerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selama kurun waktu c. Pelaksanaan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Sebagai Instrumen Evaluasi Pelaksanaan RBPU Pelaksanaan PMPRB di Kementerian PU telah diawali sejak tahun 2012, yaitu sejak ditetapkannya organisasi pengelola PMPRB dan penetapan asesor sebagai ujung tombak penilainya. Di dalam perkembangannya, asesor dibantu dengan keberadaan Tim I sampai Tim VII yang secara operasional berfungsi mendampingi Inspektur Jenderal dan Asesor dalam pelaksanaan Panel I dan II. Oleh karena pembentukan dan pemilihan keanggotaan Tim I-VII ini disesuaikan dengan fungsi jabatannya, maka proses standarisasi penilaian dalam tahap Panel akan lebih akurat. Di dalam proses penilaian oleh para asesor, kementerian PU juga telah menyusun pedoman pemahaman atas seluruh Sub Kriteria (alur pikir) sehingga pemahaman subkriteria tidak harus 100% mengikuti pertanyaan pemandu (guiding question). Alur pikir ini juga berguna dalam mensinergikan output dalam road map yang berbasis program/kegiatan dengan kriteria evaluasi PMPRB yang berbasis Kriteria/SubKriteria. Sehingga terkait pelakanaan PMPRB di Kementerian PU, beberapa instrumen perlu didesain untuk lebih mengharmonisasi antara penetapan dan pelaksanaan program/kegiatan di dalam road map dengan manajemen feedback atas rencana tindak dalam kertas kerja evaluasi PMPRB, sehingga continuous improvement dapat dikelola dengan baik. Beberapa catatan yang perlu mendapat perhatian untuk meningkatkan pencapaian manfaat dari pelaksanaan PMPRB di kemudian hari adalah: Pertama, perlu segera dirumusan Indikator Kinerja Dalam Bentuk Indeks Yang Distandarkan Atas Seluruh SubKriteria. Hal ini menjadi perlu manakala tata cara penilaian komponen hasil dilakukan dengan menggunakan pendekatan kecenderungan dan target yang bukan merupakan indeks yang distandarkan secara nasional, sehingga penetapan angka target antar K/L akan menjadi bias dan kurang terukur. Untuk itu, langkah Kedua yang perlu dilakukan adalah perlu segera disusun Panduan Penjabaran Pelaksanaan SubKriteria Yang Terintegrasi Dengan Kegiatan Dalam Program Mikro Reformasi Birokrasi. Hal tersebut ditujukan untuk memberikan pemahaman yang sama tentang subkriteria, sehingga pemahaman yang selama ini dilakukan melalui butir-butir pertanyaan pemandu yang sangat multipersepsi dan kurang terstandar bisa dihilangkan. Langkah selanjutnya adalah Ketiga, memasukkan feedback (rencana tindak lanjut) yang berada di dalam kertas kerja PMPRB ke dalam dokumen resmi (road map misalnya), sehingga menjadikan rencana pelaksanaan program kerja memiliki instrumen evaluasi yang formal. Sedangkan catatan penting atas kondisi capaian pelaksanaan reformasi birokrasi yang dapat digunakan sebagai baseline menuju fase roadmap reformasi birokrasi kedua adalah sebagai berikut: xiii

14 1. 2. Kondisi Kesiapan SDM SDM Kementerian Pekerjaan Umum yang berjumlah sekitar 21 ribu pegawai menjadi modal utama untuk menopang target pembangunan yang diamanatkan kepada PU di masa-masa mendatang. Dari sisi kuantitas, jumlah tersebut sebetulnya masih kurang jika dihitung dari analisa beban kerja yang diproyeksi mencapai angka kebutuhan pegawai sebesar 26 ribu, dalam mendukung pencapaian Rensta PU Sampai saat ini, kekurangan kebutuhan SDM dari sisi jumlah tersebut masih ditopang oleh keberadaan Pegawai Harian yang jumlahnya sekitar 5000 pegawai. Pada masa mendatang, kebutuhan dari sisi jumlah ini dapat naik atau turun tergantung target dan peran yang diemban oleh Kementerian PU selanjutnya. Dari sisi kualitas, kebutuhan kualifikasi SDM PU secara generik dapat digambarkan melalui ketercukupan tingkat pendidikan pegawainya dimana dari jumlah total pegawai PU, sebesar 48 persen memiliki pendidikan di bawah sarjana. Hal ini memerlukan akselerasi program pengembangan pegawai untuk mendukung fungsi K/L pasca otonomi dimana fungsi pengaturan, pembinaan dan pengawasan dituntut lebih besar daripada fungsi pelaksanaan pembangunan. Dalam pemenuhan ketiga ungsi tersebut membutuhkan kualifikasi yang lebih tinggi daripada sekedar kualifikasi pelaksana. Untuk itu, Kementerian PU telah merencanakan program redistribusi pegawai, peningkatan kompetensi, dan penetapan peta jabatan yang akan diberlakukan mulai tahun 2015 dalam rangka menggawangi kompetensi dan profesionalisme SDM aparaturnya Kementerian PU menuju pencapaian target pelayanan di tahun 2019 dan Kondisi Kesiapan Perangkat/Manajemen Organisasi Perangkat/manajemen organisasi dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Tingkat Efektivitas Perundangan Program penataan perundangan di Kementerian PU meliputi pemetaan peraturan perundangan yang disharmoni dan tumpang tindih, regulasi dan deregulasi sampai dengan akhir periode road map. Perundangan yang telah diterbitkan di Kementerian PU, secara garis besar dapat digolongkan menjadi perundangan yang mendukung sektor, dan perundangan yang mendukung manajemen atau reformasi birokrasi. Terkait pelaksanaan perundangan yang mendukung sektor, kementerian PU telah melaksanakannya melalui penerbitan beberapa Permen PU sesuai dengan peran dan tugas yang diamanatkan. Sementara itu, terkait pelaksanaan perundangan yang mendukung manajemen atau reformasi birokrasi, Kementerian PU telah mengidentifikasi dan merumuskan beberapa kebutuhan untuk mendukung pelaksanaan road map Beberapa diantaranya telah dilegalkan dan diterapkan seperti yang terkait dengan Sistem manajemen Mutu, Kode Etik Pegawai, Tunjangan Kinerja, Sasaran Kerja Pegawai, Jam Kerja, dan beberapa lainnya. Hal ini perlu terus diupayakan optimalisasi penerapannya dalam rangka menuju fase pelaksanaan road map kedua, xiv

15 2) 3) 4) Kelengkapan Sistem/Prosedur Kerja Dalam upaya mempersiapkan diri menuju road map gelombang kedua, Kementerian PU telah melaksanakan program penataan sistem/prosedur kerja dalam Program Penataan Tatalaksana. Hal-hal yang telah dicapai pada periode berupa pemetaan kebutuhan tatalaksana/prosedur kerja, serta penyusunan SOP di seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian PU. Setelah dilakukan review internal dan hasil dari Peer Assessment BPKP, sistem dan prosedur kerja ini perlu dikelola secara terpadu agar terstandar dan terkendali,, mulai dari aspek penyusunan, kelembagaan pelaksanaannya, manajemen pengelolaan dan implementasinya, serta tata cara evaluasi efektivitas pelaksanaannya. Sebagai contoh, Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu Departemen Pekerjaan Umum, dapat digunakan sebagai instrumen yang diberlakukan secara serentak di seluruh unit organisasi Kemeneterian PU untuk menyusun dan mengelola sistem/prosedur kerja yang ada. Hal ini menjadi titik tolak Kementerian PU untuk terus membuat process streamlining (penyederhanaan proses) untuk mengefektifkan serta mengefisiensikan proses pelaksanaan pekerjaan pada seluruh unit organisasi yang dimiliki. Menilik dari hasil yang telah dicapai, kiranya tak berlebihan apabila dalam menyongsong era road map kedua ( ) Kementerian PU telah siap dari sisi kelengkapan sistem/prosedur kerja. Pekerjaan rumah yang masih menunggu terkait aspek ini adalah upaya untuk mengintegrasikan penerapan sistem/prosedur kerja ini dengan pembangunan/pengembangan e-government. Dukungan Budaya Organisasi Sebagai salah satu instrumen manajemen, budaya organisasi tak dapat dipisahkan dari keberhasilan organisasi dalam mencapai kinerjanya. Kementerian PU telah merumuskan budaya organisasi dalam Buku Budaya Kerja PNS PU yang terbit tahun 2010, meliputi budaya bekerja keras, bergerak cepat dan bertindak tepat. Budaya organisasi ini didukung nilai-nilai organisasi PU seperti Kemitraan, Kerjasama Tim, Efektif dan Efisien, Inovatif, dan Keterbukaan. Budaya organisasi ini akan dikembangkan secara lebih detail sampai dengan indikator perilaku utama yang harus ditunjukkan pada setiap karakteristik jabatan dalam menjalankan tugas pekerjaannya. Dengan kepemilikan atas budaya organisasi ini, Kementerian PU meyakini akan dapat menjalankan tantangan masa depan, termasuk ikut mensukseskan target utama reformasi birokrasi sesuai amanat Grand Design RBPU sampai dengan Manajemen SDM Di dalam pencapaan road map atas Program Penataan MSDM Aparatur, Kementerian PU telah mengimplementasikan seluruh target program yang dibebankan di level meso (Pemenuhan 9 program RB), dan target-target lain sesuai dengan road map yang telah disusun. Terkait kegiatan dalam road map PU, hampir seluruh program telah dilaksanakan dengan baik kecuali pemenuhan target asesmen individu yang xv

16 menunggu instrumennya siap pada akhir tahun Sebagai bagian dari penyempurnaan kebijakan reformasi birokrasi di bidang SDM ini, diperlukan penambahan kegiatan di dalam 9 program reformasi birokrasi yang digulirkan Kementerian PAN dan RB seperti diperlukannya pola karier sebagai salah satu kegiatan yang perlu dimunculkan, termasuk kegiatan perencanaan pegawai sebagai suatu tahapan sebelum proses rekrutmen pegawai dilaksanakan. Melihat kondisi kesiapan perangkat manajemen SDM ini, Kementerian PU akan lebih siap untuk memenuhi target yang akan di set up pada periode ) Organisasi Pelaksana Grand Design reformasi birokrasi di Indonesia menetapkan sasaran jangka panjang adalah sampai tahun 2025 yang akan dicapai melalui tiga periode road map, yaitu periode , , dan Untuk mengelola perubahan dalam jangka panjang dibutuhkan pengelolaan pelaksanaan program-program reformasi secara berkesinambungan. Dukungan organisasi pelaksana yang fokus dan secara menerus mengawal pelaksanaan reformasi sangat diperlukan. Kementerian PU telah membentuk beberapa tim pelaksana reformasi birokrasi, yaitu Tim RB Kementerian PU ditetapkan dengan Keputusan Menteri PU Nomor 662/KPTS/M/201; Kelompok Kerja RB Kementerian PU ditetapkan dengan Keputusan Sekretaris Jenderal Nomor 02.1/KPTS/SJ/2011, Organisasi Manajemen Perubahan RB Kementerian PU berdasarkan Keputusan Menteri PU Nomor 445/KPTS/M/2012 dan terahir adalahtim Pelaksana Sekretariat Manajemen Perubahan ditetapkan dengan Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian PU Nomor 43/KPTS/SJ/2013. Keseluruhan tim yang dibentuk telah bertugas sesuai tugas yang diamanatkan. Untuk lebih optimalnya pelaksanaan reformasi pada fase road map kedua tahun , perlu dipertimbangkan unsur-unsur pelaksana RB ditetapkan dalam struktur organisasi formal yang secara eksplisit memiliki tugas dan fungsi pelaksanaan reformasi birokrasi. Melalui struktur organisasi pelaksana RB tersebut diharapkan kesinambungan peran sebagai pengelola reformasi yang secara terus menerus membangun pemahaman reformasi secara masif kepada seluruh pegawai akan lebih efektif dan efisien serta sekaligus dapat menggerakkan seluruh elemen di Kementerian PU. 3. Orientasi/Kondisi Komitmen Penyelenggaraan Pelayanan Publik Mengingat desain tahapan keberhasilan pelaksanaan RBPU dalam kegiatan pelayanan publik pada setiap akhir periode road map telah ditetapkan, yaitu Pelayanan Minimal pada akhir periode 2014, Pelayanan Prima Pada Output Utama PU pada tahun 2019, dan Pelayanan Prima Pada Seluruh Output PU pada tahun 2025, maka target pelayanan yang dirumuskan perlu segera diakselerasi pelaksanaannya. Sebagaimana salah satu perangkat perundangan yang kita miliki, yaitu Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang SMM yang mewajibkan seluruh unit pelaksana SMM untuk membuat Pakta Komitmen sebelum xvi

17 menerapkan SMM, maka untuk jenis proses penyelenggaraan pelayanan publik lainnya pun perlu segera dikemas dalam irama kinerja yang sama. Sebagaimana pula diatur dalam Permen PAN-RB Nomor 36Tahun 2012, bahwa setiap unit penyelenggara pelayanan publik harus menetapkan Maklumat Layanan (Janji Layanan) yang merupakan statemen janji/komitmen organisasi dalam menyelenggarakan pelayanan publik, maka dalam menyongsong road map RBPU perlu dioptimalkan jenis dan kualitas layanan publik dari seluruh target output pembangunan yang diamanatkan kepada Kementerian PU. xvii

18

19

20

21 BAB 1 A. LATAR BELAKANG Dalam rangka tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik, Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah diwajibkan melaksanaan Reformasi Birokrasi (RB) secara menyeluruh yang dilaksanakan bertahap 5 (lima) tahunan sampai tahun Pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan sebagai landasan legal dan operasional untuk mempercepat pelaksanaan Reformasi Birokrasi periode Peraturan perundangundangan tersebut adalah: 1) Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) yang berisi rancangan induk kebijakan reformasi birokrasi secara nasional untuk kurun waktu ; 2) Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road map Reformasi Birokrasi (RMRB) berisi rancangan rinci program reformasi birokrasi dalam kurun waktu lima tahun ; dan 3) Peraturan Menteri PAN dan RB sebagai pedoman operasional penyusunan dan penerapan program Reformasi Birokrasi di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 menegaskan bahwa pada tahun 2011 seluruh Kementerian dan Lembaga telah mewujudkan komitmen melaksanakan proses Reformasi Birokrasi secara bertahap untuk mewujudkan Visi Reformasi Birokrasi Visi Reformasi Birokrasi adalah Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia, yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen pemerintahan yang demokratis. Visi Reformasi Birokrasi tersebut adalah keputusan strategis untuk memaksimalkan peran aparatur birokrasi guna mewujudkan visi pembangunan nasional berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, yaitu: Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. Pola pikir pencapaian visi reformasi birokrasi secara operasional diuraikan pada Gambar 1, yaitu dimulai dari penyempurnaan kebijakan nasional bidang aparatur yang mendorong terciptanya kelembagaan yang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian. Kebijakan dilaksanakan melalui penataan dan penguatan peraturan perundang-undangan, organisasi, tata laksana dan SDM serta didukung 1

22 sistem pengawasan dan akuntabilitas yang mampu mewujudkan pemerintahan yang berintegritas tinggi. Melalui manajemen perubahan, implementasi hal-hal tersebut pada Kementerian Pekerjaan Umum (PU) akan mengubah mind set dan cultural set birokrat PU ke arah budaya yang lebih profesional, produktif, dan akuntabel untuk memenuhi ketiga sasaran Reformasi Birokrasi. Proses, dan sasaran Reformasi Birokrasi berorientasi untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat menuju kondisi profil birokrasi yang diharapkan pada tahun Gambar 1.1. Pola Pikir Pencapaian Visi Reformasi Birokrasi Dalam pelaksanaannya, operasionalisasi Visi dilakukan melalui empat misi sebagai berikut: Membentuk/menyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik; Melakukan penataan dan penguatan organisasi, tatalaksana, manajemen sumber daya manusia aparatur, pengawasan, akuntabilitas, kualitas pelayanan publik, perubahan mind set dan cultural set; Mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif; Mengelola sengketa administrasi secara efektif dan efisien. 2

23 Keempat misi di atas diarahkan pada tujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi disebutkan bahwa pada level mikro, seluruh Kementerian/Lembaga diarahkan untuk menyelenggarakan program Reformasi Birokrasi (RB) berbasis 9 program dan 27 kegiatan. Kesembilan program mikro Reformasi Birokrasi tersebut adalah: (i) Manajemen Perubahan; (ii) Penataan Peraturan Perundangan; (iii) Penataan dan Penguatan Organisasi; (iv) Penataan Tatalaksana; (v) Penataan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur; (vi) Penguatan Pengawasan; (vii) Penguatan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi; (viii) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik; dan (ix) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Pada implementasinya, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menetapkan pengelolaan program diafiliasikan dengan pengelola fungsi struktur dalam organisasinya, misalnya penataan peraturan perundangan dengan Biro Hukum, penguatan pengawasan dengan Inspektorat Jenderal, dan sebagainya. Untuk Biro Kepegawaian sendiri, karena memiliki 3 (tiga) fungsi yang paralel dengan keberadaan program mikro Reformasi Birokrasi tersebut, maka Koordinator Kelompok Kerja Penataan dan Penguatan Organisasi & Penataan Tatalaksana (Ortala) menangani program Penataan dan Penguatan Organisasi, dan program Penataan Tatalaksana. Sedangkan program Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur dikoordinasikan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat). Dasar hukum dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian PU Tahun 2013 meliputi: Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi ; Permen PU Nomor: 22/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Penyusunan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian PU; Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Road Map RB K/L dan Pemda; Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1 Tahun 2012 tentang Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi; Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 31 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Secara Online; Permen PU Nomor 17/PRT/M/2012 Tentang Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja dan Penetapan Kinerja di Lingkungan Kementerian PU; Permen PU Nomor 15/PRT/M/2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian PU; Keputusan Menteri Nomor 445 Tahun 2012 Tentang Tim Manajemen Perubahan; Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian PU Nomor 43/KPTS/SJ/2013 Tentang Tim Pelaksana Sekretariat Manajemen Perubahan; 3

24 Inmen PU Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah; Surat Dokumen Usulan dan Road Map RB Kementerian PU kepada Kementerian PAN & RB No: OR Sj/245 Tanggal 9 Agustus 2011; Hasil Peringkat Jabatan yang telah disepakati Kementerian PAN & RB No: OR Sj/88 Tanggal 21 Maret 2011; Surat Calon Assessor PU dari Itjen PU Nomor: PD Ij/275 Tanggal 20 November B. TUJUAN DAN SASARAN 1. Tujuan Tujuan Reformasi Birokrasi adalah menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Pada Kementerian Pekerjaan Umum, tujuan secara umum yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi PU adalah penguatan birokrasi yang profesional dan berintegritas hingga tahun 2014 melalui penguatan 3 (tiga) hal sebagai berikut: Meningkatkan pengawasan dan akuntabilitas untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih, bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme. Mengembangkan standar pelayanan dan menguatkan unit pelayanan publik untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Mewujudkan profesionalisme SDM aparatur yang didukung oleh sistem rekrutmen dan promosi aparatur yang berbasis kompetensi, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan. Adapun maksud dari pelaksanaan program Reformasi Birokrasi Kementerian PU meliputi hal-hal berikut ini, yaitu: Memberikan dukungan yang bersifat taktis dan psikologis untuk mengelola perubahan terkait pelaksanaan reformasi birokrasi. Mendapatkan organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing and right function). Menyediakan proses penyelenggaraan pemerintahan yang terstandar, efektif dan efisien. Meningkatkan kapasitas dan kompetensi unit kerja dan SDM Aparaturnya sehingga mampu memajukan kualitas SDM Kementerian PU menjadi Aparatur Negara yang berintegritas, kompeten, dan profesional. Memonitor seluruh proses pelaksanaan kegiatan reformasi birokrasi, mengevaluasi pelaksanaan yang telah dilakukan serta melaporkan pelaksanaan reformasi birokrasi dan sebagai langkah awal pembenahan dalam menstandarisasi substansi pelaksanaan pengendalian, evaluasi dan pelaporan reformasi birokrasi yang telah berjalan di Kementerian PU. 4

25 Gambar 1.1. Struktur Reformasi Birokrasi Kementerian PU Maksud dan tujuan Reformasi Birokrasi Kementerian PU dapat tercapai dengan melakukan hal-hal sebagai berikut: Menyusun tim pengelola perubahan, menyusun strategi perubahan, strategi komunikasi, strategi pelatihan, serta melakukan sosialisasi terkait dalam mendukung implementasi reformasi birokrasi Melaksanakan restrukturisasi tugas dan fungsi. Penguatan unit kerja yang menangani masalah organisasi, tatalaksana, pelayanan publik, kepegawaian dan diklat. Menyusun tatalaksana pada level Kementerian. Menyusun tatalaksana unit organisasi. Menyusun Standard Operating Procedure (SOP) penyelenggaraan tugas dan fungsi. Menerapkan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi. Menyusun, mengembangkan dan menerapkan e-government. Menjadi acuan dan bahan evaluasi pelaksanaan di masa yang akan datang, sehingga pelaksanaan Program Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur di Kementerian PU menjadi lebih baik. Mendorong mekanisme akuntabilitas yang baik dan kontrol yang kuat agar tujuan tercapai. Membudayakan pelaporan kinerja, monitoring dan evaluasi kinerja. Mendorong budaya sadar berkinerja. Memberikan saran perbaikan untuk peningkatan kinerja dan penguatan akuntabilitas instansi. Menjamin agar pelaksanaan reformasi birokrasi dijalankan sesuai dengan ketentuan dan target yang ditetapkan dalam Road Map Kementerian PU. 5

26 2. SASARAN Terdapat 3 (tiga) sasaran Reformasi Birokrasi pada tahun Sasaran-sasaran tersebut meliputi terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme; meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat; dan meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Khusus untuk sasaran lima tahun pertama reformasi birokrasi ( ), sasaran difokuskan pada penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka mewujudkan ketiga sasaran reformasi birokrasi. Penguatan birokrasi pemerintah akan diukur secara nasional menggunakan sasaran dan indikator keberhasilan reformasi birokrasi seperti tertera pada gambar 2 di bawah ini. C. RUANG LINGKUP Program Reformasi Birokrasi Kementerian PU memiliki ruang lingkup dalam proses pelaksanaannya, yaitu pada 9 (Sembilan) program untuk tingkat mikro. Manajemen Perubahan Penataan peraturan perundang-undangan Penataan dan penguatan organisasi Penataan tata laksana Penataan sistem manajemen aparatur Penguatan pengawasan Penguatan akuntabilitas kinerja Peningkatan kualitas pelayanan publik Monitoring, evaluasi dan pelaporan 6

27

28

29 BAB 2 A. KONDISI TAHUN 2010 Upaya menggambarkan kondisi Tahun 2010 yang terkait dengan reformasi birokrasi diawali dengan menunjukkan komitmen Kementerian Pekerjaan Umum (PU) pada proses reformasi birokrasi, dilanjutkan pada informasi spesifik tentang peran Kementerian PU dalam menempatkan pemahaman reformasi birokrasi secara proporsional. Penggambaran kondisi saat ini (tahun 2010) dilakukan melalui pendekatan pada 3 hal sebagai berikut: Hasil Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Organisasi Kementerian PU Inventarisasi dan Penilaian dokumen berbasis 9 program mikro, beserta Rencana Aksi kegiatan (Form 1, 2 dan 3) sesuai Permen PAN&RB Nomor 9 Tahun 2011 Turunan indikator keberhasilan reformasi birokrasi nasional Terkait Hasil Evaluasi Kinerja Organisasi Kementerian PU, kondisi kinerja Kementerian Pekerjaan Umum sampai dengan tahun 2010 dapat digambarkan berdasarkan hasil evaluasi kinerja organisasi sesuai ketentuan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.19/m.PAN/ tentang Petunjuk Pelaksanan Evaluasi Kinerja Organisasi Pemerintah. Evaluasi kinerja organisasi merupakan salah satu tahapan penting dalam mengawali proses RB di Kementerian PU. Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk mendapatkan gambaran kondisi obyektif kinerja organisasi saat ini dalam menerapkan berbagai prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya dan pencapaian hasil-hasil organisasi pemerintah. Ruang lingkup evaluasi kinerja organisasi meliputi 8 (delapan) aspek atau komponen yaitu: 1) Aspek kepemimpinan, 2) Aspek perencanaan kinerja, 3) Aspek organisasi, 4) Aspek manajemen SDM, 5) Aspek penganggaran, 6) Aspek pengukuran, analisis dan manajemen informasi kinerja, 7) Aspek manajemen proses, serta 8) Aspek hasil. Kedelapan aspek memiliki saling keterkaitan satu sama lainnya. Aspek nomor 1 sampai dengan 7 menggambarkan dimensi proses dan sistem informasi sedangkan aspek nomor 8 menggambarkan dimensi hasil. Sesuai dengan pedoman tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum sejak tahun 2009 sampai dengan 2010 telah melakukan evaluasi kinerja di seluruh unit organisasi yang ada. Metode yang dilaksanakan adalah dengan melakukan pengisian kuesioner melalui sampling pejabat 9

30 Eselon II, Eselon III dan Eselon IV sehingga dapat menggambarkan keseluruhan struktur kinerja organisasi pada level satminkal dan unit kerja. Evaluasi kinerja organisasi dilakukan terhadap 8 (delapan) aspek yang dikelompokan menjadi 3 (tiga) kelompok dengan pembobotan sebagai berikut: Kelompok Proses (46%): Kepemimpinan (8%); Perencanaan Kinerja (12%); Manajemen Proses (8%) Organisasi (6%); Manajemen SDM (8%); Penganggaran (4%). Kelompok Sistem Informasi (9%): Pengukuran, analisis, dan manajemen informasi kinerja (9%). Kelompok Hasil (45%): Hasil (45%) Kerangka Penilaian Kinerja Organisasi dan pembobotannya dapat dilihat pada Gambar berikut: Gambar 2.1. Kerangka Evaluasi Kinerja Organisasi 10

31 Dari kegiatan evaluasi yang dilakukan terhadap 8 (delapan) aspek organisasi, diperoleh hasil yang berdasarkan Indeks Prestasi terdapat 3 (tiga) aspek organisasi yang perlu mendapat perhatian adalah: Manajemen Proses, nilai 2,354 Manajemen SDM, nilai 2,422 Pengukuran, analisis, dan manajemen informasi kinerja, nilai 2,578. Selanjutnya informasi rinci hasil evaluasi kinerja organisasi terlihat pada Tabel dan Gambar hasil evaluasi kinerja (yang merupakan agregasi seluruh Satminkal) di bawah ini. Tabel 2.1. Evaluasi Kinerja Kementerian PU KOMPONEN IP NK NK MAKS GAP NK (1) (2) (3) (4) (5) Kepemimpinan (DRIVER) % 8.0% 2.46% Perenc. Kinerja (BRAINWARE) % 12.0% 3.38% Organisasi (HARDWARE-1) % 6.0% 1.43% Manajemen SDM (HARDWARE-2) % 3.16% Penganggaran (HARDWARE-3) % 4.0% 1.19% Pengukuran, Analisis, Manajemen Info Kinerja (SISTEM INFO) % 9.0% 3.20% Manajemen Proses (SOFTWARE) % 8.0% 3.29% Capaian Hasil (OUTCOME) Rata-rata % 7.5% 2.42% JUMLAH % 62.5% 20.52% RATA-RATA % 7.8% 2.57% 11

32 Gambar 2.2. Profil Kinerja Kementerian Dari hasil evaluasi kinerja organisasi tersebut maka nilai-nilai komponen yang relatif lemah memerlukan penanganan lebih serius dalam implementasi program dan kegiatan dalam Road Map RBPU. Sementara itu, terkait hasil Identifikasi dan Penilaian Dokumen pada tahun 2010, penilaian capaian menggunakan formulir 1 untuk melakukan inventarisasi dan formulir 2 untuk menilai statusnya. Penilaian dinyatakan dalam status akhir dari dokumen yaitu: Warna Hijau berarti program/kegiatan yang dinilai sudah selesai dilaksanakan, dengan hasil yang sesuai dengan yang dimandatkan dalam program dan kegiatan reformasi birokrasi. Hasil menunjukkan dari 26 kegiatan hanya dua yang baru selesai. Pertama adalah kegiatan Restrukturisasi Penataan Tugas dan Fungsi Unit Kerja Kementerian PU telah selesai dengan diterbitkannya Permen PU No. 08/tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU dan Permen PU no. 21/tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian PU. Kedua adalah Penyusunan Indikator Kinerja Utama kementerian yang ditetapkan dengan Permen PU No. 23/ PRT/M/2010. Warna Kuning berarti program dan kegiatan yang dinilai masih berlangsung atau sedang dilaksanakan. Kegiatan yang sedang berlangsung ini paling banyak, yaitu sebanyak 21 kegiatan, yaitu: Pembentukan Tim manajemen perubahan. Penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi. 12

33 Sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi. Penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang diterbitkan kementerian. Penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tatalaksana, pelayanan publik, kepegawaian, dan diklat. Penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi. ͳ ͳ Pembangunan atau pengembangan e-government. Penataan sistem rekrutmen pegawai. Analisis jabatan. Evaluasi jabatan. Penyusunan standar kompetensi jabatan. Asesmen individu berdasarkan kompetensi. Penerapan sistem penilaian kinerja individu. Pembangunan/pengembangan database pegawai. Pengembangan pendidikan dan pelatihan. Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Peningkatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai quality assurer dan konsultan. Penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi. Penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing kementerian. Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Warna Merah berarti bahwa program dan kegiatan yang dinilai belum atau akan dilaksanakan, terdiri dari 3 kegiatan berikut: Monitoring setiap triwulan ( B03, B06, B09, B12). Evaluasi dilakukan setiap tahun (B13 dari kegiatan). Evaluasi menyeluruh 2014 ( B07-B12 tahun 2014). Kesimpulan hasil inventarisasi dan penilaian status dari 26 kegiatan secara umum menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan sedang berjalan yaitu mencapai lebih dari 92% akan merupakan basemap bagi penyusunan sasaran (output dan outcome) dan rencana aksi masing-masing kegiatan dari tahun 2011 sampai tahun Pernyataan status kegiatan dalam keberlangsungan proses (belum, sedang, dan sudah) dan kualitas kegiatan (baik, sedang, kurang) minimal akan dapat memberikan gambaran kondisi basemap Untuk mendapatkan struktur/prioritas dari 26 kegiatan akan sangat dipengaruhi oleh agenda prioritas reformasi birokrasi Kementerian PU. Terakhir, terkait Turunan Indikator Keberhasilan Nasional, penggambaran kondisi Kementerian PU didekati pada tingkatan sasaran. Acuan harapan atau keinginan pada tahun 2014 adalah sasaran dan indikator keberhasilan reformasi birokrasi Kondisi yang diharapkan 13

34 pada tahun 2014 adalah mencapai penguatan dalam ketiga sasaran reformasi birokrasi yang telah diuraikan di atas. Penguatan dilakukan dengan mewujudkan enam target indikator keberhasilan reformasi birokrasi untuk tahun 2014, yang tertera pada tabel di bawah. Tabel 2.2. Sasaran dan Indikator Keberhasilan Reformasi Birokrasi SASARAN INDIKATOR BASELINE (2009) TARGET (2014) (1) (2) (3) (4) Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi *) Skala 0-10 **) Skala -2,5 s/d 2,5 Sumber: Diolah dari RPJMN OPINI (WTP) IPK*) 2,8 5,0 Integritas Pelayanan Publik BPK Pusat 42,17% 100% Daerah 2,73% 60% Pusat 6,64 8,0 Daerah 6,46 8,0 Peringkat Kemudahan Berusaha Indeks Efektifitas Pemerintahan**) Instansi pemerintah yang akuntabel -0,29 0,5 24% 80% Ketiga sasaran prioritas terwadahi dalam indikator keberhasilan nasional, dimana terdapat 2 penggambaran indikator besar, yaitu: Actionable Indicators, yaitu indikator yang dapat dilekatkan pada kinerja masingmasing K/L. Yang masuk dalam indikator ini adalah: Opini BPK atas laporan keuangan Integritas Pelayanan Publik Instansi pemerintah yang akuntabel (SAKIP) Peringkat Kemudahan Berusaha Non-actionable indicators, yaitu indikator yang penghitungannya dilakukan melalui agregasi nasional, dan tidak dilekatkan kinerja pada setiap K/L secara parsial. Yang termasuk dalam indikator ini adalah: Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indeks Efektivitas Pemerintahan Dari target indikator tersebut, maka kementerian PU perlu menyusunan langkah strategis untuk ikut berpartisipasi dalam pemenuhan target nasional tersebut, sehingga konsolidasi rencana aksi road map terkait penetapan sasaran prioritas tersebut menjadi krusial. 14

35 1. Komitmen Pimpinan dan Peran Kementerian Pekerjaan Umum Road map reformasi birokrasi Kementerian PU disusun sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 tahun 2011 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian PU ini disusun sebagai wujud komitmen Kementerian PU melaksanakan proses reformasi birokrasi. Hal ini sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi , bahwa pada tahun 2011 seluruh Kementerian dan lembaga telah memiliki komitmen dalam melaksanakan proses reformasi. Reformasi Birokrasi mempunyai visi Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia, yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen pemerintahan yang demokratis. Sejalan dengan visi reformasi birokrasi tersebut, Kementerian PU dalam upaya mencapai visinya, yaitu Tersedianya Infrastruktur PU dan Permukiman yang Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025 akan diwujudkan melalui ukuran tingkat ketersediaan dan pelayanan bidang pekerjaan umum dan permukiman. Mengacu pada7 (tujuh) peraturan undang-undang yaitu UU Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, UU Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA), UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dan UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, dimandatkan secara tegas kepada Kementerian PU untuk mewujudkan pembangunan infrastruktur berbasiskan penataan ruang yang mencakup: Infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) yang berperan dalam penyimpanan dan pendistribusian air untuk keperluan domestik (rumah tangga), perkotaan, industri dan pertanian guna mendukung ketahanan pangan yang merupakan bagian dari pelaksanaan konservasi SDA, pendayagunaan SDA dan pengendalian daya rusak air. Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang berperan untuk mendukung lalu-lintas barang dan manusia maupun sebagai pembentuk struktur ruang wilayah. Infrastruktur Permukiman yang beperan dalam menyediakan pelayanan air minum dan sanitasi lingkungan, infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaaan, revitalisasi kawasan serta pengembangan kawasan agropolitan. Dalam upaya mewujudkan tingkat ketersediaan dan pelayanan infrastruktur PU yang semakin mencukupi dan berkualitas, anatara lain telah dirumuskan strategi penataan aparatur PU dalam Rencana Strategis Kementerian PU yang mencakup pengembangan institusi, pembenahan regulasi, dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Strategi tersebut dijalankan Kementerian dalam rangka reformasi birokrasi 15

36 mengingat belum optimalnya kualitas pelayanan publik sehingga dibutuhkan peningkatan efisiensi, efektivitas, serta produktivitas. Belum optimalnya integritas aparatur birokrasi, sehingga dibutuhkan peningkatan transparansi dan akuntabilitas serta rendahnya disiplin dan etos kerja pegawai, adanya tumpang tindih regulasi, adanya tumpang tindih fungsi unit kerja, sehingga dibutuhkan peningkatan kinerja organisasi secara keseluruhan. 2. Kondisi Pelayanan Kementerian PU Sesuai Perpres Nomor 81 tahun 2010, dinyatakan bahwa Pemerintah belum dapat menyediakan pelayanan publik sesuai tantangan yang dihadapi, yaitu perkembangan kebutuhan masyarakat yang semakin maju dan persaingan global yang semakin ketat. Lebih lanjut, dinyatakan juga dalam Perpres tersebut, Dalam hal kemudahan berusaha (doing bussiness), menunjukkan bahwa Indonesia belum dapat memberikan pelayanan yang baik bagi para investor yang berbisnis atau akan berbisnis di Indonesia. Kementerian PU dalam upaya memberikan pelayanan bidang PU telah menerbitkan Permen PU Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. SPM tersebut diterbitkan sebagai acuan pemerintah daerah dalam melakukan perencanaan program untuk mencapai target SPM. Selain itu juga telah diterbitkan SPM berkenaan dengan Jalan Tol yaitu Permen Nomor: 392/PRT/M/2005 tentang Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol. Beberapa rancangan juga telah disiapkan antara lain Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air. Dengan berbagai program dan kegiatan yang ada, pada saat ini tingkat pelayanan bidang PU dan Permukiman masih belum optimal, antara lain masih adanya isu-isu nasional tentang kualitas hasil pengelolaan sungai, kondisi jalan nasional, dan cakupan serta ketersediaan air minum. Belum optimalnya pelayanan tersebut antara lain disebabkan karena masih banyak berbagai standar pelayanan infrastruktur PU yang diturunkan dari Indikator Kinerja Utama Kementerian yang harus disiapkan, misalnya antara lain SPM tentang Jalan Nasional Mantap, SPM tentang Jaringan Irigasi, dan SPM tentang Air Minum yang menjadi tanggung jawab Kementerian. 3. Kondisi Upaya Pemberantasan KKN Mengacu kondisi saat ini sesuai Perpres nomor 81 tahun 2010 di atas, data Transparency International menunjukkan Indeks Persepsi Korupsi Indonesia masih rendah (2,8 dari 10). Demikian pula hasil survei KPK tahun 2009 menunjukkan kualitas pelayanan publik Indonesia baru mencapai skor 6,64 dari skala 10. Data dari World Economic Forum (WEF) juga menunjukkan bahwa korupsi yang menjadi penghambat kedua kemudahan berusaha pada tahun , mempunyai skor 16 terhadap 30 atau pada rasio 0,53. Dibandingkan tahun dimana korupsi menjadi faktor penghambat ke-empat dengan skor 8,7 terhadap 30 atau 0,29. Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari kedua data tersebut adalah bahwa pada tahun menurut WEF korupsi di Indonesia dalam kaitan kemudahan berusaha semakin memburuk. 16

37 Memperhatikan perkembangan kondisi korupsi tersebut, menjadi perhatian serius karena Kementerian PU sebagai pengguna dana APBN terbesar di tahun 2011untuk mengembangkan upaya pemberantasan KKN di lingkungan Kementerian PU sendiri. Sebagai tindak lanjut Inpres nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Kementerian menerbitkan Permen PU Nomor 21/PRT/M/2008 tentang Pedoman Operasionalisasi Wilayah Bebas Korupsi (WBK), Kementerian mempunyai program untuk menghilangkan kebocoran dan keborosan, menjaga mutu hasil pekerjaan konstruksi sesuai persyaratan, serta mencegah terjadinya penyimpangan yang mengakibatkan kerugian negara dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih. Tidak hanya di situ, pada tahun ini Kementerian telah mengikuti program Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yaitu Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK). Sangat mendasar dan sesuai dengan jiwa reformasi birokrasi, keikutsertaan pada program PIAK menunjukkan keterbukaan Kementerian untuk diukur oleh pihak eksternal, karena PIAK bertujuan mengukur: Apakah Kementerian PU telah menerapkan sistem dan mekanisme yang efektif dalam mencegah dan mengurangi korupsi di lingkungannya?. Selain itu Kementerian PU juga telah menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dengan menerbitkan Instruksi Menteri PU Nomor 02/IN/M/2011 tentang Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Kementerian juga memahami pilihan KPK untuk melakukan kajian dan pemantauan terhadap sistem penyelenggaraan jalan nasional kepada Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM) yang selalu menjadi pengguna anggaran terbesar di Kementerian PU. Langkah KPK tersebut telah dimulai sejak tahun 2008 dan masih berlangsung sampai saat ini. Kajian dan pemantauan KPK mempunyai tujuan: Mengetahui Sistem Penyelenggaraan Jalan Nasional yang dilakukan oleh Ditjen Bina Marga dan mengidentifikasi kelemahan pada sistem penyelenggaraan jalan nasional yang menyebabkan tidak efektif dan efisiennya penyelenggaraan jalan nasional dan berpotensi menimbulkan tindak pidana korupsi; Memberikan saran perbaikan pada sistem penyelenggaraan jalan nasional untuk mencegah terjadinya tindak pidana korupsi; Mendorong dilakukannya reformasi birokrasi Ditjen Bina Marga. Dalam hal laporan keuangan Kementerian PU tahun 2009 mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), selama empat tahun berturut-turut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menolak memberikan opini (disclaimer). Peningkatan opini tersebut akan memberikan kondisi positif bagi upaya Kementerian PU dalam mendukung agenda pemberantasan KKN. 17

38 4. Kondisi Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi Pada tahun 2010, Kementerian PU mendapat nilai LAKIP CC, turun dari tahun sebelumnya dimana Kementerian PU mendapat nilai B. Kondisi tersebut menjadi perhatian Kementerian untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Gambaran kapasitas kinerja birokrasi antara lain diperoleh dari hasil evaluasi kinerja birokrasi yang dilakukan sesuai Permen Pan Nomor PER/19/M.PAN/11/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Organisasi Pemerintah. Hasil evaluasi menunjukkan 3 (tiga) aspek organisasi yang perlu mendapat perhatian adalah Manajemen Proses, Manajemen SDM, serta Pengukuran, Analisis, dan Manajemen Informasi Kinerja. Aspek organisasi dinilai berdasarkan skala nilai 0 sampai dengan 4. Paling buruk bernilai 0 dan paling baik bernilai 4. Pada saat penilaian, nilai rata-rata kedelapan aspek organisasi untuk Kementerian PU adalah sebesar 2,69. Manajemen SDM dengan nilai terendah pertama 2,45 mencakup perencanaan pegawai, rekruitmen pegawai, penempatan pegawai, pendidikan dan pelatihan, pengembangan karier pegawai, dan sistem reward and punishment. Nilai tersebut memberi tanda bahwa sudah saatnya pada pelaksanaan program reformasi birokrasi dikembangkan sistem manajemen SDM PU yang komprehensif dan integratif agar mampu memberdayakan SDM PU secara optimal, karena SDM merupakan kekuatan utama dan terakhir dalam mewujudkan visi reformasi birokrasi. Manajemen Proses yang mendapatkan nilai terendah kedua, sebesar 2,50, menunjukkan bahwa ketersediaan SOP, ketersediaan SPM, dan manajemen pemberian pelayanan menjadi aspek paling lemah menurut para responden Pegawai Negeri Sipil PU. Kondisi tersebut terkait dengan masih terbatasnya ketersediaan SOP dan SPM, terutama SPM yang menjadi tanggung jawab langsung dan dikerjakan sendiri oleh Kementerian. Pengukuran, Analisis, dan Manajemen Informasi Kinerja atau disebut kelompok Sistem Informasi memiliki nilai terendah ke-3 (tiga), sebesar 2,63, mencakup manajemen dan teknologi informasi serta penyajian dan komunikasi teknologi informasi. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa sistem informasi belum memberikan sumbangan yang efektif bagi peningkatan kinerja organisasi. Sistem informasi masih terbatas dan belum terstruktur indikatornya, sehingga belum dapat mencakup berbagai indikator kepemimpinan, perencanaan kinerja, organisasi, SDM, anggaran, dan manajemen proses. Demikian pula dalam manajemen dan teknologi informasi, kehandalan data kinerja dan pemeliharaan sistem informasi dianggap lemah. Yang terakhir adalah cara penyajian dan pengkomunikasian informasi kinerja masih terkendala pada penyampaian, kualitas, pemanfaatan, dan integrasi. B. Kondisi Yang Diharapkan Tahun 2014 Penggambaran kondisi yang diharapkan sebagaimana kondisi yang ada di atas didekati pada tingkatan sasaran. Acuan harapan atau keinginan pada tahun 2014 adalah sasaran dan indikator keberhasilan reformasi birokrasi Kondisi yang diharapkan pada 18

39 tahun 2014 adalah mencapai penguatan dalam ketiga sasaran reformasi birokrasi yang telah diuraikan di atas. Penguatan dilakukan dengan mewujudkan 6 (enam) target indikator keberhasilan reformasi birokrasi tahun 2014, yang tertera pada tabel 1 berikut ini: Tabel 2.3. Sasaran dan Indikator Keberhasilan Reformasi Birokrasi SASARAN INDIKATOR BASE LINE (2009) (1) (2) (3) (4) Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi *) Skala 0-10 **) Skala -2,5 s.d. 2,5 Diolah dari RPJMN TARGET (2014) IPK*) 2,8 5,0 OPINI BPK (WTP) Pusat 42,17% 100% Integritas Pelayanan Publik Daerah 2,73% 60% Pusat 6,64% 8,0 Daerah 6,46% 8,0 Peringkat Kemudahan Berusaha 122 7,5 Indeks Efektivitas Pemerintahan**) Instansi pemerintah yang akuntabel - 0,29 0,5 24% 80% Untuk mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan reformasi birokrasi tahun , ditetapkan agenda prioritas berdasarkan kondisi obyektif yang berkembang, maka urgensi sasaran yang hendak dicapai mengikuti prioritas berikut: Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Terwujudnya sasaran Peningkatan Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi Terwujudnya sasaran Birokrasi Yang Bersih dan Bebas KKN. Berdasarkan agenda prioritas di atas, maka kondisi yang diharapkan juga disusun berdasarkan prioritas yang telah ditetapkan. 1. Peningkatan Kualitas Pelayanan Bidang PU Sasaran kedua meningkatkan integritas pelayanan publik yaitu dari base line tahun 2009 sebesar 6,46 menjadi 8,0 pada tahun Dukungan terhadap sasaran ini adalah dengan memprogramkan penetapan dan penerapan standar pelayanan dan target kinerja pelayanan yang diturunkan dari IKU kementerian PU. Pada tahun 2011 direncanakan 19

40 pemetaan standar pelayanan kementerian. Pada tahun yang sama akan ditetapkan standar pelayanan untuk melaksanakan quick win kementerian di tahun Pada tahun 2012 direncanakan telah ditetapkan 30% standar pelayanan, menjadi 60% pada tahun 2013, dan menjadi 100% pada tahun Program penerapan standar pelayanan pada tahun 2012 khusus untuk quick win. Pada tahun 2013 akan diterapkan 30% standar pelayanan, dan pada tahun 2014 mencapai 60% standar pelayanan yang diterapkan. Pada sasaran peringkat kemudahan berusaha kementerian PU akan meningkatkan kualitas pelayanan perijinan jasa konstruksi asing Pengembangan Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi Dukungan kepada sasaran meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi dilakukan melalui program-program terkait dengan SDM, Organisasi dan Tatalaksana yang menjadi fokus program reformasi birokrasi. Pada sasaran ini dukungan diarahkan untuk utamanya mencapai target indikator keberhasilan Reformasi Birokrasi Nasional tahun 2014 tentang akuntabilitas instansi pemerintah. Pada indikator ini adalah nilai LAKIP kementerian PU direncanakan pada tahun 2012 dan 2013 mendapat peringkat B, dan mendapat peringkat A pada tahun Pada sasaran efektivitas pemerintahan tidak ada upaya khusus yang dilakukan oleh Kementerian. Kondisi Yang Diharapkan Pada Upaya Pencegahan dan Pemberantasan KKN Sasaran mewujudkan birokrasi yang bersih dan bebas KKN pada tahun 2014 diukur melalui 2 (dua) indikator keberhasilan. Indikator pertama adalah membaiknya Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yaitu dari base line tahun 2009 sebesar 2,8 menjadi 5,0 pada tahun Untuk mendukung indikator tersebut, kementerian PU melakukan kegiatan peningkatan operasionalisasi Wilayah Bebas Korupsi (WBK), mengikuti program PIAK-KPK, dan melakukan penguatan pengawasan Internal dengan penerapan secara baik program Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Keberhasilan ketiga kegiatan tersebut menunjukkan keberhasilan kementerian mendukung sasaran dan indikator keberhasilan RB. Indikator kedua dalam rangka sasaran mewujudkan birokrasi bersih dan bebas KKN adalah Opini BPK dengan target pada tahun 2014 semua instansi pusat telah mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Program kementerian PU mengenai Opini BPK merencanakan target laporan keuangan tahun 2012 untuk mendapat predikat WTP. Target yang optimis tersebut akan mendukung sasaran reformasi birokrasi nasional dalam pencapaian 100% peringkat WTP pada tahun 2014 untuk kementerian dan lembaga pusat. 20

41 4. Pencapaian Area Perubahan Pada Tahun 2014 Dengan ditetapkannya tiga kondisi yang diharapkan di atas, maka pada tahun 2014 ditargetkan perubahan-perubahan 8 (delapan) area sebagai berikut: Organisasi, ditargetkan utamanya dalam penguatan unit kerja pelayanan sesuai dengan sasaran tahunan peningkatan pelayanan. Selain itu juga ditargetkan penguatan unit kerja yang melaksanakan penilaian kinerja organisasi dan kinerja individu. Tata Laksana, ditargetkan untuk menyediakan tata laksana yang jelas, efektif, efisien, dan terukur untuk mendukung penguatan pelayanan unit kerja dan unit kerja pelaksana penilaian kinerja. Peraturan Perundang-undangan, ditargetkan untuk membangun regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih dan kondusif, disiapkan sesuai dengan prioritas untuk mendukung peningkatan pelayanan publik dan berfungsinya sistem penilaian kinerja secara optimal. SDM Aparatur, ditargetkan untuk menyediakan SDM yang makin terukur kinerjanya dan makin sejahtera. Pengawasan, ditargetkan untuk meningkatkan kualitas pengawasan melekat melalui penerapan SPIP utamanya dalam mewujudkan sasaran peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan mengukur kinerja organisasi dan individu sesuai ketentuan. Akuntabilitas, ditargetkan meningkat secara bertahap sesuai dengan prioritas peningkatan pelayanan publik. Demikian pula akuntabilitas dalam penilaian kinerja menjadi hal yang penting utuk menjalankan sistem reward and punishment secara obyektif. Pelayanan Publik, ditargetkan untuk menyediakan seluruh standar pelayanan Kementerian PU dan telah diterapkan sebanyak 60% dengan kualitas cukup. Pola pikir dan budaya kerja, ditargetkan terjadi perubahan yang signifikan dalam disiplin kerja. Area perubahan yang diharapkan mampu dicapai pada tahun 2014 adalah sebagai berikut: Tabel 2.4. Hasil yang diharapkan atas pelaksanaan Reformasi Birokrasi Organisasi Tata laksana AREA HASIL YANG DIHARAPKAN (1) (2) Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing) Sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance 21

42 AREA HASIL YANG DIHARAPKAN (1) (2) PeraturanPerundang-undangan Sumber daya manusia aparatur Pengawasan Akuntabilitas Pelayanan publik Pola pikir (mind set) dan Budaya Kerja (culture set) Aparatur Regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih dan kondusif SDM apatur yang berintegritas, netral, kompeten, capable, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi C. PENETAPAN KEGIATAN/SASARAN PRIORITAS Dengan ditetapkannya sasaran reformasi birokrasi 2014 yaitu: mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, meningkatkan pelayanan publik, serta meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi, maka segala upaya yang dilaksanakan melalui 9 program dan 26 kegiatan reformasi birokrasi diarahkan dalam rangka mencapai ketiga sasaran tersebut. Hal ini memberikan guidance kepada kita bahwa sasaran tersebut membawa implikasi pada pengorganisasian reformasi birokrasi yang tidak dapat lepas dari arah sasaran. Menimbang bahwa tujuan utama digulirkannya program reformasi birokrasi nasional adalah perbaikan mutu birokrasi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, maka dari ketiga sasaran yang telah ditetapkan maka peningkatan kualitas pelayanan publik menjadi agenda prioritas pertama. Hal ini juga diperkuat dengan pidato wakil presiden yang mengatakan bahwa inti dari reformasi birokrasi adalah perbaikan pelayanan publik. Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, visi rencana strategis Kementerian Pekerjaan Umum meningkatkan tingkat ketersediaan dan pelayanan kepada masyarakat juga menjelaskan bagaimana urgensi pelayanan publik ditempatkan sebagai langkah pertama yang harus ditempuh dalam memperbaiki kinerja birokrasi. Sebagaimana tertuang dalam Renstra Kementerian PU, dimana dijelaskan bahwa lingkup pelayanan Kementerian PU meliputi: Sumber Daya Air, pelayanan yang mendukung kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan Jalan, pelayanan yang memenuhi standar pelayanan minimum yang mencakup aspek: mobilitas, kondisi jalan, keselamatan dan kecepatan tempuh rata-rata Air Minum, pelayanan yang memenuhi standar kualitas, kuantitas dan kontinuitas yaitu penyediaan air minum yang memenuhi baku mutu dan kesehatan manusia dan dalam jumlah yang memadai serta jaminan pengaliran 24 jam per hari. Sanitasi, pelayanan Terpadu, Ramah Lingkungan dan Sesuai Standar Teknis 22

43 Bangunan Gedung, pelayanan Pemenuhan Persyaratan Keselamatan, Kesehatan, Kenyamanan, dan Kemudahan. Penataan Ruang, penyusunan Program dan Pelaksanaan Infrastruktur PU Yang Andal Berbasis Penataan Ruang. Jasa Konstruksi, pelayanan Jasa Konstruksi Nasional Yang berdaya saing dan mampu menyelenggarakan konstruksi yang lebih efisien dan efektif. Agenda prioritas pertama yaitu Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Dalam hal ini, kegiatan yang diselenggarakan meliputi penetapan standar pelayanan pada unit kerja (ketersediaan standar pelayanan) dan target kinerja layanan (kemanfaatan penerapan standar pelayanan). Penetapan standar pelayanan meliputi kegiatan pemetaan (kebutuhan) standar pelayanan, perumusan, dan penetapan standar pelayanan. Sedangkan target kinerja layanan meliputi mekanisme penerapan dan penanganan keluhan pelanggan. Agenda prioritas kedua yaitu peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Rentang peningkatan kapasitas meliputi penanganan terhadap program penataan peraturan perundang-undangan, penguatan organisasi, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen sumber daya manusia aparatur, dan peningkatan akuntabilitas kinerja. Pada program penataan peraturan perundang-undangan, kegiatan diarahkan untuk mengidentifikasi peraturan yang perlu diterbitkan, peraturan yang tumpang tindih, dan peraturan yang telah berjalan dengan baik. Pada program penguatan organisasi, kegiatan prioritas sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri PU Nomor 08 dan 21 Tahun 2010 adalah sosialisasi dan Internalisasi tugas dan fungsi organisasi, serta melaksanakan evaluasi organisasi sampai dengan tahun Sebagai bagian dari target penguatan di 2014, maka penguatan unit organisasi terutama yang menangani masalah pelayanan publik, ortala, kepegawaian dan diklat mutlak diperlukan. Salah satu bentuk yang dicanangkan adalah pembentukan kelembagaan assessment center, penguatan unit pelayanan publik, dan pembentukan unit pengelolaan kinerja. Pada program penataan tatalaksana, kegiatan yang dilaksanakan adalah penyusunan tatalaksana organisasi, penyusunan SOP tugas dan fungsi, dan penerapan e-government. Pada program penataan sistem manajemen sumber daya manusia aparatur, kegiatan pertama yang dilaksanakan adalah finalisasi analisa jabatan dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi, assessment individu berdasarkan kompetensi, penetapan penilaian kinerja PNS, penataan sistem rekrutmen, pengembangan sistem informasi/database, serta penataan sistem diklat berbasis kompetensi. Agenda prioritas ketiga yaitu penanggulangan KKN, yang menjangkau program penguatan pengawasan dengan titik tekan target capaian pada Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) yang diluncurkan oleh KPK, Opini BPK atas laporan keuangan menjadi WTP (Wajar Tanpa Pengecualian), Operasionalisasi Wilayah Bebas Korupsi (WBK) pada pemrograman dan pengadaan barang dan jasa (pelaksanaan kegiatan), dan penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang meliputi 5 (lima) unsur yaitu lingkup pengendalian, penilaian resiko, pengendalian resiko, informasi dan komunikasi, serta monitoring dan evaluasi. 23

44 Dari ketiga agenda prioritas tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk setiap agenda prioritas yang ditetapkan, diperlukan suatu tahapan pelaksanaan yang tepat untuk menjamin terlaksananya agenda prioritas tersebut sesuai kualitas yang ditetapkan dalam sasaran tahunan. D. KRITERIA KEBERHASILAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PU TAHUN 2014 Perumusan dan penetapan kriteria keberhasilan reformasi birokrasi Kementerian PU harus dapat diukur berdasarkan dukungan pada keberhasilan reformasi birokrasi nasional. Hal tersebut dapat diwujudkan dalam rumusan rencana sasaran tahunan dan indikator pencapaian program dan kegiatan, pencapaian 8 (delapan) agenda perubahan serta pelaksanaan kegiatan quick wins yang akan dilaksanakan pada tahun pertama pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian PU. Selanjutnya melalui penulisan berikut akan disajikan rencana pelaksanaan setiap program dan kegiatan reformasi birokrasi Kementerian PU dan hasil yang akan dicapai berdasarkan informasi target sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2014 dan kondisi yang diinginkan per-tahun serta indikator pencapaian baik output maupun outcomes. Rumusan target sasaran dan indikator pencapaian mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road map Reformasi Birokrasi Penyajian kriteria keberhasilan selengkapnya akan disajikan dalam 3 (tiga) sub-bagian, sebagai berikut: Dukungan Kementerian Kepada Keberhasilan Reformasi Birokrasi Nasional Tahun Kriteria keberhasilan reformasi birokrasi Kementerian PU yang ditetapkan mengacu pada kriteria keberhasilan reformasi birokrasi nasional yang diukur berdasarkan 6 (enam) indikator, yaitu: Indeks Persepsi Korupsi (IPK), Opini Badan Pemeriksa Keuangan, Integritas Pelayanan Publik, Peringkat Kemudahan Berusaha, Indeks Efektivitas Pemerintahan dan Instansi Pemerintah yang Akuntabel. Sasaran Tahunan dan Indikator Pencapaian Program/Kegiatan ( Output dan Outcome) Dukungan reformasi birokrasi Kementerian PU diwujudkan dalam bentuk langkahlangkah operasional yang ditetapkan dalam sasaran capaian program/kegiatan tahunan pada 8 (delapan) area perubahan (organisasi, tata laksana, peraturan perundang-undangan, SDM aparatur, pengawasan, akuntabilitas, pelayanan publik, dan Pola Pikir (mind set) dan Budaya Kerja (culture set) Aparatur. Sasaran capaian program/kegiatan tahunan ini kemudian diacu dalam penyusunan rencana aksi. Dengan demikian, tahapan-tahapan yang akan dicapai pada setiap tahunnya hingga 2014 sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian PU. Sasaran Quick wins. Keberhasilan pelaksanaan quick wins merupakan pintu masuk keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan reformasi birokrasi. 24

45

46

47 BAB 3 A. PELAKSANAAN 9 PROGRAM MIKRO RBPU Secara garis besar pelaksanaan Reformasi Birokrasi dibagi menjadi 3 (tiga) menurut Dokumen Road Map RB Kementerian PU, yaitu: Tahun 2011, Persiapan Pelaksanaan, terdiri dari: Penyusunan Dokumen Road map dan Dokumen Usulan RB ͳ ͳ Persiapan Quick win Kementerian Penyusunan Strategi Manjemen Perubahan ͳ ͳ Penyusunan Job Grading Penyusunan Sistem Penilaian Kinerja Pegawai Awal (utamanya berbasis peningkatan disiplin) Penyusunan Peta Pelayanan Kementerian PU Internalisasi dan Sosialisasi Reformasi Birokrasi Tahun 2012, Pelaksanaan, terdiri dari: Pelaksanaan Quick win Kementerian Pelaksanaan program/kegiatan Reformasi Birokrasi non-quick win, dengan kegiatan utama, yaitu: Prioritas utama telah ditetapkannya 30% standar pelayanan kementerian; Prioritas kedua telah diterapkannya tunjangan kinerja beserta pengukuran kinerjanya secara sederhana (menerapkan Sistem Penilaian Kinerja Awal yang disiapkan Tahun 2011); Penyusunan Sistem Terpadu Penilaian Kinerja Kementerian (pembangunan sistem 2012, ujicoba 2013, finalisasi 2014) mencakup kinerja organisasi dan kinerja individu. 27

48 Tahun 2013 dan 2014, pelaksanaan terdiri dari: Lanjutan pelaksanaan 26 kegiatan Reformasi Birokrasi, dengan kegiatan utama, antara lain: Prioritas utama penerapan 30% standar pelayanan Kementerian pada Tahun 2013 dan 60% pada Tahun Pada tahun 2013 telah ditetapkan 60% standar pelayanan Kementerian dan telah mencapai 100% pada tahun 2014; Prioritas kedua ujicoba sistem penilaian kinerja terpadu pada tahun 2013 dan finalisasi sistem pada tahun Tahun 2014, bulan ke-7 sampai bulan ke-12, evaluasi menyeluruh pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian PU Tahun Tabel 3.1. Tujuan Reformasi Birokrasi Menuju Area Perubahan AREA HASIL YANG DIHARAPKAN Organisasi Tata Laksana (1) (2) Peraturan Perundang-Undangan Sumber Daya Manusia Pengawasan Akuntabilitas Pelayanan publik Pola pikir (mind set) dan Budaya Kerja (culture set) Aparatur Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing) Sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip Good Governance Regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih dan kondusif SDM aparatur yang terintegrasi, netral, kompeten, capable, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera Meningkatnya penyelenggaraan pemerintah yang bersih dan bebas KKN Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi Road map Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah bentuk operasionalisasi Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) yang disusun dan dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali dan merupakan rencana rinci pelaksanaan reformasi birokrasi dari satu tahapan ke tahapan selanjutnya selama lima tahun dengan sasaran per tahun yang jelas. Keterkaitan Grand Design dan Road map Reformasi Birokrasi adalah sebagai berikut: Tabel 3.2. Keterkaitan Grand Design dan Road map Reformasi Birokrasi Grand Design Reformasi Birokrasi (1) (2) Grand Design Reformasi Birokrasi ditetapkan dengan Peraturan Presiden 28

49 (1) (2) Road map Reformasi Birokrasi Road map Reformasi Birokrasi untuk periode lebih bersifat living document, ditetapkan dengan Peraturan Menteri PAN dan RB Road map Reformasi Birokrasi Road map Reformasi Birokrasi dan yang akan disusun sesuai dengan hasil Road map Reformasi Birokrasi pelaksanaan RPJMN dan RMRB periode sebelumnya, serta dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintahan. Transisi Sumber : Road map Reformasi Birokrasi PermenPAN dan RB No: 20 Tahun 2010 Untuk pelaksanaan tingkat Instansional (disebut pelaksanaan tingkat Mikro) menyangkut implementasi kebijakan/program reformasi birokrasi sebagaimana digariskan secara nasional dan menjadi bagian dari upaya percepatan reformasi birokrasi pada masing-masing Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemda. 9 (sembilan) Program, Kegiatan, Agenda, dan Hasil yang dicapai pada Tingkat Mikro ( ) adalah sebagai berikut: 1. Program Manajemen Perubahan Program ini bertujuan untuk mengubah secara sistematis dan konsisten sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budaya kerja individu atau unit kerja di dalamnya agar menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan sasaran reformasi birokrasi. Dalam skenario perubahan pada Kementerian Pekerjaan Umum sampai dengan tahun 2025, dijelaskan bahwa target pelayanan PU sampai dengan tahun 2014 adalah terselenggaranya pelayanan minimal yang dapat direrapkan terkait pembangunan infrastruktur ke-pu-an. Dalam mendukung target pelayanan ini, Kementerian menargetkan unuk mencapai kondisi pegawai yang disiplin dan terukur kinerjanya dengan stimulan penghasilan yang layak bagi pegawai. Dalam mendukung pencapaian pegawai yang disiplin, PU telah memberlakukan fingerprint bagi pegawai, menetapkan peraturan tentang kode etik pegawai negeri sipil, dan peraturan tentang disiplin kehadiran, kinerja serta pembayaran tunjangan kinerja. Adapun hasil (output) per kegiatan yang telah dicapai melalui program ini adalah: Kegiatan Pembentukan Tim Manajemen Perubahan Diterbitkannya Keputusan Menteri Nomor 445/KPTS/M/2012 tentang Pembentukan Tim Manajemen Perubahan. Ditindak lanjuti dengan dikeluarkannya Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Nomor 43/KPTS/SJ/2013, Tentang Tim Pelaksana Sekretariat Manajemen Perubahan. 29

50 Kegiatan Penyusunan Strategi Manajemen Perubahan dan Strategi Komunikasi Kementerian Pekerjaan Umum Telah disusun pemetaan kesiapan perubahan di seluruh Unit Organisasi Tahun Penyusunan Dokumen Strategi Manajemen Perubahan dan Strategi Komunikasi (Kementerian), yang juga diikuti dengan penyusunan Dokumen Strategi Perubahan pada Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan Badan Pembinaan Konstruksi. Penerbitan draft Peraturan Menteri PU tentang Strategi Manajemen Perubahan dan Strategi Komunikasi Kementerian. Kegiatan Sosialisasi dan Internalisasi Reformasi Birokrasi Manajemen Perubahan dalam rangka Pelaksanaan sosialisasi Manajemen Perubahan di 5 (lima) lokasi pada Tahun Penyebarluasan sosialisasi Manajemen Perubahan dalam bentuk pengembangan produk berupa merchandise, standing banner, sticker, flash, dll. Terlaksananya Internalisasi Perubahan dalam bentuk: Penerapan finger recording untuk penegakan disiplin kehadiran Pelatihan Budaya Kerja Pekerjaan Umum secara periodik melalui Diklat. Pelatihan Change Leader (tahap 2 sebanyak 16 orang) pada Badan Pembina Konstruksi Sosialisasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Penerapan Budaya Kerja Terselenggaranya pelatihan Agen Perubahan untuk seluruh Unit Eselon 2 dan sebagian Unit Eselon 3 Evaluasi hasil pencapaian output pada kegiatan ini adalah sebagai berikut: Pembentukan Tim Manajemen Perubahan Perlu dilakukan optimalisasi peranan setiap unsur pada Tim Manajemen Perubahan dalam rangka upaya perbaikan terus menerus. Penyusunan Strategi Manajemen Perubahan dan Strategi Komunikasi Kementerian Pekerjaan Umum Pelaksanaan uji coba Strategi Manajemen Perubahan di seluruh satminkal di Lingkungan Kementerian PU dan dievaluasi hasil uji coba tersebut. 30

51 Sosialisasi dan Internalisasi Manajemen Perubahan dalam rangka Reformasi Birokrasi Sosialisasi dan Internalisasi Manajemen Perubahan ditingkatkan keseluruh satminkal di lingkungan Kementerian. 2. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan Program ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan peraturan perundangundangan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Target program ini adalah: Memenuhi dan mengharmonisasikan peraturan perundangan untuk mendukung peningkatan kinerja pelayanan organisasi dan individu dalam rangka pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Mengharmonisasikan kemungkinan peraturan yang tumpang tindih antar K/L (potensi tumpang tindihnya peraturan yang berorientasi/berpegang pada IKU kementerian). Memonitor kinerja implementasi peraturan perundangan. Terkait pencapaian regulasi perundangan terkait pelaksanaan reformasi birokrasi, Kementerian PU telah menerbitan baik Rapermen dan Permen terkait Manajemen Kinerja, Prestasi Kerja (SKP), Kode Etik Pegawai, Manajemen Perubahan, Sistem Manajemen Mutu. Hasil (output) yang telah dicapai melalui program ini adalah: Kegiatan Penataan berbagai Peraturan Perundang-undangan yang dikeluarkan/ diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum. Telah disusun pemetaan berbagai peraturan perundang-undangan dalam bentuk family tree produk hukum Tahun Penetapan tata cara penyusunan produk hukum (Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/SE/M/2013 tentang Tata Cara Penyusunan dan Evaluasi Pelaksanaan Produk Hukum Kementerian PU). Regulasi/penyusunan peraturan perundangan Tahun Evaluasi hasil pencapaian output pada kegiatan ini adalah sebagai berikut: Penataan berbagai Peraturan Perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum. Penajaman terhadap penyusunan peta peraturan perundang-undangan agar dapat terlihat lebih jelas harmonisasi peraturan lintas satminkal maupun sektor Inventarisasi disertai dengan identifikasi validitas substansi dan efektivitas pelaksanaan peraturan perundangan. 31

52 3. Program Penataan Dan Penguatan Organisasi Program ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi Kementrian PU secara proporsional sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas masing-masing, sehingga organisasi Kementerian PU menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing). Program ini merupakan program yang sangat dependen, tergantung pada target kinerja organisasi yang ditetapkan selama 5 tahunan mengikuti RPJM Nasional dan Perencancaan Strategis K/L. Arah perubahan strategis Kementerian PU membawa implikasi pada desain organisasi yang dibutuhkan, sehingga pelaksanaan peran yang diemban lebih optimal. Pada kurun waktu (sesuai Permen PU Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU dan Permen PU Nomor 21/PRT/M/2010 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT)), telah dilaksanakan beberapa penataan tugas dan fungsi, beberapa diantaranya adalah penataan UPT Tata Ruang, Badan Layanan Umum (BLU) di BPJT, pembentukan struktur Badan Pengembangan Wilayah Suramadu, Pembentukan Sekretariat Dewan Sumber Daya Air. Hasil (output) yang telah dicapai melalui program ini adalah: Kegiatan Rekstrukrisasi/Penataan tugas dan fungsi Unit Kerja pada Kementerian Pekerjaan Umum. Telah dilakukan tahapan penataan tugas dan fungsi organisasi (sosialisasi tupoksi, penyusunan instrumen evaluasi atau audit, dan pelaksanaan audit organisasi Tahun 2012). Kegiatan Penguatan Unit Kerja yang menangani yang organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepegawaian dan Diklat. Telah dilakukan penguatan unit kerja terkait penyelenggaraan Quick win dan 13 unit kerja pelaksana pelayanan langsung. Evaluasi hasil pencapaian output pada kegiatan ini adalah sebagai berikut: Restrukturisasi/Penataan tugas dan fungsi Unit Kerja pada Kementerian Pekerjaan Umum. Perlu segera diselesaikan pedoman audit. Penguatan Unit Kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepegawaian dan Diklat Pembentukan dan pengembangan Unit Assessment segera dibentuk. 4. Program Penataan Tata Laksana Program ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, dan terukur pada Kementerian PU. Target yang ingin dicapai dari program ini adalah ketersediaan dan penerapan SOP serta penerapan e-government. Terkait dengan SOP, telah diterbitkan Permen PU Nomor 4 Tahun

53 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM). Dalam Sistem Manajamen Mutu ini, SOP yang ada tidak saja dilegalkan, tetapi juga dibentuk unit pelaksana untuk menjalankan prosedur yang di dalam konteks SMM ini disebut sebagai Petunjuk Pelaksanaan (PP) dan Instruksi Kerja (IK). Dalam kaitan dengan pelaksanaan kegiatan e-government, Kementerian PU telah beberapa kali mendapatkan penilaian positif, baik berupa permintaan benchmark oleh kementerian lain (seperti E-Procurement dan e-monitoring) maupun berupa reward seperti dari Open Government Indonesia (OGI) terkait penyelenggaraan pelayanan informasi terpadu berbasis portal website PU di Hasil (output) yang telah dicapai melalui program ini adalah: Kegiatan Penyusunan Standard Operation Procedure (SOP) Penyelengaraan Tugas dan Fungsi Dokumen SOP unit organisasi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum Dokumen Pemetaan kebutuhan SOP Penerapan SOP (contoh: Laporan Penerapan SMM) Kegiatan Pembangunan / pengembangan E-government ͳ ͳ E-Monitoring K/L Versi 1.01 ͳ ͳ E-Procurement Versi 4.00 SIMKA SIM DJCKSISDA SIPP Bina Marga SIMTARU Pengaduan Masyarakat E-Office Mendapatkan penghargaan Transparancy Award, peringkat ke-2. Evaluasi hasil pencapaian output pada kegiatan ini adalah sebagai berikut: Penyusunan Standard Operation Procedure (SOP) Penyelengaraan Tugas dan Fungsi SOP dikembangkan sepenuhnya hingga tata laksana, kondisi saat ini SOP mengenai tugas dan fungsi Pembangunan/pengembangan E-government Dokumen Blueprint dilakukan review awal sebelum ditindaklanjuti dengan penetapan payung hukum. Konsolidasi pengembangan E-government perlu segera dibangun. ͳ ͳ Penyusunan Draft Rapermen E-government. 33

54 5. Program Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur Program ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur pada Kementerian PU, yang didukung oleh sistem rekrutmen dan promosi aparatur berbasis kompetensi, transparan, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan. Target utama dari keberadaan program ini adalah terwujudnya SDM aparatur yang profesional, berkinerja tinggi dan berkelas dunia pada tahun Sampai tahun 2014, Kementerian PU telah menyiapkan beberapa kegiatan baik yang merupakan turunan dari kebijakan meso RB, maupun yang merupakan implementasi dari penetapan program Internal. Partisipasi PU dalam mendukung pencapaian kebijakan meso RB terkait program MSDM aparatur seperti: Perencanaan pegawai sebagai dasar penetapan formasi nasional Ketersediaan dokumen analisa jabatan dan evaluasi jabatan Partisipasi dalam sistem seleksi terbuka melalui metode CAT (Computer Assisted Test). Redistribusi pegawai Hal ini telah dimonitor oleh Kementerian PAN&RB dan telah menginformasikan melalui website resminya sehingga menjadi salah satu ukuran kesiapan K/L dalam penataan program MSDM aparaturnya. Sedangkan hasil (output) yang merupakan implementasi dari penetapan program Internal (Road map RBPU) yang telah dicapai adalah: Kegiatan Penataan Sistem Rekruitmen Pegawai Mulai tahun , Kementerian PU telah menggunakan sistem aplikasi registrasi online bagi para calon peserta Ujian CPNS, sebagai tahap seleksi administrasi dari keseluruhan rangkaian seleksi yang akan diselenggarakan. Hal ini ternyata membawa dampak efektivitas dan efisiensi yang cukup signifikan. Selama kurun waktu itu, tahapan seleksi terdiri dari 2 fase, yaitu tahap seleksi administratif secara online dan tahap Tes Kompetensi Dasar dan Bidang yang dilaksanakan secara serentak dan manual (menggunakan Lembar Jawaban Komputer-LJK). Selama periode Kementerian PU masuk pada masa moratorium pengadaan pegawai sehingga tidak ada proses penerimaan CPNS dari pelamar umum. Pada tahun 2013, pelaksanaan seleksi pegawai menggunakan 3 tahap (seleksi administratif berbasis online, Tes kompetensi dasar berbasis Computer Assisted Test, dan Tes Kompetensi Bidang). Tahap ini merupakan metode seleksi yang belum pernah digunakan di Kementerian PU terutama metode CAT yang bekerja sama dengan Badan Kepegawaian Negara (BKN) yang telah memiliki infrastruktur penyelenggaraan CAT ini. 34

55 Kegiatan Analisis Jabatan Pelaksanaan kegiatan analisis jabatan pada tahun 2010 menggunakan instrumen yang diatur dalam KepmenPan&RB No. KEP/23.1/M.PAN/VII/2004 tentang klasifikasi jabatan. Setelah terbit Permenpan 33 tahun 2011, maka penyusunan Dokumen Analisis Jabatan Kementerian PU telah disesuaikan, dan telah dikembangkan menggunakan sistem aplikasi analisis jabatan. Kegiatan Evaluasi Jabatan Kegiatan penyusunan Evaluasi jabatan di Kementerian PU mengacu pada Permenpan Nomor 34 tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi Jabatan. Evaluasi jabatan tersebut menggunaan metode FES (Factor Evaluation System) dimana untuk jabatan struktural dan fungsional umum menggunakan 6 (enam) faktor, sementara jabatan fungsional tertentu menggunakan 9 (sembilan) faktor. Secara umum, hasil dari kegiatan evaluasi jabatan ini mendapatkan 17 peringkat jabatan di Kementerian PU, dimana jabatan struktural berada di peringkat jabatan 9 sampai 17, jabatan fungsional tertentu ahli berada pada range peringkat jabatan 8 sampai 13, dan jabatan fungsional umum ada di peringkat jabatan 1 sampai 8. Penetapan peringkat jabatan perjenis jabatan (Berita Acara antara Kementerian PU-Badan Kepegawaian Nasional-Kementrian PAN dan RB, yang dituangkan di dalam Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian PU - Nama dan Peringkat Jabatan). Kegiatan Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan Kegiatan penyusunan standar kompetensi jabatan di kementerian PU diawali sejak tahun 2011 dengan pemetaan kebutuhan kompetensi yang dibagi menjadi kompetensi inti, teknis dan manajerial. Beberapa kegiatan yang telah dicapai selama kurun waktu antara lain: Penyusunan draft Standar Kompetensi Jabatan (SKJ) fungsional tertentu (6 Jabatan fungsional Bidang ke-pu-an) Penyusunan draft SKJ Struktural. Penyusunan Kamus Kompetensi Teknis berikut key behaviour di bidang Sumber Daya Air, Bina Marga, Cipta Karya, Penataan Ruang, dan bidangbidang terkait Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, Penelitian dan Pengembangan, dan Konstruksi, sebagai dasar penilaian kompetensi jabatan struktural maupun fungsional. 35

56 Kegiatan Assesment Individu Dalam menjaga kualitas kompetensi pegawai, diperlukan kegiatan assessment yang akan dijalankan pada proses mutasi kepegawaian seperti kenaikan pangkat, kenaikan golongan, kenaikan jabatan, pindah antar unit dan jabatan, tugas belajar, dan sebagainya. Keberadaan proses assesment menjadi penting mengingat hal ini akan berdampak pada pola karier yang akan dirumuskan. Perlunya kesesuaian kompetensi antara jabatan dengan pejabatnya menjadi krusial untuk mengakselerasi pelaksanaan program-program pemerintah. Unit asesmen perlu dipersiapkan implementasinya, dimana pada Kementerian PU telah dilaksanakan persiapan implementasi sebagai berikut: Penyiapan Assessor untuk pelaksanaan assesment individu, yang hingga saat ini sudah lulus sebagai assessor (berlisensi) sebanyak 13 orang, dalam proses pemagangan (proses akhir pelatihan assessor) sebanyak 13 orang, dan masih daam proses pelatihan assessor sebanyak 50 orang. Profiling/pemetaan kompetensi pejabat struktural eselon IV, sebagai pilot proyek assessment individu sebanyak 69 orang, dan akan dilanjutkan untuk seluruh pejabat struktural dengan target minimal 400 orang pada Tahun Kegiatan Penerapan Sistem Penilaian Kinerja Individu Kegiatan penerapan sistem penilaian kinerja individu merupakan suatu kegiatan yang integral dengan penerapan sistem manajemen kinerja (organisasi) pada program penguatan akuntabilitas kinerja. Pada perjalannya, dengan terbitnya PP 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai, PP 46 tahun 2011 tentang Pedoman Penilaian Prestasi Kerja Pegawai, Peraturan Kepala BKN No 1 tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan PP 46 tahun 2011, maka setiap kementerian mengembangkan dan menyusun polanya. Prestasi Kerja itu sendiri terdiri dari Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan Perilaku Kerja Pegawai. SKP ini disusun antara pejabat yang dinilai dengan pejabat penilai untuk menurunkan output pekerjaan secara berjenjang dari atas sampai ke level operasional. Di kementerian PU, kegiatan SKP ini telah diinisiasi sejak tahun 2011, dan mengalami perbaikan berkelanjutan seiring dengan peningkatan pemahaman dan penajaman kebijakan nasional. Sebagai kementerian teknis, Kementerian PU memiliki heterogenitas jabatan dan pekerjaan yang sangat bervariasi sehingga memunculkan tantangan tersendiri dalam penyusunannya. Sebagai bagian dari pelaksanaan kebijakan nasional, kegiatan terkait penerapan sistem manajemen kinerja individu di Kementerian PU meliputi: Penyusunan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) menggunakan sistem aplikasi. Uji coba penerapan SKP. Penyusunan Pedoman penilaian disiplin (kehadiran dan jam kerja). 36

57 Diterbitkannya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian PU. Kegiatan Pembangunan/Pengembangan Database Database kepegawaian di kementerian PU terus mengalami peningkatan kualitas secara berkelanjutan. Hal ini dipicu oleh dinamika perkembangan teknologi yang cepat sebagai basis sistem aplikasinya, dan juga oleh tuntutan kebijakan penanganan SDM secara nasional yang menuntut penyesuaian konten aplikasinya. Di kementerian PU, database pegawai ini dikembangkan dengan nama Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMKA), yang memiliki pergerakan fungsi dinamis. Fungsi database yang dituntut pada masa awal penyusunannya, saat ini menjadi tidak tepat lagi ketika tuntutan terhadap sistem informasi sudah sampai pada informasi kinerja pegawai. Sistem-sistem yang dikembangkan setiap tahun berupa penyusunan modul (fitur baru dalam sistem aplikasi) yang disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan manajemen SDM (modul penilaian kinerja individu, modul mekanisme pengangkatan dalam jabatan struktural, modul analisis jabatan, dan sebagainya). Beberapa output kegiatan ini berupa: Pengembangan Sistem Informasi Kepegawaian (SIMKA). Pengembangan sistem informasi prestasi kerja (Sistem Informasi Penilaian Kinerja). Kegiatan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai berbasis Kompetensi Sebelum bergulirnya Perpres RI Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi dan peraturan pelaksananya (Permenpan), penyusunan diklat menggunakan metode sebelumnya yaitu dari proses identifikasi kebutuhan akan diklat (IKAD) dan analisis kebutuhan akan diklat (AKAD). Dari kedua proses tersebut, program diklat dikemas dan dikembangkan melalui review berkala tahunan. Sementara itu, program diklat berbasis kompetensi sebagaimana dimaksud dalam program MSDM aparatur merupakan kegiatan sekuensial dari kegiatan penyusunan standar kompetensi, assesment individu berdasarkan kompetensi, kemudian disusunlah diklat berbasis kompetensi sesuai dengan gap kompetensi yang terpetakan. Untuk itu, pada periode program diklat di kementerian PU diawali dari proses IKAD dan AKAD untuk kemudian tersusunlah kegiatan dan hasil berupa: Penyusunan Silabus dan program Diklat berbasis kompetensi Kementerian PU. Kurikulum diklat teknis dan manajerialberdasarkan IKAD dan AKAD telah disusun, dan telah dituangkan dalam kalender Diklat Kemeterian PU Evaluasi hasil pencapaian output pada kegiatan ini adalah sebagai berikut: 37

58 Penataan Sistem Rekruitmen Pegawai Pengembangan sistem rekruitmen berbasis ISO belum dilaksanakan, mengingat adanya moratorium penerimaan pegawai selama dua tahun. ͳ ͳ Dengan demikian telah dilakukan review terhadap pencapaian target road map dimana penerapan sistem rekrutmen berbasis ISO ditargetkan dicapai pada road map periode Analisis Jabatan Telah diselesaikan dengan baik. Evaluasi Jabatan Adanya perubahan KepmenPAN dan RB No. KEP/23.1/M.PAN/VII/2004 menjadi Permen PAN dan RB Nomor 33/2011 mengakibatkan keterlambatan penyelesaian evaluasi jabatan, namun demikian target ini berhasil dicapai. Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan Telah disusun draft Peraturan Menteri PU tentang penilaian kompetensi pegawai yang ditargetkan akan keluar pada akhir April 2014, yang memuat Kualifikasi jabatan, Standar Kompetensi Inti, Manajerial, dan Teknis, termasuk Kamus Kompetensi dan metode penilaian kompetensi, serta prosedur penilaian kompetensi pegawai. Assesment Individu Dengan telah disiapkannya instrumen penilaian kompetensi pegawai PU, berikut kamus kompetensi dan key behaviour, serta kelengkapan gedung/ ruang Assessment Center Kementerian PU, maka assessment individu untuk seluruh pejabat Kementerian PU telah siap untuk dilaksanakan. Segera setelah Permen PU terkait penilaian kompetensi pegawai diterbitkan assesment individu akan dilaksanakan, dan ditargetkan pada Tahun 2014 ini penilaian kompetensi pegawai akan diikuti oleh 400 orang pejabat struktural. Penerapan Sistem Penilaian Kinerja Individu Perlu sosialisasi penyusunan indikator kinerja individu secara intensif serta penerapan SKP yang dipadukan dengan indikator kinerja individu secara menyeluruh di lingkungan Kementerian PU Perlu segera disusun Pedoman Sistem Penilaian Kinerja Individu. Mengakomodasi indikator kinerja individu dalam aplikasi pengukuran kinerja pegawai Aplikasi pengukuran kinerja sudah tersedia segera dimanfaatkan yang perlu diawali dengan sosialisasi dan pelatihan secara menyeluruh. 38

59 Pembangunan/Pengembangan Database Pengembangan database terkait pegawai dan penilaian sudah dikembangkan namun perlu segera diimplementasikan secara optimal. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai berbasis Kompetensi Kurikulum diklat teknis dan manajerial berdasarkan IKAD dan AKAD telah disusun, dan telah dituangkan dalam kalender Diklat Kemeterian PU Berdasarkan IKAD dan AKAD tersebut, untuk peningkatan kapasitas pegawai, pada tahun 2013 telah dilaksanakan 163 paket Pendidikan dan Pelatihan Teknis, Kepemimpinan, dan Fungsional dengan total peserta pegawai, dan untuk Tahun 2014 direncanakan akan dilaksanakan 152 Pendidikan dan Pelatihan untuk peserta. Peningkatan kapasitas pegawai melalui pendidikan formal bekerjasama dengan perguruan tinggi dengan mengirimkan karyasiswa untuk berbagai program studi sesuai kebutuhan dari masing-masing satminkal telah dilaksanakan, yang pada Tahun 2013 mencakup 520 karyasiswa, dan untuk Tahun 2014 tersaring 347 karyasiswa, yang tersebar di 14 perguruan tinggi di Indonesia, yang beberapa di antaranya merupakan program double degree bekerja sama dengan universitas di Inggris dan Jerman. 6. Program Penguatan Pengawasan Program Penguatan Pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, dengan target capaian yang diinginkan antara lain peningkatan ketaatan, efisiensi, serta peningkatan kualitas pertanggungjawaban keuangan Negara Hasil yang telah dicapai melalui program ini adalah: Kegiatan Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada masingmasing Unit Kerja Organisasi Eselon 1 di Kementerian PU. Pelaksanaan Instruksi Menteri PU Nomor. 02/IN/M/2011 tentang Penerapan Peraturan Pemerintah 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Kegiatan ini sebagai tindaklanjut dari dikutum 3 Instruksi Menteri PU Nomor. 02/IN/ M/2011 bahwa para pejabat Eselon I, Kepala Balai dan Kasatker untuk menerapkan Manajemen Resiko melalui proses penetapan konteks, identifikasi resiko, analisis resiko, evaluasi resiko, monitoring dan peninjauan dan komunikasi dan konsultansi. Program sosialisasi dan evaluasi Penerapan InMen PU Nomor 02/IN/M/2011 telah dilakukan pada tahun 2012 dan akan berakhir pada bulan September 2014, sedangkan untuk evaluasi penerapan InMen PU Nomor 02/IN/M/2011 akan dilakukan pada akhir bulan Desember

60 Kegiatan Peningkatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai Quality Assurance dan Consulting. Kode Etik Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian PU Kode Etik Auditor Itjen Kementerian PU, berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor 04/PRT/M/2006 yang mengatur tentang hubungan sesama auditor, hubungan auditor dengan pihak yang diperiksa, serta adanya larangan dan saksi dan apabila seorang Auditor melakukan pelanggaran didalam melaksanan tugas audit maka akan diberikan sanksi sesuai hasil keputusan Dewan Inspektur. ͳ ͳ Draft Pedoman Auditor Berbasis Resiko. Audit berbasis Resiko yang selanjutnya disebut Risk Based Internal Audit (RBIA) adalah metodologi audit yang dipergunakan untuk memberikan jaminan bahwa resiko telah dikelola di dalam batasan resiko yang telah ditetapkan oleh manajemen pada tingkatan organisasi dengan prinsip auditor harus memahami aspek pengendalian setiap proses kegiatan yang terkait dan resiko dan faktor-faktor pengendalian guna mendukung pencapaian sasaran organisasi. Dalam melakukan audit berbasis resiko, auditor melakukan evaluasi terhadap manajemen resiko yang ditetapkan oleh auditi, serta mematuhi standard audit dan mempertimbangkan resiko yang dihadapinya untuk mendapatkan resiko signifikan yang untuk selanjutnya ditindaklanjuti dengan proses audit melalui audit rinci. Penyempurnaan pedoman penanganan pengaduan masyarakat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 323/PRT/M/2005, tentang tata cara penanganan masukan dari masyarakat dengan mekanisme penyampaian informasi melalui surat,kotak pos 5000/kotak pos 5100, situs saran, pengaduan PU net, , SMS, telepon dan media massa atau yangbersangkutan datang langsung ke Departemen. Pendampingan penyusunan laporan keuangan Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan kepada Satker Daerah dan Pusat dimulai Tahun 2009 sampai dengan saat ini bekerja sama dengan BPKP sesuai MOU Kementerian dengan BPKP, dengan fokus pendampingan terhadap penyusunan Laporan Keuangan pada Satker dan Balai diseluruh Indonesia,termasuk pendampingan penyusunan laporan keuangan di tingkat pusat dan sekaligus melakukan review laporan keuangan tingkat Kementerian dengan sasaran agar para Satker dalam penyusunan laporan Keuangan sesuai standar SAP termasuk dalam penyusunan BMN lebih tertib. 40

61 Penandatanganan Pakta Integritas Pelaksanaan Zona Bebas Korupsi PermenPAN dan RB No. 60 tahun 2012 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) bahwa setiap Kementerian menyiapkan dan mengusulkan kepada Kementerian PAN dan RB satminkal setingkat Eselon I atau Eselon II yang akan ditetapkan sebagai satminkal wilayah bebas korupsi. Tahapan sebelum mengusulkan Satminkal WBK kepada Kementerian PAN dan RB didahulu dengan melakukan Pencanganan Pembangunan Zona Integritas menuju WBK yang telah dilaksanakan pada tanggal 14 Nopember Tindak lanjut dari Pencanganan Pembangunan Zona Integritas menuju WBK maka selanjutnya mengusulkan satminkal yang berpredikat wilayah bebas korupsi yang telah memenuhi 20 persyaratan dan selanjutnya menjadi satminkal Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). Implementasi dari Pencanganan Pembangunan Zona Integritas sesuai Permen PU Nomor 21/ PRT/M/2008 telah ditetapkan Pedoman Operasionalisasi WBK pada aspek pemrograman anggaran dan pengadaan barang dan jasa di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum yang merupakan wilayah bebas dari korupsi. Sesuai program PIAK-KPK (Program Inisiatif Anti Korupsi-KPK) Kementerian PU masuk dalam program PIAK dengan menetapkan 3 (tiga) Satminkal yaitu Sekretariat Jenderal, Bina Marga dan Sumber Daya Air. Program PIAK-KPK ini dimulai tahun dengan 8 indikator yang menjadi penilaian KPK yaitu: Indikator transparansi dalam manajemen SDM, Transparansi penyelenggaran Negara Promosi anti korupsi Kode Etik khusus Transparansi dalam pengadaan Mekanisme pengaduan masyarakat Akses publik dalam memperoleh informasi Pelaksanaan saran BPK / KPK / APIP Berdasarkan hasil penilaian KPK Tahun 2012, atas PIAK-KPK Kementerian PU mendapatkan nilai 6,47 diatas nilai rata-rata Kementerian lainnya sehingga mulai tahun 2012 Kementerian PU tidak melakukan penilaian kembali oleh KPK pada program PIAK KPK. Evaluasi hasil pencapaian output pada kegiatan ini adalah sebagai berikut: Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada masing-masing Unit Organisasi Eselon 1 di Kementerian PU 41

62 Tersusunnya Peta kompetensi Petugas Pengelola Keuangan. Daftar Pejabat Inti Satker (PISK) sebagai Petugas Pengelola Keuangan. Program peningkatan kompetensi Petugas Pengelola Keuangan per-satminkal belum dilaporkan. Hasil Laporan Keuangan yang sudah diberikan opini oleh BPK dengan hasil Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Belum dilaporkan tentang peningkatan ketaatan, efisiensi, dan efetivitas pelaksanaan tugas dan fungsi. Program sosialisasi Inmen PU No. 02/IN/M/2011 kepada seluruh Satker belum seluruhnya dilakukan dan akan baru selesai pada bulan September 2014, diharapkan pada akhir tahun 2014 seluruh Satker sudah menyusun dan melaksanakan manajemen resiko. Peningkatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai Quality Assurance dan Consulting. Pelaksanaan audit berdasarkan Risk Based Internal Audit (RBIA), Review Kode Etik Auditor, Peraturan Menteri PU Nomor 603/2005, Nomor 14/2007, Nomor 06/2008, Nomor 07/2008 sudah selesai dibahas secara Internal dan perlu percepatan dalam proses legalisasi. 7. Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja Kementerian PU, dimana target sampai dengan tahun 2014 nilai SAKIP adalah A. Sampai tahun 2013 akhir, kondisi nilai SAKIP kementerian PU masih 73,8 atau setara B. Target ini akan dikejar sampai dengan akhir tahun 2014 sehingga bernilai A. Dampak dari pemenuhan program ini adalah pencapaian keterukuran kinerja pada tahun 2014 sebagai salah satu target pemenuhan dalam skenario pencapaian perubahan RBPU. Hasil yang telah dicapai melalui program ini adalah: Kegiatan Penguatan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Penyempurnaan format LAKIP dan rencana aksi berdasarkan Permen PU nomor 17 Tahun 2012 di masing-masing Unit Organisasi Eselon I dan Unit kerja Eselon 2 melalui fasilitasi dan workshop penyusunan Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) dan Penetapan Kinerja (PK). Kegiatan fasilitasi penyusunan LAKIP dan PK meliputi kegiatan pendampingan penyusunan LAKIP dan PK, sosialisasi terkait penyusunan dokumen rencana aksi, penguatan pengendalian melalui penyusunan rencana aksi, review rencana strategis (Renstra), evaluasi penyusunan LAKIP dan workshop terkait kegiatan penyusunan LAKIP dan PK. Penerapan cascading indikator kinerja utama (setingkat ke bawah). 42

63 Kegiatan Pengembangan Sistem Manajemen Kinerja Diterbitkannya Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian PU tentang Pedoman Sistem Manajemen Kinerja Kementerian PU dan Penyusunan Indikator Kinerja Individu. ͳ ͳ Piloting penyelarasan indikator kinerja organisasi dengan indikator kinerja individu dilakukan pada Direktorat Jenderal Bina Marga, Biro Kepegawaian dan Ortala, dan Pusat Kajian Strategis (PUSTRA). Kegiatan Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU) pada Kementerian PU Penyusunan Dokumen review Indikator Kinerja Utama, indikator kinerja, dan output penting di lingkungan Kementerian PU yang kemudian diterbitkan dalam Permen PU No 22/PRT/M/2010 tentang IKU. Evaluasi hasil pencapaian output pada kegiatan ini adalah sebagai berikut: Penguatan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Penguatan akuntabilitas perlu ditunjukkan dengan pengendalian pelaksanaan kegiatan melalui dokumen rencana aksi; Pengukuran kinerja harus dilakukan secara berkala Dalam hal pengukuran kinerja, perlu juga dilakukan cascading terhadap level di bawahnya untuk menunjukkan keselarasan antara indikator kinerja individu dan organisasinya Kegiatan Pengembangan Sistem Manajemen Kinerja Sosialisasi pedoman Sistem Manajemen Kinerja perlu terus dilaksanakan secara intensif Penyusunan indikator kinerja individu sebagai salah satu basis penyusunan SKP perlu segera dilaksanakan secara merata di lingkungan Kementerian PU Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU) pada Kementerian PU Hasil review terhadap indikator kinerja organisasi perlu segera diterapkan terutama dalam rangka penyusunan Renstra PU Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik pada Kementerian PU sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat. Sesuai dengan grand scenario perubahan kementerian PU, sampai tahun 2014 target pelayanan di PU adalah pelayanan minimal, pada tahun 2019 mencapai pelayanan prima pada output utama PU, sedangkan tahun 2025 menargetkan pencapaian pelayanan prima pada seluruh output PU. Dalam mencapai target pelayanan minimal sampai dengan tahun 2014, kementerian PU telah melaksanakan kegiatan dalam program ini yang meliputi: 43

64 Kegiatan Penerapan Standar Pelayanan pada Unit Kerja Kementerian Penetapan Maklumat dan Standar Pelayanan untuk 3 (tiga) dari 13 Pelayanan Publik (dengan rincian: 1 di Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2 di Direktorat Jenderal Bina Marga, 1 di Direktorat Jenderal SDA, 1 di Badan Pengembang Jalan Tol, 1 di Direktorat Jenderal Cipta Karya, 1 di Badan Pembina Konstruksi, 4 di Balitbang, dan 2 di Sekretariat Jenderal). Kegiatan Partisipasi Masyarakat dalam penyelenggaraan Pelayanan Publik Hasil program pemberdayaan/partisipasi masyarakat (PAMSIMAS, SANIMAS, P3A, PNPM Mandiri). Pembentukan PPNS Penataan Ruang dalam rangka menindaklanjuti pengaduan masyarakat terkait pelanggaran pemanfaatan ruang, Jumlah PPNS yang terbentuk hingga tahun 2013 adalah 496 orang, terdiri dari 48 orang dari instansi pusat dan 448 orang dari instansi daerah. Evaluasi hasil pencapaian output pada kegiatan ini adalah sebagai berikut: Penerapan Standar Pelayanan pada Unit Kerja Kementerian Perlu peningkatan pemahaman terhadap Pedoman Standar Pelayanan Publik di masing-masing unit kerja. Unit Kerja didorong untuk mencantumkan ke dalam laporan. Partisipasi Masyarakat dalam penyelengaaran Pelayanan Publik Perlu segera disusun pedoman pemberdayaan yang merupakan laporan konsolidasi dari seluruh sektor ke-pu-an. 9. Program Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Program ini bertujuan untuk menjamin agar pelaksanaan reformasi birokrasi dijalankan sesuai dengan ketentuan dan target yang ditetapkan dalam Road map Kementerian PU dengan memberikan peringatan dini tentang resiko kegagalan pencapaian target yang ditetapkan. Pada tahun 2011 Telah dibentuk Satgas Monitoring dan Evaluasi serta penyusunan program kerja Satgas Monitoring dan Evaluasi. 44

65 Tabel 3.3. Detail aktifitas yang harus dilakukan oleh pokja monev akhir 2011 dan awal 2012 NO AKTIFITAS DAN PELAKSANA KONDISI AWAL WAKTU PELAKSANAAN TARGET SELESAI VOLUME SATUAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 PERSIAPAN KERJA A. Penyusunan SK Pelaksana 2 Hari 28 Des Des Pengumpulan data masing-masing Pokja P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 PHambali, ST, MT Lisniari Munthe, ST, MSc Leonarda Bima Arinta Ibnusaid, M.Eng Dra. Marcelina Rinny H, M.Eng, Sc Drs. Krismanto Ir. Sufrijadi, M.A Ir. Dian Irawati Ir. Luthfiel Annam, M.M QW1 Ir. R. Mohammad Ajito, M.M QW2 Hermi Astuti, S.Sos QW3 Drs. Krismanto 2. Penghubung Per Pokja 2 28 Des Des 2011 P1 P2 P3 P4 Hambali, ST, MT Lisniari Munthe, ST, MSc Leonarda Bima Arinta Ibnusaid, M.Eng Dra. Marcelina Rinny H, M.Eng, Sc KET P5 Drs. Krismanto 3. Pengembangan Sistem Termasuk Perumusan Form, 2 28 Des Des 2011 Kriteria Dan Metoda Analisis Program Rb Dan Qw Serta Format Laporan Triwulanan, Tahunan Dan Akhir Dra. Marcelina Rinny H, M.Eng, Sc Ir. R. Mohammad Ajito, M.M Hermi Astuti, S.Sos 45

66 NO AKTIFITAS DAN PELAKSANA KONDISI AWAL WAKTU PELAKSANAAN TARGET SELESAI VOLUME SATUAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Drs. Krismanto 2 PELAKSANAAN A. PENGEMBANGAN SISTEM 1. Perumusan Form, Kriteria, Metoda Analisis Program RB (termasuk format Laporan Triwulanan, Tahunan, dan Akhir) 2. Dra. Marcelina Rinny H, M.Eng, Sc Perumusan Form, Kriteria, Metoda Analisis QW (termasuk format Laporan Triwulanan, Tahunan, dan Akhir) Dra. Marcelina Rinny H, M.Eng, Sc Ir. R. Mohammad Ajito, M.M Hermi Astuti, S.Sos Drs. Krismanto 3. Perumusan Form, Kriteria, Metoda Analisis Program RB (termasuk format Laporan Triwulanan, Tahunan, dan Akhir) B. Dra. Marcelina Rinny H, M.Eng, Sc PENGUMPULAN DATA RENCANA DAN JADWAL OUTPUT SETIAP KEGIATAN, OUTCOMES SETIAP PROGRAM SERTA REFERENSI MONEV KET 4 30 Des Des Des Des Jan Des jan Rapat Persiapan Awal Intern Tim 1 14 Des Des 2011 Ir. Luthfiel Annam, M.M 2. Surat Permintaan Data 1 15 Des Des 2011 Ir. Luthfiel Annam, M.M 3. Pengumpulan Data 6 22 Des Des 2011 P9 P10 P11 P12 P13 Hambali, ST, MT Lisniari Munthe, ST, MSc Leonarda Bima Arinta Ibnusaid, M.Eng Dra. Marcelina Rinny H, M.Eng, Sc Drs. Krismanto 46

67 NO AKTIFITAS DAN PELAKSANA KONDISI AWAL WAKTU PELAKSANAAN TARGET SELESAI VOLUME SATUAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) P14 P15 P16 QW4 QW5 QW6 Ir. Sufrijadi, M.A Ir. Dian Irawati Ir. Luthfiel Annam, M.M Ir. R. Mohammad Ajito, M.M Hermi Astuti, S.Sos Drs. Krismanto C. PERUMUSAN RENCANA AKSI, SASARAN DAN BASE LINE 3 6 Jan Des jan 2012 D. Ir. Danis H. Sumadilaga, M.Eng, Sc (Koordinator Pokja) PEMBAHASAN RUMUSAN RENCANA AKSI, SASARAN, DAN BASE LINE Sekretariat Jenderal PU Semua Pokja KET 2 8 Jan Jan 2012 E. PENETAPAN RENCANA AKSI, SASARAN, DAN BASE LINE 1 9 Jan Jan 2011 F. 1. Sekretariat Jenderal PU PENYUSUNAN PEDOMAN MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN Penyusunan Pedoman monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan Ir. Danis H. Sumadilaga, M.Eng, Sc (Koordinator Pokja) 1 6 Jan Des Jan Penetapan Pedoman Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan 1 9 Jan Jan 2011 G. Sekretariat Jenderal PU MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN Ir. Danis H. Sumadilaga, M.Eng, Sc (Koordinator Pokja) 1. Penyusunan Laporan Evaluasi Triwulanan I, II, III, dan IV Jan 2012 Dra. Marcelina Rinny H, M.Eng, Sc 2. Penyusunan Laporan Evaluasi laporan Tahunan Jan 2012 Dra. Marcelina Rinny H, M.Eng, Sc 47

68 Pada awal tahun 2012 telah disusun rencana aksi pemantauan pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum yang mengacu kepada Pedoman Monitoring dan Evaluasi Reformasi Birokrasi yaitu Permen PAN dan RB Nomor 53 tahun 2011, yang menjadi dasar atau bahan evaluasi pelaksanaan RB di Kementerian PU tahun Dan pada saat itu pula telah dibuat Sistem monitoring dan evaluasi Reformasi Birokrasi secara online (RB meter) yang dapat diakses melalui alamat Pada tahun 2012 ini juga telah disusun pedoman penilaian 8 program Reformasi Birokrasi dengan telah ditetapkan sistem pembobotannya per proksi parameter. Demikian pula dengan Sistem monitoring dan evaluasi Reformasi Birokrasi secara online (RB meter) yang sudah dibuat dilakukan penyempurnaan sesuai dengan pedoman tersebut. Telah disusun pula Panduan Pengisian Capaian Progres (prosentase) dari tiap rencana aksi di setiap program RB dan Quick win yang telah ditetapkan di Kementerian Pekerjaan Umum. 48

69 Tujuan: MENTERI PENDAYAGUNAAN DAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA MATRIKS PENILAIAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI PADA KEMITRAAN/LEMBAGA AREA PERUBAHAN/PROGRAM PENATAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Meningkatkan Efektifitas Pengelolaan Peraturan Perundang-undangan Sasaran/Target yang inging dicapai: Menurunnya tumpang tindih dan disharmonisasi peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan K/L Meningkatnya efektifitas pengelolaan peraturan perundang-undangan K/L NO PERSPEKTIF/ SASARAN/ TARGET BOBOT (%) INDIKATOR BOBOT (%) PARAMETER PEMENUHAN (PROKSI PARAMETER) VARIABEL PENGUKURAN BOBOT (%) NILAI INDIVIDU TOTAL NILAI KET (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Menurunnya tumpang tindih dan disharmonisasi peraturan perundangundangan yang dikeluarkan K/L Adanya SOP/ Pedoman penyusunn peraturan perundangundangan Adanya SOP/ Pedoman penyusunan/ pembentukan peraturan Didukung SOP, dinilai 100. Tidak didukung SOP, nilai Adanya SOP penyusunan peraturan perundangundangan SOP mengakomodir langkah penyusunan peraturan perundangundangan yang berlaku Secara spesifik dan substansi telah menegaskan kejelasan tujuan, kesesuaian materi muatan, kejelasan rumusan (agar tidak tumpang tindih, disharmonis), keterbukaan 1. Dalam pedoman SOP telah terdapat langkahlangkah spesifik untuk meyakini bahwa proses pembentukan peraturan telah melalui review, verifikasi mendalam, sehingga peraturan yang 1. Bila SOP telah mengakomodir proses dalam proksi parameter secara lengkap, maka dinilai Bila SOP telah mengakomodir proses dalam proksi parameter, maka sebagian besar materi dinilai ,5 akan diterbitkan tidak tumpang tindih, 49

70 NO PERSPEKTIF/ SASARAN/ TARGET BOBOT (%) INDIKATOR BOBOT (%) PARAMETER PEMENUHAN (PROKSI PARAMETER) VARIABEL PENGUKURAN BOBOT (%) NILAI INDIVIDU TOTAL NILAI KET (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1. disharmonis, atau multi tafsir, dan telah dilakukan uji publik/ Internal terlebih dahulu 2. Bila SOP telah mengakomodir proses dalam proksi parameter, maka setengahnya dinilai Bila SOP mengakomodir minim, maka dinilai 25 atau Pelaksanaan proses pengkajian dan penyusunan peraturan telah didukung routing slip/ laporan/ simpulan Hasil proses pengkajian/ penyusunan peraturanyng didukung (laporan/ routing slip) 1. Pelaksanaan SOP didukung routing slip atau laporan hasil kajian legal drafting yang menegaskan keyakinan tidak adanya tumpang tindih dan disharmonis Bila seluruh routing slip atau laporan terdapat penegasan bahwa materi muatan tidak tumpang tindih, harmonis dinilai 100. Bila sebagian besar routing slip atau laporan terdapat penegasan bahwa materi muatan tidak tumpang tindih, harmonis dinilai ,5 3. Bila separuh routing slip atau laporan terdapat penegasan 50

71 NO PERSPEKTIF/ SASARAN/ TARGET BOBOT (%) INDIKATOR BOBOT (%) PARAMETER PEMENUHAN (PROKSI PARAMETER) VARIABEL PENGUKURAN BOBOT (%) NILAI INDIVIDU TOTAL NILAI KET (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) bahwa materi muatan tidak tumpang tindih, harmonis dinilai Bila tidak tedapat penegasan yang tersirat, maka dinilai 25 atau Telah dilakukan pemetaan atas peraturan perundangundangan yang diidentifikasi tumpang tindih, disharmonis, serta multi tafsir, dan hasil identifikasi segra ditindak lanjuti Hasil identifikasi/ pemetaan peraturan yang bermasalah (jika telah dilakukan), diadministrasi kan tertib dan ada upayapercepatan penyelesaian tindak lanjutnya 1. Ada hasil analisis/ evaluasi atau pemetaan atas peraturan Perundangundangan yang telah terbit untuk identifikasi potensi tumpang tindih, disharmomis, serta multi tafsir Bila dilakukan identifikasi dan didukung laporan, dilakukan sekurangnya secara tahunan, dinilai 100. Bila dilakukan identifikasi dan didukung laporan dilakukan rutin namun belum menyeluruh, maka dinilai 75. Bila ada dalam periode lebihd ari 2 tahun terakhir, maka dinilai ,5 4. Bila belum pernah atau tidak pernah, maka dinilai 25 atau 0. SUB TOTAL 1 54,25 51

72 NO PERSPEKTIF/ SASARAN/ TARGET BOBOT (%) INDIKATOR BOBOT (%) PARAMETER PEMENUHAN (PROKSI PARAMETER) VARIABEL PENGUKURAN BOBOT (%) NILAI INDIVIDU TOTAL NILAI KET (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 2 Meningkatnya efektifitas pengelolaan peraturan perundangundangan K/L Arsip dan indeks peraturan telah dikelola secara tertib, lengkap dan informatif Peraturan perundang-undangan telah dimutakhirkan secara lengkap diklasifikasikan dan diadministrasikan dengan baik. 1. Dibuat indeks peraturan yang lengkap dalm sistem informasi database yang mudah dan informatif (a.l. melalui web). 1. Bila ada aplikasi/daftar indeks peraturan yang lengkap, mudah dan informatif, dinilai Bila ada tapi kurang lengkap, dinilai Bila ada tapi tidak informatif, dinilai Bila ada tapi tidak informatif dan tidak lengkap, dininali Bila tidak ada dinilai ,5 2. Arsip hard/ soft copy laporan, hasil analisa/ kajian terpadu (satu pintu) 1. Penyimpanan file atau hard copy tersimpan lengkap dan terintegrasi, dinilai Penyimpanan file atau hard copy hasil kajian/ analisis, tersimpan terpisah tempat, dinilai

73 NO PERSPEKTIF/ SASARAN/ TARGET BOBOT (%) INDIKATOR BOBOT (%) PARAMETER PEMENUHAN (PROKSI PARAMETER) VARIABEL PENGUKURAN BOBOT (%) NILAI INDIVIDU TOTAL NILAI KET (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 3. Penyimpanan file atau hard copy hasil kajian/analisis tesimpan terpisah lebih dari 2 tempatm dinilai Penyimpanan file atau hard copy hasil kajian/analisis tersimpan terpisah tidak jelas, dinilai 25 atau Pendokumentasian peraturan secara tertib termasuk hasil forum pembinaan Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDHI) lintas K/L 1. Penyimpanan file atau hard copy peraturan, tersimpan lengkp dan tertib, dinilai Penyimpanan tertib, tapi tidak lengkap (2 tahun terakhir lengkap) dinilai Penyimpanan tertib tapi tidak lengkap (lebih dari 2 tahun terakhir lengkap), dinilai Penyimpanan tidak tertib, tidak lengkap, dinilai proporsional 25 atau 0. 53

74 NO PERSPEKTIF/ SASARAN/ TARGET BOBOT (%) INDIKATOR BOBOT (%) PARAMETER PEMENUHAN (PROKSI PARAMETER) VARIABEL PENGUKURAN BOBOT (%) NILAI INDIVIDU TOTAL NILAI KET (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Peraturan perundangundangan telah disampaikan kepada pegawai dan stakehoders secara memadai 1. Daftar peraturan yang dibuat 1. Dibuat daftar peraturan dan telah diditribusikan dan disosialisasikan memadai, dinilai Telah didistribusikan dan disosialisasikan belum memadai, dinilai Telah didistribusikan belum disosialisasikan memadai, dinilai Belum didistribusikan dan belum disosialisasikan memadai, dinilai 25 atau Ada mekanisme formal, dinilai 100, belum formal dinilai 50, tidak ada dinilai ,25 TOTAL NILAI 77,50 54

75 Berdasarkan Permen PAN dan RB Nomor 01 tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang kemudian ditindak lanjuti dengan Permen PAN dan RB Nomor 31 tahun 2012 tentang petunjuk teknis Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi secara Online maka dilakukan penyesuaian acuan kerja untuk 8 program Reformasi Birokrasi Kementerian PU. Untuk Pokja Monev telah disusun Matriks Monitoring dan Evaluasi (Tabl 5) yang merupakan suatu instrumen untuk tingkat kecukupan dokumen/data dan untuk yang lain digunakan instrumen-instrumen yang diperoleh dari hasil wawancara, konfirmasi klarifikasi dan data hasil survei. Tabel 3.5. Analisis monitoring dan evaluasi NO AREA PERUBAHAN/ PROGRAM BOBOT HASIL YANG DIHARAPKAN MONITORING EVALUASI URAIAN JUM SAT KEBERADAAN WAKTU CAPAIAN ADA TIDAK TEPAT TERLAMBAT TARGET REALISASI % KET (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) 1 POLA PIKIR DAN BUDAYA KERJA (MANAJEMEN PERUBAHAN) (10) 1 Meningkatnya komitmen pimpinan dan pegawai Kementerian/ Lembaga dalam melakukan Reformasi Birokrasi 2 Terjadinya perubahan pola pikir dan budaya Kementerian/ Lembaga 3 Menurunnya resiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya resistensi terhadap perubahan 1. Terbentuknya tim manajemen perubahan 2. Tersusunnya strategi manajemen perubahan. 3. Tersusunnya strategi komunikasi manajemen Terbangunnya komitmen, partisipasi, dan perubahan perilaku yang diinginkan Adanya analisis resiko dan komunikasi kepada seluruh staf untuk mengurangi tingkat kegagalan dan meningkatkan kepuasan pegawai 2 PENATAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (10) 1. Adanya Standar Operasional Prosedur (SOP). 2. SOP mengakomodir langkah 55

76 NO AREA PERUBAHAN/ PROGRAM BOBOT HASIL YANG DIHARAPKAN MONITORING EVALUASI URAIAN JUM SAT KEBERADAAN WAKTU CAPAIAN ADA TIDAK TEPAT TERLAMBAT TARGET REALISASI % KET (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) 1 penyusunan peraturan perundangundangan yang tepat. 2 Meningkatnya efektifitas pengelolaan peraturan perundangundangan Kementerian/ Lembaga 3. Pelaksanaan proses pengkajian dan penyusunan peraturan telah didukung routing slip/ simpulan/ laporan. 4. Telah dilakukan pemetaan peraturan perundangundangan yang diidentifikasi tumpang tindih, disharmonis, serta multi tafsir dan hasil identifikasi segera ditindak lanjuti. Arsip dan indeks peraturan telah dikelola secara tertib, lengkap dan informatif Dalam pelaksaannya Pokja Monev juga melakukan analisis terhadap 8 (delapan) program mikro RB yang dituangkan dalam Tabel 6. Hasil yang telah dicapai melalui program ini adalah telah disusun laporan Hasil Monitoring per triwulan, per Semester, per progress (per prosentase yang ditentukan) dan laporan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan (MEP) Tahun Sementara itu, Hasil (output) yang telah dicapai melalui program ini sesuai dengan road map yang telah ditetapkan adalah: Monitoring Penyusunan laporan Hasil Monitoring triwulan. Penyusunan laporan Hasil Monitoring per semester. 56

77 Evaluasi Penyusunan laporan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan (MEP) Tahun Evaluasi menyeluruh dilakukan pada Semester Kedua Tahun Tercapainya perubahan pada 8 (delapan) area perubahan dalam tabel di atas, akan dapat mewujudkan ketiga sasaran Reformasi Birokrasi pada Tahun 2015, yaitu: Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme; Meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat; Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. B. ANGGARAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Estimasi anggaran untuk melaksanakan 26 kegiatan dari tahun 2011 sampai tahun 2014 adalah Rp. 192,25 milyar, dengan rencana alokasi per-tahun adalah: Tahun 2011 sebesar Rp 24,80 milyar Tahun 2012 sebesar Rp 84,25 milyar Tahun 2013 sebesar Rp 44,45 milyar Tahun 2014 sebesar Rp 38,75 milyar Tabel 3.6. Estimasi Kebutuhan Dana RB Kementerian PU NO 9 PROGRAM RB TOTAL ALOKASI ALOKASI PERTAHUN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) I. Manajemen Perubahan II. III. IV. Penataan Peraturan Perundang- Undangan Penataan dan Penguatan Organisasi Penataan Tatalaksana V. Penataan Sistem Manajemen Aparatur

78 NO 9 PROGRAM RB TOTAL ALOKASI ALOKASI PERTAHUN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) VI. VII. VIII. IX. Penguatan Pengawasan Penguatan Akuntabilitas Kinerja Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan TOTAL Sedangkan untuk kebutuhan penyediaan tunjangan kinerja sesuai alternatif yang diusulkan adalah: Tahun 2012, 70% tunjangan kinerja maksimal sebesar Rp. 902,28 milyar. Tahun 2013, 85% tunjangan kinerja maksimal sebesar Rp ,62 milyar. Tahun 2014, 100% tunjangan kinerja maksimal sebesar Rp ,97 milyar. Tabel 3.7. Exercise Kebutuhan Tunjungan Kinerja Kementerian PU JUMLAH BULAN RATE (JUTA RP) 2012 (70%) USULAN 2013 (85%) 2014 (100%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) STRUKTURAL Menteri Wamen Eselon-1A Eselon-1B Eselon-2A Eselon-2B Eselon-3A Eselon-3B Eselon FUNGSIONAL

79 JUMLAH BULAN RATE (JUTA RP) 2012 (70%) USULAN 2013 (85%) 2014 (100%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. MADYA MUDA Pertama Staf GOL IVA- IVD 2. GOL IIIB- IIID , GOL IIIA GOL IIA-IID , GOL I TOTAL Pelaksanaan 9 program mikro RBPU ini harus terus didukung untuk bisa memberikan kontribusi terhadap pelayanan publik yang menjadi garda depan dalam pelayanan kepada masyarakat. Diketahui bahwa pelayanan publik di Kementerian PU ini terkait langsung maupun tidak langsung dengan masyarakat sebagai penerima manfaat, yang jenis pelayanannya terbagi atas barang, jasa, dan administrasi. Anggaran Kementerian PU hingga saat ini masih memenuhi kebutuhan pelaksanaan RBPU tersebut. C. PELAKSANAAN QUICK WINS 1. Preservasi Penutupan Jalan Jalur Pantura Selama 10 Hari. Salah satu wujud nyata bagian dari Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum adalah penetapan quick win. Quick win diartikan sebagai langkah inisiatif yang mudah dan cepat dicapai untuk mengawali pelaksanaan suatu program dalam Reformasi Birokrasi. Quick wins dipilih dari salah satu atau kombinasi beberapa area perubahan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing instansi, khususnya pada program peningkatan kualitas pelayanan publik. RPJMN telah ditetapkan 11 (sebelas) prioritas nasional dimana 7 (tujuh) prioritas nasional terkait dengan bidang PU dan Penataan Ruang. Salah satu prioritas pembangunan didalam Renstra Kementerian PU adalah meningkatkan keandalan sistem konektivitas jaringan jalan, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 59

80 nasional dan pengembangan wilayah. Sasaran utama di bidang jalan adalah meningkatnya kualitas layanan jalan nasional dan pengelolaan jalan daerah serta meningkatkan kapasitas jalan nasional. Isu utama yang dijumpai adalah belum memadainya kualitas pelayanan jalan, terutama ruas-ruas jalan yang merupakan jalur-jalur ekonomi utama. Berdasarkan hal tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum telah menetapkan sebagai program quick win Kementerian Pekerjaan Umum adalah penerapan pelayanan preservasi jalan terukur dengan target kinerja layanan penambalan lubang jalan paling lama 10 hari di ruas jalan nasional non-tol Cikampek-Losari-Semarang (Jalur Pantura Jawa). Dalam program ini, ditargetkan tidak ada jalan lubang yang tidak ditangani. Penanganan jalan lubang tidak lebih 10 (sepuluh) hari dalam kondisi normal. Panjang ruas jalan Quick wins Cikampek Semarang terdiri dari Ruas jalan Cikampek Losari dan Ruas Jalan Losari Semarang. Strategi dalam pelaksanaan Quick wins pelayanan preservasi jalan ditetapkan sebagai berikut: Mengalokasikan dana pemeliharaan jalan cukup; Menyediakan peralatan dan bahan yang cukup; Menyiapkan personil dalam pelaksanaan di lapangan (termasuk Penilik Jalan); Penerapan manual mutu termasuk SOP managemen pelaksanaan dilapangan; Menyediakan dana kondisi jalan ter-up-to-date dengan memaksimalkan peran penilik jalan Penerapan sistem informasi monitoring pelaksanaan penanganan jalan Quick wins. Diharapkan melalui strategi tersebut target penerapan pelayanan preservasi jalan terukur dengan target kinerja layanan penambalan lubang jalan paling lama 10 hari di ruas jalan nasional non-tol Cikampek-Losari-Semarang (Jalur Pantura Jawa) dapat tercapai. Masyarakat dapat menyampaikan informasi mengenai kondisi jalan melalui Menu Saran dan Pengaduan pada website Kementerian PU ( atau Kotak Pengaduan yang diberada dibeberapa Rumah Makan sepanjang Jalur Pantura Jawa. 2. Peningkatan Pelayanan Uji Laboratorium, Sertifikasi Dan Advis Teknis (PULSA) Kementerian Pekerjaan Umum telah menetapkan program quick win lainnya yaitu Peningkatan Pelayanan Uji Laboratorium, Sertifikasi Dan Advis Teknis (PULSA) yang merupakan core bussiness dari peran, tugas, fungsi dan karakteristik dari Badan Pengembangan dan Penelitian (BALITBANG) Kementerian PU yang memberikan dampak perbaikan yang besar dan dapat dirasakan oleh para pemangku kepentingan. 60

81 a. Hasil Pelaksanaan Quick Wins Peningkatan Pulsa Hasil pelaksanaan quick wins Peningkatan Pelayanan Uji Laboratorium, Sertifikasi dan Advis Teknis berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi bulan Mei dan November Tahun 2013 adalah sebagai berikut: 1. Uji Laboratorium a) Tabel 3.8. Puslitbang Sumber Daya Air Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan uji laboratorium pusair NO JENIS LAYANAN PELAKSANA WAKTU PELAYANAN (HARI) RENCANA REALISASI EVALUASI BIAYA PELAYANAN (RIBU RP) KUALITAS JUMLAH LAYANAN LAMA PELAYANAN (HARI) BIAYA (RIBU RP) WAKTU BIAYA NILAI (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Uji model hidraulik fisik tiga dimensi bangunan air utama Balai hidraulik dan geoteknik keairan Pus SDA Akreditasi ISO D b) Puslitbang Jalan dan Jembatan Tabel 3.9. Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan uji laboratorium pusjatan NO JENIS LAYANAN PELAKSANA WAKTU PELAYANAN (HARI) RENCANA REALISASI EVALUASI BIAYA PELAYANAN (RIBU RP) KUALITAS JUMLAH LAYANAN LAMA PELAYANAN (HARI) BIAYA (RIBU RP) WAKTU BIAYA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Evaluasi dan analisis geoteknis untuk konstruksi Piles Lab Balai geoteknik Jalan - Pusjatan Akreditasi ISO NILAI D 61

82 NO JENIS LAYANAN PELAKSANA WAKTU PELAYANAN (HARI) RENCANA REALISASI EVALUASI BIAYA PELAYANAN (RIBU RP) KUALITAS JUMLAH LAYANAN LAMA PELAYANAN (HARI) BIAYA (RIBU RP) WAKTU BIAYA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 2 Pengujian tanah dan geosintetik Balai geoteknik Jalan Pusjatan 3 Uji aspal Balai bahan dan perkerasan jalan - Pusjatan 4 Pengujian bantalan karet Balai Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalanjalan Akreditasi ISO Akreditasi ISO Akreditasi ISO NILAI Sesuai Sesuai A Sesuai Tidak sesuai Sesuai Sesuai A B c) Puslitbang Permukiman Tabel Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan uji laboratorium puskim NO JENIS LAYANAN PELAKSANA WAKTU PELAYANAN (HARI) RENCANA REALISASI EVALUASI BIAYA PELAYANAN (RIBU RP) KUALITAS JUMLAH LAYANAN LAMA PELAYANAN (HARI) BIAYA (RIBU RP) WAKTU BIAYA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Uji kuda-kuda baja ringan Balai struktur dan konstruksi pusjatan dan puskim Akreditasi ISO NILAI Sesuai Sesuai A 62

83 NO JENIS LAYANAN PELAKSANA WAKTU PELAYANAN (HARI) RENCANA REALISASI EVALUASI BIAYA PELAYANAN (RIBU RP) KUALITAS JUMLAH LAYANAN LAMA PELAYANAN (HARI) BIAYA (RIBU RP) WAKTU BIAYA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 2 Uji beton vertikal dan lateral siklik statik joint balok kolom 3 Uji kualitas air Balai struktur dan konstruksi Pusjatan dan Puskim Balai air minum dan PLP Puskim 4 Uji pipa Balai air minum dan PLP Puskim 5 Pemeriksaan mutu komponen Balai air minum dan PLP Puskim Akreditasi ISO Akreditasi ISO Akreditasi ISO Akreditasi ISO Tidak sesuai NILAI Sesuai B Sesuai Sesuai A Tidak sesuai Sesuai B D 63

84 2. Sertifikasi a) Puslitbang Jalan dan Jembatan Tabel Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan sertifikasi Pusjatan NO JENIS LAYANAN PELAKSANA WAKTU PELAYANAN (HARI) RENCANA REALISASI EVALUASI BIAYA PELAYANAN (RIBU RP) KUALITAS JUMLAH LAYANAN LAMA PELAYANAN (HARI) BIAYA (RIBU RP) WAKTU BIAYA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Sertifikasi peralatan unit produksi campuran (Asphalt Mixing Plant) Balai Bahan dan Perkerasan Jalan Pusjatan D NILAI b) Puslitbang Permukiman Tabel Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan sertifikasi Puskim NO JENIS LAYANAN PELAKSANA WAKTU PELAYANAN (HARI) RENCANA REALISASI EVALUASI BIAYA PELAYANAN (RIBU RP) KUALITAS JUMLAH LAYANAN LAMA PELAYANAN (HARI) BIAYA (RIBU RP) WAKTU BIAYA NILAI KATEGORI (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1 Sertifikasi IPA Balai Air Minum dan PLP- Puskim Akreditasi ISO Sesuai Sesuai D 64

85 3. Advis Teknis a) Puslitbang Sumber Daya Air Tabel Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan advis teknis Pusair NO JENIS LAYANAN PELAKSANA WAKTU PELAYANAN (HARI) RENCANA REALISASI EVALUASI BIAYA PELAYANAN (RIBU RP) KUALITAS JUMLAH LAYANAN LAMA PELAYANAN (HARI) BIAYA (RIBU RP) WAKTU BIAYA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Review Design Rehabilitasi Bangunan Air Utama Bidang Standard dan Diseminasi PUS SDA 90 - Akreditasi ISO NILAI Sesuai Sesuai A Tabel b) Puslitbang Jalan dan Jembatan Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan advis teknis Pusjatan NO JENIS LAYANAN PELAKSANA WAKTU PELAYANAN (HARI) RENCANA REALISASI EVALUASI BIAYA PELAYANAN (RIBU RP) KUALITAS JUMLAH LAYANAN LAMA PELAYANAN (HARI) BIAYA (RIBU RP) WAKTU BIAYA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Penelitian Jembatan Pasca Kebakaran Bidang Standard an Diseminasi PUS SDA 30 - Akreditasi ISO NILAI D 65

86 c) Puslitbang Permukiman Tabel Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan advis teknis Puskim NO JENIS LAYANAN PELAKSANA WAKTU PELAYANAN (HARI) RENCANA REALISASI EVALUASI BIAYA PELAYANAN (RIBU RP) KUALITAS JUMLAH LAYANAN LAMA PELAYANAN (HARI) BIAYA (RIBU RP) WAKTU BIAYA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Kahandalan Bangunan Balai Standar dan Diseminasi Puskim 30 - Akreditasi ISO Sesuai Tidak Sesuai NILAI B d) Puslitbang Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Tabel Hasil pelaksanaan Quick Wins peningkatan advis teknis Pussosekling NO JENIS LAYANAN PELAKSANA WAKTU PELAYANAN (HARI) RENCANA REALISASI EVALUASI BIAYA PELAYANAN (RIBU RP) KUALITAS JUMLAH LAYANAN LAMA PELAYANAN (HARI) BIAYA (RIBU RP) WAKTU BIAYA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Pengukuran tingkat kesiapan kemampuan adaptasi masyarakat dalam pembangunan Infrastruktur PU dan Permukiman Bidang Standard dan Diseminasi PU- Sosekling Sesuai Tidak Sesuai NILAI B 66

87 3. Operasionalisasi WBK pada PBJ Di Pantura (Cikampek Semarang) Untuk Paket Jasa Konstruksi >25 Milyar Sebagai upaya pencapaian salah satu agenda prioritas, yaitu Birokrasi yang Bersih dan Bebas dari KKN, program Penguatan Pengawasan ikut diberikan amanat untuk mengoperasionalisasi kegiatan-kegiatan yang terkait, beberapa diantaranya adalah: Penerapan SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) Pembangunan SPIP bertujuan untuk mewujudkan pengendalian yang dapat memberikan keyakinan yang memadai, bahwa program atau kegiatan terlaksana dengan baik secara Efektif, Efisien dan Ekonomis (3E), sehingga dapat mempertahankan serta meningkatkan opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap laporan keuangan Kementerian/Lembaga menuju Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). SPIP diharapkan menjadi sistem pengendalian yang lebih menekankan pada aspek soft control dan berbasis resiko terhadap pengelolaan keuangan sehingga tercipta ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, pengamanan aset yang tinggi, laporan keuangan yang handal, serta dapat menekan perilaku korupsi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi. SPIP telah merinci pengendalian intern dalam 5 (lima) unsur yaitu: Lingkungan Pengendalian Penilaian Resiko Kegiatan Pengendalian Informasi dan Komunikasi Pemantauan Operasionalisasi WBK (Wilayah Bebas dari Korupsi) Wilayah Bebas Korupsi adalah adalah wilayah yang di dalamnya terselenggara pelaksanaan tugas dan fungsi baik yang memberikan pelayanan langsung maupun tidak langsung kepada publik dengan dilandasi oleh nilai-nilai Kepentingan Masyarakat, Integritas, Responsif, Akuntabilitas, dan Profesional (KIRAP) dan melaksanakan kriteria penilaian penetapan WBK. Area WBK ditetapkan sesuai dengan kesiapan setiap unit kerja di lingkungan Kementerian dan terus berkembang dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan prima dan peningkatan kinerja dalam pelaksanaan tugas dan fungsi. Di Kementerian PU, area yang menjadi target pelaksanaan program WBK adalah pada area kerja Planning, Programming, dan Budgetting, yang berfokus pada proses pengadaan barang dan jasa (PBJ). Keikutsertaan dalam Program PIAK (Penilaian Inisiatif Anti Korupsi) PIAK merupakan suatu kegiatan yang digunakan dalam rangka program percepatan pemberantasan korupsi, yang difasilitasi oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Kementerian Pekerjaan Umum telah berpartisipasi dalam PIAK mulai tahun , dimana setelah tahun 2012 Kementerian PU dianggap telah dapat menerapkan 67

88 instrumen PIAK dengan baik. Instrumen PIAK tersebut adalah: Kode Etik Peningkatan Transparansi dalam Manajemen SDM Peningkatan Transparansi dalam Pengadaan Peningkatan Tranparansi Penyelenggaraan Negara Peningkatan Akses Publik dalam Memperoleh Informasi Unit Utama Pelaksanaan Rekomendasi KPK/BPK/APIP Kegiatan Promosi Anti Korupsi Ketiga kegiatan tersebut memiliki porsi peran keberhasilan yang saling terkait dalam upaya pencapaian kondisi Birokrasi yang bersih dan bebas dari KKN. Di Kementerian Pekerjaan Umum, penetapan Quick Wins (QW) kementerian menggunakan pendekatan pada basis ketercapaian agenda prioritas, dimana agenda peningkatan kualitas pelayanan publik menjadi prioritas pertama yang harus dimanifestasikan dalam quick wins, untuk selanjutnya agenda birokrasi yang bersih dan bebas dari KKN menjadi agenda quick wins selanjutnya, dengan cara penetapan Quick Wins Operasionalisasi WBK pada PPBJ di Pantura (Cikampek Semarang) untuk Paket Jasa Konstruksi > 25 Milyar. Quick Wins ini dirumuskan untuk bersinergi peran dengan Quick Wins Preservasi Jalan Terukur: Penambalan Lubang Jalan selama 5 hari kerja di Jalan Nasional Cikampek- Semarang yaitu dengan mendekatkan lokus pelaksanaan pekerjaan di Pantura. Sebagai langkah awal pelaksanaannya, kegiatan operasionalisasi WBK ini difokuskan pada proses pengadaan barang dan jasa pada paket pekerjaan yang bernilai diatas 25 Milyar, karena memiliki resiko tinggi terhadap praktek KKN. Dari hasil pemetaan awal, keberadaan paket dengan nilai tersebut dijumpai pada satker SDA dan Bina Marga di wilayah Pantura. Hal-hal yang dilaksanakan dalam melaksanakan quick wins ini adalah: Identifikasi Satker Bina Marga dan SDA khususnya Pulau Jawa di lokasi Pantura sebagai pelaku Quick Wins, dengan rincian sebagai berikut: Tabel Lokasi Pelaksanaan Quik Wins Operasionalisasi WBK NO NAMA SATKER dan PAKET NAMA BALAI SATMINKAL (1) (2) (3) (4) 1 Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wil I Jabar Paket Loh Bener Jatibarang Kab. Cirebon - Indramayu Rp. 25 M Paket Batas Kab. Cirebon Indramayu - Batas Kota palimanan Rp. 30 M Paket Sewo - Loh Bener Rp. 60 M BALAI BESAR JALAN NASIONAL IV DITJEN BINA MARGA 68

89 NO NAMA SATKER dan PAKET NAMA BALAI SATMINKAL (1) (2) (3) (4) 2 Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Jabar Paket Sumedang Cijelag Rp;. 37,5 M 3 Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Jateng Paket Pelebaran Jalan Lingkar Utara Pemalang Rp. 31,98 M 4 Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Jateng Paket Pelebaran Jalan Pati Rembang 4A Rp. 25,7 M Paket Salatiga Boyolali Rp. 37 M BALAI BESAR JALAN NASIONAL V 5 SNVT PJSA BBWS CIMANUK Pembangunan Jettu Muara Lombang CISANGGARUNG Kab. Indramayu Rp. 28,4 M Rehabilitasi Jaringan Tambak Garam Kab. Cirebon 4000 Ha Rp. 132 M Rehabilitasi Jaringan Tambak Garam Kab. Indramayu 1000 Ha Rp. 228 M Pembangunan Bendung Sumur Watu di Kab. Indramayu Rp. 103 M DITJEN BINA MARGA DITJEN SUMBER DAYA AIR 6 SNVT PJPA BWS PEMALI JUANA DITJEN SUMBER DAYA Pembangunan Jaringan Air Baku Kawasan AIR Bregas (Tuk Suci) Rp. 120 M (Multi Years ) Pembentukan Satgas WBK dan SPIP di unit kerja pelaksana QW Penyusunan mekanisme pelaksanaan WBK bidang PPBJ dan penerapan SPIP Pelatihan pelaku QW untuk pelaksanaan WBK dan penerapan SPIP Sosialisasi dan Internalisasi pengawasan WBK dan SPIP D. Pelaksanaan PMPRB PU Sebagai bagian dari pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum yang telah diawali sejak tahun 2010, maka perlu dilakukan pengawasan Internal untuk mendukung kelancaran pelaksanaannya. Sebagaimana kita ketahui bahwa pedoman nasional terkait pelaksanaan evaluasi ini mengalami beberapa tahap perbaikan. Diawali dari amanat Permen PAN Dan RB Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pedoman Penajaman Kualitas dan Pedoman Monitoring dan Evaluasi Reformasi Birokrasi dimana fungsi monitoring dan evaluasi 69

90 dilaksanakan oleh Program Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan dengan instrumen melalui review dokumen, observasi, penggunaan kuesioner, dan wawancara. Kemudian, diterbitkan Permen PAN dan RB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, bahwa pelaksanaan reformasi birokrasi yang dilakukan secara mandiri (self assessment) oleh Kementerian/Lembaga dan Pemda dan di tindak lanjuti dengan Permen PAN dan RB Nomor 31 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pedoman Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi secara Online. Dari kedua peraturan tersebut, kemudian pada tanggal 23 November 2012 diterbitkan Surat Edaran MenPAN dan RB Nomor 21 tahun 2012: Manual Penerapan Pedoman Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) yang memudahkan para Asesor dan berbagai pihak untuk memahami dan menerapkan langkah-langkah PMPRB dan langkah-langkah teknis penilaian dalam kertas kerja yang terpisah sebelum dimasukkan ke dalam aplikasi online. PMPRB ini memiliki perbedaan yang signifikan dengan instrumen monitoring dan evaluasi sebelumnya dilihat dari sisi: 1. Pihak yang melakukan penilaian (mandiri) Di dalam model evaluasi sebelumnya, pelaksana penilaian hasil pelaksanaan reformasi birokrasi kementerian/lembaga dilaksanakan oleh Tim Quality Assurance dari Kementerian PAN & RB. Sementara itu, pada model PMPRB pelaksana penilaian dilaksanakan secara mandiri oleh Asesor. Gambar 3.1. Keterkaitan Antara Program RB dan Subkriteria PMPRB 70

91 2. Basis Penilaian menggunakan Kriteria Di dalam model penilaian sebelumnya, basis penilaiannya menggunakan instrumen yang sama yaitu program dan kegiatan reformasi birokrasi sebagaimana tertuang dalam road map, kemudian dihitung ketercapaian progress melalui proxy parameter yang telah ditentukan. Sedangkan dalam PMPRB, basis penilaian menggunakan Kriteria, Sub Kriteria dan Guiding question yang kurang memiliki keterkaitan yang tegas dengan basis Program. Pada saat itu, pihak dari World Bank dan Universitas Indonesia selaku Tim Ahli penyusun model PMPRB mengeluarkan keterkaitan antara program dan kriteria sebagai berikut: Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa tidak seluruh sub kriteria memiliki keterkaitan dengan 9 program mikro reformasi birokrasi yang sudah terlebih dahulu dilaksanakan oleh setiap K/L. Hal ini membuat kesulitan tersendiri manakala rencana tindak (hal yang perlu diperbaiki) di dalam kertas kerja PMPRB perlu dijabarkan dalam rencana program kerja. Rencana ini akan sulit untuk dilaksanakan karena secara khusus rencana tindak ini tidak mengikat sebuah struktur untuk melaksanakannya. Akan berbeda kondisi ketika seluruh kriteria sejalan dengan program, sehingga rencana tindak dari kertas kerja PMPRB akan dapat langsung ditransfer ke road map tahunan program yang memiliki penanggung jawab/koordinator program. Di kementerian PU, masing-masing program ini dikoordinasikan oleh Kelompok Kerja (Pokja) dengan susunan tugas sebagai berikut: Pokja Manajemen Perubahan, yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Badan Pembinaan Konstruksi. Pokja Penataan Peraturan Perundangan, yang dikoordinasikan oleh Kepala Biro Hukum. Pokja Penataan dan Penguatan Organisasi dan Tatalaksana, yang bertanggung jawab atas 2 (dua) program yaitu Program Penataan dan Penguatan Organisasi, serta Program Penataan Tatalaksana. Pokja ini dikoordinasikan oleh Kepala Biro Kepegawaian dan Ortala. Pokja Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, yang dikoordinasikan oleh Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan. Pokja Penguatan Pengawasan, yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Inpektorat Jenderal. Pokja Penguatan Akuntabilitas Kinerja, yang dikoordinasikan oleh Kepala Pusat Kajian Strategis. Pokja Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, yang dikoordinasikan oleh Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri. Pokja Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan, yang dikoordinasikan oleh Kepala Pusat Pengelolaan Data. 71

92 3. Terdapatnya Instrumen Survei Yang membedakan dengan model penilaian sebelumnya adalah hadirnya metode Survei untuk menilai dampak pelaksanaan program sehingga subyektivitas penilaian dapat dikurangi. Survei sendiri memiliki beberapa bagian yaitu: Survei Internal atas komponen pengungkit, yang dilaksanakan Inspektorat Jenderal dengan responden sebanyak 400 pegawai dengan persebaran kualifikasi sampling yang memenuhi keterwakilan unit kerja, golongan, jabatan, gender, usia, dan beberapa pertimbangan kualifikasi sampling lainnya. Aplikasi survei ini tersedia secara instan di portal website Kementerian PAN dan RB melalui pmprb.menpan. go.id. Survei Dampak terhadap SDM, yang merupakan bagian II dari pelaksanaan survei Internal. Di dalam survey Internal terdiri dari 6 (enam) bagian, dimana bagian I-V akan memiliki bobot 40% dan digabungkan dengan nilai komponen pengungkit dari asesor, sedangkan bagian VI (nomor pertanyaan ) akan menjadi nilai pada kriteria 7.1 yaitu dampak terhadap SDM. Survei terhadap Pengguna Layanan, yang diselenggarakan untuk mengetahui persepsi pengguna layanan terhadap program dan kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementerian/Lembaga. Pengguna layanan disini diartikan sebagai pihak-yang yang menerima output pelaksanaan program dan kegiatan yang diselenggarakan secara langsung. Survei terhadap Komunitas lokal, nasional dan Internasional. Survei ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana partisipasi aktif suatu kementerian/lembaga dalam komunitas lokal, nasional maupun Internasional. Di sini akan menilai sejauh mana suatu lembaga concern terhadap pengembangan komunitas baik yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan instansinya. Dalam model PMPRB, terdapat 2 (dua) komponen yaitu Komponen Pengungkit dan Komponen Hasil. Komponen Pengungkit terdiri dari Kriteria: Kepemimpinan (4 Sub Kriteria) Perencanaan Strategis (4 Sub Kriteria) Sumber Daya Manusia (3 Sub Kriteria) Kemitraan dan Sumber Daya (6 Sub Kriteria) Proses (3 Sub Kriteria) Komponen Hasil terdiri dari Kriteria: Hasil pada pengguna layanan (2 Sub Kriteria) Hasil pada SDM Aparatur (2 Sub Kriteria) Hasil pada komunitas lokal, nasional dan Internasional (2 Sub Kriteria) Hasil pada kinerja utama (2 Sub Kriteria) 72

93 Dalam metode PMPRB, terdapat tahapan besar pelaksanaan yang perlu mendapat perhatian, yaitu: Pembentukan Tim Pelaksana PMPRB Dalam hal ini tim pelaksana PMPRB masing-masing K/L sekurang-kurangnya terdiri dari Sekretaris Jenderal, Inspektorat Jenderal, Pimpinan Unit Kerja, dan Asesor dimana peran masing-masing pelaksana tersebut akan dijelaskan lebih lanjut pada bahasan selanjutnya. Persiapan Penilaian Dalam tahap persiapan penilaian, banyak hal yang perlu dilakukan seperti: Mengkonsolidasi tim pelaksana untuk mendapatkan pemahaman bersama mengenai pelaksanaan PMPRB Menyiapkan sumber daya pelaksanaan Men set up data unit kerja dan asesor Menyiapkan instrumen dan mekanisme survei eksternal Pelaksanaan Penilaian Dalam pelaksanaan penilaian, ada dua jenis data yang dihasilkan yaitu data hasil penilaian asesor atas komponen pengungkit dan penilaian hasil survei; dan data sekunder yang digunakan untuk melakukan penilaian atas Sub Kriteria 6.2, 7.2, 8.2, 9.1, dan 9.2. Pelaksanaan Panel Panel dipimpin oleh Inspektur Jenderal dan dihadiri oleh seluruh asesor, yang memiliki fungsi: Men-submit nilai instansi Menstandarisasi bukti Menstandarisasi penilaian Menyepakati sintesis Menjadi wahana bench learning (saling belajar) Men-set up nilai instansi 4. Struktur Kerja PMPRB PU Sesuai Permen PAN dan RB No.1 Tahun 2012 Kementerian Pekerjaan Umum telah membentuk struktur kerja yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan PMRB di Kementerian Pekerjaan umum, antara lain memiliki peran, tugas dan fungsi sebagai berikut: Inspektur Jenderal, peran irjen sebagai koordinator para assessor. Yang memiliki tugas dan fungsi antara lain: 73

94 Mengkoordinasi tugas assessor; Menset-up data unit kerja; Menset-up akun assessor; Menset-up penugasan assessor; Memberi informasi akun pada assessor; Membuat akun pimpinan; ͳ ͳ Menilai sub kriteria pemenuhan target indikator eksternal; Melakukan survei Internal; Melakukan Panel; Mengkonsolidasikan tindak lanjut dan rencana perbaikan. Sekretaris Jenderal, memiliki tugas dan fungsi antara lain: Menetapkan assessor (Tim Assessor) yang mewakili masing-masing unit kerja yang dinilai; Mengkoordinasikan pelaksanaan survei eksternal; Menyusun rencana perbaikan dan tindak lanjut untuk tingkat instansi. Pimpinan Unit kerja/satminkal, memiliki peran sebagai berikut: Assessor: Menunjuk assessor yang akan mengkoordinasikan penilaian di unit kerjanya; Memberikan dukungan terhadap assessor dalam melakukan penilaian; Menyediakan data-data yang diperlukan assessor dalam melakukan penilaian; Melakukan pembahasan-pembahasan hasil penialaian assessor; Memberikan persetujuan hasil penialaian assessor; Menyusun tindak lanjut dan rencana perbaikan di unit kerjanya; Melaksanakan perbaikan-perbaikan; Memonitor dan mengevaluasi perbaikan; Menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi. Merupakan aspek penting dalam self assessment, assessor secara umum bertugas untuk memberikan penilaian atas kinerja instansi berdasar indikator/elemen yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan tugasnya assessor dikoordinasikan oleh inspektur jenderal. Secara menyuluruh assessor memiliki tugas: Melakukan penilaian komponen pengungkit untuk unit kerjanya; Melakukan penilaian komponen hasil untuk unit kerjanya; 74

95 Merancang tindak lanjut dan rencana perbaikan untuk unit kerjanya; Melakukan panel bersama inspektorat. Gambar 3.2. Struktur organisasi PMPRB Kementerian Pekerjaan Umum 5. Pelaksanaan Penilaian (Proses Pelaksanaan Penilaian) Pelaksanaan PMPRB di Kementerian PU setelah dibentuknya Tim Pelaksana, secara garis besar memiliki tahapan penyelenggaraan sebagai berikut: Pelaksanaan Konsolidasi awal antar Tim Pelaksana (Sekretaris Jenderal, Inspektorat Jenderal, Pimpinan Unit Kerja, dan Asesor) Dalam tahap ini, seluruh asesor berkumpul bersama dengan Sekretaris Jenderal, Inspektorat Jenderal dan Pimpinan Unit Organisasi untuk mendapatkan kesepahaman persepsi tentang mekanisme pelaksanaan PMPRB di Kementerian PU, tugas dan tanggung jawab masing-masing pelaksana, lokus penilaian dan sebagainya. Di sini dijelaskan bahwa lokus penilaian terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap penilaian unit organisasi yang dinilai oleh asesor untuk kemudian diagregasi dalam penilaian instansi/kementerian yang dilakukan penilaiannya pada tahap panel. Asesor bertanggung jawab atas penilaian seluruh kriteria pada masing-masing satminkal sesuai dengan penugasan, dan didampingi oleh 2 3 asesor dari Inspektorat Jenderal untuk masing-masing unit organisasi. Pembekalan Asesor selama beberapa kali Untuk lebih menguatkan asesor dalam memahami dan mendalami substansi PMPRB, kementerian PU telah beberapa kali melaksanakan workshop asesor yang mengundang narasumber dari Kementerian PAN dan RB serta Universitas Indonesia. Risalah dari agenda workshop ini antara lain: Memahami mekanisme pelaksanaan PMPRB Mempelajari cara mengisi kertas kerja PMPRB Memahami cara penilaian terhadap bukti 75

96 Cara membuat sintesis Cara memahami penilaian secara umum (komponen hasil, kecenderungan, target, dll) Pelaksanaan Penilaian Komponen Pengungkit dan Hasil Proses PMPRB di Kementerian PU memiliki 2 (dua) tahap besar penilaian yaitu penilaian atas komponen pengungkit dan hasil yang dilaksanakan oleh asesor, dan penilaian yang berbasisis survei. Pada penilaian komponen pengungkit, asesor menilai 5 (lima) kriteria pengungkit berdasarkan bukti yang tersedia pada masingmasing unit organisasi. Basis penilaian unit organisasi di Kementerian PU adalah: Direktorat Jenderal Penataan Ruang Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Jenderal Cipta Karya Sekretariat Jenderal Inspektorat Jenderal Badan Pembinaan Konstruksi Badan Penelitian dan Pengembangan Pada tahap awal, Inspektur Jenderal men-set up data unit organisasi yang terdiri dari 8 (delapan) unit, kemudian men-set up akun pimpinan unit organisasi, menset up akun asesor yang terdiri dari 29 asesor. Setelah akun asesor tersedia, asesor diperkenalkan dengan tata cara penggunaan aplikasi PMPRB secara online. Setelah asesor memahami tata cara melakukan penilaian dan cara kerja aplikasi PMPRB online, maka setiap asesor bekerja melakukan penilaian pada unit organisasi sesuai dengan penugasannya. Di dalam melakukan penilaian, asesor juga membekal tata cara pemahaman atas Sub Kriteria sebagaimana terlampir pada Lampiran dalam Laporan ini. Dalam melaksanakan penilaian, beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kualitas bukti dapat dijelaskan sebagai berikut: Faktual Bukti yang diajukan harus dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Contoh: Bukti yang berupa ide hasil pembicaraan tanpa melampirkan dokumen fisik yang telah ditandatangani, memiliki tingkat faktualitas yang rendah. Otentik Bukti yang diajukan harus memiliki tingkat keaslian yang memadai, dan 76

97 merupakan hasil dari manajemen internal instansi. Contoh: Bukti yang bersifat dokumen yang telah dilegalisasi akan lebih otentik daripada draft. Demikian juga, untuk jenis buktinya, bukti yang merupakan produk internal instansi akan lebih otentik dibandingkan produk dari luar instansi. Seperti Permen PU akan lebih otentik bila digunakan sebagai bukti, bukan PermenPAN atau Peraturan di atasnya yang digunakan sebagai bukti capaian. Representatif Bukti yang diajukan harus disesuaikan levelnya dengan level penilaian. Untuk mewakili instansi, bukti harus dipilah menurut simpul fungsi/ kewenangan yang paling menunjukkan level instansi. Contoh: Sub Kriteria Renstra, bukti lebih tepat diambil dari Pustra daripada dari Biro Kepegawaian. Cukup Bukti yang dipilih, adalah yang paling memiliki kertercukupan bukti dan memiliki jangkauan Quality Cycle (PDCA) terbaik. Contoh: Bukti 1 sampai Check, Bukti 2 sampai Action. Maka yang dipilih adalah Bukti 2. Terkini Bukti yang diajukan harus merupakan bukti yang paling baru. Contoh: Sub Kriteria Proses, SOP yang dijadikan bukti adalah SOP terbaru (jika ada) daripada SOP sebelumnya. Spesifik Bukti akan lebih baik jika memiliki subyek/judul bukti yang secara eksplisit dan tegas terkait dengan substansi Sub Kriteria maupun Pertanyaan Pemandu. Relevan Contoh: TOR (Salah); TOR Manajemen Kinerja (Benar) Bukti Utama yang diajukan harus memiliki keterkaitan yang logis dengan arah/substansi Sub Kriteria. Contoh: Sub Kriteria Pencapaian Visi Misi, harus didukung bukti utama terkait pencapaian visi misi 77

98 Secara umum pedoman pelaksanaan penilaian dapat dijelaskan sebagai berikut: Tim asesor mengumpulkan data/informasi dan bukti, serta hasil survei; Bukti dapat berupa dokumen tertulis yang dihasilkan instansi, hasil wawancara atau diskusi dengan para pegawai dan audio visual yang dimiliki instansi; Survei secara Internal dilakukan untuk seluruh kriteria dan sub kriteria komponen pengungkit dan untuk kriteria dan sub kriteria hasil pada SDM dari komponen hasil; Survei eksternal dilakukan untuk kriteria hasil pada masyarakat/pengguna layanan serta kriteria hasil pada komunitas lokal, nasional dan Internasional (survei ini desain dan pembuatannya diserahkan pada instansi masing-masing); Skor dari hasil survei diberikan bobot 40%; Skor hasil penilaian asesor diberikan bobot 60%; Skor akhir dari masing-masing kriteria dan sub kriteria dari komponen pengungkit diperoleh dari hasil rata-rata skor yang diperoleh dari masing-masing sub kriteria (tiap-tiap sub kriteria memiliki bobot yang sama besar); Jika terjadi perbedaan yang signifikan antara hasil survei dan penilaian asesor, maka dilakukan pembahasan lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih handal (dengan tidak merubah skor yang diperoleh dari hasil survei). Penilaian kriteria hasil pada masyarakat/pengguna layanan dan hasil pada komunitas lokal, nasional dan Internasional secara murni menggunakan hasil survei, diberikan bobot 100%; Penilaian kriteria kinerja utama yang terkait dengan sub kriteria pemenuhan target Internal dilaksanakan berdasarkan bukti-bukti yang menunjukkan pencapaian kinerja instansi atas 9 (sembilan) program mikro reformasi birokrasi, sedangkan sub kriteria pemenuhan target eksternal dinilai menggunakan pencapaian actionable indicators target keberhasilan RB nasional (opini bpk, sakip, integritas pelayanan publik, dan indeks kemudahan berusaha). 78

99 Secara umum proses PMPRB di Kementerian PU mengikuti alur proses sebagai berikut: Gambar 3.3. Alur proses PMPRB Kementerian PU Setelah asesor melakukan penilaian awal atas bukti-bukti pada masing-masing unit organisasi, maka dilaksanakan konsolidasi dengan pimpinan unit organisasi terkait untuk menyepakati penilaian. Di sini, pimpinan unit organisasi dapat membuat bantahan atas penilaian yang diberikan apabila dirasa ada beberapa hal yang belum dimasukkan ke dalam komponen penilaian. Apabila kedua belah pihak telah sepakat atas penilaian, maka dibuatlah kertas kerja secara offline (manual) berikut kumpulan bukti-bukti yang relevan untuk disampaikan kepada Inspektorat Jenderal selaku Koordinator Asesor yang akan dibahas dalam Panel nantinya. Seluruh bukti dikumpulkan dalam bentuk hard copy (untuk keperluan audit) dan dalam bentuk soft copy untuk keperluan upload di aplikasi PMPRB online. Setelah seluruh unit organisasi dilakukan penilaian, maka seluruh kertas kerja dan bukti dikumpulkan di Inspektur Jenderal sebagai materi pembahasan Panel 1. Panel 1 Panel 1 merupakan aktivitas yang dilakukan oleh Inspektur Jenderal, seluruh pimpinan Unit Organisasi, beserta seluruh Asesor yang bertujuan untuk: Menstandarisasi bukti. Hal ini diperlukan manakala terjadi penilaian yang terlalu rendah untuk bukti yang kuat, atau penilaian terlalu tinggi untuk bukti yang lemah. Di sini, kertas kerja berikut bukti dari masing-masing unit organisasi masih dapat disesuikan, sehingga terjadi harmonisasi penilaian. Ketimpangan nilai antar unit organisasi yang disebabkan oleh perbedaan cara pandang asesor dapat direduksi. Menstandarisasi penilaian. Dalam memahami sub kriteria, perlu dibuat sebuah rumusan pemahaman sehingga asesor memiliki kacamata yang sama dalam 79

100 melihat mana bukti-bukti yang relevan dengan arah pemahaman sub kriteria. Hal ini menjadi penting mengingat sub kriteria dapat dipahami melalui keberadaan guiding question, yang dalam perkembangannya masih terdapat multipersepsi. Terdapat beberapa asesor yang menginginkan seluruh guiding question memiliki ketersediaan bukti, akan tetapi beberapa lainnya tidak demikian. Karena guiding question sifatnya adalah stimulan pemahaman atas sub kriteria, maka guiding question sifatnya tidak mengikat, dapat lebih banyak atau lebih sedikit tergantung pemahaman instansi atas sub kriteria dimaksud. Untuk tujuan tersebut, kementerian PU menerbitkan semacam petunjuk teknis pemahaman atas sub kriteria yang diharapkan memudahkan asesor dalam merunut arah sub kriteria yang berimplikasi pada pemenuhan bukti. Menyepakati sintesis. Dalam membuat sintesis, digunakan analogi ilmiah tesis-antitesissintesis dimana tesis merupakan arah kemauan dari sub kriteria, antitesis merupakan ketersediaan bukti yang dimiliki, sehingga sintesis adalah uraian yang berupaya membuat harmonisasi antara arah yang diinginkan sub kriteria dengan ketersediaan bukti yang dimiliki. Di dalam penulisan sintesis ini, akan tercermin capaian suatu K/L dalam kaitannya dengan pemenuhan harapan dari Sub Kriteria. Menjadi wahana bench learning (saling belajar) Di sinilah fungsi utama panel 1, dimana seluruh asesor membawa permasalahan penilaian dan bukti-bukti pada setiap unit organisasi yang dinilai. Di dalam proses pembahasan ini, akan terjadi diskusi terkait bukti yang sesuai/relevant, kesepahaman pemberian score/ nilai, dan diskusi penyelenggaraan PMPRB lainnya. Di dalam forum ini, setiap asesor dan unit organisasi akan saling belajar mengenai proses manajemen pada setiap unit organisasi, sehingga difusi best practice akan mudah diserap sehingga unit-unit organisasi membekal diri dengan wawasan baru. Hasil dari Panel 1 merupakan nilai final Satminkal Eselon I yang telah dilakukan verifikasi dan melihat kelengkapan penilaian yang terdapat pada Panel 2. 80

101 Tabel Hasil Panel 1 Pengungkit Hasil Satminkal Kepemimpinan Perencanaan Strategis SDM Aparatur Kemitraan dan Sumber Daya Proses Rerata Pengungkit Hasil pada Masyrkt/ Pengguna Hasil pada SDM Aparatur Hasil pada komunitas lokal, nasional interbasional Hasil Kinerja Utama Rerata Hasil RERATA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) SEKJEN ,25 72,2 68,81 71,27 72,62 71,63 74,00 67,00 71,5 75,51 72,00 71, ,91 74,99 74,40 74,20 75,27 74,75 77,63 77,05 78,19 79,95 78,21 76,48 ITJEN ,52 74,19 70,19 71,81 75,44 73,03 75,5 73, ,32 74,65 73, ,56 77,19 72,92 76,58 77,08 76,07 75,98 78,40 75,61 79,95 77,48 76,77 SDA ,19 77,34 75,84 75,44 75,84 76,33 75,50 73,76 73,00 76,32 74,65 75, ,25 82,19 81,17 83,83 81,25 81,94 77,50 74,85 76,00 79,95 77,07 79,51 BM ,48 74,38 75,89 75,59 76,69 75,81 75,5 73, ,32 74,65 75, ,13 78,13 81,25 79,79 78,75 79,21 75,50 65,00 77,50 79,95 74,49 76,85 CK ,72 76,33 78,74 77,62 75,04 76,49 75,50 76,00 73,00 72,70 74,30 75, ,56 82,44 87,08 83,29 78,67 82,21 83,10 78,27 83,10 79,95 81,10 81,66 TARU ,58 76,33 75,49 74,39 75,69 75,50 75,50 73,76 73,00 76,55 74,70 75, ,88 82,88 81,33 78,58 80,42 81,02 74,96 75,47 72,47 79,95 75,71 78,36 BAPEKON ,95 73,25 71,29 70,94 69,19 72,12 75,50 73,76 73,00 76,32 76,45 73, ,31 77,18 74,08 73,25 75,42 76,25 69,50 80,89 67,50 79,94 74,45 75,35 BALITBANG ,07 76,25 74,69 73,19 74,94 74,43 75,5 73,76 73,00 74,78 74,26 74, ,50 81,56 79,17 77,92 78,75 78,98 82,96 77,65 80,45 79,95 80,25 79,61 Panel 2 Pada Panel 2 dilakukan proses penilaian untuk tingkat Kementerian yang diharapkan dapat mewakili performa dari kementerian secara keseluruhan melalui diskusi pembahasan dengan pejabat Unit Kerja Eselon II terkait. Penilaian ini merujuk kepada hasil penilaian setiap satminkal yang kemudian dilakukan evaluasi untuk dinilai dan ditentukan bukti dan sintesa yang dapat menggambarkan Kementerian. Selain memfinalkan nilai satminkal, pada Panel 2 dilakukan proses penilaian untuk tingkat Kementerian dimana hasil penilaian Panel 2 dapat ditujukkan dalam tabel di bawah ini: 81

102 Tabel Hasil Panel 2 KOMPONEN PENGUNGKIT KOMPONEN HASIL Kepemimpinan Peran Strategis SDM Aparatur Kemitraan & SDM Proses Hasil pd Masy Hasil pd SDM AparatUr Hsl pd komuni L/N/I HASIL KINERJA UTA RERATA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) ,91 78,28 75,50 75,65 76,29 75,50 75,13 73,00 75, ,18 79,39 76,43 78,54 76,32 77,88 75,50 78,19 79, Rerata Pengungkit tanpa Survei Internal 76,73 Nilai Survei Internal Pengungkit 71,10 Rerata Pengungkit dengan Survei Internal (60% x 76,73) + (40% x 71,10) = 74, Rerata Pengungkit tanpa Survei Internal 77,77 Nilai Survei Internal Pengungkit 77,83 Rerata Hasil 74,79 74,63 Rerata Hasil 77,88 77,84 6. Pelaksanaan Survei a. Survei Kepuasan Pegawai Survei kepuasan pegawai dilaksanakan melalui survei internal yang dilaksanakan terhadap 400 orang responden (sesuai ketentuan dalam PermenPAN dan RB Nomor 1 Tahun 2012). Survei ini terdiri dari 6 (enam) bagian, dimana bagian I-V menjadi agregat penilaian untuk komponen pengungkit yang memiliki bobot 40%, sedangkan bagian VI menjadi komponen penilaian untuk kriteria 7.1. Survei yang dilaksanakan di Kementerian Pekerjaan Umum yaitu survei dengan aplikasi resmi dari Kementerian PAN dan RB sejumlah 400 responden yang mewakili jumlah pegawai sebesar Pengembangan survei internal dilatarbelakangi oleh pertimbangan keterwakilan populasi yang dirasa kurang dari sisi keterwakilan: Golongan II, III, IV Jenis jabatan struktural, fungsional tertentu dan fungsional umum Usia (>30, 31-40, 41-50, 51-60) Masa Kerja Unit Organik dan UPT Gender Pendidikan Pegawai teknis dan non teknis Hasil pada SDM berdasarkan survei yang diselenggarakan sendiri oleh Kementerian PU memiliki risalah nilai sebagaimana yang terlampir di dalam tabel

103 Tabel Hasil survei responden No Nama Unit Kerja RESPONDEN NILAI (1) (2) (5) (6) 1 Sekretariat Jenderal 50 78,17 2 Inspektorat Jenderal 50 76,87 3 Direktorat Jenderal Penataan Ruang 50 73,13 4 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 50 74,56 5 Direktorat Jenderal Bina Marga 50 79,31 6 Direktorat Jenderal Cipta Karya 50 79,64 7 Badan Penelitian dan Pengembangan 50 78,67 8 Badan Pembinaan Konstruksi 50 83,38 TOTAL RESPONDEN ,97 6. HASIL PADA SDM APARATUR 78,62 (1) (2) (4) 6.1 Motivasi dan kepuasan pegawai 79, Indikator dalam hal SDM aparatur 77,79 b. Survei Pengguna Layanan (Survei Eksternal) Survei Pengguna Layanan Dampak dari pelaksanaan RB di masing-masing K/L terhadap para pemangku kepentingannya masing-masing) dan Survei Komunitas. Pelaksanaan Survei pada pengguna layanan dan komunitas dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal dengan bantuan beberapa pihak. Untuk survei terhadap pengguna layanan, di Kementerian Pekerjaan Umum disepakati bahwa survei dilaksanakan pada core business Kementerian PU, yaitu pada: Direktorat Jenderal Penataan Ruang Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Jenderal Cipta Karya Karena keempat unit organisasi tersebut merupakan unit penyelenggara infrastruktur ke-pu-an. Metode pelaksanaan survei menggunakan instrument yang berbeda akan tetapi tipikal, sehingga ketika dilaksanakan penggabungan akan memudahkan dalam membuat penyamaan skalanya. Adapun hasil dari survei eksternal pada masing-masing Satminkal secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut: 83

104 Direktorat Jenderal Penataan Ruang Pelaksanaan survei pada Satminkal Direktorat Jenderal Penataan Ruang dilakukan dengan responden yang berasal dari berbagai segmen antara lain Dinas PU dan/atau Bappeda Prov/Kab/Kota, Masyarakat (termasuk REI) dan Siswa Sekolah. Dari keseluruhan responden tersebut dilakukan survei dengan garis besar materi survei tentang Persetujuan substansi Perda RTRW Provinsi, Kabupaten, Kota, Sosialisasi peraturan perundang-undangan dan pedoman bidang penataan ruang serta informasi penataan ruang dengan hasil capaian tingkat kepuasan dari survei berkisar antara 60% s.d 75% terhadap substansi yang disurvei. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Pelaksanaan survei di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air difokuskan kepada substansi terkait dengan pengelolaan yang dilakukan di sungai yang menjadi wilayah kerja dari Satuan Kerja terkait, untuk menjaring informasi tersebut dilakukan survei dengan sasaran segmen responden meliputi masyarakat penggguna layanan yang terkait langsung dan menerima manfaat secara nyata atas hasil pekerjaan yang dilakukan dibidang Sumber Daya Air, Instansi pemerintah yang ikut berperan atas terlaksananya program yang ada, sektor dunia usaha sebagai pemanfaat hasil pelaksanaan pengelolaan sumber daya air serta pemerhati lingkungan. Survei ini dilakukan di beberapa provinsi seperti Bangka Belitung, Gorontalo, Jambi, Maluku, Semarang, dan Yogyakarta. Dari hasil survei tersebut dapat disimpulkan secara garis besar bahwa hasil capaian kepuasan atas substansi yang disurvei berkisar antara 70% s.d 85% terkait dengan substansi yang disurvei. Direktorat Jenderal Bina Marga Survei di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga merupakan hasil survei terkait dengan Keselamatan dan Kepuasan Pengguna Jalan. Survei ini dilakukan untuk wilayah pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, dan dikombinasikan dengan survei wilayah pulau Jawa (Jalan Pantura Cikampek Semarang) yang telah dilakukan sebelumnya. Secara umum hasil survei dapat dideskripsikan sebagai berikut: Persepsi para pengguna jalan atas Kondisi Jalan di jalur koridor utama Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi saat ini membaik terutama pada saat musim kemarau dibandingkan beberapa tahun lalu. Persepsi para pengguna jalan atas Jumlah Lubang di jalur koridor utama Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi saat ini membaik (lebih sedikit) terutama pada saat musim kemarau dibandingkan beberapa tahun lalu. Pengguna jalan di Kalimantan lebih mempersepsikan bahwa tindakan penanganan penutupan lubang pada musim hujan saat ini lebih cepat 84

105 daripada masa lalu dibandingkan pengguna jalan di Sulawesi dan Sumatera. Terjadi peningkatan persepsi lebih cepat dalam konteks kecepatan tindakan penanganan lubang saat musim kemarau di Sulawesi dan Sumatera. Komposisi prosentase pengguna jalan yang berpersepsi kecepatan tindakan penanganan penutupan lubang di Pantura Jawa adalah cepat hampir sama dengan Kalimantan. Pengguna jalan di Sulawesi lebih banyak yang mengatakan kecepatan tindakan penanganan Tanah Longsor di Sulawesi lebih cepat dibandingkan beberapa waktu lalu. Dibandingkan pengguna jalan di jalur koridor utama Sumatera dan Sulawesi Selatan, para pengguna jalan di jalur Kalimantan lebih puas dalam penanganan lubang saat musim hujan. Sementara pada saat musim kemarau, para pengguna jalan di koridor jalan utama Kalimantan dan Sulawesi jauh lebih puas ketimbang di jalur Sumatera. Profil penilaian kepuasan pengguna jalan di Pantura dalam hal penanganan lubang pada jalan mirip dengan pola di Kalimantan. Pengguna jalan di jalur koridor utama Sumatera (Jalur Timur Palembang Bujung Tenuk Bakaheuni) lebih puas dibandingkan jalur Sulawesi (Maros Pare-Pare Palopo) dalam hal penanganan Tanah Longsor. Hasil survei yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat kepuasan penggguna layanan terkait dengan pengelolaan dan pelayanan yang diberikan menunjukkan tingkat kepuasan yang baik. Direktorat Jenderal Cipta Karya Survei eksternal yang dilakukan Ditjen Cipta Karya meliputi program-program pemberdayaan masyarakat, program ini melibatkan masyarakat secara langsung didalam pelaksanaannya realisasinya sehingga dapat menjaring informasi secara luas mengenai kepuasan pengguna layanan. Responden survei ini antara lain adalah Pamsimas (Masyarakat), BP-SPAMS, Sanimas (Masyarakat), Sanimas (Pengelola), Penanganan Sampah, Sampah TPS 3R (Pengelola), PPIP (Masyarakat), PPIP (Pengelola), PISEW (Masyarakat), PISEW (Pengelola), Rusunawa (Masyarakat). Survei dilaksanakan terhadap 1391 responden tersebut dengan hasil, 83,1% responden menyatakan puas dan sangat puas terhadap kinerja yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya. 85

106 E. PENCAPAIAN 3 SASARAN REFORMASI BIROKRASI (PEMBERANTASAN KORUPSI, PELAYANAN PUBLIK, KAPASITAS DAN AKUNTABILITAS KINERJA) 1. Pelayanan Publik Kementerian Pekerjaan Umum Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan Permen PAN dan RB No. 36 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunanan, Penetapan dan Penerapan Standar Pelayanan, maka Pelayanan Publik didefinisikan sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Pengertian standar pelayanan berdasarkan Permen PAN 36/2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunanan, Penetapan dan Penerapan Standar Pelayanan adalah tolok ukur yang dijadikan pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur. Maklumat pelayanan berdasarkan Permen PAN 36/2012 adalah Pernyataan tertulis yang berisi keseluruhan rincian kewajiban dan janji yang terdapat dalam Standar pelayanan. Berdasarkan Pasal 20, 21, dan 22 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, mengamanatkan setiap penyelenggara pelayanan publik wajib menyusun, menetapkan, dan menerapkan standar pelayanan yang memuat sekurangkurangnya 14 komponen standar pelayanan, serta menyusun dan menetapkan maklumat pelayanan. Maklumat pelayanan merupakan pernyataan kesanggupan penyelenggara dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan. Di dalam dokumen Usulan RB PU dikatakan bahwa untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, Kementerian PU perlu memprioritaskan peningkatan program pemberantasan korupsi, melalui pengawasan berlandaskan sistem pengendalian Internal dan wilayah bebas korupsi, dan upaya untuk peningkatan kualitas pekerjaan, melalui penerapan prinsip-prinsip akuntabilitas dan tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Kementerian PU. Berdasarkan pengertian ini terkandung makna bahwa pengembangan sistem pelayanan publik memerlukan upaya konsolidasi dari berbagai POKJA RB (seperti yang tergambar dalam Struktur Agenda Prioritas 1). 86

107 Gambar 3.4. Keterkaitan Pokja Lain dalam Upaya Penyusunan Standar Pelayanan Gambar 3.5. Struktur Agenda Prioritas 1 a. Evaluasi Audit Unit Pelayanan Publik (UPT/Balai) Sesuai dengan dokumen usulan/road map RB PU, salah satu sasaran yang perlu dilaksanakan sebagai baseline penerapan standar pelayanan oleh suatu unit pelayanan publik adalah perlu dilakukannya suatu evaluasi (audit) terkait dengan kapasitas organisasi (UPT/Balai) dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya dalam menyelenggarakan pembangunan infrastruktur PU dan permukiman. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah kapasitas organisasi sekarang ini masih sanggup menangani beban kerja yang tinggi dengan hasil yang optimal. 87

108 Hasil dari evaluasi ini akan memberikan masukan bagi upaya penguatan Unit Pelayanan Publik. b. Dokumen Penguatan Unit Pelayanan Publik Penguatan unit kerja pelayanan harus dilakukan melalui upaya perbaikan (restrukturisasi) unit organisasi maupun perbaikan tata kelolanya. Berbagai upaya perlu dilakukan, diantaranya melalui penetapan quick wins Kementerian PU yang direncanakan untuk menghasilkan momentum awal yang positif dan juga meningkatkan kepercayaan aparatur kementerian PU untuk selanjutnya melaksanakan reformasi birokrasi secara konsisten dan berkelanjutan. Hasil dari quick wins, ini akan menjadi model penguatan bagi unit pelayanan publik dalam rangka menghasilkan suatu dokumen penguatan unit pelayanan publik yang meliputi penguatan SDM, tata laksana, peraturan per-uu-an, pengawasan, dan lain-lain. 2. Upaya Pemberantasan KKN Sasaran mewujudkan birokrasi yang bersih dan bebas KKN pada tahun 2014 diukur melalui dua indikator keberhasilan. Indikator pertama adalah membaiknya Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yaitu dari baseline tahun 2009 sebesar 2,8 menjadi 5,0 pada tahun Untuk mendukung indikator tersebut, kementerian PU melakukan kegiatan peningkatan operasionalisasi WBK, mengikuti program PIAK-KPK, dan melakukan penguatan pengawasan Internal dengan penerapan program SPIP secara baik. Keberhasilan ketiga kegiatan tersebut menunjukkan keberhasilan kementerian mendukung sasaran dan indikator di atas. Indikator kedua dalam rangka sasaran mewujudkan birokrasi bersih dan bebas KKN adalah Opini BPK dengan target pada tahun 2014 semua instansi pusat telah mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Kementerian PU pada tahun 2010 telah mendapat nilai Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Program kementerian PU mengenai Opini BPK merencanakan target laporan keuangan tahun 2012 untuk mendapat predikat WTP. Target yang optimis tersebut akan mendukung sasaran reformasi birokrasi nasional dalam pencapaian 100% peringkat WTP pada tahun 2014 untuk kementerian dan lembaga pusat. Sasaran kedua meningkatkan integritas pelayanan publik yaitu dari baseline tahun 2009 sebesar 6,46 mejadi 8,0 pada tahun 2014 (berdasarkan Tabel 2.2). Dukungan terhadap sasaran ini adalah dengan memprogramkan penetapan dan penerapan standar pelayanan dan target kinerja pelayanan yang diturunkan dari IKU kementerian PU. Pada tahun 2011 direncanakan dilakukan pemetaan standar pelayanan kementerian. Pada tahun yang sama akan ditetapkan standar pelayanan untuk melaksanakan quick win kementerian di tahun Pada tahun 2012 direncanakan telah ditetapkan 30% standar pelayanan, menjadi 60% pada tahun 2013, dan menjadi 100% pada tahun Program penerapan standar pelayanan pada tahun 2012 khusus untuk quick win. Pada tahun 2013 akan diterapkan 30% standar pelayanan, dan pada tahun 2014 mencapai 60% standar 88

109 pelayanan yang diterapkan. Pada sasaran peringkat kemudahan berusaha kementerian PU akan meningkatkan kualitas pelayanan perijinan jasa konstruksi asing. Dukungan kepada sasaran meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi dilakukan melalui program-program terkait dengan SDM, Organisasi dan Tatalaksana yang menjadi fokus program reformasi birokrasi. Pada sasaran ini dukungan diarahkan untuk utamanya mencapai target indikator keberhasilan Reformasi Birokrasi Nasional tahun 2014 tentang akuntabilitas instansi pemerintah. Pada indikator ini adalah nilai LAKIP kementerian PU direncanakan pada tahun 2012 dan 2013 mendapat peringkat B, dan mendapat peringkat A pada tahun Pada sasaran efektivitas pemerintahan tidak ada upaya khusus yang dilakukan oleh kementerian. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Pekerjaan Umum (RBPU) Tahun 2013 dapat dilihat baik dari target maupun pencapaian yang berbasiskan Kelompok Kerja (POKJA) Reformasi Birokrasi Kementerian Pekerjaan Umum yang meliputi Pokja Manajemen Perubahan, Penataan Peraturan Perundang-Undangan, Penataan dan Penguatan Organisasi dan Tatalaksana, Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, Penguatan Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Keberadaan Pokja masih dipandang perlu untuk memberikan dukungan melalui kajian dan evaluasi Reformasi Birokrasi Kementerian berdasarkan substansi masing-masing Pokja dan mempertajam isi Kertas Kerja Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Kementerian Pekerjaan Umum, sesuai dengan metode PMPRB yang diatur dalam Permen PAN dan RB Nomor 01 Tahun 2012 yang berbasis Satminkal. Pada Bulan Juni tahun 2013 tim Quality Assurance Reformasi Birokrasi Nasional telah melakukan Peer Review terhadap kesiapan pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Pekerjaan Umum pada 9 program mikro RB dengan hasil penilaian sebesar 92 atau berada pada zona biru (level 4). Adapun beberapa hal yang perlu menjadi perhatian untuk tahun 2014 adalah sebagaimana berikut: POKJA penataan dan penguatan organisasi,dalam restrukturisasi/penataan tugas dan fungsi unit kerja pada kementerianhasilnya sebagai input penyusunan naskah akademis penajaman struktur organisasi pada tahun POKJA Penataaan tatalaksana, dalam hal pembangunan atau pengembangan e-government membutuhkan evaluasi. POKJA Monitoring, evaluasi dan pelaporan.evaluasi menyeluruh belum dilaksanakan sampai dengan tahun 2014, namun saat ini sudah direncanakan untuk dilaksanakan pada semester kedua tahun

110 3. Penguatan Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Salah satu sasaran prioritas dari Reformasi Birokrasi Kementerian PU yakni penguatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja. Sasaran ini dicapai tentunya melalui program penguatan akuntabilitas kinerja. Berbagai hal telah dilaksanakan dalam rangka penguatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja diantaranya adalah melalui beberapa hal sebagai berikut: Penguatan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dalam rangka penyusunan SAKIP dengan penerapan Manajemen Kinerja Organisasi dan Kinerja Individu, pada tahun 2012 telah dilakukan penyusunan Pedoman Penyusunan Dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dan dokumen Penetapan Kinerja (PK) di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum yang kemudian tertuang di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 Tahun Pedoman tersebut kemudian menjadi acuan bagi masing-masing unit Organisasi Eselon I dan Unit Kerja Eselon 2 di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum untuk menyeragamkan dan memperbaiki kualitas penyusunan LAKIP dan PK. Pada tahun 2013, telah dilakukan berbagai upaya dalam rangka penyempurnaan format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Penetapan Kinerja seperti fasilitasi yang meliputi kegiatan pendampingan penyusunan LAKIP dan PK, sosialiasi terkait penyusunan dokumen Rencana Aksi, review Rencana Strategis (Renstra), evaluasi penyusunan LAKIP Unit Kerja Eselon 2, dan workshop-workshop terkait kegiatan penyusunan LAKIP, dan PK. Dilakukan pula penguatan pengendalian melalui penyusunan rencana aksi di dalam dokumen LAKIP. Pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi Dalam rangka meningkatkan nilai manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) terkait hasil evaluasi kinerja birokrasi yang dilakukan berdasarkan atas Permenpan PER/19/M.PAN/11/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Organisasi Pemerintah, pada tahun 2013 telah disusun dan dilakukan finalisasi Konsep Pedoman Sistem Manajemen Kinerja Kementerian PU dalam rangka uji coba sistem pengembangan kinerja, dengan beberapa Satminkal menjadi pilot (Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, dan Sekretariat Jenderal (Biro Kepegawaian & Organisasi Tata Laksana, dan Pusat Kajian Strategis). Pedoman tersebut menjelaskan mengenai kaitan dan penyelarasan antara indikator kinerja organisasi dengan indikator kinerja individu di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU) pada Kementerian Pekerjaan Umum Kegiatan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian PU memiliki target/sasaran pada tahun 2013, yakni perumusan indikator kinerja organisasi dan individu. Dalam rangka hal tersebut, telah dilakukan review secara berkelanjutan terhadap dokumen Indikator Kinerja Utama, Indikator Kinerja Kegiatan, dan Output Penting di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. 90

111

112

113 BAB 4 A. KEBERHASILAN PENINGKATAN KINERJA 1. Manajemen Perubahan Dalam pelaksanaan reformasi birokrasi, perubahan akibat pergeseran kondisi menuju yang diharapkan perlu dikelola secara holistik, terstruktur dan berorientasi hasil. Selama berjalannya masa transisi atau perubahan tersebut, dimensi yang perlu untuk diperhatikan dan dikelola dengan baik adalah: Navigasi Dimensi ini terkait dengan perencanaan dan pengelolaan perubahan atau transisi dari keadaan organisasi sekarang menuju kondisi organisasi yang diinginkan. Kepemimpinan Dimensi ini berupaya membangun dan mengkomunikasikan visi perubahan kepada kondisi yang diinginkan dan mengarahkan organisasi ke arah yang dituju. Kepemilikan Dimensi ini berupaya menciptakan kebutuhan untuk perubahan melalui reformasi birokrasi. Penggerak Dimensi ini terkait dengan penyediaan kompetensi atau keahlian, struktur, lingkungan pendukung, dan sumber daya lain untuk mendukung perubahan, serta memastikan terealisasinya manfaat yang diharapkan. Untuk dapat mencapai delapan area perubahan yang diinginkan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi, diperlukan perencanaan perubahan sebagai berikut: (i) Perencanaan strategi manajemen perubahan dan implementasi manajemen perubahan; (ii) Membangun instrumen pengelolaan perubahan; dan (iii) Peningkatan kapabilitas pengelola perubahan. Untuk mendukung pelaksanaan manajemen perubahan, diperlukan dokumen strategi perubahan beserta seperangkat alat ukur dan struktur perubahannya. Peran manajemen perubahan terhadap program reformasi birokrasi, seperti terlihat dalam gambar berikut: 93

114 Gambar 4.1. Arah Manajemen Perubahan a. Manajemen Perubahan sebagai Scientific Backbone RB Sebagaimana dijelaskan sebelumnya keberadaan manajemen perubahan memberikan dukungan terhadap 8 (delapan) program mikro RB. Selain itu, manajemen perubahan juga menempatkan diri sebagai scientific backbone yang artinya sebagai pengendali perubahan secara terus menerus, pengkajian ilmiah mengenai lingkungan perubahan strategis, besaran perubahan yang ditargetkan, instrument pengukur keberhasilan perubahan, kesiapan target group yang akan diubah, kesiapan strategi perubahan, strategi komunikasi, dan strategi pelatihan. 1) Lingkungan Perubahan Strategis Sesuatu yang mutlak dan pasti, adalah perubahan. Dalam mengelola tugas dan fungsi nya, kementerian dihadapkan pada kondisi yang harus selalu sejajar dengan tuntutan perubahan. Peran yang diemban oleh organisasi pemerintah selalu berkembang dinamis mengikuti irama globalisasi, dan tuntutan perbaikan internal. Banyak hal yang secara signifikan menuntut perubahan organisasi pemerintah, misalnya implikasi otonomi daerah, implementasi Good Governance, Kebijakan Nasional atas penjaminan mutu, dan Grand Design Reformasi Birokrasi Keempat hal tersebut mengharuskan organisasi pemerintah untuk berbenah baik dari segi struktur, fungsi, peran, pengelolaan manajemen, dan orientasi pelayanannya. 2) Target Besaran Perubahan Dalam hal penetapan besaran perubahan yang akan dicapai, manajemen perubahan mereposisi fungsinya sebagai program elaborator. Hal ini dilaksanakan dengan penetapan sasaran prioritas jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang menjadi target-target perubahan oleh masing-masing Kementerian/Lembaga. Seperti misalnya penetapan Quick Wins sebagai inisiatif strategis perubahan pelaksanaan program Kementerian, merupakan awal pencapaian program besar yang strategis. Quick Wins disini berfungsi sebagai leverage kinerja organisasi, yang berdampak pada pencapaian kepercayaan publik. Dalam menetapkan target perubahan strategis, pengelolaan manajemen perubahan menjadi krusial, dimana kapasitas kelola organisasi sebelumnya belum 94

115 sampai tahap yang diinginkan, akan dipaksa berubah menyesuaikan dengan target capaian kinerja yang ditetapkan dalam perubahan. Dalam kondisi seperti ini, diperlukan perencanaan perubahan, pelaksanaan perubahan, dan monitoring terhadap pencapaian perubahan. Dengan kata lain, manajemen perubahan akan masuk pada setiap tahap dari pelaksanaan program-program perubahan. 3) Instrumen Pengukur Dampak Perubahan Dalam mencapai target-target perubahan, diperlukan sebuah instrument evaluasi terhadap dampak perubahan yang terjadi. Hal ini menjadi penting mengingat sesuatu dapat dikatakan berhasil apabila dapat memenuhi standar dan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah.pengukuran terhadap dampak perubahan juga digunakan sebagai bahan refleksi internal untuk mengetahui sejauh mana upaya yang dilaksanakan sesuai harapan program.untuk itu, upaya pelaksanaan manajemen perubahan, instrument pengukuran besaran perubahan, perlu disusun sebagai dasar akuntabilitas pelaksanaan program perubahan. 4) Pengukuran Kesiapan Target Grup Dalam menetapkan target-target perubahan, pemetaan terhadap target grup perubahan sangat diperlukan untuk menentukan sejauh mana kapasitas program perubahan dapat diformulasikan. Hal ini sangat penting, agar target perubahan yang ditentukan tidak diatas atau di bawah kapasitas sumber dayanya. Perubahan memiliki 2 (dua) karakteristik umum, yaitu perubahan yang dilaksanakan secara gradual dan perubahan yang dilaksanakan secara revolusi. Dalam program-program pemerintah yang relatif stabil, penetapan target perubahan jarang yang bersifat revolusioner. Hal yang berpotensi resistensi belum tentu dapat ditangani. Oleh karena itu, pemetaan terhadap target group yang akan diubah perlu disesuaikan dengan kapasitas resources, sehingga pengendalian atas munculnya resistensi dapat diantisipasi sedini mungkin. 5) Strategi Perubahan Setelah persiapan perubahan dilaksanakan, seperti pemetaan terhadap target grup, maka dapat disusun strategi perubahan yang meliputi perubahan jangka pendek, menengah dan panjang, kondisi baseline, serta upaya-upaya yang akan dilaksanakan sesuai dengan kapasitas kelola yang rasional. 6) Strategi Komunikasi Strategi Komunikasi merupakan embedded product dari strategi perubahan, dimana untuk mensukseskan program-program perubahan diperlukan cara, wahana, pola mengkomunikasikan upaya perubahan agar diketahui, dimengerti, dan dilaksanakan secara proaktif oleh seluruh elemen organisasi. 95

116 7) Strategi Pelatihan Setelah strategi perubahan dan strategi komunikasi dilaksanakan, ada yang masih harus dilaksanakan yaitu upaya yang menjadi target perubahan dapat sejajar dengan kebutuhan perubahan. Kondisi ketidaksejajaran dengan target perubahan dapat disebabkan berbagai hal, salah satunya adalah kesadaran perubahan yang belum tinggi. Untuk mengantisipasi hal ini, pelatihan perubahan menjadi hal yang wajib dilaksanakan. Untuk menentukan kebutuhan pelatihan perubahan, perlu melakukan terus evaluasi pencapaian perubahan, atau dapat pula merencanakan pada tahap awal perubahan, setelah melakukan pemetaan karakteristik target grup. b. Hal-hal Yang Telah Dilaksanakan 1) Pemetaan Kesiapan Perubahan Pemetaan ini menggunakan analisa kuesioner dengan membandingkan kesiapan perubahan antar unit kerja di Kementerian PU. Hasil kuesioner ini merupakan gambaran snapshot kesiapan perubahan di Kementerian PU, dimana nilai maksimum adalah 90 poin. Semakin mendekati nilai 90 berarti organisasi semakin siap untuk berubah, semakin jauh nilai organisasi dari nilai maksimum 90 poin, maka semakin besar resiko suatu organisasi tidak memberi respon yang tepat untuk berubah.nilai antara dianggap beresiko tinggi, nilai 60 atau kurang dianggap memiliki resiko moderat. Ratarata kesiapan dalam melaksanakan reformasi birokrasi di Kementerian PU adalah 65,33. Rincian kesiapan RB di level direktorat dapat dilihat pada grafik 24 berikut: Gambar 4.2. Grafik Kesiapan Unit Kerja dalam Melaksanakan Reformasi Birokrat 96

117 2) Menyusun Dokumen Strategi Perubahan Dokumen strategi perubahan disusun dari hasil pemetaan yang telah dilakukan, kemudian perlu menyusun strategi strategi perubahan untuk dilaksanakan. Secara garis besar, strategi perubahan dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 4.1. Strategi Perubahan NO STRATEGI MANAJEMEN PERUBAHAN ASUMSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (1) (2) (3) (4) 1 Empirical- Rational * Pegawai tergolong rasional dan selalu bergerak mengikuti kepentingan mereka. Oleh karenanya, mereka dapat dibujuk. * Perubahan akan berhasil * dengan komunikasi yang jelas dan insentif yang signifikan. * Bila insentif tidak sebanding dengan perubahannya, maka biasanya akan ada penolakan. * Strategi ini sangat dipengaruhi oleh besaran insentif. Sulit diterapkan bila insentif tidak signifikan. 2 Normative - Reeducative * Pegawai adalah makhluk sosial dan akan mematuhi norma-norma budaya dan nilai-nilai. * Perubahan akan berhasil bila didasarkan pendefinisian dan penafsiran kembali dari norma-norma dan nilai-nilai yang ada, untuk mengembangkan komitmen yang baru. * Sebagian besar pegawai ingin menyesuaikan diri dan mengikuti arus perubahan secara bersama-sama. * Hal terpenting dalam strategi ini, tim manajemen perubahan harus membangun dan menentukan arus. * * * Fokus perubahan pada strategi ini adalah perubahan budaya. Budaya tidak akan berubah dalam waktu singkat. Oleh karena itu strategi ini bukan pilihan bila menginginkan dalam waktu cepat. Akan berhasil bila hubungan dengan organisasi non-formal sebagai salah satu komponen pemangku kepentingan 97

118 NO STRATEGI MANAJEMEN PERUBAHAN ASUMSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (1) (2) (3) (4) 3 Power-Coercive * Pegawai pada dasarnya patuh dan melaksanakan apa yang diminta. * Perubahan akan berhasil didasarkan pada pelaksanaan wewenang dan pemberlakuan sanksi. * Strategi ini pada dasarnya adalah memperkecil pilihan. * Berdasarkan pengalaman, banyak pegawai juga merasa aman dan siap dengan strategi ini. * Dua faktor utama yang mempengaruhi pilihan ini adalah jangka waktu perubahan yang ada dan keseriusan ancaman dampak perubahan. * Biasanya sense of urgency terhadap perubahan sangat tinggi karena dihadapkan dengan waktu untuk berubah yang sangat sempit. * Biasanya bila yang terancam adalah birokrasi organisasi, maka biasanya mereka akan segera menyesuaikan diri dengan perubahan. * Dalam strategi ini, pemimpin harus memiliki kepemimpinan yang kuat, dan konsisten serta tepat dalam menghitung resiko, baik terhadap organisasi, pegawai maupun kepada sesama pemimpin. 4 Environmental- Adaptive * Pegawai akan selalu menghindari kerugian dan gangguan tetapi mereka mudah beradaptasi dengan keadaan baru. * Perubahan ini didasarkan pada kebutuhan membangun organisasi baru & secara bertahap memindahkan orang dari yang lama ke yang baru. * Orang lebih cepat beradaptasi pada lingkungan baru dibandingkan dengan mengubah apa yang ada / apa yang sudah dijalani * Pertimbangan utama adalah pada seberapa besar dan seberapa mendasar perubahan yang diinginkan. * Sangat cocok untuk perubahan yang transformatif. * Strategi ini dapat bekerja baik dalam waktu singkat maupun jangka waktu yang panjang. * Penting untuk dipertimbangkan adalah ketersediaan orang-orang yang kapabel dalam organisasi untuk membentuk organisasi dengan budaya baru 98

119 3) Melaksanakan Perubahan Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan sampai akhir tahun 2013 diantaranya adalah: Sosialisasi Manajemen Perubahan Kegiatan sosialisasi manajemen perubahan dilaksanakan di 5 (lima) lokasi pada tahun 2012 yaitu Medan, Jakarta, Yogyakarta, Makassar, Banjarmasin, dan di Papua. Kegiatan ini disisipkan pada kegiatan sosialisasi RBPU di beberapa kota lainnya. Training of Trainer Agent of Change Kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama dengan Rumah Perubahan Rhenald Kasali, yang diikuti oleh seluruh Eselon II dan beberapa Eselon III. Kegiatan ini bertujuan membangun sense of ownership terhadap perubahan yang diprogramkan sehingga para pimpinan akan menjadi agen perubahan yang efektif untuk terus memaintain program perubahan. Internalisasi Manajamen Perubahan Internalisasi manajemen perubahan dilakukan melalui beberapa cara dan media diantaranya adalah: ͳ ͳ Penyusunan Flash Budaya Kerja PU dan Reformasi Birokrasi. Buku Saku RBPU. Merchandise Perubahan seperti kaos, sticker, ballpoint yang memiliki konten perubahan sehingga pegawai selalui diingatkan akan pentingnya perubahan. Pemeliharaan Perubahan Dalam memelihara perubahan, mulai tahun 2012 telah dikelola facebook Reformasi Birokrasi Kementerian Pekerjaan Umum dengan agenda menginformasi sekaligus memberikan pemahaman terhadap progress pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian PU. Dalam pengelolaannya, disusun tema besar selama satu tahun yang diturunkan menjadi tema mingguan. Hal ini dilaksanakan agar kronologi penyampaian informasi dapat mengikuti pola tematik. 2. Laporan Akuntabilitas Kinerja Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian PU merupakan gambaran atas perwujudan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang disusun dan disampaikan secara sistematik dan melembaga oleh Kementerian PU. 99

120 a. Pencapaian Outcome Penyusunan LAKIP dievaluasi oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada setiap tahunnya dan ditujukan untuk menilai akuntabilitas kinerja di lingkungan Kementerian PU dalam rangka mendorong terwujudnya pemerintahan yang berorientasi kepada hasil (result oriented government). Pelaksanaan evaluasi AKIP mengacu pada Permen PAN dan RB No. 20 Tahun 2013 tentang Perubahan Lampiran Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 25 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja. Komponen-komponen yang dinilai dalam evaluasi AKIP yakni (1) Perencanaan Kinerja; (2) Pengukuran Kinerja; (3) Pelaporan Kinerja; (4) Evaluasi Kinerja; dan (5) Capaian Kinerja, yang mana masing-masing komponen memiliki bobot yang sudah ditetapkan. Kemudian, hasil evaluasi tersebut diinterpretasikan berdasarkan pada kategori-kategori hasil evaluasi yang digunakan oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Kategori tersebut adalah sebagaimana dalam tabel berikut: Tabel 4.2. Kategori Penilaian Akuntabilitas Kinerja KATEGORI NILAI ANGKA INTERPRETASI (1) (2) (3) AA > Memuaskan A >75-85 Sangat Baik B >65-75 Baik, perlu sedikit perbaikan CC >50-65 Cukup baik (memadai), perlu banyak perbaikan yang tidak mendasar C >30-50 Agak kurang, perlu banyak perbaikan, termasuk perubahan yang mendasar D 0-30 Kurang, perlu banyak sekali perbaikan & perubahan yang sangat mendasar Kementerian PU berhasil meningkatkan nilai evaluasi LAKIP dari tahun ke tahun, dan berikut adalah hasil evaluasi terhadap LAKIP Kementerian PU tahun : Tabel 4.3. Perkembangan Penilaian Laporan Akuntabilitas Kinerja NO KOMPONEN YANG DINILAI BOBOT TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 (1) (2) (3) (4) (5) 1 Perencanaan Kinerja Pengukuran Kinerja

121 NO KOMPONEN YANG DINILAI BOBOT TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 (1) (2) (3) (4) (5) 3 Pelaporan Kinerja Evaluasi Kinerja Capaian Kinerja Nilai hasil evaluasi Tingkat Akuntabilitas Kinerja B B B b. Pembelajaran dan Langkah Tindak Berbagai upaya telah dilakukan oleh Kementerian PU untuk meningkatkan penilaian Kementerian PAN dan RB terhadap LAKIP Kementerian PU. Upaya tersebut membuahkan hasil, hal ini dapat dilihat dari nilai hasil evaluasi yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada kriteria Perencanaan Kinerja, Kementerian PU melakukan perbaikan melalui penyempurnaan Rencana Strategis Kementerian PU yang sebelumnya sudah ditetapkan melalui Peraturan Menteri PU No. 02 tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian PU. Adapun hasil penyempurnaan juga telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri PU yaitu No. 23 tahun 2010 tentang Perubahan Praturan Menteri Nomor 02/ Prt/M/2010, serta Peraturan Menteri PU No. 20 tahun 2012 tentang Rencana Strategis (Midterm Review) Kementerian PU. Selain hal tersebut di atas, upaya penyempurnaan SAKIP di lingkungn Kementerian PU diantaranya dilakukan dengan melakukan perubahan terhadap Peraturan Menteri PU No. 03 tahun 2010 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di lingkungan Kementerian PU, yang ditetapkan dalam Peraturan Meneteri P{U No. 22 tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Menteri PU Nomor: 03/PRT/M/2010 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di lingkungan Kementerian PU. Review indikator kinerja juga telah dilakukan pada tahun 2013, namun demikian kriteria ini terus mengalami penurunan, hal ini anatara lain disebabkan informasi capaian kinerja unit Eselon 1 belum secara lengkap diungkapkan realisasi kinerja yang diperjanjikan dan lebih berorientasi output (kegiatan) daripada outcome. Hal lain yang berkaitan dengan norma yang dilaksanakan Kementerian PU diantaranya adalah dengan menetapkan Peraturan Menteri PU No. 17 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Penetapan Kinerja di lingkungan Kementerian PU. Permen PU inilah yang digunakan oleh seluruh jajaran di lingkungan Kementerian PU dalam menyempurnakan Laporan AKIP Kementerian, satminkal, maupun unit kerja. Upaya penyempurnaan dan peningkatan kualitas akuntabilitas kinerja selain melalui langkah-langkah penyempurnaan yang berkaitan dengan norma, juga dilakukan 101

122 langkah-langkah lain yang bersifat operasional namun memberikan dampak yang signifikan, diantaranya adalah: Penyamaan Persepsi. Beberapa diskusi penyamaan persepsi dilaksanakan di tingkat kementerian maupun di masing-masing satminkal. Diskusi in difokuskan pada pemahaman hal-hal yang berkaitan dengan visi dan misi kementerian, strategi kebijakan, indikator kinerja utama, indikator kinerja, output, serta outcome. Hal ini sebagai realisasi langkah perbaikan terhadap hal-hal yang menjadi rekomendasi Kementerian PAN dan RB terhadap evaluasi LAKIP Kementerian PU; Pendampingan. Kementerian PU melalui unit kerja yang menangani LAKIP, menyiapkan kegiatan pendampingan kepada seluruh satminkal dalam menyusun LAKIP, melalui pertemuan periodik konsultasi dan pemberian advice; Penyiapan Struktur dan Format Baku laporan. Untuk memudahkan penyusunan laporan ini, Kementerian juga menyiapkan struktur outline laporan AKIP serta beberapa format baku, seperti format tabel, format narasi, dan format lainnya. Pembakuan ini memudahkan dalam penyusunan laporan, juga mudah dalam proses pendampingan dan penyamaan persepsi. Keseragaman ini juga menambah keindahan penampilan laporan; Penyusunan Agenda Bersama. Kemudahan dalam menyelesaikan laporan ini juga dilakukan dengan menyusun agenda bersama yang menjadi kendali dalam penyusunan laporan, mengingat penyusunan laporan perlu dilakukan secara berjenjang dari Eselon 2, Eselon 1, dan kemudian kementerian. Dengan adanya agenda ini, tersedia waktu yang cukup untuk menyusun LAKIP Kementerian PU. 3. Laporan Keuangan Laporan BPK terhadap laporan keuangan kementerian dapat diukur sebagai outcome pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian PU. a. Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan 1) Pencapaian Outcome Hasil laporan BPK terhadap laporan keuangan Kementerian PU sejak 2005 hingga 2008 menyatakan tidak memberi opini atau disclaimer. Penyebab disclaimer tersebut antara lain karena pencatatan dan pelaporan kas di Bendahara Pengeluaran tidak menggambarkan nilai yang wajar, pencatatan dan pelaporan persediaan barang tidak memadai, inventarisasi dan penilaian aset tetap belum memadai sehingga penyajian saldo aset tetap tidak diyakini kewajarannya, serta nilai dalam Neraca belum mencerminkan nilai keseluruhan. 102

123 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini bahwa laporan keuangan tahun 2009 Kementerian PU naik dari status Tidak Menyatakan Pendapat (TMP) atau disclaimer menjadi Wajar Dengan Pengecualian (WDP). BPK menilai masih ada kelemahan dalam sistem pengendalian intern dan ketidakpatuhan dalam peraturan perundangan, seperti antara lain: prosedur dan pelaksanaan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) belum memadai, penyajian persedian belum berdasarkan sistem pencatatan pelaporan yang baik, sistem pencatatan dan pelaporan aset tak memadai, aset belum disajikan berdasarkan harga yang wajar. Pada Tahun 2010 BPK menilai Laporan Keuangan Kementerian (LKK) PU telah menyajikan secara Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Posisi keuangan Kementerian PU tanggal 31 Desember 2010 dan realisasi anggaran yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Pelaksanaan inventarisasi dan penilaian (IP), pada tanggal 30 Desember 2010, IP Barang Milik Negara (BMN) Kementerian PU telah memiliki nilai lebih dari Rp 115 triliun terhadap 630 satker objek IP (masih ada sebagian kecil aset yang akan dire-evaluasi). Penajaman hasil IP tersebut dilakukan melalui koordinasi dengan Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN)/Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) setempat. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) kembali memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atas laporan keuangan Kementerian PU tahun Adanya peningkatan Nilai Aset Barang Milik Negara (BMN), dimana pada Tahun 2010 Nilai Aset BMN PU sebesar Rp 312 triliun dan pada Tahun 2011 meningkat menjadi Rp 555 triliun. Peningkatan Nilai Aset sebesar 43% tersebut bersumber dari perolehan DIPA Kementerian PU TA 2011 dan penambahan nilai aset disebabkan karena Kementerian PU menindaklanjuti rekomendasi BPK Tahun 2010, yakni mencatat aset tanah jalan nasional sejak jaman Daendles yang Nilai Asetnya mencapai Rp 130 triliun. Perolehan opini WDP atas Laporan Keuangan Kementerian PU tahun 2011 disebabkan terdapat empat laporan yang belum didasarkan pada sumber yang memadai. Keempat laporan tersebut belum lengkap antara lain Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), Persediaan, Aset Tetap dan Aset tak berwujud. Penilaian terhadap laporan keuangan Kementerian PU tahun 2012 meningkat dengan penilaian opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan (WTP-DPP). Hal Ini disebabkan karena Kementerian PU sudah berhasil melakukan inventarisasi dan penilaian yang sangat signifikan terhadap Saldo Akhir Aset Kementerian PU untuk Neraca Tahun 2011 Rp 555 triliun. Dan pada Tahun 2012 Aset tersebut telah meningkat menjadi 723 triliun. 103

124 Ada berapa hal yang masih perlu dibenahi antara lain: Aspek kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, seperti masih terdapat temuan-temuan yang terkait kelebihan pembayaran, pelaksanaan yang melampaui batas waktu pelaksanaan, aset PU yang dimanfaatkan oleh pihak lain yang tidak sesuai ketentuan; ͳ ͳ Aspek Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP); Aspek pelaporan Keuangan, masih diperlukan peningkatan kualitas pengungkapan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) agar lebih mudah ditelusuri, khususnya terkait selisih antara Nilai Belanja Modal dengan pencatatannya dalam neraca. Peningkatan kualitas Laporan Keuangan Kementerian PU pada Tahun 2013 diharapkan dapat mencapai penilaian Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Nilai BMN gabungan Kementerian PU (intrakomptabel dan ekstrakomptabel) pada Tahun Anggaran 2013 mencapai sebesar Rp , yang merupakan nilai BMN berupa saldo awal laporan sebesar Rp dan nilai mutasi yang terjadi selama Tahun Anggara 2013 sebesar Rp Nilai mutasi BMN tersebut berasal dari transaksi keuangan dan transaksi nonkeuangan. Mutasi BMN yang berasal dari transaksi keuangan merupakan penambahan nilai BMN berasal dari perolehan dan/atau penambahan BMN yang berasal dari pembiayaan APBN selama periode tahun berjalan, transaksi non-keuangan transaksi penambahan dan pengurangan atas BMN yang berasal dari pembiayaan selain APBN periode tahun berjalan. Selain memperoleh dana dari DIPA Kementerian PU, juga mengelola dana yang berasal dari BA (Belanja Lain-lain) sebesar Rp ) Pembelajaran dan Langkah Tindak Beberapa kegiatan strategis telah dilakukan untuk meningkatkan laporan keuangan Kementerian PU pada Tahun 2008: Tahun 2008 telah dibentuk unit pengelola BMN serta unit pelaksana teknis pengelola BMN di Kementerian PU yang dituangkan dalam: Peraturan Menteri PU No. 01/PRT/M/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum telah dibentuk satu unit kerja setingkat Eselon II yang bertugas mengelola Barang Milik Negara Kementerian PU dengan nama Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) yang berada dibawah koordinasi Sekretaris Jenderal. 104

125 Peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang laporan keuangan dengan Sistem Akuntansi Instansi (SAI), inventarisasi dan penilaian aset dilakukan bersama dengan Kementerian Keuangan sesuai dengan Keppres 17 tahun 2007 dan Keppres No 13 tahun 2008 dengan mengirim 137 pegawai mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah dari Kementerian Keuangan. Beberapa langkah yang telah dilakukan untuk meningkatkan laporan keuangan Kementerian PU pada Tahun 2009: Pertengahan 2009 Menteri PU menerbitkan Instruksi Menteri PU No. 2 Tahun 2009 agar pejabat dan kepala Satuan Kerja (satker) di lingkungan PU mengambil langkah terintegrasi dan konsisten melaksanakan sistem akuntansi instansi. Penyelesaian invetarisasi dan penilaian BMN sebelum tahun Pendampingan BPKP untuk penyusunan laporan keuangan satker di daerah. Diklat Standar Akuntansi Instansi (SAI) untuk eselon II dan kepala satker di Indonesia agar memahami alur pembuatan neraca dan SIMAK BMN sebanyak 99 orang. Langkah utama yang harus dilakukan Kementerian PU Tahun 2010 untuk mencapai peningkatan laporan keuangan adalah menyelesaikan masalah inventarisasi aset. Aset tanah dengan melakukan kerjasama dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN), agar menyelesaikan dan memberikan sertifikat kepada tanah-tanah milik PU. Disamping itu Kementerian PU (pusat) memberik.,an pelatihan kepada satker di daerah tentang pengendalian intern dan SAI dan Satker daerah didampingi dalam penyusunan laporan keuangan dengan melibatkan sekitar 400 auditor. Peraturan Menteri PU No 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Peraturan Menteri PU No. 21/PRT/ M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian PU, telah dibentuk unit kerja yang bertugas mengelola Barang Milik Negara (BMN) pada tiap satminkal, balai dan satker. Dalam rangka peningkatan penatausahaan dan penanganan BMN secara baik di masa mendatang, maka Kementerian PU juga telah membentuk unit eselon III di masing-masing Ditjen untuk menangani pengelolaan BMN dan harus menerapkan sistem pengendalian intern dalam penyusunan laporan keuangan. Beberapa langkah yang telah dilakukan sampai dengan Desember 2011: Sampai dengan Desember 2011 telah disusun Laporan Barang Milik Negara (BMN) Semester I Tahun 2011 sebesar Rp , dan sudah 105

126 Serta telah melakukan sertipikasi tanah, pendataan kembali terhadap aset- aset kelola, Rumah Negara, dan Kendaraan Dinas Operasional, serta Jalan Nasional. melakukan kegiatan pengamanan dan perkuatan hak atas tanah yaitu telah dilakukan pengumpulan dan proses sertifikasi sebanyak sertipikat, dengan total luas sebesar m2. Disusun berbagai produk pengaturan terkait tertib pengelolaan Barang Milik Negara yang antara lain: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Penetapan Status Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum; Instruksi Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/IN/M/2011 tentang Pengamanan dan Penatausahaan Barang Persediaan di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum; Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 337/KPTS/M/2011 tentang Pelimpahan Wewenang Menteri Pekerjaan Umum kepada para Sekretaris, Kepala Balai, Kepala Biro, dan Kepala Pusat untuk dan atas nama Menteri Pekerjaan Umum Menandatangani Surat Permohonan Hak dan Surat Pernyataan Penguasaan Tanah dalam rangka Proses Pembuatan Sertipikat; Surat Edaran Nomor 14/SE/M/2011 tentang Tata Cara Penyewaan Tanah dan Sarana/Prasarana Kementerian Pekerjaan Umum Untuk Penyelenggaraan Reklame. Dalam rangka pembinaan Sumber Daya Manusia, dan peningkatan pemahaman tertib pengelolaan BMN, menerapkan SIMAK, penghapusan, Inventarisasi dan Penilaian, empat belas sosialisasi dan pembinaan dan 4 (empat) kegiatan monitoring evaluasi Pengelolaan BMN yang dihadiri dari seluruh Satuan Kerja Kementerian PU Beberapa langkah yang telah dilakukan padatahun 2012 yaitu: Kementerian Pekerjaan Umum telah melakukan inventarisasi terhadap seluruh aset/bmn dan melakukan penilaian atas aset perolehan sebelum tahun 2005 bersama dengan Kementerian Keuangan. Hal ini berkaitan dengan hasil temuan BPK Rl atas Laporan Keuangan Kementerian PU Tahun 2011 antara lain aset tanah jalan nasional senilai Rp belum dapat diyakini kewajarannya. 106

127 Telah dilaksanakan penghapusan dan monitoring hasil IP sesuai ketentuan Peraturan Menteri Keuangan No. 271/KMK.06/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Penertiban Barang Milik Negara Pada Kementerian/Lembaga antara lain: Melakukan proses Penghapusan BMN berdasarkan BA-04 (BMN yang tidak ditemukan) di Ditjen Bina Marga pada 11 (sebelas) Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional dan 1 (satu) instansi pusat yang telah menyampaikan permohonan persetujuan penghapusan kepada Pengelola Barang dengan 202 usulan total nilai Rp ,00. Melakukan monitoring tindak lanjut hasil IP dalam BA-04 pada Ditjen Sumber Daya Air di 47 (empat puluh tujuh) satker dengan nilai BMN sebesar Rp Penelusuran tim internal telah menemukan dan mengetahui keberadaan BMN sebesar Rp yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan penilaian ulang. Sedangkan untuk BMN yang tidak ditemukan dari hasil penelusuran tim internal ditindaklanjuti dengan penghapusan sebesar Rp Telah dilaksanakan alih status penggunaan dan hibah BMN Kementerian PU sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri PU No /KPTS/ M/2010 tentang Pembentukan Tim Satgas Penajaman Hasil Inventansasi, Penilaian dan Percepatan Proses Penyelesaian Alih Status/Hibah BMN Kementerian PU senilai Rp (satu trilyun seratus empat puluh dua milyar tujuh ratus tujuh juta delapan puluh ribu tujuh ratus dua pulh empat rupiah) dengan perincian sebagai berikut: Tabel 4. 4 Rincian Alih Status/Hibah BMN Tahun 2010 NO URAIAN T/B UNIT NILAI (RP) (1) (2) (3) (4) (5) 1 Alih status Rusunawa Hibah Rusunawa TOTAL Telah dilaksanakan sosialisasi dan pelatihan petunjuk pelaksanaan pengelolaan BMN baik ditingkat kementerian dan satminkal terkait bekerjasama dengan Kementerian Keuangan selaku Pengelola Barang yang dilakukan secara kontinyu pada setiap tahun anggaran dalam rangka meningkatkan pemahaman dan persamaan persepsi dalam pengelolaan BMN yang meliputi penggunaan, pemanfaatan, penghapusan, pengamanan, penatausahaan dan pengawasan serta pengendalian sesuai ketentuan yang berlaku. 107

128 Dalam rangka Pengamanan dan Perkuatan Hak atas Tanah Kementerian PU telah dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: Penerbitan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2006 tentang Pengamanan dan Perkuatan Hak atas Tanah Departemen Pekerjaan Umum; Melakukan Kesepakatan Bersama antara Menteri PU dengan Kepala Badan Perlanahan Nasional Rl tentang Pensertipikatan Tanah Aset Departemen Pekerjaan Umum No 07/PKS/M/ SKB-BPN RI-2008 tanggal 19 Desember 2008; Penerbitan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 337/KPTS/M/2011 tentang Pelimpahan Wewenang Menteri Pekerjaan Umum Kepada Para Sekretaris, Kepala Balai, Kepala Biro, dan Kepala Pusat Untuk Dan Atas Nama Menteri Pekerjaan Umum Menandatangani Surat Permohonan Hak Dan Surat Pernyataan Penguasaan Tanah Dalam Rangka Proses Pembuatan Sertipikat. Penerbitan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 426/KPTS/ M/2013 tentang Pembentukan Tim Pendataan Barang Milik Negara Berupa Tanah Kementerian Pekerjaan Umum Yang Digunakan Oleh PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Dari hasil penertiban BMN berupa tanah di Kementerian Pekerjaan Umum telah tercatat nilai tanah sebesar Rp. 376 Trilyun dan telah dilakukan sertifikasi sebanyak bidang. Kementerian PU dalam mencapai opini WTP untuk Tahun 2013 telah melaksanakan hal-hal sebagai berikut: PBMN telah menyusun Rapermen Pekerjaan Umum tentang Juklak Pengelolaan Barang Persediaan, karena sesuai dengan Opini BPK tentang Laporan Keuangan Tahun 2012 adalah Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (WTP-DPP). Diharapkan dapat ditingkatkan menjadi WTP murni pada tahun Telah disusun Laporan Barang Pengguna Kementerian Pekerjaan Umum Tahun Anggaran 2013 yang merupakan laporan, mencakup seluruh aspek BMN yang ditatausahakan dan dikelola oleh Kementerian PU BMN dengan nilai netto saldo BMN per 31 Desember 2013 setelah penyusutan sebesar Rp (rekapitulasi gabungan intrakomptabel dan ekstrakomptabel serta akumulasi penyusutan perincian per akun barang). Ditindaklanjuti dengan penandatangan Nota Kesepakatan Angka Asersi Tahap I (Sementara) Laporan Keuangan Kementerian PU Tahun 2013 yang dimasukan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2013 (Audited) pada 108

129 tanggal 17 April 2014 menyepakati dan menyetujui angka-angka sementara dalam Laporan Keuangan Kementerian PU). Berkaitan dengan penatausahaan BMN maka Kementerian PU segera menyusun dan mengumpulkan Asersi Final (audited) paling lambat 2 Mei b. Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan dalam Rangka Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang Untuk mencapai opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Kementerian PU telah melakukan peningkatan kualitas laporan keuangan melalui pencapaian outcome di bidang peningkatan pengawasan sebagai berikut: 1) Pencapaian Outcome Peningkatan Peringkat Laporan Keuangan BPK Kondisi laporan keuangan pada tahun dengan opini WDP. Pada tahun 2012 laporan keuangan Kementerian PU dengan opini WTP dengan paragraf. Peningkatan laporan keuangan Kementerian PU dari opini WDP menjadi opini WTP dengan paragraph melalui penyelesaian temuan BPK RI, melakukan pencatatan pada simak BMN, pendataan BMN yang tidak ditemukan dan melakukan iventarisasi dan penilaian (IP) atas asset yang belum mempunyai nilai perolehannya. Penerapan pengawasan/ pengendalian intern melalui SPIP Dengan dikeluarkan Inmen PU No. 02/IN/M/2011 tentang penerapan Sistem Pengendalian Internal pemerintah (SPIP), sesuai dengan Diktum 1 bahwa para Pejabat Eselon I, Eselon II, Kepala Balai dan Satker untuk menerapkan SPIP melalui manejemen resiko, sesuai dengan Dictum 3 Inmen PU No. 02/IN/M/2011 Operasional WBK Berdasarkan Permen PU No.21/PRT/M/2008 tentang Pedoman Operasionalisasi Wilayah Bebas Korupsi mengkhususkan pada pemograman anggaran dan pengadaan barang dan jasa. Pelaksanaan program PIAK bekerjasama dengan KPK Sesuai dengan program PIAK dari KPK, Kementerian PU yang masuk dalam program PIAK adalah 3 Satminkal 1 (Sekretariat Jenderal, Bina Marga dan Sumber Daya Air). Program PIAK ini dimulai tahun dan berdasarkan hasil penilaian dari KPK tahun 2012 Kementerian PU mendapatkan nilai 6,47 diatas rata-rata Kementerian lainnya sehingga mulai tahun 2012 Kementerian PU tidak dilakukan penilaian kembali oleh KPK pada program PIAK KPK. 109

130 2) Pembelajaran dan Langkah Tindak Kementerian PU telah melakukan pembelajaran dan langkah tindak sebagai berikut: Deklarasi Penetapan Wilayah Bebas Korupsi Kementerian PU oeh Menteri PU pada tanggal Desember 2008, lingkup Pemograman dan Pengalokasian Anggaran dan Pelaksanaan dan Pengawasan Pengadaan Barang dan Jasa. Nota kesepahaman Kementerian Pekerjaan Umum dengan Kepolisian Negara RI Nomor: 01/PKS/M/200; No. Pol.: B/7/IV/2007 tanggal 16 April 2009 tentang Pengamanan Penyelengaraan Infrastruktur Bidang pekerjaan umum secara efektif dan efisien serta berkualitas yang dilaksanakan para pihak di lingkungan Kementerian PU. Ruang lingkup Nota kesepahaman ini adalah: pertukaran informasi berkaitan dengan pengamanan dalam rangka memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan terhadap penyelenggaraan infrastruktur bidang pekerjaan umum, pencegahan dan/ atau penindakan terhadap penyalahgunaan wewenang dan pelanggaran hukum, dan peningkatan kordinasi penanganan informasi, laporan dan pengaduan masyarakat. Nota kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung tanggal 16 April Pedoman Kerja antara Kementerian Pekerjaan Umum dengan Kepolisian Negara Nomor: 390.1/KPTS/M/200; No. Pol B/18/VI/200 tanggal 3 Juni 200. Tujuan Pedoman Kerja ini adalah untuk memberikan acuan kerja dalam rangka operasionalisasi pengamanan penyelenggaraan infrastruktur bidang PU berdasarkan nota kesepahaman Komitmen Implementasi Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik oleh Bapak Wakil Menteri PU dan Pejabat Eselon I pada Desember Nota Kesepakatan Bersama antara Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan dengan Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Nomor: NK-56/1.02/PPATK/04/12; Nomor: NK-01/IJ/2012 tanggal 11 April dengan tujuan menetapkan upaya atau langkah-langkah pencegahan dan pemberantasan korupsi, dengan tugas, fungsi dan kewenangan Inspektorat Jenderal Kementerian PU dalam melaksanan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Pekerjaan PU. Penandatanganan Pakta Integritas Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Seluruh Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum menandatangani Pakta Integritas disaksikan oleh Bapak Menteri Pekerjaan Umum pada tanggal 14 November Piagam pencanangan Pembangunan Zona Integritas oleh Menteri Pekerjaan Umum disaksikan oleh Kepala BPKP, Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK, Menteri PAN dan RB dan Wakil Ketua Ombusdsman RI pada 110

131 4. tanggal 14 November Pernyataan Komitmen Penerapan Pengendalian Gratifikasi oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Wakil Ketua KPK pada tanggal 1 November Peningkatan Pelayanan Publik a. Pencapaian Outcome Pengertian standar pelayanan berdasarkan Permen PAN 36/2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunanan, Penetapan dan Penerapan Standar Pelayanan dijadikan dan Tolok ukur pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan dalam menilai kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur. Dalam dokumen Reformasi Birokrasi Kementerian PU (RB-PU), tolok ukur tersebut dijabarkan dalam Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang terdiri dari dua output kegiatan yaitu: terimplementasikannya penggunaan standar pelayanan dalam pelayanan publik, dan terjadinya peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Outcome yang ditetapkan dari dua kegiatan tersebut adalah terselenggarakannya pelayanan publik yang lebih cepat, lebih aman, lebih baik dan lebih terjangkau. Untuk mencapai outcome tersebut setiap penyelenggara pelayanan publik wajib menyusun, menetapkan, dan menerapkan standar pelayanan yang memuat sekurangkurangnya 14 komponen standar pelayanan, serta menyusun dan menetapkan maklumat pelayanan berdasarkan Pasal 20, 21, dan 22 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Upaya pencapaian target RB PU dimulai dengan proses penyusunan Standar Pelayanan dengan mengidentifikasi 44 Standar Pelayanan pada beberapa unit kerja dengan jenis pelayanan administrasi dan jasa. Dari 44 Standar Pelayanan tersebut ditargetkan pada tahun 2012 dapat ditetapkan sebanyak 30% atau 13 Standar Pelayanan. 1) Pencapaian Sasaran RB Berdasarkan LAKIP Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas, serta transparansi dan akuntabilitas penilaian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi, diterbitkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1 tahun 2012 tentang pedoman penilaian mandiri pelaksanaan reformasi birokrasi dan peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 31 tahun 2012 tentang pentunjuk teknis penilaian mandiri pelaksanan reformasi birokrasi secara online. Dalam peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 31 tahun 2012, ditetapkan bahwa peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 8 tahun 2011 tentang pedoman penilaian dokumen usulan dan roadmap pelaksanaan reformasi birokrasi 111

132 Kementeria/Lembaga dan peraturan men Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 53 tahun 2011 tentang penjaminan kualitas dan montoring dan evlauasi reformasi burokrasi dinyatakan tidak berlaku. Untuk menjembatani peralihan proses penilaiain yang sedang dilakukan oleh UPRBN dan tim quality assurance, maka dalam perturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 31 dan Reformasi Birokrasi tahun 2012 ditetapkan ketentuan berikut ini: UPRBN dan sudah sampai tahap akhir penilain berdasarkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi no 8 tahun 2011 tentang penilaian dokumen usulan dan road map pelaksanaan reformasi birokrasi Kementeria/Lembaga dilanjutkan hingga penilaian selesai dilakukan. TQA dan sudah sampai tahap skoring berdasarkan peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 53 tahun 2011 tentang penjaminan kulitas dan monitoring dan evaluasi reformasi birokrasi dilanjutkan hingga penilaian selesai dilakukan. Tabel 4.5 Evaluasi Pencapaian Kelompok Kerja dalam Mendukung Road map RBPU berdasarkan Penilaian Tim Quality Assurance Tahun 2013 Hal Parameter Nilai Dokumen Usulan 100% Kekurangan dokumen 0% usulan Road map 96% Kekurangan road map 4% Rerata kekurangan 0,30 2% dokumen usulan dan roadmap Verifikasi lapangan 65 Nilai total 64 ( level 3) 112

133 Tabel 4. 6 Nilai Kesiapan Pelaksanaan Sembilan Program Mikro Reformasi Birokrasi Kementerian PU NILAI KESIAPAN PELAKSANAAN SEMBILAN PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM NO PROGRAM/ KEGIATAN 1 Manajemen Perubahan 2 Penataan Peraturan Perundangundangan 3 Program Penataan dan Penguatan Organisasi 4 Penataan Tatalaksana 5 Penataan System Manajemen SDM Aparatur 6 Penguatan Pengawasan 7 Penguatan Akuntabilitas Kinerja 8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 9 Monitoring Dan Evaluasi TAHAP PELAKSANAAN RB PLAN DO CHECK ACT PDCA NILAI Skor Rerata 65 Sumber: Hasil Verifikasi Lapangan oleh Tim Kementerian PAN dan RB atas Kesiapan RBPU 8 Agustus 2012 Tabel 4. 7 Hasil Peer Review Kesiapan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian PU NILAI KESIAPAN PELAKSANAAN SEMBILAN PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Nilai Tahap - P D C A PDCA Level Nilai Sumber: Paparan Exit Meeting Tim Quality Assurance RB Nasional Juni

134 2) Penilaian Kepatuhan Kementerian dalam Pelaksanaan Pelayanan Publik oleh Ombudsman Kondisi pelayanan publik di Indonesia masih jauh dari harapan masyarakat. Survei yang telah dilakukan oleh beberapa lembaga menunjukkan rapor buruk pelayanan publik di Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemerintah sebagai pembuat kebijakan sekaligus penyelenggara pelayanan publik belum mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas, meskipun ketentuan tentang pelayanan publik telah diundangkan melalui Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Undang-Undang Pelayanan Publik merupakan acuan bagi penyelenggaraan pelayanan publik, termasuk pelayanan publik yang dilakukan oleh Kementerian sebagai perangkat pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam menjalankan tugasnya melaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah. Selain itu, sejalan dengan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) jangka menengah yang dicanangkan oleh Presiden melalui Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012, bahwa setiap Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah wajib melaksanakan: Sistem pelayanan publik berbasis teknologi informasi dengan fokus pada Kementerian/Lembaga dan Pemda di seluruh Provinsi dengan fokus pemberian perizinan; Integrasi mekanisme penanganan keluhan/pengaduan; Membuka akses antar lembaga untuk menindaklanjuti pengaduan yang disampaikan masyarakat; dan Implementasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, keterbukaan dalam penunjukan pejabat publik, dan penyelarasan Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pengembangan sistem dan pengelolaan pengaduan internal dan eksternal Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan Kementerian terhadap pelaksanaan Undang-Undang 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan mengidentifikasi hal-hal yang masih perlu ditingkatkan oleh Kementerian dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Survei ini mengambil sampel pada kementerian yang menyelenggarakan pelayanan publik langsung kepada kelompok masyarakat/perorangan/instansi khususnya terkait penyelenggaraan perizinan di tingkat Kementerian. Sedangkan wilayah penelitian ini hanya dilakukan di Unit Layanan Publik yang langsung berada dibawah Kementerian (Tingkat Eselon I dan/atau II) yang berada di Jakarta, yaitu pada 18 Kementerian yang salah satunya adalah Kementerian Pekerjaan Umum.2 Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2013 ini memuat 114

135 1 (satu) variabel, yaitu kepatuhan. Selanjutnya variabel kapatuhan ini digunakan untuk menilai Kementerian dengan cara membandingkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009, yang terdiri dari: Standar Pelayanan Maklumat Pelayanan Sistem Informasi Pelayanan Publik Sumber Daya Manusia Unit Pengaduan Sarana bagi pengguna layanan berkebutuhan khusus Visi, Misi dan Moto Sertifikat ISO 9000:2008 Atribut Sistem Pelayanan Terpadu Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei yang dilakukan pada populasi, tetapi data yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Populasi penelitian ini adalah pelayanan perizinan yang diselenggarakan oleh Kementerian Negara Republik Indonesia di Jakarta. Adapun sampel yang diambil untuk menjadi subjek penelitian adalah pelayanan perizinan pada 18 (delapan belas) Kementerian yang memiliki kewenangan menyelenggarakan pelayanan perizinan. Teknik pengambilan sampel memakai teknik purprosive sampling dan Judgment Sampling. Peneliti mendatangi Kementerian yang menyelenggarakan pelayanan perizinan. Peneliti juga mendatangi langsung ke pengguna layanan, untuk kemudian di-inventarisir unit layanan mana saja dan dibawah unit eselon I mana yang menyelenggarakan perizinan tersebut baik unit layanan terpadu satu pintu/atap maupun tidak. Dari tingkat eksplanasinya penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode evaluasi. Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif yaitu dengan mengutamakan keterangan melalui angka-angka sehingga gejala-gejala penelitian diukur dengan menggunakan skala-skala. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi atau pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Berdasarkan variabel dan indikator yang telah ditetapkan peneliti maka diperoleh nilai maksimal/total sebesar 1000 dan dibagi ke dalam 3 (tiga) kategorisasi berdasarkan perolehan nilai yang diperoleh oleh masing-masing kementerian tersebut, kategorisasi yaitu: 115

136 Zona merah atau kepatuhan rendah (0-500), Zona kuning atau kepatuhan sedang ( , Zona hijau atau kepatuhan tinggi ( ). Berdasarkan hasil observasi pertama pada tanggal 13 Juni Tahun 2013 terhadap Kementerian tersebut, maka ditemukan bahwa Kementerian PU masih masuk dalam kategori zona merah. Dari upaya peningkatan publik yang dilakukan oleh Kementerian PU, maka hasil observasi kedua, Kementerian PU mengalami peningkatan sehingga berhasil masuk ke dalam zona hijau. Tabel 4.8 Perbandingan Nilai Antar Hasil Observasi I dan II Kementerian PU TANGGAL NILAI POSISI ZONA (1) (2) (3) (4) JUNI NOVEMBER Dari hasil observasi kedua Ombudsman Republik Indonesia sesuai tugas dan kewenangannya memberikan saran sebagai berikut: Bagi Unit Pelayanan Publik di Kementerian yang menjadi sampel yang belum mengumumkan Maklumat Pelayanan agar segera mengumumkan sebagai janji penyelenggara kepada masyarakat untuk menyelenggarakan pelayanan sesuai standar pelayanan yang telah ditetapkan, yang terdiri dari: SOP, Alur Pelayanan, Standar Waktu Penyelesaian Pelayanan, Persyaratan Pelayanan dan Biaya/Tarif (termasuk pelayanan gratis) sebagai salah satu bentuk akuntabilitas pelayanan publik guna mendorong percepatan peningkatan kualitas pelayanan. Unit Pelayanan Publik di Kementerian yang menjadi sampel yang masuk zona hijau agar mempertahankan dan terus berinovasi dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik. Unit Pelayanan Publik di Kementerian yang menjadi sampel yang masuk zona kuning agar terus berupaya melengkapi kekurangan-kekurangan untuk mencapai standar sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. 3) Upaya Meningkatkan Pelayanan Publik Menyikapi hasil identifikasi tingkat kepatuhan Kementerian dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang 116

137 dilakukan Ombudsman Republik Indonesia, Kementerian PU mengapresiasi upaya Ombudsman dalam rangka memperbaiki pelayanan publik di Indonesia. Kementerian PU menyadari masih ada kekurangan dalam pelayanan yang diberikan kementerian PU untuk masyarakat. Hingga saat ini Kementerian PU masih berupaya keras melakukan reformasi birokrasi agar kementerian PU dapat melayani dengan baik. Pertama, Kementerian PU membangun integritas diantara para pegawai Kementerian PU dalam mewujudkan layanan publik yang berkualitas, mudah, transparan serta bebas dari pungli dan gratifikasi. Melalui integritas ini diharapkan akan terbentuk mental pelayan publik yang amanah, jujur dan profesional. Kedua, Kementerian PU juga membangun sistem pelayanan perizinan berbasis online. Melalui inovasi ini diharapkan proses layanan dapat diselenggarakan dengan lebih mudah, cepat dan mengurangi potensi pungli-gratifikasi karena berkurangnya kontak langsung dengan penerima layanan. Ketiga, Kementerian PU memperbaiki dan melengkapi prasarana dan sarana yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan layanan publik yang berkualitas, seperti memasang alat-alat peraga persyaratan pelayanan, informasi standar biaya pelayanan, Standar Operasional Prosedur (SOP), maklumat pelayanan, visi dan misi Kementerian PU, kartu nomor antrian, penyediaan sarana pengaduan (seperti: menunjuk pejabat pengelola pengaduan masyarakat, kotak pengaduan, nomor telepon dan pengaduan serta informasi prosedur pengaduan), penyediaan ruang laktasi (ruang ibu menyusui) dan penggunaan pakaian seragam khusus serta katu identitas (ID card) bagi petugas loket. Perbaikan yang telah dilakukan dalam upaya peningkatan pelayanan publik di Kementerian PU, hal ini terkait dengan perizinan perwakilan BUJK asing. Beberapa hal yang menjadi point penilaian Ombudsman terkait perbaikan, antara lain: Persyaratan penilaian: Peraturan Menteri PU No. 5 Tahun 2011 tentang pedoman persyaratan pemberian izin perwakilan badan usaha jasa konstruksi asing Jangka watu penyelesaian: jangka watu penyelesaian izin baru 16 hari kerja, jangka waktu penyelesaian perpanjangan izin 16 hari kerja, jangka waktu penyelesaian menjadi 13 hari kerja, jangka waktu penyelesaian penutupan izin 13 hari kerja. layanan: sudah dipajang di ruang layanan menjadi satu satu kesatuan dengan dokumen checklist perizinan, diantaranya; i) Prosedur pelayanan izin baru izin perwakilan badan usaha jasa konstruksi asing; ii) Prosedur 117

138 pelayanan perpanjangan izin perwakilan badan usaha jasa konstruksi asing; ii) Prosedur Pelayanan Ganti Data Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing; iv) Prosedur Pelayanan Penutupan Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing di Indonesia. Alur pelayanan: sudah dipajang pada ruang layanan dan tersedia pada sistem informasi pembina jasa konstruksi, diantaranya; i) Alur Pelayanan Izin Baru Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing; ii) Alur Pelayanan Perpanjangan Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing; iii) Alur Pelayanan Ganti Data Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing; iv) Alur Pelayanan Penutupan Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing di Indonesia. Ruang tunggu: sudah tersedia ruang tunggu Pendingin ruangan/ac: sudah tersedia Tempat duduk: sudah tersedia Ketersedian jenis layanan publik: sudah tersedia Sarana antrian: sudah tersedia Toilet/wc: sudah tersedia Maklumat pelayanan: sudah tersedianya dan dipasang, yakni komitmen penyelenggaraan perizinan untuk melaksanaan layanan perizinan sesuai dengan peraturan yang berlaku Sistem informasi standar pelayanan: a. layanan informasi perizinan, b. sistem informasi pembina jasa konstruksi (SIPJAKI) pada www. jasakonstruksi.net Sikap dan perilaku pegawai dalam memberikan pelayanan: baik Unit pelayanan tersebut mempunyai unit khusus pengolaan pengaduan: sudah tersedia Kotak saran dan pengaduan: sudah tersedia Pejabat pengelola pengaduan: saran dan pengaduan dikelola oleh pusat komunikasi publik yang akan diteruskan kepada kepala pusat pembinaan usaha dan kelembagaan Loket pengaduan/ruang pengaduan: tersedia Informasi telepon pengaduan: Informasi pengaduan: pu.go.id Informasi prosedur pengaduan: Pengelolaan saran dan pengaduan di Kementerian PU berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 323/PRT/M/2005 tentang Tata Cara Penanganan Masukan Dari Masyarakat di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum 118

139 Informasi pengelolaan pengaduan yang dipajang diruang pengelola pengaduan dan atau di ruang pelayanan Ruang khusus menyusui/hamil/manula: sudah terdapat ruang khusus ibu menyusui di setiap gedung utama Kementerian PU Aksesibilitas pengguna layana berkebutuhan khusus: terdapat fasilitas yakni toilet, serta jalur khusus untuk penggunan layanan kebutuhan khusus Visi: sudah ada dan di pajang Misi: sudah ada dan akan dipasang. Memiliki sertfikat ISO 9001:2008 dalam menyelenggarakan pelayanan publik: dalam proses, saat ini telah ada SMM Petugas pelayanan menggunakan seragam: setiap petugas telah menggunakan seragam untuk hari tertentu, Kementerian PU belum memiliki seragam resmi kerena membutuhkan approve dari KemenPAN Petugas penyelenggaran pelayanan menggunakan ID: setiap pegawai di Kementerian PU diwajibkan menggunakan ID card tanda pengenal PU. 4) Hasil dan Tindak Lanjut Pencapaian Road Map RB PU Tahun 2014 Pada tahun 2013 telah ditetapkan 13 Standar Pelayanan pada unit kerja di lingkungan Kementerian PU dan 31 lainnya hingga saat ini masih dalam proses perumusan kebijakan di Biro Hukum. Dari 13 standar pelayanan tersebut, 3 diantaranya telah yaitu Setditjen Penataan Ruang, Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Ditjen Cipta Karya dan Pusdata ditetapkan maklumat dan standar pelayanan publik. Hasil dan tindak lanjut pencapaian Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: 119

140 Tabel 4. 9 Hasil dan Tindak Lanjut Pencapaian Target Kelompok Kerja dalam Road MAap Reformasi Birokrasi Kementerian PU Tahun 2014 H NO PROGRAM/ KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT (1) (2) (3) (4) PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK 1 Penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing kementerian. Penetapan maklumat dan standar pelayanan untuk 3 (Setditjen Penataan Ruang, Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Ditjen Cipta Karya dan Pusdata) dari 13 pelayanan publik (1 Tata Ruang, 2 Bina Marga, 1 SDA, 1 BPJT, 1 CK, 1 Bapekon, 4 Balitbang, dan 2 Setjen) Penetapan standar pelayanan untuk infrastruktur fisik pada penyelenggaraan pelayanan publik di Kementerian PU 2 Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Hasil program pemberdayaan/partisipasi masyarakat (Pamsimas, Sanimas, P3A, PNPM Mandiri) Peningkatan fungsi pembinaan dalam pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan program partisipasi masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan b. Pembelajaran dan Langkah Tindak Proses penyusunan standar pelayanan memerlukan upaya konsolidasi dari berbagai Kelompok Kerja Reformasi Birokrasi (POKJA RB), yaitu terkait dengan Penguatan Kapasitas SDM untuk menilai kompetensi pelaksana, terkait Penguatan Pengawasan untuk penanganan pengaduan, saran dan masukan dari penerima manfaat, peringkatan penerapan SOP untuk penerapan sistem mekanisme dan prosedur, dan peningkatan kapasitas dan akuntabilitas organisasi untuk jaminan keamanan. Proses penyusunan Standar Pelayanan tidak terlepas dari peran kerjasama Pokja Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, dengan Pokja Penataan dan Penguatan Organisasi dan Tatalaksana, Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, Penguatan Pengawasan, dan Penguatan Akuntabilitas Kinerja. Kunci kesuksesan dalam tahap ini adalah pada tingginya intensitas interaksi dan koordinasi antar Pokja sehingga proses penyusunan dan penetapan Standar Pelayanan dapat dengan cepat dituntaskan. Terdapat gap antara target dan realisasi dalam RB PU, dimana saat ini maklumat dan standar pelayanan yang ditetapkan baru 3 dari 13 pelayanan publik (1 Tata Ruang, 2 Bina Marga, 1 SDA, 1 BPJT, 1 CK, 1 Bapekon, 4 Balitbang, dan 2 Setjen). Ini karena kurangnya kesadaran dan pemahaman akan esensi pelayanan publik dari pimpinan unit kerja. 120

141 Sesuai dengan dokumen usulan/road map RB PU, salah satu sasaran yang perlu dilaksanakan sebagai baseline penerapan standar pelayanan oleh suatu unit pelayanan public adalah perlu dilakukannya suatu evaluasi (audit) terkait dengan kapasitas organisasi (UPT/ Balai) dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya dalam menyelenggarakan pembangunan infrastruktur PU dan permukiman. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah kapasitas organisasi sekarang ini masih sanggup menangani beban kerja yang tinggi dengan hasil yang optimal Hasil dari evaluasi ini akan memberikan masukan bagi upaya penguatan Unit Pelayanan Publik. Penguatan unit kerja pelayanan harus dilakukan melalui upaya perbaikan (restrukturisasi) unit organisasi maupun perbaikan tata kelolanya. Berbagai upaya perlu dilakukan, diantaranya melalui penetapan quick wins Kementerian PU yang direncanakan untuk menghasilkan momentum awal yang positif dan juga meningkatkan kepercayaan aparatur Kementerian PU untuk selanjutnya melaksanakan reformasi birokrasi secara konsisten dan berkelanjutan. Hasil dari quick wins, ini akan menjadi model penguatan bagi unit pelayanan publik dalam rangka menghasilkan suatu dokumen penguatan unit pelayanan publik yang meliputi penguatan SDM, tata laksana, peraturan per-uu-an, pengawasan, dan lain-lain. B. Manajemen Kementerian Pekerjaan Umum Kementerian PU memiliki tugas dan fungsi yang mendukung pencapaian visi Kementerian yaitu: Tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025, yang dalam pelaksanaannya, tetap mengacu pada prioritas pembangunan nasional sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN yaitu: (1) Reformasi birokrasi dan tatakelola; (2) Bidang kesehatan;(3) Penanggulangan kemiskinan;(4) Ketahanan pangan;(5) Pembangunan infrastruktur;(6) Iklim investasi dan iklim usaha;(7) Lingkungan hidup dan pengelolaan bencana;dan(8)pembangunan daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pasca konflik. Disamping hal-hal tersebut di atas, Kementerian PU mendapatkan tugas tambahan yang muncul sebagai dampak dari perkembangan lingkungan strategis, namun masih dalam ruang lingkup bidang tugas Kementerian, diantaranya yaitu: Mendukung master plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI); Mendukung master plan percepatan penanggulangan kemiskinan Indonesia (MP3KI); Mendukung percepatan pembangunan Papua, Papua Barat, dan NTT; Peningkatan ketahanan pangan; Penanganan transportasi kota-kota besar, mendukung kawasan ekonomi khusus (KEK); dan Mendukung ekonomi kreatif 121

142 Dengan adanya tugas-tugas tambahan tersebut, diikuti dengan meningkatnya dana yang harus dikelola oleh Kementerian PU. Peningkatan dana ini cukup signifikan yaitu padata 2010, Kementerian PU mengelola dana sebesa rrp 37,77 trilyun, meningkat sebesar 50,67%, padata 2011 sehingga menjadi sebesar Rp56,91 trilyun. Pada TA 2012 naik sebesar 32,67% menjadi Rp.75,50 trilyun. TA 2013 pagu anggaran naik 14,64% menjadi Rp.86,56 trilyun. Sementara untuk TA 2014 Pagu Anggaran Kementerian PU sebesar Rp 85,16%, lebih kecil 2,76% dari tahun anggaran sebelumnya. Tabel 4.10 Progres Keuangan Kementerian PU Tahun NO URAIAN TAHUN ANGGARAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 PAGU Realisasi Progress Keuangan 4 Progress Fisik 86,90 89,84 90,09 93,12 92,69 92,81 92,51 94,62 Gambar 4.3. Progres Keuangan Kementerian PU Tahun Memperhatikan tugas fungsi yang cukup berat dengan jumlah anggaran yang dikelola 122

143 cukup tinggi, maka untuk dapat menjaga bahkan untuk meningkatkan kinerja Kementerian, Kementerian perlu mengambil langkah-langkah terobosan dalam manajemen internal Kementerian. langkah terobosan dimaksud sebagaimana dijelaskan dalam paragraf-paragraf berikut: 1. Pengembangan E-Procurement a. Pencapaian Outcome Kementerian PU telah menyusun, mengembangkan dan menerapkan E-Government dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik (Electronic Procurement) yang berpotensi meningkatkan efektivitas, efisiensi dan juga transparansi. Pada awalnya, penyelenggaraan E-Procurement Kementerian PU hanya berinisiatif untuk meningkatkan transparansi anggaran karena adanya tuntutan keterbukaan dari publik, hingga saat ini berkembang menjadi kebutuhan untuk melakukan monitoring dan evaluasi guna memperlancar dan mempercepat proses pembangunan infrastruktur ke-pu-an. Dengan proses lelang yang cepat maka semakin cepat juga pekerjaan dapat diselesaikan dan semakin cepat pula manfaat dari infrastruktur ke- PU-an tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat. Sejarah Kementerian Pekerjaan Umum telah memulai pelaksanaan E-Procurement secara bertahap sejak tahun 2002 hingga saat ini. Tahapan pelaksanaan E-Procurement di Kementerian PU dapat dilihat di Tabel berikut ini: Tabel 4.11 Pengembangan E-Procurement dari waktu ke waktu No Tahun Pelaksanaan E-Procurement (1) (2) (3) Semi E-Procurement uji coba 1 paket, selainnya Copy To Internet (CTI) Semi E-Procurement uji coba 60 paket, selainnya CTI Semi E-Procurement: Pusat + DKI Jakarta, selainnya CTI Semi E-Procurement: Seluruh P. Jawa, selainnya CTI Semi E-Procurement: P. Jawa + 7 Provinsi lainnya (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawasi Selatan, Gorontalo dan Bali), selainnya CTI Semi E-Procurement: P. Jawa + 15 Provinsi lainnya (Sumut, Sumbar, Sumsel, Kaltim, Sulsel, Gorontalo, Bali, NAD, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Kalsel, Sulut, NTB), Uji Coba Semi E-Procurement Plus: Pusat, selainnya CTI 123

144 No Tahun Pelaksanaan E-Procurement (1) (2) (3) Semi E-Procurement: P. Jawa + 26 Provinsi lainnya (Sumut, Sumbar, Sumsel, Kaltim, Sulsel, Gorontalo, Bali, NAD, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Kalsel, Sulut, NTB, Kepri, Babel, Kalbar, Kalteng, Sultra, Sulteng, NTT, Maluku, Malut, Papua, Irjabar) Semi E-Procurement plus: Pusat & DKI Jakarta, selainnya CTI Semi E-Procurement: Provinsi di luar Pulau Jawa Semi E-Procurement Plus: Pusat, dan Pulau Jawa: semi E-Procurement plus, selainnya CTI Semi E-Procurement plus: Pusat dan Pulau Jawa + 4 Provinsi (Riau, Kalsel, Gorontalo dan Bali) Semi E-Procurement. Di luar yang ditetapkan melaksanakan semi plus, selainnya CTI Full E-Procurement diterapkan di 24 provinsi, yaitu: DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Semi E-Procurement diterapkan di 9 provinsi yaitu: Bengkulu, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Tidak ada CTI. b. Pembelajaran dan Tindak Lanjut : Terdapat berbagai kendala dan isu yang dihadapi di Kementerian PU, antara lain: Regulasi Pada saat awal implementasi E-Procurement tidak ada payung hukum yang kuat untuk melaksanakan E-Procurement. Sumber Daya Manusia (SDM) Terdapat dua jenis SDM yang berinteraksi dalam E-Procurement yaitu panitia/ kelompok kerja pengadaan dan penyedia jasa. Resistensi berasal dari pihak yang merasa dirugikan dalam pelaksanaan E-Procurement. Teknologi Pada saat awal akses Internet belum tersebar luas dan juga kecepatan akses internet masih terbatas. Strategi implementasi yang dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dan memperlancar proses pelaksanaan E-Procurement, diantaranya: 124

145 Regulasi Penerbitan regulasi dari internal Kementerian PU untuk mengatur dan mendukung pelaksanaan E-Procurement, berupa Peraturan Menteri, Keputusan Menteri dan juga Surat Edaran. Tidak ada sanksi secara implisit yang disebutkan dalam regulasi-regulasi tersebut mengenai penerapan E- Procurement. Penerapan bertahap Tujuan penerapan proses elektonik secara bertahap adalah menurunkan tingkat resistensi dan meningkatkan tingkat aksesibilitas. Ada dua hal pentahapan yang dilakukan Kementerian PU yaitu pentahapan dari proses elektronik dan cakupan wilayah pelaksanaan sistem E-Procurement. Proses Elektronik, tedapat tiga jenis sistem E-pocurement. Copy To Internet (CTI) yaitu kegiatan penayangan seluruh proses dan hasil pengadaan barang/jasa, ditayangkan melalui internet (sistem lelang) oleh panitia/kelompok kerja pengadaan. Semi E-Procurement yaitu kegiatan pengadaan barang/jasa yang sebagian prosesnya dilakukan melalui media elektronik (internet) secara interaktif antara pengguna jasa dan penyedia jasa dan sebagian lagi dilakukan secara manual (konvensional). Semi E-Procurement Plus/Full E-Procurement yaitu kegiatan pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara interaktif antara pengguna jasa dengan penyedia jasa melalui media elektronik (internet) termasuk pemasukan penawaran dari penyedia jasa. Cakupan Wilayah Cakupan wilayah pelaksanaan E-Procurement diperluas dari waktu ke waktu disesuaikan dengan kondisi infrastruktur jaringan Internet dan juga kondisi (SDM). Sosialisasi yang dilakukan secara berkala dari sisi kebijakan dan teknis pelaksanaan E-Procurement dengan semua pihak yang terlibat, untuk mendapatkan cara pandang yang seragam tentang pelaksanaan E-Procurement sehingga memperlancar proses pengadaan barang dan jasa serta merupakan sarana transfer knowledge kepada para personel baru yang ditugaskan karena proses mutasi/perpindahan pegawai. Pembagian Tugas diantara unit eselon I di lingkungan Kementerian PU mengenai pelaksanaan E-Procurement: Sekretariat Jenderal Pusat Pengolahan Data (Pusdata) sebagai pengembang dan juga pemelihara sistem E- Procurement. Badan Pembina Konstruksi (Bapekon) sebagai pembina pelaksanaan 125

146 Proses sosialisasi dan training E-Procurement bagi penyedia jasa. Masing-masing Unit Eselon I sebagai pembina pelaksanaan sosialisasi dan training E-Procurement bagi panitia/kelompok kerja pengadaan. Pengisian Data Proses pengisian data E-Procurement dimulai dari pengisian info umum sampai dengan proses penunjukan pemenang. Pengisian data info umum dilakukan sekitar bulan Oktober sehingga proses pelelangan sudah dapat dilakukan pada bulan November. Pendaftaran kode akses Proses pendaftaran kode akses bagi panitia/kelompok kerja dan penyedia jasa dilakukan secara online agar lebih efektif dan efisien. Hal ini dapat menghemat biaya dan waktu. Pemantauan dan Evaluasi Proses pelelangan yang dilakukan Kementerian PU dipantau secara periodik agar masyarakat mendapatkan hasil yang maksimal yaitu tersedianya infrastruktur ke-pu-an yang tepat waktu. Proses dapat di monitor oleh para pengambil keputusan di lingkungan Kementerian PU (tingkat eselon I) setiap saat. Sistem yang digunakan harus user friendly dan aman (berbasis web, sistem terpusat, transparansi dan terintegrasi dalam satu domain ( pu.go.id), tidak dipungut biaya serta sistem menjaga keamanan dan menjamin kerahasiaan informasi yang di dalamnya). Beberapa keberhasilan pelaksanaan E-Procurement di Kementerian PU: Jumlah Paket dan Nilai Paket Setiap tahunnya sistem E-Procurement Kementerian PU meningkat dalam melelangkan jumlah paket kegiatan seperti dalam tabel berikut ini: Tabel 4.12 Tampilan Jumlah Paket Per-tahun Dalam E-procurement Tahun JUMLAH Paket NILAI (DALAM TRILIUN) (1) (2) (3) , ,17 Jumlah Pengguna Sistem E-Procurement PU setiap tahunnya diakses lebih dari dua puluh ribu pengguna dengan jumlah kunjungan setiap bulannya kurang lebih satu juta kunjungan. 126

147 Tabel 4.13 Tampilan Jumlah Pengguna Sistem E-procurement Per-tahun Tahun PANITIA/KELOMPOK KERJA Paket JUMLAH PESERTA (1) (2) (3) Jumlah Penyedia Jasa yang Terdaftar Jumlah penyedia jasa yang mendaftar di sistem E-Procurement PU terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, meningkatnya partisipasi yang tinggi dari para pihak yang terkait E-Procurement. Tabel 4.14 Tampilan Jumlah Penyedia Jasa dalam E-Proc Tahun Jenis Jasa Jumlah Perusahaan (1) (2) (3) 2013 Konstruksi Konsultansi Non Konstruksi TOTAL Efisiensi Efisiensi dapat terjadi dengan adanya proses elektronik. Tingkat efisiensi dapat dilihat dari segi waktu dan biaya. Efisiensi Waktu, adalah: Penyelesaian proses lelang Data E-Procurement menunjukkan bahwa jumlah pelelangan yang diselesaikan kurang dari 45 hari adalah sekitar 50% dari seluruh paket yang diumumkan melalui sistem E-Procurement. Jumlah pelelangan yang diselesaikan atara hari adalah 26% sedangkan lebih dari 60 hari adalah 23% yang merupakan porsi terkecil. Dari data ini dapat dikatakan bahwa E-Procurement dapat membantu mempercepat proses pelelangan. Penghematan waktu segi transportasi. Dengan adanya E-Procurement penyedia jasa cukup duduk di depan komputer yang terhubung ke Internet untuk mencari informasi, melakukan pendaftaran dan penyampaian dokumen. 127

148 Efisien Biaya meliputi: Anggaran untuk transportasi bagi penyedia jasa jika ingin mendaftar dan mengambil/melihat dokumen-dokumen lelang pada suatu proses pengadaaan, karena proses-proses tersebut dilakukan melalui sistem online. Biaya penggandaan dokumen lelang cukup di-upload untuk didownload oleh penyedia jasa. Biaya penggandaan dokumen penawaran tidak perlu dibuat rangkap 3, cukup hanya meng-upload 1 dokumen penawaran saja ke dalam sistem. Apresiasi dari pihak luar Kinerja E-Procurement Kementerian PU juga dinilai dari para pihak di luar pemerintahan, diantaranya adalah: Penghargaan berturut-turut dari tahun 2004 hingga 2011 untuk situs Kementerian PU (PU-NET) dari Warta Ekonomi sebagai peraih E-government Award salah satunya karena transparansi yang ditampilkan dari E- Procurement. LSM Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) mengapresiasi bahwa PU-NET sebagai situs Kementerian yang terbaik dalam menerapkan transparansi anggaran dibandingkan 40 Kementerian/Lembaga Negara lain. Tingkat Resistensi yang Rendah. Dari sembilan tahun pelaksanaan E-Procurement Kementerian PU tercatat hanya ada satu asosiasi penyedia jasa pada satu provinsi yang menolak pelaksanaan E-Procurement yaitu dari sebuah asosiasi pengusaha konstruksi di Provinsi Bangka Belitung pada tahun Tingkat resistensi yang rendah ini merupakan suatu keberhasilan tersendiri dalam pelaksanaan E-Procurement. Hal ini dikarenakan adanya penerapan yang bertahap dari E-Procurement sehingga penyedia jasa dapat beradaptasi dari cara manual ke elektonik dengan mudah. Tantangan ke depan pelaksanaan E-Procurement diantaranya: Peningkatan kecepatan akses. Salah satu tantangan dalam pelaksanaan E-Procurement adalah kecepatan akses internet yang belum merata. Untuk mengatasi hal ini perlu adanya akses jaringan dengan kecepatan yang sama antara pusat dan daerah. Jaminan bank dalam proses lelang jaminan-jaminan dalam proses E-Procurement masih dalam bentuk konvensional yang perlu pengecekan ke pihak penerbit jaminan-jaminan tersebut. 128

149 Tanda tangan digital Peningkatan keamanan dengan menggunakan tanda tangan digital (digital signature) (Youd, 1996). Kendala terhadap penggunaan tanda tangan digital adalah tidak adanya Certificate of Authority (CA) yang dapat menerbitkan Digital Certificate. 2. Perencanaan Penganggaran Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara sebagai bagian dari upaya reformasi bidang keuangan negara, maka secara bertahap harus dilakukan perubahan dalam sistem anggaran negara. Beberapa perubahan arah kebijakan yang harus dijadikan sebagai dasar dalam penyelenggaraan sistem anggaran negara, sebagai berikut: Anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting),agar dapat terjamin hubungan yang lebih jelas antara tujuan, sasaran, program, dan kegiatan instansi pemerintah. Sistem anggaran terpadu (unified budgeting); agar terjamin efisiensi dan efektivitas dengan melakukan perubahan anggaran belanja negara yang sebelumnya terdiri dari anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan menjadi system yang bersifat terpadu (unified system). Kerangka pengeluaran berjangka menengah (medium term expenditure framework/mtef), agar terwujud keterkaitan antara proses perencanaan dengan penganggaran, dan mengarah kepada pengalokasian sumber daya yang lebih rasional dan strategis. Untuk melaksanakan perencanaan penganggaran yang efektif dan efisien, Kementerian PU telah merancang dan melaksanakan kegiatan sebagai berikut: a. Pelaksanaan Konsultasi Regional Konsultasi Regional (Konreg) merupakan forum untuk mengkoordinasikan dan membahas persiapan penyusunan program pembangunan infrastruktur PU dan permukiman tahunan. forum ini dipergunakan untuk mensinergikan sumber daya Pemerintah Pusat dan Daerah penyelenggaraan Bidang Pekerjaan Umum dan berbagai sektor lainnya berdasarkan Tata Ruang Wilayah. Sinkronisasi dilaksanakan untuk menyelaraskan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (RENJA KL) dengan rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi/ Kabupaten/Kota, termasuk pembiayaan Dana Perimbangan, Dana Alokasi Khusus, dan pembiayaan Dekonsentrasi serta Tugas Pembantuan. 129

150 Gambar 4. 4 Skema Konsultasi Regional b. RPIJM Pengembangan mekanisme perencanaan dengan menggunakan format Rencana dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) bidang PU sebagai dokumen perencanaan dan penganggaran pembangunan yang mengintegrasikan program Kementerian dengan Daerah maupun dengan Dunia Usaha dan Masyarakat. RPIJM dapat kita gunakan sebagai dasar untuk penyusunan program tahunan dalam rangka mengoptimalkan berbagai sumber pendanaan baik dari pemerintah, pemerintah daerah, maupun dunia usaha/masyarakat, termasuk optimalisasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan, serta kegiatan yang menggunakan anggaran DAK dan PAD. Mekanisme prencanaan dimulai dari tahap Musrenbangda di tingkat kabupaten/kota, provinsi, sampai Musrenbangnas. Dimana penyusunan dokumen RPIJM dikoordinasikan oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan koordinator pembangunan di daerah. 130

151 Gambar 4. 5 Mekanisme Perencanaan dan Penganggaran 3. Sistem Manajemen Kinerja Pengembangan sistem manajemen kinerja merupakan sistem perencanaan, pemograman, penganggaran, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi yang terintegrasi antara sistem perencanaan pembangunan nasional (SPPN), penganggaran berbasis kinerja (PBK) dan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP). Sistem tersebut siklus perencanaan kinerja, penetapan kinerja, pengukuran dan evalusi kinerja serta pelaporan kinerja yang merupakan basis penilaian kinerja organisasi. 131

152 Gambar 4. 6 Siklus Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dengan bergulirnya reformasi manajemen pemerintahan yang antara lain ditandai dengan terbitnya Inpres No. 7/1999, UU No. 25/2004, UU No 17/2003, UU No. 1/2004, UU No. 15/2004, UU No. 32 /2004, UU No. 33/2004, PP No 6/2006, PP No. 39/2006, PP No. 40/2006 dan peraturan lainnya maka penerapan manajemen yang berorientasi pada peningkatan kinerja seluruh aktifitas dalam lingkungan instansi pemerintah akan diukur dari sisi akuntabilitas kinerjanya, baik dari sisi kinerja individu, kinerja unit kerja dan kinerja instansi dan bahkan kinerja pemerintah secara keseluruhan Sistem kepegawaian yang berlaku di Kementerian PU belum memberikan perhatian yang memadai bagi pengelolaan kinerja para pegawai negeri sipilnya. Akibatnya kinerja PNS selalu bergerak pada tataran yang tidak memuaskan banyak pihak. Sekalipun dampak negatifnya telah terlihat jelas seperti lambatnya respon terhadap penangganan bencana alam, rendahnya kualitas pelayanan dasar kepada masyarakat, masih tingginya kasus pungutan liar, dan lain-lain, namun pendekatan yang sistematis terhadap peningkatan kinerja PNS dinilai masih berjalan di tempat. Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian dalam kenyataannya selama sembilan tahun terakhir terbukti belum mampu berfungsi sebagi key leverage bagi perbaikan sistem manajemen PNS khususnya perbaikan kinerja individu PNS. Dengan berbagai keterbatasan kebijakan dan perangkat peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian, beberapa pemerintah daerah telah mengambil inisiatif dan prakarsa untuk merumuskan pendekatan sendiri dalam pengelolaan pegawai negeri sipilnya. Sistem pengukuran kinerja dan penetapan tunjangan kinerja bagi pegawai negeri sipilnya adalah dua hal pokok yang telah diinisiasi oleh sejumlah pemerintah daerah untuk mengatasi kelemahan DP-3 dan sekaligus untuk memotivasi PNS. 132

153 Manajemen kinerja sesungguhnya perlu segera diimplementasikan bagi PNS khususnya untuk mereka yang memegang jabatan struktural dan jabatan fungsional umum. Untuk mendukung implementasi manajemen kinerja bagi PNS ini diperlukan beberapa strategi yaitu: (a) melakukan diseminasi manajemen kinerja kepada segenap stakeholder. Diseminasi ini dimaksudkan untuk membangun kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya pengelolaan kinerja PNS; (b) selama proses diseminasi berlangsung, dilakukan analisis jabatan dan analisisi beban kerja dalam rangka mendefinsikan tugas, pekerjaan, peran, tanggungjawab, tujuan, dan beban kerja setiap individu PNS; dan (c) menggalang dukungan politik untuk mengamandemen UU No. 43 Tahun Memperhatikan hasil-hasil temuan, ada beberapa hal yang bisa dijadikan rekomendasi untuk perbaikan, Antara lain: (1) agar dapat mengimplementasikan manajemen kinerja bagi PNS, perlu diperjelas tugas, pekerjaan, peran dan tanggung jawab masing-masing PNS dalam kaitannya dengan upaya pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian, setiap individu PNS memiliki peran, tanggungjawab dan tujuan yang jelas. Manajemen kinerja bagi PNS tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya jika hal-hal tersebut belum didefinisikan secara jelas. (2) Perlu dilakukan analisis kompetensi untuk setiap individu PNS. Analisis kompetensi ini penting dilakukan untuk memenuhi dua tujuan yaitu (a) untuk mengetahui kompetensi yang sesungguhnya dari setiap individu PNS karena kompetensi memiliki hubungan yang sangat erat dengan kinerja; (b). untuk keperluan penempatan PNS dalam jabatan. (3) Sebelum manajemen kinerja diimplementasikan, penempatan setiap individu PNS, khususnya dalam jabatan struktural maupun jabatan fungsional perlu disesuaikan dengan kompetensi. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa setiap PNS yang duduk dalam suatu jabatan tertentu adalah orang yang tepat. PNS yang menduduki suatu jabatan yang tidak sesuai dengan kompetensinya, tidak dapat diharapkan banyak untuk berkinerja tinggi. (4) Implementasi manajemen kinerja memerlukan dukungan perangkat peraturan perundang-undangan. 4. Sistem Manajemen Mutu Sistem Manajemen Mutu (SMM) adalah sistem manajemen organisasi untuk mengarahkan dan mengendalikan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dan non konstruksi di setiap unit kerja, unit pelaksana kegiatan dan penyedia jasa dalam hal pencapaian mutu. Kementerian PU telah mengatur hal ini sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu. Penerapan SMM selaras dengan tuntutan penyelenggaraan Reformasi Birokrasi di Kementerian PU. Kebijakan mutu Kementerian Pekerjaan Umum merupakan suatu kebijakan atau upaya guna menjamin ketersediaan infrastruktur yang handal bagi masyarakat dengan prinsip efektif dan efisien serta melakukan peningkatan mutu kegiatan secara berkelanjutan. Setiap unit yang akan menjalankan sistem manajemen mutu, maka perlu menyusun beberapa dokumen mutu, seperti Manual Mutu, Sasaran Mutu, Prosedur Mutu, Petunjuk 133

154 Pelaksanaan (PP), dan Instruksi Kerja (IK). Manual Mutu merupakan dokumen utama yang berisi kebijakan mutu dan sasaran mutu dari suatu unit yang akan menyelenggarakan sistem manajemen mutu. Di dalam mekanisme SMM, Standard Operating Prosedur (SOP) dinamakan Petunjuk Pelaksanaan sedangkan Juklak dan Juknis disebut sebagai Instruksi Kerja (IK). Di dalam SMM, seluruh dokumen mutu diselenggarakan melalui mekanisme yang baku dan mengikuti kaidah-kaidah manajemen, diantaranya yaitu dengan dibentuknya organisasi pengelola SMM yang meliputi Pimpinan Manajemen Puncak, Wakil Manajemen, Pengendali Dokumen dan Rekaman, Auditor Mutu Internal. Proses-proses manajemen yang diselenggarakan dalam SMM seperti pengendalian dokumen dan rekaman, pengendalian produk yang tidak sesuai, tindakan pencegahan dan korektif, pelaksanaan audit mutu, kegiatan rapat tinjauan manajemen (RTM). Setiap unit yang akan menyelenggarakan SMM, perlu menetapkan kebijakan mutu sebagai payung penyelenggaraannya. Sebagai contoh, pada unit penyelenggara teknis/konstruksi. Sementara itu, ilustrasi Kebijakan Mutu tersebut antara lain adalah: Melaksanakan Perencanaan dan Supervisi dengan Sukses, Bermanfaat bagi Masyarakat Luas dan Dapat Menjadi Kebanggaan di Lingkungan Kementerian PU. Sedangkan sasaran mutu Perencanaan dan Pengawasan adalah: Tersedianya detail engineering desain yang lengkap dan bermanfaat bagi pelaksana fisik/konstruksi sesuai dengan kebutuhan program. Terjaminnya pelaksanaan pengawasan/supervisi konstruksi yang sesuai dengan prosedur Sistem Manajemen Mutu dan terlaksananya Quality Assurance secara keseluruhan. Manajemen Mutu untuk meraih kinerja yang memuaskan pada ruang lingkup Perencanaan dan Pengawasan. Terpenuhinya Persyaratan atau Spesifikasi Produk yang telah ditetapkan. Penerapan Manajemen Mutu secara baik dan konsisten, pada pemerintahan diharapkan dapat memberikan konstribusi yang signifikan, baik terhadap staf, instansi, stakeholder dan masyarakat pada umumnya. Untuk mempertahankan suatu organasasi di era reformasi birokrasi diperlukan adanya manajemen mutu, ada beberapa manfaat yang dapat kita peroleh dari penerapan manajemen mutu diantaranya; memberikan pedoman dalam pendokumentasiann kegiatan. Hal ini agar dokumen-dokumen tersebut dapat dimanfaatkan oleh instansi agar kegiatan berlangsung lebih efektif dan efisien. C. Audit Organisasi Sebagai bagian dari pelaksanaan reformasi birokrasi, pada bulan Maret 2013 Wakil Presiden RI mengamanatkan untuk melaksanakan evaluasi/audit organisasi terhadap 16 Kementerian/Lembaga. Pertimbangan evaluasi organisasi pada 16 K/L ini antara lain karena K/L tersebut: (i) membidangi urusan pemerintahan strategis terkait dengan aspek 134

155 pemerintahan umum, pelayanan dasar, kesejahteraan rakyat, dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan; dan (ii) mempunyai daya ungkit (leverage) yang tinggi dalam mendorong pelaksanaan reformasi birokrasi. Di dalam menetapkan instrumen evaluasi ini, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menggunakan instrumen Fragmentasi, Diferensiasi, dan Tumpang Tindih untuk dapat mengurai kebutuhan untuk melakukan right sizing dan right function organisasi K/L. Dalam proses pelaksanaan evaluasi tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut: a) b) Terkait dasar hukum pembentukan organisasi, Kementerian PU dibentuk berdasarkan amanat UU No 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, yaitu sebagai kementerian yang ruang lingkupnya disebutkan dalam UUD Dengan kedudukan demikian maka Kementerian PU termasuk kementerian yang harus dibentuk. Pada tahap selanjutnya, struktur organisasi, tugas dan fungsi Kementerian PU ditetapkan dengan brelandaskan pada Peraturan Presiden RI Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara dan Peraturan Presiden RI Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. Sementara itu, bentuk organisasi Eselon I Kementerian PU telah mengikuti amanat Undang-Undang sektor ke-pu-an terkait Sumber Daya Air, Jalan dan Jalan Tol, Bangunan Gedung, Pengelolaan Sampah, Kawasan Permukiman, Air Minum, Tata Ruang, dan Jasa Konstruksi. Hal tersebut dapat dijelaskan seperti Direktorat Jenderal SDA mengemban amanat UU No 7 Tahun 2004, Direktorat Jenderal Bina Marga mengemban amanat UU No 38 Tahun 2004, Direktorat Jenderal Cipta karya mengemban amanat UU No 28 Tahun 2008, UU No 18 tahun 2008, UU No 1 Tahun 2011, UU No 20 tahun 2011, Direktorat Jenderal Penataan Ruang mengemban amanat UU No 26 Tahun 2007, Badan Pembinaan Konstruksi mengemban amanat UU No 18 tahun Sehingga hal ini membuat penggabungan antara eselon I eksisting tidak dimungkinkan mengingat mengemban amanat UU yang berbeda dengan tujuan masing-masing. Di dalam UU No 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, terdapat beberapa klasifikasi urusan pemerintahan yaitu: Urusan pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya secara tegas disebutkan dalam UUD 1945 Urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam UUD 1945 Urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintan. 135

156 Dengan demikian berdasarkan pembagian urusan diatas, seyogyanya kementerian dengan klasifikasi urusan pemerintahan pada butir c (berrsifat kebijakan) tidak boleh memiliki tumpang tindih dengan kementeiran yang termasuk dalam klasifikasi urusan pemerintahan pada butir a dan b. Apabila hal tersebut terjadi maka harus dilihat terlebih dahulu kewenangan pendelegasian pelaksanaan UU sektor ada pada K/L mana. c) Terkait dengan indikasi atas evalusi menggunakan fragmentasi, diferensiasi dan tumpang tindih, Kementerian Pekerjaan Umum diindikasi terjadi fragmentasi pada struktur organisasi dan tata kerjanya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Adanya potensi fragmentasi antar K/L dimungkinkan terjadi karena adanya interpretasi Undang-Undang sektor yang berbeda, serta kurang selarasnya peraturan perundangan yang lebih rendah yang digunakan oleh masingmasing K/L, sehingga diperlukan konsistensi dalam pelaksanaannya dan peraturan perundangan yang lebih rendah tersebut perlu direvisi; Adapun potensi fragmentasi antar Unit Kerja Eselon II di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum lebih cenderung pada interpretasi yang berbeda dalam pelaksanaannya. Sedangkan secara prinsip pembagian tugas dan fungsi tidak terjadi tumpang tindih. d) Dari hasil evaluasi organisasi ini, Kementerian PU mengusulkan penambahan unit eselon I yaitu Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang terdiri dari 3 (tiga) Eselon II yaitu: Pusat Pendidikan dan Pelatihan yang merupakan pengalihan tugas dan fungsi yang sudah ada serta penguatan kelembagaan dalam percepatan diklat pembentukan, diklat penjenjangan, diklat penyetaraan jabatan fungsional tertentu bidang ke-pu-an; Pusat Pengembangan Kompetensi dan Kinerja yang akan melaksanakan tugas dan fungsi sebagai unit yang melakukan asessment center bagi pegawai serta melakukan pemantauan kinerja; Pusat Pendidikan Keahlian Teknik disamping melakukan pembinaan internal Kementerian PU juga mempunyai tugas melakukan pembinaan teknis bidang ke-pu-an kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kompetensi SDM melalui pendidikan akademik yang dalam pelaksanaannya akan didesain secara khusus sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, disimpulkan bahwa Kementerian PU telah dibentuk sesuai amanat UUD 1945, sesuai dengan kebutuhan organisasi Kementerian Negara, disusun struktur 136

157 organisasinya mengikuti struktur yang sesuai, dan telah berbagi peran dengan K/L lain yang identik sesuai dengan porsi masing-masing. Penajaman selanjutnya hanya pada bagaimana persepsi terhadap pembagian tugas dan fungsi secara internal organisasi. D. Pengelolaan Sumber Daya Manusia 1. Latar Belakang Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dalam konteks tatakelola kepegawaian struktur, kualifikasi, dan kuantitas pegawai yang selama ini masih dianggap terlalu gemuk, menjadi perhatian serius untuk dilakukan pembenahan. Jika dilihat dari jumlah PNS secara nasional yang berjumlah sekitar orang (Data BKN Mei 2010) atau sekitar 2% dari total penduduk Indonesia, sesungguhnya masih sangat rasional jika dibandingkan dengan Malaysia, Singapura, atau bahkan negara-negara maju lainnya yang proporsinya berkisar antara 2,8 3,5% dari total populasi penduduknya. Akan tetapi, yang menjadi masalah di Indonesia adalah alokasi/persebaran yang tidak seimbang baik antar regional maupun antar fungsional (fungsi administratif yang masih mendominasi), dan kualitas yang masih jauh dari cukup untuk memenuhi tingkat produktivitas yang diharapkan. Kondisi ini berdampak pada terjadinya potensi mismanajemen baik di tingkat makro, meso maupun mikro. Pada tingkat mikro, di level Kementerian Pekerjaan Umum, jumlah pegawai yang berkisar orang per April 2014 ternyata ternyata masih perlu untuk dilakukan penataan ulang, redistribusi dan peningkatan kompetensi. Tentu saja, hal ini menjadi tantangan untuk menemukenali permasalahan krusial sehingga pembinaan SDM selanjutnya dapat lebih memperhatikan fungsi Kementerian PU dalam penyelenggaraan dan pembinaan infrastruktur nasional. Dengan bergesernya penyelenggaraan infrastruktur ke daerah, secara prinsip juga diperlukan pergeseran arah pengembangan SDM PU yang sebelumnya didominasi oleh SDM pelaksana pembangunan menjadi SDM pembina pembangunan yang membutuhkan kecakapan teknik lebih tinggi. Hal ini berimplikasi ke seluruh sendi-sendi manajemen SDM, mulai dari area perencanaan pegawai, penerimaan pegawai, orientasi pegawai, penempatan pegawai, pengembangan dan pembinaan pegawai, penilaian kinerja pegawai, dan persiapan pemberhentian pegawai. Penataan seluruh sendi manajemen SDM inilah yang perlu diagregasikan ke dalam sebuah blue print pengelolaan SDM PU, yang dapat memberikan panduan arah gerak pembinaan dan pengembangan SDM PU sampai dengan tahun 2025, yang secara simultan beriringan target dengan visi misi capaian reformasi birokrasi nasional. Visi pengelolaan SDM PU sampai dengan tahun 2025 dibagi menjadi 3 tahap pencapaian program, 5 tahunan yang dimulai tahun , , dan Dalam kurun pencapaian program 5 tahun pertama, sampai dengan tahun 2014 diharapkan SDM PU telah siap untuk tinggal landas mengimplementasikan arah reformasi birokrasi yang rencananya akan mulai dioperasikan secara penuh pada kurun waktu Sampai dengan tahun 2014, seluruh kegiatan yang tertuang dalam rencana kegiatan di 137

158 bidang SDM/kepegawaian telah dipersiapkan untuk mengisi slot yang akan dituangkan dalam Master Plan pengelolaan SDM PU. Berdasarkan pada kondisi di atas, maka sangat diperlukan sebuah Master plan Pengelolaan SDM Kementerian PU yang diharapkan dapat menjadi arah pengembangan SDM Kementerian Pekerjaan Umum di masa-masa yang akan datang, dan sinergitas tatakelolanya dapat terwujud secara harmonis dalam sebuah satu kesatuan visi dan misi yang sama dalam mewujudkan aparatur Kementerian PU yang profesional, handal, berintegritas tinggi, dan memiliki kualitas pelayanan prima kepada masyarakat. 2. Dinamika Lingkungan Strategis a. Isu Strategis dan Tantangan Pengembangan SDM Bidang Ke-PU-an Di dalam dokumen Perencanaan Strategis Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum disebutkan bahwa isu-isu strategis yang mengemuka terkait dengan pengelolaan SDM bidang ke-pu-an di antaranya adalah: Kualitas dan produktivitas SDM belum cukup memadai, sehingga. diperlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan pegawai yang dijiwai semangat kewirausahaan untuk menjadi basis bagi pelayanan publik yang berorientasi pada kepuasan pelanggan/pengguna; Diperlukan sinkronisasi dan koordinasi yang lebih baik dalam. perencanaan, implementasi, evaluasi program dan kegiatan pengelolaan dan pengembangan SDM bidang ke-pu-an; Diperlukan peningkatan dan rekayasa ulang terhadap tatakelola administrasi kepegawaian yang sejalan dengan isu pengembangan SDM dalam reformasi birokrasi dan RUU aparatur sipil negara; Dibutuhkan langkah-langkah reformasi birokrasi yang strategis, konkret dan terintegrasi, khususnya yang menyangkut aspek manajemen SDM dan manajemen kinerja; Diperlukan koordinasi internal yang kuat: antar fungsi manajemen, antarsub-bidang SDA, Bina Marga, Cipta Karya, Penataan Ruang, serta memenuhi prinsip-prinsip Good Governance; Pengelolaan yang birokratik dan belum inovatif (ala korporasi), masih bersifat manajemen proyek belum manajemen aset, masih terkesan hanya mengelola supply belum mengelola demand; Diperlukan reformasi peraturan perundang-undangan untuk. mendukung penyelenggaraan pelayanan administrasi bidang kepegawaian; Sedangkan tantangan yang menjadi perhatian dalam pembangunan aspek kelembagaan dan SDM di antaranya adalah: Peningkatan kebutuhan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman di berbagai wilayah dan kualitas pelayanannya kepada 138

159 masyarakat; Reformasi birokrasi dalam rangka mencapai 3 (tiga) strategic goals Kementerian PU, yaitu: kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi, kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan kontribusi bagi peningkatan kualitas lingkungan; Peningkatan koordinasi penyelenggaraan infrastuktur pekerjaan umum antar tingkatan pemerintahan dan antar pelaku pembangunan; Penyelenggaraan good governance yang efektif untuk mengimbangi tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pembangunan; Pengembangan kapasitas SDM Kementerian PU untuk mendukung perubahan peran Kementerian PU ke depan yang diharapkan berubah dari yang semula lebih dominan sebagai operator-regulator menjadi dominan regulatorfasilitator; Praktik penyelenggaraan ke-pu-an ke depan tidak lagi diwarnai oleh sistem yang birokratis, kurang fleksibel, dengan kapasitas inovasi dan kreativitas yang masih terbatas; Masih perlu ditingkatkannya kesadaran akan pentingnya pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN); Belum padunya persepsi pegawai di lingkungan kementerian dalam penerapan good governance; Perlunya peningkatan pengelolaan barang milik/kekayaan negara disesuaikan dengan Sistem Akuntabilitas Instansi (SAI) agar penilaian Badan Pemeriksa Kuangan (BPK) tidak berupa disclaimer of opinion (pernyataan menolak memberikan opini) akibat inventarisasi aset/barang milik negara belum memenuhi standar akuntansi yang berlaku; Perlunya peningkatan peranan Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kementerian PU sebagai policy instrument ministry dalam pengembangan dan pelaksanaan diklat-diklat pegawai Kementerian PU secara khusus dan secara umum di bidang pekerjaan umum dan permukiman lainnya; Kegiatan pengelolaan infrastruktur masih terkonsentrasi pada aspek pembangunan, belum memperhatikan aspek pemanfaatan dan pengembangan aset; Koordinasi dan kerjasama antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah ke depan akan semakin penting dalam menentukan keberlangsungan pengelolaan infrastruktur dan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan infrastruktur di daerah. 139

160 b. Profil Kepegawaian Gambar 4. 7 Jumlah PNS Kementerian PU, April 2014 Berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah PNS di lingkungan Kementerian PU dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.15 Jumlah PNS Kementerian PU Berdasarkan Tingkat Pendidikan, April NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH F (%) (1) (2) (3) (4) 1 SD 829 4,01 % 2 SLTP 905 4,38 % 3 SLTA ,55 % 4 D ,47 % 5 S1 / D IV ,35 % 6 S ,93 % 7 S3 71 0,34 % TOTAL % Sumber: Bagian Kepegawaian, Setjen, Kementerian PU Dari kondisi ini terlihat bahwa separuh pegawai PU memiliki pendidikan dibawah Sarjana. Hal ini membutuhkan pengembangan lebih lanjut mengingat dengan peran TUR, BIN, WAS yang lebih dominan maka kebutuhan SDM lebih mengarah pada fungsi administratur yang membutuhkan kualifikasi pendidikan lebih tinggi. 140

161 Jumah PNS (non CPNS) di Kementerian PU berbasis persebaran lokasi bekerja berdasarkan unit organisasi Eselon I (Satminkal) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.16 Jumlah PNS Kementerian PU Berdasarkan Unit Kerja, April 2014 NO UNIT JUMLAH F (%) (1) (2) (3) (4) 1 Sekretariat Jenderal ,08 % 2 Inspektorat Jenderal 220 1,07 % 3 Direktorat Jenderal Penataan Ruang 4 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 546 2,67 % ,80 % 5 Direktorat Jenderal Bina Marga ,57 % 6 Direktorat Jenderal Cipta Karya ,57 % 7 Badan Pembinaan Konstruksi 381 1,86 % 8 Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber: Bagian Kepegawaian, Setjen, Kementerian PU ,39 % % Melihat persebaran SDM diatas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi supporting diisi oleh 15 persen jumlah pegawai, sedangkan 85 persen sisanya mengisi formasi di unit core business, sehingga dapat disimpulkan dari persebarannya sudah ideal. Kementerian PU merupakan Kementerian teknis yang mempunyai 8 (delapan) Satminkal Eselon I di pusat dan 63 (enam puluh tiga) Unit Kerja Eselon II untuk memaksimalkan penyelenggaraan pembangunan infrastruktur bidang PU selain 32 UPT (Unit Pelaksana Teknis) yang dipimpin oleh pejabat setingkat Eselon II/b dan UPT Balai setingkat Eselon III/b di daerah. Dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di lingkungan Kementerian PU upaya-upaya peningkatan kualitas SDM terus dilakukan namun saat ini masih menunjukkan kondisi yang belum ideal. Secara umum tantangan yang dijumpai adalah: Perlunya penerapan standar kompetensi pada seluruh jabatan. Perlunya sistem asesmen dan penilaian kinerja individu pegawai yang obyektif, transparan dan akuntabel; Penerapan kode etik untuk meningkatkan integritas pegawai negeri; Optimalisasi sistem informasi pegawai yang akurat, transparan dan akuntabel; Pelaksanaan sistem pendidikan dan pelatihan pegawai berbasis kompetensi 141

162 yang mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki oleh seorang pegawai dan kompetensi yang dipersyaratkan oleh jabatan; Perlu segera mengintegrasikan proses perencanaan, pembinaan dan pengelolaan pengembangan sumber daya manusia ke dalam sebuah Grand Design dan Road map Pengembangan Pegawai; Optimalisasi pemanfaatan jabatan fungsional; Penerapan pengembangan sistem dan prosedur pengembangan karir pegawai (rotasi, mutasi, promosi). c. Arah Kebijakan Umum 1) Visi, Misi, dan Tujuan Kementerian PU Sebagaimana dokumen Perencanaan Strategik Kementerian PU, visi pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dalam rangka mencapai target jangka panjang adalah: Tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025 Untuk mencapai visi Kementerian PU 2025, ditetapkan misi Kementerian PU Tahun , yaitu: Mewujudkan penataan ruang sebagai acuan matra spasial dari pembangunan nasional dan daerah serta keterpaduan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman berbasis penataan ruang dalam rangka pembangunan berkelanjutan; Menyelenggarakan pengelolaan SDA secara efektif dan optimal untuk meningkatkan kelestarian fungsi dan keberlanjutan pemanfaatan SDA serta mengurangi resiko daya rusak air; Meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas wilayah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan penyediaan jaringan jalan yang andal, terpadu dan berkelanjutan; Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang layak huni dan produktif melalui pembinaan dan fasilitasi pengembangan infrastruktur permukiman yang terpadu, andal dan berkelanjutan; Menyelenggarakan industri konstruksi yang kompetitif dengan menjamin adanya keterpaduan pengelolaan sektor konstruksi, proses penyelenggaraan konstruksi yang baik dan menjadikan pelaku sektor konstruksi tumbuh dan berkembang; Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan serta Penerapan: IPTEK, norma, standar, pedoman, manual dan/atau kriteria pendukung infrastruktur 142

163 2) PU dan permukiman; Menyelenggarakan dukungan manajemen fungsional dan sumber daya yang akuntabel dan kompeten, terintegrasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance; Meminimalkan penyimpangan dan praktik-praktik KKN di lingkungan Kementerian PU dengan meningkatkan kualitas pemeriksaan dan pengawasan profesional. Sementara tujuan yang ingin dicapai oleh Kementerian PU dalam periode lima tahun ke depan adalah: Meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang untuk terlaksananya pengembangan wilayah dan pembangunan nasional serta daerah yang terpadu dan sinergis bagi terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan; Meningkatkan keandalan sistem jaringan infrastruktur pekerjaan umum dan pengelolaan sumber daya air untuk meningkatkan daya saing melalui pertumbuhan ekonomi nasional, ketahanan pangan, ketahanan air dan ketahanan energi; Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan infrastruktur dasar bidang permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; Meningkatkan kapasitas pengawasan pengendalian pelaksanaan, dan akuntabilitas kinerja untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pelayanan publik bidang pekerjaan umum; Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM aparatur dan jasa konstruksi serta penelitian dan pengembangan bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk meningkatkan kinerja pelayanan bidang pekerjaan umum dan jasa konstruksi. Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan SDM Kementerian PU Visi pengembangan SDM Kementerian PU secara esensial dapat dilihat dari makna elaboratif dari Visi Sekretariat Jenderal Kementerian PU, yang tugas dan fungsi utamanya adalah Memberikan Dukungan Manajemen bagi Penyelenggaraan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang Berkualitas, Bersih, dan Terdepan. 143

164 Gambar 4. 8 Visi Pengembangan SDM Kementerian PU Berkualitas dari visi tersebut merupakan fungsi dari SDM yang memiliki kompetensi tinggi dan produktif, yang didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana kerja yang memadai. Bersih merupakan fungsi dari etos kerja dan komitmen yang tinggi dari aparatur, sikap mental yang taat asas, dan adanya lingkungan kerja yang kondusif dan tata kelola yang baik (good governance). Misi pengembangan SDM yang ada di Sekretariat Jenderal merupakan refleksi dari Perwujudan Manajemen Fungsional dan Sumberdaya yang Profesional, Akuntabel, dan Inovatif untuk Mendukung Penyelenggaraan bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Profesional maksudnya adalah bahwa dalam rangka melaksanakan fungsi-fungsi manajemen (fungsional maupun sumberdaya), sumberdaya manusia yang ada akan mampu menghasilkan produk, jasa, proses, dan penciptaan lingkungan yang kondusif dalam rangka mendukung administrasi bagi penyediaan, pemeliharaan infrastruktur sesuai dengan harapan dari pengguna jasa pelayanan. Profesional disini diharapkan mampu menjawab perlunya peningkatan dimensi kualitas. Akuntabel maksudnya adalah institusi harus mampu bertanggung-gugat kepada pihak-pihak yang terpengaruh oleh keputusan atau tindakan yang dijalankan. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip tranparansi dan penegakkan hukum. Setidaknya, prinsip akuntabilitas dalam misi ini akan mampu menjawab atas dimensi bersih yang dimaksudkan dalam visi. Inovatif maksudnya adalah institusi maupun individu yang ada mampu membawa pembaharuan dan pencerahan. 144

165 Gambar 4. 9 Misi Pengembangan SDM Kementerian PU Sedangkan tujuan pengembangan SDM yang ada di Sekretariat Jenderal sebagai unit yang bertanggungjawab dalam pengembangan SDM adalah sebagai berikut: Manajemen fungsional di bidang pekerjaan umum dan penataan ruang yang integratif, transparan dan akuntabel; Manajemen sumberdaya yang dapat mendorong peningkatan kinerja produktivitas dan profesionalitas SDM serta pengembangan kelembagaan yang efektif dan efisien; Pelayanan administrasi pimpinan yang prima dan penyediaan informasi publik yang akurat dan handal. Gambar Tujuan Pengembangan SDM Kementerian PU 145

166 3) Kebijakan Pengembangan SDM Bidang Ke-PU-an a) Arah Pengembangan SDM Bidang Ke-PU-an Berdasarkan dokumen Perencanaan Strategik Kementerian PU Tahun , guna mencapai visi jangka panjang, misi, dan tujuan organisasi, kelembagaan Kementerian PU perlu menjalankan penataan aparatur atau reformasi birokrasi yang menyeluruh dan dilaksanakan secara bertahap. Reformasi birokrasi merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan, terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan/organisasi, ketatalaksanaan (business process), regulasi, serta sumber daya manusia aparatur negara, dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance). Penataan aparatur atau reformasi birokrasi perlu dilakukan dan disempurnakan seperti belum optimalnya kualitas pelayanan publik; perlu peningkatan efisiensi, efektivitas, produktivitas; peningkatan transparansi dan akuntabilitas; peningkatan disiplin dan etos kerja pegawai; mengatasi regulasi yang tumpang tindih; dan tumpang tindih tugas dan fungsi unit-unit kerja; serta perlu meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Untuk itu maka, setidaknya ada 2 (tiga) strategi yang dikembangkan sebagai berikut: Pengembangan Institusi Pengembangan institusi adalah salah satu kunci dalam reformasi birokrasi melalui proses transisi yang dilaksanakan dengan reorganisasi berbasis kompetensi dan berorientasi pada kinerja. Strategi tersebut meliputi: pembenahan organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing), menstrukturkan organisasi dan mensinkronkan tugas dan fungsi, merampingkan birokrasi agar efektif dan efisien, delivery system (mencakup tata laksana dan pola organisasi) yang tepat berupa sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur, yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntabilitas dan good governance. Strategi tersebut juga mengembangkan kapasitas institusi untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian PU dan aparatur di daerah. Kebijakan ini mendukung peningkatan daya saing Bangsa Indonesia dalam era globalisasi sebagai satu prioritas pembangunan nasional dalam RPJMN Dalam rangka pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas Kementerian PU menjadi pelopor pengembangan sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik (E-Procurement). Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (Good Governance) untuk menghindarkan praktik-praktik KKN. 146

167 Meskipun Kementerian PU telah melakukan berbagai upaya reformasi birokrasi, namun masih perlu disempurnakan dengan mengacu kepada pedoman reformasi birokrasi yang telah dikeluarkan, serta prosesnya mengikutsertakan Kementerian Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Selanjutnya dalam rangka reformasi birokrasi Kementerian PU, perlu dilakukan perubahan yang lebih fundamental, yaitu dari organisasi yang bersifat sektoral menjadi bersifat fungsional. Pengembangan SDM Pengembangan SDM di bidang PU dan permukiman dilaksanakan agar memperoleh SDM yang berintegritas, produktif, kompeten, profesional, disiplin, berkinerja tinggi, dan sejahtera agar dapat mencapai 3 (tiga) strategic goals Kementerian PU dan prioritas pembangunan nasional. Pengembangan SDM diperlukan untuk memenuhi tuntutan perubahan peran Kementerian PU, diharapkan berubah dari semula dominan sebagai provider-operator menjadi dominan sebagai regulator-fasilitator yang berorientasi pada peningkatan TURBINWAS ke daerah sesuai tugas pembantuan, dekonsentrasi, dan pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK). Pengembangan SDM di bidang PU dan permukiman dilaksanakan melalui pembinaan jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) berdasarkan jalur jabatan struktural dan jabatan fungsional. Hal ini sesuai dengan kebijakan nasional pengembangan SDM PNS yang ramping struktur dan kaya fungsi. Selain itu diperlukan juga penyetaraan penghargaan antara pejabat struktural dan fungsional, hubungan kerja yang seimbang dan baik antara pejabat fungsional dengan struktural, penempatan yang menyatu antara pejabat fungsional dan struktural sesuai tingkatannya. Pengembangan orientasi pada jabatan fungsional terus didorong yang memerlukan penyusunan job description, pola rekrutmen, career planning, remunerasi, pendidikan dan pelatihan (diklat) berbasis kompetensi, dan reward dan punishment. Salah satu kebijakan peningkatan kapasitas dan kualitas SDM, ditempuh melalui pengembangan dan pelaksanaan program-program pendidikan dan pelatihan (diklat) yang selaras dan terintegrasi dengan pola career planning. Setiap kenaikan posisi jabatan harus dibarengi dengan peningkatan kompetensi substansi manajerial, teknis, maupun fungsionalnya. Oleh karenanya, pelaksanaan diklat harus didasarkan pada kebutuhan peningkatan kompetensi individu yang sesuai dengan tuntutan unit kerja organisasinya. Diklat yang dikembangkan harus berbasis kompetensi dengan kurikulum yang memperhatikan jenis dan jenjang diklat serta target group-nya. Pelaksanaan diklat dapat dilakukan di institusi diklat intern Kementerian PU maupun institusi diklat di luar 147

168 Kementerian PU, di dalam maupun di luar negeri. Ke depan, institusi diklat juga harus menyiapkan diri menjadi salah satu unit Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di Kementerian PU. Dengan tuntutan tersebut, maka pola kerja sama dengan berbagai mitra kerja dapat terus dikembangkan, terutama dengan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Dalam upaya mempercepat peningkatan kompetensi SDM di bidang PU dan permukiman perlu dilakukan Training of Trainers substansi bidang PU dan permukiman bagi instruktur diklat di tingkat provinsi dan kabupaten, sehingga mereka dapat memberikan diklat untuk PNS di masing-masing daerahnya. Pelaksanaan diklat di masa depan memerlukan pembenahan, penguatan, dan sinergi institusi dengan unit-unit kerja lainnya, seperti kepegawaian, kelembagaan di internal Kementerian PU dengan institusi daerah. Arah Pengembangan SDM Bidang Ke-PU-an, meliputi: (1) Menerapkan kompetensi yang berorientasi kinerja, (2) birokrasi efektif dan efisien melalui delivery system (mencakup tata laksana dan pola organisasi) yang tepat (berupa sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur, dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntabilitas dan good governance), (3) kualitas dan produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian PU dan aparatur PU di daerah, (4) menjalankan prinsipprinsip tata kepemerintahan yang baik (good governance), (5) bersifat fungsional, (6) berintegritas, produktif, kompeten, profesional, disiplin, berkinerja tinggi, dan sejahtera, (7) berubah dari semula lebih dominan sebagai provider-operator menjadi dominan sebagai regulator-fasilitator yang berorientasi pada peningkatan TURBINWAS ke daerah dalam rangka pelaksanakan tugas pembantuan, dekonsentrasi, serta pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK), (8) Melaksanakan pembinaan jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) berdasarkan jabatan struktural dan jabatan fungsional, (9) penyetaraan penghargaan dan hubungan yang seimbang antara pejabat struktural dan fungsional, (10) serta penempatan yang menyatu antara pejabat fungsional dan struktural sesuai tingkatannya, (11) Pengembangan orientasi pada jabatan fungsional, (12) pengembangan dan pelaksanaan program-program pendidikan dan pelatihan (diklat) yang selaras dan terintegrasi dengan pola career planning, (13) pelaksanaan diklat yang didasarkan pada kebutuhan kompetensi individu maupun kinerja unit organisasi, (14) Melengkapi materi diklat berbasis kompetensi dengan kurikulum sesuai jenis dan jenjang diklat dan target group-nya. 148

169 b) Gambar Orientasi TURBINBANGWAS Kementerian PU Indikator Kinerja Pengembangan SDM Bidang Ke-PU-an Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU) pengembangan SDM bidang ke-puan harus merujuk pada: Mandatoris sub bidang sesuai arah penguasaan (1) perumusan dan penetapan kebijakan masing-masing sub bidang, (2) pelaksanaan pembinaan melalui fasilitas dan bantuan teknis bidang ke-pu-an, (3) fasilitasi penyelenggaraan dan pembiayaan pembangunan melalui berbagai aktivitas; dan (4) pengawasan dan pengendalian terhadap masing-masing aspek; Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan SDM Bidang Ke-PU-an, sesuai ragam kompetensi yang Profesional, Akuntabel. c) Master Plan Pengelolaan SDM Kementerian PU, Tahun Milestone pencapaian Master Plan Pengelolaan SDM Kementerian PU Tahun disusun berdasarkan kriteria sukses dengan pembagian yang merujuk pada Grand Design RB, yakni sebagaimana gambar Berdasarkan Milestone tersebut disusun Sasaran dan Indikator Kinerja pada masing-masing tahapan sebagai berikut: Tahun Indikator Kriteria Sukses adalah: Disiplin, Mau Diukur, dan Bersertifikasi, dengan orientasi pada peningkatan kinerja layanan, peningkatan operasional. 149

170 Tahun Indikator Kriteria Sukses adalah: Profesional, Menuju Sejahtera, dan Bersertifikasi, dengan orientasi pada peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat, peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja, dan bersih serta bebas KKN. Gambar Milestone Master Plan Pengelolaan SDM Kementerian PU, Tahun

171 Tahun Indikator Kriteria Sukses adalah: Profesional, Sejahtera, dan Bersertifikasi, dengan orientasi pada tata pemerintahan yang baik, birokrasi pemerintah yang profesional dan berintegritas tinggi, dan pelayanan masyarakat dan sebagai abdi masyarakat. Dari master plan tersebut, beberapa rencana aksi sesuai dengan aspek kepegawaian yang ada, seperti: Perencanaan Pegawai Rekrutmen Pegawai Penempatan Mutasi dan Promosi Pengembangan Karier (termasuk awal karier) Pendidikan dan Pelatihan Penilaian Kinerja Persiapan Purna Karya Bhakti Gambar 4.13 Sasaran dan Indikator Master Plan Pengelolaan SDM Kementerian PU Tahun Sebagai contoh, salah satu rencana aksi yang ditindaklanjuti adalah Pembinaan Awal Karier Pegawai/CPNS. Pada tahun 2013, Kementerian PU merekrut sejumlah 200 orang CPNS yang akan mengisi 15 formasi jabatan. Dalam pembinaannya, tahap awal karier bagi CPNS mengakselerasi pemenuhan kompetensi secara lebih cepat. Untuk itu, masa awal karier selama 1 tahun pertama (CPNS) perlu didesain menuju pencapaian kompetensi secara efektif, yang berimplikasi pada pemenuhan kebutuhan manajer muda secara fast track pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini juga sejalan dengan 151

172 semangat profesionalisme aparatur yang bertujuan untuk mendelegasikan wewenang di lini depan, artinya SDM yang akan ditempatkan di ujung tombak pelaksanaan fungsi akan dibekali dengan kompetensi dan kewenangan untuk memutuskan tugas-tugas yang berkaitan dengan perannya secara independen untuk memotong jalur birokrasi. Oleh karena itu, CPNS hasil rekrutmen tahun 2013 ini akan dikelola dalam 5 fase, yaitu fase Orientasi Nilai Organisasi, Orientasi Wawasan ke-pu-an, Orientasi Substantif, On the Job Training (OJT), dan Evaluasi. Kelima tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Fase Orientasi Nilai Organisasi berfungsi untuk memupuk CPNS dengan budaya dan etos kerja, integritas dan kejujuran, serta kerjasama tim. Fase Orientasi wawasan ke-pu-an berfungsi untuk memperkenalkan sejak dini peran Kementerian PU dalam penyelenggaraan infrastruktur nasional sehingga para CPNS, dimanapun mereka ditempatkan nantinya, dapat berfikir secara makro mengenai muara dari seluruh peran yang dilakukannya. Fase Orientasi Substantif lebih pada pendalaman keilmuan sesuai dengan jalur karier yang dituju. Fase On the Job Training (OJT), pada fase inilah yang akan membedakan dengan pengelolaan CPNS sebelumnya, dimana penempatan di dalam masa CPNS merupakan bagian dari penguatan kompetensi makro dan spesifik yang sekaligus berfungsi sebagai penggalian ketepatan kompetensi dengan penempatan definitif nantinya. Masa OJT ini akan menyesuaikan dengan kebutuhan pengembangan kompetensi pada masing-masing jabatan. Fase Evaluasi, dengan melaksanakan fase-fase sebelumnya, maka evaluasi terhadap CPNS akan lebih terarah menuju pencapaian penjurusan kompetensi sesuai dengan karakteristik potensi yang dimiliki. E. Penghargaan Penghargaan merupakan perwujudan pencapaian kesuksesan kinerja Kementerian PU. Berikut ini adalah penghargaan yang dicapai oleh Kementerian PU dari Tahun 2010 hingga Tahun 2013: 1. Penghargaan Tahun 2010 Kementerian Pekerjaan Umum berhasil mencapai penghargaan terbaik LAKIP tahun 2009, mendapat nilai B atau Baik. Komponen unsur yang dievaluasi dalam LAKIP yakni perencanaan, pengukuran, pelaporan, evaluasi, dan capaian kerja. Dari kelima komponen tersebut, kinerja dokumen Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kerja Tahunan (RKT), dan Penetapan Kinerja mendapat bobot paling besar (23 Maret 2010). 152

173 Komisi Informasi Pusat menetapkan Kementerian PU sebagai salah satu dari 9 badan publik yang proaktif dalam mempersiapan pelaksanaan UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik Penghargaan Tahun 2011 Laporan Global Competitiveness Index menunjukkan bahwa peringkat Indonesia di bidang infrastruktur secara umum semakin membaik. Peringkat kualitas jalan Indonesia saat ini naik menjadi peringkat 83 dan memang sejak 2008 peringkat Indonesia terus membaik dari tahun ke tahun. Pada 2008, Indonesia masih menempati posisi 105, kemudian naik menjadi 94 pada 2009, naik lagi di posisi 84 pada 2010, dan pada 2011 ini menempati rangking 83. Untuk periode Peringkat Indonesia dalam infrastruktur naik 6 tingkat, menjadi peringkat 76. Penghargaan oleh Komisi Informasi Pusat sebagai BADAN PUBLIK terbaik dalam pelaksanaan UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik berdasarkan Monitoring dan Evaluasi Komisi Informasi Pusat tahun 2011 pada tanggal 29 September Kementerian Pekerjaan Umum (PU) meraih peringkat II untuk kategori kementerian dalam penghargaan E-government Award 2011 yang diselenggarakan oleh majalah Warta Ekonomi, Kamis 22 September 2011 di Jakarta. E-government Award adalah bentuk penghargaan yang diberikan kepada lembaga pemerintah yang telah memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) terintegrasi dalam memberikan layanan publik. Penghargaan Tahun 2012 Kementerian Pekerjaan Umum (PU) meraih kriteria B (Baik) dalam penilaian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pusat tahun Penghargaan tersebut diserahkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) di Jakarta (28 Februari 2012). Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) kembali memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atas laporan keuangan Kementerian PU tahun Menurut Anggota BPK Ali Masykur Musa, opini WDP atas Laporan Keuangan Kementerian PU tahun 2011 karena terdapat empat laporan yang belum berdasarkan sumber memadai. Keempat hal terebut belum lengkap dalam laporan antara lain Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), Persediaan, Aset Tetap dan Aset tak berwujud (25 Juni 2012). Menteri PU Djoko Kirmanto menerima penghargaan Ganesha Prajamanggala Bakti Adiutama dari Institut Teknologi Bandung karena dinilai baktinya dalam bidang PU. Penghargaan tersebut diberikan saat sidang terbuka ITB dalam rangka Peringatan 92 Tahun Pendidikan Teknik di Bandung, Jawa Barat (3 Juli 2012). Penghargaan 153

174 4. Ganesha Prajamanggala Bakti Utama diberikan kepada Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PU Budi Yuwono Prawirosudirjo karena baktinya dibidang sanitasi. Kementerian PU melalui bidang Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi mendapatkan peringkat ke-9 dalam kompetisi Unit layanan publik paling progresif 2012 yang diselenggarakan oleh Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) (10 Agustus 2012). Kementerian Pekerjaan Umum (PU) berhasil masuk menjadi 10 badan publik terbaik dalam Keterbukaan Informasi Publik. Penghargaan yang diberikan dalam rangkaian Hari Hak Untuk Tahu Tahun ini diberikan oleh Komisi Informasi Pusat (KIP) kepada 10 peraih nilai tertinggi Badan Publik Pusat dan Pemerintah Provinsi Terbaik dalam Keterbukaan Informasi Publik (28 September 2012). Kementerian Pekerjaan Umum Memperoleh Kategori Baik dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) pada acara Penyerahan Penghargaan LAKIP 2012 kepada Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah Provinsi (5 Desember 2012). Penghargaan Tahun 2013 Laporan keuangan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) tahun 2012 memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan (WTP-DPP). Menteri PU Djoko Kirmanto mengatakan bahwa Opini WTP tersebut merupakan kontribusi bersama unit Kerja di lingkungan Kementerian PU (18 Juni 2013). Pada Laporan Keuangan tahun 2012 ini, Kementerian PU sudah berhasil melakukan inventarisasi dan penilaian yang sangat signifikan sehingga Saldo Akhir Aset Kementerian PU yang pada Neraca tahun 2011 audited baru mencapai Rp 550 triliun, pada tahun 2012 telah meningkat menjadi 723 triliun. Kementerian PU menerima penghargaan dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu), karena termasuk Kementerian/Lembaga yang berhasil menyusun dan menyajikan laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) dan dengan capaian standar tertinggi dalam Akutansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah. Penghargaan ini berdasarkan opini pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI atas LKKL tahun 2012 (12 September 2013). Kementerian PU memperoleh penghargaan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, sebagai Kementerian yang terbaik dalam Pemeringkatan e-government Indonesia (PeGI) (16 September 2013). Laporan Hasil Evaluasi (LHE) Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dari Kementerian PU meraih nilai B+ yang diberikan kepada instansi yang mendapat poin diatas 70 (3 Desember 2013). Nilai tersebut meningkat dari tahun 2012, yaitu B yang berarti poinnya dibawah 70. Penghargaan disampaikan oleh Wakil Presiden 154

175 5. Boediono yang didampingi oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi (RB) Azwar Abubakar dan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fawzi, dalam sambutannya mengapresiasi instansi yang dalam perolehan nilainya meningkat dan hal ini tercapai karena komitmen dari pemimpinnya. Kementerian PU menerima penghargaan e-transparency Award 2013 peringkat ke-3 oleh Paramadina Public Policy Institute di Jakarta. Penghargaan tersebut diberikan kepada 10 situs Kementerian/Lembaga yang dinilai paling informatif, berdesain baik serta paling transparan dalam informasi anggaran dan kinerja (20 Desember 2013). Penilaian e-transparency Award berdasarkan dari situs K/L memiliki pembobotan berdasarkan 5 kategori penilaian yaitu ketersediaan informasi anggaran, informasi kinerja, arsitektur website, tatakelola informasi, dan antar muka pengguna. Penilaian dilakukan terhadap 47 situs K/L dan akhirnya dipilih 10 situs terbaik. Penghargaan Tahun 2014 Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA) memberikan penghargaan kepada Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sebagai Kementerian/ Lembaga (K/L) terbaik pertama dalam mengelola anggarannya pada Tahun Penghargaan tersebut didasarkan penilaian aspek efektivitas dan efisiensi organisasi pelaksana dalam melaksanakan anggaran. Kementerian PU berhasil meraih poin 82,4 persen (24 Februari 2014). F. PEMBELAJARAN LEBIH LANJUT Dalam perjalanan kemajuan reformasi birokrasi Kementerian PU, perlu dilakukan pembelajaran lebih lanjut untuk perbaikan dimana dalam pelaksanaannya mengalami kendala yang bersifat langsung dan tidak langsung. 1. Kendala Beberapa kendala yang dihadapi secara operasional dapat dijelaskan sebagai berikut: Aspek Organisasi Pelaksana Reform is a journey, not a final destination. Mungkin pepatah ini dapat menggambarkan tak akan berhentinya proses reformasi birokrasi dalam upaya pencapaian kualitas pada setiap aspek yang dikelolanya. Terkait kondisi ini, di dalam Permen PAN Nomor 10 Tahun 2011 disebutkan bahwa untuk menduduki jabatan di dalam Tim Perubahan/Reformasi perlu dicari personil dengan kategori Champion untuk menjamin pelaksanaan reformasi di organisasinya berjalan secara kontinyu. Sehingga pemahaman yang terbangun adalah keanggotaan dalam Tim Perubahan tidak lah secara ex-officio, akan tetapi lebih ke personal fulfillment. Hal ini menjadi krusial ketika di dalam sebuah instansi, tidak ada lembaga yang secara khusus mengelola perubahan/reformasi ini. 155

176 Demikian halnya di Kementerian PU, dengan ketiadaan struktur formal yang secara eksplisit memiliki tugas dan fungsi pelaksanaan reformasi birorasi, maka kendala pelaksaaan terkait kesinambungan peran anggota Tim nya menjadi persoalan tersendiri. Hal ini dapat tergambar dengan kesinambungan informasi yang akan selalu terputus dengan bergantinya person dalam jabatan Tim Perubahan. Yang menjadi pekerjaan yang perlu segera diselesaikan adalah bagaimana mengenerate pemahaman reformasi secara masif kepada seluruh pegawai dengan struktur kerja perumus yang kecil. Dari kondisi ini, tantangan yang muncul adalah terus membuat desain manajemen perubahan yang efektif dan efisien dalam menggerakkan seluruh elemen instansi PU. Aspek SDM Sebagai sebuah bagian dari ilmu manajemen pemerintah, reformasi birokrasi merupakan sebuah keilmuan yang tidak bisa dibilang baru, akan tetapi membutuhkan dinamika pembelajaran yang terus mengalami pembaruan. Sebagaimana diketahui bahwa kementerian PU merupakan salah satu kementerian yang sangat teknis, dimana output/peran yang diamanatkan banyak yang bersentuhan dengan infrastruktur fisik. Hal ini berimplikasi pada kebutuhan kualifikasi pendidikan untuk mengisi formasi jabatan di lingkungan kementerian PU, lebih banyak untuk pemenuhan rumpun pekerjaan keteknikan. Meskipun terdapat supporting unit dalam menangani aspek manajemen, akan tetapi dirasa kurang optimal untuk mengawal secara khusus tantangan manajemen penyelenggaraan pemerintahan mengingat sudah terdapat suprastruktur di level nasional yang memiliki fungsi tersebut. Dampak ini dirasakan ketika beberapa instrumen yang digunakan dalam penilaian proses reformasi birokrasi merupakan instrumen manajemen yang memiliki dinamika keilmuan yang tinggi seperti proses PMPRB, pengawasan, akuntabilitas, termasuk kemasan penyelenggaraan pelayanan publik. Kondisi ini menjadi kendala tersendiri dalam penyelenggaraan RBPU, sehingga desain organisasi supporting ke depan perlu lebih mengetatkan unsur kualifikasi dalam pemenuhan jabatannya. Sistem/Prosedur Kerja Walaupun telah disusun SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi pada seluruh unit organisasi, akan tetapi efektivitas penerapannya masih belum dapat dipetakan. Kondisi ini terkait dengan kapasitas kelola organisasi, dimana proyeksi kebutuhan penambahan jumlah SDM dibandingkan peran yang diemban belum dapat diexcercise menggunakan pendekatan penyederhanaan proses kerja. Hal yang menjadi tantangan strategis ke depan adalah penataan kembali proses bisnis (business process re-engineering) menghilangkan proses yang tidak efektif (non-added value process) dari dalam rantai pelaksanaan tugas pekerjaan, sehingga efisiensi proses akan mendongkrak kinerja yang lebih optimal. 156

177 Terkait pelaksanaan RB, karena ketiadaan kelembagaan yang secara spesifik menangani, maka sistem kerja yang ada adalah ad-hoc, dalam implementasinya kurang optimal mengingat peran di dalam reformasi birokrasi merupakan peran kedua setelah pekerjaan utamanya. Melihat kenyataan ini maka pada tahun perlu sebuah sistem kerja yang terpadu dengan struktur pelaksana reformasi birokrasi sehingga pengelolaannya akan lebih termonitor dan terukur. 2. Hambatan a. Struktur Organisasi Belum Memadai Untuk Menyelenggarakan RB Secara Terpadu Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa terdapat tiga elemen struktur pelaksana reformasi birokrasi secara nasional, yaitu pelaksana pada level makro, level meso, dan level mikro. Sering kita jumpai bahwa di dalam pelaksanaan program dan kegiatan pada level mikro (K/L) mengalami kebuntuan, terkait pemahaman terhadap kebijakan nasional yang terbaru. Hal ini menunjukkan kurang terkendalinya hubungan kerja antar struktur pelaksana level makro-meso-mikro. Sebagai contoh terkait pelaksanaan PMPRB, konsepsi bench learning yang diusung belum terlihat pola efektifnya, yang menimbulkan tersendatnya proses pelaksanaannya. Media saling belajar dalam PMPRB tersebut dirasa perlu dikembangkan lebih lanjut sehingga benar-benar menjadi wahana knowledge and implementation sharing diantara K/L maupun antara K/L dengan suprastruktur reformasi birokrasi pada skala nasional. b. Operasionalisasi Kebijakan Nasional Terkait RB Yang Memiliki Dinamika Tinggi Sebagaimana diketahui bahwa sejak bergulirnya Perpres RI Nomor 81/2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi , maka diperlukan peraturan pelaksana untuk menentukan seluruh K/L dan Pemda melaksanakan program kerja reformasinya. Dalam kurun waktu saja, produk Permenpan terkait penyelenggaraan reformasi birokrasi sangat banyak untuk dijalankan oleh seluruh instansi publik. Kenyataan ini membutuhkan akselerasi pemahaman atas seluruh peraturan tersebut dalam waktu singkat karena segera dituntut pelaksanaannya. Sebagai contoh, pelaksanaan evaluasi yang semula built in dalam program Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan menggunakan instrumen evaluasi sederhana (pemenuhan dokumen pelaksanaan), berganti metode dengan bergulirnya Permenpan 53/2011 yang hanya berumur 6 bulan karena kemudian juga diubah dengan Permenpan 1/2012 dan PermenPAN 31/2012 tentang Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) melalui metode self-assessment. Dinamika ini dirasa cukup menyita perhatian dan upaya, mengingat di Internal Kementerian PU belum ada unit organisasi yang secara spesifik memiliki tugas fungsi pelaksanaan reformasi birokrasi. 157

178 3. Faktor Pendukung Faktor pendukung pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian PU dapat dijelaskan sebagai berikut: Komitmen pimpinan Progres pelaksanaan reformasi birokrasi tidak dapat dilepaskan dari faktor komitmen pimpinan, sebagai faktor utama yang diamanatkan dalam Permenpan 10/2011 dalam melaksanakan program-program perubahan/reformasi. Di kementerian PU, komitmen pimpinan ini diwujudkan dalam bentuk keseriusan untuk membentuk tim kerja pelaksana, keikutsertaan dalam rapat-rapat konsolidasi maupun koordinasi, peran sebagai pembicara dalam kegiatan sosialisasi/internalisasi atas program reformasi birokrasi, dan menentukan arah pelaksanaan reformasi birokrasi secara umum. Penetapan program (road map) yang terstruktur dan operasional Program yang disusun oleh Kementerian PU dalam bentuk dokumen usulan dan Road map RBPU , telah dinilai kualitas isi dokumennya oleh Kementerian PAN dan RB dengan nilai akhir 100 untuk dokumen usulan dan 96 untuk Road map. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan pencapaian output dalam road map RBPU memiliki struktur yang operasional untuk dapat dijangkau, dan memiliki kelayakan pencapaian yang sesuai dengan amanat kebijakan nasional. Tingkat kedewasaan organisasi Sebagai kementerian yang telah berdiri sejak 3 Desember 1945, Kementerian Pekerjaan Umum menjadi salah satu kementerian tertua di indonesia. Dilihat dari lama berdirinya, kementerian PU telah mengembangkan beragam perangkat sistem organisasi lintas generasi kepemimpinan politik nasional. Hal ini ini menjadikan kementerian PU memiliki kesiapan yang dianggap cukup signifikan untuk dapat menjalankan target pembangunan nasional maupun target pelaksanaan reformasi birokrasi sampai dengan tahun Sebagai kementerian teknis, PU telah terbukti menerima berbagai macam penghargaan atas kinerjanya di tingkat nasional, mulai dari sistem E-Procurement, e-monitoring yang telah menjadi benchmarking bagi kementerian lain, penghargaan dari Open Government Indonesia (OGI) atas penyelenggaraan pelayanan informasi, terpadunya tingkat kedewasaan organisasi dalam partisipasi aktifnya terkait program PIAK dari KPK, dan masih banyak lagi. Hal ini menjadi fondasi yang kuat bagi kementerian PU untuk dapat meneruskan sekaligus meningkatkan pencapaian atas target keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi. 158

179

180

181 BAB 5 A. KESIMPULAN Pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian PU yang dimulai pada tahun 2011, memiliki beberapa catatan perjalanan dalam penyusunan maupun implementasinya. Dalam proses perencanaannya, reformasi birokrasi Kementerian PU telah memetakan kondisi baseline menggunakan 3 (tiga) instrumen yaitu Evaluasi Kinerja Organisasi, Identifikasi dan Penilaian Dokumen berbasis 9 program mikro RB, dan turunan keberhasilan reformasi birokrasi nasional. Melalui instrumen Evaluasi Kinerja Organisasi, Kementerian PU mendapatkan fakta (hasil olah data survei) bahwa komponen yang memiliki nilai kritis untuk segera dibenahi adalah komponen Manajemen SDM dan Manajemen Proses dari 8 (delapan) komponen yang dinilai. Berdasarkan instrumen Inventarisasi dan Penilaian Dokumen, hampir semua program mikro RB berada pada status sedang berlangsung, sehingga warna rencana aksi di dalam road map menggambarkan target pencapaian 9 program mikro RB yang berbasis output dan outcome. Sementara itu, target indikator keberhasilan reformasi birokrasi nasional diturunkan menjadi target keberhasilan K/L (pada actionable indicators nya) sebagai sasaran prioritas pada struktur road map. Dalam proses pelaksanaannya, reformasi birokrasi Kementerian PU memfokuskan pada pencapaian road map atas 9 program mikro berbasis output dan outcome serta pencapaian agenda prioritas (termasuk pelaksanaan Quick wins). Dalam pencapaian 9 program mikro RB PU, dibentuk 8 (delapan) Kelompok Kerja (Pokja) dimana terdapat 1 Pokja yang menangani 2 program yaitu Pokja Penataan Organisasi dan Tatalaksana. Pencapaian 9 program mikro RB ini masih diarahkan dan dievaluasi berbasis output, dengan pertimbangan outcome akan diukur secara tersendiri sesuai skema PMPRB. Sedangkan pencapaian atas 3 (tiga) Quick wins Kementerian PU diarahkan untuk mendorong percepatan pencapaian kepercayaan publik melalui perbaikan target layanan. Pencapaian atas agenda prioritas lainnya, cukup signifikan dimana opini BPK atas laporan keuangan meningkat dari Disclaimer pada saat penetapan baseline 2010 menjadi WTP pada tahun Kemudian nilai SAKIP sebagai wujud dari pencapaian sasaran prioritas penguatan akuntabilitas kinerja, meningkat dari nilai CC pada tahun 2010 menjadi nilai B+ pada tahun 161

182 2013. Sedangkan terkait integritas pelayanan publik, pencapaian sampai tahun 2013 adalah disusun dan diterapkannya 13 standar pelayanan langsung yang dikelola Kementerian PU. Untuk mencapai target penguatan pengawasan menuju birokrasi yang bersih dan bebas dari KKN, telah dilaksanakan kegiatan seperti keikutsertaan dalam program Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) bersama KPK, penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), dan operasionalisasi Wilayah Bebas Korupsi (WBK). Pada aspek pengendalian manajemen, beberapa sistem manajemen telah dikembangkan di Kementerian PU seperti Sistem Manajemen Mutu (SMM), e-monitoring, perencanaan pemrograman berbasis partisipasi stakeholders seperti Musrenbang, Konsultasi Regional, dan sebagainya. Sementara itu, fase evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian PU sejak terbitnya Permen PAN dan RB Nomor 1 dan 31 Tahun 2012 tentang Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan tentang Petunjuk Sistem Aplikasi on-line nya, telah menggunaan instrumen penilaian yang berbasis komponen pengungkit dan hasil tersebut. Pengorganisasian pelaksanaannya pun telah disesuaikan dengan amanat kebijakan nasional, dengan mekanisme kerja yang meliputi penilaian asesor, survei, panel 1 dan panel 2. Berdasarkan PMPRB Kementerian PU hasil sementara panel 2 menunjukkan kenaikan yang cukup yaitu sekitar 3 poin. Tentunya hal ini perlu menjadi stimulan bagi instansi untuk terus memperbaiki kualitas manajemen internal sehingga perbaikan berkelanjutan melalui model PDCA dapat terus terwujud.tersendiri. Hal ini dapat tergambar dengan kesinambungan informasi yang akan selalu terputus dengan bergantinya person dalam jabatan Tim Perubahan. Yang menjadi pekerjaan yang perlu segera diselesaikan adalah bagaimana mengenerate pemahaman reformasi secara masif kepada seluruh pegawai dengan struktur kerja perumus yang kecil. Dari kondisi ini, tantangan yang muncul adalah terus membuat desain manajemen perubahan yang efektif dan efisien dalam menggerakkan seluruh elemen instansi PU.pelaksanaan evaluasi yang semula built in dalam program Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan menggunakan instrumen evaluasi sederhana (pemenuhan dokumen pelaksanaan), berganti metode dengan bergulirnya Permenpan 53/2011 yang hanya berumur 6 bulan karena kemudian juga diubah dengan Permenpan 1/2012 dan PermenPAN 31/2012 tentang Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) melalui metode selfassessment. Dinamika ini dirasa cukup menyita perhatian dan upaya, mengingat di Internal Kementerian PU belum ada unit organisasi yang secara spesifik memiliki tugas fungsi pelaksanaan reformasi birokrasi. B. Rekomendasi Melihat indikator ketercapaian program pelaksanaan reformasi birokrasi yang berbasis output dan outcome selama , dapat diambil beberapa kesimpulan untuk yang mengarah kebutuhan tindak lanjut perbaikan, seperti: Perlu segera membuat intermediasi pemrograman antara Road map RBPU yang berbasis program, dengan kriteria penilaian melalui PMPRB yang berbasis kriteria sehingga akurasi penyusunan dan feed back mechanism road map dapat operasional 162

183 Perlu review penetapan target outcome yang lebih akurat dan implementable Akselerasi pencapaian sasaran prioritas pelayanan publik, akuntabilitas dan pengawasan. C. Rencana Tindak Lanjut Terkait Pelaksanaan 9 Program Mikro RB Melihat keterkaitan beberapa instrumen pengaturan pelaksanaan reformasi birokrasi pada skala nasional, apa yang telah dijalankan di kementerian PU dapat menjadi salah satu masukan bagi penyempurnaan kebijakan nasional. Secara fungsional, kementerian PU melihat perlu rangkaian kebijakan nasional terpadu terkait fungsi pelaksanaan program/kegiatan reformasi birokrasi yang tertuang dalam Road map setiap K/L dengan fungsi monitoring dan evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi yang diamanatkan dalam PMPRB, dikemas dalam program manajemen perubahan yang akomodatif. Hal ini menjadi krusial untuk segera diwujudkan mengingat esensi dari PMPRB itu sendiri adalah perbaikan berkelanjutan melalui mekanisme PDCA nya. Sementara itu, mekanisme umpan balik (feedback mechanism) belum diatur secara tegas sehingga terjadi dikotomi antara road map yang berbasis 9 program mikro reformasi birokrasi dengan PMPRB yang berbasis kriteria/sub kriteria. Melihat kondisi tersebut di atas, kementerian PU merencanakan untuk membuat dokumen perencanaan yang lebih terpadu antara basis program (road map) dengan basis kriteria (PMPRB) untuk meningkatkan kualitas dan kematangan manajemen dalam implementasi program reformasi birokrasi. Hal lain yang akan segera diupayakan penanganannya dengan mengembangkan mekanisme monitoring yang dapat menjadi sistem peringatan dini atas pencapaian program dan kegiatan secara berkala. Terakhir, upaya perbaikan strategi perubahan dan strategi komunikasi akan direview untuk dapat mengubah target outcome pada setiap program agar lebih memiliki dampak signifikan. Terkait Pelaksanaan Agenda Prioritas (termasuk QW) Seiring dengan akan segera selesainya fase road map pertama, yaitu tahun , maka penetapan agenda prioritas perlu dievaluasi kembali untuk dapat mendongkrak secara cepat kinerja instansi di mata pengguna layanan dan masyarakat secara umum. Ada 3 (tiga) agenda prioritas yang telah disusun dan diimplementasi pada kurun menjadi baseline kondisi untuk menapak pada kondisi selanjutnya, yaitu pencapaian pelayanan prima (output utama ke-pu-an). Dalam mendukung target pelayanan ini, perbaikan di sisi birokrasi telah dirumuskan akan diarahkan pada target pemenuhan kepastian karier bagi seluruh pegawai dan pencanangan birokrasi dengan ketercukupan kompetensi dan integritas. Orientasi pemenuhan target ini akan mengarahkan konsolidasi beberapa program lain yang terdampak agar skenario perubahan kementerian PU sampai dengan 2025 dapat terimplementasi dengan optimal. 163

184 3. Terkait Pelaksanaan PMPRB PU Terkait pelaksanaan PMPRB, terdapat beberapa catatan yang perlu mendapat perhatian untuk meningkatkan pencapaian manfaatnya di kemudian hari. Pertama, dibutuhkan penetapan indikator terstandar atas keseluruhan sub kriteria. Hal ini menjadi perlu manakala tata cara penilaian komponen hasil, menggunakan pendekatan kecenderungan dan target. Dalam menilai target, penetapan angka target akan menjadi bias antar K/L dan kurang terukur apabila angka tersebut bukan merupakan indeks yang distandarkan secara nasional. Untuk itu, langkah selanjutnya yang perlu segera dirumusan adalah mengembangkan indikator kinerja dalam bentuk indeks yang distandarkan. Kedua, panduan yang secara operasional memahamkan jangkauan persepsi atas sub kriteria, yang selama ini dipahamkan melalui butir-butir pertanyaan pemandu. Dalam kenyataannya, sub kriteria maupun pertanyaan pemandu ini masih sangat multipersepsi sehingga proses penilaian menjadi kurang terstandar. Menjawab kebutuhan tersebut, perlu segera dibuatkan panduan penjabaran pelaksanaan sub kriteria yang terintegrasi dengan kegiatan dalam program mikro reformasi birokrasi. Ketiga, terkait dengan manajemen feedback (rencana tindak lanjut) di dalam kertas kerja PMPRB perlu dimasukkan ke dalam dokumen resmi (road map misalnya) yang menjadikan pelaksanaan program kerja memiliki instrumen evaluasi yang formal. 164

185

186 166

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah

Lebih terperinci

1. Apa dan Mengapa diperlukan Road Map 2. Progra g m,,kegia g tan,,dan hasil yan

1. Apa dan Mengapa diperlukan Road Map 2. Progra g m,,kegia g tan,,dan hasil yan 1. Apa dan Mengapa diperlukan Road Map 2. Program, Kegiatan, dan hasil yang Diharapkan pada Tingkatan Mikro 3. Format Road Map 4. Langkah langkah Penyusunan Road Map 2 1 Road Map Road Map merupakan rencana

Lebih terperinci

ARAH PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA TERWUJUDNYA 3 (TIGA) SASARAN REFORMASI BIROKRASI NASIONAL

ARAH PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA TERWUJUDNYA 3 (TIGA) SASARAN REFORMASI BIROKRASI NASIONAL ARAH PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA TERWUJUDNYA 3 (TIGA) SASARAN REFORMASI BIROKRASI NASIONAL AZWAR ABUBAKAR Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS - 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS A. KEMAJUAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Sebagai langkah strategis,

Lebih terperinci

PERAN INSPEKTORAT UTAMA DALAM MENDUKUNG REFORMASI BIROKRASI

PERAN INSPEKTORAT UTAMA DALAM MENDUKUNG REFORMASI BIROKRASI PERAN INSPEKTORAT UTAMA DALAM MENDUKUNG REFORMASI BIROKRASI INSPEKTORAT UTAMA 7 AGUSTUS 2017 OUTLINE 1 2 3 Tujuan, Sasaran, Arah dan Kerangka Kebijakan RB Ukuran Keberhasilan RB Peran Inspektorat dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.221, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG REFORMASI BIROKRASI LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI. (Presentasi Materi Subtansi Instansi) Jakarta, 18 Juli 2017

REFORMASI BIROKRASI. (Presentasi Materi Subtansi Instansi) Jakarta, 18 Juli 2017 REFORMASI BIROKRASI (Presentasi Materi Subtansi Instansi) Jakarta, 18 Juli 2017 Kegiatan Belajar 1 Reformasi Birokrasi Pengertian Reformasi Birokrasi Salah satu cara untuk membangun kepercayaan masyarakat.

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA buku 1 PEDOMAN pengajuan dokumen usulan reformasi birokrasi kementerian/lembaga Peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 7 tahun 2011 kementerian pendayagunaan

Lebih terperinci

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI Manajemen Perubahan Seluruh proses reformasi birokrasi di instansi akan mengarah pada rekonseptualisasi organisasi dan mekanisme kerja instansi secara menyeluruh. Proses

Lebih terperinci

RINGKASAN ROAD MAP RB KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Agenda Prioritas Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi Kemlu

RINGKASAN ROAD MAP RB KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Agenda Prioritas Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi Kemlu RINGKASAN ROAD MAP RB KEMENTERIAN LUAR NEGERI Agenda Prioritas mempunyai agenda prioritas yang dibagi 3 (tiga) fase yang masing-masing berlangsung selama 12 (dua belas) bulan. Untuk menjamin tercapainya

Lebih terperinci

EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH

EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH Sasaran Reformasi Birokrasi Maraknya KKN Buruknya Pelayanan Publik Rendahnya Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja 8 Area Perubahan Bersih dari KKN Pelayanan

Lebih terperinci

Penyusunan Roadmap Reformasi Birokrasi Pemerintah Provinsi. Tim Teknis UPRBN Kementerian PAN dan RB

Penyusunan Roadmap Reformasi Birokrasi Pemerintah Provinsi. Tim Teknis UPRBN Kementerian PAN dan RB Penyusunan Roadmap Reformasi Birokrasi Pemerintah Provinsi Tim Teknis UPRBN Kementerian PAN dan RB Mataram, 10 12 April 2012 Pokok Bahasan 1. Apa dan Mengapa diperlukan Road Map 2. Format Road Map 3. Langkah-langkah

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 13); 4. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 201

2016, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 13); 4. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 201 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1430, 2016 KEMEN-DPDTT. Road Map RB 2015-2019. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

Disampaikan Pada Rapat Dengar Pendapat Komisi II DPR di Gedung Nusantara DPR Tanggal 13 Pebruari 2012

Disampaikan Pada Rapat Dengar Pendapat Komisi II DPR di Gedung Nusantara DPR Tanggal 13 Pebruari 2012 Disampaikan Pada Rapat Dengar Pendapat Komisi II DPR di Gedung Nusantara DPR Tanggal 13 Pebruari 2012 1 KERANGKA KEBIJAKAN REFORMASI BIROKRASI GRAND DESIGN ROAD MAP PEDOMAN- PEDOMAN PERPRES NOMOR 81 TAHUN

Lebih terperinci

Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan

Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan MEI - JUNI 2011 LATAR BELAKANG Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan DASAR HUKUM 1. UUD Negara

Lebih terperinci

EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH

EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH SASARAN REFORMASI BIROKRASI pemerintahan belum bersih, kurang akuntabel dan berkinerja rendah pemerintahan belum efektif dan efisien pemerintahan yang bersih,

Lebih terperinci

birokrasi, agar dapat ditetapkan langkah deregulasi dan/atau reregulasi sesuai kebutuhan regulasi yang menjadi tanggung jawab Kementerian Dalam

birokrasi, agar dapat ditetapkan langkah deregulasi dan/atau reregulasi sesuai kebutuhan regulasi yang menjadi tanggung jawab Kementerian Dalam RINGKASAN EKSEKUTIF Di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, ditetapkan bahwa Kementerian Dalam Negeri merupakan salah satu unsur kementerian/ lembaga yang memiliki tugas

Lebih terperinci

PROSES PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN REFORMASI BIROKRASI

PROSES PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN REFORMASI BIROKRASI Lampiran II Peraturan Menpan dan RB No. 31 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Secara Online PROSES PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Menetapkan Tim Manajemen Perubahan. Menyusun Tugas tugas dan Mekanisme Kerja Tim Manajemen Perubahan

Menetapkan Tim Manajemen Perubahan. Menyusun Tugas tugas dan Mekanisme Kerja Tim Manajemen Perubahan Program/Kegiatan, Output, Tahapan Kerja, Waktu Pelaksanaan, Kriteria Keberhasilan, Rencana Anggaran dan Penanggungjawab No PROGRAM/ KEGIATAN Output Tahapan Kerja Output Tahapan Kerja Kriteria Keberhasilan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN

Lebih terperinci

Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi KONDISI UMUM SEBELUM REFORMASI BIROKRASI 2 MASIH DIWARNAI DENGAN

Lebih terperinci

AREA PERUBAHAN 1. Program Manajemen Perubahan 2. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan

AREA PERUBAHAN 1. Program Manajemen Perubahan 2. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan AREA PERUBAHAN Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) didasarkan pada kondisi dan kebutuhan Kemenko PMK dalam mewujudkan agenda

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI A. Pendahuluan Salah satu area perubahan dalam reformasi birokrasi yang wajib dilaksanakan oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah adalah penataan tata

Lebih terperinci

PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI

PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI Herry Yana Sutisna Deputi Bidang Pengawasan dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI 2010-2014 MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

Lebih terperinci

MENETAPKAN TIM MANAJEMEN PERUBAHAN. MENYUSUN TUGAS TUGAS DAN MEKANISME KERJA TIM MANAJEMEN PERUBAHAN

MENETAPKAN TIM MANAJEMEN PERUBAHAN. MENYUSUN TUGAS TUGAS DAN MEKANISME KERJA TIM MANAJEMEN PERUBAHAN MENETAPKAN TIM MANAJEMEN PERUBAHAN. MENYUSUN TUGAS TUGAS DAN MEKANISME KERJA TIM MANAJEMEN PERUBAHAN Program/Kegiatan, Output, Tahapan Kerja, Waktu Pelaksanaan, Kriteria Keberhasilan, Rencana Ang garan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN/LEMBAGA DAN PEMERINTAH DAERAH

PEDOMAN PENYUSUNAN ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN/LEMBAGA DAN PEMERINTAH DAERAH buku 3 PEDOMAN PENYUSUNAN ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN/LEMBAGA DAN PEMERINTAH DAERAH Peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 9 tahun 2011 kementerian

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA - 2-2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

KESIAPAN PUSDIKLAT MIGAS UNTUK BERKONTRIBUSI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI (QUICK WINS) DI KESDM

KESIAPAN PUSDIKLAT MIGAS UNTUK BERKONTRIBUSI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI (QUICK WINS) DI KESDM KESIAPAN PUSDIKLAT MIGAS UNTUK BERKONTRIBUSI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI (QUICK WINS) DI KESDM Oleh : Drs. Buntaram *) ABSTRAK Memasuki Tahun 2013 sebagai pelaksanaan Reformasi

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI Oleh Opong Sumiati Dasar Hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Menteri PAN dan RB, pelaksanaan proses pembangunan zona integritas harus dilaksanakan dengan perencanaan yang baik, karena di sini akan menentukan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SESUAI DENGAN SURAT MENPAN RB NOMOR : B/14/D.I.PANRB-UPRBN/12/2015 TANGGAL 22 DESEMBER 2015

EVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SESUAI DENGAN SURAT MENPAN RB NOMOR : B/14/D.I.PANRB-UPRBN/12/2015 TANGGAL 22 DESEMBER 2015 EVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SESUAI DENGAN SURAT MENPAN RB NOMOR : B/14/D.I.PANRB-UPRBN/12/2015 TANGGAL 22 DESEMBER 2015 Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) adalah Model

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS APARATUR

KEBIJAKAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS APARATUR KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS APARATUR Herry Yana Sutisna Deputi Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur SASARAN DAN TARGET

Lebih terperinci

2017, No Tertinggal, dan Transmigrasi tentang Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 2

2017, No Tertinggal, dan Transmigrasi tentang Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 2 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1140, 2017 KEMEN-DPDTT. Road Map. 2017-2019. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG ROAD

Lebih terperinci

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO Lampiran A 73 KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI 2015 2019 TINGKAT MAKRO Sasaran Reformasi A. yang bersih dan akuntabel. 1. Penerapan sistem nilai dan integritas birokrasi yang efektif. 2.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PETA JALAN REFORMASI BIROKRASI BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL UMUM POLDA METRO JAYA

DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL UMUM POLDA METRO JAYA DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL UMUM POLDA METRO JAYA SOSIALISASI PEDOMAN PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI (WBK) DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI (WBBM) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : TAHUN : 2014

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : TAHUN : 2014 LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : TAHUN : 2014 BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN PENILAIAN A. PROSES (60) I. MANAJEMEN PERUBAHAN (5) 5.0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.1.24.11.12.7154 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN TIM REFORMASI BIROKRASI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN OKTOBER 2012 1. Krisis ekonomi Tahun 1997 berkembang menjadi krisis multidimensi.

Lebih terperinci

LAPORAN PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

LAPORAN PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 1 LAPORAN PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2016 2 KATA PENGANTAR Dalam

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1 Kata Pengantar Reformasi birokrasi dilingkungan Kementerian Hukum dan HAM pada hakikatnya adalah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI 2010-2014

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI 2010-2014 PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI 2010-2014 MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : PENGADILAN AGAMA SOE TAHUN : 2017

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : PENGADILAN AGAMA SOE TAHUN : 2017 LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : PENGADILAN AGAMA SOE TAHUN : 2017 A. PROSES (60) I. MANAJEMEN PERUBAHAN (5) 3,46 1 Tim Reformasi Birokrasi (1) 0,78 a. Tim Reformasi Birokrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Saat Ini telah melaksanakan program reformasi birokrasi pada periode 2005-2009. Sampai saat ini program reformasi birokrasi masih terus berlanjut, dan telah memberikan manfaat

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2016

LAPORAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2016 LAPORAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2016 DAFTAR ISI Kata Pengantar..... i Daftar Isi..... ii Daftar Gambar... v Daftar Tabel... vi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN BPKP TERNATE, 12 APRIL 2017

REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN BPKP TERNATE, 12 APRIL 2017 1 REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN BPKP TERNATE, 12 APRIL 2017 2 REFORMASI BIROKRASI PENGERTIAN Upaya melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 30 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 30 TAHUN 2012 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI DI DAERAH

IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI DI DAERAH IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI DI DAERAH 1 1 Program RB Grand Design RB Road Map RB 6 Program Makro 8 Area Perubahan 9 Program Percepatan RB 9 Program Mikro K/L & Pemda 2 Keterkaitan Program Makro Dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 15 /M.PAN/7/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 15 /M.PAN/7/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 15 /M.PAN/7/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM REFORMASI BIROKRASI MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI

REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI Jakarta, 11 Agustus 2015 Disampaikan pada acara : Rapat kerja Tengah Tahun Lembaga Penyiaran RRI Tahun 2015 Esensi Reformasi

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI PEMERINTAH PROPINSI SUMATERA BARAT DALAM MELAKSANAKAN KEBIJAKAN REFORMASI BIROKRASINYA 2013-2014 Oleh: Dr. Drs. H. Maisondra, S.H, M.H, M.Pd,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN DAN PROGRAM REFORMASI BIROKRASI. Pelaksanaan reformasi birokrasi dibagi ke dalam dua tingkatan pelaksanaan, yaitu:

BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN DAN PROGRAM REFORMASI BIROKRASI. Pelaksanaan reformasi birokrasi dibagi ke dalam dua tingkatan pelaksanaan, yaitu: - 47 - BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN DAN PROGRAM REFORMASI BIROKRASI A. Strategi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pelaksanaan reformasi birokrasi dibagi ke dalam dua tingkatan pelaksanaan, yaitu: 1. Nasional

Lebih terperinci

Roadmap Reformasi Birokrasi Ditjen. Bina Marga

Roadmap Reformasi Birokrasi Ditjen. Bina Marga 1 ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA 2010-2014 EDISI 1 : 9 Mei 2011 2 Daftar Isi PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR SINGKATAN RINGKASAN EKSEKUTIF A. Gambaran

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1465, 2015 BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U No.1465, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL & KOORDINASI TINDAK LANJUT PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL & KOORDINASI TINDAK LANJUT PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SOSIALISASI ROADMAP REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL & KOORDINASI TINDAK LANJUT PELAKSANAAN

Lebih terperinci

- 2 - Pasal 3. Pasal 5 Area sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Kepala Badan ini.

- 2 - Pasal 3. Pasal 5 Area sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Kepala Badan ini. - 2 - Pasal 1 Menetapkan Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika tentang Road Map Reformasi Birokrasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika 2015 2019. Pasal 2 Road Map Reformasi

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY. Pedoman pelaksanan program dan kegiatan reformasi birokrasi Kementerian Pertahanan dijabarkan ke dalam 4 (empat) bagian, yaitu :

EXECUTIVE SUMMARY. Pedoman pelaksanan program dan kegiatan reformasi birokrasi Kementerian Pertahanan dijabarkan ke dalam 4 (empat) bagian, yaitu : 3 EXECUTIVE SUMMARY Reformasi Birokrasi yang telah dicanangkan oleh Pemerintah menjadi program nasional dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan bebas KKN harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 1 ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI 2015-2019 DASAR HUKUM ARAH KEBIJAKAN 1. UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Road Map Reformasi Birokrasi

Road Map Reformasi Birokrasi LAMPIRAN Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor: 20 Tahun 2010 Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Road Map Reformasi Birokrasi

Lebih terperinci

ROADMAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ROADMAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2015-2019 ROADMAP

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Disampaikan Oleh: ADI SETIADI, SH KEPALA SUB BAGIAN PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANG BIDANG BINDA MARGA DAN PIW KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA buku 2 PEDOMAN PEnilaian dokumen usulan dan road map pelaksanaan reformasi birokrasi kementerian/ lembaga Peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 8 tahun 2011

Lebih terperinci

ANGAN Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

ANGAN Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1 ANGAN Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL Jl.HR Rasuna Said Kav C-19 Kuningan Jakarta Selatan 12920 DKI Jakarta www.ombudsman.go.id 1 ROADMAP SEKRETARIAT JENDERAL OMBUDSMAN

Lebih terperinci

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Disampaikan dalam Rapat Kerja/Sosialisasi Reformasi Birokrasi kepada Pemerintah Daerah Regional I (Provinsi/Kabupaten/Kota se-sumatera, DKI

Lebih terperinci

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105 Tahun 2010, tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal adalah melakukan pengawasan,

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105 Tahun 2010, tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal adalah melakukan pengawasan, PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105 Tahun 2010, tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal adalah melakukan pengawasan, pengendalian dan pemantauan pelaksanaan kegiatan di

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN 17 A. Rincian Pelaksanaan Kegiatan BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN Rincian pelaksanaan kegiatankegiatan reformasi birokrasi pada tahun 2011 meliputi penanggung jawab, time frame per bulan, output /hasil yang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

9. Memberikan Dukungan Kepada Asesor dalam Melakukan Penilaian terhadap Komponen Pengungkit

9. Memberikan Dukungan Kepada Asesor dalam Melakukan Penilaian terhadap Komponen Pengungkit 9. Memberikan Dukungan Kepada Asesor dalam Melakukan Penilaian terhadap Komponen Pengungkit Seluruh jajaran unit kerja yang dinilai, harus memberikan dukungan sepenuhnya kepada asesor (tim yang membantu

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

Penandatanganan Berita Acara Konsensus Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Penandatanganan Berita Acara Konsensus Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Penandatanganan Berita Acara Konsensus Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pertemuan Penandatanganan Berita Acara Konsensus Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) dilaksanakan

Lebih terperinci

MEMBANGUN ZONA INTEGRITAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN WILAYAH BEBAS KORUPSI DAN MELAYANI

MEMBANGUN ZONA INTEGRITAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN WILAYAH BEBAS KORUPSI DAN MELAYANI MEMBANGUN ZONA INTEGRITAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN WILAYAH BEBAS KORUPSI DAN MELAYANI OLEH : MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI JAKARTA, 14 FEBRUARI 2012

Lebih terperinci

4/16/2013 MODEL PMPRB. Model PMPRB

4/16/2013 MODEL PMPRB. Model PMPRB MODEL PMPRB Model PMPRB 1 Model PMPRB KOMPONEN KRITERIA Subkriteria Subkriteria Subkriteria Subkriteria 9 PROGRAM REFORMASI BIROKRASI KRITERIA Subkriteria Subkriteria Subkriteria Kriteria dan Sub Kriteria

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN MENTERI NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan Pasal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, RANCANGaAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PW.02.03 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN WILAYAH BEBAS KORUPSI (WBK) KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Lebih terperinci

Kebijakan Reformasi Birokrasi dan Evaluasi Jabatan

Kebijakan Reformasi Birokrasi dan Evaluasi Jabatan Kebijakan Reformasi Birokrasi dan Evaluasi Jabatan Disajikan di Universitas Diponegoro, Semarang 8 November 2011 Bagian Ketatalaksanaan Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan Nasional 2011 20/07/2017

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

2 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.753, 2015 KEMEN-ESDM. Reformasi Birokrasi. Unit Pengelola. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG UNIT PENGELOLA

Lebih terperinci

SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL PADA RAPAT KOORDINASI PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH REGIONAL II RIAU

SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL PADA RAPAT KOORDINASI PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH REGIONAL II RIAU KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL Jalan Medan Merdeka Utara Nomor 7 Jakarta 10110 SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL PADA RAPAT KOORDINASI PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

- 7 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintahan telah menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPABILITAS APARAT PENGAWASAN INTERN

Lebih terperinci

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi Ir. Deddy S. Bratakusumah, BE., MURP., M.Sc, PhD. DEPUTI BIDANG TATALAKSANA deddys@menpan.go.id

Lebih terperinci

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN 1. Peran APIP harus lebih diitingkatkan agar permasalahan terkait masih adanya Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah yang

Lebih terperinci