BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Desa Pakraman Sukasada Gambaran Umum Desa Pakraman Sukasada Banyak orang mendengar nama pulau Bali, akan tetapi sebagian besar orang belum mengenal Singaraja. Singaraja adalah ibu kota Kabupaten Buleleng, Bali, Indonesia. Di Singaraja terdapat banyak sekali desa pakraman yang mempunyai pemandangan bagus dan eksotis, salah satunya adalah Desa Pakraman Sukasada. Desa pakraman merupakan lembaga tradisional dan dikenal semenjak jaman kerajaan dan keberadaanya dilestarikan dan berkembang baik sampai saat ini. Istilah desa pakraman di Bali dikenal juga dengan nama desa dresta ataupun desa adat yang memiliki wilayah ataupun ruang lingkup yang terdiri dari beberapa dusun/lingkungan/desa dinas yang dikepalai oleh kepala desa, tapi tidak menutup kemungkinan satu desa dinas terdiri dari beberapa desa pakraman. Desa ini merupakan kesatuan dari masyarakat hukum adat di Bali yang memiliki satu kesatuan tradisi, tata krama pergaulan hidup, dan sosial dalam ikatan hukum adat yang berbeda antara satu desa dengan desa yang lain. Desa pakraman memiliki ikatan turun-temurun di Kahyangan Tiga yang terdiri dari Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem Setra yang kesemua itu memiliki wilayah-wilayah tertentu dan aset-aset tanah milik desa, sehingga diistilahkan dengan tanah ayah desa (tanah milik desa yang ditempati oleh warga setempat) dan berhak mengurus rumah tangga sendiri. Konsep terbentuknya desa pakraman sungguh sangat mulia tujuannya, yaitu untuk pemersatu masyarakat Bali. Ide ini dicetuskan dan dibentuk oleh Mpu Kuturan di tahun I saka 932 (1001 masehi) lewat pertemuan yang dikenal dengan nama Samuan Tiga, dan pada saat itulah terbentuk dan berdirinya desa pakraman (Dherana, 1995:147). Dalam perkembangannya setelah penjajahan Belanda, ada istilah desa tradisional yang berkembang menjadi desa adat, maka pengertian desa adat dan pakraman menjadi kabur, ada yang masih rancu dan bingung. Hingga pada saat reformasi di tahun 2003, istilah desa pakraman dikembalikan eksistensinya dan kembali lagi ke konsep aslinya. Sehingga desa adat, commit pakraman to user dan dresta itu adalah satu dengan 38

2 39 istilah yang berbeda. Harapan semua masyarakat Bali dengan adanya desa pakraman ini menjadikan masyarakat tetap menjaga nilai-nilai adat dan budaya yang adi luhung secara berkelanjutan dan menjadi pilar yang kokoh untuk mewujudkan Ajeg Bali. Bali yang merupakan pulau tujuan wisata Internasional yang pastinya banyak pengaruh budaya-budaya asing yang masuk agar dapat tetap disaring, sehingga Bali ke depan tetap sesuai seperti yang diharapkan. Potensi alam dan budaya dipedesaan yang begitu unik dan hebat tidak akan pernah ada artinya apabila hanya dinikmati oleh masyarakat setempat saja. Keindahan, keunikan dan keanehan yang dimiliki akan tenggelam begitu saja dan tidak akan berkembang menjadi sebuah potensi ekonomi yang sangat berarti bagi peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Jadi, seluruh potensi yang ada di Desa Pakraman Sukasada sudah saatnya untuk diperkenalkan kepada seluruh lapisan masyarakat Bali maupun di luar pulau Bali agar berdaya guna dan memiliki kemanfaatan yang berguna bagi masyarakat sekitar maupun orang lain. Daya saing pariwisata yang justru terbentuk karena keunikan produknya yang tidak dapat dibeli di tempat lain dapat dinikmati dalam bentuk keunikan alam, budaya, dan masyarakat di tempatnya (Hermantoro, 2011:111). Pembangunan pariwisata tidak harus selalu yang fisik seperti halnya membangun tempat hiburan, hotel, dan lain-lain, namun sebuah desa yang seluruh penghuni masyarakatnya merupakan aset industri pariwisata yang perlu dijual di dalam dan di luar negeri, dengan seluruh keunikan dan keanehan yang mungkin setiap daerah tidak sama. Kesenian rakyat, upacara adat, tata cara kehidupan sehari hari, berladang dan lain-lainnya menjadi bagian dari potensi pariwisata Desa Pakraman Sukasada. Keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari segi kehidupan sosial, budaya, adat-istiadat, arsitektur bangunan, dan struktur ruang desa sangat potensial sebagai modal budaya untuk dikembangkan menjadi wisata berbasis masyarakat. Wisatawan yang datang ke Desa Pakraman Sukasada dapat menikmati alam pedesaan yang masih bersih dan merasakan hidup di alam desa dengan sejumlah adat dan istiadatnya. Hal ini menunjukkan bahwa, membangun desa wisata sesungguhnya membangun perekonomian berbasis masyarakat, oleh karenanya membangunan desa wisata harus memberdayakan masyarakat sebagai pemilik desa dan sekaligus pemilik

3 40 industri pariwisata. Sebuah desa wisata akan berkembang dengan baik apabila didukung oleh masyarakat sekitar dan pemerintah, dalam hal ini pemerintah sebagai motivator dan fasilitator, sehingga manfaat pembangunan kepariwisataan akan sangat dirasakan oleh rakyat karena pendapatan asli daerah (PAD) di daerah yang paling besar dan bermanfaat yaitu apa yang langsung dirasakan oleh masyarakat sekitar. Sesuai dengan namanya, wisata berbasis masyarakat yang menjadi penggeraknya adalah masyarakat. Masyarakat menjadi pokok, masyarakat yang mandiri, masyarakat yang jauh dari belenggu rendah diri. Masyarakat dalam hal ini lebih cenderung kepada masyarakat yang selama ini hidup dan berkembang di wilayah sekitarnya. Tamu-tamu mereka yang biasa disebut wisatawan bisa menikmati kehidupan sehari-hari masyarakat setempat, bisa bergaul dengan masyarakat, merasakan sajian makanan dan minuman khas, menikmati alam sekitar dan jenis atraksi yang disuguhkan Sejarah Singaraja dan Desa Pakraman Sukasada Pada jaman dahulu kala di Istana Gelgel sekitar tahun 1568 Raja Sri Aji Dalem Sigening menitahkan putranda Ki Barak Sakti, supaya kembali ketempat tumpah darah bundanya di Den Bukit (Bali Utara). Ki Barak Panji bersama bunda Sri Luh Pasek, setelah memohon diri kehadapan Sri Aji Dalem lalu berangkat menuju Den Bukit diantar oleh empat puluh orang pengiring Baginda yang dipelopori oleh Ki Kadosot. Perjalanan mereka memasuki hutan lebat sangat mengerikan, udara yang sangat dingin menggigilkan, menembus celah-celah bukit, mendaki Gunung-gunung meninggi, menuruni jurang-jurang curam, dan akhirnya mereka tiba pada suatu tempat yang agak mendatar. Pada tempat itulah mereka melepaskan lelah seraya membuka bungkusan bekal mereka. Sesekali mereka makan ketupat, mereka sembahyang, kemudian mereka diperciki air tirta oleh Sri Luh Pasek demi keselamatan perjalanannya, belakangan tempat itu diberi nama Yeh Ketipat. Rombongan Ki Barak Panji telah tiba di Desa Gendis/Panji dengan selamat. Tersebutlah Ki Pungakan Gendis, pemimpin desa yang sekali-kali tidak menghiraukan keluh kesah para penduduknya. Ia memerintah hanya semata-mata untuk memenuhi nafsu buruknya, kesenangannya hanyalah bermain judi, terutama sabungan ayam. Oleh karena demikian sikap pemimpin Desa Gendis itu, maka makin lama makin dibenci rakyatnya, dan pada saat terjadi peperangan, ia dibunuh oleh Ki Barak Panji.

4 41 Desa Gendis lalu di perintah oleh Ki Barak Panji, seorang pemimpin yang gagah berani, adil dan bijaksana. Ki Barak Panji mendengar adanya kapal layer Tionghoa terdampar, kemudian timbullah rasa belas kasihan untuk menolong pemilik kapal tersebut. Baginda bersama-sama dengan Ki Dumpyung dan Ki Kadosot dapat membantu menyelamatkan kapal layar yang terdampar itu di pantai Segara Penimbangan. Setelah bantuannya berhasil, baginda mendapat hadiah seluruh isi kapal tersebut berupa barang-barang tembikar seperti piring, mangkok, dan uang kepeng yang jumlahnya sangat besar. Kepemimpinan Ki Barak Panji makin lama makin terkenal, beliau selalu memperhatikan keadaan rakyatnya, mengadakan pembangunan di segala bidang baik fisik maupun spiritual. Oleh karena demikian maka penduduk Desa Gendis dan Sekitarnya, secara bulat mendaulat Baginda supaya menjadi Raja, yang kemudian dinobatkan dengan gelar Ki Gusti Ngurah Panji Sakti. Untuk mencari tempat yang agak datar, maka Kota Gendis serta Kahyangan Pura Bale Agung-nya di pindahkan ke Utara Desa Panji. Pada tempat yang baru inilah Baginda mendirikan istana lengkap dengan Kahyangan Pura Bale Agungnya guna memenuhi kepentingan masyarakat desanya untuk menghantar persembahyangan di dalam pura maupun upacara di luar pura, serta untuk hiburan-hiburan lainnya, maka baginda membuat seperangkat gamelan gong yang masing-masing di beri nama yaitu sebagai berikut. 1. Dua buah gongnya di beri nama Bentar Kedaton. 2. Sebuah bendennya di beri nama Ki Gagak Ora. 3. Sebuah keniknya bernama Ki Tudung Musuh. 4. Teropong bernama Glagah Ketunon. 5. Gendangnya bernama Gelap Kesanga. 6. Keseluruhannya bernama Juruh Satukad. Karena perbawa dan keunggulan Ki Gusti Ngurah Panji Sakti, maka Kyai Alit Mandala, lurah kawasan Bondalem tunduk kepada Baginda. Kemudian atas kebijaksanaanya maka Kyai Alit Mandala, diangkat kembali menjadi lurah yang memerintah di kawasan Bondalem, Buleleng Bagian Timur. Pada sekitar tahun 1584 Masehi, untuk mencari tempat yang lebih strategis maka Kota Panji dipindahkan kesebelah Utara Desa Sangket. Pada tempat yang baru inilah Baginda selalu bersuka ria bersama rakyatnya sambil membangun dan kemudian tempat yang baru ini di beri nama Sukasada commit yang artinya to user Selalu Bersuka Ria. Selanjutnya

5 42 di ceritakan berkat keunggulan Ki Gusti Panji Sakti, maka Kyai Sasangka Adri, Lurah kawasan Tebu Salah (Buleleng Barat) tunduk kepada baginda, lalu atas kebijaksanaan beliau maka Kyai Sasangka Adri diangkat kembali menjadi Lurah di kawasan Bali Utara Bagian Barat. Untuk lebih memperkuat dalam mempertahankan daerahnya, Ki Gusti Ngurah Panji Sakti segera membentuk pasukan yang di sebut Truna Goak di Desa Panji. Pasukan ini dibentuk dengan jalan memperpolitik seni permainan burung gagak, yang dalam Bahasa Bali disebut Magoak-goakan. Dari permainan ini akhirnya terbentuknya pasukan truna Goak yang berjumlah 2000 orang, yang terdiri dari para pemuda perwira berbadan tegap, tangkas, serta memiliki moral yang tinggi di bawah pimpinan perang yang bernama Ki Gusti Tamblang Sampun dan di wakili oleh Ki Gusti Made Batan. Ki Gusti Ngurah Panji Sakti beserta putra-putra Baginda dan perwira lainnya, memimpin pasukan Truna Goak yang semuanya siap bertempur berangkat menuju daerah Blambang. Dalam pertempuran ini Raja Blambangan gugur di medan perang, dengan demikian kerajaan Blambangan dengan seluruh penduduknya tunduk pada Raja Ki Gusti Ngurah Panji Sakti. Berita kemenangan ini segera di dengar oleh Raja Mataram Sri Dalem Solo dan kemudian beliau menghadiahkan seekor gajah dengan 3 orang pengembalanya kepada Ki Gusti Ngurah Panji Sakti. Menundukkan kerajaan Blambangan harus ditebus dengan kehilangan seorang putra Baginda bernama Ki Gusti Ngurah Panji Nyoman, hal yang mengakibatkan Baginda Raja selalu nampak bermuram durja. Hanya berkat nasehat-nasehat Pandita Purohito, akhirnya kesedihan Baginda dapat terlupakan dan kemudian terkandung maksud untuk membangun istana yang baru di sebelah Utara Sukasada. Pada sekitar tahun Candrasangkala Raja Manon Buta Tunggal atau Candrasangkala 6251 atau sama dengan tahun caka 1526 atau tahun 1604 Masehi, Ki Gusti Ngurah Panji Sakti memerintahkan rakyatnya membabat tanah untuk mendirikan sebuah istana di atas padang rumput alang-alang, yakni ladang tempat pengembala ternak, dimana ditemukan orang-orang menanam Buleleng. Pada ladang Buleleng itu Baginda melihat beberapa buah pondok-pondok yang berjejer memanjang, di sanalah beliau mendirikan istana yang baru yang menurut perhitungan hari sangat baik pada waktu itu jatuh pada tanggal 30 Maret 1604.

6 43 Selanjutnya, Istana Raja yang baru dibangun itu disebut Singaraja karena mengingat bahwa keperwiraan Raja Ki Gusti Ngurah Panji Sakti tak ubahnya seperti Singa. Demikianlah hari lahirnya, Kota Singaraja pada tanggal 30 Maret 1604 yang bersumber pada sejarah Ki Gusti Ngurah Panji Sakti, sedangkan nama Buleleng adalah nama asli jagung gambal atau jagung gambah yang banyak ditanam oleh penduduk pada waktu itu Letak Geografis Desa Pakraman Sukasada Kabupaten Buleleng/Singaraja terletak di belahan utara Pulau Bali, memanjang dari barat ke timur dan mempunyai pantai sepanjang 144 Km. Secara geografis terletak pada posisi LS 114 dan BT. Kabupaten Buleleng berbatasan dengan Kabupaten Jembrana di bagian barat, Laut Jawa/Bali di bagian utara, dengan Kabupaten Karangasem di bagian timur dan di sebelah Selatan berhadapan dengan 4 Kabupaten yaitu: Badung, Gianyar, Bangli, dan Kabupaten Tabanan. Luas Kabupaten Buleleng secara keseluruhan 1.365,88 Km2 atau 24,25 persen dari luas Provinsi Bali. Kabupaten Buleleng merupakan daerah berbukit yang membentang di bagian selatan, sedangkan dibagian utara merupakan dataran rendah. Kabupaten Buleleng juga terdapat gunung berapi dan tidak berapi. Gunung yang tertinggi adalah Gunung Tapak (1903 M) yang berada di Kecamatan Sukasada. Selain itu, di Kabupaten Buleleng terdapat dua buah danau yaitu Danau Tamblingan (110 hektar) yang berada di Kecamatan Banjar, sedangkan Danau Buyan (360 hektar) terletak di Kecamatan Sukasada. Kabupaten Buleleng memiliki iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin musim yang berganti setiap enam bulan dengan curah hujan berkisar antara bulan Oktober-April, sedangkan musim panas berkisar antara bulan April-Oktober. Desa Pakraman Sukasada terletak di Kabupaten Buleleng, tepatnya 21 km sebelah selatan kota Singaraja. Luas wilayah Desa Pakraman Sukasada adalah 7,12 km2 berada pada lereng pegunungan dengan ketinggian meter dari permukaan laut (mdpl) dan terletak diantara dua bukit besar. Suhu rata-rata di daerah ini antara 20 C sampai 25 C dengan curah hujan sedang hingga mm/tahun. Wilayah desa ini memiliki kemiringan tanah sebesar derajat baik pada pemukiman ataupun

7 44 pada tanah perkebunan, bahkan pada tempat-tempat tertentu lebih dari 45 derajat (lihat gambar 3, diakses pada tanggal 15 April 2015). Lokasi Penelitian Desa Pakraman Sukasada Gambar 3: Peta Singaraja, Buleleng. Sumber: (diakses pada tanggal 15 April 2015). Adapun letak dan batas-batas wilayah Desa Pakraman Sukasada sebagai berikut. Sebelah Utara, berbatasan dengan kelurahan Beratan. Sebelah timur, berbatasan Desa Sari Mekar. Sebelah selatan, berbatasan dengan Desa Ambengan/Gitgit, dan sebelah barat, berbatasan dengan Desa Sambangan (Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Buleleng, web: diakses pada tanggal 15 April 2015) (lihat tabel 1).

8 45 Tabel 1: Kondisi Wilayah 1. Luas Wilayah 2. Batas-batasWilayah a. Utara b. Selatan c. Timur d. Barat A. KONDISI WILAYAH : 7,15km2 : Kelurahan Beratan : Desa Ambengan : Desa Sari Mekar : Desa Sambangan 3. Jarak Pemerintahan Desa ke a. Kecamatan b. Kabupaten c. Provinsi : 0 : 1km : 93km Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Buleleng. (web: diakses pada tanggal 15 April 2015) Sebagian besar wilayah Kecamatan Sukasada berada pada dataran tinggi, namun pusat pemerintahannya berada pada dataran rendah. Desa Pakraman Sukasada merupakan sebuah desa yang mempunyai hamparan pemandangan yang bagus dan indah untuk dipandang. Adat istiadat, budaya, dan kesenian rakyat menunjukkan kondisi masyarakat yang sangat mentradisi sekali. Salah satu dari keunikan budaya tersebut adalah tajen, memang tajen atau sabung ayam sudah ada di beberapa wilayah di Indonesia, tetapi yang unik di Desa Pakraman Sukasada adalah masyarakat yang ikut melestarikan tajen ini, bukan hanya petaruh saja sehingga tajen dapat menambah keunikan yang bisa ditawarkan kepada wisatawan untuk datang berkunjung ke Desa Pakraman Sukasada Demografi Desa Pakraman Sukasada Sebagai desa yang masih tradisional dan selalu menjunjung tinggi awig awig (aturan adat) desa, kehidupan masyarakat commit to Desa user Pakraman Sukasada selalu

9 46 mengedepankan prinsip persatuan, kesatuan dan kebersamaan. Eratnya hubungan yang terjalin antar individu di Desa Pakraman Sukasada pada dasarnya adalah setiap aspek kehidupan di desa yang selalu berdasarkan adat, tatanan tersebut senantiasa terjaga dengan adanya sistem pemerintahan adat. Jumlah penduduk di Desa Pakraman Sukasada mencapai 8394 orang tahun Terdiri dari, 3914 orang laki-laki, 4480 orang perempuan, dan 1184 jumlah orang yang sudah berkeluarga. (Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Buleleng, web: diakses pada tanggal 15 April 2015), (lihat tabel 2). Tabel 2: Kependudukan B. KEPENDUDUKAN 1. Jumlah Penduduk : 8.394orang 2. Jumlah Penduduk Laki-Laki : 3.914orang 3. Jumlah Penduduk Perempuan : 4.480orang 4. Jumlah Keluarga : 1.184keluarga Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Buleleng (web: diakses pada tanggal 15 April 2015) Sistem pemerintahan adat di Desa Pakraman Sukasada sangat demokratis, semua masyarakat mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin dengan syarat, seseorang tersebut memiliki jiwa kepemimpinan dan bersikap adil kepada semua anggota masyarakat. Keanggotaan desa adat dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu krama desa (keanggotaan inti), krama bumi pulangan, dan krama bumu (Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Buleleng, web: kominfo@bulelengkab.go.id, diakses pada tanggal 15 April 2015) (lihat tabel 3).

10 47 Tabel 3: Lembaga Pemerintahan Desa C. LEMBAGA ADA TIDAK JUMLAH KETERANGAN 1. Desa Pakraman 3 2. Banjar Dinas/Lingkungan 5 3. Banjar Adat 1 4. Hansip 31 personil 5. Subak 5 6. Karang Taruna/Muda- Mudi/Truna-Truni 7. Sanggar Seni 1 Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Buleleng (web: diakses pada tanggal 15 April 2015) Jabatan dalam krama desa dibagi dalam 4 tingkatan, yaitu luanan (sebagai penasehat atau sesepuh desa), Bahan Roras (kelian desa), Tambalapu (menyampaikan informasi kepada warga lainnya.), dan Pengluduan (pelaksana kegiatan). Semua permasalahan yang ada di Desa Pakraman Sukasada diputuskan melalui sangkep (pertemuan/rapat) yang dipimpin oleh kelian desa dengan mengundang krama desa muani (anggota krama desa laki-laki). Ketika berjalannya proses diskusi, kesempatan pertama untuk mengemukakan pendapat diberikan pada luanan, kemudian bahan roras dan dilanjutkan oleh pengluduan. Semua pendapat akan ditampung, dibicarakan lagi, dan diputuskan oleh kelian desa. Jika mereka belum bisa mengambil keputusan, sangkep (pertemuan) akan diulang dengan mengundang keliang gumi. Namun jika kelian desa tetap belum bisa memutuskan, maka pengambilan keputusan dilakukan melalui suara terbanyak Ekonomi Desa Pakraman Sukasada Desa Pakraman Sukasada secara ekonomi didukung dari berbagai sektor usaha dan sektor pertanian, tanaman pangan commit memiliki to user kontribusi yang sangat besar dalam

11 48 pembentukan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Komoditi tanaman pangan memberikan kontribusi terhadap sektor pertanian dalam arti luas sebesar 46,77 persen. Komoditi tanaman pangan yang terus dikembangkan dan ditingkatkan produksinya adalah; padi dan palawijaya, sayur-sayuran (bawang merah, bawang putih, bawang daun, kentang, buncis, kubis, petai, sawi, wortel, cabai, tomat, terong, mentimun, kangkung, bayam), dan buah-buahan (alpukat, mangga, rambutan, anggur, duku/langsat, jeruk, durian, sawo, jambu biji, pisang, pepaya, nanas, salak, dan anggur). Peternakan juga berkontribusi terhadap perekonomian daerah. Potensi peternakan di Desa Pakraman Sukasada didukung oleh adanya sumber daya alam berupa lahan sawah, lahan kering, lahan perkebunan sebagai sumber hijau makanan ternak (HMT). Populasi ternak maupun hewan besar maupun kecil yang telah berkembang di Desa Pakraman Sukasada meliputi; sapi potong, sapi perah, kerbau, Babi Bali, babi sadliback, babi landrace, kambing kacang, kambing PE, domba, ayam buras, ayam ras, itik, dan aneka ragam ternak lainnya. Potensi areal lahan perkebunan tahun 2013 seluas Ha atau 28,67 persen dari luas wilayah Kabupaten Buleleng ( Ha). Komoditi perkebunan yang menjadi produk andalan adalah; kopi robusta, kopi arabika, jambu mete, cengkeh, kakao, kelapa dan tembakau virgina (lihat tabel 4), (Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Buleleng, web: diakses pada tanggal 15 April 2015). Tabel 4: Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan D. PERTANIAN, PERKEBUNAN DANPETERNAKAN 1. Komoditas Pertanian yang Dikembangkan 2. Komoditas Perkebunan yang Dikembangkan 3. Potensi Peternakan yang Dikembangkan : Pertanian Padi dan Sayur Mayur : Tembakau : Unggas Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Buleleng (web: diakses pada tanggal 15 April 2015)

12 Pariwisata yang Ada di Desa Pakraman Sukasada Di Desa Pakraman Sukasada belum mempunyai kelengkapan sarana dan prasarana yang menunjang untuk dijadikan suatu obyek pariwisata, karena masyarakat Desa Pakraman Sukasada masih sangat minim kesadarannya untuk menjadikan suatu obyek pariwisata, sebagai contoh adalah air terjun Git-git yang minimnya pengelolaan wisata air, padahal air terjun itu sangat bagus sekali, mata air panas banjar yang kurang terkenal, pantai lovina yang memiliki spot diving dan snorkling yang indah. Karena kurangnya promosi pariwisata sehingga banyak turis hanya mampir lalu lewat. Tugu Tri Yudha Sakti saat ini pengelolaannya juga masih sangat kurang, dari segi perawatan dan kebersihannya. Tugu Tri Yudha Sakti yang merupakan tempat bersejarah untuk mengenang para pahlawan dalam perjuangan rakyat Bali untuk mempertahankan daerahnya dari kolonialisme Belanda, yang pada saat itu ingin memecah-belah rakyat Bali pasca proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan. Disamping itu, lokasi monumen jauh dari keramaian, sehingga sangat cocok untuk dijadikan tempat untuk persembahyangan dan kemah spiritual untuk mencari ketenangan dan kedamaian (lihat tabel 5), (Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Buleleng, web: diakses pada tanggal 15 April 2015). Tabel 5: Pariwisata Desa Pakraman Sukasada. E. PARIWISATA ADA TIDAK JUMLAH KETERANGAN a. Wisata Alam - Kurang Terawat b. Wisata Budaya - c. Wisata Kuliner - d. Wisata Bahari - e. Tugu Tri Yudha Sakti Kurang Terawat Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Buleleng (web: diakses pada tanggal 15 April 2015) Dalam pengembangan pariwisata, perlu ditingkatkan langkah-langkah yang terarah dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja dan perencanaan pengembangan fisik. Kedua hal tersebut hendaknya saling terkait, sehingga pengembangan tersebut menjadi realistis dan proporsional. Dalam buku yang di tulis

13 50 Yoeti (1985: 164), suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati pengunjung, yaitu sebagai berikut. 1) Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut. 2) Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi, baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana. 3) Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh. Suatu tempat atau keadaan alam yang sangat menarik pasti sangat dinikmati oleh wisatawan pada umumnya. Objek wisata yang mempunyai potensi dan daya tarik wisata yang baik harus terus dibangun dan dikembangkan, sehingga mempunyai daya tarik agar wisatawan puas akan objek wisata yang dikunjunginya. Potensi dan daya tarik wisata di dalam objek wisata yang berwujud pada ciptaan Tuhan Yang Maha Esa adalah keadaan alam, beserta flora dan faunanya. 4.2 Bentuk Tajen di Desa Pakraman Sukasada Sudah sejak lama tradisi sabung ayam sudah tumbuh dan berkembang di Bali, awalnya berkembang dari rangkaian upacara dewa yajna yang dinamakan upacara Tabuh Rah, yang mana tabuh rah ini mempersyaratkan adanya darah yang menetes sebagai simbol/syarat menyucikan umat manusia dari ketamakan atau keserakahan terhadap nilai-nilai materialistis dan duniawi. Tabuh rah juga bermakna sebagai upacara ritual buta yajna dimana darah yang menetes ke bumi disimbolkan sebagai permohonan umat manusia kepada Sang Hyang Widhi Wasa agar terhindar dari marabahaya. Kemudian terjadi pergeseran makna ritual tabuh rah, yang kemudian mengarah kepada judi atau yang disebut commit to dengan user tajen. Tajen dan tabuh rah

14 51 dikembangkan sebagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, walau sebenarnya tajen dan tabuh rah berada pada nilai yang berbeda. Untuk dapat lebih memahami tentang tabuh rah dan bentuk tajen terutama di Desa Pakraman Sukasada pada sub bab ini perlu dipaparkan dua hal penting, yaitu; (1) tinjauan tentang tabuh rah, dan (2) bentuk tajen di Desa Pakraman Sukasada Tinjauan Tentang Tabuh Rah Tabuh rah secara etimologis berasal dari kata majemuk tabuh dan rah. Tabuh sama artinya dengan tabur, sedangkan rah artinya darah, jadi tabuh rah berarti menaburkan darah. Tabuh rah merupakan ritual keagamaan (yajna) yang ditandai dengan taburan darah binatang sebagai pemberian persembahan kepada bhuta dan kala (makhluk gaib yang sifatnya merusak) agar mereka tidak mengganggu umat manusia (Tinggen, 2001:1). Tabuh rah biasanya dilakukan dengan beberapa cara dan selalu berhubungan dengan upacara bhuta yajna atau yang biasa disebut dengan mecaru (membuat upacara korban). Bhuta yajna sering dilakukan dengan cara mecaru karena makna dari upacara bhuta yajna adalah mengharmoniskan unsur-unsur Panca Maha Bhuta di Bhuana Agung dan Bhuana Alit, Ginarsa (Mertha, 2010:14). Unsur-unsur Panca Maha Bhuta merupakan lima unsur yang menyusun alam semesta, seperti pertiwi, apah, teja, bayu, dan akasa/ether. Pertiwi adalah sesuatu di sekitar kita yang mewujud, berbentuk, dan dapat dirasakan seperti besi, logam, kayu, dan lain sebagainya, biasanya pertiwi lebih dikenal dengan tanah. Apah adalah segala sesuatu yang lentur, mengalir, fleksibel, luwes, mendinginkan, dan tidak memiliki bentuk yang kokoh, secara nyata wujud apah adalah elemen air. Teja merupakan elemen api, yang dapat menghasilkan panas dan cahaya. Bayu merupakan sesuatu yang menaungi atau melingkupi jagat raya. Bentuk dari elemen bayu adalah angin yang melingkupi bumi. Akasa/ether merupakan unsur ruang kosong, dengan kata lain alam tempat tinggal seluruh makhluk hidup, Ginarsa (Mertha, 2010:16-17). Tabuh rah dilaksanakan dengan perantara hewan yang berhubungan erat dengan kehidupan manusia seperti bebek, kerbau, ayam, dan masih banyak lagi. Media yang sering digunakan dalam ritual tabuh rah adalah ayam (ayam jantan), karena ayam memiliki bermacam-macam warna, baik yang memiliki satu macam warna maupun warna campuran. Begitu juga dengan bhuta dan kala memiliki warna yang dapat disimbolkan

15 52 dengan berbagai warna ayam (Hidayat, 2011:30). Ayam yang dipilih tidak sembarangan dan harus sesuai dengan caru panca sata, yaitu upacara korban yang memiliki lima warna ayam yang masing-masing berwarna putih, merah, siungan (ayam putih yang paruh dan kakinya berwarna kuning seperti burung siung), hitam, dan brumbun (ayam yang warna bulunya campuran, yaitu putih, merah, kuning, hijau, dan hitam). Seperti tabel di bawah ini. Tabel 6: Ketentuan Caru Panca Satha No Ayam Arah Urip Warna Bhuta Dewa Askara 1 Putih Timur 5 Putih Jangitan Iswara Sa (sang) 2 Biying Selatan 9 Merah Langkir Brahma Ba (bang) 3 Putih Barat 7 Kuning Lembukanya Maha Ta (tang) siungan Dewa 4 Hitam Utara 4 Hitam Taruna Wisnu A (ang) 5 Brumbun Tengah 8 Panca Tiga Sakti I (ing) Warna Siwa Sumber: (Arista, 2011:7) Ayam yang telah dipilih sesuai dengan warnanya (melambangkan bhuta dan kala), yaitu bhuta putih yang bersemayan di timur diberi suguhan korban ayam yang bulunya berwarna putih, bhuta bang (merah) yang bersemayam di barat diberi suguhan korban ayam yang bulunya berwarna hitam, dan bhuta panca warna yang bersemayam di tengah-tengah diberi suguhan korban ayam berwarna brumbun (Mertha, 2010:17). Awalnya, ritual tabuh rah menggunakan darah manusia, namun lambat laun berubah menggunakan darah binatang (karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan) (Tinggen, 2001:5). Darah manusia dipersembahkan kepada dunia gaib atau kekuatan besar dari alam yang dianggap sebagai roh. Selain digunakan sebagai persembahan, darah dianggap sebagai penebusan dosa dan dapat mempererat hubungan antara manusia dengan alam semesta (salah satu hubungan dalam Tri Hita Karana) (Tinggen, 2001:6). Tabuh rah umumnya diadakan di tempat pecaruan berlangsung dan dalam pelaksanaannya dengan cara perang sata (adu tanding). Namun yang perlu diperhatikan dalam ritual tabuh rah adalah hanya dilakukan tiga sehet (tiga kali pertandingan) dan

16 53 tidak boleh lebih dari itu (Tinggen, 200:6). Adapun maksud dilakukannya tiga pertandinagn tersebut adalah agar nantinya darah yang jatuh kepertiwi (tanah) sebanyak tiga kali. Darah yang menetes tersebut dihaturkan pada tiga bhucari, yaitu darah yang pertama dipersembahkan pada Dhurga Bhucari, percikan darah yang kedua dipersembahkan pada Kale Bhucari, dan percikan darah yang terakhir dipersembahkan pada Bhuta Bhucari (Widyana, 2013:51). Ritual tabuh rah dapat dilakukan dengan berbagai hal, salah satunya dengan cara perang sata yaitu mengadu ayam yang satu dengan ayam yang lainnya sampai salah satu meneteskan darah ke pertiwi (tanah). Cara melaksanakan perang sata adalah dua ayam jago dipilih terlebih dahulu, kemudian dipasangkan alat berbentuk pisau kecil (taji) yang diikat dengan benang dan diletakan di kaki ayam tersebut setelah itu kedua ayam tersebut diadu di arena. Sebelum benar-benar dilepaskan di arena, kedua ayam tersebut berhadapan satu sama lain, dihadap-hadapkan (diadu) tetapi belum dilepaskan di arena (pura-pura), setelah kedua ayam terlihat marah barulah keduanya diadu di arena. Taji yang dipasang pada ayam tersebut berfungsi sebagai alat yang membuat ayam jago tersebut mengeluarkan darah pada saat diadu. Selain perang satha, persembahan dapat dilakukan dengan cara ayam disembelih lehernya hingga mengeluarkan darah, adapula dengan cara kerbau hitam yang telah diupacarai diikat di pohon kemudian ditusuk menggunakan keris khusus. Menurut kepercayaan umat Hindu, ayam yang dijadikan Yajna nantinya akan naik derajatnya pada reinkarnasi yang selanjutnya dan menjadi binatang dengan derajat yang lebih tinggi atau menjadi manusia Ritual Agama Hindu yang Memakai Tabuh rah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk (beraneka ragam), bentuk dari kemajemukan ini salah satunya diwujudkan dalam beraneka ragam ritual keagamaan dan upacara-upacara suci pada setiap suku dan wilayah tempat tinggal. Ritual keagamaan maupun upacara suci memiliki bentuk, cara, dan tujuan yang berbeda-beda antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya sesuai dengan kepercayaan yang dianut. Ritual merupakan seperangkat tindakan yang selalu melibatkan aspek agama dan kekuatan magis yang dimantapkan oleh tradisi, sedangkan upakara merupakan gerakan atau pelaksanaan dari rangkaian perbuatan atau upacara

17 54 pada pelaksanaan yajna (upacara pengorbanan) yang dianggap suci (Nugroho, 2010:1). Bagi masyarakat Hindu, kegiatan ritual khususnya ritual keagamaan sangat penting bagi kehidupan mereka. Ritual keagamaan merupakan perwujudan dari aktifitas-aktifitas manusia atau tindakan manusia untuk menunjukkan kebaktian sekaligus menjalin komunikasi dengan Tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang, dan makhluk-makhluk gaib lainnya yang mereka percayai. Ritual keagamaan secara simbolik menggambarkan tujuan manusia dalam mencari keselamatan dan ketenangan secara spiritual. Pelaksanaan ritual keagamaan dilakukan secara khidmat, hati-hati, dan bijaksana karena tindakan dan rangkaian kegiatan tersebut merupakan sesuatu yang suci, baik upacara maupun upakaranya. Semua tindakan manusia selalu berkaitan dengan ritual, di manapun mereka berada dan bagaimana tipe dari manusia tersebut. Beberapa ritual diurai sebagai sebuah kebudayaan karena merupakan ciptaan, tindakan, atau kebiasaan dalam masyarakat. Di Bali, ritual keagamaan dianggap sebagai kegiatan rutinitas yang dilakukan masingmasing anggota masyarakat. Setiap hari mereka melakukan kegiatan upakara ritual yang berkaitan dengan agama, seperti memberikan persembahan dalam bentuk banten/sesajen di dalam rumah, halaman, dan sanggah mereka. Tujuan dari persembahan tersebut adalah agar rumah dan pekarangannya diberikan perlindungan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, serta memberikan ketenangan bagi setiap anggota keluarga. Sanggah atau merajan merupakan tempat suci untuk beribadah bagi suatu keluarga tertentu. Sanggah berasal dari kata sanggar yang artinya tempat suci, dan merajan berasal dari kata praja yang artinya keluarga. Secara singkat etnis Bali Hindu menyebut tempat persembahyangan keluarganya dengan sebutan sanggah atau merajan. Di sanggah atau merajan sering diadakan upacara ritual keagamaan, seperti piodalan atau pujawali yang dilaksanakan setiap tahun, sesuai dengan perhitungan kalender saka Bali. Kegiatan ritual keagamaan juga dilakukan saat upacara atau acara-acara besar umat Hindu seperti nyepi, galungan, kuningan, saraswati, siwa ratri, dan hari besar lainnya. Hari-hari perayaan tersebut memiliki makna dan fungsi yang berbeda-beda, seperti contoh galungan. Galungan merupakan hari raya umat Hindu sebagai ucapan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terciptanya dunia dan isinya. Dari berbagai hari besar umat Hindu tersebut, beberapa diantaranya menggunakan ritual tabuh rah seperti nyepi, piodalan atau pujawali yang diadakan di pura.

18 55 Nyepi merupakan hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun baru Saka berdasarkan penanggalan/kalender saka yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Umat Hindu merayakan hari raya nyepi mulai tiga hari sebelum hari H, sampai beberapa hari sesudah hari nyepi. Sehari sebelum nyepi, yaitu saat Tilem Sasih Kesanga (bulan mati yang ke 9) umat Hindu melaksanakan upacara bhuta yajna yang diikuti oleh semua masyarakat, mulai dari keluarga, warga banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya. Masing-masing lapisan masyarakat memberikan persembahan sesuai dengan kemampuan ekonomi yang dimiliki. Persembahan melalui pecaruan yang dikorbankan merupakan nyomya, yaitu persembahan yang dapat menetralisir kekuatan negatif bhuta kala agar segala kekotoran (leteh) yang menyebabkan bahaya dapat hilang (Noviasih, 2002:30). Umat Hindu merayakan nyepi dengan cara tidak melakukan aktivitas apapun seperti biasanya. Pada hari itu, suasana tampak seperti mati atau tak berpenghuni karena mereka melakukan catur brata penyepian, yang terdiri dari amati geni atau tidak menghidupkan api, amati karya atau tidak bekerja, amati lelungan atau tidak berpergian, dan amati lelanguan atau tidak bersenang-senang. Selain pada hari nyepi, acara lain yang menggunakan tabuh rah adalah piodalan atau pujawali. Piodalan merupakan upacara Dewa Yajna, terutama saat piodalan di sanggah atau merajan. Perayaan semacam ini diartikan sebagai bentuk perenungan atas kekurangan diri seseorang karena kemampuan manusia yang terbatas, sehingga dapat mendekatkan diri kepada para leluhur, dewa atau betare yang berada pada sanggah atau merajan di setiap rumah. Upacara piodalan yang dilaksanakan di sanggah atau merajan tidak sebesar seperti yang dilaksanakan di pura (karena biaya yang dikeluarkan tidak sedikit), sehingga piodalan di sanggah tidak menggunakan tabuh rah, namun digantikan dengan persembahan telur. Piodalan yang menggunakan ritual tabuh rah biasanya dilakukan di pura. Istilah pura berasal dari bahasa sansekerta yang artinya kota atau benteng. Pura merupakan tempat ibadah umat Hindu, yaitu tempat untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Yang dimaksud dengan pura adalah sebuah tempat yang dipandang suci atau yang disucikan oleh umat Hindu dalam suatu acara tertentu (Ambara, 2006:21). Acara-acara seperti nyepi dan piodalan dilengkapi dengan pemberian sesajen (umat Hindu menyebutnya dengan istilah banten). Banten berasal dari kata bang yang

19 56 artinya Brahma dan enten yang artinya ingat atau yang dibuat sadar. Banten merupakan alat bantu dalam pemujaan. Sesajen atau banten yang biasanya ada saat ritual keagamaan diantaranya daun, bunga, buah, air, dan api. Fungsi dari banten sendiri adalah sebagai ucapan terimakasih dan alat perantara untuk berkomunikasi kepada Shang Hyang Widhi Wasa. Disamping itu, banten juga dimanifestasikan sebagai alat pensucian dan sebagai pengganti mantra. Banten selalu berhubungan dengan upacara keagamaan, terutama agama Hindu. Menurut Smith dalam teorinya berpendapat bahwa, terdapat tiga gagasan dalam religi atau agama, yaitu; pertama, sistem upacara merupakan suatu perwujudan dari religi atau agama. Kedua, bagi para pemeluk agama upacara religi atau keagamaan yang dilaksanakan warga masyarakat secara bersamasama mempunyai fungsi sosial untuk menjaga solidaritas mereka. Ketiga, fungsi persembahan (bersaji) dalam upacara keagamaan Smith (Widnyana, 2013:9). Dalam upacara keagamaan dimana manusia menyajikan sebagian dari tubuh binatang, terutama darah, kemudian dipersembahkan kepada dewa, roh nenek moyang, dan makhluk gaib lainnya. Bagi agama Hindu, dewa-dewa dianggap sebagai sesuatu yang istimewa, sehingga selama melaksanakan upacara keagamaan selalu dilakukan dengan khidmat, keramat, dan penuh hati-hati. Di dalam fungsi sesaji yang bentuknya menyajikan darah binatang kepada para dewa, maksudnya adalah untuk menjalin hubungan atau bentuk solidaritas manusia kepada para dewa. Berdasarkan konsep ini, dapat disimpulkan bahwa suatu upacara agama yang bersifat religius harus memiliki keyakinan untuk menjaga hubungan yang harmonis, antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam. Menjaga keharmonisan antara manusia dengan alam dapat diwujudkan dalam bentuk sesaji. Dengan adanya sesaji yang dipersembahkan, maka akan ada sebuah tingkat kepuasan tersendiri dari pelaku yang melaksanakan ritual keagamaan dan meyakini bahwa upacara yang mereka lakukan benar-benar diterima oleh para dewa. Menurut Purwita (1978:4) munculnya tabuh rah seperti menjadi kelaziman dalam melakukan upacara bhuta yajna di Bali, rupa-rupanya berpangkat kepada suatu corak upacara berkorban pada jaman purba. Tradisi masyarakat Bali yang berakar pada ajaran agama Hindu melahirkan suatu tradisi yang erat kaitannya dengan yajna. Menurut Parisada Hindu Dharma (Jaya, 2013:5), menyatakan tri kerangka dasar agama Hindu yang terdiri dari ajaran tattwa atau filsafat agama Hindu, ajaran susila atau etika agama

20 57 Hindu, dan upacara atau ritual agama Hindu yang kesemuanya berkaitan dengan penerapan ajaran ritual, salah satunya adalah tabuh rah. Seiring perkembangan jaman, tabuh rah yang semulanya untuk persembahan dewa/dewa yajna telah mengalami pergeseran makna. Adapun pergeseran maknanya berupa kegiatan judi yang dilakukan yaitu kegiatan tajen. Tajen merupakan suatu ajang yang mempertontonkan aksi tarung ayam jago. Ayam-ayam tersebut dipertaruhkan kekuatannya dan dijadikan sebagai taruhan yang berupa uang, sehingga stereotip tajen tidak terlepas dari kegiatan yang erat kaitannya dengan judi. Pegeseran makna semula yang sekiranya hanya untuk persembahan atau yajna, karena berbagai faktor berubah menjadi tradisi judi. Perubahan tersebut tentunya tidak terlepas dari masyarakat itu sendiri. Kebangkitan Hindu di Nusantara juga akan menghilangkan secara berangsur-angsur budaya tajen, karena tajen sebagai permainan judi memang dilarang dalam ajaran Hindu. Belum lagi menyiksa binatang yang digolongkan dalam himsa karma, perbuatan yang sangat nista (Setia, 2006:197). Namun, tajen yang seringkali dianggap sama dengan ritual tabuh rah oleh sebagian masyarakat, menjadikan hal tersebut pembenaran. Konteks pembenaran dalam hal disini yaitu pergeseran makna persembahan kepada pencipta, bergeser menjadi kenikmatan untuk penikmat tajen/bebotoh. Dengan adanya bebotoh, memberikan peluang bagi sebagian masyarakat Desa Pakraman Sukasada tanpa berpikir panjang dalam mendapatkan dana untuk pembangunan banjar di Desa Pakraman Sukasada Bentuk Tajen di Desa Pakraman Sukasada Tajen berasal dari kata taji yang dalam bahasa Indonesia berarti tajam (dengan makna sesuatu yang runcing), benda runcing tersebut berupa pisau kecil. Taji atau pisau kecil inilah yang nantinya akan dipasang pada kaki ayam yang akan diadu. Tajen merupakan pertarungan sabung ayam yang di dalamnya mengandung unsur perjudian dan tidak ada unsur ritual keagamaannya sebagai salah satu bentuk hiburan yang disertai taruhan uang. Taruhan uang itu sendiri dalam agama Hindu adalah judi atau dyuta, sedang menyebabkan matinya ayam atau makhluk untuk kesenangan semata didalam ajaran agama hindu dinamai himsa karma yang tidak baik dilakukan oleh setiap orang yang berusaha untuk mengamalkan dharma. Namun, sebagian masyarakat Bali ada yang

21 58 menganggap bahwa tajen merupakan bagian dari ritual keagamaan yang boleh dijalankan. Permainan judi tajen kalau kita kaji terdiri dari dua suku kata yaitu judi dan tajen. Dalam Ensiklopedia Indonesia (Sumber yang diakses pada tanggal 15 April 2015), judi diartikan sebagai suatu kegiatan pertaruhan untuk memperoleh keuntungan dari hasil suatu pertandingan, permainan atau kejadian yang hasilnya tidak dapat diduga sebelumnya. Sedangkan Kartini Kartono (2007:65) mengartikan judi adalah pertaruhan dengan sengaja, yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya risiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan, dan kejadian-kejadian yang belum pasti hasilnya. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia, perjudian sudah dikenal dan digemari sebagian masyarakat di beberapa daerah sehingga perjudian telah menjadi kebiasaan bahkan tradisi bagi penggemarnya. Judi diartikan sebagai suatu kegiatan pertaruhan untuk memperoleh keuntungan dari suatu pertandingan atau permainan yang hasilnya tidak dapat diduga sebelumnya. Menurut Kitab Undang-undang Pidana Pasal 303 ayat (3) sebagai berikut. Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, di mana pada umumnya kemungkinan mendapat untung tergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk segala pertarungan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya, yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya. Professor Nyoman Sirtha dari Universitas Udayana menjelaskan, tajen di Bali bisa diklasifikasikan menjadi tiga, yakni tabuh rah, tajen terang dan tajen branangan (artikel Raden Muhamad Arie Andhiko Ajie, Yang diakses pada tanggal 15 April 2015 hal 252). Tabuh rah adalah ritual agama Hindu yang sebenarnya, biasanya ditemui dalam upacara bhuta yajna. Sedangkan tajen terang merupakan bentuk tajen yang didukung oleh desa adat dengan tujuan untuk menggalang dana bagi pelaksanaan upacara maupun pembangunan. Pada tajen terang, unsur judinya sudah ada, tetapi dianggap tidak terlalu penting, sebab yang lebih diutamakan adalah sisi hiburannya. Berdasarkan hukum adat, tajen terang tidak dilarang, bahkan setiap desa

22 59 adat memiliki awig-awig yang mengatur tata cara tajen meski tidak tertulis. Jenis tajen yang dianggap buruk adalah tajen branangan, sebab pada tajen ini tujuan utamanya adalah bermain judi, jadi pelaksanaannya memang sembunyi-sembunyi. Di sumber yang sama, seorang bebotoh (pelaku tajen yang bertaruh) bernama Nyoman Raka menerangkan bahwa, pembagian tajen menjadi terang dan branangan tidak begitu berarti, sebab di keduanya sama-sama ada judinya. Bahkan menariknya, jumlah taruhan di tajen terang justru sangat tinggi, bisa mencapai puluhan juta rupiah, sedangkan di tajen branangan hanya ratusan ribu rupiah, karena yang mengikutinya hanya bebotoh kelas teri. Bentuk tajen di Desa Pakraman Sukasada tidak banyak berbeda dengan tajen pada umumnya di Bali, tajen di Desa Pakraman Sukasada termasuk jenis tajen branangan, karena tidak mendapat izin dari tetua adat atau kepala adat Desa Pakraman Sukasada. Arena tajen di sebut dengan kalangan, di tempat inilah masyarakat/bebotoh pecinta tajen berbaur dengan yang lainnya, keberadaan bebotoh amat menentukan ramai-tidaknya tajen, bahkan tajen dan bebotoh ibarat dua sejoli yang tak terpisahkan. Arena tajen sering diramaikan teriakan-teriakan istilah yang tak lazim, antara lain; gasal, cok, pada, telude, apit, dan kedapang. Teriakan-teiakan di tempat permainan tajen di Bali pada umumnya semua sama, tidak terkecuali di desa pakraman Sukasada. Tajen yang sudah lama tumbuh dan berkembang di Pulau Bali (sejak belasan generasi sebelumnya) hingga saat ini telah merasuk ke sebagian warga di Bali, terutama kaum laki-laki, bagi kaum laki-laki tajen dianggap sebagai simbol kemaskulinan mereka. Pelaku atau pemain tajen disebut dengan bebotoh atau pakembar. Bebotoh atau pakembar berfungsi sebagai pemegang ayam sebelum ayam diadu. Bebotoh atau pakembar harus dapat memiliki keahlian dalam melihat atau membaca situasi apabila bebotoh atau pakembar tersebut ingin memenangkan permainan tajen. Pelaksanaan dari permainan tajen ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan perang sata dalam melaksanakan ritual tabuh rah. Pertama kali sebelum memulai pertandingan, bebotoh atau pakembar terlebih dahulu mengikat/memasangkan taji di kaki ayam yang akan diadu. Seperti pernyataan di atas, taji yang dalam bahasa Indonesia berarti tajam (dengan makna sesuatu yang runcing). Benda yang runcing tersebut berupa pisau kecil. Taji atau pisau kecil inilah yang nantinya akan dipasang pada kaki ayam yang akan diadu (lihat gambar 4).

23 60 Gambar 4: Bebotoh yang Sedang Memasang Taji Dokumentasi: Made Prasta (10 Agustus 2014) Taji merupakan pisau cukur yang tajam atau pedang-pedang baja yang lurus, yang panjangnya empat atau lima inci. Taji dipasang dengan cara melilitkan seutas tali panjang di kaki ayam jago. Bagi masyarakat Bali, taji diasah hanya saat gerhana bulan dan bulan tidak penuh, taji yang telah diasah harus disimpan dengan baik dan tidak boleh terlihat oleh perempuan. Setelah taji dipasang, kemudian kedua ayam berhadapan satu sama lain di dalam pusat ring pertandingan. Sesudah bebotoh atau pakembar memasangkan taji, kemudian harus memperkenalkan ayamnya dengan cara mengelilingi arena. Sebutir kelapa yang telah dilubangi di tengahnya diletakan di dalam seember air, kira-kira dua puluh satu detik (ceng) lamanya kelapa itu tenggelam. Ceng merupakan tanda memulainya sebuah pertarungan sabung ayam dan di akhiri dengan bunyi gong. Selama dua puluh satu detik tersebut atau saat pertandingan berlangsung, para pemain tidak boleh menyentuh ayam jago mereka. Tajen biasa dilakukan di tempat khusus, yang disebut sebagai kalangan yakni sebuah arena yang dilengkapi dengan commit kursi yang to user dibuat berundak-undak menurun ke

24 61 tengah serta pembatas panggung penonton yang terbuat dari bambu dengan ukuran meter, memiliki atap yang terbuat dari bambu dan ditutupi oleh terpal. Arena tajen berbentuk bujur sangkar dengan sisi sepuluh kaki orang dewasa (lihat gambar 5). Gambar 5: Gambar lapangan Permainan Judi Tajen Dokumentasi: Made Prasta (10 Agustus 2014) Kedua bebotoh atau pakembar kemudian membawa ayam mereka ke tengahtengah arena, sehingga kedua ayam akan saling berhadap-hadapan, kemudian kedua ayam tersebut diadu namun tidak dilepaskan (berpura-pura). Bebotoh yang ingin mendapatkan musuh biasanya meneriakkan sistem taruhan yang dipilih dari tempatnya, tanpa perlu berkeliling arena, maka yang menimpali teriakannya akan menjadi lawan taruhan. Gasal adalah sistem taruhan dengan perbandingan lima banding empat. Cok, sistem taruhan tiga lawan empat, pada (sama) adalah taruhan satu lawan satu. Telude, dua banding tiga, apit menggunakan satu banding dua, sedangkan kedapang, sembilan banding sepuluh. Bebotoh pun dapat menggunakan jari tangan sebagai isyarat sistem taruhan yang ia inginkan. Maka lawan yang berminat pun membalas dengan isyarat serupa. Setelah seekor ayam dinyatakan sebagai petarung unggulan, seseorang yang meneriakkan cok berarti memegang ayam yang menjadi lawan si unggulan. Syaratnya, kalau menang ia akan mendapatkan uang sebesar taruhan,

25 62 sedangkan kalau kalah ia hanya membayar tiga perempat dari jumlah taruhan yang disepakati. Jenis ayam yang digunakan mulai dari ayam kampung biasa, kemudian meningkat ke ayam keker, bekisar, dan bahkan ayam bangkok. Apabila dulu ayam hanya diberi makanan dari ketela (singkong), namun sekarang yang diberikan adalah nasi, jagung dan konsentrat yang memiliki kandungan gizi tinggi yang lebih bagus. Selain itu, beberapa ayam jago diberikan obat kuat tambahan (supplement) sebelum diadu di arena tajen sehingga mampu mematikan lawannya dalam sekejap. Begitu juga dengan alat pertaruhannya, apabila mungkin dahulu bertaruh menggunakan pis bolong namun sekarang menggunakan uang sungguhan (Subadra, 2008:2). Ada tiga golongan pemain dalam permainan sabung ayam menurut mentalnya (Hasil penelitian Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat Udayana dalam Mertha, 2001:35), yaitu. 1. Pemain profesional, adalah para pemain yang memandang sabung ayam sebagai lapangan pekerjaan sehari-hari dan selalu aktif melakukan permainan sabung ayam. 2. Pemain amatir, adalah pemain yang menganggap permainan sabung ayam sebagai hiburan dan kesenangan belaka dan bagi mereka sabung ayam merupakan hal yang menyenangkan. 3. Pemain pelarian atau insidental, adalah pemain yang melakukan sabung ayam sebagai pengadu nasib. Pemain ini menganggap sabung ayam sebagai permainan yang tidak baik, namun karena desakan ekonomi keikutsertaan dalam permainan sabung ayam hanya sebagai pelarian. Permainan tajen khususnya di Desa Pakraman Sukasada memiliki sistem taruhan agar permainan mereka lebih menarik. Di dalam sabung ayam, pertaruhan atau yang sering orang Bali menyebutnya dengan toh, taruhan pusat tunggal di tengahtengah di antara uang-uang pokok (toh ketengah) adalah taruhan resmi yang dibatasi lagi dengan jaringan aturan-aturan dan dibuat diantara kedua pemilik jago dengan wasit sebagai pengawas dan saksi public, dalam tajen pun ada wasit yang disebut saya. Di setiap tajen ada empat saya yang bertugas yakni saya kemong, ketek, garis, dan lap. Saya kemong biasanya selalu didampingi gong kecil yang disebut kemong. Saya kemong paling tinggi jabatannya, ia menentukan kapan memulai dan mengakhiri pertarungan.

26 63 Jika salah seekor ayam aduan sudah terkapar, bebotoh yang kalah akan menghampiri lawan untuk menyerahkan uang taruhan. Di dalam metajen ini pun terdapat suatu kesportifitasan antar sesama bebotoh, mereka yang kalah dengan sportif mengaku kalah dengan menyerahkan uang kepada sang pemenang, dan disinilah letak kekhasan yang terdapat pada permainan tajen. Tajen sifatnya dinamis dan selalu mengikuti perkembangan jaman, hal ini sejalan dengan teori strukturasi Anthony Giddens bahwa manusia adalah subyek yang aktif dan kreatif (Giddens, 2009:94). Giddens menolak pendapat bahwa manusia adalah boneka ciptaan aturan-aturan dan struktur-struktur eksternal, menurutnya struktur berada di luar individu. Struktur memiliki keberadaan yang sebenarnya dalam pola-pola pikir berisi aturan-aturan dan sumber-sumber (pengetahuan, kemampuan, dan kecakapan praktis) yang diperoleh seseorang melalui sosialisasi (Giddens, 2009:95). Manusia memproduksi tatanan sosial karena kebutuhan akan kepercayaan dan rasa takut akan ketidakpastian. Keinginan ini disebut keamanan ontologis. Kehidupan sosial dibuat rutin dan konvensional sehingga setiap orang merasa aman (Sutrisno, 2005: ). Sebagaimana uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tajen merupakan bentuk dari tabuh rah yang terstruktur dan berpola dalam lintas ruang dan waktu yang di rubah oleh agen atau yang disini disebut bebotoh. Realitas-realitas tersebut menunjukkan bahwa struktur yang dibuat oleh bebotoh yaitu tajen dilakukan secara berulang atau secara rutin diselenggarakan sebagai bentuk eksis dalam praktik-praktik sosial yang direproduksi oleh agen/bebotoh. Tajen di Desa Pakraman Sukasada sekarang ini adalah tajen yang bernuansa judi dan menjadi sebuah taruhan dengan menggunakan materi uang, sehingga tajen yang sekarang dilakukan Desa Pakraman Sukasada merupakan perjudian murni bukan yajna. Namun, tajen memiliki satu-kesatuan sudut pandang dari masyarakat bahwa aktivitas tersebut masih merupakan bagian dari suatu aktivitas yang menyenangkan bagi para bebotoh yang ada sejak dahulu Kehidupan di Arena Tajen Penyelenggaraan tajen di suatu arena tidak hanya menjadi sarana bagi pemilik ayam dan para bebotoh, melainkan menjadi satu kesatuan yang utuh dalam kehidupan penyelenggaraan tajen. Tajen bagaikan dua mata sisi uang, disatu sisi tajen merupakan suatu bentuk kriminal, disisi lainnya tajen dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk

27 64 mencari nafkah dan penggalian dana. Seringkali dijumpai setiap ada penyelenggaraan tajen di suatu arena, selalu terdapat kios-kios yang disediakan untuk tempat berjualan, tersedianya tempat berjualan tentu dimanfaatkan oleh pedagang, baik dari Desa Pakraman Sukasada maupun dari luar desa. Biasanya, jenis makanan dan minuman yang dijual oleh pedagang. Selain pedagang di kios-kios, pedagang acung pun memanfaatkan acara ini untuk mencari nafkah dari kehidupan tajen. Jasa lainnya yang ditawarkan di tempat sekitar arena tajen adalah tukang pijat dan jasa peminjam uang atau rentenir. Selain pedagang, keunikan lainnya dari setiap pelaksanaan tajen adalah adanya rentenir perempuan yang juga mencari nafkah di acara tersebut. Keunikan tersebut menunjukkan bahwa acara tajen yang didominasi oleh kaum laki-laki, ternyata juga dihadiri oleh kaum perempuan, adanya kaum perempuan yang ikut mencari nafkah di arena tajen tersebut menunjukkan adanya kesetaraan gender. Konteks kesetaraan gender yang dimaksud adalah bahwa laki-laki dan perempuan turut serta dalam pelaksanaan acara tajen tersebut. Secara tidak langsung stereotif yang menyatakan bahwa perempuan harus bekerja di ranah domestik (mengurus dapur, anak dan rumah tangga), dibantah dengan adanya perempuan yang turut serta dalam arena tajen tersebut. Sebaliknya, dengan adanya rentenir perempuan yang ikut mencari nafkah di arena tajen tersebut menunjukkan bahwa perempuan kini tidak lagi berada di ranah domestik, tetapi juga mampu berada di ranah publik (mencari nafkah seperti laki-laki). Pada umumnya, hal yang sama dilakukan oleh para pedagang dan masyarakat lainnya yang mencari nafkah di arena tajen. Mereka biasanya sudah mengetahui dimana dan kapan akan diselenggarakan acara tajen. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka telah terbiasa mencari nafkah di arena tajen, kebiasaan tersebut tidak terlepas dari berkalanya suatu pelaksanaan ngaben di suatu arena tajen. Selain mengandalkan kebiasaan tersebut, terkadang antar pedagang dan pencari nafkah lainnya saling bertukar informasi terkait dengan tempat ramai untuk dapat berjualan. Tidak hanya kehidupan di luar arena pertandingan tajen, kehidupan lainnya pun terjadi di dalam arena tajen. Banyak masyarakat yang mencari nafkah di dalam arena, sebagai contoh; Pertama, petugas kebersihan arena tajen yang bertugas membersihkan arena sebelum dan sesudah diselenggarakannya tajen. Kedua, (saya) juri dalam pertandingan tajen yang bertugas memandu jalannya pertarungan. Ketiga, tukang cabut bulu ayam yang bertugas

28 65 mencabut bulu ayam yang mati dan kalah dalam pertarungan untuk kemudian dijual lagi. Keempat, (pakembar) tukang pegang ayam yang bertugas memegang ayam saat akan diadu. Semua peranan di atas mempunyai peran dan tujuannya masing-masing. Mereka merupakan satu kesatuan dari sistem arena tajen tersebut, meskipun keberadaan pelaksanaan tajen dilarang secara hukum agama dan pemerintah, tetapi banyak yang memanfaatkan arena tajen untuk mencari penghasilan, hal tersebut dikarenakan ketatnya persaingan hidup di Bali. Persaingan tersebut menyebabkan masyarakat melakukan apa saja demi mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Dengan uang, memungkinkan orang-orang mengatasi kebutuhan yang diinginkannya secara langsung melalui keterlibatan mereka dalam suatu transaksi (Johnson, 1986:284). Pernyataan Johnson tersebut terkait dengan apa yang dilakukan oleh anggota masyarakat di atas bahwa, apa yang dilakukan oleh masyarakat tersebut untuk mencari penghasilan berupa uang. Hal tersebut dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari, uang mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari demi mempertahankan kelangsungan hidup. Tajen dipandang sebagai media untuk mengubah nasib dan mengadu keberuntungan oleh sebagian orang, bagi sebagian yang lain, tajen dijadikan sebagai mata pencaharian seperti berdagang, jasa pemeliharaan ayam, dan lain-lain. Tajen merupakan fenomena sosial yang ada di kehidupan masyarakat, hampir setiap daerah seperti Bali, Jawa, Sumatra, dan dipulau-pulau yang lain ada permainan judi tajen tetapi dengan bahasa yang tentu berbeda. Banyak masyarakat Desa Pakraman Sukasada yang ikut serta dalam tajen ini, terutama masyarakat yang memiliki SDM yang rendah, mereka hanya ikut sebagai tukang parkir, penjual makanan, atau menggelar perjudian di sekitar tempat tajen. Masyarakat di Desa Pakraman Sukasada sangat bergantung pada tajen sebagai mata pencaharian untuk mencari uang (lihat gambar 6).

29 66 Gambar 6: Masyarakat sekitar yang berjualan di sekitar tempat tajen di Desa Pakraman Sukasada. Dokumentasi: Made Prasta (10 Agustus 2014) Walau sama-sama sabung ayam tajen dan tabuh rah memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Tajen merupakan bentuk hiburan yang lekat dengan kegiatan judi sedangkan tabuh rah adalah murni kegiatan ritual keagamaan. Dalam perkembangannya, ritual suci tabuh rah mengalami pergeseran makna, seperti yang di katakan oleh Giddens (Wirawan, 2012:292) melalui idenya, manusia masuk ke dalam dunia sambil mempunyai niat untuk memengaruhi dan mengubahnya. Agen dalam hal ini adalah bebotoh yang mempunyai peran sangat penting dalam perubahan ini. Seni pertarungan ayam yang seru dan mengasyikkan kemudian sering dijadikan ajang berjudi. Hal inilah sebagai salah satu polemik jika tajen dibubarkan, banyak masyarakat yang ikut berperan serta dalam tajen. Hal ini memang negatif, tetapi dengan menimbang masyarakat yang ikut dalam hal ini menjadi sangat dilematis. Meskipun berulang kali digerebek oleh pihak yang berwajib, commit mereka to akan user menggelar tajen di tempat yang

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tinjauan tentang Ritual-ritual Keagamaan yang Menggunakan Tabuh

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tinjauan tentang Ritual-ritual Keagamaan yang Menggunakan Tabuh II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ritual Keagamaan Tabuh Rah dan Judi Tajen 1. Tinjauan tentang Ritual-ritual Keagamaan yang Menggunakan Tabuh Rah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk (beraneka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan salah satu pulau yang dikenal dengan beragam tradisi yang dimilikinya. Hal tersebut menjadikan Bali memiliki daya tarik tersendiri di mata pariwisata

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia karena merupakan salah satu asset devisa Negara Indonesia yang cukup tinggi di bidang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Restu Rahayu Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur. Wilayah Kecamatan Raman Utara memiliki

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 1. Sejarah Singkat Desa sikijang adalah sebuah desa yang terletak Di Kecamatan Logas Tanah Darat, kabupaten

Lebih terperinci

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 I. PENDAHULUAN. Lingsar adalah sebuah Desa yang terletak di Wilayah Kecamatan Lingsar Lombok Barat, berjarak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Hal tersebut

Lebih terperinci

Kondisi Fisik. KKN- PPM XIII Desa Bebandem 2016 Page 1

Kondisi Fisik. KKN- PPM XIII Desa Bebandem 2016 Page 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Tema Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Desa untuk Mewujudkan Desa Bebandem yang BERSEMI (Bersih, Sehat,Mandiri dan Terintegrasi) 1.2 Lokasi Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN TAJEN: JUDI VERSUS SARANA PEMASUKAN BAGI DESA ADAT DAN MASYARAKAT

PENYELENGGARAAN TAJEN: JUDI VERSUS SARANA PEMASUKAN BAGI DESA ADAT DAN MASYARAKAT PENYELENGGARAAN TAJEN: JUDI VERSUS SARANA PEMASUKAN BAGI DESA ADAT DAN MASYARAKAT K.Vimala Kairavani 1021005004 Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Email: vimalakairavani@ymail.com

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi dan Letak Geografis Taman Rekreasi Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi ini berjarak 11 km dari Kota

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TABUH RAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TABUH RAH BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TABUH RAH 2.1 Pengertian dan Unsur-Unsur Tabuh Rah dan Sabungan Ayam (Tajen) Hubungan tabuh rah dengan sabungan ayam terdapat pandangan semu dari sebagian masyarakat awam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

Lebih terperinci

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3 61. a. Topografi dan Jenis Tanah Topografi Desa Ngijo adalah berupa dataran tinggi dengan ketinggian 105 m dpal dengan curah hujan 10 mm/tahun. Jenis tanah di Desa Ngijo adalah jenis tanah Mediteran coklat.

Lebih terperinci

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 62 BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 3.1.Letak Geografi 3.1.1. Luas Wilayah Kecamatan bungus teluk kabung merupakan salah satu kecamatan di kota padang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) OLEH: KOMANG HERI YANTI email : heryan36@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan nasional yang dilaksanakan pada berbagai sektor

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan nasional yang dilaksanakan pada berbagai sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program pembangunan nasional yang dilaksanakan pada berbagai sektor selama ini telah menunjukkan keberhasilan. Salah satu keberhasilan pembangunan yang dapat dirasakan

Lebih terperinci

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sila ketiga dan Pancasila berbunyi Persatuan Indonesia, dengan maksud serta tujuan bahwa negara Indonesia dikenal sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT ' BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB I DESKRIPSI KEGIATAN. 1.1 Judul Mewujudkan Masyarakat Mandiri Melalui Gerakan Indonesia Melayani, Bersih dan Tertib di Desa Sudaji

BAB I DESKRIPSI KEGIATAN. 1.1 Judul Mewujudkan Masyarakat Mandiri Melalui Gerakan Indonesia Melayani, Bersih dan Tertib di Desa Sudaji BAB I DESKRIPSI KEGIATAN 1.1 Judul Mewujudkan Masyarakat Mandiri Melalui Gerakan Indonesia Melayani, Bersih dan Tertib di Desa Sudaji 1.2 Lokasi KKN RM XIII berlokasi di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2.392 meter) dan Gunung Lamongan (1.600 meter), serta di bagian Selatan

BAB I PENDAHULUAN. (2.392 meter) dan Gunung Lamongan (1.600 meter), serta di bagian Selatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Lumajang merupakan dataran yang sangat subur karena diapit oleh tiga gunung berapi yaitu Gunung Semeru (3.676 meter), Gunung Bromo (2.392 meter) dan Gunung

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai hal, seperti keanekaragaman budaya, lingkungan, alam, dan wilayah geografis. Keanekaragaman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Perayaan kemenangan dharma melawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Desa Sesandan dan Wanasari.

BAB I PENDAHULUAN. : Desa Sesandan dan Wanasari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Analisis situai dari pelaksanaan program KKN PPM periode 2016 di Desa Tunjuk Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan adalah sebagai berikut. 1.1.1 Letak Geografis Desa

Lebih terperinci

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, telah menjadi daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai keunggulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia. Setiap kebudayaan adalah hasil dari ciptaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gb Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar

BAB 1 PENDAHULUAN. gb Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kelayakan gb. 1.1. Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar Potensi dan daya tarik Pantai Lebih 1. Potensi alam Pantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu. Keadaan Geografis Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibukota Provinsi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I BALI, Menimbang : a. bahwa kepariwisataan

Lebih terperinci

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi:

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi: Saat ini, berbagai macam dan bentuk perjudian sudah meluas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Sebagian masyarakat memandang bahwa perjudian sebagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian Rakyat Ebleg Kebumen, dapat diambil kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata terjadi karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum di ketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parwisata berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan oleh beberapa negara di seluruh dunia. Negara menggunakan pariwisata sebagai penyokong ekonomi dan juga devisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 - 56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20-50º30 LS dan 105º28-105º37 BT dengan luas wilayah 197,22 km

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Tanggamus Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 Januari 1997 dan pada tanggal 21 Maret 1997 resmi menjadi salah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Bali sebelum tahun 1980 terfokus pada sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Bali sebelum tahun 1980 terfokus pada sektor pertanian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Bali sebelum tahun 1980 terfokus pada sektor pertanian. Masyarakat Bali aktif berperan serta dalam pembangunan sektor pertanian. Menginjak tahun 1980

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari banyak suku, bangsa, adat istiadat, agama, bahasa, budaya, dan golongan atas dasar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis 33 KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Lokasi Geografis Daerah penelitian terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kecamatan Imogiri berada di sebelah Tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan

Lebih terperinci

12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah

12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah 12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah http://tempatwisatadaerah.blogspot.com/2015/01/12-tempat-wisata-terindah-di-lombok.html 12 Tempat Wisata Terindah di Lombok Nusa Tenggara Barat - Lombok merupakan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Laporan dari Tiongkok Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Sabtu, 5 Mei 2018 13:06 WIB Seorang pengunjung melihat keindahan kampung budaya Shapowei di kota Xiamen, Fujian, Cina, Rabu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

I. DESKRIPSI KEGIATAN

I. DESKRIPSI KEGIATAN I. DESKRIPSI KEGIATAN 1.1 JUDUL KKN PPM Manggis. 1.2 TEMA Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi Buah Manggis Sebagai Komoditas Ekspor Unggulan 1.3 LOKASI Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni :

BAB III PENUTUP. dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni : BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dalam penjelasan yang tertuang dalam bab-bab terdahulu permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni : Berdasarkan uraian

Lebih terperinci

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) : SENI BUDAYA BALI Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali Oleh (Kelompok 3) : Dewa Made Tri Juniartha 201306011 Ni Wayan Eka Putri Suantari 201306012 I Gusti Nyoman Arya Sanjaya 201306013 Dicky Aditya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI Desa Amerta Bhuana merupakan salah satu Desa di Wilayah Kecamatan Selat yang terletak kurang lebih 2,5 Km dari Kecamatan Selat, dengan Luas Wilayah 460,90 Ha. Sebagaimana

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016

BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016 BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. YTH

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial.

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial. BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA A. Keadaan Geografi Wanayasa merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian di Wilayah Distrik Sorong Timur

BAB I PENDAHULUAN. pertanian di Wilayah Distrik Sorong Timur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tersedianya data dan informasi yang memberi gambaran akurat tentang potensi wilayah sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan bagi Pemerintah kalangan pertanian

Lebih terperinci