IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT ABC Finance (nama perusahaan disamarkan) didirikan pada tanggal 29 et 1993, dan baru beroperasi pada tanggal 3 Mei 1994, setelah mendapatkan izin dari Departemen Keuangan pada tanggal 14 April Izin yang diberikan khususnya bergerak dalam bidang usaha lembaga pembiayaan konsumen selain dari izin lainnya untuk usaha sewa guna usaha dan credit card. Sejak awal berdiri, PT ABC Finance langsung berkembang menjadi perusahaan yang baik dan terpercaya. Dalam waktu 3 tahun telah mempunyai 13 cabang yang tersebar luas di Pulau Jawa. Namun krisis moneter pada tahun 1998 ikut mempengaruhi perkembangan usaha, sehingga pada tahun 2000 PT ABC Finance baru dapat lagi memulai kembali mengembangkan usahanya dengan merekstruktur pemegang saham dan manajemen baru. Struktur organisasi PT ABC Finance dapat dilihat pada Gambar 6. PT ABCFinance tumbuh pesat tahun demi tahun dan pada akhir tahun 2008 aset PT ABC Finance telah mencapai 1,2 Triliun Rupiah. Tahun 2010, PT ABC Finance telah mempunyai 43 cabang yang tersebar di Pulau Jawa, Bali, Sumatera, dan Lombok yang diantaranya 3 cabang adalah cabang PT ABC divisi pembiayaan syariah. Pada tahun 2011 ini, PT ABC Finance akan menambah cabang sebanyak 14 kantor cabang PT ABC Finance konvensional maupun syariah yang tersebar hingga ke Pulau Kalimantan.

2 ` Board of Commisioner Board of Directors Regional Manager keting Dept. Head HR Division Head Finance & Accounting Div. Head Corporate Secretary IT Divison Head Operation Division Head Comptroller Credit Cycle Division Head Area Manager Area Manager keting Research & Analyst Product Development HRD General Affair Accounting Finance Technical Support Data Warehouse & Development Branch Operation Support Assets Internal Audit & User Reff. Compliance & Controll Credit Policy Collection Policy keting Support Compensation & Benefits Liabilities Support Company Business Asset Disposal Corporate keting Gambar 6. Struktur organisasi PT ABC Finance 25

3 Jumlah Kredit Perkembangan dan Tren Jumlah Kredit di PT ABC Finance Perkembangan kredit pada tahun secara grafik dapat dilihat pada Gambar 7. Analisis tren dilakukan dengan analisis quadratic trend model dengan software Minitab 14. Berdasarkan Gambar 7 Terlihat bahwa kredit yang disalurkan pada Desember 2008 hingga tember 2011 trennya terus mengalami peningkatan. Secara rinci nilainya dapat dilihat pada Tabel 2. Analisa tren dilakukan dengan menggunakan quadratic trend model diperoleh persamaan: Yt = *t *t**2... (5) E E+11 Trend Analysis Plot for Jumlah Kredit Quadratic Trend Model Yt = *t *t**2 Variable Actual Fits E E E E+11 Accuracy Measures MAPE E+01 MAD E+10 MSD E E E+10 Month Year Gambar 7. Analisa tren jumlah kredit tahun Tabel 2. Rincian nilai kredit disalurkan PT ABC Finance tahun Bulan Nilai Kredit (Rp) Bulan Nilai Kredit (Rp) Desember ,656,534,000 Mei ,534,062,000 Januari ,798,544,000 i 182,821,949,000 Februari 71,565,315,000 Juli 184,337,773,000 et 88,578,758,000 Agustus 173,333,131,000 April 96,177,037,000 tember 139,198,697,000 Mei 102,655,228,000 Oktober 168,971,489,000 i 111,758,997,000 November 161,037,636,000 Juli 117,854,575,000 Desember 144,225,754,000 Agustus 107,836,022,000 Januari ,643,982,000 tember 87,532,683,000 Februari 156,436,428,000 Oktober 114,562,114,000 et 163,421,542,000 November 110,801,454,000 April 178,125,954,000 Desember 109,901,628,000 Mei 185,047,216,000 Januari ,036,306,000 i 200,345,245,000 Februari 125,950,603,000 Juli 220,956,125,000 et 151,577,053,000 Agustus 218,943,464,000 April 160,791,691,000 tember 215,758,547,000 Sumber: PT ABC Finance, 2011 (diolah)

4 Jumlah Kredit 27 Peramalan dilakukan menggunakan single exponential smoothing dengan konstanta pemulusan 0,75 dengan software Minitab 14. Hasil peramalan nilai kredit untuk bulan Oktober 2011 diketahui sebesar Rp ,00, grafiknya dapat dilihat pada Gambar 8. Realisasi nilai kredit pada bulan tember 2011 yaitu sebesar Rp ,00. Single Exponential Smoothing Plot for Jumlah Kredit E E E E+11 Variable Actual Fits Forecasts 95.0% PI Smoothing Constant Alpha 0.75 Accuracy Measures MAPE E+01 MAD E+10 MSD E E+10 Month Year Gambar 8. Peramalan nilai kredit tahun Perkembangan dan Tren Non Performing Loan (NPL) di PT ABC Finance Perkembangan Non Performing Loan (NPL) pada tahun secara grafik dapat dilihat pada Gambar 9. Analisis tren dilakukan dengan analisis quadratic trend model dengan software Minitab 14. Berdasarkan Gambar 9 Terlihat bahwa NPL yang terjadi di PT ABC Finance pada Desember 2008 hingga tember 2011 trennya terus mengalami peningkatan. Secara rinci nilainya dapat dilihat pada Tabel 3. Analisa tren dilakukan dengan menggunakan quadratic trend model diperoleh persamaan: Yt = Yt = 0, , *t + 0, *t**2... (6)

5 NPL 28 Trend Analysis Plot for NPL Quadratic Trend Model Yt = *t *t**2 9 8 Variable Actual Fits Accuracy Measures MAPE MAD MSD Month Year Tabel 3. Rincian persentase NPL PT ABC Finance tahun Bulan NPL (%) Bulan NPL (%) Bulan NPL (%) Desember ,15 Desember ,13 Desember ,40 Januari ,95 Januari ,10 Januari ,56 Februari 1,05 Februari 2,73 Februari 6,73 et 1,14 et 2,45 et 5,98 April 1,25 April 2,25 April 6,13 Mei 1,28 Mei 2,65 Mei 6,05 i 1,35 i 2,90 i 6,38 Juli 1,46 Juli 3,18 Juli 7,14 Agustus 1,34 Agustus 4,42 Agustus 7,58 tember 1,39 tember 5,29 tember 7,63 Oktober 1,80 Oktober 6,04 November 2,01 November 5,53 Sumber: PT ABC Finance, 2011 (diolah) Peramalan dilakukan menggunakan single exponential smoothing dengan konstanta pemulusan 0,75 dengan software Minitab 14. Hasil peramalan persentase NPL untuk Oktober 2011 diketahui sebesar 7,58 persen, grafiknya dapat dilihat pada Gambar 10. Realisasi persentase NPL pada tember 2011 yaitu sebesar 7,63 persen. Gambar 9. Analisa tren NPL tahun

6 NPL Single Exponential Smoothing Plot for NPL Variable Actual Fits Forecasts 95.0% PI Smoothing Constant Alpha Accuracy Measures MAPE MAD MSD Month Year Gambar 10. Peramalan NPL tahun 2011 Penyaluran kredit yang akan mempengaruhi perkembangan kredit harus dilakukan sesuai dengan kebijakan kredit. Kebijakan kredit diperlukan untuk memberikan pelayanan kredit kepada nasabah. Dalam menetapkan kebijakan kredit, perusahaan harus menyeimbangkan antara pelonggaran pelayanan dan pengetatan manajemen risiko. Tujuannya, agar laju penyaluran keuangan yang disediakan kepada nasabah kredit cepat namun tetap aman. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam kebijakan kredit diantaranya: a. Kredit yang diberikan perusahaan mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaanya perusahaan harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. b. Kebijakan perkreditan harus jelas. c. Kebijakan perkreditan merupakan panduan dalam pelaksanaan semua kegiatan perkreditan perusahaan. d. Kebijakan perlu berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang ditetapkan BI. e. Kebijakan kredit harus menjadi acuan dan harus tercermin dalam pedoman pelaksanaan kredit. f. Perusahaan wajib melaksanakan kebijakan tersebut secara konsisten. g. BI memantau, mengawasi dan menilai pelaksanaan kebijakan kredit perusahaan.

7 30 h. Pengertian kredit dalam kebijakan kredit meliputi semua jenis fasilitas keuangan yang disediakan kepada nasabah. Kebijakan-kebijakan perkreditan ditetapkan untuk mengurangi risiko kredit bermasalah yang terjadi di PT ABC Finance. PT ABC Finance memiliki kebijakan perkreditan sebagai berikut: 1. Jenis kredit yang diberikan adalah kredit pembiayaan kendaraan roda empat atau lebih. Kredit diberikan untuk pembiayaan mobil baru dan bekas. 2. Jumlah kredit yang diberikan yaitu mulai dari Rp 10 Juta sampai dengan Rp 200 Juta. Pemberian kredit melebihi dua ratus juta rupiah terlebih dahulu harus mengajukan memo usulan kredit. 3. Batas jangka waktu pemberian kredit yaitu bulan. 4. Bunga kredit yang ditetapkan bervariasi bergantung kepada jenis kendaraan dan tahun kendaraan. Bunga kredit dihitung secara flat atau tetap selama jangka waktu kredit. Rincian bunga kredit dapat dilihat pada Tabel Persentase Down Payment bervariasi ditetapkan berdasarkan jenis kendaraan dan tahun kendaraan. 6. Agunan yang digunakan yaitu surat-surat kendaraan seperti Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) dan Surat Keputusan (SK) Ijin Trayek untuk angkutan umum. 7. Persyaratan kredit yang perlu dilengkapi oleh calon nasabah diantaranya yaitu persyaratan utama dan persyaratan tambahan. Rincian persyaratan dapat dilihat pada Tabel 4.

8 31 Tabel 4. Rincian bunga kredit, down payment, dan persyaratan kredit di PT ABC Finance No Jenis Kendaraan 1 Angkutan Kota Trayek Kabupaten Angkutan Kota Trayek Kota Tahun Kendaraan Bunga (%) 11,65 12,66 Down Payment (%) 40 Persyaratan Tambahan a. KTP suami-istri (bagi yang telah menikah) yang masih berlaku, KTP asli difoto oleh marketing. b. Fotocopy Kartu Keluarga (bagi yang sudah menikah), akte cerai (bagi yang telah bercerai), atau surat kematian (bagi yang Persyaratan Utama a. Surat Keputusan (SK) Ijin Trayek asli. b. Fotocopy Kartu Pengawas (KP) Ijin Trayek. c. Fotocopy Surat Ijin Pengawasan Angkutan (SIPA). d. Fotocopy buku KIR yang masih berlaku. 11,65 20 pasangannya telah meninggal dunia). c. Fotocopy rekening listrik dan Pajak Bumi Slip gaji atau Surat Keterangan Usaha (SKU). 2 Mobil Penumpang sekarang , , Pick Up ,26 20 dan Bangunan tempat a. Slip gaji atau Surat sekarang tinggal calon nasabah. Keterangan Usaha ,87 25 d. STNK yang masih (SKU) ,80 25 berlaku, dan STNK b. Fotocopy buku 4 Truck ,56 20 asli difoto oleh KIR yang masih sekarang marketing. berlaku. BPKB beserta faktur asli , ,16 25 Sumber: PT ABC Finance, 2011 (Diolah) 4.4.Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Risiko Kredit PT ABC Finance PT ABC Finance sebagai perusahaan pembiayaan tidak terlepas dari keberadaan risiko kredit. Risiko kredit terjadi ketika perusahaan pembiayaan menghadapi kemungkinan ketidakmampuan nasabahnya untuk membayar kredit secara penuh dan tepat waktu. Pemberian kredit bagi PT ABC Finance berkaitan dengan persetujuan suatu kredit atas mobil dengan perjanjian kontrak tertentu dan pengenaan kewajiban bagi nasabahnya untuk membayar secara berkala dalam periode tertentu dengan syarat-syarat yang telah disepakati. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT ABC Finance antara lain sebagai berikut. a. Terjadinya manipulasi data dan informasi Kelengkapan data dan informasi nasabah seringkali dimanipulasi baik oleh nasabah sendiri, dealer, maupun Credit keting Officer (CMO). Misalnya, STNK atau KTP nasabah yang sudah habis masa berlakunya atau terdapat perbedaan dengan data di berkas lain sehingga dilakukanlah manipulasi. Hal ini dilakukan agar proses kredit lebih cepat.

9 32 b. Kualitas dan kuantitas SDM Jumlah tim collector (penagih) yang tidak sesuai dengan jumlah nasabah. Berdasarkan hasil wawancara, seorang collector bertugas untuk menangani 30 persen nasabah. Selain itu, kualitas SDM yang kurang sesuai menyebabkan kinerjanya buruk. Misalnya, collector yang tidak dapat memenuhi target penagihan, maupun CMO yang memanipulasi data dan informasi nasabah agar targetnya tercapai. c. Pengalihan agunan secara tidak resmi Kendaraan telah dijual kepada pihak lain dan tidak dilakukan secara resmi di PT ABC Finance. Pada saat penagihan angsuran perusahaan mengalami kendala karena perusahaan tidak memiliki data pemilik kendaraan yang baru. d. Penyalahgunaan agunan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab Penyalahgunaan agunan ini dilakukan oleh pihak yang sebenarnya bukan pemilik kendaraan tetapi menggunakan data pemilik kendaraan untuk mengajukan kredit. Hal ini menyebabkan tagihan tidak terbayar karena merasa tidak memiliki kewajiban pembayaran kredit. e. Angsuran yang dititipkan pada pihak yang tidak bertanggung jawab Angsuran tidak langsung dibayarkan dan digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Sehingga pembayaran melebihi tanggal jatuh tempo. f. Faktor internal nasabah Misalnya, unit mengalami musibah seperti kecelakaan atau rusak sehingga tidak dapat beroperasi dan menghambat pembayaran. Transaksi bisnis nasabah kurang lancar sehingga menghambat pembayaran. 4.5.Risiko Kredit PT ABC Finance Pengukuran risiko kredit merupakan masalah klasik dalam keuangan, dimana risiko kredit disebabkan karena munculnya kredit bermasalah yaitu kredit yang muncul sebagai akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban nasabah untuk membayar angsuran maupun bunga kredit. Bank Indonesia menentukan angka maksimal kredit bermasalah atau NPL sebesar 5 persen dari total kredit yang disalurkan. Fasilitas kredit yang ditawarkan PT ABC Finance adalah kredit pembiayaan kendaraan bermotor khususnya mobil. Kredit pembiayaan kendaraan bermotor

10 33 khususnya mobil merupakan kredit yang diberikan untuk membantu individu, UMKM, maupun perusahaan dalam hal pembiayaan pengadaan kendaraan roda empat atau lebih. Maksimum jangka waktu kredit yang diberikan yaitu 4 tahun dengan tingkat suku bunga 13,80 persen flat per tahun. Penyaluran kredit kepada nasabah oleh kantor cabang dengan jaminan pokok berupa BPKB, dan jaminan tambahan khusus untuk angkutan kota yaitu SK ijin trayek Kolektibilitas Nasabah Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data historis kredit per nasabah yaitu outstanding dan kolektibilitas dari bulan Januari 2010 sampai dengan Desember Jumlah nasabah yang diambil menggunakan teknik slovin dengan tingkat kesalahan yang dapat ditolerir 10 persen. Keterangan: N = Jumlah total nasabah ( nasabah) e = Standar error Berdasarkan data yang diperoleh jumlah nasabah pada tahun 2010 sebanyak nasabah. Dari jumlah populasi tersebut dapat ditentukan jumlah sampel untuk nasabah adalah: Sehingga jumlah sampel nasabah yang diambil sebanyak 100 nasabah. Pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling dengan cluster sampling. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dari data nomor pinjaman nasabah. Setiap cabang diambil sampel sebanyak 2-3 account nasabah. Sampel yang dipilih merupakan account memenuhi beberapa persyaratan yaitu riwayat pembayarannya berfluktuasi selama tahun 2010 dan belum lunas pada tahun Tingkat kolektibilitas digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian kewajiban pembayaran angsuran pokok dan bunga atas kredit yang telah diberikan. Penggolongan kolektibilitas kredit terbagi ke dalam lima golongan yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus, kurang Lancar, Diragukan, dan Macet.

11 34 Pembayaran tepat waktu tergolong ke dalam kolektibilitas lancar. Hari tertunggak sampai dengan 89 hari tergolong ke dalam kolektibilitas dalam perhatian khusus. Hari tertunggak hari tergolong kolektibilitas kurang lancar. Hari tertunggak hari tergolong kolektibilitas diragukan. Diatas 180 hari tertunggak tergolong kolektibilitas macet. Pada Gambar 11 dapat diketahui jumlah nasabah berkolektibilitas Lancar (L) merupakan kolektibilitas yang mempunyai persentase terbesar setiap bulannya. Presentase terbesar kedua adalah kolektibiltas Dalam Perhatian Khusus (DPK). Terbesar ketiga, keempat, dan kelima berturut-turut adalah kolektibiltas Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M). Kolektibilitas Kredit Tahun 2010 Persentase (%) Jan Feb Apr Mei i Juli Agust t Okt Nov Des M D KL DPK L Gambar 11. Kolektilitas kredit tahun 2010 (PT. ABC Finance, 2010) Setiap bulannya nasabah mengalami perubahan kualitas kredit (menjadi lebih baik, lebih buruk ataupun memiliki kualitas yang sama). Pergerakan kolektibilitas per nasabah tersebut sebagai dasar penentuan peluang transisi setiap peringkat kredit. Jika banyak nasabah yang mengalami perubahan kualitas kredit menjadi lebih buruk maka perusahaan akan mengalami kerugian yang lebih besar. Dengan mengetahui pergerakan kolektibilitas per nasabah tiap bulan, maka PT ABC Finance dapat menentukan kerugian maksimum yang dihadapi.

12 Analisis Value at Risk (VaR) Matriks transisi bulanan yang diperoleh sebanyak 11 matriks yang berukuran 5x5. Matriks transisi bulanan ini dapat dilihat pada Lampiran. Matriks transisi tersebut digunakan untuk menyusun matriks migrasi unconditional. Matriks migrasi unconditional yang dihasilkan adalah: L DPK M = KL D M L DPK KL D M Matriks M menunjukkan bahwa peluang kolektibiltas Lancar untuk tetap bertahan pada kolektibilitas L adalah sebesar 0,0613 atau 6,13 persen. Nilai peluang tersebut menunjukkan bahwa risiko kerugian yang dihadapi cukup besar karena nilai peluang kolektibilitas Lancar untuk menjadi Dalam Perhatian khusus dan Macet adalah sebesar 8,06 persen dan 0,09 persen. Hal ini menyebabkan dana yang harus disediakan oleh perusahaan untuk menutupi kerugian tersebut besar pula. Peluang kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus untuk pindah pada kolektibilitas Lancar sebesar 62,27 persen, sedangkan peluang kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus untuk tetap bertahan pada kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus adalah sebesar 75,98 persen. Peluang untuk berpindah pada kolektibilitas Kurang Lancar sebesar 0,39 persen. Peluang untuk berpindah pada kolektibilitas Diragukan sebesar 0,1 persen. Peluang untuk berpindah pada kolektibilitas Kurang Lancar sebesar 0,58 persen. Peluang kolektibilitas Kurang Lancar untuk menjadi kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus adalah sebesar 0,29 persen. Kolektibilitas Kurang Lancar menjadi kolektibilitas Diragukan peluangnya sebesar 0,09 persen. Peluang untuk berpindah pada kolektibilitas Macet sebesar 0,1 persen. Kredit yang disalurkan PT ABC Finance mempunyai peluang untuk keluar dari kondisi Diragukan menjadi kondisi kurang Lancar adalah sebesar 0,19

13 36 persen. Peluang kolektibilitas Macet tetap bertahan pada kondisi Macet yaitu sebesar 1,76 persen. Baki debet kredit (outstanding) adalah saldo rekening yang menunjukkan posisi hutang nasabah pada saat tertentu. Nilai baki debet untuk kolektibilitas Lancar (L), Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M) dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Baki debet tiap kolektibilitas selama bulan Desember 2010 Kolektibilitas Baki Debet (Rp) Presentase (%) L ,82 DPK ,77 KL ,34 D ,07 M ,01 Total ,00 Sumber: PT ABC Finance, 2011 (Diolah). Nilai baki debet untuk kolektibilitas L, DPK, KL, D, dan M pada tabel sebesar Rp , Rp , Rp , Rp , dan Rp Tingkat keyakinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95 persen dan 99 persen. Alasanya adalah karena J.P. Morgan Risk Metrics biasa menggunakan tingkat keyakinan 95 persen, sedangkan Basle Comitte menggunakan tingkat keyakinan 99 persen. a. VaR untuk kolektibilitas Lancar (L) VaR kolektibilitas Lancar yang ditampilkan pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa besarnya kemungkinan maksimum kredit yang akan dihadapi PT ABC Finance dengan tingkat keyakinan 95 persen pada tahun 2010 adalah sebesar Rp ,92. Nilai tersebut adalah 4,37 persen dari baki debet pinjaman kolektibilitas Lancar. Sedangkan kemungkinan kerugian maksimum dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp ,15 atau sebesar 6,17 persen dari baki debet pinjaman kolektibilitas Lancar. Tabel 6. Nilai volatilitas dan VaR pada kolektibilitas lancar Volatilitas Rp 47,729,316, VaR (α=5%) Rp 78,753,371, VaR (α=1%) Rp 111,209,306,380.15

14 37 b. VaR untuk kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus (DPK) VaR kolektibilitas DPK yang ditampilkan pada Tabel 7 memperlihatkan bahwa besarnya kemungkinan maksimum kredit yang akan dihadapi PT ABC Finance dengan tingkat keyakinan 95 persen pada tahun 2010 adalah sebesar Rp ,51. Nilai tersebut adalah 11,37 persen dari baki debet pinjaman kolektibilitas DPK. Sedangkan kemungkinan kerugian maksimum dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp ,77 atau sebesar 16,06 persen dari baki debet pinjaman kolektibilitas DPK. Tabel 7. Nilai volatilitas dan VaR pada kolektibiltas dalam perhatian khusus Volatilitas Rp ,03 VaR (α=5%) Rp ,51 VaR (α=1%) Rp ,77 c. VaR untuk kolektibilitas Kurang Lancar (KL) Nilai VaR pada Tabel 8 menunjukkan bahwa VaR kolektibilitas KL pada α=5% adalah sebesar Rp ,72. Kemungkinan kerugian maksimum kolektibilitas KL pada α=1% sebesar Rp ,73. Kedua kondisi tersebut tidak mungkin terjadi karena nilai VaR atau kerugian maksimum pada kolektibilitas KL melebihi nilai baki debet atau posisi kreditnya sehingga nilai VaR pada tingkat keyakinan 95 persen dan 99 persen tidak digunakan. Tabel 8. Nilai volatilitas dan VaR pada kolektibilitas kurang lancar Volatilitas Rp ,89 VaR (α=5%) Rp ,72 VaR (α=1%) Rp ,73 d. VaR untuk kolektibilitas Diragukan (D) VaR kolektibilitas Diragukan yang ditampilkan pada Tabel 9 memperlihatkan bahwa besarnya kemungkinan maksimum kredit yang akan dihadapi PT ABC Finance dengan tingkat keyakinan 95 persen pada tahun 2010 adalah sebesar Rp ,23. Sedangkan kemungkinan kerugian maksimum dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp ,29. Kedua kondisi tersebut tidak mungkin terjadi karena nilai VaR atau kerugian maksimum pada kolektibilitas D melebihi nilai baki debet atau

15 38 posisi kreditnya sehingga nilai VaR pada tingkat keyakinan 95 persen dan 99 persen tidak digunakan. Tabel 9. Nilai volatilitas dan VaR pada kolektibilitas diragukan Volatilitas Rp ,32 VaR (α=5%) Rp ,23 VaR (α=1%) Rp ,29 e. VaR untuk kolektibilitas Macet (M) VaR kolektibilitas Macet pada Tabel 10 yaitu dengan tingkat keyakinan 95 persen pada tahun 2010 adalah sebesar Rp ,08. Sedangkan kemungkinan kerugian maksimum dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp ,10. Kedua kondisi tersebut tidak mungkin terjadi karena nilai VaR atau kerugian maksimum pada kolektibilitas M melebihi nilai baki debet atau posisi kreditnya sehingga nilai VaR pada tingkat keyakinan 95 persen dan 99 persen tidak digunakan. Tabel 10. Nilai volatilitas dan VaR kolektibilitas macet Volatilitas Rp ,14 VaR (α=5%) Rp ,08 VaR (α=1%) Rp ,10 f. VaR Total Nilai VaR adalah nilai kerugian maksimum yang akan ditanggung oleh perusahaan untuk periode satu tahun pada tingkat keyakinan yang telah ditetapkan. Sehingga hasil perhitungan VaR kredit pembiayaan pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa kemungkinan kerugian terbesar yang dihadapi PT ABC Finance pada tahun 2010 dengan tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar Rp ,47. Nilai kerugian tersebut adalah sebesar 16,24 persen dari total baki debet kredit. Hal ini menunjukkan bahwa kredit yang dianggap berisiko adalah 16,24 persen dari total baki debet kredit. VaR ini juga dapat diartikan bahwa kemungkinan kerugian maksimum kredit pada tahun 2010 tidak akan melebihi Rp ,47 adalah 95 persen atau dengan kata lain hanya 5 persen kemungkinan kerugian dapat melebihi Rp ,47. Kerugian terbesar kredit yang dihadapi PT ABC Finance pada tahun 2010 dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp ,04. Dengan kata lain hanya 1 persen kemungkinan kerugian yang terjadi pada tahun

16 dapat melebihi Rp ,47. Nilai kerugian tersebut adalah sebesar 22,93 persen dari total baki debet kredit yang berarti aktiva kredit yang berisiko adalah 22,93 persen dari total baki debet kredit.pihak perusahaan perlu lebih intensif dalam mengelola risiko kreditnya untuk meminimalikan risiko yang akan dihadapi. Dampaknya, angka hasil pengukuran risiko juga akan turun. Tabel 11. VaR Total dengan α=5% dan α=1% (Dalam Rupiah) Kolektibilitas Volatilitas (σ) VaR (α=5%) VaR (α=1%) Lancar , , ,15 Dalam Perhatian Khusus , , ,77 Kurang Lancar , , ,73 Diragukan , , ,29 Macet , , ,10 Total , , Pengelolaan Risiko Kredit di PT ABC Finance Pengelolaan risiko kredit dilakukan sejak awal sebelum kredit diberikan kepada nasabah. Terlebih dahulu perusahaan menganalisis nasabah yang dilakukan oleh surveyor. Surveyor bertugas melakukan survey ke rumah dan atau tempat usaha calon nasabah, melihat kondisi kendaraan, serta melakukan wawancara dengan calon nasabah untuk mengumpulkan informasi dan menilai kelayakan nasabah. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah nasabah layak diberikan kredit sesuai dengan persyaratan yang ada. Selanjutnya, dilakukan pengecekan keabsahan BPKB pada pihak kepolisian. Setelah berkas persyaratan lengkap maka dilakukan booking, bagian administrasi di kantor cabang dan kantor pusat melakukan pengecekan ulang kelayakan dan kelengkapan berkas calon nasabah. Saat ini perusahaan memberlakukan peraturan baru yaitu surveyor harus memfoto KTP dan STNK asli calon nasabah yang masih berlaku. Pada saat penandatanganan kontrak, nasabah juga harus difoto. Foto tersebut dilampirkan pada aplikasi kredit. Nasabah yang telah selesai di booking akan memperoleh surat welcoming letter dan kartu angsuran sebagai pemberitahuan jumlah angsuran dan tanggal jatuh tempo. Penetapan kriteria penggolongan kredit dilakukan untuk dapat menentukan daftar nasabah yang masuk dalam kelompok kredit bermasalah pada PT ABC Finance dengan tingkatan kolektibilitas 1 sampai dengan 5. Kolektibilitas 1 untuk

17 40 keterlambatan 3-7 hari. Kolektibilitas 2 untuk keterlambatan 8-29 hari. Kolektibilitas 3 untuk keterlambatan hari. Kolektibilitas 4 untuk keterlambatan hari. Kolektibilitas 5 untuk keterlambatan hari. Upaya penanganan kredit yang dilakukan oleh PT ABC Finance adalah sebagai berikut: 1. Panggilan via telepon Setelah diketahui adanya nasabah yang belum melakukan pembayaran setelah keterlambatan 3 hari maka bagian desk coll akan menelpon nasabah untuk mengingatkan segera melakukan pembayaran angsurannya. 2. Pemberian Surat Peringatan (SP) Surat peringatan diberikan kepada nasabah berdasarkan jumlah hari keterlambatan. Surat peringatan terdiri dari SP 1, SP 2, dan SP 3. Surat peringatan pertama diberikan jika telah terlambat 7 hari. Surat peringatan kedua diberikan jika telah terlambat 14 hari. Surat peringatan ketiga diberikan jika telah terlambat 21 hari. Pemberian SP akan terus dilakukan setiap bulannya sampai dengan nasabah melakukan pembayaran. 3. Penagihan Penagihan dilakukan oleh collector dengan mendatangi rumah nasabah. Hal ini dilakukan untuk mengatasi alasan keterlambatan pembayaran karena jauhnya rumah nasabah dengan kantor cabang, kantor pos, ataupun bank. Penagihan oleh collector tidak hanya pada nasabah yang pembayarannya bermasalah tetapi juga ada nasabah yang meminta untuk diambil angsurannya. 4. Penghapusan denda Penghapusan denda jarang dilakukan karena head collector yang berperan untuk memutuskan akan dilakukan penghapusan denda atau tidak. Head collector pada setiap kantor cabang diberikan jumlah maksimal tertentu denda yang dapat dihapuskan. Penghapusan denda dilakukan hanya pada nasabah yang jumlah hari keterlambatannya masih sedikit berkisar 3-5 hari dan dengan alasan tertentu. Misalnya, tanggal jatuh tempo bertepatan dengan hari libur nasional dan nasabah tidak mau membayar denda. Selain itu, dilakukan apabila jumlah yang dibayarkan nasabah dengan cara transfer melalui bank masih kurang dan tidak dilakukan kekurangannya tidak segera dibayarkan.

18 41 5. Penarikan unit Penarikan unit dilakukan jika keterlambatan pembayaran telah memasuki bulan kedua dan tidak ada itikad baik dari nasabah untuk melakukan pembayaran. Terlebih dahulu dikeluarkan surat penarikan unit dan nasabah dihubungi oleh bagian collection. Apabila nasabah tidak dapat dihubungi maka unit akan ditarik jika ditemukan di jalan. Apabila pada saat penarikan unit, nasabah memberikan janji pembayaran sampai batas waktu tertentu. Jika sampai dengan batas waktu yang dijanjikan, nasabah belum juga melakukan pembayaran maka unit akan dijual oleh pihak perusahaan. Setelah itu account nasabah akan ditutup dan nasabah tidak dapat mengajukan kredit kembali di PT ABC Finance. Hal ini disebut Agunan Yang Diambil Alih (AYDA). Keterlambatan pembayaran yang telah memasuki 140 hari dan nasabah tidak dapat dihubungi, serta unit tidak berhasil ditarik maka akan dilakukan Write Off (WO). Setelah dilakukan WO maka account nasabah akan ditutup. Nasabah maupun unit tidak dapat mengajukan kredit kembali di PT ABC Finance.

Lampiran 1. Daftar istilah

Lampiran 1. Daftar istilah LAMPIRAN LAMPIRAN 46 Lampiran 1. Daftar istilah 1. Non performing loan (NPL) : kredit macet yang pembayaran bunga dan pokok pinjaman tertunda 90 hari atau lebih, atau setidaknya 90 hari pembayaran bunga

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN III.METODE PENEITIAN 3.1. Kerangka Tahapan Pemikiran Perkembangan industri non perbankan terus menunjukkan tren positif terutama perasuransian dan perusahaan pembiayaan. Hal ini terjadi pula pada PT ABC

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang Dalam proses pengajuan pembiayaan murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang, terdapat beberapa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produk Kredit Komersil adalah kredit yang bersifat umum, individu, selektif, dan berbunga wajar untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha kecil yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Bank CIMB Niaga, Tbk berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga. Pada dekade awal berdirinya, fokus utama adalah pada membangun

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan untuk beragam keperluan, baik produktif (investasi dan modal

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan untuk beragam keperluan, baik produktif (investasi dan modal BAB IV PEMBAHASAN A. Prosedur Pembiayan BSM Oto di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar Perbankan syariah menjalankan fungsi yang sama dengan perbankan konvensional, yaitu sebagai lembaga intermediasi

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR LAMPIRAN 65 66 Lampiran 1. Kuisioner penelitian Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR Gambaran Ringkas Penelitian Sektor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Bank Mandiri Syariah KCP Ngaliyan merupakan salah satu bentuk bank di Indonesia yang bertugas sebagai lembaga intermedasi. Salah satu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kualitatif 1. Kebijakan Kredit PT Bank CIMB Niaga,Tbk Obyek penelitian adalah Kebijakan Kredit PT Bank CIMB Niaga,Tbk kebijakan kredit tersebut mengatur

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro. menambah modal usaha nasabah dengan harapan agar usahanya lebih

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro. menambah modal usaha nasabah dengan harapan agar usahanya lebih BAB IV PEMBAHASAN A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro Pembiayaan mikro adalah pembiayaan yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah yang sudah mempunyai usaha lebih dari 2 tahun

Lebih terperinci

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan?

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Daftar Isi Financial Check List 1 01 Definisi Pembiayaan 3 02 Mengapa Masyarakat Memerlukan Jasa Pembiayaan? 5 5 03 Kapan Masyarakat Memerlukan Jasa Pembiayaan? 6 6 04 Siapa Saja Nasabah 8 Jasa Pembiayaan?

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan pada BAB II, maka pada bab

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan pada BAB II, maka pada bab BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan pada BAB II, maka pada bab ini akan membahas perlakuan akuntansi sewa pada PT FMA Finance. Metode pembahasan dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS BAB IV HASIL PENELITIAN A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS SURIYAH Kc Kudus Sebagai lembaga keuangan syariah aktivitas yang tidak kalah penting adalah melakkukan penyaluran

Lebih terperinci

Model Laporan Prediksi Penjualan Tiap Cabang Untuk Finance Lease. Model Laporan Prediksi Penjualan Tiap Cabang Untuk Consumer

Model Laporan Prediksi Penjualan Tiap Cabang Untuk Finance Lease. Model Laporan Prediksi Penjualan Tiap Cabang Untuk Consumer L48 L.1.2.4. Model Laporan Prediksi Penjualan Tiap Cabang Untuk Finance Lease L.1.2.5. Model Laporan Prediksi Penjualan Tiap Cabang Untuk Consumer Finance L49 L.1.2.6. Model Laporan Prediksi Jumlah Agreement

Lebih terperinci

Ringkasan Informasi Produk/Layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) - Ritel

Ringkasan Informasi Produk/Layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) - Ritel /Layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) - Ritel Nama Jenis Nama Penerbit Data Ringkas Manfaat Kredit Usaha Rakyat (KUR) Ritel Kredit dengan angsuran (pokok dan bunga) tetap per bulan PT. Bank Tabungan Pensiunan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 35 BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Didalam suatu lembaga keuangan baik negeri maupun swasta yang menyediakan berbagai macam produk layanan kredit, prosedur pemberian kredit sangatlah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA A. Mekanisme Akad Murabahah Dalam Pembiayaan Kendaraan Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberian kredit dalam bentuk barang berupa kendaraan atau yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pemberian kredit dalam bentuk barang berupa kendaraan atau yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga pembiayaan kredit merupakan lembaga yang memberikan jasa pemberian kredit dalam bentuk barang berupa kendaraan atau yang lainnya. Dalam lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Misi BRI : 1. Melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Pembiayaan Mudharabah berdasarkan PSAK No. 105 dan PAPSI 2003. 1. Kebijakan umum pembiayaan mudharabah PT Bank Syariah Mandiri menetapkan sektor-sektor

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam karya akhir ini pengukuran risiko yang ditunjukan terhadap pembiayaan murabahah pada BNI Syariah dengan menggunakan Metode CreditRisk +, Dalam penerapan metode pengukuran

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X 51 BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK + Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas analisis mengenai pengukuran risiko kredit konsumtif pada bank X dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam Pemberian Pinjaman Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Mlati Kredit bermasalah

Lebih terperinci

Ringkasan Informasi Produk/Layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) - Mikro

Ringkasan Informasi Produk/Layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) - Mikro /Layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) - Mikro Nama Jenis Nama Penerbit Data Ringkas Manfaat Risiko Persyaratan dan Tata Cara Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro Kredit dengan angsuran (pokok dan bunga) tetap

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG Latar belakang diluncurkannya fasilitas kredit BNI Tunas Usaha (BTU) adalah Inpres Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

Financial Knowledge. PT Mandiri Tunas Finance

Financial Knowledge. PT Mandiri Tunas Finance Financial Knowledge PT Mandiri Tunas Finance PENDAHULUAN 1 PRINSIP DASAR ANALISIS KELAYAKAN KREDIT 2 LIMA KENDALI UTAMA OPERASIONAL PEMBIAYAAN 3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJASAMA DEALER FINANCE COMPANY

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam Bab 4 ini akan dibahas mengenai, analisis pengukuran risiko kredit consumer khususnya mortgage (KPR) pada Bank X dengan menggunakan Internal Model CreditRisk+. Dengan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1. Gambaran Umum Proses Yang Sedang Berjalan Pada dasarnya proses yang dibahas dalam tulisan ini, dibagi menjadi dua bagian besar yaitu proses persetujuan permohonan kredit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Pelaksanaan Jaminan Fidusia di Bank Syariah Mandiri KCP Solok. menanyakan langsung kepada pihak warung mikro itu sendiri.

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Pelaksanaan Jaminan Fidusia di Bank Syariah Mandiri KCP Solok. menanyakan langsung kepada pihak warung mikro itu sendiri. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Jaminan Fidusia di Bank Syariah Mandiri KCP Solok Langkah-langkah pengajuan pembiayaan kepada bank adalah sebagai berikut : 1. Nasabah datang ke Bank untuk mencari

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku bunga kredit dan kredit bermasalah (NPL) dampaknya terhadap jumlah penyaluran kredit pada PT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Akad Murabahah bil Wakalah pada Produk ib Investasi Line Facility di Bank Jateng Cabang Syariah Semarang Produk Pembiayaan ib Investasi adalah salah

Lebih terperinci

Perancangan Model Credit Collection Dashboard System Berbasis Spreadsheet Untuk Pengelolaan Kinerja. Oleh : Sinta Candra Sari (NRP: )

Perancangan Model Credit Collection Dashboard System Berbasis Spreadsheet Untuk Pengelolaan Kinerja. Oleh : Sinta Candra Sari (NRP: ) Perancangan Model Credit Collection Dashboard System Berbasis Spreadsheet Untuk Pengelolaan Kinerja Perusahaan Pembiayaan Oleh : Sinta Candra Sari (NRP: 9106 201 301) TINJAUAN PUSTAKA METODOLOGI PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. A. Syarat-syarat Pemberian Kredit Umum BPR Nusamba

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. A. Syarat-syarat Pemberian Kredit Umum BPR Nusamba BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan A. Syarat-syarat Pemberian Kredit Umum BPR Nusamba Banguntapan 1. Foto copy KTP (Kartu Tanda Penduduk), 5 lembar 2. Foto copy Kartu Keluarga, 1 lembar 3. Foto

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didalam membangun atau mengembangkan suatu usaha dibutuhkan modal awal. menyediakan sejumlah dana untuk keperluan modal.

BAB 1 PENDAHULUAN. didalam membangun atau mengembangkan suatu usaha dibutuhkan modal awal. menyediakan sejumlah dana untuk keperluan modal. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya banyak hal yang dilakukan masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup agar menjadi lebih baik lagi salah satunya dengan membangun usaha ataupun mengembangkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/16/PBI/2016 TENTANG RASIO LOAN TO VALUE UNTUK KREDIT PROPERTI, RASIO FINANCING TO VALUE UNTUK PEMBIAYAAN PROPERTI, DAN UANG MUKA UNTUK KREDIT ATAU PEMBIAYAAN KENDARAAN

Lebih terperinci

No.17/ 25 /DKMP Jakarta, 12 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM, BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No.17/ 25 /DKMP Jakarta, 12 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM, BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No.17/ 25 /DKMP Jakarta, 12 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM, BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Rasio Loan to Value atau Rasio Financing to Value

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PADA PT ABC FINANCE DENGAN METODE VALUE AT RISK (VaR) Oleh RR RETNO RIZKI DINI YULIANA H

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PADA PT ABC FINANCE DENGAN METODE VALUE AT RISK (VaR) Oleh RR RETNO RIZKI DINI YULIANA H ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PADA PT ABC FINANCE DENGAN METODE VALUE AT RISK (VaR) Oleh RR RETNO RIZKI DINI YULIANA H24097110 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dibidang pembiayaan konsumen (consumer finance), anjak piutang (factoring)

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dibidang pembiayaan konsumen (consumer finance), anjak piutang (factoring) BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat PT. FMA Finance PT. FMA Finance adalah suatu perusahaan swasta nasional yang bergerak dibidang pembiayaan konsumen (consumer

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS PENGENDALIAN KREDIT (STUDI PADA KOPERASI MARSUDI MULYO)

ANALISIS EFEKTIVITAS PENGENDALIAN KREDIT (STUDI PADA KOPERASI MARSUDI MULYO) ANALISIS EFEKTIVITAS PENGENDALIAN KREDIT (STUDI PADA KOPERASI MARSUDI MULYO) DAFI ARMAHEDI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang E-mail: dafiarmahedi@gmail.com ABSTRACT This

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Faktor Penyebab Pembiayaan Implan Bermasalah (Pasdu) Di Bank Syariah

BAB IV PEMBAHASAN. A. Faktor Penyebab Pembiayaan Implan Bermasalah (Pasdu) Di Bank Syariah BAB IV PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Pembiayaan Implan Bermasalah (Pasdu) Di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Painan Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan implan bermasalah di

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Upaya Pencegahan Pembiayaan Bermasalah di BMT Al Hikmah Ungaran BMT Al Hikmah merupakan sebuah lembaga keuangan syariah non bank yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat menyimpulkan beberapa hal. Selain itu juga memberikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat menyimpulkan beberapa hal. Selain itu juga memberikan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dijelaskan di dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat menyimpulkan beberapa hal. Selain itu juga memberikan saran untuk Bank BTN Cabang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Portofolio Kartu Kredit Secara umum portofolio kartu kredit di Bank X mengalami peningkatan selama kurang lebih dua tahun terakhir. Secara umum total eksposur mengalami

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas kredit bermasalah pada PT. Bank Mandiri studi kasus Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman. Dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU KOTA SANTRI Cabang Karanganyar Koperasi Serba Usaha KOTA SANTRI Cabang Karanganyar dalam memberikan kredit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Proses Akad Ijarah Multiguna Untuk Biaya Umroh. multiguna untuk biaya umroh yang diserahkan kepada nasabah diharapkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Proses Akad Ijarah Multiguna Untuk Biaya Umroh. multiguna untuk biaya umroh yang diserahkan kepada nasabah diharapkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Akad Ijarah Multiguna Untuk Biaya Umroh Penerapan akad ijarah pada pembiayaan multiguna untuk biaya umroh di Bank Syariah Mandiri KCP Katamso dilakukan dengan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Mengenai Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pembiayaan Mudharabah Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah : 1. Nasabah Melakukan Pengajuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Pembiayaan Pensiunan pada Bank Mandiri Syariah Kantor Cabang

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Pembiayaan Pensiunan pada Bank Mandiri Syariah Kantor Cabang BAB IV HASIL PENELITIAN A. Pembiayaan Pensiunan pada Bank Mandiri Syariah Kantor Cabang Bukittinggi. 1 Pembiayaan pensiunan adalah pembiayaan yang diberikan kepada pensiunan dalam rangka memberi kesempatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pemberian Pembiayaan Oleh Account Officer Kepada Nasabah

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pemberian Pembiayaan Oleh Account Officer Kepada Nasabah BAB IV PEMBAHASAN A. Proses Pemberian Pembiayaan Oleh Account Officer Kepada Nasabah Saat memberikan pembiayaan, Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Kantor Cabang Pembantu Payakumbuh menggunakan prinsip

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) a. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Tbk.

BAB III PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) a. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Tbk. BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Tbk. a. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Tbk. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya perekonomian di dunia meskipun kini tengah dilanda krisis ekonomi global, dunia bisnis merupakan dunia yang paling ramai

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Randublatung-Blora, Jawa Tengah.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Randublatung-Blora, Jawa Tengah. DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama : Aisyah Khoirun Nisa 2. Tempat, Tanggal Lahir : Blora, 30 Maret 1996 3. Alamat : Ds. Kadengan Rt.02 Rw. 01 Randublatung-Blora, Jawa Tengah. 4. No. HP

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka penetapan kebijakan moneter, pemantauan stabilitas sistem keuangan,

Lebih terperinci

Hasil Peramalan dengan Menggunakan Software Minitab

Hasil Peramalan dengan Menggunakan Software Minitab 71 Lampiran 1. Hasil Peramalan dengan Menggunakan Software Minitab Moving Average Data C1 Length 12 NMissing 0 Moving Average Length 4 Accuracy Measures MAPE 25 MAD 54372 MSD 4819232571 Time C1 MA Predict

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia dan sebagian negara Asia Tenggara dan Timur mengalami krisis ekonomi yang disebabkan oleh beberapa faktor baik yang

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat No. 10/ 45 /DKBU Jakarta, 12 Desember 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat Sehubungan dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa batas waktu

Lebih terperinci

WAWANCARA. pertanyaan kepada dua orang narasumber, yaitu: : Dicky Frandhika Gutama. pada PT. Bank Sumut Cabang Koordinator Medan

WAWANCARA. pertanyaan kepada dua orang narasumber, yaitu: : Dicky Frandhika Gutama. pada PT. Bank Sumut Cabang Koordinator Medan WAWANCARA Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada dua orang narasumber, yaitu: 1. Narasumber I Nama Jabatan : Dicky Frandhika Gutama :Seksi Pelaksana Penyelamatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Indonesia Trading Company (Persero) dikenal diluar negeri sebagai ITC yang menjadi singkatan dari Indonesia Trading Company, yang satusatunya

Lebih terperinci

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L No.87, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum Konvensional. GWM. Rupiah. Valuta. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6047) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat. Setiap bank memiliki visi dan misi untuk mencapai sebuah tujuan

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat. Setiap bank memiliki visi dan misi untuk mencapai sebuah tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia perbankan mengalami pertumbuhan atau perkembangan yang cukup pesat. Setiap bank memiliki visi dan misi untuk mencapai sebuah tujuan yang berkaitan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN APLIKASI PEMBIAYAAN MURABAHAH KONSUMTIF MOTOR PADA BMT AT-TAQWA CABANG BANDAR BUAT PADANG

BAB IV PEMBAHASAN APLIKASI PEMBIAYAAN MURABAHAH KONSUMTIF MOTOR PADA BMT AT-TAQWA CABANG BANDAR BUAT PADANG BAB IV PEMBAHASAN APLIKASI PEMBIAYAAN MURABAHAH KONSUMTIF MOTOR PADA BMT AT-TAQWA CABANG BANDAR BUAT PADANG A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah Pada BMT At- Taqwa Muhammadiyah Cabang Bandar Buat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada pembahasan bab lima ini akan disampaikan kesimpulan mengenai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada pembahasan bab lima ini akan disampaikan kesimpulan mengenai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada pembahasan bab lima ini akan disampaikan kesimpulan mengenai penjabaran dari bab satu sampai dengan bab empat dan berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh melalui penelitian, maka bab ini akan dijelaskan hasil pengolahan data beserta pembahasannya. Hasil penelitian tersebut untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Pembiayaan Ijarah Bermasalah di BMT Amanah Mulia Magelang Setelah melakukan realisasi pembiayaan ijarah, BMT Amanah Mulia menghadapi beberapa resiko

Lebih terperinci

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT A. Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat atau BPR memiliki sejarah yang panjang didalam timeline industri perbankan di Indonesia. Awalnya BPR dibentuk

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999, pinjaman penerusan yang dananya berasal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 128 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan dan mempunyai peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 5.1. Analisis Perkembangan Penyaluran Kredit Dalam pelaksanaan aktivitas operasional bank, salah satu upaya yang dilakukan oleh setiap perbankan adalah peningkatan kinerja

Lebih terperinci

RINGKASAN MENGENAI PRODUK DAN/ATAU LAYANAN KONSUMEN PT RADANA BHASKARA FINANCE, Tbk ================================================

RINGKASAN MENGENAI PRODUK DAN/ATAU LAYANAN KONSUMEN PT RADANA BHASKARA FINANCE, Tbk ================================================ 1. Produk yang dibiayai oleh RADANA FINANCE 1.1. Pembiayaan Kendaraan Bermotor Roda 2 Baru Yaitu Pembiayaan untuk kendaraan roda dua (2) 1.2. Pembiayaan Kendaraan Bermotor Roda 2 Bekas Yaitu Pembiayaan

Lebih terperinci

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI :

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI : 1 Nama Data : Antar Bank Aktiva BPR Semua jenis simpanan/tagihan BPR Pelapor dalam rupiah kepada bank lain di Indonesia. Simpanan/tagihan kepada bank lain di Indonesia dengan jenis giro, tabungan, deposito

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Modal. BPR. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5849) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

LIST PERTANYAAN DAN JAWABAN TERKAIT PENERAPAN KETENTUAN LOAN TO VALUE

LIST PERTANYAAN DAN JAWABAN TERKAIT PENERAPAN KETENTUAN LOAN TO VALUE LIST PERTANYAAN DAN JAWABAN TERKAIT PENERAPAN KETENTUAN LOAN TO VALUE (LTV) KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) DAN DOWN PAYMENT (DP) KREDIT KENDARAAN BERMOTOR (KKB) PERBANKAN NO PERTANYAAN JAWABAN I. HAL UMUM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PT OTO Multiartha PT OTO Multiartha adalah salah satu perusahaan pembiayaan otomotif independen terkemuka. Usaha utama PT OTO Multiartha adalah bergerak di bidang pembiayaan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung telah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Saldo Ratarata. Distribusi Bagi Hasil. Januari 1 Bulan 136,901,068,605 1,659,600, % 1,078,740, %

BAB IV PEMBAHASAN. Saldo Ratarata. Distribusi Bagi Hasil. Januari 1 Bulan 136,901,068,605 1,659,600, % 1,078,740, % 36 BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Sistem Pembagian Keuntungan Bagi Hasil deposito Syariah (Mudharabah) Pada Bank BTN Unit Usaha Syariah besar kecilnya pendapatan yang diperoleh nasabah dari deposito bergantung

Lebih terperinci

Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor

Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor ekonomi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/10/PBI/2015 TENTANG RASIO LOAN TO VALUE ATAU RASIO FINANCING TO VALUE UNTUK KREDIT ATAU PEMBIAYAAN PROPERTI DAN UANG MUKA UNTUK KREDIT ATAU PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR

Lebih terperinci

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC Sistem Informasi Debitur Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/2005 24 Januari 2005 MDC PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/ 8 /PBI/2005 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

kemudian hari bagi bank dalam arti luas; KAJIAN PUSTAKA Pengertian dasar tentang kredit bermasalah Dalam kasus kredit bermasalah, debitur mengingkari janji membayar bunga dan pokok pinjaman mereka yang telah jatuh tempo, sehingga dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengertian Bank menurut Kasmir (2011 : 3), Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA digilib.uns.ac.id BAB III DESKRIPSI LEMBAGA A. Sejarah PD. Bank Perkreditan Rakyat BKK Boyolali Perusahaan Daerah BPR BKK Boyolali Kota Kabupaten Boyolali merupakan hasil dari merger 18 PD.BPR BKK se Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan pemecahan masalah dalam mengukur risiko kredit dengan menggunakan metode Credit Risk +. Dimana pemecahan masalah tersebut akan sesuai mengikuti metodologi

Lebih terperinci

Analisis Sistem Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit Pemilikan Rumah. (Studi Kasus pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung) Oleh:

Analisis Sistem Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit Pemilikan Rumah. (Studi Kasus pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung) Oleh: Analisis Sistem Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (Studi Kasus pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung) Oleh: Rizka Maulidhia Enanto (0610233175) Dosen Pembimbing: Lutfi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN BMT NU SEJAHTERA. yang sedang lesu pada saat itu, maka kaum Nahdliyin (NU) sebagai organisasi

BAB III GAMBARAN BMT NU SEJAHTERA. yang sedang lesu pada saat itu, maka kaum Nahdliyin (NU) sebagai organisasi 32 BAB III GAMBARAN BMT NU SEJAHTERA A. Sejarah BMT NU SEJAHTERA Berawal dari keprihatinan terhadap kondisi perekonomian Indonesia yang sedang lesu pada saat itu, maka kaum Nahdliyin (NU) sebagai organisasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah Mandiri KC Lubuk Sikaping Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki prosedur pembiayaan yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHAS AN. IV.1. Analisis Kebijakan Kredit PT Tirta Varia Intipratama. yaitu, penjualan secara tunai atau secara kredit.

BAB IV PEMBAHAS AN. IV.1. Analisis Kebijakan Kredit PT Tirta Varia Intipratama. yaitu, penjualan secara tunai atau secara kredit. BAB IV PEMBAHAS AN IV.1. Analisis Kebijakan Kredit PT Tirta Varia Intipratama IV.1.1. Analisis Kebijakan Penjualan Kredit Penjualan merupakan kegiatan operasional perusahaan di mana dengan ini perusahaan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJASAMA PEMBERIAN KREDIT USAHA KECIL (KUK) ANTARA PT BANK SKR JRENG DENGAN PT SKR JOS FINANCE. Nomor...

PERJANJIAN KERJASAMA PEMBERIAN KREDIT USAHA KECIL (KUK) ANTARA PT BANK SKR JRENG DENGAN PT SKR JOS FINANCE. Nomor... PERJANJIAN KERJASAMA PEMBERIAN KREDIT USAHA KECIL (KUK) ANTARA PT BANK SKR JRENG DENGAN PT SKR JOS FINANCE Nomor... Yang bertanda tangan dibawah ini: ----------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

RINGKASAN INFORMASI PRODUK

RINGKASAN INFORMASI PRODUK A. Kredit Usaha Rakyat (KUR) RINGKASAN INFORMASI PRODUK Jenis Produk : Kredit dengan angsuran (pokok dan bunga) tetap per bulan Data Ringkas : Produk KUR adalah produk BTPN tanpa jaminan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. prosedur pembiayaan griya di BSM Kantor Area Padang dapat diuraikan. 1. Tahap permohonan dan pengajuan persyaratan.

BAB IV PEMBAHASAN. prosedur pembiayaan griya di BSM Kantor Area Padang dapat diuraikan. 1. Tahap permohonan dan pengajuan persyaratan. BAB IV PEMBAHASAN A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Griya Menurut Ibuk Silvany selaku Area Consumer Banking Manager, prosedur pembiayaan griya di BSM Kantor Area Padang dapat diuraikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Angsuran ringan dan tetap hingga jatuh tempo pembiayaan. Bisa untuk membeli rumah baru, bekas dan renovasi rumah

BAB IV PEMBAHASAN. Angsuran ringan dan tetap hingga jatuh tempo pembiayaan. Bisa untuk membeli rumah baru, bekas dan renovasi rumah BAB IV PEMBAHASAN A. Kriteria Pembiayaan Griya BSM 1. Manfaat Angsuran ringan dan tetap hingga jatuh tempo pembiayaan Bisa untuk membeli rumah baru, bekas dan renovasi rumah Jangka waktu pembiayaan hingga

Lebih terperinci