KAJIAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH-BERAS : Kasus Propinsi Jawa Barat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH-BERAS : Kasus Propinsi Jawa Barat"

Transkripsi

1 KAJIAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH () GABAH-BERAS : Kasus Propinsi Jawa Barat PENDAHULUAN dasar gabah mulai diterapkan sejak 1969 dan terus dipertahankan hingga kini dengan konsep harga pembelian pemerintah (). Sejalan dengan itu, formula yang dipakai untuk menentukan harga dasar dan terus berubah antar waktu. Meskipun formulanya mengalami perubahan, namun hakekatnya bertujuan untuk melindungi petani dari kejatuhan harga pada musim panen raya. Kebijakan penetapan yang dilakukan selama ini berdasarkan kadar air dan kadar hampa. Pemerintah belum pernah menetapkan multikualitas berdasarkan varietas, musim tanam, wilayah, kualitas gabah itu sendiri dan sebagainya. Sejalan dengan perkembangannya sebagian kalangan mengusulkan wacana multikualitas untuk mendorong peningkatan kualitas gabah dan memberikan insentif yang lebih besar bagi berkembangnya industri perberasan. Penetapan berdasarkan kadar air dan kadar hampa dilakukan dan dipertahankan hingga saat ini dengan pertimbangan bahwa sebagian besar petani Indonesia memproduksi gabah pada kualitas tersebut, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan mayoritas petani padi. Selama ini belum ada kajian empiris yang khusus melihat bahwa mayoritas petani memang memproduksi dan menjual gabah yang masuk dalam kriteria yang ditetapkan, dan apakah kebijakan tunggal yang ditempuh pemerintah selama ini sudah tepat. Sehubungan itu, perlu dilakukan kajian yang dapat menjawab pertanyaan tersebut dan membuka peluang untuk perbaikan kebijakan perberasan di masa mendatang. TUJUAN Tujuan dari kajian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengevaluasi kebijakan harga gabah tahun Mempelajari kualitas gabah dan beras yang ditransaksikan oleh petani, pedagang dan Dolog/Bulog. 3. Mempelajari kualitas gabah petani yang paling banyak ditransaksikan. 4. Merumuskan alternatif kebijakan gabah ke depan LOKASI DAN WAKTU Untuk memperoleh data dan informasi yang valid dan representatif, kajian akan dilaksanakan di wilayah sentra produksi padi di Jawa Barat. Dengan pertimbangan aksesibilitas wilayah dipilih kabupaten Karawang. Kajian dilaksanakan pada bulan Januari JENIS DATA DAN INFORMASI Data dan informasi yang dikumpulkan bersifat primer dan sekunder. Informasi primer diperoleh dari petani/kelompok tani, pedagang pengumpul, dan Dolog. Sebagai data pendukung, khususnya untuk melihat dinamika penyerapan gabah/beras berdasarkan kualitas selama beberapa tahun terakhir akan digunakan data dari Bulog, Dolog dan BPS. Informasi yang digali adalah kondisi harga dan kualitas gabah yang dijual pada saat panen musim hujan dan musim kemarau.

2 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Padi Produksi padi nasional secara konsisten mengalami peningkatan selama tahun 2007 hingga 2009 (Tabel 1). Tercatat untuk tahun 2007, produksi gabah kering giling () sebesar 57,16 juta ton, atau setara 36 juta ton beras. Untuk tahun 2008 tercatat 60,33 juta ton (setara 38 juta ton beras), atau meningkat 5,54 persen dibandingkan Selanjutnya, produksi Gabah Kering Giling () tahun 2009 mencapai 62,56 juta ton (setara 40 juta ton beras). Dibandingkan produksi tahun 2008, terjadi peningkatan sebanyak 3,51 juta ton (5,43 persen). Kenaikan produksi pada tahun 2009 terjadi karena peningkatan luas panen seluas 515,31 ribu hektar (4,18 persen) dan produktivitas sebesar 0,77 kuintal/hektar (1,57 persen). Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi, Uraian Satuan Luas Panen Produksi Produktivitas (ha) (1,48) (4,18) (ton) ,561 (5,54) (5,43) (ton/ha) 4,71 4,89 4,97 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (diolah). Keterangan : angka dalam kurung menunjukkan pertumbuhan (%) (4,02) (1,57) Peningkatan produksi padi yang terus terjadi menimbulkan optimisme tinggi bahwa produksi beras nasional akan terus mengalami surplus, dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemasok beras dunia. Pada tahun 2009, setelah dikurangi dengan kebutuhan dalam negeri, surplus produksi beras diperkirakan sebesar 3-4 juta ton. Bahkan sampai pada akhir tahun 2009, Bulog memiliki stok beras 1,7 juta ton. Hal ini dapat diartikan sebagai kondisi ideal untuk persediaan beras, minimal selama kuartal pertama tahun Jika memperhatikan pola panen padi nasional, sangat beralasan untuk mendeklarasikan keberlanjutan ketangguhan kondisi perberasan nasional, mengingat panen raya terjadi pada bulan Februari-April setiap tahunnya, sehingga stok beras akan semakin melimpah (Gambar 1).

3 Gambar 1. Luas Panen Padi, (ha). Perkembangan dan Kebijakan dan Dalam satu tahun, musim panen padi terdiri dari tiga kategori yaitu musim panen raya, musim panen gadu dan musim paceklik. Musim panen raya berlangsung sejak Februari-Mei dengan luas total pada periode tersebut mencapai 6 juta ha (51% dari total luas panen). Pada musim panen gadu, luas panen mencapai 3,9 juta ha (33%), dan pada musim paceklik seluas 1,9 juta ha (16%). Penurunan luas panen ini terkait dengan pola panen padi yang mengikuti musim hujan dan proses pertumbuhan tanaman, dan pola ini akan terus berlangsung di masa mendatang. Terkait dengan pola panen tersebut, harga gabah di petani berbalikan dengan pola panen, yaitu merosot pada periode panen raya, meningkat setelahnya dan harga paling tinggi pada periode paceklik (Sawit, 2010). Jika mencermati tingkat harga gabah dan beras berdasarkan periode berlakunya Instruksi Presiden (Inpres) tentang perberasan sejak 2007 yaitu periode April 2007 April 2008, Mei - Desember 2008 dan Januari Desember 2009, terlihat bahwa Pembelian Pemerintah Gabah Kering Panen ( ) dan Gabah Kering Giling ( ) mengalami peningkatan sekitar 7 10 persen setiap periodenya (Tabel 2).Kenaikan dan mampu meningkatkan harga aktual di petani dan di penggilingan. Secara rata-rata, sepanjang 2009 harga jual gabah petani dalam bentuk mencapai Rp 2.708,- per kg, yang berarti lebih tinggi dari yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 2.400,- per kg. Demikian halnya dengan harga jual gabah dalam bentuk di tingkat penggilingan sebesar Rp 3.067/kg, di atas yang ditetapkan pemerintah Rp 3.000/kg (Tabel 2).

4 Tabel 2. Perkembangan, dan Beras, Uraian Periode Berlakunya Inpres Perberasan Satua n Jan-Des April 07-April 08 Mei-Des (Rp/k g) Persentase Kenaikan (%) 8,11 9,09 Aktual (Rp/k g) Persentase Kenaikan (%) 8,81 5,91 Aktual - (Rp/k g) Persentase Terhadap (%) 15,48 16,21 12,83 (Rp/k g) Persentase Kenaikan (%) 8,74 7,14 Aktual Penggilingan (Rp/k g) Persentase Kenaikan (%) 8,44 5,11 Aktual Penggilingan - (Rp/k g) Persentase Terhadap (%) 4,50 4,21 2,24 Rasio : 1,27 1,27 1,25 Rasio Aktual : Aktual 1,15 1,14 1,13 Beras Medium (Rp/k g) Persentase Kenaikan (%) 4,32 5,93 Beras di Pasar Induk Cipinang Jkt : - Jenis IR I (Rp/k g) Jenis IR II (Rp/k g) Jenis IR III (Rp/k g) Sumber : Badan Pusat Statistik dan BULOG, 2010, diolah. Walaupun secara rata-rata harga aktual dan berada diatas yang ditetapkan namun ada dua hal esensi yang perlu diperhatikan, pertama, persentase kenaikan harga aktual dan semakin menurun sementara persentase kenaikan harga beras medium semakin tinggi. Kondisi ini menyebabkan semakin besar senjang antara harga beras dengan harga, sementara harga dan bergerak lambat. Fenomena ini dapat dipahami karena senjang harga tersebut sebagai akibat ulah perilaku para pedagang, yang utamanya pedagang yang juga pengusaha penggilingan yang mampu menekan harga

5 pembelian gabah dari petani, sementara menjual harga beras dengan sangat tinggi. Apalagi memanfaatkan momentum kenaikan per 1 Januari 2010 (Inpres Perberasan No.7/2009) dan peningkatan biaya transportasi gabah-beras akibat berlangsungnya musim hujan. Kedua, adalah masih terjadinya insiden anjlok harga di bawah pada bulan Maret hingga Mei yang merupakan masa panen raya, sementara harga aktual secara konsisten berada diatas (Gambar 1). Sepanjang Mei 2007 hingga Mei 2008, saat panen raya, harga di penggilingan berturut-turut hanya Rp 2.385/kg atau sekitar 7,4 persen dibawah, dan Rp /kg, sedikit dibawah. Bahkan pada Mei 2009, harga aktual penggilingan hanya Rp /kg atau 10,17 persen dibawah. Dengan demikian, mengacu pada tujuan penetapan sebagai penyangga harga aktual gabah tidak jatuh saat musim panen raya, maka dapat dikatakan sudah efektif pada musim panen, sebaliknya tidak. Hal ini memberi makna bahwa efektifitas kebijakan dan pada tahun 2009 lebih rendah daripada tahun Fakta bahwa semakin besar senjang harga beras dan harga / dan harga aktual seringkali di bawah, utamanya pada saat musim panen, walaupun di atas, merupakan isu penting yang perlu dikaji lebih mendalam karena mengandung implikasi terhadap konstruksi kebijakan tersebut. Tampaknya untuk terlalu tinggi relatif terhadap. Pertama, pada umumnya petani menjual gabah dalam bentuk, jarang dalam bentuk dan praktis tidak pernah dalam bentuk beras. Oleh karena itu, untuk kurang relevan dijadikan sebagai instrumen penyangga harga gabah petani. mestinya hanya untuk saja. dibiarkan bebas berdasarkan kekuatan pasar. Kedua, untuk relatif terlalu tinggi dibanding untuk. Rasio harga / berdasarkan harga pasar (di tingkat penggilingan) berkisar 1,13-1,15 sedangkan berdasarkan yang ditetapkan pemerintah 1,25-1,27 (Tabel 2). Hal inilah yang menyebabkan harga aktual dapat berada dibawah, menekan harga aktual dan kemudian membuat kisaran keuntungan yang lebih besar bagi pedagang yang menjual beras. Ketiga, penetapan untuk yang tidak konsisten, atau terlalu tinggi relatif terhadap, sementara transaksi berdasarkan praktis hanya antara Bulog dan pengusaha penggilingan padi, maka dapat dipastikan penetapan untuk kurang bermanfaat bagi petani, lebih menguntungkan bagi Bulog dan mitra usaha rekanannya. Keempat, penetapan tiga (untuk, dan juga beras) yang tidak konsisten dapat menimbulkan kesulitan dalam monitoring dan evaluasi kinerja kebijakan tersebut. Jika harga yang diterima petani selalu diatas, sementara dan beras di bawah, masing-masing, lantas apakah dapat disimpulkan kebijakan efektif atau tidak? produk mana yang akan diacu? Kesulitan ini dapat diatasi dengan menetapkan untuk satu jenis produk gabah saja, yakni Gabah Kering Panen ().

6 Gambar 1. Perkembangan dan Aktual Gabah Bulanan, (Rp/kg). Gambar 2. Perkembangan Beras Medium, Beras di Pasar Induk Cipinang dan Beras Thai 25% Bulanan, (Rp/kg). Realita : Kualitas dan Gabah Kering Panen adalah produk utama yang dihasilkan oleh umumnya petani padi. Oleh sebab itu, dengan tujuan melindungi petani dari kejatuhan harga, pemerintah pada setiap periodenya mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) tentang kebijakan perberasan yang salah satu isinya adalah ketetapan Pembelian Gabah Kering Panen ( ) per kg di tingkat petani. Pada tahun 2010, telah berlaku Inpres No.7/2009 yang telah menetapkan sebesar Rp ,- per kg di petani.

7 Ketetapan sebesar Rp /kg ini didasarkan pada dengan persyaratan kualitas kadar air maksimum 25 persen dan kadar hampa atau kotoran maksimum 10 persen. Sedangkan transaksi diluar kualitas tersebut, diatur oleh Peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman Pembelian Gabah dan Beras oleh Pemerintah yang terkandung didalamnya Tabel Rafaksi. Terkait dengan ketetapan kualitas dan serta penerapannya dilapangan, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kajian lapang di Kabupaten Karawang. Perkembangan Produksi Padi Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten pemasok beras di Provinsi Jawa Barat dan bahkan pada tingkat nasional. Selama periode , Kabupaten Karawang rata-rata memasok 1,23 juta ton (setara ton beras), atau sekitar 2 persen dari total produksi nasional. Pertumbuhan produksi Kabupaten Karawang selama periode yang sama mencapai 3,26 persen per tahun. Sumber pertumbuhan produksi tersebut berasal dari pertumbuhan produktivitas sebesar 3,12 persen per tahun sementara luas panen tumbuh hanya 0,34 persen per tahun (Tabel 3). Tabel 3. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) , , , , ,09 Rataan ,39 Pertumbuhan 0,34 3,26 3,12 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, Dalam satu tahun, musim panen padi Kabupaten Karawang terjadi pada bulan Februari- Mei. Namun, pada periode , terjadi perubahan musim panen. Musim panen pada periode tersebut lebih merata sepanjang tahun. Pada periode , luas panen pada musim puncak panen Februari-Mei rata-rata mencapai ha dengan produksi mencapai ton. Sementara pada periode , luas panen pada periode tersebut berkurang menjadi ha (produksi ton ). Lebih meratanya panen sepanjang tahun ini disebabkan faktor iklim dan pengaturan irigasi sehingga waktu tanam dapat lebih diatur. Hal ini sangat mengutungkan petani untuk menghindari kejatuhan harga pada musim panen puncak (Gambar 3 dan Gambar 4).

8 Gambar 3. Perkembangan Luas Panen Padi Kabupaten Karawang, Gambar 4. Perkembangan Produksi Gabah Kering Panen () Kabupaten Karawang, (ton). Pemasaran Gabah dan Beras Kabupaten Karawang menghasilkan gabah dalam bentuk gabah basah di sawah. Gabah basah merupakan istilah yang digunakan petani untuk menyebutkan produk gabah yang baru dipanen tanpa dilakukan penjemuran. Jika sempat dijemur oleh petani sebelum dijual, petani menyebutnya gabah kering. Kualitas gabah basah dan gabah kering tidak pasti, karena tidak ada alat ukur yang digunakan untuk memastikan kualitas tersebut saat transaksi. Kualitas kedua jenis gabah tersebut ditentukan hanya menggunakan pengamatan dengan menggunakan penglihatan (secara visual). Hasil kajian menunjukkan kriteria visual yang digunakan petani untuk menentukan kualitas gabah basah dan kering adalah sebagai berikut :

9 Tabel 4. Kriteria Penentuan Gabah Basah dan Gabah Kering Secara Visual Berdasarkan Persepsi. No. Kriteria Derajat Kualitas 1. Warna Berwarna kuning bercahaya berarti baik 2. Umur Panen hari 3. Kotoran Jerami Makin sedikit makin baik 4. Gabah di remas atau ditimbangtimbang dengan tangan. Makin berat makin baik 5. air Makin kering makin baik Sumber : Primer, kemudian menjual gabah ke pedagang pengumpul atau langsung ke pedagang besar. Penjualan ke pedagang dilakukan melalui perantara calo, yaitu orang yang bertindak sebagai penguasa suatu wilayah yang kemudian meminta bagian uang dari hasil penjualan gabah petani, biasanya sebesar Rp. 50/kg gabah (Gambar 5). Pedagang besar yang membeli gabah petani dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu pedagang bebas dan pedagang rekanan Dolog/Bulog. Dari segi kualitas gabah yang dibeli dari petani, para pedagang memiliki kriteria sendiri dalam menilai kualitas gabah petani. Kualitas gabah menurut pedagang adalah sebagai berikut : Tabel 5. Kriteria Penentuan Gabah Basah dan Gabah Kering Berdasarkan Persepsi Pedagang. Kualitas Hampa Rendemen Gabah (%) (%) (%) (Rp/kg) Kualitas 1 (KW1) Kualitas 2 (KW2) Kualitas 3 (KW3) > Sumber : Primer, Kualitas inilah yang digunakan pedagang dalam bertransaksi dengan petani. Namun demikian, penentuan kualitas ini tidak menggunakan alat pengukur kadar air atau alat lainnya, tetapi hanya menggunakan pengamatan secara visual, berdasarkan penglihatan dan pengalaman berdagang. Penentuan harga beli gabah dari petani juga berdasarkan harga pasar yang berlaku saat itu.

10 Calo Agen / Pengumpul G A B A Pedagang H UPGB Bulog Satgas Sub Divre Rekanan Non Rekanan B E R A S Dolog Pedagang Lain Pengecer Konsumen Gambar 5. Alur Pemasaran Gabah dan Beras di Kabupaten Karawang, Dengan perbedaan kualitas berdasarkan persepsi petani dan pedagang, terlihat adanya komunikasi yang tidak sinergis dalam bertransaksi. Hal ini ternyata berdampak buruk terhadap petani dalam bertransaksi. Satu-satunya bahasa kualitas yang dipahami oleh petani, pedagang dan Dolog/Bulog dalam bertransaksi adalah pembedaan kualitas gabah/beras berdasarkan jenis butiran panjang dan butiran pendek-bulat. Butiran panjang dipahami oleh ketiga pihak yang bertransaksi sebagai kualitas gabah/beras yang lebih baik dan lebih mahal di pasaran dibandingkan butiran pendek-bulat. Kualitas butiran gabah/beras panjang atau bulat ini dapat berasal dari varietas padi yang berbeda. Para pedagang besar banyak yang juga memiliki usaha penggilingan gabah-beras pribadi, terutama pedagang besar rekanan Dolog. Pedagang besar bebas melakukan proses penggilingan gabah menjadi beras, kemudian menjual beras ke pedagang besar dan pengecer di kota atau langsung menjual ke konsumen. jual beras ditentukan harga pasar berlaku saat itu. Sedangkan pedagang besar rekanan Dolog, menjual dalam bentuk gabah sesuai kualitas yang tertera dalam Inpres Perberasan yaitu kadar air maksimum 14 persen dan kadar hampa/kadar kotoran maksimum 3 persen. yang diterima pedagang dari penyetoran ke Dolog hanya satu harga, sesuai dengan Inpres Perberasan sebesar Rp.

11 3.345/kg. Pedagang berstatus kontrak putus dengan pihak Dolog tidak melakukan proses kerjasama lanjutan berupa penggilingan gabah menjadi beras. Sedangkan bagi pedagang rekanan yang mempunyai kontrak giling dengan pihak Dolog menerima kerjasama giling gabah yang telah disetorkan tersebut menjadi beras. Dengan pembelian gabah basah dari petani sebesar Rp /kg, rendemen gabah-beras sebesar 65 persen dan beras berdasarkan Inpres No. 7/2009 adalah sebesar Rp /kg, maka besar keuntungan penjualan per kg beras mencapai Rp. 217 (Tabel 6). Tabel 6. Marjin Keuntungan Pedagang Beras Rekanan Dolog di Kabupaten Karawang, 2010 (Rp/kg). No. Uraian Nilai Jumlah Jenis Produk 1 Pembelian dari Biaya "calo" Biaya Buruh Bongkar Muat Ongkos Angkut Biaya "agen" Biaya Penjemuran Ongkos Giling Biaya Buruh Muat Ke Truk Beras 9 Ongkos Angkut Ke Gudang Dolog Beras 10 Rendemen Gabah Ke Beras (%) 0, Beras 11 Beras Beras 12 Marjin Keuntungan 217 Beras Sumber : Primer, Pengadaan Gabah dan Beras Oleh Bulog/Dolog Sesuai dengan Pedoman Umum Pengadaan Gabah/Beras Dalam Negeri Tahun 2009 di Lingkungan Perusahaan Umum (Perum) Bulog dinyatakan bahwa pengadaan gabah dan beras pada wilayah kerja, dalam hal ini, sub divisi regional (divre) Perum Bulog Karawang, dilakukan melalui tiga saluran yaitu : (1) mitra kerja pengadaan gabah dan beras yang dapat terdiri dari koperasi, non koperasi dan lembaga petani yang memiliki badan hukum; (2) unit pengelolaan gabah beras (UPGB); (3) Satuan Tugas pengadaan gabah dalam negeri (satgas ADA DN). A. Mitra Kerja Pengadaan Dalam Negeri Mitra kerja pengadaan gabah dalam negeri terdiri dari koperasi, non koperasi, lembaga petani yang memiliki badan hukum. Pada tahun 2009, mitra kerja pengadaan gabah dan beras bulog sub divre kabupaten karawang terdiri dari 84 mitra. Dari 84 mitra tersebut, hanya 57 mitra yang aktif melakukan transaksi jual beli gabah-beras. Pedagang gabah-beras rekanan Dolog seperti yang telah dijelaskan sebelumnya termasuk dalam golongan mitra kerja ini. Para mitra kerja ini dalam memenuhi kuota penyetoran gabah ke gudang Dolog yang telah disepakati dengan pihak Dolog diharuskan memenuhi kualitas gabah sesuai dengan Inpres Perberasan No. 7/2009 yaitu : kadar air maksimum 14 persen dan kadar hampa/kadar kotoran maksimum 3 persen. yang berlaku juga hanya satu yaitu Rp /kg. Diluar kualitas tersebut,

12 pihak Dolog tidak menerima setoran gabah dari mitra kerja. Demikian pula dengan penyetoran beras yang harus sesuai dengan ketentuan Inpres Perberasan. B. Unit Pengelolaan Gabah Beras (UPGB) Unit Pengelolaan Gabah Beras (UPGB) adalah unit usaha yang mendukung kegiatan pelayanan publik dan pengembangan usaha Perum Bulog untuk memupuk keuntungan. UPGB Sub Divre Karawang ada 3 unit. UPGB melakukan pembelian gabah langsung ke petani atau ke pedagang dengan menggunakan patokan harga pasar yang berlaku saat transaksi. Jadi pembelian gabah oleh UPGB tidak terikat Inpres Perberasan. Dalam melaksanakan kegiatannya, UPGB dibekali dengan fasilitas pengeringan dan mesin penggilingan gabah-beras, sehingga dapat meningkatkan kualitas gabah yang dibeli dari petani. Setelah gabah memenuhi kualitas sesuai dengan ketentuan dalam Inpres Perberasan, UPGB melakukan penjualan gabah () ke Dolog dan menerima harga juga sesuai ketentuan Inpres. C. Satuan Tugas Operasional Pengadaan Beras Dalam Negeri (Satgas ADA DN) Satuan Tugas Pengadaan Beras Dalam Negeri (Satgas ADA DN) dapat dibentuk oleh Kepala Divisi Regional (Kadivre) atau Kepala Sub Divisi Regional (Kasubdivre) dalam rangka pengamanan harga di tingkat petani dan pencapaian prognosa pengadaan dalam negeri dengan mempertimbangkan kondisi obyektif di masing-masing wilayah kerja. Jadi Satgas ADA DN (Satgas Sub Divre) ini tidak selalu ada pada tiap musim panen, tergantung kebutuhan. Jika dibentuk, dalam pelaksanaan tugasnya, Satgas Sub Divre melakukan pembelian gabah langsung ke petani. beli gabah petani oleh Satgas Sub Divre sesuai dengan kualitas gabah dan berpedoman pada Tabel Rafaksi yang diterbitkan oleh Departemen Pertanian. Satgas Sub Divre ini kemudian melakukan penyesuaian kualitas gabah agar sesuai kualitas penjualan ke gudang Dolog. Usaha yang dilakukan Satgas biasanya adalah melakukan penyewaan lantai jemur untuk melakukan penjemuran, atau dapat menyewa blower, atau mesin pengering lainnya. Satgas Sub Divre tidak dibekali fasilitas pengeringan gabah sehingga harus bekerjasama dengan pihak pengusaha penggilingan gabah-beras. Selain gabah, Satgas Sub Divre juga dapat membeli beras dari pedagang. Setelah memenuhi kualitas gabah Dolog, Satgas dapat melakukan penjualan ke gudang Dolog seperti pedagang rekanan. Dari tiga saluran pengadaan gabah dan beras Dulog tersebut, jumlah pengadaan terbesar berasal dari mitra kerja. Pangadaan gabah dari mitra kerja selama tahun 2009 mencapai ton atau 99,42 persen dari total pengadaan. Sementara pengadaan beras mencapai ton atau 87,13 persen. Pengadaan gabah dan beras oleh UPGB dan Satgas Sub Divre jumlahnya sangat kecil sekali. Pengadaan gabah oleh UPGB pada tahun 2009 mencapai 361 ton atau hanya 0,58 persen, sementara beras mencapai ton atau 5,92 persen. Tidak ada pengadaan gabah dari Satgas Sub Divre Karawang pada tahun 2009, sedangkan pengadaan beras mencapai ton atau 6,95 persen (Tabel 7). Dari Tabel 7 juga dapat dilihat bahwa pembelian gabah dan beras dominan dilakukan pada musim panen raya yaitu pada periode Maret-Mei dan pada musim panen gaduh periode September-Oktober. Kualitas Dominan Perbedaan persepsi terhadap kualitas gabah dalam proses transaksi jual beli antara petani dan pedagang menyebabkan sulitnya pendataan mengenai kualitas gabah yang ditransaksikan. Selain itu, saat bertransaksi, sangat jarang dan mungkin hampir tidak ada petani dan pedagang yang menggunakan alat ukur kadar air dan kadar hampa gabah. Barangkali inilah kelemahan mendasar dalam proses jual beli gabah antara petani dan pedagang, dan kelemahan ini sangat merugikan posisi petani dalam bertransaksi.

13 Tabel 7. Pengadaan Gabah Oleh Sub Divisi Regional Karawang Perum Bulog, 2009 (ton). Sumber Pengadaan Bulan Mitra Kerja Satgas Sub Divre Unit Pengelolaan Jumlah Gabah Beras Gabah Beras Gabah Beras Gabah Beras Gabah Beras Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Total Persentase 99,42 87,13-6,95 0,58 5,92 100,00 100,00 Sumber : Bulog Sub Divre Karawang, Inpres Perberasan yang secara berkala dikeluarkan pemerintah memang menetapkan kualitas di petani melalui kadar air dan kadar hampa yang masing-masing maksimum sebesar 25 persen dan 10 persen. Namun, kenyataan dilapangan tidaklah demikian. Setidaknya petani padi di Provinsi Jawa Barat, berdasarkan data BPS yang tidak dipublikasikan secara luas menyatakan bahwa selama musim panen raya Februari-Mei 2009 kualitas rata-rata yang dijual petani adalah berkadar air persen, kadar hampa 5-7 persen, kisaran harga yang berlaku adalah Rp Rp ,- per kg (Tabel 8). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas yang ditransaksikan petani telah berada diatas. Data rinci penjualan gabah dapat dilihat pada Tabel Lampiran. air dan kadar hampa gabah paling minim masing-masing sebesar 9,63 persen dan 1,2 persen. tertinggi ini mencapai Rp /kg. Sebaliknya, kadar air dan kadar hampa maksimum yang tercatat dalam observasi yang dilakukan BPS adalah sebesar 24,90 persen dan 9,75 persen. terendah tercatat Rp /kg, setara dengan saat itu.

14 Tabel 8. Perkembangan Pengamatan dan Kualitas di Oleh Badan Pusat Statistik di Provinsi Jawa Barat, Februari Mei No. 1 Bulan Febru ari 2 Maret 3 April 4 Mei Level di (Rp/kg) (%) Hampa (%) (Rp/kg) (Rp/kg) Rataan 2.961,56 16,33 5, ,56 Tertinggi 3.500,00 9,63 1, ,00 Terendah 2.400,00 24,03 9,75 - Rataan 2.567,50 19,91 5, ,50 Tertinggi 2.975,00 12,11 3,11 575,00 Terendah 2.400,00 24,90 7,63 - Rataan 2.668,87 17,65 5, ,87 Tertinggi 3.000,00 12,00 2,86 600,00 Terendah 2.400,00 24,47 9,53 - Rataan 2.639,35 18,66 6, ,35 Tertinggi 3.000,00 13,50 3,18 600,00 Terendah 2.400,00 24,20 9,60 - Sumber : Badan Urusan Logistik, diolah, KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 1. Kebijakan terbukti efektif dalam menjaga stabilitas harga ditingkat petani, sementara dan Beras tidak. Selain itu, pada umumnya petani menjual gabah dalam bentuk, untuk relatif terlalu tinggi dibanding untuk, transaksi berdasarkan praktis hanya antara Bulog dan pengusaha penggilingan padi, maka dapat dipastikan penetapan untuk kurang bermanfaat bagi petani, penetapan tiga (untuk, dan juga beras) yang tidak konsisten dapat menimbulkan kesulitan dalam monitoring dan evaluasi kinerja kebijakan tersebut. Oleh sebab itu, disarankan agar ditetapkan untuk satu produk saja, yaitu. untuk dan beras tidak perlu lagi ditetapkan pemerintah. 2. di petani seperti termaktum dalam Inpres Perberasan cukup banyak diketahui oleh para petani, digunakan sebagai acuan minimal dalam melakukan transaksi oleh petani, namun kualitas seperti tertera dalam Inpres tidak dipahami petani sehingga implementasinya sangat meragukan. Sedangkan Tabel Rafaksi sangat baik digunakan sebagai pedoman dalam menghubungkan kualitas dan harga gabah, namun tidak digunakan oleh petani dan pedagang. dan pedagang telah mempunyai persepsi masing-masing tentang kualitas dan tidak sama. Sementara, dan Beras hanya benar-benar digunakan dalam transaksi antara pedagang rekanan dengan Dolog/Bulog. Sosialisasi Tabel Rafaksi pada petani sangat perlu digiatkan. 3. Di Provinsi Jawa Barat, selama musim panen raya Februari-Mei 2009 kualitas rata-rata yang dijual petani adalah berkadar air persen, kadar hampa 5-7 persen, kisaran harga yang berlaku adalah Rp Rp ,- per kg.

15 LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Pengamatan dan Kualitas di Oleh Badan Pusat Statistik di Provinsi Jawa Barat per Kabupaten, Februari Kabupaten Bekasi Ciamis Cirebon Ciherang 2550,00 16,28 5, Ciherang 2550,00 16,34 5, Ciherang 2550,00 16,67 6, Ciherang 2550,00 17,22 8, IR ,00 17,45 8, IR ,00 17,25 6, Cisadane 2650,00 16,85 6, Ciherang 2650,00 17,10 6, Ciherang 2700,00 16,90 6, Cisadane 2700,00 17,40 7, Ciherang 3000,00 14,30 4, IR ,00 14,54 3, Ciherang 3100,00 14,30 4, IR ,00 14,70 2, IR ,00 13,20 3, Ciherang 3150,00 11,50 5, Ciherang 3200,00 14,20 1, IR ,00 14,30 2, IR ,00 14,70 3, IR ,00 15,26 3, IR ,00 14,90 3, IR ,00 13,62 4, IR ,00 13,42 3, IR ,00 14,90 6, IR ,00 14,20 7, Muncul 3000,00 15,03 6, Munjul 3060,00 15,04 4, IR- Panjang 3260,00 14,92 5,

16 Kabupaten Garut Indramayu Karawang Kuningan IR- Panjang 3265,00 14,93 3, IR ,00 14,48 4, Ir ,00 12,01 5, IR 3400,00 15,34 3, IR 3450,00 15,09 3, IR 3450,00 14,93 3, Sarinah 2400,00 22,70 2, Sarinah 2400,00 23,40 2, Sarinah 2800,00 14,40 2, Sarinah 2800,00 15,12 2, Sarinah 2800,00 15,03 2, Sarinah 2800,00 15,09 2, Ciherang 3400,00 17,08 4, Ciherang 3400,00 17,16 4, Ciherang 3400,00 17,21 4, Ciherang 3400,00 18,31 4, Ciherang 3400,00 19,04 4, Ciherang 3400,00 14,84 4, Ciherang 3400,00 15,36 5, Ciherang 3400,00 15,21 5, Ciherang 3450,00 14,62 4, Ciherang 3500,00 14,34 4, IR ,00 23,78 7, Ciherang 3250,00 17,56 8, Ciherang 3300,00 17,47 8, Ciherang 3350,00 17,43 8, Ciherang 3350,00 17,34 8, Mekongg a 2900,00 15,40 7, Dekor 3000,00 15,80 1, Singkil 3000,00 16,00 3,

17 Kabupaten Mancrit 3000,00 15,60 3, Mancrit 3000,00 16,57 4, IR ,00 12,63 5, Singkil 3000,00 10,75 5, Widas 3000,00 11,20 6, Mekongg a 3000,00 12,78 6, Singkil 3000,00 11,25 6, IR ,00 9,63 7, IR ,00 11,56 7, IR ,00 11,68 8, Cigeulis 3000,00 12,50 8, Widas 3000,00 12,30 9, Mekongg a 3025,00 12,15 8, IR ,00 15,70 8, Super 3050,00 12,30 9, Ciherang 3080,00 14,30 6, Ciherang 3080,00 11,20 7, IR-Merah 3080,00 10,80 9, Widas 3080,00 10,80 9, Widas 3085,00 14,50 7, Galur 3100,00 16,13 1, Ciherang 3100,00 15,02 2, IR ,00 14,50 3, Mekoga 3100,00 13,70 3, Ciherang 3100,00 15,90 3, Ciherang 3100,00 14,10 4, Ciherang 3100,00 15,60 4, Widas 3100,00 11,70 7, Super 3100,00 13,81 8, Ciherang 3100,00 16,93 8,

18 Kabupaten Majalengka Subang Sumedang IR ,00 12,60 8, Ciherang 2700,00 16,70 5, Ciherang 2700,00 15,50 8, Ciherang 2820,00 14,90 5, IR ,00 18,90 6, Ciherang 3000,00 19,27 8, Ciherang 3100,00 14,60 4, Ciherang 3100,00 14,20 5, Ciherang 3100,00 14,27 7, Ciherang 3100,00 14,23 7, Ciherang 3200,00 14,07 6, Ciherang 3200,00 15,53 7, Ciherang 3250,00 13,90 3, Ciherang 3250,00 14,50 4, Ciherang 3200,00 14,11 2, Ciherang 3200,00 14,26 2, Ciherang 3200,00 14,34 2, Ciherang 2700,00 18,10 7, Ciherang 2700,00 18,73 8, Ciherang 2700,00 18,41 9, Ciherang 2700,00 17,82 9, Ciherang 2700,00 18,23 9, Ciherang 2800,00 16,43 7, Mikongg a 2800,00 17,61 7, Ciherang 2800,00 16,00 8, Ciherang 2800,00 15,72 8, Ciherang 2800,00 19,03 8, Mira 2800,00 16,58 9, Ciherang 2900,00 19,15 8, Tasikmalay IR ,00 23,41 6,

19 Kabupaten a IR ,00 23,50 6, IR ,00 23,56 6, Cisadane 2400,00 23,60 6, Cisadane 2400,00 23,84 6, IR ,00 23,94 5, IR ,00 24,03 5, Ciherang 2450,00 23,22 6, Ciherang 2450,00 23,27 6, Ciherang 2450,00 23,31 6, IR ,00 22,80 5, Ciherang 2500,00 22,16 5, Ciherang 2500,00 22,31 5, Ciherang 2500,00 22,20 5, Ciherang 2500,00 22,24 5, Ciherang 2500,00 22,34 5, IR ,00 23,70 5, Ciherang 2500,00 22,38 5, Sumber : Badan Urusan Logistik, diolah, Tabel Lampiran 2. Kabupate n Cirebon Pengamatan dan Kualitas di Oleh Badan Pusat Statistik di Provinsi Jawa Barat per Kabupaten, Maret IR ,00 15,26 3, IR ,00 15,23 3, Ciherang 2600,00 15,21 3, Ciherang 2700,00 15,34 3, IR ,00 15,14 3, Ciherang 2850,00 16,52 7, Digul 2900,00 15,27 4, Ciherang 2900,00 16,12 4, Digul 2900,00 14,83 5, Ciherang 2900,00 12,30 5, Ciherang 2900,00 14,34 5, Ciherang 2975,00 12,11 4,

20 Kabupate n Tasikmala ya IR ,00 23,90 5, IR ,00 24,60 5, IR ,00 24,30 5, IR ,00 22,30 5, IR ,00 22,38 5, IR ,00 22,43 5, IR ,00 23,80 6, IR ,00 23,80 6, IR ,00 23,37 6, Ciherang 2400,00 23,41 6, IR ,00 24,90 6, Ciherang 2400,00 23,46 6, IR ,00 23,49 6, IR ,00 23,52 6, Ciherang 2400,00 23,56 6, IR ,00 22,11 5, IR ,00 22,18 5, IR ,00 22,20 5, Sumber : Badan Urusan Logistik, diolah, Tabel Lampiran 3. Pengamatan dan Kualitas di Oleh Badan Pusat Statistik di Provinsi Jawa Barat per Kabupaten, April Kabupaten Bekasi Ciamis Ciherang 2500,00 18,50 9, Ciherang 2500,00 18,00 9, Ciherang 2650,00 14,32 5, Ciherang 2700,00 17,08 7, IR ,00 15,61 5, Ciherang 2800,00 16,28 6, IR ,00 13,20 3, IR ,00 12,90 4, Brunai 2800,00 14,35 3, IR ,00 13,20 3, Ciherang 2800,00 14,22 3, IR ,00 14,23 4, IR ,00 14,20 5, Cisadane 2800,00 13,40 5, IR ,00 16,34 5, Ciherang 2800,00 13,20 5, IR ,00 14,60 5, Ciherang 2800,00 14,60 5, IR ,00 14,56 3,

21 Kabupaten Cianjur Cirebon IR ,00 15,20 3, IR ,00 13,91 3, IR ,00 15,84 3, IR ,00 14,20 3, IR ,00 15,72 4, Ciherang 2850,00 13,90 4, Ciherang 2850,00 13,80 4, Ciherang 2850,00 17,24 4, IR ,00 14,10 4, IR ,00 13,60 4, IR ,00 12,40 3, IR ,00 14,20 3, IR ,00 14,10 3, IR ,00 14,10 3, Ciherang 2900,00 13,70 3, Ciherang 2900,00 13,10 4, Ciherang 2900,00 13,40 4, Ciherang 2900,00 13,60 4, Ciherang 2900,00 12,00 5, Ciherang 2950,00 13,72 3, Ciherang 2950,00 15,10 3, IR ,00 14,30 3, IR ,00 16,70 3, IR ,00 17,80 4, Muncul 2400,00 21,03 4, Muncul 2400,00 21,03 4, Korea 2400,00 23,30 8, IR Panjang 2400,00 21,40 9, Korea 2400,00 23,70 9, IR Panjang 2400,00 22,40 9, Muncul 2500,00 20,40 4, Muncul 2500,00 20,40 4, Muncul 2650,00 14,51 6, Muncul 2650,00 14,51 6, Muncul 2675,00 13,05 5, Muncul 2675,00 13,05 5, Muncul 2675,00 13,01 6, Muncul 2675,00 13,01 6, Ciherang 2700,00 17,41 4, Ciherang 2700,00 17,41 4, Muncul 2700,00 14,43 4, Muncul 2700,00 14,43 4, Muncul 2700,00 15,27 5, Muncul 2700,00 15,27 5,

22 Kabupaten Garut Indramayu Karawang Muncul 2700,00 16,01 5, IR ,00 17,33 3, IR ,00 17,33 3, Muncul 2750,00 15,62 6, Ciherang 2800,00 18,74 3, Ciherang 2800,00 18,74 3, Muncul 2800,00 14,21 5, Muncul 2800,00 13,82 5, Muncul 2800,00 15,25 6, Sarinah 2500,00 20,69 2, IR ,00 19,73 3, Ciherang 2500,00 20,35 3, Sarinah 2500,00 19,26 3, Ciherang 2500,00 20,09 3, Sarinah 2500,00 19,18 3, IR Kebo 2400,00 24,23 5, IR Kebo 2400,00 23,76 5, Ciherang 2430,00 24,26 5, Ciherang 2430,00 24,47 5, Kebo 2450,00 24,27 4, Ciherang 2500,00 24,37 4, Ciherang 2520,00 24,28 4, Kebo 2550,00 23,24 4, Ciherang 2600,00 23,22 4, Ciganjur 2600,00 23,24 4, Ciganjur 2600,00 23,24 4, IR Kebo 2700,00 16,12 4, Ciherang 2700,00 17,70 4, Ciherang 2700,00 18,30 4, IR Kebo 2750,00 15,37 4, Ciherang 2750,00 14,37 4, Ciherang 2800,00 15,30 5, Ciherang 2800,00 15,10 5, Ciherang 2800,00 15,42 5, Ciherang 2800,00 15,41 5, Ciherang 2900,00 15,41 5, Ciherang 2900,00 15,38 5, Ciherang 2400,00 23,86 8, Ciherang 2400,00 23,83 8, Ciherang 2400,00 23,89 8, Ciherang 2450,00 23,79 8, Ciherang 2450,00 23,62 8, IR ,00 23,73 8, Ciherang 2450,00 23,71 8, IR ,00 23,46 8,

23 Kabupaten Majalengka Subang IR ,00 23,68 8, Ciherang 2500,00 23,37 8, IR ,00 23,82 8, Ciherang 2600,00 23,28 6, Ciherang 2600,00 24,24 7, Ciherang 2600,00 22,61 7, Ciherang 2600,00 23,55 8, Ciherang 2600,00 14,90 5, Ciherang 2700,00 14,70 4, Ciherang 2700,00 14,80 4, Ciherang 2700,00 14,40 4, Ciherang 2700,00 14,30 4, Ciherang 2700,00 14,70 4, Ciherang 2700,00 15,20 4, Ciherang 2700,00 13,90 5, Ciherang 2700,00 14,50 5, Ciherang 2700,00 18,50 5, Ciherang 2700,00 14,20 6, Ciherang 2700,00 14,40 6, Ciherang 2700,00 15,40 6, Ciherang 2700,00 16,10 6, Ciherang 2700,00 14,20 7, Ciherang 2700,00 15,80 7, Ciherang 2700,00 14,10 8, Ciherang 2720,00 16,80 4, Ciherang 2500,00 18,24 4, Ciherang 2550,00 18,87 4, Ciherang 2600,00 18,20 3, Ciherang 2600,00 18,52 3, Ciherang 2600,00 19,05 3, Ciherang 2600,00 17,97 4, Ciherang 2600,00 19,13 4, Ciherang 2600,00 18,69 4, Ciherang 2650,00 18,55 3, Ciherang 2650,00 17,26 3, Ciherang 2650,00 18,53 3, Ciherang 2650,00 17,84 3, Ciherang 2650,00 18,26 4, Ciherang 2650,00 18,32 4, Ciherang 2700,00 16,70 2, Ciherang 2700,00 16,50 2, Ciherang 2700,00 16,73 3, Ciherang 2700,00 18,15 3, Ciherang 2700,00 18,26 3, Ciherang 2700,00 18,62 4,

24 Kabupaten Sumedang Tasikmalay a Ciherang 2750,00 18,23 3, IR ,00 18,38 3, IR ,00 18,33 3, Ciherang 2600,00 18,41 7, Ciherang 2600,00 17,25 7, Ciherang 2600,00 17,76 8, Ciherang 2600,00 18,25 8, Ciherang 2600,00 18,98 8, Ciherang 2600,00 18,98 8, Ciherang 2600,00 18,98 8, Ciherang 2600,00 18,98 8, Ciherang 2600,00 15,67 8, Ciherang 2600,00 17,23 9, Ciherang 2600,00 16,84 9, Ciherang 2440,00 22,90 5, Ciherang 2440,00 23,46 5, IR ,00 22,73 5, IR ,00 22,84 6, IR ,00 23,57 6, Sumber : Badan Urusan Logistik, diolah, Tabel Lampiran 4. Pengamatan dan Kualitas di Oleh Badan Pusat Statistik di Provinsi Jawa Barat per Kabupaten, Mei Kabupaten Bekasi Ciamis Ciherang 2500,00 16,10 6, IR ,00 15,40 6, Ciherang 2500,00 21,50 9, Ciherang 2500,00 23,00 9, IR ,00 16,35 5, Ciherang 2550,00 16,20 6, Ciherang 2560,00 19,50 9, IR ,00 15,80 7, IR ,00 16,80 6, IR ,00 16,60 6, IR ,00 17,30 7, IR ,00 17,20 6, IR ,00 14,80 5, IR ,00 14,30 4, Ciherang 2950,00 13,50 3, IR ,00 13,80 3, Ciherang 2950,00 16,20 3, IR ,00 14,20 4, Ciherang 2950,00 14,60 4, Ciherang 2960,00 13,70 3,

25 Kabupaten IR ,00 15,24 3, Ciherang 3000,00 14,53 3, IR ,00 13,72 3, IR ,00 14,50 3, IR ,00 14,61 4, IR ,00 15,10 4, IR ,00 14,90 5, CIANJUR IR ,00 24,20 4, Karawang Majalengka Sumedang Tasikmalay a Ciherang 2450,00 23,81 8, Ciherang 2500,00 23,68 8, Ciherang 2550,00 23,79 8, Ciherang 2550,00 23,76 8, Ciherang 2550,00 23,64 8, Ciherang 2700,00 15,30 6, Ciherang 2750,00 15,80 5, Ciherang 2750,00 15,20 6, Ciherang 2750,00 14,90 6, Ciherang 2750,00 14,40 8, Ciherang 2800,00 15,63 4, Ciherang 2800,00 14,50 4, Ciherang 2800,00 14,10 5, Ciherang 2800,00 14,60 5, Ciherang 2800,00 14,80 6, Ciherang 2800,00 14,23 6, Ciherang 2800,00 15,70 6, Ciherang 2800,00 14,60 7, Ciherang 2800,00 16,40 7, Ciherang 2800,00 14,20 9, Ciherang 2800,00 13,70 9, Ciherang 2900,00 15,10 4, Ciherang 2900,00 15,40 5, Ciherang 2900,00 17,25 7, Ciherang 2900,00 18,67 8, Ciherang 2900,00 18,98 8, Ciherang 2900,00 18,98 8, Ciherang 2900,00 18,98 8, IR ,00 21,30 6, IR ,00 21,30 6, IR ,00 21,34 6, IR ,00 21,34 6, IR ,00 21,36 6, IR ,00 21,36 6, Ciherang 2400,00 21,39 6, Ciherang 2400,00 21,39 6, Ciherang 2400,00 21,44 6,

26 Kabupaten Ciherang 2400,00 21,44 6, IR ,00 21,52 6, IR ,00 21,52 6, IR ,00 22,11 6, IR ,00 22,11 6, IR ,00 22,17 6, IR ,00 22,17 6, IR ,00 22,21 6, IR ,00 22,21 6, Ciherang 2450,00 21,19 5, Ciherang 2450,00 21,19 5, IR ,00 22,60 5, IR ,00 22,60 5, Ciherang 2450,00 21,24 5, Ciherang 2450,00 21,24 5, Ciherang 2450,00 22,40 5, Ciherang 2450,00 22,40 5, Ciherang 2450,00 21,29 5, Ciherang 2450,00 21,29 5, Ciherang 2450,00 21,90 6, Ciherang 2450,00 21,90 6, Ciherang 2450,00 21,80 6, Ciherang 2450,00 21,80 6, IR ,00 21,70 6, IR ,00 21,70 6, IR ,00 22,30 7, IR ,00 22,30 7, Sumber : Badan Urusan Logistik, diolah, 2010.

KAJIAN PENURUNAN KUALITAS GABAH-BERAS DILUAR KUALITAS PENDAHULUAN

KAJIAN PENURUNAN KUALITAS GABAH-BERAS DILUAR KUALITAS PENDAHULUAN KAJIAN PENURUNAN KUALITAS GABAH-BERAS DILUAR KUALITAS PENDAHULUAN Latar Belakang Beras berperan besar dalam hidup dan kehidupan sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya golongan menengah kebawah. Bahkan

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN Pendahuluan KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN 1. Dalam upaya mewujudkan stabilitas harga beras, salah satu instrumen kebijakan harga yang diterapkan pemerintah adalah kebijakan harga dasar dan harga maksimum,

Lebih terperinci

HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH-BERAS TAHUN 2010 : Efektivitas dan Implikasinya Terhadap Kualitas dan Pengadaan oleh Dolog

HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH-BERAS TAHUN 2010 : Efektivitas dan Implikasinya Terhadap Kualitas dan Pengadaan oleh Dolog HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH-BERAS TAHUN 2010 : Efektivitas dan Implikasinya Terhadap Kualitas dan Pengadaan oleh Dolog Mohamad Maulana dan Benny Rachman Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Lebih terperinci

EVALUASI KEBIJAKAN HARGA GABAH TAHUN 2004

EVALUASI KEBIJAKAN HARGA GABAH TAHUN 2004 EVALUASI KEBIJAKAN HARGA GABAH TAHUN 2004 Paket Kebijakan Harga Dasar Gabah/Beras Pembelian Pemerintah (HDPP) yang belaku saat ini ditetapkan melalui Inpres No.9, 31 Desember 2002 efektif sejak 1 Januari

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MENYANGGA ANJLOKNYA HARGA GABAH PADA PANEN RAYA BULAN FEBRUARI S/D APRIL 2007

KEBIJAKAN MENYANGGA ANJLOKNYA HARGA GABAH PADA PANEN RAYA BULAN FEBRUARI S/D APRIL 2007 KEBIJAKAN MENYANGGA ANJLOKNYA HARGA GABAH PADA PANEN RAYA BULAN FEBRUARI S/D APRIL 2007 Pendahuluan 1. Produksi padi di Indonesia mengikuti siklus musim, dimana panen raya dimulai pada bulan Februari sampai

Lebih terperinci

PROSPEK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) MULTIKUALITAS GABAH DAN BERAS DI INDONESIA

PROSPEK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) MULTIKUALITAS GABAH DAN BERAS DI INDONESIA PROSPEK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) MULTIKUALITAS GABAH DAN BERAS DI INDONESIA Mohamad Maulana Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 Email

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. iv viii xi xii I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 9 1.3. Tujuan Penelitian 9 1.4. Manfaat Penelitian 10

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Beras bagi masyarakat Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik di negara ini. Gejolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN PENURUAN KUALITAS GABAH-BERAS DILUAR KUALITAS DI PROVINSI JAWA TENGAH

KAJIAN PENURUAN KUALITAS GABAH-BERAS DILUAR KUALITAS DI PROVINSI JAWA TENGAH KAJIAN PENURUAN KUALITAS ABAH-BERAS DILUAR KUALITAS DI PROVINSI JAWA TENAH I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Lokasi, Data dan Informasi Kajian ini dilakukan di Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN HARGA PRODUSEN GABAH KALIMANTAN TENGAH 2013

TINJAUAN HARGA PRODUSEN GABAH KALIMANTAN TENGAH 2013 TINJAUAN HARGA PRODUSEN GABAH KALIMANTAN TENGAH 2013 TINJAUAN HARGA PRODUSEN GABAH KALIMANTAN TENGAH 2013 ISSN : Nomor Publikasi : Ukuran Buku Jumlah Halaman : 15 x 21 cm : vi + 22 halaman Naskah, Gambar

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS

ANALISIS TATANIAGA BERAS VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian umum dari masyarakat Indonesia. Baik di sektor hulu seperti

Lebih terperinci

Katalog BPS : 7103005 STATISTIK HARGA PRODUSEN GABAH DI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK Statistics-Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK Jl. Dr. Sutomo No. 6-8, Kotak Pos 1003, Jakarta 10010 Telepon: 3841195,

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI Pendahuluan 1. Situasi perberasan yang terjadi akhir-akhir ini (mulai Maret 2008) dicirikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan, pertama, sektor pertanian merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH Oleh: Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TUJUAN KEBIJAKAN DAN KETENTUAN HPP Harga jual gabah kering panen (GKP) petani pada saat panen raya sekitar bulan Maret-April

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sampai saat ini 95% masyarakat Indonesia masih mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok,

Lebih terperinci

Periodisasi Musim Tanam Padi Sebagai Landasan Manajemen Produksi Beras Nasional

Periodisasi Musim Tanam Padi Sebagai Landasan Manajemen Produksi Beras Nasional Periodisasi Musim Tanam Padi Sebagai Landasan Manajemen Produksi Beras Nasional Oleh : Sumarno Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Dalam usaha agaribisnis, pengaturan ketersediaan produk

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH Oleh : Erizal Jamal Khairina M. Noekman Hendiarto Ening Ariningsih Andi Askin PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN HARGA PEMBELIAN GABAH OLEH PEMERINTAH KOTA PASURUAN DARI PETANI/KELOMPOK TANI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang berfungsi sebagai makanan pokok sumber karbohidrat. Beras merupakan komoditi pangan yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 927, ,10

I. PENDAHULUAN 927, ,10 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan hidup yang terpenting bagi manusia setelah udara dan air adalah kebutuhan akan pangan. Pangan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia agar dapat melangsungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian memegang peranan penting dalam tatanan pembangunan nasional. Peran yang diberikan sektor pertanian antara

Lebih terperinci

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Divisi ton beras dari petani nasional khususnya petani di wilayah Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Divisi ton beras dari petani nasional khususnya petani di wilayah Jawa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Divisi Regional Jawa Barat menargetkan bahwa pada tahun 2016 ini akan menyerap 450.000 ton beras dari

Lebih terperinci

ANALISIS DESKRIPTIF PENETAPAN HARGA PADA KOMODITAS BERAS DI INDONESIA

ANALISIS DESKRIPTIF PENETAPAN HARGA PADA KOMODITAS BERAS DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia yang setiap tahun bertambah sehingga permintaan beras mengalami peningkatan juga dan mengakibatkan konsumsi beras seringkali melebihi produksi. Saat

Lebih terperinci

EVALUASI KEBIJAKAN HARGA GABAH TAHUN 2004

EVALUASI KEBIJAKAN HARGA GABAH TAHUN 2004 EVALUASI KEBIJAKAN HARGA GABAH TAHUN 2004 Pantjar Simatupang, Sudi Mardianto dan Mohamad Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jalan A. Yani 70 Bogor 16161 PENDAHULUAN Paket Kebijakan

Lebih terperinci

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS Strategi Operasional Bulog Awal Tahun Awal tahun 2007 dibuka dengan lembaran yang penuh kepedihan. Suasana iklim yang tidak menentu. Bencana demi bencana terjadi di hadapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Musyawarah perencanaan pembangunan pertanian merumuskan bahwa kegiatan pembangunan pertanian periode 2005 2009 dilaksanakan melalui tiga program yaitu :

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2012 dan Angka Ramalan I Tahun 2013)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2012 dan Angka Ramalan I Tahun 2013) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2012 dan Angka Ramalan I Tahun 2013) A. PADI No. 45/07/35/Th.XI,1 Juli 2013 Angka Tetap (ATAP) tahun 2012 produksi Padi Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 36/07/32/Th XIX, 3 Juli PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI JUNI SEBESAR 104,46 (2012=100) Nilai Tukar Petani

Lebih terperinci

Boks 2. Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya

Boks 2. Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya Boks Pola Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya Pendahuluan Salah satu komoditas yang memiliki kontribusi besar bagi inflasi Kota Palangka Raya adalah beras. Konsumsi beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan dalam pembangunan Indonesia, namun tidak selamanya sektor pertanian akan mampu menjadi

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/7/Th. IV, 1 Juli 216 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 215 PRODUKSI PADI TAHUN 215 NAIK 28,8 PERSEN A. PADI Produksi padi tahun 215 sebanyak 2,33 juta ton gabah

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2013)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2013) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th XI.,1 November PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun ) A. PADI B. JAGUNG Angka Ramalan (ARAM) II produksi Padi Provinsi Jawa Timur tahun sebesar

Lebih terperinci

KAJIAN KEMUNGKINAN KEMBALI KE KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH, KENAIKAN HARGA GABAH DAN TARIF TAHUN 2007

KAJIAN KEMUNGKINAN KEMBALI KE KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH, KENAIKAN HARGA GABAH DAN TARIF TAHUN 2007 KAJIAN KEMUNGKINAN KEMBALI KE KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH, KENAIKAN HARGA GABAH DAN TARIF TAHUN 2007 Ringkasan Kemungkinan kembali Ke Kebijakan Harga Dasar Gabah (HGD) 1. Kebijakan Kebijakan Harga Pembelian

Lebih terperinci

STATISTIK HARGA PRODUSEN GABAH

STATISTIK HARGA PRODUSEN GABAH ht tp :// yo gy ak ar ta.b ps.g o.id Katalog BPS : 7103005.34 STATISTIK HARGA PRODUSEN GABAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA .id ps.g o ta.b ar

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) 74 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 74-81 Erizal Jamal et al. ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) Erizal Jamal, Hendiarto, dan Ening Ariningsih Pusat Analisis Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2012)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2012) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 20/03/35/Th.XI,1 Maret 2013 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun ) A. PADI B. JAGUNG Angka Sementara produksi Padi Provinsi Jawa Timur tahun sebesar 12,20 juta

Lebih terperinci

Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU

Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU Daerah sentra beras di Maluku terletak di Buru, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Barat. Beras yang dihasilkan merupakan beras dari padi sawah. Selain itu, terdapat juga

Lebih terperinci

4 PEMBANGUNAN MODEL. Gambar 13. Diagram sebab-akibat (causal loop) antar faktor sediaan beras. Bulog Jumlah penduduk. Pedagang pengumpul

4 PEMBANGUNAN MODEL. Gambar 13. Diagram sebab-akibat (causal loop) antar faktor sediaan beras. Bulog Jumlah penduduk. Pedagang pengumpul 4 PEMBANGUNAN MODEL Deskripsi Model Berdasarkan studi literatur dan observasi lapangan dapat dikenali beberapa pelaku utama yang berperan dalam pendistribusian beras dari tingkat petani sampai ke konsumen.

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidupnya selalu berusaha mencari yang terbaik. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 46/08/32/Th. XVII, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014 TAHUN 2014, PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 253.296 TON, CABAI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 18/04/32/Th XIX, 3 April 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2017 SEBESAR 102,37 (2012=100) Nilai

Lebih terperinci

OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS

OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS A. Landasan Konseptual 1. Struktur pasar gabah domestik jauh dari sempurna. Perpaduan antara produksi padi yang fluktuatif, dan penawaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan pokok rakyat dan visi yaitu pangan cukup, aman dan terjangkau bagi rakyat. Penjabaran dari visi dimaksud

Lebih terperinci

A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 22/4/32/Th XVII, 1 April 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2015 SEBESAR 105,45 (2012=100) Nilai

Lebih terperinci

Efektifitas Subsidi Pupuk: Implikasinya pada Kebijakan Harga Pupuk dan Gabah

Efektifitas Subsidi Pupuk: Implikasinya pada Kebijakan Harga Pupuk dan Gabah 20 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Efektifitas Subsidi Pupuk: Implikasinya pada Kebijakan Harga Pupuk dan Gabah Pendahuluan Sebagai salah satu kebijakan utama pembangunan pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras bagi bangsa Indonesia dan negara-negara di Asia bukan hanya sekedar komoditas pangan atau

Lebih terperinci

MENINGKATKAN TARAF HIDUP PETANI MELALUI PEMBERDAYAAN KUD. Oleh : Wardoyo dan Hendro Prabowo ABSTRAK

MENINGKATKAN TARAF HIDUP PETANI MELALUI PEMBERDAYAAN KUD. Oleh : Wardoyo dan Hendro Prabowo ABSTRAK MENINGKATKAN TARAF HIDUP PETANI MELALUI PEMBERDAYAAN KUD Oleh : Wardoyo dan Hendro Prabowo ABSTRAK Fenomena anjloknya harga gabah di tingkat petani berulang setiap tahun, namun petani tidak mempunyai posisi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 14/03/32/Th.XIX, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI FEBRUARI 2017 SEBESAR 102,53 (2012=100)

Lebih terperinci

menghasilkan limbah yang berupa jerami sebanyak 3,0 3,7 ton/ha.

menghasilkan limbah yang berupa jerami sebanyak 3,0 3,7 ton/ha. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Padi Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub Divisi Kelas Keluarga Genus : Spermatophyte : Angiospermae : Monotyledonae

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015) jambi No. 63/11/15 /Th. IX, 2 November PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II ) A. PADI Produksi padi tahun (Angka Ramalan II) diperkirakan sebesar 561.542 ton GKG, atau turun sebesar 103.178 ton

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8% VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Irigasi Teknis di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 16 menunjukkan bahwa model yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BULOG adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha logistik/pergudangan, survei

Lebih terperinci

Analisis Harga Gabah Maret 2013

Analisis Harga Gabah Maret 2013 Analisis Harga Gabah Maret 2013 Pergerakan Harga Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data bahwa rerata harga seluruh kelompok kualitas gabah mengalami penurunan pada Maret 2013 di bandingkan Februari 2013.

Lebih terperinci

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Indratmo Soekarno Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, email: indratmo@lapi.itb.ac.id, Tlp

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN ahanan pangan nasional harus dipahami dari tiga aspek, yaitu ketersediaan, distribusi dan akses, serta

Lebih terperinci

JUSTIFIKASI DAN RESIKO PENINGKATAN HARGA DASAR GABAH PEMBELIAN PEMERINTAH

JUSTIFIKASI DAN RESIKO PENINGKATAN HARGA DASAR GABAH PEMBELIAN PEMERINTAH JUSTIFIKASI DAN RESIKO PENINGKATAN HARGA DASAR GABAH PEMBELIAN PEMERINTAH Dilihat dari segi kandungan proteksi dan kemampuan untuk mengefektifkannya, harga dasar gabah pembelian pemerintah (HDPP) yang

Lebih terperinci

BAB III APLIKASI PENETAPAN HARGA GABAH

BAB III APLIKASI PENETAPAN HARGA GABAH BAB III APLIKASI PENETAPAN HARGA GABAH A. Keadaan Umum Desa Lebak Adi 1. Letak Geografis Desa Lebak Adi merupakan salah satu dari 21 desa yang ada di Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan dengan batas wilayah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negara kita Indonesia, persoalan kelancaran urusan pangan ditangani oleh sebuah lembaga non-departemen yaitu Badan Urusan Logistik (Bulog). Bulog ini bertugas

Lebih terperinci

Analisis Strategis Optimalisasi Serap Gabah di Petani oleh Bulog

Analisis Strategis Optimalisasi Serap Gabah di Petani oleh Bulog Analisis Strategis Optimalisasi Serap Gabah di Petani oleh Bulog I Putu Cakra P.A,SP. MMA, Dr. Saleh Mukhtar, Mardiana, SP. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB Jl Raya Peninjauan Narmada Lombok Barat

Lebih terperinci

MENINGKATKAN TARAF HIDUP PETANI MELALUI PEMBERDAYAAN KUD

MENINGKATKAN TARAF HIDUP PETANI MELALUI PEMBERDAYAAN KUD MENINGKATKAN TARAF HIDUP PETANI MELALUI PEMBERDAYAAN KUD, 1 Hendro Prabowo 2 1 Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma 2 Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100 Pondok Cina Depok

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka stabilitas ekonomi nasional, meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 38/07/32/Th XVII, 1 Juli PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI JUNI SEBESAR 103,08 (2012=100) Nilai Tukar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI LAMPUNG No. 11/11/18/Th. III, 2 November 2015 PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN A. RATA-RATA HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 3,53 PERSEN Selama Oktober 2015,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet terpadat dan terbesar kelima dari delapan planet dalam tata surya yang digunakan sebagai tempat

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan April 2012 serta Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 disusun berdasarkan hasil pengamatan dari 60 stasiun dan pos hujan di wilayah Jawa

Lebih terperinci

PERLUNYA RESI GUDANG UNTUK MENSTABILKAN HARGA BERAS DI PROVINSI BANTEN

PERLUNYA RESI GUDANG UNTUK MENSTABILKAN HARGA BERAS DI PROVINSI BANTEN PERLUNYA RESI GUDANG UNTUK MENSTABILKAN HARGA BERAS DI PROVINSI BANTEN Dewi Haryani, Viktor Siagian dan Tian Mulyaqin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten Jln.Ciptayasa KM.01 Ciruas Serang (42182)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 23/05/32/Th XIX, 2 Mei PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL SEBESAR 102,87 (2012=100) Nilai Tukar Petani

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) No. 16/03/71/Th. X, 1 Maret 2016 PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) A. PADI Angka Sementara (Asem) produksi padi di Sulawesi Utara tahun 2015 diperkirakan sebesar 674.169 ton

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai penyedia pangan yang cukup bagi penduduknya dan pendukung

I. PENDAHULUAN. sebagai penyedia pangan yang cukup bagi penduduknya dan pendukung I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kerangka pembangunan nasional, mandat utama sektor pertanian adalah sebagai penyedia pangan yang cukup bagi penduduknya dan pendukung perkembangan sektor-sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengendalian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI LAMPUNG No. 11/10/18/Th. III, 1 Oktober 2015 PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN A. RATA-RATA HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 11,69 PERSEN Selama September 2015,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 02/1/32/Th XVII, 2 Januari 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER SEBESAR 105,16 (2012=100) Nilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 07/02/32/Th XIX, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2017 SEBESAR 103,25 (2012=100)

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA SEMENTARA 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA SEMENTARA 2014) BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA SEMENTARA 2014) No. 20/03/73/Th. VIII, 2 Maret 2015 A. PADI Angka Sementara (Asem) 2014, produksi Padi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN KETUA HARIAN DEWAN KETAHAN PANGAN NOMOR: 24/Permentan/PP.330/4/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN KETUA HARIAN DEWAN KETAHAN PANGAN NOMOR: 24/Permentan/PP.330/4/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN KETUA HARIAN DEWAN KETAHAN PANGAN NOMOR: 24/Permentan/PP.330/4/2008 TENTANG PEDOMAN HARGA PEMBELIAN GABAH DAN BERAS OLEH PEMERINTAH KETUA HARIAN DEWAN KETAHANAN PANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 52/09/32/Th XVII, 1 September PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI AGUSTUS SEBESAR 104,11 (2012=100) Nilai

Lebih terperinci

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : PEMODELAN STOK GABAH/BERAS

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 No. 64/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Agustus 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI LAMPUNG No. 11/04/18/Th. III, 1 April 2015 PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN A. RATA-RATA HARGA GABAH (GKG) DI PETANI TURUN 17,26 PERSEN Selama Maret 2015,

Lebih terperinci

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 72/11/71/Th. IX, 2 November 2015 ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Ramalan 2 (Aram 2) produksi padi tahun 2015 diperhitungkan sebesar 673.712 ton Gabah Kering

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DISTRIBUSI PUPUK DAN PENGADAAN BERAS

GAMBARAN UMUM DISTRIBUSI PUPUK DAN PENGADAAN BERAS IV. GAMBARAN UMUM DISTRIBUSI PUPUK DAN PENGADAAN BERAS 4.1. Arti Penting Pupuk dan Beras Bagi Petani, Pemerintah dan Ketahanan Pangan Pupuk dan beras adalah dua komoditi pokok dalam sistem ketahanan pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia berhasil meningkatkan produksi padi secara terus-menerus. Selama

I. PENDAHULUAN. Indonesia berhasil meningkatkan produksi padi secara terus-menerus. Selama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi padi nasional terus menerus mengalami peningkatan sepanjang empat tahun terakhir. Pada saat dunia mengalami penurunan produksi pangan, Indonesia berhasil meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan komoditas pangan unggulan Provinsi Lampung. Produksi padi yang dihasilkan di Provinsi Lampung secara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 48/09/32/Th XIX, 4 September PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI AGUSTUS SEBESAR 105,37 (2012=100) Nilai

Lebih terperinci