BAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.
|
|
- Ratna Atmadjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kenakalan Remaja Pengertian Kenakalan Remaja Menurut Arif Gunawan (2011) definisi kenakalan remaja adalah : Istilah juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan deliquent berasal dari bahasa latin delinquere yang berarti terabaikan, mengabaikan yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, peneror, durjana dan lain-lain. Juvenile deliquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal. Mussen dan kawan-kawan, (Arif Gunawan, 2011) mendefinisikan kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh remaja berusia tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum. Hurlock, (Arif Gunawan, 2011) mengatakan kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang individu yang melakukannya masuk penjara. Sama halnya dengan Conger dan Dusek, (Arif Gunawan, 2011) mendefinisikan kenakalan yang dilakukan oleh seseorang individu yang berumur dibawah 16 dan 18 tahun yang melakukan perilaku yang dapat dikenai sangsi atau hukuman. 8
2 Sarwono, (Arif Gunawan, 2011) mengungkapkan kenakalan remaja sebagai tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma hukum-hukum pidana. Fuhrmann, (Arif Gunawan, 2011) menyebutkan bahwa kenakalan remaja adalah suatu tindakan anak muda yang dapat merusak dan menganggu, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Santrock, (Arif Gunawan, 2011) juga menambahkan kenakalan remaja sebagai kumpulan perilaku, dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai tindakan kriminal. Secara umum kenakalan remaja didefinisikan sebagai berikut : Suatu sikap dan perilaku yang menyimpang dari aturan sosial, adat, hukum, dan agama. Tim penulis Sosiologi (Arif Gunawan, 2011) mendefinisikan kenakalan remaja sebagai berikut : kenakalan remaja adalah istilah terjemahan dari kata Juvenille deliquency dan dirumuskan sebagai suatu kelainan tingkah laku, perbuatan ataupun tindakan remaja yang bersifat asosial, bahkan anti sosial yang melanggar norma-norma sosial, agama, serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Pengertian kenakalan remaja akhir-akhir ini mulai bergeser. Hal tersebut karena adanya perilaku remaja mengarah kepada tindak kejahatan (kriminalitas). Sebagai contoh, bentuk kenakalan remaja pada masa lalu hanya terbatas pada tindakan-tindakan kecil seperti kabur dari rumah, menipu orang tua dan tindakan sejenisnya, namun saat ini bentuk kenakalan remaja sudah semakin memprihatinkan mulai dari pencurian sampai kepada penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja Jensen (Sarwono, 2002) membagi kenakalan remaja menjadi 4 bentuk yaitu : a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dll. b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dll 9
3 c. Kenakalan sosial yang menimbulkan korban dipihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas, dll. d. Kenakalan remaja yang melawan status dan aturan misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah, membantah perintah, dll. Menurut Arif Gunawan (2011) sebagaimana telah diungkapkan bentuk kenakalan remaja akhir-akhir ini semakin memprihatinkan. Bentuk-bentuk kenakalan remaja tersebut antara lain : a) Penyalahgunaan narkoba dan obat-obatan terlarang. b) Pergaulan bebas yang mengarah perilaku seks bebas (free sex). c) Tindakan yang bersifat premanisme. d) Peredaran media hiburan yang bersifat pornografi. Bentuk kenakalan remaja yang sedang mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak adalah peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan pelajar. Selain peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, pergaulan bebas di kalangan remaja kita juga mulai marak. Bentuk pergaulan bebas di kalangan remaja khususnya pelajar dapat kita lihat dari banyaknya remaja yang melakukan hubungan seksual di luar nikah. Hal tersebut sedikit banyak dipengaruhi adanya gaya hidup kebarat-baratan yang ditontonnya dari berbagai media massa Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja Kenakalan remaja sebagai suatu fenomena sosial yang terjadi di sekitar kita dapat timbul karena disebabkan oleh beberapa hal. Zakiah Derajat (Arif Gunawan, 2011) mengungkapkan sebab-sebab timbulnya kenakalan remaja antara lain : 1. Lemahnya pendidikan agama di lingkungan keluarga. 2. Kemerosotan moral dan mental orang dewasa. 3. Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik. 4. Adanya dampak negatif dari kemajuan teknologi. 5. Tidak stabilnya kondisi sosial, politik, ekonomi. 10
4 Secara luas, sebab-sebab kenakalan remaja dapat di bedakan menjadi dua, yaitu sebab intern dan ekstern. Sebab intern berasal dari pribadi remaja itu sendiri, sedangkan sebab ekstern datang dari lingkungan sekitar remaja. Yang tergolong sebab yang datang dari pribadi remaja itu sendiri (sebab intern) diantaranya : 1. Cacat keturunan yang bersifat biologis dan psikis. 2. Pembawaan negatif dan sukar untuk dikendalikan serta mengarah ke perbuatan nakal. 3. Pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan keinginan remaja, sehingga menimbulkan konflik pada dirinya yang penyalurannya atau jalan keluar ke arah perbuatan nakal. 4. Lemahnya kemampuan pengawasan diri sendiri serta sikap menilai terhadap keadaan sekitarnya. 5. Kurang mampu mengadakan penyesuaian dengan lingkungan-lingkungan yang baik, sehingga mencari pelarian dan kepuasan dalam kelompok-kelompok nakal (tidak mempunyai kegemaran yang sehat, sehingga canggung dalam tingkah laku di dalam kehidupan sehari-hari yang akibatnya dapat mencari pelarian atau mudah dipengaruhi oleh perbuatan maksiat). Sedangkan penyebab yang datang dari luar diri remaja (sebab ekstern) diantaranya : 1. Rasa cinta dan perhatian yang kurang terutama dari orang tua dan guru di sekolah. 2. Kegagalan pendidikan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat. 3. Pengawasan yang kurang dari orang tua, guru, dan masyarakat. 4. Kurangnya penghargaan terhadap remaja oleh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. 5. Kurangnya sarana-prasarana dan pengarahan serta pemanfaatan waktu senggang remaja. 6. Cara-cara pendekatan yang tidak sesuai dengan perkembangan remaja oleh orang tua, guru, masyarakat, dan pemerintah. 7. Cara-cara pendekatan kepada remaja yang tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat. 8. Terbukanya kesempatan terhadap minat buruk remaja untuk berbuat nakal, baik oleh orang tua, guru atau masyarakat. 11
5 Selain sebab-sebab yang dapat menimbulkan kenakalan remaja, terdapat dua faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi kenakalan remaja. Ada faktor yang dapat mengurangi tingkat kenakalan remaja (faktor positif) dan ada juga faktor yang justru mendorong timbulnya kenakalan remaja (faktor negatif). Faktor-faktor yang dapat mengurangi tingkat kenakalan remaja (faktor positif) diantaranya : 1. Masih ada dan masih diakuinya norma-norma agama dan norma-norma sosial oleh sebagian besar anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. 2. Masih adanya selalu usaha-usaha ke arah penegakan norma yang berlaku di masyarakat. 3. Daya tahan dan sikap menilai terhadap pengaruh negatif dari sebagian besar golongan di masyarakat masih kuat. 4. Susunan dan ikatan-ikatan sosial masyarakat Indonesia masih memungkinkan adanya kontrol terhadap pelanggaran-pelanggaran norma. Sedangkan faktor-faktor yang justru memungkinkan timbulnya kenakalan remaja (faktor negatif) antara lain : 1. Situasi sosial politik yang kurang menguntungkan. 2. Keadaan sosial ekonomi yang belum kuat. 3. Suasana sosial psikologi yang belum stabil. 4. Kestabilan fisik dan mental masyarakat yang belum siap. 5. Perkembangan teknologi yang belum seimbang dengan kesiapan mental masyarakat untuk menerimanya. 6. Perkembangan komunikasi massa yang besar menyebabkan frekuensi peniruan yang besar. 12
6 2.2. Pola Asuh Orang Tua Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Tarmudji ( pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Menurut Theresia ( pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai / norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya Model Pola Asuh Orang Tua Hurlock (1999) menyatakan ada tiga macam cara yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik putra-putrinya yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif. Dalam penerapannya tidak bisa dibedakan secara tegas sehingga kecenderungan pola asuh tertentu dapat diterapkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Ketiga pola asuh tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Pola asuh otoriter Adanya kontrol yang ketat dari orang tua, aturan dan batasan dari orang tua harus ditaati oleh anak, anak harus bertingkah laku sesuai aturan yang ditetapkan orang tua, orang tua tidak mempertimbangkan pandangan atau pendapat anak dan orang tua memusatkan perhatian pada pengendalian secara otoriter yaitu berupa hukuman fisik. Pada tipe ini orang tua menentukan apa yang perlu diperbuat oleh anak tanpa memberi penjelasan tentang alasannya. Apabila anak melanggar ketentuan yang telah digariskan oleh orang tua, anak tidak diberi kesempatan untuk memberi alasan atau penjelasan sebelum hukuman diterima anak. Pada umunya hukuman berwujud hukuman badan. Pada pola ini orang tua jarang atau tidak memberikan hadiah, baik berwujud kata-kata maupun bentuk lain apabila anak berbuat sesuai dengan orang tua. Tipe pola asuh otoriter anak mempunyai sifat submitif, anak tidak mempunyai 13
7 inisiatif karena takut berbuat kesalahan, anak menjadi penurut, tidak mempunyai kepercayaan diri, dan tidak mempunyai tanggung jawab. Pada tipe ini kontrol orang tua ketat. Namun dipihak lain orang tua menuntut agar anak lebih bertanggung jawab sesuai dengan perkembangannya, tetapi anak merasa terkekang dalam mencari kemandirian. Karena itu sering terjadi konflik antara anak dan orang tua, anak tidak mau mengadakan komunikasi dengan orang tua, yang akhirnya terjadi jurang pemisah antara anak dan orang tua. 2. Pola asuh demokratis Aturan yang dibuat bersama oleh seluruh anggota keluarga, orang tua memperhatikan keinginan dan pendapat anak, selalu mengadakan diskusi atau mengambil suatu keputusan, anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan diberi kepercayaan serta ada bimbingan dan kontrol dari orang tua. Apabila anak harus melakukan tugas tertentu, orang tua memberikan penjelasan atau alasan perlunya hal tersebut dilakukan dan bila anak melanggar peraturan yang telah ditetapkan, anak diberi kesempatan untuk memberikan alasan mengapa ketentuan itu dilanggar sebelum anak menerima hukuman. Hukuman yang diberikan berkaitan dengan perbuatannya dan berat ringannya hukuman tergantung pada pelanggarannya. Hadiah atau pujian diberikan oleh orang tua untuk perilaku yang diharapkan. Pada tipe ini hubungan antara orang tua dan anak harmonis, kontrol orang tua terhadap anak tidak berlebihan. Ada dialog diantara mereka sehingga anak merasa dihargai untuk mengeluarkan pendapat, karena itu anak dan orang tua saling bertukar pikiran, orang tua menghargai anak dan respek terhadap orang tua. Anak tidak takut akan membuat kesalahan, dengan demikian rasa percaya diri pada anak akan berkembang dengan baik dan anak mempunyai tanggung jawab. 3. Pola asuh permisif Tidak adanya bimbingan dan aturan dari orang tua, tidak ada tuntutan kepada anak, tidak ada pengendalian atau pengotrolan dari orang tua. Orang tua tidak memberikan aturan kepada anaknya, anak diberikan kebebasan dan diijinkan untuk membuat keputusan untuk dirinya sendiri, anak harus belajar sendiri untuk berperilaku dalam lingkungan sosial, anak diperkenankan berbuat sesuai apa yang dipikirkan anak. Tidak ada hukuman dari orang tua meskipun anak melanggar peraturan dan tidak diberi hadiah bila berperilaku baik. Pada tipe serba boleh, karena tidak ada kontrol dari orang tua, anak dapat berbuat sekehendak hatinya, maka anak kurang respek terhadap orang tua, kurang menghargai apa yang diperbuat orang tua untuknya. Anak yang diasuh dan dididik dengan pola asuh ini biasanya dapat proteksi yang berlebihan, sehingga apapun yang dilakukan anak dibiarkan oleh orang tua. Dengan demikian perhatian serta hubungan orang tua dengan anak akan terganggu, karena tidak ada pengarahan atau informasi dari orang tua, maka anak tidak akan mengerti apa yang sebaiknya dikerjakan dan mana yang sebaiknya ditinggalkan. Anak kurang mempunyai tanggung jawab dan biasanya anak sulit dikendalikan serta berbuat hal-hal yang sebenarnya tidak dibenarkan. Perilaku sering melanggar norma-norma masyarakat karena itu akan terbentuk sikap penolakan dari lingkungan dan akibatnya kepercayaan diri goyah serta penghargaan diri sendiri kurang baik. Gunarsa (1986) juga mempunyai pendapat yang hampir sama dengan Hurlock mengenai pola asuh orang tua, pola asuh tersebut yaitu : 14
8 1. Pola asuh otoriter Yaitu pola asuh dimana anak harus mengikuti pendapat dan keinginan orang tua. Anak tidak diperkenankan memberikan pendapatnya pada orang tua. 2. Pola asuh demokratis Yaitu pola asuh dimana anak diberi kebebasan dan kesempatan luas dalam mendiskusikan segala permasalahannya dengan orang tua dan orang tua mendengarkan, memberi tanggapan, pandangan serta menghargai pendapat anak. Keputusan orang tua harus dipertimbangkan dengan anak-anaknya, namun orang tua tetap menentukan dalam segala pengambilan keputusan. 3. Pola asuh permisif Yaitu pola asuh dimana anak diberi kekuasaan dan kebebasan sepenuhnya tanpa dituntut kewajiban dan tanggung jawab, orang tua kurang kontrol terhadap perilaku anak dan hanya berperan sebagai pemberi fasilitas serta kurang berkomunikasi dengan anak. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua yang berpola asuh otoriter memiliki ciri-ciri cenderung memberikan perintah dan larangan, menetapkan disiplin yang kaku, mengharuskan anak untuk patuh dan tidak boleh membantah orang tua, anak tidak mempunyai hak untuk berpendapat, bila bersalah anak harus dihukum, orang tua merasa paling benar dan anak yang disalahkan. Orang tua yang berpola asuh demokartis memiliki ciri-ciri keputusan dan aturan di rumah dibuat bersama oleh orang tua dan anak, ada bimbingan dan kontrol dari orang tua kepada anak, bila melakukan kesalahan anak akan mendapat peringatan atau hukuman dan bila anak berbuat baik akan mendapat pujian atau hadiah, pelaksanaan peraturan dan disiplin mempertimbangkan keadaan atau alasan dari anak yang dapat diterima oleh orang tua, hubungan keluarga sangat komunikatif dan hangat. Sedangkan orang tua menerapkan pola asuh permisif memiliki ciri-ciri tidak membimbing dan memonitor anak, tidak ada aturan yang digariskan oleh orang tua, anak bebas melakukan segala sesuatu, bila anak bermasalah tidak diberi hukuman, bila anak berbuat baik atau memenuhi harapan orang tua tidak diberi hadiah dan tidak ada kehangatan dalam hubungan keluarga Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang tua Hurlock ( ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua, yaitu karakteristik orang tua yang berupa: 1. Kepribadian orang tua Setiap orang berbeda dalam tingkat energi, kesabaran, intelegensi, sikap dan kematangannya. Karakteristik tersebut akan mempengaruhi kemampuan orang tua untuk memenuhi tuntutan peran sebagai orang tua dan bagaimana tingkat sensifitas orang tua terhadap kebutuhan anak-anaknya. 2. Keyakinan Keyakinan yang dimiliki orang tua mengenai pengasuhan akan mempengaruhi nilai dari pola asuh dan akan mempengaruhi tingkah lakunya dalam mengasuh anak-anaknya. 15
9 3. Persamaan dengan pola asuh yang diterima orang tua Bila orang tua merasa bahwa orang tua mereka dahulu berhasil menerapkan pola asuhnya pada anak dengan baik, maka mereka akan menggunakan teknik serupa dalam mengasuh anak bila mereka merasa pola asuh yang digunakan orang tua mereka tidak tepat, maka orang tua akan beralih ke teknik pola asuh yang lain. 4. Penyesuaian dengan cara disetujui kelompok Orang tua yang baru memiliki anak atau yang lebih muda dan kurang berpengalaman lebih dipengaruhi oleh apa yang dianggap anggota kelompok (bisa berupa keluarga besar, masyarakat) merupakan cara terbaik dalam mendidik anak. 5. Usia orang tua Orang tua yang berusia muda cenderung lebih demokratis dan permissive bila dibandingkan dengan orang tua yang berusia tua. 6. Pendidikan orang tua Orang tua yang telah mendapatkan pendidikan yang tinggi, dan mengikuti kursus dalam mengasuh anak lebih menggunakan teknik pengasuhan otoriter dibandingkan dengan orang tua yang tidak mendapatkan pendidikan dan pelatihan dalam mengasuh anak. 7. Jenis kelamin Ibu pada umumnya lebih mengerti anak dan mereka cenderung kurang otoriter bila dibandingkan dengan bapak. 8. Status sosial ekonomi Orang tua dari kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras, memaksa dan kurang toleran dibandingkan dengan orang tua dari kelas atas. 9. Konsep mengenai peran orang tua dewasa Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional cenderung lebih otoriter dibanding orang tua yang menganut konsep modern. 10. Jenis kelamin anak Orang tua umumnya lebih keras terhadap anak perempuan daripada anak lakilaki. 11. Usia anak Usia anak dapat mempengaruhi tugas-tugas pengasuhan dan harapan orang tua. 12. Temperamen Pola asuh yang diterapkan orang tua akan sangat mempengaruhi temperamen seorang anak. Anak yang menarik dan dapat beradaptasi akan berbeda pengasuhannya dibandingkan dengan anak yang cerewet dan kaku. 13. Kemampuan anak Orang tua akan membedakan perlakuan yang akan diberikan untuk anak yang berbakat dengan anak yang memiliki masalah dalam perkembangannya. 14. Situasi Anak yang mengalami rasa takut dan kecemasan biasanya tidak diberi hukuman oleh orang tua. Tetapi sebaliknya, jika anak menentang dan berperilaku agresif kemungkinan orang tua akan mengasuh dengan pola asuh otoriter. 16
10 2.3. Temuan Penelitian yang Relevan 1. Hasil penelitian oleh Am. Endah Sri Astuti (2004) yang berjudul Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Gejala Kenakalan Anak/ Remaja dan Penanggulangannya (studi kasus kenakalan anak/ remaja di Kab. Semarang) yang menyatakan bahwa penerapan cara asuh atau model asuh orang tua yang kaku atau otoriter, terutama cara asuh orang tua yang bersifat permisif telah memberikan cukup sumbangan yang berarti terhadap perilaku anak dan remaja yaitu pengaruhnya sebesar 19,9%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa memang ada pengaruh antara pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja. 2. Berdasarkan pengujian hipotesis hasil penelitian dari Elok Dyan Mayasari (2008) yang berjudul Hubungan antara persepsi pola asuh orang tua dengan kenakalan pada siswa kelas XI IPS di SMU Laboratrium Malang dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki orang tua dengan pola asuh demokratis sebanyak 53 siswa (69,7%), siswa yang memiliki pola asuh permisif sebanyak 19 siswa (25%), dan siswa yang memiliki orang tua dengan pola asuh otoriter sebanyak 4 siswa (5,3%). Sedangkan siswa yang tergolong dalam kategori kenakalan non kriminal sebanyak 53 siswa (69,7%) dan 23 siswa (30,3%) tergolong dalam kategori kenakalan kriminal. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja siswa kelas XI SMU Laboratorium Malang. 3. Berdasarkan hasil penelitian dari Fifin Dwi Purwaningtyas (2010) yang berjudul Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Otoriter Orang Tua 17
11 dengan perilaku Kenakalan (Delinquency) pada Remaja di SMU X Surabaya yang menyatakan bahwa diperoleh nilai korelasi antara persepsi pola asuh otoriter dengan kenakalan remaja sebesar -0,217 sedangkan Asymp sig (2- tailed) sebesar 0,071. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat ada hubungan yang signifikan antara persepsi pola asuh otoriter orang tua dengan perilaku kenakalan (Delinquency) remaja di SMU X Surabaya Hipotesis Berdasarkan landasan teori di atas hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ada pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap kenakalan remaja siswa kelas XI IPA SMA Kartika III-1 Banyubiru tahun pelajaran 2012 /
BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, namun cenderung rasa penasaran itu berdampak negatif bagi remaja,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini yang ditandai dengan kemajuan pola pikir remaja yang tanpa batas, remaja semakin mudah untuk mengetahui berbagai hal di dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya kehidupan anak-anak remaja sekarang ini banyak mengalami perubahan. Perubahan itu meliputi cara berpikir, tata cara bertingkah laku, bergaul dan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial. Dalam kenyataannya, kenakalan remaja merusak nilai-nilai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja merupakan salah satu problem sosial yang sangat mengganggu keharmonisan, juga keutuhan segala nilai dan kebutuhan dasar kehidupan sosial. Dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan
BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Remaja, Karakteristik dan Tugas Perkembangannya. adolescence yang diadopsi dari bahasa latin adolescere yang artinya
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kenakalan Remaja 2.1.1 Remaja, Karakteristik dan Tugas Perkembangannya Menurut Hurlock (1999), kata remaja berasal dari bahasa Inggris adolescence yang diadopsi dari bahasa latin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan lajunya perkembangan zaman di segala bidang, perubahan ke arah kemajuan bangsa semakin berkembang. Salah satu kemajuan itu tampak dalam teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak dalam mempelajari berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar inilah,
Lebih terperinciBAB XII PERILAKU MENYIMPANG
BAB XII PERILAKU MENYIMPANG A. Pengertian Perilaku Menyimpang Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana-mana dan kapan saja, baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Banyak faktor atau sumber yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa dimana seorang manusia mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa peralihan ini setiap remaja meninggalkan identitas
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO SKRIPSI Diajukan oleh : Bonnie Suryaningsih F. 100020086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JULI 2010 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PERILAKU DELINKUEN DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSI PENYANDANG TUNALARAS DI SLB-E BHINA PUTERA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S1 Psikologi Disusun oleh
Lebih terperinciMENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK
Artikel MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Oleh: Drs. Mardiya Selama ini kita menyadari bahwa orangtua sangat berpengaruh terhadap pengasuhan dan pembinaan terhadap anak. Sebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini dunia pendidikan sedang berkembang, banyak sekolah-sekolah yang berdiri dengan kegiatan-kegiatan yang menarik untuk mendukung proses belajar siswa mereka, namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara psikologis perubahan merupakan situasi yang paling sulit untuk diatasi oleh seseorang, dan ini merupakan ciri khas yang menandai awal masa remaja. Dalam perubahannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja a. Pengertian Kepercayaan Diri Salah satu aspek kepribadian yang menunjukkan sumber daya manusia yang berkualitas
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi
LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah pelik yang dihadapi bangsa Indonesia dari tahun ke tahun. Lalu apa sebenarnya penyebab kenakalan remaja? Harapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang indah, tetapi tidak setiap remaja dapat menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang beberapa permasalahan
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KENAKALAN REMAJA DI MA AL-AZHAR SERABI BARAT MODUNG BANGKALAN. A. Latar Belakang
Lailatul Fitriyah 11410114 HUBUNGAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KENAKALAN REMAJA DI MA AL-AZHAR SERABI BARAT MODUNG BANGKALAN A. Latar Belakang Penelitian ini mengambil background di salah satu desa pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan bagian dari generasi muda yang menjadi peletak dasar bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan oleh remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan
Lebih terperinciSuka bolos, berkelahi dengan anak sini dan luar, suka minum-minum, suka merokok, pernah bantah guru
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, juvenile delinquency kian mengerikan di tengah masyarakat, padahal seorang remaja merupakan bibit pemegang kunci keberhasilan suatu negara di masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun masal sudah merupakan berita harian di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini masih terdapat orang - orang tidak mampu untuk menyatakan pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya mengemukakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat timbul disebabkan oleh faktor- faktor penyebab, baik faktor intern
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang berada di dalam suatu masyarakat yang dapat dilihat dari berbagai aspek yang berbeda. Kejahatan dapat timbul disebabkan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebingungan, kecemasan dan konflik. Sebagai dampaknya, orang lalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi dan industrialisasi memunculkan masyarakat modern yang serba kompleks dengan berbagai masalah sosial yang terdapat di dalamnya. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak menuju masa dewasa. Pada masa transisi tersebut remaja berusaha untuk mengekspresikan dirinya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kenakalan Remaja Definisi kenakalan remaja menurut Arif Gunawan (2011) bisa disebut dengan istilah juvenile berasal dari bahasa latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda,
Lebih terperinciASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI
ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperincia. Definisi Kenakalan Remaja
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kenakalan Remaja a. Definisi Kenakalan Remaja Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang artinya anak-anak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa latin juvenilis yang artinya anak-anak, anak muda, sifat khas
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kenakalan Remaja 2.1.1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah juvenile berasal dari bahasa latin juvenilis yang artinya anak-anak, anak muda,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1. Pengertian Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi adalah penting karena dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman yang bertambah modern ini nilai-nilai yang bersifat baik atau nilai moral menjadi semakin berkurang didalam kehidupan bermasyarakat. Pergaulan yang salah dan terlalu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Emosi Chaplin (2011) mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak, (2) proses perkembangan, yang dianggap berasal
Lebih terperinciPERAN UNITBINMAS (UNIT PEMBINAAN MASYARAKAT) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA PELAJAR. (Studi Kasus Pada Polsek Kerjo Kabupaten Karanganyar)
PERAN UNITBINMAS (UNIT PEMBINAAN MASYARAKAT) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA PELAJAR (Studi Kasus Pada Polsek Kerjo Kabupaten Karanganyar) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja bermula dari 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya, yang berjalan antara umur 12
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang melanggar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang melanggar hukum. Kejahatan yang terjadi di masyarakat saat ini tidak seluruhnya dilakukan oleh orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia tingkat kenakalan yang dilakukan remaja akhir-akhir ini sudah melebihi batas dan mulai meresahkan para orang tua.banyak remaja, yang masihduduk dibangku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini fenomena kenakalan remaja (siswa) semakin meluas, bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah lingkaran yang tidak
Lebih terperinciSKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh:
Lebih terperinciA. LatarBelakangMasalah
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Saat ini banyak kita jumpai remaja yang berperilaku ugal-ugalan dan tidak taat pada peraturan dan norma. Perilaku tersebut umum terjadi dan remaja melakukannya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu hidup dalam lingkungan. Manusia tidak bisa dipisahkan dengan. memberikan keakraban dan kehangatan bagi anak-anaknya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Sejak seorang anak lahir, remaja, dewasa sampai tua, manusia akan selalu hidup dalam lingkungan. Manusia tidak bisa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode korelasi untuk mengetahui hubungan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati perkembangan tindak pidana yang dilakukan anak selama ini, baik dari kualitas maupun modus operandi, pelanggaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat
Lebih terperinci2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan salah satu periode penting dalam kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode penting dalam kehidupan manusia. Periode ini sebagai suatu fase menuju kedewasaan manusia. Pada periode ini terjadi kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa dimana usianya berkisar antara 12-21 tahun. Pada masa ini individu mengalami berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media massa, dimana sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia selalu mengalami perubahan sepanjang kehidupan yakni sejak dalam kandungan sampai meninggal. Fase-fase perkembangan yang terjadi hampir bersamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Soetjiningsih (2010) tumbuh kembang merupakan suatu peristiwa yang saling berkaitan tetapi berbeda sifatnya dan sulit untuk dipisahkan yaitu pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh: LINA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, psikologis, dan sosiologis. Remaja mengalami kebingungan sehingga berusaha mencari tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah remaja adalah suatu masalah yang sebenarnya sangat menarik untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif yang sangat mencemaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia membutuhkan manusia berkompeten untuk mengolah kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, disiplin, jujur, berani,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dari kata benda religion. Religi itu sendiri berasal dari kata re dan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Religiusitas Secara bahasa, kata religiusitas adalah kata kerja yang berasal dari kata benda religion. Religi itu sendiri berasal dari kata
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,
Lebih terperinci, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental remaja. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian Tabel 4.1 Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi % Laki-laki/siswa 45 30,00 Perempuan/siswi 105 70,00
Lebih terperinciMAKALAH PANCASILA OLEH : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) DOSEN. : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM
MAKALAH PANCASILA OLEH NAMA : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : 11.12.5657 JURUSAN : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) KELAS : 11 (S1-SI)05 DOSEN : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM KENAKALAN REMAJA SEBAGAI PRILAKU MENYIMPANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa yang indah. Banyak hal yang terjadi dalam masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Suatu proses masa yang semua anak manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kenakalan remaja adalah perilaku jahat secara social pada anak-anak dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenakalan remaja adalah perilaku jahat secara social pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat, seorang remaja merupakan calon penerus bangsa, yang memiliki potensi besar dengan tingkat produktivitas yang tinggi dalam bidang yang mereka geluti
Lebih terperinciBAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja
BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status
Lebih terperinci