BAB II LANDASAN TEORI Remaja, Karakteristik dan Tugas Perkembangannya. adolescence yang diadopsi dari bahasa latin adolescere yang artinya
|
|
- Suhendra Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kenakalan Remaja Remaja, Karakteristik dan Tugas Perkembangannya Menurut Hurlock (1999), kata remaja berasal dari bahasa Inggris adolescence yang diadopsi dari bahasa latin adolescere yang artinya bertumbuh/ to grow dan menjadi matang/ to mature. Kata bendanya adolesceantia yang berarti remaja mengandung arti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Konsep remaja mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Untuk batasan usia, Hurlock (1999) memberi batasan masa remaja berdasarkan usia kronologis, yaitu antara 13 hingga 18 tahun. Menurut Thornburgh (1982), batasan usia tersebut adalah batasan tradisional, sedangkan alran kontemporer membatasi usia remaja antara 11 hingga 22 tahun. Lebih lanjut Thornburgh (1982) membagi usia remaja menjadi tiga kelompok yaitu Remaja awal (antara 11 hingga 13 tahun), Remaja pertengahan (antara 14 hingga 16 tahun), Remaja akhir (antara 17 hingga 19 tahun). Masa remaja dapat dikatakan masa/ periode yang penting dan masa yang paling rawan dalam perkembangan jiwa seseorang karena berakibat langsung terhadap mental, sikap, dan perilaku remaja itu sendiri. Masa remaja 9
2 ini dapat menimbulkan ketakutan-ketakutan tersendiri bagi remaja maupun orang tua karena pada periode ini remaja mulai mencari identitasnya. Idealnya dalam masa remaja ini terdapat beberapa tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1994) tugas-tugas perkembangan remaja antara lain sebagai berikut : 1. Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis. 2. Mencapai peran sosial maskulin dan feminin. 3. Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif. 4. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya. 5. Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi. 6. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. 7. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga. 8. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara. 9. Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial. 10. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku Perilaku Kenakalan Remaja 1. Pengertian Perilaku Kenakalan Remaja Kartono (2002) mengatakan : Kenakalan remaja disebut dengan Juvenile Delinquency. juvenile delinquency ialah perilaku jahat/ dursila atau kejahatan/ kenakalan anak-anak muda ; merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk tingkah laku yang menyimpang. Juvenile berasal dari bahasa latin juvenilis yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja. Sedangkan Delinquent berasal dari kata latin delinquere yang berarti terabaikan, mengabaikan ; yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, a- sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-lain. 10
3 Menurut Jensen dan Sarwono (dalam Sarwono, 2000), dalam memberikan definisi mengenai perilaku kenakalan remaja perlu adanya suatu batasan yaitu perilaku kenakalan remaja ditinjau dari segi hukum dan dari segi penyimpangan norma, aturan dan pengingkaran status. Definisi hukum untuk kenakalan remaja adalah suatu tingkah laku dari anak-anak dan remaja yang mana jika dilakukan pada usia dewasa akan didakwa sesuai hukum sebagai tindak kriminal (Lee & Steve Vandegriff, 2005). Dalam 1 Petrus 2:17, Imamat 19:32, I Tesalonika 4:11-12, dapat diambil definisi secara ringkas mengenai kenakalan remaja. Disini kenakalan remaja diartikan sebagai suatu ketiadaan rasa hormat terhadap orang lain, harta dan diri sendiri. Sejalan dengan pendapat Jensen dan Sarwono (dalam Sarwono, 2000), definisi kenakalan remaja memang perlu diadakannya suatu batasan yaitu perilaku kenakalan remaja ditinjau dari segi hukum, penyimpangan norma, aturan atau pengikaran status baik sebagai pelajar ataupun sebagai seorang anak. Kenakalan tersebut tidak semestinya diasumsikan sebagai suatu tahap perkembangan masa dimana para remaja akan tumbuh dan melewatinya seiring dengan berjalannya waktu karena jika kenakalan itu dilakukan pada usia dewasa maka dapat didakwa sesuai hukum sebagai tindak kriminal sesuai dengan pendapat Lee & Steve Vandegriff (2005). Begitu pula dengan pendapat Kartono (2002) yang menyebutkan bahwa kenakalan remaja bisa sebagai suatu tindak kriminal. 11
4 2. Jenis-jenis Perilaku Kenakalan Remaja Jensen (dalam Sarwono, 2000), membagi kenakalan remaja menjadi empat jenis yaitu : a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain : perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan. b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi : perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan. c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain : pelacuran, penyalahgunaan obat. Di Indonesia mungkin dapat juga dimasukkan hubungan seks sebelum menikah dalam jenis ini. d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka. 3. Gejala-gejala Kenakalan Remaja Menurut Simanjuntak (1984) gejala-gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah pada kenakalan remaja adalah: a. Remaja yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga remaja tersebut menyendiri. Remaja yang demikian psikis maupun emosinya dapat tergoncang. b. Remaja yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab dirumah atau di sekolah. Misal remaja lebih senang mencari kesibukan sendiri dengan bermain-main ketimbang belajar, mengerjakan tugas ataupun membantu keluarga di rumah. c. Remaja yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh dia sendiri tidak sanggup mencari penyelesainnya. Remaja seperti ini sering terbawa akan perasaan atau emosi meledak-ledak. d. Remaja yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan ketakutan remaja normal. e. Remaja yang suka berbohong. f. Remaja yang senang menyakiti atau mengganggu temantemannya di sekolah atau di rumah. g. Remaja yang menyangka bahwa semua guru bersikap tidak baik terhadap mereka dan sengaja menghambat mereka. h. Remaja yang tidak sanggup memusatkan perhatian. 12
5 4. Faktor Penyebab Perilaku Kenakalan Remaja Kartono (1986), menyebutkan ada beberapa faktor penyebab perilaku kenakalan remaja, antara lain: 1) Faktor internal. Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri remaja itu sendiri dimana remaja memiliki ego yang tinggi serta tidak dapat mengendalikan/ mengontrol dirinya sendiri, tidak punya fondasi yang cukup kuat untuk menolak pengaruh dari luar maupun dorongan dari dalam diri sendiri. 2) Faktor eksternal a. Faktor keluarga Kondisi keluarga yang berantakan, perlindungan yang berlebihan dari orang tua, penolakan orang tua, pengaruh buruk orang tua, dapat mempengaruhi remaja untuk berperilaku menyimpang. b. Lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan Kondisi buruk ini antara lain berupa bangunan sekolah yang tidak memenuhi persyaratan, tanpa halaman bermain yang cukup luas, tanpa ruang olahraga, minimnya fasilitas ruang belajar, jumlah murid dalam satu kelas yang terlalu banyak dan padat (50-60 orang), ventilasi dan sanitasi yang buruk, suasana kelas yang membosankan dimana remaja hanya melakukan kegiatan yang tertekan hanya duduk, pasif mendengarkan sehingga mereka menjadi jemu, jengkel dan apatis. Dengan kondisi yang seperti itu menjadikan remaja merasa sangat dibatasi gerak-geriknya dan merasa tertekan batinnya (dilarang bertanya kalau tidak perlu), harus tunduk, patuh dan disiplin. Kurang sekali kesempatan yang diberikan oleh sekolah untuk melakukan ekspresi bebas, baik yang bersifat fisik maupun psikis sebab semua sudah diatur dan dipastikan, mengikuti buku, kurikulum dan satuan pelajaran yang sudah baku. Sebagai akibatnya, remaja justru tidak mematuhi peraturan-peraturan yang ada tersebut, ingin bebas dan liar, mau berbuat semau sendiri, menjadi agresif, juga suka membolos, melakukan perkelahian di luar sekolah untuk melampiaskan kedongkolan dan frustasinya selama berada di sekolah. c. Faktor milieu Milieu atau lingkungan sekitar tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak. Lingkungan adakalanya dihuni oleh orang dewasa serta anakanak muda kriminal dan anti sosial yang bisa merangsang timbulnya reaksi emosional buruk pada anak-anak puber dan adolensens yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anakanak remaja ini mudah terjangkit oleh pola kriminal, a-susila 13
6 dan anti sosial. Satu remaja terjangkiti pengaruh-pengaruh buruk tersebut maka dapat menjangkiti teman sebayanya/ remaja yang lain. 5. Dampak Perilaku Kenakalan Remaja Berdasarkan uraian mengenai perilaku kenakalan remaja baik mulai dari pengertiannya, jenis-jenis perilaku, gejala, hingga faktor penyebabnya, penulis setuju bahwa perilaku kenakalan remaja banyak berdampak negatif baik bagi diri sendiri, keluarga, teman maupun masyarakat. Dalam penelitian Novia (2010) dampak perilaku kenakalan remaja antara lain : a. Bagi remaja sendiri Akibat dari kenakalan remaja dapat merugikan baik dari segi fisik maupun mental. Remaja akan mudah terserang penyakit dikarenakan gaya hidup yang tidak teratur. Dalam segi mental perilaku kenakalan remaja tersebut akan mengantarkan remaja pada mental-mental yang lemah, pikiran dan emosi tidak stabil, kepribadian yang tidak jelas, serta nilai moral-moral yang ditanam dalam diri menjadi rusak. Nama baik dan simpati orang akan menjadi hilang dengan melihat perilaku yang menyimpang tersebut. Jika sudah sampai terjerumus pada perilaku yang dikategorikan tindak kriminal jahat, masa depan remaja seolaholah suram, tidak ada lagi harapan. b. Bagi Keluarga Ketidakharmonisan antara anak dan orang tua tidak terjalin dengan baik. Nama baik keluarga juga akan tercoreng tatkala ada salah satu anggota atau anak dalam keluarga tersebut melakukan perilaku menyimpang. Orang tua menjadi malu dan kecewa seolah-olah tidak ada yang bisa dibanggakan dan menjadi generasi penerus keluarga yang baik. c. Bagi Masyarakat Pandangan masyarakat akan sosok remaja akan terus menerus negative/ jelek yaitu bahwa remaja memiliki moral rusak, pembuat keonaran dan tidak bisa diatur. 14
7 2.2 Teknik Sosiodrama Pengertian Teknik Sosiodrama Menurut Moreno, sosiodrama adalah satu pengalaman grup sebagai suatu jalan utuh untuk eksplorasi sosial dan transformasi antar kelompok (Kellermann, 2007). Sosiodrama menurut Winkel (2006) merupakan dramatisasi dari berbagai persoalan yang dapat timbul dari berbagai pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk konflik yang dialami dalam pergaulan sosial. Sedangkan menurut Wulandari (2005), teknik sosiodrama atau bermain peran adalah sebuah teknik sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa yang terjadi, actual, kejadian-kejadian yang muncul pada masa mendatang. Teknik simulasi sebagai pemahaman yang berupa tingkah laku dengan tujuan orang tersebut dapat mempelajari lebih dalam tentang bagaimana ia merasa dan berbuat sesuatu atau suatu teknik pengajaran dimana siswa memerankan tugas orang lain dalam dirinya sebagai tiruan. Teknik sosiodrama memiliki keunggulan, Langdon (dalam Wulandari, 2005) mengungkapkan keunggulan metode sosiodrama adalah sebagai berikut : a. Memperkaya siswa dalam berbagai pengalaman situasi sosialisasi yang bersifat problematik. b. Memperkaya pengetahuan dan pengalaman semua siswa mengenai cara menghafal dan memecahkan masalah. c. Dengan bermain peran siswa memperoleh kesempatan untuk belajar mengekspresikan penghayatan mereka mengenai suatu problema sosial. d. Memupuk keberanian siswa untuk tampil di depan umum tanpa kehilangan keseimbangan pribadi. e. Merupakan suatu hiburan bagi siswa dengan melakukan atau melihat permainan peranan. 15
8 Disamping itu terdapat juga tujuan dari sosiodrama. Adapun tujuan penggunaan sosiodrama dalam teknik bimbingan menurut Nursalim dan Suradi (2002) adalah : a. Mengembangkan bagaimana seseorang atau beberapa orang menghadapi suatu situasi sosial. b. Menggambarkan bagaimana cara memecahkan suatu masalah sosial. c. Mengembangkan sikap kritis terhadap tingkah laku yang harus atau jangan dilakukan dalam situasi sosial tertentu. d. Memberikan kesempatan untuk meninjau situasi sosial dari berbagai sudut pandang tertentu Cara Pelaksanaan Bimbingan dengan Teknik Sosiodrama Menurut Nursalim dan Suradi (2002), adapun cara pelaksanaan bimbingan dengan menggunakan teknik sosiodrama sebagai berikut: a. Pembimbing membicarakan suatu hal yang menarik dan dapat menggerakkan perasaan atau emosi individu sehingga mereka dapat mengadakan identifikasi dengan orang-orang atau tokohtokoh dalam cerita. Masalah dalam cerita harus dipahami sehingga secara mudah tergugah untuk ikut berpartisipasi dalam masalah penyelesaian dan pengatasannya. b. Setelah pembimbing selesai dalam ceritanya, lalu menentukan siapa individu-individu yang akan berperan sebagai tokoh-tokoh tertentu. Dalam hal menentukan peranan perlu diperhatikan sifat-sifat yang justru sebaliknya, misal anak yang kejang-kejang memerankan sebagai tokoh yang sabar dan penolong. c. Dalam cerita yang akan didramakan, individu bukan hanya dihadapkan pada suatu persoalan saja tetapi mereka diperhadapakan pada bagaimana dia sendiri memilih jalan keluar dari problem tadi sebagai akhir cerita; untuk ini perlu dipersiapkan terlebih dahulu penonton yang akan memberikan penilaian terhadap jalannya cerita dalam drama, dimana sikapsikap yang salah atau tidak seharusnya dilakukan. d. Dalam melakukan drama tidak ada batasan waktu. e. Selesai pementasan drama diadakan diskusi-diskusi yang membahas baik dan tidaknya pengatasan masalah tadi. f. Setelah diskusi dilakukan maka diadakan pementasan drama kembali dengan pemain dari individu yang berbeda. Ini dimaksudkan agar dapat ditemukan cara penyelesaian yang sebaik-baiknya. 16
9 2.2.3 Teknik Sosiodrama dalam Mereduksi Perilaku Kenakalan Remaja Perilaku kenakalan remaja merupakan fenomena umum dan masalah yang sampai saat ini masih menjadi beban dan tanggung jawab masyarakat pada umumnya. Untuk itu peran aktif bimbingan dan konseling sangat diperlukan untuk membantu memecahkan masalah terkait fenomena kenakalan remaja yang terjadi. Bimbingan dan konseling hendaknya dapat menemukan jalan keluar, mengatasi atau setidaknya mereduksi kenakalan remaja. Kata mereduksi berasal dari kata benda reduksi yang artinya pengurangan, potongan (harga, dsb), menjadi kata sifat mereduksi yang artinya membuat pengurangan, potongan (harga, dsb), dalam (KBBI, 2008). Melalui pengertian tersebut mereduksi perilaku kenakalan remaja berarti membuat pengurangan atau mengurangi perilaku menyimpang atau kenakalan yang selama ini dilakukan oleh remaja. Merujuk mulai dari pengertian kenakalan remaja dan teknik sosiodrama hingga pada teknik sosiodrama dalam mereduksi perilaku kenakalan remaja, tepat digunakan sebagai strategi intervensi dalam rangka memecahkan masalah mengenai kenakalan yang telah dilakukan remaja. Perilaku kenakalan remaja perlu untuk dirubah atau setidaknya direduksi melalui kegiatan layanan bimbingan. 17
10 Suatu layanan bimbingan dibuat agar tujuan bimbingan yang diberikan kepada siswa tepat sasaran dan dapat memecahkan persoalan. Oleh karena itu dapat dirumuskan beberapa karakteristik pribadi sosial remaja yang nantinya diharapkan melalui adanya bimbingan (Novia, 2010), yaitu : a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mau melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-nya. b. Mampu menerima diri dan mengembangkan potensi yang ada di dalam diri. c. Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam komitmen terhadap tugas dan kewajiban. d. Menjalin hubungan yang baik dan persahabatan dengan teman-teman. e. Mampu menolak ajakan yang tidak benar. f. Dapat menyelesaikan masalah atau konflik yang terjadi dalam diri sendiri maupun dengan teman, lingkungan sekitar secara bijaksana. g. Menghormati dan menghargai orang lain; teman, guru, orang tua serta masyarakat sekitar. h. Menerima dan menjalankan peraturan sekolah yang berlaku. i. Berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku. 2.3 Temuan Penelitian Terdahulu Adapun diadakannya penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dapat menjadi landasan agar penelitian dapat dilakukan, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Blatner (2002), Gangel (1986) dan Maier (2002) dalam (Wulandari, 2005) yaitu tentang Teknik Sosiodrama dan Konformitas yang Berlebihan. Penelitian tersebut menghasilkan bahwa dengan metode teknik sosiodrama siswa dikondisikan untuk mengambil keputusan. Keputusan tersebut diambil berdasarkan hasil analisis terhadap permasalahan yang sedang dihadapi siswa. Dalam penelitian Nurhayati (2010) dengan judul Teknik Sosiodrama Untuk Mengurangi Konformitas yang Berlebihan Pada Siswa Kelas X-8 SMA 18
11 Negeri 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2010/ Konformitas berlebihan dalam penelitian tersebut dimaksudkan merupakan salah satu bentuk perilaku kenakalan remaja dimana remaja berkompromi, mudah untuk tergiur ajakan teman seperti merokok, minum-minuman keras, narkoba, berkelahi, menonton video porno dan jenis kenakalan lainnya. Diperoleh hasil setelah diintervensi dengan teknik sosiodrama menunjuk perubahan perilaku konformitas yang berlebihan dari ratarata pre test 2, 40 pada post test menjadi 2,07. Hasil penghitungan menunjukkan skor dari t-hitung adalah 2,467 dan harga t-tabel sebesar 1,980. Karena t-hitung lebih besar dari t-tabel Ho ditolak dan Ha diterima. Secara umum konformitas terhadap kelompok teman sebaya pada siswa kelas X-8 SMA Negeri 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2010/ 2011 mengalami penurunan walaupun hanya jumlah skor dan tidak pada tingkat kategori. Kesimpulan dalam penelitian tersebut bahwa sosiodrama cukup berpengaruh dalam penurunan tingkat perilaku konformitas yang berlebihan pada siswa terhadap kelompok teman sebaya. Selain penelitian diatas juga terdapat penelitian yang dilakukan oleh Novia (2010), Judul : Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Mereduksi Kenakalan Remaja, yang disusun Berdasarkan Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian tersebut berisi tentang program-program bimbingan dan konseling pribadi sosial yang dibuat untuk mereduksi perilaku kenakalan remaja. Hasil penelitian bahwa program bimbingan dan konseling memiliki peranan penting dalam mereduksi kenakalan remaja melalui upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai perkembangan optimal. 19
12 Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, dapat menjadi landasan untuk penelitian yang akan dilakukan ini. Penelitian menyebutkan bahwa strategi intervensi dengan teknik sosiodrama memang terbukti sangat berpengaruh dalam rangka memecahkan masalah terkait kenakalan remaja. Untuk itu penelitian dengan penggunaan teknik sosiodrama untuk mereduksi perilaku kenakalan remaja perlu untuk dilakukan. 2.4 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah penelitian, kajian teori hingga pada temuan penelitian terdahulu yang telah diuraikan sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis bahwa Teknik sosiodrama dapat mereduksi secara signifikan perilaku kenakalan remaja pada siswa kelas XI SMA Theresiana Salatiga. 20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya kehidupan anak-anak remaja sekarang ini banyak mengalami perubahan. Perubahan itu meliputi cara berpikir, tata cara bertingkah laku, bergaul dan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini dunia pendidikan sedang berkembang, banyak sekolah-sekolah yang berdiri dengan kegiatan-kegiatan yang menarik untuk mendukung proses belajar siswa mereka, namun
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kenakalan Remaja 2.1.1. Pengertian Kenakalan Remaja Menurut Arif Gunawan (2011) definisi kenakalan remaja adalah : Istilah juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa dimana seorang manusia mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa peralihan ini setiap remaja meninggalkan identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Theresiana Salatiga, dengan mengambil subjek penelitian di kelas XI. Diperoleh subjek penelitian sebanyak
Lebih terperinciBAB XII PERILAKU MENYIMPANG
BAB XII PERILAKU MENYIMPANG A. Pengertian Perilaku Menyimpang Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana-mana dan kapan saja, baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Banyak faktor atau sumber yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah remaja adalah suatu masalah yang sebenarnya sangat menarik untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif yang sangat mencemaskan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan
BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial. Dalam kenyataannya, kenakalan remaja merusak nilai-nilai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja merupakan salah satu problem sosial yang sangat mengganggu keharmonisan, juga keutuhan segala nilai dan kebutuhan dasar kehidupan sosial. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah pelik yang dihadapi bangsa Indonesia dari tahun ke tahun. Lalu apa sebenarnya penyebab kenakalan remaja? Harapan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ialah menyediakan lowongan untuk menyalurkan dan memperdalam. bakat dan minat yang di miliki seseorang.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi kelangsungan hidup manusia. Karena pendidikan menunjang manusia mencapai taraf
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan lajunya perkembangan zaman di segala bidang, perubahan ke arah kemajuan bangsa semakin berkembang. Salah satu kemajuan itu tampak dalam teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rinci masa remaja dibagi ke dalam 3 tahap yaitu: usia tahun adalah masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja mempunyai arti yang khusus karena di dalam proses perkembangannya menempati fase yang tidak jelas. Remaja bukan termasuk golongan anak maupun golongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset masa depan bagi suatu bangsa. Remaja di ibaratkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan aset masa depan bagi suatu bangsa. Remaja di ibaratkan sebagai batang muda yang akan menentuka nasib negara itu sendiri. Karena remajalah yang akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa remaja adalah masa pencarian nilai-nilai hidup. Dalam situasi demikian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa yang sangat berpotensi untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan bakat dan minat, karena masa remaja adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki era globalisasi ini membawa Indonesia dalam tantangan yang berat, khususnya dalam sektor tenaga kerja. Sebab pada era globalisasi ini tenaga kerja asing bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang indah dan menyenangkan. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang indah dan menyenangkan. Menurut Monks (2001) remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang melanggar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang melanggar hukum. Kejahatan yang terjadi di masyarakat saat ini tidak seluruhnya dilakukan oleh orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja
BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. saat ini adalah Adolescense yang berasal dari kata latin yaitu Adolescentia
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Pengertian dasar dari remaja adalah pemuda, istilah yang digunakan saat ini adalah Adolescense yang berasal dari kata latin yaitu Adolescentia maksudnya
Lebih terperinciSKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan Pada Program Ekstensi Bimbingan dan Konseling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak terjadi kasus kekerasan baik fisik maupun non fisik yang melibatkan remaja sebagai pelaku ataupun korban. Kekerasan yang sering terjadi adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu, menggali serta memahami arti dan makna dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciPERAN UNITBINMAS (UNIT PEMBINAAN MASYARAKAT) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA PELAJAR. (Studi Kasus Pada Polsek Kerjo Kabupaten Karanganyar)
PERAN UNITBINMAS (UNIT PEMBINAAN MASYARAKAT) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA PELAJAR (Studi Kasus Pada Polsek Kerjo Kabupaten Karanganyar) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciKenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk. : Andri Sudjiyanto
Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk Nama Fakultas Jurusan Universitas Dosen Pembimbing : Andri Sudjiyanto : Psikologi : Psikologi : Universitas Gunadarma : Dr Eko Djuniarto,MPsi
Lebih terperinciSuka bolos, berkelahi dengan anak sini dan luar, suka minum-minum, suka merokok, pernah bantah guru
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, juvenile delinquency kian mengerikan di tengah masyarakat, padahal seorang remaja merupakan bibit pemegang kunci keberhasilan suatu negara di masa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai amanah dari Allah SWT dan fungsi sebagai generasi penerus kehidupan di masa depan. Untuk itu,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, yaitu suatu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu tahapan yang harus dilalui seorang individu untuk bergerak ke
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu tahapan yang harus dilalui seorang individu untuk bergerak ke arah masa dewasa. Seringkali pada masa remaja timbul
Lebih terperinciDESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS IX SMK NEGERI 1 MARISA. Nur Uyun Adam, Maryam Rahim, Murhima kau, ABSTRAK
1 DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS IX SMK NEGERI 1 MARISA Nur Uyun Adam, Maryam Rahim, Murhima kau, ABSTRAK Permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai mempertanyakan tentang identitas dirinya, remaja merasa sebagai seseorang yang unik, seseorang dengan perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa dimana usianya berkisar antara 12-21 tahun. Pada masa ini individu mengalami berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi memunculkan banyak masalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2009). Dalam metode penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian
Lebih terperinci2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak menuju masa dewasa. Pada masa transisi tersebut remaja berusaha untuk mengekspresikan dirinya
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi
LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya, yang berjalan antara umur 12
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang terjadi pada masa remaja mulai dari perubahan fisik, peningkatan intelegensi maupun pola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini fenomena kenakalan remaja (siswa) semakin meluas, bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah lingkaran yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa yang indah. Banyak hal yang terjadi dalam masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Suatu proses masa yang semua anak manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi manusia ke arah yang positif. Didalamnya mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA
HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : NITALIA CIPUK SULISTIARI F 100 040
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal
2.1 Kecerdasan Interpersonal BAB II KAJIAN TEORI 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada hakekatnya manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat lepas berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, psikologis, dan sosiologis. Remaja mengalami kebingungan sehingga berusaha mencari tempat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa latin juvenilis yang artinya anak-anak, anak muda, sifat khas
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kenakalan Remaja 2.1.1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah juvenile berasal dari bahasa latin juvenilis yang artinya anak-anak, anak muda,
Lebih terperinciHUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN. Ida Safitri * Sulistiyowati **
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN Ida Safitri * Sulistiyowati **.......ABSTRAK....... Konsep diri merupakan salah satu penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa. fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses perkembangan manusia dimulai dari masa anak-anak, dilanjutkan dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia, yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu periode transisi dalam rentang kehidupan manusia, yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock, 2011). Periode ini
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukanoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat
Lebih terperinciA. LatarBelakangMasalah
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Saat ini banyak kita jumpai remaja yang berperilaku ugal-ugalan dan tidak taat pada peraturan dan norma. Perilaku tersebut umum terjadi dan remaja melakukannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu mengalami perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PERILAKU DELINKUEN DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSI PENYANDANG TUNALARAS DI SLB-E BHINA PUTERA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S1 Psikologi Disusun oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan manusia yang dimulai sejak lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda terus ditingkatkan sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus berlangsung baik didalam pendidikan formal sekolah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Remaja 2.1.1. Pengertian Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa latin adolescare (kata menjadi dewasa (Hurlock, 1999). Remaja adalah suatu masa yang dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan
BAB I PENDAHULUAN Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan penelitian mulai dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Masalah kenakalan remaja merupakan salah satu bagian dari masalahmasalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Kenakalan remaja dapat dikategorikan sebagai perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan bagian dari generasi muda yang menjadi peletak dasar bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan oleh remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan
Lebih terperinciPENGGUNAAN TEKNIK SOSIODRAMA DALAM MEREDUKSI PERILAKU KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS XI SMA THERESIANA SALATIGA SKRIPSI
PENGGUNAAN TEKNIK SOSIODRAMA DALAM MEREDUKSI PERILAKU KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS XI SMA THERESIANA SALATIGA SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling untuk memenuhi sebagian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. tingkatan hak, seperti kesamaan hak.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi yang berharga bagi peradaban umat manusia, pada saat yang bersamaan pendidikan dan penalaran moral juga merupakan pilar yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
Lebih terperinci