Hubungan antara Psychological Well-being dan Kepuasan Kerja pada PNS
|
|
- Veronika Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Hubungan antara Psychological Well-being dan Kepuasan Kerja pada PNS Organisasi Pemerintahan di Yogyakarta (The Relationship Between Psychological Well-Being and Job Satisfaction Among Civil Servant in Yogyakarta) Debia Nur Epita dan Siti Dharmayati Bambang Utoyo Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara Psychological Well-being dan kepuasan kerja pada PNS Organisasi Pemerintahan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data melalui kuesioner. Pengukuran Psychological Well-being menggunakan alat ukur Ryff s Scale of Psychological Well Being dan pengukuran kepuasan kerja menggunakan Job Satisfaction Survey (Spector, 1994). Responden dalam penelitian ini berjumlah 141 PNS dari sembilan kantor pemerintahan di Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara psychological well-being dan kepuasan kerja pada PNS Organisasi Pemerintahan (r = 0.283; p = 0.001, signifikan pada L.o.S 0.05). Hasil tersebut dapat diartikan, semakin tinggi tingkat psychological well-being maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan kerja PNS Organisasi Pemerintahan di Yogyakarta. Kata kunci : Psychological Well-being; Kepuasan Kerja; PNS This research was conducted to find the correlation between psychological well-being and job satisfaction among civil servant. This research is using quantitative approach by collecting data through questionnaires. Psychological well-being was measured by instrument named Ryff s Psychological Well Being Scale, which is adopted from previous research by a research team of psychological well-being in Job satisfaction was measured by instrument named Job Satisfaction Survey (Spector, 1994). The participants of this research are 141 civil servants from nine government offices in Yogyakarta. The main result of this study show that psychological well-being positively correlated significantly with job satisfaction (r = 0.283; p = 0.001, significant at L.o.S 0.05). Intepretation from the result is, higher psychological well-being, the higher job satisfaction. Keywords: Psychological Well being; Job Satisfaction; and Civil Servant Pendahuluan Setiap organisasi menginginkan performa yang tinggi dari karyawannya. Salah satu hal yang mempengaruhi performa adalah kepuasan kerja. Kepuasan kerja adalah apa yang seseorang rasakan tentang pekerjaannya dan aspek diluar pekerjaannya, sejauh mana seseorang memandang pekerjaannya sebagai sebuah hal yang memuaskan atau tidak memuaskan (Spector, 1997, hal. 2). Selain kepuasan kerja, penelitian Cropanzano and Wright (1999) menemukan bahwa psychological well being karyawan juga berkorelasi dengan performa kerja. Psychological well being dijelaskan oleh Ryff (1995) sebagai suatu usaha 1
2 untuk mencapai kesempurnaan yang mewakili potensi diri seseorang, yang meliputi enam aspek yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, memiliki tujuan hidup, menjadi pribadi yang mandiri, mampu mengendalikan lingkungan dan terus bertumbuh secara personal. Psychological well being dan kepuasan kerja merupakan komponen yang sangat penting bagi organisasi karena keduanya dapat berpengaruh pada performa kerja karyawan. Beberapa penelitian menunjukkan keterkaitan antara psychological well being dengan kepuasan kerja (Wright & Bonnet, 2007; Yanez & Figueroa, 2011; Andini, 2008). Ketika seseorang memiliki psychological well being atau kesejahteraan yang tinggi maka hal itu juga akan terbawa pada perasaannya saat bekerja. Seseorang yang menilai lingkungan kerja sebagai lingkungan yang menarik, menyenangkan, dan penuh dengan tantangan, maka ia akan merasa bahagia dan menunjukkan kinerja yang optimal (Wright & Bonnet, 2007). Bertolak belakang dengan beberapa penelitian yang menunjukkan hubungan yang positif, hasil penelitian Ariati (2010) menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan well-being pada staf pengajar (dosen) di Lingkungan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Adanya pro kontra mengenai keterkaitan antara psychological well-being dengan kepuasan kerja tersebut membat peneliti tertarik untuk meneliti kembali hubungan antara psychological well-being dengan kepuasan kerja dengan responden PNS organisasi pemerintahan. Berdasarkan Undang Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian pada bab 1 pasal 1 dinyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah setiap warga negara RI yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. PNS memiliki peran yang sangat penting baik itu bagi pembangunan maupun sebagai penyelenggara pelayanan publik (Budiyanto, 2001). Peran yang sangat penting ini menuntut PNS untuk dapat memberikan kualitas kerja yang terbaik. Namun pada kenyataannya, kinerja PNS saat ini belum efektif dan efisien (Budiyanto, 2001). Menurut pengakuan seorang PNS di salah satu kantor pemerintah daerah di Yogyakarta, banyak terjadi kasus absenteisme atau tidak hadir untuk bekerja tanpa alasan yang jelas pada PNS. Selain itu, banyak pula PNS yang melakukan perilaku diluar pekerjaan saat jam kerja seperti chating dan menonton video. Absenteeisme ini terkait dengan kepuasan kerja yang rendah (Jex & Britt, 2008) dan psychological well-being yang rendah (Johnson, Catsouphes, Catsouphes, Smyer, & Costa, 2008) 2
3 Responden penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil di kantor pemerintahan Yogyakarta yang bekerja pada bagian sekretariat. Bagian sekretariat dipilih sebagai bentuk lanjutan penyelidikan terhadap PNS responden wawancara yang dijadikan latar belakang penelitian dan juga merupakan bagian yang pasti dimiliki oleh setiap kantor pemerintahan di Yogyakarta. Bagian sekretariat juga merupakan bagian yang pekerjanya rentan terhadap stres hal ini karena bagian sekretariat merupakan bagian yang berada pada lini terdepan berhadapan langsung dengan masyarakat dan juga tugasnya yang berkaitan dengan administrasi membutuhkan ketelitian dan kecermatan yang tinggi. Semakin tinggi tingkat stres seseorang maka hal ini akan berpengaruh pada rendahnya psychological well-being (Malek, Mearns, & Flin 2010). Adanya pro kontra mengenai hubungan psychological well-being dengan kepuasan kerja, serta adanya kasus absenteeism pada PNS organisasi pemerintahan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara psychological well-being dengan kepuasan kerja pada PNS organisasi pemerintahan di Yogyakarta. Alasan lain adalah masih belum adanya penelitian korelasi kedua variabel ini di Indonesia dengan sampel Pegawai Negeri Sipil. Tinjauan Teoritis Psychological Well-Being Ryff (1989) menjelaskan psychological well-being sebagai suatu usaha untuk mencapai kesempurnaan yang mewakili potensi diri seseorang yang digambarkan melalui enam dimensi. Dimensi tersebut meliputi penerimaan diri (self acceptance), hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others), memiliki tujuan hidup (purpose in life), mandiri (autonomy), mampu mengendalikan lingkungan (environmental mastery), dan tumbuh secara personal (personal growth). Berikut penjelasan setiap dimensinya (Ryff, 1989). Pertama, penerimaan diri (self acceptance) dimana seseorang menerima semua aspek dirinya baik itu kelebihan maupun kekurangannya dan penerimaan terhadap masa lalunya. Kedua, hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others). Dimensi ini dilihat sebagai kemampuan untuk mencintai dipandang sebagai komponen utama pada kesehatan mental. Ketiga, kemandirian (autonomy) yaitu orang yang memiliki evaluasi locus of control internal, dimana seseorang tidak mencari persetujuan orang lain, namun mengevaluasi diri dengan standar pribadi atau nilai-nilai yang dimiliki. Keempat, penguasaan lingkungan (environmental mastery) yang dijelaskan sebagai kemampuan untuk memilih atau 3
4 menciptakan lingkungan yang cocok untuknya atau kondisi psikisnya. Partisipasi aktif dan penguasaan lingkungan merupakan hal yang penting sebagai bahan dari suatu kerangka terpadu pada fungsi positif psikologis. Kelima, tujuan hidup (purpose in live) yaitu kematangan seseorang yang ditekankan pada pengertian yang jelas dalam tujuan hidup dan kemampuan yang terarah dan intensif. Terakhir, pertumbuhan pribadi (personal growth) dimana individu harus terus berkembang, mengembangkan potensinya untuk terus tumbuh dan maju. Berdasarkan penelitian selanjutnya, ditemukan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi psychological well-being seseorang. Pertama, usia mengalami penurunan dari dewasa muda ke dewasa madya dan mengalami kenaikan pada dewasa lanjut, pola ini disebut U-shaped (Blanchflower & Oswald, 2008). Kedua, jenis kelamin jika dilihat secara keseluruhan, laki-laki menunjukkan tingkat well-being yang lebih tinggi dibandingkan wanita (Clark & Oswald; Clark, dkk.; & Theodossion, dalam Shields & Price, 2001). Ketiga, budaya yaitu pada nilai individualistik dan kolektivistik akan berdampak pada psychological wellbeing (Ryff dan Singer, 1996). Keempat, tingkat sosial dan ekonomi juga turut mempengaruhi psychological well-being seseorang (Ryff & Singer, 2008; Ryan & Deci, 2001). Kelima, status pendidikan dan pekerjaan yang tinggi akan meningkatkan psychological well-being. Keenam, dukungan sosial yang memiliki hubungan signifikan dengan kondisi well-being (Love, Irani, Standing, dan Themistocleous, 2007). Faktor yang berpengaruh lainnya adalah kesehatan fisik (Shields & Price, 2005), kepribadian (Schmutte & Ryff, 1997), pengalaman hidup (Ryff, 1989). Kepuasan Kerja Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan dari Spector (1997). Spector mendefinisikan kepuasan kerja sebagai A global feeling about the job or as a related constellation of attitudes about various aspects or facets of the job. (Spector, 1997, hal. 2) Dari penjelasan tersebut, kepuasan kerja diartikan sebagai keseluruhan perasaan mengenai pekerjaan atau sikap tentang berbagai aspek dari pekerjaan. Kepuasan kerja terdiri dari sembilan aspek yaitu: gaji, kesempatan promosi, adanya supervisi dari atasan, fringe benefit, contingent reward, prosedur dalam pekerjaan, rekan kerja, sifat pekerjaan, dan komunikasi (Spector, 1997). Spector (2000) merangkum dua faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja, faktor lingkungan dan faktor personal. Faktor lingkungan mencakup karakteristik pekerjaan, 4
5 ambiguitas peran, konflik peran, work-family conflict, jadwal kerja, dan gaji. Faktor personal terbagi menjadi empat hal yaitu: kepribadian pekerja, locus of control, gender, dan usia. Hubungan antara Psychological well-being dan Kepuasan kerja Kepuasan kerja terkait erat dengan psychological well-being karyawan (Klassen, Usher & Bong dalam Wright &.Cropanzano, 2000). Beberapa penelitian menunjukkan hubungan yang positif antara kepuasan kerja dengan psychological well being (Wright & Bonnet, 2007; Yanez & Figueroa, 2011; Andini, 2008). Menuurt Judge dan Locke (dalam Wright & Cropanzano, 2000) well being yang dirasakan oleh individu mempengaruhi pekerja dalam mengumpulkan dan merecall informasi tentang pekerjaan. Individu yang bahagia cenderung menyimpan, mengevaluasi, dan merecall informasi dengan cara yang berbeda dibanding dengan individu yang tidak bahagia. Selain itu, seseorang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bekerja, akan sangat tidak mungkin bila perasaan saat bekerja tidak berpengaruh pada psychological well being dalam dirinya (Yanez & Figueroa, 2011). Di Indonesia sendiri, penelitian mengenai hubungan positif antara psychological wellbeing dengan kepuasan kerja pernah dilakukan oleh Andini (2008) pada petugas lapangan Suku Dinas Kebersihan Kec. Kalideres Jakarta Barat. Metode Penelitian Variabel pertama penelitian ini psychological well being dan variabel kedua adalah kepuasan kerja. Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah individu yang bekerja sebagai PNS organisasi pemerintahan di Yogyakarta, berusia tahun, bekerja pada bagian sekretariat di kantor pemerintahan, dan pendidikan minimal SMA. Pengambilan data dilakukan satu kali selama bulan Desember 2012 di sembilan kantor pemerintahan Yogyakarta dengan teknik accidental sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 141 orang dari populasi PNS organisasi pemerintahan di Yogyakarta. Hipotesis Penelitian Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara psychological well being dengan kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil organisasi pemerintahan di Yogyakarta. H0: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara psychological well being dengan kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil organisasi pemerintahan di Yogyakarta. 5
6 Alat Ukur Penelitian ini menggunakan dua alat ukur yaitu i) Ryff s Scale of Psychological Well- Being (RSPWB) oleh Ryff (1989) dan sudah diadaptasi oleh peneliti kelompok payung skripsi psychological well-being tahun 2012 dengan reliabilitas koefisien alpha sebesar dan validitas lebih besar dari 0.2. Alat ukur ini terdiri dari 18 item dengan respon jawaban 6 point Likert Scale. Norma dilihat dari mean skor total, yaitu individu yang memiliki skor diatas 84 maka psychological well-being tinggi, sebaliknya skor dibawah 84 berarti rendah. ii) Job Satisfaction Survey (JSS) yang dibuat oleh Spector (1994) dan sudah diadaptasi oleh Prayogo pada tahun 2012 dengan reliabilitas koefisien alfa dan validitas berkisar dari 0,172 0,794. Alat ukur ini memiliki 36 item dengan respon jawaban 6 point Likert Scale. Norma yang digunakan bersal dari Spector (2007) dengan pembagian skor berarti puas, berarti ambivalen, dan berarti tidak puas. Prosedur Pengambilan data dilakukan satu kali selama bulan Desember 2012 di sembilan kantor pemerintahan Yogyakarta. Peneliti mendatangi kantor pemerintahan dan menitipkan kuesioner pada staf bagian sekretariat lalu beberapa hari kemudian peneliti mengambil kuesioner yang telah diisi. Data penelitian yang didapat diolah melalui sistem SPSS dengan teknik analisis statistika deskriptif, independent sample t-test, One way ANOVA, dan korelasi pearson. Hasil Penelitian Dari 141 responden, 47,5% responden adalah laki-laki (n=67) dan 52,5% perempuan (n=74). Rentang usia responden dari 24 tahun sampai 56 tahun yang terbagi menjadi dewasa muda (23%) dan dewasa madya (73%). Responden yang menikah memiliki jumlah yang paling banyak 86,5 %. Responden sebagian besar memiliki pendidikan SMA keatas (61,7%). 63,8% responden sudah bekerja di kantor tersebut selama kurang dari 5 tahun, 9,2 % selama 6 sampai 10 tahun dan 27% lebih dari 10 tahun. 68,1 % responden memiliki rata-rata jam kerja 8 jam sehari. Hasil teknik korelasi Pearson diperoleh nilai koefisien korelasi r antara psychological well being dan kepuasan kerja sebesar 0,283 dengan level signifikansi 0,001 yang berarti signifikan pada level of significance 0,05. Dengan adanya nilai korelasi yang signifikan ini membuat hipotesis null ditolak dan hipotesis alternatif diterima sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara psychological well being dan kepuasan kerja pada PNS organisasi pemerintahan di Yogyakarta. Semakin tinggi nilai 6
7 psychological well being maka semakin tinggi pula kepuasan kerja. Sebaliknya, semakin rendah psychological well being, semakin rendah kepuasan kerjanya. Nilai mean dari psychological well being adalah 83,68 (SD = 7,819) dengan nilai minimum 51 dan nilai maksimum sebesar 97. Responden penelitian ini memiliki psychological well being tinggi yaitu 75 orang (53,2 %). Dari perhitungan perbedaan mean tiap dimensi diperoleh hasil mean skor dimensi yang paling tinggi adalah personal growth yaitu sebesar Sebaliknya, dimensi yang terendah adalah dimensi autonomy yaitu sebesar Nilai mean dari kepuasan kerja penelitian ini adalah 154,59 (SD = 18,465) dengan nilai minimum 102 dan nilai maksimum sebesar 198. Sebagian besar responden penelitian memiliki tingkat kepuasan kerja yang berada pada tingkat puas yaitu 106 orang (75,2%). mean skor dimensi yang paling tinggi adalah dimensi rekan kerja yaitu sebesar Dimensi yang terendah adalah dimensi fringe benefit yaitu sebesar Hasil teknik uji Independent T-test dengan membandingkan mean skor psychological well being berdasarkan data demografis, yaitu jenis kelamin, usia, status dan pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Perbedaan Mean Skor Psychological Well Being berdasarkan data demografis Data Responden Frekuensi Mean Signifikansi Keterangan Jenis Kelamin Laki-laki t = Tidak Perempuan p =.726 Signifikan Usia t = Signifikan p =.000 Status Menikah t = Tidak Belum Menikah p =.440 Signifikan Pendidikan terakhir SMA t = Tidak SMA keatas p =.085 Signifikan Selanjutnya, hasil perbedaan mean skor kepuasan kerja berdasarkan jenis kelamin, usia, lama kerja, golongan dan pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel 2. 7
8 Tabel 2. Perbedaan Mean Skor Kepuasan Kerja berdasarkan data demografis Data Responden Frekuensi Mean Signifikansi Keterangan Jenis Kelamin Laki-laki t =.594 Tidak Perempuan p =.554 signifikan Usia t =.005 Tidak p =.996 signifikan Lama Kerja F =.670 Tidak p =.514 Signifikan > Pendidikan terakhir SMA t = Tidak SMA keatas p =.132 Signifikan Golongan II F = Tidak III P =.174 Signifikan IV Diskusi Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wright dan Bonnet (2007), Yanez dan Figueora (2011), dan Andini (2008) bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara psychological well being dan kepuasan kerja sehingga semakin tinggi psychological well being responden maka semakin tinggi pula kepuasan kerjanya. Penelitian ini dilatarbelakangi adanya fenomena absenteism pada PNS di Yogyakarta sehingga diduga psychological well-being dan kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil di Yogyakarta rendah karena adanya perilaku negatif tersebut. Namun, ternyata psychological well-being dan kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil di Yogyakarta tergolong tinggi. Hal ini dapat dijelaskan dengan beberapa alasan. Pertama, peneliti tidak mengukur absenteeism sehingga tidak diketahui apakah semua responden penelitian melakukan absenteeism ini atau tidak. Kedua, absenteeism dan perilaku diluar dari pekerjaan ini dilakukan karena mereka sering kali tidak memiliki tugas untuk dikerjakan dan mereka menyenangi pekerjaan mereka karena PNS dinilai sebagai pekerjaan yang aman dari resiko, (Komunikasi pribadi, 14 Februari 2013). Ketiga, fenomena ini mungkin terjadi karena buruknya sistem dan budaya kerja yang ada di lingkungan kerja organisasi pemerintahan di Indonesia. Sistem reward dan punishment tidak diberlakukan dengan baik akibatnya disiplin kerja dari PNS rendah dan nantinya berdampak pada performa kerja yang rendah pula. 8
9 Psychological well-being Pegawai Negeri Sipil di Yogyakarta yang tinggi salah satunya penyebabnya adalah adanya dukungan sosial dari keluarga mereka terhadap pekerjaan ini. Hal ini karena salah satu penentu tingginya tingkat psychological well-being adalah adanya dukungan sosial (Love, Irani, Standing, & Themistocleous, 2007; Sarafino, 1990; Daniels & Guppy, 1997). Berdasarkan jenis kelamin, hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Hasil ini bertentangan dengan penelitian Clark dkk (dalam Shields & Price, 2005) bahwa tingkat psychological well-being laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Meskipun demikian, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Creed dan Watson (2003) serta Creed dan Macintyre (2001). Selain itu, beberapa penelitian mengenai pebedaan psychological well-being antara laki-laki dan perempuan memang menghasilkan temuan yang saling bertentangan (Ryff & Singer, 1996; Roothman, Kirsten & Wissing, 2003). Penelitian ini juga menemukan tidak ada perbedaan mean yang signifikan pada tingkat pendidikan PNS di Yogyakarta. Hasil ini bertentangan dengan temuan Ryff dan Singer (2008). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh proporsi jumlah yang tidak sebanding pada tiap kelompok tingkat pendidikan responden. Penelitian ini menemukan bahwa mean skor psychoogical well-being responden usia dewasa muda lebih tinggi daripada responden usia dewasa madya dan perbedaannya signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian Blanchflower dan Oswald (2008) bahwa psychoogical well being berbentuk U-shaped dengan usia yaitu penurunan terjadi pada usia dewasa madya dan mengalami kenaikan pada dewasa lanjut. Hal ini terjadi karena orang dewasa madya memiliki pengalaman stres yang lebih banyak daripada dewasa muda (Chang, D Zurilla, dan Sanna, 2007) yang berasal dari transisi karier, anak yang sudah besar dan siap meninggalkan rumah, dan negosiasi ulang hubungan keluarga (Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Stres ini dapat mengakibatkan psychological well-being menurun pada dewasa madya. Selanjutnya, tidak ada perbedaan psychological well-being yang signifikan antara responden yang menikah dan belum menikah. Hasil penelitian ini bertentangan dengan pendapat Glenn dan Weaver (dalam Shapiro & Keyes, 2008). Meskipun demikian, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Shapiro dan Keyes (2008) bahwa secara keseluruhan tidak ada bukti perbedaan kesejahteraan antara orang yang menikah dan melajang. Selain itu, Gove, Hughes, & Style (1983) juga menyatakan bahwa yang mempengaruhi well being seseorang bukan status pernikahannya melainkan kualitas dari pernikahan individu tersebut. 9
10 Dalam penelitian ini skor mean paling tinggi terletak pada dimensi personal growth. Hal ini mungkin karena banyaknya kesempatan dan dukungan dari pemerintah untuk pengembangan diri PNS baik melalui pendidikan formal seperti penyediaan beasiswa untuk mengikuti studi yang lebih tinggi maupun berupa kursus-kursus, atau secara kelembagaan dengan mengadakan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). Hal ini pun berdampak pada keinginan pribadi sebagai PNS Organisasi Pemerintahan untuk mengembangkan dirinya melalui berbagai kegiatan positif. Nilai mean skor dimensi autonomy paling rendah dibandingkan dimensi lainnya. Hal ini dapat terjadi karena PNS identik dengan sisitem birokrasi yang rumit, sehingga bawahan tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya secara langsung pada pimpinan. Selain itu, dengan mayoritas responden yang berasal dari suku Jawa, hal ini secara tidak langsung juga turut mempengaruhi rendahnya autonomy. Menurut Frinaldi dan Embi (2011) PNS yang bersuku Jawa cenderung mengikuti prosedural yang ketat dan kaku atau menunggu arahan pimpinan (paternalistik) dalam budaya kerjanya sehingga kurang berani dalam menyampaikan pendapat dan melakukan inovasi dalam kinerjanya, Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tingkat kepuasan kerja responden adalah puas. Tingginya tingkat kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil di Yogyakarta salahsatunya karena PNS merupakan pekerjaan yang aman dari ancaman PHK, selain itu juga adanya beberapa fasilitas dan tunjangan yang diterima PNS (Komunikasi pribadi, 14 Februari 2013). Hasil dari analisis tambahan selanjutnya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara responden laki-laki dan perempuan. Dalam penelitian ini, responden laki-laki dan perempuan memiliki skor total rata-rata kepuasan kerja yang hampir sama. Walaupun demikian, skor rata-rata kepuasan PNS perempuan lebih besar dibandingkan dengan PNS laki-laki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Greenhaus, Pasuraman dan Wormley (dalam Spector, 1997) bahwa perdebatan kerpuasan kerja antara pria dan wanita memang ada, tetapi sangat sedikit dan tidak terlalu penting. Menurutnya, perbedaan yang muncul lebih disebabkan karena adanya perlakuan yang berbeda yang diterima oleh pria dan wanita dalam pekerjaan. Misalnya, pada umumnya kesempatan promosi pada wanita lebih kecil. Franek dan Vecera (2008) serta Ghazzawi (2008) juga menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dilihat dari kepuasan kerja mereka. Hasil tambahan selanjutnya tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara usia dengan kepuasan kerja PNS. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Franek & Vecera (2008). Perbedaan ini mungkin disebabkan penyebaran jumlah responden dalam tiap tingkatan usia yang tidak merata. Walaupun demikian, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil 10
11 penelitian Greenberg dan Baron (2003) bahwa tingkat kepuasan kerja ditemukan tidak meningkat sejalan dengan fase usia. Selanjutnya, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara lama bekerja dengan kepuasan kerja PNS di Yogyakarta. Hal ini bertentangan dengan penelitian Greenberg dan Baron (2003), bahwa kepuasan kerja lebih banyak dialami oleh orang yang telah bekerja lebih lama. Perbedaan ini dapat didasarkan oleh beberapa alasan, adanya faktor-faktor lain seperti hubungan dengan rekan kerja, hubungan dengan pimpinan yang berbeda antara satu sama lain yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini. Selain itu, perbedaan proporsi jumlah responden tiap kategori yang tidak seimbang juga turut menjadi faktor penyebab perbedaan hasil penelitian ini dengan teori yang ada. Selanjutnya, tingkat pendidikan dengan kepuasan kerja PNS menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Schultz (dalam Spector, 1997) bahwa individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi mengalami kepuasan kerja yang lebih besar. Meskipun demikian, hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Quinn dan Mandilovitch (1975) bahwa terdapat hubungan yang sangat rendah antara pendidikan dan kepuasan kerja. Kemudian untuk hasil perbedaan mean antara kepuasan kerja dengan golongan PNS tidak ditemukan perbedaan yang signifikan. Golongan PNS membedakan PNS atas gaji yang mereka terima. Oleh karena itu, dapat dikatakan perbedaan besar gaji tidak memberikan perbedaan signifikan pada tingkat kepuasan kerja PNS. Hasil ini sejalan dengan beberapa penelitian yang menyatakan bahwa gaji dan kepuasan kerja memiliki nilai korelasi yang kecil (Spector, 1997). Dari hasil perbedaan mean skor masing-masing dimensi kepuasan kerja, skor mean paling tinggi terletak pada dimensi rekan kerja. Peneliti berasumsi bahwa tingginya mean skor rekan kerja pada PNS Organisasi Pemerintahan dapat disebabkan budaya Jawa yang melekat pada diri PNS. Budaya Jawa identik dengan budaya kolektivis, budaya gotong royong, dan kekeluargaan yang dijunjung tinggi sehingga berpengaruh pada interaksi dengan rekan kerja yang berjalan dengan cukup baik. Selain itu dari hasil observasi peneliti, ruang kantor PNS Yogyakarta terdiri dari meja-meja yang saling berhadapan dan tidak bersekat. Hal ini menyebabkan para PNS dengan leluasa dapat saling berinteraksi tanpa harus beranjak dari tempat duduknya sehingga meningkatkan interaksi yang terjalin sesama rekan kerja. Nilai mean dimensi fringe benefit paling rendah dibandingkan dimensi lainnya. Hal ini dapat terjadi karena tunjangan yang diterima PNS di Yogyakarta jauh lebih kecil dari pada tunjangan yang diterima oleh PNS pusat. Tunjangan PNS Pusat bisa tiga kali lebih banyak 11
12 jumlahnya daripada PNS daerah. Selain itu tunjangan yang diperoleh tidak didasarkan tingginya performa kerja yang ditampilkan, sehingga pekerja yang performa buruk dan pekerja yang performanya baik mendapat tunjangan yang sama. Hal inilah yang salah satunya menyebabkan para PNS tidak terlalu puas dengan tunjangan yang diterimanya. Terakhir dari hasil perhitungan perbedaan mean usia, pada psychological well-being diperoleh hasil yang signifikan, sedangkan pada kepuasan kerja diperoleh hasil yang tidak signifikan. Hal ini karena adanya faktor-faktor diluar pekerjaan yang turut mempengaruhi psychological well-being dari individu sendiri. Psychological well-being menggambarkan kesejahteraan individu secara luas tidak hanya dari sisi pekerjaan. Ketika individu berada di usia dewasa madya ia memiliki tekanan dari masalah keluarga, anak, dan juga munculnya penyakit yang menurunkan psychological well-being. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara psychological well being dan kepuasan kerja pada PNS organisasi pemerintahan di Yogyakarta. Artinya, semakin tinggi psychological well being seorang PNS, maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan kerjanya. Secara umum, tingkat psychological well being yang dimiliki responden penelitian ini cenderung tinggi, demikian pula kepuasan kerja responden. Selanjutnya hasil perhitungan perbedaan mean skor psychological well being pada data demografis menunjukkan perbedaan mean yang signifikan pada data demografis usia responden penelitian yang dikaitkan dengan psychological well being pada PNS. Sebaliknya data demografis jenis kelamin, pendidikan terakhir dan status tidak memiliki perbedaan mean yang signifikan. Jika dilihat dari kepuasan kerja responden, tidak terdapat perbedaan mean yang signifikan pada data demografis usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama kerja, dan golongan PNS responden penelitian yang dikaitkan dengan kepuasan kerja pada PNS. Saran Saran Teoritis 1. Memperkaya penelitian-penelitian mengenai psychological well-being dan kepuasan kerja pada PNS organisasi pemerintahan dan menyadari manfaat dari mengetahui tingkat psychological well-being dan kepuasan kerja PNS sehingga kinerja PNS organisasi pemerintahan dapat meningkat dan berdampak pada pembangunan bangsa. 12
13 2. Menggunakan metode kualitatif agar setiap dimensi dalam psychological well-being dan kepuasan kerja dapat lebih tergali. 3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memilih metode yang lebih efektif dibandingkan penelitian ini sehingga jumlah data yang diperoleh bisa lebih banyak dan lebih memenuhi target. 4. Jumlah responden penelitian selanjutnya diperbanyak dan tidak terbatas hanya pada PNS di sembilan kantor pemerintahan sehingga hasil yang didapatkan lebih representatif. 5. Penelitian selanjutnya sebaiknya mengukur juga workplace well being, sehingga meningkatkan pemahaman dan memperkuat gambaran yang lebih jelas mengenai kesejahteraan pada PNS Organisasi Pemerintahan di Yogyakarta. Saran Praktis a. Dinas Kepegawaian Daerah DIY mencari tahu mengenai penyebab absenteeism dan melakukan intervensi dalam lingkungan kerja mereka untuk membantu PNS meningkatkan kesejahteraan psikologis dan kepuasan kerja. b. Penelitian ini telah memberikan informasi mengenai kaitan antara psychological wellbeing dengan kepuasan kerja, sehingga dapat dikembangkan usaha-usaha untuk meningkatkan psychological well-being sehingga kepuasan kerja PNS juga dapat meningkat. c. Untuk pihak kantor, dapat meningkatkan pengawasan kedisiplinan kerja PNS dan dengan melakukan sistem reward dan punishment secara tegas. Daftar Pustaka Andini, L. (2008). Hubungan Antara Psychological Well-Being dengan Kepuasan Kerja Pada Petugas Lapangan Suku Dinas Kebersihan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat (Skripsi). Universitas Persada Indonesia Y.A.I., Jakarta. Ariati, J. (2010). Subjective Well-Being (Kesejahteraan Subjektif) Dan Kepuasan Kerja Pada Staf Pengajar (Dosen) di Lingkungan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Undip, 8,2. Diunduh dari Budiyanto, M.N. (2001). Profil Pegawai Negeri Sipil Menuju Indonesia Baru. Volume II (1). Diunduh dari pada 1 Maret Blanchflower, D. G. dan Oswald, A. J. (2008). Is well-being U-shaped over the life cycle?. Social Science & Medicine, 66(8), doi: /j.socscimed
14 Chang, E. C., D'zurilla, T. J., Sanna, L. J. (2009). Social problem solving as a mediator of the link between stress and psychological well-being in middle-adulthood. Cognitive Therapy and Research, 33 (1), doi: /s Creed, P. A., & Macintyre, S. R. (2001). The relative effects of deprivation of the latent and manifest benefits of employment on the wellbeing of unemployed people. Journal of Occupational Health Psychology, 6 (4), Diunduh dari Creed, P. A., & Watson, T. (2003). Age, gender, psychological well-being and the impact of losing the latent and manifest benefits of employment in unemployed people. Australian Journal of Psychology, 55(2), doi: / Cropanzano, R. and Wright, T.A. (1999). A 5- year study of change in the relationship between well- being and performance. Consulting Psychology Journal: Practice and Research, 51, Daniels, K., & Guppy, A. (1997). Stressor, locus of control, and social support as consequences of affective psychological well-being. Journal of Occupational Health Psychology, 2 (2), , doi: I /97/S3.00 Franek, M. & Vecera, J. (2008). Personal Characteristics and Job Satisfaction. E+M Ekonomie a Management, 4, Diunduh dari Frinaldi, A. & Embi, M.A. (2011). Pengaruh Budaya Kerja Etnik Terhadap Budaya Kerja Keberanian dan Kearifan PNS dalam Pelayanan Publik yang prima (Studi pada Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat). Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah LAB-ANE. Diunduh dari ejurnal.fisip-untirta.ac.id pada 27 Mei Ghazzawi, I. (2011). Does Age Matter in Job Satisfaction? the Case of U.S. Information Technology Professionals. Journal of Organizational Culture, Communications and Conflict, 15, 1. Gove, W. R., Hughes, M., & Style, C. B. (1983). Does marriage have positive effects on the psychological well-being of the individual?. Journal of Health and Social Behavior, 24(2), Diunduh dari Greenberg, J. & Baron, R.A. (2003). Behavior in organization (8 th ed). Singapore: Allyn & Bacon. Jex, S. M. & Britt, T. W. (2008). Organizational Psychology. A Scientist Practitioner Approach (2nd ed.). New Jersey : John Wiley & Sons, Inc. 14
15 Johnson, J. K. M., Catsouphes, M. P., Catsouphes, E., Smyer, M., & Costa, C. M. (2008, February). Quality of Employment and Life Satisfaction: A Relationship that Matters for Older Workers. Issue Brief 13. Chestnut Hill, MA: The Center on Aging and Work/Workplace Flexbility. Diunduh dari pada 15 Februari Judge, T. A., & Locke, E. A. (1993). Effect of dysfunctional thought processes on subjective well-being and job satisfaction. Journal of Applied Psychology. doi: / Love, P. E. D., Irani, Z., Standing, G., & Themistocleous, M. (2007). Influence of job demands, job control and social support on information systems professionals psychological well-being. International Journal of Manpower, 28(6), doi: / Malek, M. D. A., Mearns, K., & Flin, R. (2010). Stress and psychological well-being in UK and Malaysian fire fighters. An International Journal Vol. 17(1), doi: / Papalia, D. E., Olds, S. W, & Feldman, R. D. (2009). Human development 11 th Edition. New York: McGraw-Hill. Quinn, R. P., & Mandilovitch, M. S. B. (1975). Education and job satisfaction: a questionable payoff. Ann Arbor: University of Michigan Survey Research Center. Roothman, B., Kirsten, D., Wissing, M. (2003). Gender differences in aspects of psychological well-being. South African Journal of Psychology, 33(4), Diunduh dari Ryan, R. M.. & Deci, E. L. (2001). On happiness and human potentials: A review of research on hedonic and eudaimonic well-being. Annual Review of Psychology 52, Diunduh dari Ryff, C.D. (1989). Happiness is everything, or is it? Explorations on the meanings of psychological well being. Journal of Personality and Psychology, 57, doi: /89/SOO. 75 Ryff, C.D. & Singer, B. H. (1996). Psychological well-being: Meaning, Measurement, and implication for psychotherapy research. Psychother Psychosom, 65: Diunduh dari Ryff, C.D. & Singer, B. H. (2008). Know thyself and become what you are: A eudaimonic approach to psychological well-being. Journal of Happiness Studies, 9: doi: /s
16 Ryff, C.D. (1995). Psychological well-being in adult life. Current Directions in Psychological Science, 4, Diunduh dari Schmutte, P.S. & Ryff, C.D. (1997). Personality and well-being: Reexamining methods and meanings. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 73(3), Diunduh dari Shapiro, A., & Keyes, C. L. M. (2008). Marital status and social well-being: Are the married always better off?. Social Indicator Research, 88, doi: /s Shields, M. A. & Price, S. W. (2005). Exploring the economic and social determinants of psychological and psychosocial health. Discussion Paper No Diunduh dari pada 20 Januari Spector, P. E. (1997). Job Satisfaction: Application, Assesment, Causes, and Consequences. London: Sage Publication, Inc. Spector, P. E. (2000). Industrial & Organizational Psychology: Research and Practice second edition. New York: John Wiley & Sons, Inc. Spector, P. E. (2007). Interpreting Satisfaction Scores with the Job Satisfaction Survey. Diunduh dari pada 23 Mei Undang Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Diunduh dari pada 10 Februari Wright, T. A. & Cropanzano, R. (2000). Psychological Well-being and Job Satisfaction as Predictors of Job Performance. Journal of Occupational Health Psychology, 5 (1), doi: // Wright, T.A. & Bonnet, D.G. (2007). Job Satisfaction and Psychological Well-Being as Nonaddictive Predictors of Workplace Turnover. Journal of Management, 33, Diunduh dari Yanez, C.B. & Figueroa, A.J. (2011). Psychological Well-being, Perceived Organizational Support and Job Satisfaction Amongst Chilean Prison Employees. Rev Esp Sanid Penit, 13(3), doi: /S
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara psychological well being
Lebih terperinciHubungan Antara Psychological Well Being (Kesejahteraan Psikologi) dengan Kepuasan Kerja pada PNS Dinas Sosial Provinsi Lampung
Hubungan Antara Psychological Well Being (Kesejahteraan Psikologi) dengan Kepuasan Kerja pada PNS Dinas Sosial Provinsi Lampung Aden Rahmat Afrianto, Binsar Siregar, Insan Firdaus Fakultas Psikologi, Universitas
Lebih terperinciPSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN
Lebih terperinciPerbedaan Psychological Well-Being pada Guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Bangka
Perbedaan Psychological Well-Being pada Guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Bangka (The Difference of Psychological Well-Being among Senior High School and Vocational
Lebih terperinciGAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA
GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA INDIENA SARASWATI ABSTRAK Studi yang menggunakan teori kebahagiaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pegawai negeri sipil merupakan salah satu organ penting bagi eksistensi suatu negara, keberadaan pegawai negeri sipil selain sebagai dari eksekutif juga
Lebih terperinciBAB V ANALISA DATA DAN INTERPRETASI
BAB V ANALISA DATA DAN INTERPRETASI Analisa data dan interpretasi didasarkan pada hasil perhitungan skor-skor subyek pada skala adaptasi WLCS dan skala adaptasi JSS. Hasil perhitungan tersebut akan menggambarkan
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode-metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu masalah penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel, populasi dan
Lebih terperinciPsychological Well-Being Pada Petugas Pemadam Kebakaran di Jakarta (Psychological Well-Being of Firefighters in Jakarta)
Psychological Well-Being Pada Petugas Pemadam Kebakaran di Jakarta (Psychological Well-Being of Firefighters in Jakarta) Hellen Citra Dewi dan Siti Dharmayati Bambang Utoyo Fakultas Psikologi, Universitas
Lebih terperinciHARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN
HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Andri 1 Lieke E.M. Waluyo 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat 2 andric@minamas.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh setiap individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang, mengisi
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN Pada bab ketiga ini akan dijelaskan mengenai permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, subjek penelitian, tipe dan desain penelitian, alat ukur yang digunakan dan prosedur pelaksanaan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.
BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang
Lebih terperinciFitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KONFLIK PERAN PEKERJAAN-KELUARGA DAN FASE PERKEMBANGAN DEWASA PADA PERAWAT WANITA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROYO MAGELANG Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui psychological well-being pada pasien HIV positif (usia 20-34 tahun) di RS X Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Psychological Well-Being 2. Variabel tergantung : Komitmen Organisasional B. Definisi Operasional 1. Komitmen Organisasional
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian & Definisi Operasional Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan diuji adalah: 1. Variable (X): Materialisme
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Aamodt, M. G. (2010). Industrial/Organizational Psychology (6th ed.). US:
DAFTAR PUSTAKA Aamodt, M. G. (2010). Industrial/Organizational Psychology (6th ed.). US: Wadsworth Cengage Learning. Arishanti, K. I. (2007). Budaya Organisasi, Komitmen Organisasional, dan Kepuasan Kerja
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
Lebih terperinciiv Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Psychological Well-Being pada pensiunan bank X di Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode Accidental Sampling dan didapatkan sampel berjumlah
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab 5 ini, akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan diskusi dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Kemudian, saran-saran juga akan dikemukakan untuk perkembangan
Lebih terperinciPerbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship
Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Sania Faradita ABSTRACT The purpose of this study, is to know the
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing
67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing pada mahasiswa Fakultas Psikologi Unversitas X di kota Bandung, maka diperoleh kesimpulan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian, akan dibahas mengenai variabel penelitian, masalah penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan data, alat ukur yang digunakan, prosedur
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN DISKUSI. Pada penelitian ini, responden berjumlah 396 responden terdiri dari ibu
56 BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN DISKUSI 4.1 Gambaran Responden Pada penelitian ini, responden berjumlah 396 responden terdiri dari ibu yang bekerja full time yang berdomisili di wilayah Jakarta
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh konflik pekerjaan..., Sekar Adelina Rara, FPsi UI, 2009
1 1. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manajer merupakan seseorang yang berusaha menggapai tujuan organisasi atau perusahaan dengan mengatur orang lain agar bersedia melakukan tugas yang diperlukan untuk
Lebih terperinciBayu Wirawan D.S Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN DENGAN MENGGUNAKAN JOB SATISFACTION SURVEY (JSS) : STUDI KASUS DI DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian & definisi operasional Variabel adalah sebuah karakteristik atau kondisi yang berubah atau memiliki nilai yang berbeda
Lebih terperinciHubungan Psychological Well-Being dan Work Engagement pada Karyawan yang Bekerja di Lokasi Tambang
Hubungan Psychological Well-Being dan Work Engagement pada Karyawan yang Bekerja di Lokasi Tambang Kimberly dan Siti Dharmayati Bambang Utoyo Program Studi Sarjana, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel ( X ) : Kesepian (loneliness) 2. Variabel ( Y ) : Kesehjateraan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well Being 1. Konsep Psychological Well Being Konsep psychological well being sendiri mengacu pada pengalaman dan fungsi psikologis yang optimal. Sampai saat
Lebih terperinciKesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS) 1 Hany Fakhitah, 2 Temi Damayanti Djamhoer 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung,
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci : Attachment to God, Psychological Well Being, Early Adulthood
Abstrak Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kontribusi dimensi Attachment to God terhadap dimensi Psychological Well Being. Adapun responden dalam penelitian tersebut adalah 200
Lebih terperinciSEMANGAT KERJA DITINJAU DARI KOHESIVITAS KELOMPOK KERJA PADA MITRA PEMASARAN DI KSB REGIONAL V YOGYAKARTA
SEMANGAT KERJA DITINJAU DARI KOHESIVITAS KELOMPOK KERJA PADA MITRA PEMASARAN DI KSB REGIONAL V YOGYAKARTA Flora Grace Putrianti Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta ABSTRACT
Lebih terperinciAbstrak. Universitas Kristen Maranatha
Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran Psychological Well-Being (PWB) pada pria pensiunan PNS usia 64 tahun di Bandung Utara. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori Psychological
Lebih terperinciStudi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 246-6448 Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung 1 Rahmadina Haturahim, 2 Lilim Halimah 1,2
Lebih terperinciHubungan antara Gaya Regulasi Motivasi dengan Psychological Well Being pada Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ilmu Budaya Unpad Novita Purnamasari
Hubungan antara Gaya Regulasi Motivasi dengan Psychological Well Being pada Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ilmu Budaya Unpad Novita Purnamasari Dibimbing Oleh : Dr.Ahmad Gimmy Prathama Siswandi, M.Si ABSTRAK
Lebih terperinciABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai derajat Psychological Well-Being pada tunanetra dewasa awal di Panti Sosial Bina Netra X Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode
Lebih terperinciCAREER CALLING DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA PETUGAS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS 1 SEMARANG
CAREER CALLING DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA PETUGAS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS 1 SEMARANG Amalia A. Wardani 1, Dian R. Sawitri 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto
Lebih terperinciPERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH
PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH Fransisca Iriani Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta dosenpsikologi@yahoo.com
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN IV. A. Subyek Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan mengenai karakteristik subyek, jumlah subyek, dan teknik pengambilan sampel. IV. A. 1. Karakteristik Subyek Dalam penelitian
Lebih terperinciPEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU
PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU Program Studi PG-PAUD FKIP Universitas Riau email: pakzul_n@yahoo.co.id ABSTRAK Kesejahteraan guru secara umum sangat penting diperhatikan
Lebih terperinci4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA
36 4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pembahasan dalam bagian empat ini meliputi gambaran umum partisipan, hasil penelitian, dan hasil analisis tambahan. Dalam bagian ini juga akan dijelaskan lebih lanjut
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
25 3. METODE PENELITIAN Pada bagian ketiga ini, peneliti akan menjelaskan mengenai permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel penelitian, tipe dan desain penelitian, partisipan penelitian,
Lebih terperinciRELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY
1 RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY Brian Shendy Haryanto, Sri Hartati Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro brianlagiapa@gmail.com
Lebih terperinci4. HASIL DAN ANALISIS HASIL
4. HASIL DAN ANALISIS HASIL Pada bab ini, peneliti akan menguraikan hasil yang diperolah dari penelitian. Hasil ini penelitian diperoleh berdasarkan pengolahan data kuesioner dengan menggunakan program
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA LOKUS PENGENDALIAN INTERNAL DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA GURU SMA NEGERI DI KOTA BOGOR
HUBUNGAN ANTARA LOKUS PENGENDALIAN INTERNAL DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA GURU SMA NEGERI DI KOTA BOGOR Cindy Puspita Sari, Anita Listiara FakultasPsikologi, UniversitasDiponegoro, Jl. Prof. Soedarto,
Lebih terperinciHUBUNGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA ISTRI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA
HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA ISTRI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA Nellafrisca Noviasari dan Agoes Dariyo Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara ABSTRAKSI Tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi, dari kehidupan bersama antara seorang laki-laki dan perempuan tetapi lebih dari itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang beragam dan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan manusia,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki kebutuhan yang tidak terbatas dan tidak akan pernah berhenti sampai mengalami kematian. Untuk bisa memenuhi kebutuhan yang beragam
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah
1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Jumlah perempuan yang berada dalam dunia kerja (bekerja maupun sedang secara aktif mencari pekerjaan) telah meningkat secara drastis selama abad ke-20. Khususnya,
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D Human Development (Psikologi Perkembangan Edisi Kesepuluh). Jakarta: Kencana.
DAFTAR PUSTAKA Fransiska, M. 2009. Gambaran Psychological well-being pada Pria Gay Dewasa Muda yang telah Coming-out. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Mardiah, D. 2009. Hubungan antara
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Studi tentang kesejahteraan psikologis pada karyawan dalam beberapa tahun
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Studi tentang kesejahteraan psikologis pada karyawan dalam beberapa tahun terakhir mendapat perhatian yang cukup besar. Menurut Russel (2008) kesejahteraan psikologis
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan di atas, mengenai hubungan antara contingent pay dengan konflik interpersonal karyawan sales dan marketing staff PT. General Shoe
Lebih terperinciDAFTAR ISI Dina Meyraniza Sari,2013
DAFTAR ISI Halaman Halaman Pernyataan... i Kata Pengantar... ii Hikmah... iii Ucapan Terima Kasih... iv Abstrak... vi Abstract... vii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... xi Daftar Gambar... xii Daftar Lampiran...
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Lokasi Penelitian 1. Populasi dan Sampel penelitian Sampel penelitian adalah orang tua anak tunarungu. Anak tunarungu tersebut bersekolah di kelas satu
Lebih terperinci5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Pada bab ini peneliti menjelaskan mengenai hasil penelitian yang diperoleh dan akan diuraikan ke dalam gambaran subjek, analisis data dan interpretasi hasil penelitian.
Lebih terperinciHUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA BURUH DI PT. INKOSINDO SUKSES
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA BURUH DI PT. INKOSINDO SUKSES Safitri Risky Natalia Psikologi, Jl AA No.7 Kebon Jeruk, 089604115357, safitriwiradilaga@gmail.com (Safitri Risky
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai metode penelitian yang terdiri dari subjek penelitian, metode dan desain penelitian. Selain itu, akan dijelaskan pula mengenai definisi
Lebih terperinci6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
56 6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Bab ini berisikan kesimpulan hasil penelitian, diskusi mengenai hasil penelitian, dan saran bagi penelitian di masa mendatang. 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan pendekatan
31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional dengan menggunakan teknik analisa regresi berganda ( multiple regresion).
Lebih terperinciPENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA
PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel
BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Hal ini dikarenakan peneliti lebih menekankan pada data yang dapat dihitung untuk mendapatkan penafsiran
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kesejahteraan psikologis pada pegawai outsourcing Universitas X kota Bandung. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PSYCHOLOGICAL WELL-BEING 2.1.1. Definisi Psychological Well-Being Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being. Menurut Ryff (1989), psychological well being
Lebih terperinciGAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK
GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK Dalam menjalani karirnya individu akan terus mengalami pertambahan usia sampai memasuki fase pensiun.
Lebih terperinciPSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA YANG MELAJANG SKRIPSI
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA YANG MELAJANG SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi Oleh: Myrza Salsabilla 08810294
Lebih terperinci6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab 6 ini, peneliti memaparkan kesimpulan hasil penelitian dan saran untuk penelitian yang mungkin akan dilakukan selanjutnya. 6.1. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh
Lebih terperinciSUBJECTIVE WELL-BEING (KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF) DAN KEPUASAN KERJA PADA STAF PENGAJAR (DOSEN) DI LINGKUNGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO
SUBJECTIVE WELL-BEING (KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF) DAN KEPUASAN KERJA PADA STAF PENGAJAR (DOSEN) DI LINGKUNGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO Jati Ariati Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan masing-masing dimensi pada psychological
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian. 4.1
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN INTERPRETASI
48 BAB 4 HASIL DAN INTERPRETASI 4.1 Gambaran Partisipan penelitian berdasarkan data partisipan Dalam bab 4 ini akan dipaparkan gambaran demografis partisipan, gambaran tingkat konflik kerja-keluarga dan
Lebih terperinciHubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet
Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet SKRIPSI Oleh : Bayhaqqi 201210515003 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tindakan kriminalitas merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu hukuman yang akan diberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia memerlukan norma atau
Lebih terperinciDUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Dian Lati Utami, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada masa dewasa awal. Pada masa ini, mahasiswa berada pada masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak hal
Lebih terperinciBAB 3. Metodologi Penelitian
BAB 3 Metodologi Penelitian 3.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda di antara organisme, situasi, atau lingkungan (Christensen, 2001). 3.1.1
Lebih terperinciPaket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING
Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING Pendahuluan Psikologi kesehatan sebagai pengetahuan social-psychological dapat digunakan untuk mengubah pola health behavior dan mengurangi pengaruh dari psychosocial
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan
Lebih terperinciAbstrak. iii Universitas Kristen Maranatha
Abstrak Penelitian mengenai Work Engagement dalam konteks organisasi kesehatan atau rumah sakit, jika ditelusuri berdasarkan catatan publikasi masih sedikit dilakukan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciBAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA
44 BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bagian ini peneliti memaparkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian diperoleh dari pengolahan data secara statistik dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai data-data deskriptif yang diperoleh dari responden. Data deskriptif yang menggambarkan
Lebih terperinciABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Low vision merupakan salah satu bentuk gangguan pengihatan yang tidak dapat diperbaiki meskipun telah dilakukan penanganan secara medis. Penyandang low vision hanya memiliki sisa penglihatan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi psychological well-being, faktor-faktor yang berkaitan dengan psychological well-being, pengertian remaja,
Lebih terperinciGAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini
GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA 30-40 TAHUN YANG BELUM MENIKAH Siti Anggraini Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan mengambil metode
56 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat
Lebih terperinciDAFTAR ISI PERNYATAAN
DAFTAR ISI PERNYATAAN... Error! Bookmark not ABSTRAK... Error! Bookmark not ABSTRACT... Error! Bookmark not KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not DAFTAR ISI...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa. Hal ini dapat terwujud dengan adanya partisipasi dan dukungan perangkat yang baik. Salah satu perangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual, romantik, dan afektif terhadap orang yang memiliki jenis kelamin sama dengan mereka (Papalia,
Lebih terperinciEFIKASI DIRI DAN STRES KERJA PADA RELAWAN PMI KABUPATEN BOYOLALI
EFIKASI DIRI DAN STRES KERJA PADA RELAWAN PMI KABUPATEN BOYOLALI Ayu Rahmawati Permatasari, Jati Ariati Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 sariarp93@gmail.com
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN PERILAKU BERHUTANG DENGAN PERASAAN SENANG PADA MAHASISWA
LAPORAN PENELITIAN PERILAKU BERHUTANG DENGAN PERASAAN SENANG PADA MAHASISWA Oleh : Mohamad Iksan NIS : 151095156 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN BUDAYA UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG 2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tujuan suatu bangsa untuk memberdayakan semua warga negaranya agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
Lebih terperinciPerbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi
Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa Atrie Bintan Lestari Hendro Prabowo, SPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan pertanyaan penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, responden penelitian, alat ukur penelitian, prosedur penelitian, dan metode analisis data.
Lebih terperinci5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA
47 5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian dan interpretasinya. Pembahasan dalam bab 5 ini meliputi gambaran umum partisipan dan hasil penelitian berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. ada, penulis menggunkan desain penelitian kausal karena penelitian ini
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masaah yanga ada, penulis menggunkan desain penelitian kausal karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Robert Donmoyer (Given, 2008), adalah pendekatan-pendekatan
Lebih terperinci5. ANALISIS HASIL PENELITIAN
5. ANALISIS HASIL PENELITIAN Pada bagian ini akan menguraikan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Jawaban dari permasalahan penelitian diperoleh berdasarkan hasil pengolahan 55 data hasil Tes Kreativitas
Lebih terperinci