BAB II KAJIAN TEORI. pragmatik. Beberapa pengertian mengenai pragmatik akan disampaikan pada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. pragmatik. Beberapa pengertian mengenai pragmatik akan disampaikan pada"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pragmatik Definisi pragmatik telah banyak disampaikan para linguis yang menggeluti pragmatik. Beberapa pengertian mengenai pragmatik akan disampaikan pada bagian ini agar didapatkan gambaran yang jelas apa sebenarnya yang dimaksud dengan pragmatik. Menurut Yule dalam cutting (2002:2) (1996) menyatakan, Pragmatics and discourse analysis study the meaning of words in context, analyzing the parts of meaning that can be explained by knowledge of the physical and social world, and the socio- psychological factors influencing communication, as well as the knowledge of the time and place in which the words are uttered or written. Pragmatik dan analisis wacana adalah ilmu tentang makna ujaran pada konteksnya, yang menanalisis bagian makna yang dapat dijelaskan oleh pengetahuan fisik dan ilmu sosial, bukan hanya faktor psikologi-sosial yang dapat mempengaruhi cara berkomunikasi, tetapi juga keadaan waktu dan tempat dimana tuturan tersebut diucapkan atau dituliskan. Menurut Leech (1993:8), Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations) yang meliputi unsurunsur penutur dan lawan tutur, konteks, tujuan, tindak ilokusi, tuturan, waktu dan tempat. Sedangkan menurut Thomas (1995:1) yang secara sederhana mendefinisikan pragmatik sebagai Meaning in use or meaning in context, yang artinya pragmatik adalah makna dalam penggunaan atau makna dalam konteksnya. 9

2 10 Levinson dalam Rahardi, (2005:48) mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya. Menurut Parker dalam Rahardi (2005:48) pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Adapun yang dimaksud dengan hal itu adalah bagaimana satuan lingual tertentu digunakan dalam komunikasi yang sebenarnya. Tokoh ini membedakan pragmatik dengan studi tata bahasa yang dianggapnya sebagai studi seluk beluk bahasa secara internal. Menurutnya, studi bahasa tidak perlu dikaitkan dengan konteks, sedangkan studi pragmatik mutlak dikaitkan dengan konteks. George Yule dalam bukunya yang berjudul Pragmatics (edisi terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab) (2006:3-4) dijelaskan bahwa ilmu pragmatik mempunyai empat batasan: 1. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang maksud penutur. 2. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang makna kontekstual. 3. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. 4. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang ungkapan jarak hubungan. Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelaskan secara tuntas oleh referensi langsung pada kondisi-kondisi kebenaran kalimat yang diucapkan. Secara kasar dapat dirumuskan: Pragmatik = makna-kondisi-kondisi kebenaran (Tarigan:2009:31) atau studi mengenai hubungan antara bahasa dan konteks. Dalam pragmatik,

3 11 dibutuhkan adanya konteks tutur dan pemahaman pengetahuan atau informasi yang sama (shared knowledge), karena sangat mungkin terjadi ambiguitas (makna ganda atau makna kabut) dalam suatu tuturan. Karena itu, makna suatu tuturan dan makna yang dimaksudkan oleh penutur (atau yang ditangkap orang penutur) dapat saja berbeda dalam pragmatik. Lalu menurut Van Jick dalam bukunya Text and Context Pragmatics (1977) menyatakan bahwa Pragmatics would have the task of studying the relationships between signs and their user. Pragmatik mempelajari hubungan antara lambang (bahasa) dan para penuturnya. Maksudnya yaitu cara mengetahui makna dari tuturan dan mitra tutur tersebut. George Yule dalam bukunya yang berjudul Pragmatics (1996:3) menyatakan juga bahwa pragmatics concerned with the study of meaning as communicated by a speaker (or writer) and interpreted by a listener (or reader). Dijelaskan lebih lanjut bahwa this type of study necessarily involves the interpretation of what people mean in a particular context and how the context influences what it said. Dengan demikian ilmu ilmu pragmatik melibatkan interpretasi seseorang dalam memahami suatu konteks. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat ditegaskan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi. Pragmatik menyelidiki makna yang terikat pada konteks yang mewadahi dan melatar belakangi bahasa itu. Jadi dapat dikatakan bahwa hubungan antara bahasa dengan konteks merupakan dasar dalam pemahaman pragmatik. Konteks berhubungan dengan situasi berbahasa (speech situation). Konteks mempunyai pengaruh kuat pada penafsiran makna kata. Konteks adalah sesuatu

4 12 yang menyertai atau bersama teks dan menjadi lingkungan atau situasi penggunaan bahasa (Rani, 2004:190). Konteks sangat penting dalam kajian pragmatik. Konteks ini didefinisikan oleh Leech (1983:13) sebagai background knowledge assumed to be shared by s and h and which contributes to h s interpretation of what s mean by a given utterance. Latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga latar tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang di maksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu 2.2 Tindak Tutur John Austin (1956) mengemukakan teori tindak tutur pertama kali dalam bentuk kuliah yang kemudian dituliskan dalam bentuk esai dengan judul How to do Things with words? kemudian teori itu berkembang setelah mahasiswanya, John Searle (1969), menulis buku Speech Acts: An Essay in the Philosophy of language, komunikasi bukan hanya sekedar simbol, kata atau kalimat tetapi hasil dari simbol ujaran (utterance) yang berwujud perilaku tindak tutur (fire performance of speech acts.) Menurut Cummings (2007:363) tindak tutur merupakan indikator penting bagi fungsi pragmatik. Subjek mungkin bisa memproduksi tindak tutur, namun tidak bisa mengubah sifat langsung berbagai tindak tersebut sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan kesantunan. Pada kondisi lain subjek mungkin tidak dapat mengetahui maksud penutur dalam menyatakan suatu ujaran, yang berdampak pada implikasi dalam konteks yang ada untuk memahami tindak tutur tidak langsung. Dalam buku Pragmatics and Discourse, Austin menjelaskan

5 13 speech acts as the action performed in saying something. Tindak tutur merupakan sebuah tindakan yang dilakukan dalam mengatakan sesuatu. Chaer (1995:65) berpendapat bahwa tindak tutur adalah makna dari bentuk kalimat yang membedakan lokusi, ilokusi, perlokusi dan mengikutkan situasi dalam penentuan makna bahasa. Teori tindak tutur memusatkan perhatian pada penggunaan bahasa mengkomunikasikan maksud dan tujuan pembicaraan. Lalu pengertian tindak tutur lainnya di jelaskan oleh Yule (1996: 46), In attempting to express themselves, people do not only produce utterance containing grammatical structures and words, they perform actions via those utterance. Action performed via utterances are generally called speech acts. Dalam mengekspresikan perasaannya, manusia tidak hanya menuturkan kalimat-kalimat sesuai dengan stuktur grammar nya saja. Mereka juga bertindak melalui tuturan tersebut. Tindakan yang dilakukan melalui tuturan disebut tindak tutur. Tuturan adalah suatu ujaran dari seorang penutur terhadap lawan tutur ketika sedang berkomunikasi. Tuturan dalam pragmatik diartikan sebagai produk verbal (bukan tidak verbal itu sendiri) (Leech, 1993:20). Sementara itu menurut Tarigan (2009:33) setiap ujaran atau ucapan tentu mengandung maksud dan tujuan tertentu. Lebih tegasnya, tindak tutur adalah produk atau hasil kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. Austin (dalam Cummings, 2007:9) menjelaskan tujuan penutur dalam bertutur bukan hanya untuk memproduksi kalimat-kalimat yang memiliki pengertian dan acuan tertentu tetapi untuk memberikan kontribusi jenis gerakan interaksional tertentu pada komunikasi. Menurut Austin (1962) dalam buku Pengajaran Pragmatik (Tarigan, 2009:34) tindak tutur terbagi menjadi tiga

6 14 tingkatan. Berikut ini adalah penjelasan lebih lengkap mengenai tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. 2.3 Macam- Macam Tindak Tutur Tuturan dalam Pragmatik merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur sehingga aktivitasnya disebut tindak tutur. Istilah tindak tutur atau speech acts sendiri mulai diperkenalkan oleh filosof Inggris J.L Austin. (Leech, 1986:199). Austin membuat tiga macam tindak tutur yaitu, lokusi, ilokusi dan perlokusi. Berikut ketiga penjelasan tersebut Tindak Tutur Lokusi Tindak lokusi, yang merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna. Menurut Cutting (2002: 16) what is said the form of the words uttered; the act of saying something is known. Tindak tutur ini hanya berupa tuturan untuk menyatakan sesuatu. Dalam tindak lokusi tidak memermasalahkan maksud atau fungsi tuturan. Pernyataan yang diajukan berkenaan dengan lokusi ini berkaitan dengan makna tuturan yang diucapkan. Dengan demikian, tuturan yang diutamakan dalam tindak lokusi adalah isi ujaran yang diungkapkan oleh penutur, contohnya sebagai berikut: Konteks: Seorang anak kecil yang merasa lapar karena ditinggal ibunya belanja ke pasar. [3] I m hungry Tuturan [3] tersebut dari segi lokusi memiliki makna sebenarnya. Dengan demikian, dari segi lokusi kalimat di atas merupakan sebuah pernyataan bahwa

7 15 kalimat [3] termasuk kedalam tindak tutur lokusi. Berdasarkan pengertian dan contoh diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tindak lokusi hanya berupa tindakan menyatakan sesuatu dalam arti yang sebenarnya tanpa disertai unsur nilai dan efek terhadap lawan tuturnya. Tindak tutur merupakan tindak tutur dalam pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur Tindak Tutur Ilokusi Tindak ilokusi, yaitu pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji pertanyaan dan sebagainya. Ini erat hubungannya dengan bentuk- bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan. Menurut Yule (1996: 48) Illocutionary act is performed via the communicative force of an utterance. We might utter to make statement, an offer an explanation, of for some other communicative purpose. Tindak tutur ilokusi merupakan sentral untuk memahami tindak tutur. Hal tersebut dikarenakan harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan dimana tindak tutur tersebut terjadi. Selain itu, Austin menyatakan bahwa tindak ilokusi adalah pembuatan pernyataan, tawaran, janji dan lain-lain. Tindak ilokusi dapat diidentifikasikan sebagai tindak tutur yang berfungsi untuk menginformasikan sesuatu dan melakukan sesuatu. Tindak ilokusi tidak mudah diidentifikasi. Hal itu terjadi karena tindak ilokusi itu berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan dan di mana tindak tutur dilakukan pada tindak tutur ilokusi perlu disertakan konteks tuturan dalam situasi tutur. Tidak seperti tindak tutur lainnya, tindak tutur ilokusi mempunyai daya paksa terhadap mitra tuturnya. Contohnya adalah sebagai berikut,

8 16 [4] I m hungry [5] I need your help Maksudnya kalimat [4] adalah meminta makanan, kalimat tersebut merupakan suatu tindak ilokusi dan secara tidak langsung penutur minta dibawakan makanan oleh lawan tuturnya. Begitu juga kalimat [5], bukan hanya suatu pernyataan saja tapi maksudnya adalah si penutur benar- benar memohon bantuan. Berdasarkan jenis tindak tutur yang dapat dicermati dari sudut pandang langsung atau tidak langsung serta literal atau tidak literal, Parker (1986:20) menyatakan bahwa keduanya dapat berinteraksi. Sehubungan dengan interaksi ini, tindak tutur dapat dilihat dari sudut pandang literal atau tidak literal Tindak Tutur Langsung (Direct Speech Act) Dalam tindak tutur langsung, tuturan difungsikan konvensional sesuai dengan arti kalimatnya secara literal. Kalimat tanya fungsinya untuk bertanya, kalimat perintah untuk menyuruh dan sebagainya. Searlie dalam Cutting (2002:19) menyatakan tindak tutur langsung ialah A speaker using direct speech act wants to communicate the literal meaning that the words conventionally express; there is a direct relationship between the form and the functions. Menurut Yule (1996: 54:55) sebagai teori yang selaras, yaitu Whenever there is a direct relationship between a structure and a function, we have a direct speech act. Yang artinya, apabila ada hubungan langsung antara struktur dengan fungsi, maka terdapat suatu tindak tutur langsung. Selain menurut Yule, adapun teori menurut Kroeger (2005: 197) sebagai

9 17 pendukung Direct speech acts are these in which this expected correlation is preserved: two forms of the sentence matches the purpose, or intended force, of the utterance. Tindak tutur langsung merupakan tindak tutur yang sesuai dengan tujuan kalimatnya, misalnya untuk menginformasikan sesuatu menggunakan kalimat berita, menanyakan sesuatu menggunakan kalimat tanya. Yule (1996: 96) memberikan contoh dan penjelasannya sebagai berikut [6] it s could outside [7] I hereby tell you about the weather Seperti yang digambarkan dalam tuturan [6] yang berbentuk deklaratif. Jika tuturan ini digunakan untuk membuat suatu pernyataan, seperti yang diparafrasakan dalam [7]. Tuturan ini berfungsi sebagai suatu tindak tutur langsung. Jadi, bentuk deklaratif dari contoh sebelumnya; yang digunakan untuk membuat suatu pernyataan disebut tindak tutur langsung. Crystal menyatakan If in the other hand, someone produced the same sentence to express, literally, the fact that he or she was feeling cold, then the speech act would be direct (1997: ) Kesimpulannya adalah kalimat langsung merupakan tindak tutur yang langsung pada inti pesan yang disampaikan penutur kepada lawan tutur tanpa basa-basi atau pemilihan kata. Terkadang, tindak tutur langsung dianggap kurang sopan oleh bebrapa kalangan linguis Tindak Tutur Langsung Literal (TTLL) Untuk memahami tindak tutur literal lebih lanjut, kita harus mengetahui pengertian dari kata literal itu sendiri. Secara harfiah, literal adalah arti kata

10 18 sebagaimana aslinya atau asalnya. Karena arti ini terdapat pada kamus (leksikon) sebagai leksem, arti ini dapat pula disebut leksikal atau arti yang paling mendasar. Parker dalam Nadar (2009: 20) menjelaskan bahwa tindak tutur ini dapat dijumpai dalam tuturan seorang dokter kepada seorang pasiennya sebagai berikut [8] Open your mouth I want to see your throat! Dokter ini sedang memeriksa seorang anak yang diantar ibunya. Tuturan di atas dapat diklarifikasikan sebagai tuturan langsung literal. Tuturan langsung karena dokter betul-betul ingin agar anak ini membuka mulutnya lebar-lebar untuk diperiksa dan literal karena dokter tersebut menggunakan modus kalimat perintah untuk menyuruh. Wijana (1996: 33) menyatakan bahwa Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud penuturannya. Tindak tutur langsung literal sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, hanya saja banyak orang yang tidak menyadari dan mengetahui bahwa tuturan yang diucapkan itu termasuk ke dalam kategori ini. Tindak tutur langsung literal seringkali dijumpai pada situasi dalam kelas, jika murid tidak tahu atau tidak mengerti, maka dia harus bertanya. Tuturan spontan seperti itulah yang biasanya berupa tuturan langsung literal. Tindak tutur ini pula dijumpai dalam sebuah presentasi pada perkuliahan. Ketika presentasi, biasanya para mahasiswa atau mahahasiswi diharapkan untuk bertanya agar mendapat informasi lebih lanjut mengenai isi presentasi tersebut. Untuk lebih jelasnya, Wijana (1996: 33) memberikan contoh dan penjelasannya sebagai berikut: [9] He smart.is very

11 19 [10] Open your mouth! [11] What is the time now? Tuturan [9], [10], dan [11] merupakan tindak tutur langsung literal bila secara berturut-turut dimaksudkan untuk memberitakan bahwa orang yang dibicarakan sangat pandai, menyuruh lawan tutur membuka mulut, dan menanyakan pukul berapa ketika itu. Maksud memerintah dengan kalimat perintah dan maksud bertanya dengan kalimat bertanya. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tuturan langsung literal dengan tujuan dan konteks yang berbeda dalam setiap pertuturannya. Jika diperhatikan, masih banyak tuturan langsung literal dalam berbagai situasi, seperti dalam tanya jawab seminar, kuliah umum, dan sebagainya Tindak Tutur Langsung Tidak Literal (TTLTL) Menurut Parker dalam Nadar (2009: 20) tuturan dalam kelompok ini dapat dilihat dalam contoh tuturan dibawah ini. Seorang mahasiswa mendapat nilai B untuk mata kuliah sintaksis. Dia mengatakan kepada teman dekatnya sebagai berikut. [12] Woa, I failed again on the test, I only got B. Tuturan tersebut termasuk ke dalam tindak tutur langsung karena menggunakan kalimat berita untuk memberitakan; yaitu hasil ujiannya kepada teman dekatnya. Namun, tuturan ini tidak literal karena yang dia maksudkan adalah lulusnya, bukan tentang gagalnya. Wijana menyatakan Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud penuturnya.

12 20 (1996: 35). Dalam percakapan sehari-hari, penutur terkadang mendengar dan juga berbicara dengan maksud yang berbeda. Itu tidak masalah selama penutur dan lawan tuturnya memahaminya. Untuk lebih jelasnya Wijana (1996: 35) memberikan contoh dan penjelasannya sebagai berikut: [13] Your voice is good [14] you can make the radio s volume louder, so I can study tonight. Pada contoh [13] maksudnya suara lawan tutur tidak bagus. Pada contoh [14] penutur menyuruh lawan tuturnya yang mungkin dalam hal ini adiknya untuk mengecilkan volume radio agar dia bisa belajar Tindak Tutur Tidak Langsung (Indirect Speech Act) Tindak tutur tidak langsung erat kaitannya dengan prinsip sopan santun dalam percakapan. Kalimat perintah dapat diungkapkan melalui kalimat tanya atau kalimat berita agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah. Tindak tutur tidak langsung merupakan tindak tutur yang tidak sesuai dengan fungsi kalimatnya. Menurut Kroeger (2005: 197) Indirect speech acts are those in which there is a mismatch between the sentence type and he intended force. Adapun contoh menurut parker dalam Nadar (2009: 18) sebagai berikut: [15] Bring me my coat Contoh di atas merupakan tindak ilokusioner bertanya yang secara tidak langsung merupakan tindak ilokusioner meminta. Maka tuturan bring me my coat? Merupakan contoh tindak tutur tidak langsung. Verschuren dalam Griffiths (1999: 149) menyatakan When a sentence type is used in the performative of speech acts different from their default kind, we have what are called indirect

13 21 speech acts. Penulis menyimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung adalah tindak tutur yang tidak sesuai dengan maksud yang disampaikan oleh penutur kepada lawan tutur. Biasanya, tindak tutur tidak langsung lebih sopan digunakan ketika berkomunikasi daripada tindak tutur langsung. Hal tersebut karena penutur melakukan strategi-strategi dan pemilihan kata sebelum berbicara dengan lawan tuturnya. Yule (1996: 96-97) memberikan contoh dan menjelaskannya, yaitu: [16] I hereby request of you that you close the door Tuturan ini digunakan untuk membuat suatu perintah atau permohonan, seperti yang diparafrasakan dalam [16]. Ada pula tuturan yang berfungsi sebagai suatu tindak tutur tidak langsung. [17] Move out the way! [18] Do you have to stand in front of the TV? [19] You d make a better door than a window. Yule memberikan penjabarannya, yaitu struktur yang berbeda dapat digunakan untuk menyempurnakan fungsi yang sama. Ini terlihat seperti contoh di atas, dimana penutur menginginkan orang yang dituju agar tidak berdiri didepan TV. Fungsi dasar dari seluruh tuturan tersebut ialah perintah atau permohonan, tetapi hanya struktur imperative dalam [17] yang mewakili tindak tutur. Struktur deklaratif dalam [18] dan [19] juga termasuk ke dalam permohonan tidak langsung. Adapun definisi yang selaras menurut Yule (1996: 55), yaitu Whenever there is an indirect relationship between a structure and a function, we have an indirect speech act. Yang artinya, apabila ada hubungan tidak langsung antara

14 22 struktur dengan fungsi, maka terdapat suatu tindak tutur tidak langsung. Yule (1996: 97) menjelaskan lebih rinci dengan contohnya sebagai berikut. [20] Could you pass the salt? [21] Would you open this? Contoh tersebut memiliki bentuk interogatif, tetapi secara khusus tidak dipakai untuk menanyakan suatu pertanyaan (karena tidak hanya mengharapkan suatu jawaban, akan tetapi mengharapkan suatu tindakan). Contoh pada [20] dan [21] biasanya dipahami dengan bentuk permohonan. Searly explained that someone using an indirect speech act wants to communicate a different meaning from the apparent surface meaning; the form and function are not directly related Cutting (2002: 19). Dalam tindak tutur tidak langsung, seseorang berusaha mengkomunikasikan maksud yang berbeda dari tuturan yang diucapkan, bentuk dan fungsi tuturan tidak langsung berhubungan. Maka dari itu, dibutuhkan pemahaman makna yang cepat ketika berkomunikasi agar penutur dan lawan tutur tidak kebingungan menangkap maknanya. Cyrstal (1997: 197) memberikan definisinya, yaitu In the classification of speech acts, the term refers to an untterance who linguistic from does not directly reflect its communicative purpose, as when I m feeling code functions as a request for someone to close a door. Dapat disimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung merupakan tindak tutur yang lebih halus digunakan dalam pertuturan. Dalam tindak tutur tidak langsung ada maksud yang tersirat, seperti yang penulis jelaskan sebelumnya. Sehingga, seseorang yang diperintah,

15 23 misalnya; tidak merasa diperintah Tindak Tutur Tidak Langsung Literal (TTTLL) Parker dalam Nadar (2009: 21) memberikan contoh yang dapat ditemukan dalam situasi sebagai berikut. Suatu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang sedang makan malam bersama. Sang suami suka pedas dan menginginkan sambal yang terletak jauh darinya. Sehingga, dia berkata pada istrinya, yaitu: [22] Honey, can I have sauce? Tuturan ini tidak langsung karena menggunakan kalimat tanya untuk membuat suatu tindak ilokusi tidak langsung? Menyuruh istrinya mengambilkan sambal. Tuturan suami kepada istrinya ini dapat diklasifikasikan sebagai tuturan literal karena suaminya memang meminta saus. Wijana (1996: 34) memberikan definisinya, Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur. Adapun contoh yang Wijana (1996: 34) kemukakan sebagai berikut: [23] The floor is dirty. Dalam konteks seorang Ibu rumah tangga berbicara dengan pembantunya [23]. Tuturan ini tidak hanya informasi tetapi terkandung maksud memerintah yang diungkapkan secara tidak langsung dengan kalimat tanya dan makna katakata yang menyusunnya sama dengan maksud yang dikandung. Tuturan pada contoh sebelumnya, tentu saja dapat dengan mudah diartikan

16 24 karena memang situasinya tepat untuk berbicara seperti itu. Dalam percakapan sehari-hari pun begitu, dengan melihat konteks, dapat langsung paham maksud penutur Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal (TTTLTL) Diutarakan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang ingin diutarakan. Untuk menyuruh seorang pembantu menyapu lantai kotor, seorang majikan dapat saja mengutarakan dengan kalimat tuturan tidak langsung dan tidak literal. Contoh: [24] The floor is very clean, huh? Penutur dapat menyuruh anaknya untuk mencuci mobil dengan mengtakan, Your car is very clean Tindak Tutur Perlokusi Tindak tutur perlokusi, yaitu tuturan yang memiliki fungsi tanpa memaksudkan tuturan itu memiliki akibat. Menurut Hurford (1983: 243) Perlocutionary acts carry out by a speaker making an utterance is the act of causing a certain effect on the hearer and others. Tindak tutur perlokusi di ucapkan oleh penutur dan menimbulkan efek terhadap mitra tuturnya. Tindak tutur perlokusi, yang juga dinamakan the act of affecting someone, berada pada pemahaman penutur (addressee) yang menangkap makna pada daya pengaruh (perlocutionary force) atau dampak tuturan itu. Dampak tersebut dapat berupa pengaruh yang dimaksudkan oleh penutur atau yang tidak dimaksudkan

17 25 sama sekali. Tindak tutur ini lebih kompleks dan lebih sulit ditetapkan maknanya, karena untuk memahaminya kita harus terlebih dahulu mengenal konteks tuturnya. Makna yang tertangkap atau dipahami pada tindak tutur perlokusi sangat tergantung pada presepsi dan pemahaman penutur (addressee). Tindak tutur perlokusi dapat dilihat dari beberapa verba yang digunakan. Beberapa verba itu antara lain membujuk, menipu, mendorong, membuat jengkel, menakut-nakuti, menyenangkan, melegakan, mempermalukan, menarik perhatian, dan sebagainya. Tindak tutur perlokusi dapat menghasilkan efek atau daya ujaran terhadap mitra tutur hasilnya rasa khawatir, rasa takut, sedih, senang, putus asa, kecewa, takut, dan sebagainya. Berikut contoh dari tindak tutur perlokusi, [25] A: Go away! B: (smiling and keep sitting in his/her chair) Pada tuturan [25] terlihat bahwa penutur (A) meminta mitra tuturnya yaitu (B) untuk pergi meninggalkan ruangan, tetapi reaksi yang ditimbulkan (B) adalah tersenyum dan tetap diam saja di tempat duduknya. Tindakan seperti itulah yang disebut dengan tindak tutur perlokusi. Tindakan atau reaksi yang terjadi pada tindak tutur perlokusi tidak selalu sesuai dengan yang dikehendaki oleh penuturnya. 2.4 Konsep Muka (Face Concept) Definisi dari istilah muka (face) disini bukanlah semata-mata rupa atau paras, melainkan suatu pencitraan dari individu. Untuk lebih jelas, berikut pendapat para linguistik. Face is an image of self delineated in terms of approved social attributes albeit an image that others may share, as when a

18 26 person makes a good showing for his profession of religion by making good showing of himself. (Goffman, 1967:5). Berdasarkan pernyataan tersebut muka (face) adalah gambaran diri yang melukiskan atribut sosial. Oleh karena itu, asumsi diri atau self-assumption individu memiliki tampilannya masing-masing di muka publik, yang ditentukan oleh ketetapan fitur sosial, seperti profesi, agama, jenis kelamin, dan etnis. Selanjutnya Brown dan Levinson (1987:61) mengemukakan face is something that emotially attended to in interaction. Berdasarkan pernyataan tersebut muka (face) adalah sesuatu yang emosional dan hadir dalam interaksi. Diperjelas oleh Yule (1996:60) dengan mengemukakan muka (face) adalah a person s public self-image. Berdasarkan pernyataan tersebut muka (face) adalah gambaran diri dari individu. Dari ketiga pendapat yang sudah diuraikan, disimpulkan bahwa muka (face) adalah citra diri atau self-image public yang memainkan peran utama dalam setiap kebudayaan, dan hal ini membentuk bagaimana karakter penutur dianggap oleh lawan tutur Muka Negatif (Negative face) Menurut Yule, (1996:61-62) A person s negative face is the need to independent, to have freedom of action, and not to be imposed by others. The word negative here doesn t mean bead, it s just the opposite pole from positive. Muka negatif (negative face) adalah kebutuhan seseorang untuk menjadi mandiri, memiliki kebebasan bertindak, dan tidak ingin dijatuhkan oleh individu lain. Kata negative disini bukan berarti buruk, tetapi hanya lawan kata

19 27 dari positive. 2.1 Tabel muka negatif (Negative face) Muka negatif (Negative face) Ekspektasi Kebebasan dari pembebanan Kebutuhan Penekanan pada penghormatan dan kepedulian Sedangkan menurut Brown dan Levinson (1987:61) yang mengemukakan Negative fac: the basic claim to territories, personal preserves, rights to non distraction I,e. to freedom of action and freedom from imposition. Muka negatif yang merupakan keinginan setiap orang untuk wilayah, hak perseorangan, hak untuk bebas dari gangguan, yaitu kebebasan bertindak dan kebebasan dari kewajiban melakukan sesuatu. Muka negatif (Negative Face) adalah keinginan individu agar setiap keinginannya tidak dihalangi oleh pihak lain. contoh muka negatif (negative face) : Perintah [26] Please close the door!! Tuturan tersebut merupakan sebuah perintah murni yang menunjukkan adanya sebuah kekuatan dari penutur kepada lawan tutur walaupun lawan tutur bisa saja menolak, namun ucapan penutur tersebut kurang lebih membatasi kebebasan individu dari lawan tutur tersebut Muka Positif (Positive face) Menurut Yule, (1996:61-62) A person s positive face is the need to be accepted, even liked, by others, to be treated as a member of the same group, and to know that his or her wants are shared by others. Muka positif (positive face) adalah kebutuhan untuk diterima, bahkan disukai, dan diketahui oleh individu

20 28 lain. 2.2 Tabel Positive Face Muka positif (Positive face) Ekspektasi Pendekatan social Kebutuhan Untuk terhubung Untuk diterima sebagai anggota kelompok yang memiliki tujuan yang sama Untuk mandiri Untuk memiliki kebebasan bertindak, dan tidak terbebani Penekanan Pada solidaritas dan kesamaan Sedangkan menurut Brown dan Levinson (1987:61) yang mengemukakan Positive face: the positive face consistent self-image or personality (crucially including the desire that this self image be appreciated and approved of) claimed by interactions. Muka positif, yakni citra diri atau kepribadian positif yang konsisten yang dimiliki oleh warga yang berinteraksi (termasuk di dalamnya keinginan agar citra positif ini diakui dan dihargai). Muka Positif adalah keinginan setiap penutur agar dia dapat diterima atau disenangi oleh pihak lain. Contoh muka positif (positive face) : kritik [27] I don t think your work today is that good!! Muka positif dari lawan tutur akan merasa terancam karena penutur seperti sedang mengatakan sesuatu yang tidak baik kepada lawan tutur. Di sini, muka lawan tutur dinilai secara negatif karena pekerjaannya yang dianggap tidak sebagus biasanya.

21 Tindakan Mengancam Muka (Face Threatening Acts) atau (FTA) Mengacu pada teori Brown dan Levinson (1987:61) yang menyatakan face threatening acts are strategies that can damage or threaten another person s positive or negative face. Berdasarkan pernyataan tersebut tindakan mengancam muka (face threatening act) adalah suatu strategi yang dapat melukai muka seseorang. Sedangkan menurut Yule (1996:61) face threatening acts is when a person says something that represents a threat to another individual s expectations regarding self-image. Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui penutur mengatakan sesuatu yang merupakan ancaman bagi lawan tutur mengenai citra diri (self-image), maka hal ini disebut tindakan mengancam muka (face threatening act). Secara singkat, kemungkinan bahwa beberapa tindakan bisa ditafsirkan sebagai ancaman terhadap muka seseorang Tindakan mengancam muka negatif meliputi tindakan yang terkandung dalam : Brown dan Levinson (1987:65-66) menyatakan tindakan-tindakan yang terutama mengancam muka negatif lawan tutur (pendengar), dengan menunjukkan bahwa A tidak bermaksud untuk menghindari kebebasan tindakan lawan tutur, termasuk: i. Tindakan-tindakan yang predikat beberapa tindakan penutur depan lawan tutur kkdan dengan demikian menaruh beberapa tekanan pada pendengar untuk kkmelakukan (atau menahan diri dari melakukan) tindakan A. a.jungkapan mengenai: perintah dan permintaan (orders and request).

22 30 (Penutur menunjukkan bahwa ia ingin lawan tutur untuk melakukan keinginan penuturnya). Contoh: Perintah (orders) [28] Please close the door!! Tuturan tersebut merupakan sebuah perintah murni yang menunjukkan adanya sebuah kekuatan dari penutur kepada lawan tutur walaupun lawan tutur bisa saja menolak, namun ucapan penutur tersebut kurang lebih membatasi kebebasan individu dari lawan tutur tersebut. b.jungkapan mengenai saran, nasihat (suggestions, advice). (Penutur menunjukkan bahwa ia berpikir lawan tutur harus (mungkin) melakukan beberapa tindakan A). c.jungkapan mengenai peringatan (reminding). (Penutur menunjukkan bahwa lawan tutur (pendengar) harus ingat untuk kkkmelakukan beberapa A) d.jungkapan mengenai ancaman, tantangan (threats, warnings, dares). (Penutur menunjukkan bahwa ia atau seseorang, atau sesuatu, akan memicu sanksi terhadap lawan tutur (pendengar) kecuali dia lakukan A). ii. Tindakan-tindakan yang predikat beberapa tindakan masa depan yang positif JJJdari pembicara terhadap pendengar dan dengan demikian menaruh beberapa IIItekanan pada pendengar untuk menerima atau menolak mereka dan mungkin IIIuntuk dikenakan hutang: a.kungkapan mengenai tawaran (offers). (Penutur menunjukkan bahwa ia ingin melakukan beberapa tindakan untuk jjjjjjlawan tutur (pendengar), sehingga menimbulkan utang).

23 31 b. Ungkapan mengenai janji (promises). (Penutur melakukan dirinya untuk tindakan masa depan untuk kepentingan bbblawan tutur (pendengar). iii. Tindakan-tindakan yang predikat beberapa keinginan dari penutur ke arah jjjjjjlawan tutur (pendengar), lawan tutur (pendengar) memberikan alasan untuk llllilberpikir bahwa ia mungkin harus mengambil tindakan untuk melindungi kkkobjek keinginan penutur atau memberikannya kepada lawan tutur. a.j Ungkapan mengenai pujian (Compliments (Penutur menunjukkan bahwa dia suka atau ingin sesuatu dari lawan tutur) b. jungkapan perasaan negatif yang kuat seperti kebencian dan kemarahan terhadap lawan tutur, expressions of strong (negative) emotions toward H- e.g.hatred, bbanger ). (Penutur menunjukkan kemungkinan motivasi untuk merugikan lawan tutur) Tindakan mengancam muka positif meliputi: Brown dan Levinson (1987:66) menyatakan tindakan mengancam muka positif, dengan menunjukkan bahwa penutur tidak peduli tentang perasaan lawan tutur, meliputi: i. Orang-orang yang menunjukkan penutur yang memiliki penilaian negatif dari jj jbeberapa aspek muka positif lawan tutur: i.a Ungkapan mengenai ketidaksetujuan, kritik, tindakan merendahkan, keluhan, gggdakwaan,kpenghinaan (disapproval, criticism, contempt, complaints, gggaccusations, insults). (Penutur menunjukkan bahwa dia tidak menyukai tindakan yang dilakukan oleh

24 32 lawan tutur). Contoh: i.a2 Kritik (Criticism) [29] I don t think your work today is that good!! ("Saya tidak habis pikirjbahwa pekerjaan anda saat ini baik!! ), Muka positif dari lawan tutur akan merasa terancam karena penutur seperti sedang mengatakan sesuatu yang tidak baik kepada lawan tutur. Di sini, muka lawan tutur dinilai secara negatif karena pekerjaannya yang dianggap tidak sebagus biasanya. i.b Ungkapan mengenai pertentangan, tantangan (contradictions, challenges). Contoh: i.b2 tantangan (challenges) [30] Come and explore Sweden yourself! Penutur tidak memperdulikan perasaam lawan tutur dan penutur memiliki penilaian negatif terhadap muka positif dari lawan tutur dengan meragukan keberanian dari lawan tutur untuk menjelajahi swedia dengan sendirian, tindakan tantangan di atas mengancam muka positif lawan tutur (pendengar) karena dalam kenyataanya lawan tutur (pendengar) tidak ingin ditantang dan ingin diterima serta diakui keberaniannya oleh pihak lainnya. (Penutur menunjukkan bahwa ia berpikir lawan tutur salah atau tidak masuk akal tentang beberapa masalah, seperti kesalahan yang dikaitkan dengan pertemtangan). ii. orang-orang yang menunjukkan bahwa penutur tidak peduli (atau acuh tak acuh) terhadap muka positif lawan tutur,meliputi: ii.a Ungkapan mengenai emosi yang tidak terkontrol yang membuat lawan tutur merasa dibuat takut atau dipermalukan (violent (out-of-control) emotions).

25 33 (Penutur memberikan alasan kepada lawan tutur yang mungkin dia menjadi takut atau malu oleh dia). ii.b Ungkapan yang tidak sopan, penyebutan hal-hal yang bersifat tabu ataupun llllll yang tidak selayaknya dalam suatu situasi, yaitu penutur menunjukkan bahwa hh penutur tidak menghargai nilai-nilai lawan tutur dan juga tidak mau kkkmengindahkan hal-hal yang ditakuti oleh lawan tutur. (irreverence, mention hhhof taboo topics, including those that are inappropriate in the context). (Penutur menunjukkan bahwa ia tidak menghargai nilai-nilai lawan tutur dan dia tidak takut lawan tutur ketakutan) ii.c Ungkapan mengenai kabar buruk mengenai lawan tutur, atau menyombongkan berita baik, yaitu yang menunjukkan bahwa penutur tidak segan-segan kkkmenunjukkan hal-hal yang kurang menyenangkan pada lawan tutur, dan tidak kkkbegitu mempedulikan perasaan lawan tutur (bad news about H, or good news kkk(boasting) about S (S indicates that he is willing to cause distress to H, and/or kkkdoesn t care about H s feeling). ii.d Ungkapan mengenai hal-hal yang membahayakan sertajtopik yang bersifat ggggmemecah belah pendapat, seperti masalah politik, ras, agama, pembebasan kkkkwanita. Dalam hal ini penutur menciptakan suatu suasana yang dapat atau dvddmempunyai potensi untuk mengancam muka lawan tutur yaitu penutur dddvmembuat suatu atmosfir yang berbahaya terhadap muka lawan tutur jjjjjjjj(dangerously emotional or divisive topics, e.g. politics, race, religion, llllllllwomen s liberation (S raises the possibility or likelihood of lface threatening jjjjjjjjact (such as above) occurring; i.e., S creates a dangerous- to-kface kkkkatmosphere).

26 34 ii.e Ungkapan yang tidak kooperatif dari penutur terhadap lawan tutur, yaitu kkkkpenutur menyela pembicaraan lawan tutur, menyatakan hal-hal yang tidak kkkkgayut serta tidak menunjukkan kepedulian (non-cooperation in an activitykkkne.g. disruptively interrupting H s talk, making non-sequiturs or showing nonkkk kattention). kkk(penutur menunjukkan bahwa dia tidak mempedulikan keinginan muka negatif llllhmaupun muka positif lawan tuturnya). (S indicates that he doesn t care about kkkh s negative or positive wants ). ii.f Ungkapan mengenai sebutan ataupun hal-hal yang menunjukkan status lawan kkktutur pada perjumpaan pertama. Dalam situasi ini mungkin penutur membuat kkkidentifikasi yang keliru mengenai lawan tuturnya yang melukai perasaannya kkkatau mempermalukannya baik secara sengaja ataupun tidak (address terms kkkand other status marked identification in initial encounters (S may misidentify kkkh in an offensive or embarrassing way, intentionally or accidentally). Brown dan Levinson (1987:66) menjelaskan bahwa sejumlah tindakan memang dapat sekaligus mengancam baik muka negatif (Negative Face) maupun muka positif (Positive Face) lawan tutur, seabagai berikut: Note that there is an overlap in this classification of FTA, because some FTA s intrinsically threaten both negative and positive face (e.g. complaints, interruptions, threats, strong expressions of emotion, requests for personal information ). Harap diperhatikan bahwa ada kerancuan dalam klasifikasi FTA karena sejumlah FTA secara intrinsik mengancam baik muka negatif maupun muka positif (misalnya pengaduan, interupsi, ancaman, ungkapan emosional yang kuat, permintaan informasi yang bersifat pribadi ).

27 35 Selaras dengan pandangan Brown dan Levinson (1987) bahwa sejumlah tindakan dapat secara sekaligus mengancam baik muka negatif (Negative Face) maupun muka positif (Positive Face) lawan tuturnya.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi sehari-hari. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat digunakan secara lisan maupun tulisan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dan berkenaan dengan studi makna yang disampaikan oleh penutur atau

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dan berkenaan dengan studi makna yang disampaikan oleh penutur atau BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pragmatik (Pragmatics) Pragmatik merupakan salah satu cabang dari ilmu linguistik yang berkaitan dan berkenaan dengan studi makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Jika dilihat dari sudut pandang linguistik, semantik dan pragmatik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Jika dilihat dari sudut pandang linguistik, semantik dan pragmatik BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Semantik Jika dilihat dari sudut pandang linguistik, semantik dan pragmatik mempunyai kesamaan, misalnya dalam segi pembahasan makna. Sebetulnya, pragmatik merupakan turunan ilmu

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media pembentuk kebahasaan yang menjadi kunci pokok bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena melalui bahasa baik verbal maupun non verbal manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap mitra tutur dengan suatu tujuan dan maksud. Dalam pragmatik tindak tutur dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dan berkenaan dengan studi makna yang disampaikan oleh penutur atau

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dan berkenaan dengan studi makna yang disampaikan oleh penutur atau BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pragmatik (Pragmatics) Pragmatik merupakan salah-satu cabang dari ilmu linguistik yang berkaitan dan berkenaan dengan studi makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan)

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) 1 IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) Oleh: Indrie Harthaty Sekolah Tinggi Bahasa Asing Pertiwi Abstrak Kajian

Lebih terperinci

tahun 1938 yang bernama Charles Morris. Ia membagi ilmu tentang tanda atau

tahun 1938 yang bernama Charles Morris. Ia membagi ilmu tentang tanda atau BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pragmatik Istilah pragmatik pertama kali muncul berasal dari seorang filosof pada tahun 1938 yang bernama Charles Morris. Ia membagi ilmu tentang tanda atau semiotik menjadi tiga

Lebih terperinci

Swasti Nareswari. Student Number: ENGLISH LETTER STUDY PROGRAMME FACULTY OF LETTERS SOEGIJAPRANATA CATHOLIC UNIVERSITY SEMARANG 2004

Swasti Nareswari. Student Number: ENGLISH LETTER STUDY PROGRAMME FACULTY OF LETTERS SOEGIJAPRANATA CATHOLIC UNIVERSITY SEMARANG 2004 THE REALIZATION OF THE JAVANESE REQUEST PATTERN: A CASE STUDY OF A JAVANESE FAMILY A THESIS By Swasti Nareswari Student Number: 00.80.0016 ENGLISH LETTER STUDY PROGRAMME FACULTY OF LETTERS SOEGIJAPRANATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana dalam menjalankan segala jenis aktivitas, antara lain sebagai sarana untuk menyampaikan informasi, meminta informasi, memberi perintah, membuat

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Disarikan dari buku:

PRAGMATIK. Disarikan dari buku: PRAGMATIK Disarikan dari buku: Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Graha Ilmu: Yogyakarta. Cutting, Joan. 2006. Pragmatics and Discourse 2 nd Edition. New York: Rouledge. Wijana, I Dewa

Lebih terperinci

MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS

MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS Compiled by: Theresia Riya Vernalita H., S.Pd. Kompetensi Dasar 3.1 Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada ungkapan memberi saran

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat melakukan tindak tutur. Pada saat penutur menuturkan tuturan tersebut, penutur sekaligus melakukan tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur merupakan gejala individual, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa si penutur

Lebih terperinci

Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How

Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How to do things with word pada tahun 1965. Austin (1962)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam

Lebih terperinci

A STUDY OF DEIXIS USED IN MICHAEL HEART S SONGS LYRIC ENTITLED WE WILL NOT GO DOWN AND WHAT ABOUT US THESIS BY DIAN SYLVIANA PUTRI NIM

A STUDY OF DEIXIS USED IN MICHAEL HEART S SONGS LYRIC ENTITLED WE WILL NOT GO DOWN AND WHAT ABOUT US THESIS BY DIAN SYLVIANA PUTRI NIM A STUDY OF DEIXIS USED IN MICHAEL HEART S SONGS LYRIC ENTITLED WE WILL NOT GO DOWN AND WHAT ABOUT US THESIS BY DIAN SYLVIANA PUTRI NIM 0911110021 STUDY PROGRAM OF ENGLISH DEPARTMENT OF LANGUAGES AND LITERATURES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan dibutuhkan manusia untuk dapat bersosialisasi. Ada dua bentuk komunikasi yaitu verbal dan non-verbal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk percakapan yang mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di kelas. Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan sesama anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang bahasa khususnya tindak tutur direktif (kajian pragmatik) sebelumnya pernah dilakukan oleh Yuda Eka Setyaningsih (2004) dengan judul

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

Lesson 66: Indirect questions. Pelajaran 66: Pertanyaan Tidak Langsung

Lesson 66: Indirect questions. Pelajaran 66: Pertanyaan Tidak Langsung Lesson 66: Indirect questions Pelajaran 66: Pertanyaan Tidak Langsung Reading (Membaca) Could you tell me where she went? (Bisakah kamu beritahu aku kemana dia pergi?) Do you know how I can get to the

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS. Kata kunci: Tindak tutur, ilokusi, respons, kalimat, dan pembelajaran bahasa Inggris

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS. Kata kunci: Tindak tutur, ilokusi, respons, kalimat, dan pembelajaran bahasa Inggris 1 ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS Robi Kuswara (0903653) Pembimbing: Dian Indihadi dan Seni Apriliya ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan jenis ilokusi beserta

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi tetapi juga untuk tindakan. Tindakan melalui tuturan ini disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. informasi tetapi juga untuk tindakan. Tindakan melalui tuturan ini disebut dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi, bahasa tidak hanya digunakan untuk menyampaikan informasi tetapi juga untuk tindakan. Tindakan melalui tuturan ini disebut dengan (speect act)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pragmatik merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang makna yang

BAB II KAJIAN TEORI. Pragmatik merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang makna yang BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pragmatik Pragmatik merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang makna yang terdapat dalam sebuah ujaran yang disampaikan oleh penutur kepada orang yang diajak berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks.

BAB II LANDASAN TEORI. menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks. BAB II LANDASAN TEORI Di dalam bab ini dipaparkan teori-teori yang digunakan dalam menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks. Teori mengenai pelanggaran maxim diambil

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu memiliki cara masing-masing dalam bertutur. Individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu memiliki cara masing-masing dalam bertutur. Individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki cara masing-masing dalam bertutur. Individu bertutur dengan individu yang lain untuk saling berkomunikasi dan mengekspresikan perasaannya.tuturan

Lebih terperinci

Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV

Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV digilib.uns.ac.id Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV No. Jenis Tindak Tutur Nomor Data Jumlah data Mengkritik A. Mengkritik Langsung 1. Penilaian Negatif 01, 02,

Lebih terperinci

REPRESENTASI KERAGAMAN DIREKTIF DALAM WACANA PERKULIAHAN PADA PROGRAM MAGISTER BAHASA INDONESIA PASCASARJANA BUMI TADULAKO PALU

REPRESENTASI KERAGAMAN DIREKTIF DALAM WACANA PERKULIAHAN PADA PROGRAM MAGISTER BAHASA INDONESIA PASCASARJANA BUMI TADULAKO PALU REPRESENTASI KERAGAMAN DIREKTIF DALAM WACANA PERKULIAHAN PADA PROGRAM MAGISTER BAHASA INDONESIA PASCASARJANA BUMI TADULAKO PALU Fatma Mahasiswa S3 Pendidikan Bahasa Indonesia UNS kasimfatma24@gmail.com

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) sucimuliana41@yahoo.com Abstrak Penelitian yang berjudul tindak tutur ekspresif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arti. Dalam penggunaan bahasa, terdengar tuturan-tuturan yang diucapkan ketika

BAB I PENDAHULUAN. arti. Dalam penggunaan bahasa, terdengar tuturan-tuturan yang diucapkan ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu bentuk komunikasi manusia yang berupa lambang bunyi melalui alat ucap, dimana setiap suara yang dikeluarkan memiliki arti. Dalam penggunaan bahasa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan berkomunikasi antar manusia terbagi menjadi dua bentuk komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua bentuk yaitu lisan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini merupakan penelitian tentang tindakan mengancam muka

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini merupakan penelitian tentang tindakan mengancam muka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini merupakan penelitian tentang tindakan mengancam muka dan responsnya. Yang dimaksud dengan tindakan mengancam muka dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

Lesson 70: Questions. Pelajaran 70: Pertanyaan

Lesson 70: Questions. Pelajaran 70: Pertanyaan Lesson 70: Questions Pelajaran 70: Pertanyaan Reading (Membaca) Is your job easy? (Apakah pekerjaanmu mudah?) Has he finished eating? (Apakah dia sudah selesai makan?) Will it keep raining? (Akankah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A

E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A HANDLING TAMU E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A CARA PENERIMAAN TAMU Menanyakan nama dan keperluan (RESEPSIONIS) Good Morning. What can I do for you? Good morning, can

Lebih terperinci

KECAKAPAN INTERPERSONAL. Pertemuan 4 Konsep Dasar Komunikasi

KECAKAPAN INTERPERSONAL. Pertemuan 4 Konsep Dasar Komunikasi KECAKAPAN INTERPERSONAL Pertemuan 4 Konsep Dasar Komunikasi Bahasan: - Why - WhatWho - Where - How Who needs to know what I know now? Sharing Information Who knows what I need to know? Communication should

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM BAHASA IKLAN KAMPANYE CALON ANGGOTA LEGISLATIF TAHUN 2014 DI BOYOLALI

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM BAHASA IKLAN KAMPANYE CALON ANGGOTA LEGISLATIF TAHUN 2014 DI BOYOLALI ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM BAHASA IKLAN KAMPANYE CALON ANGGOTA LEGISLATIF TAHUN 2014 DI BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implikatur sudah menjadi bagian dari tuturan dalam percakapan sehari

BAB I PENDAHULUAN. Implikatur sudah menjadi bagian dari tuturan dalam percakapan sehari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Implikatur sudah menjadi bagian dari tuturan dalam percakapan sehari hari. Implikatur merupakan makna implisit atau tersirat. Implisit memiliki arti termasuk atau terkandung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pragmatik merupakan suatu cabang dari linguistik yang menjadi objek

BAB II KAJIAN TEORI. Pragmatik merupakan suatu cabang dari linguistik yang menjadi objek BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pragmatik Pragmatik merupakan suatu cabang dari linguistik yang menjadi objek bahasa dalam penggunaanya, seperti komunikasi lisan atau tertulis. Menurut Yule (1996:3) definisi mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa tutur terjadinya atau berlangsung pada interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur;

Lebih terperinci

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS Ahmad Fadilahtur Rahman Guru Bahasa Indonesia SMPN 4 Situbondo Email: fadilahtur_rahman@yahoo.com Abstract: This study aimed to describe the form

Lebih terperinci

BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN

BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN 12 BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN Pada bab ini peneliti menguraikan beberapa landasan teori yang akan diperlukan untuk menganalisis data sesuai dengan

Lebih terperinci

God s PERFECT TIMING EDITORIAL

God s PERFECT TIMING EDITORIAL God s PERFECT TIMING EDITORIAL TAKUT AKAN TUHAN. Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik... KEHIDUPAN YANG DIPERSEMBAHKAN. Karena itu saudara-saudara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi dengan yang lain, manusia memiliki emosi yang dapat diekspresikan melalui banyak hal. Salah satu contoh emosi tersebut ialah perasaan kebencian.

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 25 A job interview

English for Tourism Lesson 25 A job interview English for Tourism Lesson 25 A job interview Pelajaran 25: Wawancara Pekerjaan L1 Juni Tampi: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Pelajaran ke-25. Wawancara Pekerjaan. Lesson 25. A Job Interview.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang kepada orang lain,

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Oleh Atik Kartika Nurlaksana Eko Rusminto Mulyanto Widodo Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah address term adalah sebuah kata atau frasa yang ditujukan penutur

BAB I PENDAHULUAN. Istilah address term adalah sebuah kata atau frasa yang ditujukan penutur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah address term adalah sebuah kata atau frasa yang ditujukan penutur kepada mitra tutur dalam suatu proses percakapan. Address term sering muncul dan dapat kita

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa sebagai wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi bahasa adalah sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014

ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014 ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014 ARTIKELE-JOURNAL Diajukanuntukmememenuhisebagianpersyaratanmemeperolehgelar SarjanaPendidikan (S. Pd.)

Lebih terperinci

BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule

BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY 2.1 Pragmatik Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule (1996) dalam Makyun Subuki (http://tulisanmakyun.blogspot.com/2007/07/linguistikpragmatik.html)

Lebih terperinci

Tips cara menjawab soal Bahasa Inggris Tertulis 2013

Tips cara menjawab soal Bahasa Inggris Tertulis 2013 Tips Cara Menjawab Test Tertulis Bahasa Inggris A. Membaca (Reading). 1. Menentukan gambaran umum (General Description). Jenis pertanyaannya adalah sebagai berikut: - What is the text about? - What does

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia dikenal adanya bahasa yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama kehidupan bermasyarakat yang menuntut manusia

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR (SPEECH ACT) PERMINTAAN (REQUEST ) DALAM BAHASA INGGRIS. (Penelitian Tindakan Kelas pada Akademi Sekretari Budi Luhur)

TINDAK TUTUR (SPEECH ACT) PERMINTAAN (REQUEST ) DALAM BAHASA INGGRIS. (Penelitian Tindakan Kelas pada Akademi Sekretari Budi Luhur) TINDAK TUTUR (SPEECH ACT) PERMINTAAN (REQUEST ) DALAM BAHASA INGGRIS (Penelitian Tindakan Kelas pada Akademi Sekretari Budi Luhur) Dra. Zulvia Khalid, MM, MPd. Akademi Sekretari Budi Luhur E-mail: zyllanrova@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

LOCUTIONARY AND ILLOCUTIONARY ACTS FOUND IN INFOMALANG TWITTER ACCOUNT THESIS

LOCUTIONARY AND ILLOCUTIONARY ACTS FOUND IN INFOMALANG TWITTER ACCOUNT THESIS LOCUTIONARY AND ILLOCUTIONARY ACTS FOUND IN INFOMALANG TWITTER ACCOUNT THESIS BY DESI KURNIA NIM 105110101111028 STUDY PROGRAM OF ENGLISH DEPARTMENT OF LANGUAGES AND LITERATURES FACULTY OF CULTURAL STUDIES

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan manusia salah satunya yaitu sebagai alat komunikasi dengan lingkungannya. Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media massa baik lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam ujaran dan tulisan yang digunakan oleh orang-orang dari negara tertentu

BAB I PENDAHULUAN. dalam ujaran dan tulisan yang digunakan oleh orang-orang dari negara tertentu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan kamus bahasa Inggris Oxford, Bahasa adalah sistem komunikasi dalam ujaran dan tulisan yang digunakan oleh orang-orang dari negara tertentu (2000; 240).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. situasi si penutur atau mitra tutur. Pragmatik juga berhubungan dengan bagaimana

BAB II LANDASAN TEORI. situasi si penutur atau mitra tutur. Pragmatik juga berhubungan dengan bagaimana BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Pragmatik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang berkaitan dengan tingkah laku berbahasa atau penggunaan bahasa berdasarkan situasinya baik itu situasi si penutur

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR GURU BAHASA INDONESIA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SMK NEGERI SE-KABUPATEN

TINDAK TUTUR GURU BAHASA INDONESIA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SMK NEGERI SE-KABUPATEN TINDAK TUTUR GURU BAHASA INDONESIA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SMK NEGERI SE-KABUPATEN KUNINGAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 (Studi deskriptif dilihat dari lokusi, ilokusi, dan perlokusi) Ida Hamidah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap 1 BAB 1 PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

Lesson 31: Interrogative form of Will. Pelajaran 31: Kalimat Tanya untuk Bentuk Akan

Lesson 31: Interrogative form of Will. Pelajaran 31: Kalimat Tanya untuk Bentuk Akan Lesson 31: Interrogative form of Will Pelajaran 31: Kalimat Tanya untuk Bentuk Akan Reading (Membaca) Will it be sunny tomorrow? ( Apakah akan cerah besok?) Will you lend her the car? (Apakah kamu akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang dirilis pada 10 Mei 2013, banyak pro dan kontra dalam pembuatanya, seperti yang dikutip oleh penulis

Lebih terperinci