BAB II LANDASAN TEORI. situasi si penutur atau mitra tutur. Pragmatik juga berhubungan dengan bagaimana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. situasi si penutur atau mitra tutur. Pragmatik juga berhubungan dengan bagaimana"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Pragmatik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang berkaitan dengan tingkah laku berbahasa atau penggunaan bahasa berdasarkan situasinya baik itu situasi si penutur atau mitra tutur. Pragmatik juga berhubungan dengan bagaimana mitra tutur dapat memahami maksud yang disampaikan oleh si penutur. Seperti yang disampaikan oleh Aitchison (2013:104) pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari makna yang tidak bisa ditangkap oleh kajian semantik. Leech (1982:1) juga menambahkan bahwa kita tidak akan memahami sifat dasar bahasa jika tidak memahami pragmatik, dengan kata lain dasar dari bahasa adalah konteks yang terdapat dalam bahasa itu sendiri. Seperti yang telah dikatakan tadi bahwa hal tersebut dipelajari dalam pragmatik. Interpretasi semantik tidak bisa membuat makna sebuah tuturan dapat sepenuhnya di mengerti dengan baik, oleh karena itu diperlukan konteks dalam tuturan tersebut. Yule (1996:3) mengatakan pragmatics is concerned with the study of meaning as communicated by speaker (or writer) and interpreted by a listener (or reader). Hal ini membuat penutur bahasa dapat menggunakan dan memahami bahasa sesuai dengan konteksnya. Serta memberikan pemahaman lebih dalam hubungan antar konteks terhadap makna pada suatu tuturan. 9

2 10 Pragmatik berkaitan dengan bagaimana orang menggunakan bahasa dalam konteks, dan situasi kehidupan nyata, sedangkan semantik berkaitan dengan hubungan antara bentuk linguistik dan entri di dunia. Dalam pragmatik, orang belajar tentang bagaimana faktor-faktor seperti waktu, tempat dan hubungan sosial antara pembicara dan pendengar, dimana hal tersebut akan mempengaruhi cara bahasa tersebut digunakan untuk melakukan fungsi yang berbeda. Hal ini jelas bahwa peran pragmatik adalah untuk memahami bagaimana konteks mempengaruhi makna dari ucapan-ucapan tertentu. Jika dilihat dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pragmatic adalah studi tentang bagaimana bahasa digunakan dalam konteks dan bagaimana makna diartikan dalam sebuah konteks. konteks yang berbeda akan menghasilkan arti yang berbeda, Oleh karena itu, penting untuk mengetahui konteks dalam perkataan agar kita bias memahami perkataan tersebut. Pragmatik juga berkaitan dengan ilmu yang mempelajari sebuah interpretasi tuturan dalam suatu bahasa yang berhubungan dengan konteks yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan latar belakang dari penutur dan mitra tutur untuk dapat memahami makna dan tujuan tuturan secara menyeluruh, Contoh: (2) John has a knife. Contoh di atas dapat memiliki arti yang berbeda dalam konteks yang berbeda, diantaranya adalah; a. Sebuah Pernyataan

3 11 Konteksnya adalah ketika beberapa orang sedang berlibur di pantai dan mereka sedang berpikir bagaimana caranya membuka kelapa yang baru saja mereka petik. Tiba-tiba salah satu dari mereka mengatakan Alek mempunyai sebilah pisau. Dari ucapan tersebut dapat membuat orang-orang mengerti bahwa itu adalah sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa mereka bisa membuka kelapa tersebut dengan pisau yang Alex punya. b. Memberikan Peringatan Konteksnya adalah Alex sedang mencoba untuk menggertak dua mahasiswa baru dalam rangka untuk mengambil makan siang dan uang mereka. Salah satu mahasiswa baru hanya berbalik dan mulai pergi. Dia tidak melihat bahwa Alex membawa pisau. Siswa lain kemudian berteriak "Alex memiliki pisau." Orangorang akan memahami bahwa ucapan ini adalah peringatan bahwa Alex bisa saja menyakiti mereka jika tidak memberikan makan siang dan uangnya. 2.2 Tindak Tutur Tindak tutur merupakan salah satu pembahasan yang ada dalam ilmu pragmatik. Teori ini diungkapkan oleh Austin pada tahun 1965 sebagai materi dari perkuliahan yang kemudian dibukukan pada tahun yang sama dan diberi judul How to do things with words kemudian teori ini mulai berkembang dan terkenal setelah Searle mengembangkan teori tindak tutur yang dicetuskan oleh Austin tersebut. Austin menyatakaan bahwa pada dasarnya ketika seseorang mengatakan sesuatu maka orang tersebut juga bertindak. Menurut Austin tindak tutur adalah

4 12 sepenggal tutur yang dihasilkan sebagai sebagian dari interaksi sosial. Mengucapkan sesuatu adalah melakukan sesuatu, dan bahasa atau tuturan dapat dipakai untuk membuat kejadian. Contohnya, pada saat seseorang mengatakan: (3) I must leave now. Orang tersebut tidak hanya mengucapkan tetapi juga harus benar-benar pergi dari tempat ia mengucapkan perkataan tersebut. Selanjutnya, Searle (1968) menyatakan bahwa unsur paling kecil dalam proses komunikasi adalah tindak tutur seperti menyatakan, membuat pernyataan, member perintah, menguraikan, menjelaskan, minta maaf, berterima kasih, mengucapkan selamat dan lain-lain. Searle (1968) menambahkan bahwa terkandung sebuah tindakan ketika seseorang mengujarkan sesuatu. Contohnya ketika seseorang mengatakan This room is hot. Penutur tidak hanya menginformasikan bahwa cuaca dalam ruangan tersebut panas tetapi, bisa saja penutur melakukan tindakan yaitu menginginkan mitra tutur untuk menghidupkan pendingin ruangan atau membukakan jendela agar ruangan tersebut tidak terlalu panas. Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa tindak tutur merupakan suatu kegiatan yang diungkapkan melalui tuturan yang mengandung arti tindakan yang menjelaskan maksud penutur terhadap mitra tuturnya. Kemudian, jika penutur mengatakan suatu ujaran, ujaran tersebut tidaklah hanya mengandung sekumpulan kata-kata atau struktur gramatikal tetapi juga mengandung sebuah tindakan.

5 Jenis Tindak Tutur Austin dalam Leech (1982:199) membagi tindak tutur menjadi tiga macam tindakan, yaitu lokusi, ilokusi dan perlokusi. Dalam kaitannya dengan tindak tutur ini, Searle (1968) juga mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga bentuk tindakan bahasa yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi.berikut ini adalah penjelasan mengenai ketiga jenis tindak tutur tersebut Tindak Tutur Lokusi Austin dalam How to do things with words (1962:100) menyatakan bahwa tindak ilokusi adalah the act of saying something maksudnya tindak lokusi adalah tuturan yang disampaikan oleh penutur sesuai dengan keadaan situasi tanpa ada indikasi untuk mencapai tujuan lain dari tuturannya tersebut. Tuturan diungkapkan sesuai dengan makna yang terdapat di dalam kamus dan sesuai dengan makna sintaksis tanpa bermaksud menyatakan pernyataan lain didalamnya. Menurut Rahardi (2008:35) tindak tutur lokusi adalah tindak bertutur dengan kata, frasa dan kalimat itu. Lebih jauh tindak lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasikan karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur. Jadi, dari perspektif pragmatik tindak lokusi sebenarnya tidak atau kurang begitu penting peranannya untuk memahami tindak tutur.

6 14 Ketika penutur menuturkan tomorrow is a holiday, ia menyatakan bahwa besok adalah hari libur tanpa ada indikasi untuk mengajak mitra tutur untuk berlibur, ataupun maksud dan tujuan lainnya Tindak Tutur Ilokusi Tindak tutur ilokusi merupakan tindakan melalui tuturan. Seperti yang dikemukakan oleh Austin tindak tutur ilokusi adalah performance of an act in saying something. Rohmadi (2004:31) menambahkan bahwa tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan digunakan untuk melakukan sesuatu. Tututan pada tindak ilokusi mengandung maksud dan fungsi tertentu. Tindak tutur ilokusi berkaitan dengan siapa bertutur, kepada siapa, kapan, dan dimana terjadinya dan apa maksud dari tuturan tersebut. Menurut Chaer (2010:53) Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat perfomatif yang eksplisit. Tindak tutur ilokusi ini biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terimakasih, menyuruh, menawarkan, menjanjikan, dan sebagainya. Tindak ilokusi menurut Nababan (1987:18) adalah pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji, pertanyaan. Ilokusi menurut Wijana (1996:18) adalah penuturan yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Ilokusi menurut Cahyono (1983:213) adalah pernyataan, tawaran, janji dan lain-lain dalam pengujaran. Jadi, yang dimaksud ilokusi adalah tindak bahasa yang dibatasi oleh konvensi sosial, misalnya menyapa, menuduh, mengakui, memberi salam dan sebagainya. Dengan

7 15 demikian, dapat dikatakan bahwa tindak ilokusi tidak hanya berfungsi untuk menginformasikan sesuatu tetapi juga mengacu untuk melakukan sesuatu. Ketika sedang di dalam gua, seseorang berkata mind your head kepada mitra tutur. Tujuan tuturan ini adalah mengingatkan penutur bahwa atap gua itu rendah dan agar mitra tutur membungkuk atau merunduk ketika melewatinya Tindak Tutur Perlokusi Austin (1962:114) menyebutkan bahwa tindak perlokusi adalan the achieving of certain effect by saying something maksudnya adalah ketika tuturan yang diucapkan penutur member efek atau daya pengaruh perlucotionary force terhadap perasaan, pikiran maupun perilaku mitra tuturnya. Efek yang dihasilkan atau daya tuturan itu dapat ditimbulkan oleh penutur secara sengaja, dapat pula secara tidak sengaja. Tindak tutur yang tujuannya untuk memengaruhi mitra tutur inilah merupakan tindak perlokusi. Contoh pada tindak tutur ilokusi pada pagian sebelumnya pada tuturan mind your head, ketika mitra tutur telah diperingatkan untuk berhati-hati karena atap gua yang rendah. Mitra tutur akan secara refleks menundukan kepalanya. Efek tuturan berupa tindak waspada yang dilakukan oleh mitra tutur ini yang disebut dengan tindak perlokusi. Berikut ini merupakan contoh penjelasan mengenai ketiga jenis tindak tutur yang dijelaskan oleh Austin (1962): (3) shoot her! Locutionary act

8 16 He said to me shoot her meaning by shoot to shoot and reffering by her to her Ilocutionary He agrued (or advised, ordered) me to shoot her. Perlocutionary He persuade me to shoot her (Austin, 1962:107) Penjelasan mengenai contoh Austin di atas adalah ketika seorang penutur berkata shoot her! kepada mitra tutur maka dapat dijelaskan dari sisi tindak lokusi adalah sesuai dengan makna yang sesungguhnya yaitu penutur meminta mitra tutur untuk shoot menembak dan memiliki acuan pasti yaitu her dia yang menjadi objek tuturan antara penutur dan mitra tutur. Dari sisi tindak ilokusi shoot her! dapat diartikan bahwa penutur ingin mitra tutur melakukan suatu tindakan untuknya baik itu suatu usul, perintah, saran, maupun fungsi direktif lainnya, shoot. Bisa berarti menembak, memotret, mengambil gambar hidup, menyuntik tergantung konteks tuturan tersebut terjadi. Dari sisi perlokusi dapat diartikan bahwa ketika penutur bertuturan shoot her. Maka mitra tutur akan mecapai efek berupa menuruti perintah tersebut. 2.4 Klasifikasi Tindak Ilokusi Sehubungan dengan pengertian tindak tutur di atas, tindak tutur digolongkan menjadi lima jenis oleh Searle dalam (Rohmadi, 2004:32; Rustono,

9 : 39). Kelima jenis itu adalah tindak tutur representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi. Berikut penjelasan kelimanya Representatif Representatif merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas hal yang dikatakannya. Tindak tutur jenis ini juga disebut juga dengan tindak tutur asertif. Tindak tutur representatif termasuk tindak tutur jenis tuturan yang menyatakan, menuntut, mengakui, menunjukkan, melaporkan, memberikan kesaksian, menyebutkan dan berspekulasi. Contoh: (5) It s raining out. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur representatif sebab berisi informasi yang penuturnya terikat oleh kebenaran isi tuturan tersebut. Penutur bertanggung jawab bahwa tuturan yang diucapkan itu memang fakta dan dapat dibuktikan Direktif Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan sesuai apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Tindak tutur direktif disebut juga dengan tindak tutur impositif. Yang termasuk ke dalam tindak tutur jenis ini antara lain tuturan meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, mendesak, memohon, menantang, memberi aba-aba. Contoh:

10 18 (5) There a policeman in the corner. Contoh tersebut termasuk ke dalam tindak tutur jenis direktif sebab tuturan itu dituturkan dimaksudkan penuturnya agar melakukan tindakan yang sesuai yang disebutkan dalam tuturannya yakni menghindari jalan yang disebutkan, karena mungkin lawan bicara tidak memakai helm dan lain sebagainya. Indikator dari tuturan direktif adalah adanya suatu tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur setelah mendengar tuturan tersebut Ekspresif Tuturan ekspresif merupakan bagian dari tindak tutur ilokusi. Menurut Searle (Rahardi, 2003: 73), tuturan ekspresif adalah bentuk tuturan yang dimaksudkan untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Tuturan ini diutarakan dengan maksud agar ujaran yang disampaikan oleh penutur kepada lawan tuturnya dapat diartikan sebagai evaluasi mengenai hal yang disebutkan di dalam ujaran itu. Adapun beberapa fungsi tuturan ekspresif yang terkandung dalam sebuah ujaran yang disampaikan oleh penutur kepada lawan tuturnya, yakni dapat berfungsi untuk mengucapkan selamat, terima kasih, mengkritik, mengeluh, menyalahkan, memuji, menyindir, dan meminta maaf. Contoh: (7) : No, thanks to the kindness of you two.you have freed me from that.

11 19 Tuturan tersebut merupakan tindak tutur ekspresif berterima kasih. Dimana penutur ingin mengekspresikan rasa terima kasih atas perlakuan yang dilakukan oleh mitra tutur Komisif Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam ujarannya, misalnya bersumpah, berjanji, mengancam, menyatakan kesanggupan. Contoh: (8) "I promise to be at home before nine o'clock" (9) "I swear to bring it back" tindak tutur komisif kesanggupan adalah Saya sanggup melaksanakan amanah ini dengan baik. Tuturan itu mengikat penuturnya untuk melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya. Hal ini membawa konsekuensi bagi dirinya untuk memenuhi apa yang telah dituturkannya Deklarasi Tindak tutur deklarasi merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya utuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Tindak tutur ini disebut juga dengan istilah isbati. Yang termasuk ke dalam jenis tuturan ini adalah tuturan dengan maksud mengesankan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengabulkan, mengizinkan, menggolongkan, mengangkat, mengampuni, memaafkan. Tindak tutur deklarasi dapat dilihat dari contoh berikut ini.

12 20 (10) The king forgives the queen. (11) I beg you to leave this peaceful room 2.5 Jenis Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif Tindak Tutur Ilokusi Ekspesif dapat dikategorikan menjadi enam jenis antara lain ekspresi untuk berterimakasih, memberi selamat, meminta maaf, memberi salam, menginginkan sesuatu dan ekspresi untuk mengkritik atau menyatakan ketidak-setujuan terhadap sesuatu Berterima Kasih (Expressive for Thanking) Mengungkapkan rasa terima kasih dianggap sebagai komunikasi interpersonal, khususnya dalam ranah atau prinsip kesopan santunan. Berterima kasih diklasifikasikan sebagai tindakan ilokusi ekspresif, yang dapat didefinisikan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada bagian dari pembicara ke alamat yang dituju. Searle (1996) mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif berterima kasih (Expressive for thanking ) adalah sebuah tuturan atau ujaran yang disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur yang mengekspresikan rasa terima kasih atas apa yang dilakukan oleh mitra tutur kepada penutur. Sulistyarini (2010) menambahkan bahwa berterima kasih atau gratitude adalah perasaan bahagia yang muncul ketika sesorang menerima suatu pemberian atau bantuan dari pihak lain. Contoh:

13 21 (12) Thank you for letting me know. Tuturan di atas mengandung unsur tindak tutur ilokusi ekspresif. Dari tuturan tersebut juga jelas dikatakan thank you atau berterima kasih karena mitra tutur telah mempercayai penutur untuk mengetahui sesuatu Meminta Maaf (Expressive for apologizing) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Permintaan maaf merupakan salah satu tindak tutur yang digunakan manusia ketika berinteraksi dengan sesama. Kata maaf sendiri diartikan pembebasan seseorang dari hukuman (tuntutan, denda, dsb) karna kesalahan, dan ungkapan permintaan ampun atau penyesalan, dan juga permintaan izin untuk melakukan sesuatu. Searle juga mengemukakan (1996) meminta maaf merupakan sebuah ekspresi penyesalan penutur kepada mitra tutur atau sebaliknya. Contoh: (13) I am sorry for coming late tuturan di atas mengindikasikan sebuah penyesalan penutur karena telah datang terlambat atau membuat mitra tuturnya menunggu Memberi Selamat (Expressive for congratulating) Searle (1996) mengemukakan, Memberikan selamat (congratulating), berduka cita (condolence) dan memuji termasuk kedalam kategori expressive for congratulation. Hal tersebut mengekspresikan rasa simpati penutur terhadap apa yang terjadi pada mitra tutur.

14 22 Memberikan ucapan selamat merupakan sebuah ekspresi atau perasaan senang terhadap keberuntungan yang didapat oleh mitra tutur. Kemudian, memuji merupakan sebuah ekspresi rasa bangga pada kemampuan yang dimiliki oleh mitra tutur. Berduka cita merupakan sebuah ekspresi simpati yang dirasakan oleh penutur terhadap kejadian buruk atau tidak menyenangkan yang dialami oleh penutur Memberi Sambutan (Expressive for Greeting) Searle (1996) menjelaskan bahwa memberikan sambutan merupakan sebuah ekspresi dimana penutur menyambut kedatangan seseorang dengan ramah dan hangat, penutur juga merasa senang dengan kedatangan mitra tutur. Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, menyambut digunakan untuk mengekspresikan ucapan untuk tamu atau pendatang baru tiba. Contoh: (14) A: Excuse me Ma am. B: Come in, sweetheart. Tuturan di atas termasuk kedalam tindak tutur ilokusi ekspresif untuk menyambut. Penutur memberikan sambutan yang ramah dan senang kepada mitra tutur.

15 Berharap (Expressive for Wishing) Wishing jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia merupakan mengharapkan. Mengharapkan sendiri akar katanya adalah harap, dimana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia harap adalah meminta atau memohon akan sesuatu agar bisa menjadi kenyataan. Menurut Searle (1996) sendiri Expressive for wishing ini merupakan sebuah hasrat atau keinginan penutur akan sesuatu agar sesuatu tersebut bisa menjadi kenyataan. (15) I wish she was here. Tuturan di atas termasuk kedalam Expressive for Wishing, dimana penutur mengharapkan seseorang ada disana Menyatakan Suka atau Tidak Suka (Expressive for Attitude) Expressive for Attitude merupakan sebuah ekspresi penutur yang merasa setuju, tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap tindakan atau ucapan mitra tuturnya. (Yule:1996). Contoh: (16) A: Do you think I will sit here and wait for you? B: I know it won t waste your time. Tuturan di atas merupakann jenis tuturan Expressive for attitude, dimana penutur merasa tidak suka dengan tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur.

16 Strategi Tindak Tutur Tindak tutur tidak dapat sepenuhnya dipahami jika tidak mempertimbangakan penutur (Addresser) serta mitra tutur (Addresse). Begitupun jika dilihat dari strategi penyampainnya. Penutur atau mitra tutur harus memahami agar tindak tutur tersebut dapat berlangsung lancar serta dipahami dengan baik. Strategi tuturan dapat disampaikan dalam dua cara, yaitu secara langsung (direct) atau tidak langsung (indirect). Wijana (1994:4) dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Pragmatik mengutip Searle bahwa tindak tutur dibagi menjadi dua bagian, yaitu tindak tutur secara langsung ( direct speech act) dan tidak langsung (indirect speech act). Kemudian, ia juga menjelaskan bahwa didalam tidak tutur langsung atau direct speech act terdapat hubungan langsung antara struktur kalimat dengan fungsinya, sedangkan dalam tindak tutur tidak langsung atau indirect speech act, hubungan antar struktur berhubungan secara tidak langsung dan menggunakan bentuk tindak tutur lain. Yule (1996) mengungkapkan bahwa tindak tutur langsung memiliki hubungan langsung antara struktur dan fungsinya, sedangkan tindak tutur tidak langsung memiliki hubungan antara struktur dan fungsinya secara tidak langsung Tindak Tutur Langsung Tindak tutur langsung merupakan sebuah tindak tutur dengan bentuk penyampaian yang gamblang dan sesuai dengan modus kalimatnya. Jika dilihat secara formal, berdasarkan tuturannya. Contoh:

17 25 (17) Turn on the air conditioner! atau where are you going? Kalimat di atas merupakan contoh tindak tutur secara langsung atau direct speech act, karena diujarkan secara langsung kepada mitra tutur karena penutur tidak mempunyai maksud lain Tindak Tutur Tidak Langsung Tindak tutur tidak langsung atau indirect speech act merupakan jenis tindak tutur yang memiliki bentuk penyampaian secara implisit. Ketika orang berbicara secara tidak langsung, mereka menginginkan sesuatu yang lebih dari apa yang mereka maksud secara langsung dan mereka ingin mitra tutur mengetahui, memahami atau menyimpulkan apa yang mereka maksud dengan tuturan yang dikatan tersebut. Yule mengatakan (1996:56) Indirect speech acts generally associated with greater politeness in English than direct speech acts. In order to understand why, we have to look a bigger picture than, a single utterance performing a single speech acts. Tuturan yang diungkapkan secara tidak langsung beriringan dengan kesantunan. Tindak tutur ini diungkapkan berbeda dengan modus kalimatnya, maka untuk dapat mengerti kalimat ini kita harus lebih memahami tindak tutur ini. Tindak tutur tidak langsung umumnya dianggap lebih sopan daripada yang langsung. penggunaan tidak langsung tidak jarang atau marjinal. Dibutuhkan sedikit refleksi, namun, untuk melihat dalam banyak kasus, beberapa gagasan kesopanan memiliki peraturan. Pengenaan langsung dapat diperbaiki dengan menghindari permintaan langsung dan bukannya menanyakan apakah penerima

18 26 bersedia atau mampu melaksanakan tindakan. Hal ini memberikan pilihan kepada lawan bicara untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu permintaan tersirat tanpa harus menghilangkan prinsip kesantunann. Berikut adalah contoh: (19) Can you pass the salt? (20) Pass the salt! Tuturan 19 merupakan contoh tindak tutur yang diutarakan secara tidak langsung. Penutur menyiratkan kepada mitra tutur untuk membawakan garam untuknya tanpa menghilangkan prinsip kesantunan dan seperti yang dijelaskan diatas bahwa penutur memberikan pilihan kepada mitra tutur untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan apa yang penutur siratkan dalam tuturannya. Hal ini berbeda dengan contoh 20 yang dikatakan secara langsung dan melanggar prinsip kesantunan karena terkesan memerintah dan memaksa. Seperti yang telah dijelaskan, tuturan tidak langsung beriringan dengan kesantunan, sehingga dalam ppenyampaiannya tuturan tidak langsung mencerminkan ketidaksesuaian antara tuturan dengan tindakan. Ketika berbicara penutur tidak memberi kesan memerintah kepada mitra tutur atau tidak mengucapkan tujuannya secara langsung. (21) You would get that gift, if I was not here. Kalimat diatas merupakan kalimat tuturan tidak langsung, penutur mengimplisitkan maksudnya untuk minta maaf. Dari tuturan tersebut penutur

19 27 ingin mengatakan bahwa ia sangat menyesal dengan apa yang telahh dilakukannya terhadap mitra tutur. Mitra tutur akan tahu bahwa peutur tidak berbicara hanya secara langsung tetapi secara tidak langsung berdasarkan konteks atau situasinya. Mitra tutur juga dapat menggunakan konteks untuk menemukan maksud komunikatif langsung penutur. Setelah pendengar mengidentifikasi mengapa speaker tidak bisa hanya berbicara langsung, mitra tutur mampu menggunakan informasi tersebut untuk membantu dalam mengenali niat tidak langsung nya. Contoh: (22) The door is over there. Tuturan di atas bisa diidentikasi sebagai tindak tutur langsung dan tidak langsung jika dalam konteks yang berbeda. Jika situasi atau konteksnya penutur mencoba menunjukan jalan kepada mitra tutur yang tidak mengetahui lokasi pintu berada, tuturan tersebut termasuk ke dalam tuturan lansung. Tuturan tesebut akan menjadi tuturan tidak langsung jika situasinya penutur dan mitra tutur sama-sama mengetahui lokasi pintu berada dan penutur sedang mencoba membuat mitra tutur keluar dari ruangan tanpa menghilangkan prinsip kesopanan. 2.7 Implikatur Implikatur merupakan salah satu bagian yang termasuk dalam ilmu pragmatik. Menurut Brown dan Yule (1996 : 31) istilah implikatur dipakai untuk menerangkan apa yang disiratkan atau dimaksudkan dan hal tersebut berbeda dengan apa yang sebenarnya yang dikatakan oleh penutur. Grice dalam Suyono

20 28 (1990:14) mengatakan implikatur adalah sebuah ilmu yang mempelajari makna implisit yang terdapat dalam suatu ujaran. Dalam teorinya, Grice (1975:45) membedakan dua macam implikatur, yaitu conventional implicature (implikatur konvensional) dan conversational implicature (implikatur non konvensional atau implikatur percakapan). Perbedaan antara implikatur konvensional dan implikatur nonkonvensional adalah bahwa bentuk keduanya tergantung pada kondisi kebenaran dalam penggunaan konvensional, atau makna, bentuk-bentuk tertentu dan ekspresi, sedangkan yang kedua berasal dari seperangkat prinsip yang lebih umum yang mengatur perilaku yang tepat dari sebuah percakapan. Implikatur konvensional adalah implikatur yang diperoleh dari makna kata yang sebenarnya, sebuah makna yang telah dipahami dan disepakati oleh semua orang. Adapun implikatur non konvensional atau percakapan merupakan suatu implikatur yang diperoleh dari fungsi pragmatis yang tersirat dalam suatu ujaran atau percakapan Implikatur Konvensional (Conventional Implicature) Implikatur konvensional ialah implikasi atau pengertian yang bersifat umum dan konvensional, dengan kata lain semua orang pada umumnya sudah mengetahui dan memahami maksud atau implikasi suatu hal tertentu. Pemahaman terhadap implikasi yang bersifat konvensional mengandaikan kepada pendengar/pembaca memiliki pengalaman dan pengetahuan umum. Grice (1975:44) memaparkan contoh sebagai berikut:

21 29 (23) He is an English man, therefore he is brave. Contoh kalimat di atas memiliki pasangan unsur yang menentukan adanya makna konvensi yang memiliki implikasi tuturan, yakni orang Inggris memiliki keberanian dan dia memiliki keberanian karena dia orang Inggris. Meskipun makna konvensi semacam itu masih dapat diperdebatkan, namun diharapkan pendengar/pembaca dapat memahami dan memaklumi sifat konvensionalnya. Implikatur konvensional bersifat non-temporer, artinya makna itu lebih tahan lama. Suatu leksem tertentu, yang terdapat dalam suatu bentuk ujaran, dapat dikenali irnplikasinya karena maknanya yang "lama" dan sudah diketahui secara umum Implikatur Percakapan (Conversational Implicature) Implikatur nonkonvensional (implikatur percakapan) lebih menekankan pada ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya. Implikatur percakapan memiliki pengertian dan makna yang lebih bervariasi, karena pemahaman terhadap hal yang dimaksudkan bergantung kepada konteks terjadinya percakapan. Implikatur percakapan hanya muncul dalam suatu tindak percakapan (Speech Act). Maka dari itu, implikatur percakapan tersebut bersifat temporer (terjadi saat berlangsungnya tindak percakapan), dan nonkonvensional (sesuatu yang diimplikasikan tidak mempunyai relasi langsung dengan tuturan yang diucapkan). Selain itu, implikatur percakapan bukan merupakan bagian dari tuturan karena lebih mengacu kepada jenis kesepakatan bersama antara penutur dan

22 30 mitra tuturnya, kesepakatan dalam pemahaman, bahwa yang dibicarakan harus berhubungan. Kunjana Rahardi (2008:17) menyatakan bahwa konteks pada hakikatnya adalah latar belakang pengetahuan yang dapat dipahami penutur dan mitra tutur sehingga hubungan atau keterkaitan itu sendiri tidak terdapat pada masing-masing ujaran. Artinya, maksud keterkaitan ini tidak diungkapkan secara harfiah pada ujaran itu, melainkan berdasarkan kebiasaan atau pengetahuan yang sudah saling dipahami antar kedua belah pihak. Berikut merupakan contoh dari implikatur percakapan: (24) John : The door is over there. Charles : I won t disturb you, promise! h implikasi Percakapan antara John dan Charles pada contoh di atas mengandung implikatur yang bermaksud memerintah keluar dari ruangan. Dalam tuturan tersebut tidak ada sama sekali bentuk kalimat perintah. Tuturan yang diucapakn John hanyalah pemberitahuan bahwa pintu ada disebelah sana, namun karena Charles memahami implikatur percakapan yang disampaikan John, ia menjawab dengan janji bahwa ia tidak akan mengganggunya asal tidak disuruh keluar ruangan. 2.8 Konteks Seperti yang telah disampaikan dalam bab sebelumnya, konteks merupakan inti dari kajian pragmatik, mengingat pragmatic merupakan studi yang mempelajari bahasa berdasarkan konteksnya. Leech (1982:13) menyatakan bahwa

23 31 konteks merupakan segala macam latar ilmu pengetahuan yang diasumsikan dibagi oleh penutur dan mitra tutur dan berkontribusi terhadap interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksud oleh penutur melalui tuturannya. Konteks juga merupakan situasi lingkungan yang memungkinkaan peserta pertuturan untuk dapat berinteraaksi dan yang membuat tuturan mereka dapat dipahami. Konteks adalah cakupan pengetahuan yang dianggap sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dan mempengaruhi interpretasi mitra tutur terhadap tuturan yang disampaikan oleh penutur. Konteks juga merupakan salah satu penunjang yang sangat penting untuk memperjelas suatu maksud. Dari pendapat ahli bahasa yang telah dinyatakan, maka dapat disimpulkan bahwa konteks merupakan sarana untuk memperjelas suatu tuturan untuk mencapai maksud dan tujuan dari tuturan tersebut.

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK Evi Chamalah dan Turahmat Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Sultan Agung chamalah@unissula.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap mitra tutur dengan suatu tujuan dan maksud. Dalam pragmatik tindak tutur dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan beberapa definisi kata kunci

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Berbahasa dalam bentuk berbicara merupakan bagian dari keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabang linguistik yang mempelajari tentang penuturan bahasa secara mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana suatu ujaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How

Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How to do things with word pada tahun 1965. Austin (1962)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan dibutuhkan manusia untuk dapat bersosialisasi. Ada dua bentuk komunikasi yaitu verbal dan non-verbal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) sucimuliana41@yahoo.com Abstrak Penelitian yang berjudul tindak tutur ekspresif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur merupakan gejala individual, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa si penutur

Lebih terperinci

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan)

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) 1 IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) Oleh: Indrie Harthaty Sekolah Tinggi Bahasa Asing Pertiwi Abstrak Kajian

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Jenis tindak tutur dalam iklan kampanye

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS Ahmad Fadilahtur Rahman Guru Bahasa Indonesia SMPN 4 Situbondo Email: fadilahtur_rahman@yahoo.com Abstract: This study aimed to describe the form

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia. Manusia berbahasa setiap hari untuk berkomunikasi. Berbahasa adalah suatu kebutuhan, artinya berbahasa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan berkomunikasi antar manusia terbagi menjadi dua bentuk komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua bentuk yaitu lisan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, melainkan juga memberikan sarana kepada pembaca untuk menyampaikan gagasan, baik pada redaksi maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan sesama anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Ilokusi Austin membagi tuturan berdasarkan jenisnya menjadi tiga jenis, yaitu tuturan lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Maka

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Jurnal Cakrawala ISSN 1858-449, Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Oleh : Bowo Hermaji ABSTRAK Tindak tutur merupakan tindakan yang dimanifestasikan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang bahasa khususnya tindak tutur direktif (kajian pragmatik) sebelumnya pernah dilakukan oleh Yuda Eka Setyaningsih (2004) dengan judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa tutur terjadinya atau berlangsung pada interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur;

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG Nensi Yuferi 1), Hasnul Fikri 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2)

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut... PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media pembentuk kebahasaan yang menjadi kunci pokok bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena melalui bahasa baik verbal maupun non verbal manusia

Lebih terperinci

BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule

BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY 2.1 Pragmatik Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule (1996) dalam Makyun Subuki (http://tulisanmakyun.blogspot.com/2007/07/linguistikpragmatik.html)

Lebih terperinci

Dewa Ayu Made Olivia Dita Kesari Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udaya. Abstract

Dewa Ayu Made Olivia Dita Kesari Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udaya. Abstract 1 WACANA KAMPANYE POLITIK DALAM BALIHO DAN SPANDUK PEMILIHAN GUBERNUR WAKIL GUBERNUR BALI TAHUN 2013 DAN PEMILIHAN LEGISLATIF DI BALI TAHUN 2014 : KAJIAN PRAGMATIK Dewa Ayu Made Olivia Dita Kesari Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa sebagai wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi bahasa adalah sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA

ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA Vol. 4 No.1 Juli 2014 ISSN 2089-3973 ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA Indah Rahmita Sari FKIP Universitas Jambi ABSTRACT This article is aimed to explain the disobedience

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan ide-ide atau gagasan-gagasan, dan konversasi atau percakapan (Tarigan, 2009:22). Wacana direalisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tindak tutur direktif, bentuk-bentuk tindak tutur direktif, tayangan Reality Show Janji

BAB II LANDASAN TEORI. tindak tutur direktif, bentuk-bentuk tindak tutur direktif, tayangan Reality Show Janji 7 BAB II LANDASAN TEORI Dalam penelitian ini, untuk mendukung penelitian digunakan beberapa teori yang dianggap relevan yang diharapkan dapat mendukung temuan di lapangan agar dapat memperkuat teori dan

Lebih terperinci

TINDAK UJAR EKSPRESIF DALAM FILM FREEDOM WRITER KARYA ERIN GRUWELL SUATU KAJIAN PRAGMATIK JURNAL

TINDAK UJAR EKSPRESIF DALAM FILM FREEDOM WRITER KARYA ERIN GRUWELL SUATU KAJIAN PRAGMATIK JURNAL TINDAK UJAR EKSPRESIF DALAM FILM FREEDOM WRITER KARYA ERIN GRUWELL SUATU KAJIAN PRAGMATIK JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai GelarSarjanaIlmuBudaya Oleh JANSEN ANDREANUS 110912125 JurusanSastraInggris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat melakukan tindak tutur. Pada saat penutur menuturkan tuturan tersebut, penutur sekaligus melakukan tindakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga untuk belajar mengajar merupakan tempat untuk menerima dan memberi pelajaran serta sebagai salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA Oleh Septia Uswatun Hasanah Mulyanto Widodo Email: septiauswatunhasanah@gmail.com Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah media komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam berhubungan dengan dunia di luar dirinya. Hal itu berarti bahwa fungsi utama bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan atau dihindari dari kehidupan manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya,

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO

KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO Oleh: Nuri Gusriani 1, Atmazaki 2, Ellya Ratna 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan

Lebih terperinci

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH 1. Pendahuluan KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK Ratna Zulyani Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Sebuah penelitian perlu mengungkapkan penelitian lain yang relevan dengan penelitian yang dibuatnya. Agar mempunyai orisinalitas jelas, penelitian ini

Lebih terperinci

UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA. Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang

UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA. Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang Abstrak: Ungkapan penerimaan dan penolakan merupakan bagian dari ungkapan persembahan dalam suatu tindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lain, alat yang

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Oleh Atik Kartika Nurlaksana Eko Rusminto Mulyanto Widodo Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari penelitian lapangan, baik dari buku-buku maupun skripsi yang sudah ada. Hal

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam BAB V SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam menangani siswa bermasalah dilihat dari tindak tuturnya. Selain itu telah dibahas juga mengenai bentuk ilokusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal 1 I. PENDAHULUAN Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal yang menjadi latar belakang pemilihan topik penelitian, termasuk mensignifikasikan pemilihan topik penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, ataupun alat pendapat. Alat

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, ataupun alat pendapat. Alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mengadakan hubungan atau interaksi dengan sesamanya, manusia memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan untuk menyampaikan ide,

Lebih terperinci

tahun 1938 yang bernama Charles Morris. Ia membagi ilmu tentang tanda atau

tahun 1938 yang bernama Charles Morris. Ia membagi ilmu tentang tanda atau BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pragmatik Istilah pragmatik pertama kali muncul berasal dari seorang filosof pada tahun 1938 yang bernama Charles Morris. Ia membagi ilmu tentang tanda atau semiotik menjadi tiga

Lebih terperinci

ARTIKEL. Oleh Rini Saroza Nim Medann 16 Februarr20l6 Menyetujui: Dosen Pembimbing Skripsi

ARTIKEL. Oleh Rini Saroza Nim Medann 16 Februarr20l6 Menyetujui: Dosen Pembimbing Skripsi ARTIKEL TINDAK TUTUR PADA PRAMT]NIAGA DI PASAR SWALAYAI{ Oleh Rini Saroza Nim 2113210025 I)osen Pembimbing SMpsi Hendra K Pulungan, S.Sos., M.I.Kom. Telah Diverilikasi dan Dinyatakan Memenuhi Syarat UntukDiunggah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu tuturan pasti mempunyai maksud serta faktor yang melatarbelakangi penutur dalam menyampaikan tuturannya kepada mitra tutur. Yule (2006: 82-83) mengemukakan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Tanpa bahasa, manusia tidak akan saling terhubung. Berkomunikasi pada umumnya melibatkan dua

Lebih terperinci

BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN

BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN 12 BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN Pada bab ini peneliti menguraikan beberapa landasan teori yang akan diperlukan untuk menganalisis data sesuai dengan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. tujuan mereka, dan jenis-jenis tindakan yang mereka ajukan ketika bertutur.

II. KAJIAN PUSTAKA. tujuan mereka, dan jenis-jenis tindakan yang mereka ajukan ketika bertutur. 12 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Pragmatik Pragmatik merupakan kajian terhadap makna penutur yang disesuaikan dengan konteksnya sehingga memungkinkan untuk lebih mengetahui hal yang dikomunikasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa memungkinkan manusia saling berhubungan dan berkomunikasi. Seperti pendapat yang dikemukakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Iklan terdiri dari dua

BAB I PENDAHULUAN. hasil perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Iklan terdiri dari dua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menuntut massa berperan dalam memberitahukan atau menginformasikan hasil perkembangan ilmu dan teknologi tersebut.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR PADA TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA KELURAHAN WAPUNTO KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA (KAJIAN PRAGMATIK)

TINDAK TUTUR DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR PADA TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA KELURAHAN WAPUNTO KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA (KAJIAN PRAGMATIK) TINDAK TUTUR DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR PADA TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA KELURAHAN WAPUNTO KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA (KAJIAN PRAGMATIK) RACHMAN Abhyrachman1707@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan 1 BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Bahasa merupakan produk budaya yang paling dinamis dalam pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan pemikiran, permintaan, dan perasaan

Lebih terperinci

Tindak tutur ilokusi novel Surga Yang Tidak Dirindukan karya Asma Nadia (kajian pragmatik)

Tindak tutur ilokusi novel Surga Yang Tidak Dirindukan karya Asma Nadia (kajian pragmatik) Linguista, Vol.1, No.1, Juni 2017, hal 6-11 ISSN (print): 2579-8944; ISSN (online): 2579-9037 Avaliable online at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/linguista 6 Tindak tutur ilokusi novel Surga Yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dan berkenaan dengan studi makna yang disampaikan oleh penutur atau

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dan berkenaan dengan studi makna yang disampaikan oleh penutur atau BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pragmatik (Pragmatics) Pragmatik merupakan salah satu cabang dari ilmu linguistik yang berkaitan dan berkenaan dengan studi makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar guru mempunyai peran penting dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik melalui komunikasi. Komunikasi adalah alat untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap 1 BAB 1 PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk percakapan yang mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di kelas. Dengan

Lebih terperinci