Dienda Purnamasari Universitas Bina Nusantara Jalan Rawa Belong Raya No.8, Kemanggisan Jakarta Barat

Transkripsi

1 ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 (2) PADA BUMN SEKTOR TRANSPORTASI (studi kasus : PT. Kereta api indonesia daerah operasi 1 jakarta) Dienda Purnamasari Universitas Bina Nusantara Jalan Rawa Belong Raya No.8, Kemanggisan Jakarta Barat dienda_purnamasari@yahoo.com ABSTRACT RESEARCH PURPOSES is to analyze the sources of fee income that is taxable article 23 relating to the services and rents will be undertaken by a third party and also analyze the income tax article 4 (2) sourced the lease, such as land rent, land, warehouse, buildings and so on. For it will be the analysis of the application of income tax by PT. Kereta Api Indonesia Operational Region 1 and focused on income tax article 23 and article 4 paragraph 2. This is done to determine compliance and accuracy of PT. Kereta Api Indonesia Operational Region 1 in the Income Tax Application. RESEARCH METHODS AND OBJECT conducted by the authors using qualitative methods with the primary data source obtained from the company. Analysis undertaken by authors is to analyze the sources of fee income that is taxable article 23 relating to the services and rents made by a third party and also analyze income tax article 4 (2) the lease sourced sourced on lease, such as rent land, land, warehouse, building of, and so on. and analyze and report tax when deposited in CONCLUDE that the application of the tax is to be carried on by PT. Railway Operation Region 1 Jakarta Indonesia in accordance with the laws applicable perpajakn, there is only error that the object grouping Income 23 which occurred in February, March, May in (DP) Analysis, Income Tax Article 23, Income Tax article 4 paragraph 2

2 ABSTRAK TUJUAN PENELITIAN ialah menganalisis sumber-sumber biaya yang merupakan objek pajak penghasilan pasal 23 yang berkaitan dengan jasa dan sewa yang di lakukan oleh pihak ke tiga dan juga menganalisis pajak penghasilan pasal 4 (2) bersumber atas sewa, seperti sewa lahan, tanah, gudang, bangungan dan sebagainya. Untuk itu akan dilakukan analisis mengenai penerapan Pajak Penghasilan yang dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 dan difokuskan pada PPh pasal 23 dan pasal 4 ayat 2. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ketaatan dan ketepatan PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 dalam Penerapan Pajak Penghasilannya. METODE DAN OBJEK PENELITIAN yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode kualitatif dengan sumber data primer yang didapatkan dari perusahaan. ANALISIS yang di lakukan oleh penuls adalah menganalisis sumber-sumber biaya yang merupakan objek pajak penghasilan pasal 23 yang berkaitan dengan jasa dan sewa yang dilakukan oleh pihak ke tiga dan juga menganalisis pajak penghasilan pasal 4 (2) bersumber atas sewa bersumber atas sewa, seperti sewa lahan, tanah, gudang, bangungan dan sebagainya. dan menganalisis kapan setor dan lapor pajak SIMPULAN yang di dapat adalah penerapan pajak yang di laksanakan oleh PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 Jakarta telah sesuai dengan undang-undang perpajakn yang berlaku, hanya masih ada Kesalahan yaitu dalam pengelompokan objek PPh 23 yang terjadi di bulan Februari, Maret, Mei pada tahun (DP) Kata Kunci : Analisis, Pajak Penghasilan Pasal 23, Pajak Penghasilan 4 ayat 2.

3 PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, dalam pembangunan masyarakat di segala bidang saat ini Indonesia membutuhkan pemasukan ke dalam kas negara yang cukup besar. Pemasukan itu diterima sebagian besar dari sektor pajak. Pemasukan dari sektor pajak tersebut digunakan untuk pengeluaran rutin ataupun pengeluaran untuk pembangunan, dan juga membiayai penyelenggaraan pemerintahan. Itulah yang menyebabkan pajak begitu penting.indonesia memiliki tujuan nasional, sebagaimana tertuang di dalam Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur salah satunya dengan pembangunan. Pajak merupakan salah satu sumber dana potensial yang diharapkan dapat menunjang pembangunan. Pajak digunakan unrtuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. Pembangunan disegala bidang merupakan tanggung jawab pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia, salah satu wujud tanggung jawab rakyat dalam mensukseskan pembangunan adalah dengan membayar pajak. Sedangkan pemerintah berkewajiban untuk meningkatkan penerimaan negara dengan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan negara, salah satunya adalah pendapatan dari sektor pajak. Dari berbagai jenis pajak yang telah ditetapkan pemerintah, pajak penghasilan merupakan pajak yang diharapkan dapat memberikan konstribusi yang cukup besar bagi penerimaan negara. Pajak Penghasilan merupakan sumber penerimaan negara yang pemungutannya berasaskan keadilan dengan arti bahwa adanya kesamaan dan pemerataan beban pajak yang harus dibayar oleh masyarakat yang telah memenuhi syarat sebagai wajib pajak. Penelitian ini dilakukan pada BUMN yang bergerak pada sektor transportasi darat (kereta api). Berbagai peraturan dan undang-undang mengenai jasa transportasi, diatur khusus oleh pemerintah. Hal tersebut disebabkan Karena jasa transportasi merupakan salah satu kegiatan dalam bidang ekonomi yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Berkaitan dengan masalah perpajakan PT. Kereta Api Indonesia (persero) merupakan subjek pajak dari PPh pasal 23 tentang jasa-jasa yang berkaitan dengan pekerjaan pihak ke tiga pada PT. Kereta Api Indonesia, dan pengenaan pajak penghasilan pasal 4 ayat 2 yaitu tentang penghasilan yang dianggap final atas penghasilan dari persewaan lahan dan bangunan di area lahan PT. Kereta Api Indonesia. Tujuan penelitian ini yaitu diantaranya Untuk menganalisis penerapan peraturan pengenaan pajak pada PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 Jakarta apakah telah sesuai dengan undang-undang yang berlaku, Untuk mengetahui apakah PT.Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 telah melakukan pengelompokkan atas objek PPh Pasal 23 dengan benar, Untuk mengetahui ketetapan pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan pasal 23 dan pasal 4 (2) secara benar sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku. METODE PENELITIAN Pengumpulan data ini didalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis, yaitu mendeskriptifkan data-data yang telah terkumpul dan menganalisisnya. Deskriptif analisis ini meliputi analisis teoritis dan empiris, yaitu sebagai berikut : Pertama adalah analisis teoritis, yaitu dengan menganalisis peraturan-peraturan perpajakan tentang pajak penghasilan. Dalam pengumpulan dan mengkaji data-data yang diperoleh dari penelitian ini, metodelogi

4 penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu Jenis risetnya adalah eksploratoria (penelitian kualitatif), Kedalaman riset ini yaitu studi kasus. Yaitu PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 Jakarta,Metode pengumpulan datanya adalah Observasi, Wawancara, Dokumentasi.Lingkungan penelitiannya adalah lingkungan riil (field setting), Unit analisisnya yaitu suatu perusahaan (instansi). HASIL DAN BAHASAN PT.Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 Jakarta merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang jasa transportasi darat. PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 Jakarta mempunyai hak dan kewajiban yang harus di laksanakan di bidang perpajakannya. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 85/PMK.02/2012 Badan Usaha Milik Negara atau BUMN ditunjuk sebagai pemungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Dengan demikian PPN dan PPnBM yang terutang atas Penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak oleh rekanan BUMN dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh BUMN. PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 Jakarta terdaftar kantor pelayanan pajak Wajib Pajak Besar Badan Usaha Milik Negara dengan NPWP dan nomer PKP Proses bisnis di PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 Jakarta di bagi menjadi 2 yaitu koor bisnis dan non koor bisnis. Koor bisnis yaitu mulai dari tiket sampai dengan kereta tersebut berjalan Sedangkan untuk non koor bisnis yaitu seperti sewa lahan stasiun, sewa rumah dinas dan sebagainya. Sumber PPh 23 di PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 bersumber dari pekerjaan yang dilakukan oleh pihak ke 3. Apabila PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 memiliki suatu proyek pekerjaan dengan harga 200 juta rupiah, Maka PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 akan melakukan penunjukan terhadap 1 rekanan yang telah terdaftar pada daftar rekanan PT.Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1. Apabila PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 memiliki proyek pekerjaan dengan harga diatas 200 juta rupiah, maka PT.Kereta Api Indonesisa Daerah Operasi 1 akan melakukan pelelangan kepada seluruh rekanan PT.KAI. Rekanan PT. Kereta Api Indonesia Sudah terdaftar di dalam daftar rekanan terseleksi yang mencakup antara lain : nama perusahaan, kualifikasi jenis lelang. Di dalam proses lelang minimal ada 5 rekanan perusahaan PT. Kereta Api Indonesia dan di ambil harga terendah. Untuk lelang dengan harga kecil nilainya maka akan berbentuk SPK, sedangkan untuk lelang yang nilainya besar maka akan berbentuk sebuah kontrak kerja. Kontrak kerja / SPK (surat perintah kerja) mencakup jenis pekerjaan dan nilai pekerjaan. Kontrak di bagi menjadi 2, kontrak pengadaan dan kontrak kerja. Kontrak pengadaan bukan merupakan sumber PPh 23 karena tidak memiliki upah, sedangkan kontrak pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang akan di kenakan pajak penghasilan (PPh) pasal 23. Jasa yang dilelang antara lain Jasa cleaning service, Jasa catering, Jasa pembasmian hama, Jasa pelaksanaan Konstruksi,perawatan,pemeliharaan dan Pemasangan Instalasi, Jasa Maklon, Jasa Penyelidikan dan Keamanan, Jasa Teknik. Sedangkan Unit Pelelangan di PT.Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 Jakarta terdiri dari Unit Jalan dan Jembatan, Unit Sinyal dan Telekomunikasi ( SINTEL ), Unit Listrik Aliran Atas ( LAA), Unit Sarana, Unit Pelayanan, Unit Komersial.

5 Sedangkan Pasal 4 ayat 2 pada PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 secara garis besar yaitu tentang sewa. Sewa yang dimaksud seperti sewa bangunan, sewa kios, sewa lahan dan bangunan, sewa tanah, sewa ruangan, pengelolaan parkiran, sewa rumah dinas, dan lainnya. Perjanjian sewa tertuang di dalam sebuah kontrak, kontrak di buat oleh bagian pemasaran. Sewa tersebut yang menanggung pajaknya adalah pihak yang menerima pendapatan, karena PT. KAI DAOP 1 sebagai wapu (wajib pungut ), maka PT. KAI wajib memungut tetapi apabila yang menyewa adalah sama-sama wajib potong maka pajak penghasilan pasal 4 ayat 2 di potong oleh pihak penyewa. Apabila kontrak telah selesai kemudian penyewa melakukan pembayaran dan akan terbit rekening G215 yang berfungsi untuk menjelaskan nilai pembayaran. G215 di input berdasarkan kontrak yang didalamnya meliputi perincian dan nilai uang. Di dalam G215 akan di tulis dengan menggunakan kode. Contoh kode perkiraan di Daop 1 jakarta : xxxx / yyyy / zzzz. Keterangan : - xxxx : melambangkan kode biaya yang mencerminkan sebuaah unit. - yyyy : melambangkan kode anggaran yang mencerminkan pos anggaran akan kemana. - zzzz : kode perkiraan yang mencerminkan sub pos anggaran akan kemana. Prosedur sistem berjalan pada pendapatan non operasi dari sewa kios pada PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasi 1 Jakarta adalah sebagai berikut: a. Proses Penerimaan kontrak Pada proses awal ini pihak ketiga yang disebut klien menyerahkan kontrak kepada bagian pemasaran yang telah di lengkapi identitas dan keterangan yang bersangkutan, kemudian kontrak di cek untuk kebenaran datanya. Kontrak di buat 3 rangkap yang pertama di arsipkan di bagian pemasaran, yang kedua diserahkan kebagian junior manager penagihan, dan yang ketiga di kembalikan kepada klien. b. Proses pengesahan Rekening Bagian administrasi keuangan menerima kontrak acc memprosesnya dan membuat rekening sewa yang akan di bebankan kepada Klien. Rekening tersebut adalah rekening G215/SAB yang dibuat rangkap 5 dan diserahkan kepada bagian keuangan untuk di periksa dan disahkan. Setelah di sahkan rekening ini didistribusikan kebeberapa pihak yaitu : - Rekening G215/ SAB lembar 1,2,5 ke bagian bendahara - Rekening G215/SAB lembar 3 di bagian administrasi keuangan. - Rekening G215/ SAB lembar 4 di arsipkan di bagian administrasi keuangan. c. Proses pembayaran sewa Setelah kontrak (surat perjanjian) telah di sepakati klien akan melakuka pembayaran atas sewa sesuai dengan nilai yang di bebankan di rekening G215/Sab yang akan dibayarkan di bagian PBD (perbendaharaan daerah) bagian yang menerima dan mengeluarkan uang. Setelah pembayaran lunas rek G215/SAB lembar ke 5 di serahkan ke klien sebagai bukti pembayaran. d. Pembuatan Laporan Selanjutnya bagian administrasi keuangan membuat laporan berdasarkan data rek G215/ SAB yang kemudian di serahkan ke seksi anggaran dan akuntansi.

6 PT. Kereta pi Indonesia pada tahun 2010 mengalami kesalahan potong yaitu yang seharusnya menjadi objek PPh pasal 22 di masukan ke dalam PPh pasal 23, Hal ini terjadi pada bulan Februari, Maret, Mei dan Juni. Untuk penyetoran pajak sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 184/PMK/03/2007 yang berlaku sejak tanggal 1 januari 2008 Pasal 2 ayat 6 dimana PPh Pasal 23 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir, PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 telah melaksanakan penyetoran pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sedangkan untuk pelaporan pajak sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 184/PMK/03/2007 yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2008 Pasal 7 ayat 1 dimana Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir, PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 juga telah melaksanakan pelaporan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Gambar Alur penagihan dan Pembayaran PEKERJAAN SELESAI REKANAN BERKAS TAGIHAN UNIT KERJA BERKAS TAGIHAN BERKAS TAGIHAN UNIT ADMINISTRASI KEUANGAN PEMBAYARAN UNIT PBD (PERBENDAHARAAN DAERAH) TRANSFER / GIRO BANK Gambar 4.2 Alur Penagihan

7 BERKAS TAGIHAN ADMINISTRASI KEUANGAN PROSES ANALISA (CHECK LIST TAGIHAN) PENERBITAN BUKTI PEMBAYARAN FORM A 13 / A 13 A FORM A9 FORM SPU (SURAT PENGELUARAN UANG) PBD BANK Gambar 4.3 Proses Administrasi Pembayaran Pada Unit Administrasi Keuangan SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan yang telah disajikan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut : PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 Jakarta pada tahun 2010 sudah sepenuhnya mengaplikasikan tarif baru yang diatur dalam UU Nomor 36 Tahun 2008 dan 244/PMK.03/2008 yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2009, Dalam data yang ditemukan, ada beberapa transaksi yang keliru pengelompokkan objek pemotongan Pajak Penghasilannya. Ada beberapa pemotongan yang seharusnya masuk ke dalam Pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22, tetapi masuk ke dalam pemotongan Pajak Penghasilan pasal 23. Seperti : Pengadaan pelumas untuk lokomotif. Kekeliruan Pengelompokan objek terjadi pada bulan Februari, Maret, Mei, dan juni tahun 2010, Beberapa arsip data yang dibutuhkan tidak tersedia, seperti SPT dan SSP PPh 23 pada bulan Oktober 2011 dan Maret 2012 untuk membuktikan bahwa

8 perusahaan melakukan pelaporan dan penyetoran, Dari seluruh bukti penyetoran dan pelaporan yang ditemukan oleh penulis dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, PT.KAI DAOP 1 benar-benar telah menjalankan peraturan dengan baik sebagai mana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 yang berlaku mulai 1 Januari 2008, dan kini telah diubah menjadi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 yang berlaku tanggal 1 April Berdasarkan kesimpulan diatas, memberikan beberapa saran terkait sebagai berikut: Untuk dokumen- dokumen yang terkait dengan PPh Pasal 23 dan Pasal 4 ayat 2 sebaiknya disimpan dengan rapi sesuai dengan urutan waktunya selama 10 tahun, berdasarkan UU KUP pasal 40. Sehingga jika sewaktu-waktu dibutuhkan terutama terkait dengan pemeriksaan pajak, perusahaan akan lebih mudah dalam mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan, Lebih teliti dalam pengelompokan pajak, karena PPh 22 tarifnya berbeda dengan PPh 23 yang akan mengakibtakan kesalahan di dalam SPT, Perusahaan diharapkan dapat terus melakukan penyetoran dan pelaporan yang tepat waktu agar tetap terhindar dari sanksi berupa bunga sebesar 2% karena terlambat melakukan penyetoran dan terlambat melaporkan sebesar Rp REFERENSI Mardiasmo (2011), Perpajakan, Yogyakarta : CV. Andi Offset. Muljono Djoko (2009). PPh dan PPN Untuk Berbagai Kegiatan Usaha. Yogyakarta : CV. Andi Offset Resmi Siti. (2011), Perpajakan, Jakarta : Salemba Empat. Setiawan Agus, (2010), Petunjuk Praktis Pemotongan & Pemungutan PPh, Bogor : Ghalia Indonesia. Suandy Erly. (2011), Hukum Pajak, Jakarta :Salemba Empat. TAF Institute. (2012). Modul Pendidikan Pajak Terapan Komprehensif Brevet A,B Jakarta : TAF Institute. Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat. (di akses November 2012) (di akses November 2012) (di akses November 2012 ) (di akses April 2013) ( di akses April 2013 ) ( di akses April 2013 ) (di akses Juli 2013 ) RIWAYAT PENULIS Dienda Purnamasari, lahir di Jakarta, 26 Juni Penulis menamatkan Pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi