Flora yang secara normal terdapat di dalam saluran pencernaan manusia.
|
|
- Hartono Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VII PENYAKIT IKAN BAKTERIAL 1. Aeromonas salmonicida 2. Renibacterium salmoninarum 3. Mycobacterium 4. Nocardia 5. Edwardsiella tarda & E. ictaluri 6. Streptococcus 7. Pasteurella 8. Yersinia ruckeri 9. Vibrio anguilarum & V. ordalii 10. Aeromonas hydrophila 11. Flexibacter collumnaris 12. Pseudomonas 13. Cytophaga psychrophylla 14. Sporocytophaga 15. Lactobacilus 16. Eubacterium terentellus 17. Streptomyces PENYAKIT MANUSIA BAKTERIAL TERBAWA IKAN - PRODUK IKANI 1. Eschericia coli 2. Salmonella 3. Shigella 4. Vlbrio cholerae 5. Vibrioparahaemolyticus 6. Clostridium botuilnum ESCHERICHIA COLI: Flora yang secara normal terdapat di dalam saluran pencernaan manusia.
2 Ditemukan strain yang dapat menyebabkan diare pada manusia (E. coli enteropatogenic) ~ EPEC (E. coli Enteropatogenic) 1. PATOGEN: tak dapat memproduksi toksin 2. PATOGEN: memproduksi toksin (enterotoksigenic F. cob) ~ ETEC penyebab traveller s diarrhea SIFAT-SIFAT E. coli : 1. Gram negatif 2. Termasuk kelompok enterobacteriaceae 3. Koliform fekal 4. Indikator terhadap kontaminasi faeces pada air dan susu. 5. Ukuran 1,1-1,5 µ x 2,0-6,0 µ 6. Fakultatif anaerob 7. Dapat memfermentasi laktosa 8. Uji IMVIC bereaksi Tumbuh pada suhu 10 o - 40 C opt 37 C 10. ph optimum 7,0-7,5 (mm. 4,0, max. 9,0) 11. Peka terhadap panas dan inaktif pada suhu pasteurisasi atau pemasakan makanan. GEJALA INFEKSI EPEC (NON-ETEC) Demam, pusing, kejang perut dan diare GEJALA INFEKSI ETEC Menyebabkan sekresi berlebihan dan elektrolit dan air saluran pencernaan. Diare dehidrasi dan shock tanpa demam. TOKSIN YANG DIBENTUK: Toksin yang stabil terhadap panas (ST) tahan terhadap pemanasan pada suhu 100 C 15. Toksin yang labil terhadap panas (LT) inaktif dengan pemanasan pada suhu 60 C 30. KONTAMINASI F. COLI PADA MAKANAN:
3 Karena merupakan flora normal dalam saluran pencernaan dan mudah meng- Mengkontaminasi air kontaminasi daging (penyambelihan) atau meng kontaminasi susu (pemerahan) Mengkontaminasi ikan dan hasil laut Mengkontaminasi alat-alat pengolahan. SALMONELLA Bakteri penyebab infeksi Salmonelosis SIFAT-SIFAT SALMONELLA: 1. Gram negatif 2. Bentuk batang 3. Tidak membentuk spora 4. Fakultatif anaerob 1. Mereduksi NO 3 - NO 2-5. Memfermentasi glukosa 6. Katalase positif 7. Motil
4 8. Mempunyai flagela 9. Tidak dapat memfermentasi laktosa 10. Suhu optimum C 11. ph optimum 6,5-7,5 12. Aw 0,945-0,999 KONTAMINASI SALMONELLA PADA MAKANAN Mengkontaminasi: Telur dan hasil olahannya Ikan dan hasil olahannya Daging ayam Daging sapi Susu dan hasil olahannya Biasanya terdapat dalam kotoran, telur dan daging unggas. GEJALA INFEKSI SALMONELLA: Sejumlah sel Salmonella masuk ke dalam saluran pencernaan, ke saluran usus dan berkembang biak dengan baik. Dapat melakukan penetrasi pada saluran usus sehingga menimbulkan inflamasi. Endotoksin yang merupakan hopolisakarida pada dinding sel bakteri merupakan penyebab timbulnya gejala demam. Gejala-gejala infeksi yang timbul setelah tertelannya sel Salmonella bervariasi tergantiing virulen dan strain jumlah sel bakteri yang tertelan dan daya tahan tubuh yang dipengaruhi oleh umur dan kesehatan penderita.
5 Waktu inkubasi semakin cepat jika jumlah sel semakin tinggi. 9 hari : dosis 10 5 sel 3 hari : dosis 10 9 sel PENCEGAHAN KONTAMINASI Pencucian telur dengan air hangat 65,6 C selama 3 menit. Pencucian dengan larutan detergent pada suhu 49 C. Tetapi perlakuan panas berpengaruh terhadap (perubahan) sifat produknya, sehingga dilakukan usaha lain: Mengatur ph Penambahan bahan kimia Detergent
6 Nilai D dan Salmonella bervariasi tergantung substrat tempat pemanasannya 0,06-11,33 menit pada suhu 60 C (D60 C). Untuk mengurangi kontaminasi Salmonella pada daging ayam dapat dilakukan dengan: Semprot 200 ppm larutan khlorin Pencelupan 3% larutan asam suksinat Pencelupan 0,5% glutaraldehid (Kelemahan: mempengaruhi bau dan rasa) Perlakuan lain: Dengan asam asetat, H 2 O 2, radiasi UV, pemasakan dengan microwave. Sanitasi yang baik terhadap alat pengolahan. Penyimpanan pada suhu rendah
7 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI PRE ENRICHMENT LACTOSE BROTH Pengenceran 1 : C, 24 jam Selenite cystein broth 35 C, 24 jam Samonefla - Shigella Agar jam Koloni: tak berwarna coklat muda merah muda kuning bagian tengah berwarna hitam UJI PENDUGA TSI (Triple Sugar Iron) 35 C, 24 jam Reaksi : Alkali (merah) permukaan asam (kuning) gas bagian bawah tabung H 2 S warna hitam (FeS) UJI PENGUAT UJI UREASE UJI LENGKAP BIOKIMIA DAN SEROLOGI
8 SIFAT: SHIGELLA Gram negatif Bentuk batang Non motil Suhu optimum 37 C Tahan konsentrasi garam 5-6% Tidak dapat menggunakan sitrat dan malonat Memfermentasi glukosa 4 SUB GRUP: S. dysenteriae (10 serotipe) S. flexneri (6 serotipe) S. boydii (15 serotipe) S. sonnei (1 serotipe) GEJALA DISENTRI BASILER: Shigelosis bervariasi dan ringan parah Waktu inkubasi 1-7 hari Bila dosis tinggi, gejala lebih cepat lagi (12-34 jam) gejala : mulas, kejang perut, diare bercampur darah, muntah. Diare parah luka pada saluran pencernaan S. dysenteriae - paling virulen Disebut juga : Bacillus shiga di Amerika : S. sonnei - 65% S. flexneri - 25% Infektif S. dysenteriae : 10 S.flexneri(1): 10 2 S. flexneri (2): 10 4 S.flexneri(3):
9 KONTAMINASI SHIGELLA PADA MAKANAN : Dibandingkan dengan Salmonella, Shigella lebih sering ditemukan dalam air. Mengkontaminasi ikan, susu, udang, salad, dan puding. Tidak mengkontarninasi hewan piaraan. PENGEGAHAN: Pasteurisasi makanan SIFAT-SIFAT: VIBRIO CHOLERAE Gram negatif Tak berspora Motil, flagela polar tunggal Bentuk batang melengkung (S, spiral) Fakultatif anaerob ph optimum 7,3-8,0 Suhu optimum C Konsentrasi NaCl optimum 3% (dapat hidup dalam air laut) Dapat hidup pada pangan hasil laut: 2-4 hari -- suhu C 4-9 hari -- suhu 5 10 o C Menghasilkan enterotoksin GEJALA KOLERA: Waktu inkubasi 6-9 jam sampai 2-3 hari (tergantung jumlah bakteri) Pada infeksi parah, diare sampai kali Tekanan darah menurun Kejang, kehilangan cairan Kotoran penderita mengandung 10k - 10 sel/ml
10 KONTAMINASI VIBRIO CHOLERAEPADA MAKANAN: Ikan Udang Kerang Kepiting Lobster Sayuran Buah-buahan Air PENCEGAHAN: Pemanasan pada suhu 55 C selama 15 menit VIBRIO FARAHAEMOLYTICUS SIFAT-SIFAT Gram negatif Fakultatif anaerol, Batang pendek, melengkung Memproduksi indol, katalase Fermentasi glukosa, maltosa, trehalosa Menghidrolisa pati dan khitin Suhu optimum C Waktu generasi menit ph optimum 7,5-8,6 ADA 2 BIOTIPE Biotipe I : Vibrioparahaemolyticus Biotipe 2 : Vibrio alginolyticus
11 GEJALA INFEKSI: Diare encer (28%) Kejang perut (82%) Mual (71%) Muntah, pusing, demam Waktu inkubasi 4-96 jam (rata-rata jam) KONTAMINASI V. FARAHAEMOLYTICUS PADA MAKANAN: Air dengan kadar b.o. tinggi Udang Ikan Kepiting Kerang Lobster PENCEGAHAN: D 47 o C 5,3 menit Suhu 21 C 48 menit suhu 37 o C CLOSTRIDIUM BOTULINUM (INTOKSIKASI) Menghasilkan : racun botulinum (neurotoksin) Bakteri ini bersifat saprofit Sifat-sifat: Gram positif Batang Spore - forming Fermentasi glukosa dan maltosa Menghasilkan H 2 S Tidak memfermentasi laktosa Tidak mereduksi NO 3 Tidak menghasilkan indol
12 TOKSIN BOTULINUM DIBEDAKAN : 1. TOKSIN A : dapat menyebabkan botulisme pada manusia 2. TOKSIN B : sering terdapat di dalam tanah kurang beracun <Toksin A 3. TOKSIN Cl keduanya dapat menyebabkan intoksikasi pada ternak sapi, ayam, atau hewan lain 4. TOKSIN C2 (tidak pada manusia). 5. TOKSIN D : penyebab intoksikasi pada ternak sapi. 6. TOKSIN E : penyebab intoksikasi bukan pada ternak sapi, tetapi pada manusia. Sering ditemukan pada ikan dan hasil olahannya. 7. TOKSIN F : penyebab intoksikasi pada manusia. 8. TOKSIN G : sering ditemukan di dalam tanah, tetapi belum diketahui daya racunnya. CLOSTRIDIUM BOTULINUMDIKELOMPOKKAN: 1. GRUP I : semua strain proteolitik termasuk semua strain A dan beberapa B dan F. 2. GRUP II : strain yang tidak bersifat proteolitik tetapi dapat menyebabkan intoksikasi pada manusia, termasuk semua strain E dan beberapa B dan F. 3. GRUP III : strain yang tidak bersifat proteolitik dan tidak menimbulkan gejala intoksikasi pada manusia, termasuk semua strain C dan D. PEMBENTUKAN RACUN BOTULINUM DALAM MAKANAN Karena anaerob Strain A dan B Strain E : ditemukan dalam makanan yang dikalengkan atau dibotolkan. : buncis, jagung, air, asparagus, dan bayam yang dikalengkan. : ikan, ikan asap. Daging, ikan dan makanan yang berasam rendah merupakan substrat yang baik untuk pembentukan racun. Pembentukan toksin akan terhambat pada ph di bawah 4,6, sehingga jika ada makanan yang berasam tinggi dapat ditumbuhi kacang ph naik Clostridium botulinum dapat tumbuh dan membentuk toksin.
13 Produksi toksin menurun pada kadar air 40% dan pada kadar air 30% terhambat. Konsentrasi NaC1 8% atau > akan menghambat pembentukan toksin. Strain yang bersifat proteolitik mempunyai suhu optimum 35 C (tumbuh dan toksin) Strain non-proteolitik suhu optimum C. SIFAT DAN CARA KERJA RACUN BOTULINUM Diproduksi dalam bentuk toksin progenitor. Toksin tersebut dapat diaktifkan oleh enzim tertentu dalam tubuh manusia atau hewan menjadi komponen beracun. Toksin yang telah aktif dalam tubuh akan dibawa melalui pembuluh darah ke sistem syaraf kholmergik dimana toksin tersebut bekerja pada bagian akhir sistem syaraf dengan cara mencegah bagian sineptik untuk melepaskan asetilkholin yang dapat menggerakkan otot-otot melalui reaksi dengan ujung-ujung otot lumpuh.
14 Manusia lebih peka dari pada kera. Jika untuk kera dibutuhkan: 180 MLD Toksin/kg BB kera, maka untuk manusia dibutuhkan: 34,6 MLD Toksin/kg B.B. manusia Dosis toksin yang dapat menyebabkan kematian adalah: 0,1-1/.µg Bersifat antigenik, yaitu dapat memproduksi antibodi/antitoksin jika disuntikkan ke dalam tubuh hewan/manusia Untuk membuat antitoksin digunakan formaldehid yang dapat menginaktifkan racun menjadi torsoid yang tidak beracun untuk imunisasi hewan/manusia. Gejala : 12 jam --> satu minggu Perut mulas, muntah, diare, dilanjutkan dengan serangan syaraf kelumpuhan otot. Lidah dan leher tidak dapat digerakkan dan tekanan darah menurun. PENCEGAHAN: PEMANASAN Spora C botulinum sangat tahan panas. Panas yang dibutuhkan untuk menginaktifkan spora tsb tergantung dari : -- Substrat -- Strain C botulinum -- Jumlah dan umur spora.
15 Sel vegetatif tidak tahan panas, sehingga jika spora telah diinaktifkan, sel sudah mati. Strain A & B > tahan dan pada C, D dan E Strain A & B -D 121 C = 0,21 menit Strain E -D 100 C = 0,003-0,017 menit Nilai D menurun dengan semakin tingginya pemanasan: D 111 C = 2,1 menit Nilai D dan E digunakan untuk menghitung panas yang dibutuhkan dalam pengalengan makanan. Konsep 12 D = pengurangan jumlah spora dan 10 kurang dan 1 (sebanyak 12 LOG). Biasanya 2,5-3,0 menit pada suhu 121 C. Toksin yang terlanjur terbentuk juga dapat diinaktifkan dengan pemanasan: Toksin A : 80 C menit Toksin B : 20 C - 15 menit PENDINGINAN: Penyimpanan pangan pada suhu 3,3 C atau Iebih rendah dapat mencegah pertumbuhan dan pembentukan toksin. IRRADIASI: RADIASI SINAR GAMMA DA dan DB : 0, ,336 Mrad DE : 0,125-9,138 Mrad. (untuk sel vegetatif) UNTUK TOKSIN 7,3 MRAD (Medium padat) 4,9 MRAD (Medium cair) PENGERINGAN: Mengeringkan pangan Aw 0,92 atau <
16 NITRIT: Nitrit tidak mencegah germinasi spora, tetapi sel muda hasil germinasi spora tidak dapat tumbuh dan berkembang biak dengan adanya NO 2 -. Selama penyimpanan NO 2 - akan berkurang, sehingga akhirnya c.botulinum dapat tumbuh. ASAM: ph 4,6-5,0 (tergantung jenis substrat) kalau ada NO2- ph lebih tinggi (5,5 6,6). GARAM NaCl. Kadar NaCl 10% Aw 0,935 Tetapi untuk produk curing (NaC1 2-4%; NO2 - atau aditif yang lain dapat menghambat pertumbuhan c. botulinum. ANTIBIOTIK: NISIN sangat efektif (dihasilkan oleh Streptococcus lactis) STRAIN A: ig/m1 menghambat germinasi spora 50%. STRAIN E: ig/m1 menghambat germionasi spora 50% STRAIN B: tg/m1 menghambat germinasi spora 50%. BAHAN PENGAWET LAIN: Metil, etil, propil dan butil pada hidroksibenzoat 0,1% (medium cair). 0,2% asam sorbat (medium cair) Asam sorbat + NO 2 - dengan kadar rendah memperlambat pembentukan toksin. Minyak bawang putih dan bawang merah (1500 µg/g) mengurangi pembentukan toksin.
KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN
KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi setiap manusia untuk pertumbuhan maupun mempertahankan hidup. Namun, dapat pula timbul penyakit yang disebabkan oleh pangan.
Lebih terperinciMIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12
MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12 MIKROORGANISME MAKANAN DAN KEMASAN Bahan pangan mempunyai mikroflora spesifik yang
Lebih terperinciBAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh
BAB II TUJUAN PUSTAKA A. ES JUS Es Jus merupakan salah satu bentuk minuman ringan yang dapat langsung diminum sebagai pelepas dahaga. Es Jus terbuat dari beberapa bahan antara lain es batu,buah,,sirup,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat
TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat Sifat yang terpenting dari bakteri asam laktat adalah memiliki kemampuan untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat. Berdasarkan tipe fermentasi, bakteri asam laktat
Lebih terperinciMorfologi dan Taksonomi Escherichia coli
Morfologi dan Taksonomi Escherichia coli Bakteri ini termasuk flora normal tubuh yang berbentuk batang pendek (kokobasil) berukuran 0,4-0,7 μm x 1,4 μm. Bersifat Gram negatif. E. coli memiliki 150 tipe
Lebih terperinciFaktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup
Marselinus Laga Nur Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup Bacilus cereus Gram-positif Aerobik membentuk endospora Tahan terhadap panas kering dan disinfektan kimia
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)
TINJAUAN PUSTAKA Lactobacillus plantarum Bakteri L. plantarum termasuk bakteri dalam filum Firmicutes, Ordo Lactobacillales, famili Lactobacillaceae, dan genus Lactobacillus. Lactobacillus dicirikan dengan
Lebih terperinciTOKSIN MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti
TOKSIN MIKROORGANISME Dyah Ayu Widyastuti Toksin bisa juga disebut racun Suatu zat dalam jumlah relatif kecil, bila masuk ke dalam tubuh dan bekerja secara kimiawi dapat menimbulkan gejala-gejala abnormal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Makanan dan minuman merupakan kebutuhan primer bagi manusia sebagai penghasil energi yang digunakan tubuh dalam melakukan aktivitas demi kelangsungan hidupnya. Ada berbagai jenis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sosis 1. Pengolahan sosis Bahan dasar sosis adalah daging giling, dan bahan tambahan antara lain bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak, penyedap,
Lebih terperinciMIKROORGANISME PATOGEN. Prepare by Siti Aminah Kuliah 2. Prinsip Sanitasi Makanan
MIKROORGANISME PATOGEN Prepare by Siti Aminah Kuliah 2. Prinsip Sanitasi Makanan Sub Pokok Bahasan Definisi mikroorganisem pathogen Infeksi dan intoksikasi Jenis-jenis mikroorganisme pathogen dalam makanan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Higienis dan Sanitasi Higienis adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. disantap mentah. Lalap biasanya terdiri dari kol, ketimun, daun kemangi,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lalap Lalap adalah salah satu makanan yang merupakan hasil pertanian yang disantap mentah. Lalap biasanya terdiri dari kol, ketimun, daun kemangi, selada dan tomat. Lalap dikonsumsi
Lebih terperinciUJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae
UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Prodi Pendidikan Biologi
Lebih terperinciBAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan
BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan Jumlah dan jenis populasi mikroorganisme yang terdapat pada berbagai produk perikanan sangat spesifik. Hal ini disebabkan
Lebih terperinci3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)
3. HASIL PENELITIAN 3.1. Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) Bahan utama yang digunakan sebagai substrat untuk proses fermentasi acar ini adalah kubis putih yang berasal dari daerah Getasan, Kopeng (Gambar
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dekke Naniura Pada masyarakat Batak terdapat beberapa makanan tradisional yang menggunakan ikan mas sebagai bahan dasarnya seperti dekke naniarsik dan dekke naniura. Dekke
Lebih terperinciNova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN
VI. PEMBAHASAN Praktikum yang dilaksanakan pada 23 Mei 2011 mengenai pengujian mikroorganisme termodurik pada produk pemanasan. Praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat membuat perhitungan SPC dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sambal Cabai 1. Sambal Sambal salah satu bahan yang terbuat dari cabai dan ditambah bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal memiliki cita rasa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi merupakan hewan berdarah panas yang berasal dari famili Bovidae. Sapi banyak dipelihara sebagai hewan ternak. Ternak sapi merupakan salah satu komoditas ternak
Lebih terperinciSumber penularan penyakit. Penerima. Diagram Penularan Penyakit
BAB 2 PENYAKIT BAWAAN MAKANAN (FOOD BORNE DISEASE) Sumber penularan penyakit orang sakit binatang / insekta tanaman beracun parasit Penerima manusia hewan Penyebaran penyakit tergantung pada kontak langsung
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lalat Rumah (Musca domestica) Lalat rumah (M. domestica) merupakan lalat yang paling umum dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia. M. domestica
Lebih terperincib. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.
pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabati dan pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).
Lebih terperinciBAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3
BAKTERI PENCEMAR MAKANAN Modul 3 PENDAHULUAN Di negara maju 60% kasus keracunan makanan akibat Penanganan makanan yg tidak baik Kontaminasi makanan di tempat penjualan Di negara berkembang tidak ada data
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN Yoghurt merupakan minuman yang dibuat dari susu sapi dengan cara fermentasi oleh mikroorganisme. Yoghurt telah dikenal selama ribuan tahun dan menarik banyak perhatian dalam beberapa tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh manusia, baik dalam bentuk segar maupun sudah diproses dalam bentuk produk. Susu adalah bahan pangan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
39 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Rata-Rata Jumlah Bakteri yang Terdapat pada Feses Sapi Potong Sebelum (inlet) dan Sesudah (outlet) Proses Pembentukan Biogas dalam Reaktor Tipe Fixed-Dome Hasil perhitungan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika dan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Parameter Fisika dan Kimia Air Sumur Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika
Lebih terperinci: Clostridium perfringens
Clostridium perfringens Oleh : Fransiska Kumala W 078114081 / B Clostridium perfringens adalah salah satu penyebab utama infeksi luka berakibat gangrene gas. Seperti banyak clostridia, organisme ini banyak
Lebih terperinciBAB IV RESPONS MIKROBIA TERHADAP SUHU TINGGI
BAB IV RESPONS MIKROBIA TERHADAP SUHU TINGGI FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN: 1. Mikrobia penyebab kerusakan dan mikrobia patogen yang dimatikan. 2. Panas tidak boleh menurunkan nilai gizi / merusak komponen
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Usus Itik Semua saluran pencernaan hewan dapat disebut sebagai tabung dari mulut sampai anus, yang memiliki fungsi untuk mencerna, mengabsorbsi, dan mengeluarkan sisa makanan yang
Lebih terperinciGambar 6. Hasil uji biokimia Bacillus cereus pada nasi putih non organik: (a) metode tradisional (dandang) (b) Dengan metode modern (rice cooker)
7. LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil uji biokimia Bacillus cereus (a) 3 4 5 Keterangan : 1.Tabung hasil uji glukosa 2.Tabung hasil uji laktosa 3.Tabung hasil uji maltosa 4.Tabung hasil uji mannitol 5.Tabung hasil
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Keamanan pangan Menurut Undang-undang Republik Indonesia no. 18/2012 tentang pangan, bahwa keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. selesai. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium FIKKES Universitas. Muhammadyah Semarang, Jl. Wonodri Sendang No. 2A Semarang.
7 METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. A. Waktu Dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan mulai bulan April 2007 sampai dengan
Lebih terperinci3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung
3. HASIL PENELITIAN 3.1. Fermentasi Asinan Rebung Rebung yang digunakan untuk asinan rebung ialah rebung jenis rebung kuning bambu betung (Dendrocalamus asper) dengan kualitas yang baik (Gambar 5a). Fermentasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Air Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2 atomhidrogen berikatan dengan sebuah atom oksigen melalui ikatan kovalen tersebut, sebesar 11,02
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
8 media violet red bile agar (VRB). Sebanyak 1 ml contoh dipindahkan dari pengenceran 10 0 ke dalam larutan 9 ml BPW 0.1% untuk didapatkan pengenceran 10-1. Pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Coliform adalah bakteri gram negatif berbentuk batang bersifat anaerob
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coliform Coliform adalah bakteri gram negatif berbentuk batang bersifat anaerob atau fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan dapat memfermentasi laktosa untuk menghasilkan
Lebih terperinciXII. FOOD BORNE MICROBIAL DISEASE (Penyakit oleh Mikrobia Asal Pangan)
XII. FOOD BORNE MICROBIAL DISEASE (Penyakit oleh Mikrobia Asal Pangan) 1. nature of disease o Epidemi penyebaran o Karakter penyakit: infektif atau intoksikasi o Gejala (=symptoms) 2. causative organisms
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Data yang diperoleh dari Dinas Kelautan, Perikanan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Gorontalo memiliki 10 Tempat Pemotongan Hewan yang lokasinya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aeromonas salmonicida 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi A. salmonicida A. salmonicida merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek, tidak motil, tidak membentuk spora,
Lebih terperinciANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA
ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA Siti Fatimah1, Yuliana Prasetyaningsih2, Meditamaya Fitriani Intan Sari 3 1,2,3 Prodi D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa
Lebih terperinciPseudomonas fluorescence Bacillus cereus Klebsiella cloacae (Enterobacter cloacae) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian
6 mudah pada medium nutrien sederhana (Pelczar dan Chan 1988). Escherichia coli bersifat motil atau non-motil dengan kisaran suhu pertumbuhannya adalah 10-40 o C, dengan suhu pertumbuhan optimum adalah
Lebih terperinciDASAR KEHIDUPAN MIKROORGANISME DI LINGKUNGAN. ZAENAB, SKM, M.Kes. HP : /
DASAR KEHIDUPAN MIKROORGANISME DI LINGKUNGAN ZAENAB, SKM, M.Kes HP : 08164380091/ 081343663744 e-mail : zaenabku@yahoo.co.id A. KEHIDUPAN MO DI AIR I. Peranan Air Dalam Kehidupan. II. III. Kehidupan MO
Lebih terperinciNova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN
VI. PEMBAHASAN Praktikum yang dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2011 mengenai pengaruh suhu penyimpanan beku terhadap mikroba pada bahan pangan. Praktikum ini dilaksanakan agar praktikan dapat mengerjakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditularkan kepada manusia melalui makanan (Suardana dan Swacita, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Foodborne disease adalah penyakit yang ditularkan lewat makanan, dengan ciri berupa gangguan pada saluran pencernaan dengan gejala umum sakit perut, diare dan atau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ikan yang terinfeksi akan mati dan sulit untuk diobati. Sebagai ilustrasi pada tahun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ikan merupakan hal yang sangat dihindari dalam budidaya ikan. Penyakit ikan dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi pembudidaya karena ikan yang terinfeksi
Lebih terperinciPENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PANGAN DENGAN SUHU TINGGI SITI AMINAH FIKKES - UNIMUS
PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PANGAN DENGAN SUHU TINGGI SITI AMINAH FIKKES - UNIMUS KLASIFIKASI TEKNOLOGI PANGAN KLASIFIKASI BERDASARKAN TUJUAN menciptakan makanan yang aman mengendalikan kontaminasi yaitu
Lebih terperinciTeknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan
Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tahu merupakan makanan yang biasa dikonsumsi bukan hanya oleh masyarakat Indonesia tetapi juga masyarakat Asia lainnya. Masyarakat Indonesia sudah sangat lama mengkonsumsi
Lebih terperinciKONTAMINASI DAN FOODBORNE (PERSPEKTIF SANITASI)
KONTAMINASI DAN FOODBORNE (PERSPEKTIF SANITASI) Asep Awaludin Prihanto, S.Pi, MP FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2011 Kontaminasi tergantung dari tipe seafood, kualitas air untuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam
4 TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi untuk memelihara proses tubuh dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. xvii
xvii TINJAUAN PUSTAKA Daging Ayam Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala, kaki, darah, bulu serta organ dalam. Persentase bagian yang dipisahkan sebelum menjadi karkas adalah
Lebih terperinciBacillius cereus siap meracuni nasi anda
AWAS!! Bacillius cereus siap meracuni nasi anda 14 Mei 2008 Iryana Butar Butar Farmasi/B/078114094 Universitas Sanata Dharma Kingdom: Bacteria Phyllum : Firmicutes Classis : Bacilli Ordo : Bacillales Familia
Lebih terperincio Archaebacteria o Eubacteria
o Archaebacteria o Eubacteria Tujuan Pembelajaran: Menjelaskan tentang monera... Ciri umum Golongan Peranan CIRI UMUM MONERA Nukleus :Prokariotik Sel : Monoseluler Reproduksi:Pembelahan sel Bakteri: pembelahan
Lebih terperinciDAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN.. HALAMAN PENGESAHAN.. RIWAYAT HIDUP.. i ABSTRAK... ii ABSTRACT.. iii UCAPAN TERIMAKASIH. iv DAFTAR ISI....... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.
4.1 Angka Lempeng Total (ALT) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Angka lempeng total mikroba yang diperoleh dari hasil pengujian terhadap permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6. Tabel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia.keamanan pangan menurut UU RI No. 7 Tahun (1996) adalah upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persyaratan Biologis Untuk Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Tomat Tanaman tomat merupakan komoditas yang multiguna. Tidak hanya berfungsi sebagai sayuran dan buah saja, tomat juga sering dijadikan pelengkap bumbu, minuman
Lebih terperinciPERTUMBUHAN JASAD RENIK
PERTUMBUHAN JASAD RENIK DEFINISI PERTUMBUHAN Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Pada organisme multiselular, yang disebut pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bakteri hampir ditemukan di mana-mana seperti di alam, saluran pencernaan, mulut, hidung, tenggorokan dan bisa juga terdapat pada permukaan tubuh kita. Bakteri juga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Minum Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, syarat-syarat air minum
Lebih terperinciMATA PELAJARAN : PRAKARYA SEMESTER : II Tema : Pengolahan
MATA PELAJARAN : PRAKARYA Kelas : IX SEMESTER : II Tema : Pengolahan Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Siswa mampu: 3.3 menganalisis prinsip perancangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang dapat di manfaatkan sebagai obat tradisional. Obat tradisional merupakan obat yang berasal dari tumbuhan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Warna Dendeng Sapi Warna merupakan salah satu indikator fisik yang dapat mempengaruhi konsumen terhadap penerimaan suatu produk. Derajat warna menunjukkan tingkat warna
Lebih terperinciPrinsip pengawetan. Mencegah/memperlambat kerusakan mikrobial. Mencegah/memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan
PENGAWETAN MAKANAN DENGAN SUHU TINGGI DAN SUHU RENDAH Pengertian Pengawetan makanan salah satu cara pengolahan pangan yg sering dilakukan untuk mencegah kerusakan bahan pangan & menjaga kualitasnya. Cara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)
I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciTeti Estiasih - THP - FTP - UB
1 2 Merupakan proses thermal yang menggunakan suhu Blansing: perlakuan pendahuluan pada buah dan sayuran Pasteurisasi dan sterilisasi merupakan proses pengawetan pangan 3 Blansing air panas Blansing uap
Lebih terperinciBLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI
PENGOLAHAN TERMAL I BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI TIM DOSEN PENGAMPU BRAWIJAYA UNIVERSITY 2013 outline 1 PENDAHULUAN 4 STERILISASI 3 PASTEURISASI 2 BLANCHING PENDAHULUAN MERUPAKAN PROSES THERMAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu enterohaemorrhagic
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu enterohaemorrhagic Escherichia coli atau disebut EHEC yang dapat menyebabkan kematian pada manusia (Andriani, 2005; Todar,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel dilakukan di pasar di sekitar kota Bandar Lampung,
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel dilakukan di pasar di sekitar kota Bandar Lampung, sebanyak 7 sampel diambil dari pasar tradisional dan 7 sampel diambil dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran cerna merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di seluruh dunia, terutama pada anak-anak (Nester et al, 2007). Infeksi saluran cerna dengan
Lebih terperinciMENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN
1 MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN Pengalengan Metode pengawetan dengan pengalengan ditemukan oleh Nicolas Appert, seorang ilmuwan Prancis. Pengertian
Lebih terperinciPengawetan pangan dengan pengeringan
Pengawetan pangan dengan pengeringan Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengeringan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi selama pengeringan serta dampak pengeringan terhadap
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam famili Brassicaceae, tumbuh di daerah yang berhawa sejuk, yaitu pada ketinggian 800-2000 m di atas permukaan
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salmonella sp. 2.1.1 Klasifikasi Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C termasuk famili Enterobacteriaceae, ordo Eubacteriales, kelas Schizomycetes
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui
III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui pertumbuhan mikroorganisme pengganti Air Susu Ibu di Unit Perinatologi Rumah Sakit
Lebih terperinci: Vibrio vulnificus. Klasifikasi
Vibrio vulnificus Vibrio vulnificus merupakan bakteri yang relatif baru dalam identifikasinya sebagai bakteri yang patogen bagi manusia. Bakteri ini ditemukan sebagai patogen di tiram pada tahun1976 dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari
28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi pada udara di inkubator
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis putih merupakan bahan pangan yang banyak ditemukan di Indonesia dan sudah tidak asing bagi masyarakat. Kubis putih dapat hidup pada dataran tinggi salah satunya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
7 Gambar 3 Diagram alir identifikasi bakteri Gram Positif Sumber: Bergey dan Breed 1994; Lay 1994 Analisis Data Analisis data dengan menggunakan metode deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Bakteri
Lebih terperinciBERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA
BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Mengapa Keamanan Pangan Penting? Melindungi
Lebih terperinciPangan dengan potensi bahaya. Bahan Pangan Apa yang Mudah Terkontaminasi? BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA
BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA FISIK BAHAYA KIMIA BEBAS BAHAYA Mengapa Keamanan Pangan Penting? Melindungi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.
HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Persiapan penelitian meliputi pembiakan kultur pada media susu skim. Pembiakan kultur starter pada susu skim dilakukan untuk meningkatkan populasi kultur yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar
4 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Susu Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. unit perinatologi di Rumah Sakit Abdoel Moeloek dengan melakukan uji coliform pada
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang observasi dan pemeriksaannya hanya dilakukan dalam satu waktu untuk memperoleh gambaran kualitas air
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak dan relatif murah harganya. Daging ayam mengandung 22 persen protein dan 74 persen air dalam 100 gram
Lebih terperinciTES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan
TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan Waktu : 60 menit Baca baik-baik soal dibawah ini dan jawablah pada lembar jawab yang telah
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta (BBKPSH) merupakan unit pelaksana teknis (UPT) lingkup Badan Karantina Pertanian yang berkedudukan di Bandara Udara Internasional
Lebih terperinciPengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP
Pengalengan buah dan sayur Kuliah ITP Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengalengan atau pembotolan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak pengalengan atau pembotolan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. laut maupun ikan air tawar. Menurut Arias dalam Fernandes (2009) ikan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan bahan pangan hewani bernilai ekonomis tinggi dan banyak dikonsumsi masyarakat karena kandungan gizinya yang tinggi, baik ikan air laut maupun ikan air
Lebih terperinciBIOKIMIA HISTAMIN. DINI SURILAYANI S.Pi., M.Sc
BIOKIMIA HISTAMIN DINI SURILAYANI S.Pi., M.Sc HISTAMIN Senyawa yang terdapat pada daging ikan [umumnya dari family scombroid] yang di dalam dagingnya terdapat kadar histidin yang tinggi. Memiliki efek
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Escherichia coli Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Familia Genus : Bacteria : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriales
Lebih terperinciHaris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN
BAB VI PEMBAHASAN Dalam praktikum ini yaitu mengisolasi bakteri Propionibacterium dari keju. Keju sendiri merupakan makanan yang dibuat dari dadih susu yang dipisahkan, yang diperoleh dengan penggumpalan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia. Pada zaman dahulu beberapa orang senantiasa mencari tempat tinggal dekat dengan air, dikarenakan agar mudah mengambil
Lebih terperinci