BAB II TEORI DASAR 2.1 Keandalan dan Gangguan Sistem Tenaga Listrik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TEORI DASAR 2.1 Keandalan dan Gangguan Sistem Tenaga Listrik"

Transkripsi

1 BAB II TEORI DASAR 2.1 Keandalan dan Gangguan Sistem Tenaga Listrik Tujuan dari sistem tenaga listrik adalah untuk membangkitkan energi listrik lalu kemudian mentransmisikan dan mendistribusikannya ke jaringan luas. Dalam konteks ini, penaksiran atau pengukuran keandalan sistem menjadi suatu hal yang penting. Kata keandalan disini digunakan untuk mengekspresikan kemampuan sistem untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Pengertian keandalan sendiri didefinisikan sebagai peluang dari suatu peralatan untuk beroperasi seperti yang direncanakan dengan baik dalam suatu selang waktu tertentu dan berada dalam suatu kondisi operasi tertentu. Pengertian ini dapat dibahas dari empat faktor yang mendukungnya, yaitu a) Probabilitas Peluang atau probabilitas dipergunakan untuk menentukan secara kuantitatif dari suatu keandalan. Kegagalan ataupun kesuksesan dari suatu peralatan merupakan sesuatu yang acak yang dapat ditentukan dari historis peralatan tersebut pada masa lalu. Hal yang sama juga dapat dilihat dari beban sistem tersebut. Perkiraan beban ditentukan dari historis dimasa lampau dan dengan tambahan perkiraan pertumbuhan beban untuk masa depan. b) Unjuk kerja Unjuk kerja (performance) dari suatu peralatan merupakan kriteria kegagalan dari suatu peralatan dalam melakukan tugasnya. Hal ini ditentukan dari standar-standar tertentu yang telah ditentukan, misalnya variasi tegangan atau variasi frekuensi. c) Selang waktu pengamatan Selang waktu pengamatan merupakan total waktu yang diamati pada suatu peralatan atau komponen sistem tenaga. Untuk peninjauan dari sistem tenaga biasanya menggunakan periode satu tahun. Peninjauan-peninjauan yang dilakukan terhadap peralatan dinilai dalam ukuran per tahun dan 6

2 dianggap berlaku selama satu tahun, meskipun pengambilan datanya dilakukan dalam selang waktu lebih dari satu tahun. Oleh karena itulah, maka perhitungan keandalan dinilai dalam ukuran per tahun. d) Kondisi operasi. Kondisi operasi merupakan kondisi dimana suatu peralatan beroperasi. Kondisi operasi suatu peralatan dapat berbeda-beda. Misalnya suatu generator beroperasi dibawah kondisi operasi tegangan lebih, atau suatu peralatan listrik pasangan luar yang akan meningkat laju kegagalannya jika beroperasi pada suatu daerah yang banyak terjadi petir. Oleh sebab itu penilaian kelakuan suatu peralatan ataupun komponen listrik tidak dapat dipisahkan dari kondisi operasinya. Pengertian gangguan juga diperlukan untuk lebih didefinisikan. Gangguan adalah keadaan komponen/sistem/peralatan jika tidak dapat melaksanakan fungsi sebenarnya akibat dari suatu atau beberapa kejadian yang berhubungan langsung dengan komponen/sistem/peralatan tersebut. Meskipun suatu komponen atau peralatan dalam sistem tenaga listrik mengalami gangguan, belum tentu hal ini dapat menyebabkan terganggunya pelayanan seperti pemutusan. Yang tergolong gangguan dalam sistem tenaga dapat didefinisikan secara umum adalah segala sesuatu yang belum tentu dapat diramalkan yang dapat menyebabkan subsistem pembangkit atau subsistem transmisi harus dikeluarkan dari sistem oleh suatu sistem proteksi karena jika dilanjutkan akan dapat menyebabkan kerusakan yang lebih parah. Gangguan ini dapat dibedakan menjadi dua : a. Gangguan paksa Gangguan paksa adalah gangguan yang disebabkan oleh kondisi darurat yang berhubungan langsung dengan komponen/sistem/peralatan yang mengakibatkan komponen/sistem/peralatan harus dipisahkan dari sistem oleh suatu sistem proteksi secara otomatis atau manual oleh manusia. b. Gangguan terencana Gangguan terencana adalah gangguan yang menyebabkan komponen/sistem/peralatan dikeluarkan dari sistem, hal ini biasanya 7

3 dilakukan untuk perawatan komponen/sistem/peralatan tersebut yang telah direncanakan. Ukuran dari keandalan dapat dinilai dari beberapa aspek, misalnya rata-rata waktu operasi, probabilitas terjadinya gangguan pada suatu simpul beban tertentu, perkiraan kerugian akibat tidak tersalurkannya energi listrik ke simpul beban, dan lain sebagainya. 2.2 Dasar Teori Probabilitas Pengertian eksperimen statistik berkaitan dengan suatu proses mengenai obyek tertentu, yang hasilnya diamati secara sistematis. Proses tersebut merupakan sejumlah pengulangan percobaan atas obyek yang bersangkutan, dengan kondisi percobaan yang sama. Misalkan dari n eksperimen statistik, kejadian E terjadi ne kali, maka probabilitas terjadinya E kira-kira adalah ne/n dengan notasi P[E]. lim ~....(2.1) Persamaan diatas mengandung pengertian bahwa untuk n yang sangat besar P[E] dapat dianggap stabil. Pendekatan berdasarkan pengertian tadi disebut frekuensi relatif, yang banyak diterapkan di bidang teknik (berdasarkan keadaan data pada masa lalu). Seluruh keluaran (outcome) yang dapat terjadi dari suatu eksperimen merupakan elemen-elemen himpunan semesta. Yang dimaksud dengan peristiwa adalah himpunan bagian dari S yang terdiri dari elemen-elemen yang memenuhi syaratsyarat tertentu yang ditetapkan sebelumnya. Peristiwa-peristiwa tersebut mungkin dapat terjadi, mungkin tidak dapat terjadi. Kembali pada persamaan (2.1), harga P[E] merupakan ukuran sampai sejauh mana kejadian E dapat terjadi. Secara singkat dikatakan, probabilitas terjadinya E adalah P[E]. Mengamati persamaan (2.1) dapat disimpulkan bahwa 0<P[E] 1. Peristiwa E dapat merupakan elemen/kumpulan elemen yang mana saja. Dengan demikian karena seluruh keluaran terdapat di S maka P[S] = 1. Dari definisi eksperimen statistik dapat diamati adanya sifat acak mengenai elemen-elemen himpunan semesta S. Apabila keluaran yang mungkin diberi nilai (bilangan nyata), maka variabel acak adalah yang harganya tergantung dari 8

4 keluaran yang terjadi. Untuk X x, dimana x adalah suatu bilangan nyata tertentu, probabilitas terjadinya ditentukan oleh x yang dijadikan patokan, jadi merupakan fungsi x. Fungsi probabilitas ini disebut fungsi distribusi probabilitas kumulatif. F * x (x) = P [X x] (2.2a) Oleh karena probabilitas pada persamaan (2.2a) bersifat kumulatif maka : 0 F * x (x) 1 lim 0 lim 1 Untuk variabel acak yang diskrit : dengan :...(2.2b) p x (x) = fungsi distribusi probabilitas = P[X=x i ] = 0 untuk x x i Untuk suatu variabel acak yang berkesinambungan, fungsi lain yang menyatakan probabilitas adalah fungsi kerapatan probabilitas f x (x) yang dinyatakan sebagai : Untuk seluruh x : lim F x (x). x P [x X x+ x]...(2.3) 1..(2.4) Sedangkan dari definisi F * x (x) dapat dicari hubungan F * x (x) sebagai : Atau :..(2.5a)..(2.5b) Momen ke-nol dan pertama Setiap nilai dari variabel acak diskrit memiliki besar probabilitas, misalkan pada pelemparan sebuah koin sebanyak tiga kali dimana variabel acak x didefinisikan sebagai jumlah kepala (head) yang keluar, maka angka 2 dari variabel acak x (HHT, HTH, THH) memiliki besar probabilitas 3/8 karena semua elemennya X adalah = (TTT, TTH, THT, HTT, HHT, HTH, THH, HHH). 9

5 Untuk dapat menuliskan semua besar probabilitas dari suatu variabel acak x, sering kali menjadi lebih mudah apabila dituliskan dengan menggunakan rumus tertentu dimana rumus ini harus merupakan fungsi dari nilai-nilai x dan dinotasikan sebagai g(x), h(x) atau bentuk fungsi lainnya. Suatu fungsi f(x) merupakan distribusi probabilitas dari variabel acak diskrit x apabila untuk setiap harga x didapatkan : F(x) 0 1 Nilai rata-rata atau nilai yang diharapkan dari setiap variabel acak dapat dicari dengan mengalikan setiap nilai dari variabel acak dengan masing-masing harga probabilitasnya dijumlahkan. (2.6) dengan : E(x) : nilai yang diharapkan x : variabel acak f(x) : distribusi probabilitas Jika variabel acak x dinyatakan dengan fungsi g(x), maka nilai yang diharapkan dapat ditulis dengan :.(2.7a) Beberapa sifat dari nilai yang diharapkan adalah : 1. Jika g(x) = ax konstan, maka E(ax) = ae(x) 2. Jika g(x) = ax + b, maka E(ax + b) = ae(x) + b 3. E(g 1 (x) + g 2 (x)) = E(g 1 (x)) + E(g 2 (x)) Jika g(x) = x k, maka E(x k ) menyatakan momen ke-k dari variabel acak x, maka : Untuk k = 0, E(x 0 ) =.(2.7b) disebut momen ke-nol Untuk k = 1, E(x 1 ) =.. (2.7c) disebut momen pertama Momen pertama ini merupakan nilai yang diharapkan dari variabel acak x dan akan digunakan sebagai dasar untuk menghitung permintaan daya awal (UD awal = Unserved Demand). 10

6 2.3 Konsep Keandalan Penjelasan Umum Pengertian keandalan didefinisikan sebagai peluang dari suatu peralatan untuk beroperasi seperti yang direncanakan dengan baik dalam suatu selang waktu tertentu dan berada dalam suatu kondisi operasi tertentu. Pengamatan terhadap suatu komponen sistem tenaga dalam selang waktu tertentu, misalnya satu tahun, menghasilkan pengertian ketersediaan (availablility) dan ketidaktersediaan (unavailability). Ketersediaan adalah perbandingan antara total waktu suatu komponen dalam suatu selang waktu tertentu ketika beroperasi seperti yang direncanakan dengan baik dan berada dalam kondisi operasi tertentu dengan waktu total pengamatan. Ketidaktersediaan adalah perbandingan antara waktu total suatu komponen tidak beroperasi dengan waktu total pengamatan. Jika dalam pengamatan suatu komponen selama 8760 jam, didapatkan waktu total bekerja suatu komponen dengan baik adalah selama 8500 jam, maka ketersediaan komponen tersebut adalah 8500 jam/tahun. Sedangkan ketidaktersediaan dari komponen tersebut adalah 260 jam/tahun. Jika diperhatikan, maka terdapat hubungan yang sangat erat antara keandalan dan ketersediaan suatu komponen. Ketersediaan adalah hal khusus dari keandalan suatu komponen atau peralatan sistem tenaga Fungsi Umum Keandalan Dari suatu percobaan terhadap sejumlah peralatan, maka kurva masa hidup dari suatu peralatan bisa didapatkan. Setiap peralatan mempunyai masa hidup yang dapat ditentukan melalui kurva ini. 11

7 Gambar 2.1 Kurva masa hidup N : Jumlah peralatan pada saat t = 0 N f (t) : Jumlah peralatan yang gagal pada saat t N s (t) : Jumlah peralatan yang masih hidup pada saat t N f (t) + N s (t) = N Maka keandalan suatu komponen dapat dinyatakan: Ns ( t) R(t) = N N Nf ( t) Nf ( t) = = 1 N N R(t) = 1- Q(t).(2.8) Nf ( t) Dengan Q(t) adalah peluang terjadinya kegagalan sampai waktu t = N Laju perubahan kegagalan adalah: dr ( t) 1 dnf ( t) =...(2.9) dt N dt dnf ( t) dt : laju perubahan kegagalan terhadap waktu. dnf ( t) 1 dq( t) = = f ( t) : fungsi kepadatan probabilitas dt N dt Tingkat keandalan suatu saat (laju kegagalan) adalah: 12

8 λ(t) dnf = dt Ns dnf dt = N Ns N = dq( t) dt f ( t) = R( t) R( t).(2.10) Dari persamaan (2.2) dan (2.3) didapatkan laju kegagalan: dr( t) 1 λ ( t) =...(2.11) dt R( t) Kemudian dengan mengintegralkan fungsi kepadatan probabilitas (f(t)) didapatkan: t = = dr( t) f ( t) Q( t) dt 0 0 R( t) = 1 t dr ( t) = 1- R(t) (2.12) Pada saat t = 0, yaitu pada awal peninjauan, maka R(0) = 1 yang menunjukan seluruh peralatan sedang bekerja dengan baik. Hasil ini sama dengan persamaan (2.10). Dari persamaan (2.12) R(t) = 1-Q(t) Sedangkan dari persamaan (2.10) didapatkan dq( t) λ ( t) dt =.(2.13) 1 Q( t) Dengan mengintegralkan dari nol sampai t kedua sisi, maka didapatkan: t λ ( t) dt = ln(1 Q( t)) 0 0 t (1 Q( t)) λ ( t) dt = ln (1 Q(0)) 0 t 1 Q( t) = exp λ ( t) dt..(2.14) 0 Dengan memasukan (2.12) ke persamaan (2.14) maka didapatkan: t 13

9 t R(t) = exp λ ( t) dt...(2.15) 0 Persamaan (2.15) adalah fungsi umum dari keandalan. Dalam hal ini, fungsi keandalan dan laju kegagalan adalah fungsi dari waktu. Jika diasumsikan bahwa fungsi kegagalan tidak bergantung pada waktu, maka: λ (t) = λ Dari persamaan (2.10) dan (2.14) akan didapatkan fungsi kepadatan probabilitas t f ( t) = λe λ Oleh karena itu, dari (2.10) didapatkan f ( t) R( t) = λ( t) = e λt...(2.16) Persamaan terakhir ini menunjukan bahwa suatu laju kegagalan yang konstan akan mengakibatkan variabel acak waktu untuk gagal memiliki fungsi kepadatan distribusi eksponensial. Dari historis suatu peralatan, maka bisa didapatkan data tentang kegagalan peralatan tersebut. Variabel acak dari kegagalan didekati dengan kegagalan ratarata dalam setahun. Kemudian didapatkan suatu hubungan antara laju kegagalan terhadap waktu yang dikenal sebagai kurva bathtub. Gambar 2.2 Kurva bathub Kurva ini menggambarkan laju kegagalan yang menurun pada waktu kurang dari t 1, laju kegagalan yang konstan diantara t 1 dan t 2, dan laju kegagalan yang meningkat pada waktu lebih dari t 2. Pada periode pertama dikenal sebagai perode 14

10 debugging. Kegagalan yang timbul diakibatkan karena resiko kesalahan pada pemasangan alat, kesalahan manufakturing ataupun kesalahan disain peralatan. Periode kedua disebut sebagai periode usefull life atau periode peralatan beroperasi secara normal. Disini, laju kegagalan konstan dan kegagalan disini terjadi secara acak dan tidak dapat diperkirakan. Periode ketiga disebut periode wearout. Pada periode ini, laju kegagalan meningkat karena terjadinya penurunan kinerja peralatan yang diakibatkan penuaan peralatan tersebut. Sebelum mencapai masa ini, peralatan dapat digantikan atau dilakukan pemeliharaan kembali agar peralatan tetap dapat beroperasi pada daerah operasi normal Model Probabilitas Unit-Unit Pembangkit Karena keandalan suatu sistem tenaga elektrik tergantung pada keandalan sistem pembangkitan, maka sistem pembangkitan sangat penting fungsinya dalam penyediaan tenaga listrik. Sistem pembangkitan itu terdiri dari berbagai jenis unit pembangkit yang kesemuanya mempunyai angka kegagalan acak. Unit-unit pembangkit diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Unit pemikul beban dasar Unit-unit pemikul beban dasar dioperasikan dengan faktor kapasitas yang sangat tinggi (90% sampai 95%) 2. Unit pemikul beban menengah Unit-unit pemikul beban menengah dioperasikan dengan faktor kapasitas antara 30% hingga 75%. 3. Unit pemikul beban puncak Untuk unit-unit pemikul beban puncak biasanya hanya dipakai selama permintaan beban puncak saja dengan faktor kapasitas antara 5% hingga 10%. Unit-unit pemikul beban menengah dan beban puncak biasanya komponenkomponennya didesain untuk waktu operasi di bawah waktu kerja penuhnya. Jika dioperasikan melebihi waktu yang telah ditentukan, maka akan menaikkan biaya perawatannya. 15

11 Karena masing-masing unit mempunyai kegagalan acak selama beroperasi, maka untuk menentukan gangguan acak atau menentukan ketersediaan dari unit-unit pembangkit diperlukan suatu fungsi kerapatan probabilitas yang menggambarkan probabilitas yang mana suatu unit akan gagal atau akan sukses selama periode operasi. Satuan pembangkitan dapat menempati keadaan state up atau down, atau dalam kata lain available atau not available Gambar 2.3 Model dua atate suatu komponen m : durasi komponen beroperasi (TTF) r : durasi perbaikan komponen (TTR) Keadaan state up adalah keadaan ketika komponen beroperasi dan state down adalah keadaan ketika suatu komponen sedang dalam keadaan tidak beroperasi. Selang waktu antara T 0 dan T 1 atau T 2 dan T 4 adalah waktu beroperasi dari peralatan tersebut dan merupakan durasi dari state up. Sedangkan selang waktu antara T 1 dan T 2 atau T 4 dan T 5 adalah waktu perbaikan dari komponen tersebut dan merupakan durasi state down. Durasi dari state up disebut juga Time To Failure (TTF) sedangkan durasi dari state Down disebut Time To Repair. Jika dalam suatu pengamatan terdapat n kali suatu komponen mengalami kegagalan, maka nilai waktu perbaikan rata-rata (MTTR) adalah: MTTR = r = dimana r = waktu perbaikan rata-rata i n r i i= 1 r = waktu perbaikan yang diamati untuk siklus ke-i n = jumlah siklus n 16

12 Sedangkan waktu gagal rata-rata (MTTF) adalah: MTTF = m = dimana m = waktu gagal rata-rata m i = waktu gagal yang diamati untuk siklus ke-i n = jumlah siklus Sedangkan waktu rata-rata antar kegagalan (MTBF) adalah: MTBF = MTTF + MTTR Parameter-parameter seperti laju kegagalan yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya secara praktis dapat dihitung dari pengertian waktu gagal rata-rata yaitu: λ = 1 MTTF Laju perbaikan dapat ditentukan besarnya seperti halnya laju kegagalan yaitu: µ = 1 MTTR Dari kedua parameter ini, maka dapat ditentukan ketersediaan (availablility) dan ketidaktersediaan (unavailability) yaitu: n i= 1 n m i µ Availabili ty = µ + λ...(2.17) λ Unavailability = λ + µ...(2.18) Jadi ketersediaan dinyatakan melalui perbandingan lamanya pengamatan. Dalam hal waktu pemeliharaan yang tidak diabaikan, pengertian ketersediaan masih merupakan gambaran keandalan, mengingat sering dan lamanya pemeliharaan menyatakan sampai sejauh mana suatu satuan pembangkit mampu beroperasi sebagaimana yang diinginkan. Apabila pemeliharaan satuan-satuan pembangkit cenderung bersifat acak dalam hal peninjauan dilakukan per tahun, maka ketersediaan merupakan pernyataan yang efektif untuk menilai probabilitas tersedianya satuan-satuan pembangkit selama setahun. 17

13 Apabila peninjauan dilakukan selama selang-selang waktu pada saat mana satuan pembangkit tidak sedang menjalani pemeliharaan, maka keandalan dinyatakan dengan laju gangguan paksa (FOR = Forced Outage Rate); μ Dengan notasi-notasi memiliki pengertian yang sama dengan notasi-notasi pada persamaan (2.17) dan (2.18). Untuk satuan pembangkit yang masing-masing dimisalkan memiliki ketidaktersediaan qi, maka berbagai keadaan yang mungkin dinyatakan dengan : 2.4 Keandalan Ketersediaan Daya Ada beberapa indeks yang menentukan seberapa andal sistem tenaga listrik. Indeks yang akan dibahas dan digunakan dalam tugas akhir ini adalah probabilitas kehilangan beban (LOLP) dan besarnya kehilangan energi (Unserved Energy). Probabilitas kehilangan beban adalah probabilitas yang menyatakan besar kehilangan beban dikarenakan kapasitas pembangkitan yang tersedia (Availability Capacity) sama atau lebih kecil dari pada beban sistem. Yang dimaksud kapasitas pembangkitan yang tersedia adalah kapabilitas dikurangi kapasitas gangguan. Dengan kata lain, kehilangan beban akan terjadi bila kapasitas gangguan lebih besar dari pada kapasitas cadangan (reserve capacity). Indeks keandalan probabilitas kehilangan beban dinyatakan dalam besaran hari pertahun, yang berarti sejumlah hari yang mungkin terjadi pertahunnya, dimana kapasitas gangguan akan sama atau lebih besar pada kapasitas cadangan. Jadi nilai tersebut merupakan resiko tahunan yang dihadapi sistem pembangkitan dalam melayani beban. Unserved energy menunjukkan besar energi yang hilang sehubungan dengan kapasitas gangguan yang lebih besar daripada kapasitas cadangan atau kapasitas tersedia lebih kecil daripada permintaan beban maksimumnya. Nilai probabilitas kehilangan energi dinyatakan dalam MW-jam/tahun, yang menunjukkan besarnya 18

14 energi yang hilang sehubungan dengan kapasitas gangguan yang lebih besar daripada kapasitas cadangan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya kedua indeks tersebut. Namun dalam tugas akhir ini sendiri metode yang akan digunakan hanya dua metode saja, yaitu : Metode Rekursive Metode Segmentasi Indeks Keandalan LOLP Unit-unit pembangkit bertugas menyediakan daya dalam sistem tenaga listrik, agar beban dapat dilayani. Dilain pihak unit pembangkit setiap waktu bisa mengalami gangguan sehingga tidak beroperasi. Jika gangguan ini terjadi pada saat yang bersamaan atas beberapa unit pembangkit yang besar, maka ada kemungkinan bahwa daya tersedia dalam sistem berkurang sedemikian besarnya sehingga tidak cukup untuk melayani beban. Maka dalam keadaan tersebut terpaksa dilakukan pelepasan beban, atau terpaksa sistem kehilangan beban, terjadi pemadaman dalam sistem. Besarnya cadangan daya tersedia yang bisa diandalkan tergantung kepada FOR unit-unit pembangkit. Dimana makin kecil FORnya makin tinggi jaminan yang didapat, sebaliknya makin besar FORnya makin kecil jaminan yang didapat. Beban berubah-ubah sepanjang waktu, maka forced outage yang berlangsung pada saat-saat beban puncak akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap cadangan daya tersedia dibandingkan dengan forced outage yang berlangsung pada saat-saat beban rendah. Forced outage yang diketahui dapat memberikan perhitungan kemungkinan terjadinya pemadaman dalam sistem atau sering pula disebut sebagai kemungkinan sistem kehilangan beban. Kemungkinan kehilangan beban ini merupakan resiko yang dihadapi dalam mengoperasikan sistem tenaga listrik dan perlu diformulasikan. Untuk dapat memformulasikan hal ini maka kurva beban sistem sebagai fungsi saat perlu ditransformasikan menjadi kurva lama beban (load duration curve), 19

15 kurva yang menggambarkan lamanya setiap nilai beban berlangsung, seperti yang ditunjukkan dibawah ini. Gambar 2.4 Kurva lama beban dan daya tersedia dalam sistem Gambar diatas menunjukkan kurva lama beban dan garis daya terpasang serta garis-garis daya tersedia. Selisih antara garis daya terpasang dengan garis daya tersedia tanpa forced outage adalah disebabkan adanya pengeluaran unit pembangkit dari sistem yang direncanakan untuk keperluan pemeliharaan dan perbaikan (planned outage). Dalam gambar 2.4, garis daya tersedia tanpa forced outage f 1, kemungkinan terjadinya P 1, memberikan cadangan C 1 yang selalu positif. Namun, garis daya tersedia dengan forced outage f 2, kemungkinan terjadinya P 2, memberikan cadangan C 2 yang memungkinkan pemotongan garis kurva lama beban, menimbulkan pemadaman/kehilangan beban, selama waktu t. Yang disebut Kemungkinan Kehilangan Beban atau dalam bahasa Inggris disebut Loss of Loss Probability dan biasanya disingkat dengan LOLP adalah perkalian P 2 x t. Jadi secara umum : LOLP = p x t.(2.19) LOLP sebenarnya merupakan risiko yang dihadapi dalam operasi, dalam gambar diatas digambarkan sebagai berapa jauh garis daya tersedia boleh menurun karena 20

16 pemeliharaan maupun forced outage dalam kaitannya terhadap pemotongan kurva lama beban. LOLP biasa dinyatakan dalam hari pertahun. Makin kecil nilai LOLP berarti garis daya tersedia harus makin kecil kemungkinannya memotong garis kurva lama beban, ini berarti bahwa daya terpasang harus makin tinggi serta juga FOR harus semakin kecil, dengan perkataan lain diperlukan investasi yang lebih besar dan juga kualitas pembangkit yang lebih baik. Untuk suatu sistem tertentu jumlah jumlah pembangkitnya tertentu, dapat dihitung kemungkinan terjadinya forced outage untuk KW dan MW tertentu. Apabila beban sistem ini naik tetapi unit pembangkitnya tidak ditambah, maka LOLP = p x t, akan bertambah besar. Hal ini terlihat pada gambar 2.4, yaitu suatu sistem dengan daya terpasang P i kemungkinannya untuk menyediakan daya sebesar P adalah p. Gambar 2.5 Pengaruh kenaikan beban sistem dalam kaitannya dengan LOLP Apabila beban puncak sistem = B 1 dengan t = t 1, dan apabila beban puncak naik menjadi B 2 dan seterusnya menjadi B 3, maka nilai t juga naik menjadi t 2 dan seterusnya. Dengan menggunakan persamaan (2.19) kita dapatkan: LOLP 1 = p x t 1, untuk beban puncak B 1 LOLP 2 = p x t 2, untuk beban puncak B 2 LOLP 3 = p x t 3, untuk beban puncak B 3 Probabilitas kehilangan beban adalah metode yang dipergunakan untuk mengukur tingkat keandalan dari suatu sistem pembangkit dengan mempertimbangkan 21

17 kemungkinan terjadinya peristiwa sistem pembangkit tidak dapat mensuplai beban secara penuh. Secara umum didefinisikan sebagai jumlah harapan (dalam hari) selama suatu periode waktu tertentu (dalam hari) dimana kapasitas tersedia (availability capacity) sistem tidak dapat menjumpai beban puncak harian. Kapasitas tersedia sistem adalah kapasitas terpasang dikurangi kapasitas gangguan sistem. Dalam evaluasi keandalan ini, nilai LOLP dinyatakan dalam besaran hari per tahun, yang berarti sejumlah hari yang mungkin terjadi dalam setiap tahun, dimana kapasitas tersedia sistem tidak dapat menjumpai beban puncak-beban puncak harian. Jadi nilai tersebut merupakan resiko tahunan (annual risk) yang dihadapi sistem pembangkitan dalam melayani beban. Perhitungan indeks LOLP dilakukan dengan kombinasi antara kurva kelangsungan beban puncak dengan tabel probabilitas kapasitas gangguan Probabilitas Kapasitas Gangguan Apabila suatu sistem pembangkitan mempunyai satuan-satuan pembangkitan dengan koefisien gangguan (outage rate = q i ) serta koefisien kerja (service rate = p i ), dengan anggapan bahwa koefisien gangguan paksa satuan-satuan pembangkit merupakan kejadian-kejadian acak yang tidak saling bergantungan maka probabilitas gangguan sistem pembangkitan yang terdiri atas n satuan pembangkitan adalah sebagai berikut. (p i + q i ) = (p 1 + q 1 )(p 2 + q 2 ). (p n + q n ) = 1 = p 1 p 2 p n + p 1 p 2 p n-1 q n + p 1 p 2 q n-1 p n + p 1 p 2 p n-2 q n-1 q n + q 1 q 2 q n (2.20) Misalkan untuk 3 satuan pembangkit, maka (p i + q i ) = (p 1 + q 1 )(p 2 + q 2 )(p 3 + q 3 ) = 1 = p 1 p 2 p 3 + p 1 p 2 q 3 + p 1 p 3 q 2 + p 2 p 3 q 1 + p 1 q 2 q 3 + p 2 q 1 q 3 + p 3 q 1 q 2 + q 1 q 2 q 3 = 1 22

18 dimana : p k q n : probabilitas pembangkit ke-k bekerja, pembangkit ke-n terganggu p 1 p 2 p 3 : probabilitas ketiga pembangkit bekerja p 1 p 2 q 3 : probabilitas pembangkit ke-1 dan ke-2 bekerja, pembangkit ke-3 terganggu q 1 q 2 q 3 = probabilitas ketiga pembangkit terganggu Untuk sistem pembangkitan yang terdiri atas 3 satuan pembangkit ada 8 kondisi gangguan yang mungkin terjadi. Untuk n satuan pembangkit akan terdapat 2 n kondisi gangguan yang mungkin terjadi dan besarnya probabilitas kapasitas gangguan kumulatif dapat dihitung sesuai dengan teori probabilitas. Probabilitas kapasitas gangguan kumulatif : P x i diartikan sebagai jumlah kemungkinan untuk kondisi kapasitas gangguan lebih besar atau sama dengan x i Persamaan Rekursif Perhitungan probabilitas kapasitas gangguan kumulatif mudah dilakukan dengan menggunakan persamaan (2.20) untuk sistem yang terdiri atas sedikit satuan pembangkit. Tetapi untuk sistem pembangkitan yang terdiri atas banyak satuan pembangkit misalnya 15 satuan, maka akan terdapat 2 15 macam kondisi gangguan yang mungkin terjadi. Hal seperti ini membutuhkan ketelitian dan waktu yang lama jika dihitung dengan tangan. Untuk mempercepat perhitungannya diselesaikan dengan persamaan rekursif. Perhitungan dilakukan dengan cara bertahap yaitu ditambahkan satuan pembangkit satu per satu dan pada setiap penambahan dibuat tabel baru yang diperoleh dari tabel sebelumnya dengan menggunakan persamaan sebagai berikut P(x) = P (x).(1- q) + P (x c). q..(2.21) dimana : x : kapasitas gangguan q : koefisien gangguan paksa satuan pembangkit yang ditambahkan c : kapasitas terpasang satuan pembangkitan yang ditambahkan P (x) : probabilitas gangguan x sebelum penambahan satuan pembangkit 23

19 P (x) : probabilitas kapasitas gangguan x setelah penambahan satuan pembangkit Jika (x c) 0, maka P (x c) =1 dan pada tabel mula-mula P(0) =1 serta untuk x > 0 P (x) = Perhitungan Indeks Keandalan LOLP Misalkan suatu sistem pembangkitan mempunyai kurva lama beban seperti pada gambar 3.3 dan x 1 x 2,, x n-1, x n adalah kapasitas gangguan yang diperoleh dari kombinasi satuan-satuan pembangkit yang ada dalam sistem pembangkitan tersebut. Sedangkan d n adalah interval waktu antara titik-titik potong kurva lama beban dengan berturut-turut x n-1 dan x n. Gambar 2.6 Kurva lama beban dengan interval d n Untuk beban-beban yang berada dalam interval d n, kehilangan beban akan terjadi bila kapasitas gangguan lebih besar dari x n-1, maka hasil kali P n.d n adalah probabilitas kehilangan beban selama seluruh periode yang disebabkan oleh kapasitas gangguan yang sama atau lebih besar dari x n-1, Dengan memperhatikan semua kapasitas gangguan yang terjadi, dengan P 1.d 1, P 2.d 2, P 3.d 3,. berturutturut adalah kehilangan beban yang disebabkan oleh kapasitas gangguan yang sama atau lebih besar dari x 0, x 1, x 2,, maka jumlah dari probabilitasprobabilitas tersebut merupakan probabilitas kehilangan beban total (total loss of load probability) selama seluruh periode t n yang disebabkan oleh seluruh 24

20 kapasitas gangguan. Probabilitas kehilangan beban tersebut dirumuskan sebagai berikut; LOLP (t n ) = P 1.d 1 + P 2.d P n.d n (2.22a) LOLP (t n ) =..(2.22b) Untuk data beban puncak harian tersedia maka untuk menghitung nilai LOLP digunakan kurva lama beban puncak harian yang digambarkan dalam bentuk kurva tangga (step curve), seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.5. Dari persamaan (2.22) diperoleh : Gambar 2.7 Kurva lama beban puncak harian LOLP (t n ) =. d 1 = d 2 = d 3 =. d n = 1 hari LOLP (t n ) = hari/periode (2.23) P n = P(x n-1 ) = probabilitas kapasitas gangguan x n-1 x n-1 = C - L j P n = P(C - L j ) LOLP (t n ) = dimana : n : jumlah hari dalam periode t n. L j : beban puncak pada hari ke j. hari/periode..(2.24a) 25

21 C : kapasitas terpasang P (C L j ) : probabilitas kapasitas gangguan kumulatif pada hari ke-j Nilai resiko tahunan (LOLP) diperoleh dengan cara menjumlahkan LOLP dari setiap periode dalam tahun tersebut, dan diperoleh : LOLP =, hari/tahun.(2.24b) dimana : m = jumlah periode dalam satu tahun n i = jumlah hari dalam periode ke i. L i,j C i P i (x) = beban puncak pada hari ke-j dari periode ke-i = kapasitas terpasang pada periode ke-i = probabilitas kapasitas gangguan x pada periode ke-i P i (x) = P i (C i L i,j ) Energi Elektrik yang Belum Dipenuhi Probabilitas kehilangan energi menunjukkan besarnya energi yang hilang, sehubungan dengan kapasitas gangguan yang lebih besar daripada kapasitas cadangan, atau kapasitas tersedia lebih kecil daripada permintaan beban maksimumnya. Dalam penentuan besarnya probabilitas kehilangan energi ini digunakan kurva lama beban puncak perjam atau dapat pula dengan menggunakan kurva lainnya. Suatu sistem pembangkitan yang mempunyai kurva lama beban sebagai berikut : Gambar 2.8 Kurva lama beban 26

22 Luas daerah yang diarsir (A n ) merupakan besarnya energy yang hilang, yang disebabkan terjadinya gangguan sebesar xn. Jika probabilitas kapasitas gangguan sebesar x n dinyatakan dengan P n, maka hasil A n x P n adalah probabilitas kehilangan energi yang disebabkan oleh kapasitas gangguan sebesar x n. Dengan menjumlahkan probabilitas kehilangan energy tersebut, maka akan diperoleh probabilitas kehilangan energi total, yang akan disebabkan oleh kapasitas gangguan x 1, x 2,., x n....(2.25) 2.5 Metode Segmentasi Metode segmentasi adalah metode yang menerapkan fungsi kerapatan probabilitas beban sebagai hasil dari pensamplingan beban tiap periode waktu yang digunakan. Besar beban dalam teori segmentasi ini akan dinyatakan sebagai variabel acak, sedangkan waktu untuk masing-masing besar beban akan dinyatakan dengan distribusi probabilitas. Fungsi kerapatan probabilitas hasil pensamplingan beban ini lalu ini lalu dimasukkan ke dalam segmen-segmen kapasitas sisi pembangkitan untuk ditentukan momen ke-nol dan momen pertama. Metode ini didasarkan pada segmentasi seluruh unit pembangkit yang ada dalam sistem pembangkitan. Jika dimisalkan dalam sistem ada n unit pembangkit, masing-masing unit pembangkit mempunyai besar kapasitas berturut-turut P1, P2, P3,..,Pn, maka besar kapasitas tiap segmen (PK) merupakan faktor kelipatan dari masing-masing unit pembangkit tersebut. (2.26a) (2.26b) Jika dimisalkan ada 4 unit pembangkit sebagai berikut : Unit A = 2 MW Unit B = 6 MW Unit C = 8 MW 27

23 Unit D = 12 MW Maka besar kapasitas setiap segmen sebesar 2 MW dan jumlah segmen dari keempat unit tersebut adalah ( )/2=14. Langkah selanjutnya dalam menggunakan metode segmentasi ini adalah dengan mensampling beban sistem. Jumlah segmen yang digunakan tergantung dari kurva beban yang digunakan sebagai beban sistem. Misalkan untuk beban harian, maka beban tersebut dapat disampling setiap jam, sehingga jumlah sampling adalah 24, ataupun dapat disampling per setengah jam sehingga jumlah samplingnya menjadi 48. Selain kurva beban harian dapat pula digunakan kurva beban lainnya. Setelah ditentukannya jumlah segmen dan sampling beban, langkah selanjutnya adalah membentuk fungsi kerapatan probabilitas. Dari fungsi kerapatan probabilitas ini akan diperoleh unserved energy awal (kondisi dimana belum adanya unit pembangkit yang bekerja). Kemudian masing-masing unit pembangkit dimasukkan ke dalam sistem beban, hingga dapat dihitung besarnya energi elektrik yang diharapkan dari masing-masing unit-unit pembangkit tersebut, sehingga selanjutnya dapat diperoleh pula besar energi elektrik yang belum dipenuhi dan indeks keandalan probabilitas kehilangan beban Sampling Beban Pada kurva beban harian (Gambar 2.10) terlihat bahwa pada jam 1 bebannya sebesar 50 MW, begitupun pada jam 2 dan jam 3. Oleh karena itu masing-masing besar beban tersebut dapat dinyatakan dengan fungsi kerapatan probabilitas sebagai berikut : Beban (MW) Jam 28

24 Gambar 2.9 Kurva beban harian Untuk : X = 50 MW, maka distribusi probabilitasnya f(x) = 6/24, dan untuk besar beban lainnya : X = 30 MW f(x) = 2/24 X = 40 MW f(x) = 2/24 X = 60 MW f(x) = 8/24 X = 70 MW f(x) = 4/24 X = 80 MW f(x) = 2/24 Dengan : X : besar beban f(x) : distribusi probabilitas Dari hasil diatas maka dapat dibentuk suatu fungsi kerapatan probabilitas beban harian seperti ditunjukkan pada Gambar Gambar 2.10 Fungsi kerapatan probabilitas beban harian Permintaan yang belum dilayani (unserved demand) awal akan sama dengan momen pertama selama tidak ada unit pembangkit yang bekerja, dan besarnya adalah 1360/24 MW. Oleh karena itu besarnya energi yang belum dipenuhi akan sama dengan unserved demand dikalikan periode waktu peninjauan, dimana permintaan beban per-jamnya disampling. Untuk memperoleh besar unserved demand tersebut digunakan persamaan :. dimana : x adalah variabel acak (dalam hal ini besar beban) f(x) adalah distribusi probabilitas UD = (30 x 2/24)+(40 x 2/24)+(50 x 6/24)+(60 x 8/24)+(70 x 4/24)+(80 x 2/24) 29

25 = 1360/24. Dan besar unserved energy awal (energy elektrik yang belum dipenuhi selam belum ada unit pembangkit yang bekerja) adalah : UE awal = UD x T (2.27) Dimana T adalah periode waktu yang digunakan untuk sampling beban UE awal = 1360/24 x 24 = 1360 MWH/hari Fungsi Kerapatan Probabilitas Beban Ekivalen Untuk mencari kerapatan beban ekivalen anggap unit pertama yang dibebani mempunyai FOR 0.1 dengan besar kapasitas 40 MW, dan selama angka kegagalan acak unit-unit pembangkit saling bebas (independent) dari sistem beban, maka akan dapat dibentuk fungsi kerapatan probabilitas beban ekivalen. Persamaan yang digunakan adalah persamaan : f baru (x) = f lama (x) (1 q).(2.28) untuk x + c, f(x+c) =q. f lama (x)...(2.29) Dengan menggunakan persamaan (3.10), maka distribusi probabilitas dari setiap variabel acak (dalam hal ini besar beban) akan mengalami perubahan. x 1 = 30 MW f baru (x 1 ) = [2(1-0.1)/24] = 1.8/24 x 2 = 40 MW f baru (x 2 ) = [2(1-0.1)/24] = 1.8/24 x 3 = 50 MW f baru (x 3 ) = [6(1-0.1)/24] = 5.4/24 x 4 = 60 MW f baru (x 4 ) = [8(1-0.1)/24] = 7.2/24 x 5 = 70 MW, karena besar beban ini merupakan penjumlahan dari besar beban x 1 dengan besar kapasitas unit pembangkit ( = 70 MW), maka persamaan (2.29) juga digunakan dalam menghitung distribusi probabilitas baru ini, yaitu : f baru (x) = f lama (x)(1 q) + q f lama (x c).(2.30) dengan : q : FOR c : kapasitas unit pembangkit yang dimasukkan ke sistem pembangkitan f baru (x 5 ) = [4(1-0.1)/24] + [0.1 (1/24)] = 3.7/24 x 6 = 80 MW f baru (x 6 ) = [2(1-0.1)/24] + [0.1 (2/24)] = 2/24 30

26 Untuk (x 3 + c), maka f(90) = [0.1(6/24)] = 0.6/24 Untuk (x 4 + c), f(100) = [0.1(8/24)] = 0.8/24 Untuk (x 5 + c), f(110) = [0.1(4/24)] = 0.4/24 Untuk (x 6 + c), f(120) = [0.1(4/24)] = 0.2/24 dari perhitungan di atas dapat digambarkan fungsi kerapatan probabilitas beban ekivalen, seperti yang ditunjukkan pada Gambar Gambar 2.11 Fungsi kerapatan probabilititas beban ekivalen Dalam Gambar 2.11 dilukiskan suatu fungsi kerapatan probabilitas beban ekivalen setelah memasukkan unit pertama. Jelasnya bahwa untuk seluruh beban yang melebihi beban 40 MW akan termasuk unserved demand. Maka beban ekivalen sebesar 50 MW dengan probabilitas 5.4/24 dapat dinyatakan dengan unserved demand 10 MW dengan probabilitas yang sama, dimana unit beban dasar 40 MW ditambahkan. Dengan cara mengurangkan besar beban yang ada pada Gambar 2.12 di atas dengan kapasitas unit pembangkit yang dimasukkan ke sistem pembangkitan (dalam hal ini sebesar 40 MW), maka akan diperoleh fungsi kerapatan probabilitas unserved demand yang memasukkan pengaruh penambahan unit pembangkit. Untuk x 3 besarnya menjadi = 10 MW dengan distribusi probabilitas yang sama, yaitu f(x 3 ) = 5.4 Untuk x 4 menjadi 20 Untuk x 5 menjadi 30 Untuk x 6 menjadi 40 Untuk (x 3 + c) menjadi x 3 = 50 Untuk (x 4 + c) menjadi x 4 = 60 Untuk (x 5 + c) menjadi x 5 = 70 Untuk (x 6 + c) menjadi x 6 = 80 Dari perubahan besar beban, maka akan dapat diperoleh Gambar

27 Gambar 2.12 Fungsi kerapatan probabilitas unserved demand dengan pengaruh penambahan unit 40 MW Dari Gambar 2.12 ini dapat dihitung besarnya permintaan daya (UD = Unserved Demand) setelah memasukkan unit pembangkit tadi, yaitu dengan menjumlahkan seluruh perkalian besar beban dengan nilai distribusi probabilitasnya. UD= [(5.4x10)+(7.2x20)+(3.7x30)+(2x40)+(0.6x50)+(0.8x60)+(0.4x70)+(0.2x80)]/24 = 511/24 MW Besar unserved energy setelah memasukkan unit pembangkit tadi dapat dihitung dengan mengalikan UD dengan periode waktu yang digunakan untuk sampling beban. UE unit = 1360/24 x 24 = 1360 MWH/hari Besarnya energy yang diharapkan dari unit pembangkit tadi (E unit) adalah : E unit = UE awal UE unit = = 849 MWH/hari Jika beban disampling menjadi setengah jam, maka jumlah impulse akan bertambah. Hal ini tidak akan mempengaruhi efisiensi perhitungan. Momen kenol dan momen pertama memberikan seluruh informasi yang diperlukan dalam perhitungan LOLP, unserved demand dan unserved energy. LOLP sistem pembangkitan adalah probabilitas dimana beban ekivalen akan melebihi kapasitas terpasang dari sistem pembangkitan. Dari Gambar 2.12 LOLP sistem pembangkitan dapat dicari dengan menjumlahkan impuls yang tergantung pada kapasitas 40 MW, yaitu momen ke-nol dari unserved demand. Oleh karena 32

28 itu LOLP dapat dicari dari momen ke-nol ini setelah memasukkan seluruh unit pembangkit. Dalam kasus ini, dimana hanya satu unit pembangkit yang masuk pada sistem pembangkitan, maka besar LOLP adalah ; LOLP = = 20.3 jam/hari = hari/tahun Contoh Kasus Penerapan Metode Segmentasi Misalkan ada tiga unit pembangkit, yaitu : Kapasitas 50 MW, FOR = 0.02 Kapasitas 30 MW, FOR = 0.02 Kapasitas 10 MW, FOR = 0.01 Dari ketiga unit diatas, maka dapat dihitung besar kapasitas setiap segmen (PK), yaitu merupakan kelipatan terbesar dari ketiga unit diatas : PK = 10 MW Jumlah segmen = ( )/10 = 9 Masing-masing segmen mempunyai batas kemampuan, segmen pertama mempunyai batas kemampuan sebesar 10 MW, segmen kedua sebesar 20 MW, segmen ketiga 30 MW hingga segmen kesembilan sebesar 90 MW. Kemudian dari fungsi kerapatan probabilitas yang telah diperoleh seperti pada Gambar 2.11 akan dimasukkan ke dalam segmen-segmen di atas. Tabel 2.1 Momen ke-nol dan momen pertama Segmen ke - Distribusi probabilitas (m 01 ) Nilai rata-rata variabel acak x (m 11 ) x 30 = x40 = x50 = x60 = x70 = x80 =

29 9 0 0 dengan : m 01 = momen ke-nol segmen ke-i m 11 = momen pertama segmen ke-i Dari kelima segmen di atas (Gambar 2.13) dapat ditentukan total energi elektrik yang dibutuhkan oleh beban (UE awal), yaitu merupakan jumlah dari momen pertama. (2.31) = = 1360 MWH/hari Gambar 2.13 Konvolusi 3 Unit Pembangkit Setelah momen ke-nol dan momen pertama dihitung, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pergeseran segmen-segmen tadi jika ada unit pembangkit yang dimasukkan ke sistem. Misalkan unit pertama yang dimasukkan sebesar 50 MW. FOR = 0.02, maka akan terjadi pergeseran segmen sebesar unit pembangkit yang dimasukkan. Momen kenol dari setiap segmen tadi tidak mengalami perubahan harga, sedangkan momen pertama akan berubah harga dengan : (2.32) Misalkan : 34

30 m 03 = 2/24 m 13 = (60/24) + (50 x 2/24) = 160/24 Jika N menyatakan jumlah segmen dari kapasitas terpasang sistem pembangkitan, maka jumlah momen ke-nol dan momen pertama yang diperlukan sebanyak (N+1). Oleh karena itu segmen kelima tersebut akan menyatakan jumlah momenmomen dari segmen keempat dan kelima Selanjutnya untuk memperoleh seperti pada Gambar 2.13c dilakukan cara-cara sebagai berikut : 1...(2.33) 1 (2.34) Pada kasus ini yang dihitung hanya segmen keenam hingga segmen kesepuluh. Misalkan untuk contoh diatas : m 06 = [8/24 x (1-0.02)]`+ [0 x FOR] = 7.84/24 m 16 = [480/24 x (1-0.02)]`+ [0 x FOR] = 470.4/24 Dari Gambar 2.13c ini dapat dihitung besar energi yang diharapkan dari unit pertama yang dimasukkan. Untuk menghitungnya dilakukan dahulu perhitungan besarnya energy yang belum dipenuhi (UE unit 1) setelah memasukkan unit pertama (50 MW ; FOR = 0.02) sebagai berikut : (2.35) dengan : y adalah jumlah segmen setelah mengalami pergeseran T adalah periode waktu yang digunakan untuk pensamplingan beban UE unit 1 = {[( ) 50( )]/24} x 24 = MWH/hari 35

31 Maka besar energi elektrik yang diharapkan dari unit pertama (E unit 1) sebesar : 1 (2.36) Jika unit pertama yang dimasukkan, maka UE unit ke(i-1) merupakan UE awal. E unit 1 = = MWH/hari Jika unit kedua dimasukkan kedalam sistem, maka dapat dilakukan perhitungan seperti pada unit pertama, dengan catatan, kapasitas pergeserannya bukan sekedar kapasitas unit pembangkit yang baru dimasukkan, melainkan seluruh unit pembangkit yang ada dalam sistem. Besarnya energi elektrik yang belum dipenuhi setelah memasukkan unit kedua (UE unit 2) 30 MW ; FOR = 0.02 (gambar 2.12e) adalah : UE unit 2 = {[( ) 80( )]/24} x 24 = MWH/hari Energi elektrik yang diharapkan dari unit kedua (E unit 2) adalah : E unit 2 = UE unit 1- UE unit 2 E unit 2 = = MWH/hari Jika unit yang ketiga dimasukkan, maka besar energi elektrik yang belum dipenuhi (UE unit 3), seperti ditunjukkan pada gambar 2.12g adalah: UE unit 3 = {[( ) 90( )]/24} x 24 = Sehingga besar energi elektrik yang diharapkan dari unit pembangkit ketiga (E unit 3) sebesar : E unit 3 = UE unit 2 - UE unit 3 = = MWH/hari Setelah ketiga unit pembangkit dimasukkan kedalam sistem maka dapat dihitung energi elektrik total yang diharapkan (E total unit), yaitu sebesar : 1..(2.37) 36

32 E total unit = = MWH/hari Besar energi yang belum dipenuhi setelah ketiga unit pembangkit bekerja (UE) adalah : UE = = MWH/hari = MWH/tahun LOLP sistem pembangkitan merupakan momen ke-nol setelah memasukkan seluruh unit pembangkit. Untuk contoh diatas : (2.38) LOLP = jam/hari = hari/tahun 2.6 Penambahan Kapasitas Efektif Sistem Pembangkit Perencanaan pengembangan kapasitas terpasang sistem pembangkit untuk mengantisipasi pertumbuhan beban dengan mempertahankan LOLP ditunjukan pada Gambar Pada kurva pertama Gambar 2.14 terlihat LOLP sistem pembangkit sebelum penambahan unit pembangkit. Dengan penambahan unit pembangkit, maka sistem pembangkit mampu melayani penambahan beban sebesar kapasitas efektif unit pembangkit yang ditambahkan. Berdasarkan hal tersebut, kapasitas sistem pembangkit dapat dikembangkan untuk menghadapi pertumbuhan beban sehingga LOLP sistem pembangkit dapat dipertahankan. Pada perencanaan pengembangan sistem pembangkit, pertama diestimasi beban yang akan dilayani sistem pembangkit pada masa mendatang. Dari hasil peramalan beban tersebut, dihitung kapasitas efektif unit pembangkit yang harus ditambahkan untuk meningkatkan kapasitas efektif sistem pembangkit. Besarnya penambahan beban yang sanggup dilayani unit pembangkit yang ditambahkan dengan mempertahankan LOLP dikenal dengan istilah Effective Load Carrying Capability (ELCC) dari unit pembangkit tambahan. 37

33 Gambar 2.14 Kapasitas efektif penambahan pembangkit Kapasitas Efektif Unit Pembangkit Kapasitas sistem pembangkit adalah besarnya beban yang dapat dilayani oleh sistem pembangkit tersebut. Kapasitas efektif sistem pembangkit merupakan penjumlahan kapasitas efektif unit pembangkit yang ada. Perubahan konfigurasi sistem pembangkit mengakibatkan berubahnya kapasitas efektif unit pembangkit, sehingga pada perencanaan penambahan unit pembangkit perlu diprediksi terjadinya perubahan kapasitas efektif unit pembangkit. Pendekatan untuk menentukan kapasitas efektif unit pembangkit dikemukakan oleh L.L Garver, dinyatakan pada persamaan : dengan : = kapasitas efektif unit pembangkit C = kapasitas terpasang unit pembangkit ln 1 q = laju gangguan paksa (FOR) unit pembangkit m = karakteristik resiko sistem pembangkit. (2.39) karakteristik resiko sistem pembangkit (m) didefinisikan sebagai kenaikan beban puncak tahunan yang menyebabkan resiko tahunan menjadi e (2,71 ) kali 38

34 semula. Harga m suatu sistem pembangkit dapat diperkirakan dengan pendekatan persamaan :. (2.40) Dengan : C i = kapasitas terpasang unit pembangkit i q i = laju gangguan paksa (FOR) unit pembangkit i n = jumlah unit pembangkit dalam sistem pembangkit Prosedur Penentuan Kapasitas Efektif Tambahan Penentuan kemampuan efektif unit pembangkit yang ditambahkan pada sistem pembangkit dapat didekati dengan bantuan persamaan 2.39 dan 2.40 di atas. Di samping itu, kemampuan efektif unit pembangkit tambahan dapat ditentukan secara grafis dengan bantuan karakteristik LOLP terhadap beban puncak. Pertama sekali yang harus dilakukan dalam perencanaan pengembangan kapasitas efektif sistem pembangkit secara grafis adalah menentukan LOLP sistem pembangkit sebelum ditambah. Selanjutnya ditinjau LOLP sistem pembangkit disekitar beban puncak yang terjadi (misalnya 80% sampai 120%). Dari LOLP yang didapat, dibentuk kurva perubahan LOLP terhadap kenaikan beban puncak seperti Gambar 2.14 di atas. Tambahkan unit pembangkit, kemudian umpamakan terjadi kenaikan beban dan ditinjau kondisi beban sebelum penambahan unit pembangkit sampai kenaikan beban (misalnya 100% sampai 140%). Bentuk kurva LOLP terhadap beban puncak setelah penambahan unit pembangkit seperti gambar Dari dua kurva gambar 2.14 diatas, pada LOLP sistem yang konstan didapatkan jarak antara dua kurva dan diproyeksikan pada beban sehingga jarak tersebut adalah besarnya kenaikan beban yang dapat didukung oleh penambahan kapasitas yang diberikan. 39

35 Sebaliknya untuk menentukan kapasitas tambahan unit pembangkit guna menghadapi pertumbuhan beban, dilakukan iterasi penambahan sampai tingkat beban yang diramalkan dapat dilayani. 40

Studi Keandalan Ketersediaan Daya Pembangkit Listrik pada Jaringan Daerah X

Studi Keandalan Ketersediaan Daya Pembangkit Listrik pada Jaringan Daerah X Jurnal ELKOMIKA Vol. 5 No. 1 Halaman 93-105 ISSN (p): 2338-8323 Januari - Juni 2017 ISSN (e): 2459-9638 Studi Keandalan Ketersediaan Daya Pembangkit Listrik pada Jaringan Daerah X SYAHRIAL, KANIA SAWITRI,

Lebih terperinci

BAB III KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Keandalan Sistem Tenaga Listrik Semua pelanggan energi listrik pastinya menginginkan agar pasokan listrik yang mereka terima sesuai dengan kebutuhan dan memenuhi

Lebih terperinci

LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya)

LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya) BIAStatistics (2015) Vol. 9, No. 2, hal. 7-12 LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya) Yulius Indhra Kurniawan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( X Print) B 1

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( X Print) B 1 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) B 1 Penilaian Keandalan Sistem Tenaga Listrik Jawa Bagian Timur Dan Bali Menggunakan Formula Analitis Deduksi Dan Sensitivitas Analitis

Lebih terperinci

LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya)

LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya) LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya) Yulius Indhra Kurniawan, Anindya Apriliyanti P Indonesia Power UBP Suralaya,

Lebih terperinci

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG 2007-2016 Dari keterangan pada bab sebelumnya, dapat dilihat keterkaitan antara kapasitas terpasang sistem pembangkit dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penambahan unit pembangkit. (Zein dkk, 2008), (Subekti dkk, 2008) meneliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penambahan unit pembangkit. (Zein dkk, 2008), (Subekti dkk, 2008) meneliti BAB II TINJAUAN PUSTAKA Banyak penelitian telah dilakukan mengenai keandalan sistem tenaga listrik. Perkiraan beban mendapat perhatian yang cukup besar terutama guna perencanaan penambahan unit pembangkit.

Lebih terperinci

ANALISA PENAMBAHAN IBT (INTER BUS TRANSFORMER) 500/150 KV GITET UNGARAN TERHADAP KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK DI REGION JAWA TENGAH-DIY

ANALISA PENAMBAHAN IBT (INTER BUS TRANSFORMER) 500/150 KV GITET UNGARAN TERHADAP KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK DI REGION JAWA TENGAH-DIY ANALISA PENAMBAHAN IBT (INTER BUS TRANSFORMER) 500/150 KV GITET UNGARAN TERHADAP KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK DI REGION JAWA TENGAH-DIY M Zainal Arifin H 1, Dr. Ir. Hermawan, DEA. 2, Susatyo Handoko,

Lebih terperinci

Studi Keandalan Sistem Kelistrikan Hingga Level Beban Tegangan Menengah di PT.Pupuk Kalimantan Timur Nama : Prita Lukitasari NRP :

Studi Keandalan Sistem Kelistrikan Hingga Level Beban Tegangan Menengah di PT.Pupuk Kalimantan Timur Nama : Prita Lukitasari NRP : Presentasi Seminar Tugas Akhir (Genap 2011) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS Studi Keandalan Sistem Kelistrikan Hingga Level Beban Tegangan Menengah di PT.Pupuk Kalimantan Timur Nama : Prita

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Pembangkit Dengan Metoda Waktu dan Frekuensi di PT Djarum Kudus Krapyak C. Disusun Oleh : Nama : Yudha Haris NIM : L2F

Analisis Keandalan Pembangkit Dengan Metoda Waktu dan Frekuensi di PT Djarum Kudus Krapyak C. Disusun Oleh : Nama : Yudha Haris NIM : L2F Analisis Keandalan Pembangkit Dengan Metoda Waktu dan Frekuensi di PT Djarum Kudus Krapyak C Disusun Oleh : Nama : Yudha Haris NIM : L2F 36 59 I. Latar Belakang Gambar 1. Diagram Satu Garis Instalasi Tenaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Waktu pengerjaan tugas akhir ini dimulai pada bulan Januari 2015, tempat

III. METODE PENELITIAN. Waktu pengerjaan tugas akhir ini dimulai pada bulan Januari 2015, tempat III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Waktu pengerjaan tugas akhir ini dimulai pada bulan Januari 2015, tempat dilakukannya tugas akhir ini di Laboratorium Sistem Tenaga (STE) Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga. ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X

Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga. ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X = 0. Perlu diketahui bahwa luas kurva normal adalah satu (sebagaimana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FUNGSI KARAKTERISTIK KONFIGURASI SISTEM GARVER EKSISTING 5 BUS

BAB IV ANALISIS FUNGSI KARAKTERISTIK KONFIGURASI SISTEM GARVER EKSISTING 5 BUS BAB IV ANALISIS FUNGSI KARAKTERISTIK KONFIGURASI SISTEM GARVER EKSISTING 5 4.1 Perencanaan Konfigurasi Sistem Berdasarkan Indeks Keandalan Pertimbangan yang sangat penting diperhatikan dalam perencanaan

Lebih terperinci

STUDI KEANDALAN KETERSEDIAAN DAYA PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PT PLN SISTEM SULSELBAR TAHUN

STUDI KEANDALAN KETERSEDIAAN DAYA PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PT PLN SISTEM SULSELBAR TAHUN STUDI KEANDALAN KETERSEDIAAN DAYA PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PT PLN SISTEM SULSELBAR TAHUN 2010-2020 Indar Chaerah Gunadin 1*, Zaenab Muslimin 2, Ikzan 3, Edy Sudrajat 4 Universitas Hasanuddin 1,2,3,4

Lebih terperinci

PERBAIKAN KEANDALAN SISTEM MELALUI PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION

PERBAIKAN KEANDALAN SISTEM MELALUI PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION PERBAIKAN KEANDALAN SISTEM MELALUI PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION Wahri Sunanda 1 1) Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Bangka Belitung Email: wahrisunanda@ubb.ac.id Abstract - The reliability

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pemeliharaan (Maintenance) 3.1.1 Pengertian Pemeliharaan Pemeliharaan (maintenance) adalah suatu kombinasi dari setiap tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam,

Lebih terperinci

ANALISIS KEANDALAN SISTEM 150 KV DI WILAYAH JAWA TIMUR

ANALISIS KEANDALAN SISTEM 150 KV DI WILAYAH JAWA TIMUR ANALISIS KEANDALAN SISTEM 150 KV DI WILAYAH JAWA TIMUR Ridwan Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111, Email : ridwan_elect@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Pemeliharaan Untuk menjamin kontinuitas kegiatan operasional suatu sistem, keandalan setiap komponen peralatan sangat dijaga agar peralatan tersebut tidak mengalami kegagalan

Lebih terperinci

Suatu sistem tenaga listrik memiliki unit-unit pembangkit yang bertugas menyediakan daya dalam sistem tenaga listrik agar beban dapat terlayani.

Suatu sistem tenaga listrik memiliki unit-unit pembangkit yang bertugas menyediakan daya dalam sistem tenaga listrik agar beban dapat terlayani. Suatu sistem tenaga listrik memiliki unit-unit pembangkit yang bertugas menyediakan daya dalam sistem tenaga listrik agar beban dapat terlayani. Unit pembangkit dapat mengalami gangguan setiap waktu yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

Studi Dampak Pemeliharaan Sistem Pembangkit Terhadap Keandalan Sistem Tenaga Listrik di PT. Petrokimia Gresik

Studi Dampak Pemeliharaan Sistem Pembangkit Terhadap Keandalan Sistem Tenaga Listrik di PT. Petrokimia Gresik Studi Dampak Pemeliharaan Sistem Pembangkit Terhadap Keandalan Sistem Tenaga Listrik di PT. Petrokimia Gresik Paramita Dynaputri, Ontoseno Penangsang, I.G.N. Satriyadi Hernanda Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012 PENENTUAN RELIABILITAS SISTEM DAN PELUANG SUKSES MESIN PADA JENIS SISTEM PRODUKSI FLOW SHOP Imam Sodikin 1 1 Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl.

Lebih terperinci

PROSES MARKOV KONTINYU (CONTINOUS MARKOV PROCESSES)

PROSES MARKOV KONTINYU (CONTINOUS MARKOV PROCESSES) #11 PROSES MARKOV KONTINYU (CONTINOUS MARKOV PROCESSES) 11.1. Pendahuluan Masalah keandalan yang berhubungan dengan sistem secara normal adalah space memiliki sifat diskrit yaitu sistem tersebut dapat

Lebih terperinci

RELIABILITAS & FUNGSI HAZARD. 05/09/2012 MK. Analisis Reliabilitas Darmanto, S.Si.

RELIABILITAS & FUNGSI HAZARD. 05/09/2012 MK. Analisis Reliabilitas Darmanto, S.Si. RELIABILITAS & FUNGSI HAZARD 1 RELIABILITAS Peluang bahwa suatu produk atau jasa akan beroperasi dengan baik dalam jangka waktu tertentu (durabilitas) pada kondisi pengoperasian sesuai dengan desain (suhu,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian perawatan Jenis-Jenis Perawatan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)...

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian perawatan Jenis-Jenis Perawatan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM)... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iii HALAMAN PENGAKUAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS Dalam merencanakan membangun pembangkit untuk mendapatkan tingkat keandalan yang diinginkan, maka kita perlu tahu berapa besar kapasitas yang perlu dipasang dan kapan pemasangannya

Lebih terperinci

KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK AGUS R UTOMO DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA JAKARTA 1. PENGERTIAN DASAR Keandalan adalah kemungkinan suatu komponen atau suatu sistem menjalankan fungsinya

Lebih terperinci

Studi Analisis Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik Surabaya Menggunakan Metode Latin Hypercube Sampling

Studi Analisis Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik Surabaya Menggunakan Metode Latin Hypercube Sampling JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (0) -5 Studi Analisis Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik Surabaya Menggunakan Metode Latin Hypercube Sampling Agung Yanuar Wirapraja, I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Probabilitas (Peluang) Probabilitas adalah suatu nilai untuk mengukur tingkat kemungkinan terjadinya suatu peristiwa (event) akan terjadi di masa mendatang yang hasilnya

Lebih terperinci

ada, apakah bisa dikatakan nilai yang didapat sudah baik atau tidak, serta mengetahui indeks keandalan ditinjau dari sisi pelanggan.

ada, apakah bisa dikatakan nilai yang didapat sudah baik atau tidak, serta mengetahui indeks keandalan ditinjau dari sisi pelanggan. Analisa Keandalan Transformator Gardu Induk Wilayah Surabaya Menggunakan Metode Monte Carlo Agung Arief Prabowo 2207100058 Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya 60111, email: agung.prabowo412@yahoo.com

Lebih terperinci

4.1.7 Data Biaya Data Harga Jual Produk Pengolahan Data Penentuan Komponen Kritis Penjadualan Perawatan

4.1.7 Data Biaya Data Harga Jual Produk Pengolahan Data Penentuan Komponen Kritis Penjadualan Perawatan DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT KETERANGAN DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN MOTTO...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Pemecahan masalah untuk mencapai tujuan dan hasil penelitian yang diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh karena itu, dalam Bab

Lebih terperinci

Pengukuran dan Peningkatan Kehandalan Sistem

Pengukuran dan Peningkatan Kehandalan Sistem Pengukuran dan Peningkatan Kehandalan Sistem Pengukuran Kehandalan Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Menguraikan proses perancangan kehandalan sistem 3 Kehandalan

Lebih terperinci

MODUL II DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT DAN KONTINU

MODUL II DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT DAN KONTINU DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT DAN KONTINU A. TUJUAN PRAKTIKUM Melalui praktikum Modul II ini diharapkan praktikan dapat: 1. Mengenal jenis dan karakteristik dari beberapa distribusi peluang. 2. Menguji dan

Lebih terperinci

Evaluasi Deviasi dari Aproksimasi Frekuensi Kejadian Perawatan Korektif dan Preventif

Evaluasi Deviasi dari Aproksimasi Frekuensi Kejadian Perawatan Korektif dan Preventif Petunjuk Sitasi: Rahman, A. (2017). Evaluasi Deviasi Dari Aproksimasi Frekuensi Kejadian Perawatan Korektif Dan Preventif. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C181-186). Malang: Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT TEORITIS 2. Distribusi Hipergeometrik

DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT TEORITIS 2. Distribusi Hipergeometrik DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT TEORITIS 2 TI2131 TEORI PROBABILITAS MINGGU KE-10 Distribusi Hipergeometrik Eksperimen hipergeometrik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. sebuah sampel random berukuran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ilmiah. Pencacahan atau pengukuran karakteristik suatu objek kajian yang

BAB II LANDASAN TEORI. ilmiah. Pencacahan atau pengukuran karakteristik suatu objek kajian yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Peluang Pada dasarnya statistika berkaitan dengan penyajian dan penafsiran hasil yang berkemungkinan (hasil yang belum dapat ditentukan sebelumnya) yang muncul dalam

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK

DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK 0 DISTRIBUSI SATU PEUBAH ACAK Dalam hal ini akan dibahas macam-macam peubah acak, distribusi peluang, fungsi densitas, dan fungsi distribusi. Pada pembahasan selanjutnya, fungsi peluang untuk peubah acak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN LEMBAR PENGAKUAN PERSEMBAHAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN LEMBAR PENGAKUAN PERSEMBAHAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN LEMBAR PENGAKUAN PERSEMBAHAN MOTTO KATA PENGANTAR i ii in iv v vi vii viii DAFTAR ISI x DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi 1 Himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan disebut ruang sampel dan dinyatakan dengan S.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi 1 Himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan disebut ruang sampel dan dinyatakan dengan S. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian Definisi 1 Himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan disebut ruang sampel dan dinyatakan dengan S. Tiap hasil dalam ruang sampel disebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Probabilitas Probabilitas adalah suatu nilai untuk mengukur tingkat kemungkinan terjadinya suatu peristiwa (event) akan terjadi di masa mendatang yang hasilnya tidak pasti (uncertain

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PROBABILITAS DAN DISTRIBUSI PROBABILITAS LELY RIAWATI, ST, MT.

KONSEP DASAR PROBABILITAS DAN DISTRIBUSI PROBABILITAS LELY RIAWATI, ST, MT. KONSEP DASAR PROBABILITAS DAN DISTRIBUSI PROBABILITAS LELY RIAWATI, ST, MT. EKSPERIMEN suatu percobaan yang dapat diulang-ulang dengan kondisi yang sama CONTOH : Eksperimen : melempar dadu 1 kali Hasilnya

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 1: Dasar-Dasar Probabilitas Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Peluang Percobaan adalah kegiatan yang menghasilkan keluaran/hasil yang mungkin secara acak. Contoh: pelemparan sebuah dadu.

Lebih terperinci

ANALISA KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK JAKARTA DAN BANTEN PERIODE TAHUN

ANALISA KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK JAKARTA DAN BANTEN PERIODE TAHUN TECHNOLOGIC, VOLUME 5, NOMOR 2 ANALISA KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK JAKARTA DAN BANTEN PERIODE TAHUN 2011-2013 Erwin Dermawan 1, Agus Ponco 2, Syaiful Elmi 3 Jurusan Teknik Elektro - Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir (state of the art) Berdasarkan topik usulan tugas akhir yang diambil, terdapat beberapa referensi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

Lebih terperinci

RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN

RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 14, Nomor 1, Januari - Juni 2016 RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN M. Rusydi Alwi Dosen

Lebih terperinci

Peubah Acak. 14-Sep-07 TPADF (Kelas Ganjil/ Rahmat) Lecture 2 page 1

Peubah Acak. 14-Sep-07 TPADF (Kelas Ganjil/ Rahmat) Lecture 2 page 1 Peubah Acak 14-Sep-07 TPADF (Kelas Ganjil/ Rahmat) Lecture 2 page 1 Definisi Peubah Acak Peubah acak adalah peubah yang mengkarakterisasikan setiap elemen dalam ruang sampel dengan suatu bilangan real.

Lebih terperinci

#8 Model Keandalan Dinamis

#8 Model Keandalan Dinamis #8 Model Keandalan Dinamis 8.1. Pendahuluan Prosedur standar untuk mengevaluasi keandalan dari suatu sistem adalah dengan memecah sistem itu menjadi beberapa komponen. Langkah berikutnya adalah mengestimasi

Lebih terperinci

Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Jaringan Spindel GI Nusa Dua PT. PLN (Persero) Distribusi Bali UJ Kuta. I Wayan Suardiawan

Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Jaringan Spindel GI Nusa Dua PT. PLN (Persero) Distribusi Bali UJ Kuta. I Wayan Suardiawan Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Jaringan Spindel GI Nusa Dua PT. PLN (Persero) Distribusi Bali UJ Kuta. I Wayan Suardiawan 2206 100 009 Dosen Pembimbing: Ir. Sjamsjul Anam, MT I Gusti Ngurah Satriyadi

Lebih terperinci

BAB III SURVIVAL ANALYSIS UNTUK MENGUJI RELIABILITAS PRODUK DAN PENENTUAN GARANSI PRODUK 3.1 Garansi

BAB III SURVIVAL ANALYSIS UNTUK MENGUJI RELIABILITAS PRODUK DAN PENENTUAN GARANSI PRODUK 3.1 Garansi BAB III SURVIVAL ANALYSIS UNTUK MENGUJI RELIABILITAS PRODUK DAN PENENTUAN GARANSI PRODUK 3.1 Garansi Garansi dapat diartikan sebagai jaminan yang diberikan secara tertulis oleh pabrik atau supplier kepada

Lebih terperinci

KAJIAN AVAILABILITAS PADA SISTEM PARALEL

KAJIAN AVAILABILITAS PADA SISTEM PARALEL KAJIAN AVAILABILITAS PADA SISTEM PARALEL Riana Ayu Andam P. 1, Sudarno 2, Suparti 3 1 Mahasiswa Jurusan Statistika FSM UNDIP 2,3 Staff Pengajar Jurusan Statistika FSM UNDIP Abstract Availabilitas merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI PENUNJANG

BAB 2 TEORI PENUNJANG 5 BAB 2 TEORI PENUNJANG 2.1 Sistem Distribusi Tenaga listrik Sistem distribusi bertugas mengirim tenaga listrik dari pusat listrik ke pelanggan. Kemampuan untuk melayani pelanggannya sangat tergantung

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: STUDI KEANDALAN PLTP YANG MEMASOK SUBSISTEM 150 KV JAWA BARAT PADA TAHUN 2019

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: STUDI KEANDALAN PLTP YANG MEMASOK SUBSISTEM 150 KV JAWA BARAT PADA TAHUN 2019 STUDI KEANDALAN PLTP YANG MEMASOK SUBSISTEM 150 KV JAWA BARAT PADA TAHUN 2019 Abstrak Felycia Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Sekolah Tinggi Teknik PLN Jakarta E-mail: felyciaa@gmail.com Tingkat

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol. 13 --- No. 1 --- 2014 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CORRUGATING dan MESIN FLEXO di PT. SURINDO TEGUH GEMILANG Sandy Dwiseputra Pandi, Hadi

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 1: Dasar-Dasar Probabilitas Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Peluang Percobaan adalah kegiatan yang menghasilkan keluaran/hasil yang mungkin secara acak. Contoh: pelemparan sebuah dadu.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Data Data adalah bentuk jamak dari datum, yang dapat diartikan sebagai informasi yang diterima yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau dalam bentuk lisan dan tulisan

Lebih terperinci

PENGANTAR MODEL PROBABILITAS

PENGANTAR MODEL PROBABILITAS PENGANTAR MODEL PROBABILITAS (PMP, Minggu 1-7) Sri Haryatmi Kartiko Universitas Gadjah Mada Juni 2014 Outline 1 Minggu 1:HIMPUNAN Operasi Himpunan Sifat-Sifat Operasi Himpunan 2 Minggu 2:COUNTING TECHNIQUE

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang sampel S adalah himpunan semua hasil dari suatu percobaan. Kejadian E

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang sampel S adalah himpunan semua hasil dari suatu percobaan. Kejadian E 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Peluang Ruang sampel S adalah himpunan semua hasil dari suatu percobaan. Kejadian E adalah himpunan bagian dari ruang sampel. Peluang suatu kejadian P(E) adalah

Lebih terperinci

KAJIAN DATA KETAHANAN HIDUP TERSENSOR TIPE I BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DAN SIX SIGMA. Victoria Dwi Murti 1, Sudarno 2, Suparti 3

KAJIAN DATA KETAHANAN HIDUP TERSENSOR TIPE I BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DAN SIX SIGMA. Victoria Dwi Murti 1, Sudarno 2, Suparti 3 JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 241-248 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian KAJIAN DATA KETAHANAN HIDUP TERSENSOR TIPE I BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 MANAJEMEN PERAWATAN Manajemen perawatan adalah salah satu elemen penting dalam suatu perusahaan terutama dalam perusahaan manufaktur. Sehingga sangat dibutuhkan perawatan dalam

Lebih terperinci

PEMBANGKIT RANDOM VARIATE

PEMBANGKIT RANDOM VARIATE PEMBANGKIT RANDOM VARIATE Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan (1) Sifat probalitistik pada sistem nyata mempunyai pola distribusi probabilistik

Lebih terperinci

OPTIMASI JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN TENUN UNIT SATU DI PT KSM, YOGYAKARTA

OPTIMASI JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN TENUN UNIT SATU DI PT KSM, YOGYAKARTA OPTIMASI JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN TENUN UNIT SATU DI PT KSM, YOGYAKARTA Fransiskus Tatas Dwi Atmaji Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University franstatas@telkomuniversity.ac.id

Lebih terperinci

Sampling dengan Simulasi Komputer

Sampling dengan Simulasi Komputer Modul Sampling dengan Simulasi Komputer PENDAHULUAN Sutawanir Darwis M etode statistika merupakan alat untuk menyelesaikan masalah apabila solusi analitik tidak mungkin diperoleh. Dengan metode statistika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ruang sampel dan dilambangkan dengan huruf S. Ruang sampel beranggotakan

TINJAUAN PUSTAKA. ruang sampel dan dilambangkan dengan huruf S. Ruang sampel beranggotakan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Percobaan dan Ruang Sampel Menurut Walpole (1995), istilah percobaan digunakan untuk sembarang proses yang dapat membangkitkan data. Himpunan semua hasil suatu percobaan disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan suatu sistem transmisi listrik perlu diperhatikan masalah ketersediaan kapasitas daya yang dibangkitkan untuk memenuhi kebutuhan pusat-pusat beban

Lebih terperinci

PENENTUAN JADWAL PERAWATAN MESIN POMPA MELALUI ANALISIS KEANDALAN PADA PDAM GUNUNG LIPAN, SAMARINDA SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR

PENENTUAN JADWAL PERAWATAN MESIN POMPA MELALUI ANALISIS KEANDALAN PADA PDAM GUNUNG LIPAN, SAMARINDA SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR PENENTUAN JADWAL PERAWATAN MESIN POMPA MELALUI ANALISIS KEANDALAN PADA PDAM GUNUNG LIPAN, SAMARINDA SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR Fathiruddin Ilwan, Fatkhul Hani Rumawan, Lina Dianati Fathimahhayati Program

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Proses Pencabangan model DTMC SIR

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Proses Pencabangan model DTMC SIR BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Pencabangan model DTMC SIR Proses pencabangan suatu individu terinfeksi berbentuk seperti diagram pohon dan diasumsikan bahwa semua individu terinfeksi adalah saling independent

Lebih terperinci

Distribusi Peluang Kontinu. Bahan Kuliah II2092 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Distribusi Peluang Kontinu. Bahan Kuliah II2092 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB Distribusi Peluang Kontinu Bahan Kuliah II9 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB 1 Fungsi Padat Peluang Untuk peubah acak kontinu, fungsi peluangnya

Lebih terperinci

SISTEM KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI WAMENA KABUPATEN JAYAWIJAYA PROPINSI PAPUA. Martha Loupatty

SISTEM KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI WAMENA KABUPATEN JAYAWIJAYA PROPINSI PAPUA. Martha Loupatty SISTEM KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI WAMENA KABUPATEN JAYAWIJAYA PROPINSI PAPUA Martha Loupatty loupattyatha@yahoo.co.id Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Musamus ABSTRAK

Lebih terperinci

PENS. Probability and Random Process. Topik 5. Beberapa jenis Distribusi Variabel Acak. Prima Kristalina April 2015

PENS. Probability and Random Process. Topik 5. Beberapa jenis Distribusi Variabel Acak. Prima Kristalina April 2015 Program Pasca Sarjana Terapan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Probability and Random Process Topik 5. Beberapa jenis Distribusi Variabel Acak Prima Kristalina April 215 1 Outline 1. Beberapa macam

Lebih terperinci

Model dan Simulasi Universitas Indo Global Mandiri

Model dan Simulasi Universitas Indo Global Mandiri Model dan Simulasi Universitas Indo Global Mandiri Nomor random >> angka muncul secara acak (random/tidak terurut) dengan probabilitas untuk muncul yang sama. Probabilitas/Peluang merupakan ukuran kecenderungan

Lebih terperinci

Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Pendekatan Penelusuran Ke Depan

Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Pendekatan Penelusuran Ke Depan 1 Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Pendekatan Penelusuran Ke Depan Sheila Fitria Farisqi, Rony Seto Wibowo dan Sidaryanto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah operasi sistem

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah operasi sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah operasi sistem tenaga listrik. Operasi sistem tenaga listrik mencakup tentang bagaimana daya listrik dibangkitkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendahuluan Uji perbandingan dua distribusi merupakan suatu tekhnik analisis ang dilakukan untuk mencari nilai parameter ang baik diantara dua distribusi. Tekhnik uji perbandingan

Lebih terperinci

PEUBAH ACAK DAN SEBARANNYA

PEUBAH ACAK DAN SEBARANNYA LOGO STATISTIKA MATEMATIKA I PEUBAH ACAK DAN SEBARANNYA Hazmira Yozza Izzati Rami HG Jurusan Matematika FMIPA Universitas Andalas Percobaan : Pelemparan dua mata uang AA AG GA GG S X Definisi 2.1. Peubah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kerusakan dan Pemeliharaan Suatu barang atau produk dikatakan rusak ketika produk tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik lagi (Stephens, 2004). Hal yang

Lebih terperinci

BAB III PERLUASAN MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD DENGAN VARIABEL TERIKAT OLEH WAKTU

BAB III PERLUASAN MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD DENGAN VARIABEL TERIKAT OLEH WAKTU BAB III PERLUASAN MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD DENGAN VARIABEL TERIKAT OLEH WAKTU 3.1 Model Regresi Cox Proportional Hazard dengan Variabel Terikat oleh Waktu Model regresi Cox proportional hazard

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dapat dibangun apabila terdapat debit air dan tinggi jatuh yang cukup sehingga kelayakannya dapat tercapai.

Lebih terperinci

UKURAN KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI DAN TRANSMISI

UKURAN KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI DAN TRANSMISI UKURAN KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI DAN TRANSMISI 14.1 Pendahuluan Keandalan sistem tenaga listrik merupakan salah satu fitur dari kualitas sistem daya, selain memerlukan tegangan dan frekuensi konstan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam teori probabilitas dan statistika, distribusi binomial adalah distribusi probabilitas diskret jumlah keberhasilan dalam n percobaan ya/tidak (berhasil/gagal)

Lebih terperinci

KEANDALAN DATA CENTER BERDASARKAN SISTEM TIER CLASSIFICATIONS. Irham Fadlika

KEANDALAN DATA CENTER BERDASARKAN SISTEM TIER CLASSIFICATIONS. Irham Fadlika Irham Fadlika; Keandalan Data Center Berdasarkan Sistem Tier Classifications KEANDALAN DATA CENTER BERDASARKAN SISTEM TIER CLASSIFICATIONS Irham Fadlika Abstrak Ketika konsep keandalan (reliability) mulai

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik pada abad ini sudah merupakan kebutuhan primer yang tidak bisa tergantikan. Karena pentingnya listrik ini, sistem yang menyuplai dan mengalirkan listrik ini

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 1: Dasar-Dasar Probabilitas Atina Ahdika, S.Si, M.Si Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Ruang Sampel dan Kejadian Ruang Sampel dan Kejadian Ruang Sampel dan Kejadian Percobaan adalah kegiatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 68 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Flowchart Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut ini flowchart diagaram alir metodologi penelitian untuk menganalisa terjadinya breakdown dan cara meminimasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis, industri, dan lain sebagainya. Sehingga diperlukan peramalan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis, industri, dan lain sebagainya. Sehingga diperlukan peramalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Seiring dengan kemajuan teknologi, permasalahan pada dunia listrik sering terjadi salah satunya pada kebutuhan energi listrik. Kebutuhan energi listrik yang semakin bertambah

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2003:

JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2003: JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2003: 120-128 PERUMUSAN STRATEGI PENGGUNAAN MODUL PCM 4 EXCHANGE UNIT BERDASARKAN MEREK DAGANG DENGAN PENDEKATAN RELIABILITY (Studi Kasus : PT. TELKOM Tbk.

Lebih terperinci

STUDI TENTANG INDEKS KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK WILAYAH JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

STUDI TENTANG INDEKS KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK WILAYAH JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI TENTANG INDEKS KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK WILAYAH JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Gunawan Eko Prasetyo*, Ir.Sulasno **, Susatyo Handoko, ST.MT ** Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini diberikan beberapa konsep dasar seperti teorema dan beberapa definisi sebagai landasan dalam penelitian ini. Konsep dasar ini berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen 3.1.1 Definisi Manajemen Definisi manajemen sangat luas, sehingga pada faktanya tidak ada defenisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Adapun bebrapa

Lebih terperinci

STRATEGI KEBIJAKSANAAN PERAWATAN #2

STRATEGI KEBIJAKSANAAN PERAWATAN #2 #14 STRATEGI KEBIJAKSANAAN PERAWATAN #2 14.1. Pemodelan Perawatan Terjadwal Ideal (Ideal Schedule Maintenance) Misalkan sebuah komponen yang tidak mampu rawat tetapi komponen tersebut menjalani perawatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Prediksi pada dasarnya merupakan dugaan atau prediksi mengenai terjadinya

TINJAUAN PUSTAKA. Prediksi pada dasarnya merupakan dugaan atau prediksi mengenai terjadinya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prediksi Prediksi pada dasarnya merupakan dugaan atau prediksi mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu yang akan datang. Prediksi bisa bersifat kualitatif (tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembicaraan statistik, jawaban yang diinginkan adalah jawaban untuk ruang lingkup yang lebih luas, yakni populasi. Tetapi objek dari studi ini menggunakan sampel

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian 11 12 Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian (Lanjutan) 3.2 Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematik(a)

Pengantar Statistika Matematik(a) Catatan Kuliah Pengantar Statistika Matematik(a) Statistika Lebih Dari Sekadar Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014

Lebih terperinci

Oleh: BAMBANG AVIP PRIATNA M

Oleh: BAMBANG AVIP PRIATNA M Oleh: BAMBANG AVIP PRIATNA M Pecobaan / eksperimen acak Ruang Sampel Peristiwa / kejadian / event Peluang peristiwa Sifat-sifat peluang Cara menghitung peluang 1. hasilnya tidak dapat diduga dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Pengertian Distribusi Eksponensial Distribusi eksponensial adalah distribusi yang paling penting dan paling sederhana kegagalan mesin penghitung otomatis dan kegagalan komponen

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-312

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-312 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (203) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) F-32 Evaluasi Reliability dan Safety pada Sistem Pengendalian Level Syn Gas 2ND Interstage Separator Di PT. Petrokimia Gresik Dewi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Peubah Acak dan Distribusinya.1.1 Peubah Acak Definisi.1: Peubah acak adalah suatu fungsi yang menghubungkan sebuah bilangan real dengan setiap unsur di dalam ruang contoh, (Walpole

Lebih terperinci

ANALISIS RELIABILITAS PADA MESIN MEISA KHUSUSNYA KOMPONEN PISAU PAPER BAG UNTUK MEMPEROLEH JADUAL PERAWATAN PREVENTIF

ANALISIS RELIABILITAS PADA MESIN MEISA KHUSUSNYA KOMPONEN PISAU PAPER BAG UNTUK MEMPEROLEH JADUAL PERAWATAN PREVENTIF Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Statistika, hal. 42-51 ANALISIS RELIABILITAS PADA MESIN MEISA KHUSUSNYA KOMPONEN PISAU PAPER BAG

Lebih terperinci

CNH3E3 PROSES STOKASTIK Peubah Acak & Pendukungnya

CNH3E3 PROSES STOKASTIK Peubah Acak & Pendukungnya CNH3E3 PROSES STOKASTIK Peubah Acak & Pendukungnya Dosen: Aniq A Rohmawati, M.Si TELKOM UNIVERSITY JALAN TELEKOMUNIKASI 1, BANDUNG, INDONESIA Ruang Sampel dan Kejadian PEUBAH ACAK (P.A) Fungsi yang memetakan

Lebih terperinci