BAB IV PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN PROTOTIPE SISTEM VAPOR RECOVERY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN PROTOTIPE SISTEM VAPOR RECOVERY"

Transkripsi

1 BAB IV PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN PROTOTIPE SISTEM VAPOR RECOVERY 4.1 Sistem Peralatan SPBU Konvensional Berikut merupakan skema peralatan peralatan yang terdapat di SPBU pada umumnya: Gambar 4.1 Skema peralatan di SPBU pada umumnya [] Keterangan: 1. Mobil tangki BBM untuk proses pengisian bensin ke dalam tangki timbun. Strainer &. Tangki timbun SPBU 4. Pompa submersible untuk pengisapan BBM 5. Check valve 6. Strainer kecil 7. Flow meter 8. Digital dispenser 9. Selang dan nozzle untuk dispensing ke mobil konsumen 10. Mobil konsumen penerima BBM 11. PV Valve Seperti yang telah dijelaskan pada subbab.., terjadi penguapan bensin pada beberapa titik di peralatan-peralatan SPBU tersebut. Pengembangan sistem vapor recovery Havival kali ini akan dikhususkan pada penguapan bensin yang terjadi pada PV Valve. 5

2 4. Metodologi Pengembangan dan Pengujian Metodologi yang akan dilakukan untuk melakukan pengembangan dan pengujian dari sistem vapor recovery Havival dapat dilihat pada diagram alir sebagai berikut: Mulai Penentuan Design Requirement & Objectives Pengembangan Alternatif Rancangan Analisis Hasil Pengujian Prototipe Sistem Vapor Recovery Pembuatan dan Pengujian Prototipe Alternatif Rancangan Perancangan Peralatan Prototipe Sistem Vapor Recovery Pengambilan Keputusan Rancangan Sistem Vapor Recovery Pembuatan Process Flow Diagram dan Modeling Sistem Vapor Recovery Selesai Gambar 4. Diagram alir pengembangan dan pengujian sistem vapor recovery Havival 4. Design Requirement and Objectives Sebelum menentukan alternatif perancangan sistem vapor recovery Havival yang hendak dikembangkan, perlu ditentukan terlebih dahulu kriteria yang harus dipenuhi (MUST) dan kriteria yang diinginkan (WISH). Kriteria tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu agar alternatif rancangan yang dihasilkan dapat mencapai tujuan yang optimal. Kriteria kriteria tersebut antara lain: MUST: o Mencegah terjadinya emisi VOC (volatile organic compound) ke lingkungan sekitar. o Menekan penguapan bensin yang terjadi secara significant. o Tidak memerlukan penggantian peralatan yang ada atau hanya perlu dilakukan sedikit modifikasi. o Tidak mengganggu proses unloading maupun loading di SPBU. WISH: o Tidak terlalu besar dan berat. 5

3 o Pengoperasian mudah. o Perawatan mudah. o Bentuk menarik dan sederhana. o Biaya peralatan sistem dapat terjangkau. 4.4 Alternatif Pengembangan Sistem Vapor Recovery Havival Sistem vapor recovery yang hendak dirancang akan menggunakan teknologi membran. Alternatif perancangan desain prototipe awalnya berupa pengembangan dari sistem vapor recovery tipe modul membran yang telah beredar di pasar luar negeri, yaitu PERMEATOR dari perusahaan Arid Technologies, Inc [7] dan VAPORSAVER dari perusahaan Denaro. CO [14], LTD. Kedua produk sistem vapor recovery tersebut telah disebutkan dan dijelaskan pada subbab.4.1. Berikut beberapa alternatif desain sistem yang telah dikembangkan: Alternatif Rancangan 1 Gambar 4. Skema alternatif rancangan 1 Alternatif rancangan 1 ini menggunakan modul membran sebagai agen pemisah antara uap bensin dengan udara dan memanfaatkan pompa vakum sebagai penghasil driving force berupa perbedaan tekanan agar terjadi proses separasi. Campuran uap bensin dan udara yang terdorong keluar dari PV Valve pada saat proses unloading diatur oleh check valve 1,, dan sehingga arah alirannya hanya 54

4 akan menuju ke dalam masukan sistem saja. Selanjutnya modul membran akan memisahkan uap bensin dan udara tersebut. Udara yang telah bersih dari uap bensin akan dikeluarkan menuju lingkungan sekitar. Sedangkan uap bensin yang telah bersih dari udara akan ditarik oleh pompa vakum dan didorong menuju tangki timbun kembali. Check valve berfungsi untuk memasukkan udara luar untuk menstabilkan tekanan pada saat terjadi tekanan negatif di dalam tangki timbun. Alternatif Rancangan Gambar 4.4 Skema alternatif rancangan Alternatif rancangan ini merupakan pengembangan dari alternatif rancangan 1 untuk mengurangi modifikasi yang perlu dilakukan pada saat proses pemasangan sistem di lapangan. Konsep dasarnya adalah menggunakan check valve untuk mengatur arah aliran uap bensin agar saluran keluar dari tangki timbun dapat digunakan sebagai saluran masukan juga. Pada saat tekanan di dalam tangki timbun positif, maka campuran uap bensin akan terdorong keluar dari tangki timbun dan arah alirannya akan masuk ke dalam sistem. Sedangkan pada saat tekanan di dalam tangki timbun negatif, maka uap bensin yang telah bersih dari udara akan terdorong keluar dari sistem dan masuk ke dalam tangki timbun. 55

5 Alternatif Rancangan Gambar 4.5 Skema alternatif rancangan Alternatif rancangan ini juga merupakan pengembangan dari alternatif rancangan 1. Konsep dasarnya adalah dengan menukar antara letak modul membran dengan pompa vakum. Dengan begitu pompa vakum akan menarik campuran uap bensin dengan udara dan mendorongnya masuk ke dalam modul membran. Selanjutnya modul membran akan memisahkan antara uap bensin dengan udara, di mana udara akan dikeluarkan menuju ke lingkungan dan uap bensin dialirkan kembali ke dalam tangki timbun. Diharapkan dengan konfigurasi ini dapat meningkatkan efisiensi sistem. Untuk menentukan rancangan sistem vapor recovery Havival yang memiliki kinerja paling baik maupun efisiensi yang paling tinggi, selanjutnya akan dilakukan pengujian prototitipe ketiga alternatif perancangan tersebut dalam skala laboratorium. 4.5 Perancangan Peralatan pada Sistem Vapor Recovery Seperti yang dapat dilihat pada gambar 4., gambar 4.4, maupun gambar 4.5, semua rancangan sistem vapor recovery Havival tersebut terdiri dari beberapa peralatan utama yang sama. Peralatan peralatan utama tersebut terdiri 56

6 dari modul membran, pompa vakum, casing, serta check valve. Untuk itu, perlu dilakukan perancangan ataupun pemilihan dari setiap peralatan yang disesuaikan dengan kondisi pengoperasian sistem di lapangan. Untuk peralatan pendukung berupa pipa, dipilih pipa carbon steel dengan diameter 1 inch dan schedule standar. Pipa dengan diameter 1 inch tersebut dipilih karena disesuaikan dengan pipa dari saluran masuk dan keluar pada tangki timbun Perancangan Modul Memban Dari pengujian material membran pada skala laboratorium yang telah dijelaskan pada bab III, telah diambil kesimpulan bahwa material membran PVA sesuai untuk digunakan pada aplikasi sistem vapor recovery Havival karena memiliki selektivitas yang baik. Untuk itu, selanjutnya perlu dirancang modul membran yang sesuai untuk mengemas area membran ke dalamnya. Pada subbab., telah dilakukan studi literatur sebuah thesis dengan judul Separasi VOC dari Nitrogen oleh Membran Komposit Hollow Fiber yang disusun oleh Yujing Liu dari Universitas Waterloo di Kanada pada tahun 00. Dari studi literatur tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa modul membran jenis hollow fiber cocok dan efektif untuk menseparasi beberapa komponen VOC dari uap bensin. Alasan lainnya modul membran jenis hollow fiber tersebut dipilih juga karena beberapa keunggulan yang dimilikinya seperti packing density yang sangat tinggi, manajemen fluida yang baik, serta kemudahan pencuciannya. Hollow fiber dapat memiliki packing density yang sangat tinggi karena tersusun oleh fiber-fiber yang amat tipis. Masing-masing fiber memiliki struktur seperti pipa di mana aliran umpan masuk melalui bagian dalam pipa dan aliran permeate keluar melewati dinding-dinding pipa seperti terlihat pada gambar 4.7 di bawah. 57

7 Gambar 4.6 Skema aliran pada hollow fiber [0] Setelah menentukan jenis modul membran yang hendak digunakan, langkah selanjutnya adalah merancang dimensi yang sesuai dengan kondisi pengoperasian di lapangan. Dari survey lapangan yang dilakukan pada SPBU Wastukencana di Bandung, didapatkan bahwa proses unloading (pengisian bensin dari mobil tangki ke tangki timbun) sebanyak 8000 liter memerlukan waktu selama 15 menit. Dari data tersebut maka dapat dihitung debit (Q) dari bensin cair yang terjadi: Q ben sin 8000 L = 15menit 1m x 1000 L x 60 menit 1 jam (4.1) = m jam Diketahui massa jenis dari bensin sebesar.6 kg/m [11], maka laju aliran massa ( m& ) dari bensin dapat diketahui: m& bensin = ρ bensin kg =.6 m x Q bensin m x jam = 115. kg jam (4.) Dengan menerapkan hukum kesetimbangan massa pada tangki timbun, maka didapatkan laju aliran massa uap bensin yang keluar dari tangki timbun: m& masuk = m& keluar m& bensin cair = m& uap ben sin (4.) m& uap bensin = 115. kg jam 58

8 Selanjutnya, dengan menggunakan nilai fluks (Q) dari material membran jenis PVA sebesar 5.64 kg/m.jam yang didapat dari hasil perhitungan pada subbab.7.1, maka dapat ditentukan luas area membran (A) yang dibutuhkan: m A = & uap bensin Q 115. kg jam = (4.4) 5.64 kg m jam = 1.5m Tabel 4.1 Luas Area per Volume Terhadap Radius Tube dari Hollow Fiber [16] No Radius tube (mm) Luas area per volume (m²/m³) Tabel di atas merupakan daftar beberapa luas area per volume dari hollow fiber terhadap radius tubenya. Dengan menentukan radius tube yang akan digunakan sebesar 0.5 mm, maka didapatkan luas area per volume sebesar 600 m²/m³. Maka, dari data tersebut dapat ditentukan volume dari modul membran yang diperlukan: V A V m m = = = x 10 A V 1.5m V m 6 x 10 m (4.5) Dari data yang didapatkan melalui website dari Koch Membrane Systems, Inc [0], diketahui bahwa diameter standar untuk commercial cartridge adalah sebesar inch, 5 inch, 8 inch, dan 10 inch. Sedangkan panjang standar untuk commercial cartridge adalah sebesar 5 inch, 4 inch, 48 inch, 60 inch, dan 7 inch. Karena salah satu kriteria dari perancangan sistem vapor recovery adalah tidak terlalu berat dan besar, maka dipilih panjang standar yang paling kecil untuk modul membran hollow fiber yaitu 5 inch (0.6 m). 59

9 Setelah mendapatkan panjang modul yang akan digunakan, maka selanjutnya dapat ditentukan diameter yang diperlukan: πd V = 4 L 4V D = πl (4.6) 4.6 x 10 m = π x 0.65 m = 0.11 m Berikut gambar pemodelan modul membran jenis hollow fiber beserta dimensinya: L = 0.65 m Gambar 4.7 Pemodelan modul membran D = 0.11 m Pemilihan Pompa Vakum Pemilihan pompa vakum berdasarkan pada dua parameter, yaitu kapasitas pompa serta daya pompa. Kedua parameter tersebut harus memadai terhadap kondisi pengoperasian sistem di lapangan agar pompa vakum dapat bekerja secara optimal. Pemilihan kapasitas pompa yang memadai dihitung berdasarkan pada debit fluida yang perlu ditarik oleh pompa vakum. Dalam hal ini, debit fluida yang perlu untuk ditarik adalah debit fluida pada bagian permeat dari modul membran. Untuk menghitung besarnya debit pada bagian permeat tersebut dapat digunakan persamaan: Q fluida Q pompa = (4.7) x permeat 60

10 Di mana: Q pompa = kapasitas pompa minimum yang diperlukan (cfm) Q fluida = debit uap bensin masukan modul membran = m /jam X permeat = perbandingan stoikiometri massa mol udara terhadap bensin = 14.7 Maka didapat: Q pompa m / = 14.7 jam = 1.8 cfm 1 cfm x m 1.70 / jam (4.8) Selanjutnya, untuk menghitung daya pompa yang diperlukan dapat digunakan persamaan sebagai berikut [16] : nrt Pl E = ln η P h Di mana: E = daya pompa (W) n = laju mol ( mol / s ) R = konstanta universal gas = 8.14 J/m.k T = temperatur (K) P h = inlet pressure (bar) P l = outlet pressure (bar) η = effisiensi pompa (4.9) Beberapa asumsi yang digunakan untuk persamaan di atas: - Aliran berupa steady state flow. - Debit aliran konstan. - Massa jenis uap BBM sepanjang aliran konstan. - Gesekan pada dinding-dinding pipa diabaikan. - Efisiensi pompa sebesar 90%. - Pompa beroperasi pada temperatur 5 0 C = 98 K - Inlet pressure sama dengan tekanan terbesar yang terjadi di dalam tangki timbun yaitu sebesar 700 Pa. 61

11 - Outlet pressure sama dengan tekanan udara lingkungan yaitu sebesar 1 atm = 10 5 Pa. Untuk parameter laju mol (n) yang belum diketahui, dapat dihitung menggunakan persamaan berikut [16] : Di mana: Q. ρ n = (4.10) X. Mr Q = debit uap bensin = m /jam Ρ = massa jenis bensin =.6 kg/m [11] X permeat = perbandingan stoikiometri massa mol udara terhadap bensin = 14.7 Mr = berat molekul bensin = 105 gr/mol [11] Maka didapatkan: m. x.6 kg jam n = m 14.7 x 105 gr mol = mol s x 1 jam 600 s 1000 g x 1 kg (4.11) Setelah didapatkan besarnya laju mol yang terjadi, maka dapat dihitung besarnya pompa vakum yang diperlukan: mol x 8.14 J x 98 K 5 s m K 10 Pa E =. ln Pa (4.1) = 8.75Watt Berikut foto pompa vakum yang telah dipilih berdasarkan kapasitas dan daya yang diperlukan beserta spesifikasinya: 6

12 Gambar 4.8 Foto pompa vakum pada sistem vapor recovery Havival Tabel 4. Spesifikasi Pompa Vakum pada Sistem Vapor Recovery Havival Power Supply 0V / 50 Hz Pumping Rate cfm Limited Pressure 0.5 Pa Rotating Speed 1440 r/min Power 70 W Outer Figure 7.5 x 1 x 55 mm Weight 1 kg Perancangan Casing Fungsi dari casing adalah untuk melindungi peralatan yang berada di dalamnya, yaitu modul membran serta pompa vakum, dari lingkungan sekitar yang dapat mengotori maupun merusak. Selain itu, fungsi lainnya dari casing adalah agar sistem dapat terlihat lebih ringkas, padat, dan menarik. Karena itu, kriteria yang digunakan sebagai dasar perancangan casing adalah dimensinya yang disesuaikan dengan ukuran peralatan, material yang dapat melindungi dari lingkungan sekitar, serta bentuknya yang sederhana. Dimensi dari casing ditentukan berbentuk balok dengan ukuran 500 x 500 x 800 mm. Gaya gaya yang terjadi pada casing antara lain gaya akibat berat pipa, pompa vakum, dan modul membran. Untuk itu, dipilih carbon steel sebagai material casing. Pada kasus ini tidak dilakukan analisis tegangan karena tegangan yang ditimbulkan oleh gaya gaya yang terjadi dapat diabaikan. Pada sisi - sisi casing terdapat tiga saluran penghubung yang berfungsi sebagai saluran masukan, saluran keluaran dari permet, serta saluran keluaran dari retentat. Casing juga 6

13 dilengkapi dengan pintu pada salah satu sisinya agar dapat dilakukan maintenance pada modul membran dan pompa vakum. Berikut foto dari prototipe casing: Gambar 4.9 Foto prototipe casing pada sistem vapor recovery Havival Pemilihan Check Valve Agar kriteria perancangan sistem yang murah, tidak terlalu berat dan besar serta perawatan yang mudah dapat terpenuhi, perlu dipilih check valve yang sederhana dan terjangkau. Untuk itu, dipilih check valve dengan sistem kerja menggunakan pegas dan terbuat dari material kuningan. Berikut skema spesifikasi dimensi, material serta foto dari check valve yang telah dipilih: Gambar 4.10 Skema spesifikasi check valve Tabel 4. Spesifikasi Material Check Valve No Part Description Material Qty 1 Body Brass 1 End Cap Nylon 1 Stem-seat Nylon 1 4 Seat Brass 1 5 Stainless steel spring Steel 18/8 1 64

14 Tabel 4.4 Spesifikasi Dimensi Check Valve D (inch) 1 A (mm) 56 B (mm) 48 PN (Kg/cm ) 1 Gambar 4.11 Foto check valve 4.6 Pembuatan dan Pengujian Prototipe Setelah melakukan perancangan maupun, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah membuat prototipe dari setiap alternatif rancangan sistem vapor recovery Havival tersebut dan mengujinya pada skala laboratorium. Seperti yang telah disebutkan pada subbab 4.4, tujuan dari pengujian tersebut adalah untuk mengetahui kinerja serta efisiensi dari setiap sistem. Perlu diingat bahwa pengujian dilakukan pada skala laboratorium sehingga aliran debit uap bensin yang akan ditangkap tidak sebesar yang terjadi pada kondisi lapangan. Karena itu pada setiap prototipe sistem vapor recovery Havival tersebut masih menggunakan modul membran tipe flat and frame Pengujian Alternatif Rancangan 1 rancangan 1: Berikut gambar skema dari model pengujian prototipe alternatif 65

15 5c 5b 7 5a 6 4a 4b 4c 1 Keterangan: 1. Magnetic Stirrer. Wadah Bensin. Termometer 4. Tabung Kondensator Permeat 5. Check Valve 6. Pompa Vakum 7. Modul Membran Gambar 4.1 Skema pengujian prototipe alternatif rancangan 1 Pada pengujian ini, wadah bensin diletakkan di atas magnetic stirrer yang dilengkapi dengan heater. Magnetic stirrer tersebut berfungsi untuk mengaduk sekaligus memanaskan bensin yang berada di dalam wadah bensin. Dengan begitu, diharapkan dapat dihasilkan campuran uap bensin dan udara yang banyak. Pada wadah bensin juga dilengkapi dengan termometer untuk mengamati temperatur bensin agar tidak sampai melewati temperatur nyala. Selanjutnya, campuran uap bensin dan udara akan melewati check valve dan masuk ke dalam sistem. Aliran permeat berupa uap bensin yang telah diseparasi dari udara ditarik dari modul membran dan didorong kembali ke dalam wadah bensin. Sebelum dikembalikan, aliran permeat tersebut dilewatkan pada tiga tabung kondensator secara berturut-turut agar uap bensin yang di-recover dapat dilihat secara langsung dan dianalisis lebih lanjut. Ketiga tabung kondensator tersebut menggunakan es kering sebagai media pendingin. Sedangkan aliran retentat yang diasumsikan berupa udara yang telah bersih dari uap bensin tidak ditangkap menggunakan tabung kondensator, melainkan langsung dilepaskan keluar dari sistem. Asumsi tersebut diambil berdasarkan hasil pengujian membran PVA pada subbab.7. Berikut prosedur yang perlu dilakukan dalam melakukan pengujian: a. Memastikan seluruh sistem pengujian berada dalam keadaan tertutup agar dapat dicapai keadaan vakum yang diperlukan sebagai driving force untuk 66

16 proses separasi pada membran. Keadaan tertutup tersebut dicapai dengan cara menyegel semua sambungan yang ada menggunakan selotip silikon. b. Menyalakan pengaduk beserta pemanasnya pada magnetic stirrer. c. Menyalakan pompa vakum untuk menghasilkan keadaan vakum. Apabila dilihat terdapat kebocoran pada sistem maka langkah (a) dapat diulang. d. Mencatat data pengujian berupa tinggi bensin pada wadah bensin dan temperatur bensin pada selang waktu tertentu, serta volume uap bensin hasil kondensasi. e. Apabila pada saat pengujian temperatur bensin di dalam wadah bensin dirasa sudah cukup tinggi, maka pemanas pada magnetic stirrer dapat dimatikan Hasil Pengujian Prototipe Alternatif Rancangan 1 Berikut foto foto dari set-up pengujian prototipe alternatif rancangan 1: Gambar 4.1 Foto set-up pengujian prototipe alternatif rancangan 1 Gambar 4.14 Foto bagian dalam casing alternatif rancangan 1 67

17 Gambar 4.15 Foto wadah bensin beserta magnetic stirrer dan termometer Gambar 4.16 Foto tabung kondensator beserta es kering Pengujian prototipe tersebut dilakukan selama 0-60 menit dengan pencatatan data dilakukan setiap selang waktu 5 menit. Pengujian dilakukan sebanyak enam kali dengan lamanya percobaan serta temperatur yang bervariasi. Contoh hasil pengujian pertama ditunjukkan pada tabel berikut: 68

18 Tabel 4.5 Hasil Pengujian Pertama Prototipe Alternatif Rancangan 1 Nomor Waktu Tinggi Tabung Temperatur Volume Permeate Pengujian (Menit) (cm) ( o C) (ml) Δt total T rata - rata Gambar 4.17 Foto hasil pengujian prototipe alternatif rancangan 1 Data hasil pengujian kedua hingga keenam dapat dilihat pada lampiran B Analisis Hasil Pengujian Prototipe Alternatif Rancangan 1 Seperti yang telah disebutkan pada subbab 4.4, salah satu dari tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui efisiensi dari prototipe sistem vapor recovery Havival yang telah dirancang. Efisiensi tersebut dinyatakan sebagai persentase perbandingan antara volume uap bensin yang di-recovery yaitu volume 69

19 uap bensin yang tertangkap pada permeat dengan volume bensin yang menguap keluar dari wadah bensin. Diketahui diameter wadah bensin sebesar 15 cm, maka volume bensin yang menguap keluar dari wadah bensin dapat dihitung menggunakan persamaan: V penguapan π =.. D. Δt total 4 π = x (15cm) 4 = 477.1mL x.7 cm (4.1) Setelah didapatkan volume bensin yang menguap, maka selanjutnya efisiensi sistem dapat dihitung menggunakan persamaan: V permeate Efisiensi Sistem = V penguapan 178mL = 477.1mL = 7.1% x 100% (4.14) Data hasil pengujian kedua hingga keenam dianalisis menggunakan prosedur perhitungan yang sama. Berikut tabel hasil perhitungan seluruh pengujian: Tabel 4.6 Perhitungan Analisis Hasil Pengujian Prototipe Alternatif Rancangan 1 Nomor Temperatur Volume Volume Debit Efisiensi Pengujian Pengujian ( 0 C) Permeat (ml) Penguapan (ml) Penguapan (ml/s) Sistem (%) Rata - Rata

20 Gambar 4.18 Grafik temperatur pengujian vs efisiensi sistem prototipe alternatif rancangan 1 Grafik pada gambar 4.18 menunjukkan hubungan antara temperatur pengujian terhadap efisiensi sistem. Trendline pada grafik tersebut menunjukkan bahwa efisiensi sistem menurun seiring dengan kenaikan temperatur operasi. Maka, dari grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akan bekerja lebih baik pada temperatur operasi yang rendah. Gambar 4.19 Grafik efisiensi sistem vs debit penguapan prototipe alternatif rancangan 1 Grafik pada gambar 4.19 menunjukkan hubungan antara debit penguapan terhadap efisiensi sistem. Trendline pada grafik tersebut menunjukkan bahwa 71

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1 efisiensi sistem menurun seiring dengan kenaikan debit penguapan. Maka, dari grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akan bekerja lebih baik pada debit operasi yang rendah. Gambar 4.20 Grafik

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY

BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY Seperti yang telah disebutkan pada subbab 1., tujuan dari tugas akhir ini adalah pengembangan sistem vapor recovery dengan teknologi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN SISTEM VAPOR RECOVERY HAVIVAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MEMBRAN PADA TANGKI TIMBUN DI SPBU

PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN SISTEM VAPOR RECOVERY HAVIVAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MEMBRAN PADA TANGKI TIMBUN DI SPBU PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN SISTEM VAPOR RECOVERY HAVIVAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MEMBRAN PADA TANGKI TIMBUN DI SPBU TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung bertambah. Hingga akhir tahun 2006, diperkirakan terdapat 50 juta kendaraan bermotor di

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT 3.1.1 Design Tabung (Menentukan tebal tabung) Tekanan yang dialami dinding, ΔP = 1 atm (luar) + 0 atm (dalam) = 10135 Pa F PxA

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Bensin Secara umum, yang dimaksud dengan bensin adalah cairan campuran dengan bahan dasar minyak bumi yang kebanyakan mengandung aliphatic hydrocarbons dengan bahan tambahan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT 3.1.1. DESIGN REAKTOR Karena tekanan yang bekerja tekanan vakum pada tabung yang cendrung menggencet, maka arah tegangan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu percobaan pendahuluan dan percobaan utama. Percobaan pendahuluan berupa penyiapan umpan, karakterisasi umpan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Deskripsi Peralatan Pengujian Pembuatan alat penukar kalor ini di,aksudkan untuk pengambilan data pengujian pada alat penukar kalor flat plate, dengan fluida air panas dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan alahan yang diteliti, sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan 3.1.1 Instalasi Alat Uji Alat uji head statis pompa terdiri 1 buah pompa, tangki bertekanan, katup katup beserta alat ukur seperti skema pada gambar 3.1 : Gambar

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Hasil yang diharapkan dari sistem yang dibentuk adalah kondisi optimal untuk dapat menghasilkan fluks air yang tinggi, kualitas garam super-saturated sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA SIMULASI DAN EKSPERIMEN

BAB IV ANALISA SIMULASI DAN EKSPERIMEN BAB IV ANALISA SIMULASI DAN EKSPERIMEN 4.1 ANALISA SIMULASI 1 Turbin Boiler 2 Kondensor Air laut masuk Pompa 4 3 Throttling Process T 1 Air Uap Q in 4 W Turbin W Pompa 3 Q out 2 S Tangki Air Destilasi

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Pengujian dilakukan pada bulan Desember 2007 Februari 2008 bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) yang

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA EKSPERIMEN DAN SIMULASI

BAB IV ANALISA EKSPERIMEN DAN SIMULASI BAB IV ANALISA EKSPERIMEN DAN SIMULASI Selama percobaan dilakukan beberapa modifikasi atau perbaikan dalam rangka usaha mendapatkan air kondensasi. Semenjak dari memperbaiki kebocoran sampai penggantian

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI. 2.2 Komponen-Komponen Tabung Vortex dan Fungsinya. Inlet Udara. Chamber. Orifice (diafragma) Valve (Katup)

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI. 2.2 Komponen-Komponen Tabung Vortex dan Fungsinya. Inlet Udara. Chamber. Orifice (diafragma) Valve (Katup) BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah Tabung Vortex Tabung vortex ditemukan oleh G.J. Ranque pada tahun 1931 dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Prof. Hilsch pada tahun 1947. Tabung vortex adalah salah

Lebih terperinci

Bab III. Metodelogi Penelitian

Bab III. Metodelogi Penelitian Bab III Metodelogi Penelitian 3.1. Kerangka Penelitian Analisa kinerja AC split 3/4 PK dengan mengunakan refrigeran R-22 dan MC-22 variasi tekanan refrigeran dengan pembebanan terdapat beberapa tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin (FDM) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3.2.Alat penelitian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PERALATAN PENELITIAN 3.1.1 Bunsen Burner Alat utama yang digunakan pada penelitian ini yaitu Bunsen burner Flame Propagation and Stability Unit P.A. Hilton Ltd C551, yang

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 56 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Varian Prinsip Solusi Pada Varian Pertama dari cover diikatkan dengan tabung pirolisis menggunakan 3 buah toggle clamp, sehingga mudah dan sederhana dalam

Lebih terperinci

Kata kunci : prototipe, pengujian, temperatur, tabung vakum, minyak sayur

Kata kunci : prototipe, pengujian, temperatur, tabung vakum, minyak sayur PENGUJIAN PERFORMA PROTOTIPE ALAT PEMINDAH MASAKAN DENGAN KAPASITAS 10 LITER Yeny Pusvyta 1* 1 Program Studi Teknik Mesin Universitas IBA Jl. Mayor Ruslan Palembang. *Email : yeny_pusvyta@yahoo,com Abstrak

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 16

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 16 BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : a. Tahap desain proses dan teknologi b. Tahap perancangan teknologi ( pirolisator

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUNG MBG

BAB III RANCANG BANGUNG MBG BAB III RANCANG BANGUNG MBG Peralatan uji MBG dibuat sebagai waterloop (siklus tertutup) dan menggunakan pompa sebagai penggerak fluida, dengan harapan meminimalisasi faktor udara luar yang masuk ke dalam

Lebih terperinci

Bab III Rancangan Penelitian

Bab III Rancangan Penelitian Bab III Rancangan Penelitian III.1 Metodologi Secara Umum Dehidrasi iso propil alkohol dengan metode adsorpsi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh senyawa IPA dengan kadar minimal 99,8%-vol, yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan Pirolisis Bahan yang di gunakan dalam pirolisis ini adalah kantong plastik es bening yang masuk dalam kategori LDPE (Low Density Polyethylene). Polietilena (PE)

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

Lebih terperinci

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA POMPA Kriteria pemilihan pompa (Pelatihan Pegawai PUSRI) Pompa reciprocating o Proses yang memerlukan head tinggi o Kapasitas fluida yang rendah o Liquid yang kental (viscous liquid) dan slurrie (lumpur)

Lebih terperinci

LABORATORIUM SATUAN OPERASI

LABORATORIUM SATUAN OPERASI LABORATORIUM SATUAN OPERASI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013-2014 MODUL : Pompa Sentrifugal PEMBIMBING : Ir. Unung Leoanggraini, MT Praktikum : 10 Maret 2014 Penyerahan : 17 Maret 2014 (Laporan) Oleh :

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air

Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air Misri Gozan 1, Said Zul Amraini 2 Alief Nasrullah Pramana 1 1 Departemen

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PERALATAN PENELITIAN 3.1.1 Bunsen Burner Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu Bunsen burner Flame Propagation and Stability Unit P.A. Hilton Ltd C551, yang dilengkapi

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional 1 SNI 19-7117.12-2005 Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

BAB III DESAIN SISTEM REFRIGERASI ADSORPSI

BAB III DESAIN SISTEM REFRIGERASI ADSORPSI BAB III DESAIN SISTEM REFRIGERASI ADSORPSI 3.1 SISTEM REFRIGERASI ADSORPSI Desain dan peralatan sistem refrigerasi dengan menggunakan prinsip adsropsi yang direncanakan pada percobaan kali ini dapat dilihat

Lebih terperinci

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc Fahmi Wirawan NRP 2108100012 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc Latar Belakang Menipisnya bahan bakar Kebutuhan bahan bakar yang banyak Salah satu solusi meningkatkan effisiensi

Lebih terperinci

19. Wenten, I Gede, Recent Development in Membrane Science and Its Industrial Application, Departement of Chemical Engineering, Institut Teknologi

19. Wenten, I Gede, Recent Development in Membrane Science and Its Industrial Application, Departement of Chemical Engineering, Institut Teknologi DAFTAR PUSTAKA 1. http://www.trotoar.org/forum 2. http://www.republika.co.id/suplemen 3. Hutahean, Anton Yunius. Studi Kajian dan Pemanfaatan Teknologi Membran untuk Perancangan Sistem Vent pada Tangki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK 4.1 Perhitungan Beban Operasi System Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat movable bridge kapasitas 100 ton yang akan diangkat oleh dua buah silinder hidraulik kanan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Peralatan Penelitian Alat percobaan yang digunakan pada percobaan ini bertujuan untuk mengukur temperatur ring pada saat terjadi fenomena flame lift-up maupun blow off, yaitu

Lebih terperinci

9/17/ FLUIDA. Padat. Fase materi Cair. Gas

9/17/ FLUIDA. Padat. Fase materi Cair. Gas 6. FLUIDA 9/17/01 Padat Fase materi Cair Gas 1 1 Massa Jenis dan Gravitasi Khusus 9/17/01 m ρ Massa jenis, rho (kg/m 3 ) V Contoh (1): Berapa massa bola besi yang padat dengan radius 18 cm? Jawaban: m

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PERALATAN PENELITIAN 3.1.1 Peralatan Utama Peralatan utama dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Bunsen Burner Flame Propagation and Stability Unit P.A Hilton LTD C551. Dilengkapi

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN REAKTOR SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS

BAB III RANCANG BANGUN REAKTOR SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS BAB III RANCANG BANGUN REAKTOR SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS 3.1 Pemilihan Sistem Pada umumnya sistem Spray Drying/Spray Pyrolysis untuk memproduksi partikel ukuran mikro mengunakan sistem atomizer

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi Mesin pendingin icyball beroperasi pada tekanan tinggi dan rawan korosi karena menggunakan ammonia sebagai fluida kerja. Penelitian

Lebih terperinci

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII M2-003 Rancang Bangun Modifikasi Dispenser Air Minum Ekadewi A. Handoyo, Fandi D. Suprianto, Debrina Widyastuti Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121 131, Surabaya 60263,

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek pada saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan untuk mengetahui fenomena yang terjadi pada mesin Otto dengan penggunaan bahan bakar yang ditambahkan aditif dengan variasi komposisi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian 17 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Juni 2011, bertempat di Laboratorium Surya, Bagian Teknik Energi Terbarukan, Departemen

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Dalam pengujian ini bahan yang digunakan adalah air. Air dialirkan sling pump melalui selang plastik ukuran 3/4 menuju bak penampung dengan variasi jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR METODOLOGI PENELITIAN Pada suatu penelitian tidak lepas dari metodologi yang digunakan. Oleh sebab itu agar prosedur penelitian tertata dan terarah sesuai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di kandang ternak sapi di rumah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di kandang ternak sapi di rumah III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di kandang ternak sapi di rumah pak Katno di desa Karang Endah Kecamatan Terbanggi Besar lampung Tengah.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan III METODOLOGI PENELITIAN A Peralatan dan Bahan Penelitian 1 Alat Untuk melakukan penelitian ini maka dirancang sebuah terowongan angin sistem terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: a Test section

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan setelah di setujui sejak tanggal pengesahan

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan setelah di setujui sejak tanggal pengesahan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.1.1 Waktu Waktu penelitian dilakukan setelah di setujui sejak tanggal pengesahan judul usulan tugas akhir dan berkas seminar proposal oleh pihak jurusan

Lebih terperinci

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN (MEM)

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN (MEM) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN (MEM) Disusun oleh: Felix Christopher Dr. I Gede Wenten Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR 3.1. Perencanaan Modifikasi Evaporator Pertumbuhan pertumbuhan tube ice mengharuskan diciptakannya sistem produksi tube ice dengan kapasitas produksi yang lebih besar, untuk

Lebih terperinci

TEKANAN UAP AIR DIBAWAH 100 C PANAS MOLAR DARI PENGUAPAN

TEKANAN UAP AIR DIBAWAH 100 C PANAS MOLAR DARI PENGUAPAN TEKANAN UAP AIR DIBAWAH 100 C PANAS MOLAR DARI PENGUAPAN Topik Terkait: Tekanan, temperatur, volume, penguapan, tekanan uap, persamaan Clausius-Clapeyron. I. Tujuan Percobaan 1. Menyelidiki tekanan uap

Lebih terperinci

BAB III PERBAIKAN ALAT

BAB III PERBAIKAN ALAT L e = Kapasitas kalor spesifik laten[j/kg] m = Massa zat [kg] [3] 2.7.3 Kalor Sensibel Tingkat panas atau intensitas panas dapat diukur ketika panas tersebut merubah temperatur dari suatu subtansi. Perubahan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT. Kode T-01 T-02 T-03

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT. Kode T-01 T-02 T-03 BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Metanol Tangki Asam Tangki Metil Sulfat Salisilat Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan asam Menyimpan metil metanol untuk 15 sulfat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB III SET-UP ALAT UJI

BAB III SET-UP ALAT UJI BAB III SET-UP ALAT UJI Rangkaian alat penelitian MBG dibuat sebagai waterloop (siklus tertutup) dan menggunakan pompa sebagai penggerak fluida. Pengamatan pembentukan micro bubble yang terjadi di daerah

Lebih terperinci

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Kampus 3, Paingan, Maguwoharjo,

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESSOR SENTRIFUGAL PADA TURBOCHARGER UNTUK MENAIKAN DAYA MESIN BENSIN 1500cc SEBESAR 25%

PERANCANGAN KOMPRESSOR SENTRIFUGAL PADA TURBOCHARGER UNTUK MENAIKAN DAYA MESIN BENSIN 1500cc SEBESAR 25% PERANCANGAN KOMPRESSOR SENTRIFUGAL PADA TURBOCHARGER UNTUK MENAIKAN DAYA MESIN BENSIN 1500cc SEBESAR 25% DOSEN PEMBIMBING Prof.Dr.Ir. I MADE ARYA DJONI, MSc LATAR BELAKANG Material piston Memaksimalkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT

PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT ASSALAMMUALAIKUM PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT.SCHERING-PLOUGH)) HANA FATMA WT LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN i ii iii iv v vi viii x xii

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. mol NaCl

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. mol NaCl LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN No. gr NaCl Tabel 10. Ketinggian H 2 pada Tabung Penampung H 2 h H 2 (cm) mmhg P atm mol NaCl volume Air (L) Konsentrasi NaCl (Mol/L) 0,0285 1 10 28 424 1,5578 0,1709 2 20 30

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER 4.1 Perhitungan Blower Untuk mengetahui jenis blower yang digunakan dapat dihitung pada penjelasan dibawah ini : Parameter yang diketahui : Q = Kapasitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-18 Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF Akhmad Syukri Maulana dan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI FLUID STTIS Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi fluida statis.. Memahami sifat-sifat fluida

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF)

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) Disusun oleh: Darren Kurnia Paul Victor Dr. Yogi Wibisono Budhi Dr. Irwan Noezar Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator.

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator. BAB III METODOLOGI 3.1 Desain Peralatan Desain genset bermula dari genset awal yaitu berbahan bakar bensin dimana diubah atau dimodifikasi dengan cara fungsi karburator yang mencampur bensin dan udara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANGAN OBSTACLE Pola kecepatan dan jenis aliran di dalam reaktor kolom gelembung sangat berpengaruh terhadap laju reaksi pembentukan biodiesel. Kecepatan aliran yang tinggi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA... DAFTAR ISI...... DAFTAR GAMBAR...... DAFTAR LAMPIRAN...... ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN...... INTISARI...... ABSTRACT......

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM Naskah Publikasi ini disusun guna memenuhi Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan V. SPESIFIKASI ALAT Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan pabrik furfuril alkohol dari hidrogenasi furfural. Berikut tabel spesifikasi alat-alat yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian terhadap aliran campuran air crude oil yang mengalir pada pipa pengecilan mendadak ini dilakukan di Laboratorium Thermofluid Jurusan Teknik Mesin. 3.1 Diagram Alir

Lebih terperinci

Bab III Metodelogi Penelitian

Bab III Metodelogi Penelitian Bab III Metodelogi Penelitian 3.1. Kerangka Penelitian Dalam pengujian analisa kinerja AC split merk TCL 3/4 PK mengunakan refrigeran R-22 dan MC-22 dengan variasi tekanan tanpa pembebanan terdapat beberapa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Nilam kering yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Dalam melakukan penelitian dan pengujian, maka dibutuhkan tahapantahapan yang harus dijalani agar percobaan dan pengujian yang dilakukan sesuai dengan standar yang ada. Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bahan dan alat uji yang digunakan untuk pengumpulan data, pengujian, diagram

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bahan dan alat uji yang digunakan untuk pengumpulan data, pengujian, diagram BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Deskripsi Penelitian Metode penelitian menjelaskan tentang tempat dan waktu pelaksanaan, bahan dan alat uji yang digunakan untuk pengumpulan data, pengujian, diagram

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KOMPONEN MESIN

BAB IV ANALISA KOMPONEN MESIN 4. Pipa saluran dari Kondensor menuju Hand expansion valve Bagian ini dirancang sebagai saluran yang mengalirkan metanol dari Kondensor ke hand expansion valve pada saat proses kondensasi berlangsung.

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS BAB II

FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS BAB II BAB II FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS 2.1 Tujuan Pengujian 1. Mengetahui pengaruh factor gesekan aliran dalam berbagai bagian pipa pada bilangan reynold tertentu. 2. Mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Eksperimen Fisika

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 37 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA Pada bab ini dijelaskan bagaimana menentukan besarnya energi panas yang dibawa oleh plastik, nilai total laju perpindahan panas komponen Forming Unit

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000

PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000 PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000 Disusun oleh : Meidiana Kusumawardani S. 2306 100 047 Belin Hardimas 2306 100 066 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci