BAB II Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Bensin Secara umum, yang dimaksud dengan bensin adalah cairan campuran dengan bahan dasar minyak bumi yang kebanyakan mengandung aliphatic hydrocarbons dengan bahan tambahan berupa aromatic hydrocarbons toluene, benzene, atau iso-octane untuk menambah bilangan oktan. Bensin terutama digunakan sebagai bahan bakar untuk internal combustion engines [10]. Bensin merupakan hasil pengolahan dari minyak bumi mentah dengan cara distilasi untuk menghilangkan kandungan lainnya yang tidak diperlukan. Namun, bensin hasil distilasi tersebut tidak memenuhi spesifikasi yang diperlukan oleh mesin modern. Karena itulah dicampurkan zat penambah lainnya untuk memenuhi spesifikasi, seperti contohnya bilangan oktan. Bagian utama dari bensin berupa hidrokarbon dengan kandungan antara 5 hingga 12 atom karbon per molekul. Karena bagian utamanya berupa hidrokarbon serta bahan penambah lainnya, bensin memiliki sifat cenderung untuk menguap pada keadaan normal sehingga termasuk ke dalam volatile organic compounds. Seperti yang telah disebutkan di atas, bensin merupakan campuran kompleks yang terdiri lebih dari 500 hidrokarbon yang bervariasi dari C 5 hingga C 12 dengan komponen utamanya adalah C 6 -C 8. Komponen alkana baik yang memiliki ikatan rantai lurus maupun bercabang memiliki komposisi yang terbesar. Sedangkan alkana dengan rantai lingkaran dan komponen aromatik memiliki komposisi yang relatif rendah. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.1 mengenai komposisi komponen-komponen penyusun bensin. 6

2 Tabel 2.1 Komposisi Bensin [11] Nama Umum Contoh Persentase Aliphatic-dengan rantai lurus Hepatane Aliphatic- dengan rantai bercabang Isooctane Aliphatic-cyclic Cyclopentane Aromatic Ethylbenzene Di Indonesia sendiri, bensin diproduksi oleh perusahaan pemerintah PERTAMINA (Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara). Seperti telah disebutkan pada Bab I, PERTAMINA mengeluarkan tiga jenis produk bensin berupa premium, pertamax, dan pertamax plus. Ketiga produk tersebut dibedakan oleh bilangan oktan nya masing-masing. Premimum memiliki bilangan oktan 88, sedangkan pertamax 92, dan pertamax plus 96. Bilangan oktan sendiri merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa diberikan sebelum bensin terbakar secara spontan. Untuk menghindari terjadinya knocking yang dapat menyebabkan mesin cepat rusak, maka diharapkan bensin tidak terbakar sebelum dikompresi dengan sempurna, atau dengan kata lain bensin memiliki bilangan oktan yang cukup tinggi. Karena itulah harga pertamax lebih mahal bila dibandingkan dengan harga premium, dan juga pertamax plus lebih mahal dari pertamax. 2.2 Volatile Organic Compound (VOC) Pengertian dari volatile organic compounds (VOC) adalah senyawa kimia organik yang memiliki tekanan uap yang cukup tinggi pada kondisi normal untuk secara signifikan menguap dan memasuki atmosfir. Contoh dari VOC termasuk molekul berbasis karbon, seperti aldehydes, ketones, dan hydrocarbons. Uap dari VOC yang menguap bebas ke lingkungan sekitar berkontribusi besar terhadap polusi udara. Dalam kasus ini, VOC dibagi menjadi dua kategori, yaitu methane (CH 4 ) dan non-methane (NMVOC). Methane merupakan greenhouse gas yang sangat efektif berkontribusi terhadap masalah global warming. Hydrocarbon VOC lainnya juga merupakan greenhouse gas yang efektif karena perannya yang menciptakan lubang pada ozon serta memperpanjang umur methane di atmosfir. 7

3 Sedangkan NMVOC, senyawa aromatik benzene, toluene, dan xylene diduga sebagai carcinogens dan dapat menyebabkan leukimia melalui eksposure yang cukup lama [10]. 2.3 Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) Sesuai dengan kepanjangannya, SPBU merupakan stasiun tempat masyarakat dapat membeli bahan bakar untuk kendaraan bermotornya. Seperti yang telah disebutkan di atas, PERTAMINA merupakan produsen utama bensin di Indonesia. Oleh karena itu PERTAMINA juga merupakan pengusaha utama SPBU di Indonesia Peralatan-Peralatan di SPBU Secara umum, peralatan-peralatan yang terdapat pada SPBU dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.1 Peralatan peralatan pada SPBU [12] Berikut penjelasan singkat dari setiap peralatan: tangki timbun, berupa tempat penampungan bensin yang terkubur di dalam tanah quick coupling, berupa tempat menyambung antara truk penyalur dengan hose hose, berupa selang penyalur dari mobil truk penyalur ke tangki timbun 8

4 fillpot, berupa tempat menyambung antara hose dengan tangki timbun rumah deepstick, berupa tempat alat pengukur ketinggian bensin dalam tangki timbun PV valve, berupa saluran penghubung antara tangki timbun dengan udara luar dispenser, berupa alat penyalur bensin dari tangki timbun ke kendaraan konsumen Proses Terjadinya Penguapan Bensin Proses penguapan bensin di SPBU terjadi di dua tempat, yaitu pada tangki timbun (Stage I) dan pada tangki kendaraan (Stage II): Gambar 2.2 Titik-titik terjadinya penguapan bensin di SPBU [12] Proses terjadinya penguapan bensin di Stage I terjadi sebagai berikut: a. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bensin termasuk ke dalam volatile organic compound sehingga cenderung untuk menguap pada keadaan normal. Karena itu, bensin yang berada pada tangki timbun akan menguap hingga tercapai kesetimbangan tekanan dengan udara luar. b. Tekanan bensin tersebut akan berubah-ubah sesuai dengan temperatur lingkungan. Pada saat temperatur tinggi, bensin akan lebih banyak menguap yang menyebabkan kenaikan tekanan. Agar kesetimbangan tekanan tetap 9

5 terjaga, maka uap bensin tersebut akan menguap keluar melalui PV valve. Sebaliknya, pada saat temperatur rendah, bensin akan sedikit menguap sehingga tekanan akan turun dan menyebabkan udara luar masuk ke dalam tangki timbun melalui PV valve. c. Selain karena pengaruh temperatur, tekanan pada tangki timbun juga akan berubah-ubah pada saat proses loading dan unloading. Proses loading merupakan proses penyaluran bensin dari tangki timbun menuju dispenser, lalu menuju tangki kendaraan. Pada proses loading, volume bensin cair akan berkurang sehingga tekanan akan turun dan udara luar akan masuk ke dalam tangki timbun. Sedangkan proses unloading merupakan proses penyaluran bensin dari truk penyalur ke tangki timbun. Karena volume bensin cair bertambah, maka tekanan akan naik sehingga uap bensin akan menguap keluar dari tangki timbun. d. Selain di tangki timbun, penguapan bensin juga terjadi pada saluran udara di truk penyalur serta di fillpot akibat tumpahan bensin. Gambar 2.3 Grafik fluktuasi tekanan di tangki timbun [12] 10

6 Gambar 2.4 Penguapan di fillpot akibat tumpahan bensin Proses penguapan bensin di Stage II terjadi dengan prinsip yang sama dengan proses penguapan bensin di Stage I. Perbedaannya hanya pada tempat terjadinya penguapan bensin, yaitu di tangki kendaraan. Proses pengisian bensin akan menyebabkan volume bensin cair bertambah sehingga tekanan akan naik dan uap bensin akan menguap keluar dari tangki kendaraan. 2.4 Sistem Vapor Recovery yang Telah Dikembangkan Seperti yang telah disebutkan pada Bab I, di luar negeri telah banyak dikembangkan sistem vapor recovery dengan tujuan untuk mengurangi polisi udara yang ditimbulkan oleh penguapan bensin di SPBU. Sistem vapor recovery tersebut dikembangkan untuk memenuhi peraturan daerah yang ditetapkan oleh beberapa negara bagian di Amerika Serikat. Sistem vapor recovery tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu sistem vapor recovery untuk Stage I dan sistem vapor recovery untuk Stage II Sistem Vapor Recovery Stage I Terdapat empat macam sistem vapor recovery Stage I berdasarkan cara kerjanya, yaitu: 11

7 a. Tipe koneksi Coaxial Tipe ini memiliki hanya satu bukaan pada tangki timbun dan membiarkan uap dan bensin untuk mengalir melalui satu pipa. Fuel drop tube dengan diameter 3 inch dimasukan ke dalam fill pipe dengan diameter 4 inch. Bensin mengalir turun melalui drop tube, sedangkan uap bensin mengalir ke atas di antara fill pipe dan drop tube. Sebuah coaxial drop elbow tersambung pada fill pipe yang membolehkan uap bensin untuk mengalir melalui selang dan masuk ke dalam mobil tangki. Gambar 2.5 Skema sistem vapor recovery tipe koneksi coaxial [13] b. Tipe koneksi Dual Point Tipe ini terdiri dari dua bukaan tangki timbun yang terpisah, biasanya berjarak 1 kaki satu sama lain. Satu bukaan untuk mengirimkan bensin dan yang lainnnya untuk melepaskan uap bensin kembali menuju mobil tangki. 12

8 Gambar 2.6 Skema sistem vapor recovery tipe koneksi dual point [13] c. Tipe koneksi Manifolded Tipe ini mirip dengan tipe koneksi dual point, tetapi pada tipe ini PV Valve dari kedua tangki saling terhubung. Hal ini memungkin untuk mengisi tangki timbun lebih dari satu pada saat yang bersamaan dan uap bensin dikembalikan melalui salah satu pipa vapor recovery. Gambar 2.7 Skema sistem vapor recovery tipe koneksi manifolded [13] 13

9 d. Tipe modul membran Seperti telah dijelaskan di atas, pada tangki timbun terjadi campuran antara uap bensin dengan udara luar untuk mencapai kesetimbangan tekanan di dalam tangki timbun dengan udara lingkungan. Karena itu, tipe ini menggunakan modul membran untuk memisahkan antara uap bensin dengan udara luar. Setelah dipisahkan, uap bensin dikembalikan ke dalam tangki timbun dan udara luar dibiarkan mengalir keluar untuk tetap menjaga kesetimbangan tekanan. Berikut beberapa contohnya sistem vapor recovery tipe modul membran: VAPORSAVER (Denaro. CO, LTD) Gambar 2.8 Foto VAPORSAVER beserta skema cara kerjanya [14] 14

10 PERMEATOR (Arid Technologies, Inc.) Gambar 2.9 Foto PERMEATOR beserta skema cara kerjanya [7] Sistem Vapor Recovery Stage II Pada prinsipnya, sistem vapor recovery stage I memiliki cara kerja yang sama dengan sistem vapor recovery stage I tipe koneksi coaxial. Sistem vapor recovery stage II menggunakan selang khusus yang terdiri dari pipa di dalam pipa seperti gambar di bawah ini: Gambar 2.10 Selang coaxial pada sistem vapor recovery stage II [15] 15

11 Selain menggunakan selang khusus, sistem vapor recovery stage II juga menggunakan nozzle khusus. Terdapat dua macam nozzle khusus tersebut, yaitu: a. non-booted nozzle Tipe ini dilengkapi dengan splash guard yang didesain untuk melindungi pemakai apabila mekanisme automatic shut-off tidak bekerja dengan sempurna. Tipe ini digunakan pada sistem yang diset pada tingkat vakum tinggi sehingga tidak diperlukan boot. Gambar 2.11 Gambar dan skema non-booted nozzle [15] b. booted nozzle Tipe ini didesain untuk membantu sistem vapor recovery dengan cara menyimpan uap bensin pada ruang tertutup hingga terjadi vakum pada pompa bensin yang menarik uap tersebut ke vapor return line pada selang. Tipe ini digunakan pada sistem dengan tingkat vakum rendah sehingga uap perlu untuk disimpan ketika keadaan vakum menarik uap tersebut kembali ke tangki timbun. Gambar 2.12 Gambar dan skema booted nozle [15] 16

12 2.5 Membran Kata membran berasal dari bahasa latin membrana yang berarti kulit (Jones, 1987). Sekarang kata membran banyak diartikan sebagai lapisan fleksibel tipis, yang bertindak sebagai lapisan batas yang selektif diantara dua phasa yang disebabkan oleh sifat semipermeable nya. Membran sendiri dapat diartikan sebagai suatu lapisan penghalang tipis diantara dua fasa yang mengizinkan perpindahan khusus dari suatu molekul [16]. Gambar 2.13 Proses perpindahan pada membran [16] Klasifikasi Membran Membran dapat diklasifikasikan berdasarkan titik pandang yang berbedabeda. Pengklasifikasian membran yang paling dasar adalah berdasarkan alam, yaitu membran biologis dan membran buatan. Membran biologis adalah membran yang secara alami telah terdapat di alam, misalnya paru-paru manusia, akar tumbuhan, dan lain-lain. Membran buatan sendiri dapat dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu membran organik dan membran inorganik. Contoh dari membran organik yaitu membran polimer, sedangkan contoh dari membran inorganik adalah membran keramik atau membran logam [16]. Gambar 2.14 Contoh membran biologis [3] 17

13 Gambar 2.15 Contoh membran buatan [3] Membran dapat diklasifikasikan juga berdasarkan struktur dan morfologinya, yaitu membran simetrik dan membran asimetrik. Membran simetrik memiliki struktur yang sama disetiap bagiannya. Jenis dari membran simetrik adalah membran berpori, tidak berpori, dan berpori silinder. Sedangkan membran asimetrik memiliki struktur yang tidak sama di setiap tempat dapat mempunyai lapisan dan sublapisan. Membran asimetrik sendiri terdiri atas membran berpori dengan lapisan atas (toplayer). Gambar 2.16 Gambar skematik dari membran simetrik dan asimetrik [16] 18

14 Mekanisme Kerja Membran Berdasarkan tujuannya, pemisahan dengan membran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Pengkonsentrasian, merupakan proses pemisahan dari komponen dengan konsentrasi yang rendah ke konsentrasi tinggi. Pemurnian, merupakan proses pemisahan pengotor yang tidak diharapkan. Fraksinasi, merupakan proses pemisahan campuran menjadi dua komponen atau lebih. Membran reaktor, merupakan proses kombinasi reaksi kimia atau biokimia untuk mempercepat laju reaksi dengan cara pemisahan produk secara kontinyu. Ciri-ciri pemisahan dengan membran adalah aliran umpan dibagi menjadi dua, yaitu retentat dan permeat. Umpan akan masuk ke dalam membran, lalu mengalami proses difusi selektif dan akhirnya keluar (terdesorpsi). Aliran umpan yang di-reject akan menuju retentat, sisanya akan menuju permeat. Gambaran umum pemisahan dengan membran dapat dilihat pada gambar berikut : umpan retentat permeat Gambar 2.17 Skema proses membran [16] Perpindahan massa melalui membran terjadi karena adanya driving force dari komponen umpan. Pada umumnya laju permeasi melalui membran sebanding dengan besarnya driving force. Driving force tersebut dapat berupa perbedaan tekanan, konsentrasi, temperatur atau potensial listrik. Keuntungan dari teknologi membran adalah: Dapat dikombinasikan dengan proses pemisahan lain (hybrid processing). Tidak mempunyai limbah. 19

15 Tidak memerlukan tempat yang luas. Up-scalingnya mudah. Sifat membran bervariasi dan dapat diatur Jenis Jenis Proses Pemisahan Membran Seperti telah disebutkan di atas, syarat terjadinya proses pemisahan pada membran adalah adanya gaya penggerak atau driving force. Tabel berikut menunjukan beberapa jenis proses pemisahan membran berdasarkan driving force yang digunakan. Tabel 2.2 Jenis - Jenis Proses Pemisahan Membran Berdasarkan Driving Force [16] Driving Force Perbedaan Tekanan Perbedaan Konsentrasi Perbedaan Temperatur Perbedaan Potensi Listrik Proses pemisahan membran Mikrofiltrasi Ultrafiltrasi Nanofiltrasi Reverse Osmosis Piezodyalisis Gas separation Pervaporasi Dialysis Diffusion Dyalisis Membran Distilasi Elektrodialisis Elektrolisis Setiap proses pemisahan tersebut memiliki ciri khas dan aplikasinya masing-masing. Berikut akan dibahas proses-proses yang umum digunakan di Industri, yaitu Mikrofiltrasi, Ultrafiltrasi, Reverse Osmosis, dan Pervaporasi. Proses Gas Separation juga akan dibahas karena proses inilah yang akan digunakan dalam merancang vapor recovery system menggunakan teknologi membran. 20

16 Mikrofiltrasi, Ultrafikasi dan Reverse Osmosis Ketiga proses ini pada dasarnya merupakan proses dengan metode pemisahan yang serupa yakni penyaringan molekul-molekul melalui pori-pori yang sangat kecil. Membran mikrofiltrasi menyaring partikel-partikel koloid dan bakteri dengan pori berdiameter 0.05 hingga 10 µm. Membran ultrafiltrasi dapat digunakan untuk menyaring molekul-molekul terlarut dari pelarutnya seperti protein dengan pori berdiameter 0.05 µm hingga 1 nm. Mekanisme pemisahan dengan reverse osmosis cukup berbeda. Pada proses ini, diameter pori membran sangat kecil antara 3 µm sampai 5 µm yang berada dalam jangkauan pergerakan termal dari rantai polimer yang menyusun membran. Mekanisme perpindahan pada membran jenis ini umumnya disebut model solution-diffusion. Menurut model ini komponen dapat melewati membran dengan cara larut dalam material membran dan berdifusi menuju konsentrasi yang lebih rendah. Pemisahan terjadi akibat perbedaan solubilitas dan mobilitas dari komponen-komponen dalam membran. Contoh aplikasi reverse osmosis yang paling sering dijumpai ialah desalinasi air laut dan air tanah. Gambar berikut menunjukan perbedaan ukuran pori pada ketiga proses ini. Meskipun ketiga proses ini secara konseptual merupakan proses yang sama, namun perbedaan diameter pori memberikan perbedaan yang signifikan terhadap cara penggunaannya. Gambar 2.18 Perbandingan diameter pori pada Reverse Osmosis, Ultrafikasi, dan Mikrofiltrasi [17] Pervaporasi Pervaporasi merupakan proses relatif baru yang memiliki elemen-elemen yang serupa dengan reverse osmosis dan gas separation. Pada pervaporasi, 21

17 campuran cair memasuki sisi umpan pada membran dan permeate dikeluarkan sebagai uap dari sisi sebaliknya. Driving force pada proses ini adalah tekanan uap yang rendah pada sisi permeat yang dihasilkan dengan mendinginkan dan mengkondensasikan uap permeat. Hal yang menarik dari proses pervaporasi adalah bahwa pemisahan yang diperoleh akan proporsional terhadap laju permeasi komponen campuran yang melewati membran. [17] Gas Separation Gas separation umumnya dilakukan dengan menggunakan membran nonporous. Proses perpindahan pada proses ini terjadi akibat perbedaan solubilitas dan diffusivitas berbagai komponen pada membran. Skema model pemisahan solution-diffusion diilustrasikan pada gambar berikut [18] : Gambar 2.19 Skema proses pemisahan model solution-diffusion [18] Menurut model solution-diffusion, perpindahan massa melewati membran terjadi melalui tiga langkah yang berurutan yakni: 1. Penyerapan (sorption) komponen-komponen dari umpan menuju membran pada sisi hulu. 2. Difusi komponen-komponen yang terserap melewati membran 3. Desorption komponen-komponen dari membran pada sisi permeat. Asumsi dasar yang digunakan pada model ini adalah keberadaan kesetimbangan fasa termodinamik pada kedua permukaan membran yang berkontak dengan umpan dan permeate. Langkah penyerapan (sorption) umumnya merupakan proses yang cepat. Langkah diffusi merupakan langkah dasar yang 22

18 menentukan kecepatan permeasi. Perbedaan kecepatan difusi berbagai molekul pada membran merupakan prinsip dasar pemisahan pada proses ini. Langkah desorption umumnya merupakan langkah yang cepat, dan tidak mempengaruhi permeasi. Oleh karena itu dua langkah pertama, sorption dan diffusion menentukan selektivitas membran. Untuk proses pemisahan VOC dengan udara, pemisahan didasarkan pada diffusi dan dissolution VOC melewati membran. Driving force yang digunakan adalah perbedaan potensi kimia antara sisi umpan dan sisi permeat, yang biasanya diperoleh dengan menciptakan tekanan pada permeat lebih rendah dari tekanan umpan. Proses difusi pada membran dapat didekati oleh hukum Fick yakni: dci Qi = Di dx (2.1) dimana : Q i = flux D i = koefisien diffusivitas komponen i pada membran x = jarak tegak lurus dari permukaan membran yang berkontak dengan umpan C i = konsentrasi komponen i pada membran pada posisi tertentu Dengan mengasumsikan bahwa koefisien difusivitas konstan dan proses penyerapan gas mengikuti hukum Henry yakni: C = S P i i i dimana : S i = koefisien solubilitas P i = tekanan parsial Maka persamaan (2.1) dapat diubah menjadi: Q i ΔCi = Di l Di SiΔp = l i Pi Δp = l i (2.2) (2.3) dimana : Δp i = perbedaan tekanan parsial antara dua sisi membran l = ketebalan membran P i = koefisien permeabilitas komponen i yang merupakan hasil perkalian koefisien diffusi D i dengan koefisien solubilitas S i 23

19 Koefisien difusivitas cenderung meningkat dengan meningkatnya diameter komponen permeat karena molekul besar akan berinteraksi lebih banyak dengan rantai polimer sehingga mobilitasnya rendah. Difusivitas secara umum bergantung pada temperatur operasi dan konsentrasi umpan. Persamaan (2.3) memperlihatkan bahwa sorption dan difusi mempengaruhi proses permeasi pada membran, oleh karena itu perlu dipilih material membran yang memiliki sifat solubilitas dan difusivitas yang baik Karakteristik Performansi Membran pada Proses Gas Separation Performansi pemisahan sebuah membran pada proses gas separation umumnya dinyatakan sebagai permeance (J) dan selektivitas (α) sebagai berikut : J = α i / j Q Δp Yi Y j = X i X j dimana : Yi = konsentrasi komponen i pada permeat (2.4) (2.5) Yj = konsentrasi komponen j pada permeat Xi = konsentrasi komponen i pada umpan Xj = konsentrasi komponen j pada umpan Karena umumnya konsentrasi di permeate lebih besar dari pada umpan maka nilai selektivitas lebih besar dari 1. Jika nilai selektivitas sama dengan 1 maka tidak akan terjadi proses pemisahan. Permeance (J), yang merupakan nilai fluks permeasi dibandingkan dengan perbedaan tekanan pada membran, menggambarkan produktivitas membran. Semakin tinggi permeabilitas sebuah membran semakin banyak produk yang dihasilkannya. Seperti yang telah diterangkan diatas, faktor yang sangat mempengaruhi besar koefisien permeabilitas adalah koefisien solubilitas (S) dan koefisien difusivitas (D). Dengan demikian hal yang dapat dilakukan pada suatu material membran untuk meningkatkan produktivitasnya adalah dengan mengurangi ketebalan dari membran. Hal ini dapat dilihat dari persamaan (2.3). 24

20 Selektivitas yang didefinisikan pada persamaan (2.5) tidak memiliki satuan konsentrasi tertentu dan sering dinyatakan dalam % konsentrasi. Semakin besar nilai selektivitas maka semakin baik proses pemisahan yang terjadi. Sebuah membran yang ideal adalah membran yang dapat melewatkan suatu komponen secara keseluruhan sambil menahan komponen lainnya secara keseluruhan pula, dengan demikian maka nilai selektivitasnya akan sangat besar [17] Modul Membran Untuk mengaplikasikan membran pada skala teknik (industri), biasanya diperlukan luas membran yang sangat besar. Ukuran terkecil unit membran dimana area membran dikemas kedalamnya disebut modul membran. Modul membran memegang peranan yang penting dalam proses instalasi membran. Skema umum dari sebuah modul membran ditunjukan pada gambar Modulmodul ini dapat dipasang baik secara seri maupun secara paralel. Penyusunan membran secara seri akan meningkatkan selektivitas, sementara penyusunan membran secara paralel akan meningkatkan permeasi/produktivitas membran. Gambar 2.20 Skema umum modul membran [16] Beberapa jenis modul membran yang ada sekarang pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 konfigurasi yaitu: Flat, contoh: flat and frame module dan spiral wound module Tubular, contoh: tubular module, capillary module dan spiralwound module Pemilihan dari jenis modul membran yang akan digunakan pada suatu aplikasi umumnya didasarkan pada aspek-aspek sebagai berikut: Packing density Manajemen fluida Kemampuan menampung SS 25

21 Kemudahaan cleaning Kemudahaan penggantian Energi Biaya investasi Variabel cost Aspek-aspek lain seperti: kemudahan perawatan, kemudahan pengoperasian, kekompakan sistem, kemungkinan penggantian membran dll. Tabel berikut menunjukan perbandingan berbagai jenis modul membran terhadap aspek-aspek diatas. Tabel 2.3 Perbandingan beberapa modul membran dari beberapa aspek [19] Konfigurasi karakteristik Plate & frame Spiral wound Shell & tube Hollow fiber Packing density Cukup Cukup Rendah Tinggi (m2/m3) ( ) ( ) ( ) ( ) Manajemen fluida Baik Baik Kurang Baik Kemampuan menampung SS Kemudahan pencucian Replacement (penggantian) Cukup Rendah Baik Rendah Sedang Kadang-kadang sulit Mudah Mudah (jika ada halangan (memungkink dari spacer) an untuk backflushing) Sheet/ cartridge Element Tube/element Element Energi Rendah-sedang Sedang (spacer Tinggi (turbulen) Rendah (aliran laminar) pressure losses) (laminar atau dead-end) 26

22 Gambar berikut menunjukkan berbagai jenis modul membran yang umum digunakan pada berbagai aplikasi industri membran. Gambar 2.21 Modul membran flat & frame Gambar 2.22 Modul membran spiral wound Gambar 2.23 Modul membran shell & tube 27

23 Gambar 2.24 Modul membran hollow fiber 2.6 Pompa Vakum Pada proses gas separation, driving force yang digunakan dapat berupa perbedaan tekanan maupun perbedaan konsentrasi. Untuk aplikasi pemisahan VOC dengan udara, driving force yang menyebabkan proses pemisahan adalah perbedaan potensi kimia antara sisi umpan dengan sisi permeate. Driving force ini diperoleh dengan mempertahankan tekanan permeate lebih rendah dari tekanan umpan. Oleh karena itu pada vapor recovery system, pada sisi permeat akan dihubungkan dengan pompa vakum untuk mempertahankan tekanan permeat lebih rendah dari tekanan umpan. Gambar berikut menggambarkan skema umum proses pemisahan VOC dengan udara. Gambar 2.25 Skema umum proses pemisahan VOC dengan udara [16] Pompa vakum adalah sebuah pompa yang memindahkan molekul gas dari sebuah volume terutup untuk menyisakan tekanan vakum parsial. Pompa vakum pertama kali ditemukan pada tahun Secara umum pompa vakum dikategorikan menjadi dua yakni transfer pumps dan trapping pumps. Jenis 28

24 pompa vakum yang akan digunakan pada sistem vapor recovery adalah jenis transfer pumps. Transfer pumps sering juga disebut sebagai pompa kinetik karena pompa ini memberikan momentum kepada gas yang didorong sedemikian rupa sehingga gas berpindah secara kontinu dari bagian masukan ke bagian keluaran pompa. Hal ini biasa terjadi akibat adanya bagian yang bergerak secara mekanik (umumnya rotasi) untuk memberikan percepatan pada molekul-molekul gas dan membuat bagian tertentu memiliki tekanan yang rendah. Dengan demikian molekulmolekul akan bergerak menuju bagian tersebut. Prosedur tersebut bekerja berulang kali hingga semua molekul keluar dari tempat yang diinginkan terjadi kondisi vakum. Gambar berikut menggambarkan skema kerja dari sebuah pompa vakum tersebut: Gambar 2.26 Skema kerja pompa vakum jenis transfer pump Energi yang diperlukan oleh pompa vakum dalam sistem ini dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut [3] : nrt Ph E = ln η P dimana: E η n R T l (2.6) = daya pompa = efisiensi pompa = jumlah mol yang dipompakan setiap detiknya = konstanta gas universal (8.314 j/mk) = temperatur operasi P h /P i = perbandingan tekanan pada kedua sisi pompa 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung bertambah. Hingga akhir tahun 2006, diperkirakan terdapat 50 juta kendaraan bermotor di

Lebih terperinci

BAB IV PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN PROTOTIPE SISTEM VAPOR RECOVERY

BAB IV PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN PROTOTIPE SISTEM VAPOR RECOVERY BAB IV PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN PROTOTIPE SISTEM VAPOR RECOVERY 4.1 Sistem Peralatan SPBU Konvensional Berikut merupakan skema peralatan peralatan yang terdapat di SPBU pada umumnya: Gambar 4.1 Skema

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY

BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY Seperti yang telah disebutkan pada subbab 1., tujuan dari tugas akhir ini adalah pengembangan sistem vapor recovery dengan teknologi

Lebih terperinci

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1 efisiensi sistem menurun seiring dengan kenaikan debit penguapan. Maka, dari grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akan bekerja lebih baik pada debit operasi yang rendah. Gambar 4.20 Grafik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN SISTEM VAPOR RECOVERY HAVIVAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MEMBRAN PADA TANGKI TIMBUN DI SPBU

PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN SISTEM VAPOR RECOVERY HAVIVAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MEMBRAN PADA TANGKI TIMBUN DI SPBU PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN SISTEM VAPOR RECOVERY HAVIVAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MEMBRAN PADA TANGKI TIMBUN DI SPBU TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

JAWABAN 1. REVERSE OSMOSIS (RO)

JAWABAN 1. REVERSE OSMOSIS (RO) PERTANYAAN 1. Suatu industri bermaksud memanfaatkan efluen pengolahan air limbah yang telah memenuhi baku mutu sebagai air baku untuk kebutuhan domestik (karyawan), proses produksi dan boiler. Industri

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Hasil yang diharapkan dari sistem yang dibentuk adalah kondisi optimal untuk dapat menghasilkan fluks air yang tinggi, kualitas garam super-saturated sebagai

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Isooktan dari Diisobutene dan Hidrogen dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Isooktan dari Diisobutene dan Hidrogen dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Di dalam mesin kendaraan bermotor, idealnya campuran udara dan bahan bakar (bensin) dalam bentuk gas yang masuk, ditekan oleh piston sampai volume yang sangat kecil, kemudian

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pengambilan Protein Dalam Virgin Coconut Oil. (VCO) Dengan Metode Membran Ultrafiltrasi DISUSUN OLEH : HAFIDHUL ILMI ( )

LAPORAN PENELITIAN. Pengambilan Protein Dalam Virgin Coconut Oil. (VCO) Dengan Metode Membran Ultrafiltrasi DISUSUN OLEH : HAFIDHUL ILMI ( ) LAPORAN PENELITIAN Pengambilan Protein Dalam Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan Metode Membran Ultrafiltrasi DISUSUN OLEH : HAFIDHUL ILMI (0731010045) BAGUS ARIE NUGROHO (0731010054) JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Performansi Kerja Membran Distilasi Vakum (VMD) Beberapa parameter yang mempengaruhi kinerja MD adalah sifat properti membran yakni porositas, tortositas, dan lainnya beserta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Unjuk Kerja Pervaporasi Unjuk kerja pemisahan dengan pervaporasi dapat dilihat dari nilai fluks dan selektivitas pemisahan. Membran yang digunakan adalah membran selulosa

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1. Hasil Konstruksi Kolom Adsorpsi Berdasarkan rancangan dari kolom adsorpsi pada gambar III.1., maka berikut ini adalah gambar hasil konstruksi kolom adsorpsi : Tinggi =1,5

Lebih terperinci

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN Oleh: Susila K Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat memahami proses pemisahan dengan membran dan dapat mengaplikasikan metode pemisahan ini pada pemisahan analit suatu sampel Proses

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air

Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air Misri Gozan 1, Said Zul Amraini 2 Alief Nasrullah Pramana 1 1 Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Motor Bakar. Motor bakar torak merupakan internal combustion engine, yaitu mesin yang fluida kerjanya dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar di ruang mesin tersebut. Fluida

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Fabrikasi Membran PES Fabrikasi membran menggunakan bahan baku polimer PES dengan berat molekul 5200. Membran PES dibuat dengan metode inversi fasa basah yaitu

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada Minggu 8 6. Filtrasi Filtrasi dapat dibedakan berdasar ukuran dari partikel yang dipisahkan ataupun tekanan yang digunakan. Gambar 6. 1 adalah pembagian jenis filtrasi berdasarkan tekanan yang digunakan.

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM Naskah Publikasi ini disusun guna memenuhi Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Kebutuhan Air Tawar Siklus PLTU membutuhkan air tawar sebagai bahan baku. Hal ini dikarenakan peralatan PLTU sangat rentan terhadap karat. Akan tetapi, semakin besar kapasitas

Lebih terperinci

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER PMD D3 Sperisa Distantina ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER Silabi D3 Teknik Kimia: 1. Prinsip dasar alat transfer massa absorber dan stripper. 2. Variabel-variabel proses alat absorber dan stripper.

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN Suriansyah Sabarudin 1) ABSTRAK Proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder dipengaruhi oleh: temperatur,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Fenomena Cyclone Pada proses pembakaran yang terjadi di dalam mesin bensin bergantung pada campuran antara bahan bakar dan udara yang masuk ke dalam ruang bakar.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 30 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PEMISAHAN JUS JERUK DENGAN REVERSE OSMOSIS 4.1.1. Karakteristik Fisik-kimia Umpan Larutan umpan yang digunakan untuk penelitian pemekatan jus dari hasil pemisahan mikrofiltrasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PROSES UJI BAHAN

BAB IV ANALISA PROSES UJI BAHAN BAB IV ANALISA PROSES UJI BAHAN 4.1 Data Pengujian Pirolisis Pada bab ini akan di jelaskan tentang data pengujian yang di ambil pada saat proses pirolisis dimulai dan pada saat proses destilasi selesai.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Larutan benzene sebanyak 1.257,019 kg/jam pada kondisi 30 o C, 1 atm dari tangki penyimpan (T-01) dipompakan untuk dicampur dengan arus recycle dari menara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gas alam adalah bahan bakar fosil bentuk gas yang sebagian besar terdiri dari metana (CH4). Pada umumnya tempat penghasil gas alam berlokasi jauh dari daerah dimana

Lebih terperinci

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG Oleh : Hari Budianto 2105 030 057 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan energi setiap tahun terus bertambah, selaras dengan perkembangan

Lebih terperinci

Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat

Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat Diajukan oleh Tika Kumala Sari (3310100072) Dosen Pembimbing Alia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Adsorpsi Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul-molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekulmolekul tadi mengembun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Premium Premium terutama terdiri atas senyawa-senyawa hidrokarbon dengan 5 sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh langsung dari hasil penyulingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan pokok manusia dalam menunjang seluruh aktivitas kehidupannya. Air yang diperlukan manusia harus cukup untuk seluruh kebutuhan hidup khususnya

Lebih terperinci

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar Bab II Ruang Bakar Sebelum berangkat menuju pelaksanaan eksperimen dalam laboratorium, perlu dilakukan sejumlah persiapan pra-eksperimen yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan pedoman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Penambahan PEG Terhadap Ketebalan Membran Fabrikasi membran menggunakan PES dengan berat molekul 5900, dengan PEG sebagai zat aditif dan menggunakan DMAc sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 7 Universitas Indonesia

BAB II DASAR TEORI. 7 Universitas Indonesia BAB II DASAR TEORI 2.1 Adsorpsi 2.1.1 Pengertian Adsorpsi Adsopsi adalah proses dimana molekul-molekul fluida menyentuh dan melekat pada permukaan padatan (Nasruddin,2005). Adsorpsi adalah fenomena fisik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Industri memiliki potensi sebagai sumber terhadap pencemaran air, tanah dan udara baik secara langsung

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desalinasi Desalinasi merupakan suatu proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.

Lebih terperinci

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02 MODUL PERKULIAHAN Perpindahan Panas Secara Konduksi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Mesin 02 13029 Abstract Salah satu mekanisme perpindahan panas adalah perpindahan

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin, SNTTM-VI, 2007 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

Lebih terperinci

TEMPERATUR. dihubungkan oleh

TEMPERATUR. dihubungkan oleh 49 50 o F. Temperatur pada skala Fahrenheit dan Celcius TEMPERATUR 1. Teori atom zat mendalilkan bahwa semua zat terdiri dari kesatuan kecil yang disebut atom, yang biasanya berdiameter 10-10 m.. Massa

Lebih terperinci

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi Istilah minyak bumi diterjemahkan dari bahasa latin (petroleum), artinya petrol (batuan) dan oleum (minyak). Nama petroleum diberikan kepada fosil hewan dan tumbuhan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Bab ini terdiri dari 6 bagian, yaitu optimasi pembuatan membran PMMA, uji kinerja membran terhadap air, uji kedapat-ulangan pembuatan membran menggunakan uji Q Dixon, pengujian aktivitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Teknologi dispenser semakin meningkat seiring perkembangan jaman. Awalnya hanya menggunakan pemanas agar didapat air dengan temperatur hanya hangat dan panas menggunakan heater, kemudian

Lebih terperinci

Kelompok B Pembimbing

Kelompok B Pembimbing TK-40Z2 PENELITIAN Semester II 2007/2008 APLIKASI MEMBRAN CA/ZEOLIT UNTUK PEMISAHAN CAMPURAN ALKOHOL-AIR Kelompok B.67.3.13 Indria Gusmelli (13004106) Aziza Addina Permata (13004107) Pembimbing Dr. Irwan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah jus jeruk siam Pontianak hasil mikrofiltrasi ukuran pori 0.1 µm dengan konsentrasi jus sebesar 6.5

Lebih terperinci

TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM

TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM PENEMPATAN TANKI PADA KENDARAAN BAGIAN-BAGIAN TANKI DAN NAMA KOMPONEN ALUR LAJU BAHAN BAKAR MOTOR

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Membran Nanofiltrasi Silika Aliran Cross Flow Untuk Menurunkan Kadar Nitrat dan Amonium

Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Membran Nanofiltrasi Silika Aliran Cross Flow Untuk Menurunkan Kadar Nitrat dan Amonium Oleh Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Membran Nanofiltrasi Silika Aliran Cross Flow Untuk Menurunkan Kadar Nitrat dan Amonium : Dwi Rukma Puspayana NRP : 3309.100.009 Dosen Pembimbing : Alia Damayani,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu percobaan pendahuluan dan percobaan utama. Percobaan pendahuluan berupa penyiapan umpan, karakterisasi umpan,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol merupakan salah satu bahan kimia penting karena memiliki manfaat sangat luas antara lain sebagai pelarut, bahan bakar cair, bahan desinfektan, bahan baku industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANGAN OBSTACLE Pola kecepatan dan jenis aliran di dalam reaktor kolom gelembung sangat berpengaruh terhadap laju reaksi pembentukan biodiesel. Kecepatan aliran yang tinggi

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian tugas akhir ini dibuat membran bioreaktor ekstrak kasar enzim α-amilase untuk penguraian pati menjadi oligosakarida sekaligus sebagai media pemisahan hasil penguraian

Lebih terperinci

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Oleh : Robbin Sanjaya 2106.030.060 Pembimbing : Ir. Denny M.E. Soedjono,M.T PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan untuk mengetahui fenomena yang terjadi pada mesin Otto dengan penggunaan bahan bakar yang ditambahkan aditif dengan variasi komposisi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4].

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4]. BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekul molekul tadi mengembun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

Bab II Pemodelan. Gambar 2.1: Pembuluh Darah. (Sumber:

Bab II Pemodelan. Gambar 2.1: Pembuluh Darah. (Sumber: Bab II Pemodelan Bab ini berisi tentang penyusunan model untuk menjelaskan proses penyebaran konsentrasi oksigen di jaringan. Penyusunan model ini meliputi tinjauan fisis pembuluh kapiler, pemodelan daerah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Teknik SKRIPSI PENGARUH PEMANASAN MEMBRAN, PERBEDAAN TEKANAN DAN WAKTU PERMEASI PADA PEMISAHAN CO 2 /CH 4 UNTUK PEMURNIAN BIOGAS MENGGUNAKAN MEMBRAN POLYIMIDE DAN MEMBRAN CAMPURAN POLYIMIDE-ZEOLIT Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai gabungan antara senyawa hidrokarbon (unsur karbon dan hidrogen) dan nonhidrokarbon (unsur oksigen,

Lebih terperinci

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

Before UTS. Kode Mata Kuliah : Before UTS Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS Pertemuan Materi Submateri 1 2 3 4 Konsep dasar perpindahan massa difusional Difusi molekuler dalam keadaan tetap Difusi melalui non stagnan film 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi setiap tahun serta percepatan perkembangan pembangunan yang terjadi di propinsi DKI Jakarta menyebabkan peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? Aplikasi dasar-dasar ilmu pengetahuan alam yang dirangkai dengan dasar ekonomi dan hubungan masyarakat pada bidang yang berkaitan Iangsung dengan proses dan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR Untuk mengenalkan aspek-aspek refrigerasi, pandanglah sebuah siklus refrigerasi uap Carnot. Siklus ini adalah kebalikan dari siklus daya uap Carnot. Gambar 1.

Lebih terperinci

PENGURANGAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN LARUTAN CALSIUM CHLORIDE (CACL2) PADA WAKTU SIANG HARI DENGAN VARIASI SPRAYING NOZZLE

PENGURANGAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN LARUTAN CALSIUM CHLORIDE (CACL2) PADA WAKTU SIANG HARI DENGAN VARIASI SPRAYING NOZZLE Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PENGURANGAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN LARUTAN CALSIUM CHLORIDE (CACL2) PADA WAKTU SIANG HARI DENGAN VARIASI SPRAYING NOZZLE *Eflita

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sektor industri termasuk industri kimia di dalamnya, dewasa ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia, baik dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah :

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah : TRANSFER MASSA ANTAR FASE Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS ALAT-ALAT TRANSFER MASSA Perancangan alat transfer massa W A = W A = N A A jumlah A yang ditransfer waktu N A : Fluks molar atau massa

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 34 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Tangki Tangki Bahan Baku (T-01) Tangki Produk (T-02) Menyimpan kebutuhan Menyimpan Produk Isobutylene selama 30 hari. Methacrolein selama 15 hari. Spherical

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair. Distilasi dan Titik Didih. Nama : Agustine Christela Melviana NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair. Distilasi dan Titik Didih. Nama : Agustine Christela Melviana NIM : LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair Distilasi dan Titik Didih Nama : Agustine Christela Melviana NIM : 11210031 Tanggal Percobaan : 19 September 2013 Tanggal Pengumpulan Laporan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS

PENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS PENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS Nasrun, Eddy Kurniawan, Inggit Sari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan V. SPESIFIKASI ALAT Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan pabrik furfuril alkohol dari hidrogenasi furfural. Berikut tabel spesifikasi alat-alat yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA STUDI KINERJA PEMISAHAN ETANOL-AIR MENGGUNAKAN PROSES PERVAPORASI DENGAN MEMBRAN TFC (THIN FILM COMPOSITE) KOMERSIAL SKRIPSI CHRISTINE NOVALINA H 0906604123 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM

Lebih terperinci

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas/Kalor Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN Riccy Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unika Atma Jaya, Jakarta Jalan Jenderal Sudirman 51 Jakarta 12930

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 27 BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 4.1 Pemilihan Sistem Pemanasan Air Terdapat beberapa alternatif sistem pemanasan air yang dapat dilakukan, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab 2.2.1 mengenai

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K Adi Purwanto 1, Mustaqim 2, Siswiyanti 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK

PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK TUGAS 1 MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK 1. Feriska Yuanita (105100200111012) 2. Alifian Juantono Sahwal (105100213111003) 3. Nadia Sabila

Lebih terperinci