UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013"

Transkripsi

1 i EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA 3 IN 1 DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IX DI SMP NEGERI 13 SEMARANG skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika oleh Abid Khoirul Ismail JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

2 ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: Efektivitas Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan Menggunakan Media 3 In 1 dalam Pembelajaran Matematika Kelas IX di SMP Negeri 13 Semarang dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Semarang, 27 Februari 2013 Abid Khoirul Ismail NIM ii

3 iii PENGESAHAN Skripsi yang berjudul Efektivitas Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan Menggunakan Media 3 In 1 dalam Pembelajaran Matematika Kelas IX di SMP Negeri 13 Semarang disusun oleh Abid Khoirul Ismail telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Universitas Negeri Semarang pada tanggal 27 Februari Panitia Ketua Sekretaris Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Drs. Arief Agoestanto, M.Si.Putut NIP NIP Penguji Utama Dr. Isti Hidayah, M.Pd. NIP Anggota Penguji/ Pembimbing Utama Anggota Penguji/ Pembimbing Pendamping Drs. Sugiman, M.Si. Putriaji Hendikawati, S.Si., M.Pd., M.Sc. NIP NIP iii

4 iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al-Baqarah: 286) Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika engkau minta tolong, minta tolonglah hanya kepada Allah (H.R Ahmad, attirmidzi, AlHakim, dan Ibnu Hibban) Tujuan hidup memerlukan target, biarkan alam semesta bekerja dengan sendirinya. PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Bapak (Suwono) dan Ibu (Siti Munjayanah) tercinta atas kasih sayang, bimbingan, dan doa yang selalu diberikan. 2. Kakakku, Rofi Arif Wibowo yang selalu memotivasi dan mendukungku. 3. Adikku, Kusuma Nur Inayah tersayang. 4. Keluarga besar Guslat MIPA Unnes. 5. Sahabat-sahabatku. 6. Semua dosen dan teman-teman Pendidikan Matematika iv

5 v KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis percaya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka penulisan skripsi ini tidak dapat berjalan lancar. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. Arief Agoestanto, M.Si., Ketua Jurusan Matematika yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi ini. 4. Drs. Sugiman, M.Si., Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 5. Putriaji Hendikawati, S.Si., M.Pd., M.Sc., Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 6. Drs. Siswanto, S.Pd. M.Pd., Kepala SMP Negeri 13 Semarang yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis. 7. Tri Hartati, S.Pd., Guru Matematika SMP Negeri 13 Semarang yang telah membantu dan membimbing penulis pada saat pelaksanaan penelitian. v

6 vi 8. Peserta didik kelas IX SMP Negeri 13 Semarang yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. 9. Dosen-dosen Jurusan Matematika yang telah memberikan bekal ilmu. 10. Ayah, Ibu, Kakak dan Adikku yang selalu mendoakan dan memberikan semangat. 11. Sahabat-sahabatku, Prastomo, Erni, Nurul, Laely, Putri, Galant, Umi, Diana, Eko, dan Isti yang telah memberikan semangat dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini. 12. Keluarga Guslat MIPA yang telah memberikan motivasi dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini. 13. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini. Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran dari para pembaca. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Semarang, 27 Februari 2013 Penulis vi

7 vii ABSTRAK Ismail, A. K Efektivitas Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan Menggunakan Media 3 In 1 dalam Pembelajaran Matematika Kelas IX di SMP Negeri 13 Semarang. Skripsi, Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Drs. Sugiman, M.Si dan Pembimbing Pendamping Putriaji Hendikawati, S.Si., M.Pd.,M.Sc. Kata kunci: Teams Games Tournament (TGT), Media 3 In 1, Hasil Belajar. Sebagian besar peserta didik SMP kesulitan dalam memahami konsep yang bersifat abstrak. Hasil belajar materi kesebangunan peserta didik kelas IX SMP N 13 Semarang Tahun 2010/2011 masih banyak yang belum mencapai KKM. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT dengan menggunakan media 3 In 1 merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk membuat peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran dan membantu peserta didik dalam berpikir secara abstrak sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam materi kesebangunan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) hasil belajar peserta didik yang diterapkan model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 lebih baik dari model pembelajaran ekspositori dan (2) hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan menggunakan media 3 In 1 lebih baik dibandingkan model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 dan model pembelajaran ekspositori. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IX SMP Negeri 13 Semarang. Dengan teknik random sampling terpilih tiga kelas sampel yaitu kelas IX F sebagai kelas eksperimen 1, IX E sebagai kelas eksperimen 2, dan kelas kelas IX G sebagai kelas kontrol. Metode pengumpulan data menggunakan metode tes. Teknik analisis data menggunakan uji kesamaan rata-rata satu pihak (pihak kanan), analisis varians satu arah (anava), dan uji lanjut Tukey-Kramer. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 1 adalah 80,93, kelas eksperimen 2 adalah 70,49, dan kelas kontrol 60,04. Berdasarkan hasil analisis uji kesamaan rata-rata satu pihak (pihak kanan) menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 2 lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis anava dan diuji lanjut dengan Tukey-Kramer menunjukkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen 1 lebih baik dibandingkan kelas eksperimen 2 maupun kelas kontrol. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT dengan menggunakan media 3 In 1 efektif terhadap hasil belajar peserta didik kelas IX SMP Negeri 13 Semarang pada materi kesebangunan. vii

8 viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... i ii PENGESAHAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR LAMPIRAN... xiii DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR... xvii BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Penegasan Istilah Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan Skripsi TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Belajar dan Pembelajaran viii

9 ix Teori Belajar Teori Belajar Piaget Teori Belajat Vygotsky Teori Belajar Bruner Teori Belajar Van Hiele Pembelajaran Kooperatif Pengertian Pembelajaran Kooperatif Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif Tujuan Pembelajaran Kooperatif Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Hasil Belajar Media Pembelajaran Media 3 In Media Presentasi dengan Memanfaatkan Media Flash Alat Peraga Matematika Kartu Berpasangan Materi Kesebangunan Kesebangunan Bangun Datar Kesebangunan pada Segitiga ix

10 x Menghitung Panjang Sisi pada Bangun yang Sebangun Kerangka Berpikir Hipotesis Penelitian METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pelaksanaan Penelitian Metode Penentuan Subyek Penelitian Populasi Sampel Variabel Penelitain Variabel Bebas Variabel Terikat Metode Pengumpulan Data Analisis Instrumen Validitas Reliabilitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda Analisis Data Awal Uji Normalitas Uji Homogenitas Varians Populasi Analisis Varians Satu Arah (Anava) x

11 xi 3.8 Analisis Data Akhir Uji Normalitas Uji Homogenitas Varians Populasi Uji Kesamaan Rata-rata (Uji Pihak Kanan) Analisis Varians Satu Arah (Anava) Uji Lanjut Tukey-Kramer HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Proses Penelitian Analisis Data Awal Uji Normalitas Uji Kesamaan Varians (Uji Homogenitas) Analisis Varians Satu Arah (Anava) Hasil Analsisi Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Validitas Soal Reliabilitas Soal Tingkat Kesukaran Butir Soal Analisis Daya Pembeda Soal Penentuan Instrumen Analisis Tahap Akhir Uji Normalitas Data Uji Homogenitas Uji Hipotesis I xi

12 xii Uji Hipotesis II Pembahasan Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 dengan Model Pembelajaran TGT Menggunakan Media 3 In Pembelajaran Kelas Eksperimen 2 dengan Model Pembelajaran Ekspositori Menggunakan Media 3 In Pembelajaran Kelas Kontrol dengan Model Pembelajaran Ekspositori PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 xiii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1 Daftar Nama Peserta Didik Kelas Uji Coba Daftar Nama Peserta Didik Kelas Eksperimen Daftar Nama Peserta Didik Kelas Eksperimen Daftar Nama Peserta Didik Kelas Kontrol Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba Soal Tes Uji Coba Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Tes Uji Coba Analisis Uji Coba Tes Hasil Belajar Contoh Perhitungan Validitas Butir Soal Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal Contoh Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal Contoh Perhitungan Reliabilitas Tes Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir, Daya Beda Butir, Validitas Butir, dan Reliabilitas Tes Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Soal Tes Hasil Belajar Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Tes Hasil Belajar Silabus RPP Pertemuan 1 Kelas Eksperimen RPP Pertemuan 2 Kelas Eksperimen RPP Pertemuan 3 Kelas Eksperimen RPP Pertemuan 4 Kelas Eksperimen RPP Pertemuan 5 Kelas Eksperimen RPP Pertemuan 1 Kelas Eksperimen RPP Pertemuan 2 Kelas Eksperimen RPP Pertemuan 3 Kelas Eksperimen RPP Pertemuan 2 Kelas Eksperimen RPP Kelas Kontrol xiii

14 xiv 28 LKPD Pertemuan LKPD Pertemuan LKPD Pertemuan LKPD Pertemuan Kunci Jawaban LKPD Kunci Jawaban LKPD Kunci Jawaban LKPD Kunci Jawaban LKPD Desain Alat Peraga Pertemuan Desain Alat Peraga Pertemuan Desain Alat Peraga Pertemuan Desain Alat Peraga Pertemuan Desain Kartu Berpasangan Pertemuan Desain Kartu Berpasangan Pertemuan Desain Kartu Berpasangan Pertemuan Desain Kartu Berpasangan Pertemuan Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Desain Kartu Berpasangan Pertemuan Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Desain Kartu Berpasangan Pertemuan Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Desain Kartu Berpasangan Pertemuan Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Desain Kartu Berpasangan Pertemuan Soal Turnamen Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Turnamen Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen Perolehan Skor Game Pembagian Kelompok Meja Turnamen Perolehan Skor Turnamen xiv

15 xv 54 Daftar Nilai Rapor Kelas VIII Semester 2 Siswa Kelas IX E, IX F, dan IX G SMP Negeri 13 Semarang Uji Normalitas Data Awal Uji Homogenitas Data Awal Uji Kesamaan Rata-rata Data Awal (Anava) Daftar Nilai Tes hasil Belajar Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Kontrol Uji Homogenitas Data Akhir Uji Kesamaan Rata-rata Satu Pihak, Pihak Kanan Analisis Varians Satu Arah (Anava) Data Akhir Uji Lanjut Tukey-Kramer Tabel Uji Statistika Dokumentasi Penelitian Surat Penetapan Dosen Pembimbing Surat Permohonan Ijin Penelitian Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian xv

16 xvi DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Desain Penelitian Postes Hanya Grup Kontrol dengan Random Subjek (Randomized Subjects Posttest Only Control Group Design) Uji Bartlett Data Awal Data Sampel Dari k Buah Populasi Berdistribusi Normal Data Awal Daftar Analisis Varians Data Awal Uji Bartlett Data Akhir Data Sampel Dari k Buah Populasi Berdistribusi Normal Data Akhir Daftar Analisis Varians Data Akhir Deskripsi Hasil Belajar Hasil Uji Normalitas Data Awal Hasil Uji Hormogenitas Data Awal Analisis Varians Satu Arah (Anava) Data Awal Hasil Uji Normalitas Data Akhir Hasil Uji Hormogenitas Data Akhir Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Satu Pihak, Pihak Kanan Analisis Varians Satu Arah (Anava) Hasil Belajar Perbandingan Beda Mean dan Beda Kritik xvi

17 xvii DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Distribusi Peserta Didik dalam Turnamen Persegi Panjang yang Sebangun Perbesaran Segitiga ABC Sebesar 2x Terhadap Titik O Segitiga ABC Sebangun dengan Segitiga DEF Segitiga yang Memiliki Sepasang Sisi Sejajar Sisi-sisi Sejajar pada Segitiga Terpancung Kesebangunan pada segitiga siku-siku Contoh Tampilan Media Flash Pertemuan Pertama Contoh Alat Peraga Pertemuan Pertama Contoh Kartu Berpasangan Pertemuan Pertama xvii

18 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global akan selalu mengalami perubahan setiap saat. Di era globalisasi ini, para generasi muda dituntut untuk menempuh pendidikan yang setinggi-tingginya untuk menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Dengan pendidikan yang tinggi, pola pikir masyarakat akan semakin meningkat sehingga dapat beradaptasi terhadap perubahan kehidupan masyarakat karena pengaruh dari globalisasi dan mampu mengaktualisasikan diri dalam pembangunan nasional. Dengan pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), berarti implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yang mampu membawa masyarakat, bangsa, dan negara ke luar dari krisis multidimensi yang sudah lebih dari sepuluh tahun belum menunjukkan adanya pemulihan (Mulyasa, 2009:132). Penerapan KTSP secara bertahap memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengelola (termasuk merencanakan, melaksanakan, dan mengontrol) programprogram peningkatan mutu, tanpa harus menunggu atau dibatasi oleh petunjuk dari birokrasi pendidikan di atasnya (Mulyasa, 2009:103). Mars dalam Mulyasa (2009:180) mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi implementasi 1

19 2 kurikulum., yaitu dukungan kepala sekolah, dukungan rekan sejawat guru, dan dukungan internal yang datang dari dalam diri guru sendiri. Keberhasilan implementasi KTSP di sekolah sangat ditentukan oleh guru karena jika guru tidak memahami dan melaksanakan tugas dengan baik, hasil implementasi kurikulum (pembelajaran) tidak memuaskan. Mata pelajaran matematika sejak dulu telah diajarkan di semua jenjang pendidikan dimulai dari TK, SD, SMP, SMA, bahkan di perguruan tinggi pun matematika masih diajarkan. Di dalam pelajaran matematika tentu saja banyak rumus-rumus yang diajarkan. Rumus-rumus tersebut merupakan bagian yang tidak akan terpisahkan di dalam pelajaran matematika. Di setiap bab maupun subbab pasti ada rumus yang telah ditemukan. Rumus-rumus matematika yang begitu banyaknya membuat peserta didik jenuh dengan pelajaran matematika. Banyak peserta didik yang menganggap bahwa matematika itu pelajaran yang sulit. Dengan anggapan tersebut peserta didik merasa tidak mampu mempelajari mata pelajaran matematika dengan tuntas. Perasaan itulah yang membuat peserta didik tidak berusaha belajar maksimal atau belajar dengan kemampuan apa adanya yang dimiliki peserta didik. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika seperti cara mengajar guru yang tidak tepat. Beberapa guru hanya mengajar dengan satu metode yang selalu tidak cocok dan b a h k a n sulit dimengerti oleh peserta didik. Selain itu sarana dan prasarana pendukung juga ikut berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik. Pembelajaran matematika yang membosankan juga merupakan faktor terbesar

20 3 yang mengakibatkan peserta didik kurang mampu dalam memahami konsep untuk menyelesaikan soal matematika. Dengan pembelajaran yang membosankan membuat peserta didik kurang memperhatikan penjelasan dari guru sehingga peserta didik tidak mendapatkan hasil dari pembelajaran tersebut secara maksimal. Hasil pembelajaran peserta didik yang kurang akan berpengaruh dalam cara berpikir peserta didik untuk menyelesaikan persoalan dalam pelajaran matematika. Cara berpikir peserta didik yang sederhana membuat hasil belajar peserta didik kurang maksimal. Upaya meningkatkan kualitas hasil pendidikan senantiasa dicari dan diteliti melalui kajian berbagai komponen pendidikan. Perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran dilakukan untuk memajukan dan meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Teknologi pengajaran adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pengajaran. Konsep teknologi pengajaran merupakan suatu sistem dari teknologi pendidikan yang memberikan alternatif terhadap rancangan program pengajaran. Pendayagunaan media pembelajaran dapat memperbaiki efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Pembelajaran dengan metode ceramah membuat peserta didik kurang tertarik pada materi yang disampaikan guru, peserta didik cenderung pasif dan kurang serius dalam proses pembelajaran. Sehingga materi yang disampaikan oleh guru tidak tertanam dalam benak peserta didik (Suyitno, 2004: 2). Guru perlu memperhatikan model pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan hasil belajar peserta didik tuntas. Salah satu model tersebut

21 4 adalah pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) akan dapat melatih peserta didik mendengarkan pendapatpendapat orang lain dan merangkum pendapat atau temuan-temuan dalam bentuk tulisan. Tugas-tugas kelompok akan dapat memacu peserta didik untuk bekerja sama, saling membantu satu sama lain dalam mengintegrasikan pengetahuanpengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Selain itu pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dalam matematika akan dapat membantu peserta didik meningkatkan sikap positif dalam matematika. Peserta didik secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk memecahkan masalah-masalah matematika, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika (math anxiety) yang banyak dialaimi peserta didik. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) juga telah terbukti sangat bermanfaat bagi peserta didik yang heterogen. Model belajar ini dapat membuat peserta didik menerima peserta didik lain yang berkemampuan dan berlatar belakang berbeda dengan menonjolkan interaksi dalam kelompok (Suherman, 2003: 259). Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) mempunyai beberapa tipe, salah satunya adalah Teams Games Tournament (TGT). TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menenmpatkan peserta didik dalam kelompokkelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang peserta didik yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda (Isjoni, 2010: 83). Pelaksanaan model pembelajaran TGT terdiri 5 komponen yaitu presentasi kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim (Slavin, 2011: 163).

22 5 Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks, menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Proses belajar peserta didik dan proses mengajar guru merupakan keterpaduan yang memerlukan pengaturan dan perencanaan yang seksama sehingga menimbulkan minat belajar peserta didik. Minat belajar peserta didik akan dapat tumbuh dan terpelihara apabila proses mengajar guru dilaksanakan secara bervariasi, antara lain dengan bantuan media pembelajaran. Pembelajaran materi geometri yang diterapkan di SMP Negeri 13 Semarang seperti bangun datar, bangun ruang sisi tegak, dan bangun ruang sisi lengkung sudah memanfaatkan media alat peraga. Namun, pada materi kesebangunan belum ada media untuk mendukung proses pembelajaran, padahal untuk menjelaskan materi kesebangunan diperlukan media yang bisa membantu peserta didik berpikir secara abstrak. Selain itu, sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 13 Semarang dapat digunakan untuk mendukung proses pembelajaran seperti adanya LCD. Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang guru di SMP Negeri 13 Semarang pada bulan April tahun 2012 memberikan informasi bahwa pembelajaran pada materi kesebangunan selama ini yang diberikan kepada peserta didik masih berorientasi pada pembelajaran ekspositori. Peserta didik menjadi bosan, ini terlihat dari peserta didik yang sudah tidak memperhatikan penjelasan guru, bermain sendiri, bahkan ada yang melamun. Akibatnya hasil belajar peserta

23 6 didik pada materi kesebangunan banyak yang tidak memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan sekolah yaitu 71, serta peserta didik kurang percaya akan kemampuannya dalam menyelesaikan soal tes dengan tipe pemahaman konsep maupun tipe pemecahan masalah. Hal ini terlihat dari data hasil ulangan harian materi kesebangunan beberapa kelas IX tahun ajaran 2010/2011, dimana dari 3 kelas yaitu kelas IX F terdiri dari 28 anak, kelas IX G terdiri dari 29 anak, dan kelas IX H terdiri dari 29 anak. Peserta didik yang nilainya di bawah KKM untuk kelas IX F ada 13 anak, kelas XI G 14 anak, dan IX H ada 17 anak. Jika dilihat rata-rata kelasnya, kelas IX F memiliki rata-rata nilai 67,38, kelas IX G memiliki rata-rata nilai 66,37, dan kelas IX H memiliki rata-rata nilai 67,01. Pembelajaran matematika yang dianggap berhasil adalah pembelajaran yang mampu membawa peserta didik berpikir matematika secara abstrak. Untuk mengajarkan matematika agar peserta didik mampu berpikir secara abstrak yaitu dimulai dari hal yang kongkrit, semi-kongkrit, dan akhirnya mampu berpikir secara abstrak. Jika guru ingin mengajarkan kepada peserta didiknya untuk berpikir secara abstrak maka guru harus menggunakan bantuan media pembelajaran. Media pembelajaran yang bisa digunakan guru untuk mengajarkan matematika kepada peserta didik dari yang kongkrit ke abstrak yaitu dimulai dari alat peraga matematika. Selanjutnya setelah menggunakan alat peraga, guru menggunakan media elektronik untuk mengubah berpikir peserta didik dari konkret ke semi-kongkrit. Setelah itu, peserta didik mempraktikkan sendiri dengan menggunakan kartu berpasangan sehingga peserta didik mampu

24 7 menerapkan konsep yang telah dipelajari. Dengan menggunakan tiga media dalam satu waktu pembelajaran akan memudahkan peserta didik untuk mempelajari matematika dan akan membuat peserta didik memahami konsep sehingga dapat menyelesaikan masalah dalam matematika. Faktor-faktor itulah yang mengakibatkan peserta didik merasa sulit dalam mempelajari matematika. Sehingga diperlukan cara untuk membuat peserta didik lebih aktif dalam pelajaran matematika. Cara yang akan digunakan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran TGT dengan menggunakan media 3 in 1 artinya tiga media yang terdiri dari media presentasi dengan menggunakan software adobe flash CS3, alat peraga matematika, dan kartu berpasangan yang akan digunakan dalam satu waktu pembelajaran. Oleh karena itu, penulis mengambil judul Efektivitas Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan Menggunakan Media 3 In 1 dalam Pembelajaran Matematika Peserta didik SMP Kelas IX di SMP Negeri 13 Semarang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : (1) Apakah hasil belajar peserta didik yang diterapkan model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 in 1 lebih baik dari model pembelajaran ekspositori? (2) Manakah pembelajaran matematika yang mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik yang paling baik, apakah dengan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan menggunakan media 3 In 1, model

25 8 pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1, atau model pembelajaran ekspositori? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini antara lain. (1) Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang diterapkan model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 lebih baik dari model pembelajaran ekspositori. (2) Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan menggunakan media 3 In 1 lebih baik dibandingkan model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 dan model pembelajaran ekspositori. 1.4 Penegasan Istilah Untuk menghindari adanya salah pengertian tentang konsep-konsep yang akan dikaji dalam penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan istilah sebagai berikut. (1) Efektivitas Secara harfiah efektivitas dapat diartikan, bersifat mempunyai daya guna dan membawa hasil guna (Depdiknas, 2002: 259). Dalam penelitian ini, efektivitas yang dimaksud adanya daya guna dan membawa hasil guna dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

26 9 dengan menggunakan media 3 In 1 dimana akan mendorong peserta didik lebih termotivasi dalam belajar yang nantinya dapat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik. (2) Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang peserta didik yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda (Isjoni, 2010: 83). Pelaksanaan model pembelajaran TGT terdiri 5 komponen yaitu presentasi kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim (Slavin, 2011: 163) (3) Media 3 in 1 Media 3 in 1 yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alat untuk menyampaikan informasi pengajaran dalam bentuk 3 media yaitu media presentasi dengan menggunakan software adobe flash CS3, alat peraga matematika, dan kartu berpasangan yang akan digunakan dalam waktu bersamaan pada pembelajaran matematika. Media presentasi yang berisi pemaparan materi dan media interaktif tersebut dibuat dengan menggunakan software adobe flash CS3. Alat peraga yang digunakan berupa benda riil. Alat peraga tersebut dibuat sesuai dengan materi kesebangunan yaitu bentuk bangun-bangun yang saling sebangun. Sedangkan kartu berpasangan merupakan bagian dari metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan. Kartu berpasangan ini berupa kartu yang berbentuk

27 10 bangun-bangun datar yang di dalamnya ada pasangan bangun yang saling sebangun. Di mana nantinya peserta didik melakukan proses belajar mengajar dengan melihat, memperagakan, serta mempraktikan media. (4) Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang diselenggarakan guru untuk membelajarkan peserta didik guna memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan matematika. Pembelajaran matematika dalam penelitian ini adalah kegiatan penyampaian materi oleh guru kepada peserta didik melalui penggunaan media 3 in 1, yang bertujuan agar peserta didik lebih termotivasi untuk belajar matematika. (5) Peserta didik Kelas IX Kelas IX di SMP N 13 Semarang yang berjumlah 8 kelas dengan jumlah peserta didik 251. Pada kelas IX untuk mata pelajaran matematika diampu oleh tiga orang Guru. Guru I mengampu kelas IX A, IX B, IX C, IX D, guru II mengampu kelas IX E, IX F dan IX G, dan guru III mengampu kelas IX H. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diuraikan sebagai berikut Bagi Peserta Didik (1) Memperoleh suasana baru dalam belajar. (2) Meningkatkan kemandirian, daya imajinasi, dan kreativitas peserta didik. (3) Meningkatkan kemampuan dalam pemecahan masalah dengan mengkombinasikan antara apa yang mereka dapat dari sekolah dengan apa yang mereka dapat dari pengalaman.

28 11 (4) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan yang telah dimilikinya melalui pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan menggunakan media 3 In 1 sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. (5) Terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan, di mana peserta didik dapat lebih menyerap materi yang berupa pengetahuan Bagi Guru (1) Memberikan masukan kepada guru bahwa model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan menggunakan media 3 In 1 dapat dipakai dalam proses pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran matematika. (2) Memberikan motivasi bagi guru untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran melalui kreativitas dengan pemilihan berbagai model & media pembelajaran Bagi Penulis (1) Dapat menambah pengalaman dan rasa kepedulian terhadap dunia pendidikan. (2) Memberikan motivasi untuk menjadi guru yang profesional Bagi Sekolah (1) Digunakan sebagai masukan dalam usaha meningkatkan prestasi belajar peserta didik. (2) Melahirkan output peserta didik yang berkualitas, terampil, dan ahli dalam bertindak yang berdampak pada peningkatan kualitas sekolah.

29 Sistematika Penulisan Skripsi Secara garis besar sistematika skripsi ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir yang masing-masing diuraikan sebagai berikut Bagian Awal Skripsi Berisi judul, pernyataan, lembar pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran, dan daftar tabel Bagian Isi Skripsi BAB 1 Pendahuluan Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB 2 Landasan Teori Berisi uraian teoritis atau teori-teori yang mendasari pemecahan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan judul skripsi dan rumusan hipotesisnya. BAB 3 Metode Penelitian Berisi tentang jenis penelitian, penentuan obyek penelitian, variabel penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis uji coba instrumen, dan metode analisis data. BAB 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan Berisi semua hasil penelitian dan pembahasannya. BAB 5 Penutup Berisi simpulan dan saran-saran.

30 Bagian Akhir Skripsi Berisi daftar pustaka yang menuliskan informasi tentang semua buku sumber dan literatur lainnya yang digunakan dalam penulisan skripsi ini serta lampiran-lampiran berupa instrumen penelitian, hasil perhitungan-perhitungan statistik, dan ijin penelitian.

31 14 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan proses kegiatan yang penting bagi setiap orang. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya (Suprijono, 2010: 3). Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2003: 28). Menurut Gagne (Suprijono, 2010: 2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Amri dan Ahmadi, 2010: 89). Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan peserta didik, bukan dibuat untuk peserta didik. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar (Isjoni, 2010: 14). Belajar dan pembelajaran memegang peranan penting dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar dan pembelajaran, 14

32 15 seseorang mampu memahami bahwa belajar dan pembelajaran memegang peranan penting dalam kehidupan. Pengertian belajar dan pembelajaran sudah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Merupakan hal yang wajar bila definisi-definisi yang dikemukakan para ahli tersebut berbeda-beda karena masing-masing ahli diwarnai oleh aliran yang diikutinya dan dari sudut pandang yang tidak sama. Hal ini justru sangat menguntungkan karena semakin banyak wawasan dan pengetahuan tentang pengertian belajar. Berdasarkan uraian tersebut, belajar diberi batasan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan yang relatif konstan dan berbekas sebagai hasil dari latihan dan pengalaman individu itu sendiri dan interaksinya dengan lingkungan yaitu membangun suatu pemahaman berdasarkan pengetahuanpengetahuan atau ide-ide yang relevan. Pembelajaran diberi batasan sebagai usaha individu menciptakan keadaan agar dapat berinteraksi secara optimal dengan individu lain dan lingkungan untuk membantu tercapainya tujuan belajar Teori Belajar Dalam mencapai tujuan pembelajaran, kualitas dan kompetensi pembelajaran juga perlu ditingkatkan. Untuk tujuan tersebut guru perlu mempelajari berbagai teori belajar dan meninjau secara kritis manfaatnya dalam pembelajaran. Beberapa tokoh telah mengemukakan teori-teori tentang belajar antara lain sebagai berikut.

33 Teori Belajar Piaget Menurut Jean Piaget (dalam Trianto, 2010: 70), seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa, yaitu tahap sensorimotor, pra operasional, operasi kongkrit, dan operasi formal. Tiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan-kemampuan intelektual baru yang memungkinkan orang memahami dunia dengan cara yang semakin kompleks. Perkembangan sebagian bergantung pada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan berinteraksi aktif dengan lingkungan. Selanjutnya menurut Piaget (dalam Trianto, 2010: 72) bahwa anak membangun sendiri skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya. Di sini peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sebagai pemberi informasi. Guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang memadai agar peserta didik dapat menemukan pengalaman-pengalaman nyata dan terlibat langsung dengan alat dan media. Beberapa implikasi teori piaget dalam pembelajaran, menurut Slavin (dalam Trianto, 2010: 73) sebagai berikut. 1) Memfokuskan pada proses berpikir anak, tidak sekedar pada produknya. 2) Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. 3) Penerimaan perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan. Bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya pada kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu, guru harus melakukan upaya khusus untuk lebih menata kegiatan-kegiatan kelas untuk individu-individu dan kelompok-kelompok kecil anak-anak daripada

34 17 kelompok klasikal. Mengutamakan peran peserta didik dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dari implikasi teori Piaget di atas, jelaslah guru harus mampu menciptakan keadaan peserta didik yang mampu untuk belajar sendiri. Artinya, guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar kepada peserta didik, tetapi guru dapat membangun peserta didik yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Implementasi teori belajar Piaget pada pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan menggunakan media 3 In 1 ditunjukkan melalui sebuah pembelajaran yang mampu membuat peserta didik belajar dan terlibat aktif dalam pembelajaran Teori Belajar Vygotsky Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam psikologi perkembangan. Teori Vygotsky menekankan pada hakikat sosiokultural dan pembelajaran. Menurut Vygotsky (Trianto. 2010: 76) bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugastugas tersebut berada dalam zone of proximal development. zone of proximal development adalah perkembangan sedikit di atas perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky (dalam Trianto. 2010: 76) yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerja sama antar individu, sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individi tersebut.

35 18 Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah scaffolding. Scaffolding berarti memberikan sejumlah besar bantuan kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dan dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan peserta didik dapat mandiri. Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pembelajaran sains. Pertama, dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antarpeserta didik, sehingga peserta didik dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing zone of proximal development. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan scaffolding sehingga peserta didik semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri (Trianto, 2010: 77). Dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan menggunakan media 3 in 1, implikasi dari teori Vygotsky yaitu susunan kelas yang berbentuk pembelajaran kooperatif dan memunculkan strategi pemecahan masalah yang efektif serta tanggung jawab peserta didik dalam pembelajaran Teori Belajar Bruner Jeome Bruner, seorang ahli psikologi Havard adalah salah seorang pelopor pengembangan kurikulum terutama dengan teori yang dikenal dengan pembelajaran penemuan (inkuiri). Teori Bruner yang selanjutnya disebut

36 19 pembelajaran penemuan (inkuiri) adalah salah satu model pengajaran yang menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur materi (ide kunci) dari suatu ilmu yang dipelajari, perlunya belajar aktif sebagai dasar pemahaman sebenarnya, dan nilai dari berfikir secara induktif dalam belajar (pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi). Menurut Bruner ( Trianto, 2010: 79), belajar akan lebih bermakna bagi peserta didik jika mereka memusatkan perhatiannya untuk memahami struktur materi yang dipelajari. Untuk memperoleh informasi, peserta didik harus aktif di mana mereka harus mengidentifikasi sendiri prinsip-prinsip kunci daripada hanya sekedar menerima penjelasan dari guru. Oleh karena itu, guru harus memunculkan masalah yang mendorong peserta didik untuk melakukan kegitan penemuan. Aplikasi ide-ide Bruner dalam pembelajaran menurut Woolfolk (Trianto, 2010: 80) digambarkan sebagai berikut: (1) memberikan contoh dan bukan contoh dari yang dipelajari; (2) membantu peserta didik mencari hubungan antara konsep; (3) mengajukan pertanyaan dan membiarkan peserta didik menemukan sendiri jawabannya; (4) mendorong peserta didik untuk membuat dugaan yang bersifat intuitif. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan menggunakan media 3 in 1, implikasi dari teori Bruner yaitu dengan menggunakan media 3 In 1 peserta didik mampu menemukan dan mengidentifikasi sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya Teori Belajar Van Hiele Dalam pengajaran geometri terdapat teori belajar yang dikemukakan Van Hiele, yang menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak dalam geometri.

37 20 Menurut Van Hiele (Suherman, 2003: 51), tiga unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu, materi pengajaran, dan metode pengajaran yang diterapkan. Jika ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berfikir anak kepada tingkatan berfikir yang lebih tinggi. Van Hiele (Suherman, 2003: 51) menyatakan bahwa terdapat 5 tahap belajar anak dalam belajar geometri, yaitu: tahap pengenalan, tahap analisis, tahap pengurutan, tahap deduksi, dan tahap akurasi yang akan diuraikan sebagai berikut. 1) Tahap pengenalan (visualisasi) adalah tahap di mana anak mulai belajar mengenai suatu bentuk geometri secara keseluruhan, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya. 2) Tahap analisis yaitu tahap di mana anak sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki benda geometri yang diamatinya. 3) Tahap pengurutan (deduksi informal) yaitu tahap di mana pemahaman anak lebih meningkat lagi dari sebelumnya yang hanya mengenal bangun-bangun geometri beserta sifat-sifatnya, pada tahap ini anak sudah mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya. 4) Tahap deduksi adalah tahap di mana anak sudah dapat memahami deduksi, yaitu mengambil kesimpulan secara deduktif dengan menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus. Anak pada tahap ini telah mengerti pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan, di samping unsur-unsur yang didefinisikan aksioma atau masalah, dan teorema.

38 21 5) Tahap akurasi yaitu tahap terakhir dari perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri, pada tahap ini anak sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian Pembelajaran Kooperatif Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran (Isjoni, 2010: 14). Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2010: 15), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans (dalam Isjoni, 2010: 15) mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberikan dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Berdasarkan pengertian di atas belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi peserta didik berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat. Beberapa ahli

39 22 menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu peserta didik memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif, peserta didik terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajarnya Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Nurhadi & Senduk serta Lie (dalam Wena, 2009: 190) ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) Saling ketergantungan positif Dalam sistem pembelajaran kooperatif, guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana belajar yang mendorong agar peserta didik merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan antara peserta didik satu dengan peserta didik yang lain inilah yang disebut saling ketergantungan positif. 2) Interaksi tatap muka Menurut Nurhadi & Senduk (dalam Wena, 2009: 191), interaksi tatap muka menuntut para peserta didik dalam kelompok saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya guru, tetapi juga dengan sesama peserta didik.

40 23 3) Akuntabilitas individual Untuk mencapai tujuan kelompok (hasil belajar kelompok), setiap peserta didik (individu) harus bertanggung jawab terhadap penguasaan materi pembelajaran secara maksimal, karena hasil belajar kelompok didasari atas rata-rata nilai kelompok. Kondisi belajar yang demikian akan mampu menumbuhkan tanggung jawab (akuntabilitas) pada masing-masing individu peserta didik. 4) Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi Dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk membimbing peserta didik agar dapat berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi antaranggota kelompok. Oleh karena itu, peserta didik yang tidak dapat menjalin hubungan antarpribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga teguran sesama peserta didik. Dengan adanya teguran tersebut peserta didik secara perlahan dan pasti akan berusaha menjaga hubungan antarpribadi. Menurut Lie dalam Wena (2009:192) ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif, yaitu (a) pengelompokan, (b) semangat pembelajaran kooperatif, dan (c) penataan ruang kelas. Ketiga faktor tersebut harus diperhatikan dan dijadikan pijakan dasar oleh guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kelas Tujuan Pembelajaran Kooperatif Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al. (dalam Isjoni, 2010: 39-41), yaitu:

41 24 1) Hasil belajar akademik Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi peserta didik atau tugas-tugas akademis lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu peserta didik memahami konsep-konsep sulit. 2) Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi peserta didik dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling ketergantungan pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 3) Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada peserta didik keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki oleh para peserta didik sebagai masyarakat, bangsa, dan negara, karena mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang semakin kompleks. Peserta didik yang terlibat dalam pambelajaran kooperatif dapat bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama. Peserta didik akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

42 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Terdapat enam langkah utama dalam pembelajaran kooperatif. Langkahlangkah tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Fase Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik Fase 2 Menyajikan informasi Fase 3 Mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase 5 Evaluasi Fase 6 Memberikan penghargaan Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif Kegiatan Guru Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik agar rajin belajar. Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan cara mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga memberikan kesempatan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja mereka. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Sumber: Ibrahim (2000: 10) Dalam pelaksanaan pembelajaran guru dapat melakukan melalui berbagai berbagai model pembelajaran. Guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Terdapat beberapa variasi model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan, yaitu di antaranya: 1) Student Teams Achievement Division (STAD), 2) Jigsaw, 3) Teams Games Tournament (TGT), 4) Group Investigation (GI), 5) Rotating Trio Exchange, dan 6)Group Resume (Isjoni, 2010: 73).

43 Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang peserta didik yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda (Isjoni, 2010: 83). Secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal: TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuiskuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para peserta didik berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka (Slavin, 2011: 163). Sedangkan menurut Devries, Mescon & Shackman dalam (Wyk, 2010 : 33) yaitu: Teams-Games-Tournaments were originally developed by David DeVries and Keith Edwards at the University of Johns Hopkins as a cooperative learning method. It uses the same teacher presentations and team work as in STAD, but replaces the quizzes with weekly tournaments, in which students play academic games with members of other teams to contribute points to their team scores. Tim-Games-Tournaments awalnya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards di Universitas Johns Hopkins sebagai metode pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran ini menggunakan presentasi guru dan kerja tim seperti dalam STAD, tetapi menggantikan kuis dengan turnamen mingguan, di mana peserta didik memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk berkontribusi poin bagi skor tim mereka. Pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari beberapa komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim.

44 27 (1) Presentasi Kelas Materi dalam TGT mula-mula diperkenalkan melalui presentasi di dalam kelas. Presentasi ini paling sering menggunakan pengajaran langsung atau diskusi yang dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual (Slavin, 2011: 143). Pada saat presentasi kelas ini peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok, games/turnamen. (2) Tim Tim terdiri dari empat atau lima peserta didik yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa bekerja dengan baik saat game/turnamen (Salvin, 2010: 144). (3) Game Gamenya terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi yang dirancang untuk menguji pengetahuan peserta didik yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. (4) Turnamen Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu, setelah guru memberikan presentasi di

45 28 kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. pada turnamen pertama, guru menunjuk peserta didik untuk berada dalam meja turnamen dengan ketentuan meja 1 ditempati oleh peserta didik berprestasi tertinggi di masing-masing tim, pada meja 2 ditempati oleh peserta didik berikutnya, dan seterusnya. Gambar 2.1 mengilustrasikan hubungan antara tim heterogen dan meja turnamen homogen. Tim A A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Rata-rata Rata-rata Rendah Meja Turnamen Meja Turnamen Meja Turnamen Meja Turnamen B-1 B-2 B-3 B-4 Tinggi Rata-rata Rata-rata Rendah Tim B C-1 C-2 C-3 C-4 Tinggi Rata-rata Rata-rata Rendah Tim C Gambar 2.1 Distribusi Peserta Didik dalam Turnamen (Slavin, 2011: 168) (5) Rekognisi Tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim peserta didik dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka. Pembelajaran kooperatif tipe TGT dilakukan dengan langkah kegiatan yang dideskripsikan sebagai berikut.

46 29 (1) Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok atau tim heterogen (masing-masing terdiri dari 4 sampai 5 orang), menentukan tempat diskusi kelompok, dan meminta tiap kelompok menentukan ketua kelompok. (2) Guru membagikan Lembar Kerja dan kuncinya pada ketua kelompok dan meminta ketua kelompok membagikan pada anggotanya (sebuah lembar kerja dipergunakan 2-3 peserta didik). (3) Berdasarkan kehidupan sehari-hari, guru mengarahkan peserta didik untuk dapat memberikan contoh benda-benda yang berhubungan dengan materi. (4) Guru meminta peserta didik mendiskusikan materi yang terdapat pada Lembar Kerja bersama dengan kelompoknya. (5) Selama diskusi, guru memantau kegiatan peserta didik dan memperbolehkan peserta didik bertanya pada guru apabila ada masalah dan guru membantu secara proporsional setelah peserta didik dalam kelompok tersebut tidak mampu menanganinya sendiri. (6) Guru memberikan contoh dan latihan soal. (7) Guru memberikan games pada akhir pembelajaran. (8) Guru memberikan turnamen pada akhir pekan. Awali turnamen dengan menentukan tempat meja turnamen, menjelaskan peraturan turnamen, dan meminta tiap kelompok mengirimkan wakilnya pada masing-masing meja turnamen. (9) Guru membagikan soal masing-masing meja turnamen, kemudian memberikan instruksi mengerjakan soal (turnamen 1).

47 30 (10) Guru mengoreksi jawaban soal turnamen 1, memberikan pengaturan skor, dan mengingatkan perpindahan untuk skor tertinggi dan terendah. (11) Guru membagikan soal masing-masing meja turnamen, kemudian memberikan instruksi mengerjakan soal (turnamen 2). (12) Guru mengoreksi jawaban soal turnamen 2, memberikan pengaturan skor, dan mengingatkan perpindahan untuk skor tertinggi dan terendah. Banyaknya turnamen menyesuaikan alokasi waktu pembelajaran. (13) Guru meminta peserta didik kembali pada teman-teman sekelompok, menghitung skor kelompok, dan meminta hasil skor kelompok. (14) Guru bertanya apakah ada soal yang sulit, jika ada guru meminta salah satu peserta didik untuk maju mengerjakannya. (15) Guru mengumumkan kelompok dengan skor tertinggi dan memintanya maju untuk menerima reward Hasil Belajar Menurut Abdurrahaman (Jihad, 2008: 14) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Peserta didik yang berhasil dalam belajar adalah peserta didik yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Menurut Benjamin S. Bloom tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut A.J. Romizowski hasil belajar merupakan keluaran (Outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input).

48 31 Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance)(jihad, 2008: 14). Menurut Jarolimek dan Foster (dalam Dimyati, 2002: 202) tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi, serta pengembangan keterampilan intelektual. Taksonomi atau penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom, mengemukakan adanya 6 (enam) kelas/tingkat yaitu: (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) penggunaan/ penerapan, (4) analisis, (5) sintesis, dan (6) evaluasi. Menurut Davies, Jarolimek dan Foster (dalam Dimyati, 2002: 205), tujuan ranah afektif berhubungan dengan hierarki perhatian, sikap, penghargaan, nilai, perasaan, dan emosi. Kratwohl, Bloom, dan Masia mengemukakan taksonomi tujuan ranah afektif sebagai berikut: (1) menerima, (2) merespon, (3) menilai, (4) mengorganisasi, dan (5) karakterisasi (dalam Dimyati, 2002: ). Sedangkan ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan, motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi badan (Davies dalam Dimyati, 2002:207). Kibler, Barket, dan Miles (dalam Dimyati, 2002:207) mengemukakan taksonomi ranah tujuan psikomotorik sebagai berikut: (1) gerakan tubuh yang mencolok, (2) ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, (3) perangkat komunikasi nonverbal, dan (4) kemampuan berbicara. Hasil belajar dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan peserta didik dalam belajar dan tolak ukur sistem pembelajaran yang diberikan guru. Proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus dapat tercapai. Untuk mengetahui tercapai atau tidak dari tujuan tersebut, guru dapat mengadakan

49 32 tes setiap selesai menyajikan materi yang diberikan pada peserta didik. Dari hasil tes inilah dapat diketahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi teknologi dan komunikasi pendidikan (Association of Education and Communi-cation Technology /AECT) di Amerika membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik dan dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar (Sadiman dkk, 2011:6). Menurut Reid dalam (Reeves, 1998: 1), yaitu: Media has many definitions ranging from a particular form of communication as in print versus video to the industry that provides news and entertainment as in the media. For the purposes of this report, media is defined as all means of communication, whatever its format. In this sense, media include symbol systems as diverse as print, graphics, animation, audio, and motion pictures. Media memiliki banyak definisi mulai dari "bentuk khusus komunikasi" seperti dalam "cetak dibandingkan video" untuk "industri yang menyediakan berita dan hiburan" seperti dalam "media." Untuk tujuan laporan ini, media

50 33 didefinisikan sebagai "semua sarana komunikasi, apapun formatnya". Dalam pengertian ini, media termasuk sistem simbol yang beragam seperti cetak, grafis, animasi, audio, dan gambar gerak. Asosiasi Pendidikan Nasional (Nasional Education Association / NEA) memberikan pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercatat maupun audiovisual serta perantaranya. Media dirancang untuk dapat dimanipulasi, dilihat, didengar dan dibaca. Apapun batasan yang diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman dkk, 2011:7). Tujuan pemanfaatan media adalah untuk menciptakan komunikasi yang baik antara guru dan peserta didik. Menurut Waluyo dalam Sugiarto (2009: 8), prinsip pemanfaatan media adalah theright aid at the right time in the right place in the right manner merupakan kunci pemanfaatan media yang dapat meningkatakan kualitas komunikasi antara guru dan peserta didik yang akhirnya meningkatkan efektivitas pembelajaran. Menurut Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2005:19), media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu: (1) memotivasi minat dan tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi. Sudjana Rivai dalam Arsyad (2005:24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar peserta didik, yaitu:

51 34 (1) pengajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. (2) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. (3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran. (4) peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain Macam-macam media dilihat dari jenisnya yaitu sebagai berikut. (1) Media auditif Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja seperti radio, casette recorder, piringan hitam. (2) Media visual Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan seperti film strip, slides, foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. (3) Media audiovisual Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. (Djamarah, 2002: 141).

52 Media 3 In 1 Media 3 In 1 adalah media yang terdiri dari tiga macam media yaitu media animasi flash, alat peraga matematika, dan kartu berpasangan di mana tiga media ini akan digunakan dalam satu waktu pembelajaran. Untuk penjelasan masing-masing media adalah sebagai berikut Media Presentasi dengan Memanfaatkan Animasi Flash Animasi menurut Thalmami (Budianto, 2011) animasi berasal dari kata 'to animate' yang berarti menggerakkan. menghidupkan. Animasi adalah proses penciptaan efek gerak atau efek perubahan bentuk yang terjadi selama beberapa waktu. Animasi juga merupakan suatu teknik menampilkan gambar berurut sedemikian rupa sehingga penonton merasakan adanya ilustrasi gerakan (motion) pada gambar yang ditampilkan. Animasi adalah proses penciptaan efek gerak atau efek perubahan bentuk yang terjadi selam beberapa waktu. Animasi bisa berupa gerak sebuah objek dari tempat yang satu ke tempat yang lain, perubahan warna, atau perubahan bentuk (Salim, 2005: 1). Media presentasi yang berupa animasi digunakan untnk menarik perhatian para peserta presentasi terhadap materi yang disampaikan oleh narasumber. Penambahan animasi pada media presentasi membawa suasana presentasi menjadi tidak kaku. Penambahan animasi diharapkan dapat tercapai penyampaian infoimasi atau terjadinya komunikasi yang baik dalam kegiatan presentasi. Aplikasi multimedia pendidikan antara lain sebagai perangkat lunak pengajaran, memberikan fasilitas peserta didik untuk belajar. Menurut Davies & Crowther (Suyanto, 2005: 340) penggunaan perangkat lunak multimedia dalam

53 36 proses belajar mengajar akan meningkatkan efisiensi, meningkatkan motivasi, memfasilitasi belajar aktif, memfasilitasi belajar eksperimental, konsistensi dengan belajar yang berpusat pada peserta didik, dan memandu untuk belajar lebih baik. Dalam penelitian ini, media presentasi yang berisi pemaparan materi dan media interaktif dibuat dengan menggunakan software adobe flash CS3. Adobe flash CS3 (dahulu bernama macromedia flash) adalah hasil akuisi dilakukan oleh Adobe oleh macromedia yang salah satu perangkat lunak komputer yang merupakan produk unggulan adobe sistems. Adobe flash memiliki kemampuan untuk membuat animasi mulai dari yang sederhana hingga kompleks. Adobe flash dapat menggabungkan gambar, suara, dan video ke dalam animasi yang dibuat. Berkas yang dihasilkan dari perangkat lunak ini mempunyai file extension.fla. file ini kemudian dapat dipublikasikan sehingga dihasilkan file.swf. file.swf inilah yang menjadi file final berisi animasi. File.swf harus dimainkan menggunakan softwere khusus, salah satunya flash player yang sudah terintegrasi pada saat instalasi program adobe flash CS3. Pramono Andi (dalam Husril, 2011) menyatakan bahwa Adobe Flash CS3 adalah satu software dari perusahaan adobe, Inc. yang banyak diminati oleh kebanyakan orang karena kehandalannya yang mampu mengerjakan segala hal yang berkaitan untuk pembuatan film kartun, banner iklan, web site, presentasi, game, dan lain sebagainya. Selain itu flash juga dapat dikombinasikan dengan program yang lain, misalnya grafis seperti AutoCAD, Photoshop, Camtasia dan lain sebagainya. Selain itu flash juga dapat dikombinasikan dengan bahasa

54 37 pemrograman, seperti ASP, PHP, dan sebagainya. Menurut Nugraha (dalam Husril, 2011) Kehandalan adobe flash CS3 dibandingkan dengan program lain adalah dalam hal ukuran file dari hasil animasinya yang kecil, untuk animasi yang dihasilkan oleh program adobe flash CS3 banyak digunakan untuk membuat sebuah web agar menjadi tampil lebih interaktif Alat Peraga Matematika Pada dasarnya anak belajar melalui benda/objek kongkrit. Untuk memahami konsep abstrak anak memerlukan benda-benda kongkrit (riil) sebagai perantara atau visualisasinya. Konsep abstrak yang baru dipahami peserta didik itu akan mengendap, melekat, dan tahan lama bila peserta didik belajar melalui perbuatan dan dapat dimengerti peserta didik, bukan hanya melalui mengingatingat fakta (Suherman, 2003: 243). Dalam pembelajaran matematika sering digunakan alat peraga karena dengan menggunakan alat peraga proses belajar mengajar termotivasi baik bagi peserta didik maupun guru, konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk kongkrit, dan hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda alam di sekitar akan lebih dapat dipahami. Alat peraga itu dapat berupa benda riil, gambarnya atau diagramnya. Keuntungan alat peraga benda riil adalah benda-benda itu dapat dipindahpindahkan (dimanipulasikan), sedangkan kelemahannya tidak dapat disajikan dalam tulisan (Suherman, 2003:244). Dalam penelitian ini, alat peraga yang digunakan berupa benda riil. Alat peraga tersebut dibuat sesuai dengan materi kesebangunan yaitu bentuk bangun-bangun yang saling sebangun.

55 Kartu Berpasangan Kartu berpasangan merupakan bagian dari metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan. Kartu berpasangan digunakan untuk meningkatkan partisipasi dan keaktifan peserta didik di dalam kelas. Penerapan teknik mencari pasangan ini dimulai dari peserta didik disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum batas waktunya. Peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Teknik pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Loma Curran (dalam Kartiwi, 2011). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Dalam teknik pembelajaran dengan menggunakan kartu berpasangan ini, semua peserta didik diharapkan dapat belajar aktif, teliti, cermat, dan dapat memahami suatu konsep materi pelajaran dalam suasana menyenangkan. Teknik make a match (mencari pasangan) bertujuan untuk memperluas wawasan, kecermatan, dan kemampuan bekerja sama antar peserta didik pada pelajaran matematika materi kesabangunan kelas IX. Media kartu berpasangan dalam penelitian ini berupa kartu yang berbentuk bangun-bangun datar di mana setiap kelompok diberikan dua amplop yang masing-masing berisikan kartu soal dan kartu jawaban. Setiap kelompok harus mencari jawaban dengan tepat yaitu bangun datar yang saling sebangun. Sehingga dengan menggunakan kartu berpasangan ini diharapkan peserta didik secara aktif dan cermat dalam mencari pasangan bangun-bangun yang sebangun serta mampu memahami konsep tentang kesebangunan.

56 Materi Kesebangunan Kesebangunan Bangun Datar D A H G C 4 cm 2 cm 4 cm B E 8 cm F Gambar 2.2 Persegi Panjang yang Sebangun Perhatikan Gambar 2.2, Pada persegi panjang ABCD dan persegi panjang EFGH, perbandingan panjangnya adalah 4 : 8 = 1 : 2. Adapun perbandingan lebarnya adalah 2 : 4 = 1 : 2. Dengan demikian, perbandingan sisi sisi yang bersesuaian pada kedua persegi panjang tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut. Kemudian, perhatikan sudut-sudut yang bersesuaian pada persegi panjang ABCD dan persegi panjang EFGH. Oleh karena keduanya berbentuk persegi panjang, setiap sudut besarnya 90 sehingga sudut-sudut yang bersesuaian pada kedua bangun tersebut sama besar. Artinya kedua persegi panjang tersebut memiliki sisi-sisi yang bersesuaian dan sebanding sedangkan sudut-sudut yang bersesuaian sama besar. Oleh karena itu, persegi panjang ABCD dan persegi panjang EFGH dikatakan sebangun. Jadi, dua atau lebih bangun dikatakan sebangun jika memenuhi syaratsyarat sebagai berikut. 1. Panjang sisi-sisi yang bersesuaian pada bangun-bangun tersebut memiliki perbandingan yang senilai. 2. Sudut-sudut yang bersesuaian pada bangun-bangun tersebut sama besar.

57 Kesebangun pada Segitiga C 1 C a 1 O b A c a B b 1 c 1 B 1 A 1 Gambar 2.3 Perbesaran segitiga ABC sebesar 2x terhadap titik O adalah bangun hasil dari (segitiga asli) setelah diperbanyak 2x dengan titik pusat O sehingga : 1. a : a 1 = b : b 1 = c : c 1 2. Sudut-sudut tidak berubah jika dikalikan artinya sudut-sudut pada segitiga asli sama dengan sudut-sudut pada segitiga hasil 3. ( ) Definisi Dua segitiga disebut sebangun jika segitiga yang satu dapat dikalikan sedemikian sehingga hasilnya sama dan sebangun dengan segitiga yang lain. Teorema 1. Dua segitiga sebangun jika ketiga sisi segitiga yang satu sebanding dengan ketiga sisi yang bersesuaian dari segitiga yang kedua. (S S S) 2. Dua segitiga sebangun jika dua sudut dari segitiga yang satu sama dengan dua sudut dari segitiga yang lain. (Sd Sd)

58 41 3. Dua segitiga sebangun jika dua segitiga yang satu sebanding dengan dua sisi segitiga yang kedua dan sudut apit kedua sisi itu sama. (S Sd S) 4. Dua segitiga sebangun, jika kedua segitiga itu siku-siku sedangkan sisi miring dan sebuah sisi siku-siku dari segitiga yang satu sebanding dengan sisi miring dan sisi siku-siku dari segitiga yang lain. (S Sm) Menghitung Panjang Sisi pada Bangun yang Sebangun Pada segitiga sembarang C F A B D Gambar 2.4 Segitiga ABC sebangun dengan segitiga DEF E Perhatikan Gambar 2.4, karena ketiga sudut yang bersesuaian antara dan besarnya sama maka. Sehingga: Pada dua segitiga yang memiliki sepasang sisi yang sejajar C D E A B Gambar 2.5 Segitiga yang memiliki sepasang sisi sejajar Perhatikan Gambar 2.5, Lihat segitiga dan Diperoleh: (Sudut Sehadap) (Sudut Sehadap) (Sudut Berimpit)

59 42 Sehingga Akibatnya Sisi-sisi sejajar pada segitiga terpancung D C E G F A H B Gambar 2.6 Sisi-sisi sejajar pada segitiga terpancung Perhatikan Gambar 2.6, Bangun datar ABCD merupakan Segitiga terpancung yang memiliki garis-garis sejajar yaitu. Sehingga untuk mencari panjang garis EF dibuat garis bantu DH dimana. Sehingga HB = GF =DC Lihat segitiga dan Diperoleh: (Sudut Sehadap) (Sudut Sehadap) (Sudut Berimpit) Sehingga Akibatnya Diperoleh

60 43 Maka ( ) ( ) ( ) ( ) Jadi Pada segitiga siku-siku C D A B Gambar 2.7 Kesebangunan pada segitiga siku-siku Perhatikan Gambar 2.7, Lihat, dan merupakan segitiga siku-siku.

61 44 Lihat dan (Sudut Siku-siku) (Berimpit) Pada Pada Karena sehingga mengakibatkan = Sehingga Akibatnya Diperoleh Lihat dan (Sudut Siku-siku) (Berimpit) Pada Pada Karena sehingga mengakibatkan =

62 45 Sehingga Akibatnya Diperoleh Lihat dan (Sudut Siku-siku) Karena = dan maka Karena = dan maka Sehingga Akibatnya Diperoleh BC, maka : Jadi, jika C merupakan segitiga siku-siku, siku-siku di A dan AD AD BD CD AC BC CD D AB BC BD A B

63 Kerangka Berfikir Geometri merupakan bagian dari materi matematika yang dinilai sulit dipahami oleh peserta didik. Peserta didik merasa kesulitan dalam memahami konsep materi geometri karena geometri itu merupakan materi matematika yang bersifat abstrak. Hal ini berdasarkan nilai ulangan harian materi kesebangunan peserta didik kelas IX tahun ajaran 2010/2011 di SMP Negeri 13 Semarang banyak yang tidak memenuhi KKM. Peserta didik sering mengalami hambatan dalam mencapai hasil belajar yang baik karena sebagian dari mereka kurang memahami konsep abstrak yang diajarkan oleh guru dan kurangnya minat peserta didik dalam pembelajaran matematika. Guru juga mengalami kesulitan dalam memilih model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik agar memperoleh hasil yang optimal. Selain itu, peserta didik kurang aktif dan cepat jenuh atau kurang berminat dalam proses pembelajaran matematika, sehingga hasil belajarnya kurang maksimal. Guru memerlukan model pembelajaran matematika yang sesuai agar peserta didik mencapai kompetensi dasar yang diharapkan dan proses pembelajaran berlangsung efektif dan optimal. Tidak ada suatu model pembelajaran yang paling baik diantara model yang lainnya. Masing-masing model mempunyai keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu, guru harus bisa memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga peserta didik mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain.

64 47 Guru perlu memperhatikan model pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Salah satunya adalah pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Unsur-unsur dasar yang harus diterapkan yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses, dan penghargaan untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) mempunyai beberapa tipe, salah satunya yaitu Teams Games Tournament (TGT). Penerapan model pembelajaran tipe ini adalah dengan cara mengelompokkan peserta didik secara heterogen, tugas setiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi setelah memperoleh tugas. Pembelajaran dalam TGT menekankan adanya kompetisi. Kompetisi dilakukan dengan membandingkan kemampuan antar anggota tim dalam suatu bentuk turnamen. Peserta didik dilatih berani mengemukakan pendapat, menghargai pendapat orang lain, bertanggung jawab, serta bersosialisasi dengan baik yang akan sangat bermanfaat bagi peserta didik dengan adanya kompetisi seperti ini. Untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang bersifat abstrak maka dibutuhkan suatu media yang dapat mengkongkritkan materi tersebut. Media 3 in 1 yang berarti penggunaan tiga media yang berbeda dalam satu waktu pembelajaran. Media tersebut merupakan gabungan dari beberapa media seperti media animasi flash (memvisualisasikan), alat peraga (mengkongkritkan), dan permainan kartu berpasangan (mengaplikasikan

65 48 pemahaman konsep ke dalam pemecahan masalah). Dengan adanya bantuan media ini diharapkan peserta didik bisa lebih mudah untuk memahami konsep materi yang bersifat abstrak dan tidak merasakan jenuh dalam pembelajaran matematika. Sehingga dengan model pembelajaran TGT dengan menggunakan media 3 in 1, peserta didik mampu memahami konsep dengan baik dan dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 in 1 maupun model pembelajaran ekspositori. 2.3 Hipotesis penelitian Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Hasil belajar peserta didik yang diterapkan model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 in 1 lebih baik dari model pembelajaran ekspositori. 2. Hasil belajar peserta didik dengan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan menggunakan media 3 In 1 lebih baik dari pada model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 maupun model pembelajaran ekspositori.

66 49 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian eksperimen. Desain eksperimen dalam penelitian ini mengacu pada desain kelompok kontrol pasca tes (posttest-only control design). Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok yang pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Kelompok eksperimen terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas pertama diberi perlakuan X 1 di mana dalam penelitian ini diterapkan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan menggunakan media 3 In 1 dan kelas ke 2 diberi perlakuan X 2 yaitu diterapkan pembelajaran model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1. Desain eksperimen dapat digambarkan sebagai berikut. Tabel 3.1 Desain Penelitian Postes Hanya Grup Kontrol dengan Random Subjek (Randomized Subjects Posttest Only Control Group Design) Kelompok Perlakuan Posttest (R) Eksperimen 1 X 1 Y 2 (R) Eksperimen 2 X 2 Y 2 (R) Kontrol K Y 2 (Sukardi, 2005: 185) Keterangan : X 1 : Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan menggunakan media 3 In 1. 49

67 50 X 2 : Penerapan pembelajaran model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1. K : Penerapan model pembelajaran ekspositori. Y 2 : Tes hasil belajar. 3.2 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 13 Semarang pada tanggal 26 Juli 2012 sampai 10 Agustus Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi kesebangunan. Penelitian dilaksanakan sebanyak enam kali pertemuan untuk kelas IX F (eksperimen 1) sedangkan kelas IX E (eksperimen 2) dan kelas IX G (kontrol) lima kali pertemuan. Enam pertemuan di kelas eksperimen 1 terdiri dari lima kali pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran model TGT dengan menggunakan media 3 In 1 dan 1 kali pertemuan untuk tes evaluasi. Pada kelas eksperimen 2 lima kali pertemuan tersebut terdiri dari empat kali pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran model ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 dan satu kali pertemuan digunakan untuk tes evaluasi. Sedangkan di kelas kontrol empat pertemuan untuk pelaksanaann pembelajaran model ekspositori dan satu kali pertemuan untuk tes evaluasi. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengambil data nilai rapor semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 sebagai data awal. 2. Berdasarkan data (1) ditentukan sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan teknik random sampling.

68 51 3. Menganalisis data awal pada sampel penelitian dengan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata menggunakan Anava. 4. Menyusun kisi-kisi tes. 5. Menyusun instrumen tes uji coba berdasarkan kisi-kisi. 6. Mengujicobakan intrumen tes pada kelas uji coba. 7. Menganalisis data hasil uji coba instrumen untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal. 8. Menentukan soal-soal yang memenuhi syarat berdasarkan data Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan menggunakan media 3 In 1 pada kelas eksperimen 1 dan rencana pelaksanaan model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 pada kelas eksperimen Melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen Melaksanakan tes hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 12. Menganalisis data hasil tes. 13. Menyusun hasil penelitian. 3.3 Metode Penentuan Subyek Penelitian Populasi Menurut Sugiyono (2011: 80), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IX SMP Negeri 13

69 52 Semarang tahun pelajaran 2012/2013, sebanyak 251 orang yang terbagi menjadi 8 kelas yaitu kelas IX A s.d IX H Sampel Menurut Sugiyono (2011: 81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pemilihan kelas sebagai sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling. Hal ini dilakukan setelah memperhatikan ciri-ciri relatif yang dimiliki kelas tersebut, yaitu peserta didik mendapatkan materi berdasarkan kurikulum yang sama dan pembagian kelas bukan berdasarkan rangking (tidak ada kelas unggulan) sehingga peserta didik sudah tersebar secara acak pada kelas yang telah ditentukan. Berdasarkan teknik tersebut dari 8 kelas yang terdiri dari kelas IX A, IX B, IX C, IX D, IX E, IX F, IX G, dan IX H di SMP Negeri 13 Semarang setelah diacak diperoleh 3 kelas sebagai sampel yaitu kelas IX F sebagai kelas eksperimen 1, kelas IX E sebagai kelas eksperimen 2, dan kelas IX G sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen 1 diberi perlakuan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan menggunakan media 3 In 1, kelas eksperimen 2 diberi perlakuan penerapan model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1, dan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran yang diterapkan pada sekolah tempat penelitian, yaitu dengan menggunakan pembelajaran ekspositori.

70 Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya vareiabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2011: 39). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah teknik penilaian pembelajaran Variabel Terikat Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011: 39). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah hasil belajar peserta didik materi kesebangunan. 3.5 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes. Menurut Arikunto (2003: 33), tes merupakan suatu alat pengumpul informasi. Jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Perlu disadari bahwa pemahaman, kemampuan, dan kreativitas yang dimiliki peserta didik tidak tergantung pada hasil tes, namun untuk mendeteksi kemampuan tersebut, tes merupakan alternatif terbaik. Menurut Arikunto (2003: 33), tes mempunyai fungsi ganda yaitu untuk mengukur kemampuan peserta didik dan untuk mengukur keberhasilan program pembelajaran. Pemberian tes pada penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data tentang pemahaman kemampuan kreativitas peserta didik bahasan hubungan antar sudut pada peserta didik yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Tes yang diberikan dalam bentuk uraian. Soal-soal tes tersebut dibuat berdasarkan

71 54 kurikulum mata pelajaran matematika SMP kelas IX dan disesuaikan dengan buku-buku yang relevan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian. Menurut Sudijono (2006: 102), tes uraian dapat digunakan untuk mengetahui seberapa dalam pemahaman peserta didik terhadap materi dan mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapatnya dengan bahasanya sendiri. 3.6 Analisis Instrumen Validitas Menurut Gay (dalam Sukardi, 2005: 121), Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas item adalah demikian sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total (Arikunto, 2003: 76). Sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas item soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus korelasi product moment yaitu : r xy N xy ( x)( y) N x 2 ( x) 2 N y 2 ( y ) 2 Keterangan : r xy = koefisien korelasi antara x dan y. N x y = banyaknya peserta didik = jumlah skor item = jumlah skor total

72 55 2 x y 2 xy = jumlah kuadrat skor item = jumlah kuadrat skor total = jumlah perkalian skor item dan skor total Hasil perhitungan dikonsultasikan atau disesuaikan dengan tabel, jika maka butir soal tersebut valid (Arikunto, 2003: 75). Dengan dapat diperoleh dari tabel harga kritik r pada lampiran 66 dengan = banyaknya subjek dan Reliabilitas Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilai (Sudjana, 1990: 16). Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur (Sukardi, 2005: 127). Untuk mengetahui reliabilitas tes bentuk uraian digunakan rumus Alpha sebagai berikut (Arikunto, 2003: 109). ( ( ) ) ( ) Keterangan: = reliabilitas yang dicari; = jumlah varians skor tiap-tiap butir soal; = varians total; = banyak subjek.

73 56 Dengan diperolehnya sebenarnya baru diketahui tinggi rendahnya koefisien tersebut, agar lebih sempurnanya perhitungan reliabilitas sampai pada kesimpulan, sebaiknya hasil tersebut dikonsultasikan atau disesuaikan dengan tabel product moment. Jika maka soal tersebut reliabel. Dengan dapat diperoleh dari tabel harga kritik r pada lampiran 66 dengan (banyaknya subjek) dan Taraf Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauan (Arikunto, 2003: 207). Menurut Arifin (2009, 135), langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan tingkat kesukaran (difficulty index) antara lain. 1) Menghitung rata-rata untuk tiap butir soal dengan rumus. 2) Menghitung tingkat kesukaran dengan rumus. ( ) 3) Membandingkan tingkat kesukaran dengan kriteria sebagai berikut: P = 0,00 0,30 : sukar; P = 0,31 0,70 : sedang; P = 0,71 1,00 : mudah. 4) Membuat penafsiran tingkat kesukaran dengan cara pembandingan koefisien

74 57 tingkat kesukaran dengan kriteria. Soal-soal yang dianggap baik yaitu soal-soal sedang yang mempunyai taraf kesukaran 0,30 sampai 0,70 (Arikunto, 2003: 210) Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan daya pembeda menurut Arifin (2009, 133) antara lain. 1) Menghitung jumlah skor total tiap peserta didik. 2) Mengurutkan skor dari skor terbesar sampai skor terkecil. 3) Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. 4) Menghitung rata-rata untuk masing-masing kelompok. 5) Menghitung daya pembeda dengan rumus: Keterangan: : daya pembeda; : rata-rata kelompok atas; : rata-rata kelompok bawah. 6) Membandingkan daya beda dengan kriteria sebagai berikut: 0,40 ke atas : sangat baik; 0,30 0,39 : baik; 0,20 0,29 : cukup, soal perlu perbaikan; 0,19 ke bawah : kurang baik, soal harus dibuang. 3.7 Analisis Data Awal

75 58 Analisis data awal dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata dengan Anava pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang digunakan adalah nilai rapor semester genap kelas VIII SMP Negeri 13 Semarang tahun ajaran 2011/ Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang digunakan yaitu: : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji ini untuk mengetahui kenormalan data yang akan dianalisis. Uji statistik yang akan digunakan adalah uji Chi kuadrat dengan rumus (Sudjana, 2005: 273): ( ) keterangan: = harga chi kuadrat; = frekuensi hasil pengamatan; = frekuensi yang diharapkan. Kriteria pengujian: tolak jika, dicari menggunakan tabel distribusi pada daftar dengan derajat kebebasan dan taraf signifikan (Sudjana, 2005: 273) Uji Homogenitas Varians Populasi

76 59 Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data pada nilai awal mempunyai varians yang sama (homogen). Hipotesis yang akan diujikan adalah: : (ketiga kelompok memiliki varians yang sama), : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku (varian tidak homogen). Uji kesamaan varians menggunakan uji Bartlett. Untuk memudahkan perhitungan, satuan-satuan yang diperlukan dalam uji Bartlett disusun dalam bentuk Tabel 3.2 dibawah ini Tabel 3.2 Uji Bartlett 2 2 Sampel ke Dk s i log s i 1 n 1 1 s 1 2 log s 1 2 (dk).log s i 2 (n 1 1).log s n 2 1 s 2 2 log s 1 2 (n 2 1).log s K n k 1 s k 2 log s k 2 (n k 1).log s k 2 Jumlah ( ) ( ) ( ). log s i 2 Dari daftar tersebut kita hitung harga-harga yang diperlukan, yakni: a) varians gabungan dari semua sampel ( ) ( ) b) harga satuan B dengan rumus: ( ) ( ). c) uji Bartlett digunakan statistik chi kuadrat: ( ){ ( ) } dengan disebut logaritma asli dari bilangan 10.

77 60 Kriteria pengujian: tolak jika ( )( ) dengan ( )( ) didapat distribusi chi kuadrat dengan peluang( ), ( ) dan taraf signifikan (Sudjana, 2005: ) Analisis Varians Satu Arah (ANAVA) Analisis varians satu arah dimaksudkan untuk menentukan apakah kelompok sampel memiliki rata-rata yang sama ataukah tidak secara statistik. Sebuah populasi yang masing masing berdistribusi normal dengan rata rata,,,, dan simpangan baku berturut-turut. Akan diuji hipotesis nol dengan hipotesis alternatif. artinya rata-ratanya sama; paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku artinya rataratanya berbeda. Data sempel akan dinyatakan dengan yang berarti data ke-j dalam sempel yang diambil dari populasi ke-i. Untuk memudahkan, data sempel disusun seperti dalam Tabel 3.3 di bawah ini. Tabel 3.3 Data Sampel Dari k Buah Populasi Berdistribusi Normal Data Hasil Pengamatan Jumlah DARI POPULASI KE k.... Rata-rata

78 61 Untuk memudahkan perhitungan, akan digunakan simbol-simbol berikut: dengan ( ) jumlah kuadrat-kuadrat (JK) dari semua nilai pengamatan Daftar analisis varians untuk menguji adalah seperti Tabel 3.4 di bawah ini. Tabel 3.4 Daftar Analisis Varians Sumber variansi Dk JK KT F Rata-rata 1 RY R=RY/1 Antar kelompok k-1 ( ) A/D Dalam kelompok ( ) ( ) Total Dengan jalan membagi KT antar kelompok oleh KT dalam kelompok, maka diperoleh harga ( ) ( ) Di mana dapat digunakan untuk menguji hipotesis kesamaan beberapa rata-rata populasi. Jika harga ini lebih besar dari F tabel dengan dk pembilang (k-1) dan dk penyebut ( ) untuk yang dipilih. Maka hipotesis nol, ditolak (Sudjana, 2005: 305).

79 Analisis Data Akhir Analisis tahap akhir digunakan untuk menguji hipotesis I dan hipotesis II. Analisis data akhir meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji hipotesis pertama, dan uji hipotesis kedua sebagai berikut Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang digunakan yaitu: : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji ini untuk mengetahui kenormalan data yang akan dianalisis. Uji statistik yang akan digunakan adalah uji Chi kuadrat dengan rumus (Sudjana, 2005: 273): ( ) keterangan: = harga chi kuadrat; = frekuensi hasil pengamatan; = frekuensi yang diharapkan. Kriteria pengujian: tolak jika, dicari menggunakan tabel distribusi pada daftar dengan derajat kebebasan dan taraf signifikan (Sudjana, 2005: 273).

80 Uji Homogenitas Varians Populasi Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data pada nilai awal mempunyai varians yang sama (homogen). Hipotesis yang akan diujikan adalah: : (ketiga kelompok memiliki varians yang sama), : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku (varian tidak homogen). Uji kesamaan varians menggunakan uji Bartlett. Untuk memudahkan perhitungan, satuan-satuan yang diperlukan dalam uji Bartlett disusun dalam bentuk Tabel 3.5 dibawah ini Tabel 3.5 Uji Bartlett 2 Sampel ke dk s i 1 n 1 1 s 1 2 log s i 2 log s (dk).log s i 2 (n 1 1).log s 1 2 n 2 1 s 2 2 log s 1 2 (n 2 1).log s K n k 1 s k 2 log s k 2 (n k 1).log s k 2 Jumlah ( ) ( ) ( ). log s i 2 Dari daftar tersebut kita hitung harga-harga yang diperlukan, yakni: a) varians gabungan dari semua sampel ( ) ( ) b) harga satuan B dengan rumus: ( ) ( ). c) uji Bartlett digunakan statistik chi kuadrat:

81 64 ( ){ ( ) } dengan disebut logaritma asli dari bilangan 10. Kriteria pengujian: tolak jika ( )( ) dengan ( )( ) didapat distribusi chi-kuadrat dengan peluang( ), ( ) dan taraf signifikan (Sudjana, 2005: ) Uji Kesamaan Rata-rata (Uji Pihak Kanan) Uji kesamaan rata-rata digunakan untuk mengetahui mana yang lebih baik antara kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol. Untuk menguji kesamaan dua ratarata digunakan uji rata-rata satu pihak yaitu uji pihak kanan. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. H 0 : µ 1 µ 2 (rata- rata hasil tes belajar peserta didik yang diterapkan pembelajaran model ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 kurang dari atau sama dengan rata-rata hasil tes belajar peserta didik yang diterapkan pembelajaran model ekspositori). H 1 : µ 1 > µ 2 (rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang diterapkan pembelajaran model ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 lebih baik daripada yang diajar menggunakan model ekspositori). Karena 1 2, maka digunakan rumus:

82 dengan ( ) ( ) Keterangan t : : nilai rata-rata kelompok eksperimen : nilai rata-rata kelompok kontrol : banyaknya peserta didik kelompok eksperimen : banyaknya peserta didik kelompok kontrol : varians kelompok eksperimen : varians kelompok kontrol : simpangan baku gabungan (Sudjana, 2005: 239) Kriteria pengujian: H 0 diterima jika t < t (1 α) dan tolak H 0 jika t mempunyai harga lain, dimana t (1 α), didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n 1 + n 2 2) dan α = 5% (Sudjana, 2005: 239) Analisis Varians Satu Arah (ANAVA) Analisis varians satu arah dimaksudkan untuk menentukan apakah kelompok sampel memiliki rata-rata yang sama ataukah tidak secara statistik. Sebuah populasi yang masing masing berdistribusi normal dengan rata rata,,,, dan simpangan baku berturut-turut. Akan diuji hipotesis nol dengan hipotesis alternatif. artinya rata-ratanya sama; paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku artinya rataratanya berbeda.

83 66 Data sampel akan dinyatakan dengan yang berarti data ke-j dalam sempel yang diambil dari populasi ke-i. Untuk memudahkan, data sempel disusun seperti dalam Tabel 3.6 di bawah ini. Tabel 3.6 Data Sampel Dari k Buah Populasi Berdistribusi Normal Data Hasil Pengamatan DARI POPULASI KE k.... Jumlah Rata-rata Untuk memudahkan perhitungan, akan digunakan simbol-simbol berikut: dengan ( ) jumlah kuadrat-kuadrat (JK) dari semua nilai pengamatan Daftar analisi varians untuk menguji adalah seperti tabel di bawah ini. Tabel 3.7 Daftar Analisis Varians Sumber variansi Dk JK KT F Rata-rata 1 RY R=RY/1 Antar kelompok k-1 ( ) A/D Dalam kelompok ( ) ( ) Total Dengan jalan membagi KT antar kelompok oleh KT dalam kelompok, maka diperoleh harga ( ) ( )

84 67 Di mana dapat digunakan untuk menguji hipotesis kesamaan beberapa rata-rata populasi. Jika harga ini lebih besar dari F tabel dengan dk pembilang (k-1) dan dk penyebut ( ) untuk yang dipilih. Maka hipotesis nol ditolak (Sudjana, 2005: 305) Uji Lanjut dengan Tukey-Kramer Apabila pada anava ditolak maka diteruskan dengan uji lanjut. Uji lanjut digunakan untuk mengetahui pasangan nilai mean yang perbedaannya signifikan. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah uji lanjut Tukey-Kramer. Uji Tukey-Kramer adalah uji lanjut setelah uji anava yang membandingkan kelompok-kelompok dengan jumlah sampel yang tidak sama besar (Purwanto, 2011: 205). Pengujian dilakukan dengan membandingkan antara beda mean dengan beda kritik. Beda mean merupakan selisih rata-rata pasangan kelompok yang dibandingkan. Beda kritik dihitung dengan rumus: ( ) ( ) Keterangan BK SR RJK (DK) nj nk : Beda Kritik : Harga studentized range : Rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok : Jumlah sampel kelompok I : Jumlah sampel kelompok II Dua kelompok yang dibandingkan dikatakan mempunyai perbedaan ratarata yang signifikan apabila beda mean > beda kritik (Purwanto, 2011: 206).

85 68 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Proses Penelitian Hasil penelitian dalam bab ini adalah uraian hasil penelitian di SMP Negeri 13 Semarang pada kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol setelah dikenai pembelajaran yang berbeda. Kelas IX F sebagai kelas eksperimen 1 dikenai model pembelajaran TGT dengan menggunakan media 3 In 1, kelas IX E sebagai kelas eksperimen 2 dikenai model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1, dan kelas IX G sebagai kelas kontrol dikenai model pembelajaran ekspositori. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2012 sampai dengan 10 Agustus 2012 diperoleh data akhir yaitu nilai tes hasil belajar pada materi kesebangunan. Setelah pembelajaran dilaksanakan, peserta didik diberikan tes untuk memperoleh data hasil belajar yang kemudian dianalisis. Analisis data hasil tes meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji ketuntasan belajar, analisis varians satu arah, dan uji lanjut dengan Tukey-Kramer. Tes hasil belajar menggunakan 6 butir soal uraian. Tes tersebut diikuti oleh 96 peserta didik yang terdiri dari 32 peserta didik kelas IX F (kelas eksperimen 1), 33 dari peserta didik kelas IX E (kelas eksperimen 2) dan 31 peserta didik kelas IX G (kelas kontrol). Deskripsi hasil belajar materi kesebangunan kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut. 68

86 69 No Statistik Deskriptif Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Belajar Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2 Kelas Kontrol 1 Banyak Peserta didik Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata 80,93 70,49 60,04 5 Varians 200,64 223,22 384,92 6 Simpangan Baku 14,16 14,94 19, Analisis Data Awal Pada penelitian ini nilai rapor kelas VIII semester 2 yang dimiliki peserta didik kelas IX E, IX F, dan IX G SMP Negeri 13 Semarang Tahun ajaran digunakan sebagai data awal untuk menentukan sampel. Analisis tahap awal meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata adalah sebagai berikut Uji Normalitas Untuk menguji kenormalan distribusi populasi digunakan uji chi-kuadrat pada masing-masing kelas. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: : data berdistribusi normal; : data tidak berdistribusi normal. Kriteria pengujian adalah tolak jika. Hasil analisis tentang hasil uji normalitas, dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Awal Kelas ( ) Kesimpulan IX E 2, ,07 Data berdistribusi normal IX F 4, ,07 Data berdistribusi normal IX G 5, ,07 Data berdistribusi normal

87 70 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa uji normalitas pada kelas IX E, IX F, dan IX G diperoleh nilai kurang dari nilai. Karena berarti data pada kelas IX E, IX F, dan IX G seluruhnya berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya pada lampiran Uji Kesamaan Varians (Uji Homogenitas) Untuk menguji homogenitas (kesamaan varians) digunakan uji Bartlett. Uji homogenitas ini untuk mengetahui apakah nilai awal ketiga data mempunyai varians yang homogen. Hipotesis statistik dan hipotesis penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut: artinya varians homogen; salah satu tanda sama dengan salah artinya varians tidak homogen. Keterangan: varians nilai rapor kelas IX E varians nilai rapor kelas IX G varians nilai rapor kelas IX F Kriteria pengujian adalah: tolak jika. Hasil analisis data awal tentang uji homogenitas, dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini. Tabel 4.3 Hasil Uji Hormogenitas Data Awal ( ) Kriteria homogen Kesimpulan 0,27 2 5,99 Data homogen Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dengan dan derajat kebebasan ( ), diperoleh (( ) ( )). Hal ini menunjukan bahwa nilai. Jadi, diterima artinya ketiga

88 71 data mempunyai varians yang sama (homogen). Perhitungan selengkapnya pada lampiran Analisis Varians Satu Arah (ANAVA) Analisis varians satu arah dimaksudkan untuk menentukan apakah kelompok sampel memiliki rata-rata yang sama ataukah tidak secara statistik.. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: artinya rata-ratanya sama; paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku artinya rata-ratanya berbeda. Keterangan: = nilai rata-rata rapor kelas IX E = nilai rata-rata rapor kelas IX G = nilai rata-rata rapor kelas IX F Kriteria pengujian adalah: terima jika ( )( ). Hasil analisis data awal tentang anava, dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini. Tabel 4.4 Analisis Varians Satu Arah (ANAVA) Data Awal ( ) ( ) Kesimpulan 0, ,094 Data memiliki rata-rata sama Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dengan, ( ), ( ) diperoleh ( )( ) (( )( )( )). Hal ini menunjukan bahwa nilai ( )( ). Jadi, diterima artinya ketiga data mempunyai rata-rata yang sama. Perhitungan selengkapnya pada lampiran 54.

89 72 Berdasarkan uji normalitas, homogenitas, dan kesamaan rata-rata, maka nilai rapor peserta didik kelas IX E, IX F, dan IX G berdistribusi normal, memiliki varians yang homogen dan memiliki rata-rata yang sama sehingga dapat digunakan sebagai sampel penelitian Hasil Analisis Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Setelah melaksanakan uji coba instrumen, hasilnya dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda soal. Soal-soal yang memenuhi kriteria akan digunakan untuk penilaian hasil belajar peserta didik dan yang belum memenuhi akan diperbaiki atau dibuang Validitas Soal Berdasarkan perhitungan dengan rumus point biserial, maka diperoleh semua soal valid yaitu soal nomor: 1, 3, 4, 6, 8, 9. Perhitungan selengkapnya pada lampiran Reliabilitas Soal Setelah dilakukan perhitungan terhadap hasil uji coba tes diperoleh, sedangkan harga. Jadi sehingga tes yang diujicobakan reliabel. Untuk perhitungan selengkapnya terdapat dalam lampiran Tingkat Kesukaran Butir Soal Setelah dilakukan analisis taraf kesukaran pada soal uji coba dalam penelitian ini, diperoleh hasil sebagai berikut. a. Butir soal yang termasuk mudah yakni butir soal nomor 2, 7, 9. b. Butir soal yang termasuk sedang yakni butir soal nomor 1, 3, 5, 6, 8, 10.

90 73 c. Butir soal yang termasuk sukar yakni butir soal nomor 4. Untuk perhitungan selengkapnya terdapat dalam lampiran Analisis Daya Pembeda Soal Hasil yang diperoleh setelah dilakukan analisis daya beda soal, diperoleh hasil sebagai berikut. a. Butir soal yang termasuk kriteria jelek yakni butir soal nomor 2, 5, 7, 10. b. Butir soal yang termasuk kriteria cukup yakni butir soal nomor 1, 3, 9. c. Butir soal yang termasuk kriteria baik yakni butir soal nomor 4, 6, 8. Untuk perhitungan selengkapnya terdapat dalam lampiran Penentuan Instrumen Dari proses perhitungan analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda soal, maka butir soal uji coba yang digunakan untuk mengambil data pada penelitian ini sebanyak 6 butir soal, yaitu 1, 3, 4, 6, 8, dan Analisis Tahap Akhir Setelah diberikan tes diperoleh data hasil belajar peserta didik yang kemudian dilakukan analisis. Analisis tahap akhir untuk menguji uji normalitas data, uji homogenitas, hipotesis I dengan uji kesamaan rata-rata (uji pihak kanan), hipotesis II dengan analisis varians satu arah (ANAVA), dan diuji lanjut dengan menggunakan Tukey-Kramer adalah sebagai berikut Uji Normalitas Data Uji normalitas dilakukan terhadap data hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

91 74 : data berdistribusi normal; : data tidak berdistribusi normal. Kriteria pengujian adalah tolak jika. Hasil analisis tentang hasil uji normalitas, dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini. Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Akhir Kategori Kesimpulan Hasil belajar kelas eksperimen 1 5,93 11,1 Data berdistribusi normal Hasil belajar kelas eksperimen 2 8,02 12,6 Data berdistribusi normal Hasil belajar kelas kontrol 4,02 11,1 Data berdistribusi normal Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa data hasil belajar kelas eksperimen 1 diperoleh, sedangkan. Hal ini menunjukan bahwa nilai. Jadi, diterima sehingga hasil belajar pada kelas eksperimen 1 berdistribusi normal. Nilai data hasil belajar kelas eksperimen 2 adalah 8,02, sedangkan. Hal ini menunjukan bahwa nilai. Jadi, diterima sehingga hasil belajar pada kelas eksperimen 2 berdistribusi normal. Perhitungan pada data hasil belajar kelas kontrol diperoleh, sedangkan. Hal ini menunjukan bahwa nilai. Jadi, diterima sehingga data hasil belajar pada kelas kontrol berdistribusi normal. Untuk perhitungan lengkapnya pada lampiran

92 Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berada pada kondisi yang sama atau homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan penyelidikan apakah nilai hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen 1 ( ), eksperimen 2 ( ), dan kelas kontrol ( ) mempunyai varians yang sama (homogen). Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: : (ketiga kelompok memiliki varians yang sama), : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku (varian tidak homogen). Kriteria pengujian adalah tolak jika. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini. Tabel 4.6 Hasil Uji Hormogenitas Data Akhir Nilai Hitung ( ) Nilai Tabel Kriteria homogen Kesimpulan 3,91 1 5,99 Data homogen Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah nilai hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen 1, eksperimen 2, dan kelas kontrol mempunyai varians yang sama (homogen), berdasarkan perhitungan diperoleh dengan dan derajat kebebasan ( ), diperoleh (( ) ( )). Hal ini menunjukan bahwa nilai. Jadi, diterima artinya populasi mempunyai varians yang sama (homogen). Perhitungan selengkapnya pada lampiran 62.

93 Uji Hipotesis I Analisis hipotesis I yaitu uji kesamaan rata-rata (uji satu pihak, pihak kanan). Uji kesamaan rata-rata ini dilakukan untuk menguji rata-rata nilai hasil belajar di kelas eksperimen 2 yang diterapkan model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 ( ) apakah lebih besar dari rata-rata nilai hasil belajar di kelas kontrol yang diterapkan model pembelajaran ekspositori ( ). Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. artinya rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 2 lebih kecil atau sama dengan rata-rata hasil belajar kelas kontrol; artinya rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 2 lebih besar atau sama dengan rata-rata hasil belajar kelas control. Kriteria pengujian adalah: terima jika. Hasil uji kesamaan rata-rata satu pihak, pihak kanan di atas dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini. Tabel 4.7 Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Satu Pihak, Pihak Kanan Nilai Kesimpulan Artinya Hasil belajar peserta didik Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 2 lebih besar dari rata-rata hasil belajar kelas kontrol Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar diperoleh, sedangkan ( ). Hal ini menunjukan bahwa nilai ( ). Jadi, ditolak artinya rata-rata hasil belajar peserta didik di kelas eksperimen 2 lebih

94 77 besar dari hasil belajar peserta didik di kelas kontrol. Perhitungan selengkapnya pada lampiran Uji Hipotesis II Analisis hipotesis II ini meliputi analisis varians satu arah (ANAVA) dan selanjutnya akan diuji lanjut dengan menggunakan Tukey-Kramer pada nilai hasil belajar kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol. a) Analisis varians satu arah (ANAVA) Uji perbedaan rata-rata (Anava Satu Arah) digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata kelas eksperimen 1, eksperimen 2, dan kontrol berbeda signifikan atau tidak. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. artinya rata-ratanya sama; paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku artinya rataratanya berbeda. Keterangan: = nilai rata-rata hasil belajar peserta didik kelas eksperimen 1 = nilai rata-rata hasil belajar peserta didik kelas eksperimen 2 = nilai rata-rata hasil belajar peserta didik kelas kontrol Kriteria pengujian adalah: terima jika ( )( ). Hasil analisis data awal tentang anava, dapat dilihat pada Tabel 4.8 di bawah ini. Tabel 4.8 Analisis Varians Satu Arah (ANAVA) Hasil Belajar ( ) ( ) Kesimpulan 17, ,094 Data memiliki rata-rata yang berbeda

95 78 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dengan, ( ), ( ) diperoleh ( )( ) (( )( )( )). Hal ini menunjukan bahwa nilai ( )( ). Jadi, ditolak artinya ketiga data memiliki rata-rata yang berbeda. Perhitungan selengkapnya pada lampiran 64. b) Uji lanjut Tukey-Kramer Berdasarkan hasil anava di atas, ditolak artinya ketiga data memiliki rata-rata yang berbeda. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata yang berbeda secara signifikan di antara masing-masing kelompok sampel maka harus dianalisis dengan uji lanjut. Uji lanjut dalam penelitian ini menggunakan Tukey- Kramer. Pengujian dilakukan dengan membandingkan antara beda mean dengan beda kritik. Dua kelompok yang dibandingkan dikatakan mempunyai perbedaan rata-rata yang signifikan apabila beda mean > beda kritik. Hasil uji lanjut Tukey- Kramer dapat dilihat pada Tabel 4.9 di bawah ini. Tabel 4.9 Perbandingan Beda Mean dan Beda Kritik Perbandingan Rata-Rata Beda Mean Beda Kritik Kesimpulan Artinya Eksperimen 1 > Eksperimen 2 10,44 9,79 BM>BK Signifikan Eksperimen 2 > Kontrol 10,45 9,94 BM>BK Signifikan Eksperimen 1 > kontrol 20,89 9,87 BM>BK Signifikan Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa beda mean perbandingan antara masing-masing kelompok sampel lebih besar dari beda kritiknya sehingga masing-masing kelompok sampel memiliki perbedaan rata-rata yang signifikan

96 79 artinya rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 1 lebih baik daripada rata-rata kelas eksperimen 2, rata-rata kelas eksperimen 2 lebih baik daripada rata-rata kelas kontrol, dan rata-rata kelas eksperimen 1 lebih baik dari kelas kontrol. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model TGT dengan menggunakan media 3 In 1 lebih baik daripada pembelajaran model ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 maupun pembelajaran model ekspositori. Perhitungan selengkapnya pada lampiran Pembahasan Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran TGT dengan menggunakan media 3 In 1 terhadap hasil belajar peserta didik kelas IX SMP Negeri 13 Semarang pada materi kesebangunan. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti mengambil data awal yaitu nilai rapor mata pelajaran matematika kelas VIII semester genap. Berdasarkan hasil analisis data awal, pada uji normalitas populasi menunjukkan bahwa, artinya populasi berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas populasi menunjukkan bahwa maka diterima, artinya varians populasi sama sehingga populasi dikatakan homogen. Melalui teknik simple random sampling, terpilih kelas IX F sebagai kelas eksperimen 1, kelas IX E sebagai kelas eksperimen 2, dan kelas IX G sebagai kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan uji anava menunjukkan bahwa maka dapat disimpulkan bahwa ketiga sampel mempunyai kemampuan awal yang sama.

97 80 Penelitian ini diawali dengan pelaksanaan pembelajaran pada ketiga kelas dengan materi kesebangunan. Pada akhir pembelajaran, ketiga kelas dilakukan tes untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. Tes dilakukan pada kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol dengan soal yang sama. Soal tes evaluasi tersebut adalah tes tertulis berbentuk uraian sebanyak enam butir soal dengan alokasi waktu 60 menit. Sebelum tes diberikan soal tes terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran dari tiap-tiap butir tes pada kelas uji coba. Dalam penelitian ini, soal tes evaluasi yang digunakan pada kelas eksperimen 1,kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol sudah memenuhi syarat valid dan reliabel. Jika terdapat butir-butir yang tidak valid maka dilakukan perbaikan-perbaikan pada butir soal tersebut, sehingga soal tes tersebut dapat dikatakan baik untuk mengukur kemampuan memahami konsep materi kesebangunan peserta didik kelas IX SMP Negeri 13 Semarang. Soal tes evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan soal pemahaman konsep kesebangunan dan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga memerlukan pemodelan matematika dalam mengerjakannya. Setelah diberikan tes evaluasi, diperoleh nilai peserta didik yang kemudian dianalisis Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 dengan Model Pembelajaran TGT dengan Menggunakan Media 3 In 1 Pembelajaran pada kelas eksperimen 1 peneliti menerapkan model pembelajaran TGT dengan menggunakan media 3 In 1. Tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT, yaitu presentasi

98 81 kelas, belajar kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kelompok. Untuk media 3 In 1 itu sendiri terdiri dari media flash, alat peraga, dan kartu berpasangan. Media flash tersebut berisikan semua bahan ajar yang akan diajarkan dalam 4 pertemuan. Setiap 1 kali pertemuan berisikan paparan materi, LKPD, dan game. Selain itu, untuk pertemuan ke-5 terdapat turnamen yang aturannya juga dikemas dalam media flash serta terdapat rapor untuk rekapan skor game dan turnamen seluruh pertemuan. Alat peraga yang digunakan berupa bangun-bangun datar yang saling sebangun dan terbuat dari kertas BC. Begitu juga dengan kartu berpasangan, kartu berpasangan ini dibuat sesuai materi yang diajarkan pada setiap pertemuan dan digunakan pada saat sesi game. Pada tahap presentasi kelas, guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan media flash. Penggunaan media flash ini mampu untuk memvisualisasikan konsep-konsep yang abstrak dalam matematika dan membuat suasana kelas menjadi hidup. Namun selain menggunakan media flash, pada tahap ini guru juga memanfaatkan alat peraga yang berupa bangun datar yang sebangun sehingga selain peserta didik mendapatkan visualisasinya peserta didik juga dapat secara kongkrit melihat konsep-konsep yang diajarkan. Hal tersebut sesuai dengan teori Bruner bahwa penggunaan alat peraga dalam pembelajaran yang dapat membantu menyampaikan pengalaman kepada peserta didik serta memberikan gambaran mengenai objek yang mewakili suatu konsep. Pada tahap belajar kelompok, pemakaian LKPD sebagai bahan diskusi membantu dalam membangun konsep secara matang dari masalah yang diberikan. Dengan menggunakan LKPD, kegiatan belajar terpusat pada peserta didik karena

99 82 peserta didik sendiri yang harus menyelesaikan permasalahan dan mengkonstruksi pengetahuannya. LKPD dikerjakan dengan teman satu kelompoknya. Apabila ada salah satu anggota kelompok yang belum paham, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru. Peran guru saat belajar kelompok adalah sebagai pemimpin, fasilitator, dan motivator. Sebagai seorang pemimpin, guru bertugas untuk mengkondisikan dan mengarahkan peserta didik agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Guru sebagai fasilitator mempunyai tugas memberi bimbingan dan arahan sehingga tidak hanya mendikte peserta didik. Guru sebagai motivator bertugas membangkitkan semangat dan minat belajar peserta didik. Dalam proses pembelajaran TGT terdapat tahapan belajar kelompok yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling bertukar pendapat atau ide untuk memecahkan masalah. Dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT terdapat tahapan game dan turnamen. Dalam tahap game ini, peneliti menggunakan kartu berpasangan yang harus dipecahkan oleh masing-masing kelompok dan masing-masing kelompok harus dapat memberikan penjelasannya dalam lembar jawab. Game dilaksanakan di sesi terakhir setiap kali pertemuan. Sedangkan pada pertemuan ke-5, dilaksanakan turnamen yang melibatkan semua peserta didik untuk berkompetensi demi memperjuangkan kelompoknya menjadi yang terbaik. Pembelajaran TGT melatih keberanian peserta didik untuk mengungkapkan pendapat, lebih menghargai pendapat orang lain, berkompetisi dengan sportif, dan bekerjasama dalam kelompok, serta meningkatkan aktivitas

100 83 peserta didik sehingga diharapkan kemampuan pemahaman konsep, penalaran, dan pemecahan masalah peserta didik menjadi lebih baik. Tahap terakhir dari pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah penghargaan kelompok. Poin-poin yang didapatkan dari game dan turnamen untuk menentukan penghargaan kelompok. Peserta didik semangat untuk belajar agar kelompok mereka menang dan mendapat penghargaan. Adanya pemberian penghargaan pada kelompok membuat peserta didik merasa puas dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pada pertemuan pertama, guru mempresentasikan materi tentang kesebangunan pada segiempat dengan menggunakan media flash. Peserta didik antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam media flash dengan bimbingan guru. Contoh tampilan media flash yang digunakan pertemuan pertama ditunjukkan pada Gambar 4.1 berikut ini. Gambar 4.1 Contoh Tampilan Media Flash Pertemuan Pertama Selain materi dipresentasikan dengan menggunakan media flash. Guru juga menggunakan bantuan alat peraga. Alat peraga pada pertemuan pertama ini berupa 2 bangun persegi panjang dan 2 bangun trapesium yang sebangun. Alat

101 84 peraga ini digunakan untuk memudahkan peserta didik memahami konsep secara kongkrit. Contoh alat peraga yang digunakan pertemuan pertama ditunjukkan pada Gambar 4.2 berikut ini. Gambar 4.2 Contoh Alat Peraga Pertemuan Pertama Setelah menjawab pertanyaan konstruktif dalam media flash, guru memfasilitasi peserta didik untuk membaginya ke dalam kelompok yang anggotanya heterogen. Setiap kelompok terdiri dari empat peserta didik di mana anggota kelompok telah ditetapkan oleh guru berdasarkan nilai rapor pada kelas VIII semester genap. Guru memberi nama kelompok, yaitu kelompok 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Peserta didik membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berkelompok karena bingung menentukan posisi tempat duduk perkelompok. Melihat kondisi kelas yang gaduh guru segera membantu mengatur tempat duduk peserta didik. Pembagian kelompok terlampir pada Lampiran 63. Setelah semua berkumpul dengan kelompok masing-masing, peserta didik bekerja sama mendiskusikan LKPD yang berisi soal latihan yang berkaitan dengan kesebangunan segiempat. LKPD pada pertemuan pertama ini dapat dilihat pada

102 85 Lampiran 29. Pada kelompok 5 peneliti melihat tidak semua peserta didik mengerjakan LKPD karena terdapat seorang peserta didik putri yang tidak ikut mengerjakan LKPD sendiri. Peneliti mendekati dan menanyakan alasan peserta didik tersebut mengerjakan sendiri. Alasan peserta didik tersebut adalah peserta didik malu belajar bersama dalam kelompok tersebut karena anggota yang lain peserta didik putra. Kemudian peneliti memberikan penjelasan kepada peserta didik tersebut agar tidak perlu merasa malu karena tujuan dari pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah melatih peserta didik bekerjasama dan lebih aktif dalam belajar matematika. Sedangkan pada kelompok 6 belum bisa bekerja kelompok secara baik karena masih sering membuat gaduh sehingga mengganggu konsentrasi kelompok lain. Setelah peneliti mendekati kelompok tersebut, peneliti memberikan arahan bahwa bekerja secara kelompok dapat saling membatu antaranggota kelompok yang belum bisa memahami materi. Selanjutnya peneliti mengamati kelompok 1. Diskusi berjalan dengan baik pada kelompok 1. Semua anggota kelompok 1 aktif dalam diskusi kelompok. Pada kelompok 4, peneliti melihat peserta didik agak gaduh karena saling tunjuk dengan teman untuk mengerjakan LKPD. Guru mendatangi mereka dan menegaskan kembali bahwa mereka harus bekerjasama untuk mempelajari LKPD tersebut. Berbeda dengan kelompok 3 yang mengerjakan LKPD dengan berbagi tugas. Dua peserta didik mengerjakan soal nomor satu dan dua peserta didik lainnya mengerjakan soal nomor dua. Diskusi pada kelompok 2, 7, dan 8 terlihat belum berjalan dengan baik. Masih terlihat beberapa dari anggotanya yang tidak ikut berdiskusi. Dari pengamatan peneliti, kelompok 1, 3, dan 8 yang lebih dulu

103 86 berinisiatif untuk bertanya pada guru. Setelah 15 menit menyelesaikan LKPD, guru memberikan kunci jawaban LKPD pada media flash untuk mengoreksi hasil diskusi kelompoknya. Tahap selanjutnya adalah game, guru memberikan game dengan menggunakan kartu berpasangan. Game diberikan untuk mendapatkan skor yang akan menjadi bagian dari skor awal turnamen. Guru membacakan aturan game yang terdapat dalam media flash. Dalam penelitian ini, soal game berupa kartu berpasangan yang harus diselesaikan oleh setiap kelompok. Soal game terdiri dari 2 kartu soal dalam amplop A yang merupakan bangun trapesium dan layanglayang dimana masing-masing kartu tersebut harus dicari pasangan bangun yang saling sebangun dari 4 pilihan kartu pasangan dalam amplop B. Setelah menemukan pasangannya, kartu tersebut ditempelkan di lembar jawab yang disediakan dan setiap kelompok harus memberikan alasannya. Setelah dibahas dengan jawaban yang benar, skor yang diperoleh akan dipakai sebagi skor awal dan kelompok yang tergiat akan mendapatkan penghargaan berupa bintang yang terbuat dari kertas BC yang bertujuan untuk memotivasi kelompok yang telah bekerja sama dengan baik. Contoh kartu berpasangan yang digunakan pertemuan pertama ditunjukkan pada Gambar 4.3 berikut ini.

104 87 Gambar 4.3 Contoh Kartu Berpasangan Pertemuan Pertama Suasana kelas pembelajaran gaduh dan kerja sama peserta didik dalam kelompok belum terjalin dengan baik karena sebagian besar anggota kelompok hanya bergantung pada anggota kelompok yang lebih pintar. Kelompok 2, 3, 4, 5, dan 8 mampu mengerjakan kartu berpasangan tersebut dengan benar sehingga memperoleh skor 100 dan yang mendapatkan bintang yaitu kelompok 3. Pada pertemuan kedua, materi yang diajarkan adalah kesebangunan pada segitiga. Peserta didik antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam media flash. Pada saat diskusi kelompok, peserta didik kesulitan dalam menyelesaikan soal yang terdapat dalam LKPD. Masih banyak peserta didik yang bertanya kepada guru tentang langkah-langkah dalam menyelesaikan LKPD tersebut. Pada saat pelaksanaan game, kerja sama peserta didik dalam kelompok sudah mulai terjalin dengan baik karena sebagian besar anggota kelompok sudah bekerja sama dengan baik. Pada tahap game, soal game terdiri dari 3 kartu soal dalam amplop A yang merupakan 3 bangun segitiga sembarang dimana masing-masing kartu tersebut harus dicari pasangan bangun yang saling sebangun dari 4 pilihan kartu

105 88 pasangan dalam amplop B. Pada game ini hanya kelompok 1 yang belum mampu menjawab dengan sempurna karena kelompok 1 mendapatkan skor 90. Perhitungan skor game selengkapnya ada pada Lampiran 51. Pada pertemuan ketiga dan keempat proses pembelajaran hampir sama dengan pertemuan sebelumnya. Perbedaan terletak pada materi yang diajarkan yaitu pertemuan ketiga diajarkan mengenai penggunaan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahkan masalah dan pertemuan keempat diajarkan tentang kesebangunan pada segitiga siku-siku. Pada pertemuan ini, aktivitas, dan keaktifan peserta didik meningkat. Peserta didik sudah bisa menyesuaikan diri dengan model pembelajaran TGT dan kerja sama yang terjalin antar anggota kelompok sudah baik. Pembagian peserta didik ke dalam kelompok-kelompok yang heterogen untuk menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKPD sangat membantu mereka untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan anggota kelompok. Pada pertemuan kelima, guru tidak memberikan presentasi materi seperti pada pertemuan sebelumnya tetapi dilakukan sebuah turnamen. Turnamen dilaksanakan dalam bentuk permainan yang berupa kartu soal. Langkah pertama pada tahap ini adalah pembentukan peserta turnamen. Semua peserta didik terlibat dalam permainan akademik dalam meja-meja turnamen. Satu meja turnamen terdiri dari 8 peserta didik yang terdiri dari perwakilan anggota kelompok mempunyai kemampuan yang homogen sehingga akan terjadi persaingan yang seimbang. Masing-masing peserta didik menghitung skor yang diperoleh. Skor tersebut akan disumbangkan untuk kelompok masing-masing. Hasil dari skor

106 89 turnamen akan digabungkan dengan nilai game. Guru juga akan memberikan penghargaan untuk kelompok yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Kelompok yang mendapatkan penghargaan kelompok terbaik yaitu kelompok 3 dengan mengumpulkan jumlah skor tertinggi yaitu 500 dan kelompok 8 memperoleh penghargaan sebagai kelompok tergiat karena memperoleh 3 bintang dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. Perhitungan skor turnamen selengkapnya ada pada lampiran 53. Pertemuan selanjutnya yaitu pertemuan keenam dilakukan tes evaluasi hasil belajar. Pembelajaran di kelas eksperimen 1 dilaksanakan sesuai RPP walaupun masih ada beberapa kegiatan yang belum dilaksanakan dengan baik. Kendala atau hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen adalah sebagai berikut. (1) Peserta didik merasa asing dengan model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran TGT dengan penggunaan 3 media dalam pembelajaran, karena baru pertama kali bagi peserta didik. (2) Suasana kelas menjadi gaduh, peserta didik merasa bingung saat pembagian kelompok dan tempat duduk masing-masing kelompok. (3) Peserta didik kurang aktif selama diskusi kelompok. (4) Sulit merencanakan waktu yang diperlukan secara tepat untuk setiap kegiatan. Solusi atau cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah sebagai berikut. (1) Guru harus lebih aktif untuk mengarahkan peserta didik agar mengikuti langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran TGT.

107 90 (2) Guru menginformasikan dengan jelas tentang pembagian kelompok dan tempat duduk masing-masing kelompok. (3) Peran aktif guru dalam memantau dan mengarahkan peserta didik selama diskusi berlangsung serta pemberian motivasi oleh guru. (4) Guru menyusun pembagian waktu secara terperinci terutama pada saat turnamen Pembelajaran Kelas Eksperimen 2 dengan Model Pembelajaran Ekspositori dengan Menggunakan Media 3 In 1 Pembelajaran pada kelas eksperimen 2 peneliti menerapkan model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1. Metode pembelajaran ekspositori digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contohcontoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Peserta didik mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada peserta didik secara langsung. Pada pembelajaran ekspositori ini juga menggunakan media 3 In 1. Media 3 In 1 ini sama seperti apa yang digunakan di kelas eksperimen 1. Perbedaannya terletak pada penggunaan kartu berpasangannya. Kartu berpasangan pada kelas ini dikerjakan oleh teman sebangkunya tidak secara kelompok. Jumlah pertemuaan di kelas eksperimen 2 ini sebanyak 5 kali yang

108 91 terdiri 4 kali pertemuan untuk menjelaskan materi dan pertemuan terakhir digunakan untuk tes evaluasi Pembelajaran Kelas Kontrol dengan Model Pembelajaran Ekspositori Pembelajaran di kelas kontrol diterapkan model pembelajaran ekspositori. Penerapan pembelajaran ini dilakukan oleh guru dengan langkah-langkah pembelajaran yang sering digunakan oleh guru tersebut. Dalam pembelajaran di kelas kontrol ini tidak menggunakan media apapun. Jumlah pertemuan di kelas eksperimen 2 ini sebanyak 5 kali yang terdiri 4 kali pertemuan untuk menjelaskan materi dan pertemuan terakhir digunakan untuk tes evaluasi. Setelah ketiga kelas mendapatkan perlakuan yang berbeda yaitu dengan model pembelajaran TGT dengan menggunakan media 3 In 1 pada kelas eksperimen 1, model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 pada kelas eksperimen 2, dan model pembelajaran ekspositori pada kelas kontrol, ketiga kelas tersebut diberi tes akhir yang hasil belajar peserta didik yang selanjutnya dilakukan analisis. Berdasarkan analisis hasil penelitian diketahui bahwa hasil belajar peserta didik di kelas eksperimen 2 yang diterapkan model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 memiliki rata-rata hasil belajar 70,49 lebih baik dibanding dengan kelas kontrol yang hanya diterapkan model pembelajaran ekspositori tanpa menggunakan media 3 In 1 dengan rata-rata hasil belajar 60,04. Faktor yang diduga menjadi perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol yaitu dengan adanya media 3 In 1 mempermudah pemahaman konsep peserta didik karena dengan media flash

109 92 peserta didik mampu memvisualisasikan hal-hal yang bersifat abstrak, dengan alat peraga peserta didik mampu membuktikan secara kongkrit mengenai materi kesebangunan, dan dengan kartu berpasangan peserta didik mampu mengaplikasikan konsep kesebangunan dalam pemecahan masalah. Selain itu, dari data yang telah dianalisis diperoleh bahwa hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen 1 yang memiliki rata-rata hasil belajar 80,93 lebih baik dibandingkan kelas eksperimen 2 yang memiliki rata-rata 70,49 maupun kelas kontrol yang memiliki rata-rata hasil belajar 60,04. Faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab perbedaan antara hasil belajar peserta didik yang diajarkan dengan model pembelajaran TGT dengan menggunakan media 3 In 1 lebih baik dibandingkan dengan model ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 maupun dibandingkan dengan model pembelajaran ekspositori adalah sebagai berikut. (1) Pada pembelajaran kelas eksperimen 1, guru memanfaatkan media pembelajaran berupa media flash, alat peraga, dan kartu berpasangan. Penggunaan media pembelajaran berupa media 3 In 1 mempermudah pemahaman peserta didik tentang materi kesebangunan karena dimulai dengan visualisasi, membuktikan secara kongkrit, serta mengaplikasikan konsep dalam pemecahan masalah. Peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. (2) Pada pembelajaran kelas eksperimen 1, terdapat pelaksanaan game dan turnamen membuat suasana belajar lebih menyenangkan, belajar sambil

110 93 bermain dan berkompetisi, peserta didik semangat dalam pembelajaran, sehingga kemampuan memahami konsep dan meyelesaikan masalah peserta didik menjadi lebih baik. (3) Pada pembelajaran kelas eksperimen 1, terdapat tahap penghargaan kelompok. Dengan diberikannya penghargaan kelompok diharapkan dapat membuat peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Dari uraian pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model TGT dengan menggunakan media 3 In 1 dapat diterapkan pada pembelajaran matematika khususnya di SMP Negeri 13 Semarang. Karena jika diterapkan dengan baik dapat membuat pembelajaran matematika menjadi lebih efektif sehingga hasil belajar peserta didik kelas IX pada materi kesebangunan menjadi lebih baik. Hal ini hampir serupa dengan hasil penelitian Pusparini dan Afiati yang telah terlebih dahulu meneliti tentang model pembelajaran TGT. Hasil penelitian Pusparini (2011) mengungkapkan bahwa model pembelajaran TGT lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional ditinjau dari prestasi belajar matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Purwanegara, Banjarnegara. Perbedaan penelitian Pusparini dengan penelitian ini terletak pada materi dan media yang digunakan. Pusparini menerapkan model pembelajaran TGT pada materi fungsi dan tanpa menggunakan bantuan media, sedangkan penelitian ini menerapkan model pembelajaran TGT pada salah satu materi matematika yaitu kesebangunan dan menggunakan media 3 In 1.

111 94 Hasil penelitian serupa adalah hasil penelitian dari Afiati (2010) yang mengungkapkan bahwa hasil belajar akuntansi peserta didik pada pokok bahasan jurnal umum perusahaan jasa dengan menggunakan model pembelajaran TGT dengan bantuan media CD pembelajaran lebih tinggi daripada model pembelajaran kontekstual. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian ini terletak pada bidang penerapannya dan subyek yang diteliti. Afiati menerapkan model pembelajaran TGT dengan bantuan media CD interaktif pada bidang IPS di kelas XI SMA, sedangkan penelitian ini menerapkan model pembelajaran TGT dengan media 3 In 1 pada bidang matematika di kelas IX SMP. Berdasarkan hasil penelitian ini dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT baik diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

112 95 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Rata-rata hasil belajar peserta didik yang menerima pelajaran dengan model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 lebih baik dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang menerima pelajaran dengan model pembelajaran ekspositori. 2. Rata-rata hasil belajar peserta didik yang menerima pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) dengan menggunakan media 3 In 1 lebih baik dibandingkan rata-rata hasil belajar peserta didik yang menerima pelajaran dengan model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 maupun rata-rata hasil belajar peserta didik yang menerima pembelajaran dengan model ekspositori. 5.2 Saran Berdasarkan simpulan di atas, saran yang dapat direkomendasikan peneliti sebagai berikut. 1. Guru matematika dalam menyampaikan materi kesebangunan dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games 95

113 96 tournament (TGT) dengan menggunakan media 3 In 1 untuk mencapai hasil belajar peserta didik yang lebih baik. 2. Guru matematika dapat memanfaatkan media 3 In 1 sebagai alat bantu dalam pembelajaran matematika untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi pada pelajaran matematika khususnya materi yang bersifat abstrak. 3. Hal yang harus diperhatikan guru dalam menggunakan model pembelajaran TGT dengan menggunakan media 3 In 1 yaitu guru harus lebih aktif mengarahkan peserta didik dalam mengikuti langkah-langkah pembelajaran model TGT, pembagian kelompok, diskusi kelompok, dan guru harus menyusun waktu secara terprinci agar pembelajaran dapat berjalan dengan sesuai apa yang diharapkan.

114 97 DAFTAR PUSTAKA Afiati, Z. N Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan Bantuan Media CD Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Umum Kelas XI IPS di SMA Negeri I Bawang Kabupaten Banjarnegara Tahun Ajaran 2009/2010. Semarang : Universitas Negeri Semarang. Tersedia di [diakses ] Amri, Sofan & Iif Khoiru Ahmadi Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Arifin, Z Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Azhar Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Badan Standar Nasional Pendidikan Penyusunan KTSP Kabupaten/Kota: Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Budianto, Haris Efektifitas Penggunaan Media Presentasi Animasi Flash Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika : Kuasi Ekperimen terhadap Siswa SMA PGII 1 Bandung Kelas IX. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia. Depdiknas.2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djamarah, S.B & A. Zain Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati, & Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Husril Desain Media Pembelajaran Animasi Berbasis Adobe Flash CS3 Pada Mata Kuliah Instalasi Listrik 2. Journal MEDTEK, 3/2: 5-6 Isjoni Pembelajara Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Belajar Ibrahim, Muslimin dkk Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa- University Press. Jihad, Asep & Abdul Haris Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo

115 98 Kartiwi Penggunaan Teknik Kartu Berpasangan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Manfaat Sumber Daya Alam Pada Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia. Kurniawan Fokus Matematika SMP/MTS. Jakarta : Erlangga Kusni Geometri. Semarang : UNNES. Mulyasa, E Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Pusparini, Novi Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP Kelas VIII. Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Tersedia di %20 PUSTAKA.pdf [diakses ] Reeves, Thomas C The Impact of Media and Technology in Schools (section 1). The University of Georgia. Tersedia di BertelsmannReeves98.pdf [diakses ] Sadiman, Arief S., dkk Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Pustaka Salim, Ali Trik Membuat Animasi Teks dengan Macromedia Flash MX Jakarta: Elex Media Komputindo. Slavin, Robert Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Sudijono, A Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sudjana Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjana, Nana Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiarto Workshop I. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Suherman, E Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA. Sukardi Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

116 99 Sukestiyarno Instrumen dan Analisis Data Penelitian. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Suprijono, Agus Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem.Yogyakarta: Pustaka Belajar. Suyanto, M Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing. Yogyakarat: Andi Offset. Suyitno, Amin Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang : UNNES. Trianto Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Wena, Made Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara Wyk, Micheal M van EABR & ETLC Conference Proceedings in Dublin, Ireland. The Effects Of Teams-Games-Tournaments On Achievement, Retention, And Attitudes Of Economics Education Student. Hal Tersedia di ETLC_ Articles/ Article%20131.pdf [diakses ]

117 100

118 100 Lampiran 1 DAFTAR NAMA PESERTA DIDIK KELAS UJI COBA (IX A) No Kode Siswa Nama 1 UC-01 Abdurrahman 2 UC-02 Ageng Yudhi Prabowo 3 UC-03 Aisyah Putri Rachmadanty 4 UC-04 Amaratri Sukhma Pramesti 5 UC-05 Arini Damayanti 6 UC-06 Asrini Ambarwati 7 UC-07 Bahrizalsyah Alba Surya Laksana 8 UC-08 Cinta Sunyaraggi 9 UC-09 Daniel Yoga Pamungkas 10 UC-10 Desfika Hanum Esa Ruswandari 11 UC-11 Desya Aulya Ma'rufi 12 UC-12 Dhian Safitri 13 UC-13 Diyah Ayu Puspitasari 14 UC-14 Fairuz Inas Al-Fathina Ridhwan 15 UC-15 Faris Setia Nugroho 16 UC-16 Fauzi Irvansyah 17 UC-17 Gregorius Ronaldo P 18 UC-18 Ivan Muhammad Irsyad 19 UC-19 Khairunnisa Nur Salsabila 20 UC-20 Latifah Hidayati 21 UC-21 Muhammad Afif Fitrianto 22 UC-22 Muhammad Dimas Febiyanto 23 UC-23 Nadia Prakastri 24 UC-24 Nur Salamah 25 UC-25 Rina Kusuma Wardhani 26 UC-26 Rm.Farhan Ramadhan 27 UC-27 Septarani Nawangsih 28 UC-28 Tyas Pertiwi Armaningrum

119 101 Lampiran 2 DAFTAR NAMA PESERTA DIDIK KELAS EKSPERIMEN 1 (IX F) No Kode Siswa Nama 1 E1-01 Agustina 2 E1-02 Arga Wisnu Nugroho 3 E1-03 Arief Hidayat Ristra Al 4 E1-04 Aulia Atsal 5 E1-05 Bonifasius Heinrich Bagaskara 6 E1-06 Brahmatya Dipowaluyo 7 E1-07 Dewi Maya Kusumaningtyas 8 E1-08 Dimas Nando Septianto 9 E1-09 Eric Ferdinand Syach 10 E1-10 Febrianita Prawesti 11 E1-11 Fifi Armadani 12 E1-12 Haidar Gilang Pradipta 13 E1-13 Hulwa Anindya Pratiwi 14 E1-14 Indrawan Bayu Pratama 15 E1-15 Indriana 16 E1-16 Irfan Riza Rahman 17 E1-17 Joko Slamet 18 E1-18 Krusita Nopikasari 19 E1-19 Lia Mindawati 20 E1-20 Lyon Widyanto 21 E1-21 Mila Oktavia 22 E1-22 Mochamad Syaiful Huda 23 E1-23 Mochammad Sandi Eko Utama 24 E1-24 Octaviani Pridani 25 E1-25 Paksi Jaladri 26 E1-26 Romly Nirwan 27 E1-27 RR. Gisca Wisnhu Stannia 28 E1-28 Selvy Kusumaningrum 29 E1-29 Wahyuningrum 30 E1-30 Wina Astari 31 E1-31 Winda Dwi Cahyaningrum 32 E1-32 Yuliana Dwi Yuni Astuti

120 102 Lampiran 3 DAFTAR NAMA PESERTA DIDIK KELAS EKSPERIMEN 2 (IX E) No Kode Siswa Nama 1 E2-01 Anggi Yuanita 2 E2-02 Anggraito Jati 3 E2-03 Arfan Riza Rahman 4 E2-04 Bella Okstri Stentya 5 E2-05 Dellano Putra Pattinaja 6 E2-06 Dian Widhowati 7 E2-07 Dustin Shofi Lundy 8 E2-08 Elinnia Sunarko 9 E2-09 Evin Trisha Yuhanda 10 E2-10 Hiyya Ichsania 11 E2-11 Irfan Firmansyah 12 E2-12 Isna Yulianti 13 E2-13 Ivana Dhiar Kirana 14 E2-14 Julius Ardiyanto Nugroho 15 E2-15 M. Abu Bakar 16 E2-16 Muhamad Faizin 17 E2-17 Mutiara Intan Safira 18 E2-18 Nashrifan Satria Auliamustakim 19 E2-19 Raditya Arga Virgananda 20 E2-20 Ribka Yulian Ragita 21 E2-21 Risza Widi Octaviana 22 E2-22 Rivo Putra Kristia Wibowo 23 E2-23 Rizkia Puti Ramadhani 24 E2-24 Sari Khusnul Khuluq 25 E2-25 Septian Jodhi Mahendra 26 E2-26 Shinta Aprilia Ludirini 27 E2-27 Sugeng Riyadi Mustofa 28 E2-28 Tahta Hudaya Perbangsa 29 E2-29 Timur Tirta Nugroho 30 E2-30 William Herald Swaving 31 E2-31 Wulandari 32 E2-32 Yemima Sontiara Harsono 33 E2-33 Yosua Ari Wibowo

121 103 Lampiran 4 DAFTAR NAMA PESERTA DIDIK KELAS KONTROL (IX G) No Kode Siswa Nama 1 K-01 Agus Try Kurniawan 2 K-02 Ahmad Djalaludin 3 K-03 Akhmad Ridho 4 K-04 Alfiana Sahila 5 K-05 Anandya Putri Vebalita 6 K-06 Andrees Sunseno Prayodi 7 K-07 Annisa Firdaus 8 K-08 Annisa Mi'raj Fathan 9 K-09 Anugrah Putra Pamungkas 10 K-10 Choriul Bhahari 11 K-11 Dania Diamantha 12 K-12 Dea Calista Devina 13 K-13 Dea Kalma Kaulikasari 14 K-14 Ditra Wardana 15 K-15 Erik Sepdianto 16 K-16 Fabrian Asdo Putra 17 K-17 Fachur Rochman 18 K-18 Fadli Rokhmato 19 K-19 Faisal Iqbal Assegaf 20 K-20 Hidayat Aris Pamungkas 21 K-21 Kartika Kusumaningrum 22 K-22 Lucy Atika Dewi 23 K-23 Ngati Nursih 24 K-24 Nimas Dharmaningtyas 25 K-25 Rahma Salsabila 26 K-26 Ridho Agung Iriantono 27 K-27 Rizky Triangga 28 K-28 Rr.Diah Ayu Saraswati 29 K-29 Silmi Aulia Ramadhani 30 K-30 Vito Setiawan 31 K-31 Yulianto Ekoprasetyo

122 104 Lampiran 5 KISI KISI SOAL TES UJI COBA Sekolah : SMP Negeri 13 Semarang Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : IX/1 Materi : Kesebangunan Alokasi Waktu : 2 x 35 menit Jumlah Soal : 10 soal Standar Kompetensi: 1. Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah Kompetensi yang diujikan Indikator soal Aspek yang Banyak Nomor Bentuk dinilai butir butir tes 1.1 Mengiden tifikasi bangunbangun datar yang sebangun dan kongruen Peserta didik dapat mengidentifikasikan dua bangun datar yang sebangun atau menghitung panjang sisi-sisi atau besar sudut bangun datar yang sebangun. Pemahaman konsep 2 1, 2 Uraian 1.2 Mengidentifikasi sifatsifat dua segitiga sebangun dan kongruen 1.3 Mengguna kan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah Peserta didik dapat mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjang sisisisi atau sudut pada segitiga yang sebangun 1) Peserta didik dapat menentukan perbandingan sisisisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjangnya pada segitiga yang memiliki sepasang sisi yang sejajar 2) Menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjangnya pada segitiga terpancung 3) Menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjangnya pada segitiga siku-siku Pemahaman konsep Pemecahan masalah Penalaran dan komunikasi Pemecahan masalah 2 3,4 Uraian ,6 7,8 9,10 Uraian Uraian Uraian 104

123 105 Lampiran 6 SOAL TES UJI COBA MATERI KESEBANGUNAN Mata Pelajaran : Matematika Sekolah : SMP Negeri 13 Semarang Kelas/Semester : IX/1 Jumlah Soal : 10 Soal Uraian Alokasi Waktu : 2 x 35 menit PETUNJUK PENGERJAAN SOAL 1. Berdoalah terlebih dahulu. 2. Tulislah nama dan nomor absen Anda pada lembar jawab. 3. Pastikan soal yang Anda terima lengkap. 4. Periksa kembali pekerjaan Anda sebelum dikumpulkan Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan benar! 1. Apakah bangun datar trapesium sama kaki dibawah ini sebangun? Jelaskan! D C H 9 cm 2 cm G 110 o 70 o 4 cm 6 cm A 6 cm B E 3 cm F 2. Amati gambar disamping. Jika layang-layang ABCD sebangun dengan layang-layang BEFC, tentukan: a. panjang CF; b. panjang EF. C 3 cm D F 6 cm E 3. Perhatikan gambar di bawah ini! A B 21 cm Pada gambar di atas Δ ABC sebangun dengan Δ PQR. Berapakah panjang sisi PR dan BC?

124 Perhatikan gambar di bawah ini! B A C D a. Buktikan bahwa sebangun dengan. b. Jika AB = 8 cm, CD = 12 cm, BC = 6 cm dan ED = 24 cm, tentukan panjang AC dan CE. E 5. Seorang anak yang berdiri pada jarak 2 meter dari tiang lampu memiliki bayangan oleh sinar lampu sepanjang 3 meter. Jika tinggi anak itu 1,8 meter. Berapakah tinggi tiang lampu! 6. Seorang anak berada di 2,5 m dari sebuah tiang bendera. Tinggi anak tersebut 1,5 m. Jika bayangan puncak bendera berimpit dengan bayangan anak tersebut, tentukan tinggi tiang bendera! Diketahui pula panjang bayangan tiang bendera adalah 6 m. A E D 2 cm 10 cm 8. Pada gambar di samping, Jika panjang CD=3 cm, CF= 3cm, FB= 7 cm dan EF = 6 cm, maka panjang AB adalah. C F B 7. Pada gambar di samping, segi empat ABCD diketahui AB//DC dan EF//AB dengan E pada AD dan F pada BC sedemikian sehingga DE : EA = 5 : 3. Jika panjang CD=2 cm dan AB = 10 cm, maka panjang EF adalah. E D C F A B

125 Perhatikan gambar di samping! Tentukan : a) Panjang AD b) Panjang AB c) Panjang AC 4 cm 9 cm D C 10. Perhatikan gambar di bawah ini! C Segitiga ABC siku-siku di B dan jika AB= 6 cm, AC = 8 cm, dan BC= 10 cm. Tentukan: a. Panjang BD D b. Panjang CD c. Panjang AD A B

126 108 Lampiran 7 KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN SOAL TES UJI COBA MATERI KESEBANGUNAN Mata Pelajaran Sekolah Kelas/Semester Jumlah Soal : Matematika : SMP Negeri 13 Semarang : IX/1 : 10 Soal Uraian No. Soal Penyelesaian Skor 1. Perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian Sudut-sudut yang bersesuaian 4 4 Karena perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian senilai dan sudut-sudut yang bersesuaian sama besar maka 2 trapesium ABCD sdan trapesium EFGH sebangun Jumlah skor Karena layang-layang ABCD sebangun dengan layanglayang EFGH maka perbandingan sisi-sisi yang 2 bersesuaian sebanding 4 4 Jumlah skor 10

127 karena Δ ABC sebangun dengan Δ PQR maka 2 Panjang PR 4 Panjang BC 4 Jumlah skor a. (dalam berseberangan) (dalam berseberangan) (bertolak belakang) 2 Karena sudut-sudut yang bersesuaian sama besar maka (terbukti) b. Karena maka 4 4 Jumlah skor Misal DE= tinggi tiang lampu BC= tinggi anak DB= jarak anak dengan tiang AD= panjang bayangan tiang

128 110 E B D 2 m 1,8 m C 3 m A 3 Panjang DE 2 3 DE = 3 m Jumlah skor 8 6. Misal DE= tinggi tiang bendera BC= tinggi anak DB= jarak anak dengan tiang bendera AD= panjang bayangan tiang bendera E Panjang DE AC = AD DC = 6 2,5 = 3,5 m B 1,5 m D 2,5 m C 6 m A 3 2 DE = 2,57 m Jumlah skor

129 Jadi, panjang EF adalah 7 cm Jumlah skor AB = 5 cm Jadi panjang EF adalah 7 cm Jumlah skor 5 9. a. Panjang AD 2 b. Panjang AB 2 2 c. Panjang AC Jumlah skor a. Panjang BD 2 2

130 112 b. Panjang CD 2 2 c. Panjang AD 2 2 Jumlah skor 12 Total Skor 90 Nilai =

131 113 Lampiran 8 ANALISIS UJI COBA TES HASIL BELAJAR Analisis Tingkat Kesukaran Butir, Daya Pembeda Butir, Validitas Butir, dan Reliabilitas Tes No. Kode Y Y 2 1 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC

132 UC UC UC UC UC UC UC UC UC X Validitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda X XY ( X) ( Y) r xy r tabel Kriteria Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Mean Skor maks TK Kriteria Sedang Sedang Mudah Sukar Sedang Sedang Mudah Sedang Mudah Sedang Skor maks

133 115 D Kriteria Cukup Jelek cukup Baik Jelek Baik Jelek Baik Cukup Jelek Keputusan dipakai dibuang dipakai Dipakai dibuang Dipakai Dibuang dipakai Dipakai dibuang No. baru X² σ² Reliabelitas σ²total σ² r Kriteria reliabel 115

134 116 Lampiran 9 CONTOH PERHITUNGAN VALIDITAS BUTIR SOAL Rumus: ( ) ( ) Keterangan: ( ( ) )( ( ) ) (Arikunto, 2002: 72) = koefisien korelasi skor butir soal dan skor total; = banyak subjek; = jumlah butir soal; = jumlah skor total; = jumlah perkalian skor butir dengan skor total; = jumlah kuadrat skor butir soal; = jumlah kuadrat skor total. Kriteria: Butir soal dikatakan valid jika jika. Berikut ini perhitungan validitas butir soal nomor 1, untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama. No. Kode x Y x 2 y 2 xy 1 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC

135 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC Jumlah ( ) ( ) ( ( ) )( ( ) ) ( ) ( )( ) ( ( ) ( ) )( ( ) ( ) ) Pada Karena dan n = 28, diperoleh maka soal valid.

136 118 Lampiran 10 CONTOH PERHITUNGAN TINGKAT KESUKARAN BUTIR SOAL Rumus: Kriteria: ( ) Arifin (2009, 135) P = 0,00 0,30 : sukar; P = 0,31 0,70 : sedang; P = 0,71 1,00 : mudah. Berikut ini perhitungan tingkat kesukaran butir soal nomor 1, untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama. No Kode Skor No Kode Skor 1 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC-02 0 Jumlah 150 N 28 Rata-rata 5,357 Skor Maksimum 10 Sesuai dengan kriteria soal, maka butir soal nomor 1 termasuk dalam kriteria soal sedang.

137 119 Lampiran 11 CONTOH PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA BUTIR SOAL Rumus: Keterangan: : daya pembeda; : rata-rata kelompok atas; : rata-rata kelompok bawah. Kriteria: 0,40 ke atas : sangat baik; 0,30 0,39 : baik; 0,20 0,29 : cukup, soal perlu perbaikan; 0,19 ke bawah : kurang baik, soal harus dibuang. Arifin (2009, 133) Berikut ini perhitungan daya pembeda butir soal nomor 1, untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama. Kelompok Bawah Kelompok Atas No Kode Skor No Kode Skor 1 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC-02 0 Jumlah 90 Jumlah 60 Rata-rata 6.43 Rata-rata 4.29 Sesuai dengan kriteria soal, maka butir soal nomor 1 termasuk dalam kriteria soal baik.

138 120 Lampiran 12 Rumus: CONTOH PERHITUNGAN RELIABILITAS TES ( ( ) ) ( Kriteria: Soal tes dikatakan reliabel Jika. Perhitungan: 1. Varians Total ) (Arikunto, 2002: 109) ( ) ( ) 2. Varians Butir ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

139 121 ( ) ( ) ( ) ( ) Jadi, 3. Koefisien Reliabilitas ( ( ) ) ( ) (( ) ) ( ) Pada dengan n = 28 diperoleh. Karena maka dapat disimpulkan bahwa instrument reliabel.

140 122 Lampiran 13 HASIL ANALISIS TINGKAT KESUKARAN BUTIR, DAYA BEDA BUTIR, VALIDITAS BUTIR DAN RELIABILITAS TES No. Tingkat Kesukaran Daya Beda Validitas Reliabilitas Soal Butir Soal Butir Soal Butir Soal Tes Keterangan 1 Sedang Cukup Valid Reliabel Dipakai 2 Sedang Jelek Tidak Reliabel Dibuang 3 Mudah Cukup Valid Reliabel Dipakai 4 Sukar Baik Valid Reliabel Dipakai 5 Sedang Jelek Tidak Reliabel Dibuang 6 Sedang Baik Valid Reliabel Dipakai 7 Mudah Jelek Tidak Reliabel Dibuang 8 Sedang Baik Valid Reliabel Dipakai 9 Mudah Cukup Valid Reliabel Dipakai 10 Sedang Jelek Tidak Reliabel Dibuang

141 123 Lampiran 14 KISI KISI SOAL TES HASIL BELAJAR Sekolah : SMP Negeri 13 Semarang Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : IX/1 Materi : Kesebangunan Alokasi Waktu : 2 x 35 menit Jumlah Soal : 10 soal Standar Kompetensi: 1. Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah Kompetensi yang diujikan 1.1 Mengiden tifikasi bangunbangun datar yang sebangun dan kongruen 1.2 Mengidentifikasi sifatsifat dua segitiga sebangun dan kongruen 1.3 Mengguna kan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah Indikator soal Peserta didik dapat mengidentifikasikan dua bangun datar yang sebangun atau menghitung panjang sisisisi atau besar sudut bangun datar yang sebangun. Peserta didik dapat mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjang sisisisi atau sudut pada segitiga yang sebangun 1) Peserta didik dapat menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjangnya pada segitiga yang memiliki sepasang sisi yang sejajar 2) Menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjangnya pada segitiga terpancung 3) Menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjangnya pada segitiga siku-siku Aspek yang dinilai Pemahaman konsep Pemahaman konsep Pemecahan masalah Penalaran dan komunikasi Pemecahan masalah Banyak butir Nomor butir Bentuk tes 1 1 Uraian 2 2,3 Uraian Uraian Uraian Uraian 123

142 124 Lampiran 15 SOAL TES HASIL BELAJAR MATERI KESEBANGUNAN Mata Pelajaran : Matematika Sekolah : SMP Negeri 13 Semarang Kelas/Semester : IX/1 Jumlah Soal : 6 Soal Uraian Alokasi Waktu : 2 x 30 menit PETUNJUK PENGERJAAN SOAL 1. Berdoalah terlebih dahulu. 2. Tulislah nama dan nomor absen Anda pada lembar jawab. 3. Pastikan soal yang Anda terima lengkap. 4. Periksa kembali pekerjaan Anda sebelum dikumpulkan Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan benar! 1. Apakah bangun datar trapesium sama kaki dibawah ini sebangun? Jelaskan! 4 cm D 2 cm C H 110 o 70 o 9 cm G 6 cm A 6 cm B E 3 cm F 2. Perhatikan gambar di bawah ini! 21 cm Pada gambar di atas Δ ABC sebangun dengan Δ PQR. Berapakah panjang sisi PR dan BC?

143 Perhatikan gambar di bawah ini! B A C D a. Buktikan bahwa sebangun dengan. b. Jika AB = 8 cm, CD = 12 cm, BC = 6 cm dan ED = 24 cm, tentukan panjang AC dan CE. E 4. Seorang anak berada di 2,5 m dari sebuah tiang bendera. Tinggi anak tersebut 1,5 m. Jika bayangan puncak bendera berimpit dengan bayangan anak tersebut, tentukan tinggi tiang bendera! Diketahui pula panjang bayangan tiang bendera adalah 5 m. 5. Pada gambar di samping, Jika panjang CD=3 cm, CF= 3cm, FB= 7 cm dan EF = 6 cm, maka panjang AB adalah. E D C F A B 6. Perhatikan gambar di samping! Tentukan : a. Panjang AD b. Panjang AB c. Panjang AC 4 cm D 9 cm C

144 126 Lampiran 16 KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN SOAL TES HASIL BELAJAR MATERI KESEBANGUNAN Mata Pelajaran : Matematika Sekolah : SMP Negeri 13 Semarang Kelas/Semester : IX/1 Jumlah Soal : 6 Soal Uraian No. Soal Penyelesaian Skor 1. Perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian Sudut-sudut yang bersesuaian 4 4 Karena perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian senilai dan sudut-sudut yang bersesuaian sama besar maka 2 trapesium ABCD sdan trapesium EFGH sebangun Jumlah skor karena Δ ABC sebangun dengan Δ PQR maka 2 Panjang PR 4 Panjang BC 4 Jumlah skor 10

145 c. (dalam berseberangan) (dalam berseberangan) (bertolak belakang) Karena sudut-sudut yang bersesuaian sama besar maka (terbukti) d. Karena maka Jumlah skor Misal DE= tinggi tiang bendera BC= tinggi anak DB= jarak anak dengan tiang bendera AD= panjang bayangan tiang bendera E Panjang DE AC = AD DC = 6 2,5 = 3,5 m B 1,5 m D 2,5 m C 6 m A 3 2 DE = 2,57 m Jumlah skor 8 3

146 AB = 5 cm Jadi panjang EF adalah 7 cm Jumlah skor 5 6. a. Panjang AD 2 b. Panjang AB 2 2 c. Panjang AC Jumlah skor 12 Total Skor 55 Nilai =

147 129 Lampiran 17 SILABUS Sekolah Kelas Mata Pelajaran Semester : SMP Negeri 13 Semarang : IX : Matematika : I(satu) Standar Kompetensi : GEOMETRI DAN PENGUKURAN 1. Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar 1.1 Mengiden tifikasi bangunbangun datar yang sebangun dan kongruen Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Kesebangunan Mendiskusikan dua bangun yang sebangun atau kongruen melalui model bangun datar Indikator Mendiskusikan dua bangun yang sebangun melalui model bangun datar Teknik Tes tulis Penilaian Bentuk Contoh Instrumen Instrumen Tes uraian Bangun-bangun manakah yang sebangun? Mengapa? Alokasi Waktu 1 x 30 menit Sumber Belajar Buku teks, lingkungan, media flash LKPD, model bangun datar dari karton/ Kertas BC 129

148 130 Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Mengidentifikasikan dua bangun datar sebangun atau kongruen Indikator Mengidentifikasikan dua bangun datar sebangun Teknik Tes lisan Penilaian Bentuk Contoh Instrumen Instrumen Daftar Apakah kedua bangun pertanyaan berikut ini sebangun? Mengapa? Alokasi Waktu 1 x 30 menit Sumber Belajar 1.2 Mengiden tifikasi sifatsifat dua segitiga sebangun dan kongruen Kesebangunan Mencermati perbedaan dua segitiga sebangun atau kongruen Mengidentifik asi sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen. Membedakan pengertian sebangun dan kongruen dua segitiga. Menyebutkan sifat-sifat dua segitiga sebangun. Tes lisan Tes tulis Daftar pertanyaan Tes isian Kalau ΔABC sebangun dengan ΔPQR, apakah a. sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang? b. sudut-sudut yang bersesuaian sama besar? 1x30 menit Diketahui ΔABC dan ΔPQR, 1x40 C sebangun menit R A B Buku teks, lingkungan, media flash, LKPD, model bangun datar karton/ kertas BC P Q 130

149 131 Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Teknik Bentuk Instrumen Penilaian Contoh Instrumen Alokasi Waktu Sumber Belajar panjang AB panjang PQ panjang panjang panjang panjang Sudut A = sudut. 1.3 Mengguna Kesebangunan kan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah Mengamati perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjangnya. Menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjangnya Tes tulis Tes uraian ABC sebangun dengan PQR. Panjang AB = 4 cm. Sisi yang bersesuaian dengan AB adalah sisi PQ, dan panjang PQ = 6 cm. Jika panjang sisi BC = 5 cm, maka panjang sisi QR adalah. 4x30 menit Buku teks, lingkungan, model bangun datar dari kawat atau karton 131

150 132 Lampiran 18 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen 1) (Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament dengan menggunakan media 3 In 1 ) Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMP N 13 Semarang Kelas/Semester : IX/Ganjil Alokasi waktu : 2 x 30 menit Pertemuan ke- : 1 A. Standar Kompetensi Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 1.1 Mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen C. Indikator 1. Membedakan dua bangun yang sebangun melalui model bangun datar 2. Mengidentifikasikan dua bangun datar yang sebangun D. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat membedakan dua bangun yang sebangun melalui model bangun datar dan dengan bantuan media flash 2. Peserta didik dapat mengidentifikasikan dua bangun datar yang sebangun dengan mengerjakan LKPD dan kartu berpasangan. E. Materi Pembelajaran 1. Kesebangunan Bangun Datar H D A C 2 cm B E F 4 cm 8 cm Gambar 1. Dua Bangun Persegi Panjang yang Sebangun Perhatikan Gambar 1, Pada persegipanjang ABCD dan persegipanjang EFGH, perbandingan panjangnya adalah 4 : 8 = 1 : 2. Adapun perbandingan lebarnya adalah 2 : 4 = 1 : 2. Dengan demikian, G 4 cm

151 133 perbandingan sisi sisi yang bersesuaian pada kedua persegipanjang tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut. Kemudian, perhatikan sudut-sudut yang bersesuaian pada persegipanjang ABCD dan persegipanjang EFGH. Oleh karena keduanya berbentuk persegipanjang, setiap sudut besarnya 90 sehingga sudut-sudut yang bersesuaian pada kedua bangun tersebut sama besar. Artinya kedua persegi - panjang tersebut memiliki sisi-sisi yang bersesuaian dan sebanding sedangkan sudut-sudut yang bersesuaian sama besar. Oleh karena itu, persegipanjang ABCD dan persegipanjang EFGH dikatakan sebangun. Jadi, dua atau lebih bangun dikatakan sebangun jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut. 3. Panjang sisi-sisi yang bersesuaian pada bangun-bangun tersebut memiliki perbandingan yang senilai. 4. Sudut-sudut yang bersesuaian pada bangun-bangun tersebut sama besar. F. Metode dan Model pembelajaran Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya jawab Model : Teams Games Tournament (TGT) Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) adalah sebagai berikut. 1. Fase 1: presentasi kelas (class presentation). 2. Fase 2: belajar kelompok (team). 3. Fase 3: permainan (games). 4. Fase 4: kompetisi (turnament). 5. Fase 5: penghargaan (teams recognition).

152 134 G. Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi Langkah-langkah Pembelajaran Waktu 5 menit Kegiatan Pendahuluan 1. Guru dengan disiplin datang tepat waktu. 2. Guru mengucapkan salam dengan santun. 3. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa sebelum pembelajaran dimulai. 4. Guru memeriksa kondisi kelas dan kehadiran peserta didik untuk mengecek kedisplinan peserta didik. 5. Peserta didik dengan mandiri diminta menyiapkan alat-alat belajar (buku tulis, alat tulis, dan buku pelajaran matematika kelas IX) dan membersihkan papan tulis jika belum dibersihkan. 6. Guru mempersiapkan LCD proyektor, laptop, media 3 In 1, dan LKPD. 7. Guru menyampaikan materi, tujuan pembelajaran, dan indikator yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini dengan komunikatif. 8. Guru menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan, yaitu model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) dengan media 3 In 1 dan LKPD. 9. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik dengan menjelaskan manfaat mempelajari materi kesebangunan. Guru memberikan contoh kesebangunan dalam kehidupan sehari-hari misalnya uang logam Rp 100,00 dengan uang logam Rp 500,00. Karakteristik Pembelajaran Disiplin Santun Religius Disiplin Mandiri Informasi, komunikatif Informasi, tertib Motivasi

153 menit 10. Guru menanyakan kesiapan belajar peserta didik secara lisan. 11. Melalui kegiatan eksplorasi, guru melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan prasyarat tentang bangun datar yang sebangun. a. Guru meminta peserta didik menyebutkan bangun datar yang telah dipelajari di kelas VIII. b. Guru menanyakan besar sudut-sudut dalam bangun datar. Kegiatan Inti 1. Fase-1 Penyajian Kelas (Class Presentation) a. Guru menyajikan materi pengertian dan syaratsyarat kesebangunan bangun datar dengan memanfaatkan model bangun datar dan media flash sedangkan peserta didik mengamati demonstrasi yang dilakukan guru. b. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan memanfaatkan media flash dan guru melibatkan peserta didik secara aktif dan teliti dibimbing dengan menjawab pertanyanpertanyaan yang disampaikan guru agar dapat menyimpulkan pengertian dan syarat-syarat kesebangunan bangun datar. c. Peserta didik menyimpulkan pengertian dan syarat-syarat kesebangunan bangun datar dan guru memberikan penguatan atas pernyataan peserta didik. d. Peserta didik dengan aktif diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang telah di pelajari. Semangat, siap Eksplorasi, Eksplorasi, interaktif, berpikir logis Eksplorasi, berpikir logis Elaborasi, aktif dan teliti Konfirmasi Aktif, rasa ingin tahu

154 136 5 menit 10 menit 5 menit 2. Fase-2 Belajar kelompok (teams) a. Guru memfasilitasi peserta didik untuk membaginya ke dalam 8 kelompok heterogen untuk bekerja sama, setiap kelompok terdiri dari 4 peserta didik, tempat duduk didesain melingkari meja kemudian memberi nama kelompok dengan kelompok angka 1-8 agar lebih mudah melakukan pemantauan dan penilaian. Nama kelompok ini juga akan digunakan dalam pembelajaran selanjutnya. b. Dengan tertib, peserta didik bergabung dengan kelompoknya masing-masing. c. Guru membagikan LKPD yang berisi cara mengidentifikasi kesebangunan bangun datar. d. Guru menginformasikan kepada peserta didik untuk berdiskusi dan bekerjasama dengan kelompoknya. e. Peserta didik bekerjasama dengan teman satu kelompoknya untuk mendiskusikan pertanyaan yang ada pada LKPD dengan penuh tanggung jawab sehingga semua anggota kelompok paham. f. Guru berkeliling kelas memantau jalannya diskusi kelompok, dan guru hanya sebagai fasilitator jika diperlukan. g. Melalui kegiatan konfirmasi, guru membahas jawaban LKPD agar peserta didik dapat mengecek pekerjaannya sendiri. Informasi, kerjasama Tertib Informasi, kerjasama, Elaborasi, kerjasama, kerja keras, dan tanggung jawab Konfirmasi

155 menit 3. Fase-3 Permainan (Games) a. Peserta didik berkelompok menurut kelompoknya. b. Guru membacakan aturan permainan dalam games akademik (menggunakan media kartu berpasangan) yang berkaitan dengan cara mengidentifikasi kesebangunan bangun datar. c. Melalui kegiatan elaborasi, peserta didik dengan mandiri diberi kesempatan untuk mengerjakan soal games yang berkaitan dengan cara mengidentifikasi kesebangunan bangun datar (berupa kartu berpasangan). d. Melalui kegiatan konfirmasi, peserta didik yang sudah selesai mengerjakan soal games, dipersilahkan mengacungkan tangan dan mempresentasikan hasil jawaban soal games di depan kelas dengan percaya diri. e. Peserta didik ditanamkan sikap saling menghargai dengan memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban atas soal games. f. Melalui kegiatan konfirmasi, guru mengevaluasi jawaban peserta didik dan memberikan penguatan kepada kelompok yang jawabanya benar dan memberi motivasi atau semangat kepada kelompok yang belum berhasil. 5 menit 4. Fase-5 Penghargaan (Team Recognitition) a. Guru mengumumkan nilai. b. Guru memberikan penghargaan kepada peserta didik dengan nilai games tertinggi sebagai Informasi Elaborasi, kerjasama Konfirmasi, percaya diri Saling menghargai Konfirmasi, motivasi Informasi Menghargai

156 138 pendorong kelompok lain agar berusaha lebih baik berupa ucapan selamat dan penghargaan berupa bintang. 5 menit Kegiatan Penutup 1. Melalui kegiatan konfirmasi, guru membimbing Konfirmasi peserta didik untuk membuat kesimpulan atas materi yang telah dipelajari pada pertemuan hari ini. 2. Guru memberikan PR. 3. Melalui kegiatan konfirmasi, guru melakukan Mandiri Konfirmasi refleksi dan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. 4. Guru membimbing peserta didik dengan berterima kasih kepada Tuhan sebagai wujud syukur karena Bersyukur dan berterima kasih proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Guru juga mengucapkan terima kasih atas peran aktif semua peserta didik. 5. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari Tertib pada pertemuan berikutnya yaitu tentang menghitung panjang sisi pada bangun yang sebangun. 6. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik Motivasi untuk belajar dengan giat. 7. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan mengucapkan salam dengan santun. Religius dan santun H. PENILAIAN 1. Teknik : Tes tertulis 2. Bentuk instrumen : Latihan soal yang dikemas dalam LKPD, soal games, dan PR. 3. Tes hasil belajar : Ada, dilakukan secara tertulis melalui games

157 139 I. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR 1. Media/ Alat : LCD proyektor, laptop, media flash, alat peraga, kartu berpasangan, LKPD, white board, penggaris, dan spidol. 2. Sumber Belajar : a) Agus, Nuniek Avianti Mudah Belajar Matematika untuk Kelas IX SMP/MTs (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. b) Wagiyo, A. dkk Pegangan Belajar Matematika 3 untuk SMP/MTs Kelas IX (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Semarang, Agustus 2012 Guru Matematika, Peneliti, Tri Hartati, S.Pd Abid Khoirul Ismail NIP NIM

158 140 Lampiran 19 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen 1) (Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament dengan menggunakan media 3 In 1 ) Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMP N 13 Semarang Kelas/Semester : IX/Ganjil Alokasi waktu : 2 x 30 menit Pertemuan ke- : 2 A. Standar Kompetensi Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 1.2 Mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen C. Indikator 1. Menjelaskan pengertian sebangun dua segitiga 2. Menyebutkan sifat-sifat dua segitiga sebangun D. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian sebangun dua segitiga dengan bantuan media flash dan alat peraga. 2. Peserta didik dapat menyebutkan sifat-sifat dua segitiga sebangun dengan bantuan media flash, alat peraga, LKPD, dan kartu berpasangan E. Materi Pembelajaran 1. Kesebangun pada Segitiga C 1 C a 1 O b A c a B b 1 c 1 B 1 Gambar 1 Perbesaran Segitiga ABC sebesar 2x terhadap titik O A 1

159 141 adalah bangun hasil dari diperbanyak 2x dengan titik pusat O sehingga : (segitiga asli) setelah 4. a : a 1 = b : b 1 = c : c 1 5. Sudut-sudut tidak berubah jika dikalikan artinya sudut-sudut pada segitiga asli sama dengan sudut-sudut pada segitiga hasil 6. ( ) Definisi Dua segitiga disebut sebangun jika segitiga yang satu dapat dikalikan sedemikian sehingga hasilnya sama dan sebangun dengan segitiga yang lain. Teorema 1. Dua segitiga sebangun kalau ketiga sisi segitiga yang satu sebanding dengan ketiga sisi yang bersesuaian dari segitiga yang kedua. (S S S) 2. Dua segitiga sebangun kalau dua sudutdari segitiga yang satu sama dengan dua sudut dari segitiga yang lain. (Sd Sd) 3. Dua segitiga sebangun kalau dua segitiga yang satu sebanding dengan dua sisi segitiga yang kedua dan sudut apit kedua sisi itu sama. (S Sd S) 4. Dua segitiga sebangun, kalau kedua segitiga itu siku-siku sedangkan sisi miring dan sebuah sisi siku-siku dari segitiga yang satu sebanding dengan sisi miring dan sisi siku-siku dari segitiga yang lain. (S Sm) F. Metode dan Model pembelajaran Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya jawab Model : Teams Games Tournament (TGT) Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) adalah sebagai berikut. 1. Fase 1: presentasi kelas (class presentation). 2. Fase 2: belajar kelompok (team).

160 Fase 3: permainan (games). 4. Fase 4: kompetisi (turnament). 5. Fase 5: penghargaan (teams recognition). G. Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi Langkah-langkah Pembelajaran Waktu 5 menit Kegiatan Pendahuluan 1. Guru dengan disiplin datang tepat waktu. 2. Guru mengucapkan salam dengan santun. 3. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa sebelum pembelajaran dimulai. 4. Guru memeriksa kondisi kelas dan kehadiran peserta didik untuk mengecek kedisplinan peserta didik. 5. Peserta didik dengan mandiri diminta menyiapkan alat-alat belajar (buku tulis, alat tulis, dan buku pelajaran matematika kelas IX) dan membersihkan papan tulis jika belum dibersihkan. 6. Guru mempersiapkan LCD proyektor, laptop, media 3 In 1, dan LKPD. 7. Guru menyampaikan materi, tujuan pembelajaran, dan indikator yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini dengan komunikatif. 8. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik dengan menjelaskan manfaat mempelajari materi kesebangunan. Guru memberikan contoh kesebangunan segitiga dalam kehidupan seharihari misalnya segitiga yang diberi cahaya lampu senter sehingga bayangan segitiga tersebut Karakteristik Pembelajaran Disiplin Santun Religius Disiplin Mandiri Informasi, komunikatif Motivasi

161 menit sebangun dengan segitiga aslinya. 9. Guru menanyakan kesiapan belajar peserta didik secara lisan. 10. Melalui kegiatan eksplorasi, guru melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan prasyarat tentang segitiga yang sebangun. Guru meminta peserta didik menyebutkan jenis-jenis segitiga. Kegiatan Inti 1. Fase-1 Penyajian Kelas (Class Presentation) a. Guru menyajikan materi pengertian dan syaratsyarat kesebangunan segitiga dengan memanfaatkan media flash dan alat peraga sedangkan peserta didik mengamati demonstrasi yang dilakukan guru. b. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan memanfaatkan media flash dan guru melibatkan peserta didik secara aktif dan teliti dibimbing agar dapat menyimpulkan pengertian dan syarat-syarat kesebangunan segitiga. c. Peserta didik menyimpulkan pengertian dan syarat-syarat kesebangunan segitiga dan guru memberikan penguatan atas pernyataan peserta didik. d. Peserta didik dengan aktif diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang telah di pelajari. Semangat, siap Eksplorasi, interaktif, berpikir logis Eksplorasi, mandiri, dan berpikir logis Elaborasi, aktif dan teliti Konfirmasi Aktif, rasa ingin tahu 5 menit 2. Fase-2 Belajar kelompok (teams) a. Dengan tertib, peserta didik bergabung dengan kelompoknya masing-masing yang telah Tertib

162 144 dibentuk pada pertemuan sebelumnya. b. Guru membagikan LKPD yang berisi latihan soal tentang kesebangunan pada segitiga dan mencari panjang sisi yang belum diketahui. c. Guru menginformasikan kepada peserta didik untuk berdiskusi dan bekerjasama dengan kelompoknya. 10 menit d. Peserta didik bekerjasama dengan teman satu kelompoknya untuk mendiskusikan pertanyaan yang ada pada LKPD dengan penuh tanggung jawab sehingga semua anggota kelompok paham. e. Guru berkeliling kelas memantau jalannya diskusi kelompok, dan guru hanya sebagai fasilitator jika diperlukan. 5 menit f. Melalui kegiatan konfirmasi, guru membahas jawaban LKPD agar peserta didik dapat mengecek pekerjaannya sendiri. 20 menit 3. Fase-3 Permainan (Games) a. Peserta didik berkelompok menurut kelompoknya. b. Guru membacakan aturan permainan dalam games akademik (menggunakan media kartu berpasangan). c. Melalui kegiatan elaborasi, peserta didik dengan mandiri diberi kesempatan untuk mengerjakan soal games (berupa kartu berpasangan). d. Melalui kegiatan konfirmasi, peserta didik yang sudah selesai mengerjakan soal games, dipersilahkan mengacungkan tangan dan Informasi, kerjasama, Elaborasi, kerjasama, kerja keras, dan tanggung jawab Konfirmasi Informasi Elaborasi, kerjasama Konfirmasi, percaya diri

163 145 mempresentasikan hasil jawaban soal games di depan kelas dengan percaya diri. e. Peserta didik ditanamkan sikap saling menghargai dengan memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban atas soal games. f. Melalui kegiatan konfirmasi, guru mengevaluasi jawaban peserta didik dan memberikan penguatan kepada kelompok yang jawabanya benar dan memberi motivasi atau semangat kepada kelompok yang belum berhasil. 5 menit 4. Fase-5 Penghargaan (Team Recognitition) a. Guru mengumumkan nilai. b. Guru memberikan penghargaan kepada peserta didik dengan nilai games tertinggi sebagai pendorong kelompok lain agar berusaha lebih baik berupa ucapan selamat dan penghargaan berupa bintang. 5 menit Kegiatan Penutup 1. Melalui kegiatan konfirmasi, guru membimbing peserta didik untuk membuat kesimpulan atas materi yang telah dipelajari pada pertemuan hari ini. 2. Melalui kegiatan konfirmasi, guru melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. 3. Guru membimbing peserta didik dengan berterima kasih kepada Tuhan sebagai wujud syukur karena proses belajar mengajar dapat berjalan dengan Saling menghargai Konfirmasi, motivasi Informasi Menghargai Konfirmasi Konfirmasi Bersyukur dan berterima kasih

164 146 lancar. Guru juga mengucapkan terima kasih atas peran aktif semua peserta didik. 4. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya yaitu tentang menghitung panjang sisi pada bangun yang sebangun. 5. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik untuk belajar dengan giat. 6. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan mengucapkan salam dengan santun. Tertib Motivasi Religius dan santun H. PENILAIAN 1. Teknik : Tes tertulis 2. Bentuk instrumen : Latihan soal yang dikemas dalam LKPD, soal games, dan PR. 3. Tes hasil belajar : Ada, dilakukan secara tertulis melalui games I. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR 1. Media/ Alat : LCD proyektor, laptop, media flash, alat peraga, kartu berpasangan, LKPD, white board, penggaris, busur derajat, dan spidol. 2. Sumber Belajar : a) Agus, Nuniek Avianti Mudah Belajar Matematika untuk Kelas IX SMP/MTs (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. b) Wagiyo, A. dkk Pegangan Belajar Matematika 3 untuk SMP/MTs Kelas IX (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

165 147 Guru Matematika, Semarang, Agustus 2012 Peneliti, Tri Hartati, S.Pd Abid Khoirul Ismail NIP NIM

166 148 Lampiran 20 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen 1) (Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament dengan menggunakan media 3 In 1 ) Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMP N 13 Semarang Kelas/Semester : IX/Ganjil Alokasi waktu : 2 x 30 menit Pertemuan ke- : 3 A. Standar Kompetensi Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 1.3 Menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah C. Indikator 1. Menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada segitiga sembarang dan segitiga yang memiliki garis sejajar. 2. Menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjangnya pada segitiga terpancung. D. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dengan bantuan media flash dan alat peraga. 2. Peserta didik dapat menghitung panjang sisi dua segitiga sebangun yang belum diketahui pada segitiga sembarang dan segitiga yang memiliki garis sejajar dengan bantuan LKPD dan Kartu berpasangan. 3. Peserta didik dapat menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjangnya pada segitiga terpancung bantuan LKPD dan Kartu berpasangan.

167 149 E. Materi Pembelajaran Menghitung Panjang Sisi pada Bangun yang Sebangun a) Pada segitiga sembarang F C A B D Gambar 1 Segitiga ABC sebangun dengan segitiga DEF E Perhatikan Gambar 1, karena ketiga sudut yang bersesuaian antara dan besarnya sama maka. Sehingga: b) Pada dua segitiga yang memiliki sepasang sisi yang sejajar C D E A B Gambar 2 Segitiga yang memiliki sepasang sisi sejajar Perhatikan Gambar 2, Lihat segitiga dan Diperoleh: Sehingga (Sudut Sehadap) (Sudut Sehadap) (Sudut Berimpit) Akibatnya

168 150 c) Sisi-sisi sejajar pada segitiga terpancung D C E G F A H B Gambar 3 Sisi-sisi sejajar pada segitiga terpancung Perhatikan Gambar 3, Bangun datar ABCD merupakan Segitiga terpancung yang memiliki garis-garis sejajar yaitu. Sehingga untuk mencari panjang garis EF dibuat garis bantu DH dimana. Sehingga HB = GF =DC Lihat segitiga dan Diperoleh: (Sudut Sehadap) (Sudut Sehadap) (Sudut Berimpit) Sehingga Akibatnya Diperoleh Maka ( ) ( )

169 151 ( ) ( ) Jadi F. Metode dan Model pembelajaran Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya jawab Model : Teams Games Tournament (TGT) Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) adalah sebagai berikut. 1. Fase 1: presentasi kelas (class presentation). 2. Fase 2: belajar kelompok (team). 3. Fase 3: permainan (games). 4. Fase 4: kompetisi (turnament). 5. Fase 5: penghargaan (teams recognition). G. Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi Karakteristik Langkah-langkah Pembelajaran Waktu Pembelajaran 5 menit Kegiatan Pendahuluan 1. Guru dengan disiplin datang tepat waktu. 2. Guru mengucapkan salam dengan santun. 3. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa Disiplin Santun Religius sebelum pembelajaran dimulai. 4. Guru memeriksa kondisi kelas dan kehadiran Disiplin peserta didik untuk mengecek kedisplinan peserta didik. 5. Peserta didik dengan mandiri diminta Mandiri

170 menit menyiapkan alat-alat belajar (buku tulis, alat tulis, dan buku pelajaran matematika kelas IX) dan membersihkan papan tulis jika belum dibersihkan. 6. Guru mempersiapkan LCD proyektor, laptop, media 3 In 1, dan LKPD. 7. Guru menyampaikan materi, tujuan pembelajaran, dan indikator yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini dengan komunikatif. 8. Guru menanyakan kesiapan belajar peserta didik secara lisan. 9. Melalui kegiatan eksplorasi, guru melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan prasyarat tentang menghitung panjang sisi pada bangun yang sebangun. a. Guru meminta peserta didik menyebutkan syarat-syarat dua segitiga yang sebangun. b. Guru menanyakan kepada peserta didik tentang hubungan sudut-sudut pada garis yang sejajar dipotong oleh garis lain. Kegiatan Inti 1. Fase-1 Penyajian Kelas (Class Presentation) a. Guru menyajikan materi tentang menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada 2 segitiga sebangun, segitiga yang memiliki garis sejajar, dan segitiga terpancung dengan memanfaatkan media flash dan alat peraga sedangkan peserta didik mengamati demonstrasi yang dilakukan guru. b. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan memanfaatkan media flash dan guru Informasi, komunikatif Semangat, siap Eksplorasi, Eksplorasi, interaktif, berpikir logis Eksplorasi, mandiri, dan berpikir logis Elaborasi, aktif dan teliti

171 153 5 menit 10 menit melibatkan peserta didik secara aktif dan teliti dibimbing untuk dapat menyimpulkan cara menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada 2 segitiga sebangun, segitiga yang memiliki garis sejajar, dan segitiga terpancung. c. Peserta didik menyimpulkan cara menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada 2 segitiga sebangun, segitiga yang memiliki garis sejajar, dan segitiga terpancung dan guru memberikan penguatan atas pernyataan peserta didik. d. Peserta didik dengan aktif diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang telah di pelajari. 2. Fase-2 Belajar kelompok (teams) a. Dengan tertib, peserta didik bergabung dengan kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. b. Guru membagikan LKPD yang berisi latihan soal tentang menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada 2 segitiga sebangun, segitiga yang memiliki garis sejajar, dan segitiga terpancung. c. Guru menginformasikan kepada peserta didik untuk berdiskusi dan bekerjasama dengan kelompoknya. d. Peserta didik bekerjasama dengan teman satu kelompoknya untuk mendiskusikan pertanyaan yang ada pada LKPD dengan penuh tanggung jawab sehingga semua anggota kelompok paham. Konfirmasi Aktif, rasa ingin tahu Tertib Informasi, kerjasama, Elaborasi, kerjasama, kerja keras, dan tanggung jawab

172 154 e. Guru berkeliling kelas memantau jalannya diskusi kelompok, dan guru hanya sebagai fasilitator jika diperlukan. 5 menit f. Melalui kegiatan konfirmasi, guru membahas jawaban LKPD agar peserta didik dapat mengecek pekerjaannya sendiri. 15 menit 3. Fase-3 Permainan (Games) a. Peserta didik berkelompok menurut kelompoknya. b. Guru membacakan aturan permainan dalam games akademik (menggunakan media kartu berpasangan). c. Melalui kegiatan elaborasi, peserta didik dengan mandiri diberi kesempatan untuk mengerjakan soal games (berupa kartu berpasangan). d. Melalui kegiatan konfirmasi, peserta didik yang sudah selesai mengerjakan soal games, dipersilahkan mengacungkan tangan dan mempresentasikan hasil jawaban soal games di depan kelas dengan percaya diri. e. Peserta didik ditanamkan sikap saling menghargai dengan memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban atas soal games. f. Melalui kegiatan konfirmasi, guru mengevaluasi jawaban peserta didik dan memberikan penguatan kepada kelompok yang jawabanya benar dan memberi motivasi atau semangat kepada kelompok yang belum berhasil. Konfirmasi Informasi Elaborasi, kerjasama Konfirmasi, percaya diri Saling menghargai Konfirmasi, motivasi

173 155 5 menit 4. Fase-5 Penghargaan (Team Recognitition) a. Guru mengumumkan nilai. b. Guru memberikan penghargaan kepada peserta didik dengan nilai games tertinggi sebagai pendorong kelompok lain agar berusaha lebih baik berupa ucapan selamat dan penghargaan berupa bintang. 5 menit Kegiatan Penutup 1. Melalui kegiatan konfirmasi, guru membimbing peserta didik untuk membuat kesimpulan atas materi yang telah dipelajari pada pertemuan hari ini. 2. Guru memberikan PR. 3. Melalui kegiatan konfirmasi, guru melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. 4. Guru membimbing peserta didik dengan berterima kasih kepada Tuhan sebagai wujud syukur karena proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Guru juga mengucapkan terima kasih atas peran aktif semua peserta didik. 5. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik untuk belajar dengan giat. 6. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan mengucapkan salam dengan santun. Informasi Menghargai Konfirmasi Mandiri Konfirmasi Bersyukur dan berterima kasih Motivasi Religius dan santun H. PENILAIAN 1. Teknik : Tes tertulis 2. Bentuk instrumen : Latihan soal yang dikemas dalam LKPD, soal games, dan PR. 3. Tes hasil belajar : Ada, dilakukan secara tertulis melalui games

174 156 I. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR 1. Media/ Alat : LCD proyektor, laptop, media flash, alat peraga, kartu berpasangan, LKPD, white board, dan spidol. 2. Sumber Belajar : a) Agus, Nuniek Avianti Mudah Belajar Matematika untuk Kelas IX SMP/MTs (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. b) Wagiyo, A. dkk Pegangan Belajar Matematika 3 untuk SMP/MTs Kelas IX (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Guru Matematika, Semarang, Agustus 2012 Peneliti, Tri Hartati, S.Pd Abid Khoirul Ismail NIP NIM

175 157 Lampiran 21 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen 1) (Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament dengan menggunakan media 3 In 1 ) Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMP N 13 Semarang Kelas/Semester : IX/Ganjil Alokasi waktu : 2 x 30 menit Pertemuan ke- : 4 A. Standar Kompetensi Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 1.4 Menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah C. Indikator 1. Menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada segitiga siku-siku. 2. Memecahkan masalah yang melibatkan kesebangunan. D. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dengan bantuan media flash dan alat peraga. 2. Peserta didik dapat menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada segitiga siku-siku dengan bantuan LKPD dan Kartu berpasangan. 3. Peserta didik dapat Memecahkan masalah yang melibatkan kesebangunan.

176 158 E. Materi Pembelajaran Menghitung Panjang Sisi pada Bangun yang Sebangun Pada segitiga siku-siku C D A B Gambar 1 Kesebangunan pada segitiga siku-siku Perhatikan Gambar 1, Lihat, dan merupakan segitiga siku-siku. Lihat dan (Sudut Siku-siku) (Berimpit) Pada Pada Karena sehingga mengakibatkan = Sehingga Akibatnya Diperoleh Lihat dan (Sudut Siku-siku) (Berimpit)

177 159 Pada Pada Karena sehingga mengakibatkan = Sehingga Akibatnya Diperoleh Lihat dan (Sudut Siku-siku) Karena = dan maka Karena = dan maka Sehingga Akibatnya Diperoleh Jadi, jika merupakan segitiga siku-siku, siku-siku di A dan AD BC, maka : C AD BD CD AC BC CD D AB BC BD A B

178 160 F. Metode dan Model pembelajaran Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya jawab Model : Teams Games Tournament (TGT) Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) adalah sebagai berikut. 1. Fase 1: presentasi kelas (class presentation). 2. Fase 2: belajar kelompok (team). 3. Fase 3: permainan (games). 4. Fase 4: kompetisi (turnament). 5. Fase 5: penghargaan (teams recognition). G. Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi Waktu Langkah-langkah Pembelajaran 10 menit Kegiatan Pendahuluan 1. Guru dengan disiplin datang tepat waktu. 2. Guru mengucapkan salam dengan santun. 3. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa sebelum pembelajaran dimulai. 4. Guru memeriksa kondisi kelas dan kehadiran peserta didik untuk mengecek kedisplinan peserta didik. 5. Peserta didik dengan mandiri diminta menyiapkan alat-alat belajar (buku tulis, alat tulis, dan buku pelajaran matematika kelas IX) dan membersihkan papan tulis jika belum dibersihkan. 6. Guru mempersiapkan LCD proyektor, laptop, media 3 In 1, dan LKPD. 7. Guru menyampaikan materi, tujuan Karakteristik Pembelajaran Disiplin Santun Religius Disiplin Mandiri Informasi,

179 menit pembelajaran, dan indikator yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini dengan komunikatif. 8. Guru menanyakan kesiapan belajar peserta didik secara lisan. 9. Melalui kegiatan eksplorasi, guru melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan prasyarat tentang menghitung panjang sisi pada segitiga siku-siku. a. Guru menanyakan kepada peserta didik mengenai sifat-sifat segitiga siku-siku. b. Guru meminta peserta didik menyebutkan syarat-syarat dua bangun yang sebangun. Kegiatan Inti 1. Fase-1 Penyajian Kelas (Class Presentation) a. Guru menyajikan materi tentang menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada segitiga siku-siku dengan memanfaatkan media flash dan alat peraga sedangkan peserta didik mengamati demonstrasi yang dilakukan guru. b. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan memanfaatkan media flash guru melibatkan peserta didik secara aktif dan teliti dibimbing agar menyimpulkan cara menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada pada segitiga siku-siku. c. Peserta didik menyimpulkan cara menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada pada segitiga siku-siku dan guru memberikan penguatan atas pernyataan peserta didik. komunikatif Semangat, siap Eksplorasi, Eksplorasi, interaktif, berpikir logis Eksplorasi, mandiri, dan berpikir logis Elaborasi, aktif dan teliti Konfirmasi

180 162 5 menit 10 menit 5 menit d. Peserta didik dengan aktif diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang telah di pelajari. 2. Fase-2 Belajar kelompok (teams) a. Dengan tertib, peserta didik bergabung dengan kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. b. Guru membagikan LKPD yang berisi latihan soal tentang menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada pada segitiga siku-siku. c. Guru menginformasikan kepada peserta didik untuk berdiskusi dan bekerjasama dengan kelompoknya. d. Peserta didik bekerjasama dengan teman satu kelompoknya untuk mendiskusikan pertanyaan yang ada pada LKPD dengan penuh tanggung jawab sehingga semua anggota kelompok paham. e. Guru berkeliling kelas memantau jalannya diskusi kelompok, dan guru hanya sebagai fasilitator jika diperlukan. f. Melalui kegiatan konfirmasi, guru membahas jawaban LKPD agar peserta didik dapat mengecek pekerjaannya sendiri. Aktif, rasa ingin tahu Tertib Informasi, kerjasama, Elaborasi, kerjasama, kerja keras, dan tanggung jawab Konfirmasi

181 menit 3. Fase-3 Permainan (Games) a. Peserta didik berkelompok menurut kelompoknya. b. Guru membacakan aturan permainan dalam games akademik (menggunakan media kartu berpasangan). c. Melalui kegiatan elaborasi, peserta didik dengan mandiri diberi kesempatan untuk mengerjakan soal games (berupa kartu berpasangan). d. Melalui kegiatan konfirmasi, peserta didik yang sudah selesai mengerjakan soal games, dipersilahkan mengacungkan tangan dan mempresentasikan hasil jawaban soal games di depan kelas dengan percaya diri. e. Peserta didik ditanamkan sikap saling menghargai dengan memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban atas soal games. f. Melalui kegiatan konfirmasi, guru mengevaluasi jawaban peserta didik dan memberikan penguatan kepada kelompok yang jawabanya benar dan memberi motivasi atau semangat kepada kelompok yang belum berhasil. 5 menit 4. Fase-5 Penghargaan (Team Recognitition) a. Guru mengumumkan nilai. b. Guru memberikan penghargaan kepada peserta didik dengan nilai games tertinggi sebagai pendorong kelompok lain agar berusaha lebih baik berupa ucapan selamat dan penghargaan Informasi Elaborasi, kerjasama Konfirmasi, percaya diri Saling menghargai Konfirmasi, motivasi Informasi Menghargai

182 164 berupa bintang. 5 menit Kegiatan Penutup 1. Melalui kegiatan konfirmasi, guru membimbing peserta didik untuk membuat kesimpulan atas materi yang telah dipelajari pada pertemuan hari ini. 2. Guru memberikan PR. 3. Melalui kegiatan konfirmasi, guru melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. 4. Guru membimbing peserta didik dengan berterima kasih kepada Tuhan sebagai wujud syukur karena proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Guru juga mengucapkan terima kasih atas peran aktif semua peserta didik. 5. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik untuk belajar dengan giat. 6. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan mengucapkan salam dengan santun. Konfirmasi Mandiri Konfirmasi Bersyukur dan berterima kasih Motivasi Religius dan santun H. PENILAIAN 1. Teknik : Tes tertulis 2. Bentuk instrumen : Latihan soal yang dikemas dalam LKPD, soal games, dan PR. 3. Tes hasil belajar : Ada, dilakukan secara tertulis melalui games I. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR 1. Media/ Alat : LCD proyektor, laptop, media flash, LKPD, Kartu berpasangan, white board, dan spidol. 2. Sumber Belajar :

183 165 a) Agus, Nuniek Avianti Mudah Belajar Matematika untuk Kelas IX SMP/MTs (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. b) Wagiyo, A. dkk Pegangan Belajar Matematika 3 untuk SMP/MTs Kelas IX (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Semarang, Juli 2012 Guru Matematika, Peneliti, Tri Hartati, S.Pd Abid Khoirul Ismail NIP NIM

184 166 Lampiran 22 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen 1) (Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament dengan menggunakan media 3 In 1 ) Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMP N 13 Semarang Kelas/Semester : IX/Ganjil Alokasi waktu : 2 x 30 menit Pertemuan ke- : 5 A. Standar Kompetensi Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 1.3 Menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah C. Indikator Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kesebangunan D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kesebangunan. E. Materi Pembelajaran 1. Kesebangunan Bangun Datar 2. Kesebangunan pada Segitiga 3. Menghitung Panjang Sisi pada Bangun yang Sebangun F. Metode dan Model pembelajaran Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya jawab Model : Teams Games Tournament (TGT) Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) adalah sebagai berikut.

185 Fase 1: presentasi kelas (class presentation). 2. Fase 2: belajar kelompok (team). 3. Fase 3: permainan (games). 4. Fase 4: kompetisi (turnament). 5. Fase 5: penghargaan (teams recognition). G. Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi Langkah-langkah Pembelajaran Waktu 5 menit Kegiatan Pendahuluan 1. Guru dengan disiplin datang tepat waktu. 2. Guru mengucapkan salam dengan santun. 3. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa sebelum pembelajaran dimulai. 4. Guru memeriksa kondisi kelas dan kehadiran peserta didik untuk mengecek kedisplinan peserta didik. 5. Peserta didik dengan mandiri diminta menyiapkan alat-alat belajar (buku tulis, alat tulis, dan buku pelajaran matematika kelas IX) dan membersihkan papan tulis jika belum dibersihkan. 6. Guru mempersiapkan LCD proyektor, laptop, soal turnamen. 7. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan indikator yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini dengan komunikatif. 8. Guru menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan, yaitu model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) pada tahap turnamen. Karakteristik Pembelajaran Disiplin Santun Religius Disiplin Mandiri Informasi, komunikatif Informasi, tertib

186 menit 9. Guru menanyakan kesiapan belajar peserta didik secara lisan. Kegiatan Inti 1. Fase-4 Kompetisi (Tournament) a. Guru menentukan tempat meja turnamen, menjelaskan peraturan turnamen dan meminta tiap kelompok mengirimkan wakilnya pada masing-masing meja turnamen. b. Guru membagikan soal masing-masing meja turnamen, kemudian memberikan instruksi mengerjakan soal (turnamen 1-5). c. Guru mengoreksi jawaban soal turnamen 1-5, memberikan pengaturan skor, dan mengingatkan perpindahan untuk skor tertinggi dan terendah. d. Guru membagikan soal masing-masing meja turnamen, kemudian memberikan instruksi mengerjakan soal (turnamen 6). e. Guru mengoreksi jawaban soal turnamen 6, memberikan pengaturan skor, dan mengingatkan perpindahan untuk skor tertinggi dan terendah. f. Guru membagikan soal masing-masing meja turnamen, kemudian memberikan instruksi mengerjakan soal (turnamen 7). g. Guru mengoreksi jawaban soal turnamen 7, memberikan pengaturan skor, dan mengingatkan perpindahan untuk skor tertinggi dan terendah. h. Guru membagikan soal masing-masing meja turnamen, kemudian memberikan instruksi Semangat, siap Informasi, tertib Elaborasi, mandiri, dan berpikir logis Konfirmasi Elaborasi, mandiri, dan berpikir logis Konfirmasi Elaborasi, mandiri, dan berpikir logis Konfirmasi Elaborasi, mandiri, dan

187 169 mengerjakan soal (turnamen 8). i. Guru mengoreksi jawaban soal turnamen 8, memberikan pengaturan skor. j. Peserta didik dengan aktif diberi kesempatan untuk bertanya tentang soal yang dianggap sulit. 5 menit 2. Fase-5 Penghargaan (Team Recognitition) a. Guru mengumumkan total skor. b. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan total skor tertinggi sebagai pendorong kelompok lain agar berusaha lebih baik berupa ucapan selamat dan hadiah. 5 menit Kegiatan Penutup 1. Melalui kegiatan konfirmasi, guru membimbing peserta didik untuk membuat kesimpulan atas materi yang telah dipelajari pada pertemuan hari ini. 2. Guru memberikan PR. 3. Melalui kegiatan konfirmasi, guru melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. 4. Guru memberikan informasi bahwa untuk pertemuan ke-5 akan dilaksanakan turnamen sehingga diharapakan peserta didik untuk belajar demi tujuan kelmpok. 5. Guru membimbing peserta didik dengan berterima kasih kepada Tuhan sebagai wujud syukur karena proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Guru juga mengucapkan terima kasih atas peran aktif semua peserta didik. 6. Guru menyampaikan informasi kepada peserta berpikir logis Konfirmasi Aktif, rasa ingin tahu Informasi Menghargai Konfirmasi Mandiri Konfirmasi Informasi Bersyukur dan berterima kasih Tertib

188 170 didik untuk pertemuan terakhir akan diadakan test tentang materi kesebangunan. 7. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik untuk belajar dengan giat. 8. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan mengucapkan salam dengan santun. Motivasi Religius dan santun H. PENILAIAN 1. Teknik : Tes tertulis 2. Bentuk instrumen : Latihan soal yang dikemas dalam soal tournament, dan PR. 3. Tes hasil belajar : Ada, dilakukan secara tertulis melalui tournament I. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR 1. Media/ Alat : LCD proyektor, laptop, media flash, Kartu Soal tournament, white board, dan spidol. 2. Sumber Belajar : a) Agus, Nuniek Avianti Mudah Belajar Matematika untuk Kelas IX SMP/MTs (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. b) Wagiyo, A. dkk Pegangan Belajar Matematika 3 untuk SMP/MTs Kelas IX (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Semarang, Agustus 2012 Guru Matematika, Peneliti, Tri Hartati, S.Pd Abid Khoirul Ismail NIP NIM

189 171 Lampiran 23 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen 2) (Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 ) Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMP N 13 Semarang Kelas/Semester : IX/Ganjil Alokasi waktu : 2 x 30 menit Pertemuan ke- : 1 A. Standar Kompetensi Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 1.1 Mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen C. Indikator 1. Membedakan dua bangun yang sebangun melalui model bangun datar 2. Mengidentifikasikan dua bangun datar yang sebangun D. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat membedakan dua bangun yang sebangun melalui model bangun datar dan dengan bantuan media flash 2. Peserta didik dapat mengidentifikasikan dua bangun datar yang sebangun dengan mengerjakan LKPD dan kartu berpasangan. E. Materi Pembelajaran 1. Kesebangunan Bangun Datar H D A C 2 cm B E F 4 cm 8 cm Gambar 1. Dua Bangun Persegi Panjang yang Sebangun Perhatikan Gambar 1, Pada persegipanjang ABCD dan persegipanjang EFGH, perbandingan panjangnya adalah 4 : 8 = 1 : 2. Adapun perbandingan lebarnya adalah 2 : 4 = 1 : 2. Dengan demikian, G 4 cm

190 172 perbandingan sisi sisi yang bersesuaian pada kedua persegipanjang tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut. Kemudian, perhatikan sudut-sudut yang bersesuaian pada persegipanjang ABCD dan persegipanjang EFGH. Oleh karena keduanya berbentuk persegipanjang, setiap sudut besarnya 90 sehingga sudut-sudut yang bersesuaian pada kedua bangun tersebut sama besar. Artinya kedua persegi - panjang tersebut memiliki sisi-sisi yang bersesuaian dan sebanding sedangkan sudut-sudut yang bersesuaian sama besar. Oleh karena itu, persegipanjang ABCD dan persegipanjang EFGH dikatakan sebangun. Jadi, dua atau lebih bangun dikatakan sebangun jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut. 5. Panjang sisi-sisi yang bersesuaian pada bangun-bangun tersebut memiliki perbandingan yang senilai. 6. Sudut-sudut yang bersesuaian pada bangun-bangun tersebut sama besar. F. Metode dan Model pembelajaran Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya jawab Model : Ekspositori G. Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi Langkah-langkah Pembelajaran Waktu 5 menit Kegiatan Pendahuluan 1. Guru dengan disiplin datang tepat waktu. 2. Guru mengucapkan salam dengan santun. 3. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa sebelum pembelajaran dimulai. 4. Guru memeriksa kondisi kelas dan kehadiran Karakteristik Pembelajaran Disiplin Santun Religius Disiplin

191 173 peserta didik untuk mengecek kedisplinan peserta didik. 5. Peserta didik dengan mandiri diminta menyiapkan alat-alat belajar (buku tulis, alat tulis, dan buku pelajaran matematika kelas IX) dan membersihkan papan tulis jika belum dibersihkan. 6. Guru mempersiapkan LCD proyektor, laptop, media 3 In 1, dan LKPD. 7. Guru menyampaikan materi, tujuan pembelajaran, dan indikator yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini dengan komunikatif. 8. Guru menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan, yaitu model pembelajaran ekspositori dengan media 3 In 1 dan LKPD. 9. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik dengan menjelaskan manfaat mempelajari materi kesebangunan. Guru memberikan contoh kesebangunan dalam kehidupan sehari-hari misalnya uang logam Rp 100,00 dengan uang logam Rp 500, Guru menanyakan kesiapan belajar peserta didik secara lisan. 11. Melalui kegiatan eksplorasi, guru melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan prasyarat tentang bangun datar yang sebangun. a. Guru meminta peserta didik menyebutkan bangun datar yang telah dipelajari di kelas VIII. b. Guru menanyakan besar sudut-sudut dalm bangun datar. Mandiri Informasi, komunikatif Informasi, tertib Motivasi Semangat, siap Eksplorasi, Eksplorasi, interaktif,

192 174 berpikir logis 10 menit 15 menit Kegiatan Inti 1. Guru menyajikan materi pengertian dan syaratsyarat kesebangunan bangun datar dengan memanfaatkan model bangun datar dan media flash sedangkan peserta didik mengamati demonstrasi yang dilakukan guru. 2. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan memanfaatkan media flash dan guru melibatkan peserta didik secara aktif dan teliti dibimbing dengan menjawab pertanyan-pertanyaan yang disampaikan guru agar dapat menyimpulkan pengertian dan syarat-syarat kesebangunan bangun datar. 3. Peserta didik menyimpulkan pengertian dan syarat-syarat kesebangunan bangun datar dan guru memberikan penguatan atas pernyataan peserta didik. 4. Peserta didik dengan aktif diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang telah di pelajari. 5. Guru membagikan LKPD yang berisi yang berkaitan dengan cara mengidentifikasi kesebangunan bangun datar. 6. Guru menginformasikan kepada peserta didik untuk berdiskusi dan bekerjasama dengan teman sebangku. 7. Peserta didik bekerjasama dengan teman satu bangkunya untuk mendiskusikan pertanyaan yang ada pada LKPD dengan penuh tanggung Eksplorasi, mandiri, dan berpikir logis Elaborasi, aktif dan teliti Konfirmasi Aktif, rasa ingin tahu Informasi, kerjasama, Elaborasi, kerjasama, kerja keras,

193 menit 5 menit 5 menit jawab. 8. Guru berkeliling kelas memantau jalannya diskusi kelompok, dan guru hanya sebagai fasilitator jika diperlukan. 9. Melalui kegiatan konfirmasi, guru membahas jawaban LKPD agar peserta didik dapat mengecek pekerjaannya sendiri. 10. Guru membacakan aturan mengerjakan soal kartu berpasangan yang berkaitan dengan cara mengidentifikasi kesebangunan bangun datar. 11. Melalui kegiatan elaborasi, peserta didik dengan mandiri diberi kesempatan untuk mengerjakan soal kartu berpasangan yang berkaitan dengan cara mengidentifikasi kesebangunan bangun datar. 12. Melalui kegiatan konfirmasi, peserta didik yang sudah selesai mengerjakan soal kartu berpasangan, dipersilahkan mengacungkan tangan dan mempresentasikan hasil jawaban soal tersebut di depan kelas dengan percaya diri. 13. Peserta didik ditanamkan sikap saling menghargai dengan memberi kesempatan kepada peserta didik lain untuk menanggapi jawaban atas soal tersebut. 14. Melalui kegiatan konfirmasi, guru mengevaluasi jawaban peserta didik dan memberikan penguatan kepada kelompok yang jawabanya benar dan memberi motivasi atau semangat kepada peserta didik yang belum berhasil. dan tanggung jawab Konfirmasi Informasi Elaborasi, kerjasama Konfirmasi, percaya diri Saling menghargai Konfirmasi, motivasi

194 176 5 menit Kegiatan Penutup 1. Melalui kegiatan konfirmasi, guru membimbing Konfirmasi peserta didik untuk membuat kesimpulan atas materi yang telah dipelajari pada pertemuan hari ini. 2. Guru memberikan PR. 3. Melalui kegiatan konfirmasi, guru melakukan Mandiri Konfirmasi refleksi dan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. 4. Guru membimbing peserta didik dengan berterima kasih kepada Tuhan sebagai wujud syukur karena Bersyukur dan berterima kasih proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Guru juga mengucapkan terima kasih atas peran aktif semua peserta didik. 5. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari Tertib pada pertemuan berikutnya yaitu tentang menghitung panjang sisi pada bangun yang sebangun. 6. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik Motivasi untuk belajar dengan giat. 7. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan mengucapkan salam dengan santun. Religius dan santun H. PENILAIAN 1. Teknik : Tes tertulis 2. Bentuk instrumen : Latihan soal yang dikemas dalam LKPD, soal games, dan PR. 3. Tes hasil belajar : Ada, dilakukan secara tertulis melalui games

195 177 I. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR 1. Media/ Alat : LCD proyektor, laptop, media flash, alat peraga, kartu berpasangan, LKPD, white board, penggaris, dan spidol. 2. Sumber Belajar : a) Agus, Nuniek Avianti Mudah Belajar Matematika untuk Kelas IX SMP/MTs (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. b) Wagiyo, A. dkk Pegangan Belajar Matematika 3 untuk SMP/MTs Kelas IX (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Semarang, Agustus 2012 Guru Matematika, Peneliti, Tri Hartati, S.Pd Abid Khoirul Ismail NIP NIM

196 178 Lampiran 24 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen 2) (Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 ) Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMP N 13 Semarang Kelas/Semester : IX/Ganjil Alokasi waktu : 2 x 30 menit Pertemuan ke- : 2 A. Standar Kompetensi Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 1.2 Mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen C. Indikator 1. Menjelaskan pengertian sebangun dua segitiga 2. Menyebutkan sifat-sifat dua segitiga sebangun D. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian sebangun dua segitiga dengan bantuan media flash dan alat peraga. 2. Peserta didik dapat menyebutkan sifat-sifat dua segitiga sebangun dengan bantuan media flash, alat peraga, LKPD, dan kartu berpasangan E. Materi Pembelajaran 1. Kesebangun pada Segitiga C 1 C a 1 O b A c a B b 1 c 1 B 1 Gambar 1 Perbesaran Segitiga ABC sebesar 2x terhadap titik O A 1

197 179 adalah bangun hasil dari diperbanyak 2x dengan titik pusat O sehingga : (segitiga asli) setelah 7. a : a 1 = b : b 1 = c : c 1 8. Sudut-sudut tidak berubah jika dikalikan artinya sudut-sudut pada segitiga asli sama dengan sudut-sudut pada segitiga hasil 9. ( ) Definisi Dua segitiga disebut sebangun jika segitiga yang satu dapat dikalikan sedemikian sehingga hasilnya sama dan sebangun dengan segitiga yang lain. Teorema 1. Dua segitiga sebangun kalau ketiga sisi segitiga yang satu sebanding dengan ketiga sisi yang bersesuaian dari segitiga yang kedua. (S S S) 2. Dua segitiga sebangun kalau dua sudutdari segitiga yang satu sama dengan dua sudut dari segitiga yang lain. (Sd Sd) 3. Dua segitiga sebangun kalau dua segitiga yang satu sebanding dengan dua sisi segitiga yang kedua dan sudut apit kedua sisi itu sama. (S Sd S) 4. Dua segitiga sebangun, kalau kedua segitiga itu siku-siku sedangkan sisi miring dan sebuah sisi siku-siku dari segitiga yang satu sebanding dengan sisi miring dan sisi siku-siku dari segitiga yang lain. (S Sm) F. Metode dan Model pembelajaran Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya jawab Model : Ekspositori G. Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi Waktu Langkah-langkah Pembelajaran 5 menit Kegiatan Pendahuluan Karakteristik Pembelajaran 1. Guru dengan disiplin datang tepat waktu. Disiplin

198 menit 2. Guru mengucapkan salam dengan santun. 3. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa Santun Religius sebelum pembelajaran dimulai. 4. Guru memeriksa kondisi kelas dan kehadiran Disiplin peserta didik untuk mengecek kedisplinan peserta didik. 5. Peserta didik dengan mandiri diminta Mandiri menyiapkan alat-alat belajar (buku tulis, alat tulis, dan buku pelajaran matematika kelas IX) dan membersihkan papan tulis jika belum dibersihkan. 6. Guru mempersiapkan LCD proyektor, laptop, media 3 In 1, dan LKPD. 7. Guru menyampaikan materi, tujuan Informasi, pembelajaran, dan indikator yang akan dicapai komunikatif pada pembelajaran hari ini dengan komunikatif. 8. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik Motivasi dengan menjelaskan manfaat mempelajari materi kesebangunan. Guru memberikan contoh kesebangunan segitiga dalam kehidupan seharihari misalnya segitiga yang diberi cahaya lampu senter sehingga bayangan segitiga tersebut sebangun dengan segitiga aslinya. 9. Guru menanyakan kesiapan belajar peserta didik secara lisan. 10. Melalui kegiatan eksplorasi, guru melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan prasyarat tentang segitiga yang sebangun. Guru meminta Semangat, siap Eksplorasi, interaktif, berpikir logis peserta didik menyebutkan jenis-jenis segitiga. Kegiatan Inti 1. Guru menyajikan materi pengertian dan syarat- Eksplorasi,

199 menit syarat kesebangunan segitiga dengan memanfaatkan media flash dan alat peraga sedangkan peserta didik mengamati demonstrasi yang dilakukan guru. 2. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan memanfaatkan media flash dan guru melibatkan peserta didik secara aktif dan teliti dibimbing agar dapat menyimpulkan pengertian dan syarat-syarat kesebangunan segitiga. 3. Peserta didik menyimpulkan pengertian dan syarat-syarat kesebangunan segitiga dan guru memberikan penguatan atas pernyataan peserta didik. 4. Peserta didik dengan aktif diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang telah di pelajari. 5. Guru membagikan LKPD yang berisi latihan soal tentang kesebangunan pada segitiga dan mencari panjang sisi yang belum diketahui. 6. Guru menginformasikan kepada peserta didik untuk berdiskusi dan bekerjasama dengan teman sebangku. 7. Peserta didik bekerjasama dengan teman satu bangkunya untuk mendiskusikan pertanyaan yang ada pada LKPD dengan penuh tanggung jawab. 8. Guru berkeliling kelas memantau jalannya diskusi kelompok, dan guru hanya sebagai fasilitator jika diperlukan. 9. Melalui kegiatan konfirmasi, guru membahas mandiri, dan berpikir logis Elaborasi, aktif dan teliti Konfirmasi Aktif, rasa ingin tahu Informasi, kerjasama, Elaborasi, kerjasama, kerja keras, dan tanggung jawab Konfirmasi

200 182 jawaban LKPD agar peserta didik dapat mengecek pekerjaannya sendiri. 10. Guru membacakan aturan mengerjakan soal kartu berpasangan yang berkaitan dengan pengertian dan syarat-syarat kesebangunan segitiga. 11. Melalui kegiatan elaborasi, peserta didik dengan 15 menit mandiri diberi kesempatan untuk mengerjakan soal kartu berpasangan yang berkaitan dengan pengertian dan syarat-syarat kesebangunan segitiga. 12. Melalui kegiatan konfirmasi, peserta didik yang 5 menit sudah selesai mengerjakan soal kartu berpasangan, dipersilahkan mengacungkan tangan dan mempresentasikan hasil jawaban soal tersebut di depan kelas dengan percaya diri. 13. Peserta didik ditanamkan sikap saling menghargai dengan memberi kesempatan kepada peserta didik lain untuk menanggapi jawaban atas soal tersebut. 14. Melalui kegiatan konfirmasi, guru mengevaluasi 5 menit jawaban peserta didik dan memberikan penguatan kepada kelompok yang jawabanya benar dan memberi motivasi atau semangat kepada peserta didik yang belum berhasil. 5 menit Kegiatan Penutup 1. Melalui kegiatan konfirmasi, guru membimbing peserta didik untuk membuat kesimpulan atas materi yang telah dipelajari pada pertemuan hari ini. 2. Melalui kegiatan konfirmasi, guru melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Informasi Elaborasi, kerjasama Konfirmasi, percaya diri Saling menghargai Konfirmasi, motivasi Konfirmasi Konfirmasi

201 Guru membimbing peserta didik dengan berterima kasih kepada Tuhan sebagai wujud syukur karena proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Guru juga mengucapkan terima kasih atas peran aktif semua peserta didik. 4. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya yaitu tentang menghitung panjang sisi pada bangun yang sebangun. 5. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik untuk belajar dengan giat. 6. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan mengucapkan salam dengan santun. Bersyukur dan berterima kasih Tertib Motivasi Religius dan santun H. PENILAIAN 1. Teknik : Tes tertulis 2. Bentuk instrumen : Latihan soal yang dikemas dalam LKPD, soal games, dan PR. 3. Tes hasil belajar : Ada, dilakukan secara tertulis melalui games I. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR 1. Media/ Alat : LCD proyektor, laptop, media flash, alat peraga, kartu berpasangan, LKPD, white board, penggaris, busur derajat, dan spidol. 2. Sumber Belajar : a) Agus, Nuniek Avianti Mudah Belajar Matematika untuk Kelas IX SMP/MTs (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. b) Wagiyo, A. dkk Pegangan Belajar Matematika 3 untuk SMP/MTs Kelas IX (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

202 184 Guru Matematika, Semarang, Agustus 2012 Peneliti, Tri Hartati, S.Pd. Abid Khoirul Ismail NIP NIM

203 185 Lampiran 25 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen 2) (Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 ) Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMP N 13 Semarang Kelas/Semester : IX/Ganjil Alokasi waktu : 2 x 30 menit Pertemuan ke- : 3 A. Standar Kompetensi Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 1.3 Menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah C. Indikator 1. Menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada segitiga sembarang dan segitiga yang memiliki garis sejajar. 2. Menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjangnya pada segitiga terpancung. D. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dengan bantuan media flash dan alat peraga. 2. Peserta didik dapat menghitung panjang sisi dua segitiga sebangun yang belum diketahui pada segitiga sembarang dan segitiga yang memiliki garis sejajar dengan bantuan LKPD dan Kartu berpasangan. 3. Peserta didik dapat menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjangnya pada segitiga terpancung bantuan LKPD dan Kartu berpasangan.

204 186 E. Materi Pembelajaran Menghitung Panjang Sisi pada Bangun yang Sebangun a) Pada segitiga sembarang F C A B D Gambar 1 Segitiga ABC sebangun dengan segitiga DEF E Perhatikan Gambar 1, karena ketiga sudut yang bersesuaian antara dan besarnya sama maka. Sehingga: b) Pada dua segitiga yang memiliki sepasang sisi yang sejajar C D E A B Gambar 2 Segitiga yang memiliki sepasang sisi sejajar Perhatikan Gambar 2, Lihat segitiga dan Diperoleh: Sehingga (Sudut Sehadap) (Sudut Sehadap) (Sudut Berimpit) Akibatnya

205 187 c) Sisi-sisi sejajar pada segitiga terpancung D C E G F A H B Gambar 3 Sisi-sisi sejajar pada segitiga terpancung Perhatikan Gambar 3, Bangun datar ABCD merupakan Segitiga terpancung yang memiliki garis-garis sejajar yaitu. Sehingga untuk mencari panjang garis EF dibuat garis bantu DH dimana. Sehingga HB = GF =DC Lihat segitiga dan Diperoleh: (Sudut Sehadap) (Sudut Sehadap) (Sudut Berimpit) Sehingga Akibatnya Diperoleh Maka ( ) ( )

206 188 ( ) ( ) Jadi F. Metode dan Model pembelajaran Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya jawab Model : Ekspositori G. Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi Waktu Langkah-langkah Pembelajaran 5 menit Kegiatan Pendahuluan 1. Guru dengan disiplin datang tepat waktu. 2. Guru mengucapkan salam dengan santun. 3. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa sebelum pembelajaran dimulai. 4. Guru memeriksa kondisi kelas dan kehadiran peserta didik untuk mengecek kedisplinan peserta didik. 5. Peserta didik dengan mandiri diminta menyiapkan alat-alat belajar (buku tulis, alat tulis, dan buku pelajaran matematika kelas IX) dan membersihkan papan tulis jika belum dibersihkan. 6. Guru mempersiapkan LCD proyektor, laptop, media 3 In 1, dan LKPD. 7. Guru menyampaikan materi, tujuan Karakteristik Pembelajaran Disiplin Santun Religius Disiplin Mandiri Informasi,

207 menit pembelajaran, dan indikator yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini dengan komunikatif. 8. Guru menanyakan kesiapan belajar peserta didik secara lisan. 9. Melalui kegiatan eksplorasi, guru melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan prasyarat tentang menghitung panjang sisi pada bangun yang sebangun. a. Guru meminta peserta didik menyebutkan syarat-syarat dua segitiga yang sebangun. b. Guru menanyakan kepada peserta didik tentang hubungan sudut-sudut pada garis yang sejajar dipotong oleh garis lain. Kegiatan Inti 1. Guru menyajikan materi tentang menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada 2 segitiga sebangun, segitiga yang memiliki garis sejajar, dan segitiga terpancung dengan memanfaatkan media flash dan alat peraga sedangkan peserta didik mengamati demonstrasi yang dilakukan guru. 2. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan memanfaatkan media flash dan guru melibatkan peserta didik secara aktif dan teliti dibimbing untuk dapat menyimpulkan cara menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada 2 segitiga sebangun, segitiga yang memiliki garis sejajar, dan segitiga terpancung. 3. Peserta didik menyimpulkan cara menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada 2 segitiga sebangun, segitiga yang memiliki garis sejajar, dan segitiga terpancung dan guru memberikan komunikatif Semangat, siap Eksplorasi, Eksplorasi, interaktif, berpikir logis Eksplorasi, mandiri, dan berpikir logis Elaborasi, aktif dan teliti Konfirmasi

208 menit 15 menit penguatan atas pernyataan peserta didik. 4. Peserta didik dengan aktif diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang telah di pelajari. 5. Guru membagikan LKPD yang berisi latihan soal tentang kesebangunan pada segitiga dan mencari panjang sisi yang belum diketahui pada 2 segitiga sebangun, segitiga yang memiliki garis sejajar, dan segitiga terpancung. 6. Guru menginformasikan kepada peserta didik untuk berdiskusi dan bekerjasama dengan teman sebangku. 7. Peserta didik bekerjasama dengan teman satu bangkunya untuk mendiskusikan pertanyaan yang ada pada LKPD dengan penuh tanggung jawab. 8. Guru berkeliling kelas memantau jalannya diskusi kelompok, dan guru hanya sebagai fasilitator jika diperlukan. 9. Melalui kegiatan konfirmasi, guru membahas jawaban LKPD agar peserta didik dapat mengecek pekerjaannya sendiri. 10. Guru membacakan aturan mengerjakan soal kartu berpasangan yang berkaitan dengan kesebangunan pada segitiga dan mencari panjang sisi yang belum diketahui pada 2 segitiga sebangun, segitiga yang memiliki garis sejajar, dan segitiga terpancung. 11. Melalui kegiatan elaborasi, peserta didik dengan mandiri diberi kesempatan untuk mengerjakan soal kartu berpasangan yang berkaitan dengan kesebangunan pada segitiga dan mencari panjang sisi yang belum diketahui pada 2 segitiga Aktif, rasa ingin tahu Informasi, kerjasama, Elaborasi, kerjasama, kerja keras, dan tanggung jawab Konfirmasi Informasi Elaborasi, kerjasama

209 191 sebangun, segitiga yang memiliki garis sejajar, dan segitiga terpancung. 12. Melalui kegiatan konfirmasi, peserta didik yang sudah selesai mengerjakan soal kartu berpasangan, 5 menit dipersilahkan mengacungkan tangan dan mempresentasikan hasil jawaban soal tersebut di depan kelas dengan percaya diri. 13. Peserta didik ditanamkan sikap saling menghargai dengan memberi kesempatan kepada peserta didik lain untuk menanggapi jawaban atas soal tersebut. 14. Melalui kegiatan konfirmasi, guru mengevaluasi jawaban peserta didik dan memberikan penguatan 5 menit kepada kelompok yang jawabanya benar dan memberi motivasi atau semangat kepada peserta didik yang belum berhasil. 5 menit Kegiatan Penutup 1. Melalui kegiatan konfirmasi, guru membimbing peserta didik untuk membuat kesimpulan atas materi yang telah dipelajari pada pertemuan hari ini. 2. Guru memberikan PR. 3. Melalui kegiatan konfirmasi, guru melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. 4. Guru membimbing peserta didik dengan berterima kasih kepada Tuhan sebagai wujud syukur karena proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Guru juga mengucapkan terima kasih atas peran aktif semua peserta didik. 5. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik untuk belajar dengan giat. Konfirmasi, percaya diri Saling menghargai Konfirmasi, motivasi Konfirmasi Mandiri Konfirmasi Bersyukur dan berterima kasih Motivasi

210 Guru menutup pembelajaran dengan doa dan mengucapkan salam dengan santun. Religius dan santun H. PENILAIAN 1. Teknik : Tes tertulis 2. Bentuk instrumen : Latihan soal yang dikemas dalam LKPD, soal games, dan PR. 3. Tes hasil belajar : Ada, dilakukan secara tertulis melalui games I. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR 1. Media/ Alat : LCD proyektor, laptop, media flash, alat peraga, kartu berpasangan, LKPD, white board, dan spidol. 2. Sumber Belajar : a) Agus, Nuniek Avianti Mudah Belajar Matematika untuk Kelas IX SMP/MTs (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. b) Wagiyo, A. dkk Pegangan Belajar Matematika 3 untuk SMP/MTs Kelas IX (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Guru Matematika, Semarang, Agustus 2012 Peneliti, Tri Hartati, S.Pd. Abid Khoirul Ismail NIP NIM

211 193 Lampiran 26 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen 2) (Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori dengan menggunakan media 3 In 1 ) Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMP N 13 Semarang Kelas/Semester : IX/Ganjil Alokasi waktu : 2 x 30 menit Pertemuan ke- : 4 A. Standar Kompetensi Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 1.3 Menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah C. Indikator 1. Menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada segitiga siku-siku. 2. Memecahkan masalah yang melibatkan kesebangunan. D. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dengan bantuan media flash dan alat peraga. 2. Peserta didik dapat menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada segitiga siku-siku dengan bantuan LKPD dan Kartu berpasangan. 3. Peserta didik dapat Memecahkan masalah yang melibatkan kesebangunan.

212 194 E. Materi Pembelajaran Menghitung Panjang Sisi pada Bangun yang Sebangun Pada segitiga siku-siku C D A B Gambar 1 Kesebangunan pada segitiga siku-siku Perhatikan Gambar 1, Lihat, dan merupakan segitiga siku-siku. Lihat dan (Sudut Siku-siku) (Berimpit) Pada Pada Karena sehingga mengakibatkan = Sehingga Akibatnya Diperoleh Lihat dan (Sudut Siku-siku) (Berimpit)

213 195 Pada Pada Karena sehingga mengakibatkan = Sehingga Akibatnya Diperoleh Lihat dan (Sudut Siku-siku) Karena = dan maka Karena = dan maka Sehingga Akibatnya Diperoleh Jadi, jika merupakan segitiga siku-siku, siku-siku di A dan AD BC, maka : C AD BD CD AC BC CD D AB BC BD A B

214 196 F. Metode dan Model pembelajaran Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya jawab Model : Ekspositori G. Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi Langkah-langkah Pembelajaran Waktu 5 menit Kegiatan Pendahuluan 1. Guru dengan disiplin datang tepat waktu. 2. Guru mengucapkan salam dengan santun. 3. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa sebelum pembelajaran dimulai. 4. Guru memeriksa kondisi kelas dan kehadiran peserta didik untuk mengecek kedisplinan peserta didik. 5. Peserta didik dengan mandiri diminta menyiapkan alat-alat belajar (buku tulis, alat tulis, dan buku pelajaran matematika kelas IX) dan membersihkan papan tulis jika belum dibersihkan. 6. Guru mempersiapkan LCD proyektor, laptop, media 3 In 1, dan LKPD. 7. Guru menyampaikan materi, tujuan pembelajaran, dan indikator yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini dengan komunikatif. 8. Guru menanyakan kesiapan belajar peserta didik secara lisan. 9. Melalui kegiatan eksplorasi, guru melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan prasyarat tentang menghitung panjang sisi pada segitiga siku-siku. a. Guru menanyakan kepada peserta didik Karakteristik Pembelajaran Disiplin Santun Religius Disiplin Mandiri Informasi, komunikatif Semangat, siap Eksplorasi,

215 menit 15 menit mengenai sifat-sifat segitiga siku-siku. b. Guru meminta peserta didik menyebutkan syarat-syarat dua bangun yang sebangun. Kegiatan Inti 1. Guru menyajikan materi tentang menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada segitiga siku-siku dengan memanfaatkan media flash dan alat peraga sedangkan peserta didik mengamati demonstrasi yang dilakukan guru. 2. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan memanfaatkan media flash guru melibatkan peserta didik secara aktif dan teliti dibimbing agar menyimpulkan cara menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada pada segitiga siku-siku. 3. Peserta didik menyimpulkan cara menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada pada segitiga siku-siku dan guru memberikan penguatan atas pernyataan peserta didik. 4. Peserta didik dengan aktif diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang telah di pelajari. 5. Guru membagikan LKPD yang berisi latihan soal tentang menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada pada segitiga siku-siku. 6. Guru menginformasikan kepada peserta didik untuk berdiskusi dan bekerjasama dengan teman sebangku. 7. Peserta didik bekerjasama dengan teman satu bangkunya untuk mendiskusikan pertanyaan yang ada pada LKPD dengan penuh tanggung jawab. Eksplorasi, interaktif, berpikir logis Eksplorasi, mandiri, dan berpikir logis Elaborasi, aktif dan teliti Konfirmasi Aktif, rasa ingin tahu Informasi, kerjasama, Elaborasi, kerjasama, kerja keras,

216 menit 5 menit 5 menit 8. Guru berkeliling kelas memantau jalannya diskusi kelompok, dan guru hanya sebagai fasilitator jika diperlukan. 9. Melalui kegiatan konfirmasi, guru membahas jawaban LKPD agar peserta didik dapat mengecek pekerjaannya sendiri. 10. Guru membacakan aturan mengerjakan soal kartu berpasangan yang berkaitan dengan menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada pada segitiga siku-siku. 11. Melalui kegiatan elaborasi, peserta didik dengan mandiri diberi kesempatan untuk mengerjakan soal kartu berpasangan yang berkaitan dengan menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada pada segitiga siku-siku. 12. Melalui kegiatan konfirmasi, peserta didik yang sudah selesai mengerjakan soal kartu berpasangan, dipersilahkan mengacungkan tangan dan mempresentasikan hasil jawaban soal tersebut di depan kelas dengan percaya diri. 13. Peserta didik ditanamkan sikap saling menghargai dengan memberi kesempatan kepada peserta didik lain untuk menanggapi jawaban atas soal tersebut. 14. Melalui kegiatan konfirmasi, guru mengevaluasi jawaban peserta didik dan memberikan penguatan kepada kelompok yang jawabanya benar dan memberi motivasi atau semangat kepada peserta didik yang belum berhasil. dan tanggung jawab Konfirmasi Informasi Elaborasi, kerjasama Konfirmasi, percaya diri Saling menghargai Konfirmasi, motivasi

217 199 5 menit Kegiatan Penutup 1. Melalui kegiatan konfirmasi, guru membimbing peserta didik untuk membuat kesimpulan atas materi yang telah dipelajari pada pertemuan hari ini. 2. Guru memberikan PR. 3. Melalui kegiatan konfirmasi, guru melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. 4. Guru membimbing peserta didik dengan berterima kasih kepada Tuhan sebagai wujud syukur karena proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Guru juga mengucapkan terima kasih atas peran aktif semua peserta didik. 5. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik untuk belajar dengan giat. 6. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan mengucapkan salam dengan santun. Konfirmasi Mandiri Konfirmasi Bersyukur dan berterima kasih Motivasi Religius dan santun H. PENILAIAN 1. Teknik : Tes tertulis 2. Bentuk instrumen : Latihan soal yang dikemas dalam LKPD, soal games, dan PR. 3. Tes hasil belajar : Ada, dilakukan secara tertulis melalui games I. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR 1. Media/ Alat : LCD proyektor, laptop, media flash, LKPD, Kartu berpasangan, white board, dan spidol. 2. Sumber Belajar :

218 200 a) Agus, Nuniek Avianti Mudah Belajar Matematika untuk Kelas IX SMP/MTs (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. b) Wagiyo, A. dkk Pegangan Belajar Matematika 3 untuk SMP/MTs Kelas IX (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Semarang, Agustus 2012 Guru Matematika, Peneliti, Tri Hartati, S.Pd Abid Khoirul Ismail NIP NIM

219 201 Lampiran 27 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Kontrol) Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMP N 13 Semarang Kelas/Semester : IX/Ganjil Alokasi waktu : 2 x 30 menit Pertemuan ke- : 1 A. Standar Kompetensi Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 1.1 Mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen C. Indikator 1. Membedakan dua bangun yang sebangun melalui model bangun datar 2. Mengidentifikasikan dua bangun datar yang sebangun D. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat membedakan dua bangun yang sebangun melalui model bangun datar. 2. Peserta didik dapat mengidentifikasikan dua bangun datar yang sebangun dengan mengerjakan LKPD. Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) E. Materi Pembelajaran Kesebangunan Bangun Datar F. Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran : Pembelajaran ekspositori 2. Metode Pembelajaran : Diskusi, Tanya Jawab dan Pemberian Tugas.

220 202 G. Langkah-langkah pembelajaran Alokasi Waktu Langkah-langkah Pembelajaran 5 menit Kegiatan Pendahuluan - Apersepsi : Peserta didik diajak untuk memperhatikan pengubinan lantai, atap atau halaman. - Motivasi : 1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 2. Guru menginformasikan metode pembelajaran yang akan digunakan 45 menit Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Meminta Peserta didik untuk mencermati unsur-unsur yang terdapat pada dua bangun datar sebangun. materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber; menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;

221 203 Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber, memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; membantu menyelesaikan masalah; memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. 10 menit Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru: a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. H. Penilaian 1. Teknik : Tes tertulis 2. Bentuk instrumen : Latihan soal yang dikemas dalam LKPD dan PR. 3. Tes hasil belajar : Ada, dilakukan secara tertulis

222 204 Indikator Pencapaian Kompetensi Mendiskusikan dua bangun yang sebangun atau kongruen melalui model bangun datar Teknik Tes tertulis Bentuk Instrumen Uraian Penilaian Instrumen/ Soal Bangun-bangun manakah yang sebangun dan manakah yang kongruen? Mengapa? Mengidentifikasikan dua bangun datar sebangun atau kongruen Tes tertulis Daftar pertanyaan Apakah kedua bangun berikut ini kongruen? Mengapa? I. Media dan Sumber Belajar 1. Media/ Alat : LKPD white board, dan spidol. 2. Sumber Belajar : a) Agus, Nuniek Avianti Mudah Belajar Matematika untuk Kelas IX SMP/MTs (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. b) Wagiyo, A. dkk Pegangan Belajar Matematika 3 untuk SMP/MTs Kelas IX (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Mengetahui, Kepala SMP/MTs....,..., Guru Mapel Matematika. (... ) NIP/NIK :... (... ) NIP/NIK :..

223 205 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Kontrol) Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMP N 13 Semarang Kelas/Semester : IX/Ganjil Alokasi waktu : 2 x 30 menit Pertemuan ke- : 2 A. Standar Kompetensi Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 1.2 Mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen C. Indikator 1. Menjelaskan pengertian sebangun dua segitiga 2. Menyebutkan sifat-sifat dua segitiga sebangun D. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian sebangun dua segitiga. 2. Peserta didik dapat menyebutkan sifat-sifat dua segitiga sebangun dengan LKPD Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) E. Materi Pembelajaran Kesebangunan Pada Segitiga F. Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran : Pembelajaran ekspositori 2. Metode Pembelajaran : Diskusi, Tanya Jawab dan Pemberian Tugas. G. Langkah-langkah pembelajaran Alokasi Waktu Langkah-langkah Pembelajaran 5 menit Kegiatan Pendahuluan - Apersepsi : Peserta didik diajak untuk memperhatikan pengubinan

224 206 lantai, atap atau halaman. - Motivasi : 1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 2. Guru menginformasikan metode pembelajaran yang akan digunakan 45 menit Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Peserta didik dapat membedakan pengertian sebangun dan kongruen dua segitiga Peserta didik dapat menyebutkan sifat sifat dua segitiga sebangun dan kongruen materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber; menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok; Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,

225 207 memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; membantu menyelesaikan masalah; memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. 10 menit Kegiatan Penutup H. Penilaian Dalam kegiatan penutup, guru: a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. 1. Teknik : Tes tertulis 2. Bentuk instrumen : Latihan soal yang dikemas dalam LKPD dan PR. 3. Tes hasil belajar : Ada, dilakukan secara tertulis Indikator Pencapaian Kompetensi Membedakan pengertian sebangun dan kongruen dua segitiga. Menyebutkan sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen. Teknik Tes lisan Tes tertulis Bentuk Instrumen Daftar pertanyaan Penilaian Instrumen/ Soal Kalau ΔABC sebangun dengan ΔPQR, apakah a. sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang? b. sudut-sudut yang bersesuaian sama besar?

226 208 Kalau dua segitiga kongruen, apakah dua segitiga tersebut tentu sebangun? Diketahui ΔABC dan ΔPQR, sebangun C P R A B panjangab panjang panjangpq panjang panjang panjang Sudut A = sudut. Q I. Media dan Sumber Belajar 1. Media/ Alat : LKPD, white board, dan spidol. 2. Sumber Belajar : a) Agus, Nuniek Avianti Mudah Belajar Matematika untuk Kelas IX SMP/MTs (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. b) Wagiyo, A. dkk Pegangan Belajar Matematika 3 untuk SMP/MTs Kelas IX (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Mengetahui, Kepala SMP/MTs....,..., Guru Mapel Matematika. (... ) NIP/NIK :... (... ) NIP/NIK :..

227 209 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Kontrol) Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMP N 13 Semarang Kelas/Semester : IX/Ganjil Alokasi waktu : 4 x 30 menit Pertemuan ke- : 3 dan 4 A. Standar Kompetensi Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. B. Kompetensi Dasar 1.3 Menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah C. Indikator 1. Menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjang sisi yang belum diketahui. 2. Memecahkan masalah yang melibatkan kesebangunan. D. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun. 2. Peserta didik dapat menghitung panjang sisi dua segitiga sebangun yang belum diketahui dengan bantuan LKPD. 3. Peserta didik dapat Memecahkan masalah yang melibatkan kesebangunan. Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) E. Materi Pembelajaran Kesebangunan Pada Segitiga F. Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran : Pembelajaran ekspositori 2. Metode Pembelajaran : Diskusi, Tanya Jawab dan Pemberian Tugas.

228 210 G. Langkah-langkah pembelajaran Alokasi Waktu Langkah-langkah Pembelajaran 5 menit Kegiatan Pendahuluan - Apersepsi : 1. Membahas PR yang sulit 2. Mengingat kembali syarat dua segitiga yang sebangun. - Motivasi : 1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 2. Guru menginformasikan metode pembelajaran yang akan digunakan 45 menit Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Peserta didik dapat mengamati perbandingan sisi sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjangnya. materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber; menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok; Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk

229 211 lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber, memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; membantu menyelesaikan masalah; memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. 10 menit Kegiatan Penutup H. Penilaian Dalam kegiatan penutup, guru: a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. 1. Teknik : Tes tertulis 2. Bentuk instrumen : Latihan soal yang dikemas dalam LKPD dan PR. 3. Tes hasil belajar : Ada, dilakukan secara tertulis Indikator Pencapaian Kompetensi Menentukan perbandingan sisi-sisi Teknik Bentuk Instrumen Penilaian Instrumen/ Soal Tes tertulis Uraian ABC sebangun dengan PQR. Panjang AB = 4

230 212 dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjangnya Memecahkan masalah yang melibatkan kesebangunan. cm. Sisi yang bersesuaian dengan AB adalah sisi PQ, dan panjang PQ = 6 cm. Jika panjang sisi BC = 5 cm, maka panjang sisi QR adalah. Sebuah foto ukuran 3 X 4 akan diperbesar sehingga lebar foto tersebut menjadi 60 cm. Kertas foto yang diperlukan untuk membuat foto yang diperbesar tersebut adalah..cm 2. I. Media dan Sumber Belajar 1. Media/ Alat : LKPD white board, dan spidol. 2. Sumber Belajar : a) Agus, Nuniek Avianti Mudah Belajar Matematika untuk Kelas IX SMP/MTs (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. b) Wagiyo, A. dkk Pegangan Belajar Matematika 3 untuk SMP/MTs Kelas IX (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Mengetahui, Kepala SMP/MTs....,..., Guru Mapel Matematika. (... ) NIP/NIK :... (... ) NIP/NIK :..

231 213 Lampiran 28 LKPD PERTEMUAN 1

232 214

233 215 Lampiran 29 LKPD PERTEMUAN 2

234 216

235 217

236 218 Lampiran 30 LKPD PERTEMUAN 3

237 219

238 220

239 221 Lampiran 31 LKPD PERTEMUAN 4

240 222

241 223

242 224 Lampiran 32 Kegiatan Awal KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 1 (LKPD 1) 1. Persegi, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, trapesium. 2. a. Empat b. c. d. Kegiatan I 1. B dan F 2. A, C, D, dan E Kegiatan II 1. a. persegi panjang b. 1) E, 90 o 2) B, 90 o 3) G, 90 o 4) D, 90 o c. Ya, sama besar d. 1) EF 2) BC 3) GH 4) AD ) ) ) ) f. Ya, senilai g. Sebangun KESIMPULAN 1. Sudut- sudut yang bersesuaian sama besar dan 2. Perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian senilai.

243 225 Lampiran 34 KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 2 (LKPD 2) Kegiatan Awal 1. Segitiga sama sisi, segitiga sama kaki, dan segitiga sembarang 2. Segitiga lancip, segitiga tumpul, dan segitiga siku-siku 3. a. Segitiga b. c. Kegiatan I 1. a.- Kegiatan II 1. (diketahui) (diketahui) (diketahui) ~ (sebangun) 2. Karena Maka ) ) ) c. Ya, Senilai d. ~ (sebangun) sebangun 2. a. b. 1) ) ) c. ~ (sebangun) sebangun KESIMPULAN 1. Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar atau 2. Perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian senilai 10 Jadi, panjang AB = 10 cm 3. Karena Maka 6 cm Jadi, panjang DF = 6 cm

244 226 Lampiran 35 KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 3 (LKPD 3) Kegiatan Awal 1. a. Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar b. Perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian senilai 2. a. b. c. Kegiatan I a. (karena sehadap) (karena sehadap) ((karena berimpit) Karena sudut-sudut yang bersesuaian sama besar maka b. Karena maka ) ) ) ( ) ( ) ( ) ( ) Dari 2) dan 3) diperoleh

245 227 KESIMPULAN ) ) Kegiatan II Perhatikan gambar (2) dari kegiatan III kita membuat garis DH//BC sehingga DC=GF=HB telah kita buktikan bahwa Akibatnya Maka ( ) ( ) ( ) ( ) Jadi KESIMPULAN

246 228 Lampiran 36 KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 4 (LKPD 4) Kegiatan Awal a. b. (diketahui) c. d. e. Karena maka f. Ya g. Sama Besar berarti Kegiatan Inti 1. Lihat dan a. (karena Sudut siku-siku) b. (karena berimpit) c. Pada Pada Karena sehingga mengakibatkan = Sehingga Akibatnya Diperoleh 2. Lihat dan a. (karena Sudut siku-siku) b. (karena berimpit) c. Pada

247 229 Pada Karena sehingga mengakibatkan = Sehingga Akibatnya Diperoleh 3. Lihat dan a. (karena Sudut siku-siku) b. Karena dari 1.b. Dan 2.c. diperoleh dan = maka c. Karena dari 1.c. Dan 2.b diperoleh = dan maka Sehingga Akibatnya Diperoleh KESIMPULAN

248 230 Lampiran 37 DESAIN ALAT PERAGA PERTEMUAN 1 1. Dua bangun persegi panjang yang sebangun 10 cm 15 cm 20 cm 30 cm 2. Dua bangun trapesium sama kaki yang sebangun 10 cm 9 cm 15 cm 20 cm 18 cm 30 cm

249 231 Lampiran 38 DESAIN ALAT PERAGA PERTEMUAN 2 1. Dua bangun segitiga sebangun (diketahui sudut-sudut yang bersesuaian sama besar) 60 o o 60 x cm 80 x cm Dua bangun segitiga sebangun (diketahui perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian senilai) 9 cm 12,5 cm 15 cm 18 cm 25 cm 30 cm

250 232 Lampiran 39 Segitiga yang memiliki sisi sejajar DESAIN ALAT PERAGA PERTEMUAN 3 15 cm 15 cm 30 cm

251 233 Lampiran 40 DESAIN ALAT PERAGA PERTEMUAN 4 Kesebangunan pada segitiga siku-siku 24 cm 30 cm 18 cm

252 234 Lampiran Bangun Trapesium DESAIN KARTU BERPASANGAN PERTEMUAN A 6 C B D 3 2. Bangun Layang-layang A B 3 8 C 6 D 3

253 235 Lampiran 42 DESAIN KARTU BERPASANGAN PERTEMUAN 2 1. Kesebangunan segitiga (diketahui sudut-sudut yang bersesuaian sama besar) 1 A B C D 2. Kesebangunan segitiga (diketahui perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian senilai) 15 cm 9 cm 2 6 cm 8 cm 4 cm A 10 cm B 10 cm 4 cm 6 cm

254 236 9 cm 10 cm C 12 cm D 12 cm 6 cm 6 cm 3. Mencari segitiga yang sebangun dan selanjutnya menentukan nilai P 6 cm3 p 2 cm A 5 cm 3 cm B 2 cm 6 cmc 4 cm 4 cm D 8 cm

255 237 Lampiran 43 DESAIN KARTU BERPASANGAN PERTEMUAN 3 1. Menentukan nilai p pada segitiga yang memiliki garis sejajar A 9 C p E 2 D 4 1 B A p = 6 B p = 4 C p = 8 D p = Menentukan nilai y pada segitiga yang terpancung D 4 8 C E 6 A 18 y 2 F B A y = 10 B y = 12 C y = 16 D y = 14

256 238 Lampiran 44 DESAIN KARTU BERPASANGAN PERTEMUAN 4 1. Menentukan nilai r, s, dan t pada kesebangunan segitiga siku-siku C A r =14 s=20 t=15 A s r 12 cm t D 9 cm B B C r =16 s=10 t=15 D r =16 s=20 t=15 r =14 s=10 t=25 2. Menentukan nilai a, b, dan c pada kesebangunan segitiga siku-siku A a =4,8 b=6,4 c=8 M B a =4,8 b=6,4 c=6 6 cm b c C a =6,4 b=4,8 c=8 K 3,6 cm a N L D a =6,4 b=4,8 c=6

257 239 Lampiran 45 KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN KARTU BERPASANGAN PERTEMUAN 1 A D C B N K 6 4 A 2 L M Penjelasan : Jawaban Jawaban Trapesium A Trapesium ABCD sebangun dengan trapesium KLMN, karena 1. Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar yaitu 2. Perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian senilai yaitu Skor Jumlah 50

258 240 C H D 4 2 B E 6 D 3 G 8 F A Penjelasan : Jawaban Jawaban Layang-layang D Layang-layang ABCD sebangun dengan layang-layang EFGH, karena 1. Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar yaitu Skor Perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian senilai yaitu 20 Jumlah 50 Total 100

259 241 Lampiran 46 KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN KARTU BERPASANGAN PERTEMUAN 2 C G 1 D A B E F Penjelasan : Jawaban Jawaban Segitiga D Segitiga 1 (ABC) sebangun dengan Segitiga D (EFG), karena Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar yaitu Skor Jumlah 30 C A 15 cm 9 cm 2 6 cm B K 4 cm M B 10 cm 6 cm L Penjelasan : Jawaban Jawaban Segitiga B Segitiga 2 (ABC) sebangun dengan Segitiga B (KLM), karena Perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian senilai yaitu Skor 10

260 Jumlah 30 C R A 6 cm3 p B P 2 cm A 5 cm Q Penjelasan : Jawaban Jawaban Segitiga A Segitiga 2 (ABC) sebangun dengan Segitiga A (PQR), karena Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar yaitu Akibatnya perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian senilai yaitu Skor diperoleh 10 Jumlah 40 Total 100

261 243 Lampiran 47 KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN KARTU BERPASANGAN PERTEMUAN 3 C Jawaban A D 9 p A E B A p = 6 D 4 8 C Jawaban B E 6 A 18 y 2 F B B y = Total 100

262 244 Lampiran 48 KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN KARTU BERPASANGAN PERTEMUAN 4 C Jawaban B 5 5 A s r 12 cm t D 9 cm B B r =16 s=20 t=15 10 M Jawaban B 5 5 K 6 cm b c 3,6 cm a N L

263 245 C a =6,4 b=4,8 c= Jumlah 50 Total 100

264 246 Lampiran 49 SOAL TURNAMEN Perhatikan gambar dua trapesium yang sebangun berikut. D C H G 6 9 n 8 A 12 B Nilai n yang memenuhi adalah... a. 12 b. 14 c. 16 d. 18 E 16 F Perhatikan gambar berikut. Nilai x sama dengan... a. 6,7 cm b. 5,0 cm c. 4,1 cm d. 3,8 cm Panjang bayangan tugu karena sinar Matahari adalah 15 m. Pada tempat dan saat yang sama, tongkat sepanjang 1,5 m yang ditancapkan tegak lurus terhadap tanah mempunyai bayangan 3 m. Tinggi tugu adalah... a. 6 m b. 7,5 m c. 8,5 m d. 9 m

265 247 Pada gambar berikut, AC // DB. Jika OA = 4 cm, OB = 8 cm, dan OD = 10 cm, maka panjang OC adalah... a. 2 cm c. 6,5 cm b. 7 cm d. 5 cm Segitiga PQR siku-siku dan PS RS. Jika panjang PR = 9 cm dan PQ = 18 cm, panjang sisi PS adalah.... a. 4,5 cm c. 6,5 cm b. 5 cm d. 9 cm Perhatikan gambar di bawah ini! B Buktikan bahwa sebangun A C dengan. E D Seorang anak yang berdiri pada jarak 2 meter dari tiang lampu. Tiang lampu memiliki bayangan oleh sinar lampu sepanjang 3 meter. Jika tinggi anak itu 1,8 meter. Berapakah tinggi tiang lampu!

266 248 Pada gambar di samping, Jika panjang CD=12 cm, CF= 5 cm, FB= 3 cm dan EF = 17 cm, maka E D C F panjang AB adalah. A B

267 249 Lampiran 48 KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN SOAL TURNAMEN 1. A 2. B 3. B 4. D 5. A Skor untuk pilihan ganda untuk setaiap nomor jika dijawab dengan benar memperoleh skor 5 Jawaban 6. Karena AB ED Lihat (karena sudut dalam bersebrangan) (karena sudut dalam bersebrangan) (karena bertolak belakang) Karena sudut-sudut yang bersesuaian sama besar maka Skor Misal DC= jarak anak dengan tiang lampu BC= tinggi anak DE= tinggi tiang lampi AD= panjang bayangan tiang lampu E B D Panjang DE 2 m C 3 m 1,8 m A 10 DE = 5,4 m 8. Karena gambar merupakan segitiga terpancung maka:

268 Total Skor = 5 x = 45

269 251 Lampiran 50 PEMBAGIAN KELOMPOK KELAS EKSPERIMEN 1 KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 Dewi Maya Kusumaningtyas Winda Dwi Cahyaningrum Wahyuningrum Fifi Armadani Aulia Atsal Krusita Nopikasari Lyon Widyanto Mila Oktavia KELOMPOK 3 KELOMPOK 4 Octaviani Pridani Selvy Kusumaningrum Dimas Nando Septianto Bonifasius Heinrich Bagaskara Arief Hidayat Ristra Al Wina Astari Joko Slamet Mochamad Syaiful Huda KELOMPOK 5 KELOMPOK 6 Indrawan Bayu Pratama Irfan Riza Rahman Paksi Jaladri Eric Ferdinand Syach Arga Wisnu Nugroho Mochammad Sandi Eko Utama Agustina Haidar Gilang Pradipta KELOMPOK 7 KELOMPOK 8 Lia Mindawati Febrianita Prawesti Romly Nirwan Hulwa Anindya Pratiwi RR. Gisca Wisnhu Stannia Yuliana Dwi Yuni Astuti Brahmatya Dipowaluyo Indriana

270 252 Lampiran 51 PEROLEHAN SKOR GAME Kelompok Game 1 Game 2 Game 3 Game

271 253 Lampiran 52 PEMBAGIAN KELOMPOK MEJA TURNAMEN Kelompok Meja 1 Meja 2 1 Dewi Maya Kusumaningtyas Wahyuningrum 2 Winda Dwi Cahyaningrum Fifi Armadani 3 Octaviani Pridani Dimas Nando Septianto 4 Selvy Kusumaningrum Bonifasius Heinrich Bagaskara 5 Indrawan Bayu Pratama Paksi Jaladri 6 Irfan Riza Rahman Eric Ferdinand Syach 7 Lia Mindawati Romly Nirwan 8 Febrianita Prawesti Hulwa Anindya Pratiwi Kelompok Meja 3 Meja 4 1 Aulia Atsal Lyon Widyanto 2 Krusita Nopikasari Mila Oktavia 3 Arief Hidayat Ristra Al Joko Slamet 4 Wina Astari Mochamad Syaiful Huda 5 Arga Wisnu Nugroho Agustina 6 Mochammad Sandi Eko U. Haidar Gilang Pradipta 7 RR. Gisca Wisnhu Stannia Brahmatya Dipowaluyo 8 Yuliana Dwi Yuni Astuti Indriana

272 254 Lampiran 53 PEROLEHAN SKOR TURNAMEN Kelompok Meja 1 Meja 2 Meja 3 Meja 4 Jumlah

273 255 Lampiran 54 DAFTAR NILAI RAPOR KELAS VIII SEMESTER 2 SISWA KELAS IX E, IX F, IX G SMP NEGERI 13 SEMARANG 2011/2012 NO Kelas Kode IX-E Kode IX-F Kode IX-G 1 E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E E

274 256 Lampiran 55 UJI NORMALITAS DATA AWAL Hipotesis H o : data berdistribusi normal; H 1 : data tidak berdistribusi normal. Pengujian Hipotesis Rumus yang digunakan: ( ) Kriteria yang digunakan H o ditolak jika. Kelas IX E Nilai maks : Panjang Kelas : 3.66 Nilai min : Rata-rata : Rentang : s : 5.67 Banyak Kelas : n : Kelas Interval Batas Z untuk Peluang Luas kelas Kelas batas kelas untuk Z untuk Z Ei Oi ( ) Untuk dengan = 6-1 = 5, diperoleh. Karena, maka data berdistribusi normal

275 257 Kelas IX F Nilai maks : Panjang Kelas : 3.85 Nilai min : Rata-rata : Rentang : s : 5.96 Banyak Kelas : n : Kelas Interval Batas Z untuk Peluang Luas kelas Ei Oi ( ) Kelas batas kelas untuk Z untuk Z Untuk dengan = 6-1 = 5, diperoleh. Karena, maka data berdistribusi normal Kelas IX G Nilai maks : Panjang Kelas : Nilai min : Rata-rata : Rentang : s : 5.43 Banyak Kelas : n : 31 Kelas Interval Batas Z untuk Peluang Luas kelas Ei Oi ( ) Kelas batas kelas untuk Z untuk Z Untuk dengan = 6-1 = 5, diperoleh. Karena, maka data berdistribusi normal

276 258 Lampiran 56 UJI HOMOGENITAS DATA AWAL Hipotesis H o : artinya data homogen; H 1 : ada salah satu tanda tidak sama artinya data tidak homogen. Pengujian Hipotesis Rumus yang digunakan: Dengan: ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ( ) ) Kriteria yang digunakan H o ditolak jika. Perhitungan Varians gabungan adalah: s Kelas n i dk = n i 1 S 2 i (dk) S 2 i log S 2 i (dk) log S 2 i IX-E IX-F IX-G Jumlah ). Untuk dengan = 3-1 = 2, diperoleh. Karena ( n i ( n 1) s i 2 i B (log s 2 ) ( ni varians yang sama (homogen). 1) B ( n i 1) log s (ln10) i maka, H o diterima, artinya ketiga sampel mempunyai

277 259 Lampiran 57 UJI KESAMAAN RATA-RATA DATA AWAL (ANAVA) Hipotesis H o : artinya rata-rata data sama; H 1 : ada salah satu tanda tidak sama artinya rata-rata data tidak sama. Kriteria yang digunakan H o ditolak jika ( )( ). Pengujian Hipotesis 1. Jumlah Kuadrat Rata-Rata (RY) RY 2. Jumlah Kuadrat Antar Kelompok (AY) AY 3. Jumlah Kuadrat Total (JK tot) JK tot n x (7746) j n 2 i i RY 4. Jumlah Kuadrat Dalam (DY) DY = JK tot RY AY = ,375-13,678 = (74) (87) 2 (73) (80) 2 (81) 2

278 260 Tabel Ringkasan ANAVA Sumber variasi Dk JK KT F Rata-rata 1 Ry R=Ry/1 Antar kelompok k 1 AY A= AY :(k-1) A/D Dalam kelompok ( ) DY D=DY: ( ) Total Sumber variasi Dk JK KT Fhitung Ftabel Rata-rata Antar kelompok Dalam kelompok Total Kesimpulan: Karena ( ) maka diterima, artinya tidak ada perbedaan ratarata dari ketiga kelas yang akan dijadikan sebagai sampel.

279 261 Lampiran 58 DAFTAR NILAI TES HASIL BELAJAR SISWA KELAS EKSPERIMEN 1, EKSPERIMEN 2, DAN KONTROL SMP NEGERI 13 SEMARANG NO Kelas Kode Eksperimen 1 Kode Eksperimen 2 Kode Kontrol 1 E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E K E E E

280 262 Lampiran 59 UJI NORMALITAS DATA HASIL BELAJAR KELAS EKSPERIMEN 1 Hipotesis H o : data berdistribusi normal; H 1 : data tidak berdistribusi normal. Pengujian Hipotesis Rumus yang digunakan: ( ) Kriteria yang digunakan H o ditolak jika. Kelas Eksperimen 1 Nilai maks : 100 Panjang Kelas : 9.72 Nilai min : 42 Rata-rata : Rentang : S : Banyak Kelas : N : Kelas Interval Batas Z untuk Peluang Luas kelas Ei Oi ( ) Kelas batas kelas untuk Z untuk Z Untuk dengan = 6-1 = 5, diperoleh. Karena, maka data berdistribusi normal

281 263 Lampiran 60 UJI NORMALITAS DATA HASIL BELAJAR KELAS EKSPERIMEN 2 Hipotesis H o : data berdistribusi normal; H 1 : data tidak berdistribusi normal. Pengujian Hipotesis Rumus yang digunakan: ( ) Kriteria yang digunakan H o ditolak jika. Kelas Eksperimen 2 Nilai maks : 98 Panjang Kelas : 8.85 Nilai min : 45 Rata-rata : Rentang : 53 S : Banyak Kelas : N : Kelas Interval Batas Z untuk Peluang Luas kelas Kelas batas kelas untuk Z untuk Z Ei Oi ( ) Untuk dengan = 7-1 = 6, diperoleh. Karena, maka data berdistribusi normal.

282 264 Lampiran 61 UJI NORMALITAS DATA HASIL BELAJAR KELAS KONTROL Hipotesis H o : data berdistribusi normal; H 1 : data tidak berdistribusi normal. Pengujian Hipotesis Rumus yang digunakan: ( ) Kriteria yang digunakan H o ditolak jika. Kelas Kontrol Nilai maks : 96 Panjang Kelas : Nilai min : 16 Rata-rata : Rentang : 80 S : Banyak Kelas : N : 31 Kelas Interval Batas Z untuk Peluang Luas kelas Ei Oi ( ) Kelas batas kelas untuk Z untuk Z Untuk dengan = 6-1 = 5, diperoleh. Karena, maka data berdistribusi normal.

283 265 Lampiran 62 UJI HOMOGENITAS DATA AKHIR Hipotesis H o : artinya data homogen; H 1 : ada salah satu tanda tidak sama artinya data tidak homogen. Pengujian Hipotesis Rumus yang digunakan: Dengan: ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ( ) ) Kriteria yang digunakan H o ditolak jika. Perhitungan Varians gabungan adalah: s Kelas n i dk = n i - 1 S 2 i (dk) S 2 i log S 2 i (dk) log S 2 i Eksperimen Eksperimen Kontrol Jumlah Untuk dengan = 3-1 = 2, diperoleh. Karena ( n i ( n 1) s i 2 i 1) B (log s 2 ) ( ni varians yang sama (homogen) ) B ( n i 1)log s (ln10) i maka, H o diterima, artinya ketiga sampel mempunyai

284 266 Lampiran 63 UJI KESAMAAN RATA-RATA SATU PIHAK, PIHAK KANAN Hipotesis H o :, artinya rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 2 sama dengan ratarata hasil belajar kelas kontrol; H 1 :, artinya rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 2 lebih besar daripada rata-rata hasil belajar kelas kontrol Pengujian Hipotesis Rumus yang digunakan: 2 2 xa xb 2 ( na 1) sa ( nb 1) sb t dengan s 1 1 n s a nb n n Kriteria yang digunakan H o diterima jika ( ). Perhitungan a b Hasil Belajar n i n i - 1 S 2 i (ni - 1) S 2 i Eksperimen Kontrol Jumlah Maka, s 2 ( n a 2 1) sa n a ( n n 1) s 2 b xa xb t s na nb Untuk, sehingga t t Dengan dk = = 62, maka t b b ( 1 ) 1 0,05 t0,95 ( 1 ) 1, Karena ( ), maka H o ditolak dan H 1 diterima, artinya rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 2 lebih besar daripada rata-rata hasil belajar kelas kontrol

285 267 Lampiran 64 ANALISIS VARIANS SATU ARAH (ANAVA) DATA AKHIR Hipotesis H o : artinya rata-rata data sama; H 1 : ada salah satu tanda tidak sama artinya rata-rata data tidak sama. Kriteria yang digunakan H o ditolak jika ( )( ). Pengujian Hipotesis 1. Jumlah Kuadrat Rata-Rata (RY) RY 2. Jumlah Kuadrat Antar Kelompok (AY) AY 3. Jumlah Kuadrat Total (JK tot) JK tot x n (6775) j ni 2 i RY Jumlah Kuadrat Dalam (DY) DY = JK tot RY AY = = (73) (85) 2 (65) (40) 2 (60) 2

286 268 Tabel Ringkasan ANAVA Sumber variasi Dk JK KT F Rata-rata 1 Ry R=Ry/1 Antar kelompok k 1 AY A= AY :(k-1) A/D Dalam D=DY: ( ( ) DY kelompok ) Total Sumber variasi Dk JK KT Fhitung Ftabel Rata-rata Antar kelompok Dalam kelompok Total Kesimpulan: Karena ( ) maka ditolak, artinya minimal salah satu tanda sama dengan tidak berlaku jadi ada perbedaan rata-rata dari ketiga kelas yang akan dijadikan sebagai sampel.

287 269 Lampiran 65 Pengujian Harga Studentized Range (SR) ( )( )( ) Menghitung beda kritik ( ) ( ) UJI LANJUT TUKEY-KRAMER Kriteria yang digunakan Kedua sampel dinyatakan berbeda signifikan jika beda mean > beda kritik. Perhitungan ( )( )( ) 1. Perbandingan hasil belajar antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 ( ) ( ) ( ) 2. Perbandingan hasil belajar antara kelas eksperimen 1 dan kelas kontrol ( ) ( ) ( ) 3. Perbandingan hasil belajar antara kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol ( ) ( ) ( )

288 270 Tabel perbandingan antara beda mean dan beda kritik Perbandingan Rata-Rata Beda Beda Mean Kritik Kesimpulan Artinya Eksperimen 1 -Eksperimen 2 10,44 9,79 BM>BK Signifikan Eksperimen 2 - Kontrol 10,45 9,94 BM>BK Signifikan Eksperimen 1 - kontrol 20,89 9,87 BM>BK Signifikan Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga sampel tersebut memiliki perbedaan rata-rata hasil belajar yang signifikan.

289 271 Lampiran 66 TABEL UJI STATISTIKA Harga Kritik Dari r Product-Moment N (1 ) Interva l Kepercayaa n N (1 ) Interva l Kepercayaa n N (1) Interva l Kepercayaa n 95% (2) 99% (3) 95% (2) 99% (3) 95% (2) 99% (3) ,997 0,950 0,878 0,811 0,754 0,707 0,666 0,632 0,602 0,576 0,553 0,532 0,514 0,497 0,482 0,468 0,456 0,444 0,433 0,423 0,413 0,404 0,396 0,999 0,990 0,959 0,917 0,874 0,874 0,798 0,765 0,735 0,708 0,684 0,661 0,641 0,623 0,606 0,590 0,575 0,561 0,547 0,537 0,526 0,515 0, ,388 0,381 0,374 0,367 0,361 0,355 0,349 0,344 0,339 0,334 0,329 0,325 0,320 0,316 0,312 0,308 0,304 0,301 0,297 0,294 0,291 0,288 0,284 0,281 0,297 0,496 0,487 0,478 0,470 0,463 0,456 0,449 0,442 0,436 0,430 0,424 0,418 0,413 0,408 0,403 0,396 0,393 0,389 0,384 0,380 0,276 0,372 0,368 0,364 0, ,266 0,254 0,244 0,235 0,227 0,220 0,213 0,207 0,202 0,195 0,176 0,159 0,148 0,138 0,113 0,098 0,088 0,080 0,074 0,070 0,065 0,062 0,345 0,330 0,317 0,306 0,296 0,286 0,278 0,270 0,263 0,256 0,230 0,210 0,194 0,181 0,148 0,128 0,115 0,105 0,097 0,091 0,0986 0,081 N = Jumlah pasangan yang digunakan untuk menghitung r

290 272 HARGA KRITIK CHI KUADRAT dk Interval Kepercayaan 99% 95% 90% 75% 50% 25% 10% 5% 1% 1 6,63 3,84 2,71 1,32 0,455 0,102 0,0158 0,0039 0, ,21 5,99 4,61 2,77 1,39 0,575 0,211 0,103 0, ,3 7,81 8,25 4,11 2,37 1,21 0,584 0,352 0, ,3 9,49 7,78 5,39 3,36 1,92 1,06 0,711 0, ,1 11,1 9,24 6,63 4,35 2,67 1,61 1,15 0, ,8 12,6 10,6 7,84 5,35 3,45 2,2 1,64 0, ,5 14,1 12 9,04 6,35 4,25 2,83 2,17 1, ,1 15,5 13,4 10,2 7,34 5,07 3,49 2,73 1, ,7 16,9 14,7 11,4 8,34 5,9 4,17 3,33 2, ,2 18, ,5 9,34 6,74 4,87 3,94 2, ,7 19,7 17,3 13,7 10,3 7,58 5,58 4,57 3, , ,5 14,8 11,3 8,44 6,3 5,23 3, ,7 22,4 19, ,3 9,3 7,04 5,89 4, ,1 23,7 21,1 17,1 13,3 10,2 7,79 6,57 4, , ,3 18,2 14,3 11 8,55 7,26 5, ,3 23,5 19,4 15,3 11,9 9,31 7,98 5, ,4 27,6 24,8 20,5 16,3 12,8 10,1 8,67 6, ,8 28, ,7 17,3 13,7 10,9 9,36 7, ,2 30,1 27,2 22,7 18,3 14,6 11,7 10,1 7, ,6 31,4 28,4 23,8 19,3 15,5 12,4 10,9 8, ,9 32,7 29,6 24,9 20,3 16,3 13,2 11,6 8, ,3 33,9 30, ,3 17, ,3 9, ,6 35, ,1 22,3 18,1 14,8 13,1 10, ,4 33,2 28,2 23, ,7 13,8 10, ,3 37,7 34,4 29,3 24,3 19,9 16,5 14,6 11, ,6 38,9 35,6 30,4 25,3 20,8 17,3 15,4 12, ,1 36,7 31,5 26,3 21,7 18,1 16,2 12, ,3 41,3 37,9 32,6 27,9 22,7 18,9 16,9 13, ,6 42,6 39,1 33,7 28,3 23,6 19,8 17,7 14, ,9 43,8 40,3 34,8 29,3 24,5 20,6 18, ,7 55,8 51,8 45,6 39,9 33,7 29,1 26,5 22,2

291 273 DAFTAR F (Untuk Nilai Z) z , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

292 Tabel t 274

293 275

294 Studentized Range Distribution 276

295 277

296 278 Lampiran 67 DOKUMENTASI PENELITIAN Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Eksperimen 1 Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Kontrol Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Eksperimen 2 Pelaksanaan Game Kartu Berpasangan Pelaksanaan Turnamen Pemberian Penghargaan

297 279 Pelaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Media Flash Kelas Eksperimen 2 Tes Evaluasi di Kelas Kontrol Pelaksanaan Pembelajaran dengan Alat Peraga Diskusi LKPD Tes Evaluasi di Kelas Eksperimen 1 Tes Evaluasi di Kelas Eksperimen 2

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GROUP TOURNAMENT (TGT) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA 3 IN 1 DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GROUP TOURNAMENT (TGT) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA 3 IN 1 DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UJME 2 (2) (2013) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GROUP TOURNAMENT (TGT) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA 3 IN 1 DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Abid Khoirul Ismail,

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI METODE KOOPERATIF MODEL TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT)

STUDI KOMPARASI METODE KOOPERATIF MODEL TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) STUDI KOMPARASI METODE KOOPERATIF MODEL TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) DAN MODEL STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB POKOK BAHASAN SISTEM PERIODIK UNSUR KELAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam karena hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG SKRIPSI diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 7 C. Tujuan Penelitian... 7 D. Kegunaan Hasil Penelitian...

DAFTAR ISI. : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 7 C. Tujuan Penelitian... 7 D. Kegunaan Hasil Penelitian... DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL... i HALAMAN NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii ABSTRAK...

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui II. KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE DENGAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI DATAR DI KELAS VIII MTs DARUSSALAM KROYA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF KOMBINASI STAD DAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI MTS USB SAGULUNG BATAM

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF KOMBINASI STAD DAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI MTS USB SAGULUNG BATAM PYTHAGORAS; Vol. 3(2):40-45 ISSN 2301-5314 Oktober 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF KOMBINASI STAD DAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI MTS USB SAGULUNG BATAM Devi Haryani,

Lebih terperinci

1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret 2) Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret

1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret 2) Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 1 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 42-47 STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE TEAMS

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PENCERNAAN MAKANAN KELAS XI IPA MAN SUKOHARJO SKRIPSI

Lebih terperinci

( Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 3 Sawit. Tahun Ajaran 2011/2012 ) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

( Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 3 Sawit. Tahun Ajaran 2011/2012 ) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES DAN TEAMS GAME TOURNAMENT (TGT) PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA ( Pada Siswa Kelas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dalam belajar adalah peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus

Lebih terperinci

SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (STAD) BERBANTUAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBERI BANTUAN UNTUK

SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (STAD) BERBANTUAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBERI BANTUAN UNTUK SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (STAD) BERBANTUAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBERI BANTUAN UNTUK PELANGGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL DI SMK PELITA BUANA SEWON Diajukan

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE ACCELERATED LEARNING

KOMPARASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE ACCELERATED LEARNING KOMPARASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE ACCELERATED LEARNING MODEL MASTER DAN METODE CERAMAH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KAUMAN PONOROGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered), menjadi berpusat pada siswa (student centered),

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING GUNA PEMBENTUKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA SMK PERINDUSTRIAN YOGYAKARTA SKRIPSI

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH. Info Artikel. Abstra

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH. Info Artikel. Abstra UJME (1) (013) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH Ahmad Munif Nugroho, Hardi Suyitno, Mashuri Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI KAUMAN LOR 03 KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10) yaitu sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Yanustiana Nur Pratomo NIM

SKRIPSI. Oleh : Yanustiana Nur Pratomo NIM EFEKTIVITAS PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF C1 C3 SISWA SMP DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI PEMANASAN GLOBAL (Kasus Penelitian Kuasi Eksperimen di

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Proram Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Proram Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPAYA MENINGKATKAN RASA TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (TGT) TEAM GAMES TOURNAMENT MATA PELAJARAN IPA MATERI PEMBENTUKAN TANAH PADA SISWA KELAS V SD NEGERI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Matematika beragam manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Matematika beragam manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang wajib dikuasai oleh siswa. Matematika beragam manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, konsep

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS), TIPE MAKE A MATCH (MAM) DAN TIPE GUIDE NOTE TAKING (GNT) DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA (Studi Kasus Pada Materi Logaritma Siswa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI Abstrak. Yulia Ayu Astuti. K8409074. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh FITRI WAHYUNI

SKRIPSI. Oleh FITRI WAHYUNI UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMANDIRIAN SISWA

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMANDIRIAN SISWA EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMANDIRIAN SISWA (Pada Siswa Kelas XI SMA Al-Islam 3 Surakarta 2012/2013) SKRIPSI

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 SIWARAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 SIWARAK PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 SIWARAK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STAD DENGAN TGT MATERI OPERASI HIMPUNAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STAD DENGAN TGT MATERI OPERASI HIMPUNAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STAD DENGAN TGT MATERI OPERASI HIMPUNAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA Teguh Pratama Nuur Efendi, Supriyono, Mita Hapsari Jannah Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana PENINGKATAN SIKAP POSITIF DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DELIK 02 KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) PADA PEMBELAJARAN PAI MATERI POKOK PUASA WAJIB KELAS V SEMESTER GENAP DI SD NURUL

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Fina Hanifa Hidayati

SKRIPSI. Oleh: Fina Hanifa Hidayati KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN DENGAN METODE DISCOVERY MENGGUNAKAN LEMBAR KEGIATAN SISWA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA PADA MATERI KELILING DAN LUAS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Rustiamah NIM

SKRIPSI. Oleh Rustiamah NIM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS IIIA SD N BACIRO GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DISERTAI TEHNIK PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS DI KELAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah melalui kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah melalui kegiatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PERBANDINGAN ANTARA METODE MAKE A MATCH DENGAN METODE THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendasar bagi pembangunan suatu bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan, dikembangkan bibit-bibit sumber daya manusia

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN KONVENSIONAL PADA SISWA KELAS VII SMP MATER ALMA MATERI POKOK SEGITIGA

Lebih terperinci

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S 1. Pendidikan Matematika

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S 1. Pendidikan Matematika DAMPAK PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 POLANHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012 Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BUZZ GROUP

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BUZZ GROUP PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BUZZ GROUP DENGAN AUTHENTIC ASSESSMENT TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI (Siswa kelas X semester genap SMA Negeri 5 Jember tahun ajaran 2011/2012) SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN

PERBEDAAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN PERBEDAAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN RETENSI MENGGUNAKAN MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING) DAN CERAMAH BERVARIASI PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI 2 SURAKARTA

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD Trilius Septaliana Kusuma Rukmana, S.Pd. Mahasiswi Pascasarjana Universitas Sriwijaya Abstrak Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR- SHARE

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR- SHARE EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR- SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN METAKOGNITIF BERBASIS E-KOMIK TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK LIMIT FUNGSI PADA SISWA KELAS XI JURUSAN

Lebih terperinci

Surakarta, Indonesia ABSTRAK

Surakarta, Indonesia ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 2 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENGARUH PENERAPAN MODEL KOLABORATIF DENGAN METODE POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DI KELAS V SD N 2 SOKARAJA TENGAH TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana. Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika. Oleh RIDWAN PRIHANTONO

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana. Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika. Oleh RIDWAN PRIHANTONO PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di tingkat sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang

Lebih terperinci

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Oleh: VIKI ARI SETIAJI A

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Oleh: VIKI ARI SETIAJI A STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku LANDASAN TEORI A. Hasil Belajar Bahasa Indonesia 1. Definisi Hasil belajar Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur, yaitu: tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses)

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

PENGARUH PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 PURWOKERTO PENGARUH PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 PURWOKERTO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga PERBEDAAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 01 KRANGGAN

Lebih terperinci

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN QSH DAN MODEL PEMBELAJARAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN QSH DAN MODEL PEMBELAJARAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA EKSPERIMENTASI METODE PEMBELAJARAN QSH DAN MODEL PEMBELAJARAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Kanthy Pulungsari Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: kanthy10@yahoo.com

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) DISERTAI MEDIA JIGSAW PUZZLE COMPETITION PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) DISERTAI MEDIA JIGSAW PUZZLE COMPETITION PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) DISERTAI MEDIA JIGSAW PUZZLE COMPETITION PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP SKRIPSI Oleh SITI ALIMAH NIM 090210102041 PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam pendidikan mengacu pada perubahan kurikulum yang menuntut guru agar lebih aktif dan inovatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

HALAMAN JUDUL EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING HALAMAN JUDUL EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KLATEN

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA ABSTRAK: El Indahnia Kamariyah Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Islam Madura elindahniakamariyah@fkip.uim.ac.id

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

Pengaruh Media Kartu Bilangan ARIF Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 1 SD Negeri 3 Tuntang Tahun Ajaran 2012/2013

Pengaruh Media Kartu Bilangan ARIF Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 1 SD Negeri 3 Tuntang Tahun Ajaran 2012/2013 Pengaruh Media Kartu Bilangan ARIF Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 1 SD Negeri 3 Tuntang Tahun Ajaran 2012/2013 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

STUDI KOMPARASI PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA STUDI KOMPARASI PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Dwi Anggraeni 1), Chumdari 2), Hartono 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas

Lebih terperinci

SKRIPSI. disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Disusun oleh : Farid Al Baladi ( )

SKRIPSI. disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Disusun oleh : Farid Al Baladi ( ) PERBANDINGAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TIK DENGAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS IV SD DI-GUGUS DIPONEGORO KECAMATAN MEJOBO KABUPATEN KUDUS SKRIPSI disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan generasi penerus yang berkualitas dan mengembangkan potensi yang dimiliki setiap manusia.

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEMBARAN MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEMBARAN MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEMBARAN MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT SKRIPSI Diajukan Untuk Melengakapi Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Disusun oleh: MARLISA

Lebih terperinci

mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia

mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu ilmu yang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1. Oleh : SURYANI UMAMAH

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1. Oleh : SURYANI UMAMAH 1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) TERHADAP AKTIVITAS DAN PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam seluruh proses pendidikan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TGT (Team Games Tournament) YANG DILENGKAPI DENGAN MEDIA POWER POINT DAN DESTINASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TGT (Team Games Tournament) YANG DILENGKAPI DENGAN MEDIA POWER POINT DAN DESTINASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 1 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TGT (Team Games Tournament)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi. Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan menuntut adanya perubahan pada

Lebih terperinci

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

*keperluan Korespondensi, HP: ,   ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 3 Tahun 203 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 23379995 jpk.pkimiauns@ymail.com STUDI KOMPARASI METODE STAD DAN TGT DITINJAU DARI MEMORI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi yang saat ini tengah berlangsung, banyak sekali memunculkan masalah bagi manusia. Manusia dituntut untuk meningkatkan kualitas dirinya agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap jenjang pendidikan dapat berperan serta dalam menyiapkan sumber daya manusia, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dalam pembelajaran matematika,

Lebih terperinci

PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA

PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA (Studi Kuasi Eksperimen pada Kelas IV SD Negeri 1 Kaliori) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI Oleh Sartinem NPM 11266100002 PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK- WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PESERTA DIDIK PADA MATERI HIMPUNAN KELAS VII SMP NEGERI 1 MLONGGO JEPARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

OLEH RIZKI AMALLIA A1C110035

OLEH RIZKI AMALLIA A1C110035 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR KOLOID PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI KARYA ILMIAH OLEH RIZKI AMALLIA A1C110035 FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika. Oleh:

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika. Oleh: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) BERBASIS E-KOMIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK LIMIT FUNGSI KELAS XI JURUSAN IPA

Lebih terperinci

SKRIPSI. oleh HANIFAH KUSUMAWATI

SKRIPSI. oleh HANIFAH KUSUMAWATI PERBEDAAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DAN STAD DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 5 SD GUGUS SINGOPRONO 1 DAN 3 SIMO SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

Oleh Ratna Juwita Fibriyanti NIM

Oleh Ratna Juwita Fibriyanti NIM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF DISERTAI PRESENTASI TUGAS PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 12 JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi

Lebih terperinci

PERSETUJUAN. Disetujui pada tanggal 22 Oktober Menyetujui, NIP NIP

PERSETUJUAN. Disetujui pada tanggal 22 Oktober Menyetujui, NIP NIP PERSETUJUAN Skripsi yang berjudul " Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Numbered-Head-Together untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X SMA N 1 Imogiri " telah disetujui oleh

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Disusun oleh: IIS SUGIARTI A

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Disusun oleh: IIS SUGIARTI A PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN MODEL JIGSAW DENGAN MODELTGT TERHADAP SISWA KELAS VII SMP N 2 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA Widyo Pramono Universitas Negeri Surabaya widyo@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMK Negeri 1 Salatiga merupakan salah satu sekolah kejuruan di Salatiga yang mempunyai banyak prestasi. Prestasi siswa tentu tidak mungkin diperoleh begitu saja

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR RIAS WAJAH PADA MALAM HARI DI SMK NEGERI 1 PEKALONGAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR RIAS WAJAH PADA MALAM HARI DI SMK NEGERI 1 PEKALONGAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR RIAS WAJAH PADA MALAM HARI DI SMK NEGERI 1 PEKALONGAN Skripsi diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATERI PECAHAN DI KELAS IV SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN STRATEGI TANDUR

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATERI PECAHAN DI KELAS IV SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN STRATEGI TANDUR PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATERI PECAHAN DI KELAS IV SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN STRATEGI TANDUR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Wahyu Ari Nurdiana NIM

SKRIPSI. Oleh: Wahyu Ari Nurdiana NIM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) DENGAN METODE EKSPERIMEN BERBASIS KARAKTER PADA SISWA KELAS VIII-C BILINGUAL SMP NEGERI 3 JEMBER SKRIPSI Oleh: Wahyu Ari Nurdiana NIM 080210192050

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT BERBANTUAN PERMAINAN DADU TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS 3 SDN LEMAHIRENG 02 BAWEN

PENGARUH PENERAPAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT BERBANTUAN PERMAINAN DADU TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS 3 SDN LEMAHIRENG 02 BAWEN PENGARUH PENERAPAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT BERBANTUAN PERMAINAN DADU TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS 3 SDN LEMAHIRENG 02 BAWEN SEMESTER II TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI untuk memenuhi salah satu

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL PENERAPAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS

PERBEDAAN HASIL PENERAPAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS PERBEDAAN HASIL PENERAPAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD N TIMURAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat. dipengaruhi oleh kemajuan dalam dunia pendidikan. Secara formal, dunia

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat. dipengaruhi oleh kemajuan dalam dunia pendidikan. Secara formal, dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi oleh kemajuan dalam dunia pendidikan. Secara formal, dunia pendidikan meliputi pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE GI DAN STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL. Praptiwi dan Jeffry Handhika

EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE GI DAN STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL. Praptiwi dan Jeffry Handhika Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika ISSN : 2086-2407 Vol. 3 No. 1 April 2012 EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE GI DAN STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL Praptiwi dan Jeffry Handhika IKIP PGRI Madiun

Lebih terperinci