PEMBUATAN MIKROPARTIKEL KOMPOSIT ACTIVE PHARMACEUTICAL INGREDIENTS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBUATAN MIKROPARTIKEL KOMPOSIT ACTIVE PHARMACEUTICAL INGREDIENTS"

Transkripsi

1 PEMBUATAN MIKROPARTIKEL KOMPOSIT ACTIVE PHARMACEUTICAL INGREDIENTS (API)-POLIMER MENGGUNAKAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS Warlinda Eka Triastuti, Sumarno* Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember, ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia Telp. (031) Fax. (031) ABSTRAK Ketoprofen, asam RS-2-(3-benzoylphenyl)-propionat termasuk jenis non-steroidal antiinflammatory drugs (NSAID) yang dikenal sebagai anti inflammasi, antipiretik dan anlgesik. Ketoprofen memiliki kelarutan yang rendah dalam air. Untuk memperbaiki laju kelarutannya dilakukan dengan cara mikronisasi dan memformulasikan Active Pharmaceutical Ingredients (API) dengan polimer sebagai drug excipients. Penelitian ini bertujuan memperoleh mikropartikel komposit Active Pharmaceutical Ingredients (API)-polimer dengan teknologi supercritical anti solvent (SAS) dan particles from gas-saturated solutions (PGSS). Pada metode SAS, dipelajari pengaruh tekanan presipitator, temperatur kontak dan konsentrasi awal larutan obat-polimer. Sedangkan pada metode PGSS, dipelajari pengaruh oleh tekanan dan temperatur saturation chamber dan komposisi obat-polimer. Pada metode SAS, ketoprofen dan polimer polietilen glikol (PEG) dilarutkan dalam etanolaseton kemudian dikontakkan dengan fluida superkritis dan diekspansikan ke dalam presipitator melalui nozzle. Pada metode PGSS, ketoprofen dan polietilen glikol (PEG) dilelehkan terlebih dahulu dengan fluida superkritis kemudian diekspansikan melalui nozzle. Mikropartikel yang terbentuk dianalisa dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy) untuk mengetahui morfologi, ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel yang dihasilkan. Uji drug loading dan drug release dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis. Pada penelitian ini diperoleh hasil yaitu diameter rata-rata partikel sebesar µm untuk metode SAS dan µm untuk metode PGSS. Hasil uji drug loading menunjukkan efisiensi drug loading untuk mikropartikel dari metode SAS sebesar 81,46 % - 100,90 % dan 74,79% - 99,84% untuk metode PGSS. Uji drug release menunjukkan bahwa komposit ketoprofen-peg memiliki laju disolusi lebih tinggi dibandingkan dengan ketoprofen tanpa proses mikronisasi. Kata Kunci : ketoprofen, mikropartikel, fluida superkritis SAS, PGSS PENDAHULUAN Beberapa tahun terakhir teknologi fluida superkritis (SCF) telah diaplikasikan pada beberapa industri antara lain industri makanan, industri minyak bumi, industri tekstil, industri kosmetik dan industri farmasi. Aplikasi utama dalam dunia farmasi yaitu pada pembuatan mikropartikel obat-obatan (Yasuji dkk., 2005). Performa penghantaran obat (drug delivery) dalam tubuh manusia ditentukan oleh kemampuan menghantarkan therapeutic agents (zat penyembuh) ke bagian tubuh yang diharapkan (selective target). Kemampuan kontrol ukuran, morfologi, dan pelepasan partikel obat merupakan hal fundamental untuk mencapai target tersebut (Ginty dkk., 2005). Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja suatu therapeutic agents adalah dengan produksi partikel obat dalam skala mikron (Kurniawansyah dan Sumarno, 2008). Secara umum, bioaktif/obat yang telah dimikronisasi mengalami peningkatan kelarutan saat diekspos di media air (aqueous solution) karena naiknya luas permukaan. Ukuran partikel obat yang kecil dapat pula mengurangi jumlah obat yang harus dihantarkan ke tempat sakit (illness location) karena naiknya daya serap tubuh. Naiknya daya serap tubuh dapat menurunkan dosis obat dalam penghantaran, sehingga menurunkan pula kemungkinan timbulnya efek samping. Suatu obat dikatakan mempunyai penghantaran yang unggul jika obat tersebut mempunyai laju pelepasan yang terkontrol (controlled release drug) (Wang dkk., 2006). Controlled release system mampu mengontrol pelepasan obat dalam tubuh pada laju yang diinginkan ke bagian tubuh yang 1

2 diinginkan. Controlled release system dapat dilakukan dengan memformulasikan active pharmaceutical ingredients (API) dengan polimer sebagai drug excipients, dimana API akan terdistribusi dalam matriks polimer (Yeo - Kiran, 2005 dan Tandya dkk., 2007). Pembuatan mikropartikel dapat dilakukan dengan teknik konvensional seperti teknik penghancuran secara mekanis (crusher, grinder, dll), teknik presipitasi larutan organik (pemisahan fasa polimer, penguapan atau ekstraksi pelarut), dan teknik spray drying. Teknik lain yang sedang berkembang untuk pembuatan mikropartikel adalah teknologi berdasarkan pemanfaatan SCF. Aplikasi dari teknik ini menguntungkan dalam rekristalisasi beberapa material padat yang tidak mudah dihancurkan dan tidak tahan temperatur tinggi. Beberapa metode aplikasi teknologi fluida superkritis antara lain Rapid Expansion of Supercritical Solutions (RESS), Gas anti Solvent (GAS), Supercritical Anti Solvent process (SAS) atau Aerosol Solvent Extraction System (ASES) atau Precipitation with a Compressed Antisolvent (PCA), Solution Enhanced Dispersion by Supercritical Fluids (SEDS), dan Particle from Gas saturated Solutions (PGSS). Metode SAS menggunakan prinsip efek kontak antara larutan polimer dan fluida SCF sebagai antisolvent yang menyebabkan presipitasi. Metode PGSS menggunakan efek plasticizing dari CO 2 superkritis pada polimer untuk membentuk partikel. Karbondioksida superkritis merupakan plasticizer yang efektif dan dapat menurunkan titik lebur dari polimer. Pada tekanan tinggi, tetapi mendekati temperatur kamar, polimer dapat dilelehkan dan memiliki viskositas yang rendah. Jika polimer yang telah dilelehkan diekspansikan melalui nozzle secara cepat, akan terbentuk droplet kecil dari polimer yang kemudian akan menjadi mikropartikel. Maka dari itu, dengan PGSS partikel dapat dibentuk pada temperatur rendah tanpa solvent, dan hal ini menjadi daya tarik untuk memproses resin atau polimer yang rentan atau labil terhadap panas (Hao dkk., 2005). Chu dkk., melakukan mikronisasi pada cefpodoxime proxetil (CPD) dengan metode ASES menggunakan pelarut metilen klorida, aseton dan etil asetat. Penelitian ini dilakukan pada range tekanan bar dan range suhu o C dengan konsentrasi 0.3 1% berat. Konsentrasi tinggi menyebabkan partikel yang satu kontak dengan partikel yang lain sehingga terjadi aglomerasi dan partikel yang dihasilkan partikel yang berukuran lebih besar. Aglomerasi diminimalisasi dengan menggunakan pelarut etil asetat dan dengan meningkatkan ratio CO 2 /larutan CPD. Meningkatnya tekanan presipitator menghasilkan partikel yang makin kecil (Chu dkk., 2006). Tandya dkk., melakukan mikronisasi cyclosporine dengan metode PGSS pada range tekanan bar dan suhu 25 o - 45 o C. Pada semua kondisi, cyclosporine diendapkan sebagai microsphere berukuran 150 nm dengan agregat yang tinggi. Tidak ada perubahan yang signifikan pada morfologi dan ukuran partikel akibat perubahan suhu dan tekanan. Cyclosporine-CO 2 jenuh sangat viskus pada tekanan kurang dari 160 bar, hal ini dapat menyebabkan kebuntuan pada nozzle selama proses. Meningkatnya diameter nozzle menghasilkan partikel dengan diameter lebih besar akibat berkurangnya tekanan dan densitas fluida pada keluaran nozzle. Hasil analisa XRD menunjukkan kristanilitas cyclosporine setelah proses berkurang dibandingkan dengan cyclosporine sebelum proses (Tandya, 2006) Dari beberapa penelitian dapat memberikan petunjuk bahwa mikronisasi obat dengan pemanfaatan SCF dapat memperbaiki properti obat sehingga obat dapat dikontrol oleh struktur dan daya serap dalam tubuh. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan obat yang berkarakteristik unggul sehingga dapat dimanfaatkan dalam penghantaran obat yaitu dengan pembuatan mikropartikel komposit obat-polimer dengan teknologi berbasis fluida superkritis. Pada penelitian ini menggunakan obat berupa ketoprofen dan polietilen glikol sebagai polimer. Ketoprofen memiliki kelarutan yang rendah dalam air, sehingga perlu ditingkatkan laju kelarutannya dalam cairan tubuh yaitu dengan pembuatan mikropartikel komposit ketoprofen-peg. METODOLOGI A. BAHAN YANG DIGUNAKAN Polimer polyethylene glycol, PEG 6000 (Merck) dan ketoprofen (PT Kimia Farma) diproses dengan solvent aseton (PT Brata Chemical) dan etanol (Merck). Karbondioksida (CV Tri Gases) digunakan sebagai antisolvent dan pendorong larutan. 2

3 B. Peralatan Peralatan Penelitian dengan teknik SAS Keterangan gambar : Gambar 1. Gambar Peralatan Rekristalisasi Mikropartikel dengan Teknik SAS 1. Tabung gas CO 2 6. Gas supply 2. Valve 7. Tabung larutan umpan 3. Indikator dan kontrol suhu 8. Axial nozzle 4. Indikator suhu 9. Tangki precipitator 5. Indikator tekanan 10. Valve Peralatan Penelitian dengan teknik PGSS Gambar 2. Peralatan Rekristalisasi Mikropartikel dengan Teknik PGSS Keterangan gambar : 1. Tabung gas CO 2 5. Valve 2. Gas supply 6. Indikator tekanan 3. Saturation Chamber 7. Indikator suhu 4. Axial nozzle C. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian dengan teknik SAS Sejumlah zat aktif terapeutik dan polimer dilarutkan hingga terbentuk larutan yang homogen kemudian dimasukkan ke dalam tabung umpan. Mengontakkan fluida superkritis dengan larutan yang didorong dengan nitrogen melalui nozzle. Presipitasi terjadi pada presipitator pada suhu dan tekanan tertentu sehingga dihasilkan produk. 3

4 Prosedur penelitian dengan teknik PGSS Sejumlah zat aktif terapeutik dan polimer dicampur secara homogen kemudian dimasukkan ke dalam saturation chamber. Mengalirkan fluida superkritis ke dalam saturation chamber hingga mencapai tekanan dan suhu yang telah ditentukan. Melakukan liquidifikasi campuran zat terapeutik dan polimer oleh fluida superkritis hingga larutan homogen selama ± 2 jam. Mengekspansikan larutan yang didorong oleh fluida superkritis. Menangkap produk yang keluar melalui nozzle. E. Karakterisasi Hasil Morfologi mikropartikel dapat diketahui dengan foto SEM. Uji drug loading dan drug release dapat diperoleh dengan menggunakan spektrofotometer uv-vis. HASIL DAN PEMBAHASAN Ketoprofen, asam 2-(3-benzoylphenyl)-propionat termasuk jenis non-steroidal antiinflammatory drug (NSAID) yang dikenal sebagai anti inflammasi, antipiretik dan analgesik. Ketoprofen memiliki kelarutan yang rendah dalam air (Choi dkk., 2007). Upaya untuk meningkatkan kelarutan dan laju peluruhan obat (drug release) dilakukan dengan mikronisasi dan pembuatan komposit obat-polimer. Pada penelitian ini menggunakan PEG sebagai carrier atau drug excipients pada ketoprofen, karena PEG merupakan polimer semikristalin sehingga cenderung membentuk partikel sphere setelah dilakukan mikronisasi (Tandya dkk., 2007). Selain itu, PEG bersifat aman, hidrofilik, biocompatible dan tidak beracun (Choi dkk., 2007). Gambar 3 merupakan foto SEM dari ketoprofen dan PEG sebelum proses mikronisasi, ketoprofen dan PEG berukuran masing-masing sekitar 850 µm dan 2150 µm. Gambar 3 Foto SEM PEG 6000 dan Ketoprofen sebelum diproses Pembuatan Mikropartikel dengan Teknik SAS A. Pengaruh Tekanan Pada Morfologi, Ukuran dan Distribusi Ukuran Komposit Gambar 4 dengan menunjukkan diameter rata-rata partikel serta distribusi ukuran mikropartikel pada temperatur kontak 55 C. Dari grafik dapat diketahui bahwa semakin tinggi tekanan presipitator, diameter partikel rata-rata makin kecil. Peningkatan tekanan pada tangki presipitator menyebabkan densitas dari CO 2 superkritis di dalamnya meningkat. Peningkatan densitas ini menghasilkan gaya eksternal yang besar untuk melakukan pemecahan droplet sehingga partikel yang dihasilkan menjadi semakin kecil. Selain itu adanya tekanan yang tinggi di sekitar droplet akan menyebabkan terjadinya perbedaan konsentrasi solvent yang relatif tinggi yang akan memberikan driving force pada kecepatan transfer massa solvent dari droplet ke lingkungan. Tetapi di samping itu, kenaikan tekanan juga akan mempengaruhi besarnya difusi solvent dan CO 2 melewati batas fase (cairgas) dari droplet yang nantinya juga akan mempengaruhi kecepatan transfer massa karbondioksida dan solvent meninggalkan droplet melewati batas fasa cair-gas sehingga menyebabkan level supersaturasi pada kondisi ini tidak setinggi pada tekanan yang lebih rendah (Sze Tu dkk., 1998).

5 Diameter Partikel (µm) Tekanan Presipitator (bar gauge) 110 Max (50 C) Min (50 C) Mean (50 C) Max 55 C) Min (55 C) Mean (55 C) Gambar 4. Grafik Ukuran dan Distribusi Ukuran Komposit Ketoprofen-PEG yang diproses dengan konsentrasi awal larutan 60% Berat B. Pengaruh Temperatur Pada Morfologi, ukuran dan Distribusi ukuran pada Komposit Gambar 5. Foto SEM Komposit Ketoprofen-PEG yang diproses pada Konsentrasi Awal Larutan 55% Berat, Tekanan Presipitator 90 bar gauge dan Temperatur 50 C 55 C Pada gambar 5, secara visual karakteristik mikropartikel komposit yang terbentuk pada temperatur kontak 55 o C memiliki ukuran lebih kecil dan distribusi ukuran lebih lebar bila dibandingkan dengan temperatur yang lebih rendah. Peningkatan temperatur pada tangki presipitator akan mengakibatkan pembentukan initial droplet yang semakin kecil, dimana initial droplet ini akan mempengaruhi pembentukan ukuran akhir dari mikropartikel. Semakin kecil initial droplet yang terbentuk di tangki presipitator maka akan semakin kecil pula ukuran mikropartikel yang dihasilkan. Pada tahap awal droplet hanya mengandung larutan dan disekelilingnya superkritis karbondioksida, hal ini mengakibatkan karbondioksida masuk ke dalam droplet. Pelarutan CO 2 merupakan proses eksotermik, sedangkan evaporasi solvent dari droplet merupakan proses endotermis. Sehingga semakin tinggi temperatur maka partikel yang dihasilkan akan semakin kecil. A. Pengaruh Konsentrasi Awal Larutan Pada Morfologi, Ukuran dan Distribusi ukuran pada Komposit Gambar 6. Foto SEM Komposit Ketoprofen-PEG yang diproses pada temperatur 50 o C, tekanan 100 bar gauge dan Konsentrasi Awal Larutan 55% berat 60% berat

6 Pada gambar 6 secara visual terlihat bahwa mikropartikel dengan konsentrasi 60% memiliki ukuran partikel yang lebih besar dibandingkan mikropartikel dengan konsentrasi 55%. Morfologi komposit obat-polimer semakin meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi komposit-obat polimer larutan. Pada konsentrasi larutan tinggi, larutan mempunyai viskositas yang tinggi, sehingga mikropartikel yang terbentuk lebih besar. Larutan awal dengan konsentrasi tinggi diperlukan diperlukan energi yang lebih besar untuk melawan shear force droplet larutan dalam pemecahan lanjut oleh efek mekanik aliran fluida superkritis (Sze Tu dkk., 1998). Pada konsentrasi yang tinggi partikel akan cenderung teraglomerasi sehingga diperoleh partikel yang lebih besar (Junho dkk., 2006). Meningkatnya konsentrasi larutan akan meningkatkan tegangan permukaan antara larutan yang diekspansikan dan CO 2 superkritis, sehingga Weber number semakin kecil. Weber number yang semakin kecil menunjukkan droplet yang dihasilkan makin besar. Saat diekspansikan melalui nozzle, larutan dengan konsentrasi tinggi tidak teratomisasi dengan cepat. Hal ini menyebabkan supersaturasi sulit tercapai, laju nukleasi dan pertumbuhan partikel menjadi lambat, sehingga partikel yang dihasilkan makin besar. Pembentukan Mikropartikel Komposit Obat-Polimer dengan Teknik PGSS A. Pengaruh Tekanan Saturation Chamber Pada Morfologi, ukuran dan Distribusi ukuran pada Komposit Pada gambar 7, secara visual terlihat bahwa mikropartikel yang dihasilkan pada tekanan tinggi memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan mikropartikel yang dihasilkan pada tekanan rendah. Karbondioksida Semakin tinggi tekanan dan semakin rendah suhu, massa CO 2 terlarut akan semakin banyak dan menurunkan viskositas campuran Ketoprofen-PEG. Menurunnya viskositas larutan menghasilkan mikropartikel yang semakin kecil karena droplet yang dihasilkan hanya mengandung sedikit solute. Pada tekanan rendah, konsentrasi CO 2 superkritis yang terlarut di dalam PEG hanya sedikit. Hal ini menyebabkan viskositas larutan tinggi, sehingga menghasilkan mikropartikel berukuran besar dan cenderung terjadi aglomerasi. Gambar 7. Foto SEM Komposit Ketoprofen-PEG yang telah diproses pada kondisi temperatur 55 ºC, Komposisi Awal Ketoprofen- PEG 1 : 7 dan tekanan 80 bar gauge dan 120 bar gauge B. Pengaruh Temperatur Saturation Chamber Pada Morfologi, ukuran dan Distribusi ukuran pada Komposit Gambar 8. menunjukkan diameter rata-rata partikel serta distribusi ukuran mikropartikel pada komposisi ketoprofen-peg 1:9, ukuran diameter partikel rata-rata pada temperatur 50ºC relatif lebih kecil daripada pada temperatur 55ºC. Distribusi ukuran partikel pada temperatur 50ºC cenderung lebih besar daripada pada temperatur 55ºC dengan tekanan yang tetap. Pada temperatur rendah, yaitu 50ºC densitas CO 2 superkritis besar sehingga jumlah CO 2 superkritis yang terlarut dalam polimer makin banyak. Semakin banyaknya CO 2 superkritis yang terlarut, maka viskositas larutan makin rendah. Semakin rendah viskositas larutan, akan menghasilkan mikropartikel yang berukuran kecil ketika larutan diekspansikan melalui nozzle karena atomisasi lebih mudah terjadi.

7 300 Diameter Partikel (µm) Tekanan Presipitator (bar gauge) Max (50 C) Min (50 C) Mean (50 C) Max 55 C) Min (55 C) Mean (55C) Gambar 8. Grafik Ukuran dan Distribusi Ukuran Komposit Ketoprofen-PEG yang diproses dengan Perbandingan Komposisi Ketoprofen-PEG = 1 : 7 C. Pengaruh Komposisi Obat-Polimer Pada Morfologi, ukuran dan Distribusi ukuran pada Komposit Komposisi obat-peg juga mempengaruhi morfologi dan ukuran partikel. Pada gambar.9, secara visual terlihat bahwa semakin banyak jumlah PEG dalam komposisi ketoprofen-peg maka ukuran mikropartikel yang dihasilkan juga makin besar. Meningkatnya jumlah PEG akan meningkatkan viskositas larutan sehingga saat larutan diekspansikan melalui nozzle atomisasi sulit terjadi dan menghasilkan droplet yang besar. Ini menyebabkan proses solidifikasi semakin lama dan mikropartikel yang dihasilkan juga semakin besar. Gambar 9 Foto SEM Komposit Ketoprofen-PEG yang telah diproses pada kondisi tekanan 120 bar gauge dan temperatur 50 o C pada komposisi 1:7 dan 1:9 Penentuan drug Loading Komposit Obat-Polimer Pada teknik SAS menghasilkan efisiensi drug loading sebesar 81,46 % - 100,90 %, sedangkan pada teknik PGSS menghasilkan komposit obat-polimer dengan efisiensi drug loading sebesar 74,79% - 99,84%. Efisiensi drug load dari komposit obat polimer tidak 100%. Hal ini terjadi karena ketoprofen dan PEG tidak tercampur secara homogen dalam larutan sehingga konsentrasi ketoprofen pada titik tertentu tidak sama dengan titik yang lain. Ketidakhomogenan larutan ketoprofen-peg disebabkan oleh tidak melakukan mixing pada tabung larutan umpan dan saturation chamber. Ketika larutan ini diekspansikan melalui nozzle membentuk droplet dengan kadar ketoprofen yang tidak sama dalam tiap partikel.

8 Penentuan drug release (Laju Disolusi) Komposit Ketoprofen-PEG 10 Konsentrasi Ketoprofen terdisolusi dalam larutan (µg/ml) P = 80 bargauge P = 90 bargauge Waktu (detik) Gambar 10. Profil Laju disolusi Komposit ketoprofen-peg yang diperoses dengan teknik SAS pada temperatur 50 o C dengan konsentrasi awal larutan 55% Dari gambar 10 dapat diketahui bahwa laju peluruhan ketoprofen dalam komposit ketoprofenpolimer lebih tinggi dibandingkan laju disolusi ketoprofen tanpa proses. Adanya polimer sebagai active ingredient meningkatkan laju disolusi ketoprofen (Craig-Newton, 2002). Semakin tinggi tekanan operasi menghasilkan ukuran partikel yang makin kecil sehingga jumlah ketoprofen terlarut semakin banyak. Ketoprofen dan membentuk conjugate dengan PEG sehingga memperbaiki laju disolusi ketoprofen dalam larutan. KESIMPULAN Mikropartikel komposit ketoprofen-peg dapat dihasilkan dengan menggunakan metode Supercritical Anti Solvent (SAS) dan Particle from Gas Saturated Solution (PGSS). Diameter mikropartikel komposit ketoprofen-peg yang dihasilkan dengan metode SAS µm dan pada metode PGSS berukuran µm. Pada metode SAS, meningkatnya tekanan presipitator dan temperatur kontak, dan konsentrasi awal larutan ketoprofen-peg yang rendah menghasilkan mikropartikel yang semakin kecil.pada metode PGSS, meningkatnya tekanan, menurunnya temperatur saturation chamber, dan semakin kecilnya jumlah PEG dalam komposisi ketoprofen PEG, ukuran mikropartikel yang dihasilkan semakin kecil. Efisiensi drug loading komposit ketoprofen-peg sebesar 81,46 % - 100,90 % pada metode SAS dan 74,79% - 99,84% untuk metode PGSS. Hasil uji drug release menunjukkan bahwa komposit ketoprofen-peg memiliki laju disolusi yang lebih tinggi dibandingkan ketoprofen tanpa mikronisasi. DAFTAR PUSTAKA Dixon, D.J. dan Johnston, K.P., (1993a), Polymeric Materials Formed by Precipitation with a Compressed Fluid Antisolvent. AIChE Journal, 39, pp Ginty P., Whitaker M.J., Shakesheff K.M., Howdle S Drug Delivery Goes Supercritical, Nanotoday, Aug 2005, p Fages, J., Lochard H, Letourneau J.J, Sauceau M, Rodier E. (2004). Particle Generation for Pharmaceutical Application Using Supercritical Fluid Technology, Powder Technology Vol 141 Issue 33: 219. Hao, Jianyuan, Martin J. Whitaker, Gulay Serhatkulu, Kevin M. Shakesheff, Steven M. Howdle; Supercritical Fluid Assisted Melting of Poly(Ethylene Glycol): A New Solvent-Free Route to Microparticles, J. Mater. Chem, 15, (2005) 8

9 Kurniawansyah, F dan Sumarno, (2008), The Study of of Micron-Size Polystyrene Production Using Antisolvent Technology. Proceedings of 15 th Regional Symposium On Chemical Engineering, Kuala Lumpur Mukhopadhyay, M. dan S.V. Dalvi. (2004). Mass and Heat Transfer Analysis of SAS: Effects of Thermodynamic States and Flow Rates on Droplet Size. J. Supercritical Fluids 30: Sze Tu, L., F. Dehghani, A.K. Dillow dan N.R. Foster.(1998). Applications of Dense Gases in Pharmaceutical Processing. Paper at Proceedings of the 6 th Meeting on Supercritical Fluids, Perancis. Tandya Andrian, Dehghani Fariba, Foster Neil R., (2006). Micronization of cyclosporine using dense gas techniques, J. of Supercritical Fluids 37. Hal

PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000

PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000 PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000 Disusun oleh : Meidiana Kusumawardani S. 2306 100 047 Belin Hardimas 2306 100 066 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR THESIS PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT-POLIMER DENGAN TEKNIK PARTICLE FROM GAS SATURATED SOLUTIONS (PGSS)

LAPORAN AKHIR THESIS PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT-POLIMER DENGAN TEKNIK PARTICLE FROM GAS SATURATED SOLUTIONS (PGSS) LAPORAN AKHIR THESIS PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT-POLIMER DENGAN TEKNIK PARTICLE FROM GAS SATURATED SOLUTIONS (PGSS) PRIDA NOVARITA TRISANTI NRP. 2309 201 011 DOSEN PEMBIMBING Dr. Ir. SUMARNO, M.Eng LABORATORIUM

Lebih terperinci

Pembuatan Komposit Ketoprofen-Polietilen Glikol dengan Menggunakan Metode Particle From Gas Saturated Solution

Pembuatan Komposit Ketoprofen-Polietilen Glikol dengan Menggunakan Metode Particle From Gas Saturated Solution Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan ISSN 1693 4393 Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia Yogyakarta, 26 Januari 2010 Pembuatan Komposit Ketoprofen-Polietilen

Lebih terperinci

PENGARUH PELARUT TERHADAP PEMBENTUKAN PARTIKEL KURKUMIN DARI EKSTRAK TEMULAWAK DENGAN METODE SUPERCRITICAL ANTI-SOLVENT (SAS)

PENGARUH PELARUT TERHADAP PEMBENTUKAN PARTIKEL KURKUMIN DARI EKSTRAK TEMULAWAK DENGAN METODE SUPERCRITICAL ANTI-SOLVENT (SAS) SKRIPSI TK141581 PENGARUH PELARUT TERHADAP PEMBENTUKAN PARTIKEL KURKUMIN DARI EKSTRAK TEMULAWAK DENGAN METODE SUPERCRITICAL ANTI-SOLVENT (SAS) Oleh : Anovia Dyah Riswardani NRP. 2313100037 Ahmad Kharis

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organoleptis Nanopartikel Polimer PLGA Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan bentuk nanopartikel PLGA pembawa deksametason natrium fosfat. Uji organoleptis

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN MIKROPARTIKEL SENYAWA KURKUMIN DALAM EKSTRAK TEMULAWAK MENGGUNAKAN CO 2 SUPERKRITIS SEBAGAI ANTI-SOLVENT

PEMBENTUKAN MIKROPARTIKEL SENYAWA KURKUMIN DALAM EKSTRAK TEMULAWAK MENGGUNAKAN CO 2 SUPERKRITIS SEBAGAI ANTI-SOLVENT SKRIPSI TK 141581 PEMBENTUKAN MIKROPARTIKEL SENYAWA KURKUMIN DALAM EKSTRAK TEMULAWAK MENGGUNAKAN CO 2 SUPERKRITIS SEBAGAI ANTI-SOLVENT TRIFENA WIDYASARI C. NRP. 2314105033 SHINTA SHOWIANTARI NRP. 2314105044

Lebih terperinci

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan di bidang teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, memberikan dampak pengembangan terhadap metode untuk meningkatkan mutu suatu obat.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI Dari hasil percobaan dan uji sampel pada bab IV, yang pertama dilakukan adalah karakterisasi reaktor. Untuk mewakili salah satu parameter reaktor yaitu laju sintesis

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA Disusun oleh : 1. Fatma Yunita Hasyim (2308 100 044)

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI Disusun Oleh : Kelompok II Salam Ali 09220140004 Sri Dewi Anggrayani 09220140010 Andi Nabilla Musriah 09220140014 Syahrizal Sukara 09220140015 JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan bahan baku GMP. Hasil pemeriksaan sesuai dengan persyaratan pada monografi yang tertera pada

Lebih terperinci

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum BAB 1 PENDAHULUAN Seiring berjalannya waktu, teknologi farmasi telah berkembang pesat. Hal ini dibuktikan dengan munculnya berbagai metode baru dalam industri farmasi yang memiliki tujuan akhir untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1 Diagram Fasa Zat Murni Pertemuan ke-1 Perubahan Fasa di Industri Evaporasi Kristalisasi Diagram Fasa Diagram yang bisa menunjukkan, pada kondisi tertentu (tekanan, suhu, kadar, dll) zat tersebut berfasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelarutan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia yang penting untuk diperhatikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu sediaan obat yang layak untuk diproduksi harus memenuhi beberapa persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan obat untuk

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN POLYETHYLENE GLYCOL TERHADAP MORFOLOGI HYDROXYAPATITE DENGAN METODE FLAME SPRAY PYROLYSIS

PENGARUH PENAMBAHAN POLYETHYLENE GLYCOL TERHADAP MORFOLOGI HYDROXYAPATITE DENGAN METODE FLAME SPRAY PYROLYSIS PENGARUH PENAMBAHAN POLYETHYLENE GLYCOL TERHADAP MORFOLOGI HYDROXYAPATITE DENGAN METODE FLAME SPRAY PYROLYSIS Oleh: Banar Sutrisno (237 1 25) Trisulo Bagus Saputro (237 1 27) Dosen Pembimbing : Prof. Dr.

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa mampu mengoperasikan alat Liqiud Extraction dengan baik Mahasiswa mapu mengetahui cara kerja alat ekstraksi cair-cair dengan aliran counter current Mahasiswa

Lebih terperinci

F L U I D A S U P E R K R I T I K. Nosy Awanda Amrina Malahati Wilujeng Sulistyorini A

F L U I D A S U P E R K R I T I K. Nosy Awanda Amrina Malahati Wilujeng Sulistyorini A F L U I D A S U P E R K R I T I K Nosy Awanda 191338 Amrina Malahati 191338 Wilujeng Sulistyorini 19133862A Samsiyati Andriani 19133863A Fluida superkritik ialah keadaan fluida ketika berada pada temperatur

Lebih terperinci

PENGARUH KEKRISTALAN PLASTIK DAN BLOWING AGENT SUPERKRITIS TERHADAP STRUKTUR FOAM PLASTIK MIKROSELULAR

PENGARUH KEKRISTALAN PLASTIK DAN BLOWING AGENT SUPERKRITIS TERHADAP STRUKTUR FOAM PLASTIK MIKROSELULAR PENGARUH KEKRISTALAN PLASTIK DAN BLOWING AGENT SUPERKRITIS TERHADAP STRUKTUR FOAM PLASTIK MIKROSELULAR Putu Teta P. A., Ismail, Anton S., Judjono S., dan Sumarno * Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah kita ketahui bahwa materi terdiri dari unsur, senyawa, dan campuran. Campuran dapat dipisahkan melalui beberapa proses pemisahan campuran secara fisika dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Fabrikasi Membran PES Fabrikasi membran menggunakan bahan baku polimer PES dengan berat molekul 5200. Membran PES dibuat dengan metode inversi fasa basah yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu rekayasa material menjadi suatu kajian yang sangat diminati akhir - akhir ini. Pemanfaatan material yang lebih dikembangkan saat ini adalah polimer. Polimer

Lebih terperinci

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN 1. Mengenal dan memahami prinsip operasi ekstraksi cair cair. 2. Mengetahui nilai koefisien distribusi dan yield proses ekstraksi. 3. Menghitung neraca massa proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, pembuatan soft magnetic menggunakan bahan serbuk besi dari material besi laminated dengan perlakuan bahan adalah dengan proses kalsinasi dan variasi

Lebih terperinci

PEMROSESAN PLASTIK MIKROSELULER DENGAN FLUIDA SUPERKRITIS PADA TEKANAN MENDEKATI KRITIS UNTUK PLASTIK NON KRISTAL DAN SEMIKRISTAL

PEMROSESAN PLASTIK MIKROSELULER DENGAN FLUIDA SUPERKRITIS PADA TEKANAN MENDEKATI KRITIS UNTUK PLASTIK NON KRISTAL DAN SEMIKRISTAL Prosiding Seminar Nasional ISSN : 1410-5667 FUNDAMENTAL DAN APLIKASI TEKNIK KIMIA 2002 Surabaya, 31 Oktober 1 November 2002 PEMROSESAN PLASTIK MIKROSELULER DENGAN FLUIDA SUPERKRITIS PADA TEKANAN MENDEKATI

Lebih terperinci

LOGO MERITIA ARDYATI DANY PRATAMA PUTRA Oleh: Pembimbing: Ir. Minta Yuwana, MS Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.

LOGO MERITIA ARDYATI DANY PRATAMA PUTRA Oleh: Pembimbing: Ir. Minta Yuwana, MS Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M. LOGO Oleh: MERITIA ARDYATI 2308 100 132 DANY PRATAMA PUTRA 2308 100 159 Pembimbing: Ir. Minta Yuwana, MS Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng Laboratorium Elektrokimia dan Korosi Jurusan Teknik Kimia FTI

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Unjuk Kerja Pervaporasi Unjuk kerja pemisahan dengan pervaporasi dapat dilihat dari nilai fluks dan selektivitas pemisahan. Membran yang digunakan adalah membran selulosa

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 4 HSIL PERCON DN HSN Parameter dalam proses emulsifikasi penguapan pelarut yang mempengaruhi ukuran partikel, potensial zeta, sifat hidrofil dan pengisian obat meliputi: (i) Intensitas dan durasi homogenisasi;

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di kawasan Puspitek Serpong, Tangerang. Waktu pelaksanaannya

Lebih terperinci

Pengaruh konsentrasi PEG 4000 terhadap laju disolusi ketoprofen dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000

Pengaruh konsentrasi PEG 4000 terhadap laju disolusi ketoprofen dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000 Majalah Fikri Alatas Farmasi Indonesia, 17(2), 57 62, 2006 Pengaruh konsentrasi PEG 4000 terhadap laju disolusi ketoprofen dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000 Influence of PEG 4000 concentration

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan dunia dewasa ini, industri farmasi mengalami kemajuan yang pesat.

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE)

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE) EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN Dapat menerapkan prinsip perpindahan massa pada operasi pemisahan secara ekstraksi dan memahami konsep perpindahan massa pada operasi stage dalam kolom berpacking. II. III.

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM 4.1. Proses Perlakuan Panas pada Aluminium Proses perlakuan panas merupakan suatu proses yang mengacu pada proses pemanasan dan pendinginan, dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

Karakterisasi dan studi disolusi dispersi padat furosemida menggunakan polietilen glikol (PEG), talk dan PEG talk sebagai pembawa dispersi

Karakterisasi dan studi disolusi dispersi padat furosemida menggunakan polietilen glikol (PEG), talk dan PEG talk sebagai pembawa dispersi Majalah Yandi Syukri Farmasi Indonesia, 15 (1), 37 43, 2004 Karakterisasi dan studi disolusi dispersi padat furosemida menggunakan polietilen glikol (PEG), talk dan PEG talk sebagai pembawa dispersi Characterization

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan

Lebih terperinci

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN Hingga saat ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Ekstasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ekstrasi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol diikuti dengan penguapan menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 59 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 4.1 PENDAHULUAN Hasil perhitungan dan pengujian material uji akan ditampilkan pada Bab IV ini. Hasil perhitungan didiskusikan untuk mengetahui komposisi

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA @Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 1 Pendahuluan Sediaan farmasi semisolid merupakan produk topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN

BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN IV.1 Karakterisasi Serbuk Alumina Hasil Milling Menggunakan SEM Proses milling ditujukan untuk menghaluskan serbuk sehingga diperoleh gradasi ukuran partikel yang tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Pada penelitian ini digunakan bahan diantaranya deksametason natrium fosfat farmasetis (diperoleh dari Brataco), PLGA p.a (Poly Lactic-co-Glycolic

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA) 10 1. Disiapkan sampel yang sudah dikeringkan ± 3 gram. 2. Sampel ditaburkan ke dalam holder yang berasal dari kaca preparat dibagi dua, sampel ditaburkan pada bagian holder berukuran 2 x 2 cm 2, diratakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi BAB 1 PENDAHULUAN Sampai saat ini, sediaan farmasi yang paling banyak digunakan adalah sediaan tablet, yang merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,

Lebih terperinci

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO Disampaikan oleh: Kurmidi [1106 100 051] Dosen Pembimbing Drs. Suminar Pratapa, M.Sc.,Ph.D. Sidang Tugas Akhir (J 102) Komponen Otomotif :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA

PENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA PENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA Pembimbing:» Prof. Dr. Ir. Sugeng Winardi, M.Eng» Dr. Widiyastuti, ST. MT Penyusun:» Wahyu Puspitaningtyas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini meliputi hasil analisa kekuatan tarik (Tensile Strength) dan analisa morfologi (SEM) material Thermoplastic Elastomer (TPE) pada berbagai komposisi

Lebih terperinci

sediaan tablet cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya (Siregar, 1992). Telah diketahui bahwa

sediaan tablet cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya (Siregar, 1992). Telah diketahui bahwa BAB I PENDAHULUAN Seiring berjalannya waktu, sintesis obat dengan tingkat kelarutan rendah terus meningkat. Beberapa obat yang kelarutannya rendah seperti ibuprofen, piroxicam, carbamazepine, furosemid

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November PENGARUH PENAMBAHAN KHITOSAN DAN PLASTICIZER GLISEROL PADA KARAKTERISTIK PLASTIK BIODEGRADABLE DARI PATI LIMBAH KULIT SINGKONG Disusun oleh : 1. I Gede Sanjaya M.H. (2305100060) 2. Tyas Puspita (2305100088)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kelarutan yang buruk, karena mempunyai struktur hidrofobik

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kelarutan yang buruk, karena mempunyai struktur hidrofobik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ibuprofen merupakan salah satu obat yang sukar larut dalam air dan menunjukkan kelarutan yang buruk, karena mempunyai struktur hidrofobik (Bushra dan Aslam, 2010; Mansouri,

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000 SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000 Peni Alpionita, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang Kampus Unand Limau Manis, Pauh Padang 25163 e-mail:

Lebih terperinci

Pada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari

Pada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari \ Menentukan koefisien transfer massa optimum aweiica BAB II LANDASAN TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Proses pengeringan adalah perpindahan masa dari suatu bahan yang terjadi karena perbedaan konsentrasi.

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya PENGARUH ph MEDIUM TERHADAP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Formulasi Granul Mengapung Teofilin Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula untuk dibandingkan karakteristiknya, seperti terlihat pada Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

BAB II. KESEIMBANGAN

BAB II. KESEIMBANGAN BAB II. KESEIMBANGAN Pada perhitungan stage wise contact konsep keseimbangan memegang peran penting selain neraca massa dan neraca panas. Konsep rate processes tidak diperhatikan pada alat kontak jenis

Lebih terperinci

Seminar Skripsi. Degradasi Gliserol Menjadi Produk Kimia Antara (Chemical Intermediate Product) pada Kondisi dekat Air Superkritis

Seminar Skripsi. Degradasi Gliserol Menjadi Produk Kimia Antara (Chemical Intermediate Product) pada Kondisi dekat Air Superkritis Seminar Skripsi Degradasi Gliserol Menjadi Produk Kimia Antara (Chemical Intermediate Product) pada Kondisi dekat Air Superkritis Oleh Evy Kurnia Rahmawati 2305100059 Yuan Anggraeni 2305100101 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Yuliani Arsita *, Astuti Jurusan Fisika Universitas Andalas * yulianiarsita@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakterisasi hidroksiapatit Dari hasil analisis menggunakan FESEM terlihat bahwa struktur partikel HA berbentuk flat dan cenderung menyebar dengan ukuran antara 100 400

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN NERACA MASSA DAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN NERACA MASSA DAN ENERGI NME D3 Sperisa Distantina 1 BAB I PENDAHULUAN NERACA MASSA DAN ENERGI Definisi Teknik Kimia: Pemakaian prinsip-prinsip fisis bersama dengan prinsip-prinsip ekonomi dan human relations ke bidang yang menyangkut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 SIFAT MEKANIK PLASTIK Sifat mekanik plastik yang diteliti terdiri dari kuat tarik dan elongasi. Sifat mekanik diperlukan dalam melindungi produk dari faktor-faktor mekanis,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? Aplikasi dasar-dasar ilmu pengetahuan alam yang dirangkai dengan dasar ekonomi dan hubungan masyarakat pada bidang yang berkaitan Iangsung dengan proses dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Efek medan magnet pada air sadah. Konsep sistem AMT yang efektif

METODE PENELITIAN. Efek medan magnet pada air sadah. Konsep sistem AMT yang efektif METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka pemikiran Berdasarkan pembahasan teori dan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan pada bab II, maka efek medan magnet pada air sadah dapat diklasifikasikan menjadi 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi listrik. Pemanfaatan energi listrik terus berkembang tidak hanya berfokus

BAB I PENDAHULUAN. energi listrik. Pemanfaatan energi listrik terus berkembang tidak hanya berfokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring pertumbuhan penduduk di dunia yang semakin meningkat, kebutuhan akan sumber energi meningkat pula. Termasuk kebutuhan akan sumber energi listrik. Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanopartikel merupakan suatu partikel dengan ukuran nanometer, yaitu sekitar 1 100 nm (Hosokawa, dkk. 2007). Nanopartikel menjadi kajian yang sangat menarik, karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketoprofen secara luas telah digunakan sebagai obat analgetika antiinflamasi

I. PENDAHULUAN. Ketoprofen secara luas telah digunakan sebagai obat analgetika antiinflamasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketoprofen secara luas telah digunakan sebagai obat analgetika antiinflamasi nonsteroidal turunan asam propionat yang mempunyai aktivitas kerja menghambat enzim siklooksigenase

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Masalah Obat anti-inflamasi non steroid (AINS) banyak dimanfaatkan pada pengobatan kelainan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang kefarmasian saat ini telah cukup maju atau dapat dikatakan mengalami modernisasi. Hal ini berkenaan dengan derajat kualitas obat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri baterai merupakan salah satu sektor industri yang penting dan sangat strategis. Berbagai industri lain memanfaatkan baterai sebagai sumber tegangan. Industri

Lebih terperinci

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat. I. Pembahasan Disolusi Suatu obat yang di minum secara oral akan melalui tiga fase: fase farmasetik (disolusi), farmakokinetik, dan farmakodinamik, agar kerja obat dapat terjadi. Dalam fase farmasetik,

Lebih terperinci

Sistem CO 2 -Etanol Dalam Bentuk Gas-Expanded Liquid (GXL) sebagai Pelarut untuk Ekstraksi BAB I PENDAHULUAN

Sistem CO 2 -Etanol Dalam Bentuk Gas-Expanded Liquid (GXL) sebagai Pelarut untuk Ekstraksi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuntutan dunia dalam menjaga lingkungan semakin menjadi topik utama dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Isu mengenai industri dengan konsep berkelanjutan pun hangat

Lebih terperinci

STUDY PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PADA EVAPORASI NIRA DI DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

STUDY PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PADA EVAPORASI NIRA DI DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010 STUDY PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PADA EVAPORASI NIRA DI DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, penelitian tentang bahan polimer sedang berkembang. Hal ini dikarenakan bahan polimer memiliki beberapa sifat yang lebih unggul jika dibandingkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Mengapung Verapamil HCl Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih lima formula untuk dibandingkan kualitasnya, seperti

Lebih terperinci

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER PMD D3 Sperisa Distantina ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER Silabi D3 Teknik Kimia: 1. Prinsip dasar alat transfer massa absorber dan stripper. 2. Variabel-variabel proses alat absorber dan stripper.

Lebih terperinci

PERTUBED-CHAIN STATISTICAL ASSOCIATING FLUID THEORY (PC-SAFT) EQUATION OF STATE UNTUK PREDIKSI VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA SISTEM SOLVEN + ANTI-SOLVEN CO2

PERTUBED-CHAIN STATISTICAL ASSOCIATING FLUID THEORY (PC-SAFT) EQUATION OF STATE UNTUK PREDIKSI VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA SISTEM SOLVEN + ANTI-SOLVEN CO2 SEMINAR REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2010 PERTUBED-CHAIN STATISTICAL ASSOCIATING FLUID THEORY (PC-SAFT) EQUATION OF STATE UNTUK PREDIKSI VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA SISTEM SOLVEN + ANTI-SOLVEN CO2 Puji Arianti,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September sampai November 2014, dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September sampai November 2014, dengan 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September sampai November 2014, dengan tahapan kegiatan, yaitu: pembuatan polimer plastik serta karakteristik produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan dengan berbagai macam rute pemberian obat lainnya karena pemberiannya mudah sehingga dapat meningkatkan

Lebih terperinci

@Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 4/16/2013 1

@Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 4/16/2013 1 NANOPARTIKEL: PENGHANTARAN OBAT @Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 4/16/2013 1 Keunikan Sifat dalam Dimensi Nanometer Partikel tembaga yang memiliki diameter 6 nm menunjukkan kekerasan 5 kali

Lebih terperinci

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam BAB 1 PENDAHULUAN Klorfeniramin maleat merupakan obat antihistamin H 1 Reseptor yang dapat menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus, dan bermacam-macam otot polos, serta bekerja dengan mengobati

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

Kristalisasi. Shinta Rosalia Dewi (SRD)

Kristalisasi. Shinta Rosalia Dewi (SRD) Kristalisasi Shinta Rosalia Dewi (SRD) Pendahuluan Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal padat dari suatu larutan induk yang homogen. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Penambahan PEG Terhadap Ketebalan Membran Fabrikasi membran menggunakan PES dengan berat molekul 5900, dengan PEG sebagai zat aditif dan menggunakan DMAc sebagai

Lebih terperinci

BAB II PERANCANGAN PRODUK. : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik,

BAB II PERANCANGAN PRODUK. : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik, BAB II PERANCANGAN PRODUK 2.1 Produk Utama 2.1.1.Gas Hidrogen (H2) : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik, polyester, dan nylon, dipakai untuk proses desulfurisasi minyak bakar dan bensin dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan banyak limbah organik golongan senyawa azo, yang akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat seiring dengan perkembangan kehidupan manusia. Perkembangan tersebut diikuti dengan meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk mencapai suatu struktur ekonomi yang kuat diperlukan pembangunan industri untuk menunjang kebutuhan masyarakat akan berbagai jenis produk. Selain berperan dalam

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN Tanggal Praktikum : 17 November 2014 Tanggal Pengumpulan : 24 November 2014 Disusun oleh Grup F - Kelompok 5 1. Hilwa Lutfia (1143050023) (Hasil dan

Lebih terperinci