PENGARUH KEKRISTALAN PLASTIK DAN BLOWING AGENT SUPERKRITIS TERHADAP STRUKTUR FOAM PLASTIK MIKROSELULAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KEKRISTALAN PLASTIK DAN BLOWING AGENT SUPERKRITIS TERHADAP STRUKTUR FOAM PLASTIK MIKROSELULAR"

Transkripsi

1 PENGARUH KEKRISTALAN PLASTIK DAN BLOWING AGENT SUPERKRITIS TERHADAP STRUKTUR FOAM PLASTIK MIKROSELULAR Putu Teta P. A., Ismail, Anton S., Judjono S., dan Sumarno * Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember, ITS - Surabaya Telp. : , ; Fax : ; onramus@hotmail.com Abstrak Telah dipelajari tentang pengaruh kekristalan plastik pada plastik tak berkristal (polystyrene) dan berkristal (polypropylene) terhadap struktur foam plastik mikroselular. Blowing agent yang digunakan adalah fluida karbon dioksida dan nitrogen superkritis. Proses dilakukan pada temperatur tinggi dan tekanan konstan 17 MPa dengan proses batch. Didapatkan bahwa struktur sel mikroselular pada masing-masing jenis plastik berbeda. Hasil tersebut dipengaruhi oleh kelarutan blowing agent dalam plastik, seperti yang dijelaskan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Didapatkan bahwa temperatur yang dibutuhkan untuk pembetukan sel dalam plastik non-kristal lebih rendah dibandingkan plastik berkristal. Selain jenis plastik, juga diteliti tentang pengaruh jenis blowing agent yang digunakan terhadap struktur sel yang dihasilkan pada plastik mikroselular. Pada plastik tak berkristal, densitas sel semakin menurun dan diameter sel semakin meningkat dengan naiknya temperatur hingga 433 K. Diatas temperatur tersebut terjadi sebaliknya. Sedangkan pada plastik berkristal, sel mikroselular baru terbentuk pada temperatur mulai dari 443 K. Dibawah temperatur tersebut, belum terbentuk sel yang disebabkan oleh meningkatnya kekristalan plastik dengan naiknya temperatur penjenuhan/pemenasan. 1. Pendahuluan Plastik foam (selular) merupakan material yang dibuat dengan cara mendispersikan gelembung gas ke dalam plastik padat untuk membentuk sel atau kantong. Ukuran sel yang dihasilkan pada pemrosesan plastik selular ini lebih besar dari 100 µm. Konsep untuk pembuatan plastik mikroselular, yang merupakan pengembangan dari pemrosesan selular, ditemukan oleh Suh pada awal tahun Plastik jenis ini memiliki ukuran sel yang lebih kecil dari 10 µm dan range densitas sel yang lebih luas dari 10 9 sel/cm 3. Selain itu, plastik mikroselular memiliki ukuran sel yang seragam dan isotropik. Karena keunikan sifat tersebut, plastik mikroselular memiliki sifat mekanis yang lebih bagus dibandingkan antara lain ketahanan yang lebih tinggi, lebih keras, dan memiliki kelangsungan hidup yang lebih lama. Selain itu, plastik mikroselular juga dapat digunakan untuk insulator thermal dan insulator listrik. Pengembangan pertama proses ini dilakukan dengan menggunakan proses batch pada polimer amorphous. Sel yang dihasilkan dalam pemrosesan tersebut memiliki ukuran antara µm (Martini, 1984). Struktur mikroselular dihasilkan melaui proses penjenuhan plastik dengan blowing agent, yang diikuti pengurangan tekanan secara cepat untuk menciptakan ketidakstabilan thermodinamika dalam system. Ketidakstabilan thermodinamika tersebut akan mendorong terjadinya nukleasi dan pertumbuhan sel dalam jumlah besar. Proses nukleasi sel pada plastik mikroselular tersebut ada tiga macam, yaitu : Nukleasi homogen, nukleasi heterogen dan nukleasi campuran (Colton dan Suh, 1992). Ketiga macam nukleasi tersebut dipelajari pada polystyrene (plastik tak berkristal) dengan penambahan zat additif zinc stearat. Nukleasi homogen terjadi bila hanya terdapat larutan polystyrene-zinc stearat yang bercampur homogen, sedangkan nukleasi heterogen terjadi apabila selain larutan tersebut juga terdapat partikel zinc stearat. Fluida superkritis karbon dioksida dan nitrogen telah banyak digunakan dalam sintesa dan proses plastik mikroselular (Goal & Beckman, 1993). Karena sifatnya yang unik, yaitu densitas seperti liquid dan diffusivitas seperti gas, maka fluida superkritis dapat dengan cepat terabsorpsi ke dalam plastik. Hal ini dapat menurunkan temperatur gelas (Tg) polimer padat dan viskositas polimer. Kelarutan blowing agent tersebut kedalam plastik padat telah dipelajari pada polystyrene dan polypropylene (Sato, 1999). Ditemukan bahwa kelarutan karbon dioksida lebih tinggi dibandingkan nitrogen. Selain itu juga ditemukan bahwa kelarutan kedua jenis gas dalam polypropylene lebih tinggi dibandingkan kelarutannya dalam polystyrene. Kelarutan karbon dioksida dalam polypropylene 2 kali lebih besar dibandingkan dalam polystyrene. Sedangkan untuk nitrogen, jumlah gas yang terlarut dalam polypropylene 1.7 kali lebih besar dibandingkan kelarutannya dalam polystyrene. Kelarutan blowing agent ke dalam plastik berpengaruh terhadap struktur sel yang dihasilkan (Sumarno, 2000). Pada tekanan 25 MPa, struktur sel untuk sistem polystyrene-nitrogen baru dapat tebentuk pada suhu 373 K. Sedangkan untuk sistem polystyrene-karbon dioksida, pada suhu tersebut sudah terbentuk sel yang memilikiukuran seragam. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa pada temperatur 433 K, untuk system

2 polystyrene-nitrogen terjadi peristiwa shattering atau hancurnya struktur foam menjadi bubuk setelah pendinginan mendadak. Selain blowing agent, struktur sel mikroselular juga dipengaruhi oleh jenis platik yang digunakan. Pada suhu yang sama, struktur sel yang terbentuk pada plastik tak berkristal tidak sama dengan struktur sel yang terbentuk pada plastik berkristal. Seperti diketahui bahwa pada saat gas masuk ke dalam polimer, sifat fisik akan berubah oleh adanya gas terlarut dalam polimer. Pada plastik berkristal, kelarutan gas akan meningkatkan derajat kekristalan polimer. Pengaruh gas terhadap kekristalan polimer dan pengaruh kekristalan polimer terhadap pemrosesan plastik mikroselular telah dipelajari terhadap system PET/CO 2 (Baldwin, 1996). Nukleasi sel dalam plastik semikristal, tidak tergantung pada temperatur proses. Karena gas tidak dapat larut dalam struktur kristal, maka larutan polimer-gas selama pemrosesan plastik mikroselular adalah nonuniform (Chul B. Park, 1996). Untuk plastik berkristal, kelarutan gas kedalam polimer justru meningkatkan keteraturan polimer matriks selama pelarutan gas. Penelitian yang dilakukan untuk plastik berkristal, dilakukan pada tekanan rendah dan temperatur tinggi. Dalam penelitian ini akan dilakukan pemrosesan plastik mikroselular pada temperatur dan tekanan tinggi baik pada plastik non-kristal (polystyrene) ataupun berkristal (polypropylene). Selain pengaruh jenis plastik, juga dipelajari pengaruh blowing agent (karbon dioksida dan nitrogen) terhadap struktur sel yang dihasilkan. 2. Metodologi Penelitian Material Jenis plastik yang digunakan adalah polystyrene (Idemitsu Petrochemicals (Ichihara, Japan),HH30) dan polypropylene (Polytama Propindo, PT). Masing memiliki ketebalan 1.3 mm dan 2 mm. Blowing agent karbon dioksida dan Nitrogen digunakan tanpa perlakuan lebih lanjut yang masing-masing memiliki tekanan 7 dan 150 atm. Peralatan Penelitian Peralatan penelitian yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1. Peralatan ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu bagian supply gas, bagian instrumentasi dan bagian penjenuhan. Bagian pertama terbagi dalam dua nagian, yaitu; Bagian A, adalah penyuplai gas nitrogen yang terdiri dari tabung gas nitrogen, gas booster, dan kompressor. Bagian B adalah bagian penyuplai gas karbon dioksida, yaitu tabung gas karbon dioksida, filter, dan thermal pressure vessel. Instrumentasi alat terdiri dari pressure gauge, safety valve, dan indicator tekanan. Bagian terakhir yaitu bagian penjenuhan terdiri dari tangki penjenuhan dan air bath. Prosedur Penelitian Pertama, sample diletakkan dalam tangki penjenuhan, kemudian tangki dimasukkan ke dalam air bath. Tangki divakumkan dengan menggunakan pompa vakum dengan membukan valve V8. Selanjutnya, gas nitrogen dialirkan ke dalam tangki penjenuhan secara perlahan hingga tekanan yang diinginkan tercapai. Apabila tekanan gas belum mencapai tekanan yang diinginkan, valve V1 dan V2 ditutup, gas booster dan kompressor dihidupkan untuk menaikkan tekanan gas nitrogen. Valve V2 dibuka kembali untuk mengalirkan gas nitrogen ke dalam tangki penjenuhan. Setelah tekanan yang diinginkan tercapai, valve V7 dan V9 ditutup dan proses penjenuhan dimulai dengan menghidupkan air bath pada temperatur penjenuhan yang ditentukan. Apabila kita menggunakan gas karbon dioksida sebagai blowing agent, semua valve yang terhubung dengan tabung gas nitrogen dipastikan dalam keadaan tertutup. Proses peletakan sample ke dalam tangki penjenuhan adalah sama dengan diatas dan dilanjutkan dengan proses pemvakuman tangki penjehuhan untuk menghilangkan gas nitrogen dari dalam tangki pipa peralatan. Setelah proses pemvakuman selesai, semua valve ditutup kembali. Valve V3, V4 dan V5 dibuka untuk menyuplai gas karbon dioksida kedalam thermal pressure vessel yang sebelumnya telah direndam air es. Setelah satu jam, valve V4 dan V3 ditutup, dan air es dalam bak diganti degnan air mendidih hingga tekanan gas karbon dioksida naik hingga tekanandiatas tekanan kritisnya. Kenaikan tekanan karbon dioksida dibaca pada pressure gauge dengan membuka valve V6. Bila tekanan telah mencapai 10 MPa atau lebih, maka valve V7 dan V9 dibuka untuk mengalirkan karbon dioksida superkritis kedalam tangki penjenuhan dan proses penjenuhan dimulai. Proses penjenuhan, untuk masing-masing blowing agent yang digunakan, dilakukan dengan cara yang sama. Apabila waktu penjenuhan pada tekanan dan temperatur tertentu tercapai, maka dilakukan proses dekompresi (penurunan tekanan) dengan membuka valve V10 secara mendadak. Kemudian dilakukan proses pemanasan sample dalam tangki dengan menggunakan kapasitas panas dari tray dan tangki. Setelah proses pemanasan, air pendingin dialirkan ke dalam tangki, kemudian sample dikeluarkan untuk selanjutnya dianalisa dan dikarakterisasi.

3 Air Pendingin Thermometer Digital 7 8 V1 2 V2 V4 V6 4 V3 1 V5 Tape heater V10 V7 V9 V8 Pompa vakum Bagian A Bagian B 1. Tabung N 2 2. Gas Booster 3. Compressor 4. Tabung CO 2 5. Filter 6. Thermal Pressure Vessel 7. Valve Pengaman 8. Pressure Gauge 9. Digital Pressure Indikator 10. High Vessel Pressure 11. Air Bath 3. Hasil dan Diskusi Pengaruh jenis plastik dan blowing agent yang digunakan terhadap struktur sel mikroselular akan dibahas berdasarkan perubahan kelarutan, densitas sel, diameter sel dan volume ekspansi pada masing-masing system larutan polimer-gas. Perubahan tersebut diamati pada berbagai macam temperatur penjenuhan/pemanasan dan tekanan konstan 17 MPa. Kelarutan Blowing Agent Kelarutan blowing agent nitrogen dan karbon dioksida diinvestigasi pada berbagai macam temperatur penjenuhan dan tekanan tetap 17 MPa. Pengaruh temperatur penjenuhan terhadap kelarutan blowing agent dapat dilihat pada grafik 2. Dapat dilihat bahwa pengaruh temperatur terhadap kelarutan masing-masing blowing agent dalam polimer berbeda. Kelarutan karbon dioksida lebih tinggi dibandingkan kelarutan nitrogen dalam polimer. Hal ini disebabkan karena diffusivitas gas karbon dioksida lebih tinggi dari nitrogen, sehingga karbon dioksida lebih mudah melarut ke dalam polimer. Kelarutan blowing agent ke dalam polimer sangat berpengaruh terhadap struktur sel yang dihasilkan. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan untuk masing-masing sistem polimer-blowing agent dibawah ini. Sistem Polystyrene (PS) Karbon dioksida dan Nitrogen Pengaruh temperatur penjenuhan terhadap densitas dan diameter sel rata-rata dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4. Dari Gambar tersebut terlihat bahwa diameter sel mencapai nilai maksimal dan densitas sel minimum pada 433 K. Untuk system PS-CO 2 pada temperatur dibawah 433 K, terjadi penurunan densitas sel. Pada temperatur tinggi, turunnya viskositas polimer tidak hanya dipengaruhi oleh gas terlarut namun juga dipengaruhi oleh tingginya temperatur operasi. Hal ini berarti bahwa walaupun kelarutan gas karbon dioksida semakin rendah pada temperatur tinggi, namun viskositas polimer akan turun karena pengaruh temperatur. Selain itu, tingginya temperatur dan tekanan operasi meningkatkan kecepatan nukleasi dan pertumbuhan sel, sehingga terjadi kompetisi antara keduanya untuk proses pembentukan sel. Seiring dengan diffusi gas ke dalam sel, konsentrasi gas yang tersisa tidak mencukupi untuk pembentukan nuclei baru yang stabil. Gas akan cenderung bergabung kedalam sel yang sudah ada untuk proses pertumbuhan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan naiknya diameter sel seiring dengan naiknya temperatur penjenuhan/pemanasan. Pada temperatur diatas 433 K terjadi penyimpangan dari kecenderungan diatas, dimana diameter sel menurun dan densitas sel meningkat. Dengan naiknya temperatur, sel akan tumbuh hingga mencapai ukuran maksimalnya dan dinding sel pun semakin menipis. Viskositas plastik yang semakin turun dan difusivitas gas yang semakin tinggi dengan naiknya temperatur mengakibatkan kecepatan gas untuk keluar sample juga semakin tinggi. Keluarnya gas akan mengakibatkan kontraksi pada dinding sel yang tipis, sehingga sel tidak dapat lagi mempertahankan ukurannya dan terjadi peristiwa penyusutan. Peristiwa penyusutan inilah yang menyebabkan ukuran sel yang dihasilkan

4 lebih kecil dan densitas sel meningkat. Fenomena ini juga terjadi pada system PS-N 2 seperti terlihat pada Gambar 4. Nilai densitas sel minimum dan diameter sel maksimum pada temperatur 433 K. Pengaruh temperatur penjenuhan terhadap rasio ekspansi volume untuk polystyrene dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6. Rasio ekspansi volume, untuk sistem PS-CO 2 mengalami kenaikan seiring dengan naiknya temperatur hingga temperatur 433 K. Tetapi diatas temperatur 433 K, terjadi penurunan rasio ekspansi volume. Untuk sistem PS-N 2 juga terjadi kenaikan rasio ekspansi volume dan akan turun pada temperatur diatas 413 K. Dri kedua gambar tersebut terlihat bahwa perubahan rasio ekspansi volume untuk sistem PS-CO2 lebih besar dibandingkan sistem PS-N2. Hal ini disebabkan karena konsentrasi gas karbon dioksida yang terlarut dalam plastik lebih besar dibandingkan nitrogen. Tingginya konsentrasi gas dalam plastik mengakibatkan turunnya viskositas plastik, sehingga sel akan lebih mudah untuk berekspansi. Garis putus-putus menggambarkan rasio ekspansi ideal, dengan asumsi bahwa semua gas yang terlarut dalam polystyrene digunakan untuk mengekspansikan plastik. Perubahan struktur sel pada berbagai macam temperatur penjenuhan diperlihatkan pada Gambar 7 untuk system PS-CO 2 dan Gambar 8 untuk system PS-N 2. Sistem Polypropylene (PP)-Karbon dioksida dan Nitrogen Polypropylene merupakan plastik yang memiliki struktur kristal dan gaya tarik antar rantai yang kuat. Hal ini mengakibatkan plastik jenis ini lebih sulit untuk membentuk foam dibandingkan plastik non-kristal (polystyrene). Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa kelarutan gas dalam polypropylene lebih besar dibandingkan polystyrene. Dalam Gambar 9 dan 10 terlihat bahwa pada kondisi operasi yang sama yaitu temperatur sampai 443 K dan 17 MPa, pada polypropylene belum menunjukkan adanya struktur sel yang terbentuk. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kekristalan plastik karena adanya gas dalam daerah kristal. Dengan semakin tingginya kekristalan plastik, mengakibatkan sulitnya sel untuk tumbuh. Kekristalan inilah yang membedakan struktur sel untuk plastik tak berkristal (PS) dan plastik berkristal (PP). Ketika temperatur diatas 443 K, terjadi peningkatan diameter rata-rata dan densitas sel yang signifikan. Hal ini disebabkan karena pada temperatur diatas 443 K, polypropylene berada diatas titik lelehnya, dimana viskositas plastik dan tegangan permukaan plastik sangat rendah. Turunnya sifat fisik polimer serta tingginya konsentrasi gas dalam polimer, mengakibatkan meningkatkan laju nukleasi dan pertumbuhan sel meningkat. Adanya fenomena ini memberikan informasi bahwa untuk pemrosesan plastik berkristal hendaknya dilakukan pada temperatur mendekati atau diatas titik lelehnya. Pengaruh temperatur penjenuhan terhadap rasio ekspansi volume untuk polypropylene dapat dilihat pada grafik 11 dan 12. Rasio ekspansi volume, untuk sistem PP-CO 2 dan PP-N 2 tidak menunjukkan kenaikan yang signifikan dengan naiknya temperatur hingga 443 K. Tetapi diatas temperatur 443 K tersebut, terjadi kenaikan rasio ekspansi volume yang sangat besar. Hal ini dikarenakan pada temperatur diatas 443 K, terjadi nukleasi dan pertumbuhan sel seperti yang dijelaskan diatas. Perubahan struktur plastik pada sistem polypropylene karbon dioksida dan nitrogen dapat dilihat pada Gambar 13 dan 14. Dari gambar tersebut terlihat bahwa struktur sel baru terbentuk pada temperatur diatas 433 K. 4. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa blowing agent dan jenis plastik yang digunakan sangat berpengaruh terhadap struktur sel yang dihasilkan. Kelarutan karbon dioksida yang lebih tinggi dibandingkan nitrogen, menyebabkan laju nukleasi sel pada sistem polimer-karbon dioksida lebih tinggi dibandingkan sistem polimer-nitrogen. Selain blowing agent yang digunakan, pembentukan sel pada plastik mikroselular juga dipengaruhi oleh kekristalan plastik. Adanya gas terlarut dalam plastik berkristal justru meningkatkan derajat kekristalan plastik itu sendiri. Struktur kristal pada plastik akan menghambat nukleasi dan pertumbuhan sel. Hal ini terbukti dengan sulitnya pembentukan sel pada plastik berkristal dibandingkan plastik non-kristal. Daftar Pustaka 1. Martini-Vveddensky (1982), Microcellular closed cell foams and their method of manufacture. US Patent Jonathan S. Colton and Nam P. Suh, 1987, Nucleation of Microcellular Foam : Theory and Practice, Polym. Eng. Science J.,Vol. 27, No. 7, hal Satish K. Goal and Eric J. Beckman, 1994, Generasion of Microcellular Polymeric Foam Using supercritical Carbon Dioxide. I: Effect of Pressure and Temperature on Nucleation, Polym. Eng. Science J.,Vol. 34, No. 14, hal Y. Sato, K. Fujiwara, Tadao Takikawa, Sumarno, S. Takishima, H. Masuoka, 1999, Solubilities and diffusion coefficient of carbon dioxide and nitrogen in polypropylene, high density polyethylene, and polystyrene under high pressures and temperatures, Fluid Phase Equilibria J. 162, hal 261.

5 5. Sumarno, Tomoko Sunada, Yoshiyuki Sato, Shigeki Takashima, and Hirokatsu Masuoka, 2000, Polystyrene microcellular plastic generation by quick heating process at high temperature, Polym. Eng. Science J.,Vol. 40, No. 7, hal PS-CO 2 Tekanan 17 MPa

6

7

PEMROSESAN PLASTIK MIKROSELULER DENGAN FLUIDA SUPERKRITIS PADA TEKANAN MENDEKATI KRITIS UNTUK PLASTIK NON KRISTAL DAN SEMIKRISTAL

PEMROSESAN PLASTIK MIKROSELULER DENGAN FLUIDA SUPERKRITIS PADA TEKANAN MENDEKATI KRITIS UNTUK PLASTIK NON KRISTAL DAN SEMIKRISTAL Prosiding Seminar Nasional ISSN : 1410-5667 FUNDAMENTAL DAN APLIKASI TEKNIK KIMIA 2002 Surabaya, 31 Oktober 1 November 2002 PEMROSESAN PLASTIK MIKROSELULER DENGAN FLUIDA SUPERKRITIS PADA TEKANAN MENDEKATI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000

PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000 PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000 Disusun oleh : Meidiana Kusumawardani S. 2306 100 047 Belin Hardimas 2306 100 066 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR THESIS PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT-POLIMER DENGAN TEKNIK PARTICLE FROM GAS SATURATED SOLUTIONS (PGSS)

LAPORAN AKHIR THESIS PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT-POLIMER DENGAN TEKNIK PARTICLE FROM GAS SATURATED SOLUTIONS (PGSS) LAPORAN AKHIR THESIS PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT-POLIMER DENGAN TEKNIK PARTICLE FROM GAS SATURATED SOLUTIONS (PGSS) PRIDA NOVARITA TRISANTI NRP. 2309 201 011 DOSEN PEMBIMBING Dr. Ir. SUMARNO, M.Eng LABORATORIUM

Lebih terperinci

F L U I D A S U P E R K R I T I K. Nosy Awanda Amrina Malahati Wilujeng Sulistyorini A

F L U I D A S U P E R K R I T I K. Nosy Awanda Amrina Malahati Wilujeng Sulistyorini A F L U I D A S U P E R K R I T I K Nosy Awanda 191338 Amrina Malahati 191338 Wilujeng Sulistyorini 19133862A Samsiyati Andriani 19133863A Fluida superkritik ialah keadaan fluida ketika berada pada temperatur

Lebih terperinci

PEMROSESAN PLASTIK MIKROSELULER POLIPROPILEN DENGAN METODE QUICK HEATING YANG DIMODIFIKASI

PEMROSESAN PLASTIK MIKROSELULER POLIPROPILEN DENGAN METODE QUICK HEATING YANG DIMODIFIKASI Pros;d;ng S;mpos;um Nas;onal Polimer V ISSN 1410-8720 ABSTRAK PEMROSESAN PLASTIK MIKROSELULER POLIPROPILEN DENGAN METODE QUICK HEATING YANG DIMODIFIKASI Sumarno, Siti Mardiyah, Murni Nyaristi dan Auliyah

Lebih terperinci

Seminar Skripsi. Degradasi Gliserol Menjadi Produk Kimia Antara (Chemical Intermediate Product) pada Kondisi dekat Air Superkritis

Seminar Skripsi. Degradasi Gliserol Menjadi Produk Kimia Antara (Chemical Intermediate Product) pada Kondisi dekat Air Superkritis Seminar Skripsi Degradasi Gliserol Menjadi Produk Kimia Antara (Chemical Intermediate Product) pada Kondisi dekat Air Superkritis Oleh Evy Kurnia Rahmawati 2305100059 Yuan Anggraeni 2305100101 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB II PERANCANGAN PRODUK. : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik,

BAB II PERANCANGAN PRODUK. : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik, BAB II PERANCANGAN PRODUK 2.1 Produk Utama 2.1.1.Gas Hidrogen (H2) : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik, polyester, dan nylon, dipakai untuk proses desulfurisasi minyak bakar dan bensin dan

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA Disusun oleh : 1. Fatma Yunita Hasyim (2308 100 044)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah kita ketahui bahwa materi terdiri dari unsur, senyawa, dan campuran. Campuran dapat dipisahkan melalui beberapa proses pemisahan campuran secara fisika dimana

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK BAHAN Tabel 4.1 Perbandingan karakteristik bahan. BAHAN FASA BENTUK PARTIKEL UKURAN GAMBAR SEM Tembaga padat dendritic

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN 3.1 RANCANGAN ALAT UJI Pada penelitian ini peralatan yang dipergunakan untuk melakukan pengujian adalah terlihat pada gambar berikut ini: Gambar 3.1 Set up

Lebih terperinci

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1 Diagram Fasa Zat Murni Pertemuan ke-1 Perubahan Fasa di Industri Evaporasi Kristalisasi Diagram Fasa Diagram yang bisa menunjukkan, pada kondisi tertentu (tekanan, suhu, kadar, dll) zat tersebut berfasa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan hasil aktivitas manusia yang tidak dapat dimanfaatkan. Namun pandangan tersebut sudah berubah seiring berkembangnya jaman. Saat ini sampah dipandang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut : PERLAKUAN PANAS Perlakuan panasadalah suatu metode yang digunakan untuk mengubah sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III ALAT PENGUJIAN

BAB III ALAT PENGUJIAN BAB III ALAT PENGUJIAN 3.1 RANCANGAN ALAT UJI Pada penelitian ini alat uji dirancang sendiri berdasarkan dasar teori dang pengalaman dari dosen pembimbing. Alat uji ini dirancang sebagai alat uji dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, penelitian tentang bahan polimer sedang berkembang. Hal ini dikarenakan bahan polimer memiliki beberapa sifat yang lebih unggul jika dibandingkan

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

Lampiran 2. Prosedur Uji Kinerja Formula Surfaktan APG untuk Enhanced Water Flooding

Lampiran 2. Prosedur Uji Kinerja Formula Surfaktan APG untuk Enhanced Water Flooding LAMPIRAN 52 Lampiran 2. Prosedur Uji Kinerja Formula Surfaktan APG untuk Enhanced Water Flooding 1. Tegangan Antar Permukaan Metode Spinning Drop (Gardener and Hayes, 1983) Cara kerja Spinning Drop Interfacial

Lebih terperinci

PENGARUH SONIKASI SEBAGAI PERLAKUAN AWAL PADA DEGRADASI SELULOSA UNTUK MEMPEROLEH OLIGOSAKARIDADENGAN METODE HYDROTHERMAL

PENGARUH SONIKASI SEBAGAI PERLAKUAN AWAL PADA DEGRADASI SELULOSA UNTUK MEMPEROLEH OLIGOSAKARIDADENGAN METODE HYDROTHERMAL PENGARUH SONIKASI SEBAGAI PERLAKUAN AWAL PADA DEGRADASI SELULOSA UNTUK MEMPEROLEH OLIGOSAKARIDADENGAN METODE HYDROTHERMAL Oleh : MAYA ADINA CAESARIA 2307 100 021 NANDA BELVANITA 2307 100 070 Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM 4.1. Proses Perlakuan Panas pada Aluminium Proses perlakuan panas merupakan suatu proses yang mengacu pada proses pemanasan dan pendinginan, dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu rekayasa material menjadi suatu kajian yang sangat diminati akhir - akhir ini. Pemanfaatan material yang lebih dikembangkan saat ini adalah polimer. Polimer

Lebih terperinci

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah Fluida adalah zat aliar, atau dengan kata lain zat yang dapat mengalir. Ilmu yang mempelajari tentang fluida adalah mekanika fluida. Fluida ada 2 macam : cairan dan gas. Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir

Lebih terperinci

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan 2014

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan 2014 Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan 2014 1 Kristalisasi adalah proses dimana kristal padat dari suatu zat terlarut terbentuk pada suatu larutan. Komponen terlarut dipisahkan dari larutan dengan membuat

Lebih terperinci

Pembuatan Gliserol Karbonat Dari Gliserol (Hasil Samping Industri Biodiesel) dengan Variasi Rasio Reaktan dan Waktu Reaksi

Pembuatan Gliserol Karbonat Dari Gliserol (Hasil Samping Industri Biodiesel) dengan Variasi Rasio Reaktan dan Waktu Reaksi Pembuatan Gliserol Karbonat Dari Gliserol (Hasil Samping Industri Biodiesel) dengan Variasi Rasio Reaktan dan Waktu Reaksi Jimmy, Fadliyah Nilna, M.Istnaeny Huda,Yesualdus Marinus Jehadu Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISA KONDUKTIVITAS THERMAL MATERIAL KOMPOSIT SERAT AMPAS TEBU DENGAN STYROFOAM SEBAGAI MATRIKS. Hafid Al Imam, Burmawi, Kaidir*

ANALISA KONDUKTIVITAS THERMAL MATERIAL KOMPOSIT SERAT AMPAS TEBU DENGAN STYROFOAM SEBAGAI MATRIKS. Hafid Al Imam, Burmawi, Kaidir* ANALISA KONDUKTIVITAS THERMAL MATERIAL KOMPOSIT SERAT AMPAS TEBU DENGAN STYROFOAM SEBAGAI MATRIKS Hafid Al Imam, Burmawi, Kaidir* Program Studi Teknik Mesin-Fakultas Teknologi Industri-Universitas Bung

Lebih terperinci

Titik Leleh dan Titik Didih

Titik Leleh dan Titik Didih Titik Leleh dan Titik Didih I. Tujuan Percobaan Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-18 Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF Akhmad Syukri Maulana dan

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK ALIRAN DUA FASE (AIR-UDARA) MELEWATI ELBOW 60 o DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 30 o

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK ALIRAN DUA FASE (AIR-UDARA) MELEWATI ELBOW 60 o DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 30 o STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK ALIRAN DUA FASE (AIR-UDARA) MELEWATI ELBOW 60 o DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 30 o Agus Dwi Korawan 1, Triyogi Yuwono 2 Program Pascasarjana, Jurusan

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem KESETIMBANGAN FASA Kata fase berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini akan dilakukan studi literatur dan pendalaman

Lebih terperinci

STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM

STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM Bangkit Gotama 1* dan Mahfud 1 1 Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Indonesia * Korespondensi : Telp +62 81333253494;

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Jenis Pengujian Alat Kondisi Pengujian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Jenis Pengujian Alat Kondisi Pengujian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Pengujian Termal Pada pengujian termal menggunakan metode DSC, ABS Original + ABS Recycle mendapatkan hasil yang bervariasi pada nilai Tg dan nilai Tm. Didapatkannya

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Mesin UMY 1

Jurnal Teknik Mesin UMY 1 PENGARUH PENAMBAHAN BLOWING AGENT CaCO 3 TERHADAP POROSITAS DAN KEKUATAN TEKAN ALUMINUM FOAM DENGAN CARA MELT ROUTE PROCESS Dhani Setya Pambudi Nugroho 1, Aris Widyo Nugroho 2, Budi Nur Rahman 3 Program

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008 BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah proses yang terjadi ketika gas atau cairan berkumpul atau terhimpun pada permukaan benda padat, dan apabila interaksi antara gas atau cairan yang terhimpun

Lebih terperinci

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi Nurul Istiqomah (2309 030 075) Rini Rahayu (2309 030 088) Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Danawati Hari Prajitno, M.Pd NIP : 19510729 198603

Lebih terperinci

EKSTRAKSI ASPHALTENE DARI MINYAK BUMI

EKSTRAKSI ASPHALTENE DARI MINYAK BUMI EKSTRAKSI ASPHALTENE DARI MINYAK BUMI Adharatiwi Dida Siswadi dan Gita Permatasari Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLIN FILM EVAPORATOR DENAN ADANYA ALIRAN UDARA Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Rancangan kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian

Lebih terperinci

Terjemahan ZAT PADAT. Kristal padat

Terjemahan ZAT PADAT. Kristal padat Terjemahan ZAT PADAT Zat padat adalah sebuah objek yang cenderung mempertahankan bentuknya ketika gaya luar mempengaruhinya. Karena kepadatannya itu, bahan padat digunakan dalam bangunan yang semua strukturnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Eksperimen dilakukan untuk mengetahui proses pembakaran spontan batubara menggunakan suatu sistem alat uji yang dapat menciptakan suatu kondisi yang mendukung terjadinya pembakaran

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi Mesin pendingin icyball beroperasi pada tekanan tinggi dan rawan korosi karena menggunakan ammonia sebagai fluida kerja. Penelitian

Lebih terperinci

TITIK LELEH DAN TITIK DIDIH. I. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan titik leleh beberapa zat Menentukan titik didih beberapa zat II.

TITIK LELEH DAN TITIK DIDIH. I. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan titik leleh beberapa zat Menentukan titik didih beberapa zat II. TITIK LELEH DAN TITIK DIDIH I. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan titik leleh beberapa zat Menentukan titik didih beberapa zat II. DASAR TEORI : A. TITIK LELEH Titik leleh didefinisikan sebagai temperatur dimana

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI Oleh AHMAD EFFENDI 04 04 04 004 6 DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 PEMBUATAN

Lebih terperinci

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION Agus Dwi Anggono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosura, 57102 E-mail : agusda@indosat-m3.net

Lebih terperinci

STUDI KESTABILAN BUSA MENGENAI PENGARUH SUHU DAN ELEKTROLITSERTA KONSENTRASI SURFAKTAN DENGAN DAN TANPA MINYAK

STUDI KESTABILAN BUSA MENGENAI PENGARUH SUHU DAN ELEKTROLITSERTA KONSENTRASI SURFAKTAN DENGAN DAN TANPA MINYAK Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 STUDI KESTABILAN BUSA MENGENAI PENGARUH SUHU DAN ELEKTROLITSERTA KONSENTRASI SURFAKTAN DENGAN DAN TANPA MINYAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fase. Membran memiliki ketebalan yang berbeda- beda, ada yang tebal dan ada juga yang tipis. Ditinjau dari bahannya,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem dan Laboratorium Kimia Pangan Departemen Ilmu Teknologi

Lebih terperinci

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi dimodifikasi oleh Dr. Indriana Kartini Bab V Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan Fasa merupakan bagian homogen suatu sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

Keramik. KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing

Keramik. KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing Keramik KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing Keramik Keramik Keramik Definisi: material padat anorganik yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4].

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4]. BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekul molekul tadi mengembun

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin

Lebih terperinci

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol Oleh : Ferlyna Sari 2312 105 029 Iqbaal Abdurrokhman 2312 105 035 Pembimbing : Ir. Ignatius Gunardi, M.T NIP 1955

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu material dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya baik secara kimia maupun secara

Lebih terperinci

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan. Silika

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan. Silika Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan Silika 1 Glass transition adalah transisi yang bersifat reversibel pada bahan amorphous dari keadaan keras/kaku menjadi bersifat cair/plastis. Temperature dimana terjadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA SIMULASI DAN EKSPERIMEN

BAB IV ANALISA SIMULASI DAN EKSPERIMEN BAB IV ANALISA SIMULASI DAN EKSPERIMEN 4.1 ANALISA SIMULASI 1 Turbin Boiler 2 Kondensor Air laut masuk Pompa 4 3 Throttling Process T 1 Air Uap Q in 4 W Turbin W Pompa 3 Q out 2 S Tangki Air Destilasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

SEMINAR SKRIPSI DEGRADASI SELULOSA MENGGUNAKAN PROSES HIDROTERMAL DENGAN PRETREATMENT SONIKASI DALAM LARUTAN BERKATALIS

SEMINAR SKRIPSI DEGRADASI SELULOSA MENGGUNAKAN PROSES HIDROTERMAL DENGAN PRETREATMENT SONIKASI DALAM LARUTAN BERKATALIS SEMINAR SKRIPSI DEGRADASI SELULOSA MENGGUNAKAN PROSES HIDROTERMAL DENGAN PRETREATMENT SONIKASI DALAM LARUTAN BERKATALIS Zaky Darmawan 2309100032 Hamam Sahroni 2309100138 Pembimbing : Dr. Ir. Sumarno, M.Eng

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil pengujian dan analisa limbah plastik HDPE ( High Density Polyethylene ). Gambar 4.1 Reaktor Pengolahan Limbah Plastik 42 Alat ini melebur plastik dengan suhu 50 300

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi akan semakin meningkat bersamaan dengan. perkembangan teknologi dan pertumbuhan penduduk. Saat ini sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi akan semakin meningkat bersamaan dengan. perkembangan teknologi dan pertumbuhan penduduk. Saat ini sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi akan semakin meningkat bersamaan dengan perkembangan teknologi dan pertumbuhan penduduk. Saat ini sebagian besar energi dihasilkan dari bahan bakar

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H TUGAS AKHIR FAJAR KURNIAWAN 2108030049 PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H PROGAM STUDI DIII TEKNIK

Lebih terperinci

Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV DATA DAN ANALISA

Tugas Sarjana Teknik Material BAB IV DATA DAN ANALISA DATA DAN ANALISA IV.1 Data dan Analisa Produk Alumnium Foam Utuh IV.1.1 Variasi Temperatur Proses Terhadap Densitas Produk Tabel IV. 1 Data densitas aluminium foam terhadap rasio pencampuran Tahap I :

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara

BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara Batubara merupakan bahan bakar padat organik yang berasal dari batuan sedimen yang terbentuk dari sisa bermacam-macam tumbuhan purba dan menjadi padat disebabkan tertimbun

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas BAB II DASAR TEORI. rinsip embangkit Listrik Tenaga Gas embangkit listrik tenaga gas adalah pembangkit yang memanfaatkan gas (campuran udara dan bahan bakar) hasil dari pembakaran bahan bakar minyak (BBM)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun waktu pelaksaan penelitian ini dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

II LANDA SAN TEO RI BAB II LANDASAN TEORI. Sulfamic acid juga dikenal sebagai asam amidosulfonic, asam amidosulfuric, asam

II LANDA SAN TEO RI BAB II LANDASAN TEORI. Sulfamic acid juga dikenal sebagai asam amidosulfonic, asam amidosulfuric, asam II LANDA SAN TEO RI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sulfamic Acid Sulfamic acid juga dikenal sebagai asam amidosulfonic, asam amidosulfuric, asam aminosulfonic, dan asam sulfamidic, serta dalam bahasa Indonesia

Lebih terperinci

SEBAB KEGAGALAN WELDING PLASTIK

SEBAB KEGAGALAN WELDING PLASTIK Welding berarti menaikkan temperature material sampai batas thermoplastik dengan memberikan tekanan sehingga molekul bergerak pada posisi yang baru, dan menciptakan daerah homogen yang baru saat temperature

Lebih terperinci

SINTESIS HIBRIDA SILIKA-KARBON DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK APLIKASI ADSORBENT

SINTESIS HIBRIDA SILIKA-KARBON DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK APLIKASI ADSORBENT SEMINAR REKAYASA KIMIA DAN PROSES 21 SINTESIS HIBRIDA SILIKA-KARBON DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK APLIKASI ADSORBENT Rommi Prastikharisma, Insyiah Meida dan Heru Setyawan *) Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknologi

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Tekanan Fluida Pemanas pada LPH terhadap Efisiensi dan Daya PLTU 1x660 MW dengan Simulasi Cycle Tempo

Analisis Pengaruh Tekanan Fluida Pemanas pada LPH terhadap Efisiensi dan Daya PLTU 1x660 MW dengan Simulasi Cycle Tempo B107 Analisis Pengaruh Tekanan Fluida Pemanas pada LPH terhadap Efisiensi dan Daya PLTU 1x660 MW dengan Simulasi Cycle Tempo Muhammad Ismail Bagus Setyawan dan Prabowo Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

STUDI EXPERIMENT KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA TERHADAP VARIASI SUDUT BLADE PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER.

STUDI EXPERIMENT KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA TERHADAP VARIASI SUDUT BLADE PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER. TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI STUDI EXPERIMENT KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA TERHADAP VARIASI SUDUT BLADE PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER. DOSEN PEMBIMBING: Dr. Eng. Ir. PRABOWO, M. Eng. AHMAD SEFRIKO

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Pengujian dilakukan pada bulan Desember 2007 Februari 2008 bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) yang

Lebih terperinci

BAB 7 KERAMIK Part 2

BAB 7 KERAMIK Part 2 BAB 7 KERAMIK Part 2 PENGERTIAN KERAMIK Keramik adalah bahan yang terbentuk dari hasil senyawa (compound) antara satu atau lebih unsur-unsur logam (termasuk Si dan Ge) dengan satu atau lebih unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakterisasi hidroksiapatit Dari hasil analisis menggunakan FESEM terlihat bahwa struktur partikel HA berbentuk flat dan cenderung menyebar dengan ukuran antara 100 400

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatakan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan serangkaian tahapan proses agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai, penelitian di awali dengan kajian pustaka yang dapat mendukung dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Dalam industri minyak dan gas bumi, peningkatan pemanfaatan gas bumi domestik membutuhkan terobosan nasional dalam sinkronisasi perencanaan produksi, pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan

Lebih terperinci

Kristalisasi. Shinta Rosalia Dewi (SRD)

Kristalisasi. Shinta Rosalia Dewi (SRD) Kristalisasi Shinta Rosalia Dewi (SRD) Pendahuluan Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal padat dari suatu larutan induk yang homogen. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang

Lebih terperinci

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C )

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C ) I. Tujuan Percobaan o Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) o Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur dimana zat padat berubah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material Jurusan Fisika FMIPA Unila dan Laboratorium Teknik Sipil

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM VAKUM. Vakum berasal dari kata latin, Vacuus, berarti Kosong. Kata dasar dari

BAB II SISTEM VAKUM. Vakum berasal dari kata latin, Vacuus, berarti Kosong. Kata dasar dari BAB II SISTEM VAKUM II.1 Pengertian Sistem Vakum Vakum berasal dari kata latin, Vacuus, berarti Kosong. Kata dasar dari kata vacuum tersebut merupakan Vakum yang ideal atau Vakum yang sempurna (Vacuum

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212 PERCOBAAN VIII PEMURNIAN SENYAWA ORGANIK PADAT DENGAN REKRISTALISASI Tanggal Praktikum : 4 Maret 2014 Tanggal Pengumpulan : 13 Maret 2014 Disusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mesin mixer peralatan yang sangat penting yang digunakan pada proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Mesin mixer peralatan yang sangat penting yang digunakan pada proses BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mesin mixer peralatan yang sangat penting yang digunakan pada proses percampuran dua atau lebih material dalam suatu industri yang berbahan dasar thermoplastik dan

Lebih terperinci

BAB II PERANCANGAN PRODUK

BAB II PERANCANGAN PRODUK BAB II PERANCANGAN PRODUK 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Tabel Spesifikasi Bahan Baku dan Produk Sifat Tabel 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk Acrylonitrile Produk Air Bahan Baku Ethylene

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab berikut ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, permasalahan, pendekatan masalah yang diambil, tujuan dan manfaat yang akan dicapai,beserta sistematika laporan dari penelitian

Lebih terperinci