BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS"

Transkripsi

1 55 BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1. Hasil Pengujian dan Analisisnya Huffman Code

2 56 (c) Gambar Probabilitas tiap Karakter;. Diagram Pohon Huffman Code; (c).penghitungan Huffman Code Pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Huffman Code dilakukan dengan memasukkan kata bermakna, yaitu NAMA dan bit error bernilai 1. Langkah pertama adalah mencari probabilitas tiap karakter, seperti pada Gambar Kemudian dibuat diagram pohon Huffman dengan cara mengurutkan probabilitas tiap karakter dari yang paling besar sampai yang paling kecil. Setelah itu dua karakter dengan probabilitas terkecil dijumlahkan dan diurutkan kembali dengan probabilitas yang lain. Begitu seterusnya sampai total probabilitas untuk seluruh karakter sama dengan 1. Kemudian diberi kode 1 di sebelah kiri dan kode 0 di sebelah kanan, seperti ditunjukan pada Gambar Selanjutnya akan didapatkan hasil penyandian seperti hasil penghitungan Huffman Code pada Gambar 4.1..Dengan demikian dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian Huffman Code sudah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada.

3 Arithmetic Code (c) (d) Gambar Interval Probabilitas;. Diagram Arithmetic Code;(c). Tabel Arithmetic Code; dan (d) Pengawasandian Arithmetic Code. Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Arithmetic Code,digunakan masukan berupa kata bermakna, yaitu: NAMA dan jumlah bit error nya 1. Pertama-tama probabilitas tiap karakter dicari dan dibuat interval seperti pada Gambar Kemudian dibuat diagram Arithmetic Code sesuai dengan masukan berarti, dimulai dari N, A, M, dan A dengan menggunakan rumus ( ( batas atas-batas bawah) * probabilitas karakter + batas bawah) seperti pada Gambar Selanjutnya didapat hasil penyandian seperti hasil dan penghitungan Arithmetic Code pada tabel Arithmetic Code pada Gambar 4.2.(c) dan hasil

4 58 pengawasandiannya dapat mengembalikan lagi seperti kata masukan. Dengan demikian dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian Arithmetic Code sudah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada Parity Check Code Gambar Hasil Penyandian Penyandian Parity Check Code;. Hasil Pengawasandian Parity Check Code. Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Parity Check Code, masukan berupa kata bermakna, yaitu: NAMA, jumlah bit error nya 1, dan Paritas Genap. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Kemudian jumlah angka 1 dihitung, jika genap, maka bit paritynya 0 dan jika gasal, bit paritynya 1, seperti pada Gambar Untuk data error caranya juga sama, yaitu menghitung angka 1 lagi. Jika genap, maka bit paritynya 0 dan jika gasal, bit paritynya 1 seperti pada Gambar Jika bit paritynya sama dengan data yang dikirim, maka dianggap tidak mengalami error. Dengan ini dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian Parity Check Code sudah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada LRC( Longitudinal Redundancy Check)

5 59 Gambar 4.4..Penyandian LRC;. Pengawasandian LRC. Pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Longitudinal Redundancy Check dilakukan dengan memasukkan kata bermakna, yaitu: NAMA dan jumlah bit error nya 1. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Kemudian exorkan bit pada urutan bit yang sama seperti pada Gambar Untuk data error, caranya juga sama, yaitu exorkan bit pada urutan bit yang sama dan bandingkan hasil LRC data yang dikirim dengan data yang diterima seperti Gambar 4.4..

6 60 Jika bit LRC nya sama dengan data yang dikirim, maka dianggap tidak mengalami error. Dengan ini dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian Longitudinal Redundancy Check telah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada CRC (Cyclic Redundancy Code)

7 61 Gambar Penyandian Cyclic Redundancy Code;.Pengawasandian Cyclic Redundancy Code. Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Cyclic Redundancy Code digunakan masukan berupa 1 karakter, yaitu A, jumlah bit error nya 1, dan pembagi 101. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Data dibagi dengan pembagi 101 dan akan mendapatkan sisa CRCnya seperti pada Gambar Untuk data error caranya juga sama, yaitu data yang diterima dibagi dengan pembagi seperti pada Gambar Jika sisa CRC setelah dideteksi pada data yang diterima hasilnya adalah 0 semua, maka data yang diterima dianggap tidak mengalami error. Dengan demikian dapat dilihat penyandian dan pengawasandian Cyclic Redundancy Code dapat bekerja dengan baik sesuai teori.

8 Checksum Code Gambar Penyandian Checksum Code;.Pengawasandian Checksum Code. Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Checksum Code digunakan masukan berupa kata bermakna, yaitu: NAMA dan jumlah bit error nya 1. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Data dibagi menjadi 2 bagian kemudian kedua bagian tersebut dijumlahkan, dan dikomplemenkan sehingga mendapatkan hasil checksumnya seperti Gambar

9 Untuk data error, caranya juga sama yaitu data yang diterima dibagi 2, kemudian ditambahkan checksum kemudian dikomplemenkan seperti Gambar 4.6. Jika hasil setelah dideteksi adalah 0 (nol) semua, maka data yang diterima dianggap tidak mengalami error. Dengan demikian penyandian dan pengawasandian Checksum Code telah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada Hamming Code

10 64 Gambar Penyandian Hamming Code;.Pengawasandian Hamming Code. Pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Hamming Code dilakukan dengan masukan berupa kata bermakna, yaitu: NAMA dan jumlah bit error nya 1. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Data biner akan diproses dengan cara menambahkan bit tambahan pada bit ke 1,2,4,8, dan seterusnya seperti Gambar Untuk data error, Hamming Code dapat membetulkan kesalahan tetapi hanya untuk 1 kesalahan saja. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian Hamming Code telah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada.

11 BCH Code (c) (d) Gambar Penyandian BCH Code;.Pengawasandian BCH Code;(c) Contoh Penyandian BCH Code; (d) Contoh Pengawasandian BCH Code.

12 66 Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian BCH Code digunakan masukan 1 karakter, yaitu A, jumlah bit error nya 1. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Data diubah menjadi fungsi x dan dimodulo g(x) seperti pada Gambar Untuk data error, caranya juga sama, yaitu data yang diterima dimodulo g(x) dengan seperti pada Gambar Untuk lebih sederhananya, bisa dilihat contoh penyandian BCH Code pada Gambar 4.8.(c) dan contoh pengawasandian BCH Code. Gambar 4.8.(d). Jika hasil sisa modulonya setelah dideteksi pada data yang diterima hasilnya adalah 0, maka data yang diterima dianggap tidak mengalami error. Dengan demikian dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian BCH Code dapat bekerja dengan baik sesuai teori Convolution Code

13 67 (c) Gambar Penyandian Convolution Code;. Penyandian Convolution Code;(c) Pengawasandian Convolution Code. Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Convolution Code menggunakan Convolution (2,1,2) karena dirasa sederhana dan mudah. Pada penyandian Convolution Code menggunakan diagram keadaan dan tabel kebenaran yang sudah dicari menggunakan shift register seperti pada Gambar 4.9.

14 68 Pada pengawasandian Convolution Code menggunakan diagram trelis yang dihitung menggunakan pendekatan nilai-nilai pada setiap titik diagram trelis sehinggga dapat memeriksa kesalahan Reed Salomon Code Gambar Penyandian RS Code;.Pengawasandian RS Code.

15 69 Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Reed Salomon Code menggunakan contoh bukan seperti kode pertama sampai kode kesembilan. Dikarenakan kode ini merupakan kode yang paling kompleks dari pada yang lain. Cara penyandian dan cara pengawasandiannya hampir sama dengan BCH Code tetapi lebih sulit karena cara pengoreksiannya multibit. Contoh yang dipakai dalam simulasi ini menggunakan RS(7,5) karena dirasa mudah dan sederhana untuk dimengerti cara proses penyandian dan pengawasandian. Proses penyandian dan pengawasandian ditunjukkan pada Gambar 4.10 dan Gambar Hasil Perolehan Data Kuesioner Tabel 4.1. Kuesioner Responden. No Pertanyaan Jawaban 1. Proses penyandian dan pengawasandian Huffman Code dapat dimengerti dengan baik 2. Proses penyandian dan pengawasandian Arithmetic Code 3. Proses penyandian dan Parity Check Code dapat dimengerti dengan baik 4. Proses penyandian dan pengawasandian Longitudinal Redundacy Check Code (LRC Code) dapat dimengerti dengan baik 5. Proses penyandian dan pengawasandian Cyclic Redundacy Check Code (CRC Code) 6. Proses penyandian dan pengawasandian Checksum Code 7. Proses penyandian dan pengawasandian Hamming Code 8. Proses penyandian dan pengawasandian BCH Code dapat dimengerti dengan baik 9. Proses penyandian dan pengawasandian Convolution Code 10. Proses penyandian dan pengawasandian Reed Salomon Code 11. Secara keseluruhan penyandian dan pengawasandian mudah digunakan 12. Simulator ini dapat membantu anda dalam perkuliahan, khususnya untuk mata kuliah konsentrasi telekomunikasi dan anda tertarik untuk menggunakannya. 13. Pedoman aplikasi untuk pengguna jelas dan membantu. 1 2

16 70 Tabek 4.1 menunjukkan kuisoner yang harus diisi oleh responden. Kuesioner diberikan kepada 30 responden yang terdiri dari mahasiswa teknik elektro dengan syarat sudah atau sedang menempuh mata kuliah Sistem Komunikasi, Jaringan Telekomunikasi, atau Matematatika Diskrit.Responden berasal dari tahun angkatan yang bervariasi yaitu angkatan 2008, 2009, 2010, 2011, dan Kuesioner berisi 13 pertanyaan dan setiap pertanyaan diberikan 2 pilihan jawaban: 1 (setuju) dan 2 (tidak setuju).untuk jawaban setuju diberikan poin 1 dan untuk jawaban tidak setuju diberikan poin 0. Dan simulator ini dianggap berhasil apabila nilai rata-rata poin kuesioner adalah 70%. Hasil kuesioner terlihat dalam Tabel 4.2.

17 71 Tabel4.2. Hasil Kuesioner. No Pertanyaan Jawaban 1. Proses penyandian dan pengawasandian Huffman Code 2. Proses penyandian dan pengawasandian Arithmetic Code 3. Proses penyandian dan Parity Check Code dapat dimengerti dengan baik 4. Proses penyandian dan pengawasandian Longitudinal Redundacy Check Code(LRC Code) dapat dimengerti dengan baik 5. Proses penyandian dan pengawasandian Cyclic Redundacy Check Code(CRC Code) 6. Proses penyandian dan pengawasandian Checksum Code 7. Proses penyandian dan pengawasandian Hamming Code 8. Proses penyandian dan pengawasandian BCH Code dapat dimengerti dengan baik 9. Proses penyandian dan pengawasandian Convolution Code 10. Proses penyandian dan pengawasandian Reed Salomon Code 11. Secara keseluruhan penyandian dan pengawasandian mudah digunakan (100%) 23 (76,67%) 30 (100%) 28 (93,33%) 25 (83,33%) 28 (93,33%) 27 (90%) 12 (40%) 19 (63,3%) 15 (50%) 28 (93,33%) 12. Simulator ini dapat membantu anda dalam perkuliahan, 28 khususnya untuk mata kuliah konsentrasi telekomunikasi dan anda tertarik untuk menggunakannya. (93,33%) 13. Pedoman aplikasi untuk pengguna jelas dan membantu. 30 (100%) Rerata 323 (82,82%) 0 (0%) 7 (23,33%) 0 (0%) 2 (6,67%) 5 (16,67%) 2 (6,67%) 3 (10%) 18 (60%) 11 (36,7%) 15 (50%) 2 (6,67%) 2 (6,67%) 0 (0%) 67 (17,18%)

18 72 Nilai rerata kepuasan responden terhadap simulator adalah 82,82% didapat dari Nilai ratarata poin setuju minimal yang diharapkan yaitu 70%, ternyata didapatkan hasil nilai rata-rata poin setuju sebesar. Artinya, simulator ini dianggap berhasil dan responden merasa puas dengan simulator yang dibuat. Dilihat dari hasil ini Huffman Code dan Parity Check Code mendapatkan nilai 100% dikarenakan penyandian Huffman Code dan Parity Check Code termasuk mudah dan sudah diajarkan pada matematika diskrit dan untai digital. Arithmetic Code mendapatkan hasil lebih jelek daripada Huffman Code yaitu 76,67% dikarenakan penyandian ini memiliki penghitungan yang cukup sulit dan penyandian ini belum pernah diajarkan pada salah satu pelajaran matematika diskrit, sistem komunikasi, maupun jaringan telekomunikasi. Sedangkan Cyclic Redundancy Code mendapatkan 83,33 % dikarenakan penyandiannya cukup sulit karena adanya pembagian biner yang rumit. Hamming Code mendapatkan presentase yang tinggi yaitu 90%. Hamming Code sudah pernah diajarkan pada mata kuliah lain seperti jaringan komputer,dan komunikasi data, meskipun penyandian Hamming Code termasuk penyandian yang cukup sulit. Pada BCH Code, Convolution Code, dan Reed Salomon Code mendapatkan hasil yang kurang memuaskan karena kurang dari 70%. Dikarenakan penyandian dan pengawasandian ketiga kode tersebut sangat sulit dibandingkan ketujuh kode yang lainnya. BCH Code mendapatkan hasil lebih jelek daripada Reed Salomon Code karenakan Reed Salomon hanya memberi contoh yang sederhana sedangkan BCH Code diberi masukan sehingga penyandian dan pengawasandiannya terlihat lebih rumit dibandingkan Reed Salomon Code. Bagi responden yang merupakan mahasiswa pengambil mata kuliah jaringan telekomunikasi, sistem komunikasi, dan komunikasi data, cukup mudah untuk mengerti setiap penyandian dan pengawasandian dikarenakan saat menempuh mata kuliah tersebut sebagian besar penyandian sudah pernah diajarkan dan hanya tinggal mengingatnya saja. Sedangkan mahasiswa yang hanya mengambil matematika diskrit saja, hanya tahu dasar-dasarnya saja sehingga masih membutuhkan bantuan dari pembuat simulator.

19 73 Pada penyandian BCH Code dan Reed Salomon code, pengguna simulator masih menggunakan bantuan pembuat dikarenakan kedua kode ini merupakan penyandian yang sangat rumit. Dengan user interface yang sederhana penggunaan simulator ini termasuk mudah untuk dioperasikan dan sudah cukup berwarna. Beberapa responden memberikan saran untuk pengembangan simulator ini yaitu penambahan GUI dibuat lebih menarik misalnya diberi background.

PEDOMAN PENGGUNAAN SIMULATOR PENYANDIAN DAN PENGAWASANDIAN SISTEM KOMUNIKASI BERBASIS PERANGKAT LUNAK VISUAL C#

PEDOMAN PENGGUNAAN SIMULATOR PENYANDIAN DAN PENGAWASANDIAN SISTEM KOMUNIKASI BERBASIS PERANGKAT LUNAK VISUAL C# PEDOMAN PENGGUNAAN SIMULATOR PENYANDIAN DAN PENGAWASANDIAN SISTEM KOMUNIKASI BERBASIS PERANGKAT LUNAK VISUAL C# Simulator penyandian dan pengawasandian ini dirancang untuk meyimulasikan 10 jenis penyandian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Tampilan simulator penyandian dan pengawasandian terdiri dari menu utama dan 10 jenis penyandian yang terpisah tiap GUI-nya.

BAB III PERANCANGAN. Tampilan simulator penyandian dan pengawasandian terdiri dari menu utama dan 10 jenis penyandian yang terpisah tiap GUI-nya. 34 BAB III PERANCANGAN 3.1. Perancangan Tampilan simulator ini dibuat dengan menggunakan GUI (Graphical User Interface), supaya sistem yang dirancang terlihat lebih menarik dan mudah untuk dioperasikan.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 7. Menuliskan kode karakter dimulai dari level paling atas sampai level paling bawah.

BAB II DASAR TEORI. 7. Menuliskan kode karakter dimulai dari level paling atas sampai level paling bawah. 4 BAB II DASAR TEORI 2.1. Huffman Code Algoritma Huffman menggunakan prinsip penyandian yang mirip dengan kode Morse, yaitu tiap karakter (simbol) disandikan dengan rangkaian bit. Karakter yang sering

Lebih terperinci

RANGKUMAN TEKNIK KOMUNIKASI DATA DIGITAL

RANGKUMAN TEKNIK KOMUNIKASI DATA DIGITAL RANGKUMAN TEKNIK KOMUNIKASI DATA DIGITAL DISUSUN OLEH : AHMAD DHANIZAR JUHARI (C5525) SEKOLAH TINGGI MANAGEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK PALANGKARAYA TAHUN 22 TEKNIK KOMUNIKASI DATA DIGITAL Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, sehingga penggunaan komputer sebagai media komunikasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, sehingga penggunaan komputer sebagai media komunikasi bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan di bidang telekomunikasi menunjukkan grafik yang sangat pesat, sehingga penggunaan komputer sebagai media komunikasi bagi perusahaan untuk

Lebih terperinci

ERROR DETECTION. Parity Check (Vertical Redudancy Check) Longitudinal Redudancy Check Cyclic Redudancy Check Checksum. Budhi Irawan, S.Si, M.

ERROR DETECTION. Parity Check (Vertical Redudancy Check) Longitudinal Redudancy Check Cyclic Redudancy Check Checksum. Budhi Irawan, S.Si, M. ERROR DETECTION Parity Check (Vertical Redudancy Check) Longitudinal Redudancy Check Cyclic Redudancy Check Checksum Budhi Irawan, S.Si, M.T Transmisi Data Pengiriman sebuah informasi akan berjalan lancar

Lebih terperinci

Deteksi & Koreksi Kesalahan

Deteksi & Koreksi Kesalahan Deteksi & Koreksi Kesalahan Pendahuluan Tujuan dalam komunikasi : data benar dan utuh Masalah : Bit dapat terjadi kerusakan Penyebab : Korupnya data ketika ditransmisikan Thermal Noise Crosstalk (hub elektikal

Lebih terperinci

BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN

BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN TEKNIK DIGITAL/HAL. 8 BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN ARITMATIKA BINER Operasi aritmatika terhadap bilangan binari yang dilakukan oleh komputer di ALU terdiri dari 2 operasi yaitu operasi penambahan dan

Lebih terperinci

BAB II TEKNIK PENDETEKSIAN KESALAHAN

BAB II TEKNIK PENDETEKSIAN KESALAHAN BAB II TEKNIK PENDETEKSIAN KESALAHAN Pendetaksian dan pembetulan kesalahan sering digunakan pada komunikasi data untuk mengatasi adanya korupsi dan atau informasi yang hilang dari isyarat data yang datang

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI DETEKSI BIT CHECK IN ERROR PADA TRANSMISI DATA TEXT DENGAN SINGLE ERROR CORRECTION MENGGUNAKAN ALGORITMA HAMMING CODE

PERANCANGAN APLIKASI DETEKSI BIT CHECK IN ERROR PADA TRANSMISI DATA TEXT DENGAN SINGLE ERROR CORRECTION MENGGUNAKAN ALGORITMA HAMMING CODE PERANCANGAN APLIKASI DETEKSI BIT CHECK IN ERROR PADA TRANSMISI DATA TEXT DENGAN SINGLE ERROR CORRECTION MENGGUNAKAN ALGORITMA HAMMING CODE Dedi Pariaman Deri (1011857) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Deteksi dan Koreksi Error

Deteksi dan Koreksi Error BAB 10 Deteksi dan Koreksi Error Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca memperoleh wawasan tentang: beberapa jenis kesalahan (error); teknik deteksi error; teknik memperbaiki error. 2 Deteksi dan

Lebih terperinci

Sandi Blok. Risanuri Hidayat Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi FT UGM

Sandi Blok. Risanuri Hidayat Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi FT UGM Sandi Blok Risanuri Hidayat Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi FT UGM Sandi Blok disebut juga sebagai sandi (n, k) sandi. Sebuah blok k bit informasi disandikan menjadi blok n bit. Tetapi sebelum

Lebih terperinci

KOREKSI KESALAHAN. Jumlah bit informasi = 2 k -k-1, dimana k adalah jumlah bit ceknya. a. KODE HAMMING

KOREKSI KESALAHAN. Jumlah bit informasi = 2 k -k-1, dimana k adalah jumlah bit ceknya. a. KODE HAMMING KOREKSI KESALAHAN a. KODE HAMMING Kode Hamming merupakan kode non-trivial untuk koreksi kesalahan yang pertama kali diperkenalkan. Kode ini dan variasinya telah lama digunakan untuk control kesalahan pada

Lebih terperinci

Deteksi dan Koreksi Error

Deteksi dan Koreksi Error Bab 10 Deteksi dan Koreksi Error Bab ini membahas mengenai cara-cara untuk melakukan deteksi dan koreksi error. Data dapat rusak selama transmisi. Jadi untuk komunikasi yang reliabel, error harus dideteksi

Lebih terperinci

INTEGRITAS DATA. Objektif: Mengetahui maksud ralat dalam komunikasi data Memahami teknik mengenal error dan membetulkan error

INTEGRITAS DATA. Objektif: Mengetahui maksud ralat dalam komunikasi data Memahami teknik mengenal error dan membetulkan error INTEGRITAS DATA Objektif: Mengetahui maksud ralat dalam komunikasi data Memahami teknik mengenal error dan membetulkan error Pendahuluan Metoda Pengujian Ralat Parity Checking Vertical Redundancy Check

Lebih terperinci

DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB V DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN

DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB V DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB V DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN IF Pengertian Kesalahan Ketika melakukan pentransmisian data seringkali kita menjumpai data yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan

Lebih terperinci

Deteksi dan Koreksi Error

Deteksi dan Koreksi Error BAB 10 Deteksi dan Koreksi Error Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca memperoleh wawasan tentang: beberapa jenis kesalahan (error); teknik deteksi error; teknik memperbaiki error. 2 Deteksi dan

Lebih terperinci

Algoritma Perhitungan Langsung pada Cyclic Redundancy Code 32

Algoritma Perhitungan Langsung pada Cyclic Redundancy Code 32 Algoritma Perhitungan Langsung pada Cyclic Redundancy Code 32 1 Swelandiah Endah Pratiwi dan 2 Anna Kurniawati Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Gunadarma swelandiah@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN

DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN 1. DETEKSI KESALAHAN Pengiriman informasi yang menggunakan sinyal digital atau analog selalu mengalami perubahan yang dialami oleh informasi tersebut. Perubahan tersebut bias

Lebih terperinci

Teknik Komunikasi Data Digital

Teknik Komunikasi Data Digital Komdat4.doc-1 Teknik Komunikasi Data Digital Sinkronisasi : Adalah satu kunci kerja dari komunikasi data. Transmiter mengirimkan pesan 1 bit pada satu saat melalui medium ke receiver. Receiver harus menandai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Waktu penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN ALAT DAN ANALISISNYA

BAB IV HASIL PENGUJIAN ALAT DAN ANALISISNYA BAB IV HASIL PENGUJIAN ALAT DAN ANALISISNYA.. Hasil Pengujian Alat dan Analisisnya...BASK (Binary Amplitude Shift Keying).5 Isyarat Digital Masukan Isyarat Carrier untuk biner "" Amplitude.5 - -.5 3 5

Lebih terperinci

SIMULASI KODE HAMMING, KODE BCH, DAN KODE REED-SOLOMON UNTUK OPTIMALISASI FORWARD ERROR CORRECTION

SIMULASI KODE HAMMING, KODE BCH, DAN KODE REED-SOLOMON UNTUK OPTIMALISASI FORWARD ERROR CORRECTION SIMULASI KODE HAMMING, KODE BCH, DAN KODE REED-SOLOMON UNTUK OPTIMALISASI FORWARD ERROR CORRECTION SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi Informatika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS Simulasi ini bertujuan untuk meneliti Turbo Coding dalam hal Bit Error Rate (). Pada bagian ini akan ditunjukkan pengaruh jumlah shift register, interleaver, jumlah iterasi

Lebih terperinci

Kode Sumber dan Kode Kanal

Kode Sumber dan Kode Kanal Kode Sumber dan Kode Kanal Sulistyaningsih, 05912-SIE Jurusan Teknik Elektro Teknologi Informasi FT UGM, Yogyakarta 8.2 Kode Awalan Untuk sebuah kode sumber menjadi praktis digunakan, kode harus dapat

Lebih terperinci

PENERAPAN PENGECEKAN KESALAHAN CRC-16 PADA PENGIRIMAN INFORMASI RUNNING TEXT DARI KOMPUTER KE MIKROKONTROLER

PENERAPAN PENGECEKAN KESALAHAN CRC-16 PADA PENGIRIMAN INFORMASI RUNNING TEXT DARI KOMPUTER KE MIKROKONTROLER PENERAPAN PENGECEKAN KESALAHAN CRC-16 PADA PENGIRIMAN INFORMASI RUNNING TEXT DARI KOMPUTER KE MIKROKONTROLER TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma 3 oleh

Lebih terperinci

SISTEM PENGKODEAN. IR. SIHAR PARLINGGOMAN PANJAITAN, MT Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara

SISTEM PENGKODEAN. IR. SIHAR PARLINGGOMAN PANJAITAN, MT Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara SISTEM PENGKODEAN IR. SIHAR PARLINGGOMAN PANJAITAN, MT Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara KODE HAMMING.. Konsep Dasar Sistem Pengkodean Kesalahan (error) merupakan masalah

Lebih terperinci

Serial Communication II

Serial Communication II Serial Communication II Yunifa Miftachul Arif S.ST., M.T Asynchronous Sederhana dan murah tetapi memerlukan tambahan 2 sampai 3 bit per karakter untuk synchronisasi. Persentase tambahan dapat dikurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modulation. Channel. Demodulation. Gambar 1.1. Diagram Kotak Sistem Komunikasi Digital [1].

BAB I PENDAHULUAN. Modulation. Channel. Demodulation. Gambar 1.1. Diagram Kotak Sistem Komunikasi Digital [1]. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Meneliti dan menganalisis Turbo Convolutional Coding dan Turbo Block Coding dalam hal (BER) Bit Error Rate sebagai fungsi Eb/No. 1.2. Latar Belakang Dalam sistem komunikasi

Lebih terperinci

C. ALAT DAN BAHAN 1. XOR_2 2. LOGICTOGGLE 3. LOGICPROBE (BIG)

C. ALAT DAN BAHAN 1. XOR_2 2. LOGICTOGGLE 3. LOGICPROBE (BIG) No. LST/PTI/PTI264/08 Revisi: 00 Tgl: September 2014 Page 1 of 5 A. TUJUAN Setelah mengikuti perkuliahan praktik, diharapkan mahasiswa memiliki kedisiplinan, tanggung jawab dan kepercayaan diri untuk mampu:

Lebih terperinci

PERANCANGAN SIMULASI KOREKSI KESALAHAN DATA DENGAN METODA FEC PADA KOMPUTER BERBASIS VISUAL BASIC

PERANCANGAN SIMULASI KOREKSI KESALAHAN DATA DENGAN METODA FEC PADA KOMPUTER BERBASIS VISUAL BASIC PERANCANGAN SIMULASI KOREKSI KESALAHAN DATA DENGAN METODA FEC PADA KOMPUTER BERBASIS VISUAL BASIC Sindak Hutauruk Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas HKBP Nommensen (UHN) Jl. Sutomo No.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA KODE REED-SOLOMON

PERBANDINGAN KINERJA KODE REED-SOLOMON PERBANDINGAN KINERJA KODE REED-SOLOMON DENGAN KODE BOSE- CHAUDHURI-HOCQUENGHEM MENGGUNAKAN MODULASI DIGITAL FSK, DPSK, DAN QAM PADA KANAL AWGN, RAYLEIGH, DAN RICIAN oleh Liang Arta Saelau NIM : 612011023

Lebih terperinci

Teknik Pembangkitan Kode Huffman

Teknik Pembangkitan Kode Huffman Teknik Pembangkitan Kode Huffman Muhammad Riza Putra Program Studi Teknik Informatika ITB, Bandung 012, email: zha@students.itb.ac.id Abstrak Makalah ini membahas suatu teknik dalam pembangkitan kode Huffman

Lebih terperinci

Data Communication. Week 13 Data Link Layer (Error Correction) 13Susmini I. Lestariningati, M.T

Data Communication. Week 13 Data Link Layer (Error Correction) 13Susmini I. Lestariningati, M.T Week 13 Data Link Layer (Error Correction) 13Susmini I. Lestariningati, M.T Error Correction Error correction may generally be realized in two different ways: Forward error correction (FEC): The sender

Lebih terperinci

II. Sistem Bilangan Outline : 31/10/2008. Anhar, ST. MT. Lab. Jaringan Komputer

II. Sistem Bilangan Outline : 31/10/2008. Anhar, ST. MT. Lab. Jaringan Komputer Anhar, ST. MT. Lab. Jaringan Komputer http://anhar.net63.net II. Sistem Bilangan Outline : A. Sistem bilangan desimal B. Sistem bilangan biner C. Sistem bilangan oktal D. Sistem bilangan hexadesimal E.

Lebih terperinci

Makalah Teori Persandian

Makalah Teori Persandian Makalah Teori Persandian Dosen Pengampu : Dr. Agus Maman Abadi Oleh : Septiana Nurohmah (08305141002) Ayu Luhur Yusdiana Y (08305141028) Muhammad Alex Sandra (08305141036) David Arianto (08305141037) Beni

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK DETEKSI BIT ERROR DENGAN IMPLEMENTASI LONGITUDINAL REDUNDANCY CHECK (LRC) PADA TRANSMISI DATA

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK DETEKSI BIT ERROR DENGAN IMPLEMENTASI LONGITUDINAL REDUNDANCY CHECK (LRC) PADA TRANSMISI DATA PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK DETEKSI BIT ERROR DENGAN IMPLEMENTASI LONGITUDINAL REDUNDANCY CHECK (LRC) PADA TRANSMISI DATA Rivalri Kristianto Hondro Dosen Tetap STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI 2.1. Algoritma Huffman Algortima Huffman adalah algoritma yang dikembangkan oleh David A. Huffman pada jurnal yang ditulisnya sebagai prasyarat kelulusannya di MIT. Konsep dasar dari

Lebih terperinci

PENYANDIAN SUMBER DAN PENYANDIAN KANAL. Risanuri Hidayat

PENYANDIAN SUMBER DAN PENYANDIAN KANAL. Risanuri Hidayat PENYANDIAN SUMBER DAN PENYANDIAN KANAL Risanuri Hidayat Penyandian sumber Penyandian yang dilakukan oleh sumber informasi. Isyarat dikirim/diterima kadang-kadang/sering dikirimkan dengan sumber daya yang

Lebih terperinci

DESAIN ENCODER-DECODER BERBASIS ANGKA SEMBILAN UNTUK TRANSMISI INFORMASI DIGITAL

DESAIN ENCODER-DECODER BERBASIS ANGKA SEMBILAN UNTUK TRANSMISI INFORMASI DIGITAL Desain Encoder-Decoder Berbasis Angka Sembilan Untuk Transmisi Informasi Digital 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43

Lebih terperinci

Implementasi Encoder dan decoder Hamming pada TMS320C6416T

Implementasi Encoder dan decoder Hamming pada TMS320C6416T Implementasi Encoder dan decoder Hamming pada TMS320C6416T oleh : ANGGY KUSUMA DEWI WISMAL (2211105016) Pembimbing 1 Dr. Ir. Suwadi, MT Pembimbing 2 Titiek Suryani, MT Latar Belakang Pada pengiriman data,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN POLINOMIAL UNTUK STREAM KEY GENERATOR PADA ALGORITMA STREAM CIPHERS BERBASIS FEEDBACK SHIFT REGISTER

PENGGUNAAN POLINOMIAL UNTUK STREAM KEY GENERATOR PADA ALGORITMA STREAM CIPHERS BERBASIS FEEDBACK SHIFT REGISTER PENGGUNAAN POLINOMIAL UNTUK STREAM KEY GENERATOR PADA ALGORITMA STREAM CIPHERS BERBASIS FEEDBACK SHIFT REGISTER Arga Dhahana Pramudianto 1, Rino 2 1,2 Sekolah Tinggi Sandi Negara arga.daywalker@gmail.com,

Lebih terperinci

[TTG4J3] KODING DAN KOMPRESI. Oleh : Ledya Novamizanti Astri Novianty. Prodi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom

[TTG4J3] KODING DAN KOMPRESI. Oleh : Ledya Novamizanti Astri Novianty. Prodi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom [TTG4J3] KODING DAN KOMPRESI Oleh : Ledya Novamizanti Astri Novianty Prodi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom Optimal code pertama yang dikembangkan oleh David Huffman

Lebih terperinci

LAPORAN TEKNIK PENGKODEAN METODE DETEKSI DAN KOREKSI PADA KODE SIKLIK

LAPORAN TEKNIK PENGKODEAN METODE DETEKSI DAN KOREKSI PADA KODE SIKLIK LAPORAN TEKNIK PENGKODEAN METODE DETEKSI DAN KOREKSI PADA KODE SIKLIK Disusun Oleh : Inggi Rizki Fatryana (1210147002) Teknik Telekomunikasi - PJJ PENS Akatel Politeknik Negeri Elektro Surabaya 2014-2015

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN DIGITAL

SISTEM BILANGAN DIGITAL SISTEM BILANGAN DIGITAL Ferry Wahyu Wibowo 1 Jurusan Teknik Informatika, STMIK AMIKOM Yogyakarta, Jl. Ring Road Utara, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta Indonesia 1 ferrywahyu@gmail.com 1. Sistem bilangan

Lebih terperinci

Implementasi Encoder dan Decoder Cyclic Redundancy Check Pada TMS320C6416T

Implementasi Encoder dan Decoder Cyclic Redundancy Check Pada TMS320C6416T JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-92 Implementasi Encoder dan Decoder Cyclic Redundancy Check Pada Grace Natalia, Suwadi, dan Titiek Suryani Jurusan Teknik

Lebih terperinci

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Linear Block Code

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Linear Block Code TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Linear Block Code S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom Oleh: Linda Meylani Agus D. Prasetyo Tujuan Pembelajaran Memahami fungsi dan parameter

Lebih terperinci

Block Coding KOMUNIKASI DATA OLEH : PUTU RUSDI ARIAWAN ( )

Block Coding KOMUNIKASI DATA OLEH : PUTU RUSDI ARIAWAN ( ) Block Coding KOMUNIKASI DATA OLEH : (0804405050) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010 Block Coding Block coding adalah salah satu kode yang mempunyai sifat forward error

Lebih terperinci

B A B VI DETEKSI DAN KOREKSI ERROR

B A B VI DETEKSI DAN KOREKSI ERROR B A B VI DETEKSI DAN KOREKSI ERROR Bahasan ini berhubungan dengan algoritma bagi komunikasi yang reliabel dan efisien antara dua mesin yang berdekatan, yaitu dua mesin yang secara fisik terhubung oleh

Lebih terperinci

Aplikasi Kode Huffman Sebagai Metode Kompresi Pada Mesin Faks

Aplikasi Kode Huffman Sebagai Metode Kompresi Pada Mesin Faks Aplikasi Kode Huffman Sebagai Metode Kompresi Pada Mesin Faks Juan Anton 13513013 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Sebagai acuan penulisan penelitian ini diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam sub bab ini akan diberikan beberapa landasan teori berupa pengertian,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG MAKALAH Disusun oleh : M. Dwi setiyo 14670015 INFORMATIKA 3A Program Studi Informatika Fakultas Teknik UNIVERSITAS PGRI SEMARANG Oktober, 2015 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

SIMULASI PENGIRIMAN DAN PENERIMAAN INFORMASI MENGGUNAKAN KODE BCH

SIMULASI PENGIRIMAN DAN PENERIMAAN INFORMASI MENGGUNAKAN KODE BCH SIMULASI PENGIRIMAN DAN PENERIMAAN INFORMASI MENGGUNAKAN KODE BCH Tamara Maharani, Aries Pratiarso, Arifin Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Surabaya

Lebih terperinci

KONSTRUKSI KODE BCH SEBAGAI KODE SIKLIK Indrawati, Loeky Haryanto, Amir Kamal Amir.

KONSTRUKSI KODE BCH SEBAGAI KODE SIKLIK Indrawati, Loeky Haryanto, Amir Kamal Amir. KONSTRUKSI KODE BCH SEBAGAI KODE SIKLIK Indrawati, Loeky Haryanto, Amir Kamal Amir. Abstrak Diberikan suatu polinom primitif f(x) F q [x] berderajat m, lapangan F q [x]/(f(x)) isomorf dengan ruang vektor

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PENGECEKAN KESALAHAN CHECK SUM PADA PENGIRIMAN PESAN RUNNING TEXT DARI KOMPUTER

PENERAPAN METODE PENGECEKAN KESALAHAN CHECK SUM PADA PENGIRIMAN PESAN RUNNING TEXT DARI KOMPUTER PENERAPAN METODE PENGECEKAN KESALAHAN CHECK SUM PADA PENGIRIMAN PESAN RUNNING TEXT DARI KOMPUTER Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3 Oleh : MELYANA F.R SITORUS

Lebih terperinci

Aplikasi Penggambar Pohon Biner Huffman Untuk Data Teks

Aplikasi Penggambar Pohon Biner Huffman Untuk Data Teks Aplikasi Penggambar Pohon Biner Huffman Untuk Data Teks Fandi Susanto STMIK MDP Palembang fandi@stmik-mdp.net Abstrak: Di dalam dunia komputer, semua informasi, baik berupa tulisan, gambar ataupun suara

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGAWASANDIAN VITERBI DENGAN FIELD PROGRAMMABLE LOGIC ARRAY (FPGA)

IMPLEMENTASI PENGAWASANDIAN VITERBI DENGAN FIELD PROGRAMMABLE LOGIC ARRAY (FPGA) IMPLEMENTASI PENGAWASANDIAN VITERBI DENGAN FIELD PROGRAMMABLE LOGIC ARRAY (FPGA) Oleh Esha Ganesha SBW 1, Bambang Sutopo 2, Sri Suning Kusumawardani 3 1. Mahasiswa TE-UGM 2. Dosen Pembimbing 1 3Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNIK STEGANOGRAFI LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) DAN KOMPRESI UNTUK PENGAMANAN DATA PENGIRIMAN SURAT ELEKTRONIK

IMPLEMENTASI TEKNIK STEGANOGRAFI LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) DAN KOMPRESI UNTUK PENGAMANAN DATA PENGIRIMAN SURAT ELEKTRONIK IMPLEMENTASI TEKNIK STEGANOGRAFI LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) DAN KOMPRESI UNTUK PENGAMANAN DATA PENGIRIMAN SURAT ELEKTRONIK Dedi Darwis Manajemen Informatika, AMIK Teknokrat Jl. Zainal Abidin Pagar Alam,.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A SILABI FRM/FMIPA/063-00 12 Februari 2013 Fakultas : MIPA Program Studi : Matematika Mata Kuliah & Kode : Teori Persandian / SMA 349 Jumlah sks : Teori

Lebih terperinci

Tugas Teori Persandian. Step-by-Step Decoding

Tugas Teori Persandian. Step-by-Step Decoding Tugas Teori Persandian Step-by-Step Decoding Kelompok VI Okto Mukhotim 0830544029 Evy Damayanti 0830544036 Rerir Roddi A 083054404 Setiawan Hidayat 0830544046 MATEMATIKA SWADANA 2008 FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Penggunaan Pohon Huffman Sebagai Sarana Kompresi Lossless Data

Penggunaan Pohon Huffman Sebagai Sarana Kompresi Lossless Data Penggunaan Pohon Huffman Sebagai Sarana Kompresi Lossless Data Aditya Rizkiadi Chernadi - 13506049 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori pendeteksian error dan pengoreksi sandi adalah cabang dari teknik mesin dan matematika yang berhubungan dengan transmisi dan storage yang dapat dipercaya. Dalam

Lebih terperinci

Konstruksi Kode dengan Redundansi Minimum Menggunakan Huffman Coding dan Range Coding

Konstruksi Kode dengan Redundansi Minimum Menggunakan Huffman Coding dan Range Coding Konstruksi Kode dengan Redundansi Minimum Menggunakan Huffman Coding dan Range Coding Aris Feryanto (NIM: 357) Jurusan Teknik Informatika ITB, Bandung 432, email: aris_feryanto@yahoo.com Abstract Banyak

Lebih terperinci

Encoding dan Decoding Kode BCH (Bose Chaudhuri Hocquenghem) Untuk Transmisi Data

Encoding dan Decoding Kode BCH (Bose Chaudhuri Hocquenghem) Untuk Transmisi Data SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Encoding dan Decoding Kode BCH (Bose Chaudhuri Hocquenghem) Untuk Transmisi Data A-3 Luthfiana Arista 1, Atmini Dhoruri 2, Dwi Lestari 3 1,

Lebih terperinci

Desain dan Simulasi Encoder-Decoder Berbasis Angka Sembilan Untuk Transmisi Informasi Digital

Desain dan Simulasi Encoder-Decoder Berbasis Angka Sembilan Untuk Transmisi Informasi Digital Yuhanda, Desain Encoder-Decoder Berbasis Angka Sembilan Untuk Transmisi Informasi Digital 163 Desain dan Simulasi Encoder-Decoder Berbasis Angka Sembilan Untuk Transmisi Informasi Digital Bobby Yuhanda

Lebih terperinci

BAB V b SISTEM PENGOLAHAN DATA KOMPUTER (Representasi Data) "Pengantar Teknologi Informasi" 1

BAB V b SISTEM PENGOLAHAN DATA KOMPUTER (Representasi Data) Pengantar Teknologi Informasi 1 BAB V b SISTEM PENGOLAHAN DATA KOMPUTER (Representasi Data) "Pengantar Teknologi Informasi" 1 SISTEM BILANGAN Bilangan adalah representasi fisik dari data yang diamati. Bilangan dapat direpresentasikan

Lebih terperinci

SIMULASI DETEKSI BIT ERROR MENGGUNAKAN METODE HAMMING CODE BERBASIS WEB

SIMULASI DETEKSI BIT ERROR MENGGUNAKAN METODE HAMMING CODE BERBASIS WEB Jurnal Dinamika Informatika Volume 5, Nomor 2, September 2016 ISSN 1978-1660 SIMULASI DETEKSI BIT ERROR MENGGUNAKAN METODE HAMMING CODE BERBASIS WEB Rizqa Gardha Mahendra 1, Marti Widya Sari 2, Meilany

Lebih terperinci

FPGA DAN VHDL TEORI, ANTARMUKA DAN APLIKASI

FPGA DAN VHDL TEORI, ANTARMUKA DAN APLIKASI FPGA DAN VHDL TEORI, ANTARMUKA DAN APLIKASI Chapter 1 Prinsip-Prinsip Sistem Digital Ferry Wahyu Wibowo Outlines Sistem digital Persamaan dan perbedaan elektronika analog dan elektronika digital Sistem

Lebih terperinci

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan Pendahuluan Pengkodean karakter, kadang disebut penyandian karakter, terdiri dari kode yang memasangkan karakter berurutan dari suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kompresi Data Kompresi adalah mengecilkan/ memampatkan ukuran. Kompresi Data adalah teknik untuk mengecilkan data sehingga dapat diperoleh file dengan ukuran yang lebih kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone,

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone, BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Sekarang ini teknologi untuk berkomunikasi sangatlah mudah. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone, internet, dan berbagai macam peralatan

Lebih terperinci

PERCOBAAN IV Komunikasi Data MODEM

PERCOBAAN IV Komunikasi Data MODEM PERCOBAAN IV Komunikasi Data MODEM 1. TUJUAN Setelah melaksanakan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu : Melakukan koneksi antar 2 PC menggunakan dial up modem untuk kirim dan terima karakter dan file

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan digital watermarking. Watermarking bekerja dengan menyisipkan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan digital watermarking. Watermarking bekerja dengan menyisipkan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkembangan teknologi digital serta internet yang cukup pesat telah memberi kemudahan dalam mengakses dan mendistribusikan berbagai informasi dalam format digital,

Lebih terperinci

BAB III METODE KOMPRESI HUFFMAN DAN DYNAMIC MARKOV COMPRESSION. Kompresi ialah proses pengubahan sekumpulan data menjadi suatu bentuk kode

BAB III METODE KOMPRESI HUFFMAN DAN DYNAMIC MARKOV COMPRESSION. Kompresi ialah proses pengubahan sekumpulan data menjadi suatu bentuk kode BAB III METODE KOMPRESI HUFFMAN DAN DYNAMIC MARKOV COMPRESSION 3.1 Kompresi Data Definisi 3.1 Kompresi ialah proses pengubahan sekumpulan data menjadi suatu bentuk kode untuk menghemat kebutuhan tempat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI Pada Tugas Akhir ini akan dianalisis sistem Direct Sequence CDMA dengan menggunakan kode penebar yang berbeda-beda dengan simulasi menggunakan program Matlab. Oleh

Lebih terperinci

Kode Huffman dan Penggunaannya dalam Kompresi SMS

Kode Huffman dan Penggunaannya dalam Kompresi SMS Kode Huffman dan Penggunaannya dalam Kompresi SMS A. Thoriq Abrowi Bastari (13508025) Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung email: if18025@students.itb.ac.id ABSTRAK Dalam makalah ini, akan dibahas

Lebih terperinci

JURNAL IT STMIK HANDAYANI

JURNAL IT STMIK HANDAYANI VOLUME 5, DESEMBER 04 Sitti Zuhriyah Sistem Komputer, STMIK Handayani Makassar zuhriyahsompa@yahoo.com Abstrak Di dalam dunia komputer, semua informasi, baik berupa tulisan, gambar ataupun suara semuanya

Lebih terperinci

Penggunaan Logika Even Parity pada Beberapa Error Correction Code Terutama pada Hamming Code

Penggunaan Logika Even Parity pada Beberapa Error Correction Code Terutama pada Hamming Code Penggunaan Logika Even Parity pada Beberapa Error Correction Code Terutama pada Hamming Code Kevin Tirtawinata NIM 13507097 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institute

Lebih terperinci

Sistem Bilangan dan Pengkodean -2-

Sistem Bilangan dan Pengkodean -2- Sistem Digital Sistem Bilangan dan Pengkodean -2- Missa Lamsani Hal 1 Sistem Bilangan Bilangan Decimal Bilangan Biner Decimal -> biner Aritmatika Binar Komplemen 1 dan 2 Sign Bit Operasi aritmatik dengan

Lebih terperinci

Penyandian (Encoding) dan Penguraian Sandi (Decoding) Menggunakan Huffman Coding

Penyandian (Encoding) dan Penguraian Sandi (Decoding) Menggunakan Huffman Coding Penyandian (Encoding) dan Penguraian Sandi (Decoding) Menggunakan Huffman Coding Nama : Irwan Kurniawan NIM : 135 06 090 1) Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10,

Lebih terperinci

KODE HUFFMAN UNTUK KOMPRESI PESAN

KODE HUFFMAN UNTUK KOMPRESI PESAN Techno.COM, Vol. 2, No. 2, Mei 23: 7-26 KODE HUFFMAN UNTUK KOMPRESI PESAN Erna Zuni Astuti, Erwin Yudi Hidayat 2,2 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang BAB II KAJIAN TEORI Pada Bab II ini berisi kajian teori. Di bab ini akan dijelaskan beberapa definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang mendasari teori kode BCH. A. Grup

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIT ERROR RATE KODE REED-SOLOMON DENGAN KODE BOSE-CHAUDHURI-HOCQUENGHEM MENGGUNAKAN MODULASI 32-FSK

PERBANDINGAN BIT ERROR RATE KODE REED-SOLOMON DENGAN KODE BOSE-CHAUDHURI-HOCQUENGHEM MENGGUNAKAN MODULASI 32-FSK PERBANDINGAN BIT ERROR RATE KODE REED-SOLOMON DENGAN KODE BOSE-CHAUDHURI-HOCQUENGHEM MENGGUNAKAN MODULASI 3-FSK Eva Yovita Dwi Utami*, Liang Arta Saelau dan Andreas A. Febrianto Program Studi Teknik Elektro,

Lebih terperinci

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Convolutional Coding

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Convolutional Coding TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Convolutional Coding S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom Oleh: Linda Meylani Agus D. Prasetyo Tujuan Pembelajaran Memahami proses encoding dan

Lebih terperinci

Implementasi Encoder dan Decoder BCH Menggunakan DSK TMS320C6416T

Implementasi Encoder dan Decoder BCH Menggunakan DSK TMS320C6416T JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Implementasi Encoder dan Decoder BCH Menggunakan DSK TMS320C6416T Mohammad Sutarto, Dr. Ir. Suwadi, MT 1), Ir. Titiek Suryani, MT. 2) Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Kompresi Data dengan Algoritma Huffman dan Perbandingannya dengan Algoritma LZW dan DMC

Kompresi Data dengan Algoritma Huffman dan Perbandingannya dengan Algoritma LZW dan DMC Kompresi Data dengan Algoritma Huffman dan Perbandingannya dengan Algoritma LZW dan DMC Roy Indra Haryanto - 13508026 Fakultas Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Program Studi Teknik Informatika Institut

Lebih terperinci

BAB 3 MEKANISME PENGKODEAAN CONCATENATED VITERBI/REED-SOLOMON DAN TURBO

BAB 3 MEKANISME PENGKODEAAN CONCATENATED VITERBI/REED-SOLOMON DAN TURBO BAB 3 MEKANISME PENGKODEAAN CONCATENATED VITERBI/REED-SOLOMON DAN TURBO Untuk proteksi terhadap kesalahan dalam transmisi, pada sinyal digital ditambahkan bit bit redundant untuk mendeteksi kesalahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan, telah memaksa mereka

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan, telah memaksa mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan, telah memaksa mereka untuk senantiasa terus melakukan transformasi menciptakan suatu tatanan kehidupan

Lebih terperinci

Implementasi Encoder dan Decoder BCH Menggunakan DSK TMS320C6416T

Implementasi Encoder dan Decoder BCH Menggunakan DSK TMS320C6416T JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-29 Implementasi Encoder dan Decoder BCH Menggunakan DSK TMS320C6416T Mohammad Sutarto, Dr. Ir. Suwadi, MT 1), Ir. Titiek Suryani,

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 13 Kompresi Citra. Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 13 Kompresi Citra. Indah Susilawati, S.T., M.Eng. TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Kuliah 13 Kompresi Citra Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Informatika/Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2015 KULIAH

Lebih terperinci

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP JURNAL TEKNIK ITS Vol., No. 1, (215) ISSN: 2337539 (231-9271 Print) A Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP Desrina Elvia,

Lebih terperinci

Rangkaian ALU (Arithmetic and Logic Unit) yang digunakan untuk menjumlahkan bilangan dinamakan dengan Adder. Adder juga sering disebut rangkaian

Rangkaian ALU (Arithmetic and Logic Unit) yang digunakan untuk menjumlahkan bilangan dinamakan dengan Adder. Adder juga sering disebut rangkaian Rangkaian ALU (Arithmetic and Logic Unit) yang digunakan untuk menjumlahkan bilangan dinamakan dengan Adder. Adder juga sering disebut rangkaian kombinasional aritmetika Ada 3 jenis Adder : Rangkaian Adder

Lebih terperinci

STUDI ALGORITMA ADLER, CRC, FLETCHER DAN IMPLEMENTASI PADA MAC

STUDI ALGORITMA ADLER, CRC, FLETCHER DAN IMPLEMENTASI PADA MAC STUDI ALGORITMA ADLER, CRC, FLETCHER DAN IMPLEMENTASI PADA MAC Andi Setiawan NIM : 13506080 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail : if16080@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Simulasi ARQ dan FEC Terhadap Kualitas Koneksi Data

Simulasi ARQ dan FEC Terhadap Kualitas Koneksi Data Tugas Kuliah ET6285 Keandalan & Kualitas Jaringan Telekomunikasi Simulasi ARQ dan FEC Terhadap Kualitas Koneksi Data M Reza Kahar Aziz (23210044) Dosen: Sigit Haryadi Progam Studi Magister Teknik Elektro,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT

LAMPIRAN PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT LAMPIRAN PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT Simulator modulasi digital menggunakan perangkat lunak Matlab ini akan menampilkan hasil proses modulasi dan demodulasi, mulai dari isyarat masukan, isyarat pembawa, isyarat

Lebih terperinci

Masalah Timing (pewaktu) memerlukan suatu mekanisme untuk mensinkronkan transmitter dan receiver Dua solusi. Asinkron Sinkron

Masalah Timing (pewaktu) memerlukan suatu mekanisme untuk mensinkronkan transmitter dan receiver Dua solusi. Asinkron Sinkron TEKNIK KOMUNIKASI DATA DIGITAL Masalah Timing (pewaktu) memerlukan suatu mekanisme untuk mensinkronkan transmitter dan receiver Dua solusi Asinkron Sinkron Data ditransmisikan dengan character pada satu

Lebih terperinci

METODE HAMMING PENDAHULUAN. By Galih Pranowo ing

METODE HAMMING PENDAHULUAN. By Galih Pranowo  ing METODE HAMMING By Galih Pranowo Emailing ga_pra_27@yahoo.co.id PENDAHULUAN Dalam era kemajuan teknologi komunikasi digital, maka persoalan yang utama adalah bagaimana menyandikan isyarat analog menjadi

Lebih terperinci

ENKRIPSI CITRA BITMAP MELALUI SUBSTITUSI WARNA MENGGUNAKAN VIGENERE CIPHER

ENKRIPSI CITRA BITMAP MELALUI SUBSTITUSI WARNA MENGGUNAKAN VIGENERE CIPHER ENKRIPSI CITRA BITMAP MELALUI SUBSTITUSI WARNA MENGGUNAKAN VIGENERE CIPHER Arifin Luthfi P - 13508050 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

Penggunaan Software Multimedia Logic Untuk Mengecek Kebenaran Rangkaian Logika Berdasarkan Peta Karnough

Penggunaan Software Multimedia Logic Untuk Mengecek Kebenaran Rangkaian Logika Berdasarkan Peta Karnough Penggunaan Software Multimedia Logic Untuk Mengecek Kebenaran Rangkaian Logika Berdasarkan Peta Karnough Oleh : Akik Hidayat Jurusan Matematika FMIPA UNPAD Abstrak Arithmetic and Logic Unit (ALU) merupakan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, teknologi semakin berkembang pesat. Diawali dengan adanya komunikasi analog yang kemudian secara bertahap berubah menjadi komunikasi digital. Komunikasi

Lebih terperinci