BAB III PERANCANGAN. Tampilan simulator penyandian dan pengawasandian terdiri dari menu utama dan 10 jenis penyandian yang terpisah tiap GUI-nya.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERANCANGAN. Tampilan simulator penyandian dan pengawasandian terdiri dari menu utama dan 10 jenis penyandian yang terpisah tiap GUI-nya."

Transkripsi

1 34 BAB III PERANCANGAN 3.1. Perancangan Tampilan simulator ini dibuat dengan menggunakan GUI (Graphical User Interface), supaya sistem yang dirancang terlihat lebih menarik dan mudah untuk dioperasikan. Tampilan simulator penyandian dan pengawasandian terdiri dari menu utama dan 10 jenis penyandian yang terpisah tiap GUI-nya. Setelah program dijalankan maka akan keluar tampilan menu utama yang berisi pilihan penyandian dan pengawasandian yang akan dipilih. Terdapat 10 jenis penyandian dan pengawasandian yaitu Huffman Code, Arithmetic Code,Parity Check Code, Longitudinal Redudancy Code,Cyclic Redundacy Check Code, Checksum Code, Bose Chaudhuri Hocqueqhem Code, Hamming Code, Reed Salomon Code, dan Convolution Code seperti pada Gambar 3.1. Gambar 3.1.Tampilan Utama Simulator Penyandian dan Pengawasandian.

2 Simulator Penyandaian dan Pengawasandian Huffman Code Tampilan simulator penyandian dan pengawasandian Huffman Code ditunjukkan pada Gambar 3.2. Gambar 3.2. Tampilan Simulator Penyandian dan Pengawasandian Huffman Code. Penyandian Huffman Code menggunakan probabilitas tiap karakter, yang kemudian diurutkan dari yang paling besar ke yang paling kecil, lalu dibuat diagram pohon Huffman. Probabilitas karakter paling kecil dan probabilitas karakter yang terkecil kedua dijumlahkan kemudian dibandingkan dengan probabilitas karakter yang lain. Selanjutnya diurutkan kembali kemudian diberi kode 1 untuk bagian atas dan kode 0 untuk bagian bawah. Program Visual C# untuk Huffman Code adalah sebagai berikut. // cara mengambil karakter yang sama string a = textboxinputanhuffmancode.text; char[] d = new char[100]; int j = 0; int temp1 = 0; for (int i = 0; i < a.length; i++)

3 36 for (int k = 0; k <= j; k++) if (a[i]!= d[k]) temp1++; if (temp1 == j + 1) d[j] = a[i]; j++; temp1 = 0; % cara mengambil jumlah angka tiap karakter int[] jumlah = new int[100]; int h = 0; for (int i = 0; i < j; i++) for (int k = 0; k < a.length; k++) if (d[i] == a[k]) jumlah[h]++; h++; % cara mencari probabilitas tiap karakter float[] prob = new float[100]; for (int i = 0; i < j; i++) prob[i] = (float)jumlah[i] / a.length; % cara mengurutkan jumlah dari paling kecil ke besar float[] temp3=new float[100]; for (int i = 0; i < j; i++) for (int k = 0; k < j; k++) if (prob[k] > prob[i]) temp3[0] = prob[k]; prob[k] = prob[i]; prob[i] = temp3[0]; % cara membuat pohon huffman float[] prob2=new float[100]; float[] prob3 = new float[100]; prob2[0] = prob[0] + prob[1]; for (int i = 2; i < j; i++) prob2[i - 1] = prob[i]; int[] flag = new int[100]; for (int k = 2; k <= j; k++) for (int i = 2; i < j; i++)

4 37 if (prob2[i - 2] >= prob2[i-1]) flag[k] += 1; temp3[0] = prob2[i-1]; prob2[i - 1] = prob2[i - 2]; prob2[i - 2] = temp3[0]; else prob2[i - 1] = prob2[i-1]; Pada Program, a merupakan masukan dalam bentuk string. Dan a.length merupakan fungsi untuk mencari jumlah karakter yang ditulis Simulator Penyandian dan Pengawasandian Arithmetic Code Gambar 3.3 menunjukkan tampilan simulator penyandian dan pengawasandian Arithmetic Code. Gambar 3.3.Tampilan Simulator Penyandian dan Pengawasandian Arithmetic Code. Penyandian Arithmetic Code menggunakan probabilitas tiap karakter yang dibuat interval dari 0 sampai 1, lalu dibuat diagram Arithmetic Code berdasarkan masukan karakter pertama sampai karakter yang terakhir.

5 38 Dari diagram Arithmetic Code, dibuat tabel penyandiannya, lalu bisa diawasandikan kembali. Program Visual C# untuk Arithmetic Code adalah sebagai berikut. //Cara membuat range dalam Arithmetic Code float[] range0 = new float[100]; float[] high = new float[100]; float[] low = new float[100]; range0[0]=0; for (int i = 1; i <= j; i++) range0[i] += range0[i - 1]; high[i - 1] = range0[i]; low[i - 1] = range0[i - 1]; range0[i] += prob[i - 1]; // Algoritma membuat diagram Arithmetic Code double[] hasil = new double[100]; double[] hasil2 = new double[100]; double[] hasil3 = new double[100]; double[] range1 = new double[100]; double[] range2 = new double[100]; range1[0] = high[1]-low[0]; int[] flag = new int[100]; int n = 0; double[] high1 = new double[100]; double[] low1 = new double[100]; double[] selisih = new double[100]; int satu = 1; hasil[1] = range0[1]; hasil[0] = range0[0]; for (int k = 0; k < a.length; k++) for (int i = 0; i <= j; i++) if (a[k] == d[i]) n = i; range1[n] = hasil[n + 1] hasil[n]; range1[n] = Math.Round(range1[n], belakangkoma); hasil[0] = hasil[n]; high1[k] = hasil[n + 1]; low1[k] = hasil[n]; selisih[k] = high1[k] low1[k]; for (int i = 1; i <= j; i++) hasil[i] = range1[n] * prob[i 1] + hasil[i 1]; hasil[i] = Math.Round(hasil[i], belakangkoma); // Cara pengawasandian Arithmetic Code

6 39 >= int n1 = 0; for (int k = 1; k < a.length; k++) for (int i = 1; i <= j; i++) if (hasildecode[k 1] <= range0[i] && hasildecode[k 1] range0[i 1] ) n1 = i; pembilang[k] = hasildecode[k 1] range0[n1 1]; penyebut[k] = range0[n1] range0[n1 1]; hasildecode[k]= ((hasildecode[k-1]-range0[n1-1])/(range0[n1]- range0[n1-1])); hasildecode[k] = Math.Round(hasilDecode[k], belakangkoma); penyebut[k] = Math.Round(penyebut[k], belakangkoma); pembilang[k] = Math.Round(pembilang[k], belakangkoma); Simulator Penyandian dan Pengawasandian Parity Check Code Tampilan simulator penyandian dan pengawasandian Parity Check Code ditunjukkan pada Gambar 3.4. Gambar 3.4.Tampilan Simulator Penyandian dan Pengawasandian Parity Check Code. Penyandian Parity Check Code menggunakan bit biner. Kata masukan akan diubah menjadi kode ASCII dahulu, kemudian kode ASCII diubah menjadi kode biner dengan cara menghitung angka 1 nya.

7 40 Parity Check Code dibagi 2 yaitu Paritas Genap dan Paritas Gasal. Jika menggunakan Paritas Genap, dan jumlah angka 1 nya genap misal 10, maka bit paritasnya 0. Jika menggunakan Paritas Genap, dan jumlah angka 1 nya genap misal 11, maka bit paritynya 1. Paritas Gasal merupakan kebalikan Paritas Genap. Program Visual C# untuk Parity Check Code adalah sebagai berikut. // proteksi untuk memilih paritas genap atau paritas gasal if (checkboxgenap.checked == true) flaggenap = 1; else if (checkboxgasal.checked == true) flaggenap = 0; else MessageBox.Show( silahkan pilih parity genap atau ganjil dahulu ); return; // cara mencari jumlah angka 1 setelah masukan diubah menjadi biner. databinerparitycheckcode = textboxbinerparitycheckcode.text; int panjangdatabiner = databinerparitycheckcode.length; int jumlahsatu = 0; for (int i = 0; i < panjangdatabiner; i++) if (databinerparitycheckcode[i] == 1 ) jumlahsatu++; // cara mendapatkan bit parity int bitparity = jumlahsatu % 2; if (flaggenap == 1) textboxbitparity.text = bitparity.tostring(); else if (bitparity == 1) bitparity = 0; else bitparity = 1; textboxbitparity.text = bitparity.tostring();

8 Simulator Penyandian dan Pengawasandian Longitudinal Redundancy Check Tampilan simulator penyandian dan pengawasandian Longitudinal Redundancy Check Code ditunjukkan pada Gambar 3.5. Gambar 3.5.Tampilan Simulator Penyandian dan Pengawasandian Longitudinal Redundancy Check. Penyandian Longitudinal Redundancy Check menggunakan bit biner. Kata masukan akan diubah menjadi kode ASCII dahulu, kemudian kode ASCII diubah menjadi kode biner. Longitudinal Redundancy Check dibuat dengan cara setiap karakter yang telah dijadikan biner dijumlahkan dimodulo 2 dengan setiap karakter yang lain, tetapi dengan urutan bit yang sama. Selanjutnya akan didapat hasil LRCnya. Program Visual C# untuk Parity Check Code adalah sebagai berikut. // cara membuat setiap karakter diubah menjadi 8 bit biner. int[] jumlahbinerperkarakter = new int[100]; int[] kurang=new int[100]; string[] tambahnol = new string[100]; for (int i = 0; i < a.length; i++)

9 42 tambahnol[i]=""; for (int i = 0; i < a.length; i++) jumlahbinerperkarakter[i] = c1[i].length; if (jumlahbinerperkarakter[i] < 8) kurang[i] = 8 - jumlahbinerperkarakter[i]; for (int k = 0; k < kurang[i]; k++) tambahnol[i] += "0"; string[] c2 = new string[100]; for (int i = 0; i < a.length; i++) c2[i] += tambahnol[i]; c2[i]+=c1[i]; // Cara mencari LRCnya for (int i = 0; i < 8; i++) for (int k = 0; k < j; k++) if (c2[k][i] == '1') flag += 1; if (flag % 2 == 0) hasillcr[i] = '0'; else hasillcr[i] = '1'; flag = 0;

10 Simulator Penyandian dan Pengawasandian Cyclic Redundancy Code Tampilan simulator penyandian dan pengawasandian Cyclic Redundancy Code ditunjukkan pada Gambar 3.6. Gambar 3.6.Tampilan Simulator Penyandian dan Pengawasandian Cyclic Redundancy Code. Penyandian Cyclic Redundancy Code menggunakan bit biner. Kata masukan akan diubah menjadi kode ASCII dahulu, kemudian kode ASCII diubah menjadi kode biner. Cyclic Redundancy Code menggunakan pembagi untuk mendapatkan sisa CRCnya. CRC ini menggunakan pembagian biner. Program Visual C# untuk Cyclic Redundancy Code adalah sebagai berikut. // Cara algoritma mencari sisa CRC string satu = "1"; string nol = "0"; int databinertanpatitik = databiner[0].length; string[] pengurang = new string[100]; string[] pengurang2 = new string[100];

11 44 int panjangpembagi = textboxpembagidata.text.length; char[] temp = new char[100]; string[] hasilcheck1 = new string[100]; string[] hasilcheck2 = new string[100]; for (int j = 0; j < databinertanpatitik; j++) for (int i = 1; i < panjangpembagi; i++) if (pengurang[j][i] == '0' && hasilcheck1[j][i] == '0') hasilcheck1[j + 1] += '0'; else if (pengurang[j][i] == '1' && hasilcheck1[j][i] == '1') hasilcheck1[j + 1] += '0'; else if ((pengurang[j][i] == '1' && hasilcheck1[j][i] == '0') (pengurang[j][i] == '0' && hasilcheck1[j][i] == '1')) hasilcheck1[j + 1] += '1'; hasilcheck1[j + 1] += temp[panjangpembagi + j]; if (hasilcheck1[j + 1][0] == '1') textboxhasilbagicrc.appendtext(satu); pengurang[j + 1] = textboxpembagidata.text; else if (j < databinertanpatitik - 1) textboxhasilbagicrc.appendtext(nol); for (int k = 0; k < panjangpembagi; k++) pengurang[j + 1] += '0';

12 Simulator Penyandian dan Pengawasandian Checksum Code Tampilan simulator penyandian dan pengawasandian Checksum Code ditunjukkan pada Gambar 3.7. Gambar 3.7.Tampilan Penyandian dan Pengawasandian Checksum Code. Penyandian Checksum Code menggunakan bit biner. Kata masukan akan diubah menjadi kode ASCII dahulu, kemudian kode ASCII diubah menjadi kode biner. Data biner Checksum Code dibagi 2 bagian. Misal jumlah data binernya 16 maka dibagi 2, masing-masing 8 bit. Kemudian kedua bagian dijumlahkan. Hasil penjumlahan dikomplemen untuk mendapatkan hasil checksumnya. Program Visual C# untuk Checksum Code adalah sebagai berikut. //Cara algoritma checksum code dari sebuah data int tengah=databinertanpatitik-1; int flag = 0,flag1=0; char[] hasiljumlah=new char[100]; for (int i = (databinertanpatitik / 2)-1; i >=0; i--) if (temp[i] == '0' && temp[tengah] == '0') if (flag==0 && flag1==0)hasiljumlah[i] = '0'; else if (flag == 1 flag1==1) hasiljumlah[i] = '1';

13 46 '0' && 0; flag = 0; flag1 = 0; else if ( temp[i] == '1' && temp[tengah] == '1') if(flag==0 && flag1==0) hasiljumlah[i] = '0'; if (flag == 1 flag1==1) hasiljumlah[i] = '1'; flag = 1; else if ((temp[i] == '1' && temp[tengah] == '0') temp[i] == temp[tengah] == '1') if (flag == 0 && flag1 == 0) hasiljumlah[i] = '1'; flag1 = else if (flag == 1 flag1==1) flag1 = 1; hasiljumlah[i] = '0'; tengah--; Simulator Penyandian dan Pengawasandian Hamming Code Gambar 3.8 menujukkan Tampilan Menu Penyandian dan Pengawasandian Hamming Code, sedangkan Gambar 3.9 menunjukkan tampilan penyandian dan pengawasandian Hamming Code dalam 1 baris, dan Gambar 3.10 menunjukkan tampilan penyandian dan pengawasandian Hamming Code tiap karakter. Gambar 3.8.Tampilan Menu Penyandian dan Pengawasandian Hamming Code.

14 47 Gambar 3.9.Tampilan Penyandian dan Pengawasandian Hamming Code dalam 1 Baris. Gambar 3.10.Tampilan Penyandian dan Pengawasandian Hamming Code tiap Karakter. Penyandian Hamming Code merupakan penyandian Block Code yang mempunyai keakuratan cukup baik. Hamming Code merupakan penyandian Error Control Code yang mampu mendeteksi dan mengoreksi data jika terjadi kesalahan. Kata masukan akan diubah menjadi biner dengan cara kata masukan dibuat menjadi kode ASCII dahulu, kemudian kode ASCII diubah menjadi kode biner.

15 48 Hamming Code juga menggunakan bit tambahan yaitu tambahan bit ke 1,2,4,8,16,dan seterusnya tergantung pada jumlah jumlah bit masukan. Program Visual C# untuk Hamming Code adalah sebagai berikut. // Cara membuat Hamming Code for (int i = panjangdata-1; i >= 0;i--) if (x == z) z *= 2; i++; data[x] = 'x'; x++; flag++; else data[x] = databiner[0][i]; x++; // Cara algoritma membuat hamming Code int[] flag1 = new int[100]; //0,flag2=0,flag3=0; int tanda2=0; int y = 2; int tanda4 = 0; int tanda8 = 0; int tanda16 = 0; y = 2; int g1 = 4; int g2 = 8; int g3 = 16; for (int i = 0; i < panjangdata + flag + 1; i++) if (i % 2 == 1) if (data[i] == '1') flag1[1]++; if (i == y) if (data[i] == '1') flag1[2]++; if (tanda2 % 2 == 0) y += 1; else y += 3; tanda2++; if(i==g1) if (data[i] == '1') flag1[3]++; tanda4++; if (tanda4 % 4 == 0) g1 += 5; else g1++; if(i==g2) if (data[i] == '1') flag1[4]++; tanda8++; if (tanda8 % 8 == 0) g2 += 9; else g2++;

16 49 if (i == g3) if (data[i] == '1') flag1[5]++; tanda16++; if (tanda16 % 16 == 0) g3 += 17; else g3++; int x1 = 1; for (int i = 1; i <= flag; i++) if (flag1[i] % 2 == 0) data[x1] = '0'; else data[x1] = '1'; x1 *= 2; Simulator Penyandian dan Pengawasandian BCH Code Tampilan simulator penyandian dan pengawasandian BCH Code ditunjukkan pada Gambar Gambar 3.11.Tampilan Penyandian dan Pengawasandian BCH Code. Bose Chaudhuri Hocqueqhem Code (BCH Code) merupakan subkelas penyandian siklik (Cyclic Code) yang menawarkan pemilihan parameter, yaitu

17 50 panjang blok dan laju kode. Bose Chaudhuri Hocqueqhem Code (BCH Code) merupakan penyandian Error Control Code yang mampu mendeteksi dan mengoreksi data jika terjadi kesalahan. Dalam simulator ini menggunakan masukan berupa 1 karakter yang berisi 7 bit. dengan jumlah kesalahan 1. for (int i = 0; i < q.length; i++) if (q[i] == '1') hasil=i; if (hasil == 0) textboxmasukanbch.appendtext("1"); else textboxmasukanbch.appendtext("x^" + hasil.tostring()); tanda += 1; if (tanda < jumlahtambah) textboxmasukanbch.appendtext("+"); Simulator Penyandian dan Pengawasandian Convolution Code Tampilan simulator penyandian dan pengawasandian Convolution Code ditunjukkan pada Gambar G a m b a r Tampilan Penyandian dan Pengawasandian Convolution Code

18 51 Convolution Code merupakan jenis penyandian yang sering dipakai untuk berbagai aplikasi, terutama pada pengiriman data. Seperti pengiriman data untuk video digital, radio, komunikasi bergerak, dan komunikasisatelit.convolution Code juga termasuk dari penyandian Error Control Code. pada Bab 4. Dalam simulator ini memakai sistem s1 dan s2 saja yang akan dijelaskan string A = "00"; string B = "10"; string C = "11"; string D = "01"; string code=""; string next=""; string present; present = A; for (int i = 0; i < panjangdata; i++) if (present == A) if (data[i] == '1') next = B; code = "11"; else if (data[i] == '0') next = A; code = "00"; else if (present == B) if (data[i] == '1') next = D; code = "01"; else if (data[i] == '0') next = C; code = "10"; else if (present == C) if (data[i] == '1') next = B; code = "00"; else if (data[i] == '0') next = A; code = "11";

19 52 else if (present == D) if (data[i] == '1') next = D; code = "11"; else if (data[i] == '0') next = C; code = "01"; present = next; textbox1.appendtext(code + " "); Simulator Penyandian dan Pengawasandian Reed Salomon Code Tampilan simulator penyandian dan pengawasandian Convolution Code ditunjukkan pada Gambar Tampilan Penyandian dan Pengawasandian RS Code. Reed Salomon Code juga merupakan subkelas penyandian Block Code yang mempunyai cara kerja multibit. Reed Salomon Code juga merupakan

20 53 penyandian Error Control Code yang mampu mendeteksi dan mengoreksi data jika terjadi kesalahan. Pada simulator ini memakai contoh yang sudah tetap karena kode ini cukup sulit baik dalam proses penyandian maupun pengawasandian, sehingga masukan tidak bisa sesuai masukan pengguna simulator. 3.2 Program Pembangkit Error dan Program Konversi Kata Masukan menjadi Biner Program pembangkit error disini digunakan untuk membangkitkan error secara acak pada bit data yang diterima. Sehingga data yang dikirim dan data yang diterima tidak sama. Program pembangkit error dituliskan sebagai berikut. // cara membuat error int[] biterror = new int[100]; Random random = new Random(); biterror[0] = random.next(panjangdatabiner - 1); tanda = 0; for (int i = 1; i < jumlahbiterror; i++) biterror[i] = random.next(panjangdatabiner - 1); for (int i = 1; i < jumlahbiterror; i++) tanda = 0; for (int O = 0; O < i; O++) biterror[i] = random.next(panjangdatabiner - 1); if (biterror[i] == biterror[o] biterror[i] == 0 temp[biterror[i]] == '.') tanda = 1; if (tanda == 1) i -= 1; int bitparityerror = 0; char[] temp = new char[100]; for (int i = 0; i < panjangdatabiner; i++) temp[i] = databinerparitycheckcode[i]; for (int i = 0; i < jumlahbiterror; i++) if (temp[biterror[i]] == '1') temp[biterror[i]] = '0'; else if (temp[biterror[i]] == '0')

21 54 temp[biterror[i]] = '1'; Program pengkonversi kata masukan menjadi deretan biner adalah sebagai berikut. // cara kata masukkan menjadi biner string[] c1 = new string[100]; string databinerparitycheckcode; int[] b = new int[100]; for (int i = 0; i < a.length; i++) b[i] = Convert.ToInt32(a[i]); c1[i] = Convert.ToString(b[i], 2); 3.3 Pedoman Penggunaan Simulator Penyandian dan Pengawasandian Pedoman penggunaan simulator merupakan sebuah pedoman yang digunakan untuk memandu langkah-langkah pengguna simulasi penyandian dan pengawasandian, hal ini disertakan pada lampiran.

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS 55 BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1. Hasil Pengujian dan Analisisnya 4.1.2. Huffman Code 56 (c) Gambar 4.1.. Probabilitas tiap Karakter;. Diagram Pohon Huffman Code; (c).penghitungan Huffman Code

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGGUNAAN SIMULATOR PENYANDIAN DAN PENGAWASANDIAN SISTEM KOMUNIKASI BERBASIS PERANGKAT LUNAK VISUAL C#

PEDOMAN PENGGUNAAN SIMULATOR PENYANDIAN DAN PENGAWASANDIAN SISTEM KOMUNIKASI BERBASIS PERANGKAT LUNAK VISUAL C# PEDOMAN PENGGUNAAN SIMULATOR PENYANDIAN DAN PENGAWASANDIAN SISTEM KOMUNIKASI BERBASIS PERANGKAT LUNAK VISUAL C# Simulator penyandian dan pengawasandian ini dirancang untuk meyimulasikan 10 jenis penyandian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 7. Menuliskan kode karakter dimulai dari level paling atas sampai level paling bawah.

BAB II DASAR TEORI. 7. Menuliskan kode karakter dimulai dari level paling atas sampai level paling bawah. 4 BAB II DASAR TEORI 2.1. Huffman Code Algoritma Huffman menggunakan prinsip penyandian yang mirip dengan kode Morse, yaitu tiap karakter (simbol) disandikan dengan rangkaian bit. Karakter yang sering

Lebih terperinci

RANGKUMAN TEKNIK KOMUNIKASI DATA DIGITAL

RANGKUMAN TEKNIK KOMUNIKASI DATA DIGITAL RANGKUMAN TEKNIK KOMUNIKASI DATA DIGITAL DISUSUN OLEH : AHMAD DHANIZAR JUHARI (C5525) SEKOLAH TINGGI MANAGEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK PALANGKARAYA TAHUN 22 TEKNIK KOMUNIKASI DATA DIGITAL Salah

Lebih terperinci

ERROR DETECTION. Parity Check (Vertical Redudancy Check) Longitudinal Redudancy Check Cyclic Redudancy Check Checksum. Budhi Irawan, S.Si, M.

ERROR DETECTION. Parity Check (Vertical Redudancy Check) Longitudinal Redudancy Check Cyclic Redudancy Check Checksum. Budhi Irawan, S.Si, M. ERROR DETECTION Parity Check (Vertical Redudancy Check) Longitudinal Redudancy Check Cyclic Redudancy Check Checksum Budhi Irawan, S.Si, M.T Transmisi Data Pengiriman sebuah informasi akan berjalan lancar

Lebih terperinci

Deteksi & Koreksi Kesalahan

Deteksi & Koreksi Kesalahan Deteksi & Koreksi Kesalahan Pendahuluan Tujuan dalam komunikasi : data benar dan utuh Masalah : Bit dapat terjadi kerusakan Penyebab : Korupnya data ketika ditransmisikan Thermal Noise Crosstalk (hub elektikal

Lebih terperinci

Deteksi dan Koreksi Error

Deteksi dan Koreksi Error BAB 10 Deteksi dan Koreksi Error Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca memperoleh wawasan tentang: beberapa jenis kesalahan (error); teknik deteksi error; teknik memperbaiki error. 2 Deteksi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, sehingga penggunaan komputer sebagai media komunikasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, sehingga penggunaan komputer sebagai media komunikasi bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan di bidang telekomunikasi menunjukkan grafik yang sangat pesat, sehingga penggunaan komputer sebagai media komunikasi bagi perusahaan untuk

Lebih terperinci

KOREKSI KESALAHAN. Jumlah bit informasi = 2 k -k-1, dimana k adalah jumlah bit ceknya. a. KODE HAMMING

KOREKSI KESALAHAN. Jumlah bit informasi = 2 k -k-1, dimana k adalah jumlah bit ceknya. a. KODE HAMMING KOREKSI KESALAHAN a. KODE HAMMING Kode Hamming merupakan kode non-trivial untuk koreksi kesalahan yang pertama kali diperkenalkan. Kode ini dan variasinya telah lama digunakan untuk control kesalahan pada

Lebih terperinci

Deteksi dan Koreksi Error

Deteksi dan Koreksi Error Bab 10 Deteksi dan Koreksi Error Bab ini membahas mengenai cara-cara untuk melakukan deteksi dan koreksi error. Data dapat rusak selama transmisi. Jadi untuk komunikasi yang reliabel, error harus dideteksi

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI DETEKSI BIT CHECK IN ERROR PADA TRANSMISI DATA TEXT DENGAN SINGLE ERROR CORRECTION MENGGUNAKAN ALGORITMA HAMMING CODE

PERANCANGAN APLIKASI DETEKSI BIT CHECK IN ERROR PADA TRANSMISI DATA TEXT DENGAN SINGLE ERROR CORRECTION MENGGUNAKAN ALGORITMA HAMMING CODE PERANCANGAN APLIKASI DETEKSI BIT CHECK IN ERROR PADA TRANSMISI DATA TEXT DENGAN SINGLE ERROR CORRECTION MENGGUNAKAN ALGORITMA HAMMING CODE Dedi Pariaman Deri (1011857) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modulation. Channel. Demodulation. Gambar 1.1. Diagram Kotak Sistem Komunikasi Digital [1].

BAB I PENDAHULUAN. Modulation. Channel. Demodulation. Gambar 1.1. Diagram Kotak Sistem Komunikasi Digital [1]. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Meneliti dan menganalisis Turbo Convolutional Coding dan Turbo Block Coding dalam hal (BER) Bit Error Rate sebagai fungsi Eb/No. 1.2. Latar Belakang Dalam sistem komunikasi

Lebih terperinci

DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB V DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN

DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB V DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB V DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN IF Pengertian Kesalahan Ketika melakukan pentransmisian data seringkali kita menjumpai data yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan

Lebih terperinci

Serial Communication II

Serial Communication II Serial Communication II Yunifa Miftachul Arif S.ST., M.T Asynchronous Sederhana dan murah tetapi memerlukan tambahan 2 sampai 3 bit per karakter untuk synchronisasi. Persentase tambahan dapat dikurangi

Lebih terperinci

DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN

DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN 1. DETEKSI KESALAHAN Pengiriman informasi yang menggunakan sinyal digital atau analog selalu mengalami perubahan yang dialami oleh informasi tersebut. Perubahan tersebut bias

Lebih terperinci

Teknik Komunikasi Data Digital

Teknik Komunikasi Data Digital Komdat4.doc-1 Teknik Komunikasi Data Digital Sinkronisasi : Adalah satu kunci kerja dari komunikasi data. Transmiter mengirimkan pesan 1 bit pada satu saat melalui medium ke receiver. Receiver harus menandai

Lebih terperinci

SIMULASI PENGIRIMAN DAN PENERIMAAN INFORMASI MENGGUNAKAN KODE BCH

SIMULASI PENGIRIMAN DAN PENERIMAAN INFORMASI MENGGUNAKAN KODE BCH SIMULASI PENGIRIMAN DAN PENERIMAAN INFORMASI MENGGUNAKAN KODE BCH Tamara Maharani, Aries Pratiarso, Arifin Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Surabaya

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK DETEKSI BIT ERROR DENGAN IMPLEMENTASI LONGITUDINAL REDUNDANCY CHECK (LRC) PADA TRANSMISI DATA

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK DETEKSI BIT ERROR DENGAN IMPLEMENTASI LONGITUDINAL REDUNDANCY CHECK (LRC) PADA TRANSMISI DATA PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK DETEKSI BIT ERROR DENGAN IMPLEMENTASI LONGITUDINAL REDUNDANCY CHECK (LRC) PADA TRANSMISI DATA Rivalri Kristianto Hondro Dosen Tetap STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS Simulasi ini bertujuan untuk meneliti Turbo Coding dalam hal Bit Error Rate (). Pada bagian ini akan ditunjukkan pengaruh jumlah shift register, interleaver, jumlah iterasi

Lebih terperinci

Deteksi dan Koreksi Error

Deteksi dan Koreksi Error BAB 10 Deteksi dan Koreksi Error Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca memperoleh wawasan tentang: beberapa jenis kesalahan (error); teknik deteksi error; teknik memperbaiki error. 2 Deteksi dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Waktu penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TEKNIK PENDETEKSIAN KESALAHAN

BAB II TEKNIK PENDETEKSIAN KESALAHAN BAB II TEKNIK PENDETEKSIAN KESALAHAN Pendetaksian dan pembetulan kesalahan sering digunakan pada komunikasi data untuk mengatasi adanya korupsi dan atau informasi yang hilang dari isyarat data yang datang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG MAKALAH Disusun oleh : M. Dwi setiyo 14670015 INFORMATIKA 3A Program Studi Informatika Fakultas Teknik UNIVERSITAS PGRI SEMARANG Oktober, 2015 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

C. ALAT DAN BAHAN 1. XOR_2 2. LOGICTOGGLE 3. LOGICPROBE (BIG)

C. ALAT DAN BAHAN 1. XOR_2 2. LOGICTOGGLE 3. LOGICPROBE (BIG) No. LST/PTI/PTI264/08 Revisi: 00 Tgl: September 2014 Page 1 of 5 A. TUJUAN Setelah mengikuti perkuliahan praktik, diharapkan mahasiswa memiliki kedisiplinan, tanggung jawab dan kepercayaan diri untuk mampu:

Lebih terperinci

SIMULASI KODE HAMMING, KODE BCH, DAN KODE REED-SOLOMON UNTUK OPTIMALISASI FORWARD ERROR CORRECTION

SIMULASI KODE HAMMING, KODE BCH, DAN KODE REED-SOLOMON UNTUK OPTIMALISASI FORWARD ERROR CORRECTION SIMULASI KODE HAMMING, KODE BCH, DAN KODE REED-SOLOMON UNTUK OPTIMALISASI FORWARD ERROR CORRECTION SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi Informatika

Lebih terperinci

Kode Sumber dan Kode Kanal

Kode Sumber dan Kode Kanal Kode Sumber dan Kode Kanal Sulistyaningsih, 05912-SIE Jurusan Teknik Elektro Teknologi Informasi FT UGM, Yogyakarta 8.2 Kode Awalan Untuk sebuah kode sumber menjadi praktis digunakan, kode harus dapat

Lebih terperinci

DESAIN ENCODER-DECODER BERBASIS ANGKA SEMBILAN UNTUK TRANSMISI INFORMASI DIGITAL

DESAIN ENCODER-DECODER BERBASIS ANGKA SEMBILAN UNTUK TRANSMISI INFORMASI DIGITAL Desain Encoder-Decoder Berbasis Angka Sembilan Untuk Transmisi Informasi Digital 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43

Lebih terperinci

Data Communication. Week 13 Data Link Layer (Error Correction) 13Susmini I. Lestariningati, M.T

Data Communication. Week 13 Data Link Layer (Error Correction) 13Susmini I. Lestariningati, M.T Week 13 Data Link Layer (Error Correction) 13Susmini I. Lestariningati, M.T Error Correction Error correction may generally be realized in two different ways: Forward error correction (FEC): The sender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digital sebagai alat yang penting dalam teknologi saat ini menuntut adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN. digital sebagai alat yang penting dalam teknologi saat ini menuntut adanya sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya penggunaan komunikasi digital dan munculnya komputer digital sebagai alat yang penting dalam teknologi saat ini menuntut adanya sistem komunikasi yang dapat

Lebih terperinci

Masalah Timing (pewaktu) memerlukan suatu mekanisme untuk mensinkronkan transmitter dan receiver Dua solusi. Asinkron Sinkron

Masalah Timing (pewaktu) memerlukan suatu mekanisme untuk mensinkronkan transmitter dan receiver Dua solusi. Asinkron Sinkron TEKNIK KOMUNIKASI DATA DIGITAL Masalah Timing (pewaktu) memerlukan suatu mekanisme untuk mensinkronkan transmitter dan receiver Dua solusi Asinkron Sinkron Data ditransmisikan dengan character pada satu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI Pada Tugas Akhir ini akan dianalisis sistem Direct Sequence CDMA dengan menggunakan kode penebar yang berbeda-beda dengan simulasi menggunakan program Matlab. Oleh

Lebih terperinci

Pertemuan 7. Tipe Data Sederhana

Pertemuan 7. Tipe Data Sederhana Pertemuan 7 Dasar Pemrograman Komputer Tipe Data Sederhana 1 Tujuan Memberikan pemahaman mengenai berbagai tipe data sederhana yang disediakan oleh C, sehingga mahasiswa mampu memilih tipe data yang sesuai

Lebih terperinci

BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN

BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN TEKNIK DIGITAL/HAL. 8 BAB II ARITMATIKA DAN PENGKODEAN ARITMATIKA BINER Operasi aritmatika terhadap bilangan binari yang dilakukan oleh komputer di ALU terdiri dari 2 operasi yaitu operasi penambahan dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT

LAMPIRAN PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT LAMPIRAN PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT Simulator modulasi digital menggunakan perangkat lunak Matlab ini akan menampilkan hasil proses modulasi dan demodulasi, mulai dari isyarat masukan, isyarat pembawa, isyarat

Lebih terperinci

Block Coding KOMUNIKASI DATA OLEH : PUTU RUSDI ARIAWAN ( )

Block Coding KOMUNIKASI DATA OLEH : PUTU RUSDI ARIAWAN ( ) Block Coding KOMUNIKASI DATA OLEH : (0804405050) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010 Block Coding Block coding adalah salah satu kode yang mempunyai sifat forward error

Lebih terperinci

Tabel Informasi. Hal di atas dapat dilakukan dengan menambah dan mengambil atribut identifier yang digunakan pada program, melalui tabel informasi.

Tabel Informasi. Hal di atas dapat dilakukan dengan menambah dan mengambil atribut identifier yang digunakan pada program, melalui tabel informasi. Tabel Informasi Tabel informasi atau tabel simbol berguna untuk mempermudah pada saat pembuatan dan implementasi dari analisa semantik (semantic analyzer). Pada proses translasi, tabel informasi dapat

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 13 Kompresi Citra. Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 13 Kompresi Citra. Indah Susilawati, S.T., M.Eng. TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Kuliah 13 Kompresi Citra Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Informatika/Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2015 KULIAH

Lebih terperinci

INTEGRITAS DATA. Objektif: Mengetahui maksud ralat dalam komunikasi data Memahami teknik mengenal error dan membetulkan error

INTEGRITAS DATA. Objektif: Mengetahui maksud ralat dalam komunikasi data Memahami teknik mengenal error dan membetulkan error INTEGRITAS DATA Objektif: Mengetahui maksud ralat dalam komunikasi data Memahami teknik mengenal error dan membetulkan error Pendahuluan Metoda Pengujian Ralat Parity Checking Vertical Redundancy Check

Lebih terperinci

SISTEM PENGKODEAN. IR. SIHAR PARLINGGOMAN PANJAITAN, MT Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara

SISTEM PENGKODEAN. IR. SIHAR PARLINGGOMAN PANJAITAN, MT Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara SISTEM PENGKODEAN IR. SIHAR PARLINGGOMAN PANJAITAN, MT Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara KODE HAMMING.. Konsep Dasar Sistem Pengkodean Kesalahan (error) merupakan masalah

Lebih terperinci

STUDI ALGORITMA ADLER, CRC, FLETCHER DAN IMPLEMENTASI PADA MAC

STUDI ALGORITMA ADLER, CRC, FLETCHER DAN IMPLEMENTASI PADA MAC STUDI ALGORITMA ADLER, CRC, FLETCHER DAN IMPLEMENTASI PADA MAC Andi Setiawan NIM : 13506080 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail : if16080@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ALGORITMA DAN STRUKTUR DATA Searching ( Pencarian ) Modul III

LAPORAN PRAKTIKUM ALGORITMA DAN STRUKTUR DATA Searching ( Pencarian ) Modul III LAPORAN PRAKTIKUM ALGORITMA DAN STRUKTUR DATA Searching ( Pencarian ) Modul III UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH PRAKTIKUM ALGORITMA DAN STRUKTUR DATA yang dibina oleh Bapak Didik Dwi Prasetya Oleh: Adhe

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, teknologi semakin berkembang pesat. Diawali dengan adanya komunikasi analog yang kemudian secara bertahap berubah menjadi komunikasi digital. Komunikasi

Lebih terperinci

Makalah Teori Persandian

Makalah Teori Persandian Makalah Teori Persandian Dosen Pengampu : Dr. Agus Maman Abadi Oleh : Septiana Nurohmah (08305141002) Ayu Luhur Yusdiana Y (08305141028) Muhammad Alex Sandra (08305141036) David Arianto (08305141037) Beni

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Sebagai acuan penulisan penelitian ini diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam sub bab ini akan diberikan beberapa landasan teori berupa pengertian,

Lebih terperinci

SIMULASI LOW DENSITY PARITY CHECK (LDPC) DENGAN STANDAR DVB-T2. Yusuf Kurniawan 1 Idham Hafizh 2. Abstrak

SIMULASI LOW DENSITY PARITY CHECK (LDPC) DENGAN STANDAR DVB-T2. Yusuf Kurniawan 1 Idham Hafizh 2. Abstrak SIMULASI LOW DENSITY PARITY CHECK (LDPC) DENGAN STANDAR DVB-T2 Yusuf Kurniawan 1 Idham Hafizh 2 1,2 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Intitut Teknologi Bandung 2 id.fizz@s.itb.ac.id Abstrak Artikel

Lebih terperinci

Sandi Blok. Risanuri Hidayat Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi FT UGM

Sandi Blok. Risanuri Hidayat Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi FT UGM Sandi Blok Risanuri Hidayat Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi FT UGM Sandi Blok disebut juga sebagai sandi (n, k) sandi. Sebuah blok k bit informasi disandikan menjadi blok n bit. Tetapi sebelum

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Sistem Pada tahapan analisis dan perancangan ini bertujuan menganalisa kebutuhan pengembangan aplikasi media pembelajaran kompresi dengan algoritma LZW.

Lebih terperinci

Algoritma Perhitungan Langsung pada Cyclic Redundancy Code 32

Algoritma Perhitungan Langsung pada Cyclic Redundancy Code 32 Algoritma Perhitungan Langsung pada Cyclic Redundancy Code 32 1 Swelandiah Endah Pratiwi dan 2 Anna Kurniawati Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Gunadarma swelandiah@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

FUNGSI. Blok fungsi juga diawali dengan kata cadangan Begin dan di akhiri dengan kata cadangan End dan titik koma.

FUNGSI. Blok fungsi juga diawali dengan kata cadangan Begin dan di akhiri dengan kata cadangan End dan titik koma. FUNGSI Blok fungsi hampir sama dengan blok prosedur, hanya fungsi harus dideklarasikan dengan tipenya. Tipe deklarasi ini menunjukkan tipe hasil dari fungsi. Bentuk umum : FUNCTION identifier (daftar parameter)

Lebih terperinci

Organisasi File. Rudi Susanto

Organisasi File. Rudi Susanto Organisasi File Rudi Susanto Direktori File File barisan record blok blok disk Direktori File : Nama file Alokasi tempat Pemilik file Ruang yang sudah dipakai Posisi dan format file Organisasi file/ struktur

Lebih terperinci

METODE HAMMING PENDAHULUAN. By Galih Pranowo ing

METODE HAMMING PENDAHULUAN. By Galih Pranowo  ing METODE HAMMING By Galih Pranowo Emailing ga_pra_27@yahoo.co.id PENDAHULUAN Dalam era kemajuan teknologi komunikasi digital, maka persoalan yang utama adalah bagaimana menyandikan isyarat analog menjadi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA KODE REED-SOLOMON

PERBANDINGAN KINERJA KODE REED-SOLOMON PERBANDINGAN KINERJA KODE REED-SOLOMON DENGAN KODE BOSE- CHAUDHURI-HOCQUENGHEM MENGGUNAKAN MODULASI DIGITAL FSK, DPSK, DAN QAM PADA KANAL AWGN, RAYLEIGH, DAN RICIAN oleh Liang Arta Saelau NIM : 612011023

Lebih terperinci

Implementasi Encoder dan decoder Hamming pada TMS320C6416T

Implementasi Encoder dan decoder Hamming pada TMS320C6416T Implementasi Encoder dan decoder Hamming pada TMS320C6416T oleh : ANGGY KUSUMA DEWI WISMAL (2211105016) Pembimbing 1 Dr. Ir. Suwadi, MT Pembimbing 2 Titiek Suryani, MT Latar Belakang Pada pengiriman data,

Lebih terperinci

B A B VI DETEKSI DAN KOREKSI ERROR

B A B VI DETEKSI DAN KOREKSI ERROR B A B VI DETEKSI DAN KOREKSI ERROR Bahasan ini berhubungan dengan algoritma bagi komunikasi yang reliabel dan efisien antara dua mesin yang berdekatan, yaitu dua mesin yang secara fisik terhubung oleh

Lebih terperinci

Perulangan, Percabangan, dan Studi Kasus

Perulangan, Percabangan, dan Studi Kasus Perulangan, Percabangan, dan Studi Kasus Perulangan dan percabangan merupakan hal yang sangat penting dalam menyusun suatu program Pada pertemuan kali ini akan dibahas secara detail tentang perulangan

Lebih terperinci

Encoding dan Decoding Kode BCH (Bose Chaudhuri Hocquenghem) Untuk Transmisi Data

Encoding dan Decoding Kode BCH (Bose Chaudhuri Hocquenghem) Untuk Transmisi Data SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Encoding dan Decoding Kode BCH (Bose Chaudhuri Hocquenghem) Untuk Transmisi Data A-3 Luthfiana Arista 1, Atmini Dhoruri 2, Dwi Lestari 3 1,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Sistem Pembuatan sistem ini adalah bertujuan membuat aplikasi pengkompresian file. Sistem yang dapat memampatkan ukuran file dengan maksimal sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Turbo Coding

BAB II DASAR TEORI 2.1. Turbo Coding BAB II DASAR TEORI 2.1. Turbo Coding Turbo Coding merupakan salah satu channel coding yang memiliki kinerja yang baik dalam mengoreksi galat pada sistem komunikasi. Turbo coding terbagi menjadi dua bagian

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA Kontrol Komunikasi

KOMUNIKASI DATA Kontrol Komunikasi KOMUNIKASI DATA Kontrol Komunikasi Latar Belakang Kemungkinan terjadi kesalahan pada transmisi serta receiver data perlu mengatur rate terhadap data yang diterima Teknik sinkronisasi dan interfacing Lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone,

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone, BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Sekarang ini teknologi untuk berkomunikasi sangatlah mudah. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone, internet, dan berbagai macam peralatan

Lebih terperinci

Chapter 2 part 2 Getting Connected. Muhammad Al Makky

Chapter 2 part 2 Getting Connected. Muhammad Al Makky Chapter 2 part 2 Getting Connected (Error Detection and Reliable Transmission) Muhammad Al Makky Pembahasan Chapter 2 Eksplorasi perbedaan media komunikasi yang digunakan untuk mengirimkan data Memahami

Lebih terperinci

JAVA BASIC PROGRAMMING Joobshet

JAVA BASIC PROGRAMMING Joobshet JAVA BASIC PROGRAMMING Joobshet 1. KOMPETENSI Mahasiswa dapat memahami jenis jenis tipe data Mahasiswa dapat memahami jenis jenis variable Mahasiswa dapat memahami jenis jenis seleksi kondisi Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 29 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram sistem absensi ini dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini. Gambar 3.1. Diagram Blok Sistem Fungsi fungsi dari blok diatas adalah sebagai

Lebih terperinci

PENGKODEAN DATA. Muji Lestari ST.,MMSI

PENGKODEAN DATA. Muji Lestari ST.,MMSI PENGKODEAN DATA Muji Lestari ST.,MMSI muji_lestari @staff.gunadarma.ac.id mujilestari2004@gmail.com APA SIH ITU PENGKODEAN DATA? Pengkodean data adalah suatu teknik yang dilakukan untuk memberikan penegasan

Lebih terperinci

DASAR PEMROGRAMAN. Institut Teknologi Sumatera

DASAR PEMROGRAMAN. Institut Teknologi Sumatera DASAR PEMROGRAMAN REVIEW STRUKTUR DASAR, PERCABANGAN, DAN PERULANGAN Institut Teknologi Sumatera TUJUAN KULIAH Mengenalkan konsep dasar pemrograman: dekomposisi problem, modularisasi, rekurens; skill/praktek

Lebih terperinci

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Linear Block Code

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Linear Block Code TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Linear Block Code S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom Oleh: Linda Meylani Agus D. Prasetyo Tujuan Pembelajaran Memahami fungsi dan parameter

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Penelitian bertujuan untuk merancang sebuah sistem yang dapat melakukan Perancangan Aplikasi Keamanan Data Dengan Metode End Of File (EOF) dan Algoritma

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI 2.1. Algoritma Huffman Algortima Huffman adalah algoritma yang dikembangkan oleh David A. Huffman pada jurnal yang ditulisnya sebagai prasyarat kelulusannya di MIT. Konsep dasar dari

Lebih terperinci

DETEKSI DAN KOREKSI MULTI BIT ERROR DENGAN PARTITION HAMMING CODE

DETEKSI DAN KOREKSI MULTI BIT ERROR DENGAN PARTITION HAMMING CODE DETEKSI DAN KOREKSI MULTI BIT ERROR DENGAN PARTITION HAMMING CODE Fajar Muhajir 1, Syahril Efendi 2 & Sutarman 3 1,2,3 Program Studi Pasca Sarjana, Teknik Informatika, Universitas Sumatera Utara Jl. Universitas

Lebih terperinci

FLOW CONTROL & ERROR CONTROL. Fungsi SUBLAYER LLC pada datalink

FLOW CONTROL & ERROR CONTROL. Fungsi SUBLAYER LLC pada datalink FLOW CONTROL & ERROR CONTROL Fungsi SUBLAYER LLC pada datalink bertanggung jawab terhadap kontrol data link, termasuk flow control dan error control FLOW CONTROL Model Kendali Aliran Aliran data masuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi komputer pada zaman sekarang berkembang dengan sangat cepat. Untuk mengimbangi perkembangan teknologi tersebut perlu dilakukan berbagai macam inovasi agar

Lebih terperinci

BAB 3 MEKANISME PENGKODEAAN CONCATENATED VITERBI/REED-SOLOMON DAN TURBO

BAB 3 MEKANISME PENGKODEAAN CONCATENATED VITERBI/REED-SOLOMON DAN TURBO BAB 3 MEKANISME PENGKODEAAN CONCATENATED VITERBI/REED-SOLOMON DAN TURBO Untuk proteksi terhadap kesalahan dalam transmisi, pada sinyal digital ditambahkan bit bit redundant untuk mendeteksi kesalahan.

Lebih terperinci

Data Link Layer BAB 3

Data Link Layer BAB 3 Data Link Layer BAB 3 Fungsi Data Link Layer Menyediakan antarmuka layanan untuk Network Layer Berurusan dengan kesalahan transmisi Pengaturan aliran data Lambat penerima tidak dibanjiri oleh pengirim

Lebih terperinci

PENERAPAN PENGECEKAN KESALAHAN CRC-16 PADA PENGIRIMAN INFORMASI RUNNING TEXT DARI KOMPUTER KE MIKROKONTROLER

PENERAPAN PENGECEKAN KESALAHAN CRC-16 PADA PENGIRIMAN INFORMASI RUNNING TEXT DARI KOMPUTER KE MIKROKONTROLER PENERAPAN PENGECEKAN KESALAHAN CRC-16 PADA PENGIRIMAN INFORMASI RUNNING TEXT DARI KOMPUTER KE MIKROKONTROLER TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma 3 oleh

Lebih terperinci

Pengantar Komunikasi Data. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1

Pengantar Komunikasi Data. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1 Pengantar Komunikasi Data Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1 1 Model komunikasi sederhana 2 Pengantar Komunikasi Data Elemen-elemen model 1. Source (Sumber) - Membangkitkan

Lebih terperinci

Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T.

Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004 9. Tipe dan Mode Algoritma Simetri 9.1 Pendahuluan Algoritma kriptografi (cipher) yang beroperasi dalam

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Oleh : Nila Feby Puspitasari 1. Source (Sumber) - Membangkitkan data untuk ditransmisikan Contoh : telepon dan PC (Personal Computer) 2. Transmitter (Pengirim) - Mengkonversi data

Lebih terperinci

MODE TRANSMISI DATA LAPISAN FISIK. Budhi Irawan, S.Si, M.T

MODE TRANSMISI DATA LAPISAN FISIK. Budhi Irawan, S.Si, M.T MODE TRANSMISI DATA LAPISAN FISIK Budhi Irawan, S.Si, M.T Mode Transmisi Data Mode Transmisi Serial Mode Transmisi Paralel Mode Transmisi Serial Proses pengiriman data pada mode transmisi serial adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE KOMPRESI HUFFMAN DAN DYNAMIC MARKOV COMPRESSION. Kompresi ialah proses pengubahan sekumpulan data menjadi suatu bentuk kode

BAB III METODE KOMPRESI HUFFMAN DAN DYNAMIC MARKOV COMPRESSION. Kompresi ialah proses pengubahan sekumpulan data menjadi suatu bentuk kode BAB III METODE KOMPRESI HUFFMAN DAN DYNAMIC MARKOV COMPRESSION 3.1 Kompresi Data Definisi 3.1 Kompresi ialah proses pengubahan sekumpulan data menjadi suatu bentuk kode untuk menghemat kebutuhan tempat

Lebih terperinci

Aplikasi Penggambar Pohon Biner Huffman Untuk Data Teks

Aplikasi Penggambar Pohon Biner Huffman Untuk Data Teks Aplikasi Penggambar Pohon Biner Huffman Untuk Data Teks Fandi Susanto STMIK MDP Palembang fandi@stmik-mdp.net Abstrak: Di dalam dunia komputer, semua informasi, baik berupa tulisan, gambar ataupun suara

Lebih terperinci

Desain dan Simulasi Encoder-Decoder Berbasis Angka Sembilan Untuk Transmisi Informasi Digital

Desain dan Simulasi Encoder-Decoder Berbasis Angka Sembilan Untuk Transmisi Informasi Digital Yuhanda, Desain Encoder-Decoder Berbasis Angka Sembilan Untuk Transmisi Informasi Digital 163 Desain dan Simulasi Encoder-Decoder Berbasis Angka Sembilan Untuk Transmisi Informasi Digital Bobby Yuhanda

Lebih terperinci

SIMULASI DETEKSI BIT ERROR MENGGUNAKAN METODE HAMMING CODE BERBASIS WEB

SIMULASI DETEKSI BIT ERROR MENGGUNAKAN METODE HAMMING CODE BERBASIS WEB Jurnal Dinamika Informatika Volume 5, Nomor 2, September 2016 ISSN 1978-1660 SIMULASI DETEKSI BIT ERROR MENGGUNAKAN METODE HAMMING CODE BERBASIS WEB Rizqa Gardha Mahendra 1, Marti Widya Sari 2, Meilany

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN Kapal tanpa awak adalah kapal yang dapat bergerak dengan sendiri secara autonomous tanpa perlu instruksi dari manusia secara langsung (Roboboat, 2013). Kapal ini

Lebih terperinci

Perancangan Dan Simulasi Punctured Convolutional Encoder Dan Viterbi Decoder Dengan Code Rate 2/3 Menggunakan Raspberry Pi

Perancangan Dan Simulasi Punctured Convolutional Encoder Dan Viterbi Decoder Dengan Code Rate 2/3 Menggunakan Raspberry Pi Perancangan Dan Simulasi Punctured Convolutional Encoder Dan Viterbi Decoder Dengan Code Rate 2/3 Menggunakan Raspberry Pi Marjan Maulataufik 1, Hertog Nugroho 2 1,2 Politeknik Negeri Bandung Jalan Gegerkalong

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Flowchart proses enkripsi AES

Gambar 3.1 Flowchart proses enkripsi AES BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 1.1 GAMBARAN UMUM Aplikasi gerbang dijital dengan fungsi penyandian ini merupakan aplikasi gerbang logika yang dirancang untuk memproses hasil pemasukan data berupa karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia dan kemajuan pesat di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia dan kemajuan pesat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan peradaban manusia dan kemajuan pesat di bidang teknologi, tanpa disadari komputer telah ikut berperan dalam dunia pendidikan terutama penggunaannya

Lebih terperinci

SANDI PROTEKSI GALAT YANG TIDAK SAMA SECARA SERIAL BERDASARKAN MODULASI TRELLIS TERSANDI DENGAN KONSTELASI SINYAL ASK

SANDI PROTEKSI GALAT YANG TIDAK SAMA SECARA SERIAL BERDASARKAN MODULASI TRELLIS TERSANDI DENGAN KONSTELASI SINYAL ASK Sandi Proteksi Galat yang Tidak Sama secara Serial Berdasarkan Modulasi Trellis Tersandi dengan Konstelasi Sinyal ASK (Eva Yovita Dwi Utami) SANDI PROTEKSI GALAT YANG TIDAK SAMA SECARA SERIAL BERDASARKAN

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Prinsip Kerja Sistem Yang Dirancang Pada dasarnya alat yang dibuat ini adalah untuk melakukan suatu transfer data karakter menggunakan gelombang radio serta melakukan pengecekan

Lebih terperinci

ENCODING DAN TRANSMISI. Budhi Irawan, S.Si, M.T

ENCODING DAN TRANSMISI. Budhi Irawan, S.Si, M.T ENCODING DAN TRANSMISI Budhi Irawan, S.Si, M.T ENCODING Encoding atau penyandian atau pengodean adalah teknik yang digunakan untuk mengubah sebuah karakter pada informasi digital kedalam bentuk biner sehingga

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIT ERROR RATE KODE REED-SOLOMON DENGAN KODE BOSE-CHAUDHURI-HOCQUENGHEM MENGGUNAKAN MODULASI 32-FSK

PERBANDINGAN BIT ERROR RATE KODE REED-SOLOMON DENGAN KODE BOSE-CHAUDHURI-HOCQUENGHEM MENGGUNAKAN MODULASI 32-FSK PERBANDINGAN BIT ERROR RATE KODE REED-SOLOMON DENGAN KODE BOSE-CHAUDHURI-HOCQUENGHEM MENGGUNAKAN MODULASI 3-FSK Eva Yovita Dwi Utami*, Liang Arta Saelau dan Andreas A. Febrianto Program Studi Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kompresi File Pada dasarnya semua data itu merupakan rangkaian bit 0 dan 1. Yang membedakan antara suatu data tertentu dengan data yang lain adalah ukuran dari rangkaian bit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bit serta kualitas warna yang berbeda-beda. Semakin besar pesat pencuplikan data

BAB I PENDAHULUAN. bit serta kualitas warna yang berbeda-beda. Semakin besar pesat pencuplikan data BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Citra digital merupakan suatu tampilan hasil dari proses digitalisasi citra analog yang diambil dari dunia nyata. Hasil dari proses digitalisasi citra analog

Lebih terperinci

BAB II PENGKODEAN. yang digunakan untuk melakukan hubungan komunikasi. Pada sistem komunikasi analog, sinyal

BAB II PENGKODEAN. yang digunakan untuk melakukan hubungan komunikasi. Pada sistem komunikasi analog, sinyal BAB II PENGKODEAN 2.1 Sistem Komunikasi Digital Dalam sistem telekomunikasi digital tedapat dua jenis sistem telekomunikasi, yaitu sistem komunikasi analog dan sistem komunikasi digital. Perbedaan keduanya

Lebih terperinci

RANCANGAN,IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ZENARC SUPER CIPHER SEBAGAI IMPLEMENTASI ALGORITMA KUNCI SIMETRI

RANCANGAN,IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ZENARC SUPER CIPHER SEBAGAI IMPLEMENTASI ALGORITMA KUNCI SIMETRI RANCANGAN,IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ZENARC SUPER CIPHER SEBAGAI IMPLEMENTASI ALGORITMA KUNCI SIMETRI Ozzi Oriza Sardjito NIM 13503050 Program Studi Teknik Informatika, STEI Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

PERANCANGAN SIMULASI KOREKSI KESALAHAN DATA DENGAN METODA FEC PADA KOMPUTER BERBASIS VISUAL BASIC

PERANCANGAN SIMULASI KOREKSI KESALAHAN DATA DENGAN METODA FEC PADA KOMPUTER BERBASIS VISUAL BASIC PERANCANGAN SIMULASI KOREKSI KESALAHAN DATA DENGAN METODA FEC PADA KOMPUTER BERBASIS VISUAL BASIC Sindak Hutauruk Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas HKBP Nommensen (UHN) Jl. Sutomo No.

Lebih terperinci

Week #5 Protokol Data Link Control

Week #5 Protokol Data Link Control Data Link Protocol - Week 5 1 of 12 Week #5 Protokol Data Link Control Pengantar Pada pembahasan Komunikasi Data, Topologi dan Medium Transmisi kita sudah membahas tentang pengiriman sinyal melalui media

Lebih terperinci

MEMBANGUN KODE HUFFMAN BERDASARKAN REVERSIBLE VARIABLE LENGTH CODE (RVLC) UNTUK PENGKOREKSIAN ERROR. Bangkit Erlangga/

MEMBANGUN KODE HUFFMAN BERDASARKAN REVERSIBLE VARIABLE LENGTH CODE (RVLC) UNTUK PENGKOREKSIAN ERROR. Bangkit Erlangga/ MEMBANGUN KODE HUFFMAN BERDASARKAN REVERSIBLE VARIABLE LENGTH CODE (RVLC) UNTUK PENGKOREKSIAN ERROR Bangkit Erlangga/0422019 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,, Jl. Prof.Drg.Suria Sumantri, MPH no.65,

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR SIMULASI PENYANDIAN KONVOLUSIONAL

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR SIMULASI PENYANDIAN KONVOLUSIONAL MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR SIMULASI PENYANDIAN KONVOLUSIONAL Dwi Sulistyanto 1, Imam Santoso 2, Sukiswo 2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto, Tembalang,

Lebih terperinci

dan c C sehingga c=e K dan d K D sedemikian sehingga d K

dan c C sehingga c=e K dan d K D sedemikian sehingga d K 2. Landasan Teori Kriptografi Kriptografi berasal dari kata Yunani kripto (tersembunyi) dan grafia (tulisan). Secara harfiah, kriptografi dapat diartikan sebagai tulisan yang tersembunyi atau tulisan yang

Lebih terperinci

LAPORAN TEKNIK PENGKODEAN METODE DETEKSI DAN KOREKSI PADA KODE SIKLIK

LAPORAN TEKNIK PENGKODEAN METODE DETEKSI DAN KOREKSI PADA KODE SIKLIK LAPORAN TEKNIK PENGKODEAN METODE DETEKSI DAN KOREKSI PADA KODE SIKLIK Disusun Oleh : Inggi Rizki Fatryana (1210147002) Teknik Telekomunikasi - PJJ PENS Akatel Politeknik Negeri Elektro Surabaya 2014-2015

Lebih terperinci