BAB III PEMBAHASAN PENGARUH KERUSAKAN SPOOL DEMAND VALVE KOMATSU HD 465-7

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEMBAHASAN PENGARUH KERUSAKAN SPOOL DEMAND VALVE KOMATSU HD 465-7"

Transkripsi

1 BAB III PEMBAHASAN PENGARUH KERUSAKAN SPOOL DEMAND VALVE KOMATSU HD STEERING SISTEM KOMATSU HD 465-7R HEAVY Sesuai dengan latar belakang dan tujuan penulisan tugas akhir ini, pokok permasalahan yang tejadi adalah steering wheel berat pada saat sedang diputar. Sistem steering merupakan salah satu komponen yang sangat penting didalam rangkaian power train, dan merupakan safety divice yang jika dibiarkan kerusakannya akan menyebabkan kecelakaan. Disini penulis akan membahas permasalahan steering sistem yang digunakan pada unit Komatsu HD 465-7R. Kerusakan-kerusakan yang sering terjadi pada steering system pada alat berat adalah sebagai berikut: 1. Steering wheel berat saat diputar 2. Bunyi benturan keras pada saat steering wheel dibelokkan 3. Steering wheel tidak dapat menjaga posisi tetap lurus pada saat tidak diputar 4. Turning radius antara roda kanan dan kiri tidak sama 5. Steering arm patah 35

2 FLOW CHART PENANGANAN AWAL STEERING WHEEL HEAVY PADA UNIT HD 465-7R Start Data-data unit yang menjadi asset seperti unit model, engine model, dan serial number Steering wheel masih berat Data Kerusakan yang diperoleh dari laporan operator, daily inspection dan outstanding Steering wheel berat dan lambat saat dibelokkan Check kebocoran oli pada komponen steering system: Steering pump, hose, demand valve, orbitrol, steering cylinder, hydraulic filter Schedule kan waktu unit untuk down repair dan persiapkan spare part Pemeriksaan secara visual terhadap komponen-komponen yang berhubungan dengan steering sistem Tidak terdapat kebocoran pada komponen utama steering system Check level oli hidrolik Level Oli Low < standard Isi oli hydraulic sesuai standard dan running Permasalahan ada di dalam komponen utama steering system Harus dilakukan pengukuran untuk mengetahui lebih spesifik permasalahan ada dimana Finish Gambar 3.1 Flow chart penanganan awal steering wheel heavy saat diputar

3 TROUBLE SHOOTING CHART Jika steering wheel diputar dan roda bisa bergerak walaupun lambat artinya orbitrol masih berfunsi karena ada aliran oli yang masuk ke steering cylinder Kerusakan pada orbitrol atau steering valve Not OK OK Kerusakan pada Orbitrol/steering valve Orbitrol masih berfungsi baik Steering Wheel Berat saat diputar Not OK Kerusakan pada demand valve, steering dan hoist pump, solusi Replace Apakah pressure relief valve mencapai ukuran standard Lakukan pengecekan apakah pressure relief valve 210 kg/cm 2 OK Demand valve, steering dan hoist pump dalam kondisi baik Gambar 3.2 Trouble Shooting Chart Data-Data Unit Data-data yang di uraikan di bawah ini merupakan spesifikasi dari unit Komatsu yang mengalami kerusakan, sehingga unit tersebut tidak dapat beroperasi dengan baik dan menurunkan performance unit itu sendiri.

4 38 Tabel 3.1 Spesifikasi Unit No Spesifikasi Description 1 Unit Model HD 465-7R 2 Engine Model SAA6D170E-5 3 Engine Type 6 cylinder, D type, Direct Injection, with Turbo charger and After Cooler 4 Steering system type Orbitrol type (Full hydraulic system) 5 Steering Oil Type SAE 10 (97 liter) 6 Hours Meter TAHAPAN PEMERIKSAAN Sesuai dengan spesifikasi unit diatas permasalahan yang terjadi pada steering sistem adalah steering wheel berat pada saat sedang dibelokkan. Hal ini sangat mempengaruhi performance dari unit sendiri. Kerusakan yang terjadi pada sistem steering karena akibat dari salah satu komponen yang ada pada sistem steering HD 465-7R tidak bekerja dengan baik atau mengalami kerusakan, untuk mengetahui kerusakan terhadap komponen sistem steering tersebut maka harus dilakukan pemeriksaan, agar dapat diketahui penyebabnya. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui letak kerusakan yang terjadi terhadap komponen sistem steering, sekaligus menganalisanya. Prosedur pemeriksaan dilakukan dengan cara, mengoperasikan steering, memposisikan steering cylinder full stroke (relief pressure steering), memposisikan hoist cylinder raise (relief pressure hoist). Kemudian naikkan putaran engine secara bertahap, dan ukur steering relief pressure pada saat steering cylinder full stroke, standar untuk steering relief pressure yaitu 210 kg/cm² pada saat high idle, untuk relief pressure load

5 39 sensing yaitu kg/cm² saat high idle, untuk relief pressure hoist yaitu 210 ± 10 kg/cm² Pemeriksaan Steering System Secara Visual Sebelum menangani permasalahan yang terjadi pada steering system secara spesifik, sebaiknya melakukan pemeriksaan secara visual terlebih dahulu. Sebab untuk menangani trouble shooting di mulai dari hal-hal yang paling sederhana selanjutnya meningkat ke bagian yang paling spesifik. Langkah-langkah pemeriksaan secara visual terhadap trouble atau permasalahan yang terjadi di steering system adalah sebagai berikut : 1. Memeriksa level oli hidrolik, diperiksa saat engine hidup dan hasilnya setelah diperiksa, oli dalam posisi level dibawah L (low) hampir tidak kelihatan didalam glass. 2. Periksa semua kebocoran oli hidrolik di steering sistem, seperti tangki hidrolik, hose dan pipe, hydraulic pump, hydraulic valve, hydraulic cylinder. Berdasarkan pemeriksaan secara visual tidak terdapat kebocoran pada komponen-komponen utama steering sistem. 3. Memeriksa strainer pada Steering Dan Hoist pump hasilnya tidak terdapat pecahan logam halus berarti steering dan hoist pump tidak ada kerusakan. 4. Memeriksa filter oli hidrolik hasilnya ok atau tidak ada kerusakan dan tidak buntu. 5. Memeriksa Check valve hasilnya ok dan tidak buntu.

6 Prosedur Pemeriksaan dan Pengukuran Penyebab Steering System Abnormal (Steering Wheel berat) Prosedur pemeriksaan dan pengukuran dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penyebab mengapa steering wheel berat pada saat diputar, dan mencari komponen yang mengalami kerusakan yang mengakibatkan steering system pada unit abnormal. Inti pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi menjadi lebih spesifik dan langsung ke inti permasalahan, kemudian melakukan langkah perbaikkan (repair) sebagai penyelesaian akhir untuk mengatasi permasalahan yang terjadi agar nantinya permasalahan atau kerusakan seperti ini tidak terjadi kembali dan memperkecil break down time pada unit yang bersangkutan. Diantara presentasi kerusakan yang terjadi pada steering system, dan dari hasil sample 20 unit Heavy Dump Truck Komatsu, 80% problem pada steering system adalah steering wheel berat pada saat sedang diputar dan turning time terlalu lama. Langkah-langkah pemeriksaan dan pengukuran penyebab steering unit abnormal di jelaskan secara umum pada gambar 3.3 komponen yang akan di periksa pada steering system yang berkaitan dengan terjadinya permasalahan adalah sebagai berikut : Langkah-langkah pemeriksaan dan pengukuran penyebab steering unit abnormal di jelaskan secara umum pada gambar 3.3.

7 Start 41 Steering Wheel berat dan lambat saat di putar Hidupkan mesin (engine running) Check Oil level hydraulic tank Level oli di bawah low Shut off engine Tambahkan Oli hydraulic Check Strainer Check relief pressure steering saat steering cylinder full stroke Hidupkan mesin (engine running) Strainer tidak ada partikel logam Hasil pengukuran pada saat Low Idle 190 kg/cm² High Idle < 210 kg/cm ² Standard High Idle 210±10 kg/cm² Setelah dilakukan overhaul diketahui bawha spool demand valve scratch akibatnya tidak full open karena ada internal leak Overhaul Demand Valve Internal Leakage pada demand valve yang membuat oil pressure drop Replace Demand valve Ukur load sensing valve untuk mengetahu LS valve memberikan pilot ke demand valve Hasil pengukuran pada saat Low Idle 190 kg/cm 2 High Idle < 210 kg/cm² Standard: kg/cm² Ket: LS masih bagus karena membaca sesuai output dari relief pressure steering Steering Wheel Normal Install Demand Valve New part Finish Gambar 3.3 Flow chart pemeriksaan penyebab steering wheel heavy

8 LANGKAH PEMERIKSAAN Langkah pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui komponen yang rusak, yang bertujauan untuk mengetahui secara akurat letak kerusakannya Pemeriksaan Terhadap Level Oli Hidrolik Pemeriksaan terhadap level oli hidrolik suatu hal yang penting, oli hidrolik berfungsi untuk mensuplai tekanan oli pada saat steering digunakan, maka apabila ada masalah ketidak efektifan pada sistem steering paling utama dilakukan pemeriksaan adalah level oli hidrolik. Adapun langakah yang diperlukan untuk melakukan pameriksaan level oli hidrolik yaitu : Melihat pada level oli hidrolik yang terdapat disebelah kiri unit pada tangki oli hidrolik atau pada control panel. Cek levelnya yaitu pada saat engine running (low idle) oli harus berada pada level diantara L (low) dan H (high) bagian bawah atau pada saat engine stop oli harus berada pada level diantara L ( low ) dan H ( high ) bagian atas, pemeriksaan dilakukan pada saat engine hidup. Gambar 3.4 Level hydraulic Tank pada saat engine tidak running (foto)

9 Pemeriksaan Relief Pressure Steering Pemeriksaan relief pressure steering merupakan hal yang penting. Adapun langkah-langkah pemeriksaannya sebagai berikut: 1. Lepaskan plug sebagaimana di gambarkan pada gambar berikut. Gambar 3.5 Plug Relief Pressure Steering (foto) 2. Pasang nipple sebagaimana digambarkan pada gambar berikut. Gambar 3.6 Nipple (foto)

10 44 3. Hubungkan hose oil pressure gauge rating maksimal yang digunakan adalah yang bertekanan 40 Mpa (400 kg/cm²) pada nipple pada gambar di atas dan lakukan pengukuran pada saat low idle dan high idle. Gambar 3.7 Relief pressure steering low idle (foto) Gambar 3.8 Relief pressure steering high idle (foto)

11 45 4. Dari langkah-langkah pemeriksaan tersebut maka di dapat hasil actual dari relief pressure steering yaitu: Actual Low Idle Actual High Idle Standard Low Idle : 180 kg/cm² : 130 kg/cm² : 190 ± 10 kg/cm² Standard High Idle : 210 ± 10 kg/cm Pemeriksaan Relief Pressure Load Sensing Pemeriksaan relief pressure load sensing merupakan hal yang penting, tekanann dari pada oli harus tetap terjaga karena akan sangat berpengaruh terhadap kerja steering dan hoist untuk itu dilakukan pemeriksaan relief pressure load sensing. Langkah pemeriksaanya adalah sebagai berikut : 1. Lepaskan plug sebagaimana di gambarkan pada gambar berikut. Gambar 3.9 Plug Pressure Load Sensing (foto)

12 46 2. Pasang nipple sebagaimana digambarkan pada gambar berikut. Gambar 3.10 Nipple (foto) 3. Hubungkan hose oil pressure gauge rating maksimal yang digunakan adalah yang bertekanan 40 Mpa (400 kg/cm²) pada nipple pada gambar di atas dan lakukan pengukuran pada saat steering cylinder stroke end. Gambar 3.11 Relief pressure load sensing (foto) 4. Dari langkah-langkah pemeriksaan tersebut maka di dapat hasil actual dari relief pressure load sensing yaitu: 130 kg/cm² spesifikasi pressure standard: kg/cm².

13 47 Ket: LS pada Demand valve masih berfungsi dan bekerja karenaa dapat membaca sesuai dengan output dari relief pressure steering Pemeriksaan Relief Pressure Hoist Pemeriksaan relief pressure hoist merupakan hal yang penting, tekanan yang menuju hoist harus tetap terjaga karena sangat berpengaruh terhadap kerja steering untuk itu dilakukan pemeriksaan terhadap relief pressure hoist. Langkah pemerikasaanya adalah sebagai berikut : 1. Lepaskan plug sebagaimana di gambarkan pada gambar berikut. Gambar 3.12 Plug relief pressure hoist (foto) 2. Pasang nipple sebagaimana digambarkan pada gambar berikut. Gambar 3.13 Nipple (foto)

14 48 3. Hubungkan hose oil pressure gauge rating maksimal yang digunakan adalah yang bertekanan 40 Mpa (400 kg/cm²) pada nipple pada gambar di atas dan lakukan pengukuran pada saat hoist cylinder raise. Gambar 3.14 Relief pressure hoist (foto) 4. Dari langkah-langkah pemeriksaan tersebut maka di dapat hasil aktual dari relief pressure hoist yaitu: 210 kg/cm² spesifikasi pressure standard: 210 ± 10 kg/cm² Pemeriksaan Check Valve Pemeriksaan check valve dilakukan untuk mengetahui terjadinya kebuntuan pada check valve karena buntunya check valve merupakan salah satu penyebab terjadinya steering berat. Langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut: 1. Remove check valve Gambar 3.15 Check Valve (foto)

15 49 2. Tiup menggunakan tekanan angin dari port A ke B check valve untuk mengetahui bahwa line check valve tidak buntu. Gambar 3.16 Port check valve (foto) 3. Setelah ditiup menggunakan tekanan angin dari port A ke B tekanan angin bisa keluar dan dari port B ke A tekanan angin tidak dapat keluar. Check valve bagus tidak buntu dapat mengarahkan oil pressure 1 arah (one direction) Pemeriksaan Steering Dan Hoist Pump Pemeriksaan pada steering dan hoist pump dilakukan untuk mengetahui kondisi dari pompa steering dan hoist dapat berfungsi dengan normal atau tidak dan memastikan oil supply ke hoist dan steering sesuai dengan standard. Pompa steering dan hoist merupakan bagian yang penting pada sistem hidrolik untuk steering dan hoist, karena berfungsi untuk mensuplai oil hydraulic ke sistem dan merubah tenaga mechanical menjadi tenaga fluida hidtolik dan bersama komponen hidrolik yang lain membuat oil pressure.

16 50 Langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut: 1. Melihat apakah ada kebocoran pada bagian pompa steering dan hoist yang terdapat pada gambar di bawah ini. Gambar 3.17 Steering dan Hoist Pump (foto) 2. Ukur relief pressure steering Hasilnya: Low Idle High Idle Standard : 180 kg/cm² : 130 kg/cm² : 210 ± 10 kg/cm² 3. Ukur relief pressure load sensingnya Hasilnya: High Idle Standard : 130 kg/cm² : kg/cm² 4. Setelah dilakukan pengukuran dan di dapat hasil yang aktual antara relief pressure steering dengan relief pressure load sensing yang perbandingann input dan outputnya pada saat high idle sama artinya pompa steering dan hoist pump masih bagus dan masih bekerja normal.

17 Pemeriksaan Steering Valve (Orbitrol) Steering valve berfungsi sebagai directional control valve untuk mengarahkan aliran oli pada saat engine bekerja ( pump bekerja ). Pemeriksaan steering valve dilakukan untuk mengetahui kondisi dari steering valve dapat berfungsi dengan normal atau tidak. Langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut: 1. Ukur relief pressure load sensing dan relief pressure steering jika relief pressure load sensing dan relief pressure steering hasilnya berbeda berarti steering valve atau load sensing yang rusak. 2. Melakukan pengukuran relief pressure load sensing dan relief pressure steering. Relief pressure load sensing High Idle Standard : 130 kg/cm² : kg/cm² Relief pressure steeringnya Low Idle High Idle Standard : 180 kg/cm² : 130 kg/cm² : 210 ± 10 kg/cm² 3. Dari hasil pengukuran relief pressure load sensing dan relief pressure steering hasilnya sama berarti steering valve dan load sensing masih bagus.

18 52 Gambar 3.18 Steering Valve (foto) Pemeriksaan Cross Over Relief Valve Cross over relief valve berfungsi untuk membebaskan atau meredam abnormal pressure akibat pengaruh dari luar. Pemeriksaan pada cross over relief valve untuk mengetahui pressure-pressure yang abnormal. Langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut: 1. Melihat apakah ada kebocoran pada hose-hose disekitar cross over relief valve. Gambar 3.19 Cross over relief valve (foto) 2. Kemudian dilakukan pemeriksaan pressure oli pada cross over relief valve.

19 Pemeriksaan Steering Cylinder Pemeriksaan steering cylinder dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi keausan, kebocoran dan kerusakan pada cylinder steering yang dapat mengakibatkan steering menjadi berat. Langkah pemeriksaanya adalah sebagai berikut: 1. Melihat apakah ada kebocoran disekitar cylinder steering. Gambar 3.20 Steering Cylinder (foto) 2. Check keausan dari rod cylinder dan pelumasannya Pemeriksaan Demand Valve Demand valve berfungsi untuk menjaga agar aliran oli yang menuju steering system tetap konstan. Pemeriksaan pada demand valve dilakukan karenaa demand valve merupakan bagian yang berpengaruh dari kerja steering system. Langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut: 1. Lakukan pengukuran relief pressure steering, pengukuran relief pressure load sensing, pengukuran relief pressure hoist semua diukur di area demand valve. 2. Remove dan check demand valve

20 54 Gambar 3.21 Demand valve disassembly (foto) 3.6 PENGUMPULAN DATA Dari langkah-langkah pemeriksaan tersebut maka di dapat hasil yang aktual dari semua pengukuran langsung dari lapangan. Tabel 3.2 Pengumpulan Data Hasil Pemeriksaan dan Pengukuran Rpm No Pemeriksaan Engine & Arah 1 Level Oli Hidrolik 2 3 Relief Pressure Steering Relief Pressure Hoist Raise Low Idle & High Idle Hasil Pengukuran Aktual Di antara tanda Min dan Max Spesifikasi Standard Di antara tanda Min dan Max Low Idle 180 kg/cm 2 190±10 kg/cm 2 High Idle 130 kg/cm 2 210±10 kg/cm 2 dibawah Pressure standard Low Idle 180 kg/cm 2 190±10 kg/cm 2 High Idle 210 kg/cm kg/cm 2 Keterangan OK OK OK OK 4 Relief Pressure Load Sensing High Idle 130 kg/cm kg/cm 2 Tidak sesuai standard karena pressure yang di baca pressure relief steering

21 55 5 Turning Time Steering 6 Filter Steering dan Check Valve Dari Kanan ke Kiri Dari Kiri ke Kanan 18 detik (steering wheel tidak dapat full stroke) 16 deik (steering wheel tidak dapat full stroke) - Tidak Buntu - 4 detik Not OK 4 detik Not OK Ditiup menggunakan angin dari port 1 & DATA HASIL PEMERIKSAAN Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan penyebab steering abnormal (steering berat), maka bab ini akan menjelaskan hasil pemeriksaan untuk mengetahui letak dari penyebab steering abnormal Level Oli Hidrolik Level oli hidrolik pada saat engine running ada di bawah low kurang dari standard yang diizinkan Relief Pressure Steering Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan diatas maka didapatkan data-data sebagai berikut : Tabel 3.3 Hasil pemeriksaan relief pressure steering No Engine Rpm Aktual hasil Spesifikasi Pengukuran Standard Keterangan 1 Low Idle 180 kg/cm 2 190±10 kg/cm 2 OK 2 High Idle 130 kg/cm 2 210±10 kg/cm 2 Not OK

22 56 Dari hasil ini dapat dianalisa bahwa tekanan dari relief pressure steering tidak standar jadi menyebabkan steering tidak bekerja normal Relief Pressure Load Sensing Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan diatas maka didapatkan data-data sebagai berikut : Tekanan oli pada relief pressure load sensing aktualnya adalah 130 kg/cm², pada saat high idle. Standar: kg/cm². Ket: Load Sensing valve pada Demand valve masih berfungsi dan bekerja dengan baik karena dapat membaca sesuai dengan pressure output dari relief pressure steering Relief Pressure Hoist Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan diatas maka didapatkan data-data sebagai berikut : Tekanan oli pada relief pressure steering aktualnya adalah 210 kg/cm². Standar: 210 ± 10 kg/cm² Dari hasil ini dapat dianalisa bahwa relief pressure hoist sesuai standard jadi penyebab steering heavy itu bukan pengaruh dari relief pressure hoist pada saat posisi cylinder hoist raise Check Valve Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan diatas membuktikan bahwa kondisi check valve masih bagus karena ketika di tiup menggunakan tekanan angin check valve tidak buntu. Dari hasil ini maka mengindikasikan bahwa penyebab steering heavy itu bukan dari check valve.

23 Steering Dan Hoist Pump Dari hasil pemeriksaan steering dan hoist pump membuktikan bahwa kondisi pompa steering dan hoist dalam keadaan normal karena tidak ada kebocoran pada bagian pompa steering dan hoist. Setelah dilakukan pengukuran dan di dapat hasil yang aktual antara relief pressure steering dengan relief pressure load sensing yang perbandingan input dan outputnya sama, berarti pompa steering dan hoist pump masih bagus dan masih bekerja dengan baik. Dari hasil ini maka penyebab steering wheel heavy itu bukan dari pompa steering dan hoist Steering Valve (Orbitrol) Dari hasil pemeriksaan steering valve membuktikan bahwa kondisi steering valve dalam keadaan normal karena dari hasil pengukuran relief pressure load sensing dan relief pressure steering hasilnya sama, berarti steering valve dan load sensing masih bagus. Jika relief pressure load sensing dan relief pressure steering hasilnya berbeda berarti steering valve atau load sensing yang rusak. Dari hasil ini mengindifikasikan bahwa penyebab steering wheel heavy itu bukan dari steering valve-nya Cross Over Relief Valve Dari hasil pemeriksaan cross over relief valve membuktikan bahwa kondisi cross over relief valve tidak ada masalah karena pressure di cross over relief valve normal dan tidak ada kebocoran di sekitar komponen ini.

24 58 Dari hasil ini mengindifikasikan bahwa cross over relief valve dalam keadaan normal dan tidak ada masalah yang dapat mengakibatkan steering wheel heavy Steering Cylinder Dari hasil pemeriksaan cylinder steering membuktikan bahwa kondisi cylinder steering dalam keadaan normal karena tidak ada kebocoran, keausan dan kerusakan pada cylinder steering. Dari hasil ini mengindifikasikan bahwa cylinder steering normal dan tidak mempengaruhi steering wheel heavy Demand Valve Dari hasil pemeriksaan demand valve ditemukan spool demand valve yang scratch. Gambar 3.22 Demand Valve setelah di disassembly

25 59 Gambar 3.23 Spool Demand Valve Scratch (foto) Dari hasil ini dapat diidentifikasi bahwa spool demand valve yang scratch ini yang menyebabkan steering wheel heavy pada saat diputar. Kerusakan spool demand valve dikarenakan kurangnya pelumasan pada demand valve, hal ini dapat dilihat dari level oli hidrolik yang dibawah low pada saat pemeriksaan karena kurangnya pelumasan akibatnya spool demand valve bergesekan dengan housing-nya sehingga spool mengalami scratch. Scratch-nya spool demand valve menyebabkan internal leakage didalam valve itu sendiri dan membuat spool demand valve tidak mau terbuka full padaa saat high idle sehingga suplai oli dari pompa steering yang akan di prioritaskan ke steering valve akan berkurang dan pressure- nya akan turun dan tidak mampu untuk menggerakkan steering cylinder. Mengakibatkan steering wheel menjadi berat saat sedang dibelokkan hal ini disebabkan karena tekanan oli yang menuju steering valve dan steering cylinder tekanannya rendah.

26 ANALISA HASIL PEMERIKSAAN Setelah dilakukan pemeriksaan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dari hasil pemeriksaan tersebut dapat dianalisa penyebab tidak bekerjanya dengan baik steering sistem adalah karena terdapat scracth pada spool demand valve yang mengakibatkan internal leakage di dalam demand valve sehingga oil pressure yang berfungsi sebagai pilot sensing untuk menggerakkan spool demand valve pressure nya akan drop karena ada kebocoran dan tidak mampu untuk menggerakan spool sampai full open akibatnya aliran oli dari steering pump tidak dapat sepenuhnya diprioritaskan ke steering valve untuk diteruskan ke steering cylinder. Oil pressure yang menuju ke steering valve menjadi tidak lancar sehingga pressure yang dihasilkan rendah mengakibatkan steering wheel menjadi berat karena suplai oli yang menuju steering valve kurang Analisa Hasil Pemeriksaan Steering System Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut maka diperoleh data yang aktual langsung dari hasil pengukuran pada saat pengerjaan trouble shooting steering abnormal yang diperkirakan kerusakan terjadi pada Demand Valve karena pada saat pengukuran relief pressure steering tidak mencapai pressure-nya yaitu: Low Idle : 180 kg/cm² High Idle : 130 kg/cm² Standard : 210 kg/cm²

27 61 Sedangkan Load Sensing pada Demand valve yang berfungsi sebagai sensing ke steering valve pressure-nya bagus yaitu 130 kg/cm² (Standard: kg/cm²). Karena Load Sensing valve membaca sesuai dengan output dari steering valve. Jadi ada kemungkinan tidak terjadi trouble pada steering valve karena kondisi Load Sensing valve yang masih berfungsi atau bekerja. 3.9 LANGKAH PERBAIKAN Setelah dilakukan proses pemeriksaan kemudian didapatkan hasil pemeriksaannya dan selanjutnya dilakukan analisa terhadap penyebab dari kerusakan, maka dapat disimpulkan bahwa penyebab tidak bekerjanya dengan baik steering system diakibatkan oleh kerusakan pada spool demand valve yaitu spool demand valve scratch yang mengakibatkan internal leakage, untuk itu harus dilakukan perbaikan/penggantian terhadap komponen spool demand valve yang rusak, maka dilakukan penggantian part yang rusak dengan part yang baru. Dalam melakukan penggantian part diharuskan sesuai dengan prosedurnya adapun langkah yang dilakukan pada saat penggantian part yaitu sebagai berikut : 1. Uninstall Demand valve assy. P/N: Uninstall Line filter hydraulic 3. Uninstall Hydraulic filter 4. Install Demand valve assy. P/N:

28 62 5. Install Line filter hydraulic 6. Install Hydraulic filter 7. Lakukan flushing hydraulic system Setelah melakukan langkah perbaikkan dan final inspection, kemudian melakukan pemeriksaan secara visual dan pengukuran kembali yaitu melakukan pengukuran relief pressure steering. Adapun langkah-langkah pemeriksaannya sebagai berikut: 1. Lepaskan plug sebagaimana di gambarkan pada gambar berikut. Gambar 3.24 Plug Relief Pressure Steering (foto) 2. Pasang nipple sebagaimana digambarkan pada gambar berikut. Gambar 3.25 Nipple (foto)

29 63 3. Hubungkan hose oil pressure gauge dengan maksimal rating yang digunakan adalah yang bertekanan 40 Mpa (400 kg/cm²) pada nipple pada gambar di atas dan lakukan pengukuran pada saat low idle dan high idle. Low Idle High Idle Gambar 3.26 Relief pressure steering (foto) Tabel 3.4 Hasil Pengukuran Relief pressure Steering No Engine Rpm Aktual hasil Spesifikasi Pengukuran Standard Keterangan 1 Low Idle 180 kg/cm 2 190±10 kg/cm 2 OK 2 High Idle 210 kg/cm 2 210±10 kg/cm 2 OK Setelah melakukan penggantian Demand Valve dikarenakan spool demand valve scratch dan sangat mempengaruhi performance dari steering system maka dilakukan kembali pengukuran relief pressure steering untuk memastikan setting pressure untuk steering sistem sesuai dengan standard. Dan untuk memastikan bahwa permasalahan yang terjadi sudah berhasil diperbaiki. Sesuai dengan tabel 3.26 diatas didapat hasil

30 64 pengukuran Relief pressure steering 180kg/cm 2 pada saat Low idle dan 210kg/cm 2 pada saat High idle. Hasil setting pressure yang didapat sudah sesuai dengan spesifikasi standard. Dan setelah dilakukan running test steering wheel tidak berat lagi saat dibelokkan dan kecepatannya pun normal. Steering System sudah berfungsi dengan baik, dan permasalah sudah diatasi PERHITUNGAN RELIABILITY, AVAILABILITY, MAINTAINABILITY Kebanyakan industri komoditas, misalnya industri pertambangan atau pertanian menggunakan alat berat seperti excavator, wheel loader, tractor, dump truck untuk operasi produksinya (loading, houling, dan dumping). Operasi produksi tersebut hampir dilakukan setiap hari tanpa berhenti. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa peran alat-alat berat tersebut sangat penting dari keberlangsungan operasi industri komoditas. Alat berat pada industri pertambangan memiliki beban kerja yang besar. Alat berat ini memiliki karakteristik-karakteristik tertentu sehingga memerlukan perawatan yang tinggi, yaitu : 1. Memerlukan insvestasi yang besar, sehingga return of asset (ROA) harus tinggi. 2. Terdiri dari komponen dan teknologi yang kompleks. 3. Memerlukan availabilitas tinggi karena digunakan hampir 24 jam nonstop. 4. Memiliki umur yang panjang.

31 Data Pemeliharaan No Alat Untuk dapat mengukur kinerja pemeliharaan yang terdapat di workshop, diperlukan data history pemeliharaan peralatan berat selama tahun Data pemeliharaan terebut selanjutnya diolah didasarkan atas parameter-parameter pemeliharaan yang terdapat pada Total Productive Maintenance (TPM). Parameter-parameter tersebut adalah Overall Equipment Effectiveness (OEE), Availability (ketersedian alat), Mean Down Time (Rata-rata waktu kerusakan alat), Mean Time Between Failures (MTBF), Mean Time To Repair (MTTR). Tabel 3.5 merupakan history pemeliharaan alat berat selama Januari Desember Tabel 3.5 History Pemeliharaan Alat Berat Tahun 2012 Model Waktu Terjadwal Alat (Jam) Down Time (Jam) Total Waktu Alat Beroperasi (Jam) Frekuensi Down Time DT 2320 HD 465-7R DT 2321 HD 465-7R DT 2322 HD 465-7R DT 2323 HD 465-7R DT 2324 HD DT 2325 HD DT 2326 HD DT 2327 HD DT 2328 HD DT 2329 HD

32 66 DT 2330 HD DT 2331 HD 465-7R DT 2332 HD 465-7R DT 2333 HD 465-7R DT 2334 HD 465-7R Dari data pemeliharaan ini selanjutnya akan ditentukan besarnya parameter-parameter TPM sebagai berikut Availability (Ketersediaan Alat) Availability merupakan ukuran besarnya total waktu penggunaan alat dalam satuan persentase. Availability dihitung dengan menggunakan persamaan: 100% Sebagai contoh, untuk alat berat dengan nomer alat DT 2320 akan diperoleh availability sebesar: % 80,16% Dengan cara yang sama, diperoleh availability untuk semua alat seperti terlihat di tabel 3.6. Tabel 3.6 Availability Alat Berat Tahun 2012 No. Alat Model Availability (%) DT 2320 HD 465-7R 80,16 DT 2321 HD 465-7R 88,57

33 67 DT 2322 HD 465-7R 80,75 DT 2323 HD 465-7R 70,16 DT 2324 HD ,44 DT 2325 HD ,96 DT 2326 HD ,19 DT 2327 HD ,91 DT 2328 HD ,12 DT 2329 HD ,78 DT 2330 HD ,18 DT 2331 HD 465-7R 91,31 DT 2332 HD 465-7R 94,41 DT 2333 HD 465-7R 96,59 DT 2334 HD 465-7R 70, Mean Down Time (Rata-Rata Waktu Kerusakan Alat) Mean Down Time (MDT) adalah waktu rata-rata berhentinya alat akibat terjadinya kerusakan. MDT dihitung dengan menggunakan persamaan: Sebagai contoh untuk alat berat dengan nomor alat DT 2320 akan diperoleh MDT sebesar: ,09

34 68 Dengan cara yang sama, diperoleh MDT untuk semua alat seperti terlihat pada tabel 3.7. Tabel 3.7 Mean Down Time (MDT) Alat Berat Tahun 2012 No. Alat Model Mean Down Time (Jam) DT 2320 HD 465-7R 24,09 DT 2321 HD 465-7R 20,63 DT 2322 HD 465-7R 29,68 DT 2323 HD 465-7R 29,08 DT 2324 HD ,62 DT 2325 HD ,21 DT 2326 HD ,65 DT 2327 HD ,09 DT 2328 HD ,85 DT 2329 HD ,69 DT 2330 HD ,19 DT 2331 HD 465-7R 8,58 DT 2332 HD 465-7R 8,90 DT 2333 HD 465-7R 6,94 DT 2334 HD 465-7R 34, Mean Time Between Failure (MTBF) Mean Time Between Failure (MTBF) adalah waktu rata-rata alat bekerja sebelum terjadi kerusakan kembali. MTBF dapat dihitung dengan menggunakan pesamaan:

35 69 Sebagai contoh, untuk alat berat dengan nomor alat DT 2320 akan diperoleh MTBF sebesar: ,30 Dengan cara yang sama, diperoleh MTBF untuk semua alat seperti terlihat pada tabel 3.8. Tabel 3.8 Mean Time Between Failure (MTBF) Alat Berat Tahun 2012 No. Alat Model MTBF (Jam) DT 2320 HD 465-7R 97,30 DT 2321 HD 465-7R 159,81 DT 2322 HD 465-7R 124,52 DT 2323 HD 465-7R 68,37 DT 2324 HD ,96 DT 2325 HD ,91 DT 2326 HD ,89 DT 2327 HD ,93 DT 2328 HD ,25 DT 2329 HD ,51 DT 2330 HD ,59 DT 2331 HD 465-7R 90,08 DT 2332 HD 465-7R 150,32 DT 2333 HD 465-7R 196,81 DT 2334 HD 465-7R 81, Mean Time To Repair (MTTR) Mean Time To Repair adalah waktu rata-rata alat diperbaiki saat terjadi kerusakan. MTTR dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

36 70 Pada workshop yang dijadikan objek penilitian ini, setiap alat yang telah selesai diperbaiki langsung dikirimkan ke bagian produksi, sehingga waktu perbaikan tercatat merupakan waktu alat tersebut diberhentikan (down time). Sehingga Mean Time To Repair (MTTR) sama dengan Mean Down Time (MDT) Overall Equipment Effectiveness (OEE) OEE merupakan besaran inti untuk mengukur keberhasilan dalam program penerapan Total Productive Maintenance (TPM). Untuk memperoleh OEE, diperlukan perhitungan Availability (A), Performance Efficiency (P), dan Rate of Quality (Q) terlebih dahulu. OEE dihitung dengan menggunakan persamaan: Dimana: 100% / 100% 100% Keterangan: Jumlah Proses (Processed Amount) merupakan perbandingan antara total hasil produksi dengan kapasitas produksi alat. Waktu operasi

37 71 (Operating Time) merupakan total waktu beroperasinya alat atau dengan kata lain total waktu alat beroperasi tanpa henti / mengalami gangguan, sedangkan siklus waktu toritis alat (Theoritical Cycle Time) merupakan waktu ideal alat untuk beroperasi dalam satu siklus produksi / proses, dimana dalam penelitian ini diketahui besarnya adalah 15 menit (0,25 jam). Jumlah produk cacat (Defect Amount) adalah banyaknya produk yang cacat / rusak selama produksi, baik cacat yang memerlukan pekerjaan ulang (rework) maupun yang benar-benar telah rusak dan harus dibuang (scrap). Dalam operasional pertambangan yang diteliti, tidak terdapat produk yang dapat dikategorikan sebagai produk cacat, baik rework maupun scrap. Availability telah dihitung sebelumnya, sehingga hanya Performance Efficiency (P) dan Rate Of Quality (Q) yang akan dilakukan perhitungan berikutnya. Sebagai contoh untuk alat berat dengan nomor alat DT 2320 akan diperoleh Performance Efficiency (P) dan Rate Of Quality (Q) sebagai berikut: ,25 100% 36,07% % 100% Sehingga akan diperoleh OEE: 80,16% 36,07% 100% 28,91% Dengan cara yang sama akan diperoleh OEE untuk semua alat seperti terlihat pada tabel 3.9.

38 72 Tabel 3.9 Overall Equipment Effectiveness (OEE) Alat Berat Tahun 2012 No. Alat Model % Overall Equipment Effectiveness (OEE) DT 2320 HD 465-7R 28,91 DT 2321 HD 465-7R 31,95 DT 2322 HD 465-7R 29,13 DT 2323 HD 465-7R 25,31 DT 2324 HD ,82 DT 2325 HD ,57 DT 2326 HD ,35 DT 2327 HD ,79 DT 2328 HD ,60 DT 2329 HD ,78 DT 2330 HD ,13 DT 2331 HD 465-7R 37,07 DT 2332 HD 465-7R 38,33 DT 2333 HD 465-7R 39,22 DT 2334 HD 465-7R 28,59 Berdasarkan tabel 3.9 dapat diketahui bahwa semua alat memiliki nilai OEE yang relatif rendah sehingga perlu diketahui cara untuk memperbaiki kualitas pemeliharaan tersebut. Diketahui bahasa teknis yang sangat mempengaruhi atribut berdasarkan urutan nilai normalisasi total, yaitu:

39 73 1. Memperbaiki proses pemeliharaan 2. Melaksanakan pemeliharaan pencegahan 3. Melatih staff pemeliharaan 4. Melaksanakan test operasional 5. Melaksanakan program overhaul Hasil analisis diatas dapat diterapkan sebagai rencana kegiatan yang harus diprioritaskan pengimplementasiannya dalam rangka meningkatkan kualitas pemeliharaan sekaligus meningkatkan keuntungan perusahaan (penurunan biaya pemeliharaan), meningkatkan kompetensi dan niat baik dari seluruh karyawan yang terlibat.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Heavy Dump Truck (HD) merupakan produk Komatsu yang mempunyai ukuran yang berbeda-beda dan salah satunya adalah Heavy Dump Truck Komatsu 465-7R, yang mempunyai arti:

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pengumpulan data dilakukan pada sebuah perusahaan pertambangan yang ada di Bogor, Jawa Barat. Adapun data yang diambil adalah data produksi bahan tambang yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada PT. Kakao Mas Gemilang dan pengambilan data dilakukan pada department teknik dan produksi. 3.2. Pelaksanaan Penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi maintenance Maintenance (perawatan) menurut Wati (2009) adalah semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Start Alat berat masuk ke Workshop Pengecekan sistem hidrolik secara keseluruhan komponen Maintenance Service kerusakan Ganti oli Ganti filter oli Ganti hose hidrolik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Metode penelitian ini merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapantahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan maupun bagian yang

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISIS MODEL MAINTENANCE QUALITY FUCTION DEPLOYMENT (MQFD)

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISIS MODEL MAINTENANCE QUALITY FUCTION DEPLOYMENT (MQFD) BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISIS MODEL MAINTENANCE QUALITY FUCTION DEPLOYMENT (MQFD) Perancangan model Maintenance Quality Function Deployment (MQFD) terdiri atas dua tahapan besar. Tahapan pertama adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 48 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian perlu dibuat urut-urutan proses pengerjaan yang dilakukan. Urut-urutan proses pengerjaan tersebut disebut Metodologi Penelitian. Hal ini

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISA KERUSAKAN MAIN CONTROL VALVE 4.1 Pembahasan Penyebab Cylinder Drift... 63

BAB IV. ANALISA KERUSAKAN MAIN CONTROL VALVE 4.1 Pembahasan Penyebab Cylinder Drift... 63 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR JUDUL... ii LEMBAR NOMOR PENGESAHAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv MOTTO... v LEMBAR PERSEMBAHAN... vi LEMBAR PERNYATAAN... vii KATA PENGANTAR... viii ABSTRACT... x

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

ANALISA KERUSAKAN MAIN PUMP EXCAVATOR KEIHATSU 921C

ANALISA KERUSAKAN MAIN PUMP EXCAVATOR KEIHATSU 921C ANALISA KERUSAKAN MAIN PUMP EXCAVATOR KEIHATSU 921C Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Oleh : FACHRUDIN SYAHID NIM : D200 130

Lebih terperinci

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai STEAM TURBINE POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai PENDAHULUAN Asal kata turbin: turbinis (bahasa Latin) : vortex, whirling Claude Burdin, 1828, dalam kompetisi teknik tentang sumber daya air

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Mesin atau peralatan yang menjadi objek penelitian adalah pada bagian pengeringan di PT. XYZ yaitu pada mesin Dryer Twind. Karena mesin ini bersifat

Lebih terperinci

STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL

STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL NO. KODE JUDUL 1. WLO 01 ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA 2. WLO 02 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) 3. WLO 03 STRUKTUR DAN FUNGSI WHEEL LOADER 4. WLO 04 PEMELIHARAAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Batasan Masalah Metode Penelitian Sistematika Penulisan...

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Batasan Masalah Metode Penelitian Sistematika Penulisan... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSOALAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii MOTTO... iv LEMBAR PERSEMBAHAN...v KATA PENGANTAR... vi ABSTRACT... viii INTISARI... ix DAFTAR ISI...x DAFTAR TABEL... xiii

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA 4.1. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan overall equipment effectiveness di PT. Sulfindo Adi Usaha dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan macam-macam langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. 3.1 Studi Literatur Studi literatur merupakan tahapan penyusunan landasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8

PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8 PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8 Aulia Firdaus 1, Turmizi 2, Ariefin 2 1 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi dan Perawatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada perancangan modifikasi sistem kontrol panel mesin boiler ini, selain menggunakan metodologi studi pustaka dan eksperimen, metodologi penelitian yang dominan digunakan

Lebih terperinci

SISTEM KERJA HIDROLIK PADA EXCAVATOR TIPE KOMATSU PC DI PT. UNITED TRACTORS TBK.

SISTEM KERJA HIDROLIK PADA EXCAVATOR TIPE KOMATSU PC DI PT. UNITED TRACTORS TBK. SISTEM KERJA HIDROLIK PADA EXCAVATOR TIPE KOMATSU PC 200-8 DI PT. UNITED TRACTORS TBK. Nama : Ricko Pramudya NPM : 26411117 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Iwan Setyawan, ST. MT Latar Belakang Penggunan

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Maintenance

Sistem Manajemen Maintenance Sistem Manajemen Maintenance Pembukaan Yang dimaksud dengan manajemen maintenance modern bukan memperbaiki mesin rusak secara cepat. Manajemen maintenance modern bertujuan untuk menjaga mesin berjalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu paradigma untuk memecahkan masalah yang terjadi agar penelitian ini lebih sistematis dan terarah. Bab ini berisi langkahlangkah pembahasan

Lebih terperinci

TOPIK 3 CATERPILLAR NEW SCROLL FUEL SYSTEM

TOPIK 3 CATERPILLAR NEW SCROLL FUEL SYSTEM TOPIK 3 CATERPILLAR NEW SCROLL FUEL SYSTEM PENDAHULUAN Gambar 3.1 Jumlah bahan bakar yang terbakar pada sebuah engine berhubungan langsung dengan jumlah horsepower dan torque yang dihasilkan. Secara umum,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dump Truck 2.1.1 Pengertian Dump Truck BAB II LANDASAN TEORI Dump truck merupakan alat berat yang berfungsi untuk mengangkut atau memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (> 500m).

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengukuran Performansi Pengukuran performansi sering disalah artikan oleh kebanyakan perusahaan saat ini. Indikator performansi hanya dianggap sebagai indikator yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Dalam perkitan hydraulic power unit ada beberapa proses dari mulai sampai selesai, dan berikut adalah alur dari proses produksi Gambar 4.1

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 4.1 Pengujian Pompa Reciprocating Pengujian kinerja pompa ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja pompa setelah proses modifikasi, yang meliputi ketangguhan sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LADASA TEORI Dalam penulisan tugas akhir ini diperlukan teori-teori yang mendukung, diperoleh dari mata kuliah yang pernah didapat dan dari referensi-referensi sebagai bahan pendukung. Untuk mencapai

Lebih terperinci

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY 55184 1,2)Email: teknik.industri@uii.ac.id ABSTRAK

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY 55184 1,2)Email: teknik.industri@uii.ac.id ABSTRAK Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) Aldila Samudro Mukti 1, Hudaya

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Universitas Gunadarma Depok 2014

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Universitas Gunadarma Depok 2014 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENULISAN ILMIAH PROSES KERJA SISTEM HYDRAULIC PADA FORKLIFT TIPE DIESEL 115 PS DI PT. TRAKTOR NUSANTARA Nama : Rachmad Hidayat NPM : 29411104 Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV BAGIAN PENTING MODIFIKASI

BAB IV BAGIAN PENTING MODIFIKASI 75 BAB IV BAGIAN PENTING MODIFIKASI Pada bab IV ada beberapa hal penting yang akan disampaikan terkait dengan perancangan modifikasi sistem kontrol panel mesin boiler ini, terutama mengenai penggantian,

Lebih terperinci

Politeknik Manufaktur Astra

Politeknik Manufaktur Astra MEMPERCEPAT PROSES TROUBLESHOOTING HYDRAULIC LOW POWER PADA UNIT KOMATSU PC200 SERIES DENGAN TOOL MAIN RELIEF TESTER DI PT. UNITED TRACTORS BRANCH SAMPIT Galih Satya Dharma 1, Ajib Rosadi 2 Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Standard Operational Procedure Flow chart proses honing tersebut disajikan pada gambar dibawah ini : Gambar 4.1. Flow Chart SOP Proses Honing Teknik Industri

Lebih terperinci

STE TE HE E SE. Indicator Perusahaan (95%) (95%) (95%) (95%) (95%)

STE TE HE E SE. Indicator Perusahaan (95%) (95%) (95%) (95%) (95%) Indicator Perusahaan melakukan pemeriksaan dan pengencangan pada baut yang longgar melakukan pengesekan terhadap temperatur turbin memberikan pelumasan pada bearing melakukan pengecekan secara visual melakukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Scope Pemeliharaan P1 P8 Scope Pemeliharaan P1 & P2 (Pemeliharaan Harian) PLTD Titi Kuning meliputi: 1. Membersihkan mesin, peralatan-peralatan bantu serta lantai lokasi mesin dari

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Kerusakan Mesin dan Keputusan Modifikasi Filter Oli Dari data data yang ada di BAB sebelumnya, sudah bisa diketahui bahwa kerusakan mesin khususnya komponen

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Pada bagian ini akan diuraikan langkah-langkah pemecahan masalah yang dihadapi dan dapat digambarkan pada flowchart di bawah ini: Gambar

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Berikut ini merupakan flowchart kerangka keseluruhan untuk melakukan penelitian. Menentukan Tema Identifikasi Masalah Menentukan latar belakang masalah

Lebih terperinci

MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK

MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK BAB III MEMBUAT STANDAR OPERA SIONA L PR OSEDUR PADA UNIT WA TER TRUC K MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK 1.1 Bagian-Bagian Utama water truck. Pada bagian ini dijelaskan nama-nama

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Scope Pemeliharaan P1 P8 Scope Pemeliharaan P1 & P2 (Pemeliharaan Harian) PLTD Titi Kuning meliputi : 1. Membersihkan mesin, peralatan-peralatan bantu serta lantai lokasi mesin dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, adalah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, adalah sebagai berikut : BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodelogi penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapatahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Total Productive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang, dan Nippondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan dan mengembangkan konsep

Lebih terperinci

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bagian ketiga dari laporan skripsi ini menggambarkan langkah-langkah yang akan dijalankan dalam penelitian ini. Metodologi penelitian dibuat agar proses pengerjaan penelitian

Lebih terperinci

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN Menekan Input 1.03-Planning & Budgeting-R0 1/18 MAINTENANCE PLANNING Maintenance Plan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dengan Production

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu :

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu : BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP 3.1. SISTEM MANUFAKTUR 3.1.1. JENIS SISTEM MANUFAKTUR Proses manufaktur merupakan suatu proses perubahan bentuk dari bahan baku atau bahan setengah jadi

Lebih terperinci

PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN PERFORMA MESIN KOMATSU SA12V140-1 SETELAH PROSES REMANUFACTURING

PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN PERFORMA MESIN KOMATSU SA12V140-1 SETELAH PROSES REMANUFACTURING 6 PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN PERFORMA MESIN KOMATSU SA12V140-1 SETELAH PROSES REMANUFACTURING Hendro Purwono 1* dan Thomas Djunaedi 2 1 Jurusan D3 Perawatan Alat Berat, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Flow Process PT. ADM divisi Stamping Plant Start Press Line IRM 2A Line Single Part 3B Line Logistik PPC 4A Line Press Inspection Door Assy Inspection Dies Maintenance

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam) BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN 5.1 Analisa Nilai Availability Table 5.1 Nilai Availability Mesin Steam Ejector Planned Equipment Loss Time Availability Januari 42 6 36 85.71 Februari 44 7 37 84.09 Maret

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA KERUSAKAN SISTEM HIDROLIK PADA CYLINDER HYDRAULIK DAN TRAVEL MOTOR PADA RUBBER CRAWLER CARRIER MOROOKA MST-600VD

TUGAS AKHIR ANALISA KERUSAKAN SISTEM HIDROLIK PADA CYLINDER HYDRAULIK DAN TRAVEL MOTOR PADA RUBBER CRAWLER CARRIER MOROOKA MST-600VD TUGAS AKHIR ANALISA KERUSAKAN SISTEM HIDROLIK PADA CYLINDER HYDRAULIK DAN TRAVEL MOTOR PADA RUBBER CRAWLER CARRIER MOROOKA MST-600VD Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 1 MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 2 SISTEM KEMUDI Kompetensi : Menjelaskan pengertian prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. undercarriage

BAB I PENDAHULUAN. undercarriage BAB I PENDAHULUAN Excavator merupakan salah satu alat berat yang digunakan untuk memindahkan material dari satu tempat ke tempat yang lain. Tujuan penggunaan excavator adalah untuk membantu melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PROSEDUR PENGUJIAN Pengambilan sampel pelumas yang sudah terpakai secara periodik akan menghasilkan laporan tentang pola kecepatan keausan dan pola kecepatan terjadinya kontaminasi. Jadi sangat

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk Disusun Oleh : Nama : Gabriella Aningtyas Varianggi NPM : 33412072 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT IDENTIFIKASI KOMPONEN SISTEM HIDROLIK ALAT BERAT KODE UNIT KOMPETENSI:.01

Lebih terperinci

Tabel I-1 Aktivitas operasional Alat Berat CV Kurnia Gemilang. Jenis Pekerjaan. Komatsu Type PC Sumber : CV Kurnia Gemilang

Tabel I-1 Aktivitas operasional Alat Berat CV Kurnia Gemilang. Jenis Pekerjaan. Komatsu Type PC Sumber : CV Kurnia Gemilang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang CV Kurnia Gemilang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa penyediaan alat berat untuk pekerjaan penggalian material pasir dan batu atau pertambangan galian

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Kerusakan Mesin dan Keputusan Pelaksanaan Retrofit Jika merujuk pada tabel 5.4 data pencapaian target tahun 2010 tertulis bahwa target kerusakan mesin yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit)

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit) BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Availability Rate Availability Rate mencerminkan seberapa besar waktu loading time yang tersedia yang digunakan disamping yang terserap oleh down time losses. Berikut adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Pengujian Kinerja Damper Position Blower Persiapan Pencatatan data awal Pengujian Kinerja Blower: -Ampere Actual - Tekanan Pencatatan hasil pengujian performance

Lebih terperinci

ANALISA TORQUE CONVERTER BULLDOZER SHANTUI SD16F

ANALISA TORQUE CONVERTER BULLDOZER SHANTUI SD16F NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISA TORQUE CONVERTER BULLDOZER SHANTUI SD16F Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way 15 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu Pesawaran jenis Karet Remah (Crumb Rubber) dari bulan Desember

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Manajemen Operasi 2.1.1 Definisi Manajemen Operasi Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Proses menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR 3.1 Mesin Perakit Radiator Mesin perakit radiator adalah mesin yang di gunakan untuk merakit radiator, yang terdiri dari tube, fin, end plate, dan side plate.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE).

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE). BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE). Analisis perhitungan overall equipment effectiveness pada PT. Selamat Sempurna Tbk. dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada. perusahaan tersebut seperti man, machine, material, methode serta

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada. perusahaan tersebut seperti man, machine, material, methode serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada umumnya kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan menciptakan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen. Kegiatan ini melibatkan

Lebih terperinci

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dijelaskan dalam Bab V, bisa disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Kinerja mesin high pressure die casting

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Pengantar Manajemen Pemeliharaan P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Topik Bahasan Perkembangan manajemen pemeliharaan Sistem pemeliharaan Preventive maintenance (PM) Total

Lebih terperinci

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI)

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI) PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI) Fitri Agustina Jurusan Teknik Industri, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang Po Box 2 Kamal,

Lebih terperinci

Daftar Isi. Halaman judul... Lembar Nomor Persoalan... Lembar Pengesahan... Lembar Motto... Lembar Persembahan... Kata Pengantar... Intisari...

Daftar Isi. Halaman judul... Lembar Nomor Persoalan... Lembar Pengesahan... Lembar Motto... Lembar Persembahan... Kata Pengantar... Intisari... Daftar Isi Halaman judul... Lembar Nomor Persoalan... Lembar Pengesahan... Lembar Motto... Lembar Persembahan... Kata Pengantar... i ii iii iv v vi Intisari... viii Abstract... ix Surat Pernyataan... Daftar

Lebih terperinci

PROSES MAINTENANCE 500 JAM KERJA TERHADAP UNIT HYDRAULIC EXCAVATOR PC 200-8M0 Di PT. United Tractors Tbk.

PROSES MAINTENANCE 500 JAM KERJA TERHADAP UNIT HYDRAULIC EXCAVATOR PC 200-8M0 Di PT. United Tractors Tbk. PROSES MAINTENANCE 500 JAM KERJA TERHADAP UNIT HYDRAULIC EXCAVATOR PC 200-8M0 Di PT. United Tractors Tbk. Nama : Muhammad Farhan NPM : 24411824 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Iwan Setyawan, ST., MT.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overall Equipment Effectiveness ( OEE ) Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah tingkat keefektifan fasilitas secara menyeluruh yang diperoleh dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL DATA. Flight controls hydraulic modular package adalah suatu komponen yang

BAB IV ANALISA DAN HASIL DATA. Flight controls hydraulic modular package adalah suatu komponen yang BAB IV ANALISA DAN HASIL DATA 4.1. Analisa Data 4.1.1. Umum Flight controls hydraulic modular package adalah suatu komponen yang berfungsi sebagai pengontrol dari tenaga hydraulic untuk aileron, rudder,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien. Proses peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien. Proses peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian berkembang begitu pesatnya, sehingga tercipta lingkungan yang kompetitif dalam segala bidang usaha. Persaingan yang ketat dalam pasar yang berkembang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Pabrik Kelapa Sawit Dolok Ilir PT.Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) 48 BAB V ANALISA HASIL 5.1. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisis perhitungan overall equipment effectiveness di PT. Inkoasku dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan

Lebih terperinci

JENIS TURBIN. Jenis turbin menurut bentuk blade terdiri dari. Jenis turbin menurut banyaknya silinder. Jenis turbin menurut arah aliran uap

JENIS TURBIN. Jenis turbin menurut bentuk blade terdiri dari. Jenis turbin menurut banyaknya silinder. Jenis turbin menurut arah aliran uap TURBINE PERFORMANCE ABSTRACT Pada umumnya steam turbine di operasikan secara kontinyu dalam jangka waktu yang lama.masalah-masalah pada steam turbin yang akan berujung pada berkurangnya efisiensi dan performansi

Lebih terperinci

Pengukuran Efektivitas Mesin Rotary Vacuum Filter dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (Studi Kasus: PT. PG. Candi Baru Sidoarjo)

Pengukuran Efektivitas Mesin Rotary Vacuum Filter dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (Studi Kasus: PT. PG. Candi Baru Sidoarjo) Pengukuran Efektivitas Mesin Rotary Vacuum Filter dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (Studi Kasus: PT. PG. Candi Baru Sidoarjo) Maulita Farah Zevilla*, Wahyunanto Agung Nugroho, Gunomo Djojowasito

Lebih terperinci

BAB V ANALISA KERJA RANGKAIAN KONTROL

BAB V ANALISA KERJA RANGKAIAN KONTROL 82 BAB V ANALISA KERJA RANGKAIAN KONTROL Analisa rangkaian kontrol pada rangkaian yang penulis buat adalah gabungan antara rangkaian kontrol dari smart relay dan rangkaian kontrol konvensional yang terdapat

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September PRESENTASI SIDANG SKRIPSI 1 ANALISIS KINERJA DAN KAPABILITAS MESIN DENGAN PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) DI PT. X Disusun oleh Nama : Teguh Windarto NPM : 30408826 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram yang dilakukan untuk melakukan pemecahan permasalahan yang terjadi dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : Mulai Studi Pendahuluan Studi Kepustakaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart Mulai Survey Perusahaan Identifikasi Maslah Rumuskan Masalah Menetapkan Tujuan Pengumpulan

Lebih terperinci

Undercarriage and Tyre ( DTAB 2207, 2 SKS)

Undercarriage and Tyre ( DTAB 2207, 2 SKS) UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKOLAH VOKASI DIPLOMA TEKNIK MESIN Jl. Yacaranda Sekip Unit IV, Yogyakarta RPKPM (Rencana Program dan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan -2 Undercarriage and Tyre

Lebih terperinci

ANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA

ANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA ANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA Oleh : MOHAMMAD ILHAM NRP : 6308.030.018 Jurusan : Teknik Permesinan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III BAGIAN BAGIAN DASAR PADA EXCAVATOR TYPE JS 200

BAB III BAGIAN BAGIAN DASAR PADA EXCAVATOR TYPE JS 200 BAB III BAGIAN BAGIAN DASAR PADA EXCAVATOR TYPE JS 200 3.1 Definisi Excavator secara umum Excavator adalah alat berat yang dipergunakan untuk menggali dan mengangkut suatu material (tanah, batubara, dan

Lebih terperinci

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant )

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant ) LUBRICATING SYSTEM Adalah sistim pada engine diesel yang dapat merawat kerja diesel engine agar dapat berumur panjang, dengan memberikan pelumasan pada bagian-bagian engine yang saling bergerak/mengalami

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Disusun oleh : : Alkhotomi.

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Disusun oleh : : Alkhotomi. TUGAS AKHIR Penerapan Autonomous Maintenance menggunakan pengukuran nilai Overall Equipment Efectivines (OEE) untuk mengurangi breakdown pada kendaraan Rubber Remover di Bandara Soekarno-Hatta Diajukan

Lebih terperinci

TEST KEMAMPUAN AUTOMATIC TRANSMISSION

TEST KEMAMPUAN AUTOMATIC TRANSMISSION TEST KEMAMPUAN AUTOMATIC TRANSMISSION Tes Jalan Berfungsi untuk memeriksa tingkat kecepatan yang digunakan pada posisi L, 2 atau D saat sistem pengontrolan perpindahkan gigi tidak berfungsi. Lakukan tes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menunjukkan penelitian melalui penelitian lapangan yang

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK BAB III PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI VISKOSITAS, TBN DAN KANDUNGAN LOGAM PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN MESIN SERVICE MESIN UJI KONDISI MESIN DALAM

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Semakin berkembangnya industri terutama dibidang jasa dan produksi akan mempengaruhi perusahaan untuk meningkatkan kualitas kerja yang dihasilkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

1. EMISI GAS BUANG EURO2

1. EMISI GAS BUANG EURO2 1. EMISI GAS BUANG EURO2 b c a Kendaraan Anda menggunakan mesin spesifikasi Euro2, didukung oleh: a. Turbocharger 4J 4H Turbocharger mensuplai udara dalam jumlah yang besar ke dalam cylinder sehingga output

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4.1. Menentukan Nilai Severity, Occurrence, Detection dan RPN 4.1.1 Oli dan Filter Hidrolik Kotor Kerusakan pada oli dan filter hidrolik dapat menyebabkan kenaikan temperature

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 51 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini berisi mengenai hasil pengujian mesin Auto Loading menggunakan Robo Cylinder pada mesin Power Press PP 60. Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa pembuatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap industri manufaktur berusaha untuk efektif, dan dapat berproduksi dengan biaya produksi yang rendah untuk meningkatkan produktivitas. Usaha ini diperlukan untuk

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA 39410112 LATAR BELAKANG Peningkatan Produktivitas Overall Equipment Effectiveness

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan Overall Equipment Effectiveness di PT. Gramedia Printing Group dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

ANALISA HIDROLIK SISTEM LIFTER PADA FARM TRACTOR FOTON FT 824

ANALISA HIDROLIK SISTEM LIFTER PADA FARM TRACTOR FOTON FT 824 NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISA HIDROLIK SISTEM LIFTER PADA FARM TRACTOR FOTON FT 824 Disusun Sebagai Syarat Untuk Mengikuti Ujian Tugas Akhir Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci