BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA"

Transkripsi

1 35 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data PT.Inti Pantja Press Industri memiliki flow process dalam penangan produk ( press part ) yang berlaku untuk semua produk sebelum dikirim ke konsumen yaitu : Gambar 4.1: Flow Process Penanganan Produk Dimana produk atau press part dikerjakan di area produksi, setelah diproduksi part akan di cek oleh quality, jika hasilnya ok maka akan langsung dikirim ke area penyemprotan anti karat. Jika NG maka akan di repair diarea handwork setelah itu di kirim ke area penyemprotan anti karat, jika part itu reject maka akan discrap/dibuang oleh bagian general affair dengan persetujuan bagian quality. Setelah part masuk ke proses penyemprotan anti karat maka part akan disimpan diarea inventory sebagai

2 36 buffer stock dan ada pula yang langsung dikirim ke konsumen tergantung pada jadwal pengiriman dan sesuai dengan permintaan konsumen Proses penyemprotan Anti Karat Gambar 4.2 : Area Anti Karat Proses penyemprotan anti karat berfungsi untuk mencegah timbulnya karat pada produk yang dihasilkan. Proses anti karat sendiri adalah proses terakhir sebelum produk dikirim kepada pelanggan. Semua barang yang telah melalui proses pengerjaan dan diperiksa dengan hasil yang baik, langsung dikirim ke area anti karat untuk dilakukan penyemprotan cairan anti karat sebelum disimpan pada gudang penyimpanan. Produk yang telah disemprot anti karat tidak semuanya disimpan pada gudang penyimpanan, tetapi ada juga yang langsung dikirim kepada pelanggan.

3 37 Adapun urutan dari proses penyemprotan anti karat adalah : 1. Semua finished part hasil proses, disemprot anti karat sebelum disimpan pada gudang penyimpanan atau sebelum dikirim ke konsumen. 2. Part dalam pallet disemprot pada 5 posisi, yaitu depan, belakang, kanan, kiri, dan atas. 3. Standar penyemprotan adalah merata. 4. Beri tanda stempel OK semprot pada part identification card. Gambar 4.3 : Proses penyemprotan anti karat

4 38 Gambar 4.4 : Spray ( Semprotan ) Flow Process Penyemprotan Anti Karat Proses penyemprotan anti karat diawali dengan masuknya part dari proses produksi yang disimpan oleh operator produksi ke area inventory tepatnya pada area penempatan sementara proses penyemprotan anti karat. Setelah pallet-pallet yang akan diproses berada pada tempat penempatan sementara proses anti karat, lalu pallet-pallet tersebut akan di proses. Proses pertama yang dilakukan oleh pekerja adalah meletakkan pallet satu demi satu pada conveyor, conveyor sendiri terdiri dari 19 panggung. Setiap proses peletakkan pallet berlangsung, conveyor harus berputar sebanyak 2 kali. Putaran pertama untuk peletakkan pallet dan putaran kedua untuk proses penyemprotan. Setelah 19 panggung yang terdapat pada conveyor terisi pallet semua, pekerja segera turun dari foreklift dan berpindah area kerja ke atas conveyor untuk melakukan proses yang kedua yaitu penyemprotan cairan anti karat. Proses ketiga adalah penurunan pallet yang telah diproses dari conveyor, dan proses

5 39 yang terakhir adalah meletakkan pallet tersebut ke gudang penyimpanan atau ke area pengiriman. PALLET MASUK DARI AREA PRODUKSI 1 PALLET DILETAKKAN PADA AREA PENEMPATAN SEMENTARA 2 PROSES PENGAMBILAN DAN PELETAKAN PALLET PADA KONVEYOR 3 PROSES PENYEMPROTAN ANTI KARAT 4 PENGAMBILAN PALLET DARI KONVEYOR 5 6 PENGIRIMAN KE KONSUMEN PENYIMPANAN 7 Gambar 4.5: Flow Process Penyemprotan Anti Karat Data Waktu Proses Proses penyemprotan anti karat dilakukan oleh 2 orang operator yang masingmasing tugasnya adalah :

6 40 1. Operator pertama a. Meletakkan pallet pada konveyor b. Melakukan proses penyemprotan anti karat c. Menurunkan pallet pada konveyor dan meletakkannya pada area penempatan sementara. 2. Operator kedua a. Merapihkan pallet sebelum dan sesudah pallet dinaikkan ke konveyor. b. Mengambil pallet diarea penempatan sementara ke area inventory dan ke area pengiriman ke konsumen. Dari pembagian kerja tersebut dapat digambarkan flow process pengerjaan penyemprotan anti karat. Gambar 4.6 : Pembagian kerja operator

7 41 Dengan pembagian tugas operator tersebut maka dapat dilihat bahwa hanya ada 2 stasiun kerja yang masing-masing stasiun kerja dikerjakan oleh satu operator dan didapat waktu proses penyemprotan anti karat sebagai berikut : a. Input pallet per-hari Tabel 4.1 : Input pallet per-hari Hari ke- Jumlah Pallet/hari Rata-rata pallet 339 Data di atas menunjukkan jumlah input pallet per-hari yang rata-ratanya 339 pallet. Dengan data tersebut dapat dihitung rata-rata waktu input pallet Proses penyemprotan anti karat yaitu: Tingkat keyakinan proses yang merupakan standard PT.IPPI untuk proses penyemprotan anti karat adalah 85% Waktu kerja dalam 1 shift 8jam Tc P Q

8 42 Dimana : Tc Waktu siklus Q Output P Periode waktu tertentu Jadi waktu proses input pallet 8 x 85% x 3600 detik detik per-pallet b. Output pallet Waktu yang dibutuhkan dalam proses penyemprotan anti karat adalah sebagai berikut :

9 43 Tabel 4.2 : Waktu proses ( detik ) Aktivitas Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 A B C D A B C D A B C D A B C D Peletakkan Pallet Penyemprotan Pengambilan Pallet Peletakkan & Merapihkan Pallet Total Data diatas menggunakan satuan detik dengan keterangan sebagai berikut : A. Pengambilan waktu proses dilakukan pada awal bekerja sekitar pukul wib. B. Pengambilan waktu proses dilakukan sekitar pukul , yang merupakan waktu menjelang istirahat. C. Pengambilan waktu proses dilakukan sekitar pukul , yang merupakan waktu setelah istirahat. D. Pengambilan waktu proses dilakukan sekitar pukul , yang merupakan waktu sebelum pulang kerja. Dari data diatas dapat dihitung waktu proses per-pallet Waktu yang dihasilkan pada hari ke-1

10 detik Waktu yang dihasilkan pada hari ke detik Waktu yang dihasilkan pada hari ke detik Waktu yang dihasilkan pada hari ke detik Untuk rata-rata waktu yang dihasilkan untuk proses penyemprotan anti karat adalah : Hari ke-1 + Hari ke-2 + Hari ke-3 + Hari ke detik

11 45 Jadi kemampuan input pallet pada proses penyemprotan anti karat di PT.INTI PANTJA PRESS INDUSTRI dengan mempertimbangkan standar yang ada adalah : Tingkat keyakinan proses yang merupakan standard PT.IPPI untuk proses penyemprotan anti karat adalah 85% Waktu kerja dalam 1 shift 8jam Jumlah jam kerja x Effisiensi x Detik dalam 1 jam Waktu Proses 8 x 85% x pallet per hari Dari data diatas dapat dilihat bahwa input dan output pallet pada proses penyemprotan anti karat tidak seimbang yaitu hanya memiliki presentasi 46,3% saja. Untuk memenuhi kekurangan pallet yang akan diproses, operator proses penyemprotan anti karat melakukan over time atau lembur pada hari kerja biasa ( senin-jum at )dan hari libur khususnya hari sabtu. Untuk penerapan

12 46 system lembur berdasarkan pada Keputusan Menteri Tenagakerja dan Transmigrasi Republik Indonesia tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur. Untuk waktu lembur pada hari biasa ( Senin-jum at ) menerapkan waktu lembur dari jam sampai dengan jam dengan total waktu lembur 2,5jam dan untuk hari libur ( Sabtu, Minggu/hari libur nasional ) menerapkan waktu lembur dari jam sampai dengan jam dengan total waktu lembur 7 jam. Untuk waktu lembur pada proses penyemprotan anti karat adalah sebagai berikut :

13 47 Tabel 4.3 : Data waktu over time man power ( jam ) Tabel diatas adalah data waktu lembur operator proses penyemprotan anti karat yang setiap bulannya memiliki jam lembur 155 jam. Waktu lembur dilakukan setiap hari kerja dan hari libur (sabtu).

14 48 Estimasi untuk gaji/upah operator PT IPPI menerapkan upah sebesar Rp ( sudah termasuk transport dan tunjangan lain-lain ). Jadi untuk upah per jam operator adalah : Upah / Gaji 173 Rp Rp / jam 4.2 Analisa Data Berdasarkan data-data diatas dapat di analisa bahwa dalam proses penyemprotan anti karat memiliki produktifitas yang tidak maksimal. Dapat dilihat dari output dan input yang tidak seimbang yaitu : Diagram 4.1 : Input & Output Pallet

15 49 Target pengerjaan dari area anti karat adalah jumlah input pallet yang masuk pada area penyemprotan anti karat dapat dikerjakan 100% pada waktu normal jam kerja, tapi pada kenyataannya jumlah pallet yang dapat dikerjakan setiap harinya tidak mencapai 50% dari jumlah input pallet. Perhitungan persentase pengerjaan : Persentase di atas jelas sekali menunjukkan ketidakseimbangan antara input pallet dengan output pallet pada area anti karat. Untuk mengejar target pengerjaan agar mencapai angka 100%, PT IPPI harus melemburkan karyawan pada area penyemprotan anti karat Keseimbangan Lintasan Produksi ( Line Balancing ) Dari data-data yang diperoleh diatas diketahui bahwa adanya ketidak seimbangan input dan output sehingga menimbulkan berbagai masalah. Untuk menyeimbangkan proses penyemprotan anti karat bisa dihitung

16 50 minimal stasiun kerja yang ideal agar tersjadi keseimbangan antara input dan output : N min m Tei i1 N x Tc x stasiun kerja Dari data-data tersebut di olah dengan menggunakan diagram tulang ikan agar dapat dilihat penyebab dominan yang menyebabkan proses penyemprotan anti karat tidak maksimal. Adapun analisa data menggunakan diagram tulang ikan adalah sebagai berikut :

17 51 Diagram 4.2 : Diagram Tulang Ikan Dari diagram tukang ikan tersebut dapat dilihat bahwa penyebab tidak maksimalnya proses penyemprotan anti karat adalah karena kurangnya operator yang mengerjakan proses penyemprotan anti karat dan tidak seimbangnya metode kerja antara operator sehingga menimbulkan berbagai dampak seperti : a. Area penempatan sementara pallet sebelum diproses berantakan. b. Operator mendapatkan pekerjaan tambahan yaitu merapihkan pallet, sedangkan pada flow process penyemprotan anti karat tidak ada proses merapihkan pallet.

18 52 c. Tidak seimbangnya pembagian kerja dan tidak adanya pertukaran pekerjaan diantara kedua operator sehingga dapat menimbulkan kejenuhan. d. Adanya kemungkinan pallet yang sudah diproses akan terproses kembali karena area berantakan. Gambar 4.7 : Area proses anti karat yang berantakan Biaya Yang Timbul Tidak Maksimalnya Produktifitas Biaya yang timbul karena adanya ketidakseimbangan proses penyemproyan anti karat yang dilihat dari input dan output pallet adalah operator selama 1 bulan memiliki waktu lembur untuk mengerjakan sisa pallet yang ada sebanyak 155 jam/bulan.

19 53 Diamana : Waktu lembur 155 jam/bulan Jumlah operator 2 orang Hari kerja 22 hari Upah per-jam Rp /jam Jadi biaya yang timbul akibat tidak maksimalnya proses penyemprotan anti karat adalah : Waktu lembur per-bulan x Upah per-jam x Jumlah operator 155 jam per-bulan x Rp per-jam x 2 operator Rp ,-/bulan 4.3 Analisa dan Pembahasan Rencana Perbaikan Rencana perbaikan yang dilakukan adalah sesuai dengan penyebab dominan dari tidak maksimalnya produktifitas proses penyemprotan anti karat yaitu penambahan man power atau operator dan pembagian kerja antar operator yang merata. Dari hasil analisa di atas man power atau operator yang dibutuhkan adalah sebanyak 3 orang, jadi penambahan man power adalah 1 orang. Dengan bertambahnya 1 orang operator pada proses penyemprotan anti karat tersebut maka pembagian kerja juga akan dirubah kareana yang sebelumnya memiliki 2 stasiun kerja dirubah menjadi 3 stasiun kerja dan

20 54 dilakukan pembagian kerja operator yang seimbang dan adanya pertukaran pekerjaan yang dimaksudkan agar operator tidak merasa jenuh atas pekerjaan yang monoton. Untuk pembagian kerja setiap operator adalah sebagai berikut : 1. Operator pertama Mengambil pallet dari area penempatan sementara dan meletakkannya diarea konveyor ( area penyemprotan ) 2. Operator kedua Melakukan proses penyemprotan anti karat 3. Operator ketiga Mengambil pallet dari konveyor dan meletakkannya diarea penyimpanan atau area pengiriman. Gambar 4.8 : Pembagian kerja operator

21 55 Selain dari pembagian tugas dari setiap operator, dilakukan juga rotasi kerja antar ke- 3 operator penyemprotan anti karat yang yang dilakukan setiap hari atau setiap minggu, hal ini dimaksudkan agar : 1. Agar operator tidak jenuh karena mengerjakan kegiatan yang sama setiapa hari 2. Menghindarkan operator dari efek yang ditimbulkan oleh cairan penyemprotan anti karat yaitu gangguan pernafasan, walaupun operator proses penyemprotan anti karat sudah memakai alat pelindung diri Gambar 4.9 : Flow process rotasi tugas operator Evaluasi Hasil Waktu proses Untuk waktu proses input dan output proses penyemprotan anti karat setelah adanya perbaikan segi operator dan pada proses kerja adalah sebagai berikut :

22 56 a. Input pallet Tabel 4.4 : Input pallet per-hari Hari ke- Jumlah Pallet/hari Rata-rata pallet 339 Data di atas menunjukkan jumlah input pallet per-hari yang rata-ratanya 339 pallet. Dengan data tersebut dapat dihitung rata-rata waktu input pallet Proses penyemprotan anti karat yaitu: Tingkat keyakinan proses yang merupakan standard PT.IPPI untuk proses penyemprotan anti karat adalah 85% Waktu kerja dalam 1 shift 8jam Jadi waktu proses input pallet adalah 8 x 85% x 3600 detik detik per-pallet

23 57 b. Output pallet Waktu yang dibutuhkan dalam proses penyemprotan anti karat dengan penambahan operator dan pembagian kerja yang telah disesuaikan adalah sebagai berikut : 1. Operator Pertama membutuhkan waktu proses sebesar : Tabel 4.5 : Waktu proses operator pertama ( detik ) Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Aktivitas A B C D A B C D A B C D A B C D Mengambil & Meletakkan pallet ke konveyor Rata-rata 2. Operator kedua membutuhkan waktu proses : Aktivitas Tabel 4.6 : Waktu peoses operator kedua ( detik ) Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 A B C D A B C D A B C D A B C D Penyemprotan Rata-rata

24 58 3. Operator ketiga membutuhkan waktu proses : Tabel 4.7 : Waktu proses operator ketiga ( detik ) Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Aktivitas A B C D A B C D A B C D A B C D Pengambilan & Meletakkan pallet ke area penempatan sementara Rata-rata Data diatas menggunakan satuan detik dengan keterangan sebagai berikut : A. Pengambilan waktu proses dilakukan pada awal bekerja sekitar pukul wib. B. Pengambilan waktu proses dilakukan sekitar pukul , yang merupakan waktu menjelang istirahat. C. Pengambilan waktu proses dilakukan sekitar pukul , yang merupakan waktu setelah istirahat. D. Pengambilan waktu proses dilakukan sekitar pukul , yang merupakan waktu sebelum pulang kerja. Dari data diatas dapat dihitung rata-rata waktu proses per-pallet dimana waktu proses per-pallet dihitung berdasarkan waktu proses operator kesatu dan operator ketiga. Operator kesatu tidak

25 59 ditambahkan karena proses kerja operator kedua bersamaan dengan proses kerja operator kesatu dan ketiga. Waktu rata-rata yang dihasilkan pada hari ke-1 Rata-rata operator ke-1 + Rata-rata operator ke detik detik 75 detik Waktu rata-rata yang dihasilkan pada hari ke-2 Rata-rata operator ke-1 + Rata-rata operator ke3 37 detik + 34 detik 71 detik Waktu rata-rata yang dihasilkan pada hari ke-3 Rata-rata operator ke-1 + Rata-rata operator ke detik detik detik Waktu rata-rata yang dihasilkan pada hari ke-4 Rata-rata operator ke-1 + Rata-rata operator ke detik detik 71detik Untuk rata-rata waktu yang dihasilkan untuk proses penyemprotan anti karat adalah : Hari ke-1 + Hari ke-2 + Hari ke-3 + Hari ke detik

26 60 Jadi kemampuan input pallet pada proses penyemprotan anti karat di PT.INTI PANTJA PRESS INDUSTRI dengan mempertimbangkan standar yang ada adalah : Tingkat keyakinan proses yang merupakan standard PT.IPPI untuk proses penyemprotan anti karat adalah 85% Waktu kerja dalam 1 shift 8jam Jumlah jam kerja x Effusiensi x Detik dalam 1 jam Waktu Proses 8 x 85% x pallet per hari Dengan bertambahnya output pallet presentase pengerjaan penyemprotan anti karat menjadi : Persentase Pengerjaan Jumlah Output Pallet Jumlah Input Pallet x 100% x 100% 98.80%

27 61 Diagram 4.3 : Input dan Output Pallet Biaya yang Timbul Baiya yang timbul akibat adanya penambahan operator proses penyemprotan anti karat yaitu biaya gaji operator sebesar Rp ,- dan juga biaya yang ditimbulkan akibat masih adanya sisa pallet yang belum dip roses yaitu pallet per hari. Biaya akibat lembur operator : Jumlah pallet x waktu proses per pallet 4 x 73 detik per pallet 292 detik/hari jam/hari Jika dihitung dalam waktu satu bulan adalah

28 62 Waktu proses x Jumlah hari dalam 1 bulan 0,081 x 22 hari 1,78 Jam/bulan Jadi dalam satu bulan mengeluarkan biaya untuk melemburkan operator penyemprotan anti karat adalah : Karena jumlah jam lembur yang dihasilkan hanya 1,78 jam/bulan, jadi dapat dikerjakan dalam waktu lembur hari kerja biasa yaitu senin jum at dengan jumlah waktu lembur satu hari yaitu 2,5 jam. Untuk biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut : Jumlah waktu lembur operator x Upah lembur per jam x Jumlah operator 4,5 jam x Rp ,- per jam x 3 Rp ,- per bulan Keterangan : 4,5 jam didapat dari perkalian jam kerja lembur sesuai dengan peraturan pemerintah yaitu 1 jam pertama dikalikan 1,5 jam sedangkan 1-7 jam berikutnya akan dikalikan 2. (1 x 1,5) + (1,5 x 2) 4,5 jam

29 63 Berdasarkan data diatas seluruh biaya yang dikeluarkan karena adanya perbaikan di area penyemprotan anti karat adalah : Biaya penambahan operator + Biaya akibat lembur Rp Rp Rp ,-/bulan.

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Berdiri PT. Inti Pantja Press Industri merupakan salah satu perusahaan yang tergabung dalam group Astra Motor

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 24 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Dalam pelaksanaan penelitian dan untuk mempermudah memecahkan persoalan yang dihadapi, perlu diuraikan terlebih dahulu langkah-langkah yang diperlukan untuk memecahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. otomotif kendaraan bermotor, khususnya mobil. Yang memproduksi component

BAB 1 PENDAHULUAN. otomotif kendaraan bermotor, khususnya mobil. Yang memproduksi component BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT.Inti Pantja Press Industri merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang otomotif kendaraan bermotor, khususnya mobil. Yang memproduksi component press part seperti

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN EFISIENSI PROSES ANTI KARAT DI PT INTI PANTJA PRESS INDUSTRI

ANALISIS PERBAIKAN EFISIENSI PROSES ANTI KARAT DI PT INTI PANTJA PRESS INDUSTRI ANALISIS PERBAIKAN EFISIENSI PROSES ANTI KARAT DI PT INTI PANTJA PRESS INDUSTRI Oki Septavian Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Abstrak Rendahnya tingkat pelayanan merupakan masalah utama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pengumpulan informasi tentang waktu yang dibutuhkan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan pengumpulan informasi tentang waktu yang dibutuhkan dalam suatu BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penjadwalan kerja merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan suatu perusahaan. Penjadwalan kerja akan berhasil bila didukung dengan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Multikarya Sinardinamika berdiri pada Desember 1990 dan mulai beroperasi pada Januari 1991. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini terpusat di departemen produksi 2 tempat berlangsungnya proses polishing. Dalam departemen produksi 2 terdapat empat line yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan sistem kerja Suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancanganterbaik dari system kerja yang bersangkutan. Teknik-teknik

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB III PELAKSANAAN MAGANG BAB III PELAKSANAAN MAGANG 3.1 Pengenalan Lingkungan Magang Penulis memulai praktek pelaksanaan kerja atau magang pada PT. Selogiri Sampurna, selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 1 November 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, Nata de Coco mulai dikonsumsi pada tahun 1973 dan sejak tahun 1975 mulai diperkenalkan. Namun Nata de Coco mulai dikenalkan di pasaran pada tahun 1981.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Perusahaan Permata Hijau Group (PHG) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau Group

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Pembebanan (loading) dapat diartikan pekerjaan yang diberikan kepada mesin atau operator. Pembebanan menyangkut jadwal waktu kerja operator dalam kurun waktu satu hari

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan data 4.1.1 Produk Gutter Complete R/L Perusahaan PT. Inti Pantja Press Industri dipercayakan untuk memproduksi sebagian produk kendaraan

Lebih terperinci

LINE BALANCING LINI PERAKITAN PRODUK TORCH LIGHT (STUDI KASUS PT ARISAMANDIRI PRATAMA)

LINE BALANCING LINI PERAKITAN PRODUK TORCH LIGHT (STUDI KASUS PT ARISAMANDIRI PRATAMA) LINE BALANCING LINI PERAKITAN PRODUK TORCH LIGHT (STUDI KASUS PT ARISAMANDIRI PRATAMA) Ratna Purwaningsih, Prima Hazairin Program Studi Teknik Industri Email : ratna_ti2005@yahoo.com Abstrak Line balancing

Lebih terperinci

BAB VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN 128 BAB VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada bentuk dan struktur organisasinya. Sistem pengelolaan (manajemen) organisasi perusahaan bertugas

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair. BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Diagram Proses Pembuatan Frame Body Comp Marking Front Frame Rear Frame General Assy Stay Body Cover Permanent 1 Permanent 2 Permanent 3 Permanent

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan Laporan Tugas Akhir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan sejumlah besar komponen yang harus dirakit, perencanaan produksi memegang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun mayor dan minor penyebab terjadinya produk cacat untuk part PH 031 pada tahun

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun mayor dan minor penyebab terjadinya produk cacat untuk part PH 031 pada tahun BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun 2015 Berdasarkan data produk cacat tahun 2015 yang tersaji pada bab sebelumnya, maka dibuat analisa data untuk lanjutan untuk mengetahui faktor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah biaya yang timbul dari tata letak (Layout).Tata letak (Layout) sendiri

BAB I PENDAHULUAN. adalah biaya yang timbul dari tata letak (Layout).Tata letak (Layout) sendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem manufaktur berdampak pada persaingan perusahaan yang cukup ketat. Banyak usaha yang dapat dilakukan suatu perusahaan agar dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi merupakan salah satu sumber daya penting dalam manajemen modern. Banyak keputusan strategis yang bergantung kepada informasi. Sebagaimana diketahui,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Flow Process PT. ADM divisi Stamping Plant Start Press Line IRM 2A Line Single Part 3B Line Logistik PPC 4A Line Press Inspection Door Assy Inspection Dies Maintenance

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Peningkatan produksi unit sepeda motor oleh PT. Astra Honda Motor di tahun

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Peningkatan produksi unit sepeda motor oleh PT. Astra Honda Motor di tahun 29 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penjelasan Peningkatan produksi unit sepeda motor oleh PT. Astra Honda Motor di tahun 2007 untuk semua tipe produk dan beberapa produk model baru yang mampu mendominasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Flowchart Metode Penelitian Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai Studi Pendahuluan: Pengamatan flow process produksi Assembly

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

Manufacturer Exporter Broker/Marketing Importir Main Dealer. Broker/Marketing Importir Main Dealer

Manufacturer Exporter Broker/Marketing Importir Main Dealer. Broker/Marketing Importir Main Dealer Analisis Plant Layout Delivery Center Dan Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk CBU Export Business Process Guna Meningkatkan Kapasitas Penyimpanan Dan Pengiriman CBU Export Erma Retno Ayu Mahasiswi Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT Sumatra Industri Cat merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang produksi cat. PT Sumatra Industri Cat didirikan pada bulan Juni tahun

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Berdirinya UD. Ponimin pada tahun 1998, UD. Ponimin merupakan industri rumah tangga yang memproduksi tahu. UD. Ponimin ini milik Bapak Ponimin. Awalnya

Lebih terperinci

A. Pengertian Gaji dan Upah

A. Pengertian Gaji dan Upah A. Pengertian Gaji dan Upah Kompensasi adalah imbalan jasa yang diberikan secara teratur dan dalam jumlah tertentu oleh perusahaan kepada para karyawan atas kontribusi tenaganya yang telah diberikan untuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Tirta Sibayakindo PT. Tirta Sibayakindo adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang produksi air minum dalam kemasan (AMDK) bermerek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam menunjang efektifitas dan efisiensi produksi di perusahaan adalah manpower factor (faktor tenaga kerja). Faktor tenaga kerja meliputi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Line Balancing Line Balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

BAB VII SIMULASI CONVEYOR

BAB VII SIMULASI CONVEYOR BAB VII SIMULASI CONVEYOR VII. Pembahasan Simulasi Conveyor Conveyor merupakan peralatan yang digunakan untuk memindahkan material secara kontinyu dengan jalur yang tetap. Keterangan yang menjelaskan suatu

Lebih terperinci

2. Karyawan shift Shift 1 : istirahat 30 menit ( ) Shift 2 : istirahat 30 menit ( )

2. Karyawan shift Shift 1 : istirahat 30 menit ( ) Shift 2 : istirahat 30 menit ( ) BAB II LINGKUP DAN AKTIVITAS KERJA PRAKTIK 2.1 TUJUAN 1. Memberikan pengetahuan tentang komponen apa saja yang terdapat pada forklift 2. Bisa memberikan gambaran tetang bagaimana perawatan dan pemakaian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan CV. Kompaki Amin Bjaya didirikan oleh Pak Aminuddin di jl. Aluminium Raya Gg. Banten No. 30 Tanjung Mulia - Medan pada Tahun 2004. Usaha ini didirikan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Andini Sarana didirikan pada tanggal 31 Mei 1983 oleh Drg. John Takili dengan menempati sebuah garasi dengan beberapa mesin sederhana dan 6 orang

Lebih terperinci

BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN PENGELOLAAN

BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN PENGELOLAAN BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN PENGELOLAAN 3.1. Struktur Organisasi Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem kerja yang merupakan rangkaian tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari

Lebih terperinci

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada bentuk dan struktur organisasinya. Sistem pengelolaan (manajemen) organisasi perusahaan bertugas untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam dunia industri akan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam dunia industri akan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam dunia industri akan memberikan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai dan pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai dan pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai dan pencapaian tujuan perusahaan dapat dipastikan dengan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki. Salah satu sumber

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PERUSAHAAN BAB IIGAMBARAN UMUM GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 SEJARAH UMUM PERUSAHAAN PT. Yasunli Abadi Utama Plastik berdiri di Tangerang, 8 Juli 1980. Adalah suatu perusahaan yang awalnya berspesialisasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Observasi Lapangan Identifikasi Masalah Studi Kepustakaan Pengambilan Data Waktu Siklus Pengujian Waktu Siklus : 1. Uji Keseragaman Data 2. Uji Kenormalan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Penentuan Tujuan Penelitian Pengumpulan Data

Lebih terperinci

Analysis Systems. Analyzing Requirement

Analysis Systems. Analyzing Requirement Analysis Systems Analyzing Requirement Data Flow Diagram (DFD) Merupakan salah satu Tools penting yang harus dikuasai oleh seorang Analis Sistem DFD dipopulerkan oleh Tom DeMarco (1978) dan Gane & Sarson

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

Seminar Tugas Akhir Statistika ITS, 12 Januari 2011

Seminar Tugas Akhir Statistika ITS, 12 Januari 2011 Tabel ringkasan hasil perhitungan waktu normal (lanjutan) No 6 7 Proses Operasi Proses penggabungan bagian-bagian dompet Proses penjahitan 8 Proses finishing 9 Proses pengkilapan Variabel Rata-rata Waktu

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. parts. Perusahaan ini menerima pesanan dari perusahaan otomotif dan

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. parts. Perusahaan ini menerima pesanan dari perusahaan otomotif dan BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Multikarya Sinardinamika adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur pembuatan accessories

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. Ocean Centra Furnindo PT. Ocean Centra Furnindo merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur khususnya industri spring bed. Tempat

Lebih terperinci

: Jl. Perjuangan No. 22, Kebon Jeruk, Jakarta Barat

: Jl. Perjuangan No. 22, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 14 BAB II LINGKUP DAN AKTIVITAS KERJA PRAKTIK 2.1 TUJUAN Tugas kerja praktik ini adalah untuk menyelesaikan studi kasus yang mencakup aspek teknik mesin dan atau laporan tentang suatu kegiatan atau proses

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sinar Sanata Electronic Industry adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan bola lampu untuk kebutuhan rumah tangga dan kendaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ( ICBP ) merupakan produsen berbagai produk konsumen bermerek yang mapan dan terkemuka dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk tetap eksis di bidang usahanya masing-masing baik produk maupun

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk tetap eksis di bidang usahanya masing-masing baik produk maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas perekonomian terus berkembang, sehingga semua perusahaan terus berusaha untuk tetap eksis di bidang usahanya masing-masing baik produk maupun jasa. Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Industri garmen sebagai salah satu industri utama pemuas kebutuhan masyarakat akan sandang terus berkembang. Bergesernya alasan kebutuhan dan perhatian masyarakat

Lebih terperinci

BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 38 BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Yoyo Toys Nusa Plasindo merupakan sebuah perusahaan distributor yang bergerak dibidang pembelian, persediaan

Lebih terperinci

FINGERPRINT & ACCESS DOOR C-1

FINGERPRINT & ACCESS DOOR C-1 FINGERPRINT & ACCESS DOOR C-1 Model : C-1 Door access control machine with integrated RFID cards. Mesin Absensi + Akses Kontrol Pintu ini terintegrasi dengan sensor RFID Reader Terbaik utk otentikasi mengunakan

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08 Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur 1 Why Statistik Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 100% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 1,7 menit Cycle time

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN HASIL

BAB V ANALISIS DATA DAN HASIL BAB V ANALISIS DATA DAN HASIL 5.1 Analisis Data Penentuan Kapasitas Gudang Finished Goods yang Optimal Dari data jumlah pallet yang dibutuhkan untuk stock akhir bulan dan kapasitas gudang sebelum penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan proyek konstruksi merupakan rangkaian dari kegiatan yang saling bergantung antara satu pekerjaan dengan pekerjaan yang lainya. Perkembangan proyek konstruksi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan CV. Cendana Baru merupakan usaha yang bergerak dibidang perancangan alat yang didirikan oleh Bapak Tut Wuri Handayani, S.T sejak tahun 1990. CV.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang sangat potensial di Indonesia terutama untuk meningkatkan pendapatan negara. Saat

Lebih terperinci

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric Abstrak Heru Saptono 1),Alif Wardani 2) JurusanTeknikMesin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk memberikan yang terbaik bagi kepuasan dan memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk memberikan yang terbaik bagi kepuasan dan memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dewasa ini menuntut berkembangnya perindustrian pula. Perkembangan dunia industri dewasa ini menuntut banyak perusahaan untuk memberikan

Lebih terperinci

Hengky Prasetyo Teknik Informatika. Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Hengky Prasetyo Teknik Informatika. Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta REKAYASA PERANGKAT LUNAK SISTEM INFORMASI PENGGAJIAN Hengky Prasetyo 10018206 Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta 10018206_Hengky Prasetyo 1 / dari 11 A. Judul Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Sistem Informasi Akuntansi Penggajian dan Pengupahan PT. Soon Poh

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Sistem Informasi Akuntansi Penggajian dan Pengupahan PT. Soon Poh 39 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Informasi Akuntansi Penggajian dan Pengupahan PT. Soon Poh Technologies Sistem Informasi Akuntansi Penggajian dan Pengupahan terdiri dari tahapan-tahapan

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data A. Gambaran Umum Perusahaan PT. XYZ adalah sebuah perusahaan swasta Jepang, yang bergerak dibidang otomotif berbadan hukum dengan status Penanaman

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tahun 2002, perusahaan ini berdiri dengan akta notaris NO SPP. 161/2001.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tahun 2002, perusahaan ini berdiri dengan akta notaris NO SPP. 161/2001. BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Riau Saudara Mandiri berdiri pada tahun 2001 dan mulai beroperasi pada tahun 2002, perusahaan ini berdiri dengan akta notaris NO SPP. 161/2001.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Ocean Centra Furnindo adalah perusahaan yang bergerak pada bidang spring bed dan busa. PT. Ocean Centra Furnindo dibangun pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengadakan penjualan secara kredit. Hal tersebut dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengadakan penjualan secara kredit. Hal tersebut dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencatatan piutang merupakan hal yang harus diperhatikan oleh perusahaanperusahaan yang mengadakan penjualan secara kredit. Hal tersebut dikarenakan piutang

Lebih terperinci

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG CV. WARNET FAUZAN TANGERANG PERATURAN DIREKTUR NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG WAKTU KERJA, HAK CUTI DAN KERJA LEMBUR BAB I WAKTU KERJA Pasal 1 1. Hari dan/atau jam kerja karyawan berbeda satu dengan lainnya

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Keseimbangan Lintasan Keseimbangan lintasan adalah lintasan produksi dimana material berpindah secara kontinyu dengan laju rata-rata yang sama melalui sejumlah stasiun kerja,

Lebih terperinci

STANDARD OPERATION PROCEDURE KERJA LEMBUR KARYAWAN

STANDARD OPERATION PROCEDURE KERJA LEMBUR KARYAWAN 1. DASAR PEMIKIRAN 1.1. Bahwa pada prinsipnya setiap karyawan harus dapat mengatur waktu/jam kerja dengan jumlah pekerjaan yang ada setiap harinya sedemikian rupa, sehingga pekerjaan-pekerjaan tersebut

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek?

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek? Nama : Bagian : A. Analisis Sasaran Perusahaan Analisis Dukungan Fungsi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan No. Kategori Pertanyaan Y T 1. Rencana Jangka Panjang (Strategis) 1. Apakah selama ini fungsi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual

BAB V ANALISA HASIL Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual BAB V ANALISA HASIL 5.1. Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kondisi aktual saat ini tidak seimbang penyebab utama terjadinya ketidak seimbangan lintasan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Flow diagram pemecahan masalah

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Flow diagram pemecahan masalah BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram pemecahan masalah Definisi Sistem - Permodelan Sistem - Pola antrian produk Tidak sesuai Pengumpulan Data - Data produk dan perusahaan - Data waktu kedatangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, persaingan antara perusahaan dalam menguasai pangsa pasar yang tersedia sangat ketat. Oleh karena itu, perusahaan perlu untuk memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh hasil pencarian dari suatu pokok permasalahan dalam penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh hasil pencarian dari suatu pokok permasalahan dalam penelitian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Kebutuhan Informasi di zaman yang serba canggih seperti sekarang ini tentunya akan menjadi sangat penting sama halnya seperti kebutuhan sehari-hari.

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DAN STANDARD PENUGASAN BAGIAN PENGEPAKAN PADA PT X DENGAN METODA LINI KESEIMBANGAN KILBRIDGE DAN WESTER

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DAN STANDARD PENUGASAN BAGIAN PENGEPAKAN PADA PT X DENGAN METODA LINI KESEIMBANGAN KILBRIDGE DAN WESTER PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DAN STANDARD PENUGASAN BAGIAN PENGEPAKAN PADA PT X DENGAN METODA LINI KESEIMBANGAN KILBRIDGE DAN WESTER Lina Gozali, I Wayan Sukania dan Lamto Widodo Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri manufaktur di Indonesia dewasa ini cukup pesat. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri manufaktur di Indonesia dewasa ini cukup pesat. Untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri manufaktur di Indonesia dewasa ini cukup pesat. Untuk dapat bertahan dan tumbuh, maka industri-industri tersebut harus dapat memanfaatkan sumber

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data di dalam tulisan ini yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan di pengolahan dan analisis data terdiri dari : 1. Data Total

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ABC

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ABC BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ABC IV.1. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey) Tahap survei pendahuluan merupakan tahap awal yang harus dilaksanakan oleh seorang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN Pengumpulan dan pengolahan data telah dilakukan dan disajikan pada bab sebelumnya yaitu bab EMPAT, selanjutnya hasilnya akan dianalisis dan diinterpretasikan untuk setiap kriteria

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Dalam pelaksanaan penelitian, serta untuk mempermudah menyelesaikan. yang diperlukan dalam suatu penelitian.

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Dalam pelaksanaan penelitian, serta untuk mempermudah menyelesaikan. yang diperlukan dalam suatu penelitian. BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Definisi Dalam pelaksanaan penelitian, serta untuk mempermudah menyelesaikan persoalan yang dihadapi, maka perlu diuraikan terlebih dahulu langkah-langkah yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah untuk menjawab hasrat keingintahuan manusia yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Perbandingan Waktu Change Over Berdasarkan bab sebelumnya aktivitas change over pada mesin width grinding dibagi dan dibedakan menjadi aktivitas internal dan aktivitas

Lebih terperinci

PT DUNIA DAGING FOOD INDUSTRIES Internal Control Questionnaires Fungsi Produksi

PT DUNIA DAGING FOOD INDUSTRIES Internal Control Questionnaires Fungsi Produksi L1 PT DUNIA DAGING FOOD INDUSTRIES Internal Control Questionnaires Fungsi Produksi No Y T Keterangan A Perencanaan 1. Apakah rencana produksi dapat memenuhi kebutuhan pelanggan? 2. Apakah rencana produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan pembangunan di Indonesia, jumlah perusahaan semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa. Kondisi

Lebih terperinci

METODE KERJA MENGGUNAKAN MOST UNTUK MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI MUKENA

METODE KERJA MENGGUNAKAN MOST UNTUK MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI MUKENA METODE KERJA MENGGUNAKAN MOST UNTUK MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI MUKENA Renny Septiari 1) dan Umi Nurillah 2) 1) Program Studi Teknik Industri, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Nasional Jl. Bendungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian ini, yaitu seperti pada Gambar 3.1 merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PENGGAJIAN UNTUK PROJECT SITE DI PT. ALSTOM POWER ENERGY SYSTEM INDONESIA

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PENGGAJIAN UNTUK PROJECT SITE DI PT. ALSTOM POWER ENERGY SYSTEM INDONESIA ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PENGGAJIAN UNTUK PROJECT SITE DI PT. ALSTOM POWER ENERGY SYSTEM INDONESIA DEDDY PRATOMO NRP 9106 205 311 Surabaya, 31 January 2011 PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI BIDANG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 Penerapan Akuntansi Penggajian pada PT. Pindad (Persero)

BAB IV ANALISIS. 4.1 Penerapan Akuntansi Penggajian pada PT. Pindad (Persero) BAB IV ANALISIS 4.1 Penerapan Akuntansi Penggajian pada PT. Pindad (Persero) Kebijakan mengenai penggajian yang dikeluarkan oleh perusahaan sangatlah penting karena langsung berhubungan dengan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Awal Berdirinya PT. SINAR REJEKI MESINDO

BAB 2 GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Awal Berdirinya PT. SINAR REJEKI MESINDO BAB 2 GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Awal Berdirinya PT. SINAR REJEKI MESINDO PT. SINAR REJEKI MESINDO pada awalnya adalah Bengkel Las Listrik dengan nama SINAR REJEKI yang didirikan pada tanggal 30

Lebih terperinci

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A.

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Pabrik tapioka PT. Umas Jaya Agrotama (UJA) Terbanggi Besar merupakan perusahaan swasta nasional (PMDN) yang bergerak di bidang industri

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Hasil Berdasarkan hasil dari pengujian validitas kuesioner, seluruh pernyataan kuesioner didapatkan nilai validitas r > r tabel, dengan r tabel yang memiliki tingkat signifikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Toyota Production System Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah aktivitas pada tingkat keseluruhan perusahaan berdasarkan pada kesadaran untuk

Lebih terperinci