IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KEADAAN UMUM GUDANG Gudang Bulog Dramaga merupakan satu-satunya gudang penyimpanan logistik Bulog yang ada di Kota Bogor. Gudang ini didirikan sejak tahun 1982 dan telah mengalami beberapa kali renovasi. Ada dua jenis gudang di Bulog Dramaga, yaitu Gudang Bulog Baru (GBB) seperti pada gambar 4 dan Gudang semi permanen (GSP) seperti pada gambar 5. GBB ada dua bangunan dengan masing-masing kapasitas 2000 ton, GSP juga ada dua banguanan dengan masing-masing kapasitas 1000 ton. Sehingga keseluruhan gudang Bulog Bogor memiliki kapasitas 6000 ton, namun jika dioptimalkan keseluruhan gudang tersebut dapat menampung 8000 ton beras. Mengenai penggunan GBB atau GSP, GBB lebih diutamakan untuk menyimpan beras dan GSP akan digunakan ketika kapasitas GBB sudah penuh. Oleh karena itu, gudang yang dijadikan obyek penelitian kali ini difokuskan pada GBB. Seperti gudang penyimpanan pada umumnya, GBB merupakan suatu unit bangunan gudang yang memiliki suatu ruangan luas dan bebas dari hambatan seperti tiang-tiang yang berada didalam ruangan tersebut. Hal ini sengaja dirancang demikian, yaitu disesuaikan dengan aktivitas yang ada didalam gudang yang berkaitan dengan masalah efisiensi kerja, terutama proses penataan tumpukan beras dan pengaturan luasan tumpukan beras. Oleh karena itu konstruksi atap didesain khusus untuk bentang bangunan yang lebar, dimana penggunaan tiang-tiang penyangga yang mungkin dapat menjadi hambatan sengaja dihindarkan. Perawatan terhadap gudang Bulog Dramaga ada dua macam yaitu perawatan rutin (satu tahun sekali) dan perawatan insidentil (perbaikan langsung bagian gudang yang rusak). Perawatan rutin dilakukan setahun sekali, perawatan ini difokuskan pada penggantian dan pembaharuan bangunan secara keseluruhan. Sedangkan perawatan insidentil merupakan perbaikan yang harus dilakukan saat itu juga saat terjadinya kerusakan, misalnya saat atap bocor, saat ventilasi lubang, dan lain sebagainya.

2 Gambar 4. Gudang Bulog Baru (GBB) Gambar 5. Gudang Semi Permanen (GSP) Komoditas pertanian yang disimpan di gudang Bulog Dramaga hanyalah beras, karena memang sejak tahun 1998 keberadaan Bulog dispesifikkan untuk menangani beras. Beras yang dibeli dan disimpan di Bulog Dramaga ini ada yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negri, pengadaan beras dalam negri dilakuakan oleh sub-difre/koordinatior wilayah Bulog, sedangkan pengadaan beras luar negri dilakukan langsung oleh Bulog pusat di Jakarta. Pengadaan beras dalam negri didapatkan melalui tiga cara yaitu satgas pengadaan, kemitraan, dan koperasi unit desa (KUD). Untuk pengadaan dalam negri beras yang disimpan di Bulog Dramaga berasal dari daerah-daerah seperti Cirebon, Subang, Indramayu, dan Ciamis. Sedangkan pengadaan beras dari luar negri yang kemudian disimpan di bulog Dramaga seringkali berasal dari Negara Vietnam. Mekanisme penyimpanan beras didalam gudang Bulog secara administrative diatur oleh sub difre Bulog. Dalam hal ini gudang Bulog Bogor berada dibawah naungan sub difre Cianjur, sehingga segala pemasukan dan pengeluaran beras di gudang Bulog Bogor harus mendapatkan persetujuan dari sub difre Cianjur. Selain membawahi gudang Bulog kota Bogor, sub difre Cianjur wilayah kerjanya juga mencakup kabupaten Cianjur, kabupaten Bogor, kota Depok, kota Sukabumi, dan kabupaten Sukabumi. Mengenai syarat-syarat/kriteria beras yang akan disimpan di dalam gudang Bulog Bogor meliputi kadar air maksimum 14%, butir patah maksimum 20%, butir menir maksimum 2%, tidak berdedak dan tidak berbau, tidak mengandung bahan kimia yang membahayakan, dan tidak berhama hidup. Syarat-sayarat diatas merupakan bagian dari quality contol yang dijalankan PPK (Petugas Pemeriksa Kualitas) Bulog. Selain hal-hal diatas PPK juga bertugas untuk menjaga kualitas beras selama penyimpanan, sehingga beras yang disimpan setiap tiga minggu sekali dilakukan spraying dan fumigasi untuk mencegah atau membunuh hama hidup yang ada di beras. Seperti halnya mekanisme pemasukan beras kedalam gudang, mekanisme pengeluaran beras dari gudang juga harus mendapatkan persetujuan administrative dari sub difre Cianjur. Ketika pihak yang akan mengambil beras sudah mendapatkan izin dari sub difre Cianjur maka pihak gudang akan siap untuk melayani. Beras yang disimpan di gudang Bulog antara lain diperuntukkan; sebagai cadangan beras pemerintah, opersi pasar, bagi rakyat miskin, bagi korban bencana alam, bagi

3 penghuni lembaga pemasyarakatan, bagi TNI AD, bagi pegawai Bulog, dan lain sebagainya. Lama penyimpanan beras di gudang Bulog Dramaga rata-rata maksimum 3 bulan dan minimum 1 bulan DESAIN FUNGSIONAL Lokasi Penempatan Gudang Gudang Bulog Dramaga merupakan satu-satunya gudang Bulog yang terletak di kota Bogor, dari segi lokasi gudang Bulog Dramaga terletak dekat dengan konsumen walaupun agak jauh dari sumber produksi. Besarnya jumlah penduduk kota Bogor ditambah terpusatnya penyimpanan beras bulog hanya di gudang Bulog dramaga, inilah yang kemudian menjadikan gudang Bulog Dramaga sebagai gudang dengan kapasitas tonase terbesar di Indonesia. Lokasi gudang juga dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan proses penyaluran beras, selain itu gudang Bulog Dramaga juga terpisah dari bangunan rumah tinggal padat penduduk dan perkantoran sehinga aktivitas Bulog tidak menimbulkan gangguan. Areal belakang gudang Bulog Dramaga juga masih berupa tanah persawahan, sehingga kedepan jika dilakukan perluasan masih memungkinkan. Lokasi tempat pendirian gudang juga memiliki ketinggian yang cukup sehingga memudahkan drainase dan menghindarkan dari banjir. Tanah tempat didirikannya bangunan adalah jenis latosol dimana jenis tanah tersebut memiliki ketahanan terhadap pemadatan tinggi serta menunjang perancangan system drainase yang optimal. Untuk jenis bangunan GBB, bagunan tersebut memanjang dari arah timur ke barat, hal ini sesuai dengan anjuran keberadaan gudang-gudang penyimpanan pada daerah tropis (khatulistiwa) karena dengan arah bujur seperti ini dapat mengurangi variasi suhu gudang akibat sinar matahari secara langsung. Jadi secara garis besar lokasi penempatan gudang Bulog Dramaga dapat dikatakan cukup baik, sesuai dengan syarat bangunan penyimpanan ditinjau dari segi letaknya oleh Mudiastuti dan Semat, Bahan Konstruksi Sebagian besar bagian dari bangunan GBB Dramaga merupakan pre-fabricated (siap pasang buatan pabrik), namun ada juga yang dibangun dan dikerjakan di lokasi bangunan. Bagian yang merupakan pre-fabricated meliputi: atap, tiang, dan sebagian besar dinding, sedangkan bagian yang dibangun dan dikerjakan di lokasi bangunan adalah pondasi, lantai, dan sebagian kecil dinding. Bahan bangunan yang digunakan antara lain besi baja sebagai rangka dinding dan rangka atap, seng aluminium sebagai lapisan dinding dan atap, lantai dari beton, dan batu kali sebagai pondasi. Atap yang terbuat dari seng aluminium diharapkan dapat melindungi produk dari cuaca, angin, dan pengaruh sinar matahari secara langsung, namun kekurangan bahan ini adalah cenderung panas dan kurang memberikan hawa sejuk bagi ruang maupun produk yang disimpan. Dinding yang juga terbuat dari seng aluminium diharapkan dapat melindungi produk dari angin, hujan, sinar matahari, pencuri, tikus, burung, maupun serangga, namun kekurangan bahan ini adalah insulasi rendah dan tidak anti karat. Pondasi gudang harus dapat mengurangi pergeseran tanah, menghentikan penyerapan air oleh produk, dan melindungi produk dari serangan tikus, pondasi untuk gudang harusnya memiliki soil bearing pressure 150 KN/, pondasi di Indonesia umumnya memang berbahan dasar batu kali.

4 Lantai dari beton diharapkan dapat menciptakan ruang gerak yang aman, memudahkan pembersihan, perawatan, menahan beban produk dan dapat mencegah penyerapan kadar air. Ventilasi pada GBB terletak di bagian bawah atap di luar dinding, pada bagian luar ventilasi dilapisi kawat kassa dengan mesh 10 mm untuk mencegah masuknya burung dan pada bagian dalam dilapisi kawat kassa dengan mesh 1 mm untuk mencegah masuknya serangga. Ventilasi harus dapat mengontrol suasana didalam gudang, mencegah kelembaban tinggi akibat hujan, dan dapat berfungsi sebagai jendela Bagian-Bagian Bangunan Gudang Lantai GBB Bogor merupakan bentuk lantai permanen yaitu berupa lantai yang permukaannya diperkeras dengan semen olahan. Lantai walaupun terbuat dari lapisan semen tapi tetap dibuat kotakkotak ukuran besar seperti tegel, hal ini adalah untuk membuat cekungan pada lantai yang bisa dilewati air kalau-kalau ada air yang mengalir dilantai (Gambar 6). Selain itu lantai yang dibuat dari lapisan semen/beton diharapkan dapat menciptakan ruang gerak yang aman, memudahkan pembersihan, dan perawatan, serta menahan beban produk. Tinggi lantai pada GBB adalah 0,75 m dari permukaan tanah, hal ini tidak sesuai dengan tinggi pintu belakang truk yang rata-rata adalah 1,2 m dari permukaan tanah. Akibat dari ketidaksesuaian ini dalam pemasukan dan pengeluaran beras dari dan ke dalam truk harus menggunakan tangga dari kayu sehingga proses pemasukan dan pengeluaran kurang efektif dan efisien. Oleh karena itu agar proses pengeluaran dan pemasukan beras dari dan ke dalam gudang lebih efektif dan efisien sebaiknya lantai gudang ditinggikan menjadi 1,2 m. Namun jika tidak memungkinkan meninggikan seluruh lantai (karena besarnya biaya dlsb), minimal lantai di sekitar pintu saja yang ditinggikan. Gambar 6. Lantai Gudang Bulog Baru Dinding GBB terbuat dari seng aluminium dengan rangka dinding terbuat dari besi baja. Dinding berbahan seng aluminium memiliki keunggulan lebih tahan lama dibanding bahan lain serta memiliki daya hantar kelembaban yang kecil. Pada dinding GBB tidak semua bagian terbuat dari seng aluminium, pada bagian dasar dinding yang bersentuhan dengan lantai terbuat dari bata merah setinggi sekitar 1m dan tebal 20 cm. Fungsi dinding ini adalah sebagai pondasi tancapan dinding aluminium

5 dan rangka besi bajanya sehingga dapat memperkokoh tegaknya bangunan (Gambar 7). Pada bagian luar dinding dibuatkan koridor beton dengan lebar 1m agar apabila hujan, air tidak mengenai dinding. Gambar 7. Dinding Gudang Bulog Baru Pada GBB terdapat empat pintu, pintu-pintu tersebut tidak memiliki fungsi khusus untuk pengeluaran atau pemasukan melainkan dapat berfungsi sebagai keduanya. Pintu dibuat empat adalah agar memudahkan pemasukan dan pengeluaran beras dikarenakan memang GBB yang ada di Bulog bogor cukup luas yakni berukuran 42 m x 22 m, sedangkan ukuran pintu gudangnya adalah tinggi sekitar 3,5 m dan lebar 4 m. Jenis pintu pada GBB adalah pintu geser, selain itu pintu ada dua lapis yaitu pintu luar dan pintu dalam (Gambar 8). Daun pintu luar terbuat dari seng aluminium bergelombang dengan rangka besi, sedangkan daun pintu dalam terbuat dari jaring-jaring kawat dengan rangka besi. Pembuatan pintu dalam dengan daun pintu berbahan jaring-jaring kawat bukanlah tanpa maksud, pintu dalam akan berfungsi sebagai pintu ventilasi jika pintu luar dibuka. Pintu ventilasi ini difungsikan pada saat siang hari atau apabila cuaca diluar gudang cerah/panas, sebaliknya pintu ventilasi hendaknya tidak difungsikan saat malam hari atau cuaca diluar gudang sedang mendung atau hujan, penggunaan pintu ventilasi ini terkait pada pengaturan suhu dan kelembaban yang akan dipaparkan lebih jelas pada bahasan sorpsi isotermi. Pada faktanya berdasarkan pengamatan selama penelitian, di Gudang Bulog Bogor pintu ventilasi tidak difungsikan sama sekali. Pintu ventilasi tidak dibuka padahal cuaca di luar gudang sedang terik/panas di siang hari (Gambar 9 dan 10) dan pintu hanya dibuka pada saat bongkar-muat beras saja. (a) (b)

6 Gambar 8. (a) Pintu lapis luar; (b) Pintu lapis dalam. Gambar 9. Pintu bagian depan gudang tetap ditutup pada siang hari (cuaca panas/terik) Gambar 10. Pintu bagian belakang gudang tetap ditutup pada siang hari (cuaca panas/terik) Pada tiap pintu gudang juga dilengkapi atap pintu seperti terlihat pada Gambar 9 dan 10. Atap pintu ini berukuran panjang 7 m dan lebar 2 m. Atap pintu ini berfungsi untuk menghindarkan proses bongkar-muat beras dari percikan air hujan saat terjadi hujan. Namun menurut pengamatan, ukuran atap pintu ini masih terlalu kecil untuk menghindarkan dari percikan air hujan saat hujan deras. Untuk itu sebaiknya atap pintu ini diperlebar hingga menutupi seluruh permukaan truk, sehingga jika terjadi hujan deras proses bongkar-muat beras tetap dapat dilakukan dan aman dari percikan air hujan. Pada GBB atapnya terbuat dari lembar aluminium, pemilihan bahan ini disesuaikan dengan dinding GBB yang juga berbahan lembar aluminium yang kemudian dikaitkan dengan rangka atap pabrikasi yang terbuat dari besi baja. Bahan atap seperti ini memiliki keunggulan dari segi umur keawetan yang lama. Selain itu bahan ini juga memiliki keunggulan-keunggulan lain seperti kedap air, tahan cuaca, tahan terhadap bunga api yang terbang, dan memiliki bobot yang ringan (Frick, 1985). Pada bagian atap GBB juga terdapat polykarbonat translusen (lembar atap bening) di beberapa titik yang diperuntukkan sebagi pencahayaan gudang di siang hari, karena sinar matahari dapat menembus bahan ini (Gambar 11). Atap yang berbahan polykarbonat translusen memiliki kekurangan yaitu dapat mengakibatkan spot heating sehingga mengakibatkan panas/hangat pada gudang penyimpanan, terutama pada tumpukan beras yang paling atas. Untuk itu sebaiknya penggunaan sumber cahaya berupa atap berbahan polykarbonat translusen sebaiknya diminimalkan. Atap pada GBB ini di

7 desain menjorok keluar melewati dinding sepanjang 1m untuk menghindarkan air hujan mengenai dinding gudang. Gambar 11. Atap Gudang Bulog Baru Ventilasi pada GBB terletak memanjang dibawah atap pada samping depan dan belakang gudang. Ventilasi ini memiliki lebar 1 m dan panjang sesuai dengan panjang gudang yaitu 42 m, karena ventilasi terdapat pada dua sisi maka luas total ventilasi dibawah atap ini adalah 84 m 2. Peletakan ventilasi di bawah atap sejajar tumpukan beras paling atas ini adalah sangat baik, sebab panas dan uap air yang merambat secara lambat ke tumpukan beras yang paling atas dapat langsung tersirkulasi keluar gudang, selain itu panas akibat sinar matahari yang mengenai atap berbahan seng aluminium juga dapat diredam dengan posisi ventilasi yang tepat seperti ini. Di GBB Bogor ventilasi ini hanya dilapisi kawat kassa dengan mesh 10 mm untuk mencegah masuknya burung (Gambar 12), seharusnya selain dilapisi kawat kassa dengan mesh 10 mm pada bagian luar ventilasi, pada bagian dalam ventilasi juga harus dilapisi kawat kassa dengan mesh 1 mm untuk mencegah masuknya serangga kedalam gudang. Kawat kassa pada ventilasi juga harus selalu dijaga kebersihannya agar tidak menghambat aliran udara. Bagian-bagian bangunan GBB Bogor secara keseluruhan beserta ukurannya dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 12. Ventilasi pada Gudang Bulog Baru

8 Gambar 13. Sketsa tampak samping bagian-bagian gudang 4.3. LINGKUNGAN MIKRO PENYIMPANAN Suhu dan Kelembaban Udara Suhu dan kelembaban udara merupakan unsur iklim mikro yang sangat berpengaruh terhadap proses penyimpanan beras. Bogor merupakan kota hujan dimana curah hujan rata-rata di wilayah Kota Bogor berkisar antara sampai mm/tahun. Curah hujan bulanan berkisar antara mm dengan waktu curah hujan minimum terjadi pada Bulan September sekitar 128 mm, sedangkan curah hujan maksimum terjadi di Bulan Oktober sekitar 346 mm. Temperatur rata-rata wilayah Kota Bogor berada pada suhu, temperatur tertinggi sekitar 30,40 dengan kelembaban udara ratarata kurang lebih 70 % ( Pengambilan data untuk mendapatkan suhu dan kelembaban udara di dalam GBB dimulai sejak pukul hingga pukul WIB dengan interval setiap satu jam. Pengambilan data dilakukan selama 6 hari dengan kondisi cuaca yang kurang lebih sama cerahnya. Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer bola basah dan bola kering pada bagian dalam dan luar bangunan (suhu lingkungan). Salah satu cara untuk menyatakan kelembaban udara adalah kelembaban relatif, yaitu rasio antara jumlah uap air yang ada di udara dengan jumlah uap maksimum yang dikandung pada suhu udara dan tekanan tertentu. Kelembaban relatif (RH) dinyatakan dalam satuan persen (Handoko, 1995). RH didapatkan dari Psychrometric Chart dengan menggunakan data suhu bola basah dan bola kering. Gambar 14 menunjukkan suhu udara rata-rata dan Gambar 15 menunjukkan kelembaban relatif (RH) di dalam dan luar bangunan selama pengamatan berlangsung.

9 40 35 Suhu ( o C) Suhu Lingkungan Suhu Gudang :30 9:30 10:30 11:30 12:30 13:30 14:30 15:30 Waktu (Jam) Gambar 14. Suhu rata-rata luar dan dalam gudang selama 6 hari RH (%) RH Lingkungan RH Gudang 8:30 9:30 10:30 11:30 12:30 13:30 14:30 15:30 Waktu (Jam) Gambar 15. RH rata-rata luar dan dalam gudang selama 6 hari Dari Gambar 14 dapat dilihat bahwa rata-rata suhu lingkungan dengan rata-rata suhu didalam gudang tidak jauh berbeda. Keduanya memiliki suhu minimum pada pukul 08.30, dan mencapai suhu maksimum pada pukul Perbedaan suhu yang tidak terlalu jauh ini dapat disebabkan oleh konstruksi gudang yang tidak terlalu rapat, baik dinding maupun atapnya, sehingga suhu didalam mengikuti suhu lingkungan. Dari grafik pada Gambar 14 juga terlihat bahwa rata-rata suhu didalam gudang lebih tinggi dari rata-rata suhu diluar gudang, suhu didalam gudang berkisar antara 29,59-33,07, padahal penyimpanan pada suhu yang lebih rendah akan lebih aman dibandingkan pada suhu tinggi. Menurut Villaeral, dkk. (1976), gabah ataupun beras akan mengalami perubahan sifat fisikokimiawi dan mutunya pada penyimpanan selama 4-6 bulan pertama, terutama jika suhu penyimpanannya diatas 15. Tingginya suhu didalam gudang pada siang hari dapat disebabkan oleh bahan konstruksi

10 dinding dan atap gudang yang terbuat dari lembar aluminium/seng sehingga mudah menghantarkan panas matahari serta kurang lancarnya sirkulasi udara didalam gudang. Didalam gudang kisaran suhu yang didapat adalah 29,59-33,07. Nilai tersebut masih berada diluar kisaran suhu tumbuh minimum, optimum, dan maksimum beberapa jenis jamur penyimpanan seperti A. candidus, A. flavus, dan Penicillium. Namun rentang suhu tersebut berada pada kisaran suhu tumbuh optimum jamur Aspergillus restricttus dan A. glaucus (kisaran suhu jamur penyimpanan ada pada Tabel 7 sebelumnya). Selain itu rentang suhu tersebut masih berpotensi menimbulkan hama serangga yang dapat menyerang beras seperti Laser Rice Weevil (hidup pada suhu ), Khapra Beetle atau Trogoderma granarium (hidup pada suhu ), dan Ngengat gabah atau Angoumois Grain Moth (Sitotroga cereallela) (hidup pada suhu 30 ). Kelembaban relatif (RH) di lingkungan maupun yang didalam gudang cukup tinggi dengan kisaran %. Berbeda dengan suhu, kondisi RH cenderung menurun menjelang tengah hari lalu meningkat lagi menjelang sore hari. Dari Gambar 15 terlihat bahwa pada pukul WIB RH lingkungan lebih tinggi dari pada RH didalam gudang, sedangkan pada pukul WIB RH lingkungan lebih rendah dari pada RH didalam gudang. Oleh karena itu untuk menstabilkan RH didalam gudang pada pukul WIB pintu ventilasi pada gudang hendaknya tetap ditutup agar kelembaban lingkungan yang lebih tinggi tidak mengalir kedalam gudang dan pada pukul WIB hendaknya pintu ventilasi dibuka agar RH lingkungan yang lebih rendah dapat menarik RH didalam gudang yang lebih tinggi, dengan demikian RH didalam gudang dapat dijaga agar tidak naik sehingga kadar air kesetimbangan beras juga tidak naik. Nilai maksimum dan minimum dari suhu dan kelembaban relatif (RH) di luar dan di dalam gudang dapat dilihat pada Tabel 9 berikut: Tabel 9. Nilai maksimum dan minimum Suhu dan RH Parameter Lingkungan Gudang Suhu max ( ) 31,75 33,07 Suhu min ( ) 27,42 29,59 RH max (%) 82,00 78,00 RH min (%) 65,00 68,00 Nilai rata-rata RH gudang yang diperoleh dari pengukuran adalah pada kisaran %. Pada kisaran ini masih berpotensi terhadap tumbuhnya spora cendawan (RH 75%) serta serangan serangga Laser Rice Weevil (RH 70%), Rust Red Grain Beetle (RH 75%), Khapra Beetle (RH 73%), dan Laser Grain Borrer (RH 70%). Selain itu dapat pula ditumbuhi jamur penyimpanan seperti A. restrictus (RH 70-90%), dan A. glaucus (RH 78-80%). Aktivitas biologis bakteri dan jamur akan menghasilkan karbondioksida yang dapat mengurangi viabilitas benih dan menghasilkan bau yang tak sedap, sehingga dapat mengurangi kualitas biji-bijian secara komersial. RH minimum yang baik untuk penyimpanan jangka panjang (hingga 2 atau 3 tahun) hendaknya sekitar 65% (Christensen, 1963). Suhu maksimum lingkungan terjadi pada pukul WIB, sedangkan suhu minimumnya pada pukul WIB. Hal tersebut terjadi pula di dalam gudang, kondisi demikian dapat dipengaruhi oleh perbedaan intensitas cahaya matahari yang diterima dalam satu hari. RH lingkungan maksimum dicapai pada pukul WIB, pada gudang juga dicapai pada pukul WIB. RH minimum lingkungan dan gudang sama-sama terjadi pada pukul WIB. Dari data tersebut dapat

11 disimpulkan bahwa naik-turunnya RH dipengaruhi oleh suhu udara, semakin tinggi suhu udara maka semakin rendah RH begitupun sebaliknya Intensitas Cahaya dan Kecepatan Angin Intensitas cahaya dan kecepatan angin tidak berpengaruh secara langsung terhadap penyimpanan beras, namun ikut mempengaruhi parameter suhu dan kelembaban udara yang sangat penting terhadap penyimpanan beras. Pengambilan data intensitas cahaya dan kecepatan angin dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan pengambilan data suhu dan kelembaban udara. Intensitas cahaya diukur pada luar gudang dan bagian dalam gudang. Begitu pula kecepatan angin. Pada Gambar 16 dan 17 terlihat secara umum intensitas cahaya di dalam maupun diluar gudang naik dan kemudian turun pada waktu-waktu yang relatif sama. Intensitas cahaya cenderung meningkat cukup tinggi pada tengah hari dan menurun kembali pada sore hari. Hal-hal tersebut tentunya dipengaruhi oleh sudut datang sinar matahari yang terus berubah dari pagi hingga sore hari. Sudut datang sinar matahari juga dapat terhalangi oleh kondisi vegetasi di sekitar areal gudang dan kondisi penutupan awan setiap harinya. Vegetasi yang berada di sekitar gudang dapat menghalangi jalannya cahaya matahari pada sudut-sudut penyinaran tertentu. Dan kondisi penutupan awan yang berbedabeda setiap harinya membuat besarnya intensitas cahaya matahari yang diterima juga tidak sama setiap harinya Int. Cahaya (FCd) :30 9:30 10:30 11:30 12:30 13:30 14:30 15:30 Waktu (Jam) Gambar 16. Rata-rata intensitas cahaya luar gudang selama 6 hari

12 Int. Cahaya (FCd) :30 9:30 10:30 11:30 12:30 13:30 14:30 15:30 Waktu (Jam) Gambar 17. Rata-rata intensitas cahaya dalam gudang selama 6 hari Dari skala intensitas cahaya pada Gambar 16 dan 17 terlihat bahwa intensitas cahaya di luar dan dalam gudang berselisih sangat besar, terutama pada siang hari. Hal ini dapat dikarenakan konstruksi dinding dan atap gudang yang cukup rapat sehingga menahan radiasi sinar matahati dari luar. Selain itu ventilasi yang terdapat pada gudang menghadap ke bawah dan terletak di bawah atap sehingga tidak dapat memberikan penerangan yang besar. Penerangan dalam gudang satu-satunya pada siang hari adalah atap tembus cahaya (fiberglass translusen) dengan luasan yang kecil dan pada beberapa titik saja. Dengan sumber penerangan tersebut di dalam GBB pada siang hari dirasa telah cukup, karena sudah mencukupi untuk melancarkan aktivitas di dalam gudang, karena penerangan yang berlebihan dapat menyebabkan pemanasan setempat (spot heating) sehingga akan mempengaruhi kualitas beras yang disimpan. Nilai maksimum dan minimum intensitas cahaya dalam dan luar gudang dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai maksimum dan minimum intensitas cahaya Parameter Dalam Gudang Luar Gudang Int. Cahaya max (FCd) 25, ,00 Int. Cahaya min (FCd) 5, ,83 Intensitas cahaya luar yang tinggi dicapai saat pukul WIB, sedangkan nilai minimumnya pada pukul WIB. Dalam gudang intensitas cahaya maksimum juga terjadi pada pukul WIB dan intensitas cahaya minimumnya juga terjadi pada pukul WIB. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya intensitas cahaya di dalam gudang sangat dipengaruhi besarnya intensitas cahaya di luar gudang dan keduanya berjalan selaras. Intensitas cahaya yang cenderung tinggi pada tengah hari dapat disebabkan karena semakin siang sudut penyinaran matahari yang semakin tegak lurus permukaan bumi. Intensitas cahaya cenderung rendah di pagi dan sore hari selain karena sudut penyinaran matahari yang lebih miring, karena sudut penyinarannya lebih miring sehingga banyak vegetasi yang menghalangi sinar matahati mencapai gudang.

13 Pada saat pengamatan, data keceptan angin yang dihasilkan hanya data kecepatan angin pada luar gudang. Kecepatan angin di dalam gudang saat pengamatan secara umum adalah nol. Nilai kecepatan angin di luar gudang sangat kecil, yaitu hanya berkisar antara 0,12-1,47 m/s. Oleh karena itu kecepatan angin tersebut sangat kecil pula berpengaruh terhadap ruang di dalam gudang, sehingga kecepatan angin yang terjadi di dalam gudang adalan nol. Struktur dinding bangunan yang rapat dan ventilasi pintu yang tidak difungsikan juga dapat mempengaruhi hal tersebut. Grafik kecepatan angin rata-rata di luar gudang selama 6 hari ditunjukkan pada Gambar Kecepatan Udara (m/s) :30 9:30 10:30 11:30 12:30 13:30 14:30 15:30 Waktu (Jam) Gambar 18. Kecepatan angin rata-rata luar gudang selama 6 hari Tabel 11 dibawah ini memuat nilai maksimum dan minimum dari kecepatan angin diluar dan dalam gudang: Tabel 11. Nilai maksimum dan minimum kecepatan angin Parameter Dalam Gudang Luar Gudang Kec. Angin max (m/s) - Kec. Angin min (m/s) - 1,47 0,12 Pada grafik kecepatan angin Gambar 18 terlihat bahwa kecepatan angin dari pagi hingga siang mengalami peningkatan dan mencapai puncaknya pada pukul WIB, setelah itu kecepan angin berangsur menurun. Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa besar kecepatan angin di dalam gudang bernilai nol, nilai nol ini bukan berarti tidak ada aliran udara di dalam gudang, peneliti sempat melakukan pengukuran kecepatan angin di dalam gudang yang di fokuskan di dekat jendela ventilasi dan di dapatkan nilai kecepatannya 0,3-0,7 m/s namun hal ini hanya terjadi di siang hari mendekati sore dan hanya terjadi di dekat jendela dan tidak terjadi pada ruang gudang secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kecepatan angin yang rata-rata tidak didapatkan di dalam gudang bukan karena tidak adanya aliran udara sama sekali di dalam gudang. Tetapi dapat disebabkan karena nilai

14 kecepatan angin tersebut sangat kecil sehingga tidak sampai terukur dengan alat yang digunakan saat penelitian Sorpsi Isotermi Beras di Gudang Peranan air dalam bahan pertanian biasanya dinyatakan sebagai kadar air dan aktivitas air. Keduanya memegang peranan penting dalam menentukan tingkat keawetan dan stabilitas bahan pertanian selama penyimpanan. Bahan pertanian dengan kadar air atau aktivitas air rendah relatif lebih awet/stabil dibandingkan dengan yang berkadar air atau aktivitas airnya tinggi. Kemantapan bahan pertanian selama penyimpanan sangat ditentukan oleh kadar air keseimbangan, yang dinyatakan sebagai kadar air pada tekanan uap air yang seimbang dengan lingkungannya. Ini terjadi jika bahan disimpan pada suhu dan kelembaban relatif (RH) tertentu dalam jangka panjang (Troller, 1989). Hubungan antara kadar air bahan dengan RH keseimbangan atau aktivitas air pada suhu tertentu dinyatakan sebagai sorpsi isotermi air (ISA) yang bersifat khas pada setiap bahan pertanian. Gambar 19 adalah kurva simulasi sorpsi isotermi beras pada suhu 31 dan juga kurva sorpsi isotermi beras didalam gudang pada suhu dan kelembaban sesuai pengukuran di gudang. Perhitungan menggunakan modifikasi persamaan Henderson (ASAE, 1998). 25 Kadar Air (%,bk) ERH (%) Simulasi sorpsi isotermi beras Sorpsi isotermi beras dalam gudang Gambar 19. Kurva sorpsi isotermi beras Dari Gambar 19 dapat dilihat bahwa model sorpsi isotermi beras sama dengan model sorpsi isotermi bahan pangan pada umumnya yaitu berbentuk sigmoid. Van de Berg and Bruin (1981) membagi sorpsi isotermi bahan pangan kedalam tiga daerah menurut kadar air yang berada dalam bahan. Daerah I merupakan absorpsi air yang bersifat satu lapis air (monolayer) dan berada pada RH antara 0-20%, daerah II menyatakan terjadinya pertambahan lapisan di atas satu lapis molekul air (multilayer) yang terjadi pada RH antara 20-70%, dan daerah III merupakan daerah dimana kondensasi air pada pori-pori mulai terjadi (kondensasi kapiler). Dari teori diatas maka sorpsi isotermi beras didalam gudang termasuk pada daerah multilayer dan daerah kondensasi kapiler karena selang RH didalam gudang adalah %. Daerah yang

15 aman untuk penyimpanan produk pangan di dalam kemasan adalah pada ERH 20-55% dimana pada daerah ini bahan pangan terbebas dari kemungkinan terjadinya pencoklatan non enzimatis. Pada ERH di atas 60%, maka bahan pangan yang berlemak dapat mengalami ketengikan akibat hidrolisa lemak menjadi asam lemak bebas yang dikatalisir oleh enzim lipase. Penyimpanan produk pada ERH di atas 70% akan menyebabkan terjadinya kerusakan, karena tersedianya air bebas yang dapat digunakan untuk berbagai reaksi-reaksi kimia seperti reaksi pencoklatan enzimais, kerusakan oleh mikroorganisme serta kerusakan tekstur dan sifat-sifat reologi produk (Van den Berg and Bruin, 1981). Dari perhitungan pendugaan kadar air kesetimbangan beras yang disimpan, menggunakan persamaan modifikasi Henderson didapatkan nilai kadar air kesetimbangannya berkisar antara 15,49 18,15 %bk. Sedangkan syarat kadar air maksimum beras yang boleh disimpan didalam gudang yaitu 14 %bb / 16,28 %bk. Jadi selama penyimpanan beras didalam gudang, kadar air beras berpotensi mengalami kenaikan dari menjadi maksimal 18,15 %bk. Upaya yang mungkin bisa dilakukan untuk mencegah kenaikan kadar air ini adalah dengan cara menurunkan nilai kelembaban relatif (RH) gudang, karena dengan turunnya nilai RH gudang maka kadar air beras juga akan turun/ minimal tetap. Dari Gambar 15 (grafik RH rata-rata luar dan dalam gudang) terlihat bahwa pada pukul WIB RH lingkungan lebih tinggi dari pada RH didalam gudang, sedangkan pada pukul WIB RH lingkungan lebih rendah dari pada RH didalam gudang. Oleh karena itu agar RH didalam gudang tidak naik maka pada pukul WIB pintu ventilasi pada gudang hendaknya tetap ditutup agar kelembaban lingkungan yang lebih tinggi tidak mengalir kedalam gudang. Sedangkan pada pukul WIB hendaknya pintu ventilasi dibuka agar RH lingkungan yang lebih rendah dapat menarik RH didalam gudang yang lebih tinggi, dengan demikian RH didalam gudang akan turun sehingga kadar air kesetimbangan beras juga akan turun/minimal tetap KONDISI PENYIMPANAN BERAS Menurut macam dan bentuk bahan yang disimpan, sistem penyimpanan pada GBB Bogor adalah termasuk sistem karungan, sebab beras yang disimpan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam karung, baru kemudian karung-karung tersebut di tumpuk di dalam tempat penyimpanan. Tipe tumpuakan yang digunakan adalah sistem kunci lima, sistem tumpukan kunci lima ini memang telah umum digunakan diseluruh Bulog di Indonesia (Gambar 20). Tumpukan di dalam gudang tidak dibuat secara menyatu, melaikan dibuat berkelompok/blok. Tiap blok tumpukan (staple) dipisahkan oleh jarak sempit/lorong yang masih bisa dilewati manusia, lorong ini selain berfungsi sebagai jalan untuk pengangkutan juga berfungsi sebagai jalan saat spraying/fumigasi. Lorong didalam gudang ada empat macam, yaitu: (1) lorong pokok (lorong antar pintu) dengan lebar minimal 1,50 m; (2) lorong silang dengan lebar minimal 1,00 m; (3) lorong kebakaran (lorong antar dinding dan tumpukan) dengan lebar minimal o,75 m; (4) lorong tumpukan (lorong antar tumpukan) dengan lebar minimal 0,50 m. Tinggi tumpukan tidak diperkenankan melebihi batas lubang ventilasi, untuk tumpukan beras yang dikemas dengan karung plastic tinggi susunan maksimum adalah 22 lapis. Blok tumpukan (staple) dan lorong dapat dilihat pada Gambar 21. Penumpukan harus berdasarkan jenis barang, dan diusahakan dalam satu gudang kondisi barang sehomogen mungkin, artinya tidak dicampur, misalnya barang rusak ditumpuk didalam gudang tersendiri. Apabila didalam gudang terdapat tumpukan barang dengan kondisi kualitas baik dan tumpukan barang rusak, maka barang rusak harus dikeluarkan sesegera mungkin.

16 Lapis 1 Lapis 2 Gambar 20. Sistem tumpukan karung beras kunci lima Gambar 21. Denah Gudang Bulog Baru Bogor Pada tiap blok tumpukan beras terdapat papan informasi yang berisi informasi-informasi mengenai beras yang disimpan pada blok tersebut, misalnya: tanggal kedatangan, jumlah karung beras, berat bruto dan netto, serta tanggal dilakukannya spraying. Tumpukan karung beras merupakan penghantar panas yang lambat. Hal ini dapat berakibat panas yang timbul pada suatu bagian tidak cepat berpindah ke bagian yang lain. Kondisi gudang yang yang terdapat ventilasi di bawah atap berdekatan dengan permukaan beras dapat dikatakan baik, sebab dengan adanya ventilasi tersebut panas dan uap air dari beras bagian bawah yang mengalir ke permukaan beras bagian atas dapat langsung tersirkulasi. Selain itu penggunaan dinding dari lembar aluminium memang cukup rapat untuk terjadinya sirkulasi udara melalui dinding, sehingga keberadaan ventilasi tersebut memang sangat penting.

17 Menurut lamanya penyimpanan (berdasarkan Mudiastuti dan Semat, 1979), maka penyimpanan beras di GBB Bogor ini termasuk penyimpanan jangka pendek sebab beras yang disimpan digudang lamanya tidak melebihi tiga bulan dan tidak kurang dari satu bulan. Karena memang pada gudang Bulog Bogor ini menganut mekanisme FIFO (first in-first out), yaitu beras yang dahulu dimasukkan akan dikeluarkan lebih dulu pula. Hal ini terkait pula dengan desain fungsional gudang yang memiliki empat pintu, tiap pintu dapat digunakan untuk memasukkan atau mengeluarkan beras yang dekat dengan pintu tersebut, sehinga pengeluaran dan pemasukan beras dari dan ke gudang tidak hanya berjalan satu arah. Berdasarkan bentuk konstruksinya gudang bertipe lantai datar memang umum digunakan untuk penyimpanan padi, gabah, atau beras dan di khususkan untuk sistem penyimpanan secara karungan, hal ini telah sesuai dengan yang terjadi di gudang bulog Bogor. Gudang bertipe lantai datar memang rentan terjadi aliran air di lantai jika terjadi kebocoran atau ada air yang masuk kedalam gudang, untuk itu peletakan beras didalam gudang tidak langsung menempel pada lantai melaikan dibuatkan alas berupa tatakan kayu (flonder) sehingga jika terjadi aliran air di lantai tidak langsung mengenai beras. Selain itu lantai datar dibuat kotak-kotak dengan garis berupa cekungan, hal ini juga sebagai tindakan antisipasi bila ada aliran air di lantai maka akan mengalir lewat cekungan tersebut, sehingga tidak membasahi lantai secara keseluruhan. Beras merupakan hasil pertanian yang mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi dan mudah mengalami kerusakan baik oleh faktor internal maupun faktor eksternal seperti suhu udara, kelembaban udara, dan lain-lain. Dari perhitungan kadar air kesetimbangan beras pada bahasan sorpsi isotermi diatas, telah diduga bahwa kondisi beras yang disimpan memiliki kadar air melebihi kadar air yang diinginkan (. Untuk itu agar kadar air beras dapat diturunkan atau dijaga agar tidak naik maka RH didalam gudang harus dijaga juga agar tidak naik. Apabila RH lingkungan lebih tinggi dari RH didalam gudang misalnya pada saat hujan, sore, malam, pagi, atau pada pukul WIB (sesuai pengukuran) maka pintu gudang bagian dalam dan luar harus ditutup. Sedangkan bila RH lingkungan lebih rendah dari RH didalam gudang misalnya saat cuaca terik siang hari atau pukul WIB (sesuai pengukuran) maka pintu bagian dalam (pintu ventilasi) harus dibuka agar kelembaban gudang yang tinggi dapat mengalir keluar. Berdasarkan pengamatan sebelumnya, dapat dilihat bahwa nilai intensitas cahaya di dalam gudang cukup kecil. Hal ini sangat baik karena biji-bijian memang perlu dihindarkan dari intensitas cahaya yang tinggi selama penyimpanan, agar biji-bijian selalu dalam keadaan sejuk. Disamping itu, biji-bijian yang hangat akibat terkena intensitas cahaya yang tinggi dapat mempercepat perkembangbiakan serangga. Penggunaan sumber cahaya berupa lembar fiberglass translusen juga harus diamati efeknya terhadap beras yang disimpan apakah menyebabkan pemanasan setempat (spot heating). Sumber cahaya yang benar-benar aman bagi penerangan gudang disiang hari adalah cahaya dari ventilasi, karena ventilasi menghadap ke bawah sehingga pantulan cahaya yang diterima tidak secara langsung dari matahari. Aerasi dan ventilasi dapat mencegah transfer uap air karena temperatur seragam dapat dijaga. Namun, berdasarkan pengukuran telah diketahui bahwa kecepatan angin di dalam gudang sangat kecil. Hal ini kurang baik karena dapat membuat sebaran suhu di dalam gudang tidak merata (hal ini juga terlihat dari hasil pengukuran suhu pada titik-titik yang berbeda yang telah dilakukan) sehingga kemudian dapat membuat tidak seragamnya umur simpan beras di dalam gudang. Untuk mengatasi hal ini ventilasi pintu harus lebih difungsikan pada waktu yang tepat, sehingga dapat berfungsi sebagai input udara dan ventilasi atap sebagai outputnya, dengan demikian keseragaman suhu dalam gudang dapat diciptakan.

18 Atap gudang yang berupa lembar aluminium (seng) memang memilki keunggulan berupa umur keawetannya yang cukup lama. Selain itu atap berbahan ini bisa dipastikan kedap terhadap air, tahan cuaca, tahan terhadap bunga api yang terbang, dan bobotnya juga cukup ringan. Namun jenis bahan atap ini juga memiliki kekurangan yaitu mudah menyerap panas (konduktor) dari radiasi sinar matahari, sehingga panas yang telah diterima atap akan dapat di hantarkan secara konveksi ke udara di sekitar atap termasuk ke dalam gudang. Namun sedikit-banyak hal ini telah diatasi dengan adanya ventilasi di sekitar atap. Pengamatan mutu beras secara kuantitatif tidak dapat dilakukan karenaa keterbatasan ijin dari pihak Bulog. Meskipun demikian pengamatan mutu beras tetap dilakukan secara kualitatif. Berdasarkan pengamatan secara fisik, secara umum beras yang telah disimpan masih cukup baik. Menurut pegawai setempat, lama simpan beras yang diamati adalah 2,5 bulan. Rata-rata beras yang di simpan bebas dari bau busuk, asam, dan bau-bau lainnya. Namun demikian pada beberapa titik terdapat karung beras yang rusak sehingga beras tercecer (mungkin disebabkan oleh tikus) dan secara kasat mata pada karung-karung beras banyak terdapat kutu beras atau biasa disebut Laser Rice Weevil (Sitophilus oryzae; Calandra Oryzae) (Gambar 22). Selain itu di dalam gudang juga terdapat beberapa burung pipit yang berterbangan memakan butir beras yang tercecer atau mengambilnya dari celah karung yang rusak, setelah diamati ternyata burung pipit ini dapat masuk ke dalam gudang melalui ventilasi. Walaupun ventilasi yang ada pada bagian bawah atap tersebut telah dilapisi jarring-jaring kawat, tapi ternyata ada beberapa titik di mana jaring-jaring kawat telah rusak dan terdapat celah untuk burung pipit masuk Gambar (Gambar 23). Gambar 22. Serangga banyak terdapat pada karung beras

19 Gambar 23. Burung pipit dapat masuk kedalam gudang Karena didalam gudang ditemukan banyak serangga terutama didalam karung beras, maka pengendalian/pemberantasan terhadap serangga ini harus lebih rutin dilakukan. Pemberantasan serangga dapat dilakukan dengan cara melakukan fumigasi terhadap gudang penyimpanan minimal sebulan sekali dengan menggunakan fumigan yang diijinkan. Selain itu penyemprotan/spraying juga harus dilakukan minimal sebulan sekali dengan menggunakan insektisida yang diijinkan. Sedangkan pengendalian terhadap masuknya burung kedalam gudang dapat dilakukan dengan memperbaiki jarring-jaring kawat yang rusak pada ventilasi. Selain hama serangga dan burung didalam gudang ditemukan adanya tanda-tanda keberadaan aktivitas tikus; misalnya, kotoran tikus dan adanya karung beras yang rusak akibat gigitan tikus. Halhal yang dapat dilakukan untuk pengendalian atau pemberantasan tikus ini antara lain: memangkas dan membersihkan rumput dan tanaman yang menempel atau berdekatan dengan gudang penyimpanan, menghindarkan adanya tumpukan kayu atau barang lain didalam gudang dan disekitar gudang, meletakkan perangkap tikus atau kotak umpan yang diisi rodentisida tipe antikoagulan di dalam dan di luar lingkungan pergudangan, melakukan upaya rodent proofing bangunan misalnya dengan menutup lubang-lubang yang memungkinkan tikus masuk ke dalam gudang. Pengukuran kadar air secara kuantitatif untuk melihat tingkat kekeringan beras juga tidak dapat dilakukan. Namun telah dilakukan pendugaan kadar air dengan menggunakan perhitungan modifikasi Henderson. Berdasarkan wawancara dengan pegawai kadar air beras yang disimpan kurang dari 14 % yang merupakan syarat boleh disimpannya beras didalam gudang. Selain itu syarat bisa disimpannya beras di dalam gudang adalah butir patah maksimal 20%, butir menir 2%, tidak berdedak dan berbau, tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, dan tidak berhama hidup. Tampilan fisik beras dalam wadah karungan yang disimpan di dalam GBB Bogor dapat dilihat pada Gambar 24.

20 Gambar 24. Tampilan beras didalam Gudang Bulog Bogor II. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Desain Fungsional Gudang a. Gudang Bulog Baru (GBB) Bogor memiliki panjang 42 m, lebar 22 m, dan tinggi 10,5 m. Gudang dengan ukuran demikian memiliki kapasitas 2000 ton beras, namun jika doptimalkan kapasitas gudang dapat mencapai 2500 ton beras. b. GBB memilki atap dan dinding berbahan seng aluminium dengan rangka atap dan dinding terbuat dari besi baja pabrikasi. Lantai terbuat dari beton dan pondasi berbahan utama batu kali. c. GBB memiliki empat pintu yang berfungsi untuk pemasukan dan pengeluaran beras. Tiap pintu memliki dua bagian yaitu pintu dalam dan pintu luar, pintu dalam akan berfungsi sebagai ventilasi jika pintu luar dibuka. Ventilasi pada gudang juga terdapat dibawah atap (sejajar lapisan atas tumpukan beras) memanjang depan dan belakang gudang. d. Bagian dalam gudang merupakan suatu ruangan yang luas dan bebas dari hambatan seperti tiangtiang untuk memudahkan aktivitas yang ada didalam gudang Kondisi Lingkungan Mikro

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENYIMPANAN KOPI Penyimpanan kopi dilakukan selama 36 hari. Penyimpanan ini digunakan sebagai verifikasi dari model program simulasi pendugaan kadar air biji kopi selama penyimpanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

Ketentuan gudang komoditi pertanian

Ketentuan gudang komoditi pertanian Standar Nasional Indonesia Ketentuan gudang komoditi pertanian ICS 03.080.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah dan definisi...1 3 Persyaratan

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN FUNGSIONAL, STRUKTURAL DAN KONDISI IKLLM MIKRO PADA LUMBUNG PAD1 TRADISIONAL. Oleh : BUD1 SEPTIAWAN F

ANALISIS DESAIN FUNGSIONAL, STRUKTURAL DAN KONDISI IKLLM MIKRO PADA LUMBUNG PAD1 TRADISIONAL. Oleh : BUD1 SEPTIAWAN F /33 ANALISIS DESAIN FUNGSIONAL, STRUKTURAL DAN KONDISI IKLLM MIKRO PADA LUMBUNG PAD1 TRADISIONAL (LEUIT) MASYARAKAT BADW LUAR DI PROPWSI BANTEN Oleh : BUD1 SEPTIAWAN F14104038 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

Teknologi Penyimpanan Jagung Oleh : Sri Sudarwati PENDAHULUAN

Teknologi Penyimpanan Jagung Oleh : Sri Sudarwati PENDAHULUAN Teknologi Penyimpanan Jagung Oleh : Sri Sudarwati PENDAHULUAN Sampai saat ini mutu jagung di tingkat petani pada umumnya kurang memenuhi persyaratan kriteria mutu jagung yang baik, karena tingginya kadar

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB V KESIMPULAN UMUM 177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai

Lebih terperinci

ASPEK PERANCANGAN KENIKMATAN FISIK BANGUNAN TERHADAP PENGARUH IKLIM. Kemala Jeumpa* Bambang Hadibroto * Abstrak

ASPEK PERANCANGAN KENIKMATAN FISIK BANGUNAN TERHADAP PENGARUH IKLIM. Kemala Jeumpa* Bambang Hadibroto * Abstrak ASPEK PERANCANGAN KENIKMATAN FISIK BANGUNAN TERHADAP PENGARUH IKLIM Kemala Jeumpa* Bambang Hadibroto * Abstrak Perencanaan serta tata letak suatu bangunan harus disesuaikan dengan keadaan iklim sesuai

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI Oleh: Ir. Nur Asni, MS Jagung adalah komoditi penting bagi perekonomian masyarakat Indonesia, termasuk Provinsi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini dibahas mengenai pemaparan analisis dan interpretasi hasil dari output yang didapatkan penelitian. Analisis penelitian ini dijabarkan dan diuraikan pada

Lebih terperinci

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penyimpanan Pellet Suhu dan kelembaban ruang penyimpanan sangat berpengaruh terhadap sifat fisik dan pertumbuhan serangga pada pellet yang disimpan. Ruang penyimpanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran

Lebih terperinci

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONVERSI RANGKAIAN PENGUKUR SUHU Rangkaian pengukur suhu ini keluarannya adalah tegangan sehingga dibutuhkan pengambilan data konversi untuk mengetahui bentuk persamaan yang

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruang Penyimpanan Penyimpanan adalah salah satu tindakan pengamanan yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas produk. Penyimpanan pakan dalam industri

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pemanenan, perontokan, pengeringan dan penggilingan. Tiap-tiap tahapan ini

TINJAUAN PUSTAKA. pemanenan, perontokan, pengeringan dan penggilingan. Tiap-tiap tahapan ini TINJAUAN PUSTAKA Gabah Suatu proses gabah menjadi beras memiliki beberapa tahapan, dimulai dari pemanenan, perontokan, pengeringan dan penggilingan. Tiap-tiap tahapan ini sangatlah berbeda penanganannya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai 11 15 LS sehingga memiliki iklim tropis lembab basah dengan ciri khas: curah hujan yang tinggi namun penguapan rendah, suhu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

Konstruksi Atap. Pengertian, fungsi dan komponen konstruksi atap

Konstruksi Atap. Pengertian, fungsi dan komponen konstruksi atap Konstruksi Atap Pengertian, fungsi dan komponen konstruksi atap Atap adalah bagaian paling atas dari suatu bangunan, yang melilndungi gedung dan penghuninya secara fisik maupun metafisik (mikrokosmos/makrokosmos).

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

Alumni Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP **) Staf Pengajar Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP ***)

Alumni Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP **) Staf Pengajar Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP ***) GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR FISIK PENYIMPANAN BERAS, IDENTIFIKASI DAN UPAYA PENGENDALIAN SERANGGA HAMA GUDANG (Studi di Gudang Bulog 103 Demak Sub Dolog Wilayah I Semarang) Adelia Luhjingga Pitaloka *), Ludfi

Lebih terperinci

DIKTAT PENGERINGAN KAYU. Oleh: Efrida Basri

DIKTAT PENGERINGAN KAYU. Oleh: Efrida Basri 1 DIKTAT PENGERINGAN KAYU Oleh: Efrida Basri I. Konsep Dasar Pengeringan Kayu Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan

Lebih terperinci

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/ Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Jl. Samarinda Paal Lima Kota Baru Jambi 30128

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur Disusun oleh : Yudi Leo Kristianto (0951010014) Dosen : JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BY : TIM PENGAMPU MK.MEKANISASI PERTANIAN DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY SNI 7604-2010

Lebih terperinci

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas Pemanasan Bumi Meteorologi Suhu dan Perpindahan Panas Suhu merupakan besaran rata- rata energi kine4k yang dimiliki seluruh molekul dan atom- atom di udara. Udara yang dipanaskan akan memiliki energi kine4k

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lingkungan Mengetahui kondisi lingkungan tempat percobaan sangat penting diketahui karena diharapkan faktor-faktor luar yang berpengaruh terhadap percobaan dapat diketahui.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin berkembang pesat memacu peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin berkembang pesat memacu peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin berkembang pesat memacu peningkatan pembangunan disegala sektor kehidupan, seiring dengan peningkatan

Lebih terperinci

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BY : TIM PENGAMPU MK.MEKANISASI PERTANIAN DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY SNI 7604-2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kaum Petani dengan kultur agraris khas pedesaan Indonesia bermukim di perumahan dengan bentuk bangunan yang mempunyai tata ruang dan tata letak sederhana. Hampir seluruh

Lebih terperinci

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK VII. SIMPULAN UMUM Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai, telah diperoleh disain pengering ERK dengan biaya konstruksi yang optimal dan dapat memberikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Iklim Mikro Rumah Tanaman Tipe Standard Peak Selama 24 jam Struktur rumah tanaman berinteraksi dengan parameter lingkungan di sekitarnya menghasilkan iklim mikro yang khas.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jagung Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, menurut Purwono dan Hartanto (2007), klasifikasi dan sistimatika tanaman

Lebih terperinci

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Pelet Daun Indigofera sp. Pelet daun Indigofera sp. yang dihasilkan pada penelitian tahap pertama memiliki ukuran pelet 3, 5 dan 8 mm. Berdasarkan hasil pengamatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bayan 4 No. 20. Karakteristik bahan di sekitar lokasi Ke-1 didominasi oleh dinding

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bayan 4 No. 20. Karakteristik bahan di sekitar lokasi Ke-1 didominasi oleh dinding 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Simulasi 3.1.1. Lokasi Ke-1 Lokasi Ke-1 merupakan ruang semi tertutup yang terletak di Jalan Tambak Bayan 4 No. 20. Karakteristik bahan di sekitar lokasi Ke-1

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Ir. Linda Yanti M.Si BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAMBI 2 0 1 7 1 Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP

Lebih terperinci

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XIV PENYIMPANNA DAN PENGGUDANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Padi (Oryza Sativa) Tanamanpadimerupakantanamansemusim,termasukgolonganrumputrumputandenganklasifikasisebagaiberikut:

Lebih terperinci

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang memiliki arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari penggunaannya

Lebih terperinci

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI Secangkir kopi dihasilkan melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari teknik budidaya, pengolahan pasca panen hingga ke penyajian akhir. Hanya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal

Lebih terperinci

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

A. GAMBAR ARSITEKTUR. A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Material Struktur Bangunan Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi pertemuan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Kilang Padi Bersama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan padi menjadi beras atau penggilingan padi (Rice Milling

Lebih terperinci

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn PENGAWETAN KAYU Eko Sri Haryanto, M.Sn PENGERTIAN Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan dimana kayu akan digunakan

Lebih terperinci

PASCA PANEN BAWANG MERAH

PASCA PANEN BAWANG MERAH PASCA PANEN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali pelayuan dan pengeringan bawang merah

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

V. HASIL UJI UNJUK KERJA V. HASIL UJI UNJUK KERJA A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pada uji unjuk kerja dilakukan 4 percobaan untuk melihat kinerja dari alat pembakar sampah yang telah didesain. Dalam percobaan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BIJI-BIJIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BIJI-BIJIAN 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BIJI-BIJIAN Kelompok biji-bijian meliputi : 1. kelompok serealia 2. kelompok kacang-kacangan Karakteristik biji-bijian yang erat kaitannya dengan penyimpanan

Lebih terperinci

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN Ronim Azizah, Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN 1 133 134 KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA Aspek Pertanyaan 1. Latar belakang 1. Bagaimanakah sejarah berdirinya LPIT BIAS? 2. Siapakah pendiri LPIT BIAS? 3. Apa tujuan didirikan LPIT BIAS? 4. Ada

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis dan interpreasi hasil dari pengumpulan dan pengolahan data di bab sebelumnya. Analisis yang akan dibahas antara lain analisis

Lebih terperinci

HANDOUT Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa mampu memahami dan memiliki pengetahuan tentang penyimpanan bahan pada katering pelayanan lembaga

HANDOUT Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa mampu memahami dan memiliki pengetahuan tentang penyimpanan bahan pada katering pelayanan lembaga HANDOUT 8 Mata Kuliah : Katering Pelayanan Lembaga Program : Pendidikan Tata Boga/ Paket Katering Jenjang : S-1 Semester : VI Minggu : 12 dan 13 Pokok Bahasan : Penyimpanan Bahan Jumlah SKS : 3 sks 1.

Lebih terperinci

Oleh : Sri Emilia Mudiyanti Kepala Sub Divisi Regional Kedu Magelang, 20 Maret 2018

Oleh : Sri Emilia Mudiyanti Kepala Sub Divisi Regional Kedu Magelang, 20 Maret 2018 PENGADAAN, PENGELOLAAN DAN PENYIMPANAN CADANGAN PANGAN PERUM BULOG Oleh : Sri Emilia Mudiyanti Kepala Sub Divisi Regional Kedu Magelang, 20 Maret 2018 KETAHANAN PANGAN (UU. Pangan No 18 Tahun 2012) Ketahanan

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Tidak hanya di Indonesia,

Lebih terperinci

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk didalamnya agribisnis. Kesepakatankesepakatan GATT, WTO,

Lebih terperinci

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. KALOR A. Pengertian Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama kelamaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon) ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon) Engkos Koswara Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Majalengka Email : ekoswara.ek@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan penting sebagai bahan pangan pokok. Revitalisasi di bidang pertanian yang telah dicanangkan Presiden

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia menimbulkan meningkatnya kebutuhan akan pangan. Bahan makanan merupakan sumber gizi bagi masyarakat. Kebutuhan gizi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Radiasi Matahari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jansen (1995) menyatakan bahwa posisi matahari diperlukan untuk menentukan radaisi surya yang diteruskan melalui kaca dan bahan transparan lain, dimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER Endri Yani* & Suryadi Fajrin Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas Kampus Limau Manis

Lebih terperinci

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan KOPI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BAHAN PENYEGAR Mutu kopi dipengaruhi pengolahan dari awal - pemasaran. Kadar air kopi kering adalah 12-13% 13% Pada kadar air ini : 1. mutu berkecambah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan (gramineae) yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia sejak lama. Beras merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga

Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga Sub chapter # 1 Handling dan Tata Cara Pemakaian Tabung ELPIJI.hingga ke Outlet 1 Urgensi Memelihara Tabung ELPIJI Gas ELPIJI terkenal dengan sifatnya yang mudah terbakar, sehingga kebocoran pada peralatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan. Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci