ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PRODUK IKAN SEGAR PADA HIPERMARKET (KASUS DI GIANT HYPERMARKET, MEGA BEKASI HYPERMALL, KOTA BEKASI)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PRODUK IKAN SEGAR PADA HIPERMARKET (KASUS DI GIANT HYPERMARKET, MEGA BEKASI HYPERMALL, KOTA BEKASI)"

Transkripsi

1 ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PRODUK IKAN SEGAR PADA HIPERMARKET (KASUS DI GIANT HYPERMARKET, MEGA BEKASI HYPERMALL, KOTA BEKASI) A N N I S A SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 ABSTRAK ANNISA. Analisis Manajemen Persediaan Produk Ikan Segar pada Hipermarket (Kasus di Giant Hypermarket, Mega Bekasi Hypermall, Kota Bekasi). Di bawah bimbingan IIS DIATIN. Perkembangan ritel modern memberikan lebih banyak pilihan tempat berbelanja bagi konsumen. Selain minimarket dan supermarket, hypermarket merupakan salah satu jenis ritel modern yang digemari karena beberapa keunggulannya. Dari berbagai barang yang diperdagangkan, produk ikan segar merupakan salah satu fresh product yang dapat dibeli di hypermarket. Mutu, kualitas serta kontinuitas ketersediaan produk ikan segar merupakan hal penting dalam manajemen persediaan. Pengendalian persediaan dengan biaya optimal, merupakan langkah penting bagi pihak manajemen hypermarket untuk mencapai efektivitas maupun efisiensi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kuantitas pemesanan produk ikan segar optimal di Giant Hypermarket Bekasi, menentukan tingkat persediaan pengaman optimal di Giant Hypermarket Bekasi, dan menentukan titik pemesanan kembali optimal Giant Hypermarket Bekasi,. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity), Giant Hypermarket Bekasi disarankan untuk menambah kuantitas dan mengurangi frekuensi pemesanannya terhadap produk ikan segar, atau sesuai dengan hasil perhitungan metode EOQ. Giant Hypermarket Bekasi juga disarankan untuk mengurangi persediaan pengamannya agar biaya penyimpanan yang ditimbulkan dapat minimal, serta menggunakan titik pemesanan kembali sebagai acuan dalam melakukan pemesanan. Kata Kunci : Manajemen persediaan produk, ikan segar, metode EOQ.

3 ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PRODUK IKAN SEGAR PADA HIPERMARKET (KASUS DI GIANT HYPERMARKET, MEGA BEKASI HYPERMALL, KOTA BEKASI) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Oleh: A N N I S A C PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

4 SKRIPSI Judul Skripsi Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi : Analisis Manajemen Persediaan Produk Ikan Segar pada Hipermarket (Kasus di Giant Hypermarket, Mega Bekasi Hypermall, Kota Bekasi) : Annisa : C : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan Menyetujui, Komisi Pembimbing Ir. Iis Diatin, MM. NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP Tanggal Lulus : 19 Juni 2008

5 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PRODUK IKAN SEGAR PADA HIPERMARKET (KASUS DI GIANT HYPERMARKET, MEGA BEKASI HYPERMALL, KOTA BEKASI) adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini. Bogor, Juni 2007 Annisa C

6 Hak cipta milik Annisa, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini yang berjudul Analisis Manajemen Persediaan Produk Ikan Segar Pada Hipermarket (Kasus di Giant Hypermarket, Mega Bekasi Hypermall, Kota Bekasi). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis sangat menyadari begitu banyak pihak yang telah membantu memberikan bimbingan, bantuan, dukungan dan doa sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Sebagai bentuk rasa syukur yang tak terhingga, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ir. Iis Diatin, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan serta kesabarannya membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 2. Kedua orang tua (papa & mama) atas segala kasih sayang yang selalu tercurah kepada penulis, serta kakak dan adik-adik yang penulis banggakan. Keluarga selalu menjadi sumber inspirasi bagi penulis. 3. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc dan Ir. Anna Fathiya, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan masukan pada skripsi ini. 4. Staf Departemen Seafood Giant Hypermarket Bekasi atas bantuan, kerjasama, serta kenyamanan yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian. 5. Seluruh staf dan pengajar Departemen Sosial Ekonomi Perikanan, khususnya untuk Bu Etty Eidman, Pak Gatot dan Bu Narni atas dukungan, kesabaran, dan segala yang diberikan sehingga SEI 41 dapat menyelesaikan pendidikan di Institut Pertanian Bogor dengan baik. 6. Deedee & Reni, sahabat-sahabatku yang sangat berarti di SEI. Dinal, Iqbal & SEI Queen atas motivasi, bantuan, perhatian dan semangat yang kalian berikan. Teman-teman SEI 41 yang memberi begitu banyak kebahagiaan kepada penulis selama berada di Jangkar ini. Terima kasih teman-teman.

8 7. Oechi, Pie, & Lanjar, terima kasih atas dukungan dan semangat yang tak henti-henti diberikan. Penulis sangat bersyukur mengenal kalian. 8. Keluarga Pondok Asad, rumah kedua tercinta: Rite & Ingrid, kebersamaan dengan kalian yang tak ternilai harganya. Teman-teman 41 (Ayat, Tyas, Intan, Icha, Firda, Novan, Adi & Agung), serta keluarga Pondok Asad lainnya, AJKH atas doa, nasehat & bantuan yang selama ini diberikan. 9. Seluruh pihak yang membantu penyusunan skripsi penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan sehingga dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakannya. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Bogor, Juni 2008 Annisa

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 4 Februari 1986 dari pasangan Untung Barnas dan Farida. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Penulis lulus dari SMU Negeri 4 Bekasi pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Program Studi Manajemen Bisnis Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota HIMASEPA (Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan IPB) dan HPMB (Himpunan Pemersatu Mahasiswa Bogor) sebagai tim buletin organisasi. Penulis turut aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan di lingkungan Institut Pertanian Bogor seperti ROTASI 42 (Rangkaian Orientasi Mahasiswa IPB Angkatan 42), Masa Orientasi Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, PORIKAN (Pekan Olahraga & Seni Mahasiswa Perikanan dan Ilmu Kelautan), serta kegiatan kepanitiaan lainnya. Penulis juga mendapat kesempatan memperoleh BEASISWA dari yayasan SUPERSEMAR selama tiga periode berturut-turut yaitu periode 2005/2006, 2006/2007, dan 2007/2008. Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul Analisis Menejemen Persediaan Produk Ikan Segar Pada Hipermarket (Kasus di Giant Hypermarket, Mega Bekasi Hypermall, Kota Bekasi) dan lulus ujian skripsi pada tanggal 19 Juni 2008.

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Kegunaan... 4 II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hypermarket Produk Ikan Segar Pengertian Persediaan Tipe dan Jenis Persediaan Fungsi dan Kegunaan Persediaan Biaya-biaya Persediaan Metode EOQ (Economic Order Quantity) Hasil Penelitian Sebelumnya III KERANGKA PENDEKATAN STUDI IV METODOLOGI Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Data Analisis Kuantitas Pemesanan Optimal Analisis Tingkat Persediaan Pengaman Optimal Analisis Titik Pemesanan Kembali Optimal Batasan dan Pengukuran Tempat dan Waktu Penelitian V HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan PT Hero Supermarket Giant Hypermarket Pengelolaan Persediaan Produk Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Pemesanan Produk Ikan Segar Pemajangan (display) Produk Ikan Segar Penyimpanan Produk Ikan Segar Tingkat Penjualan Produk Ikan Segar Komponen Biaya Persediaan Produk Ikan Segar Biaya Pemesanan Produk Ikan Segar Biaya Penyimpanan Produk Ikan Segar... 35

11 5.5 Pengelolaan Persediaan Produk Ikan Segar Optimal Kuantitas Pemesanan Optimal Persediaan Pengaman Optimal Titik Pemesanan Kembali Optimal VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL

12 Halaman 1. Jumlah gerai PT. Hero Supermarket hingga Desember Top Penjualan Ikan Giant Hypermarket Bekasi, Desember Tingkat Penjualan Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Tahun Biaya Pemesanan Ikan Segar per pesanan Giant Hypermarket Bekasi Tahun Biaya Penyimpanan Ikan Segar Per Kg Giant Hypermarket Bekasi Tahun Pengelolaan Persediaan Produk Ikan Segar yang Dilakukan Giant Hypermarket Bekasi Tahun Perbandingan Kuantitas Pemesanan yang Dilakukan Giant Hypermarket Bekasi dengan Metode EOQ Perbandingan Frekuensi Pemesanan yang Dilakukan Giant Hypermarket Bekasi dengan Metode EOQ Pengelolaan Persediaan Produk Ikan Segar Berdasarkan Metode EOQ Giant Hypermarket Bekasi Tahun Efisiensi Biaya Pengelolaan Persediaan Produk Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Tahun Kuantitas dan Biaya Penyimpanan Persediaan Pengaman Produk Ikan Segar Berdasarkan Sistem yang Dilakukan Giant Hypermarket Bekasi Tahun Kuantitas dan Biaya Penyimpanan Persediaan Pengaman Produk Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Berdasarkan Metode EOQ Tahun Efisiensi Biaya Penyimpanan Persediaan Pengaman Produk Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Tahun Titik Pemesanan Kembali Produk Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Tahun DAFTAR GAMBAR

13 Halaman 1. Hubungan Antara Dua Jenis Biaya Persediaan Skema Kerangka Pendekatan Studi Alur pemesanan Giant Hypermarket Bekasi Grafik Tingkat Penjualan Setiap Jenis Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Tahun Grafik Tingkat Penjualan Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Tahun DAFTAR LAMPIRAN

14 Halaman 1. Struktur Organisasi Giant Hypermarket Bekasi Lokasi Penelitian Fish Corner Beberapa Jenis Ikan Segar yang Dijual di Giant Hypermarket Bekasi Perhitungan Biaya Pemesanan Perhitungan Biaya Penyimpanan Estimasi Mingguan Seafood Giant Hypermarket Bekasi Periode September Perhitungan Kuantitas dan Frekuensi Pemesanan Produk Ikan Segar Berdasarkan Metode EOQ Giant Hypermarket Bekasi Tahun Perhitungan Rata-rata dan Standar Deviasi Penjualan Produk Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Tahun Perhitungan Rata-rata dan Standar Deviasi Waktu Tunggu Pemesanan Produk Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Periode 7-27 September Standar Deviasi Waktu Tunggu Pemesanan dan Tingkat Penjualan Produk Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Tahun Penentuan Tingkat Pelayanan (Service Level) Giant Hypermarket Bekasi Tahun Policy Factor terhadap Frequency level Of Service I. PENDAHULUAN

15 1.1 Latar Belakang Kehidupan masyarakat hampir tidak terlepas dari pasar sebagai sarana jual beli berbagai kebutuhan. Sesuai dengan perkembangan yang ada, masyarakat mengenal pasar tradisional maupun pasar modern. Ritel modern pun terus berkembang di seluruh Indonesia, terbukti dengan kemudahan bagi masyarakat dalam menemukan minimarket, supermarket, hingga hypermarket di lingkungan perumahan mereka. Berdasarkan sensus pertumbuhan berbagai format ritel yang dilakukan AC Nielsen pada tahun 2006, jumlah gerai supermarket pada 2006 tumbuh 12% dari toko menjadi gerai. Untuk minimarket, pada 2006 pertumbuhan mencapai 15%, yang semula ada toko menjadi 7.476, serta jumlah hypermarket tumbuh 17%, pada tahun 2005 sebanyak 83 toko, pada tahun 2006 sudah menjadi 97 gerai. Perkembangan ritel modern, salah satunya terlihat pada sejumlah gerai-gerai yang dimiliki oleh PT Hero Supermarket yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia yang jumlahnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Gerai PT Hero Supermarket Hingga Desember 2006 Jenis Jumlah(unit) Hero Supermarket 97 Star Mart Convenience Store 64 Guardian Toko Kecantikan dan Apotik 119 Giant Hypermarket 17 Mitra Toko Diskon 9 Total 306 Sumber: PT Hero Supermarket Perkembangan ritel modern memberikan lebih banyak pilihan tempat belanja bagi konsumen. Selain minimarket dan supermarket, hypermarket merupakan salah satu ritel modern yang digemari karena beberapa keunggulannya. Keunggulan utama yang membedakan hypermarket dengan jenis ritel modern lainnya adalah luas tempat yang sangat besar dan keragaman barang yang diperdagangkan, mulai dari barang kebutuhan sehari-hari hingga barang elektronik dan barang kebutuhan rumah tangga lainnya. Bahkan, hypermarket seringkali memberikan harga yang lebih murah daripada supermarket, toko, maupun pasar tradisional. Selain faktor lokasi yang strategis, fasilitas dagang yang

16 ditawarkan hypermarket relatif teratur, bersih dan menarik melalui sentuhan manajemen modern dalam pengelolaannya. Dari berbagai jenis barang yang ditawarkan, ikan segar merupakan salah satu fresh product yang dapat ditemui dan dibeli di hypermarket sebagai barang konsumsi sehari-hari selain sayuran dan buah-buahan. Ini merupakan alternatif bagi konsumen, khususnya konsumen dengan standar hidup tinggi, dalam membeli ikan segar selain di pasar tradisional yang dirasa kurang memberikan kenyamanan. Kecenderungan masyarakat membeli produk segar di pasar tradisional yang makin menurun dan beralih ke pasar modern dipicu isu keamanan makanan dan faktor psikologis. Konsumen merasa yakin membeli produk di pasar ritel modern karena menilai pengelolanya melakukan seleksi serta pengecekan secara ketat pada setiap produk yang dipasok. Konsumen juga merasa bisa mengajukan tuntutan kepada peritel modern apabila produk segar yang dibeli ternyata tidak baik kondisinya. Hal ini memberi jaminan bahwa produk-produk yang dipajang di pasar ritel modern dalam hal ini hypermarket hanyalah yang layak dibeli oleh konsumen (AC Nielsen 2007). Karena keyakinan konsumen terhadap mutu tersebut, maka pengadaan persediaan produk, khususnya ikan segar di hypermarket harus dapat menjamin kepuasan mereka. Ikan adalah produk yang tergantung musim dan mudah rusak sehingga diperlukan suatu sistem pengelolaan persediaan yang baik untuk menjamin kualitasnya. Selain kualitas, kontinuitas ketersediaan produk ikan segar juga merupakan bagian penting dalam manajemen persediaan yang merupakan faktor pemikat minat konsumen untuk tetap berbelanja pada suatu tempat karena apabila jenis ikan yang hendak dibeli tidak tersedia di tempat tersebut, maka dengan mudah konsumen akan berpindah ke tempat lain yang menurut mereka lebih lengkap. Produk ikan segar adalah produk pelengkap, namun memiliki arti penting dalam kelengkapan suatu hypermarket sebagai ritel modern yang menyediakan segala kebutuhan konsumen. Pengendalian persediaan produk ikan segar dengan biaya yang optimal, merupakan langkah penting bagi pihak manajemen Giant

17 Hypermarket Bekasi untuk mencapai efektifitas maupun efisiensi. Hal ini memerlukan metode yang tepat agar tujuan perusahaan tercapai. 1.2 Perumusan Masalah Penanganan persediaan produk ikan segar oleh manajemen pengelolaan persediaan (divisi Sea Food) di Giant Hypermarket Bekasi, tak lepas dari berbagai permasalahan. Kualitas produk adalah yang utama, mengingat produk ikan segar sangat rentan terhadap kerusakan sehingga perlu penanganan yang tepat. Permasalahan yang sering dihadapi divisi Sea food dalam hal penanganan persediaan produk ikan segar di Giant Hypermarket Bekasi adalah broken stock yang sering kali berlebihan atau terlalu besar sehingga menimbulkan kerugian. Selain itu, handling product yang kurang baik dari barang datang sampai tahap pemajangan (display) juga merupakan permasalahan yang semakin memperparah broken stock karena ikan menjadi rusak dan cepat busuk. Kerusakan mekanis pada ikan ini cukup berpengaruh terhadap penampilan dan penerimaan konsumen. Langkah-langkah yang selama ini dilakukan oleh pihak manajemen Giant Hypermarket Bekasi dalam mengurangi broken stock antara lain melakukan estimasi yang tepat dan sesuai dengan daya jual, sistem penyimpanan ikan harus benar agar tidak cepat rusak, dan penyajian ikan yang benar dalam display (harus selalu diberi es). Permasalahan lain yang sering dihadapi yaitu permintaan konsumen terhadap produk ikan segar yang seringkali berfluktuasi sehingga kuantitas persediaan produk harus dapat memenuhi fluktuasi tersebut. Akibat dari fluktuasi ini, Giant Hypermarket Bekasi tak jarang mengalami broken stock yang cukup besar karena estimasi tidak tepat. Fluktuasi permintaan konsumen Giant Hypermaket Bekasi terhadap tujuh produk ikan segar dari kurang lebih empat puluh jenis ikan segar yang dijual tercermin pada tingkat penjualan ketujuh jenis ikan segar tersebut sepanjang tahun 2007 yang dapat dilihat pada Gambar 4. Untuk menjaga kontinuitas persediaan, manajemen Giant Hypermarket Bekasi sangat perlu menentukan kuantitas pemesanan dan waktu yang tepat untuk melakukan pemesanan kembali terhadap produk ikan segar tersebut serta tingkat persediaan pengaman yang harus disediakan. Kuantitas dan pemesanan pada

18 waktu yang tepat menjamin ketersediaan produk sehingga mencukupi untuk memenuhi permintaan pasar. Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi Giant Hypermarket Bekasi dalam pengadaan produk ikan segar, yaitu: 1. Berapa kuantitas persediaan produk ikan segar yang harus dipenuhi oleh Giant Hypermarket Bekasi untuk memenuhi permintaan konsumen dan mengurangi broken stock. 2. Kapan pemesanan harus dilakukan untuk menjaga kontinuitas persediaan. 3. Berapa tingkat persediaan pengaman yang harus disediakan Giant Hypermarket Bekasi untuk menjaga kelancaran kegiatan pemasaran. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menentukan kuantitas persediaan produk ikan segar yang optimal. 2. Menentukan tingkat persediaan pengaman produk ikan segar yang optimal. 3. Menentukan titik pemesanan kembali yang optimal. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor. 2. Sebagai bahan pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan. 3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen Giant Hypermarket Bekasi dalam mengelola persediaan produk ikan segarnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hypermarket

19 Hypermarket adalah bentuk pasar modern yang sangat besar, dalam segi luas tempat dan barang-barang yang diperdagangkan. Selain tempatnya yang luas, hypermarket biasanya juga memiliki lahan parkir yang luas. Dari segi harga, barang-barang di hypermarket seringkali lebih murah dari pada supermarket, toko, atau pasar tradisional. Ini dimungkinkan karena hypermarket memiliki modal yang sangat besar dan membeli barang dari produsen dalam jumlah lebih besar dari pada pesaingnya, tetapi menjualnya dalam bentuk satuan (Anonim 2008). Di negara maju, sebuah hypermarket biasanya terletak di pinggiran kota agar tidak mematikan toko-toko yang kecil. Di Indonesia, menurut peraturan pemerintah, pasar modern dapat berdiri di semua Ibukota Provinsi dan Ibukota Kabupaten/Kota yang perkembangan kota dan ekonominya dianggap sangat pesat. Di kota-kota penyangga ibukota Jakarta, yaitu Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, berbagai hypermarket telah membuka gerainya. Beberapa hypermarket di Indonesia adalah Giant Hypermarket, Carrefour, Hypermart, dan Makro (Anonim 2008). Perbedaan istilah minimarket, supermarket dan hypermarket adalah di format, ukuran dan fasilitas yang diberikan. Contohnya adalah minimarket berukuran kecil (100m 2 s/d 999m 2 ), supermarket berukuran sedang (1.000m 2 s/d 4.999m 2 ), hypermarket berukuran besar (5.000m 2 ke atas). Perbedaan jam buka toko: hypermarket umumnya buka pukul 9 pagi hingga pukul 10 malam, sama dengan supermarket, sedangkan beberapa minimarket buka dari pukul 6 pagi hingga malam dan beberapa lainnya buka hingga 24 jam. Jenis barang yang diperdagangkan di minimarket lebih sedikit dan terbatas pada produk-produk yang banyak dibutuhkan dan dicari oleh konsumen, jenis barang yang diperdagangkan di supermarket lebih banyak dan lebih beragam daripada minimarket, sedangkan jenis barang yang diperdagangkan di hypermarket jauh lebih banyak, lebih beragam dan lebih lengkap. Produk pada minimarket didisplay pada rak-rak yang terbatas sehingga dalam satu rak bisa terdapat beberapa jenis produk yang berbeda. Supermarket dengan ukuran toko yang lebih luas, produk sejenis yang diperdagangkannya disusun lebih spesifik dalam satu rak, sedangkan hypermarket dengan produk yang lebih banyak dan lebih beragam, produk-produk yang

20 diperdagangkannya disusun dalam satu blok atau area sesuai dengan jenis produknya masing-masing (Anonim 2008). 2.2 Produk Ikan Segar Produk ikan segar adalah ikan air laut dan ikan air tawar yang baru ditangkap yang belum mengalami perubahan apapun dan juga ikan yang sudah mengalami proses pengawetan dengan pembekuan/pendinginan tetapi masih mempunyai sifat yang serupa dengan ikan asli (Ilyas 1993). Ciri-ciri produk ikan segar menurut Ilyas (1993): 1. Mata : Cemerlang, kornea bening, pupil hitam dan mata cembung. 2. Insang : Warna merah sampai merah tua, cemerlang. 3. Sisik : Melekat kuat, mengkilat dengan warna khusus tertutup lendir jernih. 4. Kondisi : Bebas dari parasit apapun tanpa luka atau kerusakan pada badan. 5. Bau : Segar dan menyenangkan seperti air laut, tidak berbau pesing. 2.3 Pengertian Persediaan Menurut Handoko (1984), persediaan (inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Menurut Assauri (1980), persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Jadi, persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, parts yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barangbarang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu. Pengertian lain dari barang persediaan atau disebut juga inventory adalah barang-barang yang biasanya dapat dijumpai di gudang tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain. Barang-barang tersebut

21 dapat berupa bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi, barang-barang untuk keperluan operasi, atau barang-barang untuk keperluan suatu proyek (Richardus 2003) Tipe dan Jenis Persediaan Setiap jenis persediaan mempunyai karakteristik khusus tersendiri dan cara pengelolaannya yang berbeda. Menurut Handoko (1984), berdasarkan jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas: 1. Persediaan bahan mentah (raw materials), yaitu persediaan barang-barang yang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. 2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu persediaan bahan-bahan yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. 3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian barang jadi. 4. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barangbarang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi. 5. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang yang telah selesai diproses dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada langganan. Dilihat dari fungsinya, persediaan dapat dibedakan atas (Assauri 1980): 1. Batch Stock, yaitu persediaan yang diadakan karena membeli atau membuat bahan bahan atau barang barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. 2. Fluctuation Stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. 3. Anticipation Stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang dapat diramalkan berdasarkan pola

22 musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan/permintaan yang meningkat Fungsi-Fungsi Persediaan Efisiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting persediaan. Fungsi-fungsi tersebut meliputi (Handoko 1984): 1. Fungsi Decoupling Fungsi decoupling yaitu fungsi persediaan bahan baku yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. 2. Fungsi Economic Lot Sizing Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber daya-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit. Persediaan lot size ini mempertimbangkan penghematan-penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan. 3. Fungsi Antisipasi Perusahaan sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode pemesanan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut persediaan pengaman (safety inventories). Pada kenyataannya, persediaan pengaman merupakan pelengkap fungsi decoupling yang telah diuraikan di atas. Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran produksi tidak terganggu Biaya-biaya Persediaan Menurut Assauri (1980), biaya-biaya yang terdapat dalam persediaan dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:

23 1. Biaya pemesanan (ordering costs), yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan barang-barang atau bahan-bahan dari penjual, sejak dari pesanan dibuat dan dikirim sampai barang/bahan tersebut diserahkan dan diinspeksi di gudang. Besarnya biaya yang dikeluarkan tidak tergantung pada banyaknya barang yang dipesan. 2. Biaya penyimpanan (inventory carrying costs), yaitu biaya-biaya yang diperlukan berkenaan dengan adanya persediaan yang meliputi seluruh pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat adanya sejumlah persediaan. Besarnya biaya ini tergantung dari besar kecilnya rata-rata persediaan yang terdapat di gudang. 3. Biaya kekurangan persediaan (out of stock costs), yaitu biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil dari jumlah yang diperlukan. 4. Biaya yang behubungan dengan kapasitas (capacity associated costs), yaitu biaya yang terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan kapasitas yang digunakan pada suatu waktu tertentu. Menurut Handoko (1984), dalam pembuatan setiap keputusan yang akan mempengaruhi besarnya jumlah persediaan, biaya-biaya variabel di bawah ini harus dipertimbangkan. Biaya-biaya tersebut antara lain: 1. Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs). Biaya ini terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi. 2. Biaya pemesanan/pembelian (orders costs atau procurement costs). Biaya pemesanan total per periode (tahunan) adalah sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan. 3. Biaya penyiapan (manufacturing). Bila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan maka perusahaan menghadapi biaya penyiapan (set up costs) untuk memproduksi komponen tertentu.

24 4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs). Biaya ini adalah biaya yang paling sulit diperkirakan. Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. 2.4 Metode EOQ (Economic Order Quantity) Pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dianalisis dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity). Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya yaitu biaya pemesanan persediaan (Handoko 1984). Dengan metode Economic Order Quantity, kuantitas bahan baku yang dipesan dan frekuensi waktu pembelian akan optimal, serta total biaya persediaan menjadi minimal (Handoko 1984). Gambar 1 menunjukkan hubungan antara biaya penyimpanan dan biaya pemesanan dalam bentuk grafik. Biaya total, TC = (HxQ/2) + (SxD/Q) Biaya total Biaya Penyimpanan (HxQ/2) Biaya pemesanan (SxD/Q) EOQ Kuantitas (Q) Gambar 1. Hubungan Antara Dua Jenis Biaya Persediaan Sumber: Handoko, 1984 Rumusan EOQ diperoleh dengan perhitungan kalkulus melalui pengambilan turunan (derivatif) pertama persamaan biaya total berikut ini (Handoko 1984):

25 adalah persediaan rata-rata; menunjukkan jumlah pesanan yang dilakukan per periode, dengan jumlah setiap kali pesan Q. TC minimum terjadi bila dan dimana: D : penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu S : biaya pemesanan per pesanan H : biaya penyimpanan per unit per tahun 2.5 Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya mengenai manajemen persediaan produk ikan segar pada ritel modern dilakukan oleh Dini Wulansari (2002) dengan judul penelitian Analisis Manajemen Persediaan Produk Ikan Segar di Pasar Swalayan Hero, Ciledug, Tangerang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan jenis ikan segar yang paling sering dipesan oleh Pasar Swalayan Hero, Ciledug adalah ikan Mas, Gurame, Kembung, Tongkol, dan Kakap. Ikan-ikan tersebut juga merupakan ikan-ikan yang mendominasi penjualan produk ikan segar di Pasar Swalayan Hero, Ciledug. Pemesanan produk ikan segar pada Pasar Swalayan Hero, Ciledung dilakukan setiap hari, sehingga frekuensi pemesanan setiap tahunnya cukup tinggi tetapi jumlah pesanan yang dilakukan setiap kali melakukan pemesanan tidak banyak. Besarnya jumlah pesanan optimal yang dicari dengan menggunakan metode EOQ mencapai dua kali lipat dari jumlah pesanan yang dilakukan pasar swalayan. Kuantitas pemesanan optimal yang lebih banyak

26 daripada kuantitas pemesanan yang dilakukan pasar swalayan lebih memberikan jaminan bahwa produk yang dibutuhkan akan tersedia dalam jangka waktu yang lama meskipun gudang pusat sebagai sumber utama penyedia produk tidak dapat melakukan pengiriman setiap hari akibat kelangkaan barang. Hasil perhitungan frekuensi pemesanan produk ikan segar Pasar Swalayan Hero, Ciledug dengan menggunakan metode EOQ menghasilkan jumlah frekuensi yang lebih sedikit daripada jumlah frekuensi pemesanan yang dilakukan pasar swalayan karena kuantitas pemesanan optimal yang dihasilkan dalam jumlah yang besar. Berdasarkan hasil perhitungan metode EOQ diperoleh kuantitas persediaan pengaman yang lebih kecil dibandingkan dengan kuantitas persediaan pengaman yang dilakukan oleh Pasar Swalayan Hero, Ciledug. Tingkat persediaan pengaman optimal yang lebih sedikit akan mengurangi biaya tambahan yang ditimbulkan karena pengadaan persediaan pengaman, sehingga biaya penyimpanan persediaan pengaman yang harus dikeluarkan menjadi lebih efisien. Dengan membandingkan hasil perhitungan antara metode EOQ dan sistem yang dilakukan pasar swalayan dapat diketahui bahwa sistem pengelolaan persediaan yang dilakukan Pasar Swalayan Hero, Ciledug belum optimal. Dari hasil perhitungan dengan meggunakan metode EOQ diperoleh kuantitas pemesanan yang lebih optimal yang memberikan efisiensi terhadap biaya pengadaan persediaan produk ikan segar serta tingkat persediaan pengaman optimal yang menimbulkan biaya tambahan yang lebih efisien dan dihasilkan titik pemesanan kembali optimal yang menjadi titik penentu bagi pasar swalayan dalam melakukan pemesanan kembali, sehingga dapat dicapai optimasi dalam manajemen pengelolaan persediaan produk ikan segar pada Pasar Swalayan Hero, Ciledug. III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI

27 Pengelolaan persediaan produk ikan segar yang sesuai dengan kebutuhan harus memperhatikan, tepat jumlah, tepat waktu, tepat mutu dan tepat harga. Penentuan tepat jumlah dan tepat waktu di dalam pengadaan produk ikan segar di hypermarket menjadi perhatian utama karena sifat produk ikan segar yang dipengaruhi oleh musim dan sangat mudah rusak (highly perishable), sedangkan penentuan tepat mutu dan tepat harga secara tidak langsung dapat dipenuhi melalui tepat jumlah dan tepat waktu. Jumlah pembelian persediaan yang tepat akan dapat meminimalkan biaya pengadaan persediaan sehingga harga produk yang ditetapkan nantinya adalah harga yang tepat bagi konsumen. Penentuan waktu pembelian persediaan yang tepat akan mempengaruhi mutu produk karena dengan waktu pembelian yang tepat, dapat menjamin produk-produk yang dijual adalah produk-produk segar. Sebaliknya, apabila waktu pemesanan tidak tepat atau terlalu cepat dilakukan, maka akan menyebabkan produk menumpuk dalam ruang inventory sehingga dapat menurunkan mutu. Dari penentuan tepat jumlah dan tepat waktu akan diperoleh kuantitas pembelian persediaan yang optimal, tingkat persediaan pengaman yang optimal dan titik pemesanan kembali yang optimal yang ketiganya dihitung dengan menggunakan metode EOQ dengan harapan akan tercapai optimasi dalam manajemen pengelolaan persediaan produk ikan segar Giant Hypermarket Bekasi. Skema kerangka pendekatan studi dapat dilihat pada Gambar 2 di halaman berikutnya. Produk Ikan Segar

28 Giant Hypermarket Pengelolaan Persediaan Tepat Mutu Tepat Jumlah Tepat Waktu Tepat Harga Kuantitas Pemesanan Optimal Tingkat Persediaan Pengaman Optimal Titik Pemesanan Kembali Optimal Metode EOQ Optimasi Manajemen Pengelolaan Persediaan Produk Ikan Segar Gambar 2. Skema Kerangka Pendekatan Studi Keterangan: : Ruang Lingkup Penelitian IV. METODOLOGI

29 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dan sebagai satuan kasus adalah manajemen persediaan produk ikan segar di Giant Hypermarket Bekasi. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan beberapa pertimbangan antara lain lokasi Giant Hypermarket Bekasi yang sangat strategis yaitu di persimpangan tepat di depan pintu tol Bekasi Barat yang juga merupakan area transit kendaraan umum sehingga memudahkan pengunjung untuk mampir terlebih dahulu ke Giant Hypermarket Bekasi sebelum melanjutkan perjalanan mereka, serta lokasi di pusat kota yang mudah dijangkau oleh pengunjung dari wilayah Bekasi dan sekitarnya. Pertimbangan lain adalah Giant Hypermarket Bekasi secara konsisten menerapkan slogannya yaitu CF3 (clean, full, fresh, & friendly) pada pasar segarnya, khususnya pada bagian fish corner, serta Giant Hypermarket Bekasi menjadi Giant contoh untuk pembangunan gerai Giant di Bekasi selanjutnya. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data teks dan data image. Menurut Fauzi (2001), data teks adalah data yang ditampilkan baik dalam bentuk alphabet maupun angka numerik sedangkan data image adalah data yang didapatkan melalui bentuk diagram atau foto yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu. Jenis data yang dihimpun dalam penelitian ini berdasarkan sumbernya meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap kegiatan pengelolaan persediaan ikan segar di Giant Hypermarket Bekasi dan wawancara dengan karyawan serta pihak-pihak yang berkepentingan seperti Department Manager Fresh, Assistant Department Head Seafood, Department Head IT, Supervisor dan Staff Department Seafood. Sedangkan data sekunder yang digunakan merupakan data penunjang yang diperoleh melalui literatur, dokumen dan informasi dari berbagai instansi terkait seperti Giant Hypermarket Bekasi (sebagai tempat penelitian), BPS, Telkom, PLN dan perpustakaan-perpustakaan instansi terkait.

30 4.3 Metode Analisis Data Analisis Kuantitas Pemesanan Optimal Metode Economic Order Quantity (EOQ) digunakan untuk menentukan jumlah dan frekuensi pembelian yang optimal. Metode ini mengasumsikan bahwa biaya pengendalian persediaan terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan sehingga dapat diketahui rasio nilai keuntungan sebelum dan sesudah pemesanan optimal. Metode EOQ dapat diterapkan apabila anggapan-anggapan berikut ini terpenuhi: 1. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui. 2. Harga per unit produk adalah konstan. 3. Biaya penyimpanan per unit per tahun (C) adalah konstan. 4. Waktu antar pesanan dilakukan dan barang-barang diterima adalah konstan. 5. Biaya pemesanan per pesanan (P) adalah konstan. 6. Tidak terjadi kekurangan barang/back orders. Persediaan produk ikan segar yang optimal dianalisis dengan metode EOQ. Dengan metode ini kuantitas produk ikan segar yang dipesan dan frekuensi pembelian akan optimal serta total biaya akan minimal. Hasil analisis yang diperoleh akan dibandingkan dengan keadaan yang terdapat pada perusahaan untuk mengetahui apakah dengan EOQ lebih menguntungkan atau tidak. Secara sistematis, biaya pengendalian persediaan dapat ditulis sebagai berikut (Ahyari 1987): Biaya Total Penyimpanan = (0,5Q)(C) Biaya Total Pemesanan = (P)(F) = (P)(R/Q), dimana F = R/Q Maka, Biaya Total Persediaan: TIC = P(R/Q) + (0,5Q)(C) (1) Nilai Q akan optimal apabila TIC mencapai nilai minimal. Hal ini dapat dicapai apabila turunan pertama TIC terhadap variable Q sama dengan nol. Dengan demikian perhitungannya adalah sebagai berikut: TIC = P(R/Q) + (0,5Q)(C) dtic/dq = - (P)(R/Q 2 ) + (0,5C) C/2 PR/Q 2 = 0

31 Q 2 C = 2PR EOQ = Q = 2PR/C..(2) F = R/Q..(3) dimana: P = Biaya pemesanan per pesanan (Rp) C = Biaya penyimpanan per unit per tahun (Rp per Kg per tahun) Q = Jumlah produk setiap pembelian (Kg) R = Jumlah produk yang dibutuhkan per tahun (Kg per Tahun) F = Frekuensi pembelian per tahun T/C = Total biaya persediaan per tahun (Rp) EOQ = Jumlah setiap pembelian optimum (Kg) Model persediaan EOQ berdasarkan asumsi bahwa permintaan dan waktu tunggu adalah konstan dan diketahui sehingga model EOQ kurang peka terhadap fluktuasi pemakaian dan waktu tunggu. Untuk itu perlu ditambahkan dengan menghitung titik pemesanan kembali sehingga model EOQ juga dapat digunakan perusahaan yang memiliki tingkat pemakaian dan waktu tunggu yang berfluktuasi Analisis Tingkat Persediaan Pengaman Optimal Penentuan besarnya persediaan penyelamat dilakukan dengan pendekatan tingkat pelayanan (level of service approach). Pada pendekatan ini, kekurangan bahan dapat terjadi karena pemakaian bahan yang berfluktuasi dan ketidakpastian kedatangan barang. Persediaan pengaman ditentukan dengan menetapkan terlebih dahulu tingkat pelayanan (level of service) (Assauri 1980). Menurut level of service approach, penentuan besarnya persediaan penyelamat yang sebaiknya diadakan perusahaan akan lebih tepat dan rasionil apabila diketahui hubungan antara tingkat pelayanan dengan tingkat persediaan penyelamat yang diadakan untuk tingkat pelayanan (level of service) tersebut. Untuk melihat hubungan ini dibutuhkan suatu ukuran dari fluktuasi permintaan yang diharapkan dapat dipenuhi dari adanya persediaan. Ukuran tersebut menggunakan teori statistik. Rumus yang disediakan untuk demand frequency distribution salah satunya adalah dengan distribusi normal (The normal

32 distribution) yang umumnya digunakan untuk barang-barang yang cepat berganti/bergerak (Assauri 1980). Besarnya jumlah persediaan pengaman dengan distribusi normal ditentukan dengan rumus sebagai berikut (Assauri 1980):... (4) (5) dimana: S = Persediaan pengaman K = Policy factor yang nilainya tergantung pada besarnya tingkat pelayanan t = Standar deviasi waktu pelindung D = Standar deviasi dari penggunaan produk L = Standar deviasi dari waktu tunggu (lead time) L = Waktu tunggu rata-rata D = Penggunaan produk rata-rata Persediaan pengaman disebut juga persediaan minimum, sebaliknya persediaan maksimum merupakan batas persediaan tertinggi yang sebaiknya diadakan oleh perusahaan. Persediaan maksimum diperoleh dari jumlah pembelian produk yang optimal ditambah dengan persediaan pengaman Analisis Titik Pemesanan Kembali Optimal Perhitungan titik pemesanan kembali harus memperhatikan besarnya penggunaan produk selama produk yang dipesan belum datang dan persediaan pengaman. Besarnya penggunaan selama produk yang dipesan belum datang adalah hasil perkalian antara waktu tunggu rata-rata dan tingkat penggunaan produk rata-rata. Perhitungan titik pemesanan kembali pada metode EOQ dengan persediaan pengaman (safety stock) yaitu: T = S + DL..(6) dimana: S = Persediaan pengaman D = Pemakaian produk rata-rata

33 L = Waktu tunggu rata-rata T = Titik pemesanan kembali 4.4 Batasan dan Pengukuran 1. Produk ikan segar adalah ikan air laut dan ikan air tawar yang baru ditangkap yang belum mengalami perubahan apapun dan juga ikan yang sudah mengalami proses pengawetan dengan pembekuan atau pendinginan tetapi masih mempunyai sifat serupa dengan ikan asli (Ilyas 1993). Jenis ikan segar dalam penelitian ini meliputi ikan Bawal Hitam, Kembung Banjar, Patin, Bandeng Super, Tongkol Besar, Ayamayam, dan ikan Kakap Merah Bulat Kecil. 2. Kuantitas pemesanan persediaan (Q) yang dimaksud adalah kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity). 3. Biaya penyimpanan (C) adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan selama satu tahun akibat adanya penyimpanan persediaan produk dalam ruang inventory (Rp per Kg). 4. Biaya pemesanan (P) adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan setiap kali melakukan pemesanan (Rp per pesanan). 5. Satuan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu tahun selama periode tahun Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Giant Hypermarket Mega Bekasi Hypermall yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani No. 73, Bekasi Barat. Penelitian berlangsung selama kurang lebih lima minggu, yaitu pada tanggal 19 Desember 2007 sampai 23 Januari V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Perusahaan

34 5.1.1 PT Hero Supermarket Hingga kini, Hero Pasar Swalayan merupakan industri ritel pasar swalayan (supermarket) terbesar di Indonesia yang berdiri pertama kali pada tanggal 23 Agustus Hero senantiasa menyediakan produk yang bermutu dan pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya sehingga mereka merasa nyaman dan puas dalam berbelanja PT Hero Supermarket memiliki visi yaitu menjadi pengecer makanan yang terkemuka di Indonesia, yang menawarkan makanan segar dan bahan bahan makanan terbaik dengan harga terjangkau. Misi yang dimiliki perusahaan adalah menjadi pengecer makanan modern yang terkemuka di Indonesia dari segi penjualan dan laba. Konsumen dengan pendapatan menengah hingga atas merupakan sasaran utama karena mereka memiliki daya beli besar. Bisnis eceran merupakan kegiatan utama PT Hero Supermarket yaitu menyediakan berbagai komoditas utama kepada konsumen langsung seperti buah, sayur mayur, daging, toiletries, kosmetik, soft drink, alat-alat kebutuhan dapur, bahan-bahan pembersih dan barang-barang kebutuhan lainnya. Dalam kegiatan pemasaran, Hero Supermarket melakukan segmentasi berdasarkan tingkat penghasilan masyarakat yaitu golongan menengah ke atas yang sekaligus menjadi konsumen targetnya. Hero juga melakukan positioning yaitu rumah belanja keluarga yang memiliki arti bahwa Hero bukan saja tempat belanja bagi ibu rumah tangga tapi juga menyediakan produk segala keperluan bagi ayah, ibu dan anak Giant Hypermarket Giant Hypermarket merupakan bagian dari PT Hero Supermarket Tbk yang dibuka pertama kali pada tanggal 26 Juli 2002 di Villa Melati Mas, Serpong- Tangerang. Hingga bulan Juni 2007, Giant Hypermarket telah memiliki 17 gerai yang terletak di Jabodetabek (12), Surabaya (3), dan Bandung (2). Giant Hypermarket dengan mottonya Banyak Pilihan Harga Lebih Murah menyediakan jumlah barang yang besar antara item yang 90%-nya berasal dari produk lokal dan etnik. Dengan operating philosopy Garansi Harga Murah Setiap Hari, Giant ingin dikenal sebagai brand yang

35 murah terjangkau dan dapat dipercaya dengan memberikan nilai lebih dari harga yang dibayarkan. Giant Hypermarket tidak hanya memberikan harga yang murah pada produk-produk yang dijualnya kepada masyarakat, namun juga memberikan pilihan dan koleksi produk yang beraneka ragam sehingga masyarakat senang melakukan kegiatan belanja di Giant Hypermarket. Beberapa bentuk jaminan dan layanan tambahan gratis yang diberikan oleh Giant Hypermarket untuk memuaskan pelanggan diantaranya adalah: 1. Ada yang lebih murah? Kami ganti selisihnya 3 kali! 2. Tidak Puas? Kembalikan saja! 3. Harga kasir tidak sama harga di rak? Bayar yang termurah. 4. Bebas Biaya Antar. 5. Parkir gratis di beberapa lokasi gerai Hipermarket Giant. 6. Berbelanja dengan sistem kredit dari Sumber kredit. Tentu saja bentuk-bentuk jaminan di atas memiliki banyak persyaratan khusus agar mereka tidak rugi. Bentuk jaminan di atas cukup memberikan dampak efek psikologis yang besar pada perilaku konsumen. Struktur organisasi pada Giant Hypermarket Bekasi dapat dilihat pada Lampiran 1. Giant Hypermarket Bekasi dipimpin oleh seorang store manager (manajer toko). Dalam menjalankan tugasnya, manajer toko dibantu oleh beberapa orang division manager untuk masing-masing departemen. Adapun uraian tugas dari masing-masing jabatan pada struktur organisasi Giant Hypermarket Bekasi adalah sebagai berikut: 1) Store Manager Bertugas dan berwenang memimpin outlet dan mengkoordinir serta mengawasi pelaksanaan operasional dari semua divisi di outlet tersebut. 2) Division Manager Grocery, Marchandising and Fresh Bertanggung jawab atas kegiatan pemajangan, pemberian harga, dan ketersediaan jenis barang dagangan masing-masing departemennya. 3) Division Head Grocery, Bazaar, Electrical, Bakery and RTE, dan Dairy Frozen Menyusun rencana kerja, jadwal kerja bulanan, mingguan dan harian secara berkesinambungan untuk mengatur penempatan karyawan yang efisien dan produktif.

36 Mangawasi dan memonitor serta membuat kegiatan yang diupayakan dapat mengendalikan biaya operasional di departemennya. Mengembangkan sistem dan prosedur yang berkaitan dengan operasional kerja departemennya untuk meningkatkan keamanan dan kelancaran kerja. 4) Assistant Division Head Grocery food and non food, Marchandising, Meat Chicken and Seafood, Bakery and RTE. Membantu atau menggantikan Division Head dalam memimpin dan menjalankan kegiatan operasional masing-masing departemen sehingga dapat berjalan dengan sebaik-baiknya dan mencapai target penjualan dan operasional yang ditetapkan. 5) Supervisor Grocery food and non food, Marchandising, Meat Chicken and Seafood, Bakery and RTE dan Dairy Frozen. Mengawasi kegiatan pemajangan, proses pemberian harga jual, dan ketersediaan jenis barang masing-masing departemennya. 6) Sales Assistant Grocery food and non food, Marchandising, Meat Chicken and Seafood, Bakery and RTE dan Dairy Frozen. Memajang, memeriksa barang yang telah kosong atau berkurang kemudian mengisi kembali sesuai jenis barang masing-masing departemennya. 7) Division Manager Sales Support Bertanggung jawab untuk mengkoordinir, mengarahkan, dan mengawasi kegiatan pendukung penjualan toko. 8) Division Head Check Out and Receiving Bertanggung jawab untuk mengkoordinir, mengarahkan dan memeriksa kegiatan penerimaan dan penyimpanan barang. 9) Assistant Division Head Check Out and Receiving Membantu dan menggantikan Division Head dalam menjalankan tugasnya. 10) Supervisior Check Out and Receiving Mengawasi kegiatan penerimaan dan penyimpanan barang. 11) Sales Assistant Check Out and Receiving Mengecek dan menerima barang serta meyimpannya dalam gudang. 12) Assistant Division Head IT Mengembangkan teknologi IT serta prototypingnya. Mengatasi kerusakan maupun kekeliruan yang terjadi dalam sistem komputer. Bertanggung jawab atas pentransferan data dari toko ke pusat. 13) Sales Assistant IT Mengecek dan memasukkan semua data ke dalam komputer.

37 14) Division manager Store Administration Bertanggung jawab untuk mengarahkan, mengatur dan mengawasi terhadap semua kegiatan administrasi di dalam toko. 15) Sales Assistant Accounting Bertanggung jawab menyiapkan uang kecil untuk kasir, mencetak dan mengecek laporan keuangan, penjualan omset per departemen dan counter, memposting hasil penjualan; membuat laporan petty cash, kupon; mengecek isi brankas dan kupon atau voucher barang. 16) Division Head HRD Bertanggung jawab terhadap absen, jadwal kerja dan cuti karyawan; memberi laporan absensi ke kantor pusat; bekerja sama dengan supevisor memberi penilaian kerja, promosi, mutasi dan rotasi; perhitungan lembur. 17) Administration Department / POS Bertanggung jawab membuat laporan perubahan harga jual, POP (Point Of Purchase); bertanggung jawab terhadap pemrosesan faktur, DO, PO, CN (Credit Not); transfer data order ke IT. 18) Loss Prevention (LP) Bertanggung jawab atas keamanan di dalam dan di luar toko. 19) Cashier Bertanggung jawab atas penerimaan dan pengeluaran uang dalam operasi Dalam memberikan pelayanan, Giant Hypermarket Bekasi memiliki slogan CF3 yaitu: Clean : penampilan area sales dan area lainnya harus bersih maksimal. Full : display harus penuh. Di rak harus compact/ padat dan display di wagon/ floor harus menggunung/ bulky. Fresh : display harus segar, terutama di buah, sayur, ikan, daging, bakery, RTE dan Grocery/ GMS harus layak jual. Friendly : semua karyawan, SPG, SPM, harus bersahabat dengan pengunjung dan siap melayani, terutama kasir. Slogan CF3 tersebut secara konsisten juga diterapkan dalam pengelolaan fish corner. Area penjualan ikan harus bersih maksimal agar pengunjung merasa nyaman berbelanja. Area fish corner juga dilengkapi kran pencuci tangan agar pengunjung dapat dengan mudah membersihkan tangannya setelah melakukan

38 pemilihan ikan. Produk-produk ikan yang dipajang di meja display harus penuh untuk menarik minat pengunjung. Produk ikan segar tersebut dipajang di atas meja display yang disebut dengan ice bed yang selalu dipenuhi dengan es curai. Produk ikan segar yang dipajang harus fresh dan layak jual. Untuk mempertahankan kesegaran produk ikan segar yang dijual, pengelola senantiasa mengontrol pemberian es pada ikan di atas meja display (ikan harus selalu diselimuti oleh es curai). Keramahan dan kesopanan staf fish corner merupakan faktor penting agar pengunjung merasa dilayani dengan baik. Komunikasi dua arah yang baik antara staf fish corner dengan pengunjung akan memberikan keunggulan tersendiri dalam kualitas pelayanan. 5.2 Pengelolaan Persediaan Produk Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Pengelolaan persediaan produk ikan segar Giant Hypermarket Bekasi berada di bawah pengawasan fresh manager yang bertanggung jawab terhadap tujuh departemen, antara lain: Fruit, Vegetable, Dairy, Bakery, Meat & Poultry, Ready to Eat, dan Seafood. Pengelolaan persediaan produk ikan segar adalah bagian dari departemen Seafood yang merupakan tanggung jawab langsung seorang ADH (Assistant Department Head). Dalam menjalankan tugas, ADH dibantu oleh seorang supervisor dan beberapa orang staf departemen Seafood. ADH bertanggung jawab penuh terhadap pengelolaan departemen Seafood dan memiliki tugas antara lain: melakukan estimasi produk yaitu menentukan jenis dan kuantitas ikan yang akan dipesan, memastikan mutu dan kualitas ikan yang dipajang dalam keadaan baik, menganalisa omset dan daya jual departemen Seafood, serta hubungan dengan supplier. Adapun tugas supervisor antara lain: menerima barang datang, melakukan penyortiran dan pengecekkan mutu dan kualitas ikan sebelum dipajang, menempatkan produk pada meja display, dan melayani pelanggan dengan dibantu oleh beberapa orang staf. Prinsip atau perhatian utama departemen Seafood Giant Hypermarket Bekasi dalam pengelolaan produk ikan segar adalah kesegaran dan kualitas ikan. Segar berarti produk harus fresh dan baru serta mutu dan kualitas terjaga. Sesuai dengan slogan Giant yaitu CF3, clean, full, fresh, dan friendly, maka

39 penampilan area jual/fish corner harus bersih maksimal, produk pada meja display harus penuh, ikan-ikan yang dipajang harus segar dan layak jual, serta pelayanan yang ramah dari staf departemen Seafood. Visi fresh manager Giant Hypermarket Bekasi dalam pengelolaan departemen Seafood adalah mencapai target penjualan perusahaan yaitu 200 juta per bulan serta mendapatkan profit sebesar 15%. Misi fresh manager adalah menjaga stok/ketersediaan barang yang seringkali menghadapi kendala musim sehingga stok ikan sulit diprediksi dan mengakibatkan target perusahaan tidak tercapai Pemesanan Produk Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi memesan langsung produk ikan segarnya dari gudang pusat Hero di Cibitung, kecuali untuk ikan air tawar hidup dan beberapa item produk ikan beku lainnya yang dipesan langsung dari supplier. Ikan Bawal Hitam, Kembung Banjar, Patin, Bandeng Super, Tongkol Besar, Ayam-ayam, dan Kakap Merah Bulat Kecil adalah jenis-jenis ikan yang paling sering dipesan oleh Giant Hypermarket Bekasi karena digemari oleh konsumennya. Hal ini terlihat dari tingginya tingkat penjualan ikan-ikan tersebut dibandingkan dengan ikan segar jenis lainnya yang dijual di Giant Hypermarket Bekasi. Tabel 2 menunjukkan penjualan beberapa produk ikan segar yang disusun berdasarkan tingkat penjualannya periode Desember Tabel 2. Top Penjualan Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi, Desember 2007 No. Jenis Jumlah (kg) 1 Ikan Mujair Ikan Bawal Hitam 178

40 3 Ikan Bandeng Super 99 4 Ikan Ayam-ayam 96 5 Ikan Patin 88 6 Ikan Kembung Banjar 69 7 Ikan Tongkol Besar 59 8 Ikan Ekor Kuning 40 9 Ikan Kue (K) Ikan Pari Ikan Kakap Merah Bulat (K) Ikan Baronang Ikan Layur Ikan Selar Ikan Sebelah 23 Sumber: Seafood Department 2007 Penentuan jenis dan kuantitas ikan yang dipesan ditentukan oleh seorang Assistant Department Head (ADH) dengan dibantu oleh supervisor dan beberapa orang staf divisi seafood. Jenis dan kuantitas ikan yang dipesan ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain: daya jual dan jumlah permintaan yang dapat dilihat dari penjualan-penjualan sebelumnya, hari libur, musim ikan, dan antisipasi kunjungan dari kantor pusat. Pemesanan ikan segar dilakukan dengan menggunakan estimasi. Estimasi adalah daftar yang berisi jenis dan kuantitas ikan yang dipesan. Estimasi dilakukan satu kali seminggu (untuk tujuh hari penjualan). Contoh bentuk estimasi untuk setiap periode pemesanan ikan dapat dilihat pada lampiran 7. Estimasi dikirim setiap hari Senin melalui ke Merchandise Director (MD) pusat Hero di Jakarta dan juga melalui fax ke gudang pusat Hero di Cibitung untuk konfirmasi ulang pemesanan. MD pusat Hero kemudian mengirimkan data pesanan yang dikirim melalui tersebut ke gudang pusat Hero di Cibitung. Pesanan akan dikirimkan oleh gudang pusat Hero Cibitung ke Giant Hypermarket Bekasi pada hari yang telah ditentukan dalam estimasi dengan waktu tunggu yang berbeda-beda. Alur pemesanan dapat dilihat pada Gambar 3.

41 Gambar 3. Alur pemesanan Giant Hypermarket Bekasi Ikan pesanan yang datang dari gudang pusat Hero Cibitung pada hari yang telah ditentukan dalam estimasi diterima oleh supervisor divisi Seafood Giant Hypermarket Bekasi. Ikan-ikan tersebut kemudian ditimbang dan dilakukan pengecekkan terhadap jenis dan kuantitasnya. Pengecekkan dilakukan untuk memastikan pesanan yang datang sesuai dengan estimasi yang dilakukan. Pemesanan yang dilakukan Giant Hypermarket Bekasi mengeluarkan biaya. Biaya yang dikeluarkan oleh Giant Hypermarket Bekasi setiap kali melakukan pemesanan meliputi biaya order dengan dan fax, biaya administrasi, serta biaya tenaga kerja Pemajangan (display) Produk Ikan Segar Setiap hari, Supervisor menerima kedatangan ikan segar dan melakukan penyortiran terhadap mutu dan kualitas ikan yang akan dipajang. Ikan yang layak pajang adalah ikan-ikan yang segar dengan mutu dan kualitas baik, sesuai dengan slogan Giant yaitu fresh. Penentuan ikan yang layak pajang ini memperhatikan ciri-ciri kesegaran ikan yaitu mata cemerlang, insang berwarna merah dan cemerlang, daging ikan kenyal, sisik melekat kuat dan mengkilat tertutup lendir jernih, berbau segar, serta bebas dari parasit apapun tanpa luka atau kerusakan fisik. Ikan yang mengalami kerusakan atau mutu dan kualitasnya tidak baik tidak akan dipajang dan merupakan broken stock. Ikan-ikan yang telah mengalami

42 penurunan kualitas namun masih layak untuk dikonsumsi mendapat penanganan. Ikan-ikan yang mengalami penurunan mutu namun masih layak untuk dikonsumsi tersebut tidak dibuang begitu saja. Hal ini ditujukan untuk mengurangi resiko usaha yang berdampak pada pengurangan omset penjualan. Untuk itu, perlakuan yang diberikan adalah dengan mengolah ikan tersebut melalui proses pemberian bumbu atau menjual ikan tersebut dengan harga yang lebih murah (special price). Produk ikan segar akan dipajang di atas meja display yang disebut dengan ice bed yang selalu dipenuhi dengan es curai. Sebelum diletakkan di meja display, ikan disemprot dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran dan pasir-pasir yang melekat pada permukaan tubuhnya. Setelah bersih, ikan tersebut dipajang di atas ice bed yang telah penuh dilapisi dengan es curai. Penataan dan penyajian ikan segar di atas meja display sangat diperhatikan dengan baik. Ikan segar tersebut tidak ditumpuk begitu saja namun disusun rapi secara berkelompok sesuai dengan jenisnya masing-masing dan diberi papan penunjuk nama dan harga untuk memudahkan konsumen menentukan pilihan. Ikan yang dipajang pada meja display adalah ikan yang datang pada setiap hari penjualan dan ikan sisa penjualan hari kemarin yang mutu dan kualitasnya masih baik sehingga masih layak pajang. Ikan sisa penjualan yang mutu dan kualitasnya jelek merupakan broken stock. Selama dipajang di atas meja display, ikan selalu dilapisi/ditaburi dengan es curai untuk menjaga kesegaran dan mencegah penurunan mutu. Sesuai dengan slogan Giant yaitu full, meja display harus penuh. Yang paling baik jika meja display mencukupi adalah tidak ada ikan yang disimpan di dalam chiller pada waktu toko buka. Semua ikan segar harus dipajang karena jika tidak, besar kemungkinan departemen Seafood Giant Hypermarket Bekasi menerima konsekuensi kehilangan kesempatan ikan-ikan tersebut dibeli oleh pelanggan sehingga penjualan tidak maksimal. Namun jika meja display tidak memungkinkan memajang semua ikan segar, maka untuk sementara kelebihan stok tersebut disimpan dalam chiller untuk kemudian dikeluarkan pada saat meja display mulai kosong Penyimpanan Produk Ikan Segar Ikan segar yang disimpan dalam ruang penyimpanan adalah ikan-ikan yang tidak habis terjual pada setiap akhir hari penjualan dan stok ikan yang baru

43 datang dan belum sempat dipajang karena meja display tidak mencukupi. Ikanikan tersebut akan disimpan dalam chiller yang merupakan ruang penyimpanan berpendingin dengan luas 3x5m² dan suhu 0ºC sampai 5ºC. Chiller hanya sebagai tempat transit ikan atau tempat penyimpanan sementara karena ikan yang baru datang dari Cibitung biasanya langsung dipajang. Ikan yang disimpan dalam chiller paling lama tiga sampai lima hari penyimpanan. Sebelum disimpan, ikan dibersihkan terlebih dahulu dengan air bersih untuk menghilangkan atau mengurangi kotoran akibat pemajangan karena penyimpanan dalam suhu rendah tidak mematikan mikroorganisme, namun hanya menghambat pertumbuhannya. Jadi, pastikan ikan dalam keadaan bersih sebelum disimpan dalam chiller agar kotoran dan mikroorganisme awal sebelum penyimpanan hilang sehingga ikan lebih tahan lama. Setelah dibersihkan, ikan disimpan dalam box styrofoam berukuran 60x35x25 cm 3 yang sebelumnya telah dilapisi es pada bagian dasarnya. Ikan disusun dengan posisi perut di bagian atas karena bagian ini mudah rusak sehingga peletakan dengan posisi yang tepat diharapkan dapat meminimalisir kerusakan. Ikan di barisan bawah adalah ikanikan dengan ukuran yang lebih besar dan daging yang lebih kuat, kemudian di atasnya diletakkan ikan yang ukurannya lebih kecil dan dagingnya lebih lunak. Setelah ikan disusun dan box telah terisi penuh, bagian atas ditutupi/dilapisi dengan es. Susunan peletakan ikan dan es dalam box styrofoam yaitu bagian dasar dilapisi es terlebih dahulu kemudian diatasnya diletakan ikan kemudian dilapisi es lagi kemudian diletakan ikan lagi dan terakhir bagian paling atas ditutupi lagi dengan es baru kemudian ditutup dengan penutup box. 5.3 Tingkat Penjualan Produk Ikan Segar Penjualan ikan segar pada Giant Hypermarket Bekasi mengalami fluktuasi sepanjang tahun Penjualan tersebut didominasi oleh beberapa jenis ikan diantaranya Bawal Hitam, Kembung Banjar, Patin, Bandeng Super, Tongkol Besar, Ayam-ayam, dan Kakap Merah Bulat Kecil (nama disesuaikan dengan penggunaan pada Giant Hypermarket Bekasi). Dibandingkan dengan ikan segar jenis lainnya yang dijual di Giant Hypermarket Bekasi, ikan-ikan tersebut adalah ikan segar dengan tingkat penjualan yang tinggi yang berarti paling banyak

44 diminta oleh konsumen, memberikan keuntungan yang cukup berarti bagi Giant Hypermarket Bekasi, namun tak jarang mengalami broken stock yang cukup besar. Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas dan sesuai dengan kebutuhan serta permintaan Giant Hypermarket Bekasi, maka ketujuh ikan segar tersebut menjadi ikan analisis dalam penelitian ini. Fluktuasi tingkat penjualan ketujuh jenis ikan segar tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Tingkat Penjualan Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007 Bulan Bawal Kembung Patin Bandeng Tongkol Ayamayam Merah Kakap Total % Bulat Hitam Banjar Super Besar (Kg) (Kg) Kecil (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Sumber : Seafood Department Pada Tabel 3, dapat dilihat penjualan ketujuh jenis ikan segar pada Giant Hypermarket Bekasi sepanjang tahun 2007 yaitu, ikan Bawal Hitam sebesar 1847,14 kg yang merupakan tingkat penjualan paling tinggi dibandingkan dengan keenam jenis lainnya, ikan kembung Banjar sebesar 1316,9 kg, ikan Patin sebesar 1115,48 kg, ikan Bandeng Super sebesar 1024,87 kg, ikan Tongkol Besar sebesar 596,33 kg, ikan Ayam-ayam sebesar 466,37 kg, dan ikan Kakap Merah Bulat Kecil sebesar 357,12 kg yang merupakan tingkat penjualan paling rendah dibandingkan dengan keenam jenis ikan lainnya. Tabel 3 juga memperlihatkan persentase fluktuasi penjualan ketujuh jenis produk ikan segar tersebut. Bulan Maret penjualan turun sebesar 27% dan kembali naik pada bulan berikutnya sebesar 21%. Penjualan turun lagi pada bulan Mei

45 sebesar 15% dan naik sedikit pada bulan Juni untuk kemudian turun lagi sebesar 3%, dan turun lagi 16% pada bulan Agustus. Bulan berikutnya yaitu bulan September penjualan membaik dengan naik sebesar 29%, namun turun dan turun lagi pada bulan-bulan berikutnya dengan persentase penurunan terbesar pada bulan November sebesar 54% akibat dilakukannya renovasi besar-besaran pada Giant Hypermarket Bekasi yang tentu saja mengganggu kegiatan penjualan. Giant Hypermarket Bekasi mendapat keuntungan besar kembali karena penjualan pada bulan Desember meningkat pesat sebesar 144%. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Assistant Department Head Seafood, fluktuasi penjualan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya perubahan jumlah permintaan ikan setiap bulan yang dapat dilihat dari data penjualan ikan, perubahan selera konsumen terhadap ikan tertentu pada waktu tertentu yang sangat sulit diprediksi, musim ikan yang mempengaruhi ketersediaan barang, promosi Giant dan hari besar serta hari libur tertentu yang mempengaruhi penjualan jenis ikan tertentu contohnya hari besar Imlek pada bulan Februari 2007 yang meningkatkan penjualan ikan Bandeng karena tradisi imlek yang mengkonsumsi ikan Bandeng pada hari raya tersebut. Grafik tingkat penjualan untuk masing-masing jenis ikan dapat dilihat pada Gambar 4 di halaman selanjutnya. Sumber : Data diolah dari Tabel 2. Gambar 4. Grafik Tingkat Penjualan Setiap Jenis Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007.

46 Pada Gambar 4 dapat dilihat fluktuasi penjualan tiap bulan setiap jenis ikan segar sepanjang tahun Volume tertinggi terjadi pada bulan April yaitu pada penjualan ikan Bawal Hitam sebesar 285,7 kg karena pada bulan tersebut stok ikan banyak dan Giant Hypermarket Bekasi melakukan promosi untuk ikan tersebut. Volume terendah terjadi pada bulan Oktober yaitu pada penjualan ikan Kakap Merah Bulat Kecil yang hanya mencapai 6,12 kg. Perubahan tingkat penjualan tiap bulan setiap jenis ikan dapat disebabkan oleh perubahan jumlah permintaan, perubahan selera konsumen, musim ikan sehingga jenis ikan tertentu tidak dapat disediakan setiap bulan, hari besar atau hari libur, serta event-event promosi yang diadakan Giant Hypermarket Bekasi setiap bulan seperti event Murah Abis yang menjual produk ikan dengan harga murah yaitu promosi melalui iklan di media massa Radio dan Surat Kabar, promosi Pasar Segar melalui katalog yang disebarluaskan ke masyarakat, serta Midnight Sale yaitu promosi pada pukul sepuluh sampai pukul 12 malam yang diadakan setiap minggu terakhir di akhir bulan yang tentu saja dengan harga yang istimewa. Fluktuasi tingkat penjualan terhadap ketujuh ikan segar secara keseluruhan sepanjang tahun 2007 dapat dilihat pada Gambar 5. Sumber : Data diolah dari Tabel 2. Gambar 5. Grafik Tingkat Penjualan Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007.

47 Pada Gambar 5, terlihat peningkatan penjualan pada bulan Febuari 2007 dari bulan sebelumya. Penjualan mengalami penurunan yang cukup signifikan pada bulan Maret Penurunan ini disebabkan oleh kegiatan renovasi yang dilakukan oleh Giant Hypermarket Bekasi sepanjang bulan Maret tahun 2007 yang secara langsung mengganggu kegiatan penjualan. Pada bulan April 2007, penjualan kembali mengalami peningkatan dan berfluktuasi pada bulan-bulan selanjutnya. Bulan November 2007, penjualan Giant Hypermarket Bekasi anjlok karena Giant kembali melakukan renovasi yang kali ini cukup besar yang tentu saja mengganggu kegiatan penjualan. Namun, penjualan meningkat pesat pada bulan Desember 2007 karena pada setiap akhir tahun jumlah permintaan ikan segar selalu meningkat menghadapi momen tahun baru. Pada Gambar 5 juga dapat dilihat bahwa peningkatan yang pesat pada penjualan bulan Desember tahun 2007 tetap tidak bisa mengimbangi tingkat penjualan pada awal tahun 2007 yaitu pada bulan Februari dan Januari. Tingkat penjualan ikan segar Giant Hypermarket Bekasi tahun 2007 cenderung mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya karena jumlah pesaing yang meningkat setiap tahun. Para pesaing yang lokasinya cukup dekat dengan Giant Hypermarket Bekasi tersebut diantaranya adalah Super Indo, Hari Hari Supermarket, Carrefour, Makro, dan Hypermart. Antisipasi dan usaha Giant Hypermarket Bekasi dalam menghadapi persaingan diantaranya melakukan survey harga pesaing untuk kemudian memasang harga yang lebih murah daripada pesaing, keragaman barang yang diperdagangkan harus lebih banyak dan jenisnya harus lebih lengkap, serta meningkatkan pelayanan dengan memberikan service yang terbaik kepada pelanggan. 5.4 Komponen Biaya Persediaan Produk Ikan Segar Biaya persediaan yang dikeluarkan oleh Giant Hypermarket Bekasi meliputi biaya pemesanan yang dikeluarkan setiap kali melakukan pemesanan dan biaya penyimpanan yang dikeluarkan setiap tahun akibat adanya penyimpanan produk ikan segar dalam ruang penyimpanan (chiller). Kedua biaya tersebut adalah biaya yang akan diperhitungan selanjutnya dengan menggunakan metode

48 EOQ karena metode EOQ mengasumsikan bahwa biaya pengendalian persediaan terdiri atas biaya pemesanan dan biaya penyimpanan Biaya Pemesanan Produk Ikan Segar Biaya pemesanan produk ikan segar Giant Hypermarket Bekasi untuk setiap kali pemesanan meliputi biaya pesan dengan menggunakan dan fax, biaya administrasi dan biaya tenaga kerja. Rincian biaya pemesanan produk ikan segar Giant Hypermarket Bekasi untuk setiap kali pemesanan dapat dilihat dalam Tabel 4. Tabel 4. Biaya Pemesanan Ikan Segar Per Pesanan Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007 No Jenis Ikan Biaya Pemesanan (Rp/Pesanan) Total Order by Order by fax Administrasi Tenaga Kerja Rp/Pesanan 1 Bawal Hitam 22,33 483, ,79 156, ,41 2 Kembung Banjar 11,16 241, ,90 78, ,70 3 Patin 8,59 185, ,53 60, ,00 4 Bandeng Super 14,60 315, ,71 102, ,31 5 Tongkol Besar 12,02 260, ,35 84, ,60 6 Ayam-ayam 5,67 122, ,39 39, ,34 7 Kakap Merah Bulat (K) 13,74 297, ,26 96, ,40 Sumber : Data Olahan dari Lampiran Biaya Penyimpanan Produk Ikan Segar Biaya penyimpanan produk ikan segar yang dikeluarkan setiap tahun oleh Giant Hypermarket Bekasi karena adanya penyimpanan ikan dalam chiller (ruang inventory) meliputi biaya fasilitas yaitu listrik dan es, biaya sewa tempat, dan biaya tenaga kerja. Keseluruhan biaya penyimpanan dihitung per kilogram selama satu tahun. Rincian biaya penyimpanan produk ikan segar Giant Hypermarket Bekasi dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5. Biaya Penyimpanan Ikan Segar Per Kg Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007 No Jenis Ikan Biaya Penyimpanan (Rp/Kg/Thn) Total

49 Fasilitas Sewa Tempat Tenaga kerja Rp/Kg/Thn 1 Bawal Hitam 4.843, , , ,67 2 Kembung Banjar 4.036, ,36 864, ,56 3 Patin 2.421, ,61 518, ,34 4 Bandeng Super 4.843, , , ,67 5 Tongkol Besar 4.036, ,36 864, ,56 6 Ayam-ayam 2.421, ,61 518, ,34 7 Kakap Merah Bulat (K) 4.036, ,36 864, ,56 Sumber : Data olahan dari Lampiran Pengelolaan Persediaan Ikan Segar Optimal Pengelolaan persediaan ikan segar selalu menginginkan jumlah dan kuantitas pemesanan yang ekonomis yaitu dengan total biaya persediaan yang minimal. Meminimalkan total biaya persediaan yaitu berusaha memperkecil biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang sifatnya saling bertentangan. Sifat yang pertama menekankan agar jumlah pesanan sangat besar sehingga ordering cost menjadi kecil, tetapi sebaliknya carrying costs menjadi sangat besar. Sifat yang lain menekankan agar jumlah pesanan sangat kecil sehingga carrying costs menjadi kecil, tetapi sebaliknya ordering costs menjadi sangat besar selama satu tahun. Perhitungan biaya persediaan ikan segar yang dilakukan Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 6 di halaman selanjutnya. Tabel 6. Pengelolaan Persediaan Produk Ikan Segar yang Dilakukan Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007 Jenis Frekuensi Biaya Jumlah Biaya Biaya Total Biaya Total Biaya Total Ikan Pembelian Pemesanan Pemesanan Penyimpanan Pemesanan Penyimpanan Persediaan (kali/thn) (Rp/Pesanan) (Kg/Pesanan) (Rp/Kg/Thn) (Rp/Thn) (Rp/Thn) (Rp/Thn) (F) (P) (Q) (C) (PxF) (QxC) (TIC) Bawal Hitam ,41 43, , , , ,82 Kembung Banjar ,70 21, , , , ,94 Patin ,00 16, , , , ,21 Bandeng Super ,31 28, , , , ,51 Tongkol Besar ,60 23, , , , ,65 Ayam-ayam ,34 11, , , , ,60 Kakap Merah Bulat (K) ,40 26, , , , ,23 Sumber : Data olahan.

50 Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat total biaya persediaan yang dikeluarkan oleh Giant Hypermarket Bekasi tahun 2007 untuk ikan Bawal Hitam yaitu sebesar Rp ,82; ikan Kembung Banjar sebesar Rp ,94; ikan Patin sebesar Rp ,21; ikan Bandeng Super sebesar Rp ,51; ikan Tongkol Besar sebesar Rp ,66; ikan Ayam-ayam sebesar Rp ,60; dan untuk ikan Kakap Merah Bulat sebesar Rp ,23. Pada Tabel 6, dapat dilihat juga frekuensi pembelian yang dilakukan Giant Hypermarket Bekasi sepanjang tahun Dengan mengetahui tingkat penjualan ketujuh jenis ikan segar tersebut sepanjang tahun 2007 (dapat dilihat pada Tabel 3) dan jumlah pemesanan setiap kali melakukan order, maka dapat diketahui frekuensi pembelian tersebut. Pembelian/pemesanan produk ikan segar dilakukan satu minggu sekali. Frekuensi pembelian pada Tabel 6 dengan satuan kali per tahun sama dengan banyaknya minggu pemesanan yang dilakukan selama satu tahun. Pada Tabel 6 terlihat frekuensi pemesanan yang berlebihan pada ikan Kembung Banjar dan ikan Patin yaitu sebanyak 61 kali per minggu per tahun dan 67 kali per minggu per tahun dan ini merupakan salah satu indikator besarnya broken stock pada kedua jenis ikan tersebut yang dialami oleh Giant Hypermarket Bekasi Kuantitas Pemesanan Optimal Kuantitas pemesanan persediaan yang optimal yaitu yang meminimumkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan persediaan diperoleh dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity). Perbandingan jumlah pemesanan yang dilakukan Giant Hypermarket Bekasi dengan jumlah pemesanan optimal hasil perhitungan metode EOQ dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Perbandingan Kuantitas Pemesanan yang Dilakukan Giant Hypermarket Bekasi dengan Metode EOQ Jenis Ikan Perhitungan Giant Perhitungan (Kg/Pesanan) Metode EOQ (Kg/Pesanan)

51 Bawal Hitam 43,33 46,87 Kembung Banjar 21,67 30,66 Patin 16,67 31,95 Bandeng Super 28,33 28,23 Tongkol Besar 23,33 21,41 Ayam-ayam 11,00 16,78 Kakap Merah Bulat (K) 26,67 17,71 Sumber : Data diolah dari Tabel 6 dan Tabel 9. Hasil perhitungan pada Tabel 7 menunjukkan kuantitas pemesanan yang optimal yaitu untuk ikan Bawal Hitam sebesar 46,87 kg; ikan Kembung Banjar sebesar 30,66 kg; ikan Patin sebesar 31,95 kg; ikan Bandeng Super sebesar 28,23 kg; ikan Tongkol Besar sebesar 21,41 kg; ikan Ayam-ayam sebesar 16,78 kg; dan untuk ikan Kakap Merah Bulat sebesar 17,71 kg. Kuantitas pemesanan optimal ini pada umumnya lebih banyak jika dibandingkan dengan sistem yang dilakukan oleh Giant Hypermarket Bekasi, kecuali untuk ikan Tongkol Besar dan ikan Kakap Merah Bulat Kecil yang ternyata akan lebih optimal dengan kuantitas pemesanan yang lebih sedikit, dan ini merupakan salah satu indikator terjadinya broken stock pada kedua jenis ikan tersebut yang ternyata selama ini kuantitas pemesanannya berlebihan. Kuantitas pemesanan yang lebih banyak memungkinkan Giant Hypermarket Bekasi menjaga ketersediaan stok barang sehingga dapat menyediakan segala jenis produk ikan segar di atas meja display tanpa perlu merasa khawatir gudang pusat Hero tidak dapat mengirimkan jenis produk yang dipesan pada hari-hari yang telah ditentukan. Kuantitas pemesanan optimal hasil perhitungan dengan metode EOQ tersebut dapat diterapkan oleh Giant Hypermarket Bekasi untuk menghindari atau mengurangi broken stock yang dialami selama ini. Aplikasinya, manajemen pengelolaan produk ikan segar Giant Hypermarket Bekasi dapat melakukan pemesanan dengan kuantitas yang lebih banyak, kecuali untuk ikan Tongkol Besar dan Kakap Merah Bulat Kecil, atau sesuai dengan perhitungan metode EOQ tersebut. Giant Hypermarket Bekasi berupaya menyediakan produk ikan segar sesuai dengan permintaan pelanggan. Namun, kuantitas pemesanan optimal ini tetap bergantung pada ketersediaan barang di gudang pusat Hero Cibitung.

52 Dengan kapasitas chiller maksimum 2 ton ikan yang dimiliki oleh Giant Hypermarket Bekasi, maka penambahan kuantitas pemesanan optimal yang lebih banyak sesuai dengan metode EOQ tersebut tidak akan mengalami kesulitan penyimpanan. Apabila kapasitas chiller tersebut masih tidak memungkinkan menyimpan stok ikan, maka Giant Hypermarket Bekasi dapat menyewa chiller di luar area atau gedung Giant Hypermarket Bekasi. Kuantitas pemesanan selama periode pemesanan tersebut (satu minggu) kemudian dialokasikan sesuai hari kedatangan produk yang dikehendaki selama satu minggu yang ditentukan oleh ADH Seafood dan dicantumkan dalam form estimasi pemesanan. Dari hasil perhitungan kuantitas optimal tersebut, rata-rata kuantitas pemesanan optimal per hari untuk ikan Bawal Hitam sebesar 7 kg, ikan Kembung Banjar sebesar 4 kg, ikan Patin sebesar 5 kg, ikan Bandeng Super sebesar 4 kg, ikan Tongkol Besar sebesar 3 kg, ikan Ayam-ayam sebesar 2 kg, ikan Kakap Merah Bulat Kecil sebesar 3 kg. Perhitungan dengan metode EOQ juga menghasilkan perhitungan frekuensi pemesanan yang optimal. Perbandingan frekuensi pemesanan yang dilakukan Giant Hypermarket Bekasi dengan jumlah pemesanan optimal hasil perhitungan metode EOQ dapat dilihat pada Tabel 8 di halaman selanjutnya. Tabel 8. Perbandingan Frekuensi Pemesanan yang Dilakukan Giant Hypermarket Bekasi dengan Metode EOQ Jenis Ikan Perhitungan Giant Perhitungan (Kali/Thn) Metode EOQ (Kali/Thn) Bawal Hitam Kembung Banjar Patin Bandeng Super Tongkol Besar Ayam-ayam Kakap Merah Bulat (K) Sumber : Data diolah dari Tabel 6 dan Tabel 9.

53 Tabel 8 menunjukkan frekuensi pembelian yang optimal untuk ketujuh jenis ikan tersebut selama satu tahun yaitu untuk ikan Bawal Hitam sebesar 39 kali, ikan Kembung Banjar sebesar 43 kali, ikan Patin sebesar 35 kali, ikan Bandeng Super sebesar 36 kali, ikan Tongkol Besar sebesar 28 kali, ikan Ayamayam sebesar 28 kali dan untuk ikan Kakap Merah Bulat sebesar 20 kali. Frekuensi pemesanan optimal ini pada umumnya lebih kecil jika dibandingkan dengan sistem yang dilakukan oleh Giant Hypermarket Bekasi, kecuali untuk ikan Tongkol Besar dan ikan Kakap Merah Bulat Kecil yang ternyata akan lebih optimal dengan frekuensi pemesanan yang lebih besar karena kuantitas pemesanan optimalnya lebih kecil. Frekuensi pemesanan yang lebih kecil dilakukan karena kuantitas pemesanan optimal yang dihasilkan lebih banyak jumlahnya. Ikan Tongkol Besar dan ikan Kakap Merah Bulat Kecil memiliki kombinasi kuantitas dan frekuensi pemesanan optimal yang berbeda dari jenis ikan lainnya. Kedua jenis ikan tersebut akan lebih optimal jika pemesanan dilakukan dengan kuantitas yang lebih sedikit dan frekuensi yang lebih besar. Hal ini dilakukan untuk menghindari penumpukan produk dalam ruang inventory sehingga mengurangi broken stock. Frekuensi pemesanan optimal hasil perhitungan dengan metode EOQ tersebut dapat diterapkan oleh Giant Hypermarket Bekasi untuk menghindari atau mengurangi broken stock yang dialami selama ini. Aplikasinya, manajemen pengelolaan persediaan produk ikan segar Giant Hypermarket Bekasi dapat melakukan pemesanan yang lebih sedikit atau sesuai dengan hasil perhitungan dengan metode EOQ. Ini berarti, dalam satu tahun ada beberapa pemesanan yang dilakukan satu kali untuk dua minggu pemesanan atau kuantitas untuk satu kali pemesanan dialokasikan untuk dua minggu pemesanan dengan kuantitas dan frekuensi yang lebih kecil pada tiap-tiap minggu pemesanannya. Pengalokasian ini dapat dilakukan oleh ADH Seafood pada musim-musim sulit ikan atau musim permintaan yang sedikit terhadap ikan segar yang dapat diperkirakan oleh ADH Seafood berdasarkan pengalamannya menaksir musim-musim tersebut. Frekuensi pembelian optimal yang lebih kecil seimbang dengan kuantitas pemesanan yang lebih banyak, begitu pula sebaliknya, karena dapat mencegah

54 terjadinya penimbunan produk dalam chiller. Kombinasi ini dapat meminimalkan total biaya persediaan karena dengan frekuensi pembelian yang lebih kecil maka dapat menekan biaya pemesanan menjadi lebih rendah. Perhitungan biaya persediaan ikan segar optimal berdasarkan metode EOQ secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pengelolaan Persediaan Produk Ikan Segar Berdasarkan Metode EOQ Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007 Jenis Frekuensi Biaya Jumlah Biaya Biaya Total Biaya Total Biaya Total Ikan Pembelian Pemesanan Pemesanan Penyimpanan Pemesanan Penyimpanan Persediaan (Kali/Thn) (Rp/Pesanan) (Kg/Pesanan) (Rp/Kg/Thn) (Rp/Thn) (Rp/Thn) (Rp/Thn) (F) (P) (Q) (C) (PxF) (0,5QxC) (TIC) Bawal Hitam ,41 46, , , , ,02 Kembung Banjar ,70 30, , , , ,19 Patin ,00 31, , , , ,50 Bandeng Super ,31 28, , , , ,86 Tongkol Besar ,60 21, , , , ,74 Ayam-ayam ,34 16, , , , ,87 Kakap Merah Bulat (K) ,40 17, , , , ,22 Sumber : Data diolah dari Lampiran 8. Efisiensi biaya pengelolaan persediaan produk ikan segar dapat diketahui dengan membandingkan biaya total persediaan yang dilakukan oleh Giant Hypermarket Bekasi dengan biaya total persediaan yang dihasilkan dari perhitungan metode EOQ. Perhitungan efisiensi biaya pengelolaan persediaan produk ikan segar tersebut dapat dilihat pada Tabel 10 di halaman berikutnya. Tabel 10. Efisiensi Biaya Pengelolaan Persediaan Produk Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007 Jenis Ikan Perhitungan Giant Perhitungan Efisiensi Biaya Metode EOQ (Rp/Thn) (Rp/Thn) (Rp/Thn) Bawal Hitam , , ,80 Kembung Banjar , , ,75 Patin , , ,71 Bandeng Super , , ,65 Tongkol Besar , , ,92 Ayam-ayam , , ,73 Kakap Merah Bulat (K) , , ,01 Jumlah , , ,58

55 Sumber : Data diolah dari Tabel 6 dan Tabel 9. Pada Tabel 10, dapat dilihat besarnya biaya pengelolaan persediaan produk ikan segar yang dapat dihemat oleh Giant Hypermarket Bekasi periode tahun 2007 jika menggunakan metode EOQ adalah untuk ikan Bawal Hitam sebesar Rp ,80; ikan Kembung Banjar sebesar Rp ,75; ikan Patin sebesar Rp ,71; ikan Bandeng Super sebesar Rp ,65; ikan Tongkol Besar sebesar Rp ,92; ikan Ayam-ayam sebesar Rp ,73; dan untuk ikan Kakap Merah Bulat Kecil sebesar Rp ,01. Total biaya yang dapat dihemat oleh Giant Hypermarket Bekasi untuk ketujuh jenis ikan tersebut adalah sebesar Rp ,58 per tahun Persediaan Pengaman Optimal Persediaan pengaman merupakan persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan barang (stock out). Kekurangan persediaan harus dihindari karena dapat mengakibatkan biaya tinggi, baik biaya eksternal maupun biaya internal. Biaya eksternal misalnya pelanggan tidak puas sehingga dapat mengakibatkan penurunan penjualan di kemudian hari, dan biaya internal misalnya mesin dan pekerja yang menganggur, sedangkan biaya dan gajinya harus tetap dibayar. Giant Hypermarket Bekasi melakukan pemesanan satu kali untuk tujuh hari penjualan yang berarti satu waktu pesan dengan waktu tunggu dan waktu kedatangan barang yang berbeda-beda. Untuk menjamin ketersediaan barang, Giant Hypermarket Bekasi mengadakan persediaan pengaman yang dilakukan sebanyak dua kali rata-rata penjualan harian. Persediaan pengaman ini menimbulkan tambahan biaya. Perhitungan kuantitas dan biaya penyimpanan persediaan pengaman berdasarkan sistem yang dilakukan Giant Hypermarket Bekasi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Kuantitas dan Biaya Penyimpanan Persediaan Pengaman Produk Ikan Segar yang Dilakukan Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007 Jenis Ikan Jumlah Rata-rata Persediaan Biaya Biaya Penyimpanan Penjualan Penjualan Pengaman Penyimpanan Persediaan Pengaman (Kg/Tahun) (Kg/Hari) (Kg/Minggu) (Rp/Kg/Tahun) (Rp/Tahun)

56 Bawal Hitam 1.847,14 5,44 10, , ,28 Kembung Banjar 1.316,90 4,21 8, , ,42 Patin 1.115,48 3,62 7, , ,47 Bandeng Super 1.024,87 3,46 6, , ,29 Tongkol Besar 596,33 2,55 5, , ,36 Ayam-ayam 466,37 2,58 5, , ,10 Kakap Merah Bulat (K) 357,12 1,89 3, , ,42 Sumber : Data olahan. Kuantitas persediaan pengaman optimal dihitung dengan menggunakan metode EOQ. Perhitungan ini diharapkan dapat meminimumkan biaya tambahan yang ditimbulkan akibat adanya persediaan pengaman. Perhitungan kuantitas dan biaya penyimpanan persediaan pengaman berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode EOQ dengan memperhitungkan tingkat pelayanan (level service) dan standar deviasi waktu pelindung yang dimiliki Giant Hypermarket Bekasi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Kuantitas dan Biaya Penyimpanan Persediaan Pengaman Produk Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Dengan Metode EOQ Tahun 2007 Jenis Ikan Policy St. Deviasi Persediaan Biaya Biaya Penyimpanan Pengaman Persediaan Pengaman Factor Waktu Pelindung Penyimpanan (Kg/Minggu) (Rp) (K) (σt) (S=Kxσt) (Rp/Kg/Tahun) (SxC) Bawal Hitam 1,04 15,74 16, , ,28 Kembung Banjar 1,04 8,98 9, , ,93 Patin 1,04 12,64 13, , ,23 Bandeng Super 0,67 11,72 7, , ,11 Tongkol Besar 0,52 8,50 4, , ,00 Ayam-ayam 0,25 5,98 1, , ,70 Kakap Merah Bulat (K) 0,25 7,45 1, , ,01 Sumber : Data diolah dari Lampiran 11 dan 12. Jika dibandingkan dengan perhitungan Giant Hypermarket Bekasi, dari hasil perhitungan tingkat persediaan pengaman optimal dengan menggunakan metode EOQ diperoleh kuantitas persediaan pengaman yang lebih besar untuk ikan Bawal Hitam, Kembung Banjar, Patin, dan Bandeng Super. Untuk ikan Tongkol Besar, Ayam-ayam, dan ikan Kakap Merah Bulat Kecil didapatkan hasil perhitungan tingkat persediaan pengaman berdasarkan metode EOQ yang lebih kecil. Persediaan pengaman optimal yang lebih kecil ini sebanding dengan kuantitas pemesanan optimal yang lebih banyak sehingga tingkat persediaan yang harus diadakan tidak perlu terlalu banyak. Tingkat persediaan pengaman optimal

57 yang lebih kecil dapat mengurangi biaya tambahan yang ditimbulkan karena pengadaan persediaan pengaman serta menghindari kelebihan stok barang dalam ruang inventory yang beresiko terhadap kerusakan produk. Efisiensi biaya yang dapat diperoleh diketahui dengan membandingkan biaya penyimpanan persediaan pengaman berdasarkan sistem Giant Hypermarket Bekasi dan biaya penyimpanan persediaan pengaman hasil perhitungan metode EOQ. Perhitungan efisiensi biaya persediaan pengaman dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Efisiensi Biaya Penyimpanan Persediaan Pengaman Produk Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007 Jenis Ikan Perhitungan Perhitungan Efisiensi Biaya Giant Hypermarket Metode EOQ Persediaan Pengaman (Rp/Thn) (Rp/Thn) (Rp/Thn) Bawal Hitam , , ,01 Kembung Banjar , , ,52 Patin , , ,76 Bandeng Super , , ,82 Tongkol Besar , , ,36 Ayam-ayam , , ,40 Kakap Merah Bulat (K) , , ,41 Sumber : Data diolah dari Tabel 11 dan 12. Dari Tabel 13 terlihat hasil yang berbeda pada efisiensi biaya penyimpanan persediaan pengaman ikan Bawal Hitam, Kembung Banjar, Patin, dan Bandeng Super. Hasil perhitungan ini, dengan hasil tingkat persediaan pengaman optimal yang lebih besar tenyata justru meningkatkan biaya penyimpanannya selama satu tahun. Hal ini menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan metode EOQ, persediaan pengaman untuk ikan Bawal Hitam, Kembung Banjar, Patin, dan Bandeng Super yang selama ini dilakukan Giant Hypermarket Bekasi sudah efisien Titik Pemesanan Kembali Optimal Titik pemesanan kembali adalah batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana pesanan harus diadakan kembali. Titik pemesanan

58 kembali didapatkan dengan menjumlahkan besar penggunaan bahan-bahan selama bahan-bahan yang dipesan belum datang dan besarnya persediaan minimum/persediaan pengaman. Untuk mengatasi fluktuasi permintaan konsumen terhadap ikan segar pada Giant Hypermarket Bekasi, metode EOQ dengan asumsi-asumsinya yang konstan diatasi dengan titik pemesanan kembali optimal. Perhitungan titik pemesanan kembali dengan menggunakan metode EOQ dapat dilihat pada Tabel 14. Table 14. Titik Pemesanan Kembali Produk Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007 Jenis Ikan Waktu Rata-rata Persediaan Titik Pemesanan Tunggu Penjualan Pengaman Kembali (Hari) (Kg/Hari) (Kg) (Kg) L D S T=S+DL Bawal Hitam 7,72 5,44 10,88 52,88 Kembung Banjar 7,80 4,21 8,42 41,26 Patin 7,60 3,62 7,24 34,75 Bandeng Super 8,06 3,46 6,92 34,81 Tongkol Besar 7,57 2,55 4,42 23,72 Ayam-ayam 7,67 2,58 1,49 21,28 Kakap Merah Bulat (K) 8,06 1,89 1,86 17,10 Sumber : Data Olahan Berdasarkan Tabel 14, apabila Giant Hypermarket Bekasi melakukan pemesanan kembali kurang dari titik pemesanan kembali optimal maka persediaan produk akan habis sebelum persediaan pengganti diterima sehingga permintaan konsumen tidak dapat terpenuhi. Sebaliknya jika pemesanan kembali dilakukan melebihi titik optimal maka persediaan baru sudah datang di saat persediaan dalam ruang inventory masih banyak. Hal ini beresiko kerusakan barang akibat barang menumpuk dalam ruang inventory. Tabel 14 dapat menjadi acuan bagi Giant Hypermarket Bekasi dalam melakukan pemesanan kembali. Batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu periode penjualan ketika produk yang dipesan belum datang dimana pesanan harus diadakan kembali untuk ikan Bawal Hitam sebesar 52,88 kg, untuk ikan Kembung Banjar sebesar 41,26 kg, untuk ikan Patin sebesar 34,75 kg, untuk ikan Bandeng Super sebesar 34,81 kg, untuk ikan Tongkol Besar sebesar 23,72 kg,

59 untuk ikan Ayam-ayam sebesar 21,28 kg, dan untuk ikan Kakap Merah Bulat Kecil sebesar kg. Sistem pemesanan sesuai dengan titik pemesanan kembali optimal ini yaitu perusahaan baru memesanan kembali produk yang dibutuhkan setelah stok barang mencapai titik pemesanan kembali optimal tidak dapat diterapkan pada Giant Hypermarket Bekasi yang pola pemesanan produk ikan segarnya dilakukan satu minggu sekali. Maka untuk mengatasi hal tersebut, Giant Hypermarket Bekasi dapat melakukan order tambahan, jika diperlukan, untuk mengantisipasi kekurangan produk ikan segarnya. Hasil perhitungan persediaan produk ikan segar optimal pada Giant Hypermarket Bekasi, jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang sejenis yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dini Wulansari (2002) pada Pasar Swalayan Hero, Ciledug, diperoleh hasil diantaranya; jenis ikan segar yang paling diminati konsumen dan memiliki tingkat penjualan tinggi di Giant Hypermarket Bekasi adalah ikan Bawal Hitam, Kembung Banjar, Patin, Bandeng Super, Tongkol Besar, Ayam-ayam, dan Kakap Merah Bulat Kecil, sedangkan di Pasar Swalayan Hero, Ciledug adalah ikan Mas, Gurame, Kembung, Tongkol, dan Kakap; ikan segar pada Pasar Swalayan Hero, Ciledug dipesan setiap hari, sedangkan pada Giant Hypermarket Bekasi ikan segar dipesan satu minggu sekali dengan hari kedatangan yang berbeda-beda sesuai dengan estimasi; besarnya kuantitas pemesanan optimal yang dicari dengan menggunakan metode EOQ pada Pasar Swalayan Hero, Ciledug mencapai dua kali lipat lebih banyak dari yang dilakukan sebelumnya, sedangkan pada Giant Hypermarket Bekasi didapatkan hasil kuantitas optimal yang juga lebih banyak, namun untuk beberapa item (ikan Tongkol Besar dan Kakap Merah Bulat Kecil) kuantitas pemesanan optimalnya lebih sedikit; secara keseluruhan dari hasil perhitungan yang diperoleh dapat diketahui bahwa sistem pengelolaan persediaan produk ikan segar pada Pasar Swalayan Hero, Ciledug belum optimal, sedangkan pada Giant Hypermarket Bekasi sebagian sudah optimal dan sebagian besar lainnya perlu peninjauan kembali (dapat dilihat pada hasil dan pembahasan). Dari semua hasil perhitungan di atas, solusi yang dapat diberikan kepada manajemen persediaan produk ikan segar Giant Hypermarket Bekasi dalam

60 pengelolaan persediaannya adalah manajemen pengelolaan persediaan produk ikan segar dapat melakukan pemesanan dengan kuantitas yang lebih banyak dan frekuensi yang lebih sedikit, kecuali untuk ikan Tongkol Besar dan Kakap Merah Bulat Kecil, atau sesuai dengan perhitungan metode EOQ. Namun, kuantitas pemesanan optimal ini tetap bergantung pada ketersediaan barang di gudang pusat Hero Cibitung sehingga dibutuhkan sharing informasi ketersediaan dan kebutuhan barang antara gudang pusat dengan Giant Hypermarket Bekasi agar masingmasing pihak dapat melakukan sistem pengeloaannya dengan baik. Dengan kapasitas chiller (maksimal 2 ton ikan) yang dimiliki oleh Giant Hypermarket Bekasi, maka penambahan kuantitas pemesanan tidak akan mengalami kesulitan penyimpanan. Namun, apabila kapasitas chiller tersebut masih tidak memungkinkan menyimpan kelebihan stok barang, maka Giant Hypermarket Bekasi dapat menyewa chiller di luar area toko yang tentu saja menambah beban biaya. Penerapan metode EOQ ini dalam melakukan pemesanan harus memperhatikan tingkat persediaan pengaman dan titik pemesanan kembali optimal agar ketersediaan produk tetap terjaga, broken stock dapat dikurangi dan biaya persediaan yang dikeluarkan Giant Hypermarket Bekasi akan lebih efisien. Tentu saja broken stock tersebut juga dapat dikurangi dengan handling produk yang baik. VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Dengan menggunakan metode EOQ dalam pengelolaan persediaan produk ikan segar Giant Hypermarket Bekasi, diperoleh hasil kuantitas pemesanan yang lebih banyak dan frekuensi pemesanan yang lebih kecil, kecuali untuk ikan Tongkol Besar dan Kakap Merah Bulat Kecil yang ternyata akan lebih optimal dengan kombinasi yang sebaliknya. Dengan kuantitas pemesanan yang lebih banyak dan frekuensi yang lebih kecil ataupun

61 sebaliknya, biaya persediaan dapat ditekan menjadi lebih rendah dan broken stock dapat dikurangi. Giant Hypermarket Bekasi berupaya menyediakan produk ikan segar sesuai dengan permintaan pelanggan. Namun, kuantitas dan frekuensi pemesanan optimal ini tetap bergantung pada ketersediaan barang di gudang pusat Hero Cibitung. 2. Tingkat persediaan pengaman optimal yang diperoleh dengan menggunakan metode EOQ menghasilkan jumlah yang lebih sedikit daripada jumlah persediaan pengaman yang dilakukan Giant Hypermarket Bekasi kecuali untuk ikan Bawal Hitam, Kembung Banjar, Patin, dan Bandeng Super yang keempatnya sudah efisien. 3. Titik untuk melakukan pemesanan kembali optimal pada suatu periode penjualan ketika produk yang dipesan belum datang untuk ikan Bawal Hitam sebesar 52,88 kg, untuk ikan Kembung Banjar sebesar 41,26 kg, untuk ikan Patin sebesar 34,75 kg, untuk ikan Bandeng Super sebesar 34,81 kg, untuk ikan Tongkol Besar sebesar 23,72 kg, untuk ikan Ayamayam sebesar 21,28 kg, dan untuk ikan Kakap Merah Bulat Kecil sebesar kg. 6.2 Saran Departemen Seafood Giant Hypermarket Bekasi sebaiknya menambah kuantitas pemesanan produk ikan segarnya dengan memperkecil frekuensi pembelian atau sesuai dengan hasil perhitungan dengan metode EOQ, kecuali untuk ikan Tongkol Besar dan ikan Kakap Merah Bulat Kecil yang sebaiknya dilakukan dengan kombinasi sebaliknya (kuantitas kecil dan frekuensi besar). Namun, kuantitas dan frekuensi pemesanan optimal ini tetap bergantung pada ketersediaan barang di gudang pusat Hero Cibitung sehingga dibutuhkan sharing informasi ketersediaan dan kebutuhan barang antara gudang pusat dengan cabangcabang Giant Hypermarket agar masing-masing pihak dapat melakukan sistem pengelolaannya dengan baik. Penerapan metode EOQ ini dalam melakukan pemesanan harus memperhatikan titik pemesanan kembali optimal agar ketersediaan produk tetap terjaga, broken stock dapat dikurangi dan biaya persediaan yang dikeluarkan Giant Hypermarket Bekasi akan lebih efisien.

62 DAFTAR PUSTAKA Ac Nielsen Indonesia Perubahan Perilaku Konsumen Pasca Flu Burung [Artikel]. Ahyari A Pengendalian Produksi Jilid I dan II. Jakarta: BPFE. 464 hal. Anonim Hipermarket. [6 Februari 2008]. Assauri S Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

63 Fauzi A Prinsip-prinsip Penelitian Sosial Ekonomi. Panduan Singkat Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor (Tidak diterbitkan). Handoko H.T Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: BPFE. 464 hal. Ilyas S Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan: Teknik Pembekuan Ikan. Jilid II. Badan Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta. Indrajit R.E, Richardus Djokopranoto Manajemen Persediaan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Wulansari D Analisis Manajemen Persediaan Produk Ikan Segar di Pasar Swalayan Hero, Cileduk, Tanggerang. Program Studi Manajemen Bisnis Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. LAMPIRAN

64

65 Lampiran 1. Struktur Organisasi Giant Hypermarket Bekasi STORE MANAGER DM Grocery DM GMS DM Fresh DM Sales Support DH. G1 DH. G2 DH. Ladies DH. Gents DH. Fruit DH. Vegetable DH. Front D DH. Receive DH. LP DH. G3 DH. G4 DH. HH DH. Toys DH. Dairy DH. Bakery DH. ME DH. Marketing DH. ACC DH. Child DH. Home DH. RTE DH. Seafood Maintenance DH. Cust R DH. ADM DH. Electric DH. Footwas DH. Meat & Poultry DH. IT DH. HRD Spv. Banker Spv. Banking Spv. F Line DH. Audit Cashier Ket: DM : Division Manager DH : Division Head Spv : Supervisor Sumber: PT Hero Supemarket Tbk.

66 Lampiran 2. Lokasi Penelitian Giant Hypermarket Mega Bekasi Hypermall Jl. Ahmad Yani No.73, Bekasi Barat Giant Hypermarket Mega Bekasi Hypermall

67 Lampiran 3. Fish Corner Fish Corner Produk Ikan Segar Fish Corner Produk Ikan Asin Aquarium Fish Corner Produk Fillet Display Produk Fillet

68 Lanjutan Lampiran 3 Display Produk Ikan Segar Pengontrolan Es Curai Penyusunan & Pengelompokan Ikan Segar Pembelian Produk Ikan Segar Pemotongan & Pembersihan Ikan

69 Lampiran 4. Beberapa Jenis Ikan Segar yang Dijual di Giant Hypermarket Bekasi

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PRODUK IKAN SEGAR PADA HIPERMARKET (KASUS DI GIANT HYPERMARKET, MEGA BEKASI HYPERMALL, KOTA BEKASI)

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PRODUK IKAN SEGAR PADA HIPERMARKET (KASUS DI GIANT HYPERMARKET, MEGA BEKASI HYPERMALL, KOTA BEKASI) ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PRODUK IKAN SEGAR PADA HIPERMARKET (KASUS DI GIANT HYPERMARKET, MEGA BEKASI HYPERMALL, KOTA BEKASI) A N N I S A SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Giant di Indonesia beroperasi di bawah bendera bisnis jaringan ritel raksasa, PT. Hero Supermarket Tbk. yang telah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

ANALISIS BAURAN PEMASARAN PRODUK IKAN SEGAR DI GIANT HYPERMARKET CABANG BARANANGSIANG BOGOR

ANALISIS BAURAN PEMASARAN PRODUK IKAN SEGAR DI GIANT HYPERMARKET CABANG BARANANGSIANG BOGOR 1 ANALISIS BAURAN PEMASARAN PRODUK IKAN SEGAR DI GIANT HYPERMARKET CABANG BARANANGSIANG BOGOR IKA SULISTIYA PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi 1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi roti dan bermacam jenis kue basah. Bahan baku utama yang

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL PERUSAHAAN. dengan Dairy Farm Internasional pada tahun 1999 dalam bentuk penyertaan

BAB IV PROFIL PERUSAHAAN. dengan Dairy Farm Internasional pada tahun 1999 dalam bentuk penyertaan 47 BAB IV PROFIL PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Giant Giant di Indonesia beroperasi di bawah bendera bisnis jaringan ritel raksasa, PT. Hero Supermarket Tbk. yang telah mengadakan aliansi strategis dengan Dairy

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pasar Ikan Higienis Pejompongan Jakarta Pusat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2013 hingga Mei 2013. 3.2

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. WTC Serpong, Tangerang oleh Mochtar Riady dan anaknya James T. Riady.

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. WTC Serpong, Tangerang oleh Mochtar Riady dan anaknya James T. Riady. IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Hypermart Hypermart merupakan gerai hypermarket yang tergabung dalam MPP. Gerai Hypermart yang pertama diresmikan pada tanggal 22 April 2004 di WTC Serpong,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian pada penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sujarweni (2015:74), penelitian komparatif adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT NURUL YUNIYANTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 37 IV KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT Hero Supermarket Tbk merupakan suatu perusahaan ritel terkemuka di Indonesia dengan latar belakang keluarga yang kuat dan mulai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi Seluruh Data Tetap Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen SEKILAS MENGENAI PERSEDIAAN

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 12 Pokok Bahasan : Perencanaan Persediaan Dosen :

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya perusahaan-perusahaan di berbagai bidang. Hal ini mendorong banyak pengusaha untuk lebih

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: BAHAN / BARANG YG DISIMPAN & AKAN DIGUNAKAN UTK MEMENUHI TUJUAN TERTENTU MISAL UTK PROSES PRODUKSI / PERAKITAN, UNTUK DIJUAL KEMBALI & UTK SUKU CADANG DR SUATU PERALATAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1.1 Sejarah Perusahaan Pada awal mulanya, PT. Victory Retailindo didirikan dengan dilatarbelakangi tujuan untuk melayani transaksi penjualan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan ritel modern terhadap ritel tradisional merupakan fenomena global sejak tahun 1990-an. Hal tersebut dipicu oleh liberalisasi penanaman modal asing dan tuntutan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis ritel adalah penjualan barang secara langsung dalam berbagai macam jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Uji Kenormalan Lilliefors Perumusan ilmu statistik juga berguna dalam pengendalian persediaan untuk menentukan pola distribusi.pola distribusi tersebut dapat diketahui dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Persediaan Bahan Baku 2.1.1.1. Pengertian Persediaan Persediaan bahan baku merupakan aktiva perusahaan yang digunakan untuk proses produksi didalam suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan atau digunakan untuk dijual pada periode mendatang, yang dapat berbentuk bahan baku

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris, pengendalian persediaan merupakan fungsi-fungsi yang sangat penting, karena dalam persediaan melibatkan Investasi rupiah terbesarnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan produksi maka dari itu sebelum mengetahui mengenai manajemen produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEOI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

(2004) dengan penelitian yang diiakukan oleh penulis adalah metode pemecahan

(2004) dengan penelitian yang diiakukan oleh penulis adalah metode pemecahan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Dari hasil kajian penelitian terdahulu mi dapat ditemukan kebaikan dan kelemahan penelitian terdahulu, serta untuk mengetahui hubungan antara penelitian

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Giant Indonesia Giant didirikan pada tahun 1944 oleh keluarga Teng Meng Chun. Pada awal berdirinya berupa sebuah toko kecil di daerah

Lebih terperinci

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY II. 1. Persediaan II. 1. 1. Pengertian Persediaan Setiap perusahaan baik perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur selalu berusaha untuk mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY A. Penentuan Ukuran Pemesanan (Lot Sizing) Lot sizing merupakan teknik dalam meminimalkan jumlah barang yang akan dipesan, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI Oleh: ARIEF FERRY YANTO A14105515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN PENCAPAIAN PRESTASI KERJA KARYAWAN DI TAMAN AKUARIUM AIR TAWAR, TAMAN MINI INDONESIA INDAH, JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN PENCAPAIAN PRESTASI KERJA KARYAWAN DI TAMAN AKUARIUM AIR TAWAR, TAMAN MINI INDONESIA INDAH, JAKARTA HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN PENCAPAIAN PRESTASI KERJA KARYAWAN DI TAMAN AKUARIUM AIR TAWAR, TAMAN MINI INDONESIA INDAH, JAKARTA RYANI MUTIARA HARDY PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI

Lebih terperinci

satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang

satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang 2 Dari beberapa Supermarket besar yang dimiliki oleh pengusaha lokal, salah satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang tersebar di berbagai kota di Indonesia, Hero Supermarket

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA WAROENG JEANS CABANG P. ANTASARI SAMARINDA

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA WAROENG JEANS CABANG P. ANTASARI SAMARINDA ejournal Administrasi Bisnis, 2018, 6 (1): 15-27 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2018 ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY

Lebih terperinci

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN 10.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan Perusahaan Manufaktur pada umumnya mempertahankan 3 jenis persediaan: a. Persediaan Bahan Baku, Faktor- faktor yang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH DAN SAYUR (STUDI KASUS DI PT. HERO SUPERMARKET TBK)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH DAN SAYUR (STUDI KASUS DI PT. HERO SUPERMARKET TBK) RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH DAN SAYUR (STUDI KASUS DI PT. HERO SUPERMARKET TBK) Oleh: Nugroho Iman Prakoso A 141 01 108 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada yang terkuat yang tetap bertahan. Keberhasilan akan dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada yang terkuat yang tetap bertahan. Keberhasilan akan dicapai oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan yang semakin ketat, semakin mendorong seleksi alamiah yang mengarah pada yang terkuat yang tetap bertahan. Keberhasilan akan dicapai oleh pelaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri ritel yang kian berkembang di Indonesia saat ini, menciptakan berbagai peluang yang cukup besar. Dimana menurut data Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo)

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN KEUANGAN Modul ke: 12 Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Keuangan www.mercubuana.ac.id Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D.,

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENOLONG DENGAN METODE ECONOMICAL ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PT. SUKOREJO INDAH TEXTILE BATANG

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENOLONG DENGAN METODE ECONOMICAL ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PT. SUKOREJO INDAH TEXTILE BATANG ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENOLONG DENGAN METODE ECONOMICAL ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PT. SUKOREJO INDAH TEXTILE BATANG SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN

ANALISIS PERHITUNGAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN JURNAL Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No. 2, September 2011 Halaman 303-316 ANALISIS PERHITUNGAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN (Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memasuki perkembangan dunia ekonomi yang semakin luas saat ini, setiap perusahaan yang tumbuh dan berkembang memerlukan suatu pengendalian intern persediaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ Hanna Lestari, M.Eng 1 Masalah produksi merupakan hal penting bagi perusahaan karena berkaitan dengan pencapaian laba perusahaan. Jika proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar dalam perkembangan pasar di Indonesia. Hal ini terlihat dari adanya

I. PENDAHULUAN. besar dalam perkembangan pasar di Indonesia. Hal ini terlihat dari adanya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan menguatnya pengaruh era globalisasi telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan pasar di Indonesia. Hal ini terlihat dari adanya perubahan yang mendasar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku. BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian yang dilakukan. Referensi yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

INVENTORY. (Manajemen Persediaan)

INVENTORY. (Manajemen Persediaan) INVENTORY (Manajemen Persediaan) Pendahuluan Yaitu: Segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan Sekumpulan produk phisikal pada berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE

ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: TIPE, MANFAAT DAN BIAYA Jenis Persediaan: a. Persediaan bahan mentah. Bahan mentah adalah bahan yang akan digunakan untuk memproduksi barang dagangan. b. Persediaan barang

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju perekonomian yang semakin meningkat dan tingkat persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan harus lebih giat dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Bahan baku merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam memperlancar proses produksi. Banyaknya yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Semua jenis perusahaan baik itu perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan perusahaan dagang memiliki persediaan sebagai aktiva lancar. Persediaan bagi perusahaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN CV DINAR TANGERANG

HUBUNGAN KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN CV DINAR TANGERANG HUBUNGAN KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN CV DINAR TANGERANG HARDINAL SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan kegiatan perusahaan dan proses pencapaian tujuan perusahaan yakni untuk memperoleh untung (profit) yang besar dengan biaya yang sedikit, perusahaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PRODUKSI CARRAGEENAN POWDER PADA PT PHONIX MAS PERSADA, KOTA MATARAM, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABDUL FALAH

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PRODUKSI CARRAGEENAN POWDER PADA PT PHONIX MAS PERSADA, KOTA MATARAM, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABDUL FALAH PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PRODUKSI CARRAGEENAN POWDER PADA PT PHONIX MAS PERSADA, KOTA MATARAM, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABDUL FALAH PROGRAM STUDI MANAJEMEM BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir ini semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyak investor yang melakukan investasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Menurut (Jerry J.Weygandt 2007:5) pengertian akuntansi adalah : Suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN DESAIN PEKERJAAN DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI CV DINAR KABUPATEN TANGERANG, PROPINSI BANTEN FENNY FARIANTI

ANALISIS HUBUNGAN DESAIN PEKERJAAN DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI CV DINAR KABUPATEN TANGERANG, PROPINSI BANTEN FENNY FARIANTI ANALISIS HUBUNGAN DESAIN PEKERJAAN DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI CV DINAR KABUPATEN TANGERANG, PROPINSI BANTEN FENNY FARIANTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Gambaran Umum Perusahaan Gambaran umum perusahaan akan menjelaskan mengenai perusahaan yang mencakup sejarah singkat dan perkembangan perusahaan, kegiatan usaha perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang besar adalah mengenai persediaan bahan baku yang baik. Karena. yang cukup besar bagi perusahaan (Naibaho, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang besar adalah mengenai persediaan bahan baku yang baik. Karena. yang cukup besar bagi perusahaan (Naibaho, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh perusahaan terutama perusahaan yang besar adalah mengenai persediaan bahan baku yang baik. Karena persediaan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang ketat antar perusahaan baik perusahaan nasional maupun perusahaan asing yang diakibatkan oleh faktor globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EOQ PADA UD. ADI MABEL

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EOQ PADA UD. ADI MABEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EOQ PADA UD. ADI MABEL Fahmi Sulaiman 1 * & Nanda 1 1 Program Studi Teknik Industri, Politeknik LP3I Medan Tel: 061-7322634 Fax: 061-7322649

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan kebutuhan rumah tangga yang mereka beli di tempat berbelanja yang dikenal dengan nama pasar,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ristono (2009) persediaan adalah barang-barang yang disimpan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ristono (2009) persediaan adalah barang-barang yang disimpan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Menurut Ristono (2009) persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 05 Juli s/d 13 Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di Balai Besar Bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis ritel dewasa ini semakin meningkat. Peningkatan persaingan bisnis ritel dipicu oleh semakin menjamurnya bisnis ritel modern yang sekarang banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis merupakan suatu mega sektor karena mencakup banyak sektor, baik secara vertikal (sektor pertanian, perdagangan, industri, jasa, keuangan, dan sebagainya), maupun

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X. Oleh : ENY PUJIHASTUTI A

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X. Oleh : ENY PUJIHASTUTI A ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X Oleh : ENY PUJIHASTUTI A14105541 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini, dunia usaha tumbuh dengan semakin pesat. Sehingga menuntut perusahaan untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri ritel berkembang sangat pesat di Indonesia terlebih sejak dibukanya peraturan yang memperbolehkan ritel asing memasuki pasar di Indonesia. Menurut hasil survey

Lebih terperinci

PENGARUH IN-STORE PROMOTION TERHADAP KEPUTUSAN IMPULSE BUYING PADA KONSUMEN GIANT HYPERMARKET. Oleh ADE YUSRIYANTI H

PENGARUH IN-STORE PROMOTION TERHADAP KEPUTUSAN IMPULSE BUYING PADA KONSUMEN GIANT HYPERMARKET. Oleh ADE YUSRIYANTI H PENGARUH IN-STORE PROMOTION TERHADAP KEPUTUSAN IMPULSE BUYING PADA KONSUMEN GIANT HYPERMARKET Oleh ADE YUSRIYANTI H24104041 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Gerai-gerai PT. Hero Supermarket Tbk. September 2007 di Indonesia

Gerai-gerai PT. Hero Supermarket Tbk. September 2007 di Indonesia V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Giant merupakan anak perusahaan dari PT. Hero Supermarket, Tbk. PT. Hero Supermarket, Tbk. merupakan sebuah perusahaan ritel terkemuka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Konsumsi Ikan konsumsi adalah semua sumber daya ikan yang ada di air tawar atau laut yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Ikan konsumsi dapat diartikan semua hayati kelautan

Lebih terperinci

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan Persediaan merupakan faktor yang penting dalam mencapai tujuan perusahaan, karena kekurangan/kelebihan persediaan akan

Lebih terperinci