BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kanker ovarium adalah penyebab kematian utama pada keganasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kanker ovarium adalah penyebab kematian utama pada keganasan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Ovarium Kanker ovarium adalah penyebab kematian utama pada keganasan ginekologi. Kanker ovarium dikenal sebagai silent killer karena biasanya tidak ditemukan gejala apapun sampai diketahui massa telah membesar dan metastasis ke bagian tubuh lain Prevalensi Kanker Ovarium Kanker ovarium merupakan kanker ketujuh paling umum yang terjadi pada wanita (kanker urutan ke 18 secara keseluruhan) di seluruh dunia. Sekitar kasus kanker yang tercatat di Amerika Serikat pada tahun 2012, kanker ovarium tercatat hampir 4% dari semua kasus baru kanker yang terjadi pada wanita atau 2% dari kasus kanker secara keseluruhan. Kanker ovarium biasanya berakibat fatal dan menempati urutan ke-8 penyebab kematian karena kanker pada wanita di seluruh dunia atau urutan ke-14 penyebab kematian secara keseluruhan. Tingkat kejadian kanker ovarium lebih tinggi pada negara dengan penghasilan tinggi daripada negara-negara berpenghasilan rendah-menengah. Di seluruh dunia, tingkat insidensi berdasarkan standar usia (age-standardise incidence rate) berkisar dari lebih dari 11 per wanita di Eropa Tengah dan Timur sampai kurang dari 5 per di Afrika. Tingkat insidensi 11,7 per di Inggris; 8,0 per di Amerika Serikat; 9

2 5,2 per di Brazil dan 4,1 per di Cina. Risiko kanker ovarium meningkat seiring dengan bertambahnya usia, tetapi risiko tersebut akan menurun setelah seorang wanita mengalami menopause. Hanya ada 10-15% kasus kanker ovarium terjadi sebelum menopause, tetapi kanker ovarium yang berasal dari sel germinal, dimana jenis kanker ini walaupun jarang terjadi, ditemukan terbanyak pada wanita berusia antara 15 sampai 35 tahun. Dari seluruh kanker ovarium terdapat sekitar 85-90% adalah karsinoma ovarium tipe epitel Etiologi dan Faktor Risiko Kanker epitel ovarium diyakini berasal dari transformasi maligna dari permukaan epitel ovarium yang mengalami ruptur berulang-ulang dan mengalami perubahan pada saat ovulasi. Beberapa hipotesa tentang etiologi kanker ovarium diantarnya yang dikenal dengan hipotesa ovulasi yang terus menerus, hipotesa gonadotropin, hipotesa hormonal, dan hipotesa inflamasi. Hipotesa ovulasi menjelaskan bahwa kerusakan epitel permukaan ovarium yang terjadi terus menerus, diikuti proliferasi permukaan sel epitel setelah ovulasi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya mutasi, sehingga meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium epitel. Hipotesa gonadotropin mengatakan bahwa akibat paparan terhadap kadar gonadotropin yang tinggi dapat memicu terjadinya transformasi malignan, kemungkinan diakibatkan meningkatnya pertumbuhan sel dan menghambat apoptosis, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui stimulasi estrogenic permukaan epitel 10

3 ovarium. Hipotesa hormonal mengatakan bahwa stimulasi androgen yang berlebihan dapat menyebabkan meningkatnya risiko kanker epitel ovarium, yang pada akhirnya mungkin menurun akibat stimulasi progesteron. Hipotesa inflamasi dimulai dari adanya asumsi bahwa terjadinya kanker ovarium disebabkan respon terhadap kerusakan genetik yang disebabkan faktor-faktor inflmasi, seperti yang berasal dari lingkungan, endometriosis, infeksi saluran genital, atau proses ovulasi itu sendiri. 20 Faktor risiko berkembangnya kanker ovarium epitel adalah nullipara, menarche dini, menopouse terlambat, bertambahnya usia, riwayat keluarga, ras putih, tinggal di Amerika Utara dan Eropa Utara. Riwayat keluarga pernah menderita kanker payudara atau kanker ovarium sebelumnya menunjukkan risiko sebesar 5-10% untuk memiliki kelainan genetik yang diwariskan. 1,21,22 Faktor risiko yang berhubungan dengan siklus ovulasi yang tidak terganggu selama bertahun-tahun juga menimbulkan hipotesa bahwa stimulasi yang berulang pada epitel permukaan ovarium akan menyebabkan perubahan kearah keganasan. Teori patogenesis tumor ovarium ini disebut dengan hipotesis incessant ovulation. Proses perbaikan jaringan epitel ovarium akibat periode panjang ovulasi yang berulang dan siklik menyebabkan proliferasi seluler yang cukup sering. Hal ini akan dapat memicu adanya mutasi gen p53 pada fase DNA. Sehingga peristiwa ini dianggap berkontribusi terhadap proses karsinogenesis tumor ovarium. 23 Upaya-upaya untuk mencegah ovulasi 11

4 dengan penggunaan kontrasepsi oral kombinasi jangka panjang dianggap dapat mengurangi risiko kanker ovarium sebesar 50%. Durasi perlindungan berlangsung sampai dengan 25 tahun setelah penggunaan terakhir. 24 Suatu penelitian mendapatkan bahwa wanita nullipara akan memiliki dua kali risiko yang lebih tinggi terkena kanker ovarium, tetapi alasan pastinya belum sepenuhnya jelas. Risiko ini akan menurun dengan riwayat melahirkan dan stabil pada wanita yang melahirkan sebanyak enam kali. 25,26 Peningkatan risiko yang juga telah dikaitkan dengan kanker ovarium adalah menarche dini dan menopause terlambat. Risiko akan menurun pada wanita yang melahirkan yang memberikan ASI dimana hal ini mungkin memiliki efek perlindungan dengan memperpanjang periode amenore. Pemberian regimen terapi pengganti estrogen setelah menopause akan meningkatkan risiko kanker ovarium. 24 Perempuan ras putih akan memiliki risiko 30-40% lebih tinggi kanker ovarium dibandingkan dengan perempuan kulit hitam dan Hispanik. Patogenesis peningkatan risiko pada suatu ras ini belum diketahui secara jelas. 21 Wanita yang telah menjalani operasi ligasi tuba dan histerektomi masing-masing telah dikaitkan dengan pengurangan risiko kanker ovarium. Prosedur ginekologi ini diduga akan menghalangi iritasi yang bisa mencapai ovarium melalui kenaikan dari saluran tuba sehingga akan memberikan efek perlindungan terhadap ovarium

5 Proses pertambahan usia akan memungkinkan perpanjangan waktu untuk menyebabkan perubahan genetik secara acak dalam epitel permukaan ovarium. Insidensi kanker ovarium meningkat dengan bertambahnya usia ke pertengahan 70 tahun dan menurun sedikit di usia 80 tahun. Bila dilihat dari segi geografis angka kejadian sangat bervariasi, wanita yang tinggal di Amerika Utara, Eropa Utara, atau negara industri barat, memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker ovarium namun negaranegara berkembang dan Jepang memiliki tingkat terendah. Pola makan di daerah tertentu juga dianggap berpengaruh terhadap risiko kanker ovarium dimana konsumsi makanan rendah lemak tetapi tinggi serat, karoten, vitamin dapat sebagai pelindung sel epitel ovarium. 4 Risiko kanker ovarium juga akan meningkat 3 kali lipat bila memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium dalam generasi tingkat pertama yaitu ibu, anak perempuan atau saudara perempuan. Oleh karena itu, skrining pasien dengan keluarga yang mempunyai kanker ovarium, kanker payudara, atau kanker kolon merupakan strategi pencegahan terbaik. Bila diketahui keluarga dengan riwayat kanker usus besar, harus diwaspadai kemungkinan suatu hereditary nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC) atau sindroma Lynch karena pasien dengan sindroma ini memiliki risiko menderita kanker usus besar sebesar 85% dan kanker ovarium sebesar 10-12%

6 Klasifikasi Karsinoma ovarium epitelial berasal dari sel-sel mesothelial ovarium dan termasuk beberapa tipe sel: serosa, mucinous, endometrioid, clear cell, transisional sel, dan undifferentiated. Tipe epitelial mencakup lebih dari 60% tumor ovarium dan lebih dari 90% dari karsinoma ovarium. Sebanyak 35-40% adalah serosa, 6-10% musinosa, 15-25% endometrioid, 5% clear cell, dan <1% Brenner. Tipe serosa secara mikroskopis memiliki sel-sel menyerupai epitelial di tuba fallopi pada tumor berdiferensiasi baik atau sel anaplastik dengan atipia nuklei yang berat pada tumor berdiferensiasi jelek. Tipe endometrioid biasanya berdiferensiasi jelek sehingga tidak dapat dibedakan dengan mudah dengan tipe serosa. Tipe musinosa mengandungi sel epitelial terisi dengan musin, dan jinak. Sel ini mirip dengan sel di endoserviks dan sel intestinal. Tipe clear cell terlihat sel dengan glikogen yang terbanyak dan Hobnail cell pula memiliki nuklei yang menonjol jauh ke dalam kistik lumen luar dari batas jelas sitoplasma sel. 19 Klasifikasi histopatologi tumor ovarium berdasarkan World Health Organization (WHO): Surface epithelial-stromal tumors a. Serous tumors: benign, borderline, malignant b. Mucinous tumors, endocervical-like and intestinal-type: benign, borderline, malignant c. Endometrioid tumors: benign, borderline, malignant, epithelialstromal and stromal 14

7 d. Clear cell tumors: benign, borderline, malignant e. Transitional cell tumors: Brenner tumor, Brenner tumor of borderline malignancy, malignant Brenner tumor, transitional cell carcinoma (non Brenner type) f. Squamous cell tumors g. Mixed epithelial tumors (specify components): benign, borderline, malignant h. Undifferentiated carcinoma 2. Sex cord-stromal tumors a. Granulosa-stromal cell tumors: granulosa cell tumors, thecomafibroma group b. Sertoli-stromal cell tumors, androblastomas: well-differentiated, Sertoli-Leydig cell tumor of intermediate differentiation, Sertoli- Leydig cell tumor poorly differentiated (sarcomatoid), retiform. c. Sex cord tumor with annular tubules d. Gynandroblastoma e. Unclassified f. Steroid (lipid) cell tumors: stromal luteoma, Leydig cell tumor, unclassified 3. Germ cell tumors a. Dysgerminoma: variant-with syncytiotrophoblast cells b. Yolk sac tumors (endodermal sinus tumors): polyvesicular vitelline tumor, hepatoid, glandular c. Embryonal carcinoma 15

8 d. Polyembryoma e. Choriocarcinoma f. Teratomas: immature, mature, monodermal, mixed germ cell 4. Gonadoblastoma 5. Germ cell sex cord-stromal tumor of nongonadoblastoma type 6. Tumors of rete ovarii 7. Mesothelial tumors 8. Tumors of uncertain origin and miscellaneous tumors 9. Gestational trophoblastic diseases 10. Soft tissue tumors not specific to ovary 11. Malignant lymphomas, leukemias, and plasmacytomas 12. Unclassified tumors 13. Secondary (metastatic) tumors 14. Tumor like lesions Diagnosis Pada stadium awal kanker ovarium bersifat asimptomatik. Pemeriksaan fisik pasien kanker ovarium juga tidak terlalu jelas. Tanda paling penting adanya kanker ovarium adalah ditemukannya massa tumor di pelvis. Bila tumor tersebut padat, bentuknya irregular dan terfiksir ke dinding panggul, keganasan perlu dicurigai. Bila di bagian atas abdomen ditemukan juga massa dan disertai asites, keganasan hampir dapat dipastikan. Cairan asites ini diyakini hasil dari peningkatan produksi cairan karsinomatous atau penurunan clearance oleh obstruksi saluran limfatik. 16

9 Pada stadium lanjut, pemeriksaan abdomen bagian atas biasanya menunjukkan massa menandakan penggumpalan di omentum. 30 Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik ginekologi, serta pemeriksaan penunjang berikut ini. 4,21,22,31,32 1. Riwayat Kanker ovarium stadium dini sering tidak bergejala. Keluhan yang timbul berhubungan dengan pembesaran massa tumor, penyebaran tumor pada organ pelvis dan asites. Gejala merasa perut penuh, cepat merasa kenyang sering berhubungan dengan tumor ovarium. Gejala lain dapat berupa sesak nafas akibat efusi pleura dan asites massif. 2. Pemeriksaan Fisik Ginekologi Gejala umum dapat meliputi nyeri abdomen/pelvis (55-85%), massa abdomen (35%), demam (10-25%), perdarahan vagina (10%) dan asites. Gejala umum tumor ovarium ditemukan massa pada rongga pelvis. Tidak terdapat petunjuk gejala yang pasti pada pemeriksaaan fisik yang mampu membedakan tumor ovarium jinak atau ganas, namun diduga bahwa tumor jinak cenderung kistik dan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas memberikan gambaran massa padat, noduler, terfiksasi, dan sering bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada culde-sac merupakan petunjuk adanya keganasan. 17

10 3. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan imaging, ultrasonografi, dan penanda tumor, ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam memprediksi suatu tumor ovarium ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites. USG bersifat non invasive dan relative murah danmudah.tumor ovarium dengan bagian padat kemungkinan keganasan meningkat. Sebaliknya, tumor kistik tanpa echo-internal kemungkinan keganasan rendah. USG transvaginal dapat meningkatkan akurasi diagnosis karena mampu menjabarkan morfologi dengan baik. Pemeriksaan USG power doppler juga dapat digunakan untuk menilai sirkulasi darah pada tumor ovarium baik berupa resistance index (RI) maupun pulsatility index (PI). Selain itu, pemeriksaan penunjang seperti: PET (positron electron tomografi), CT-Scan, dan MRI akan memberikan gambaran yang lebih mengesankan, namun pada penelitian tidak menunjukkan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari ultrasonografi. Selain itu, penanda tumor antigen kanker CA-125 saat ini sering digunakan dalam upaya penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun masih terdapat keterbatasan. Pemeriksaan foto toraks disarankan sebagai pemeriksaan rutin. Apabila memungkinkan dilakukan CT-scan abdomen-pelvik. Barrium enema apabila dicurigai adanya kanker traktus gastro intestinal. Pada kasus-kasus tertentu dapat dilakukan pungsi asites (pemeriksaan sitologi) atau biopsi secara laparoskopi. 18

11 Antigen Kanker CA-125 Penanda tumor untuk kanker ovarium yang telah dikenal secara luas selama lebih dari 3 dekade adalah CA-125 yang dipublikasikan pertama kali oleh Blast et al tahun Antigen kanker CA-125 ini merupakan antigen coelomic yang mempunyai berat molekul tinggi dan terdeteksi pada kanker ovarium epitel. Oleh karena antigen ini dapat disekresikan dari jaringan normal lainnya, seperti jaringan amnion, sistem organ pernafasan, dan sel epitel saluran genitalia wanita maka sensitivitas dan spesifisitas CA-125 dianggap masih kurang ideal, walaupun kadarnya dapat ditemukan meningkat pada kurang lebih 80% kasus kanker ovarium epitel dan 50% pada kanker ovarium stadium awal. 7, Indeks Risiko Keganasan (IRK) Kriteria diagnostik yang prediktif serta cukup akurat dalam menegakkan diagnosis tumor ovarium jinak dan ganas diperkenalkan oleh Jacob et al pada tahun 1990 yang menemukan sistem skoring yang cukup sederhana yaitu Risk of Malignancy Index (RMI) atau indeks risiko keganasan yang dihitung berdasarkan kadar serum CA-125, status menopause, dan hasil pemeriksaan morfologi tumor ovarium dengan USG. Pada penelitian tersebut dinyatakan bahwa skor RMI 200 dapat membedakan tumor ovarium epitel jinak dan ganas dengan sensitivitas 78% dan spesifisitas 80%. 8 RMI dianggap sebagai sistem skoring yang sederhana dengan komponen karakteristik pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang mudah 19

12 dinilai secara sonografi transabdominal. Risk of Malignancy Index (RMI) menurut Jacob et al, dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: 8 RMI = U x M x Serum CA-125 Dimana: U : Hasil pemeriksaan ultrasonografi ( USG) Dengan karakteristik sebagai berikut: Kista ovarium multilokuler Komponen solid pada tumor ovarium Lesi bilateral Asites Adanya bukti metastase intra abdomen Hasil pemeriksaan USG Nilai U = 1, jika dijumpai salah satu saja dari karakteristik USG Nilai U = 3, jika dijumpai 2 dari karakteristik USG M : Status menopause Nilai M = 1 jika pre menopause Nilai M = 3 jika post menopause Stadium Kanker Ovarium Stadium kanker ovarium disusun menurut keadaan yang ditemukan pada operasi eksplorasi. Stadium tersebut menurut International Federation of Gynecologist and Obstenricians (FIGO) sebagai berikut: 3 20

13 Tabel 2.1. Stadium Kanker Ovarium Menurut International Federation of Gynecologist and Obstetricians (FIGO). STADIUM KETERANGAN Stadium I pertumbuhan terbatas pada ovarium Stadium IA pertumbuhan terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada pertumbuhan di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritonium. Stadium IB pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ada pertumbuhan di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum. Stadium IC tumor terbatas pada satu atau dua ovarium Stadium IC1 kapsul tumor pecah pada saat operasi Stadium IC2 kapsul tumor pecah pada saat sebelum operasi atau pertumbuhan tumor pada permukaan kapsul Stadium IC3 ditemukan sel tumor ganas pada cairan asites maupun bilasan rongga peritoneum. Stadium II Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke panggul atau kanker peritoneum primer Stadium IIA perluasan dan/atau metastasis ke uterus dan/atau tuba Stadium IIB perluasan ke jaringan pelvis lainnya, jaringan intra peritoneal. Stadium III Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar pelvis dan/atau KGB retroperitoneal atau inguinal positif. Stadium IIIA positif kelenjar getah bening retroperitoneal dan/atau metastase mikroskopik di luar pelvis. Stadium IIIA1 positif hanya kelenjar getah bening retroperitoneal 21

14 Stadium IIIA1(i) Stadium IIIA1(ii) Stadium IIIA2 Stadium IIIB Stadium IIIC Stadium IV Stadium IVA Stadium IVB metastase 10 mm metastase > 10 mm mikroskopis, keterlibatan rongga peritoneum ekstra pelvis (di atas pinggir pelvis) ± positif kelenjar getah bening retroperitoneal. makroskopis, ekstra pelvis, metastase peritoneum 2 cm ± positif kelenjar getah bening retroperitoneal. Termasuk perluasan ke kapsul hepar/spleen. makroskopis, ekstra pelvis, metastase peritoneum >2 cm ± positif kelenjar getah bening retroperitoneal. Termasuk perluasan ke kapsul hepar/spleen. Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh kecuali metastase peritoneal. efusi pleura dan hasil sitologinya positif metastasis parenkim hepar dan/atau spleen, metastase ke organ ekstra abdominal (termasuk kelenjar getah bening inguinal dan kelenjar getah bening di luar cavum abdomen) Proses Angiogenesis Pertumbuhan tumor membutuhkan perkembangan pembuluh darah baru dari proses yang disebut angiogenesis. Pembuluh darah baru ini berkembang dari kapiler lokal, arteri, dan vena sebagai respon terhadap pelepasan faktor pertumbuhan dari massa tumor. Tanpa angiogenesis, tumor hanya dapat tumbuh maksimal sampai 3 cm. Kapiler yang merupakan pembuluh darah mikro utama, berperan dalam berbagai proses angiogenesis tumor, terdiri dari tiga komponen yaitu membran dasar yang merupakan kompleks matriks ekstraselular yang mengelilingi 22

15 dan mendukung komponen selular, sel endotel yang membentuk lapisan sel datar yang membatasi lumen pada membran basal, serta perisit yang membentuk jaringan selular periendotel pada membran basal. 33 Mekanisme angiogenesis tumor dipicu oleh sekresi sejumlah mediator kimiawi berupa faktor angiogenesis dari koloni sel kanker. Faktor ini berdifusi melalui jaringan dan kemudian menyebabkan gradien kimiawi yang mencapai kapiler terdekat dan pembuluh darah lainnya. Sebagai respon terhadap faktor angiogensis, sel endotel pada kapiler terdekat akan menebal dan memproduksi enzim proteolitik (protease), yang dapat mendegradasi membran basal. Selain itu, permukaan sel endotel mulai membentuk pseupodia yang akan memfasilitasi penetrasi mediator ke membran basal yang lemah. Sel endotel kemudian akan berakumulasi dan berkembang dari segi panjang, jumlah sel, dan jumlah lingkaran yang kemudian membentuk anastomosis. Hasilnya akan terbentuk mikrovaskularisasi yang akan mendukung perkembangan dan invasi tumor. Selain itu ada juga ditemukan bahwa secara haptotaksis, fibronektin dapat memicu migrasi langsung sel endotel dengan gradien adhesif. 34 Secara singkat, mekanisme angiogenesis yang dijelaskan di atas meliputi sprouting (mulai tumbuh), mimikri vaskulogenik, dan mobilisasi sel pembuluh darah laten. Sel endotel luminal bermigrasi melalui membran basal pembuluh darah ke matriks ekstraselular, membentuk morfologi sprouting. Kemudian, mikrovaskular akan berkembang dengan morfologi mimikri vaskulogenik. Mediator angiogenik juga akan menyebabkan 23

16 pertumbuhan pembuluh darah untuk mendukung ekspansi tumor. Dibandingkan dengan pembuluh darah normal, pembuluh darah tumor lebih banyak dan rapuh, bahkan perivaskular juga berbeda. Komponen anti angiogenik yang kemudian akan menghambat proses ini salah satunya adalah angiostatin. 35,36 Pada proses terjadinya pertumbuhan tumor, terdapat suatu hubungan antara kompartemen endotel dan kompartemen tumor. Sel-sel tumor (T compartment) akan memproduksi faktor angiogenik seperti VEGF dan FGF serta juga memproduksi inhibitor angiogenesis termasuk angiostatin dan endostatin. Perubahan kepada keadaan fenotipe angiogenik dari suatu tumor membutuhkan up-regulasi faktor angiogenesis dan down-regulasi dari inhibitor angiogenesis. Bila suatu tumor telah menjadi angiogenik, maka tumor-infiltrating endothelial cells (E compartment) akan memproduksi stimulator pertumbuhan tumor. Faktorfaktor parakrin ini dapat sebagai faktor survival dan pertumbuhan, yang akan memicu pertumbuhan tumor. 37 Gambar 1. Hubungan Kompartemen Endotel dan Tumor

17 Gambar 2. Proses Angiogenesis 38 Evolusi dinamik angiogenesis diregulasi oleh homeostasis sejumlah molekul proangiogenik dan antiangiogenik. Keadaan seperti stres oksidatif, stres mekanik, asidosis, sitokin, faktor pertumbuhan proangiogenik (seperti VEGF, FGF, PDGF) dilepaskan dari sel endotel dan sel stromal. Mediator ini akan mengaktivasi sel endotel dan progenitor sel endotel untuk membentuk pembuluh darah baru. Dalam keadaan homeostasis, kadar angiogenik yang tinggi harus diseimbangkan dengan kadar angiostatik (seperti trombospondin-1, endostatin, dan angiostatin) yang sesuai. 13 Angiostatin telah diteliti dapat memicu dormansi metastasis berbagai sel tumor seperti tumor payudara, prostat, kolon, paru serta menghambat perkembangan hemangioendotelioma. Efek anti tumor dari angiostatin telah diamati melalui pengurangan densitas mikrokapiler pada massa tumor sehingga pertumbuhan tumor juga akan terhambat

18 2.3. Angiostatin (AS) Definisi Angiostatin ditemukan pada tahun 1994 dan baru populer setelah Folkman mengenalkan teori angiogenesis tumor pada tahun Angiostatin adalah inhibitor alami pertama yang ditemukan dan merupakan salah satu inhibitor yang memiliki spesifisitas tinggi dalam perannya pada sel endotel pembuluh darah. Sejak ditemukan, angiostatin menarik perhatian berbagai peneliti untuk mengevaluasinya. Banyak sel yang dapat mensekresikan angiostatin, baik melalui sekresi enzim maupun ditemukan pada permukaan sel. 40 Selain angiostatin fragmen protein matriks ekstraselular lain yang dapat bekerja sebagai inhibitor angiogenesis adalah endostatin, fragmen proteolitik dari kolagen SVIII, canstatin, arresten, tumastin, seluruh fragmen kolagen IV, dan fragmen proteolitik lain dari plasminogen termasuk plasminogen kringle 5 (K5). Angiostatin sendiri menghambat angiogenesis dengan menginhibisi sel endotel yang berproliferasi secara langsung. Angiostatin manusia secara signifikan menhambat proliferasi dan migrasi sel endotel yang dipicu bfgf pada konsentrasi 300 nm-1 mikrom Struktur dan Rumus Molekul Angiostatin Angiostatin adalah fragmen protein dari autoproteolisis pembelahan plasminogen, berupa pemecahan ikatan disulfida ekstrasesular oleh fosfogliserat kinase. Enzim yang dapat memecah selain fosfogliserat 26

19 kinase adalah MMP 2/3/7/9/12, elastase, antigen spesifik protease, serin protease, atau endopeptidase. Panjang molekul protein angiostatin adalah 38 kda, mencakup 3-5 lima modul kringle. Setiap modul terdiri dari dua lapisan beta kecil, tiga ikatan disulfida yang dimediasi oleh enam residu sistein. 42,43 Gambar 3. Angiostatin 42 Gambar 4. Pemecahan Plasminogen 42 27

20 Folkman et al. (1971) pertama sekali mengidentifikasi fragmen angiostatin plasminogen atas efek antitumornya pada mencit. Angiostatin disebut sebagai fragmen internal dari residu plasminogen, suatu regio yang memiliki 4 domain plasminogen. Selama bertahun-tahun, struktur angiostatin dianggap hanya memiliki empat domain kringle. Namun, beberapa penelitian telah menegaskan bahwa berbagai protease yang mampu memotong plasminogen menciptakan isoform yang berbeda dari aktivitas anti-angiogenik AS dengan sangat berbeda berdasarkan keberadaan domain kringle tertentu. 40 Penelitian Cao et al. (1997) menunjukkan bahwa ada fragmen proteolitik K5 plasminogen manusia bahkan memiliki efek yang lebih poten dalam inhibisi proliferasi sel. 44 Tiga domain kringle pertama angiostatin berikatan satu sama lain membentuk struktur segitiga. Ikatan disulfida terdapat antara residu C169 K2 dan C297 K3 yang berkontribusi secara signifikan terhadap orientasi relatif K2 dan K3, dengan jarak maksimal 20 nanometer. Posisi K1 dipertahankan oleh ikatan peptida antara tiga residu pendek antara K1 dan K2. Gangguan pada ikatan disulfida K2 dan K3 akan menganggu efek antiproliferasi sel oleh angiostatin, tetapi tidak berpengaruh pada aktivitas angiostatin itu sendiri

21 Gambar 5. Domain Kringle Angiostatin 45 Sebagai inhibitor angiogenesis, angiostatin memiliki kemampuan memblok perkembangan tumor in vivo dengan inhibisi perkembangan pembuluh darah baru. 46 Setiap fragmen kringle akan berinteraksi satu sama lain untuk menjalankan fungsi inhibisi oleh angiostatin. Domain K1- K3 lebih dominan menginhibisi proliferasi sel sedangkan domain K4 lebih dominan pada inhibisi migrasi sel. Secara keseluruhan, domain K1-K3 ditunjukkan lebih efektif dibandingkan K4. 44,45 AS dihasilkan melalui pembelahan proteolitik oleh proteinase pada plasminogen yang diaktifkan dalam kaskade sinyal angiogenik. PLG manusia terdiri dari rantai berat (terminal amino) dan rantai ringan (terminal karboksil). Rantai berat memiliki 5 domain kringle yaitu K1-K5. Dalam aktivasi PLG, enzim protease mencerna PLG menjadi beberapa fragmen. 47 O Reilly et al. (1994) juga berhasil mengisolasi protein 38 kda, yang kemudian dinamakan angiostatin, dari lebih dari 100 liter urin mencit Lewis 29

22 yang menderita karsinoma paru. Dengan analisis sekuensi, mereka dapat menemukan bahwa protein ini merupakan fragmen internal plasminogen, mulai dari asam amino 98 (sekuensi , valin-tirosin-leusin-serinasam glutamat) dan dengan terminal C pada asam amino Gambar 6. Struktur Baru Angiostatin Mekanisme Kerja Angiostatin Mekanisme kerja angiostatin adalah dengan menghambat proliferasi dan migrasi sel endotel untuk angiogenesis, menghambat pertumbuhan tumor dan neovaskularisasi. Mekanisme molekular atas efek inhibisi ini masih terus dipelajari. Beberapa peneliti menunjukkan angiostatin melakukan efeknya melalui proliferasi sel endotel pembuluh darah, antiinflamasi, downregulasi langsung pada faktor angiogenik, 30

23 memicu apoptosis sel endotel pembuluh, dan menurunkan migrasi sel endotel pembuluh darah. 49 Angiostatin menghambat proliferasi sel melalui hambatan pada tpa dan ATP sintase. Penelitian Schulter et al. (2001) melaporkan bahwa angiostatin K1-4 dapat menghambat invasi sel endotel yang dipicu PLG/plasmin dan sel melanoma yang mengekspresikan tpa. Selain itu, bukti penelitian tingginya afinitas K1-4 ke tpa cukup tinggi. 50 Moser et al. (1999) menunjukkan bahwa angiostatin menghambat invasi t-pa. Selain itu, peneliti menemukan bahwa subunit alfa dan beta ATP sintase adalah tempat ikatan angiostatin pada sel endotel vena umbilikalis manusia. Ditemukan bahwa ikatan angiostatin ke ATP sintase pada membran plasma dapat menganggu produksi ATP sehingga menyisakan sel endotel yang lebih rentan mengalami kerusakan sel yang ireversibel. Dalam keadaan asidosis, tumor memicu translokasi ATP sintase ke permukaan sel di kaveola dan ikatan angiostatin makin menurunkan ph intraselular, kemudian memicu apoptosis. 50 Setelah mengikat ATP sintase, angiostatin dapat masuk ke intraselular atau tetap di ekstraselular. Di ekstraselular, angiostatin terus berikatan dengan ATP sintase yang berada di membran mitokondria interna menganggu sinyal purinergik ekstraselular sehingga menghambat penambahan Pi ke ADP pada permukaan sel endotel untuk membentuk ATP. Di intraselular, angiostatin akan mengikat malat dehidrogenase (MDH2) pada matriks mitokondria sehingga pada siklus Krebs dan rantai transpor elektron ditemukan penurunan ATP intraselular. Penurunan 31

24 produksi ATP akan menurunkan proliferasi sel endotel pembuluh darah. Selain itu peneliti juga menunjukkan adanya hambatan Bcl-2 (B-cell lymphoma 2) yang meningkatkan apoptosis sel endotel, peningkatan TSP- 1 (Thrombospondin-1) yang menghambat angiogenesis, dan penurunan c- Myc (Myelocytomatosis) yang menurunkan proliferasi sel tumor. 51 Gambar 7. Mekanisme Kerja Angiostatin 51 32

25 Penelitian Pizzo et al. (2000) dilakukan untuk mengevaluasi efek angiostatin dalam inhibisi ATP sintase. Peneliti menunjukkan bahwa sintase ATP ditemukan pada seluruh permukaan sel tumor (seperti HepG2 karsinoma hepatoselular, H1299 NSLC, K562 eritroleukemia, dan 1549 adenokarsinoma) dan ekspresinya tidak berubah dalam kondisi normal maupun asidosis atau hipoksia. ATP sintase permukaan sel tumor aktif mensintesis ATP, dengan aktivitas yang meningkat pada keadaan asidosis. Antibodi ATP sintase dan angiostatin dapat menurunkan proliferasi sel dengan menyebabkan nekrosis sel pada kondisi asidosis. 52 Efek antiinflamasi angiostatin ditunjukkan oleh Benelli et al. (2002) bahwa angiostatin menghambat migrasi monosit dan neutrofil yang picu oleh IL-8 (Interleukin 8), MIP-2 (macrophage inflammatory protein 2), dan growth-regulating oncogene α. Angiostatin juga menghambat angiogenesis in vivo yang dipicu kemokin, seiring dengan hambatan pada leukosit tersebut. Peneliti menyatakan bahwa sangat mungkin angiostatin memiliki efek antiinflamasi. 53 Interaksi spesifik ditemukan antara domain kringle K4 angiostatin dan M2-integrin (Mac-1) dan domain K1-3 menghambat antigen fungsi leukosit (LFA-1) sehingga menghambat adhesi leukosit ke matriks ekstraselular protein, menghambat migrasi leukosit ke sel endotel. Selain itu, perlu diketahui bahwa monosit adalah sumber penghasil VEGF, bfgf, dan MMPs (metalloproteinase) yang berperan penting memicu angiogenesis. Neutrofil berfungsi memproduksi faktor pertumbuhan proangiogenik seperti IL-8, TNF-alfa (tumor necrosis factor), sumber 33

26 proteinase seperti MMP-9 yang mengontrol homeostasis angiogenik selama neovaskularisasi tumor. Hambatan adhesi dan efek antiinflamasi dari angiostatin akan menghambat angiogenesis baik pada tumor maupun keadaan inflamasi kronik. 54 Gambar 8. Efek Inhibisi Angiogenesis oleh Angiostatin 55 Efek angiostatin dalam menghambat faktor angiogenik secara langsung ditunjukkan oleh Hajitou et al. (2002) bahwa ada efek downregulasi VEGF setelah pemberian angiostatin dan penelitian Redlitz et al. (1999) menunjukkan angiostatin menurunkan aktivasi MAPK, ERK-1 (extracellular signal regulated kinase-1) dan ERK-2 yang bergantung pada VEGF dan bfgf. Hal ini akan menandakan penurunan jalur proliferasi sel endotel. 55,56 Efek angiostatin dalam memicu apoptosis ditunjukkan Lucas et al. (1998) bahwa angiostatin dapat memicu apoptosis sel endotel. Peneliti menunjukkan bahwa pemberian angiostatin memicu adhesi fokal kinase 34

27 melalui jalur independen RGD. Proses ini akan mengaktivasi caspase-8, 3, Sharma et al. (2004) menunjukkan angiostatin memicu p53, Bax (Bcl 2 associated x protein), tbid-mediated cutochrome c dan mengaktivasi jalur Fas untuk apoptosis. Induksi proapoptosis ditemukan melalui mediasi seramid sfingolipid, aktivasi RhoA, dan downregulasi CDK (cyclin dependent kinase). 58 Penelitian Veitonmaki et al. (2004) menunjukkan bahwa administrasi angiostatin dengan inhibitor caspase 3 akan menghambat induksi apoptosis sel. 59 Lee et al (2009) menunjukkan adanya peningkatkan fragmentasi DNA selama apoptosis, penurunan ekspresi antiapoptosis Bcl-2 dan peningkatan p53 pada sel endotel pembuluh darah. Bahkan, mereka menunjukkan peningkatan ekspresi trombospondin-1 pada pemberian angiostatin di mana trombospondin-1 adalah protein angiogenesis dengan mekanisme penurunan protein c-myc, menurunkan proliferasi dan meningkatkan apoptosis. 60 Angiostatin menghambat migrasi sel melalui efek pada angiomotin dan integrin. Efek angiostatin pada angiomotin ditunjukkan oleh Troyanovsku et al. (2001) bahwa angiostatin berikatan dengan angiomotin, protein yang berperan dalam migrasi sel endotel. Fungsi angiomotin adalah memicu angiogenesis sehingga ikatan angiostatin pada struktur ini akan menghambat aktivitasnya. 61 Efek angiostatin pada integrin ditunjukkan Tarui et al. (2001) bahwa angiostatin menghambat integrin αvβ3 integrin pada permukaan sel endotel arteri sapi. Jalur ini dengan memblok ikatan plasmin ke αvβ3. 35

28 Penurunan integrin akan menghambat migrasi sel endotel sehingga proses angiogenesis akan terhambat Manfaat Potensial dari Angiostatin Rekombinan Penelitian O Reilly tahun 1996 mencoba membuat angiostatin rekombinan dengan cara mereaksikan PLG dengan elastase. Hasilnya mereka berhasil mengisolasi suatu fragmen 40 kda, terdiri dari K1-4 dan mini PLG dengan K5 melekat pada domain katalitik plasmin. Senyawa ini memiliki terminal N pada asam amino PLG manusia, regio yang hampir sama dengan angiostatin. Senyawa ini kemudian ditambahkan ke model mencit dengan karsinoma paru dan menunjukkan adanya hambatan bfgf dan VEGF. Pengamatan setelah tumor primer diangkat adalah tidak terdeteksi lagi angiostatin, dan tidak ada lagi angiogenesis. 63 Pada penelitian lain oleh Folkman et al. (1971) membuat suatu angiostatin mencit dengan K1-K3 dan sekuensi asam amino Asp20 sampai Ser32-Ser-Arg97 sampai Gly458. Rekombinan ini memiliki panjang molekul lebih besar yaitu 52 kda dengan kelebihan 14 asam amino pada terminal N, namun tidak memberikan perbedaan yang berarti untuk efek anti angiogenesis tumor. Senyawa kemudian diberikan pada sel tumor fibrosarkoma T241 dengan transfeksi mencit dan menunjukkan bahwa perkembangan primer tumor dan metastasis terinhibisi

29 Ekskresi Angiostatin Melalui Ginjal Mekanisme bagaimana ekskresi angiostatin ke urin masih belum diketahui dengan jelas. Angiostatin merupakan fragmen pemecahan dari plasminogen (PLG). Pasminogen sendiri dibentuk dari rantai berat (aminoterminal) dimana rantai ini terdiri dari 5 domain kringle (K) dan rantai ringan (carboxyl-terminal). Penelitian oleh Urano T tahun 1987 menyatakan bahwa domain kringle ini memfasilitasi plasminogen berikatan dengan molekul besar seperti fibrinogen dan juga dengan ligan molekul kecil seperti ion klorida (Cl). Aktivasi PLG oleh urokinase urin manusia dihambat oleh Cl- pada konsentrasi fisiologis. Ketika absorpsi Na+ terjadi di tubulus renalis, Cl- juga ikut diabsorpsi sebagai counter ion. Adanya fakta bahwa konsentrasi ion Cl- berbeda-beda selama filtrasi glomerulus, maka aktivasi plasminogen melalui ikatan dengan klorida juga dapat terjadi secara bermakna. Hal inilah yang mengakibatkan produksi dari fragmen plasminogen seperti angiostatin dan plasmin ada di urin. 16 Linder et al. tahun 1999 meneliti angiostatin pada 117 urin pasien kanker dengan densitometri Western blot dan menemukan bahwa kadar angiostatin urin 27 ± 75 mikrogram/liter, yang secara signifkan lebih tinggi dibandingkan kontrol 3 ± 3 mikrogram/liter. 64 Cao et al. tahun 2000 juga mengukur angiostatin dan PLG/plasmin di urin pasien kanker ovarium dan menemukan bahwa PLG/plasmin berada dalam kadar yang sangat rendah dan tidak ditemukan adanya angiostatin pada urin kontrol dibandingkan kadar PLG/plasmin yang tinggi pada pasien kanker dan terdeteksinya angiostatin

30 2.4. Kerangka Teori GROWTH FACTORS (VEGF, FGF) APOPTOSIS ONCO-GENES DAN TUMOR SUPPRESSOR HIPOKSIA (Hypoxiainducible factor, HIF-1), pro/antiangiogenik, protein matriks ekstraseluler dan protease TUMOR OVARIUM (fase prevaskuler) ANGIOGENESIS KESEIMBANGAN PROANGIOGENIK (angiogenic growth factors) dan ANTIANGIOGENIK (angiogenesis inhibitors) ANGIOGENIC SWITCH PRO-ANGIOGENIK (VEGF, FGF, Angiopoitin, integrin, TNFα, TNF-β, angiogenin, MMP-9, TGFβ, PDGF) meningkat (serum, urin) ANTI-ANGIOGENIK (angiostatin, endostatin) meningkat (serum, urin) TUMOR OVARIUM (fase vaskuler) ANGIOSTATIN URIN NEOVASKULARISASI PREDIKTOR KEGANASAN TUMOR OVARIUM GANAS (Progresif dan Metastase) 38

31 2.5. Kerangka Konsep TUMOR OVARIUM EPITEL GANAS ANGIOSTATIN URIN Variabel Bebas (independen) Variabel Tergantung (dependen) 39

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat dan bentuk berbeda dari sel asalnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai 85-90% adalah kanker ovarium epitel.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor ovarium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor ovarium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TUMOR OVARIUM Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor ovarium berdasarkan konsistensinya bisa bersifat solid atau kistik. Tumor ovarium berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker Ovarium merupakan penyebab utama kematian dari kanker ginekologi. Selama tahun 2012 terdapat 239.000 kasus baru di seluruh dunia dengan insiden yang bervariasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah kesehatan perempuan di dunia, termasuk Indonesia. Hal ini terkait dengan tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada lapisan lambung. Berbeda dengan dispepsia,yang bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu

Lebih terperinci

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumor ovarium merupakan bentuk neoplasma yang paling sering ditemukan pada wanita. Sekitar 80% merupakan tumor jinak dan sisanya adalah tumor ganas ovarium (Crum,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Ovarium Tumor ovarium merupakan neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium,yang mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda dari jaringan asalnya. Kanker ovarium biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit jinak ginekologi yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di negara-negara maju maupun berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller. Kesulitan diagnosis dini pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2014 menunjukkan kanker merupakan penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang dijumpai hampir 30% dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker endometrium adalah kanker paling sering pada saluran genitalia wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia setelah payudara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi salah satunya karena perubahan pola

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi salah satunya karena perubahan pola 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini insiden kanker sebagai salah satu jenis penyakit tidak menular semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi salah satunya karena perubahan pola hidup

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tumor ganas ovarium adalah penyebab kematian akibat tumor ginekologi yang menduduki urutan ke empat di Amerika Serikat. (1-10) Laporan statistik kanker Amerika Serikat

Lebih terperinci

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik. adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal:

BAB I PENDAHULUAN. Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik. adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal: peritoneum panggul, ovarium

Lebih terperinci

Ovarian Cysts: A Review

Ovarian Cysts: A Review Ovarian Cysts: A Review Cheryl Horlen, BCPS University of the Incarnate Word Feik School San Antonio, Texas 7/20/2010 US Pharm. 2010;35(7):HS-5-HS-8 Kista ovarium adalah penyebab umum dari prosedur bedah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, kematian akibat PTM (Penyakit Tidak Menular) akan meningkat di seluruh dunia. Lebih dari dua per tiga (70%) populasi global

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kasus diantaranya menyebabkan kematian (Li et al., 2012; Hamdi and Saleem,

BAB 1 PENDAHULUAN. kasus diantaranya menyebabkan kematian (Li et al., 2012; Hamdi and Saleem, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker ovarium merupakan peringkat keenam keganasan terbanyak di dunia, dan merupakan penyebab kematian ketujuh akibat kanker. Kanker ovarium didiagnosis pada 225.500

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri 78 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri stadium lanjut yaitu stadium IIB dan IIIB. Pada penelitian dijumpai penderita dengan stadium IIIB adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma) abnormal mirip endometrium (endometrium like tissue) diluar kavum uterus. Terutama pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan penyebab kematian ketujuh pada wanita di dunia. Diperkirakan terdapat 239.000 kasus baru kanker ovarium dan 152.000 kasus meninggal dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab 3 besar kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi dalam kehamilan, syndrom preeklampsia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Tumor Ganas Ovarium 2.1.1. Pendahuluan Tumor ganas ovarium masih menjadi masalah di berbagai belahan dunia, dengan insidensi yang semakin meningkat sesuai dengan pertambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung didiagnosis pada stadium lanjut dan merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi serta menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal. dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal. dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat pada tahun 2014 karsinoma ovarium adalah karsinoma peringkat tujuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) telah dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan jumlah pasien yang terus meningkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan dengan usia rata-rata 55 tahun (Stoler, 2014). Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang kejadiannya cukup sering, terutama mengenai penduduk yang tinggal di negara berkembang. Kanker ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologi yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan (sel-sel kelenjar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan kedua tersering pada keganasan daerah kepala leher di beberapa Negara Eropa (Chu dan Kim 2008). Rata-rata

Lebih terperinci

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FATMAWATI MADYA SP2FER S ENDOMETRIOSIS Telah banyak hipotesa diajukan untuk menerangkan patogenesis endometriosis, tapi hingga kini belum ada satupun teori yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Staging tumor, nodus, metastasis (TNM) Semakin dini semakin baik. di bandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Staging tumor, nodus, metastasis (TNM) Semakin dini semakin baik. di bandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prognosis Kanker Payudara Prognosis dipengaruhi oleh ukuran tumor, metastasis, derajat diferensiasi, dan jenis histopatologi. Menurut Ramli (1994), prognosis kanker payudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fibrovaskuler menyerupai sayap, merupakan lipatan dari konjungtiva yang

BAB I PENDAHULUAN. fibrovaskuler menyerupai sayap, merupakan lipatan dari konjungtiva yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pterigium merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan pertumbuhan jaringan fibrovaskuler menyerupai sayap, merupakan lipatan dari konjungtiva yang menginvasi bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kanker ginekologi perempuan. Kanker ovarium dapat terjadi akibat faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kanker ginekologi perempuan. Kanker ovarium dapat terjadi akibat faktor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KANKER OVARIUM Kanker ovarium merupakan penyebab kematian tertinggi dari kanker ginekologi perempuan. Kanker ovarium dapat terjadi akibat faktor lingkungan, reproduksi, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keganasan ini dapat menunjukkan pola folikular yang tidak jarang dikelirukan

BAB I PENDAHULUAN. Keganasan ini dapat menunjukkan pola folikular yang tidak jarang dikelirukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma tiroid merupakan keganasan tersering organ endokrin.sebagian besar neoplasma tersebut berasal dari sel epitel folikel dan merupakan tipe papiler. Keganasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan kanker yang paling. sering pada wanita di negara maju dan berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan kanker yang paling. sering pada wanita di negara maju dan berkembang, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan kanker yang paling sering pada wanita di negara maju dan berkembang, dan merupakan penyebab kematian kedua pada wanita setelah kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumor ganas ovarium tipe epitel adalah penyebab kematian kanker ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika Serikat terkena tumor ganas

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

I. BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang I. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tumor ovarium dapat berasal dari salah satu dari tiga komponen berikut: epitel permukaan, sel germinal, dan stroma ovarium itu sendiri. Terdapat pula kasus yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Ovarium Tubuh kita disusun oleh triliunan sel hidup. Sel tubuh yang normal dapat beregenerasi dan mati dengan teratur. Pada awal kehidupan, pertumbuhan sel terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Infertilitas dalam arti klinis didefinisikan sebagai Ketidakmampuan seseorang atau pasangan untuk menghasilkan konsepsi setelah satu tahun melakukan hubungan seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma payudara merupakan karsinoma terbanyak. pada wanita di dunia. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma payudara merupakan karsinoma terbanyak. pada wanita di dunia. Menurut World Health Organization BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan karsinoma terbanyak pada wanita di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008, kanker payudara menduduki peringkat keempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Akne vulgaris adalah suatu peradangan yang bersifat menahun pada unit pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan predileksi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksama, prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70%, karena mioma

BAB I PENDAHULUAN. seksama, prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70%, karena mioma BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus dan bersifat monoklonal. 1,2 Prevalensi mioma uteri di Amerika serikat sekitar 35-50%. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker merupakan pertumbuhan yang cepat dan abnormal pada sel, tidak terkontrol, dan tidak terlihat batasan yang jelas dengan jaringan yang sehat serta mempunyai sifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas epitel nasofaring. Etiologi tumor ganas ini bersifat multifaktorial, faktor etnik dan geografi mempengaruhi risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan kanker tersering pada wanita di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan kanker tersering pada wanita di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan kanker tersering pada wanita di seluruh dunia. Berbeda dengan negara maju dengan insiden kanker payudara yang stagnan atau malah semakin menurun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker merupakan salah satu penyakit yang banyak menimbulkan morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

4 Universitas Indonesia

4 Universitas Indonesia 1. BAB II 2. TINJAUAN PUSTAKA 3. 4. 2.1 Epidemiologi Kanker ovarium menempati urutan ketiga sebagai keganasan terbanyak di saluran genital wanita. Kanker ovarium sulit dideteksi pada stadium awal sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma epitel skuamosa yang timbul

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma epitel skuamosa yang timbul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma epitel skuamosa yang timbul dari permukaan dinding lateral nasofaring (Zeng and Zeng, 2010; Tulalamba and Janvilisri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karsinoma nasofarings (KNF) merupakan keganasan yang menyerang daerah kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru adalah kanker yang paling sering didiagnosis di dunia dan merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Data kasus baru kanker paru di Amerika Serikat

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang melibatkan faktor genetik dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang melibatkan faktor genetik dalam proses BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan penyakit yang melibatkan faktor genetik dalam proses patogenesisnya, proses pembelahan sel menjadi tidak terkontrol karena gen yang mengatur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah salah satu penyakit degeneratif pria yang sering dijumpai, berupa pembesaran dari kelenjar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk mengukur status kesehatan ibu disuatu negara. Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Dasar Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan kurang bulan merupakan masalah di bidang obstetrik dan perinatologi karena berhubungan dengan tingginya angka morbiditas dan mortalitas bayi. Tujuh puluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benign prostatic hyperplasia (BPH) merupakan suatu pembesaran progresif pada kelenjar prostat pria dewasa yang bersifat non-malignan (WHO, 1999). Pembesaran prostat

Lebih terperinci

Ardina Miastuti

Ardina Miastuti Ardina Miastuti 1510221045 Ca endometrium merupakan urutan ketujuh penyebab kematian dari keganasan pada wanita. ± 2 3% wanita akan mengalami ca endometrium selama hidupnya. Sekitar 75% dijumpai pada stadium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karsinoma prostat ialah keganasan pada laki-laki yang sangat sering didapat. Angka kejadian diduga 19% dari semua kanker pada pria dan merupakan karsinoma terbanyak

Lebih terperinci

Definisi. Mesothelioma adalah keganasan yang berasal dari sel mesotel yang terletak di rongga pleura.

Definisi. Mesothelioma adalah keganasan yang berasal dari sel mesotel yang terletak di rongga pleura. Mesothelioma Pendahuluan Mesothelioma berhubungan erat dengan paparan asbes. Mesothelioma merupakan kasus yang jarang. Individu yg mempunyai riwayat paparan dengan asbes mempunyai resiko lebih besar menderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara saluran nafas, dimana hambatan aliran udara saluran nafas

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma sel skuamosa. yang berasal dari sel epitel nasofaring (Brennan, 2006; Wei, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma sel skuamosa. yang berasal dari sel epitel nasofaring (Brennan, 2006; Wei, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma sel skuamosa yang berasal dari sel epitel nasofaring (Brennan, 2006; Wei, 2006). Diperkirakan ada 10.000 kasus baru

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan mengenai tampilan hasil dari perancangan sistem Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kanker Ovarium Dengan Metode Certainty Factor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita dan penyebab kematian terbanyak. Pengobatannya sangat tergantung dari stadium

Lebih terperinci

ENDOMETRIOID ADENOKARSINOMA OVARII SINISTRA BERDIFERENSIASI BURUK DENGAN INVASI KE UTERUS

ENDOMETRIOID ADENOKARSINOMA OVARII SINISTRA BERDIFERENSIASI BURUK DENGAN INVASI KE UTERUS Laporan Kasus ENDOMETRIOID ADENOKARSINOMA OVARII SINISTRA BERDIFERENSIASI BURUK DENGAN INVASI KE UTERUS Arlene Elizabeth P, AAAN Susraini Bagian/SMF Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi kronik memiliki peranan penting dalam patogenesis terjadinya kanker. Salah satu penyakit inflamasi kronik adalah Inflammatory Bowel Disease (IBD) yang dipicu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola makan modern yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi, stres yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok serta aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks uteri merupakan salah satu masalah penting pada wanita di dunia. Karsinoma serviks uteri adalah keganasan kedua yang paling sering terjadi dan merupakan

Lebih terperinci

Tumor Urogenitalia A. Tumor ginjal 1.Hamartoma ginjal 2. Adenokarsinoma ginjal / grawitz / hipernefroma / karsinoma sel ginjal Staging : Grading :

Tumor Urogenitalia A. Tumor ginjal 1.Hamartoma ginjal 2. Adenokarsinoma ginjal / grawitz / hipernefroma / karsinoma sel ginjal Staging : Grading : Tumor Urogenitalia A. Tumor ginjal - Definisi Massa abnormal yang berkembang di ginjal - Epidemiologi Ketiga terbanyak setelah ca prostat dan ca buli-buli Dekade 5-6 (50-60 tahun) Pria > Wanita : 2 > 1

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

Lampiran 1: Data Rekam Medik Paien Kanker Ovarium di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode Januari Desember 2011

Lampiran 1: Data Rekam Medik Paien Kanker Ovarium di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode Januari Desember 2011 Lampiran 1: Data Rekam Medik Paien Kanker Ovarium di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode Januari 2011- Desember 2011 No Umur Paritas Keluhan Utama Jenis Kanker Ovarium Stadium Klinik Terapi 1 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah disertai proteinuria pada wanita hamil dengan umur kehamilan 20 minggu

Lebih terperinci

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis. 1 Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal faringitis turut

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal faringitis turut BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral. Stenosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Benjolan pada payudara biasanya didefinisikan. sebagai massa yang teraba pada payudara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Benjolan pada payudara biasanya didefinisikan. sebagai massa yang teraba pada payudara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara biasanya didefinisikan sebagai massa yang teraba pada payudara. Penyakit pada payudara biasanya ditunjukkan dengan adanya massa pada payudara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Kanker payudara merupakan masalah kesehatan pada wanita di seluruh dunia. Di Amerika, kanker payudara merupakan kanker dengan frekuensi paling banyak pada wanita dan

Lebih terperinci

Tugas Biologi Reproduksi

Tugas Biologi Reproduksi Tugas Biologi Reproduksi Nama :Anggun Citra Jayanti Nim :09004 Soal : No.01 Mengkritisi tugas dari: Nama :Marina Nim :09035 Soal: No.05 factor yang memepengaruhi pematangan serviks Sebelum persalinan dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa lima besar karsinoma di dunia adalah karsinoma paru-paru, karsinoma mamae, karsinoma usus besar dan karsinoma lambung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi 13% kematian dari 22% kematian akibat penyakit tidak menular utama di dunia (Shibuya et al., 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagian besar meningioma berlokasi di kavitas intra kranial, diikuti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagian besar meningioma berlokasi di kavitas intra kranial, diikuti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar meningioma berlokasi di kavitas intra kranial, diikuti spinal dan intra orbita, dan meskipun tidak mengivasi jaringan otak, meningioma menyebabkan penekanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkisar antara 1 dalam hingga 1 dalam kelahiran hidup,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkisar antara 1 dalam hingga 1 dalam kelahiran hidup, 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retinoblastoma adalah tumor ganas intraokular primer tersering pada anak, dan menduduki peringkat kedua setelah melanoma uvea sebagai tumor ganas intraokuler primer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Infeksi dengue disebabkan oleh virus DEN 1,

Lebih terperinci

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN. Kadar VEGF serum berkorelasi positif sedang dengan ukuran tumor B. SARAN

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN. Kadar VEGF serum berkorelasi positif sedang dengan ukuran tumor B. SARAN 76 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Kadar VEGF serum berkorelasi positif sedang dengan ukuran tumor primer pada kanker payudara. B. SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian kadar VEGF serum pada populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum terjadinya persalinan. KPD merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan

Lebih terperinci

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang)

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang) Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang) Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan dari

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia dan di Bali khususnya insiden karsinoma tiroid sangat tinggi sejalan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia dan di Bali khususnya insiden karsinoma tiroid sangat tinggi sejalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia dan di Bali khususnya insiden karsinoma tiroid sangat tinggi sejalan dengan tingginya insiden goiter. Goiter merupakan faktor predisposisi karsinoma tiroid

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumor Paru Sekunder 2.1.1 Definisi Tumor Paru Sekunder Tumor paru adalah suatu kondisi abnormal yang terjadi pada tubuh akibat terbentuknya suatu lesi atau benjolan pada tubuh,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningioma merupakan tumor otak jinak pada jaringan pembungkus otak atau meningens. Meningioma tumbuh dari sel arachnoid cap yang berasal dari arachnoid villi atau lapisan

Lebih terperinci