2. Tinjauan Pustaka. konversi dari energi kinetik angin. Turbin angin awalnya dibuat untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2. Tinjauan Pustaka. konversi dari energi kinetik angin. Turbin angin awalnya dibuat untuk"

Transkripsi

1 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah elemen utama dari sebuah pembangkit listrik tenaga angin dan digunakan untuk memproduksi energi listrik yang merupakan hasil konversi dari energi kinetik angin. Turbin angin awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi. Turbin angin terdahulu banyak dibangun di Denmark, Belanda, dan negara-negara Eropa lainnya dan lebih dikenal dengan nama Windmill. Sejak awal maraknya penggunaan turbin angin secara komersial sebagai pembangkit tenaga listrik di tahun 1980, telah terjadi peningkatan yang pesat dalam hal karakteristik, efisiensi, kapasitas dan desain dari turbin angin. Prinsip kerja pembangkit listrik tenaga angin ialah dengan memanfaatkan energi kinetik dari partikel angin bergerak dengan kecepatan tertentu yang ditangkap oleh turbin angin. Baling-baling turbin dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk menggerakkan poros rotor generator. Balingbaling memutar poros dari turbin yang akan menyebabkan rotor pada generator akan bergerak dan generator mengubah energi rotasi menjadi energi listrik [2]. Potensi dan inovasi baru dalam desain turbin angin secara terus menerus dieksploitasi dan terutama terkonsentrasi pada desain baling-baling yang lebih ringan dengan fitur aerodinamis yang lebih baik. Selain itu, sistem pengendalian pada turbin angin pun terus dikembangkan untuk mendapatkan tangkapan energi yang maksimal. Salah satu pengendalian yang utama untuk memaksimalkan 7

2 kinerja dari turbin angin ialah dengan mengendalikan sudut kerja baling-baling turbin angin. Secara keseluruhan, industri energi angin mencapai kemajuan besar dalam dua dekade terakhir dan hal ini akan memainkan peran penting dalam tujuannya untuk meningkatkan produksi listrik dari sumber energi terbarukan. yaitu: Berdasarkan arah sumbunya, turbin angin dibedakan menjadi dua jenis, a. Turbin Angin Sumbu Horizontal Turbin angin sumbu horizontal ialah turbin angin yang memiliki poros rotor utama dan generator listrik di puncak menara. Turbin yang berukuran kecil diarahkan oleh baling-baling angin yang sederhana, sedangkan turbin berukuran besar pada umumnya akan menggunakan sensor angin yang digandeng dengan sebuah servo motor. Kebanyakan turbin angin jenis ini memiliki gearbox yang mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih cepat sebagai gaya masukan untuk memutar rotor pada generator [2]. Menara umumnya menghasilkan turbulensi di belakangnya, sehingga turbin harus diarahkan melawan arah angin yang datang padanya. Bilah-bilah turbin dibuat kaku agar tidak terdorong menuju menara oleh angin berkecepatan tinggi. Adapun kelebihan turbin angin sumbu horizontal adalah: Dasar menara yang tinggi memungkinkan akses ke angin yang kuat di tempat yang memiliki besaran angin yang fluktuatif 8

3 Sedangkan kekurangan dari turbin angin sumbu horizontal adalah: Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga bilahbilah yang berat, gearbox dan generator. Turbin yang tinggi harus diletakkan pada daerah yang aman dari lokasi lintasan pesawat untuk menghindari kecelakaan Ukurannya yang tinggi akan merintangi jangkauan pandangan dan mengganggu estetika pemandangan secara umum Membutuhkan mekanisme kontrol yaw tambahan untuk membelokkan kincir ke arah angin Gambar 2.1 Turbin Angin Sumbu Horizontal Turbin angin sumbu horizontal terdiri dari beberapa komponen yang dipasang utamanya pada bagian atas dari menara. Dalam menara turbin angin, umumnya hanya terdapat tangga yang digunakan untuk mengakses ruangan nasel pada bagian atas menara. Sedangkan perangkat-perangkat lainnya berada di dalam nasel turbin angin. Adapun komponen tersebut dapat dilihat pada gambar

4 Gambar 2.2 Bagian-bagian Turbin Angin Sumbu Horizontal Secara umum, konfigurasi utama turbin angin poros datar terdiri dari; rotor (blade dan hub), nasel/nacelle, generator, transmisi gearbox, kopling dan rem, sistem orientasi (yaw system), menara, sistem kontrol dan pondasi, seperti diperlihatkan pada gambar atas. Adapun penjelasan dari masing-masing bagian tersebut adalah: 1. Sudu (Blade /Baling-baling) Rotor turbin angin yang terdiri dari baling-baling/ sudu dan hub merupakan bagian dari turbin angin yang berfungsi menerima energi kinetik dari angin dan merubahnya menjadi energi gerak (mekanik) putar pada poros penggerak. Pada sebuah turbin angin, baling-baling rotor dapat berjumlah 1, 2, 3 atau lebih. 10

5 2. Rotor Hub Hub merupakan bagian dari rotor yang berfungsi menghubungkan sudu dengan shaft (poros) utama. 3. Kontrol Pitch Sudu Salah satu tipe rotor adalah dengan sudu terpasang variabel yang dapat dirubah sudut serangnya dengan mengatur posisi sudut serang sudu terhadap arah angin bertiup. Rotor dengan mekanisme demikian disebut dengan rotor dengan pitch sudu variabel. Tidak semua turbin angin menggunakan tipe rotor dengan sudut sudu variabel. 4. Rem Rem berfungsi untuk menghentikan putaran poros rotor yang bertujuan untuk keamanan atau pada saat dilakukan perbaikan. 5. Poros Rotor Putaran Rendah Poros rotor berfungsi untuk memindahkan daya dari rotor ke generator, dapat secara langsung maupun melalui mekanisme transmisi gearbox. 6. Gearbox Pada umumnya transmisi di turbin angin berfungsi untuk memindahkan daya dari rotor ke generator dengan dipercepat putarannya. Hal ini diperlukan karena umumnya putaran rotor berotasi pada putaran rendah, sementara generatornya bekerja pada putaran tinggi. 11

6 7. Generator Generator merupakan komponen terpenting dalam sistem turbin angin, dimana fungsinya adalah merubah energi gerak (mekanik) putar pada poros penggerak menjadi energi listrik. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator dapat berupa alternating current (AC) maupun direct current (DC) dan tegangan keluarannya dapat dari tegangan rendah (12 volt) atau sampai tegangan 680 volt atau lebih. 8. Kontrol Arah Pada turbin angin yang relatif besar, umumnya sudah menggunakan sistem geleng aktif (active yawing system), yang digerakkan oleh motor servo. Kontrol yawing disini berfungsi menerima input dari sensor anemometer (mendeteksi kecepatan angin) dan wind direction ( mendeteksi perubahan arah angin), dan memberikan komando kepada motor servo untuk membelokkan arah poros turbin angin dan juga memberikan masukan kepada kontrol pitch. 9. Anemometer Sensor Anemometer berfungsi untuk mendeteksi/mengukur kecepatan angin, sebagai masukan kepada sistem kontrol untuk mengendalikan operasional pada kondisi optimum. 10. Tail Vane Salah satu sistem orientasi yang pasif (passive yawing) adalah menggunakan ekor pengarah. Fungsi dari ekor pengarah (tail vane) adalah untuk membelokan posisi rotor terhadap arah datangnya angin. 12

7 11. Nasel (Nacelle) Fungsi nasel adalah untuk menempatkan dan melindungi komponenkomponen turbin angin, yaitu : generator, gearbox, kopling, rem, kontrol, sistem geleng (yawing system). 12. Poros Rotor putaran tinggi Poros rotor putaran tinggi berfungsi untuk memindahkan daya dari girboks ke generator. 13. Roda gigi sistem geleng (Yaw drive) Fungsi yaw drive adalah untuk menempatkan komponen turbin angin yang berada diatas menara menghadap optimal terhadap arah angin bertiup mengikuti perubahan arah angin. 14. Motor servo (Yaw motor) Fungsi motor yaw adalah untuk menggerakan yaw drive untuk menempatkan komponen turbin angin yang berada diatas menara menghadap optimal terhadap arah angin bertiup mengikuti perubahan arah angin. 15. Menara / Tower Menara merupakan tiang penyangga yang fungsi utamanya adalah untuk menopang rotor, nasel dan semua komponen turbin angin yang berada di atasnya. 13

8 b. Turbin Angin Sumbu Vertikal Turbin angin sumbu vertikal memiliki poros atau sumbu rotor utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah turbin tidak harus diarahkan ke angin agar bekerja secara efektif. Kelebihan ini sangat berguna untuk lokasi penempatan yang arah anginnya bervariasi. Turbin angin jenis ini mampu untuk memanfaatkan angin dari berbagai arah [2]. Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat tanah, sehingga menara tidak perlu menyokong dan lebih mudah untuk diakses ketika akan dilakukan perawatan. Sehingga biaya perawatannya dari sisi ini akan menjadi lebih efisien dan rendah. Namun demikian, karena sulit untuk dipasang diatas menara, maka turbin angin jenis ini dipasang lebih dekat ke dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah atau puncak atap sebuah bangunan. Dimana hal ini akan menyebabkan kecepatan angin yang akan dimanfaatkan menjadi lebih rendah, sehingga energi angin yang tersedia akan menjadi lebih kecil. Aliran udara yang dekat tanah dan obyek yang menghalagi datangnya angin juga dapat menyebabkan permasalahan yang berkaitan dengan getaran, diantaranya kebisingan dan bearing wear yang akan meningkatkan biaya pemeliharaan untuk mengatasi masalah ini dan memungkinkan umur turbin angin yang lebih singkat. Secara umum, adapun kelebihan daru turbin angin sumbu vertikal adalah: Karena bilah rotornya vertikal, maka tidak dibutukan mekanisme yaw 14

9 Karena penempatannya yang dekat dengan dasar lokasi penempatannya, maka pemeliharaannya akan menjadi lebih mudah Memiliki tip speed ratio (perbandingan antara kecepatan putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju angin sebenarnya) yang lebih rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya rusak di saat angin berhembus kencang Namun, jenis turbin ini juga memiliki kekurangan, yaitu: Umunya jenis turbin ini hanya memproduksi 50% energi listrik yang dapat dibangkitkan oleh turbin angin sumbu horizontal Kebanyakan turbin jenis ini memiliki torsi awal yang rendah, sehingga membutuhkan dorongan eksternal untuk memulai operasi Gambar 2.3 Turbin Angin Sumbu Vertikal Perbedaan lainnya antara jenis turbin angin adalah dengan membedakan apakah rotor dapat bekerja dengan kecepatan variabel atau terpaku pada kecepatan konstan saja dengan penjelasan sebagai berikut: 15

10 a. Fixed-Speed Wind Turbines Jenis turbin angin ini adalah yang paling dasar pada operasi turbin angin. Menggunakan hanya sedikit perubahan kecepatan turbin rotor dan menggunakan mesin induksi dengan rotor sangkar yang langsung terhubung ke jaringan listrik. Bantuan daya reaktif eksternal dibutuhkan untuk mengompensasi daya reaktif yang terpakai oleh mesin induksi. Turbin angin jenis ini menggunakan stall regulation dan blade pitch regulation untuk mengatur daya yang dibangkitkan saat kecepatan angin sedang tinggi [3]. Gambar 2.4 Skema Fixed-speed Wind Turbine b. Variable-Speed Wind Turbine Variable-Speed Wind Turbine didesain untuk bekerja dengan kecepatan rotor yang variatif. Turbin ini umumnya menggunakan blade pitching sebagai pengatur daya keluaran. Kontrol kecepatan dan daya memungkinkan turbin untuk menghasilkan daya keluaran yang lebih besar daripada Fixed-speed Wind Turbine. Turbin angin jenis ini menggunakan mesin induksi dengan rotor belitan dengan penambahan konverter AC/DC. Turbin angin jenis ini menggunakan jenis kontrol yang sama dengan Fixed-speed Wind Turbine [3]. 16

11 Gambar 2.5 Skema Variable-Speed Wind Turbine 2.2 Pengontrolan Daya Turbin Angin Pembangkitan energi angin terjadi berdasarkan prinsip perubahan energi kinetik angin sebelum dan setelah melewati turbin angin. Ketika melewati turbin angin, angin akan mengalami pengurangan energi kinetik yang ditandai dengan berkurangnya kecepatan angin. Energi kinetik yang hilang ini akan dikonversikan menjadi energi mekanik yang memutar turbin angin, turbin angin ini akan terhubung dengan rotor dari generator. Generator mengubah energi mekanik menjadi energi listrik [1]. Besar daya mekanik ( ) yang dihasilkan oleh turbin angin didefenisikan dalam persamaan di bawah ini [1]: =.... (2.1) Dimana: adalah massa jenis angin (kg/m 3 ) C p adalah koefisien performansi turbin angin A adalah luas daerah sapuan turbin (m 2 ) V w adalah kecepatan angin sebelum melewati turbin angin (m/s) 17

12 Koefisien performansi, C p, dinyatakan sebagai perbandingan antara energi yang dihasilkan oleh turbin angin dengan total energi angin yang melalui suatu daerah bila tidak terdapat turbin angin tersebut [2]. Tip speed ratio,, adalah rasio perbandingan antara kecepatan pada ujung baling-baling turbin angin dan kecepatan angin [2]. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan bentuk baling-baling turbin yang baik, maka kecepatan putaran baling-baling dapat ditingkatkan dengan rasio tertentu dibandingkan kecepatan angin yang sedang mengalir dengan memanfaatkan aerodinamika dari balingbaling turbin. Besaran berbeda-beda untuk tiap jenis turbin. Adapun turbin angin sumbu horizontal seperti pada penelitian ini memiliki besaran konstan sebesar 8,1. Sedangkan untuk menghitung besaran aktual dari rasio ini dapat dilihat pada persamaan (2.2). = =. (2.2) Besaran nilai C p tergantung pada tip speed ratio ( ) dan sudut pitch balingbaling ( ) dengan hubungan sebagai berikut [5]: (, ) = + (2.3) dimana =.. (2.4) Koefisien c 1 hingga c 6 merepresentasikan diameter rotor, konstanta bahan turbin, besar sumbu rotor, rasio gardan kecepatan rendah, rasio gardan kecepatan 18

13 tinggi dan tingkat kelenturan bahan, secara berurutan. Koefisien ini berbeda-beda besarannya untuk jenis turbin yang berlainan. Tiap jenis turbin memiliki standar besaran koefisien masing-masing yang berbeda satu dengan lainnya. Pada turbin angin sumbu horizontal seperti yang digunakan pada penelitian, besaran yang digunakan adalah c 1 = , c 2 = 116, c 3 = 0.4, c 4 = 5, c 5 = 21 dan c 6 = [4]. Hubungan antara Koefisien performansi (C p ) dan Tip speed ratio ( ) dapat dinyatakan dengan kurva pada gambar 2.6 [4]. Gambar 2.6 Karakteristik C p Vs dengan pitch angle Umumnya dalam perancangan turbin angin, terdapat beberapa parameter yang harus diperhitungkan, yaitu kecepatan cut-in (V cut ), kecepatan rating (V rated ), dan kecepatan cut-off yang merupakan kecepatan dimana turbin angin harus berhenti beroperasi untuk menghindari kerusakan akibat kecepatan angin yang melewati turbin angin melebihi batas ketahanan turbin [1]. Melalui persamaan (2.1), daya yang didapat dari angin adalah fungsi kubik dari kecepatan angin. Dimana hal ini akan berarti ketika kecepatan angin menjadi 19

14 dua kali lipat lebih besar, maka daya yang akan dihasilkan menjadi delapan kali lebih besar. Sehingga turbin angin harus didesain agar mampu menahan beban angin yang lebih tinggi dibanding besaran daya yang bisa dibangkitkan untuk menghindari kerusakan [2]. Kecepatan angin yang tinggi hanya berlangsung singkat dan hanya mempengaruhi sedikit dalam proses pembangkitan daya, namun bila tidak dikontrol, maka desain dan biaya pembuatan generator angin akan meningkat hanya untuk memastikan turbin angin mampu menahan besaran angin tersebut [2]. Dengan demikian, maka sangat diperlukan kontrol daya pada turbin angin. Hal ini tidak lain untuk mendapatkan pembangkit angin yang efisien dan efektif baik dari segi daya yang dibangkitkan maupun dari segi biaya yang akan dikeluarkan sebagai investasi yang tepat guna. Saat ini terdapat tiga pilihan kontrol daya keluaran turbin angin yang umum digunakan Stall Control Stall control adalah metode kontrol yang paling mudah, kuat dan murah. Metode kontrol ini digunakan untuk turbin angin ukuran kecil dan sedang, dikenal juga sebagai kontrol pasif karena tidak ada komponen bergerak sebagai pengatur. Aerodinamika baling-baling menentukan besaran daya keluaran. Lengkungan dan ketebalan baling-baling rotor yang dibentuk sedemikian rupa akan menyebabkan turbulensi pada baling-baling ketika kecepatan angin melebihi batas kecepatan yang ditentukan. Turbulensi ini akan menyebabkan energi angin yang ditransfer menjadi kecil saat kecepatan angin tinggi. Dengan kata lain, desain dari 20

15 aerodinamika baling-baling menyebabkan rotor kehilangan daya saat kecepatan angin melebihi batas tertentu [2]. Adapun kekurangan dari kontrol jenis ini adalah rendahnya efisiensi saat kecepatan angin rendah dan tidak membantu saat melakukan start mula turbin dari keadaan berhenti. Selain itu, jenis kontrol ini hanya dapat diaplikasikan pada turbin angin dengan kecepatan konstan, dimana turbin angin jenis ini menghasilkan efisiensi daya yang lebih kecil dibandingkan dengan turbin angin dengan kecepatan yang berubah-ubah [2] Pitch Control Baling-baling pada turbin angin yang memiliki pitch control dapat berubah posisi menjauhi atau mendekati arah datangnya angin saat daya keluaran sangat tinggi ataupun sangat rendah, berurutan. Sudut baling-baling rotor dapat diatur secara aktif oleh sistem kontrol untuk menghindari daya yang tidak diharapkan. Pitch control bekerja relatif cepat dan dapat digunakan untuk membatasi kecepatan rotor dengan mengatur aerodinamika aliran daya. Pada saat kecepatan angin rendah dan sedang, sudut baling-baling diatur untuk memungkinkan turbin angin bekerja pada kondisi optimumnya. Sedangkan saat kecepatan angin sedang tinggi, sudut baling-baling akan dinaikkan agar daya aerodinamika berkurang dan menjaga kecepatan putaran rotor agar tetap dalam batas yang dapat dikontrol [2]. Keuntungan utama kontrol jenis ini adalah kontrol daya menjadi sangat baik (daya yang dibangkitkan sangat mendekati daya maksimal saat kecepatan angin sedang tinggi), dapat membantu start mula turbin, dan bisa memberhentikan 21

16 kerja turbin saat keadaan bahaya. Ketika turbin harus berhenti bekerja ketika kecepatan angin melebihi batasnya, maka turbin dengan pitch control dapat mengatur sudut baling-baling untuk mengurangi gaya aerodinamika yang ditimbulkan oleh energi angin [2]. Sedangkan kekurangannya yang harus diwaspadai adalah kesukaran dalam mekanisme pengaturan sudut pada baling-baling itu sendiri [2] Active Stall Control Seperti yang ditunjukkan oleh namanya, maka kontrol ini adalah kombinasi dari dua teknik kontrol yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada saat kecepatan angin rendah dan sedang, maka baling-baling akan diatur sudutnya serupa dengan turbin yang diatur dengan pitch control. Kemudian ketika turbin angin mencapai batas kapasitasnya, maka baling-baling akan mengarahkan sudutnya ke arah berlawanan untuk menjaga daya keluaran agar tetap beroperasi dengan efektif [2]. 2.3 Pitch Angle Control Kontrol sudut baling-baling turbin angin adalah kontrol yang mengubah besaran sudut baling-baling dalam menghadapi arah datangnya angin. Dengan merubah besaran sudut serangan pada arah datang angin, maka tingkat aerodinamika turbin akan berubah dan menyebabkan turbin memiliki sifat pengereman secara sintetis dengan memanfaatkan arah serangan sudut turbin. 22

17 Gambar 2.7 Pengaruh sudut pitch angle pada aerodinamika turbin Pengaturan pitch angle akan merubah sudut baling-baling dengan memutar leher baling-baling yang terlekat pada rotor turbin. Putaran pada leher rotor ini dibantu oleh sebuah servo motor dimana servo motor akan mendapatkan perintah dari pengendali. Pengendali akan memantau kecepatan angin yang sedang mengalir di udara dengan memanfaatkan anemometer yang terpasang pada ekor turbin. Anemometer kemudian akan terhubung pada sensor untuk mengetahui berapa kecepatan angin yang sedang mengalir dan memberikan sinyal pada pengendali. Pengendali akan memroses data angin yang diterima untuk kemudian menghasilkan besar geseran sudut yang harus diberikan pada servomotor. Adapun geseran pada baling-baling dapat dilihat pada gambar 2.8. Gambar 2.8 Cara kerja kontrol sudut baling-baling turbin angin 23

18 Koefisien performasi turbin angin (C p ) menentukan proporsi dari energi angin yang dapat dimanfaatkan oleh turbin angin untuk dikonversi menjadi energi listrik. Besaran ini sangat tergantung pula pada pitch angle baling-baling turbin. Memutar tiap baling-baling pada sisi longitudinalnya akan merubah pitch angle yang akan menyebabkan berubahnya besaran C p yang selanjutnya akan merubah besaran daya yang dihasilkan dari angin. Pengaturan sudut ini dapat dilakukan dengan tepat dan cepat dengan menggunakan kontrol servo motor elektrik, dimana penggunaan perangkat ini memungkinkan kontrol yang halus pada daya keluaran turbin. Umumnya turbin angin dengan daya lebih dari 0.5 MW menggunakan kontrol ini sebagai pengatur daya. Tujuan lain dari penggunaan kontrol ini adalah untuk menghindari daya masukan aerodinamis dan torsi yang melebihi kemampuan elektris dan mekanis dari perangkat turbin angin dimana hal ini dapat disebabkan oleh kecepatan angin yang melebihi batas toleransi kecepatan angin yang dapat diterima turbin [2]. Kontrol diagram secara skematis dapat dilihat pada gambar 2.9 [5]. Gambar 2.9 Diagram blok kontrol pitch angle 24

19 Torsi generator (Q e ) dan pitch angle ( ) mengontrol turbin angin. Sistem kontrol ini menggunakan besaran daya yang dibangkitkan (P e ) dan kecepatan generator ( r), dan dibandingkan dengan torsi generator referensi (Q e ref ) dan pitch angle referensi ( ref ), dengan menggunakan dua tahapan kontrol [5]. Aplikasi kontrol ini memungkinkan energi yang yang ditangkap turbin menjadi maksimal saat kecepatan angin rendah dengan memanfaatkan efek tip speed ratio yang konstan akibat penambahan kontrol tersebut. Pada saat kecepatan angin rendah, maka pitch angle akan diatur pada besaran yang konstan yaitu pada pitch angle yang menghasilkan daya terbesar. Sedangkan pada saat kecepatan angin tinggi, maka torsi dan daya akan dibatasi pada Q rate dan P rate yang memiliki besaran yang konstan [5]. Pengaturan pitch angle dibutuhkan pada kondisi dimana kecepatan angin yang sedang bekerja lebih tinggi daripada kecepatan angin yang menjadi dasar kerja (rated wind speed) turbin angin tersebut. Sedikit perubahan pada pitch angle akan memiliki pengaruh yang signifikan pada daya yang dihasilkan. Adapun beberapa tujuan dari penggunaan kontrol pitch angle adalah [6]: Memaksimalkan daya keluaran pada turbin angin, dimana saat kecepatan angin dibawah rata-rata maka pengaturan sudut balingbaling harus pada titik optimumnya agar menghasilkan daya maksimal. Menghindari masukan daya mekanis dari angin yang melebihi kemampuan dari turbin angin itu sendiri. Saat kecepatan angin diatas rata-rata, kontrol pitch angle akan memberikan pengaturan 25

20 agar daya yang dihasilkan dan daya aerodinamika yang diterima turbin tetap dalam keadaan efektif. Pitch control memiliki dua strategi pengerjaan, yaitu dengan cara konvensional dimana menggunakan proportional and integral (PI) controller yang membutuhkan pengetahuan tentang dinamika sistem yang baik. Sedangkan cara lainnya adalah dengan menggunakan logika fuzzy dimana tidak diperlukan dinamika sistem yang sangat dikenali dan ketika data yang digunakan tidak linear, misalnya seperti tenaga angin yang kecepatannya terus berubah-ubah (tidak konstan) [6] Proportional and Integral (PI) Controller Pengaturan pitch angle berfungsi untuk mencari sudut kerja optimal dari baling-baling turbin angin pada kecepatan angin tertentu. Pengaturan pitch angle umumnya menggunakan proportional and integral (PI) controller. Kinerja yang baik dari turbin angin tergantung pada pilihan gain pengendali, namun pemilihan gain yang terbaik untuk jenis kontrol ini sangatlah sulit dan umumnya hanya berdasarkan pada trial and error [7]. Pengaturan pitch angle dari baling-baling turbin angin digunakan untuk menjaga pengaturan dan membatasi kerja turbin angin saat kecepatan angin melebihi kecepatan kerja turbin. Untuk menempatkan baling-baling pada posisi yang tepat, dibutuhkan servo motor hidrolik ataupun elektronik. Pada saat bekerja, pitch angle akan mengatur sudut yang efektif dengan kecepatan 5-10 o /s [6]. Beberapa strategi dalam pengontrolan turbin angin jenis ini dapat dilihat pada gambar 2.10 [6]. 26

21 (a) (b) (c) Gambar 2.10 Strategi pengaturan pitch angle. (a) kecepatan angin; (b) kecepatan rotor generator; (c) daya dibangkitkan berupa [6]: Pitch angle referensi ( ref ) dikendalikan oleh masukan-masukan yang 1) Kecepatan angin, sebagaimana terlihat pada gambar 2.10 (a). Strategi kontrol ini hanya mengukur kecepatan angin yang datang kepada turbin. 27

22 2) Kecepatan rotor generator, sebagaimana terlihat pada gambar 2.10 (b). Kecepatan rotor akan dibandingkan dengan referensinya. Sinyal error akan dikirimkan ke PI control dan menghasilkan nilai pitch angle referensi ( ref ). 3) Daya generator, sebagaimana terlihat pada gambar 2.10 (c). Sinyal error dari daya generator akan dikirimkan ke PI controller dan menghasilkan nilai pitch angle referensi ( ref ). Saat kecepatan angin dekat besarannya dengan kecepatan kerja turbin, maka gain pengendali yang lebih besar diperlukan dibandingkan saat kecepatan angin lebih tinggi dari kecepatan kerja turbin meskipun saat kecepatan angin lebih tinggi, sedikit saja perubahan pada sudut baling-baling akan besar pengaruhnya pada torsi. Proportional and integral (PI) controller dengan penjadwalan pengaturan gain hanya bekerja dengan baik saat dinamika sistem tidak kuat, dimana hal ini menyebabkan dibutuhkannya pengaturan gain yang lebih lanjut untuk menjamin kinerja yang maksimal pada turbin angin pada tiap kecepatan angin yang ada. Hal ini menyebabkan kontrol turbin angin jenis ini menjadi sangat sulit dan tidak efektif. Sehingga diperlukan kontrol jenis lain untuk menutupi kekurangan yang ada pada kontrol PI Fuzzy Logic Controller Logika fuzzy pertama kali diajukan oleh Lotfi Zadeh dengan tujuan untuk mendapatkan suatu nilai keluaran tanpa masukan yang terlalu presisi. Menggunakan metoda menerjemahkan bahasa verbal yang tidak presisi dan 28

23 bersifat kualitatif yang umunya digunakan pada komunikasi antara manusia. Keuntungan utamanya adalah tidak dibutuhkannya deskripsi analitis dari sistem yang dikontrol. Pada sistem kontrol, sistem fuzzy umumnya bekerja pada waktu yang bersamaan untuk mendapat performa optimal. [7]. Kontrol logika fuzzy sangat bermanfaat ketika dinamika sistem tidak diketahui dengan baik atau ketika mengandung data yang tidak linear, seperti kecepatan angin yang terus berubah-ubah besarnya dan berpotensi menimbulkan turbulensi pada turbin angin [6]. Tahap pengerjaan pada kontrol logika fuzzy adalah [6]: i. Menentukan input, ii. iii. Mengatur peraturan-peraturan yang sesuai, Mendesain metode konversi hasil logika fuzzy dengan hasil sinyal keluaran yang dikenal dengan defuzzyfikasi. Pada pengontrolan turbin angin ini, logika fuzzy dapat memproses masukan berupa kecepatan rotor generator ataupun daya yang dibangkitkan. Hal ini sangat serupa dengan PI controller sehingga hasil kerja dari kedua jenis kontrol ini akan serupa. Namun, logika fuzzy dapat mempermudah kerja saat desain sistem kontrol karena proses pengerjaannya yang lebih mudah dan tidak membutuhkan model matematika yang rumit. Angka dan bentuk dari fungsi membership yang menyatakan nilai fuzzy (untuk input dan output) dinyatakan dengan garis untuk tiap variabel yang dinyatakan yang bergantung pada perlakuan tiap variabel yang diteliti pada simulasi. Bentuk segitiga dan trapesium dari fungsi membership digunakan untuk 29

24 masukan dan keluaran fuzzy pada error daya seperti pada gambar 2.11 dan 2.12 [7]. Gambar 2.11 Fungsi membership sinyal input kendali fuzzy (power error) Gambar 2.12 Fungsi membership sinyal output kendali fuzzy (variasi sudut) Peraturan pada kontrol fuzzy dinyatakan pada tabel 2.1 yang diatur untuk dipilih berdasarkan logika fuzzy yang umumnya digunakan. Peraturan ini akan menjadi dasar dalam menentukan besaran sudut yang berubah sesuai error daya. Tabel 2.1 Dasar aturan untuk variasi besaran sudut 30

25 Dimana: NL = Negative Large NM = Negative Medium NS = Negative Small PM = Positive Medium PS = Positive Small ZE =Zero PL = Positive Large Sistem dapat diilustrasikan seperti berikut: IF P = NL THEN var = NL. NL akan diberikan nilai berdasarkan fungsi membership dengan besaran input dan output yang tidak presisi besaran angkanya. Sebagai interpretasi peraturan ini, dimisalkan dengan: jika error daya yang dibangkitkan sangat rendah maka sudut harus diturunkan akibat daya yang dibangkitkan sangat rendah, sehingga var dikurangi untuk pengaturan. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pada kontrol pitch angle dengan basis logika fuzzy, apabila daya output dibawah besaran nominal, maka sudut akan dikurangi besarannya. Namun, apabila daya output diatas besaran nominal, maka besar sudut akan dinaikkan [7]. Kontrol logika fuzzy yang berdasarkan deviasi daya dari nilai error P yang dapat dirumuskan sebagai berikut: = (2.5) Dimana P ref adalah daya yang dinyatakan pada sistem dan P g adalah daya yang diukur pada generator. Adapun strategi pengontrolan dengan logika fuzzy ini dapat digambarkan dengan diagram blok seperti pada gambar 2.13 [6]. 31

26 Gambar 2.13 Strategi kontrol dengan logika fuzzy dengan referensi Selain dengan referensi daya, pengaturan pitch angle juga bisa dilakukan dengan menggunakan referensi kecepatan putaran turbin angin. Kecepatan putaran rotor turbin angin ( measured) yang dinyatakan dalam rpm akan dibandingkan dengan kecepatan putaran rotor yang diharapkan ( ref). Kendali logika fuzzy akan memproses error dan data kecepatan angin dimana error tersebut akan dinyatakan dalam persamaan 2.6 [8]. = (2.6) Dengan referensi kecepatan putaran rotor ini, maka strategi yang akan digunakan ialah apabila kecepatan rotor berputar lebih besar dari referensi, atau error positif, maka sudut baling-baling turbin angin harus ditambahkan. Namun, apabila kecepatan putaran rotor yang diukur lebih rendah dari referensi atau error negatif, maka sudut baling-baling turbin angin harus dikurangi. Gambar 2.14 Strategi kontrol dengan logika fuzzy dengan referensi 32

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Angin Energi angin yang kita kenal merupakan bentuk tidak langsung dari energi matahari karena angin terjadi oleh adanya pemanasan yang tidak merata yang terjadi pada

Lebih terperinci

PENGATURAN PITCH ANGLE TURBIN ANGIN BERBASIS KENDALI LOGIKA FUZZY (Aplikasi Pada Data Angin Daerah Medan Tuntungan dan sekitarnya)

PENGATURAN PITCH ANGLE TURBIN ANGIN BERBASIS KENDALI LOGIKA FUZZY (Aplikasi Pada Data Angin Daerah Medan Tuntungan dan sekitarnya) PENGATURAN PITCH ANGLE TURBIN ANGIN BERBASIS KENDALI LOGIKA FUZZY (Aplikasi Pada Data Angin Daerah Medan Tuntungan dan sekitarnya) Emir Lutfi Pahlevi (1), Syiska Yana (2) Konsentrasi Teknik Energi Listrik,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Literatur Beberapa penelitian yang telah melakukan penelitian terkait ilmu yang menyangkut tentang turbin angin, antara lain: Bambang setioko (2007), Kenaikan harga BBM

Lebih terperinci

Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik.

Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit ini dapat mengkonversikan energi angin menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan udara. Udara akan bergerak dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju

BAB I PENDAHULUAN. tekanan udara. Udara akan bergerak dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angin adalah salah satu gejala alam yang terbentuk akibat perbedaan tekanan udara. Udara akan bergerak dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju ke tempat yang memiliki

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pengujian

Bab IV Analisis dan Pengujian Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA).

BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA). BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.

Lebih terperinci

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU Muhammad Suprapto Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam Kalimantan MAB Jl. Adhyaksa No.2 Kayutangi Banjarmasin Email : Muhammadsuprapto13@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem serta realisasi perangkat keras pada perancangan skripsi ini. 3.1. Gambaran Alat Alat yang akan direalisasikan adalah sebuah alat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemodelan Matematika (Mathematical Modeling) (biasanya bertujuan untuk memahami realita tersebut) dan mempunyai feature

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemodelan Matematika (Mathematical Modeling) (biasanya bertujuan untuk memahami realita tersebut) dan mempunyai feature II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemodelan Matematika (Mathematical Modeling) Model adalah representasi penyederhanaan dari sebuah realita yang complex (biasanya bertujuan untuk memahami realita tersebut) dan

Lebih terperinci

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal A. Pendahuluan Angin merupakan sumberdaya alam yang tidak akan habis.berbeda dengan sumber daya alam yang berasal dari fosil seperti gas dan minyak. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Turbin Angin Bila terdapat suatu mesin dengan sudu berputar yang dapat mengonversikan energi kinetik angin menjadi energi mekanik maka disebut juga turbin angin. Jika energi

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN. Nama : M. Beny Djaufani ( ) Ardhians A. W. ( Benny Kurnia ( Iqbally M.

PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN. Nama : M. Beny Djaufani ( ) Ardhians A. W. ( Benny Kurnia ( Iqbally M. PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN Nama : M. Beny Djaufani (11-2009-035) Ardhians A. W. (11-2009-0 Benny Kurnia (11-2009-0 Iqbally M. (11-2009-0 Pengertian PLTB Pembangkit Listrik Tenaga Angin atau sering

Lebih terperinci

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin BAB DASAR TEORI.1 Energi Angin Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga zat tersebut mempunyai pengaruh pada keadaan sekitarnya. Menurut mediumnya dikenal banyak jenis energi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN A. Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGATURAN PITCH ANGLE TURBIN ANGIN BERBASIS KENDALI LOGIKA FUZZY. (Aplikasi Pada Data Angin Daerah Medan Tuntungan dan Sekitarnya)

TUGAS AKHIR PENGATURAN PITCH ANGLE TURBIN ANGIN BERBASIS KENDALI LOGIKA FUZZY. (Aplikasi Pada Data Angin Daerah Medan Tuntungan dan Sekitarnya) TUGAS AKHIR PENGATURAN PITCH ANGLE TURBIN ANGIN BERBASIS KENDALI LOGIKA FUZZY (Aplikasi Pada Data Angin Daerah Medan Tuntungan dan Sekitarnya) Diajukan untuk memenuhi persyaratan Menyelesaikan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo adalah pulau kecil dengan pesona alam yang mengagumkan. Terletak disebelah utara Kota Probolinggo sekitar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Proses perancangan suatu alat ataupun mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam pendesainan dan ukuran. Teori teori yang berhubungan dengan alat yang dibuat perlu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Blade Falon Dasar dari usulan penelitian ini adalah konsep turbin angin yang berdaya tinggi buatan Amerika yang diberi nama Blade Falon. Blade Falon merupakan desain sudu turbin

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS 4.1 Pengujian Turbin Angin Turbin angin yang telah dirancang, dibuat, dan dirakit perlu diuji untuk mengetahui kinerja turbin angin tersebut. Pengujian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angin Angin adalah gerakan udara yang terjadi di atas permukaan bumi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, ketinggian dan temperatur. Semakin besar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TORI

BAB II LANDASAN TORI BAB II LANDASAN TORI Proses perancangan suatu alat ataupun yang mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori teori yang berhubungan dengan alat yang dibuat perlu

Lebih terperinci

Bab 2 Dasar Teori Prinsip Konversi Energi Angin Energi kinetik dalam benda bergerak dirumuskan dengan persamaan (2.1)

Bab 2 Dasar Teori Prinsip Konversi Energi Angin Energi kinetik dalam benda bergerak dirumuskan dengan persamaan (2.1) Bab Dasar Teori.1. Prinsip Konversi Energi Angin Energi kinetik dalam benda bergerak dirumuskan dengan persamaan E = 1 mv (.1) dimana: m : massa udara yang bergerak (kg) v : adalah kecepatan angin (m/s).

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3. 29 BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN 3.1 Konsep Perancangan Sistem Adapun blok diagram secara keseluruhan dari sistem keseluruhan yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pompa Sentrifugal 2.1.1. Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu mesin kinetis yang mengubah energi mekanik menjadi energi fluida menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN BAB III METODOLOGI PENGUKURAN Kincir angin merupakan salah satu mesin konversi energi yang dapat merubah energi kinetic dari gerakan angin menjadi energi listrik. Energi ini dibangkitkan oleh generator

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Prinsip Kerja Turbin Angin Prinsip kerja dari turbin angin adalah mengubah energi mekanis dari angin menjadi energi putar pada kincir. Lalu putaran kincir digunakan untuk memutar

Lebih terperinci

Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator

Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator (PMSG) menggunakan Switch Mode Rectifier (SMR) Armaditya T.M.S. 2210 105 019 Dosen

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE

STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE (VAWT) SKALA KECIL ( Citra Resmi, Ir.Sarwono, MM, Ridho Hantoro, ST, MT) Jurusan Teknik Fisika FTI ITS Surabaya Kampus ITS

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin

BAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin BAB I LANDASAN TEORI 1.1 Fenomena angin Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan lebih tinggi ke tempat yang bertekanan

Lebih terperinci

Studi dan Simulasi Getaran pada Turbin Vertikal Aksis Arus Sungai

Studi dan Simulasi Getaran pada Turbin Vertikal Aksis Arus Sungai JURNAL TEKNIK POMITS Vol, No, () -6 Studi dan Simulasi Getaran pada Turbin Vertikal Aksis Arus Sungai Anas Khoir, Yerri Susatio, Ridho Hantoro Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. diketahui bahwa jumlahnya terus menipis dan menghasilkan polusi yang cukup

1. Pendahuluan. diketahui bahwa jumlahnya terus menipis dan menghasilkan polusi yang cukup 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perkembangan kebutuhan masyarakat akan tenaga listrik terus mengalami kenaikan. Saat ini kebutuhan akan tenaga listrik masih sangat bergantung pada energi fosil. Energi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angin Angin adalah gerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Kekuatan angin berlebihan dapat dikontrol menggunakan sistem manual atau otomatik.

Lebih terperinci

KONTROL KECEPATAN TURBIN ANGIN DENGAN DAYA-SENDIRI

KONTROL KECEPATAN TURBIN ANGIN DENGAN DAYA-SENDIRI KONTROL KECEPATAN TURBIN ANGIN DENGAN DAYA-SENDIRI Ali Mashar*, Dja far Sodiq**, Lalu Irlan J.**, Ichsan Ramadhan** *Jurusan Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung, Jl. Gegerkalong Hilir Ds.

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PROFIL DAN JUMLAH SUDU PADA VARIASI KECEPATAN ANGIN TERHADAP DAYA DAN PUTARAN TURBIN ANGIN SAVONIUS MENGGUNAKAN SUDU PENGARAH DENGAN LUAS SAPUAN ROTOR 0,90 M 2 SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan

Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan Agus Sifa a, Casiman S b, Habib Rizqon H c a Jurusan Teknik Mesin,Politeknik Indramayu,Indramayu

Lebih terperinci

Pembangkit Listrik Tenaga Air. BY : Sulistiyono

Pembangkit Listrik Tenaga Air. BY : Sulistiyono Pembangkit Listrik Tenaga Air BY : Sulistiyono Pembangkit listrik tenaga air Tenaga air bahasa Inggris: 'hydropower' adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Air merupakan sumber energi yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pengambilan dan Pengolahan Data Berdasarkan pembelajaran mengenai pembangkit energi tenaga angin yang telah ada maka berdasar dengan fungsi dan kegunaan maka dapat

Lebih terperinci

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENGARUH VARIASI JUMLAH STAGE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS TIPE- L Krisna Slamet Rasyid, Sudarno, Wawan Trisnadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Energi Angin Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga zat tersebut mempunyai pengaruh pada keadaan sekitarnya. Menurut mediumnya dikenal banyak jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sudu Sudu adalah baling baling pada turbin angin. Sudu pada turbin angin sendiri biasanya dihubungkan dengan rotor pada turbin angin. Sudu merupakan salah satu bagian dari turbin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini energi angin merupakan salah satu energi terbarukan yang mungkin akan terus dikembangkan di Indonesia. Hal ini disebabkan energi fosil yang mengalami keterbatasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Energi Angin Angin merupakan udara yang bergerak akibat adanya rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain daya angin, daya turbin angin, TSR (Tip Speed Ratio), aspect ratio, overlap ratio, BHP (Break Horse

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI DAERAH KAWASAN PESISIR PANTAI SERDANG BEDAGAI UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK

KAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI DAERAH KAWASAN PESISIR PANTAI SERDANG BEDAGAI UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK KAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI DAERAH KAWASAN PESISIR PANTAI SERDANG BEDAGAI UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK Ilmi Abdullah 1, Jufrizal Nurdin 2*, Hasanuddin 3 1,2,3) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit Listrik Tenaga Angin memberikan banyak keuntungan seperti bersahabat dengan lingkungan (tidak menghasilkan emisi gas), tersedia dalam

Lebih terperinci

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0012 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH Farel H. Napitupulu 1, Ekawira K. Napitupulu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. maka dari hukum Newton diatas dapat dirumuskan menjadi: = besar dari gaya Gravitasi antara kedua massa titik tersebut;

BAB II DASAR TEORI. maka dari hukum Newton diatas dapat dirumuskan menjadi: = besar dari gaya Gravitasi antara kedua massa titik tersebut; BAB II DASAR TEORI Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori - teori penunjang yang diperlukan dalam merancang dan merealisasikan tugas akhir ini. Teori - teori yang digunakan adalah gaya gravitasi,

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Pembebanan Pada Poros Utama Turbin Angin Terhadap Putaran, Daya Listrik, dan Kinerja Turbin Angin Golden Blade

Pengaruh Variasi Pembebanan Pada Poros Utama Turbin Angin Terhadap Putaran, Daya Listrik, dan Kinerja Turbin Angin Golden Blade Pengaruh Variasi Pembebanan Pada Poros Utama Turbin Angin Terhadap Putaran, Daya Listrik, dan Kinerja Turbin Angin Golden Blade Bella Rukmana *, Sapto Wiratno Satoto, Wowo Rossbandrio Batam Polytechnics

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN KENDALI DAYA PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU DFIG (DOUBLY FED INDUCTION GENERATOR) BERBASIS KENDALI VEKTOR DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION SKRIPSI DWI SANJAYA 0806455181

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN SAVONIUS 200 WATT

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN SAVONIUS 200 WATT Seminar SENATIK Nasional Vol. II, 26 Teknologi November Informasi 2016, ISSN: dan 2528-1666 Kedirgantaraan (SENATIK) Vol. II, 26 November 2016, ISSN: 2528-1666 KoE- 71 RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN SAVONIUS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN Sulistyo Atmadi Ahmad Jamaludln Fltroh Peneliti Pusat Teknologi Dirgantara Terapan, LAPAN ABSTRACT A method for determining

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Dasar Teori Pompa Sentrifugal... Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu mesin kinetis yang mengubah energi mekanik menjadi energi fluida menggunakan gaya sentrifugal.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Turbin Cross Flow Tanpa Sudu Pengarah Pengujian turbin angin tanpa sudu pengarah dijadikan sebagai dasar untuk membandingkan efisiensi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK Ahmad Farid 1, Mustaqim 2, Hadi Wibowo 3 1,2,3 Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal Abstrak Kota Tegal dikenal

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT Novi Caroko 1,a, Wahyudi 1,b, Aditya Ivanda 1,c Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Turbin Air Turbin air adalah turbin dengan media kerja air. Secara umum, turbin adalah alat mekanik yang terdiri dari poros dan sudu-sudu. Sudu tetap atau stationary blade, tidak

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL TIGA SUDU BERDIAMETER 3,5 METER. Adi Andriyanto

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL TIGA SUDU BERDIAMETER 3,5 METER. Adi Andriyanto PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL TIGA SUDU BERDIAMETER 3,5 METER TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh Adi Andriyanto 13102131

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JUMLAH BLADE TERHADAP AERODINAMIK PERFORMAN PADA RANCANGAN KINCIR ANGIN 300 Watt

PENGARUH VARIASI JUMLAH BLADE TERHADAP AERODINAMIK PERFORMAN PADA RANCANGAN KINCIR ANGIN 300 Watt Dinamika Teknik Mesin, Volume 4 No. 2 Juli 2014 jumlah Blade Sayoga, Wiratama, Mara, Agus Dwi Catur: Pengaruh Variasi PENGARUH VARIASI JUMLAH BLADE TERHADAP AERODINAMIK PERFORMAN PADA RANCANGAN KINCIR

Lebih terperinci

OPTIMASI DAYA PADA SISTEM TURBIN ANGIN MENGGUNAKAN KONTROL PITCH ANGLE DENGAN FUZZY LOGIC CONTROL

OPTIMASI DAYA PADA SISTEM TURBIN ANGIN MENGGUNAKAN KONTROL PITCH ANGLE DENGAN FUZZY LOGIC CONTROL OPTIMASI DAYA PADA SISTEM TURBIN ANGIN MENGGUNAKAN KONTROL PITCH ANGLE DENGAN FUZZY LOGIC CONTROL (APLIKASI PADA KECEPATAN ANGIN DAERAH NIAS UTARA) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L

SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L Oleh Hendriansyah 23410220 Pembimbing : Dr. Ridwan, MT. Latar Belakang Energi angin merupakan salah satu energi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia, merupakan bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari seiring dengan pesatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Angin [4] Salah satu energi terbaru yang berkembang pesat di dunia saat ini adalah energi angin. Energi angin merupakan energi terbaru yang sangat fleksibel. Energi angin

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Strata-1 Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE ALUMINIUM TIPE FALCON TERHADAP UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbines (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE ALUMINIUM TIPE FALCON TERHADAP UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbines (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT ENGARUH ARIASI SUDUT BLADE ALUMINIUM TIE FALCON TERHADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbines (HAWT) DENGAN KAASITAS 500 WATT Erwin ratama 1,a,Novi Caroko 1,b, Wahyudi 1,c, Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0012 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Bambang Arip Dwiyantoro*, Vivien Suphandani dan Rahman Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI JUMLAH BLADE PADA PROTOTYPE TURBIN ANGIN VENTURI

ANALISIS EFISIENSI JUMLAH BLADE PADA PROTOTYPE TURBIN ANGIN VENTURI ANALISIS EFISIENSI JUMLAH BLADE PADA PROTOTYPE TURBIN ANGIN VENTURI Yosef John Kenedi Silalahi 1, Iwan Kurniawan 2 Laboratorium Perawatan dan Perbaikan, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM KENDALI FUZZY PADA CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (CVT) DENGAN DUA PENGGERAK PUSH BELT UNTUK MENINGKATKAN KINERJA CVT

ANALISA SISTEM KENDALI FUZZY PADA CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (CVT) DENGAN DUA PENGGERAK PUSH BELT UNTUK MENINGKATKAN KINERJA CVT ANALISA SISTEM KENDALI FUZZY PADA CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (CVT) DENGAN DUA PENGGERAK PUSH BELT UNTUK MENINGKATKAN KINERJA CVT Oleh : Agung Prasetya Adhayatmaka NRP 2108100521 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Prestasi Kincir Angin Savonius dengan Penambahan Buffle

Prestasi Kincir Angin Savonius dengan Penambahan Buffle Prestasi Kincir Angin Savonius dengan Penambahan Buffle Halim Widya Kusuma 1,*, Rengga Dwi Cahya Hidayat 1, Muh Hamdani 1, 1 1 Teknik Mesin S1, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI DASAR Jaringan Listrik Mikro

BAB 2 TEORI DASAR Jaringan Listrik Mikro 2.3. Jaringan Listrik Mikro BAB 2 TEORI DASAR Jaringan listrik mikro merupakan jaringan penyedia sumber daya dengan kapasitas kecil, yang dihasilkan oleh pembangkit energi terbarukan. Daya yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak balik ( AC ) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya

Lebih terperinci

Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut

Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut Dinamika Teknik Mesin 6 (2016) 107-112 Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut I.B. Alit*, Nurchayati, S.H. Pamuji Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis meggunakan metode eksperimental dengan pendekatan kuantitatif yaitu melakukan pengamatan untuk mencari data penelitian

Lebih terperinci

Studi Kinerja Turbin Angin Sumbu Horizontal NACA 4412 dengan Modifikasi Sudu Tipe Flat Pada Variasi Sudut Kemiringan 0º, 10 º, 15 º

Studi Kinerja Turbin Angin Sumbu Horizontal NACA 4412 dengan Modifikasi Sudu Tipe Flat Pada Variasi Sudut Kemiringan 0º, 10 º, 15 º NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR Studi Kinerja Turbin Angin Sumbu Horizontal NACA 4412 dengan Modifikasi Sudu Tipe Flat Pada Variasi Sudut Kemiringan 0º, 10 º, 15 º Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Chen, dkk (2013) meneliti tentang Vertical Axis Water Turbine (VAWT) yang diaplikasikan untuk menggerakkan power generation untuk aliran air dalam pipa. Tujuannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Kenaikan harga BBM mendorong masyarakat untuk mencari alternatif energi baru yang murah dan mudah didapat untuk mendapatkan tenaga listrik. Tenaga angin merupakan

Lebih terperinci

START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi

START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi PENGGAMBARAN MODEL Pemilihan Pitch Propeller (0,2 ; 0,4 ; 0,6) SIMULASI CFD -Variasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU

OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU Optimasi Daya Turbin Angin Savonius dengan Variasi Celah (Farid) OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU Ahmad Farid Prodi. Teknik Mesin, Universitas Pancasakti

Lebih terperinci

TURBIN ANGIN 1. Energi Angin

TURBIN ANGIN 1. Energi Angin TURBIN ANGIN 1. Energi Angin Angin merupakan udara yang bergerak disebabkan beberapa adanya perbedaan tekanan pada atmosfer bumi (Napitupulu dkk, 2013: 49). Energi angin merupakan sumber energi penting

Lebih terperinci

Pembangkit Listrik Tenaga Angin dengan Memanfaatkan Kecepatan Angin Rendah

Pembangkit Listrik Tenaga Angin dengan Memanfaatkan Kecepatan Angin Rendah Pembangkit Listrik Tenaga Angin dengan Memanfaatkan Kecepatan Angin Rendah Ayub Subandi Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia * ayub.subandi@email.unikom.ac.id

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 4415 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI

PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ALVI SYUKRI 090421064 PROGRAM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan energi angin di Indonesia masih sangat kecil, baik yang dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik ataupun untuk menggerakkan peralatan mekanis seperti

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012 STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012 Nur Aklis, H mim Syafi i, Yunika Cahyo Prastiko, Bima Mega Sukmana Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya.

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Turbin angin pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya. Turbin angin

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara

BAB II TEORI DASAR. Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara BAB II TEORI DASAR 2.1 Definisi Angin Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara antara satu tempat dan tempat yang lain (Yusman, 2005). Adapun penyebab perbedaan tekanan udara

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL

ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL Yeni Yusuf Tonglolangi Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Mesin, UKI Toraja email: yeni.y.tonglolangi@gmail.com Abstrak Pola

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.. Pengertian Angin Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah. Perbedaan tekanan udara disebabkan oleh perbedaan suhu

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH)

PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH) Dinamika Teknik Mesin, Volume No. Juli 01 Kade Wiratama, Mara, Edsona: Pengaruh PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH) I Kade Wiratama,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE PARAMETER AWAL ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS

PENGEMBANGAN METODE PARAMETER AWAL ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS Pengembangan Metode Parameter Awal Rotor... (Sulistyo Atmadi et al.) PENGEMBANGAN METODE PARAMETER AWAL ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS Sulistyo Atmadi, Ahmad Jamaludin Fitroh Peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyediaan energi dimasa depan merupakan permasalahan yang senantiasa menjadi perhatian semua bangsa, karena bagaimanapun juga kesejahteraan manusia dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN SRM (switched reluctance motor) atau sering disebut variable reluctance motor adalah mesin listrik sinkron yang mengubah torsi reluktansi menjadi daya mekanik. SRM

Lebih terperinci