V. PEMBAHASAN Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing di Kota. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi
|
|
- Sucianty Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 V. PEMBAHASAN 5.1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing di Kota Cimahi Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi penanaman modal asing di Kota Cimahi adalah dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan alat analisis yang digunakan Eviews 4.1. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 6 menunjukkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini baik. Hal ini dapat dilihat dari uji kriteria statistik dan ekonometriknya. Uji kriteria statistik dapat dilihat dari nilai R-squared, F-statistik, dan t-statistiknya. Uji ekonometrika dapat dilihat dari hasil uji Autokorelasi, uji Heteroskedastisitas dan uji Multikolinieritas. Data yang digunakan juga telah diuji stasioneritasnya, yaitu tentang konstannya rata-rata dan varian observasi. Hasil uji stasioneritas dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 6. Hasil Estimasi Koefisien Variabel Penduga Variabel Koefisien t-statistik Probabilitas Keterangan C -1,01E+08-2, ,0209 Konstanta Jalan ,0-0, ,4367 Panjang Jalan Inf ,5 0, ,4959 Inflasi PDRB 7, , ,0940 PDRB TK 407,0117 1, ,0804 Tenaga Kerja D , ,0216 Peraturan PPTSP R-squared = 0, F-statistic = 3, Adjusted R-squared = 0, Prob (F-statistic) = 0, Jarque-Bera = 3, Prob = 0, Obs*R-squared= 5, Prob = 0, Durbin Watson stat = 2, Sumber : lampiran 1, 2, dan 5
2 Berdasarkan hasil estimasi di atas maka dapat disusun persamaan regresi investasi di Kota Cimahi sebagai berikut : PMA = -1, ,0*jalan ,5*inf+ 7,883956*PDRB (-2,656147) (-0,804621) (0,702313) (1,818750) + 407,0117*TK *D (5.1) (1,909606) (-2,640413) Berdasarkan Tabel 6, nilai R-squared adalah sebesar 0, (58,16 persen) menunjukkan bahwa keragaman dari variabel dependen yaitu penanaman modal asing dapat diterangkan oleh variabel independennya yaitu infrastruktur, angkatan kerja yang bekerja, inflasi, PDRB, dan dummy sebanyak 58,16 persen, sisanya diterangkan oleh variabel lain di luar model. Pengaruh bersama-sama antara variabel independen dengan variabel dependen secara keseluruhan dapat dilihat dari nilai probabilitas F- statistik. Nilai probabilitas F statistik yang diperoleh sebesar 0, yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 0,10 (10 persen) memiliki arti bahwa dari hasil estimasi regresi minimal ada satu variabel independen yang memengaruhi variabel dependennya. Signifikan atau tidaknya pengaruh setiap variabel independen secara individu terhadap variabel dependennya dapat dilihat dari nilai probabilitas t-statistik tiap variabel independennya. Variabel PDRB, tenaga kerja, dan dummy berpengaruh nyata terhadap penanaman modal asing Kota Cimahi. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan. Variabel jalan dan inflasi tidak
3 berpengaruh nyata, yang dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang lebih besar dari taraf nyata. Model yang digunakan telah terbebas dari masalah asumsi OLS. Model ini memiliki error yang terdistribusi normal, hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas Jarque-Bera yang lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (0,137338>0,10). Pada Tabel 6 juga dapat dilihat nilai Durbin-Watson adalah 2, hal ini berarti bahwa dalam model regresi yang digunakan tidak terjadi autokerolasi. Sedangkan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas digunakan uji white heteroscedasticity. Pengujian ini menghasilkan nilai Probabilitas Obs*R-squared lebih besar daripada taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen (0,813789>0,10) sehingga dapat dikatakan bahwa model ini telah terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Selain autokerelasi dan heteroskedastisitas, pengujian lain yang dilakukan adalah terhadap adanya multikolinieritas. Suatu model dikatakan terdapat multikolinieritas apabila nilai korelasi antar variabel independen lebih besar dari 0,80. Untuk mengetahui adanya multikolinieritas, dilihat dari hasil matriks koefisien korelasi (Tabel 7). Tabel 7. Hasil Pengujian Multikolinieritas dengan Matriks Koefisien Korelasi PMA JALAN INFLASI PDRB TK DUMMY PMA JALAN INFLASI PDRB TK DUMMY Sumber : Lampiran 3 Pada Tabel 7 diatas dapat dilihat terdapat koefisien matriks korelasi yang bernilai 0,87, yaitu korelasi antara PDRB dan jalan. Namun, jika diuji dengan
4 menggunakan nilai VIF didapat nilai VIF kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tersebut tidak terdapat multikolinearitas. Nilai VIF tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8. Nilai VIF dari Hasil Dugaan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing di Kota Cimahi Predictor Constan VIF Keterangan Infr 5.9 Panjang jalan Inflasi 1.2 Inflasi TK 1.3 Tenaga Kerja PDRB 5.0 PDRB dummy 2.2 dummy Kebijakan PPTSP Sumber : Lampiran Jalan Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa banyaknya jalan yang diaspal (infrastruktur) tidak berpengaruh nyata terhadap penanaman modal asing di Kota Cimahi. Hal ini dilihat dari nilai probabilitas t-statistik yang lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (0,43>0,10). Ketidaksesuaian dengan hipotesis ini dapat dijelaskan karena keadaan jalan di Kota Cimahi yang tidak kondusif. Rasio kemacetan di Kota Cimahi mendekati angka 1, padahal angka ideal untuk lalu lintas ruas jalan adalah 0,5 (Pikiran Rakyat, 2009). Wali Kota Cimahi Itoc Tochija dalam Pikiran Rakyat (2009), menyatakan bahwa kondisi ini disebabkan penataan kota yang sporadis dan bersifat sementara. Cimahi hanya memiliki panjang jalan meter, yang dilalui oleh dua puluh trayek angkutan umum regional dan tiga trayek lokal. Sementara itu, jumlah kendaraan roda empat yang yang melintasi jalan raya di Cimahi sebanyak unit, yang terdiri dari mobil pribadi dan unit angkutan umum dan jumlah sepeda motor mencapai unit. Adanya kemacetan
5 membawa dampak buruk, seperti bertambahnya waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu tempat, juga menambah penggunaan bahan bakar yang dapat meningkatkan biaya produksi. Oleh karena itu, infrastruktur jalan belum cukup untuk memengaruhi jumlah investasi karena pertumbuhannya yang rendah Inflasi Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh nyata terhadap penanaman modal asing. Hal ini dilihat dari nilai probabilitas t- statistik yang lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (0,49>0,10). Hal ini dapat dijelaskan karena iklim investasi di Jawa Barat (termasuk Kota Cimahi) sangat mendukung dalam pelaksanaan investasi. Nilai minat investasi di Jawa Barat hingga akhir Oktober 2009 mencapai angka Rp 37,28 triliun. Hampir sama dengan angka minat investasi sepanjang tahun 2008 sebesar Rp 37,28 triliun. Menurut ekonom dari Lembaga Penelitian Universitas Pasundan, Acuviarta H. Kartabi, Jawa Barat memang memiliki potensi investasi yang besar, baik dari SDM, sumber daya alam, potensi pasar, termasuk peran Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BKPPMD) Jawa Barat. Ada dua hal signifikan yang dilakukan BKPPMD sehingga bisa menaikkan investasi. Pertama adalah pola "jemput bola" yang membuat investor merasa lebih dilayani. Kedua, adanya keterbukaan informasi, yang menambah kepercayaan investor di Jawa Barat (Pikiran Rakyat, 2009). Kota Cimahi juga menggunakan sistem elektronik untuk perizinan, serta menyederhanakan formulasi regulasi di tingkat daerah agar dapat lebih meningkatkan pelayanan bagi para penanam modal. Jadi, inflasi yang ada dapat tertutupi oleh iklim
6 yang kondusif sehingga investor tetap mau melakukan penanaman modal di Kota Cimahi PDRB Riil Hasil estimasi regresi didapat nilai probabilitas PDRB lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan (0,09<0,10), ini berarti PDRB berpengaruh secara nyata secara statistik. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang diduga sebelumnya bahwa PDRB berkorelasi positif dengan investasi asing. Koefisien variabel bernilai 7,88 menjelaskan bahwa setiap kenaikan 100 Rupiah PDRB akan meningkatkan investasi asing 788 US Dollar. Hasil estimasi ini sesuai dengan hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa jumlah PDRB yang tinggi mendorong investor untuk melakukan kegiatan investasi karena jumlah PDRB yang tinggi menggambarkan perekonomian suatu wilayah yang tinggi Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang memengaruhi tingkat penanaman modal asing Kota Cimahi. Variabel tenaga kerja memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap kegiatan penanaman modal di Kota Cimahi. Hal ini dilihat dari nilai probabilitas t-statistik yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan (0,08<0,10). Koefisien variabel yang bernilai 407,01 menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1 orang tenaga kerja akan meningkatkan penanaman modal asing 407,1 US Dollar. Hasil estimasi ini sesuai dengan hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa jumlah tenaga kerja yang memadai merupakan salah satu daya tarik bagi investor asing dalam melakukan penanaman modal. Semakin banyak
7 tenaga kerja yang dapat digunakan maka akan semakin banyak investasi yang dilakukan. Investasi yang ada di Kota Cimahi sebagian besar bergerak di bidang yang padat karya, seperti industri pengolahan. Industri ini berupa industri tekstil dan produk tekstil. Selain itu berupa industri farmasi dan aluminium. Dapat lihat perkembangan jumlah penduduk yang bekerja di Kota Cimahi dari Tabel 9. Jumlah tersebut terus mengalami peningkatan sejak tahun 2004 hingga tahun Hal ini berarti semakin banyak penduduk yang telah mengisi lapangan pekerjaan di Kota Cimahi. Tabel 9. Jumlah Penduduk Yang Bekerja Di Kota Cimahi Tahun Jumlah Penduduk yang Bekerja Sumber : BPS, berbagai edisi Tetapi pada kenyataannya, kualitas sumber daya manusia di Kota Cimahi belum begitu baik. Hal ini terlihat dari banyaknya pencari kerja dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 10. Banyaknya Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Cimahi Tahun Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan SD SLTP SLTA D1/D2 D3 S1/S Sumber : Cimahi Dalam Angka (2009)
8 Dummy Kebijakan Hasil estimasi regresi, nilai probabilitas dummy lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan (0,02<0,10). Hal ini berarti dummy berpengaruh secara nyata secara statistik. Berdasarkan hipotesis sebelumnya disebutkan bahwa dummy peraturan sistem Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu berpengaruh positif terhadap investasi asing. Akan tetapi hasil estimasi menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel pertumbuhan penduduk bertanda negatif. Ketidaksesuaian tanda koefisien ini dapat dijelaskan dari hasil inventarisasi Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) Kota Cimahi tahun 2008 menunjukkan permasalahan yang paling banyak dihadapi investor asing adalah kecenderungan kenaikan upah dan kenaikan harga bahan baku yang meningkatkan biaya produksi tanpa peningkatan daya beli. Hanya satu perusahaan yang mengeluhkan permasalahan tentang fasilitas kemudahan dalam pengurusan perizinan (Dinas Penanaman Modal Pemerintah Kota Cimahi, 2009). Sobari (2009), peneliti The Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi (JPIP), menyatakan bahwa reformasi perizinan belum cukup dalam memperbaiki iklim investasi di daerah. Adanya faktor lokal seperti kondisi lokal yang unik, kearifan masyarakat daerah, ketersediaan SDA, kondisi geografis daerah juga mempengaruhi iklim investasi. Penerapan kebijakan ini juga memerlukan waktu agar dapat berjalan dengan baik dan diterima oleh semua. Adanya kebijakan tidak membuat nvestor langsung melakukan penanaman modal. Jadi, adanya kebijakan belum dapat dijadikan daya tarik bagi para investor untuk melakukan investasi di Kota Cimahi.
9 5.2. Analisis Perubahan PDRB Kota Cimahi Perubahan ekonomi Kota Cimahi dipengaruhi oleh laju pertumbuhan PDRB yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. PDRB Kota Cimahi meningkat sebesar Rp ,46 juta, dari PDRB sebesar Rp ,30 juta pada tahun 2001 menjadi Rp ,76 juta pada tahun Sektor industri pengolahan mengalami perubahan paling besar. Sektor ini meningkat dari Rp ,88 juta pada tahun 2001 hingga menjadi Rp ,41 juta pada tahun Industri yang ada di Kota Cimahi adalah industri pengolahan non-migas. Salah satu industri yang akan dikembangkan adalah industri kreatif melalui pembangunan Baros Cyber Creative Centre. Industri lain yang cukup berkembang adalah industri tekstil. Sektor yang menempati urutan kedua adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran, mengalami perubahan Rp ,48 pada tahun 2001 menjadi Rp ,73 pada tahun Sektor tersebut didukung oleh subsektor perdagangan besar dan eceran. Sektor yang mengalami perubahan PDRB terbesar ketiga adalah sektor jasajasa, yang mengalami perubahan PDRB sebesar Rp ,33. Sektor tersebut mengalami mendapat sumbangan dari jasa hiburan dan rekreasi, serta jasa perorangan dan rumah tangga. Kegiatan jasa hiburan dan rekreasi ini cukup memberikan pengaruh yang besar karena adanya perubahan status Kota Cimahi sehingga banyak menarik penduduk untuk pindah ke kota tersebut dan dimanfaatkan pula oleh para produsen sebagai peluang ekonomi. Sektor yang berada di posisi ke empat dalam perubahan PDRB adalah sektor bangunan. Pembangunan yang ada di Kota Cimahi berupa pembangunan untuk perumahan dan industri. Luas wilayah Kota Cimahi sebesar 4.103,73 Ha dengan penggunaan lahan pemukiman sebesar Ha
10 (39,21%). Tetapi pada saat ini pembangunan lahan Kota Cimahi untuk industri sudah mulai dikurangi mengingat terbatasnya lahan yang ada. Sektor yang menempati urutan kelima adalah sektor listrik, gas, dan air bersih. Sektor ini didukung oleh subsektor listrik dan subsektor air bersih. Subsektor listrik menjadi penyumbang dalam sektor ini seiring dengan semakin banyaknya penggunaan listrik di Kota Cimahi karena kota ini sedang berkembang. Tabel 11. Penggunaan Listrik di Kota Cimahi Tahun Jumlah listrik yang digunakan (000 KWH) Sumber : BPS, berbagai Edisi Sektor yang berada di urutan keenam adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Subsektor yang mendominasi adalah subsektor sewa bangunan, di mana banyak bermunculan bangunan yang dijadikan rumah toko oleh masyarakat. Sektor ini mengalami perubahan PDRB dari Rp ,31 juta pada tahun 2001 hingga Rp ,87 juta pada tahun Sektor yang berada di urutan ketujuh adalah sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor tersebut didominasi oleh subsektor pengangkutan, terutama angkutan jalan raya. Pengangkutan jalan raya ini cukup berpotensi karena Kota Cimahi adalah hinterland dari Kota Bandung. Perbatasan daerah ini dengan Kabupaten Bandung, Kecamatan Padalarang, dan Kota Bandung yang ramai dilalui oleh berbagai macam angkutan pun menjadi salah satu
11 faktor pendorong meningkatnya subsektor ini. Sektor ini mengalami peningkatan dari Rp ,43 juta pada tahun 2001 menjadi Rp ,88 juta pada tahun Sektor yang berada di urutan kedelapan adalah sektor pertanian. Kota Cimahi juga menjadi satu-satunya daerah kota di Pulau Jawa yang masuk nominasi Raskin Award Hal ini memperlihatkan bahwa produksi tanaman padi di daerah ini cukup baik. Sektor ini mengalami perubahan pertumbuhan sebesar 10,03 persen yang didominasi oleh subsektor tanaman bahan makanan dan disusul oleh subsektor peternakan. Sektor yang perubahannya paling kecil (mengalami kemunduran) adalah sektor pertambangan dan galian. Tidak seperti sektor lainnya, sektor ini mengalami penurunan sampai 100 persen. Hal ini diakibatkan tidak ada lagi kontribusi hasil dari pertambangan maupun penggalian sejak tahun Tabel 12. Perubahan PDRB Kota Cimahi Tahun Berdasarkan Harga Konstan 2000 No. Sektor PDRB Kota Cimahi (Juta Rupiah) Perubahan PDRB (Juta Rupiah) % Perubahan PDRB (persen) Pertanian 8.055, ,09 807,77 10,03 2. Pertambangan dan Penggalian 15,58 0,00-15,58-100,00 3. Industri Pengolahan , , ,53 27,27 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih , , ,93 28,74 5. Bangunan , , ,23 24,97 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran , , ,25 38,09 7. Pengangkutan dan Komunikasi , , ,45 32,91 8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan , , ,56 42,87 9. Jasa-jasa , , ,33 129,48 Total , , ,46 32,97 Sumber : BPS Kota Cimahi (diolah)
12 Laju pertumbuhan ekonomi terbesar terdapat pada sektor jasa-jasa sebesar 129,48 persen, sedangkan laju pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada sektor Pertambangan dan Penggalian karena sektor ini tidak memberikan kontribusi lagi terhadap PDRB Kota Cimahi sejak tahun Rasio PDRB Kota Cimahi dan PDRB Provinsi Jawa Barat Kontribusi sektor perekonomian Kota Cimahi secara umum mengalami peningkatan pada periode Rasio pertumbuhan PDRB Kota Cimahi tahun memiliki nilai 0,33 sedangkan Provinsi Jawa Barat memiliki rasio sebesar 0,35. Nilai Ra didasarkan pada perhitungan selisih antara jumlah PDRB Privinsi Jawa Barat tahun 2007 dengan jumlah PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2001 dibagi dengan jumlah PDRB Provinsi Jawa Barat tahun Nilai Ra sebesar 0,35 mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat meningkat sebesar 0,35. Nilai Ri di Provinsi Jawa Barat hampir semuanya memiliki nilai yang positif, kecuali nilai Ri untuk sektor pertambangan dan penggalian. Ri untuk sektor ini mengalami nilai yang negatif karena sektor pertambangan dan penggalian di Jawa Barat mengalami penurunan dari Tahun 2001 hingga Tahun Nilai Ri tertinggi terdapat pada sektor bangunan, sedangkan nilai Ri terkecil terdapat pada sektor pertambangan dan penggalian. Nilai ri dihitung berdasarkan selisih antara PDRB sektor i di Kota Cimahi tahun 2007 dengan PDRB Kota Cimahi sektor i tahun 2001 dibagi dengan PDRB Kota Cimahi tahun Hasil perhitungannya berbeda untuk tiap sektor karena ri adalah perbandingan PDRB untuk tiap sektor perekonomian. Jika nilai ri < 0 maka
13 hal itu terjadi karena adanya penurunan kontribusi pada sektor yang bersangkutan. Nilai ri yang negatif terlihat pada ri untuk sektor pertambangan dan penggalian. Nilai ri terbesar terdapat pada sektor jasa-jasa. Sektor-sektor perekonomian yang lain menunjukkan nilai ri yang positif, berarti terjadi peningkatan kontribusi pada sektorsektor tersebut dengan peningkatan yang beragam. Tabel 13. Rasio PDRB Kota Cimahi dan PDRB Provinsi Jawa Barat No. Sektor Ri ri 1. Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total Nilai Ra = Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kota Cimahi Dalam analisis Shift Share, pertumbuhan suatu wilayah dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu komponen pertumbuhan regional (PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Sektor ekonomi dengan tingkat pertumbuhan PR terbesar adalah industri pengolahan sebesar Rp ,05 juta. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri pengolahan sangat dipengaruhi oleh perubahan kebijakan di tingkat Provinsi Jawa Barat. Artinya apabila terjadi perubahan kebijakan maka kontribusi sektor industri pengolahan beserta subsektornya akan paling mengalami dampak dari perubahan kebijakan
14 tersebut. Sektor ekonomi dengan tingkat pertumbuhan PR terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp 5,41 juta. Komponen PP menjelaskan selisih antara Ri dan Ra, kemudian hasil itu dikalikan dengan PDRB Kota Cimahi sektor i tahun Setiap sektor perekonomian mempunyai nilai PP yang beragam. Sektor yang mengalami peningkatan kontribusi adalah sektor industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; bangunan dan konstruksi; perdagangan, hotel, dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor yang mengalami penurunan kontribusi adalah sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; serta sektor jasa-jasa. Sektor yang memiliki nilai PP terbesar adalah sektor industri pengolahan sebesar Rp ,71. Nilai PP > 0 menunjukkan bahwa sektor tersebut sangat baik untuk dikembangkan karena sektor ini mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Laju pertumbuhan proporsional terbesar terjadi pada sektor bangunan sebesar 38,84%. Komponen PPW dianalisis untuk melihat daya saing yang dimiliki Kota Cimahi terhadap provinsi Jawa Barat. PPW < 0 menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki daya saing rendah. Hanya sektor jasa-jasa yang memiliki nilai PPW positif, yaitu sebesar Rp ,42 juta. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor ini memiliki daya saing yang sangat baik. Nilai PPW sektor lain memiliki nilai PPW yang negatif. Hal ini berarti sektor lain memiliki daya saing yang rendah jika dibandingkan dengan sektor yang sama di kota lain di Provinsi Jawa Barat. Sektor yang memiliki PPW terendah adalah sektor bangunan, yaitu sebesar -48,60%, sedangkan sektor yang memiliki nilai PPW terbesar adalah sektor jasa-jasa yaitu sebesar 100%.
15 Tabel 14. Komponen Pertumbuhan Wilayah Kota Cimahi No. Sektor PR PP PPW Juta Juta Juta Rupiah % Rupiah % Rupiah % 1. Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total Profil Pertumbuhan dan Pergeseran Bersih PDRB Kota Cimahi Analisis profil pertumbuhan PDRB bertujuan untuk mengidentifikasi pertumbuhan PDRB sektor ekonomi di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu yang ditentukan dengan cara memplotkan persentase perubahan komponen PP dengan komponen PPW ke dalam sumbu horizontal dan vertikal. Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa tidak ada sektor yang menempati kuadran I. Hal ini berarti tidak ada sektor yang memiliki pertumbuhan yang cepat dan daya saing yang baik di Kota Cimahi. Pada kuadran II terdapat sektor listrik, gas, dan air bersih; keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; industri pengolahan; perdagangan, hotel, dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; serta bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa
16 sektor-sektor tersebut pertumbuhannya cepat, tetapi daya saing wilayah tersebut dengan wilayah lain kurang baik. Pada kuadran III terdapat sektor pertambangan dan galian serta pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat serta daya saing yang kurang terhadap wilayah lain. Satu-satunya sektor yang berada di kuadran IV adalah sektor jasa-jasa. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ini memiliki pertumbuhan yang lambat tetapi daya saingnya baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya. PP PPW Gambar 9. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kota Cimahi Pergeseran bersih adalah hasil dari nilai pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa Perusahaan; perdagangan, hotel, dan restoran serta jasa-jasa yang memiliki nilai PB positif. Hal
17 ini menandakan bahwa ketiga sektor tersebut masuk ke dalam kelompok sektor progresif (maju). Sektor-sektor lainnya memiliki nilai PB yang negatif, berarti sektorsektor tersebut termasuk ke dalam sektor yang lamban. Sektor yang memiliki nilai paling negatif adalah sektor pertambangan dan penggalian, disusul oleh sektor pertanian. Tabel 15. Pergeseran Bersih Sektor Perekonomian Kota Cimahi No. Sektor PB Juta Rupiah Persen 1. Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total Rekomendasi Kebijakan Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa sektor jasa-jasa merupakan sektor yang berdaya saing di Kota Cimahi apabila dibandingkan dengan sektor yang sama di Jawa Barat tetapi sektor ini pertumbuhannya lambat. Sektor ini harus mendapat perhatian dari Pemerintah Kota Cimahi karena sangat mungkin sektor ini menjadi sektor unggulan di Kota Cimahi jika pertumbuhannya bisa ditingkatkan. Peran swasta juga sangat diharapkan mengingat subsector sektor ini terdiri dari jasa pemerintah umum dan jasa swasta. Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi tetapi kurang berdaya saing, padahal sektor ini merupakan salah satu
18 sektor yang banyak diminati oleh investor asing dan merupakan sektor yang padat karya sehingga sangat berpeluang dalam peningkatan penyerapan tenaga kerja di Kota Cimahi. Hasil analisis regresi linear berganda juga menunjukkan variabel tenaga kerja berpengaruh terhadap penanaman modal asing di Kota Cimahi. Dari hasil kedua analisis tersebut menunjukkan perlu adanya perhatian dan usaha dari Pemerintah Kota Cimahi dalam meningkatkan daya saing sektor perekonomian Kota Cimahi, terutama sektor yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Cimahi, karena PDRB juga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi penanaman modal asing di Kota Cimahi. Hasil pergeseran bersih Kota Cimahi menunjukkan tidak ada satu sektor perekonomian pun yang mempunyai pertumbuhan yang cepat sekaligus daya saing yang baik. Hal ini tentu tidak baik bagi Kota Cimahi karena pertumbuhan PDRB merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penanaman modal di Kota Cimahi. Keadaan ini dapat membuat Kota Cimahi menjadi tidak menarik bagi para investor asing untuk berinvestasi.
III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.
Lebih terperinciV. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa
72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Variabel Dependen PDRB Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Estimasi Parameter Model Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi Penanaman Modal Asing di Provinsi Jawa Timur adalah dengan menggunakan metode
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,
III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dari tahun 1995 sampai tahun 2009. Data yang digunakan dalam model
Lebih terperinciV. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN
V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN Pembangunan perekonomian suatu wilayah tentunya tidak terlepas dari kontribusi dan peran setiap sektor yang menyusun perekonomian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah berhak untuk membangun wilayahnya sendiri. Pembangunan yang baik tentunya adalah pembangunan yang terencana.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,
29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat
Lebih terperincisemua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai pengaruh pertumbuhan variabel PMTDB, pertumbuhan variabel angkatan kerja terdidik, pertumbuhan variabel pengeluaran pemerintah daerah
Lebih terperinciditerangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Irigasi Teknis di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 16 menunjukkan bahwa model yang
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011
No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DAN PELUANG INVESTASI (Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DAN PELUANG INVESTASI (Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat) OLEH : LESTY PHYTALOKA H14050165 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder
47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan
Lebih terperinciBAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013
BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari
34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian
Lebih terperinciBAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012
BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.
43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisa
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20
No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang dilakukan suatu negara untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian
III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciTabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)
3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data
1.1 Analisis Deskripsi Data BAB IV HASIL DAN ANALISIS Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun 1996-2012. Data tersebut
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, pada metode regresi diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012
BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 No. 01/07/1221/Th. V, 8 Juli 2013 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan Produk
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data sekunder tahunan
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data sekunder tahunan 2001-2013. Data sekunder yang digunakan karena penelitan yang dilakukan meliputi
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62
Lebih terperinciAnalisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian
Lebih terperinciAnalisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /
BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. dan yang tidak dipublikasikan. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan
53 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan diteliti adalah data sekunder, berupa catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses perbaikan yang berkesinambungan dari suatu masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran keadaan suatu perekenomian dari suatu daerah. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah suatu proses perbaikan yang berkesinambungan
Lebih terperinciindikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan
Pertumbuhan ekonomi di suatu daerah selalu digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan
Lebih terperinciTabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81
TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009
No. 09/02/15/Th. IV, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi pada tahun meningkat sebesar 6,4 persen dibanding tahun 2008. Peningkatan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder
42 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang mempunyai sifat runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam
21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam ruang lingkup sektor pertanian. Waktu penelitian untuk mengumpulkan data
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.145/11/21/Th.IV, 10 November 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 PDRB KEPRI TRIWULAN III TAHUN 2009 TUMBUH 1,90 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbukanya perdagangan dunia, ketidakmampuan dalam meningkatkan daya saing
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era persaingan global yang ditandai dengan semakin terbukanya perdagangan dunia, ketidakmampuan dalam meningkatkan daya saing produk nasional akan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014
No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau
Lebih terperinciPerkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia
Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil estimasi dan pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi dalam tiga pemaparan umum yaitu pemaparan secara statistik yang meliputi pembahasan mengenai hasil dari uji statistik
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2001-2012.Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, dan Dinas
Lebih terperinciANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN
ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN 2001-2005 Oleh TUTI RATNA DEWI H14103066 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder dalam runtun waktu (time Series) yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik),
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari
54 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas hasil dari estimasi faktor-faktor yang memengaruhi migrasi ke Provinsi DKI Jakarta sebagai bagian dari investasi sumber daya manusia. Adapun variabel
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013
BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur
Lebih terperinciBAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007
BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007
BPS PROVINSI D.K.I. JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.51/11/12/Th.VII, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2012 Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan III-2012 secara triwulanan (q-to-q)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode
BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskripsi Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode 1993-2013 kurun waktu
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada
46 III. METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian dan Sumber Data Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data angka yang diolah dengan metode statistika tertentu
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008
No. 19/05/31/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi Jawa Timur ini didasarkan pada pertimbangan bahwa Jawa Timur merupakan provinsi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA
No. 18/05/31/Th. XI, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2009 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah
III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013
No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang didapat dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Bank Indonesia (SEKI-BI)
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan
40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan rentang waktu dari tahun 2001 2012. Tipe data yang digunakan adalah data runtut
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan
Lebih terperinciDaerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 79/11/21/Th.IX, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III PDRB KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TUMBUH 6,15 PERSEN (c to c) PDRB Kepulauan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR
32 III. METODE PENELITIAN A. Profil Lokasi Penelitian Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 29 Oktober 2008, sebagai pemekaran dari Kabupaten Tanggamus. Kabupaten ini
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif menitikberatkan pada pembuktian hipotesis.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011
BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 No. 01/06/1221/Th. IV, 30 Juli 2012 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2011 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
No. 52/ V / 15 Nopember 2002 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2002 TUMBUH 2,39 PERSEN Indonesia pada triwulan III tahun 2002 meningkat sebesar 2,39 persen terhadap triwulan II
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Antara Penerimaan DAU dengan Pertumbuhan PDRB Dalam melihat hubungan antara PDRB dengan peubah-peubah yang mempengaruhinya (C, I, DAU, DBH, PAD, Suku Bunga dan NX)
Lebih terperinciBAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan Kabupaten Sleman memuat tentang hasil-hasil analisis dan prediksi melalui metode analisis ekonomi
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Pemerintah berusaha agar semua wilayah
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat besar, mempunyai banyak provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Pemerintah berusaha agar semua wilayah di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 33/05/21/Th. VII, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012 PDRB KEPRI TRIWULAN I TAHUN 2012 TUMBUH 7,63 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan I tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen
No. 26/05/75/Th. VI, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen PDRB Gorontalo pada triwulan I tahun 2012 naik sebesar 3,84 persen dibandingkan triwulan
Lebih terperinciANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK
ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK Chanlis Nopriyandri, Syaiful Hadi, Novia dewi Fakultas Pertanian Universitas Riau Hp: 082390386798; Email: chanlisnopriyandri@gmail.com ABSTRACT This research
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
No. 06/08/72/Th. XIV, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012
BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Termasuk dalam tujuan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode 2010-2015, secara umum pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi, dimana pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010-2015, laju pertumbuhan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia dan BPS Provinsi Maluku Utara.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013
No. 09/02/91/Th. VIII, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013 Ekonomi Papua Barat tahun 2013 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 9,30
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian diambil di provinsi Jawa Timur dengan menggunakan data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. B. Jenis dan Sumber
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014
No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun
Lebih terperinci