Effect of Platelet Shelf-Life on Human Platelet Lysates as FBS Substitute Against

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Effect of Platelet Shelf-Life on Human Platelet Lysates as FBS Substitute Against"

Transkripsi

1 Effect of Platelet Shelf-Life on Human Platelet Lysates as FBS Substitute Against Protein Profile of HUVEC Culture Medium Benita Kurniawan, Agnes Henny Puspitasari, Widurini Djohan, Lisa Amir Corresponding address: Department of Oral Biology, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia. Jalan Salemba Raya No. 4 Jakarta Pusat Indonesia. Phone: , Fax: Corresponding address: lisa.amir@gmail.com

2 Abstract Background: The effect of Human Platelet Lysates (HPL) derived, from platelets that have passed normal shelf life was unknown on HUVEC. Objective: To determine shelf-life effect on HPL as FBS alternative on HUVEC protein profile. Method: HUVEC were cultured with FBS, fresh, extended HPL, and analyzed with SDS-PAGE. Results: Band intensity of fresh HPL tended to be higher. Band thickness of HPL higher than FBS in band 4 th row band, and lower in 3 rd row band. No difference were observed in protein molecular weight range between HPL fresh, extended, FBS. Conclusion: HUVEC protein profile cultured with fresh, extended HPL is identical with FBS. Abstrak Latar Belakang: Human Platelet Lysates (HPL) yang berasal dari platelet yang melewati masa simpan belum diketahui efeknya pada kultur HUVEC. Tujuan: Mengevaluasi pengaruh waktu penyimpanan platelet pada HPL terhadap profil protein HUVEC. Metode: HUVEC dikultur dengan FBS, HPL fresh, dan HPL extended diuji dengan SDS-PAGE. Hasil: Intensitas band HPL fresh dan extended cenderung lebih tinggi. Ketebalan band HPL fresh dan extended lebih tinggi dibandingkan FBS pada band 4, dan lebih rendah pada band 3. Kisaran berat molekul protein HPL fresh dan extended tidak berbeda dibandingkan FBS. Simpulan: Profil protein HUVEC menggunakan HPL fresh dan extended identik dengan FBS. Keywords: Fetal Bovine Serum (FBS), Human Platelet Lysate (HPL), Human Umbilical Vein Endothelial Cell (HUVEC), Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE), protein profile

3 PENDAHULUAN Medium pada kultur sel berfungsi menyediakan nutrisi-nutrisi penting untuk metabolisme dan proliferasi sel. Medium kultur biasanya ditambahkan dengan serum, yang merupakan campuran kompleks biomolekul dengan faktor pertumbuhan. Fungsi utama serum adalah menyediakan faktor pertumbuhan yang memicu pertumbuhan dan proliferasi sel, memfasilitasi proses transport protein, mineral, lemak, serta menstabilkan ph. Serum yang umum digunakan sebagai suplemen medium kultur adalah serum yang berasal dari hewan seperti Fetal Bovine Serum (FBS) maupun Fetal Calf Serum (FCS). 1 Fetal Bovine Serum (FBS) mempunyai komposisi utama bovine serum albumin, selain itu FBS juga mengandung molekul-molekul kecil seperti asam amino, gula, lemak, dan hormon. FBS sering digunakan sebagai suplemen medium kultur dikarenakan kandungan gamma globulinnya (immunoglobulin) yang rendah. Kandungan gamma globulin yang tinggi dapat memberikan efek yang tidak diinginkan yaitu membuat sel kultur mengalami proses lisis. 2 Penggunaan FBS sendiri dalam kultur sel memiliki beberapa kerugian yaitu adanya risiko kontaminasi patogen, cara pengambilan yang tidak etis terhadap hewan, ketersediaan yang terbatas, dan harga yang mahal, sehingga diperlukan alternatif serum yang lain. 1 Pada terapi sel untuk suatu pengobatan, Good Laboratory Practice (GLP) wajib dijalankan, salah satunya dengan menghindari penggunaan media kultur yang tidak berasal dari hewan pada kultur sel. 3,4 Serum dan plasma manusia adalah alternatif FBS yang disarankan karena dapat dilakukan pengujian patogen sebelum diproses. Beberapa alternatif FBS adalah thrombinactivated platelet, human platelet lysate, platelet rich plasma, pooled human serum (HuS), dan plasma darah. 5 Salah satu alternatif pengganti serum FBS adalah Human Platelet Lysate (HPL). 6 Platelet mengandung faktor pertumbuhan yang berperan dalam perbaikan jaringan, diantaranya adalah platelet-derived growth factor (PDGF), fibronektin, fibrinogen, transforming growth

4 factor-β (TGF-b), insulin-like growth factor (IGF), epidermal growth factor (EGF), serotonin, dan fibroblast growth factor (FGF). Untuk mendapatkan HPL, platelet melalui proses lisis, antara lain dengan melakukan pembekuan dan pencairan untuk melepaskan faktor pertumbuhan tersebut. 7 Pada kultur adipose-derived stromal cells (ASC), HPL terbukti dapat meningkatkan tingkat proliferasi dan perlekatan sel, juga memiliki profil cell marker yang tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan menggunakan FBS. 8 Platelet memiliki masa simpan yang pendek sekitar 5 hingga 7 hari, dan setelah itu platelet akan dibuang karena meningkatnya risiko kontaminasi patogen. 9 Tulang adalah jaringan yang kaya akan pembuluh darah. Vaskularisasi merupakan hal yang penting dalam hemostasis dan regenerasi tulang. Pembuluh darah dan sel tulang saling berhubungan, karena itu proses angiogenesis mempengaruhi pertumbuhan tulang dan penyembuhan injuri fraktur tulang. 10 Sel endotel merupakan sel yang berperan dalam proses angiogenesis pembuluh darah. 11 Salah satu faktor yang berperan dalam angiogenesis adalah Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF). 10 Beberapa penelitian telah meneliti peran Human Umbilical Vein Endothelial Cell (HUVEC) dalam pembentukan jaringan tulang. Pada bone graft, matriks ekstraseluler HUVEC berperan dalam differensiasi osteogenik dari human bone marrow mesenchymal stem cells (hmsc). 12 Selain itu, HUVEC berperan dalam membentuk jaringan mikrovaskular pada tissue engineered bone graft. Sel HUVEC yang dikultur dengan faktor pertumbuhan spesifik seperti vascular endothelial growth factor (VEGF), dapat membentuk vaskularisasi yang fungsional pada bone graft. 13 Pengaruh masa simpan platelet untuk pembuatan HPL ini telah diteliti dalam kultur sel yang menggunakan human bone marrow mesenchymal stem cells (hmsc) dan renal epithelial cell, tetapi efeknya pada HUVEC belum diketahui. 1,9 Berdasarkan hal ini, maka penulis tertarik untuk meneliti profil protein pada HUVEC. Tujuan penelitian ini adalah

5 untuk mengetahui pengaruh waktu penyimpanan platelet pada Human Platelet Lysates sebagai alternatif FBS terhadap profil protein HUVEC. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah medium hasil kultur sel HUVEC selama 3 dan 15 hari. Bahan yang diuji pada penelitian ini adalah serum FBS, HPL fresh, dan HPL extended sebagai suplemen medium kultur HUVEC. HPL fresh dan HPL extended akan dibandingkan dengan FBS sebagai kontrol pada kultur HUVEC. HPL didapatkan dari proses pembekuan dan pencairan platelet. Sebelumnya dilakukan filtrasi terlebih dahulu pada platelet. Platelet kemudian dibekukan pada suhu C dan dicairkan pda suhu 37 0 C. Untuk HPL fresh diproses dari platelet yang belum melewati masa simpan berumur 5 hari, sedangkan HPL extended diproses dari platelet yang telah melewati masa simpan berumur 10 hari. Medium kultur HUVEC yang masing-masing disuplemen dengan FBS, HPL fresh, dan HPL extended kemudian diuji dengan metode SDS-PAGE untuk dilihat profil protein, yang mencakup intensitas band, ketebalan band, dan kisaran berat molekul. Dengan mengetahui intensitas suatu band, maka dapat diperkirakan banyaknya jumlah protein di dalam suatu kisaran berat molekul. Ketebalan suatu band menunjukkan perkiraan persebaran dari protein tersebut. Dengan mengetahui kisaran berat molekul maka dapat diketahui kandidat protein di dalam suatu band. Analisis profil protein dilakukan pada band 3 dan 4, yang adalah band yang paling jelas terlihat. Intensitas dan ketebalan band dianalisa secara semi-kuantitatif dengan menggunakan program Image J, sedangkan kisaran berat molekul dianalisa secara kualitatif dengan Gel Doc.

6 Data intensitas band kemudian dianalisis dengan uji normalitas Saphiro-Wilk. Data yang normal kemudian diuji dengan uji One-Way ANOVA dan data yang tidak normal diuji dengan uji Kruskal-Wallis. Dilakukan pula uji T-test untuk melihat perbandingan antara kelompok kultur 3 dan 15 hari. Uji statistik pada penelitian ini memiliki tingkat signifikansi 0,05 (p = 0,05) dan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). HASIL PENELITIAN Data intensitas band 3 dapat dilihat pada Gambar. 1 dan data intensitas band 4 dapat dilihat pada Gambar. 2. Setelah dilakukan uji normalitas pada data, hasil uji data intensitas band ketiga dan keempat selama 3 hari kultur mempunyai distribusi data tidak normal sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis. Setelah uji Kruskal Wallis, tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara intensitas antar kelompok sampel kontrol dan perlakuan pada kultur 3 hari (p>0,05). Setelah diuji pada kelompok sampel kultur 15 hari, hasil intensitas pada band ketiga dan keempat memiliki ditribusi data yang normal dan homogen, sehingga dilanjutkan pada uji statistik Oneway ANOVA, dan ditemukan perbedaan rerata intensitas yang bermakna. Hasil rerata intensitas protein yang menggunakan HPL fresh sebagai serum mempunyai hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol FBS. HPL extended mempunyai kecenderungan intensitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan FBS, tetapi secara statistik tidak memiliki perbedaan yang bermakna (p>0,05). HPL fresh dan HPL extended tidak memiliki perbedaan intesitas yang signifikan secara statistik antara keduanya. Setelah dilakukan uji normalitas pada kelompok FBS band 3, maka hasilnya adalah data tidak normal, sehingga dilanjutkan kepada uji Post Hoc Mann Whitney. Uji normalitas pada data kelompok lain menunjukkan bahwa data normal sehingga dilanjutkan pada uji T- test. Hasil uji menunjukkan perbedaan yang signifikan antara intensitas kelompok 3 dan 15

7 hari pada kelompok FBS band 3. Terlihat penurunan angka intensitas pada band FBS 15 hari dibandingkan dengan FBS 3 hari. Data rerata ketebalan band 3 dapat dilihat pada Gambar.3 dan data rerata ketebalan band 4 dapat dilihat pada Gambar. 4. Pada band ketiga baik pada kelompok kultur 3 maupun 15 hari, rerata nilai ketebalan band ketiga SDS PAGE paling tinggi adalah kelompok FBS dibandingkan dengan HPL Fresh dan HPL Extended. Dengan nilai ketebalan yang lebih tinggi ini, maka FBS memiliki persebaran protein yang lebih luas. Pada band keempat kelompok kultur 3 maupun 15 hari, kelompok HPL fresh mempunyai rerata nilai ketebalan yang paling tinggi. Sehingga HPL fresh memiliki persebaran protein yang paling luas dibandingkan dengan kelompok yang lain. Persebaran protein yang lebih luas berarti kandidat protein yang di dalam suatu band menjadi lebih banyak. Identifikasi profil protein secara kualitatif dilihat melalui perbandingan band-band kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (Gambar 5). Pada analisa berat molekul, maka band akan dibandingkan dengan standar. Pada band ketiga kelompok kultur 3 hari, kisaran berat molekul protein paling luas dimiliki oleh HPL extended (79,20-114,22), diikuti oleh FBS (78,62 100,88) dan HPL fresh (89,73 104,64). Sedangkan pada kelompok kultur 15 hari, kelompok sampel yang memiliki kisaran berat molekul paling luas adalah FBS (74,22 99,31) diikuti oleh HPL extended (88,1 108,04) dan HPL fresh (93,56 106,04). Beberapa kandidat protein yang termasuk di dalam band ketiga adalah CD105 (Endoglin). CD62E (E-selectin), CD141 (Thrombomodulin), CD34, CD106 (VCAM-1), dan CD146. Pada band keempat kelompok kultur 3 hari, kisaran berat molekul paling luas juga dimiliki oleh HPL extended (53,33-78,82) diikuti oleh HPL fresh (53,38 76,82) dan FBS (54,55 73,05). Sedangkan, pada kelompok kultur 15 hari, kelompok sampel yang memiliki

8 kisaran berat molekul band keempat paling luas adalah HPL fresh (55,48 73,77), lalu HPL extended (58,16 76,02), dan FBS (55,84 71,5). Beberapa kandidat protein yang ada pada band keempat adalah CD147 dan CD102 (ICAM-2). HPL extended cenderung memiliki kisaran berat molekul yang luas, bila dibandingkan dengan FBS maupun HPL fresh. DISKUSI Dilihat dari intensitas band 3 dan band 4 kelompok kultur 3 hari, FBS, HPL fresh, dan HPL Extended tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini mengindikasikan, protein dengan kisaran berat molekul 53,33-114,22 kda memiliki jumlah yang sama. Pada kelompok kultur 15 hari, HPL fresh dan HPL extended memiliki nilai intensitas yang lebih tinggi dibandingkan FBS. Perbedaan yang signifikan terdapat antara nilai intensitas FBS dengan HPL fresh. Hal ini disebabkan oleh penurunan nilai intensitas yang signifikan pada FBS 15 hari bila dibandingkan dengan FBS 3 hari. Kemungkinan penurunan jumlah protein pada FBS disebabkan oleh penurunan proliferasi sel, seperti yang dilaporkan pada penelitian sebelumnya bahwa proliferasi sel yang dikultur dengan FBS cenderung menurun seiring bertambahnya waktu kultur. 14 Proliferasi yang menurun menyebabkan protein yang disekresikan sel turut menurun. Sebaliknya, pada kelompok HUVEC yang dikultur dengan HPL fresh dan HPL extended, peningkatan proliferasi sel masih bertahan sampai kultur hari ke- 15. Beberapa protein HUVEC yang dapat memicu proliferasi sel yang terdapat pada band 3 dan 4 adalah CD146, CD34, dan CD105 (Endoglin). Jumlah protein yang stabil selama masa perlakuan pada kelompok sel HUVEC yang dikultur dengan HPL fresh dan HPL extended mungkin berhubungan dengan aktivitas proliferasi HUVEC yang tinggi.

9 Pada band 3, persebaran protein yang paling luas dilihat dari ketebalan band terdapat pada FBS, dan nilai persebaran menurun pada HPL fresh dan extended. Tetapi pada band 4, persebaran protein HPL fresh dan extended lebih luas dibandingkan dengan FBS. Persebaran protein yang luas pada suatu band mengindikasikan kemungkinan kandidat protein yang diekspresikan pada proses kultur menjadi semakin banyak karena meluasnya kisaran berat molekul protein. SDS-PAGE adalah metode analisis profil protein berdasarkan berat molekul, sehingga kandidat protein yang terekspresikan hanya bisa diasumsikan berdasarkan berat molekul. Pada band ketiga dengan kisaran berat molekul 74,22-114,22 kda, kemungkinan kandidat protein yang terekpresikan adalah CD105/Endoglin (95 kda) dan CD34 ( kda). CD105/Endoglin (95 kda), merupakan komponen pro-angiogenic di dalam sel endotel. 15 CD105 merupakan reseptor dari transforming growth factor- β (TGF-β). 15,16 TGF-β merupakan salah satu faktor yang berperan dalam proses angiogenesis. 10 Pada penelitian yang meneliti dengan tikus yang memiliki tingkat CD105 rendah, terjadi defek vaskularisasi sehingga menyebabkan kematian tikus. 17 Penelitian lain menunjukkan kemampuan sel endotel untuk membentuk jaringan kapiler dengan menggunakan sistem 3 dimensi kolagen matriks dan membuktikan bahwa sel yang mengalami defisiensi CD105 menyebabkan pengurangan panjang struktur kapiler oleh TGF-β. 18 CD34 ( kda) merupakan salah satu kandidat protein lain dalam band 3. CD34 mempunyai kemampuan untuk membentuk filopodia, yang merupakan karakteristik tip cells. 19 Tip cell adalah sel yang mengawali proses percabangan vaskular yang mengatur serangkaian proses angiogenesis. 16 Tingkat sekresi CD34 bergantung pada molekul regulator seperti VEGF, TNF-αNotch, dan ligand DLL4. VEGF diketahui memicu angiogenesis, dengan ekspresi CD34 pada tip cell filopodia, sehingga CD34 dan VEGF saling berhubungan satu sama lain. 19 VEGF merupakan regulator penting dalam proses angiogenesis dan juga

10 mempunyai peran dalam pertumbuhan skeletal. VEGF berperan dalam proses signalling pada awal angiogenesis dan rekuitmen dari osteoblas, osteoklas, dan sel haematipoetik yang merupakan awal dari osifikasi primer. 5 VEGF juga memicu migrasi dan proliferasi dari sel endotel. 20 VEGF merupakan stimulator spesifik yang utama terhadap proliferasi sel endotel, yang bekerja melalui 2 reseptor tyrosine kinase VEGFR1 (FLT1) dan VEGFR 2 (KDR). 21 Sedangkan pada band keempat dengan kisaran berat molekul 53,33-78,82 kda, salah satu kemungkinan kandidat protein adalah CD102 atau ICAM-2 (60 kda). ICAM-2 (60 kda) berperan dalam proses angiogenesis. ICAM-2 mengaktivasi guanosine triphosphatase (GTPase) Rac, yang dibutuhkan dalam formasi pembuluh darah yang baru. Guanosine triphosphatase (GTPase) Rac merupakan regulator transduksi sinyal kepada sitoskeleton. Adhesi molekul ICAM-2 dan aktivasi dari GTPase Rac merupakan dua hal penting dalam proses angiogenesis. Pada suatu penelitian yang menggunakan tikus, membuktikan bahwa tingkat ekspresi ICAM-2 yang rendah dapat menyebabkan defek angiogenesis baik secara in vivo dan in vitro. 22 Kombinasi terapi sel punca dan faktor pertumbuhan untuk proses angiogenesis dan osteogenesis terus diteliti untuk regenerasi tulang. 10 Jaringan pembuluh darah merupakan hal penting bagi rekayasa jaringan tulang agar dapat terintegrasi dengan jaringan pasien. 13,49 Hasil penelitian ini menunjukan HPL extended yang dihasilkan dari platelet yang telah melewati masa simpan dapat merangsang pertumbuhan sel yang setara dengan HPL fresh maupun FBS. KESIMPULAN Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa profil protein pada kultur HUVEC dengan menggunakan HPL fresh dan HPL extended sebagai alternatif FBS tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

11 DAFTAR PUSTAKA 1. Rauch C, Feivel E, Amann EM, et al. Alternatives to The Use of Fetal Bovine Serum: Human Platelet Lysates as a Serum Substitute in Cell Culture Media. Altex 2011;28: Johnson M Fetal Bovine Serum. United States: Labome Accessed WHO Handbook: Good Laboratory Practice (GLP): Quality Practices for Regulated Non-Clinical Research and Development - 2nd ed Switzerland: WHO " Accessed 1 Desember Unger C, Skottman H, Blomberg P, Dilber MS, Hovatta O. Good Manufacturing Practice and Clinical-Grade Human Embryonic Stem Cell Lines. Human Mol Genet 2008;17(1): Aldahmash A, Sørensen MH, Al-Nbaheen M, et al. Human Serum is as Efficient as Fetal Bovine Serum in Supporting Proliferation and Differentiation of Human Multipotent Stromal (Mesenchymal) Stem Cells In Vitro and In Vivo. Stem Cell Rev Rep 2011;7(4): Chen B, Sun H, Wang H, et al. The Effects of Human Platelet Lysate on Dental Pulp Stem Cells Derived From Impacted Human Third Molars. Biomater 2012;33: Mirabet V, Solves P, Minana MD, et al. Human Platelet Lysate Enhances the Proliferative Activity of Cultured Human Fibroblast-Like Cells From Different Tissues. Cell Tissue Bank 2008;9:2. 8. Naaijkens BA, Niessen HWM, Prins H-J, et al. Human Platelet Lysate as a Fetal Bovine Serum Substitute Improves Human Adipose-Derived Stromal Cell Culture for Future Cardiac Repair Applications. Cell Tissue Res 2012;348(1):119.

12 9. Buch SMJ. Platelet Lysates Manufactured from Fresh and Expired Platelet Concentrates as a Culture Supplement for Human Bone Marrow-Derived Mesenchymal Stem Cells: Effect on Morphology, Expansion, Osteogenic Differentiation and Immunomodulation [Iceland: University of Iceland; Kanczler J, Oreffo R. Osteogenesis and Angiogenesis: The Potential for Engineering Bone. Eur Cells Mater 2008;15: Sainson R, Johnston D, Chu H, et al. TNF Primes Endothelial Cells for Angiogenic Sprouting by Inducing a Tip Cell Phenotype. Blood 2008;111(10): Kang Y, Kim S, Bishop J, Khademhosseini A, Yang Y. The Osteogenic Differentiation of Human Bone Marrow MSCs on HUVEC-derived ECM and β-tcp Scaffold. Biomater 2012;33(29): Tsigkoua O, Pomerantsevaa I, Spencerc J, et al. Engineered Vascularized Bone Grafts. Proc Natl Acad Sci U S A 2010;107(8): Heidari M, Tahmasebi MN, Etemad S, et al. In vitro Human Chondrocyte Culture; A Modified Protocol. Middle-East J of Scientific Res 2011;9(1): Duff S, Li C, Garland J, Kumar S. CD105 is Important for Angiogenesis: Evidence and Potential Applications. FASEB J 2003;17(9): Siemerink M, Klaassen I, Van Noorden C, Schlingemann R. Endothelial Tip Cells in Ocular Angiogenesis: Potential Target for Anti-Angiogenesis Therapy. J Histochem Cytochem 2012;61(2): Li D, Sorensen L, Brooke B, et al. Defective angiogenesis in mice lacking endoglin. Science 1999;284(5419): Li C, Hampson IN, Hampson L, et al. CD105 Antagonizes The Inhibitory Signaling of Transforming Growth Factor β1 on Human Vascular Endothelial Cells. FASEB J 2000;14(1):62.

13 19. Siemerink M, Klaassen I, Vogels I, et al. CD34 Marks Angiogenic Tip Cells in Human Vascular Endothelial Cell Cultures. Angiogenesis 2012;15(1). 20. Favot L, Keravis T, Holl V, Le Bec A, Lugnier C. VEGF-Induced HUVEC Migration and Proliferation are Decreased by PDE2 and PDE4 Inhibitors. Thromb Haemost. 2003;90(2): Herr D, Rodewald M, Fraser H, et al. Regulation of Endothelial Proliferation by The Renin-Angiotensin System in Human Umbilical Vein Endothelial Cells. Reproduction. 2008;125(30). 22. Huang M, Mason J, Birdsey G, et al. Endothelial Intercellular Adhesion Molecule (ICAM)-2 Regulates Angiogenesis. Blood 2005;106(5): Rerata Intensitas Band (%) *** * FBS HPL Fresh HPL Extended 0 3 Hari 15 Hari Gambar 1. Gambar Grafik Rerata Intensitas Band 3 SDS-PAGE

14 Rerata Intensitas Band (%) * FBS HPL Fresh HPL Extended 0 3 Hari 15 Hari Gambar 2. Gambar Grafik Rerata Intensitas Band 4 SDS-PAGE (*) = signifikan (0,01 p 0,05) (***) = sangat signifikan (0,0001 p 0,001) 25 Rerata Ketebalan Band (pixel) FBS HPL Fresh HPL Extended 0 3 Hari 15 Hari Gambar 3.Gambar Grafik Rerata Ketebalan Band 3 SDS-PAGE

15 60 Rerata Ketebalan Band (pixel) FBS HPL Fresh HPL Extended 0 3 Hari 15 Hari Gambar 4. Gambar Grafik Rerata Ketebalan Band 4 SDS-PAGE Gambar 5. Gambaran Kisaran Berat Molekul HUVEC

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. SURAT PERNYATAAN... iii. PRAKATA... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. SURAT PERNYATAAN... iii. PRAKATA... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR SINGKATAN... xi INTISARI... xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor (PGFs) sebagai mediator biologis dalam proses regenerasi periodontal. Bahan-bahan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kemajuan di bidang kedokteran merupakan hal yang. tidak dapat dipungkiri pada saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kemajuan di bidang kedokteran merupakan hal yang. tidak dapat dipungkiri pada saat ini. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang kedokteran merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri pada saat ini. Penemuan dan penelitian yang baru pun sangat dinantikan dan dibutuhkan manfaatnya.

Lebih terperinci

I.! PENDAHULUAN. A.!Latar Belakang Masalah. Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh

I.! PENDAHULUAN. A.!Latar Belakang Masalah. Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh berbagai hal. Nekrosis jaringan pulpa dan penyakit periodontal, misalnya, dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Hasil 4. 1. 1. Karakteristik Subjek Penelitian Tujuan khusus penelitian ini adalah menganalisis fungsi VEGF 121 rekombinan sebagai terapi preeklamsia, terutama ekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Tumbuhnya insidensi lesi yang terjadi pada tulang. rawan ditandai oleh peningkatan tajam dari individu

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Tumbuhnya insidensi lesi yang terjadi pada tulang. rawan ditandai oleh peningkatan tajam dari individu BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Tumbuhnya insidensi lesi yang terjadi pada tulang rawan ditandai oleh peningkatan tajam dari individu dalam bidang olahraga dan terjadinya penekanan lebih besar pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai distributor beban gaya yang bekerja pada tulang subkondral yang terletak

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai distributor beban gaya yang bekerja pada tulang subkondral yang terletak digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kartilago artikuler merupakan satu jaringan yang unik dengan fungsi sebagai distributor beban gaya yang bekerja pada tulang subkondral yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses di berbagai Negara. Saat ini penggunaan terapi stem cell menjadi

BAB I PENDAHULUAN. proses di berbagai Negara. Saat ini penggunaan terapi stem cell menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penelitian mengenai Stem cell masih memasuki tahap proses di berbagai Negara. Saat ini penggunaan terapi stem cell menjadi terobosan baru dalam upaya pengobatan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Tjok Agung Y. Vidyaputra. KEYWORDS: VEGF, Calcium Sulfate, bone defects, osteoblast, type I collagen, bone recycling, liquid nitrogen

ABSTRACT. Tjok Agung Y. Vidyaputra. KEYWORDS: VEGF, Calcium Sulfate, bone defects, osteoblast, type I collagen, bone recycling, liquid nitrogen ABSTRACT VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) IN CALCIUM SULFATE INDUCES MORE OSTEOBLASTS AND TYPE I COLLAGEN IN RATS WITH FEMUR BONE DEFECTS AFTER BONE RECYCLING GRAFT WITH LIQUID NITROGEN Tjok Agung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah kondisi patologis yang ditandai adanya kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis, meliputi empat fase, yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan luka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kulit merupakan barier penting tubuh terhadap lingkungan termasuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kulit merupakan barier penting tubuh terhadap lingkungan termasuk PENDAHULUAN Latar Belakang Kulit merupakan barier penting tubuh terhadap lingkungan termasuk mikroorganisme. Gangguan atau kerusakan pada struktur anatomi kulit dengan hilangnya fungsi yang berturut-turut

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini viabilitas sel diperoleh dari rerata optical density (OD) MTT assay dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Viabilitas sel (%) = (OD perlakuan / OD kontrol)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontributor utama terjadinya aterosklerosis. Diabetes mellitus merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kontributor utama terjadinya aterosklerosis. Diabetes mellitus merupakan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 adalah insiden kardiovaskuler yang didasari oleh proses aterosklerosis. Peningkatan Agregasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengambil kebijakan di bidang kesehatan. Beberapa dekade belakangan ini,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengambil kebijakan di bidang kesehatan. Beberapa dekade belakangan ini, 9 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang mempunyai karakterisktik meningkatnya nilai glukosa plasma darah. Kondisi hiperglikemia ini diakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel

BAB I PENDAHULUAN. Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel Langerhans di epidermis, yakni sel efektor imunogen pada kulit, penurunan daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mekanime patologi. Penyembuhan tulang atau union dapat dinilai dari

BAB I PENDAHULUAN. mekanime patologi. Penyembuhan tulang atau union dapat dinilai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyembuhan tulang adalah proses metabolisme fisiologi yang kompleks pada tulang fraktur melibatkan macam variasi zat biokimia, seluler, hormonal dan mekanime patologi.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penelitian dalam bidang sel punca mengalami perkembangan yang sangat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penelitian dalam bidang sel punca mengalami perkembangan yang sangat PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian dalam bidang sel punca mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam dekade terakhir. Minat penelitian tersebut dipicu oleh kemampuan sel punca untuk berdiferensiasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Global Burden Disease Report, World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Global Burden Disease Report, World Health Organization (WHO) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian luka pada kecelakaan seiring waktu semakin meningkat. Dalam Global Burden Disease Report, World Health Organization (WHO) melaporkan kecelakaan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami

BAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan menopause sebagai berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi didefinisikan sebagai tindakan pembedahan dengan tujuan penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan karena berbagai hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi adalah salah satu tindakan bedah minor yang dilakukan oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan perlukaan (Wray dkk.,

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sel-sel pulpa hasil subkultur dari kultur primer sel pulpa gigi sehat. Gambaran mikroskopis kultur sel primer dan subkultur sel-sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. membantu proses penyembuhan luka. Pada awalnya platelet diperkirakan hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. membantu proses penyembuhan luka. Pada awalnya platelet diperkirakan hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penggunaan produk darah autolog sudah banyak digunakan untuk membantu proses penyembuhan luka. Pada awalnya platelet diperkirakan hanya berguna pada proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas walaupun perkembangan terapi sudah maju. Laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas walaupun perkembangan terapi sudah maju. Laporan World Health 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hingga saat ini luka bakar masih dapat menjadi penyebab mortalitas dan morbiditas walaupun perkembangan terapi sudah maju. Laporan World Health Organization

Lebih terperinci

SAMPUL DALAM... i. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...

SAMPUL DALAM... i. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v UCAPAN TERIMAKASIH... vi ABSTRAK... ix ABSTRACT... x DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi hiperurisemia pada populasi manusia cukup tinggi. Studi di Amerika tahun 2011 menunjukkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 21,2% pada pria dan 21,6%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poket periodontal merupakan gejala klinis utama dari penyakit periodontal. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang dikenal, supraboni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola makan modern yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi, stres yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok serta aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25 tahun ini bertambah 2 kali lipat. Penderita DM mempunyai resiko terhadap penyakit kardiovaskular 2 sampai 5

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Proliferasi Berdasarkan Population Doubling Time (PDT) Population Doubling Time (PDT) adalah waktu yang diperlukan oleh populasi sel untuk menjadikan jumlahnya dua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2014 menunjukkan kanker merupakan penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process merupakan proses alami yang akan dialami oleh setiap makhluk hidup di dunia ini, tetapi proses penuaan setiap orang tidaklah sama, ada beberapa

Lebih terperinci

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FATMAWATI MADYA SP2FER S ENDOMETRIOSIS Telah banyak hipotesa diajukan untuk menerangkan patogenesis endometriosis, tapi hingga kini belum ada satupun teori yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA EFEK PEMBERIAN GRAFT TULANG BERBENTUK PASTA DENGAN BERBAGAI KOMPOSISI DAN KONSENTRASI TERHADAP VIABILITAS SEL OSTEOBLAS, IN VITRO SKRIPSI NADHIA ANINDHITA HARSAS 0205000591 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Overweight dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan kemakmuran, akan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Sel Fibroblas dalam Kultur In Vitro Hasil pengamatan kultur sel otot fetus tikus menunjukkan secara morfologi adanya dua bentuk sel, yakni sel fibrosit, berbentuk spindel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sel punca sendiri merupakan sel yang mampu mereplikasi dirinya dengan cara beregenerasi, mempertahankan, dan replacing akhir diferensiasi sel. (Perin, 2006). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker Ovarium merupakan penyebab utama kematian dari kanker ginekologi. Selama tahun 2012 terdapat 239.000 kasus baru di seluruh dunia dengan insiden yang bervariasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. trauma dan tindakan bedah mulut dan maksilofasial. Tindakan bedah mulut dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. trauma dan tindakan bedah mulut dan maksilofasial. Tindakan bedah mulut dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera saraf tepi merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi pasca trauma dan tindakan bedah mulut dan maksilofasial. Tindakan bedah mulut dan maksilofasial

Lebih terperinci

PENGARUH CONDITIONED MEDIUM RAT EMBRYONIC FIBROBLAST

PENGARUH CONDITIONED MEDIUM RAT EMBRYONIC FIBROBLAST i PENGARUH CONDITIONED MEDIUM RAT EMBRYONIC FIBROBLAST (CM-REF) DENGAN DAN TANPA LEUKEMIA INHIBITORY FACTOR (LIF) DALAM MEDIUM TERHADAP TINGKAT PROLIFERASI DAN SIFAT PLURIPOTENSI MESENCHYMAL STEM CELL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian didapatkan dari perhitungan jumlah fibroblas dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari matriks dan sel-sel. Tulang mengandung matriks organik sekitar 35%, dan matriks anorganik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Preeklamsia merupakan salah satu kontributor utama morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin. Etiopatogenesis pasti sampai saat ini belum jelas dan masih

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Preparat jaringan yang telah dibuat, diamati dibawah mikroskop multinokuler dengan perbesaran 4x dan 10x. Semua preparat dapat dibaca berdasarkan tolok ukur skor tingkat peradangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proses kesembuhan fraktur dimulai segera setelah tulang mengalami kerusakan, apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis dan biologis

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN JATI BELANDA

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN JATI BELANDA ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS AORTA TIKUS YANG DIBERI DIET ATEROGENIK Ryan Julio Permana, 2015, Pembimbing 1: Cherry

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. ahli medis, bahkan orang awam diseluruh penjuru dunia. Sesuai dengan kata yang

BAB I. PENDAHULUAN. ahli medis, bahkan orang awam diseluruh penjuru dunia. Sesuai dengan kata yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, stem sel telah menjadi topik utama pembicaraan banyak ilmuwan, ahli medis, bahkan orang awam diseluruh penjuru dunia. Sesuai dengan kata yang menyusunnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin meningkat yaitu tidak lagi terbatas pada tumpatan dan pencabutan gigi, namun salah satunya adalah perawatan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 12 dianalisis menggunakan uji statistik analysis of variance (ANOVA) dan uji lanjut Duncan dengan taraf kepercayaan 5%. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Proliferasi Sel Tingkat Proliferasi Sel Berdasarkan

Lebih terperinci

Epitelisasi. Epitelialisassi : Tujuan epitelialisasi. Pembentukan lapisan epitel baru di daerah luka

Epitelisasi. Epitelialisassi : Tujuan epitelialisasi. Pembentukan lapisan epitel baru di daerah luka Epitelisasi Epitelialisassi : Pembentukan lapisan epitel baru di daerah luka Tujuan epitelialisasi Mencegah infeksi Minimalisasi kehilangan air/dehidrasi 1 Stages in the Epithelialization of a Simple Skin

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU BEDAH SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

DEPARTEMEN ILMU BEDAH SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 Tesis Program Pendidikan Magister Bedah Departemen Ilmu Bedah Saraf Fakultas Kedokteran HUBUNGAN KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR(VEGF) SERUM DENGAN PERITUMORAL EDEMA INDEX (PTEI) PADA PENDERITA

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK GASTROPROTEKTIF JUS BUAH JERUK LEMON (Citrus limon (L.) Burm.f.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN

ABSTRAK. EFEK GASTROPROTEKTIF JUS BUAH JERUK LEMON (Citrus limon (L.) Burm.f.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN ABSTRAK EFEK GASTROPROTEKTIF JUS BUAH JERUK LEMON (Citrus limon (L.) Burm.f.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN Malvin Owen Hardicar, 2016, Pembimbing Utama : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini preeklamsia masih menjadi masalah utama dalam kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini preeklamsia masih menjadi masalah utama dalam kesehatan 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini preeklamsia masih menjadi masalah utama dalam kesehatan dengan angka kejadian yang masih tinggi, ini sesuai dengan data WHO yang menyatakan angkakejadianpreeklampsia

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang)

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang) Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang) Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan PENDAHULUAN Latar Belakang Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan kesayangan terutama anjing dan kucing. Fraktur pada hewan, umumnya disebabkan oleh trauma seperti terbentur

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB III KERANGKA BERIKIR, KONSE AN HIOTESIS ENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Fakta menunjukkan bahwa proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel Langerhans di epidermis, yakni sel efektor imunogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang kedokteran gigi. Indikasi pencabutan gigi bervariasi seperti pernyakit periodontal,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus cedera di Indonesia dapat dilihat melalui data morbiditas dan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus cedera di Indonesia dapat dilihat melalui data morbiditas dan 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus cedera di Indonesia dapat dilihat melalui data morbiditas dan mortalitas penyakit di Rumah Sakit, cedera menduduki urutan ketiga terbanyak proporsi

Lebih terperinci

DIFERENSIASI EMBRYONIC STEM CELLS MENCIT MENJADI NEURON MENGGUNAKAN CONDITIONED MEDIUM RIRIS LINDIAWATI PUSPITASARI

DIFERENSIASI EMBRYONIC STEM CELLS MENCIT MENJADI NEURON MENGGUNAKAN CONDITIONED MEDIUM RIRIS LINDIAWATI PUSPITASARI DIFERENSIASI EMBRYONIC STEM CELLS MENCIT MENJADI NEURON MENGGUNAKAN CONDITIONED MEDIUM RIRIS LINDIAWATI PUSPITASARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN ORISINALITAS Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Preeklamsi (PE) merupakan gangguan multiorgan pada kehamilan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Preeklamsi (PE) merupakan gangguan multiorgan pada kehamilan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklamsi (PE) merupakan gangguan multiorgan pada kehamilan, berkembang setelah usia kehamilan 20 minggu dan ditandai dengan peningkatan tekanan darah (>140 mmhg/90

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar pada kedua rahang dan mengelilingi leher gigi (Reddy, 2008). Perlukaan pada gingiva sering

Lebih terperinci

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis. 1 Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular utama di sebagian wilayah Indonesia seperti di Maluku Utara, Papua Barat, dan Sumatera Utara. World Malaria Report - 2008,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma tajam, tumpul, panas ataupun dingin. Luka merupakan suatu keadaan patologis yang dapat menganggu

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRODUKSI FOSFATASE ALKALI OLEH OSTEOBLAS YANG DISTIMULASI GRAFT BERBENTUK PASTA PADA BERBAGAI KOMPOSISI, KONSENTRASI, DAN WAKTU YANG BERBEDA (IN VITRO) SKRIPSI RININTA APRILIA

Lebih terperinci

Kata kunci : sel punca, darah tali pusat, FcγRIIb, Reseptor Fc, Imunoglobulin

Kata kunci : sel punca, darah tali pusat, FcγRIIb, Reseptor Fc, Imunoglobulin ABSTRAK EKSPRESI FC γ RIIB YANG DIISOLASI DARI SEL PUNCA DARAH TALI PUSAT Elvine, 2009 Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono,dr., PhD Pembimbing II: DR. Susi Tjahjani,dr., M.Kes Penggunaan sel punca sebagai

Lebih terperinci

PROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA. Sartika Puspita *

PROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA. Sartika Puspita * PROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA Sartika Puspita * * Pogram Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRAK Pulpa gigi dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hiperglikemia merupakan manifestasi penyakit diabetes mellitus (DM). Pada saat ini prevalensinya makin meningkat di negara maju. Penyakit ini menempati peringkat empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikarenakan luka bakar menyebabkan cedera kronis yang bersifat nonhealing,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikarenakan luka bakar menyebabkan cedera kronis yang bersifat nonhealing, BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar merupakan salah satu cedera yang sangat beresiko. Hal ini dikarenakan luka bakar menyebabkan cedera kronis yang bersifat nonhealing, yang pada kondisi lebih

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sel pulpa yang merupakan hasil subkultur dari kultur primer sel pulpa gigi sehat. Gambaran mikroskopis kultur sel primer dan subkultur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma payudara merupakan karsinoma terbanyak. pada wanita di dunia. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma payudara merupakan karsinoma terbanyak. pada wanita di dunia. Menurut World Health Organization BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan karsinoma terbanyak pada wanita di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008, kanker payudara menduduki peringkat keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksama, prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70%, karena mioma

BAB I PENDAHULUAN. seksama, prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70%, karena mioma BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus dan bersifat monoklonal. 1,2 Prevalensi mioma uteri di Amerika serikat sekitar 35-50%. 1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras. 7 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan lunak rongga mulut dilindungi oleh mukosa yang merupakan lapisan terluar rongga mulut. Mukosa melindungi jaringan dibawahnya dari kerusakan dan masuknya mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit paru obstruksi kronik adalah salah satu penyebab kematian utama karena merokok (Barnes PJ., 2007). PPOK merupakan masalah kesehatan global yang menjadi penyebab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) telah dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan jumlah pasien yang terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 41,4% dan osteoporosis selalu menyertai usia lanjut baik perempuan maupun laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN. 41,4% dan osteoporosis selalu menyertai usia lanjut baik perempuan maupun laki-laki, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Para ahli tulang Indonesia sepakat bahwa dengan meningkatnya harapan hidup rakyat Indonesia penyakit kerapuhan tulang akan sering dijumpai. Sejak tahun 1990 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi yang meningkat. Secara umum sekitar 5 10% dari pasien tersebut berkembang menjadi Hipertensi Arteri

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari BAB VI PEMBAHASAN VI.1. Pembahasan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari kedua kelompok tak berbeda bermakna. Kadar NO serum antar kelompok berbeda bermakna. Kadar NO

Lebih terperinci

Sel melakukan kontak dengan lingkungannya menggunakan permukaan sel, meliputi: 1. Membran plasma, yakni protein dan lipid 2. Molekul-molekul membran

Sel melakukan kontak dengan lingkungannya menggunakan permukaan sel, meliputi: 1. Membran plasma, yakni protein dan lipid 2. Molekul-molekul membran Sel melakukan kontak dengan lingkungannya menggunakan permukaan sel, meliputi: 1. Membran plasma, yakni protein dan lipid 2. Molekul-molekul membran yang menonjol ke luar sel Melalui permukaan sel ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai perawatan jaringan periodontal dengan tujuan untuk menghilangkan poket

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai perawatan jaringan periodontal dengan tujuan untuk menghilangkan poket BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Regenerasi jaringan periodontal merupakan tujuan utama terapi periodontal (Uraz dkk., 2013). Salah satu tindakan terapi periodontal ialah bedah periodontal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka pencabutan gigi di Indonesia relatif masih tinggi. Rasio penambalan dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN. Kadar VEGF serum berkorelasi positif sedang dengan ukuran tumor B. SARAN

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN. Kadar VEGF serum berkorelasi positif sedang dengan ukuran tumor B. SARAN 76 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Kadar VEGF serum berkorelasi positif sedang dengan ukuran tumor primer pada kanker payudara. B. SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian kadar VEGF serum pada populasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Bone Tissue Engineering (BTE) Bone Tissue Engineering merupakan suatu teknik yang terbentuk dari dua prinsip keilmuan, antara "sciences" dan "engineering" yang

Lebih terperinci

ABSTRAK... 1 ABSTRACT

ABSTRAK... 1 ABSTRACT DAFTAR ISI ABSTRAK... 1 ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR SINGKATAN... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Proses Penyembuhan Fraktur Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, kematian akibat PTM (Penyakit Tidak Menular) akan meningkat di seluruh dunia. Lebih dari dua per tiga (70%) populasi global

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KLOROFIL TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN DAN PENURUNAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG PASCA OLAHRAGA

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KLOROFIL TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN DAN PENURUNAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG PASCA OLAHRAGA ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KLOROFIL TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN DAN PENURUNAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG PASCA OLAHRAGA Penyusun : Grady Kharisma Pribadi, 2016 Pembimbing I : Sylvia Soeng,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono, dr., Ph.D. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

ABSTRAK. Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono, dr., Ph.D. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. ABSTRAK DETEKSI Fc RI PADA STEM CELL YANG DIISOLASI DARI DARAH TEPI Cynthia Winarto, 2009. Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono, dr., Ph.D. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. Penelitian terhadap

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN Richard Ezra Putra, 2010. Pembimbing I: Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II: Fen Tih,

Lebih terperinci

THE EFFECT OF PLATELET RICH PLASMA ON MESENCHYMAL STEM CELLs (MSCs) DIFFERENTIATION INTO CHONDROBLAST

THE EFFECT OF PLATELET RICH PLASMA ON MESENCHYMAL STEM CELLs (MSCs) DIFFERENTIATION INTO CHONDROBLAST THE EFFECT OF PLATELET RICH PLASMA ON MESENCHYMAL STEM CELLs (MSCs) DIFFERENTIATION INTO CHONDROBLAST Dwikora Novembri Utomo 1 and I Gde Adi Widiastana 2 1 Senior Consultant of Orthopaedic and Traumatology

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2,

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan kerusakan fisik sebagai akibat dari terbukanya atau hancurnya kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori and

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN D 3 DOSIS TINGGI TERHADAP KALSIFIKASI TULANG FEMUR JANIN MENCIT GALUR SWISS WEBSTER

ABSTRAK PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN D 3 DOSIS TINGGI TERHADAP KALSIFIKASI TULANG FEMUR JANIN MENCIT GALUR SWISS WEBSTER ABSTRAK PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN D 3 DOSIS TINGGI TERHADAP KALSIFIKASI TULANG FEMUR JANIN MENCIT GALUR SWISS WEBSTER Timothy Imanuel, 2014, Pembimbing I : Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah utama bagi masyarakat karena menjadi salah

I. PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah utama bagi masyarakat karena menjadi salah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker merupakan masalah utama bagi masyarakat karena menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Salah satu jenis kanker yang memiliki potensi kematian terbesar

Lebih terperinci

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka konseptual VIRUS SEL KUFFER SIMVASTATIN NFkβ IL 6 TNF α IL 1β TGF β1 HEPATOSIT CRP FIBROSIS ECM D I S F U N G S I E N D O T E L KOLAGEN E SELEKTIN inos

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe-tipe Sel yang Tumbuh dan Berkembang dalam Kultur

HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe-tipe Sel yang Tumbuh dan Berkembang dalam Kultur yaitu tingkat proliferasi, PDT dan panjang akson-dendrit dianalisis menggunakan metoda statistik T-test dengan tingkat kepercayaan 95%. HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe-tipe Sel yang Tumbuh dan Berkembang dalam

Lebih terperinci

ABSTRAK/EKSEKUTIF SUMMARY Penelitian Disertasi Doktor (PDD)

ABSTRAK/EKSEKUTIF SUMMARY Penelitian Disertasi Doktor (PDD) ABSTRAK/EKSEKUTIF SUMMARY Penelitian Disertasi Doktor (PDD) Judul : PEMBERIAN ASUPAN IKAN TERI (stolephorus sp) TERHADAP PROSES OSTEOGENESIS MELALUI EKSPRESI OSTEOPROTEGERIN DAN KOLAGEN TIPE I PADA DAERAH

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Growth Hormone, yaitu untuk menguji peningkatan miofibril dan peningkatan

BAB VI PEMBAHASAN. Growth Hormone, yaitu untuk menguji peningkatan miofibril dan peningkatan 84 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Subyek Penelitian Dalam penelitian ini digunakan tikus sebagai hewan coba yang diberikan Growth Hormone, yaitu untuk menguji peningkatan miofibril dan peningkatan jumlah nukleus

Lebih terperinci

THE EFFECT OF PLATELET RICH PLASMA ON MESENCHYMAL STEM CELLs (MSCs) DIFERENTIATION INTO CHONDROBLAST I Gde Adi Widiastana*, Dwikora Novembri Utomo**

THE EFFECT OF PLATELET RICH PLASMA ON MESENCHYMAL STEM CELLs (MSCs) DIFERENTIATION INTO CHONDROBLAST I Gde Adi Widiastana*, Dwikora Novembri Utomo** THE EFFECT OF PLATELET RICH PLASMA ON MESENCHYMAL STEM CELLs (MSCs) DIFERENTIATION INTO CHONDROBLAST I Gde Adi Widiastana*, Dwikora Novembri Utomo** * Resident of Orthopaedic &Traumatologi Dept, Dr. Soetomo

Lebih terperinci